PENDAHULUAN
A. Judul
Sterilisasi Eksplan dan Kultur Embrio Zygotik Biji Buah Naga (Hylocereus
costaricensis).
B. Latar Belakang
Kultur embrio zygotik adalah menumbuhkan embrio zigotik yang
diambil dari biji dan berkembang menjadi kecambah (Mastuti, 2017). Hal yang
harus diperhatikan dalamkultur embrio zigotik adalah kemasakan embrio,
waktu imbibisi, suhu, dormansi dan komposisi medium. Tujuan kultur embrio
zigotik adalah memperbanyak bibit dengan waktu singkat dan dapat melakukan
perkecambahan biji dengan mudah (Nirmala dan Hardiyanto, 2012).
Buah naga (Hylocereus costaricensis) adalah buah yang mempunyai
kandungan gizi cukup lengkap. Biji buah naga mengandung senyawa anti
kanker. Pengembangan buah naga mengalami kendala karena biaya bibit
terlalu mahal sehingga dibutuhkan kultur in vitro (Wahyuni dkk., 2013).
Praktikum kali ini dilakukan sterilisasi biji buah naga (Hylocereus
costaricensis) dan kultur embrio zigotik.
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan biji buah naga (Hylocereus costaricensis)
setelah ditanam dalam medium in vitro
2. Mengetahui presentase perkecambahan biji buah naga (Hylocereus
costaricensis).
II. TINJAUAN PUSTAKA
B. Cara Kerja
1. Sterilisasi Ruang Penabur
LAF disterilisasi dengan dilap dengan alkohol 70%. Cawan petri,
pinset, lampu spiritus, plastik wrap, tissue, botol konikel, botol kultur,
gelas beker, korek api, dan spatula disemprot alkohol kemudian
dimasukkan dalam LAF. Tombol UV ditekan dan ditunggu 10 menit.
Sterilisasi entkas dilakukan dengan seluruh permukaan disemprot
dengan alkohol 70%. Tablet formalin dijaga agar tidak terkena alkohol
dan tetap berada di dalam entkas. Cawan petri, pinset, lampu spiritus,
plastic wrap, tissue, botol konikel, botol kultur, gelas beker, korek api,
dan spatula disemprot alkohol kemudian dimasukkan dalam entkas.
2. Sterilisasi eksplan dan kultur embryo
Biji buah naga diambil sebanyak 40 biji dan lendir dihilangkan.
Biji dibilas dengan air filtrasi kemudian ditutup dengan alumunium foil.
Biji dimasukkan ke dalam konikel, gojog kloroks 10% selama 5 menit
kemudian gojog kloroks 5% selama 10 menit dan dibilas dengan akuades
3 kali. Biji dikeringkan diatas kertas saring, kemudian biji ditanam pada
1 petri kecil dan 4 botol kultur masing-masing 5 biji.
Fase 2, biji
membesar dan
2 2
testa mulai
pecah
Gambar 2. Pengamatan biji buah naga
hari ke-2 (Dokumentasi Pribadi, 2019).
Fase 3 biji
yang dikultur
akan
3 5
membentuk
protocorm dan
Gambar 3. Pengamatan biji buah naga rhizoid
hari ke-5 (Dokumentasi Pribadi, 2019).
Fase 4,
Pembentukan
daun pertama
4 6
akan terjadi
Gambar 4. Pengamatan biji buah saat memasuki
nagahari ke-6 (Dokumentasi Pribadi, fase keempat
2019).
Fase 5,
pemanjangan
daun pertama,
5 7
serta
pertumbuhan
Gambar 5. Pengamatan biji buah naga yang pesat
hari ke-7 (Dokumentasi Pribadi, 2019).
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil gambar 1 mengalami fase ke-0 dengan
keterangan biji tidak berkecambah, biji mulai membengkak da masih tertutupi
testa, gambar 2 mengalami fase ke-2 biji membesar dan testa mulai pecah.
Gambar 3 mengalami fase ke-3 dimana biji yang dikultur membentuk protocorm
dan rhizoid, gambar 4 mengalami fase ke-4 yaitu pembentukan daun pertama dan
gambar ke-5 mengalami fase ke-5 yaitu pemanjangan daun pertama serta
pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut sesuai dengan tahap-tahap
Berdasarkan data diatas merupakan fase-fase perkecambahan biji buah naga.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutopo (2012), bahwa proses perkecambahan
biji terbagi menjadi 5 tahap yaitu tahap pertama suatu perkecambahan benih
dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan
hidrasi protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan
enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih dimana testa mulai robek.
Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti
karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh, biji akan membentu protocorm. Tahap
keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen
dan sel-sel baru seperti pemebentukan daun baru, tahap kelima adalah
pertumbuhan dengan adanya pemanjangan (Sutopo, 2002).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebanyak 40 biji buah naga (Hylocereus costaricensis) dimasukkan ke
dalam gelas beker yang berisi air, kemudian dipilih biji yang tenggelam di
dasar. Lendir biji buah naga dibersihkan dan dibilas dengan air filtrasi. Biji
buah naga disterilisasi dengan direndan dan digojog chlorox 10% selama 5
menit dan dilanjutkan dengan sterilisasi dengan chlorox 5% selama 10
menit, lalu dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Biji buah naga
yang telah steril, dikeringkan di atas kertas saring.
2. Biji buah naga (Hylocereus costaricensis) pada medium MS (Murashige
and Skoog) yang diinkubasi selama 3 minggu, menunjukkan adanya sifat
totipotensi pada biji buah naga melalui perubahan morfologi. Morfologi
biji buah naga setelah diinkubasi selama 3 minggu adalah membentuk
kecambah dan diikuti terbentuknya akar dan tunas.
3. Fase biji buah naga (Hylocereus costaricensis) pada medium MS
(Murashige and Skoog) yang dapat diamati adalah fase embrio dan biji
belum mengalami perkecambahan (fase 0) pada hari ke-1, fase perobekan
testa (fase 2) pada hari ke-2, fase pembentukan akar (fase 3) pada hari ke-
4, fase pembentukan daun pertama (fase 4) pada hari ke-5 dan terjadi
pemanjangan daun pertama serta pertumbuhan yang pesat (fase 5) pada
hari ke-7.
B. Saran
Saran saya untuk percobaan kali ini adalah adanya tindak lanjut setelah
penamaman biji buah naga agar kemudian diaklimatisasi dan mungkin bisa
dibawa oleh setiap praktikan untuk ditanam sendiri.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, A. W., Sulistyaningsih, E., dan Murti, R. H. 2015. Karakter morfologi dan
sitologi tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) hasil induksi kolisina
pada generasi vegetatif kedua. Vegetalika 4(1): 37-45.
Finna., Linda, R. dan Mukarlina. 2015. Pertumbuhan in vitro biji buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus Webb. Britton dan Rose) dengan penambahan air
kelapa dan naphthalene acetic acid (NAA). Jurnal Protobiont 4(3): 113-117.
Hariono, E., Novaliza, M. dan Fatonsh, S. 2017. Pembentukan nodul dari biji
manggis (Garcinia mangostana L.) asal bengkalis pda media WPM dengan
penambahan bap dan madu. Journal of Biology 11(1): 16-24.