Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA
“MENGENAL LALAT BUAH Drosophila sp.
DAN PERSILANGAN PADA Drosophila sp.”

Disusun Oleh:
1. Jessie Ardhika R. (17308141039)
2. Salma Rosyadah (17308141040)
3. Zulfa Rifdah (17308141042)
4. Puput Dyan P (17308141048)
5. Dianita Dewi A (17308144039)
6. Voni Santi Ullo (17308149001)

BIOLOGI F 2017
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. TUJUAN
1. Mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila sp..
2. Membedakan jenis kelamin Drosophila sp.
3. Menguji apakah perbandingan betina dan jantan = 1 : 1
4. Membuat media pemeliharaan Drosophila sp. Mengetahui pola pewarisan pada
persilangan monohibrid, dihibrid, dan persilangan pada gen yang terpaut pada kromosom seks
B. DASAR TEORI
Drosophila sp. merupakan objek yang sering digunakan dalam  penelitian genetika karena
mudah dikembangkan dan juga mudah ditemukan di alam bebas. Drosophila sp. biasanya
ditemukan pada buah-buahan yang sudah ranum. Hal ini dikarenakan makanan. Drosophila sp.
yang  biasa disebut lalat buah adalah jamur yang tumbuh pada buah. Umumnya, dalam
pengamatan. Drosophila sp. dibuat sebuah medium untuk pemeliharaan, sehingga memudahkan
untuk melakukan  pengamatan mengenai lalat buah, khususnya siklus hidup lalat buah tersebut.
Karena, tanpa suatu medium, setiap fase pada siklus hidup lalat buah susah diamati. Siklus
hidup Drosophila sp. relatif singkat.
Neil A. Campbell (2002) menyatakan bahwa siklus hidup Drosophila sp. dimulai dari telur,
kemudian menjadi larva, dan pada tahap larva mengalami empat kali  pergantian kulit (instar),
lalu menjadi pupa. Pupa kemudian menjadi imago dan menjadi lalat buah dewasa. Siklus hidup
Drosophila sp. merupakan metamorfosis sempurna. Drosophila sp. yang berterbangan di
sekitar medium hidupnya ada yang jantan dan betina yang tentunya memiliki perbedaan. Oleh
karena itu,  praktikan mencoba untuk mengamati siklus hidup Drosophila sp., mengamati setiap
fase hidupnya secara lebih mendetail, dan membedakan antara Drosophila sp.  jantan dan
betina.
Drosophila sp. di Indonesia ada sekitar 600 jenis, di pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku
drosophiladae (Wheeler, 1981: 99). Lalat buah mempunyai konstruksi modular, suatu seri
segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga baguan tubuh utama yaitu kepala, thorax, dan
abdomen. Seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila sp. mempunyai poros anterior
dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut).
Berikut merupakan klasifikasi Drosophila sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila sp.
(Borror, 1992: 273)
Adapun ciri-ciri umum dari Drosophila sp. diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di bagian tubuh
belakang.
2. Berukuran kecil antara 3 - 5 mm.
3. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptur dekat dengan
tubuhnya.
4. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7 –  12 percabangan.
5. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah.
7. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding
dengan mata majemuk.
8. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen  bersegmen lima
dan bergaris hitam.
9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Sedangkan ciri-ciri yang membedakan antara Drosophila sp. jantan dan betina adalah :

 Drosophila sp. jantan :


1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina.
2. Sayap lebih pendek dari sayap betina.
3.Terdapat sisir kelamin (sex comb).
4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam.
Bagan 1 lalat Drosophila
 Drosophila sp. betina:
1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan.
2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan.
3.Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb).
4. Ujung abdomen runcing.
 
 Tahap perkembangan  Drosophila sp.:
a. Periode pertama (periode embrional) Terjadi di dalam telur pada saat fertilisasi sampai
pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Pada
saat ini, larva tidak berhenti-hentinya makan (Sylvia, 2003: 151).
b. Periode kedua (periode postembrionik) Periode setelah menetas dari telur dibagi
menjadi tiga yaitu larva, pupa, dan imago.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan  Drosophila sp.
 adalah sebagai berikut:
a. Suhu lingkungan
  Drosophila sp.mengalami siklus selama 8 –11 hari dalam kondisi ideal/ kondisi ideal yang
dimaksud adalah dalam suhu sekitar 25–28˚C. 6 Pada suhu ini, lalat akan mengalami satu
putaran siklus secara optimal. Sedangkan  pada suhu rendah atau sekitar 18˚C, waktu yang
diperluka untuk menyelesaikan iklus hidupnya relatif lebih lama yaitu sekitar 18 – 20 hari. Pada
suhu 30˚C lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
b. Ketersediaan media makanan Menurut Shorrocks (1972) jumlah telur
  Drosophila sp.akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang
kekurangan makanan akan menghasilkan larva yang beruuran kecil. Larva ini mampu
membentuk pupa berukuran kecil, namun seringkali gagal berkembang menjadi individu
dewasa. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan  jumlah makanan yang
dimakan oleh larva betina.
c. Tingkat kepadatan tempat pemeliharaan Botol medium sebaiknya diisi dengan medium
buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat biuah yang dikembangbiakkan di
dalam wadah sebaiknya juga tidak terlalu banyak.
d. Intensitas cahaya Lalat buah lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan
mengalami  pertumbuhan yang lambat apabila berada di tempat yang gelap.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Kaca pembesar
2. Cawa petri
3. Kuas
4. Oven
5. Blender
6. Corong
7. Botol kultur dan tutup dari busa
Bahan:
1. Drosophila sp. liar
2. Pisang masak
3. Eter
4. Tegosept
5. Label

D. CARA KERJA
A. Pembuatan media pemeliharaan lalat buah
1. Melumatkan 500 gram daging buah pisang masak dengan blender
2. Melarutkan 15 gram tepung agar agar dalam 478 cc air, masak hingga mendidih.
3. Memasukkan bubur pisang dan tegosept 7 cc ke dalam larutan agar yang sedang
dimasak.
4. Memanaskan larutan hingga mendidih
5. Masukkan medium ke dalam botol biakan yang telah disterilkan dalam oven
6. Memasukkan kertas saring yang telah dilipat untuk menyerap kelebihan air
7. Menutup botol dengan sumbat busa yang bersih

B. Penangkapan lalat buah di alam


1. Menyiapkan botol selai yang bersih
2. Memasukkan potongan buah yang masak
3. Meletakkan ditempat yang terbuka dan dijaga jangan sampai ada semut yang masuk
4. Setelah sehari atau beberapa hari, aka nada lalat yang masuk
5. Menutup botol dengan kain setelah jumlah lalat yang masuk kedalam botol cukup
banyak
6. Mengikat kain penutup botol dengan karet atau raffia
7. Memindahkan lalat pada botol biakan yang telah berisi media
C. Eterisasi
1. Menyentakkan botol dengan telapak tangan secara perlahan, agar lalat buah yang
menempel pada penutup busa dapat jatuh kebawah
2. Memindahkan lalat buah ke botol kosong
3. Menutup botok berisi lalat buah dengan sumbat busa
4. Memasukkan kapas yang telah ditetesi eter ke dalam botol yang berisi lalat buah
melalui sela – sela sumbat busa
5. Memindahkan lalat yang telah terbius kedalam cawan petri
6. Melakukan pengamatan dengan cepat
7. Memasukkan kembali lalat buah ke dalam medium semula
D. Pengamatan
1. Pengamatan jenis kelamin
a. Mengamati lalat buah yang telah ditangkap
b. Membedakan jenis kelamin lalat betina dan jantan, kemudian menggambar kedua jenis
lalat tersebut, member keterangan bagian – bagiannya sehingga Nampak jelas perbedaan
kedua jenis kelamin lalat tersebut.
2. Pengamatan siklus hidup lalat buah
a. Memelihara ± 3 pasang lalat buah dalam botol yang telah terisi media
b. Member catatan pada botol : tanggal mulai pemeliharaan dan nama kelompok
c. Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabel siklus hidup
Jenis lalat : Drosophila sp. Tanggal : 22 November 2018

Fase Telur Larva Larva Larva Pupa Imago


inst 1 Inst 2 Inst 3
Tanggal Berwarna Berwarna Berwarna Berwarn Berwarna Berukuran kecil,
pengamatan: putih, putih seperti putih, a putih coklat bisa terbang, dan
29 ukuran belatung ukuran lebih kekuning muda, tidak berjumlah 18
November kecil, bergerak- besar dari an, bergerak
2018 menempe gerak pada sebelumnya, ukuran dan
l pada dinding bergerak- lebih menempel
media, toples dan gerak pada besar, pada tutup
berjumla diatas dinding bergerak toples dan
h 26 medium, toples dan pada dinding
tubuh diatas dinding toples,
bersegmen, medium, toples berjumlah
berjumlah 1 tubuh menuju 3
bersegmen, tutup
berjumlah 2 toples,
tubuh
bersegme
n,
berjumla
h2

2. Jumlah imago

Jenis Kelamin Jumlah imago yang terbentuk pada hari ke- Jumlah
7 14
♂ 3 4 7

♀ 5 6 11
Praktikum pertama dengan objek Drosophila sp. yang berjudul “Mengenal Lalat Buah
Drosophila sp.” dan dengan tujuan mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila sp. , dapat
membedakan jenis kelamin Drosophila sp., menguji apakah perbandingan ♂ : ♀ = 1 : 1, dan
dapat membuat media pemeliharaan Drosophila sp.

Pembuatan media yang dilakukan untuk tempat hidup lalat buah Drosophila sp. menggunakan
daging buah pisang yang dicampur dengan larutan agar dan tegosept yang didihkan terlebih
dahulu. Buah pisang digunakan karena banyak mengandung magnesium, kalium, fosfor,
kalsium. Energi pisang 136 kalori untuk setiap 11 gram. Pisang mengandung asam malat, asam
sitrat, dan asam sitrat (Anisa. P, 2013 dalam Dian dan Bachtiar 2017). Fungsi dari pemberian
tegosept adalah sebagai anti jamur. Selain itu bahan yang campurkan adalah fermipan.
Fermipan merupakan ragi instan yang kering, yang merupakan sejenis fungi, yang dapat
memfermentasi gula (Campbell, dkk., 2010: 192). Pemberian fermipan memengaruhi
perkembangbiakan Drosophila melanogaster agar lebih baik (Dian dan Bachtiar, 2017: 49).
Setelah media selesai dimasak maka dimasukkan ke dalam botol toples yang sudah steril,
kemudian di atasnya diberikan kertas saring yang telah dilipat, yang berfungsi untuk menyerap
kelebihan air. Terakhir botol toples tersebut ditutup dengan sumbat gabus yang bersih.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan memasukkan 5 pasang Drosophila


sp.jantan dan betina ke dalam masing-masing botol toples, diperoleh hasil persilangan
Drosophila sp.yang diamati selama 2 minggu yaitu ditemukan jumlah telur sebanyak 26. Dari
telur tersebut pada pengamatan selanjutnya ditetaskan menjadi larva instar 1 berjumlah 1 yang
bercirikan berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing,motil. Lalu ditemukan juga
larva instar 2 sebanyak 2 yang memiliki ciri-ciri ukuran lebih besar dibanding larva instar 1,
terlihat adanya warna kehitaman pada bagian anterior larva (mulut larva),menggali dengan
mulut tersebut. larva instar 3 juga terlihat pada toples tersebut sebanyak 2 yang bercirikan mulut
hitam terlihat jelas berbentuk sungut, bergerak lebih aktif, ukuran menjadi lebih besar. Selain
larva, pupa juga terlihat sudah terbentuk di dalam toples tersebut sebanyak 3 yang memiliki ciri
kutikula menjadi keras dan berpigmen, tidak bergerak (diam). Pada terakhir kali pengamatan
ditemukan akhir dari fase post embrionik, yaitu imago sebanyak 18 yang memiliki ciri-ciri
ukuran relatif kecil dan kurus, berwarna pucat, dan sayap belum terbentang.

Jumlah individu pada masing-masing fase tersebut hanya ditemukan pada 2 toples saja,
sedangkan 2 toples yang lain terlihat tidak ada perkawinan yang terjadi sehingga tidak
menghasilkan telur. Hal tersebut terjadi kemunginan kondisi Drosophila sp. pada toples tidak
seutuhnya sehat dikarenakan pada tahap pembiusan, praktikan terlalu banyak memberikan obat
biusnya, dan kurangnya nutrisi dari media di dalam toples tersebut karena media
pertumbuhannya telah busuk.

Dari praktikum tersebut juga dapat diamati mengenai perbedaan Drosophila sp. jantan dan
betina, sebagai berikut:
Drosophila melanogaster jantan memiliki ciri-ciri:
a. Mata berbentuk bulat dan berwarna merah
b. Sungut berbentuk lurus seperti rambut, bercabang, berjumlah dua buah
c. Kepala berwarna merah pudar
d. Thorax berwarna coklat kehitaman
e. Abdomen tumpul dan terdapat tiga garis hitam
f. Sayap berbentuk oval, pendek, berwarna kecoklatan transparan
Drosophila melanogaster betina memiliki ciri-ciri:
a. Mata berbentuk bulat dan berwarna merah
b. Sungut berbentuk seperti bulu atau rambut, bercabang berjumlah enam buah
c. Kepala berwarna kuning kecoklatan
d. Thorax berwarna coklat
e. Abdomen runcing dan terdapat enam garis hitam
f. Sayap berbentuk oval, dengan warna transparan dan sedikit warna merah
g. Berukuran lebih besar daripada Drosophila melanogaster jantan
Selain itu pada pengamatan juga terlihat pada minggu pertama terdapat 3 individu jantan
dan 5 individu betina. Sedangkan pada minggu kedua pengamatan terlihat bertambah
jumlahnya, yaitu 4 individu jantan dan 6 individu betina. Dengan ini hasil individu yang banyak
dihasilkan adalah Drosophila sp. betina yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan memiliki
ujung abdomen yang memanjang dan meruncing. Awalnya diduga hasil tersebut tidak sesuai
dengan teori bahwa hasil persilangan Drosophila sp. akan menghasilkan perbandingan jantan :
betina = 1:1. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan karena pada 3 pasang pertama Drosophila
sp. yang dimasukkan ke dalam toples dan berperan sebagai parentalnya tidak semua hidup,
kemungkinan ada sebagian yang mati sehingga tidak dapat menghasilkan keturunan dengan
perbandingan yang sama.

Perbandingan 1:1 diperoleh dengan membuat diagram persilangan, sebagai berikut:


Parental Drosophila jantan maupun betina yang digunakan untuk praktikum merupakan tipe
wild dengan alel jantan Xw+ Y dan betina Xw+ Xw+

♀ /♂ Xw+ Y
Xw+ Xw+ Xw+ Xw+ Y

Maka diperoleh perbandingan genotype Xw+ Xw+ : Xw+ Y, dengan fenotipe Drosophila
jantan wild: Drosophila betina wild adalah 1:1. Pada praktikum tidak menggunakan parental
Drosophila mutan. Hasil persilangan juga tidak ada Drosophila yang mutan.

Perhitungan perbandingan jenis kelamin menggunakan test x2 (chi-square) sebagai berikut:

Ratio Fenotip Hasil Hasil yang Penyimpangan d2 d2/e


yang diharapkan Pengamatan= diharapkan= d= (o-e)
(o) (e)
Persilangan Drosophila melanogaster
Jantan: ½ 7 9 -2 4 1/3
Betina: ½ 11 9 2 4 1/3
x2=∑d2/e 2/3=0,6667
Dk = n- 1

=2-1

=1
Keterangan tabel: Hasil pengamatan menggunakan jumlah imago yang diamati untuk
masing-masing jenis kelamin. Hasil yang diharapkan merupakan ratio fenotip yang diharapkan,
dikali jumlah Drosophila melanogaster yang diamati. Derajat kebebasan (dk) diperoleh dari
jumlah fenotip dikurangi 1. Fenotip yang diamati ada dua yaitu jantan dan betina.

Apabila tidak dilakukan uji chi-square, maka berdasarkan data yang diperoleh dari
praktikum, perbandingan jantan dan betina 7:11. Kelihatannya kedua angka ini jelas berbeda.
Kemudian dilakukan uji chi-square untuk memastikan perbandingan jantan dan betina. Setelah
dilakukan uji chi-square, dengan derajat kebebasan 1, didapatkan nilai kemungkinan di antara
0,5 dan 0,3. Maka data yang diperoleh merupakan data yang baik, yang masih memenuhi
perbandingan 1:1 karena tidak berbeda secara nyata. Jadi, data yang diperoleh pada praktikum
masih memenuhi syarat diterima sebagai data yang baik.

F. KESIMPULAN
Lalat buah mengalami siklus hidup dari telur, larva, pupa, dan imago, dan begitu seterusnya.
Dalam perkembangannya ada ciri ciri yang membedakan lalat Drosophila sp. jantan dan betina
yaitu:
 Drosophila sp. jantan :
1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina.
2. Sayap lebih pendek dari sayap betina.
3.Terdapat sisir kelamin (sex comb).
4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam.
 Drosophila sp. betina:
1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan.
2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan.
3.Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb).
4. Ujung abdomen runcing.
Pada praktikum setelah dilakukan uji chi-square untuk memastikan perbandingan jantan dan
betina dengan derajat kebebasan 1, didapatkan nilai kemungkinan di antara 0,5 dan 0,3. Maka
data yang diperoleh merupakan data yang baik, yang masih memenuhi perbandingan 1:1 karena
tidak berbeda secara nyata. Jadi, data yang diperoleh pada praktikum masih memenuhi syarat
diterima sebagai data yang baik.

G. DISKUSI
1. Mengapa botol biakan yang telah berisi lalat ditutup dengan kain, atau busa plastic?
Jawab: agar lalat tidak keluar dan tetap mendapat oksigen walaupun berada di ruang tertutup.
2. Mengapa lalat yang dipelihara pada temperature uang lebih rendah mempunyai siklus
yang lebih panjang?
Jawab : Temperatur yang rendah akan membuat siklus lebih panjang karena telur membutuhkan
suhu ideal 25C-28C untuk menjadi imago. Jika temperature rendah maka dapat menghambat
pertumbuhan dari lalat tersebut.
3. Apakah fungsi tegosept dalam media pemeliharaan?
Jawab : Tegosept adalah cairan yang dicampur ke media agar media tidak ditumbuhi oleh jamur
4. Apakah fungsi kertas saring yang telah diletakkan pada media?
Jawab: Fungsi kerta saring untuk mengurangi atau menyerap kelebihan air dan uap yang
dihasilkan pada botol di media tersebut, sehingga media tidak busuk.

Diskusi hal 12

1. Adakah penyimpangan dari hasil pengamatan saudara? Jelaskan kemungkinan apa yang
menyebabkan?
Jawab: Tidak terdapat penyimpangan dari hasil pengamatan.
2. Mengapa imago segera harus dikeluarkan setelah terdapat banyak pupa didalam botol?
Jawab: Imago segera dikeluarkan setelah terdapat banyak pupa di dalam botol supaya imago
tidak membuahi pupa yang kemudia menjadi imago. Hal ini untuk menghindari induk akan
bertelur lagi. Jika ini terjadi maka akan terjadi reproduksi ulang oleh indukan yang periodenya
sudah berbeda dengan yang dikeluarkan.
3. Mengapa perhitungan imago pada keturunan kedua harus dilakukan setiap ada yang
menetas?
Jawab: Untuk melihat berapa banyak imago yang berkembang saat terjadi penetasan. Untuk
pembanding dengan jumlah penetasan pertama.Dan untuk menghindari kekeliruan perhitungan
keturunan.
4. Mengapa pada persilangan ini harus menggunakan induk lalat betina yang belum
dibuahi?
Jawab: Pada persilangan ini harus menggunakan induk lalat betina yang belum dibuahi supaya
keturunan F1 dan F2 merupakan hasil persilangan yang diharapkan (seperti persilangan
monohybrid, dihibrid menurut hukum mendel).

DAFTAR PUSTAKA
Borror, Donald J,dkk. (1992) Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: UGM Pers.
Campbell, Neil A. (2002) Biologi Jilid I Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Dwijoseputro. 1986. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A. dkk (Ed. ke-8). 2010. Biologi (diterjemahkan oleh Damaring Tyas
Wulandari, S. Si.). Jakarta: Erlangga.

http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/575/3/BAB%20II.pdf (Diakses pada Rabu, 12 Desember


2018. Pukul 19.13 WIB.) (Bagan 1 drosophila)
Safitri, Dian dan Suhaedir Bachtiar. (2017). Pengaruh Penambahan Ragi pada Media terhadap
Perkembangbiakan Drosophila melanogaster. Jurnal Biology Science and Education.

Sylvia, A Price, dkk. (2003), Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Strickberger, Monroe W. (1962). Experiments in Genetics with Drosophila. London:
John Willey and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai