Oleh:
WINDY SEFTIARINI
081611433006
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 081611433006
Podi : S1 Biologi
Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam drh. Prof. Drs. Win Darmanto M.Si.,Ph.D.
Mengetahui
NIP. 195609021986011002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Praktik Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan
Judul laporan “Karakterisasi Sel Punca Dewasa (Adult Stem Cell) dengan Metode
Airlangga”
ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
1. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA. selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains
2. Dra. Alfiah Hayati, M. Kes. selaku dosen PJMK PKL Prodi Biologi Fakultas
3. Prof. Drs. Win Darmanto, M. Si., Ph.D. selaku Dosen pembimbing Fakultas yang
4. Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM selaku Ketua Instansi beserta
5. Helen Susilowati, S.KM., M.Si selaku koordinator PKL di instansi yang telah
Lapangan ini.
7. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan penulis sehingga dapat
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di
masa yang akan datang, dan semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Windy Seftiarini
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat...............................................................................................................3
2.1Profil Institusi Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell UNAIR ....................... 4
3.4.3 Prosedur Isolasi Mesenchymal Stem Cell dari Jaringan Lemak Tikus......................37
4.2 Pembahasan..................................................................................................................62
BAB V PENUTUP
PENDAHULUAN
stem cell (sel punca) terus meningkat pesat. Sel punca mempunyai potensi
regeneratif yang tinggi, karena dapat berdiferensiasi menjadi sel yang spesifik dan
pembelahan sel. Dengan demikian sel punca berpeluang menjadi terapi modern
trauma dan keganasan . Pada awalnya terapi sel punca banyak menggunakan sel
adanya faktor keamanan dan masalah etik dalam pengambilan embrio sebagai
sumber sel, maka dikembangkan jenis sel punca baru yaitu sel punca dewasa
(Adult Stem Cells) dan induced Pluripotent Stem Cells (iPSC) atau sel punca
pluripoten.
Sel punca dewasa merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan kadang-
kadang ditemukan dalam keadaan inaktif di jaringan dengan fungsi spesifik dalam
berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang umumnya segolongan seperti stem
adiposit, dan berbagai jenis sel penyusun jaringan ikat), kulit, dan sebagainya.
Walaupun demikian, pada beberapa golongan, dapat terjadi transdiferensiasi, yaitu
diferensiasi di luar golongan tersebut. Sebagai contoh, sel dari derivat jaringan
menyerupai kardiomiosit. Teknik isolasi stem cell dewasa juga sulit karena
Meskipun demikian, stem cell jenis ini memiliki risiko yang jauh lebih kecil
stem cell dengan gabungan kelebihan dari masing-masing karakteristik stem cell
Sel punca yang telah diisolasi dan dikultur pada media nantinya akan
sehingga diperlukan karakterisasi untuk menguji bahwa sel yang diisolasi dan
dikultur merupakan stem cell. Karakterisasi stem cell dilakukan dengan metode
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur karakterisasi Mesenchymal Stem Cell
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Airlangga
2.1.1 Sejarah
1955.
program studi (prodi) dari berbagai jenjang, meliputi program akademik, vokasi,
dan spesialis.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell merupakan salah satu unsur
penelitian dan pengembangan dibidang stem cell dan produk-produk stem cell
terkait.
antara Universitas Airlangga dengan RSUD Dr. Soetomo yang dimulai dari tahun
1990 diawali dengan pembentukan bank jaringan yang bergerak dalam bidang
penelitian penelitian kultur sel bagi mahasiswa, baik S1, S2, maupun S3. Tahun
2000 bank jaringan berubah menjadi biomaterial center – tissue bank di RSUD
Dr. Soetomo dimana pada tahun 2006 berubah menjadi instalasi of biomaterial
center – tissue bank. Kolaborasi untuk stem cell di Universitas Airlangga dan
RSUD Dr. Soetomo sudah berjalan sejak awal, tetapi baru dilegalkan pada tahun
stem cell. Tahun 2011 dibentuk suatu wadah untuk riset stem cell baik invitro,
animal model maupun clinical trial (Regenerative Medicine Center & Stem cells)
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo. Tahun 2013
biomaterial center – tissue bank Dr. Soetomo menjadi Installation of Cell and
Tissue Bank. Laboratorium Stem cell pada tahun 2015 berdasarkan SK Rektor
Nomor 2356/UN 3/2015 menjadi suatu instansi tersendiri dibawah rektor menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem cell memiliki visi, misi, tujuan
a. Visi
Menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem cell terkemuka dan berstandar
b. Misi
masyarakat.
masyarakat.
keperluan riset.
2.1.3 Tujuan
c. Meningkatkan kolaborasi riset dalam bidang stem cell dalam dan luar negeri.
tercapainya visi, misi dan tujuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem cell,
yaitu :
berkala.
Luar Negeri.
Stem cell adalah sel yang mempunyai sifat self renewel dan plastisitas
yang dapat berdiferensiasi serta memperbanyak diri menjadi berbagai macam sel
untuk membentuk individu. Stem cell dapat dieksplorasi dari embryonal maupun
dari individu yang dewasa (adult stem cell). Stem cell yang berasal dari embrional
dapat berkembang menjadi semua sel dan organ sebagai individu. Sifat stem cell
tersebut disebut dengan totipoten karena sel dieksplorasi berasal dari stadium
blastula 3-5 hari setelah fertilisasi. Sementara itu, stem cell dewasa (adult stem
cell) bersifat pluripotent karena stem cell dapat berkembang untuk membentuk
individu tetapi lebih terbatas dibandingkan dengan stem cell berasal dari
embryonal.
stem cell dari dalam tubuh sendiri dengan menginisiasi stem cell menjadi aktif,
sehingga disebut dengan aktivasi endogenous stem cell. Pendekatan metode ini
dilakukan agar mendapatkan stem cell yang lebih banyak jumlahnya jika
dibandingkan eksplorasi secara alami yang berarti tanpa pemberian bahan aktivan
stem cell dari dalam tubuh. Purifikasi stem cell menggunakan ficoll isopaque atau
ficoll histopaque jika eksplorasi stem cell dari sel darah perifer danbone marrow.
Namun jika eksplorasi dari organ atau jaringan maka memerlukan enzim untuk
melepaskan sel satu persatu dari membran, jaringan atau organ dengan
Proses eksplorasi stem cell dari sel sel darah perifer dan bone marrow yang
natrium citrat. Jika persentase berlebihan, maka bersifat toksik yang dapat
merusak membran stem cell, dan jika kurang maka akan terjadi penggumpalan.
Secara empiris yang baik adalah 0,4 mg/ml untuk 5 ml whole blood. Sementara
itu, untuk eksplorasi stem cell dari jaringan atau organ yang perlu diperhatikan
adalah persentase enzim sebagai contoh trypsin yang baik untuk mencerna
jaringan adalah 0,025% jika berlebihan maka membran akan rusak, dan sel tidak
selanjutnya sel akan melayang-layang dalam medium dan mati kurang lebih
dalam 48 jam.
Stem cell diaktifkan melalui beberapa tahapan yaitu quiscent, nische, dan
aktif. Quiscent atau maintenance adalah pembentukan stem cell yang dipengaruhi
oleh nutrien dan selanjutnya sel tersebut ke tempat yang sesuai dengan lingkungan
mikro (nische). Jika terjadi stimulasi baik secara intrinsik maupun karena faktor
ekstrinsik, maka stem cell menjadi aktif dan akhirnya diikuti proliferasi atau
amplifikasi sel dan berdiferensiasi menjadi sel progenitor yang bersifat oligopoten
yang matur sesuai dengan lingkungan mikro. Tahap ini sangat dipengaruhi oleh
molekul signaling. Karena sifat stem cell ini, maka dapat diinduksi dengan cara
pembuatan lingkungan mikro secara in vitro sehingga sel berkembang menjadi sel
progenitor atau maturasi sel sesuai dengan yang diinginkan (Tuch BE, 2006)
Gambar 1. Stem cell mesenkimal yang tumbuh konfluen 90% setelah dikultur
selama 3 hari, dilihat dengan mikroskop inverted 10x (Rantam, dkk, 2014).
2.2.2 Sumber Stem cell
Pada mamalia, stem cell secara luas dibagi menjadi dua sumber, yaitu
stem cell embryonic, yang diisolasi dari massa sel dalam blastokista, dan sel induk
dewasa, yang dtemuka di berbagai jaringan. Pada organisme dewasa, stem cell
dan sel progenitor berfungsi sebagai sistem perbaikan tubuh dan mengisi kembali
jaringan dewasa. Dalam embrio yang sedang berkembang, stem cell dapat
maupun mesodrm. Dari semua jenis stem cell, sel yang diambil secara autologous
(dari individu itu sendiri) meilibatkan paling sedikit resiko termasuk diantaranya
reaksi penolakan dari tubuh atau immunorejection. Tiga sumber stem cell dewasa
lemak.
dari donor (mirip dengan donor darah), dan melewati sebuah mesin yang
mengekstrak stem cell dan mengembalikan bagian lain dari darah ke donor.
Lebih jauh, stem cell juga dapat dieksplorasi dari darah tali pusat (umbilical
cord) sesaat setelah lahir, dari berbagai macam organ seperti papula gigi, jantung
bagian pericard, otak bagian ventrikel atau bawah, hair folicle, preputium,
Semua bentuk kehidupan berawal dari stem cell yang didefinisikan sebagai
bisa memperbaruhi dirinya sendiri (Self renewal) dan menghasilkan sel awal atau
progenitor dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel. Stem cell dapat diisolasi
dari berbagai jenis organ dan jaringan tubuh dan dapat ditumbuhkan pada cawan
petri. Pada lingkungan ini kemampuan untuk memperbaruhi diri bisa dimanipulasi
amplifikasi sel yang besar sehingga jumlah stem cell menjadi sangat banyak yang
kemudian dapat berguna untuk terapi sel dan rekayasa jaringan (Mitalipov and
Wolf, 2009).
Di dalam tubuh, pembelahan stem cell sangat jarang terjadi, tetap pada
kondisi tidak aktif dan dormant dalam waktu yang panjang sampai mereka
mendapat sinyal yang sesuai untuk memulai dan akhirnya berhenti membelah.
Kontrol yang ketat pada proses self renewal in vivo dibutuhkan untuk memastikan
stem cell tidak membelah tanpa kontrol, yang akan mengakibatkan pertumbuhan
berlebihan dan menjadi kanker. Karena alasan tersebut, stem cell di dalam
Sifat penting lain adalah potensi stem cell, plastisitas atau diferensiasi
untuk menjadi berbagai jenis sel (Scholer, 2007). Terdapat 3 sifat dasar potensi
ekstraembrionik, yang berumur 1-3 hari. Sel semacam ini bisa membangun
organisme yang lengkap dan kompleks. Sel-sel ini dihasilkan dari fusi sel
telur dan sel sperma. Sel yang diproduksi oleh divisi pertama telur yang
berdiferensiasi menjadi hampir semua sel, termasuk sel germinal tetapi tidak
dari 200 tipe sel dari blastocyte berumur 5-14 hari. Sifat ini dimiliki oleh sel
(mesoderm, endoderm, dan ectoderm), namun hanya sel yang terkait erat
dengan sel induk. Sifat ini dimiliki oleh stem cell dewasa.
Potensi stem cell sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari sel, apakah
mengandung gen yang sesuai atau gen yang telah teraktivasi dan diprogram untuk
menjadi sel tertentu. Lingkungan tempat stem cell berada juga sangat
hormon, kontak sel dengan sel, sel dengan mtrik sangat penting pada switching
“on” and “off” gen dan gene pathway bahkan reprogamming gene pathway,
selanjutnya mengubah tipe sel yang terjadi. Klasifikasi potensi stem cell di atas
tidak kaku, saat ini telah dapat dibuktikan perbedaan antara pluripoten dan
multipoten menjadi tidak jelas, beberapa sel mempunyai potensi yang lebih besar
juga merupakan bagian integral pada ploriferasi dan diferensiasi sel (Rantam, dkk,
2014).
Suatu stem cell embryonal diambil dari suatu kelompok sel yang disebut
inner cell mass, yang merupakan bagian dari embrio awal (hari keempat sampai
kelima) yang disebut blastokista. Setelah diambil dari blastokista, sel-sel dari
inner cell mass dapat dikultur menjadi stem cell embryonal. Stem cell embryonal
ini bukanlah embrio. Dalam kenyataan, bukti yang ada menunjukkan bahwa sel-
sel ini di laboratorium tidak bersifat seperti dalam embrio berkembang, berarti
kondisi dimana sel berkembang dalam kultur tampaknya berbeda dengan pada
embrio yang berkembang secara in vivo (Eichmann et al., 1997; Keller, 2005).
Gambar 3. Perkembangan awal embrio. Derivat stem cell embrio diferensiasi
secara in vitro, yang dapat digunakan untuk tipe jaringan yang plural (Gepstein,
2007).
Diferensiasi stem cell yang disebut sebagai plastisitas stem cell adalah
terbatas pada pembentukan hanya satu tipe sel terdiferensiasi, multipoten yang
membentuk beberapa tipe sel, dan pluripotent yang membentuk tipe sel yang
berkembang dari tiga lapisan germinal (mesoderm, endoderm, dan ektoderm) dari
mana semua sel tubuh berasal. Satu-satunya sumber stem cell pluripotent yang
diketahui adalah yang diisolasi dan dikultur dari embrio awal manusia dan dari
jaringan janin yang ditakdirkan akan menjadi bagian gonad. Totipoten adalah
embrio komplit baru dan organisme lengkap (Jiang et. al., 2002;Marsbrom dan
Jeise, 2008).
Stem cell embryonal diambil dari inner cell mass atau epiblas dari blastosit
dan mampu mengalami suatu pembelahan simetris tak terbatas tanpa diferensiasi
mampu berkoloni di garis germinal dan membentuk sel telur atau sperma tikus
transgenik dan klonogenik diambil dari sel ES tunggal (Keller, 2005). dapat
diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti
sel darah, sel otot, sel hati, sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Suatu stem cell dewasa adalah suatu sel yang belum terdiferensiasi yang
renewal), dan menjadi terspesialisasi untuk menghasilkan semua tipe sel matur
dari jaringan tempatnya berasal. Sumber stem cell dewasa meliputi sumsum tulang
belakang , darah, kornea dan retina mata, otak, otot rangka, pulpa de4ntalis, hepar,
kulit, lapisan traktus gastrointestinal, dan pankreas. Stem cell (somatik) dewasa
terbatas dibandingkan sel ES. Stem cell dewasa mungkin memiliki potensi
keturunan. Stem cell embryonal bersifat pluripoten, sedangkan stem cell dewasa
membentuk teratokarsinoma in vivo dan juga meliputi rambut, gigi, tulang, dan
lain-lain. Stem cell dewasa terbagi menjadi stem cell hematopoetik dan stem cell
mesenkimal.
progenitor sel darah untuk hematopoisis dan fungsi imun tubuh. Dengan
demikian, sel ini bisa dikatakan sebagai induk dari segala jenis sel darah yang
beredar dalam tubuh manusia. Stem cell hematopoetic merupakan hasil dari
endotel.
seperti sel saraf, kardiomiosit, sel otot lurik, sel epitel paru, san sebagainya.
Gambar 4. Tahapan hematopoiesis pada stem cell hematopoetik (Birbrair et. al.,
2016)
Mengingat variasi diferensiasinya yang banyak, maka hingga saat ini cara
termudah untuk mengenali dan melakukan isolasi stem cell hematopoetik dari
darah tepi, darah tali pusat, dan sumsum tulang adalah dengan mengenali ekspresi
riset yang telah dipublikasikan, tiga penanda permukaan yang paling sering
123 dan Hoechst 33342 akan segera diekskresikan kembali jika dikenai pada stem
cell hematopoetik. Hal ini dapat terjadi karena stem cell memiliki aktivitas gen
multi-drug resistance. Ekspresi gen ini adalah transport aktif oleh antigen binding
senyawa asing yang berpotensi merusak sel. Karena fungsi ekskresi ini, maka sel
Secara teoritis, stem cell mesenkimal atau mesenchymal stem cells (MSCs)
terdapat pada seluruh organ tubuh manusia. Dengan pertimbangan jumlah sel,
aksesibilitas, dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat tiga sumber
yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan MSCs yaitu sumsum tulang,
darah tali pusat, dan jaringan adiposa. Jumlah MSCs pada jaringan adiposa lebih
banyak dibandingkan dengan kedua sumber lainnya. Persentase isolasi MSCs dari
jaringan adiposa menyamai sumsum tulang adalah 100%. Isolasi MSCs pada
darah tali pusat sangat sulit dilakukan sehingga persentase keberhasilannya pun
hanya berkisar 29-63% (Lechner and Habener, 2003). Meski demikian, MSCs dari
darah tali pusat memiliki potensi poliferasi yang jauh lebih tinggi, terutama bila
ekspresi CD34 dan CD54 pada permukaannya. Sesuai dengan bentuk sumbernya,
maka langkah awal yang dilakukan dalam rangka isolasi MSCs dari sumsum
tulang darah tali pusat adalah dengan mendapatkan populasi sel mononuklear
dengan lebih dulu melakukan degradasi protein terhadap jaringan kolagen yang
Karena sifatnya yang menempel pada dasar cawan kultur, maka populasi
sel mononuklear yang dikultur menempel pada dasar cawan dapat diperkirakan
terdiri dari MSCs. Setelah melewati beberapa kali subkultur, kemurnian populasi
Gambar 5. Tahapan diferensiasi pada stem cell mesenkimal (Birbrair et. al.,
2016)
tampak tidak aktif. Stem cell baru teraktivasi jika jaringan/oorgan tersebut
mengalami kerusakan. Baik dalam kedaan aktif maupun inaktif, secara kasat mata
stem cell tampak serupa dengan sel lainnya yang juga menyusun jaringan/organ
tersebut. Untuk mendapatkan isolasi murni stem cell organ yang bersangkutan,
sering digunakan adalah pemisahan sel mononuklear yang mengandung stem cell,
Populasi sel mononuklear dapat diisolasi menggunakan satu lapis medium dengan
maka akan didapatkan sediaan cair yang terbagi dalam beberapa lapis. Lapisan
yang diambil semakin banyak, tanpa mengambil lapisan sel lainnya. Selanjtnya
dan diinkubasi dengan suhu 37˚C yang mengandung CO2 5%. Medium penumbuh
diganti setiap 24 jam dan dilakukan pasase untuk mempercepat pertumbuhan sel.
2014)
Kultur stem cell tidak signifikan berbeda dengan kultur stem cell pada
umumnya, tetapi yang membedakan adalah viabilitas dan sifat proliferasi dan
multiplikasi serta diferensiasi dari tipe sel itu sendiri. Oleh karena itu, dlam
pertumbuhan sel tergantung pada lingkungan mikro dalam hal ini yang penting
menyiapkan isolasi sel dan kultur sel sangat pentuing karena tanpa peralatan
tersebut tidak dapat memanipulasi sel atau mempurifikasi sel dari bone marrow,
adiposa atau peripheral blood mononuclear cells (PBMCs), otak, jantung,
Bahan yang dipersiapkan dalam isolasi dan kultur sel tergantung pada
macam sel yang diinginkan atau dikembangkan, karena itu diperlukan kehati-
hatian sehingga dapat menghasilkan produk yang mempunyai nilai efisien dan
produk yang diharapkan. Adapun bahan-bahan yang penting dalam kultur stem
cell diantaranya medium penumbuh sel (alfa medium), foetal calf serum (FCS),
trypsin 0,25%, phosphat buffer saline (PBS), fungizone, methylin blue, yellow tip
0-20 µl, blue tip 1000 µl, DMSO, EDTA atau heparin atau natrium citrate, dan
laboratorium sehingga sampel yang akan dilakukan isolasi sel dapat segera
ditangani. Dengan demikian, jumlah sel yang hidup mempunyai persentase yang
tinggi sekitar 70%. Jika tidak langsung dilakukan isolasi maka biasanya tingkat
pertumbuhan sel hanya 30%. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah tabung
pembawa sampel, medium transpor, dan yang terpenting adalah tingkat sterilitas
sampel yang akan dilakukan isolasi stem cell. Oleh karena itu, tabung yang
digunakan tidak boleh mengandung logam berat sehingga dapat menyebabkan sel
mati. Selain itu, tidak boleh disimpan di bawah 4˚C karena sel menjadi syok, dan
tidak boleh terlalu panas yang dapat menyebabkan lisis eritrosit (Rantam et al.,
2009).
c. Diferensiasi Stem cell
tersebut akan mengalami diferensiasi. Namun proses ini dapat dipercepat dengan
menambahkan substansi growth factors dalam medium. Karena itu ketika sel akan
progenitor sel hepatosit, progenitor sel endothelial, sel neuron, dan jenis sel
lainnya. Proses diferensiasi memerlukan waktu yang berbeda, sebagai contoh jika
maka memerlukan waktu sekitar 21 hari dan setiap 2 hari medium harus diganti
1,5 bulan. Hal ini berarti setiap sel mempunyai sifat yang berbedakarena
lingkungan mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan diferensiasi sel juga
berbeda.
subnano per ml dalam serum. Beberapa dari molekul tersebut spesifik untuk
proliferasi, epidermal dan sel glial. Selain itu tipe sel distimulasi oleh faktor
pertumbuhan yang berbeda. Jadi fibroblast bertanggung jawab terhadap
untuk membuktikan bahwa sel tersebut adalah benar stem cell dan kontaminasi
baik oleh jamur (paling banyak) atau mikroorganisme lain. Adapun marker yang
digunakan untuk validasi plurypotency yaitu Oct-4, SRY, Sox-2, Nanog, dan Fox-
D3. Sel harus bebas dari penyakit infeksi HIV, herpes, hepatitis, BSE, gonorrhoe,
Selain itu, tingkat viabilitas sel dan fenotip sel juga sesuai dengan
keinginan atau target yang diinginkan. Stem cell yang akan digunakan untuk terapi
gagal otot jantung atau hearth infarction, maka marker yang digunakan adalah
CD44, untuk terapi gagal ginjal CD133, untuk bone fracture CD105 dan lack
CD45, sedang untuk saraf menggunakan marker antara lain nestin. Sementara itu
6) HLA-DR
8) Cancer gene
terapi dengan stem cell. Perbaikan biasanya berlangsung dengan cepat dan
atau jaringan tidak harus optimal. Perbaikan akan menghasilkan jaringan ikat
(scar) yang mengisi atau menggantikan bagian organ yang rusak. Regenerasi
merupakan proses yang berlangsung lebih lambat, dengan hasil integritasi organ
regenerasi bisa ditujukan untuk tiga tujuan. Pertama, pada organ seperti otak,
kelenjar tiroid, medula spinalis, hati, pankreas, dan beberapa organ lainnya.
Tujuan utama terapi stem cell adalah untuk menggantikan fungsi metabolisme dari
sel-sel yang rusak. Untuk bisa menggantikan fungsi tersebut, maka stem cell harus
metabolisme dan struktur. Organ dan jaringan yang mempunyai kedua fungsi ini
adalah otot, jantung, kulit, tulang, paru-paru, dan usus. Untuk mendapatkan
keduanya, selain mendiferensiasikan stem cell menjadi sel yang diinginkan, maka
stem cell harus menghasilkan matriks ekstraseluler sesuai dengan fungsi organ
atau jaringan tersebut. Ketiga, pada laring, trakea, diafragma, ureter, uretra, dan
kandung kemih, yang utama dibutuhkan adalah fungsi organ atau jaringan sebagai
struktur.
Gambar 7. Aplikasi klinis stem cell untuk pengobatan regeneratif dan rekayasa
digunakan stem cell dari sumsum tulang (bone marrow) yang dideferensiasi
regenerasi jantung. Sel ini tetap multipoten setelah ekspansi in vitro, menunjukkan
diberi agen demetilator DNA, 5-azasitidin. Beberapa studi model binatang telah
pembentukan kapiler secara signifikan. Satu keuntungan dari penggunaan sel ini
yang diinjeksikan pada miokard yang infark dalam suatu model babi meregenerasi
miokard dan mengurangi ukuran infark tanpa bukti rejeksi. Suatu uji klinis acak
peningkatan signifikan dalam fungsi global dan ventrikel kiri regional dan uji
klinis sekarang sedang dilakukan untuk meneliti aplikasi MSCs allogenik dan
autologus untuk MI akut dan inskemia miokard, secara berurutan (Rantam, dkk,
2014
BAB III
a. Sterilisator
c. Pipet serologi
d. Syringe
e. Media
f. Gelas piala
g. Botol gelas
h. Gelas ukur
i. Dryer
j. Mikropipet
k. Lemari pendingin
n. Sentrifuge
o. Inkubator CO2
p. Mikroskop inverted
q. Mikroskop fluoresence
b. Medium kultur
c. Formalin 10%
d. PBST 0,1%
e. PBS
f. Blocking buffer
dahulu, lalu memasuki laboratorium untuk melakukan processing sel yang meliputi
isolasi jaringan/organ, isolasi stem cell, freezing sel, dan thowing sel, splitting
dengan sikat
dibilas.
menggunakan tissue
dryer.
kering.
12 Memasukkan peralatan ke medicpack
memasuki laboratorium
disediakan
laboratorium
5 Menggunakan masker, nurse cap,
ruangan steril
jaringan lemak
5 Inkubasi selama 30 menit pada suhu
dan stirrer
tripsinase
kedua.
9 Menambahkan medium kultur pada
perlahan
3. Menyiapkan sampel darah
homogen
medium kultur
dalam es.
nitrogen cair.
5 Kemudian mengevaluasi
CO2.
selama 2 jam.
CD 45.
selama 2 jam.
9 Mengamati hasil dengan
menggunakan mikroskop
fluorescence.
No Dokumentasi Prosedur
perlahan-lahan.
5 menit.
dengan pipet.
microplate
37°C.
No Dokumentasi Prosedur
1 Sel pada tabung konikel ditambah
2 Membuang PBS.
menit.
6 Melakukan sentrifuse 3000 rpm,
supernatant
2x.
8 Membuat blocking buffer yang
supernatan.
sebanyak 2x.
11 Menaruh pelet pada obyek glass
bagian.
45 dan CD 105.
menggunakan mikroskop
fluorescence.
Hasil Keterangan
Hasil Keterangan
4.2 Pembahasan
Topik pada Praktik Kerja Lapangan ini adalah Karakterisasi Sel Punca
dari metode karakterisasi stem cell, dimana terdapat metode lain yaitu MTT Assay,
mengevaluasi apakah sel dalam sampel tertentu mengekspresikan suatu antigen yang
kolometrik sel. Sedangkan untuk mendeteksi suatu antibodi, antigen, atau hormon
tertentu yang disekresikan oleh sel dilakukan uji ELISA. Pewarnaan Alizarin Red
bertujuan untuk mengetahui kalsifikasi sel yang telah berdiferensiasi menjadi sel
osteogenik.
Terdapat 2 macam metode imunositokimia dalam karakterisasi stem cell,
Namun pada laporan ini penulis akan membahas mengenai metode imunositokimia
berlabel FITC pada Mesenchymal Stem Cell (MSCs) dan Hematopoietic Stem Cell
(HSCs).
melakukan splitting sel terlebih dahulu. Tujuan dari proses splitting adalah untuk
meremajakan sel dan memisahkan populasi jaringan heterogen menjadi sel tunggal
(single cell). Proses splitting dilakukan dengan menggunakan enzim tripsin atau
kolagenase, namun pada praktik kali ini menggunakan enzim tripsin untuk
mendapatkan sel tunggal dari sel yang heterogen. Enzim tripsin adalah enzim yang
harganya lebih murah, tersedia dalam jumlah banyak, dan mudah didapat di
laboratorium. Proses splitting pada Mesenchymal Stem Cell (MSCs) dapat dilakukan
ketika sel telah berproliferasi dan mencapai 60-70% konfluen. Setelah melewati
proses splitting, sel di fiksasi dengan formalin 10%. Tujuan dari proses fiksasi adalah
untuk mempertahankan kondisi sel agar tidak rusak dan tetap seperti kondisi aslinya.
lisosom sehingga struktur baik luar atau dalam sel tetap terjaga. Formalin merupakan
salah satu jenis larutan fiksatif yang sering digunakan pada preparat histologi. Setelah
0,1% bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan berlebih yang ada di membran sel
mengurangi gangguan latar belakang dengan memblokir agen potensial interaksi non-
antibodi sekunder CD 105 dan CD 45. Proses pewarnaan dilakukan pada ruangan
gelap karena sensitif terhadap cahaya, kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 2
Uji karakterisasi sampel adipose tikus yang diisolasi dan dikultur positif
mengandung populasi Mesenchymal Stem Cell (MSCs). Hal ini dapat diketahui
melalui ekspresi positif marker CD 105 yaitu adanya fluoresensi atau pendar cahaya
Fluoresensi atau pendar cahaya berwarna hijau ini disebabkan karena adanya reaksi
antara antibodi yang terdapat pada permukaan sel dan marker CD105. Selanjutnya,
sampel adipose kelinci menunjukkan ekspresi negatif terhadap marker CD45 yaitu
ditandai dengan tidak terjadi pembentukan pendar cahaya atau fluoresensi karena
tidak adanya reaksi antara antibodi yang diekspresikan pada permukaan sel dan
marker CD45. Hal ini dikarenakan adipose tikus merupakan jenis mesenchymal stem
cell yang dapat diuji karakterisasinya dengan menggunakan marker CD105 sebagai
kontrol positif. Marker CD45 merupakan kontrol negatif yang berfungsi untuk
menguji bahwa stem cell yang dikultur merupakan benar mesenchymal stem cell.
konikel yang berisi pelet kemudian dilakukan sentrifugasi dan supernatan dibuang.
Pelet disentil dengan jari agar tidak melekat di dinding tabung , kemudian ditambah
dengan 1cc formalin 10% sebagai larutan fiksatif, dan diinkubasi selama 15 menit
untuk selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Hasil dari
sentrifuse diambil pelet nya dan supernatan dibuang. Setelah itu pelet dicuci dengan
atas 0,2 ml serum, dan 1,8 ml PBS. Blocking buffer berfungsi untuk meningkatkan
sensitivitas uji dengan mengurangi gangguan latar belakang dengan memblokir agen
menit, kemudian disentrifuse dan supernatan dibuang. Pelet kemudian dicuci dengan
PBS sebanyak 2x. Selanjutnya pelet dipindahkan dari microtube ke obyek glass
pada suhu 37°C selama 2 jam untuk selanjutnya dilakukan pengamatan menggunakan
mikroskop fluoresence.
diisolasi dan dikultur positif mengandung populasi Hematopoietic Stem Cell (HSCs).
Hal ini dapat diketahui melalui ekspresi positif marker CD 45 yaitu adanya
fluoresensi atau pendar cahaya berwarna hijau dilihat melalui mikroskop fluoresence
dengan perbesaran 200x. Fluoresensi atau pendar cahaya berwarna hijau ini
disebabkan karena adanya reaksi antara antibodi yang terdapat pada permukaan sel
terhadap marker CD105 yaitu ditandai dengan tidak terjadi pembentukan pendar
cahaya atau fluoresensi yang kuat, namun tampak warna hijau fluoresence yang
lemah dan sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel yang diuji terdapat
Hematopoietic Stem Cell (HSCs) dalam jumlah banyak dan terdapat pula
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
disosiasi sel terlebih dahulu, yaitu dengan pemberian enzim tripsin agar menjadi
single cell. Lalu dilakukan fiksasi menggunakan formalin 10%. Setelah itu obyek
glass dicuci dengan PBS. Kemudian ditambah dengan PBST 0,1% dan dicuci dengan
PBS. Selanjutnya diberi blocking buffer dan dicuci dengan PBS. Setelah itu diberi
yang diisolasi dan dikultur positif mengandung populasi Mesenchymal Stem Cell
(MSCs) ditandai dengan ekspresi positif marker CD 105 yaitu adanya fluoresensi
konikel yang berisi pelet lalu disentrifuse dan supernatan dibuang. Kemudian
Setelah itu pelet dicuci dengan PBS sebanyak 2x. Kemudian ditambahkan blocking,
lalu diinkubasi dan selanjutnya disentrifuse. Pelet kemudian dicuci dengan PBS
sebanyak 2x. Selanjutnya pelet dipindahkan dari microtube ke obyek glass COOKE.
5.2 Saran
Gersh BJ, Simari RD, Behfar A, Terzic CM, Terzic A. Cardiac cell repair
Gurudutta G, Satija NK, Singh VK, Verma YK, Gupta P, Tripathi R.Stem cell
Purwati. 2018. Modul 1: Basic Science Stem Cell dan Metabolit. Surabaya. Pusat
Press.
ISBN 978-0-7546-5755-2.
Shah VK, Shalia KK. Stem cell therapy in acute myocardial infarction: a pot of
Shukla VK, Tiwary SK, Barnwal S, Gulati AK, Pandey SS.Effect of autologous
Tuch BE. 2006. Stem Cells – A Clinical Update. Australian Family Physician. 35 (9):
719–21.
Yu G, Wu X, Dietrich MA, Polk P, Scott LK, Ptitsyn AA, Gimble JM. Yield and
538-46.