Disusun oleh :
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2017
KREDIT NILAI LAPORAN
PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
KRITERIA NILAI
NILAI ACC
STANDAR
COVER dan JUDUL
I. PENDAHULUAN
10
a. LATAR BELAKANG
b. TUJUAN PRAKTIKUM
II. TINJAUAN PUSTAKA 20
III. METODE
a. ALAT & BAHAN 15
b. CARA KERJA
III. HASIL & PEMBAHASAN 35
IV. KESIMPULAN & SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN
JUMLAH 100
Mengetahui,
Asisten
A. Latar Belakang
Dalam praktikum kultur jaringan tumbuhan, tidak terlepas dari alat-alat
yang terdapat didalam laboratorium. Alat merupakan salah satu pendukung
dari pada keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium yang akan
memudahkan dan melancarkan berlangsungnya kegiatan praktikum.
Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan praktikum.
Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau berbahaya jika
penggunaannya tidak tepat. Hal ini dapat merugikan praktikan pada saat
melakukan praktikum. Pentingnya dilakukan pengenalan alat laboratorium
yaitu agar dapat memahami cara pemakaian alat dengan benar dan tepat,
sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan prosedur pemakaian alat
laboratorium (Andriani, 2016).
Kultur jaringan tumbuhan adalah suatu metode yang berguna untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel, jaringan, organ,
protoplasma, dan sel serta menumbuhkannya pada kondisi aseptik sehingga
bagian-bagian tanaman yang digunakan dapat memperbanyak diri dan
menjadi tanaman yang lengkap (Karjadi dan Buchory, 2008). Kultur jaringan
tumbuhan penting karena dapat membantu untuk memperbanyak vegetatif
tanaman dalam rangka penyediaan bibit dari induk superior, membersihkan
bahan tanaman atau bibit dari virus yang terdapat dalam tubuh induk,
membantu program pemuliaan tanaman untuk menghasilkan tanaman yang
lebih baik, membantu proses konservasi dan preservasi plasma nutfah
tanaman dan untuk memproduksi persenyawaan kimia untuk keperluan
farmasi dan pewarna untuk industri makanan dan kosmetik didalam kultur sel
(Saptarini dkk., 1988).
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Kegiatan
yang dilakukan dalam praktikum meliputi pemahaman tentang prinsip
keamanan dan keselamatan kerja. Selain itu untuk mengetahui prinsip-prinsip
sterilisasi untuk menghindari terjadinya kontaminan dan diharapkan praktikan
mampu untuk membuat larutan stok.
B. Tujuan
1. Mempersiapkan dan memperkenalkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu
LAF, enkas, botol kultur, timbangan analitik, shaker, hot plate stirring,
vortex, autoklaf, microwave, botol kultur, plastic wrap, kertas payung,
alumunium foil, tabung falcon, milipore filter, gelas beker, gelas
pengaduk, universal indicator pH, pH meter, pinset, gagang scapel,
blade, petridish kecil, petridish besar, spiritus, erlenmeyer, pipet ukur,
gelas ukur, mikropipet dan propipet pada kultur in vitro.
2. Mengenalkan metode sterilisasi peralatan yang digunakan dalam kultur in
vitro.
3. Mengenalkan metode sterilisasi ruang penabur yang digunakan dalam
kultur in vitro.
4. Mengetahui tentang pembuatan larutan stok.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sukrosa (g) 20 -
Agar (g) 8 -
Larutan stok vitamin dapat dibuat dengan konsentrasi 100x atau 1000x dan
disimpan didalam freezer yang suhunya -20C. Jika tidak memiliki refrigerator
atau freezer, maka larutan stok vitamin harus dibuat setiap kali media akan dibuat.
Larutan stok vitamin yang ada didalam refrigerator dapat disimpan selama 2-3
bulan, lebih dari waktu tersebut maka larutan harus diganti dengan yang baru
(Rahardja, 1995). Kinetin merupakan salah satu jenis sitokinin yang terdapat alam
air kelapa muda dan dalam ragi (Utama, 2015). Kinetin merupakan senyawa yang
berperan dalam pertumbuhan tunas (Bakar dkk., 2016).
Menurut George dan Sherrington (1984), kinetin berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. 2,4-D adalah
hormon auksin sintetik yang berperan penting dalam pembentukan akar dan
pemanjangan sel. Air kelapa yang mengandung sitokinin, auksin dan senyawa
lainnya yang dapat menstimukasikan perkecambahan dan pertumbuhan
(Sulistiyorini dkk., 2012). Penambahan asam 2,4-D berperan untuk mendorong
proses morfogenesis kalus, induksi kalus dan dapat mempengaruhi kestabilan
genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2003).
Larutan stok besi mengandung komponen FeSO4.7H2O dan
Na2EDTA.2H2O. Larutan ini adalah unsur hara mikro yang ada pada jaringan
tumbuhan. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk membuat media kultur,
namun sayangnya senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi saat
media selesai dibuat. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan chelate besi
dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA) (Gamborg dan
Shyluk, 1981).
III. METODE
1 2 3
a
c
b
5 6 7 8
Gambar 5. Alat yang sering digunakan (Dokumentasi Pribadi, 2017).
Nomor 1 adalah timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang medium
atau bahan kimia yang akan digunakan. Nomor 2 adalah hot plate stirring yang
terdapat magnet dan bekerja memutar, panas bisa diatur. Nomor 3 adalah shaker,
untuk menghomogenkan larutan. Nomor 4 adalah vortex untuk menghomogenkan
larutan. Nomor 5 adalah mikropipet, berfungsi untuk mengambil cairan dengan
ukuran tertentu (mikro liter).
Nomor 6 adalah spiritus, untuk sterilisasi dengan pembakaran langsung.
Nomor 7a yaitu gelas pengaduk berfungsi untuk mengaduk larutan, 7b yaitu
gagang scalpel dan 7c yaitu pinset berfungsi sebagai penjepit obyek. Nomor 8
yaitu gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume maupun cair pada berbagai
ukuran volume.
11
10
12 13 14 15 16
17 18 19 20 21
22 23
25
Gambar 5. Alat yang sering digunakan (Dokumentasi Pribadi, 2017).
Nomor 17 adalah karet gelang, berfungsi sebagai pengikat plastik yang
diikatkan dengan kencang sehingga mencegah terjadinya kontaminan. Nomor 18
adalah alumunium foil, berfungsi untuk membungkus atau melindungi botol kultur
yang telah terisi eksplan dari kontaminan. Nomor 19 adalah tabung falcon atau
konikel, berfungsi untuk menyimpan hormon steril yang tidak tahan panas.
Nomor 20 adalah milipore filter, berfungsi untuk menyaring hormon steril
(sterilisasi zat yang tidak tahan panas). Nomor 21 adalah universal indicator pH,
berfungsi untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Nomor
22 adalah pH meter, berfungsi untuk mengukur nilai pH. Nomor 23 adalah
microwave, berfungsi untuk mencairkan medium. Nomor 25 adalah botol kultur,
berfungsi untuk mengisi medium dan mengkulturkan eksplan.
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan
dari segala macam bentuk kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan
medium pada kegiatan praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat
memerlukan sterilisasi. Jika teknik sterilisasi tidak diterapkan, maka hasil yang
diperoleh tidak akan maksimal dan dapat menimbulkan berbagai kontaminasi baik
dari alat ataupun dari media tumbuhnya mikroba (Dwidjoseputro, 1994). Metode
sterilisasi, yang terdiri dari :
1. Sterilisasi fisik, dibagi menjadi :
a. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi ini dilakukan dengan memakai oven. Sterilisasi ini seringkali
digunakan untuk mensterilkan mensterilkan perangkat kaca. Pada keadaan
kering, struktur protein bersifat lebih stabil dan tidak mudah rusak sehingga
untuk mematikan organisme dibutuhkan panas kering yang jauh lebih lama
dan tinggi bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembab
(Gunawan, 2008). Pemanasan dengan menggunakan oven dilakukan pada
temperatur 180C selama 1 jam atau 160C selama 2 jam (Meliawaty,
2012).
b. Sterilisasi panas basah
Sterilisasi ini diterapkan pada autoclave. Ketika melakukan sterilisasi uap,
sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan
pada suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadilah pelepasan energi
uap yang akan mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel.
Prinsipnya yaitu dipanaskan dengan suhu antara 110 oC dan 121oC dengan
tekanan 1 ATM. Sinar UV yang dipancarkan oleh lampu kabut merkuri
dapat melakukan penetrasi dan membunuh mikroorganisme (Hadioetomo,
1993).
c. Pembakaran langsung
Sterilisasi dengan pembakaran langsung menggunakan bunsen atau spiritus,
yaitu dengan cara membakar langsung alat yang disterilisasikan hingga
merah membara (Putra dkk., 2015).
d. Radiasi UV
Radiasi gelombang elektromagnetik yang sering digunkana adalah radiasi
sinar gamma atau sinar X, radiasi sinar ultraviolet, dan sinar matahari. Pada
sinar matahari banyak terkandung sinar ultraviolet, sehingga secara
langsung dapat digunakan untuk proses sterilisasi. Sterilisasi dengan
menggunakan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi digunakan untuk
objek-objek yang tertutup plastik. Untuk makanan ataupun obat-obatan
disarankan untuk tidak menggunakan sinar gamma pada saat sterilisasi
karena dapat mengakibatkan perubahan struktur kimia pada makanan
maupun obat-obatan tersebut (Gabriel, 1996).
2. Sterilisasi kimia
Sterilisasi kimia adalah teknik sterilisasi alat adn bahan yang
menggunakan senyawa kimia sehingga melalui suatu reaksi tertentu dapat
membunuh pertumbuhan mikroba tanpa merusak alat maupun bahan yang
disterilisasi (Talaro dan Talaro, 2002). Desinfektan merupakan bahan kimia
yang dapat membunuh sel vegetatif mikroba ada obyek yang tidak hidup
dengan merusak jaringan. Salah satu contoh desinfektan yaitu alkohol dan
chlorox. Jenis desinfektan ini mempunyai mekanisme kerja yaitu dengan
merusak dinding sel dengan menghambat pembentukan, merubah
permeabilitas, menghambat kerja enzim, mendenaturasi dan menghambat
sintesis protein serta asam nukleat (Tjay dan Raharja, 2002).
3. Sterilisasi mekanik
Sterilisasi mekanik dapat dilakukan dengan metode penyaringan hanya
memisahkan mikroorganisme yang tetap hidup dari material. Bahan
penyaringan sendiri adalah sejenis porselin yang berpori yang dibuat khusus
dari masing-masing pabrik (Gabriel, 1996). Bahan-bahan yang disterilkan
dengan metode ini umumnya adalah bahan yang tidak tahan suhu atau tekanan
tinggi seperti antibiotik, glukosa, serum darah, dan lainnya. Prinsip ini
menggunakan alat seperti vakum filter (Tortora, 2010).
Sterilisasi secara kimia dalam praktikum kultur jaringan menggunakan
alkohol dan chlorox. Alkohol dapat digunakan untuk mensterilisasikan ruang
kerja seperti enkas, LAF dan alat-alat seperti pinset, botol kultur, petri, dan
gagang scalpel. Sementara chlorox digunakan untuk mensterilisasikan eksplan
yang digunakan. Konsentrasi yang digunakan yaitu 5% dan 10%.
Botol kultur berfungsi sebagai wadah untuk medium atau sebagai tempat
eksplan bertumbuh. Ujung pada botol kultur ditutup dengan menggunakan
alumunium foil dan diusahakan untuk tidak ada gelembung. Pembungkusan mulut
botol kultur dengan menggunakan plastic wrap dilakukan untuk membuat area
mulut botol menjadi kedap udara sehingga akan mencegah masuknya kontaminan
dan mencegah masuknya air ketika disaring. Pinset berfungsi untuk menjepit
obyek, mengambil dan menanamkan eksplan pada medium, pinset kemudian
dibungkus dengan kertas payung. Perlakuan pada pinset dilakukan pula pada
scalpel.
Scalpel berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan blade. Petri yang berisi
kertas saring berfungsi sebagai tatakan atau alas untuk memotong eksplan (bagian
tanaman misalnya potongan daun). Petri lalu dibungkus dengan kertas payung dan
diikat dengan menggunakan karet gelang.
Sterilisasi alat dilakukan dengan cara memasukkan botol kultur, pinset,
scalpel, erlenmeyer dan petri yang telah dibungkus dengan kertas payung ke
dalam autoklaf. Sterilisasi ruang penabur pada enkas dilakukan dengan cara
membersihkan seluruh bagian enkas dengan alkohol 70% lalu alkohol 70%
disemprotkan di udara didalam enkas agar terjadi penjenuhan dengan maksud
membunuh atau mencegah adanya kontaminan pada permukaan dinding dan
udara dalam enkas, lalu ditutup dan ditunggu selama 30 menit sebelum
digunakan. Sterilisasi LAF dilakukan dengan menyalakan tombol blower terlebih
dahulu lalu alkohol 70% disemprotkan pada meja LAF secara merata dan dilap.
Tombol blower kemudian dimatikan dan tombo UV dinyalakan untuk sterilisasi,
tunggu selama 30 menit sebelum LAF digunakan.
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Larutan stok
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 100 kali lebih pekat. Menurut
Yusnita (2003), hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membuat larutan stok
adalah pada saat penyatuan beberapa komponen media dalam suatu larutan dan
harus mempertimbangkan pula kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya.
Didalam larutan stok yang telah terisi beberapa komponen media
diusahakan untuk tidak ada endapan. Hal ini terkait dengan ketersediaan hara
didalam media eksplan atau tanaman yang dikulturkan. Larutan yang telah
mengalami pengendapan, tidak dapat digunakan kembali. Pengendapan ini terjadi
jika kepekatan dapat dihindari degan membuat larutan yang tidak terlalu pekat
atau hanya dengan membuat satu larutan stok untuk satu jenis bahan saja
(Yusnita, 2003).
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Larutan stok
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 100 kali lebih pekat. Tujuan
pembuatan larutan stok adalah untuk meningkatkan ketelitian penggunaan bahan
karena kesulitan untuk menimbang dalam jumlah yang sedikit, meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan, dan mengurangi penimbangan berulang setiap kali
membuat media (Yusnita, 2003).
Larutan stok vitamin dapat dibuat dengan konsentrasi 100x atau 1000x dan
disimpan didalam freezer yang suhunya -20C. Jika tidak memiliki refrigerator
atau freezer, maka larutan stok vitamin harus dibuat setiap kali media akan dibuat.
Larutan stok vitamin yang ada didalam refrigerator dapat disimpan selama 2-3
bulan, lebih dari waktu tersebut maka larutan harus diganti dengan yang baru
(Rahardja, 1995).
Kinetin merupakan salah satu jenis sitokinin yang terdapat alam air kelapa
muda dan dalam ragi (Utama, 2015). Kinetin merupakan senyawa yang berperan
dalam pertumbuhan tunas (Bakar dkk., 2016). Kinetin memiliki sifat yang basa
maka dari itu dibutuhkan HCl yang sifatnya asam agar dapat menaikkan pH
hingga stabil yaitu 5,5-5,8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
Menurut George dan Sherrington (1984), kinetin berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. 2,4-D adalah
hormon auksin sintetik yang berperan penting dalam pembentukan akar dan
pemanjangan sel. Air kelapa yang mengandung sitokinin, auksin dan senyawa
lainnya yang dapat menstimukasikan perkecambahan dan pertumbuhan
(Sulistiyorini dkk., 2012). Penambahan asam 2,4-D berperan untuk mendorong
proses morfogenesis kalus, induksi kalus dan dapat mempengaruhi kestabilan
genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2003). 2,4-D memiliki sifat yang
asam maka dari itu dibutuhkan KOH yang sifatnya basa agar dapat menaikkan pH
hingga stabil yaitu 5,5-5,8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
Larutan stok besi mengandung komponen FeSO4.7H2O dan
Na2EDTA.2H2O. Larutan ini adalah unsur hara mikro yang ada pada jaringan
tumbuhan. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk membuat media kultur,
namun sayangnya senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi saat
media selesai dibuat. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan chelate besi
dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA) (Gamborg dan
Shyluk, 1981).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum kultur jaringan tumbuhan
yaitu LAF, enkas, botol kultur, timbangan analitik, shaker, hot plate
stirring, vortex, autoklaf, microwave, botol kultur, plastic wrap, kertas
payung, alumunium foil, tabung falcon, milipore filter, gelas beker, gelas
pengaduk, universal indicator pH, pH meter, pinset, gagang scapel,
blade, petridish kecil, petridish besar, spiritus, erlenmeyer, pipet ukur,
gelas ukur, mikrotip dan propipet.
2. Sterilisasi peralatan dapat dilakukan dengan memasukkan botol kultur,
pinset, scalpel, erlenmeyer, dan petri yang telah dibungkus dengan kertas
payung ke dalam autoklaf.
3. Sterilisasi ruang penabur pada enkas digunakan metode sterilisasi kimia,
sedangkan pada sterilisasi LAF digunakan metode kimia dan fisika yaitu
radiasi UV.
4. Cara pembuatan larutan stok :
a. Larutan Stok Besi (40 kali) 100 ml
FeSO4.7H2O dan Na2EDTA ditimbang masing-masing sebanyak
1,112 gram/L dan 1,429 gram/L, kemudian FeSO4.7H2O dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Aquades ditambahkan sebanyak 10 ml ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakna pipet ukur. Erlenmeyer kemudian
diletakkan diatas magnetic stirrer dan hotplate dan setelah itu
ditambahkan Na2EDTA. Aquades dimasukkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 100 ml, sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan. Larutan HCl
ditambahkan beberapa tetes jika pada pembuatan larutan ada
komponen yang belum larut.
b. Larutan Stok Vitamin (100 kali) 100 ml
Thiamin HCl, nicotine acid, pyridoxine HCl dan glysine ditimbang
masing-masing 0,1 g, 0,025 g, 0,025 g dan 0,025 g lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer berisi 150 ml diatas magnetic stirrer dan hotplate.
Aquades lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer hingga volume larutan
stok menjadi 200 ml, sisi erlenmeyer lalu ditutup dengan alumunium
foil dan disimpan.
c. Larutan Stok Kinetin (10 ml, 1000 ppm)
Kinetin ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Kinetin dilarutkan dalam larutan HCl dengan bantuan
magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah menjadi bening.
Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer hingga volume
larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu ditutup dengan
alumunium foil dan disimpan.
d. Larutan Stok 2,4-D (10 ml, 100 ppm)
Bubuk 2,4-D ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Bubuk 2,4-D dilarutkan dalam larutan KOH
dengan bantuan magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah
menjadi bening. Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan.
B. Saran
Sejauh ini sudah baik, tetapi lebih baik lagi jika semua praktikan
mempraktikan cara-cara memakai alat. Misalnya mencoba untuk
membungkus pinset dan scalpel karena ada yang tidak kedapatan untuk
mencoba membungkus
DAFTAR PUSTAKA