SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
11180950000054
i
PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran
penting dalam perekonomian Indonesia. Pemakaian pupuk organik cair (POC)
dalam budi daya bawang merah dapat menekan penggunaan pupuk anorganik
berlebih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
produksi bawang merah terhadap pemberian POC dan pupuk anorganik.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor.
Faktor pertama dosis POC (0 ml, 16,08 ml, dan 32,16 ml), faktor kedua pupuk
anorganik dosis persentase berdasarkan rekomendasi 0%, 50%, dan 100%. POC
diaplikasikan setiap minggu selama 8 kali, sedangkan pupuk anorganik
diaplikasikan 7 hari setelah tanam (HST) dan 30 HST. Analisis data menggunakan
sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut DMRT. Hasil menunjukkan pemberian POC
dan kombinasi kedua pupuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05), sedangkan
pemberian pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi bawang merah (P<0,01). Pemberian pupuk anorganik dosis 50%
menghasilkan tanaman tertinggi (38,51 cm), jumlah daun terbanyak (48,13),
jumlah umbi terbanyak (22,50), diameter umbi terbesar (24,18 mm), bobot basah
umbi terberat (152,20 g), dan bobot kering umbi terberat (133,22 g). Kadar
klorofil a tertinggi yaitu pemberian POC 32,16 ml + pupuk anorganik 100%
(32,09 µg/ml), sedangkan klorofil b dan total tertinggi POC 32,16 ml + pupuk
anorganik 50% (53,01 µg/ml) (81,66 µg/ml). Respon pertumbuhan dan produksi
bawang merah terbaik diperoleh pada pupuk anorganik dosis 50%.
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L. varietas bima) Terhadap
Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) dan Pupuk Anorganik” yang
digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program
Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas dukungan dari banyak pihak yang terlibat dalam penelitian dan penulisan
skripsi ini. Penulis ucapkan kepada:
1. Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Penguji I seminar
proposal dan seminar hasil yang telah memberikan masukan dan saran kepada
penulis.
3. Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Biologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Dasumiati, M.Si dan Ir. Junaidi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan II
yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi selama penelitian
kepada penulis.
5. Etyn Yunita, M.Si dan Fahri Fahrudin, M.Si selaku Dosen Penguji I dan II
sidang munaqosyah yang telah memberikan masukan dan saran kepada
penulis.
6. Ardian Khairiah, M.Si selaku Dosen Penguji II seminar proposal dan seminar
hasil yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
7. Jamsuri, S.Si dan Jourdan Alexander Niagara, S.P selaku pembimbing
lapangan yang telah memberikan bimbingan serta bahan-bahan belajar yang
dapat menambah pengetahuan bagi penulis selama penelitian.
8. PT. Xpro Nusantara Raya yang telah memfasilitasi dan banyak membantu
penelitian ini.
9. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan.
vii
Penulis hanya dapat mendoakan semoga kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan yang harus diperbaiki. Oleh karena
itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, sehingga
penulisan skripsi ini menjadi lebih bermanfaat.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
LAMPIRAN ...................................................................................................... 33
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair, pupuk anorganik, dan kombinasinya ..18
Tabel 2. Jumlah umbi, diameter umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering
umbi bawang merah terhadap pemberian pupuk organik cair, pupuk
anorganik, dan kombinasinya .............................................................21
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian respon pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L. varietas bima) terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik ............. 4
Gambar 2. Morfologi bawang merah (Allium ascalonicum L. varietas bima) ..... 6
Gambar 3. Nilai perhitungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun
bawang merah pada setiap perlakuan yang berbeda ...................... 25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan dosis pupuk organik cair (POC) dan pupuk
anorganik .................................................................................. 33
Lampiran 2. Hasil analisis N,P,K tanah sebelum tanam ................................. 34
Lampiran 3. Kombinasi perlakuan ................................................................. 34
Lampiran 4. Denah penelitian........................................................................ 35
Lampiran 5. Kondisi iklim harian di lokasi penelitian dan sekitarnya ............ 36
Lampiran 6. Analisis ragam tinggi bawang merah terhadap pemberian
pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik ........................ 38
Lampiran 7. Analisis ragam jumlah daun bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 38
Lampiran 8. Analisis ragam jumlah umbi bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 38
Lampiran 9. Analisis ragam diameter umbi bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 39
Lampiran 10. Analisis ragam bobot basah umbi bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 39
Lampiran 11. Analisis ragam bobot kering umbi bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 39
Lampiran 12. Kadar klorofil a, b, dan total bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik....... 40
Lampiran 13. Deskripsi bawang merah varietas bima ...................................... 40
Lampiran 14. Dokumentasi penelitian bawang merah...................................... 41
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang optimal adalah dengan pemilihan varietas unggul dan pemupukan (Mehran
et al., 2016).
Salah satu varietas unggul bawang merah adalah varietas bima. Keunggulan
dari varietas bima adalah mampu menghasilkan produksi 9,9 ton/ha, umur panen
60-70 HST, tahan ditanam di musim hujan, ukuran umbi sedang sampai besar (5-
10 g), warna umbi merah muda-merah tua, dan disukai pasar (Sinung et al., 2018).
Teknik budi daya selain penggunaan varietas unggul adalah pemupukan.
Pemupukan juga memiliki peran penting sebagai penyuplai unsur hara bagi
tanaman oleh karena itu pemupukan dapat meningkatkan produksi bawang merah
(Wati et al., 2015).
Pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor, dan
kalium dalam jumlah yang banyak. Peran pupuk anorganik untuk bawang merah
yaitu sebagai peningkatan pertumbuhan, pembelahan sel maupun pembesaran sel
tanaman, merangsang pembentukan klorofil, dan menyebabkan warna daun lebih
hijau (Napitupulu & Winarto, 2010). Pupuk anorganik yang dipakai secara terus-
menerus tidak memperhatikan kondisi lahan dapat mengurangi kesuburan tanah
(Sujitno & Fahmi, 2014). Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga mampu menjadi solusi dalam
mengurangi pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan (Zulia et al., 2017).
Pupuk organik cair (POC) merupakan ekstrak dari hasil pengomposan atau
fermentasi bahan-bahan organik yang berasal dari buah-buahan yang mengandung
unsur hara makro dan mikro dalam bentuk cair dan mudah diserap oleh tanaman.
Pupuk organik cair dapat diaplikasikan melalui daun. Keuntungan penggunaan
POC adalah apabila disemprotkan ke bagian daun dan sebagian pupuk tersebut
jatuh ke tanah, masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Lasmini et al., 2017).
Penelitian Zulkifli dan Maemunah (2021) terdapat interaksi pemberian dosis
POC 750 l/ha dan pupuk anorganik (Urea 250 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, dan KCl
100 kg/ha) pada parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot umbi
per rumpun, dan bobot umbi per hektar serta dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah varietas lembah palu. Penelitian Rambe et al.
(2019), pemberian 30 g/plot pupuk NPK mutiara dan 4 cc/l air POC GDM
3
merupakan dosis optimal yang dapat meningkatkan tinggi tanaman, produksi per
tanaman, dan produksi per plot bawang merah varietas bima. Kebaruan dari
penelitian ini adalah mengetahui respon pertumbuhan dan produksi bawang merah
(A. ascalonicum L. varietas bima) terhadap pemberian POC dari PT. Xpro
Nusantara Raya dan pupuk anorganik, serta diharapkan dapat memperoleh dosis
POC, pupuk anorganik, dan kombinasinya yang mampu meningkatkan
pertumbuhan dan produksi bawang merah.
merah terhadap pemberian POC, pupuk anorganik, dan kombinasinya serta dosis
POC, pupuk anorganik, dan kombinasinya yang optimal dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk
memberikan informasi kepada petani, pemilik POC PT. Xpro Nusantara Raya,
dan masyarakat mengenai pemberian dosis yang tepat untuk menekan dan
mengurangi penggunaan pupuk anorganik sehingga dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik yang berlebih.
TINJAUAN PUSTAKA
Artinya: “Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami telah
menumbuhkan di sana segala jenis (tanaman) yang tumbuh baik?" (QS Asy-
Syu’ara’ (26) : 7).
Lafadz awalam bermakna memperhatikan, maksud dari memperhatikan
adalah bukan hanya melihat, tetapi mengamati dan mempelajari. Lafadz kam
memiliki arti banyak, lafadz ini menunjukkan jenis tumbuhan yang tak terbilang
jumlahnya, sedangkan lafadz zawj artinya “berpasang-pasangan” lafadz ini
bersifat jamak. Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang hidupnya
berkelompok atau berpasangan (zawjin), yaitu tanaman yang ditanam dalam
jumlah banyak untuk menghasilkan panen, tidak seperti pohon yang bisa tumbuh
berdiri sendiri. Lafadz karim bermakna mulia, baik, berkualitas, bermutu
maksudnya adalah Allah SWT mengingatkan kekuasaan-Nya bahwa Dia-lah yang
5
6
Batang bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus yang
berbentuk seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan
mata tunas (titik tumbuh). Batang semu yang tersusun dari pelepah–pelepah daun
berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Manalu, 2019).
Daun bawang merah berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbentuk
silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung meruncing, berukuran
panjang lebih dari 45 cm. Daun yang baru bertunas biasanya belum terlihat
adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat daun tumbuh menjadi besar. Daun
bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi, sehingga
secara langsung kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman.
Setelah tua daun menguning tidak lagi setegak daun yang masih muda dan
akhirnya mengering (Sunarjono, 2007).
7
bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah
(Pitojo, 2003).
Bawang merah di Indonesia dapat ditanam di dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tempat yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m dpl
(Sumadi, 2003). bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran
tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5 sampai 1 bulan dan hasil
umbinya lebih rendah (Rukmana, 2002).
Bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, gembur, subur, tekstur
lempung berpasir, dan banyak mengandung bahan organik, drainase/aerasi baik,
dan derajat keasaman (pH) tanah 5,6-6,5. Tanah yang paling cocok untuk bawang
merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah glei humus atau
latosol. Tanah yang cukup lembap dan air tidak menggenang (Wibowo, 2009).
Bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase
generatif. Bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah berumur 11-35
HST, dan fase generatif terjadi pada saat tanaman berumur 36 HST. Fase generatif
ada yang disebut fase pembentukan umbi (36-50 HST) dan fase pematangan umbi
(51-65 HST). Umbi bawang merah dapat digolongkan menjadi 3 ukuran, yaitu
umbi besar (diameter >1,8 cm atau berbobot 10 g), umbi sedang (diameter 1,5–1,8
cm atau berbobot 5-10 g), dan umbi kecil (diameter <1,5 cm atau berbobot <5 g).
Bibit bawang merah yang baik merupakan umbi yang telah melalui masa
dormansi, sehat, tidak cacat, dan berukuran sedang-besar (Sumarni & Hidayat,
2005).
Bawang merah diperbanyak menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas
umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil
produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman
yang sudah cukup tua umurnya, yaitu sekitar 70-80 HST. Umbi bibit sudah siap
ditanam apabila telah disimpan selama 2-4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah
sampai ke ujung umbi (Sumarni & Hidayat, 2005).
9
12
13
yang sudah berisi media tanam dengan cara memasukan 1 siung bawang merah
perlubang tanam dengan kedalaman ±2-3 cm. Bibit yang memiliki 2 tunas akan
ditanam untuk ulangan 1 dan 2, sedangkan yang memiliki 3 tunas akan ditanam
untuk ulangan 3 dan 4. Bibit yang telah ditanam lalu disiram dengan
menggunakan 500 ml air.
Pemupukan
Pengaplikasian POC diberikan saat usia tanaman sudah mencapai 7 HST.
Pemupukan dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval pemberian, yaitu setiap 7
hari sekali. Pemberian POC dimulai pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB
dengan cara disemprot secara merata pada bagian seluruh tanaman. Jumlah POC
yang diaplikasikan ke tanaman pada masing-masing perlakuan sebanyak 0 ml,
16,08 ml, dan 32,16 ml. Pemberian pupuk anorganik dilakukan sebanyak 2 kali
pada 7 dan 30 HST dengan cara ditaburkan secara merata pada permukaan tanah.
Jumlah pupuk anorganik yang diaplikasikan ke setiap tanaman pada masing-
masing perlakuan sebanyak 0%, 50%, dan 100%.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari dimulai pukul 07.00 WIB
dan sore hari pukul 17.00 WIB menggunakan 500 ml air, atau disesuaikan dengan
keadaan cuaca di lapangan, apabila hujan penyiraman tidak dilakukan.
Penyulaman dilakukan dengan bibit sulaman yang pertumbuhannya baik.
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau
pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman dilakukan sampai umur tanaman 7
HST. Penyiangan dilakukan bila di sekitar tanaman bawang merah terdapat
gulma, penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma
menggunakan tangan. Pengendalian hama dilakukan terhadap tanaman yang
memiliki gejala terserang hama yang ditemukan di lapangan dengan
menggunakan insektisida (spontan). Insektisida tersebut diberikan pada seluruh
tanaman.
Pemanenan
Ciri-ciri bawang merah yang dapat dipanen adalah sebagian besar daun
sudah berwarna kuning pucat biasanya pada umur 60-70 hari atau 60% leher
batang sudah lunak, tanaman rebah, umbi sudah terbentuk penuh, dan sebagian
15
umbi sudah terlihat di permukaan tanah. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
dengan mencabut seluruh tanaman, setelah itu umbi dibersihkan dari tanah dan
dipotong bagian daun dan akar.
17
18
hingga 57%, bahkan gagal panen dapat terjadi apabila tidak dilakukan
pengendalian.
Hal tersebut dikarenakan kandungan unsur hara yang dimiliki oleh POC dan
pupuk anorganik sama-sama menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, tetapi unsur hara tersebut belum optimal. Kombinasi POC (C0, C1, dan
C2) dengan pupuk anorganik dosis 50% (A1) dapat berpotensi meningkatkan
tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal tersebut terlihat pada perlakuan C1A1 dan
C2A1 yang memiliki rata-rata lebih tinggi dari perlakuan C1A2 dan C2A2. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemberian POC dapat mengefisiensikan
19
penggunaan pupuk anorganik sebanyak 50%. Pupuk organik cair bertujuan untuk
penyeimbang pupuk anorganik sehingga kondisi unsur hara tanah lebih esensial
dan dapat menyuburkan tanah (Wardana & Hariyati, 2016). Penelitian Khaliriu
(2020), menyatakan bahwa pemberian POC sabut kelapa dosis 250 ml/l yang
dikombinasikan dengan pupuk anorganik dosis 30 g/plot merupakan dosis yang
optimal dan dapat menekan pemberian pupuk NPK (16:16:16) sebanyak 25%
pada tanaman bawang merah.
Perlakuan POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun (P>0,05) (Tabel 1; Lampiran 6-7). Hal ini dikarenakan POC yang
digunakan berasal dari buah-buahan, kandungan unsur hara yang dimiliki POC
tersebut belum mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah
daun. Peni (2022), menyatakan pemberian POC kulit nanas berpengaruh tidak
nyata terhadap pengamatan jumlah daun bawang merah, dikarenakan kandungan
dalam unsur hara yang dimiliki POC kulit nanas belum tersedia dalam jumlah
optimal.
Pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun (P<0,01) (Tabel 1; Lampiran 6-7). Tanaman tertinggi (38,51) dan
jumlah daun terbanyak (48,13) diperoleh pada perlakuan A1 yang berbeda nyata
dengan perlakuan A0 dan A2. Perlakuan A1, yaitu pemberian pupuk anorganik
dosis 50% memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan
pertumbuhan bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa dosis tersebut
merupakan dosis yang optimal untuk tinggi tanaman dan jumlah daun bawang
merah. Unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia dalam jumlah cukup
untuk tanaman bawang merah. Suatu tanaman dapat tumbuh subur apabila segala
elemen yang dibutuhkan berada dalam keadaan cukup dan sesuai untuk diserap
tanaman.
Unsur hara yang diperlukan dalam proses pertumbuhan adalah unsur
nitrogen. Peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun dapat dikaitkan dengan
keterlibatan nitrogen pada proses sintesis asam amino, karena protein diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen dimanfaatkan oleh tanaman untuk
pembentukan klorofil, semakin banyak klorofil yang terbentuk maka
meningkatkan fotosintat yang dihasilkan (Wijaya, 2008). Fosfor juga dapat
20
sampai pada dosis yang dicobakan belum ditemukan adanya interaksi. Hal ini
bermakna bahwa peningkatan dosis pupuk NPK Mutiara tidak dipengaruhi oleh
peningkatan konsentrasi POC GDM, tetapi demikian ada kecenderungan bahwa
dengan pemberian pupuk NPK Mutiara yang dikombinasikan dengan POC GDM
maka respon pertumbuhan dan produksi tanaman semakin baik.
Tabel 2. Jumlah umbi, diameter umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi
bawang merah terhadap pemberian pupuk organik cair, pupuk
anorganik, dan kombinasinya
Diameter Bobot Bobot
Perlakuan Jumlah
umbi basah kering
umbi
Pupuk organik cair (mm) umbi (g) umbi (g)
C0 (0 ml) 19,19a 23,27a 118,34a 103,97a
a a a
C1 (16,08 ml) 20,16 23,54 129,76 113,56a
C2 (32,16 ml) 19,47a 23,50a 121,22a 106,56a
Pupuk anorganik
A0 (0 %) 16,61a 22,65a 92,68a 81,61a
A1 (50%) 22,50c 24,18b 152,20c 133,22c
b ab b
A2 (100%) 19,72 23,48 124,45 109,26b
Kombinasi
C0A0 (0 ml + 0%) 15,50a 21,93a 79,75a 70,40a
C0A1 (0 ml + 50%) 23,16c 25,33b 166,86d 147,55d
abc a ab
C0A2 (0 ml + 100%) 18,91 22,55 108,42 93,96ab
C1A0 (16,08 ml + 0%) 18,08ab 22,81a 106,63ab 93,76ab
bc ab cd
C1A1 (16,08 ml + 50%) 22,50 23,94 151,28 130,95cd
C1A2 (16,08 ml + 100%) 19,91abc 23,87ab 131,38bc 115,96bc
a ab a
C2A0 (32,16 ml + 0%) 16,25 23,19 91,67 80,68a
C2A1 (32,16 ml + 50%) 21,83bc 23,26ab 138,46bcd 121,16bcd
abc ab
C2A2 (32,16 ml + 100%) 20,33 24,04 133,53bc 117,84bcd
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% uji
duncan
Kombinasi POC (C0, C1, dan C2) dengan pupuk anorganik dosis 50% (A1)
dan 100% (A2) menghasilkan rata-rata parameter produksi bawang merah lebih
besar dibandingkan tanpa pemberian pupuk anorganik (A0) (Tabel 2). Sama
halnya dengan parameter pertumbuhan, pemberian POC dapat mengefisiensikan
penggunaan pupuk anorganik sebanyak 50%. Perlakuan C1A1 dan C2A1 mampu
menghasilkan jumlah umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan C1A2 dan C2A2. Hal ini menunjukkan penambahan
22
POC mampu mengurangi pemberian pupuk anorganik sebanyak 50% dan dapat
mengefisiensikan penggunaannya.
Kelebihan yang dimiliki POC adalah dapat memperbaiki sifat fisika tanah,
yaitu struktur dan kegemburan tanah, memperbaiki sifat kimia tanah, melalui
pengaruhnya terhadap ketersediaan hara makro dan mikro, memperpanjang daya
serap dan daya simpan air yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tanah yang
gembur menyebabkan akar tanaman mudah menembus lebih dalam sehingga
tanaman lebih kokoh dan mampu menyerap unsur hara yang menyebabkan
pertumbuhan dan produksi lebih meningkat. Pupuk organik cair juga dapat
memperbaiki sifat biologi tanah melalui peningkatan aktivitas mikroorganisme
tanah (Lestari et al., 2010).
Pemberian pupuk anorganik yang tepat akan memaksimalkan pertumbuhan
karena unsur hara makro seperti nitrogen berfungsi dalam merangsang akar,
batang, dan daun sebagai zat penyusun warna hijau daun (klorofil) dan sebagai
penyusun protoplasma dalam tubuh tanaman. Unsur fosfor berfungsi memacu
pertumbuhan akar dan batang, merangsang pembentukan titik tumbuh,
meningkatkan pembentukan karbohidrat, dan protein. Unsur kalium membantu
dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, dan meningkatkan daya
tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit (Nurshanti, 2010).
Pemberian POC berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah umbi,
diameter umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi (P>0,05) (Tabel 2;
Lampiran 8-11). Sama halnya dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun,
dikarenakan POC yang berasal dari buah-buahan kandungan unsur hara tersebut
belum mampu meningkatkan parameter produksi bawang merah. Peni (2022),
pemberian POC kulit nanas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per
anakan, diameter umbi, dan berat umbi tanaman bawang merah. Pertambahan
jumlah umbi per anakan, diameter umbi, dan berat umbi tanaman bawang merah
dengan pemberian POC kulit nanas menunjukkan hasil baik, namun belum
mencapai pada taraf yang nyata. Menurut Ralahalu et al. (2017), pemberian POC
sebaiknya diperhatikan konsentrasi pengaplikasian yang akan diberikan pada
tanaman. Tanaman memiliki frekuensi pemberian pupuk yang berbeda dalam
memperoleh hasil yang optimal.
23
umbi per rumpun. Banyaknya daun akan meningkatkan proses fotosintesis dan
menghasilkan banyak fotosintat yang kemudian ditranslokasikan ke organ
penyimpanan seperti umbi. Banyaknya fotosintat yang disimpan dalam umbi akan
meningkatkan berat umbi.
Ketersediaan unsur hara kalium mempengaruhi jumlah umbi. Anisyah et al.
(2014), berpendapat bahwa jumlah umbi yang dihasilkan dari bawang merah
dipengaruhi oleh unsur kalium yang berperan aktif. Unsur kalium memacu
translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman lainnya, sehingga
meningkatkan ukuran, jumlah, dan hasil umbi. Jumlah umbi berkaitan dengan
bobot basah umbi dan bobot kering umbi. Semakin banyak jumlah umbi yang
dihasilkan maka peluang untuk menghasilkan bobot basah umbi dan bobot kering
umbi juga tinggi dikarenakan dengan penambahan jumlah umbi maka akan diikuti
penambahan bobot.
Bobot basah umbi suatu tanaman sangat ditentukan oleh laju fotosintesis,
laju penyerapan unsur hara dan air atau kandungan air pada tanaman. Kandungan
air di dalam tanaman dipengaruhi oleh lingkungan terutama suhu dan kelembapan
udara. Pada suhu yang tinggi akan mempengaruhi laju transpirasi pada organ
tanaman. Sifat dari persediaan zat makanan yang terkandung di dalam umbi, yaitu
bersifat basah karena mengandung air, sehingga air memberikan kontribusi
terhadap bobot basah umbi (Hairuddin & Ariani, 2017).
Bobot kering umbi dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara yang ada di
dalam tanah. Laju pertambahan bobot umbi lebih ditentukan oleh fotosintat yang
dihasilkan selama periode perkembangan umbi. Bobot kering umbi
mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari
senyawa anorganik, terutama air dan karbon dioksida (Lakitan, 2011).
Besar kecilnya diameter umbi tanaman bawang merah tidak hanya
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia, namun dapat dipengaruhi juga oleh
faktor genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Putrasamedja dan Soedomo (2017),
setiap varietas bawang merah memiliki deskripsi yang berbeda-beda, dalam
ukuran diameter umbi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik
masing-masing varietas. Faktor genetik berkaitan dengan karakteristik yang
25
biasanya bersifat khas pada tanaman, seperti kondisi batang, bentuk bunga, dan
bentuk daun (Mamang et al., 2017).
90
80 C0A0
70 C0A1
Kadar klorofil µg/ml
60 C0A2
50 C1A0
40 C1A1
30 C1A2
C2A0
20
C2A1
10
C2A2
0
Klorofil a Klorofil b Klorofil total
Gambar 3. Nilai perhitungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun bawang
merah pada setiap perlakuan yang berbeda
Fotosintat yang dihasilkan akan mendukung bobot kering umbi. Bobot kering
merupakan indikator yang berkaitan dengan ketersediaan hara, karena bobot
kering menunjukkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis oleh
tanaman (Sitorus et al., 2014).
Unsur hara nitrogen dapat meningkatkan metabolisme tanaman. Nitrogen
dalam tanah akan diserap oleh tanaman yang akan digunakan untuk menyusun
protein dan asam amino. Peranan nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, baik batang, cabang, akar, daun,
dan umbi (Efendi et al., 2017). Kandungan nitrogen total tanah akan mengalami
peningkatan apabila diberi POC, selain itu POC dapat menyebabkan pori-pori
tanah menjadi lebih baik sehingga akar dapat menyerap unsur hara secara
maksimal (Kurniawan et al., 2020).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian POC, kombinasi POC dengan pupuk anorganik tidak meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi, diameter umbi, bobot basah umbi,
dan bobot kering umbi.
2. Pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah umbi, diameter umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi. Pupuk
anorganik dosis 50% rekomendasi merupakan dosis yang optimal pada
pertumbuhan dan produksi bawang merah.
5.2 Saran
Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut terhadap respon pertumbuhan dan
produksi bawang merah dengan menggunakan dosis POC yang lebih tinggi (>10
l/ha) dan pupuk anorganik rekomendasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anisyah, F., Sipayung, R., & Hanum, C. (2014). Pertumbuhan dan produksi
bawang merah dengan pemberian berbagai pupuk organik. Jurnal Online
Agroteknologi, 2(2), 482–496.
Asngad, A. (2014). Inovasi pupuk organik kotoran ayam dan eceng gondok
dikombinasi dengan bioteknologi mikoriza bentuk granul. Jurnal MIPA
Unnes, 36(1), 115-221.
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, S., & Hamidah, H. (2011). Kesuburan
tanah dan pemupukan. USU Press. Medan.
Efendi, E., Nasution, N. U. H., & Purba, D. W. (2017). Respon pemberian pupuk
NPK mutiara dan bokashi jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Penelitian
Pertanian, 13(3), 20-29.
28
29
interaksi hara nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea
mays L.) pada tanah regosol dan latosol. Berita Biologi, 10(3), 297–304.
Gunadi, N. (2009). Kalium sulfat dan kalium klorida sebagai sumber pupuk
kalium Pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal Hortikultura, 19(2), 174–185.
Hairuddin, R., & Ariani, N. P. (2017). Pengaruh pemberian pupuk organik (POC)
batang pisang (Musa sp.) terhadap pertumbuhan dan produktivitas bawang
merah (Allium ascalonicum L.). Agricultura, 5(3), 31-40.
Kartikawati, A., Trisilawati, O., & Darwati, O. (2017). Pemanfaatan pupuk hayati
(biofertilizer) pada tanaman rempah dan obat. Perspektif, 16(1), 33–43.
Khaliriu, F. (2020). Pengaruh pupuk organik cair sabut kelapa dan NPK 16:16:16
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Skripsi.Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Kurniawati, H. Y., Karyanto, A., & Rugayah. (2015). Pengaruh pemberian pupuk
organik cair dan dosis pupuk NPK (15:15:15) terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrotek Tropika,
3(1), 30–35.
Lasmini, S. A., Wahyudi, I., Nasir, B., & Rosmini. (2017). Pertumbuhan dan hasil
bawang merah lembah palu pada berbagai dosis pupuk organik cair biokultur
urin sapi. Jurnal Agroland, 24(3), 199–207.
Latarang, B., & Syukur, A. (2006). Pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium
ascalonicum L.) pada berbagai dosis pupuk kandang. Jurnal Agroland,
13(3), 265–269.
Lestari, P., Sarman, S., & Indraswari, E. (2010). Subtitusi pupuk anorganik
dengan kompos sampah kota terhadap tanaman jagung (Zea mays).
Universitas Jambi. Jambi.
30
Mamang, K. I., Umarie, I., & Hasbi, H. (2017). Pengaplikasian berbagai macam
pupuk azolla (Azolla microphylla) dan interval waktu aplikasi terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L) Merill). Agritrop, 15(1),
25–43.
Mehran, K. E., & Sufardi. (2016). Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas
bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada tanah aluvial akibat pemberian
berbagai dosis pupuk NPK. Jurnal Floratek, 11(2), 117–133.
Munawar, A. (2011). Kesuburan tanaman dan nutrisi tanaman. IPB Press. Bogor.
Nur, S., & Thohari. (2007). Tanggap dosis nitrogen dan pemberian berbagai
macam bentuk bolus terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 4(1),30–
33.
Nyakpa, M. Y., Lubi, M. A., Pulungan, M., Amran, G. B. H., & Hakim. (1998).
Kesuburan tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.
Peni. (2022). Pemberian POC kulit nanas dan pupuk NPK 16:16:16 terhadap
respon pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian (JIMTANI), 2(1), 1–13.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2020). Statistik lahan pertanian
tahun 2015-2019. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta.
31
Putrasamedja, S., & Soedomo, P. (2017). Evaluasi bawang yang akan dilepas.
Jurnal Pembangunan Perdesaan, 7(3), 133–146.
Rambe, B. S., Ningsih, S. S., & Gunawan, H. (2019). Pengaruh pemberian pupuk
NPK mutiara dan pupuk organik cair GDM terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum). Bernas, 15(2), 64–
73.
Sinung, R. B., Khaririyatun, N., Sembiring, A., & Arsanti, I. W. (2018). Studi
adopsi varietas bawang merah bima brebes dari Balitsa di Kabupaten Brebes.
Jurnal Hortikultura, 27(2), 261.
Sitorus, U. K. P., Siagin, B., & Rahmawati, N. (2014). Respon pertumbuhan bibit
kakao (Theobroma cacao L.) terhadap pemberian abu boiler dan pupuk urea
pada media pembibitan. Jurnal Online Agroekoteknologi, 2(3), 1021-1029.
Sujitno, E. K., & Fahmi, T. (2014). Penggunaan berbagai pupuk organik pada
tanaman padi di lahan sawah irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP). Jawa Barat.
Sumarni, N., & Hidayat, A. (2005). Budidaya bawang merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bandung.
Supariadi, H. Y., & Yoseva, S. (2017). Pengaruh pemberian pupuk kandang dan
pupuk N, P dan K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal FAPERTA, 3(2), 1–13.
Wardana, R., & Hariyati, I. (2016). Optimalisasi jumlah anakan produktif padi
dengan pengairan macak-macak serta penambahan pupuk P dan K. Jurnal
Ilmiah Inovasi, 16(3), 208–212.
Wati, Y. T., Nurlaelih, E. E., & Santoso, M. (2015). Pengaruh aplikasi biourin
pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum
L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(8), 613–619.
Wenda, M., Hidayati, S., & Purwanti, S. (2017). Aplikasi pupuk organik cair dan
komposisi media tanam terhadap hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.).
Gontor AGROTECH Science Journal, 3(2), 99–118.
Zulia, C., Purba, D. W., Hirawan, H. D., & Ma’ruf, A. (2017). Pengaruh
pemberian pupuk urea dan pupuk organik cair sampah kota terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.). Bernas,
13(3), 1–7.
Lampiran 1. Perhitungan dosis pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik
Penentuan dosis POC = 5 l/ha pengencerannya 5000/10.000 = 0,5 ml
Untuk 1 Plot 40 x 40 cm = 0,4 x 0,4 m
= 0,16 m
5.000/10.000 = 0,5 ml 5/1000 x 0,96/x
0,5 x 0,16 = 0,08 x 12 X = 192 ml (air)
= 0,96 ml (POC) 1 polybag = 192 + 0,96 / 12 = 16,08 ml
33
34
37. 27,5 79 -
38. 27,3 84 -
39. 27,8 81 -
40. 26,4 83 -
41. 27,9 74 -
42. 28,3 76 -
43. 27,1 79 -
44. 25,2 90 -
45. 27,3 78 0
46. 27,9 80 3,6
47. 26,9 83 1,8
48. 25,4 85 4
49. 28,1 67 0
50. 26,7 79 -
51. 27,7 80 -
52. 26,2 84 -
53. 26 86 3
54. 26,8 81 2,7
55. 27,5 80 4,5
56. - - -
57. - - -
58. - - -
59. - - -
60. - - -
61. - - -
62. - - -
63. - - -
64. - - -
65. - - -
Rata-rata
27,1 82,41 3,84
38
Lampiran 11. Analisis ragam bobot kering umbi bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel
F hitung
keragaman bebas kuadrat tengah 5% 1%
Kelompok 3 1094,863 364,954 0,991 3,01 4,72
POC (C) 2 590,15 295,075 0,801 3,4 5,61
Anorganik (A) 2 16008,0915 8004,045 21,74** 3,4 5,61
Interaksi CxA 4 3340,545 835,136 2,268 2,76 4,22
Galat 24 8835,954 368,164
Total 35 29869,603 9867,374 25,8 12,57 20,16
Keterangan: *Berpengaruh nyata, **Berpengaruh sangat nyata pada uji F dengan
taraf kepercayaan 5% dan 1%
40
Lampiran 12. Kadar klorofil a, b, dan total bawang merah terhadap pemberian
pupuk organik cair (POC) dan pupuk anorganik
Perlakuan Klorofil a Klorofil b Klorofil total
C0A0 20,80 41,32 62,10
C0A1 29,36 50,78 80,12
C0A2 26,90 37,27 64,16
C1A0 26,01 22,72 48,73
C1A1 30,48 30,43 60,90
C1A2 30,89 32,49 63,37
C2A0 30,84 35,40 66,23
C2A1 28,68 53,01 81,66
C2A2 32,09 29,53 61,61
A. Hama ulat grayak (Spodoptera exigua); B. Gejala serangan hama ulat grayak
(Spodoptera exigua)