Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


PENGENALAN ALAT, STERILISASI PERALATAN DAN PEMBUATAN
LARUTAN STOK

Disusun oleh :

Trisiana Tri Soebagio (150801573)

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2017
KREDIT NILAI LAPORAN
PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

Judul : Pengenalan Alat, Sterilisasi Peralatan, dan Pembuatan Larutan Stok

KRITERIA NILAI
NILAI ACC
STANDAR
COVER dan JUDUL
I. PENDAHULUAN
10
a. LATAR BELAKANG
b. TUJUAN PRAKTIKUM
II. TINJAUAN PUSTAKA 20
III. METODE
a. ALAT & BAHAN 15
b. CARA KERJA
III. HASIL & PEMBAHASAN 35
IV. KESIMPULAN & SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN
JUMLAH 100

Nama : Trisiana Tri Soebagio


NPM : 150801573
Golongan :E

Mengetahui,

Asisten

Venansius Galih P Putra


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam praktikum kultur jaringan tumbuhan, tidak terlepas dari alat-alat
yang terdapat didalam laboratorium. Alat merupakan salah satu pendukung
dari pada keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium yang akan
memudahkan dan melancarkan berlangsungnya kegiatan praktikum.
Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan praktikum.
Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau berbahaya jika
penggunaannya tidak tepat. Hal ini dapat merugikan praktikan pada saat
melakukan praktikum. Pentingnya dilakukan pengenalan alat laboratorium
yaitu agar dapat memahami cara pemakaian alat dengan benar dan tepat,
sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan prosedur pemakaian alat
laboratorium (Andriani, 2016).
Kultur jaringan tumbuhan adalah suatu metode yang berguna untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel, jaringan, organ,
protoplasma, dan sel serta menumbuhkannya pada kondisi aseptik sehingga
bagian-bagian tanaman yang digunakan dapat memperbanyak diri dan
menjadi tanaman yang lengkap (Karjadi dan Buchory, 2008). Kultur jaringan
tumbuhan penting karena dapat membantu untuk memperbanyak vegetatif
tanaman dalam rangka penyediaan bibit dari induk superior, membersihkan
bahan tanaman atau bibit dari virus yang terdapat dalam tubuh induk,
membantu program pemuliaan tanaman untuk menghasilkan tanaman yang
lebih baik, membantu proses konservasi dan preservasi plasma nutfah
tanaman dan untuk memproduksi persenyawaan kimia untuk keperluan
farmasi dan pewarna untuk industri makanan dan kosmetik didalam kultur sel
(Saptarini dkk., 1988).
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Kegiatan
yang dilakukan dalam praktikum meliputi pemahaman tentang prinsip
keamanan dan keselamatan kerja. Selain itu untuk mengetahui prinsip-prinsip
sterilisasi untuk menghindari terjadinya kontaminan dan diharapkan praktikan
mampu untuk membuat larutan stok.
B. Tujuan
1. Mempersiapkan dan memperkenalkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu
LAF, enkas, botol kultur, timbangan analitik, shaker, hot plate stirring,
vortex, autoklaf, microwave, botol kultur, plastic wrap, kertas payung,
alumunium foil, tabung falcon, milipore filter, gelas beker, gelas
pengaduk, universal indicator pH, pH meter, pinset, gagang scapel,
blade, petridish kecil, petridish besar, spiritus, erlenmeyer, pipet ukur,
gelas ukur, mikropipet dan propipet pada kultur in vitro.
2. Mengenalkan metode sterilisasi peralatan yang digunakan dalam kultur in
vitro.
3. Mengenalkan metode sterilisasi ruang penabur yang digunakan dalam
kultur in vitro.
4. Mengetahui tentang pembuatan larutan stok.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan tumbuhan adalah suatu metode yang berguna untuk


mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel, jaringan, organ,
protoplasma, dan sel serta menumbuhkannya pada kondisi aseptik sehingga
bagian-bagian tanaman yang digunakan dapat memperbanyak diri dan menjadi
tanaman yang lengkap. Kultur jaringan tumbuhan sendiri memiliki prinsip dasar
yaitu berdasarkan pada teori totipotensi sel. Teori ini menyatakan bahwa suatu sel
adalah unit biologi terkecil yang mampu melakukan aktivitas hidup seperti
metabolisme, reproduksi dan tumbuh (Karjadi dan Buchory, 2008). Tujuan kultur
jaringan tumbuhan yaitu berhasil menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak
dengan waktu yang singkat (Kusuma, 2000).
Menurut Karjadi dan Buchory (2008), teknik kultur jaringan memiliki
kelebihan sebagai berikut :
1. Mampu mengeliminasi virus dari jaringan yang terinfeksi dan dapat
menumbuhkan sel-sel tersebut menjadi tanaman yang lengkap dan sehat.
2. Pekerjaan dilakukan didalam laboratorium sehingga tidak bergantung pada
musim dan faktor lingkungan.
3. Cukup menggunakan bagian kecil dari tanaman sebagai sumber eksplan.
Menurut Karjadi dan Buchory (2008), teknik kultur jaringan memiliki kerugian
sebagai berikut :
1. Terlalu banyak tahapan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tanaman yang
lengkap dan sehat untuk tanaman yang dikembangkan dengan metode ini.
2. Tanaman yang dikembankan dengan menggunakan metode ini memiliki
tingkat penyimpanan genetik yang tinggi.
Menurut Karjadi dan Buchory (2008), faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam kultur jaringan yaitu proporsi hara makro dan mikro dalam
media, tambahan senyawa organik yang diberikan, waktu pengambilan dan
penanaman eksplan, dan kombinasi serta konsentrasi ZPT yang diberikan.
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari
segala macam bentuk kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan
medium pada kegiatan praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat
memerluan sterilisasi. Jika teknik sterilisasi tidak diterapkan, maka hasil yang
diperoleh tidak akan maksimal dan dapat menimbulkan berbagai kontaminasi baik
dari alat ataupun dari media tumbuhnya mikroba (Dwidjoseputro, 1994).
Sterilisasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Metode sterilisasi, yang terdiri dari :
a. Sterilisasi fisik, dibagi menjadi :
i. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi ini dilakukan dengan memakai oven. Sterilisasi ini
seringkali digunakan untuk mensterilkan mensterilkan perangkat kaca.
Pada keadaan kering, struktur protein bersifat lebih stabil dan tidak
mudah rusak sehingga untuk mematikan organisme dibutuhkan panas
kering yang jauh lebih lama dan tinggi bila dibandingkan dengan suhu
pada pemanasan lembab (Gunawan, 2008). Pemanasan dengan
menggunakan oven dilakukan pada temperatur 180C selama 1 jam
atau 160C selama 2 jam (Meliawaty, 2012).
ii. Sterilisasi panas basah
Sterilisasi ini diterapkan pada autoclave. Ketika melakukan sterilisasi
uap, sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama
waktu dan pada suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadilah
pelepasan energi uap yang akan mengakibatkan denaturasi atau
koagulasi protein sel. Prinsipnya yaitu dipanaskan dengan suhu antara
110 oC dan 121oC dengan tekanan 1 ATM. Sinar UV yang
dipancarkan oleh lampu kabut merkuri dapat melakukan penetrasi dan
membunuh mikroorganisme (Hadioetomo, 1993).
iii. Pembakaran langsung
Sterilisasi dengan pembakaran langsung menggunakan bunsen atau
spiritus, yaitu dengan cara membakar langsung alat yang
disterilisasikan hingga merah membara (Putra dkk., 2015).
iv. Radiasi UV
Radiasi gelombang elektromagnetik yang sering digunkana adalah
radiasi sinar gamma atau sinar X, radiasi sinar ultraviolet, dan sinar
matahari. Pada sinar matahari banyak terkandung sinar ultraviolet,
sehingga secara langsung dapat digunakan untuk proses sterilisasi.
Sterilisasi dengan menggunakan penyinaran sinar gamma berdaya
tinggi digunakan untuk objek-objek yang tertutup plastik. Untuk
makanan ataupun obat-obatan disarankan untuk tidak menggunakan
sinar gamma pada saat sterilisasi karena dapat mengakibatkan
perubahan struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut
(Gabriel, 1996).
b. Sterilisasi kimia
Sterilisasi kimia adalah teknik sterilisasi alat adn bahan yang
menggunakan senyawa kimia sehingga melalui suatu reaksi tertentu dapat
membunuh pertumbuhan mikroba tanpa merusak alat maupun bahan yang
disterilisasi (Talaro dan Talaro, 2002). Desinfektan merupakan bahan kimia
yang dapat membunuh sel vegetatif mikroba ada obyek yang tidak hidup
dengan merusak jaringan. Salah satu contoh desinfektan yaitu alkohol dan
chlorox. Jenis desinfektan ini mempunyai mekanisme kerja yaitu dengan
merusak dinding sel dengan menghambat pembentukan, merubah
permeabilitas, menghambat kerja enzim, mendenaturasi dan menghambat
sintesis protein serta asam nukleat (Tjay dan Raharja, 2002).
c. Sterilisasi mekanik
Sterilisasi mekanik dapat dilakukan dengan metode penyaringan
hanya memisahkan mikroorganisme yang tetap hidup dari material. Bahan
penyaringan sendiri adalah sejenis porselin yang berpori yang dibuat
khusus dari masing-masing pabrik (Gabriel, 1996). Bahan-bahan yang
disterilkan dengan metode ini umumnya adalah bahan yang tidak tahan
suhu atau tekanan tinggi seperti antibiotik, glukosa, serum darah, dan
lainnya. Prinsip ini menggunakan alat seperti vakum filter (Tortora, 2010).
2. Sterilisasi ruang penabur
Penanaman eksplan dilakukan didalam ruang penabur yaitu pada LAF
(Laminar Air Flow) dan enkas. Sterilisasi pada LAF dapat dilakukan dengan
cara menyemprotkan alkohol pada bagian permukaan LAF lalu lampu UV
dinyalakan satu jam sebelum LAF digunakan. Sedangkan untuk sterilisasi
enkas dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol atau cairan
pemutih pakaian pada permukaan bagian dalam enkas (Sandra, 2004).
3. Sterilisasi medium
Medium disterilisasi sesudah semua campuran bahan medium dimasak
sampai mendidih dan medium dimasukkan ke dalam botol kultur secukupnya
dan langsung ditutup dengan alumunium foil. Medium disterilisasikan didalam
autoklaf selama 15 menit. Medium kemudian ditunggu sampai 5 hari sebelum
digunakan untuk menanam (Purwanto dan Martini, 2009).
4. Sterilisasi eksplan
Eksplan dapat disterilisasi dengan cara eksplan dicuci dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun cair 1ml/100ml selama 5 menit. Eksplan lalu
direndam pada alkohol selama 3 menit dan dibilas dengan air bersih sebanyak
3 kali. Eksplan kemudian dimasukkan pada botol yang telah terisi larutan
bakterisida dan fungisida, lalu digojog selama 45 menit. Eksplan selanjutnya
dibilas kembali sebanyak 3 kali dengan aquades dan untuk masing-masing
bilasan dilakukan selama 5 menit, sesudah pembilasan eksplan direndam dalam
larutan chlorox 10% selama 3 menit dan dibilas dengan menggunakan aquades
steril dan direndam kembali dengan chlorox 5% selama 3 menit. Eksplan
dibilas kembali dengan aquades steril sebanyak 3 kali.
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Larutan stok
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 100 kali lebih pekat. Tujuan
pembuatan larutan stok adalah untuk meningkatkan ketelitian penggunaan bahan
karena kesulitan untuk menimbang dalam jumlah yang sedikit, meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan, dan mengurangi penimbangan berulang setiap kali
membuat media (Yusnita, 2003).
Menurut Yusnita (2003), hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
membuat larutan stok adalah pada saat penyatuan beberapa komponen media
dalam suatu larutan dan harus mempertimbangkan pula kecocokan dan kestabilan
dari sifat kimianya. Didalam larutan stok yang telah terisi beberapa komponen
media diusahakan untuk tidak ada endapan. Hal ini terkait dengan ketersediaan
hara didalam media eksplan atau tanaman yang dikulturkan. Larutan yang telah
mengalami pengendapan, tidak dapat digunakan kembali. Pengendapan ini terjadi
jika kepekatan dapat dihindari degan membuat larutan yang tidak terlalu pekat
atau hanya dengan membuat satu larutan stok untuk satu jenis bahan saja.
Menurut Marlin dkk. (2012), berdasarkan pengelompokan, pembuatan
larutan stok dibagi menjadi stok makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok
hormon. Stok hormon dapat disimpan dalam rentang waktu 2-4 minggu,
sementara stok hara dapat disimpan dalam rentang waktu 4-8 minggu. Larutan
stok yang berbentuk cair disimpan dalam lemari es (refrigerator), apabila terjadi
pengendapan maka larutan stok harus dipanaskan sebelum digunakan. Larutan
stok yang telah terkontaminasi mikroorganisme tidak dapat digunakan kembali,
karena itu kondisi simpan harus dijaga pula kebersihannya (Murashige dan Skoog,
1962). Menurut Murashige dan Skoog (1962), komposisi larutan stok dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Larutan Stok
Bahan Jumlah (mg/l) Konsentrasi (mg/l)
Stok 1 (Major salts)
NH4NO3 1650 33000
KNO3 1900 38000
CaCl2.2H2O 440 8800
MgSO4.7H2O 370 7400
KH2PO4 170 3400

Stok 2 (Minor salts)


KI 0,83 166
H3BO3 6,2 1240
MnSO4.4H2O 22,3 4460
ZnSO4.7H2O 8,6 1720
Na2MoO4.2H2O 0,25 50
CuSO4.5H2O 0,025 5
CoCl2 0,025 5
Lanjutan Tabel 1. Komposisi Larutan Stok
Stok 3 (Iron stock)
FeSO4.7H2O 27,8 5560
Na2EDTA.2H2O 37,3 7460
Stok 4 (Vitamin)
Myo-inositol 100 20000
Asam nikotinat 1 200
Piridoksin HCl 1 200
Tiamin HCl 10 2000

Sukrosa (g) 20 -
Agar (g) 8 -
Larutan stok vitamin dapat dibuat dengan konsentrasi 100x atau 1000x dan
disimpan didalam freezer yang suhunya -20C. Jika tidak memiliki refrigerator
atau freezer, maka larutan stok vitamin harus dibuat setiap kali media akan dibuat.
Larutan stok vitamin yang ada didalam refrigerator dapat disimpan selama 2-3
bulan, lebih dari waktu tersebut maka larutan harus diganti dengan yang baru
(Rahardja, 1995). Kinetin merupakan salah satu jenis sitokinin yang terdapat alam
air kelapa muda dan dalam ragi (Utama, 2015). Kinetin merupakan senyawa yang
berperan dalam pertumbuhan tunas (Bakar dkk., 2016).
Menurut George dan Sherrington (1984), kinetin berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. 2,4-D adalah
hormon auksin sintetik yang berperan penting dalam pembentukan akar dan
pemanjangan sel. Air kelapa yang mengandung sitokinin, auksin dan senyawa
lainnya yang dapat menstimukasikan perkecambahan dan pertumbuhan
(Sulistiyorini dkk., 2012). Penambahan asam 2,4-D berperan untuk mendorong
proses morfogenesis kalus, induksi kalus dan dapat mempengaruhi kestabilan
genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2003).
Larutan stok besi mengandung komponen FeSO4.7H2O dan
Na2EDTA.2H2O. Larutan ini adalah unsur hara mikro yang ada pada jaringan
tumbuhan. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk membuat media kultur,
namun sayangnya senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi saat
media selesai dibuat. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan chelate besi
dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA) (Gamborg dan
Shyluk, 1981).
III. METODE

A. Alat dan Bahan


Alat :
1. Alumunium foil 13. Milipore filter
2. Pinset 14. Blade
3. Scalpel 15. Gelas beker
4. Kertas saring 16. pH meter
5. Botol kultur 17. Magnetic stirrer dan
6. Plastic wrap hotplate
7. Erlenmeyer 18. Autoklaf
8. Petridish 19. Enkas
9. Propipet 20. Kertas payung
10. Pipet ukur 21. Gelas ukur
11. Konikel 22. LAF (Laminar Air Flow)
12. Universal indicator pH
Bahan :
1. Aquades 7. 2,4-D
2. Larutan HCl 8. Thiamin HCl
3. Larutan KOH 9. Nicotine acid
4. FeSO4.7H2O 10. Pyridoxine HCl
5. Na2EDTA 11. Glysine
6. Kinetin
B. Cara Kerja
1. Pengenalan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Kultur Jaringan
Tumbuhan dilihat cara penggunaan dan fungsinya, seperti botol kultur,
timbangan analitik, shaker, hot plate stirring, vortex, autoklaf,
microwave, botol kultur, plastic wrap, kertas payung, alumunium foil,
tabung falcon, milipore filter, gelas beker, gelas pengaduk, universal
indicator pH, pH meter, pinset, gagang scapel, blade, petridish kecil,
petridish besar, spiritus, erlenmeyer, pipet ukur, gelas ukur, mikropipet.
Ruangan yang terdapat didalam laboratorium diamati dan dilihat
fungsinya. Ruangan yang tersedia meliputi ruang inkubasi, ruang penabur
dan ruang analisa dan instrumentasi. Hasil pengamatan difoto dan dicatat.
2. Sterilisasi botol kultur, scalpel, dan pinset
Kertas payung dijepitkan pada pinset lalu semua sisi pinset dibungkus
atau dililit dengan kertas payung dengan permukaan yang licin pada
bagian luar, lalu sisa dari kertas untuk membungkus pinset dilipat. Scalpel
dibungkus dengan kertas payung dengan rekat pada semua sisinya. Mulut
botol kultur ditutup dengan menggunakan alumunium foil hingga rekat
dan usahakan tidak ada gelembung, lalu mulut botol kultur dan pada
bagian bawah alumunium foil ditutup dengan menggunakan plastic wrap
hingga rapat. Pinset, botol kultur dan scalpel lalu dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk disterilisasi.
3. Pembuatan larutan stok
1.1. Larutan Stok Besi (40 kali) 100 ml
FeSO4.7H2O dan Na2EDTA ditimbang masing-masing sebanyak
1,112 gram/L dan 1,429 gram/L, kemudian FeSO4.7H2O dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Aquades ditambahkan sebanyak 10 ml ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakna pipet ukur. Erlenmeyer kemudian
diletakkan diatas magnetic stirrer dan hotplate dan setelah itu
ditambahkan Na2EDTA. Aquades dimasukkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 100 ml, sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan. Larutan HCl
ditambahkan beberapa tetes jika pada pembuatan larutan ada
komponen yang belum larut.
1.2. Larutan Stok Vitamin (100 kali) 100 ml
Thiamin HCl, nicotine acid, pyridoxine HCl dan glysine
ditimbang masing-masing 0,1 g, 0,025 g, 0,025 g dan 0,025 g lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 150 ml diatas magnetic
stirrer dan hotplate. Aquades lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 200 ml, sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan.
1.3. Larutan Stok Kinetin (10 ml, 1000 ppm)
Kinetin ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kinetin dilarutkan dalam larutan HCl dengan
bantuan magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah menjadi
bening. Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer hingga
volume larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu ditutup
dengan alumunium foil dan disimpan.
1.4. Larutan Stok 2,4-D (10 ml, 100 ppm)
Bubuk 2,4-D ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Bubuk 2,4-D dilarutkan dalam larutan KOH
dengan bantuan magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah
menjadi bening. Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat merupakan salah satu pendukung dari pada keberhasilan suatu


pekerjaan di laboratorium yang akan memudahkan dan melancarkan
berlangsungnya kegiatan praktikum. Pengetahuan alat merupakan salah satu
faktor yang penting untuk mendukung kegiatan praktikum.
Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau berbahaya jika
penggunaannya tidak tepat. Hal ini dapat merugikan praktikan pada saat
melakukan praktikum. Pentingnya dilakukan pengenalan alat laboratorium yaitu
agar dapat memahami cara pemakaian alat dengan benar dan tepat, sehingga dapat
mencegah terjadinya kesalahan prosedur pemakaian alat laboratorium (Andriani,
2016). Alat besar yang digunakan dalam praktikum kultur jaringan tumbuhan
yaitu meliputi :

Gambar 1. LAF (Dokumentasi Pribadi, 2017).


Laminar Air Flow (LAF) adalah meja kerja steril yang digunakan untuk
melakukan kegiatan inokulasi atau penanaman. Laminar Air Flow adalah suatu
alat yang digunakan dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan
pemindahan tanaman dari satu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro.
Prinsip kerja alat ini yaitu sterilisasi dengan menggunakan aliran udara dengan
arah laminar, menggunakan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan
(Fitri dkk., 2015).
Terdapat 3 zona pada LAF, yaitu zona steril, zona kerja dan zona untuk alat
kotor. Zona steril untuk alat dan bahan yang telah disterilkan. Zona kerja adalah
tempat praktikan bekerja, dan zona kotor untuk alat dan bahan yang telah
digunakan.

Gambar 2. Enkas (Dokumentasi Pribadi, 2017).


Pada bagian depan enkas dibuat dua lubang untuk memasukkan tangan.
Dibagian atas atau samping dibuat pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk
memasukkan peralatan botol dan eksplan. Sterilisasi enkas dapat digunakan
dengan menyemprot alkohol 70%. Didalam enkas terdapat formalin yang
disarankan agar tidak terkena alkohol 70% (Sandra, 2004).

Gambar 3. Autoklaf (Dokumentasi Pribadi, 2017)


Autoklaf merupakan alat yang digunakan pada proses sterilisasi dengan
metode panas basah. Biasanya, autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat dan
bahan yang sifatnya termolabil, misalnya tabung reaksi, labu ukur, penjepit, dan
cawan petri. Autoklaf biasanya ditujukan untuk mematikan endospora, yaitu sel
resisten yang diproduksi (Sumarsih, 2010).
Suhu sterilisasi bergantung pada tekanan dari uap. Suhu uap pada umumnya
adalah 100C dan memerlukan waktu yang relatif lama. Pada saat uap dibatasi
dengan bejana yang tertutup rapat, maka tekanan dan suhu akan meningkat. Pada
tekanan 15 lbatauin2, suhu uap akan mencapai 121C, suhu 121C merupakan
suhu yang paling umum yang digunakan untuk proses sterilisasi (Volk dan
Wheeler, 1993). Pada suhu ini, semua bentuk kehidupan akan terbunuh dalam
waktu 15 menit (Bhowmik dan Bose, 2011).

Gambar 4. Ruang inkubasi (Dokumentasi Pribadi, 2017).


Untuk ruang inkubasi tidak harus menyediakan ruangan khusus, yang
penting suhu ruangan tersebut sekitar 25-28C. Pada saat akan melakukan
subkultur, permukaan luar botol harus disterilkan dengan menyemprotkan alkohol
70% atau bisa pula dengan memakai cairan pemutih pakaian. Ruang inkubasi
digunakan untuk menyimpan botol kultur (Sandra, 2004).
Alat lainnya yang sering digunakan yaitu :

1 2 3

a
c
b

5 6 7 8
Gambar 5. Alat yang sering digunakan (Dokumentasi Pribadi, 2017).
Nomor 1 adalah timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang medium
atau bahan kimia yang akan digunakan. Nomor 2 adalah hot plate stirring yang
terdapat magnet dan bekerja memutar, panas bisa diatur. Nomor 3 adalah shaker,
untuk menghomogenkan larutan. Nomor 4 adalah vortex untuk menghomogenkan
larutan. Nomor 5 adalah mikropipet, berfungsi untuk mengambil cairan dengan
ukuran tertentu (mikro liter).
Nomor 6 adalah spiritus, untuk sterilisasi dengan pembakaran langsung.
Nomor 7a yaitu gelas pengaduk berfungsi untuk mengaduk larutan, 7b yaitu
gagang scalpel dan 7c yaitu pinset berfungsi sebagai penjepit obyek. Nomor 8
yaitu gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume maupun cair pada berbagai
ukuran volume.

11
10

12 13 14 15 16

Gambar 6. Alat yang sering digunakan (Dokumentasi Pribadi, 2017).


Nomor 9 adalah gelas beker berfungsi untuk mengukur volume larutan,
menampung larutan, dan bisa juga untuk memanaskan larutan. Nomor 10 adalah
pipet ukur, berfungsi membantu mengambil cairan kimia atau air dengan ukuran
tertentu. Nomor 11 adalah propipet, berfungsi untuk menyedot cairan kimia atau
air.. Nomor 12 adalah kertas payung, berfungsi untuk menjaga agar uap air tidak
masuk ke dalam alat.
Nomor 13 adalah petri besar, berfungsi sebagai tatakan atau alas.
Didalamnya terdapat kertas saring untuk mengeringkan calon eksplan.. Nomor 14
adalah petri besar, berfungsi untuk meletakkan calon eksplan. Nomor 15 adalah
erlenmeyer, berfungsi untuk menampung cairan kimia. Nomor 16 adalah plastic
wrap, berfungsi untuk membungkus atau melindungi botol kultur yang telah terisi
eksplan dari kontaminan.

17 18 19 20 21

22 23
25
Gambar 5. Alat yang sering digunakan (Dokumentasi Pribadi, 2017).
Nomor 17 adalah karet gelang, berfungsi sebagai pengikat plastik yang
diikatkan dengan kencang sehingga mencegah terjadinya kontaminan. Nomor 18
adalah alumunium foil, berfungsi untuk membungkus atau melindungi botol kultur
yang telah terisi eksplan dari kontaminan. Nomor 19 adalah tabung falcon atau
konikel, berfungsi untuk menyimpan hormon steril yang tidak tahan panas.
Nomor 20 adalah milipore filter, berfungsi untuk menyaring hormon steril
(sterilisasi zat yang tidak tahan panas). Nomor 21 adalah universal indicator pH,
berfungsi untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Nomor
22 adalah pH meter, berfungsi untuk mengukur nilai pH. Nomor 23 adalah
microwave, berfungsi untuk mencairkan medium. Nomor 25 adalah botol kultur,
berfungsi untuk mengisi medium dan mengkulturkan eksplan.
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan
dari segala macam bentuk kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan
medium pada kegiatan praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat
memerlukan sterilisasi. Jika teknik sterilisasi tidak diterapkan, maka hasil yang
diperoleh tidak akan maksimal dan dapat menimbulkan berbagai kontaminasi baik
dari alat ataupun dari media tumbuhnya mikroba (Dwidjoseputro, 1994). Metode
sterilisasi, yang terdiri dari :
1. Sterilisasi fisik, dibagi menjadi :
a. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi ini dilakukan dengan memakai oven. Sterilisasi ini seringkali
digunakan untuk mensterilkan mensterilkan perangkat kaca. Pada keadaan
kering, struktur protein bersifat lebih stabil dan tidak mudah rusak sehingga
untuk mematikan organisme dibutuhkan panas kering yang jauh lebih lama
dan tinggi bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembab
(Gunawan, 2008). Pemanasan dengan menggunakan oven dilakukan pada
temperatur 180C selama 1 jam atau 160C selama 2 jam (Meliawaty,
2012).
b. Sterilisasi panas basah
Sterilisasi ini diterapkan pada autoclave. Ketika melakukan sterilisasi uap,
sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan
pada suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadilah pelepasan energi
uap yang akan mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel.
Prinsipnya yaitu dipanaskan dengan suhu antara 110 oC dan 121oC dengan
tekanan 1 ATM. Sinar UV yang dipancarkan oleh lampu kabut merkuri
dapat melakukan penetrasi dan membunuh mikroorganisme (Hadioetomo,
1993).
c. Pembakaran langsung
Sterilisasi dengan pembakaran langsung menggunakan bunsen atau spiritus,
yaitu dengan cara membakar langsung alat yang disterilisasikan hingga
merah membara (Putra dkk., 2015).
d. Radiasi UV
Radiasi gelombang elektromagnetik yang sering digunkana adalah radiasi
sinar gamma atau sinar X, radiasi sinar ultraviolet, dan sinar matahari. Pada
sinar matahari banyak terkandung sinar ultraviolet, sehingga secara
langsung dapat digunakan untuk proses sterilisasi. Sterilisasi dengan
menggunakan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi digunakan untuk
objek-objek yang tertutup plastik. Untuk makanan ataupun obat-obatan
disarankan untuk tidak menggunakan sinar gamma pada saat sterilisasi
karena dapat mengakibatkan perubahan struktur kimia pada makanan
maupun obat-obatan tersebut (Gabriel, 1996).
2. Sterilisasi kimia
Sterilisasi kimia adalah teknik sterilisasi alat adn bahan yang
menggunakan senyawa kimia sehingga melalui suatu reaksi tertentu dapat
membunuh pertumbuhan mikroba tanpa merusak alat maupun bahan yang
disterilisasi (Talaro dan Talaro, 2002). Desinfektan merupakan bahan kimia
yang dapat membunuh sel vegetatif mikroba ada obyek yang tidak hidup
dengan merusak jaringan. Salah satu contoh desinfektan yaitu alkohol dan
chlorox. Jenis desinfektan ini mempunyai mekanisme kerja yaitu dengan
merusak dinding sel dengan menghambat pembentukan, merubah
permeabilitas, menghambat kerja enzim, mendenaturasi dan menghambat
sintesis protein serta asam nukleat (Tjay dan Raharja, 2002).
3. Sterilisasi mekanik
Sterilisasi mekanik dapat dilakukan dengan metode penyaringan hanya
memisahkan mikroorganisme yang tetap hidup dari material. Bahan
penyaringan sendiri adalah sejenis porselin yang berpori yang dibuat khusus
dari masing-masing pabrik (Gabriel, 1996). Bahan-bahan yang disterilkan
dengan metode ini umumnya adalah bahan yang tidak tahan suhu atau tekanan
tinggi seperti antibiotik, glukosa, serum darah, dan lainnya. Prinsip ini
menggunakan alat seperti vakum filter (Tortora, 2010).
Sterilisasi secara kimia dalam praktikum kultur jaringan menggunakan
alkohol dan chlorox. Alkohol dapat digunakan untuk mensterilisasikan ruang
kerja seperti enkas, LAF dan alat-alat seperti pinset, botol kultur, petri, dan
gagang scalpel. Sementara chlorox digunakan untuk mensterilisasikan eksplan
yang digunakan. Konsentrasi yang digunakan yaitu 5% dan 10%.
Botol kultur berfungsi sebagai wadah untuk medium atau sebagai tempat
eksplan bertumbuh. Ujung pada botol kultur ditutup dengan menggunakan
alumunium foil dan diusahakan untuk tidak ada gelembung. Pembungkusan mulut
botol kultur dengan menggunakan plastic wrap dilakukan untuk membuat area
mulut botol menjadi kedap udara sehingga akan mencegah masuknya kontaminan
dan mencegah masuknya air ketika disaring. Pinset berfungsi untuk menjepit
obyek, mengambil dan menanamkan eksplan pada medium, pinset kemudian
dibungkus dengan kertas payung. Perlakuan pada pinset dilakukan pula pada
scalpel.
Scalpel berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan blade. Petri yang berisi
kertas saring berfungsi sebagai tatakan atau alas untuk memotong eksplan (bagian
tanaman misalnya potongan daun). Petri lalu dibungkus dengan kertas payung dan
diikat dengan menggunakan karet gelang.
Sterilisasi alat dilakukan dengan cara memasukkan botol kultur, pinset,
scalpel, erlenmeyer dan petri yang telah dibungkus dengan kertas payung ke
dalam autoklaf. Sterilisasi ruang penabur pada enkas dilakukan dengan cara
membersihkan seluruh bagian enkas dengan alkohol 70% lalu alkohol 70%
disemprotkan di udara didalam enkas agar terjadi penjenuhan dengan maksud
membunuh atau mencegah adanya kontaminan pada permukaan dinding dan
udara dalam enkas, lalu ditutup dan ditunggu selama 30 menit sebelum
digunakan. Sterilisasi LAF dilakukan dengan menyalakan tombol blower terlebih
dahulu lalu alkohol 70% disemprotkan pada meja LAF secara merata dan dilap.
Tombol blower kemudian dimatikan dan tombo UV dinyalakan untuk sterilisasi,
tunggu selama 30 menit sebelum LAF digunakan.
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Larutan stok
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 100 kali lebih pekat. Menurut
Yusnita (2003), hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membuat larutan stok
adalah pada saat penyatuan beberapa komponen media dalam suatu larutan dan
harus mempertimbangkan pula kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya.
Didalam larutan stok yang telah terisi beberapa komponen media
diusahakan untuk tidak ada endapan. Hal ini terkait dengan ketersediaan hara
didalam media eksplan atau tanaman yang dikulturkan. Larutan yang telah
mengalami pengendapan, tidak dapat digunakan kembali. Pengendapan ini terjadi
jika kepekatan dapat dihindari degan membuat larutan yang tidak terlalu pekat
atau hanya dengan membuat satu larutan stok untuk satu jenis bahan saja
(Yusnita, 2003).
Larutan stok merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat jika
dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya (Sandra, 2004). Larutan stok
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 100 kali lebih pekat. Tujuan
pembuatan larutan stok adalah untuk meningkatkan ketelitian penggunaan bahan
karena kesulitan untuk menimbang dalam jumlah yang sedikit, meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan, dan mengurangi penimbangan berulang setiap kali
membuat media (Yusnita, 2003).
Larutan stok vitamin dapat dibuat dengan konsentrasi 100x atau 1000x dan
disimpan didalam freezer yang suhunya -20C. Jika tidak memiliki refrigerator
atau freezer, maka larutan stok vitamin harus dibuat setiap kali media akan dibuat.
Larutan stok vitamin yang ada didalam refrigerator dapat disimpan selama 2-3
bulan, lebih dari waktu tersebut maka larutan harus diganti dengan yang baru
(Rahardja, 1995).
Kinetin merupakan salah satu jenis sitokinin yang terdapat alam air kelapa
muda dan dalam ragi (Utama, 2015). Kinetin merupakan senyawa yang berperan
dalam pertumbuhan tunas (Bakar dkk., 2016). Kinetin memiliki sifat yang basa
maka dari itu dibutuhkan HCl yang sifatnya asam agar dapat menaikkan pH
hingga stabil yaitu 5,5-5,8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
Menurut George dan Sherrington (1984), kinetin berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. 2,4-D adalah
hormon auksin sintetik yang berperan penting dalam pembentukan akar dan
pemanjangan sel. Air kelapa yang mengandung sitokinin, auksin dan senyawa
lainnya yang dapat menstimukasikan perkecambahan dan pertumbuhan
(Sulistiyorini dkk., 2012). Penambahan asam 2,4-D berperan untuk mendorong
proses morfogenesis kalus, induksi kalus dan dapat mempengaruhi kestabilan
genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2003). 2,4-D memiliki sifat yang
asam maka dari itu dibutuhkan KOH yang sifatnya basa agar dapat menaikkan pH
hingga stabil yaitu 5,5-5,8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
Larutan stok besi mengandung komponen FeSO4.7H2O dan
Na2EDTA.2H2O. Larutan ini adalah unsur hara mikro yang ada pada jaringan
tumbuhan. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk membuat media kultur,
namun sayangnya senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi saat
media selesai dibuat. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan chelate besi
dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA) (Gamborg dan
Shyluk, 1981).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum kultur jaringan tumbuhan
yaitu LAF, enkas, botol kultur, timbangan analitik, shaker, hot plate
stirring, vortex, autoklaf, microwave, botol kultur, plastic wrap, kertas
payung, alumunium foil, tabung falcon, milipore filter, gelas beker, gelas
pengaduk, universal indicator pH, pH meter, pinset, gagang scapel,
blade, petridish kecil, petridish besar, spiritus, erlenmeyer, pipet ukur,
gelas ukur, mikrotip dan propipet.
2. Sterilisasi peralatan dapat dilakukan dengan memasukkan botol kultur,
pinset, scalpel, erlenmeyer, dan petri yang telah dibungkus dengan kertas
payung ke dalam autoklaf.
3. Sterilisasi ruang penabur pada enkas digunakan metode sterilisasi kimia,
sedangkan pada sterilisasi LAF digunakan metode kimia dan fisika yaitu
radiasi UV.
4. Cara pembuatan larutan stok :
a. Larutan Stok Besi (40 kali) 100 ml
FeSO4.7H2O dan Na2EDTA ditimbang masing-masing sebanyak
1,112 gram/L dan 1,429 gram/L, kemudian FeSO4.7H2O dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Aquades ditambahkan sebanyak 10 ml ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakna pipet ukur. Erlenmeyer kemudian
diletakkan diatas magnetic stirrer dan hotplate dan setelah itu
ditambahkan Na2EDTA. Aquades dimasukkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 100 ml, sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan. Larutan HCl
ditambahkan beberapa tetes jika pada pembuatan larutan ada
komponen yang belum larut.
b. Larutan Stok Vitamin (100 kali) 100 ml
Thiamin HCl, nicotine acid, pyridoxine HCl dan glysine ditimbang
masing-masing 0,1 g, 0,025 g, 0,025 g dan 0,025 g lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer berisi 150 ml diatas magnetic stirrer dan hotplate.
Aquades lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer hingga volume larutan
stok menjadi 200 ml, sisi erlenmeyer lalu ditutup dengan alumunium
foil dan disimpan.
c. Larutan Stok Kinetin (10 ml, 1000 ppm)
Kinetin ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Kinetin dilarutkan dalam larutan HCl dengan bantuan
magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah menjadi bening.
Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer hingga volume
larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu ditutup dengan
alumunium foil dan disimpan.
d. Larutan Stok 2,4-D (10 ml, 100 ppm)
Bubuk 2,4-D ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Bubuk 2,4-D dilarutkan dalam larutan KOH
dengan bantuan magnetic stirrer dan hotplate hingga warna berubah
menjadi bening. Aquades lalu ditambahkan ke dalam erlenmeyer
hingga volume larutan stok menjadi 10 ml. Sisi erlenmeyer lalu
ditutup dengan alumunium foil dan disimpan.
B. Saran
Sejauh ini sudah baik, tetapi lebih baik lagi jika semua praktikan
mempraktikan cara-cara memakai alat. Misalnya mencoba untuk
membungkus pinset dan scalpel karena ada yang tidak kedapatan untuk
mencoba membungkus
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. 2016. Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi untuk


mengatasi keselamata kerja dan keberhasilan praktikum. Jurnal
Mikrobiologi 1(1) : 1-7.
Bakar, M., Jeany, M., Deanne, K. dan Sofia, D. 2016. Penggunaan BAP dan
kinetin pada induksi tunas dari protocorm anggrek dendrobium
(Dendrobium sp.) pada kultur in vitro. Jurnal Unsrat 1(1) : 1-6.
Bhowmik, G. dan Bose, S. 2011. Analiticals Techniques in Biotechnology.
McGraw Hill, Amerika Serikat.
Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fitri, A., Agus, W., Karina, Nur, H., Deby, E. L., Alif, N. dan Ibrahim, J. 2015.
Peralatan, Sterilisasi dan Media Pertumbuhan Mikrobia. Jurnal Praktikum
Mikrobiologi Dasar 1(1):1-10.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gamborg, O. L. dan Shyluk, J. P. 1981. Nutrition, Media and Characteristics of
Plant Cell and Tissue Cultures. Academic Press, New York.
George, E. F. and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture,
Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegenetic
Limited, England.
Gunawan, A. W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Erlangga, Jakarta.
Karjadi, A. dan Buchory, A. 2007. Pengaruh NAA dan BAP terhadap
pertumbuhan jaringan meristem bawang putih pada media B5. Jurnal
Hortikultura 17(2) : 217-223.
kusuma, A. L. 2000. Teori-teori Kultur Jaringan Materi Ajar. UGM Press,
Yogyakarta.
Marlin, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Meliawaty, F. 2012. Efisiensi sterilisasi alat bedah mulut melalui inovasi oven
dengan ozon dan infrared. Jurnal Kedokteran Maranatha 11(2):147-167.
Murashige, T. dan Skoog, F. 1962. A revised medium for rapid growth and
bioassays with tobacco tissue cultures. Physiologia Plantarum. 15 (3):
473-479.
Nugroho, A dan H. Sugianto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Tehnik Kultur
Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwanto, A. W. dan Martini, T. 2009. Krisan Bunga Seribu Warna. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Putra, I. A., Erly dan Masri, M. 2015. Uji efek antibakteri ekstrak etanol kulit
batang salam {Syzigium polyanthum (Wight) Walp} terhadap
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli secara invitro. Jurnal
Kesehatan Andalas 4(2) : 497-501.
Rahardja, P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanuyakan Tanaman Secara
Modern. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sandra, E. 2004.Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. AgroMedia
Pustaka, Jakarta.
Santoso, U & F. Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Pusbitan UMM,
Malang.
Santoso, U. dan Nursandi, F. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Pusbitan UMM,
Malang.
Saptarini, N., Eti, W., Lila, S. dan B. Sarwono. 1988. Membuat Tanaman Cepat
Berbuah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sulistiyorini, I., Dewi, M., dan Syaharuddin. 2012. Penggunaan air kelapa dan
beberapa auksin untuk induksi multiplikasi tunas dan perakaran lada
secara in vitro. Buletin RISTI 3(3) : 231-238.
Sumarsih, S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Talaro, K. P. dan Talaro, A. 2002. Foundation in Microbiology. Mc Graw Hill
Companies, New York.
Tjay, T. dan Raharja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. Penerbit PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.
Tortora, G. J., Funke, B. R. dan Case, C. L. 2010. Microbiology an Introduction.
Benjamin Cummings, San Fransisco.
Utama, M. Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal: Kiat Meningkatkan
Produksi Padi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Volk, W. A. dan Wheeler,M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Wattimena, G. A. 1992. Bioteknologi Tanaman. IPB, Bogor.
Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Srcara Efisien. P.T
Agromedia Pustaka, Tangerang.
LAMPIRAN

Gambar 6. Alat yang digunakan dalam praktikum kultur jaringan


(Dokumentasi Pribadi, 2017).

Anda mungkin juga menyukai