Anda di halaman 1dari 5

Pembuatan Benih Sintetik (Artificial Seed) Secara In Vitro

Oleh :
Salma Fauzia B1A015057
Wira Dhyaksa Pradana B1A015063
Kharisma Annisa P utranti B1A015066
Marizqa Dwi Noor Rahmah B1A015073
Alvira Rifdah Sativa B1A015081
Fikrie Fauzan B1A015086

TUGAS KULTUR IN VITRO

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Benih sintetik didefinisikan sebagai embrio somatik, tunas, agregat sel, atau
jaringan lain yang dikemas dalam hydrogel dan dapat disemai
sebagai benih yang memiliki kemampuan untuk menjadi tanaman di bawah kondisi in
vitro atau ex vitro serta dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Capuano et
al., 1998). Produksi benih sintetik adalah teknik yang potensial untuk perbanyakan
tanaman dan pelestarian, terutama tanaman komersial budidaya yang tidak
menghasilkan benih, tanaman transgenik dan tanaman lain yang perlu dijaga sifat-
sifat unggulnya (Saiprasad, 2001). Dalam cakupan yang lebih sempit, benih sintetik
diartikan sebagai bulir-bulir kapsul gel yang dapat berisi semua jenis eksplan dan
memiliki kemampuan untuk berkecambah (Nhut et al., 2005). Produksi benih buatan
adalah teknik yang digunakan untuk menyebarkan dan melestarikan tanaman dan telah
diterapkan pada banyak tanaman (Wang & Qi, 2010).
Penelitian mengenai teknologi benih buatan telah dimulai untuk mengatasi
kendala bagi tanaman yang penyediaan benihnya terbatas dan tanaman yang memiliki
keragaman genetic karena perbanyakan benih. Benih buatan dikenal jugabenih sintetik
atau benih somatic yang memanfaatkan embrio somatic yang dihasilkan dari sel
somatic yang mampu tumbuh dan berkembang membentuk struktur mirip embrio
zigotik, dengan sifat-sifat seperti embrio zigotik. Embrio somatik dienkapsulasi
sehingga menyerupai benih alamiah. Secara ekonomi, benih sintetik dimaksudkan
untuk diproduksi dalam skala besar dari berbagai tanaman unggul (Bapat, 1993).

2. Tujuan
1. Mengetahui artificial seed, proses pembuatan serta manfaat dari artificial seed
(benih sintetik).

3. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang benih sintetik, proses pembuatan serta
manfaatnya bagi kehidupan.
II. Pembahasan

Teknik enkapsulasi dikembangkan oleh Redenbaugh et.al (1985) yang


mengadopsi teknik benih buatan/sintetik, yaitu membungkus eksplan dengan lapisan
yang berfungsi sebagai fisik. Tujuannya memberikan tekanan secara fisik pada
eksplan yang disimpan sehingga berpengaruh dalam meminimalkan pertumbuhan
akibat reduksi proses respirasi. Pembungkus fisik yang biasa digunakan adalah
natrium alginat.
Teknik ini merupakan salah satu teknik dalam usaha konservasi plasma nutfah
secara ex situ (kultur in vitro) yang disebut preservasi. Preservasi adalah kegiatan
mereduksi atau mengurangi laju metabolisme tumbuhan hingga sekecil mungkin
dengan tetap mempertahankan viabilitasnya dan memelihara sebaik mungkin biakan,
sehingga diperoleh angka perolehan (recovery) dan kehidupan (survival) yang tinggi
dengan perubahan ciri-ciri yang minimum. Enkapsulasi termasuk dalam metode
preservasi dengan cara menghambat pertumbuhan (slow growth).
Hal ini dilakukan dengan cara membiakkan pada media yang mengandung
sumber karbohidrat konsentrasi tinggi dan zat pengatur tumbuh sehingga menghambat
pertumbuhan namun penampakannya tetap segar. Teknik enkapsulasi memiliki
beberapa keuntungan, yaitu teknik ini lebih efektif untuk penyimpanan jangka panjang
karena dapat dicegah adanya perubahan genetik, teknik ini juga sangat efisien karena
dalam satu wadah seperti berupa botol dapat menyimpan puluhan eksplan bahkan
ratusan, mudah dikendalikan, skala produksi besar dengan biaya rendah, dan
regenerasi sangat mudah.
Teknik enkapsulasi dilakukan untuk memproduksi biji sintetik atau biji buatan
yang menjadi aset penting dalam mikropropagasi. Enkapsulasi in vitro didapatkan dari
eksplan vegetatif tanaman untuk dikembangkan menjadi biji sintetik yang digunakan
sebagai pengganti alternatif biji sesungguhnya (Faisal, et.al.,2006).
Gambar 1.Prosedur Enkapsulasi
Prosedur kerja dalam pembuatan enkapsulasi dimulai dengan sterilisasi
eksplan kemudian pembuatan media enkapsulasi, yaitu dengan ½ MS ditambah
sodium alginat sebagai kontrol dan nutrijell sebagai perlakuan dan disterilisasi.
Eksplan yang digunakan tadi yaitu berupa tunas kecambah sawi dimasukan ke dalam
media enkaspsulasi dan diambil menggunakan pipet dan dimasukan kembali ke dalam
larutan CaCl2.2H2O. Kemudian sawi dari larutan CaCl2.2H2O dimasukkan ke dalam
petri dish dan diamati.
Kendala yang dihadapi dalam teknik enkapulasi adalah menghindari
penguapan atau pengeringan kapsul, dan serangan cendawan. Bentuk pengemasan
yang diharapkan adalah berupa bahan yang dapat memberi perlindungan, biodegrable,
kuat dan tidak berbahaya bagi bibit tanaman.
DAFTAR REFERENSI

Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari


Pediatri, 12(4), pp. 21-29.
Beckett,Chris & Hilary Taylor. 2004. Human Growth and Development. London :
SAGE.
Djarijah. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: Kanisius.
Forhead, A.J & Fowden A,L. 2014. Thyroid hormones in fetal growth and prepartum
maturation. Journal of endocrinology, 22 (1), pp. 87-103.
Karyanto, Agus. 2005. Mekanisme Kinerja Hormon. Lampung : UNILA.
Mishra, A. 2006. Effects Of Gonadotrophin In Vivo And 2-Hydroxyoestradiol-17β In
Vitro On Follicular Steroid Hormone Profile Associated With Oocyte
Maturation In The Catfish Heteropneustes Fossilis. Journal of Endocrinology,
189(1), pp. 341-353.
Patino, 2002. Ovarian follicle growth, maturation and ovulation in teleost fish. Fish
Physiology and Biochemistry, 26(1), pp. 57-70.
Rahmanisa, S. 2014. Steroid Sex Hormone and Its Implementation to Reproductive
Function. Juornal Faculty of Medicine University of Lampung, 4(7), pp. 97-105.
Reny. 2008. The Effect of sGnRHA + Domperidon in Different Doses to Ovulation of
Punten Strain Goldfish (Caprinus carpio L.). Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Saranac, Ljiljana., Stamenkovic, Hristina., Stankovic, T., Zivanovic, S & Djuric, Z.
2013. Growth in Children with Thyroid Dysfunction. Intech, pp. 120-137.
Sinjal, H. 2014. Efektifitas ovaprin terhadap lama waktu pemijahan, daya tetas telur
dan sintasan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Budidaya Perairan,
2(1), pp. 14-21.
Woynarovich, E and Hovath, L. 1980. The Artificial Propagation of Warm Water
finfishes- A Manual Extention. Food and Agriculture. Organization The United
Nation, 9(2), pp. 172-183.
Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai