Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANPA TANAH

DOSEN PENGAMPU :

ENDRIAN, S.P, M.Si


ALHAVIZ, S.P, M.Si

DISUSUN OLEH :
Dita Anjelita 2054211065
Andre Maraja Siregar 2054211032
Doni Prasetya 2054211006
Joan Jonatan M 2054211033
Arya Adi Prasetyo 2054211088
Mahmudin Siregar 2054211035

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga Laporan Pratikum Budidaya Tanpa
Tanah ini dapat terselesaikan berkat anugerah dan nikmat sehat sehingga semua
aktivitas dapat terselesaikan dengan baik.
Praktek yang dilaksanakan dipilih sedemikian rupa sehingga mahasiswa
telah dibekali dengan beberapa teori dasar untuk melaksanakan praktek
dilapangan. Namun demikian dosen selalu mengadakan bimbingan dan
pengawasan demi efektifitas tanpa mengurangi kreatifitas.
Disadari sepenuh nya bahwa Laporan Praktikum Budidaya Tanpa Tanah
belum sepenuhnya mampu mencakup pokok – pokok penting dalam bidang ilmu,
dan tidak mustahil dijumpai kelemahan – kelemahan atas dasar itu penyusun
mengharapkan teguran sapa dan saran dari teman.
Semoga hasil Laporan Praktikum ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
dan pengetahuan bagi mahasiswa program studi agroteknologi.

Pekanbaru . Desember 2022


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3
1.2 Tujuan Praktikum...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Pakcoy .......................................................................... 5
2.2 Syarat Tumbuh Pakcoy ............................................................................ 6
2.3 Media Tanam............................................................................................ 7
2.3.1 Sekam Padi................................................................................... 7
2.3.2 Arang Sekam ............................................................................... 7
2.3.3 Abu Serbuk Gergaji ..................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................... 10
3.2 Metode....................................................................................................... 10
3.3 Alat dan Bahan.......................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lebar Daun................................................................................................ 11
4.2 Jumlah Daun.............................................................................................. 12
4.3 Panjang Daun............................................................................................ 13
4.4 Tinggi Tanaman........................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakcoy ( Masalah Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis sayuran
tahan hujan. Tanaman semusim ini juga dikenal dengan sawi sendok atau genus
Barassica sehingga termasuk dalam . Pakcoy yang berwarna hijau dengan
kandungan gizi dan nilai ekonomis yang terbilang tinggi . Pakcoy adalah salah
satu produk hortikultura yang produksinya paling besar di Bali . kenaikan
dikarenakan Produksi pakcoy di Bali tertinggi memiliki marga jenis sawi. Pakcoy
memiliki da Peningkatan produksi dari pakcoy bahkan beberapa kali m un
engalami permintaan pasar yang juga meningkat. termasuk dalam produksi
produk hortikultura yaitu sejumlah 29.052,00 ton bersama dengan kubis dan
cabai.
Di Indonesia, produksi pakcoy juga tergolong tin ggi yaitu sekitar
667.473,00 t on pada tahun 2020. Kenaikan angka produksi pakcoy tidak jarang
terjadi di Bali, maupun dalam skala lebih besar yaitu Indonesia. Pada tahun 2018
dan 2020 produksi pakcoy mengalami peningkatan. Persentase kenaikan produksi
pakc tersebut masingmasing adalah 10,74% dan 2,58% oy di Bali pada tahun
(BPS, 2017, 2020). Pakcoy memang memiliki nilai ekonomis dan nilai gizi yang
tinggi. Selain rasanya yang sebagian besar disukai konsumen, kandungan gizinya
juga menjadi pertimbangan konsumen untuk mengkonsumsi jeni s sayur sawi ini.
Sayur dengan 12 genus Brassica ini memiliki kandungan gizi yang sangat baik
bagi kesehatan konsumen.
Pakcoy memiliki karakteristik seperti genus Barassica lainnya, yaitu
memiliki sifat sebagai antikanker, antioksidan dan memiliki komponen a
ntiinflamasi. Pakcoy mengandung vitamin yang tinggi, mineral, rendah lemak,
serat, serta komponen fitokimia yang menguntungkan. Vitam in C dan E yang
terkandung dalam jenis sawi ini merupakan komponen antioksidan yang bisa
memerangi radikal bebas. Metabolit sekunder yang terkandung dalam sayur ini,
seperti flavonoid, terpen, antosianin dan komponen metabolit lainnya, menjadikan
sayuran i ni kaya akan kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan 2020; Raksun

3
A et al , 2020; Sanlier & Saban, 2018). Akan tetapi, penurunan produksi pakcoy,
di Bali sendiri dipantau terjadi beberapa kali.
Berdasarkan data statistik produksi hortikultu dari 635.728 ton menjad
sebesar 17,17% (Harsela et al , ra tahun 2014, produksi pakcoy dari tahun 2013 ke
tahun 2014 mengalami penurunan. Penurunan terjadi i 602.468 ton dengan
persentase penurunan sebesar 5,23%. Pada tahun 2019, produksi pakcoy juga
mengalami penurunan dari 34.191 ton pa da tahun 2018 menjadi 28.320 ton pada
tahun 2019 dengan persentase penurunan . Penurunan kembali terjadi pada tahun
2021 yang semulanya pada tahun 2020 produksi pakcoy adalah sebesar 29.052 ton
menjadi 24.519 ton pada tahun 2021 (Dikjen Horti kultura, 2015; BPS, 2019 ;
BPS, 2021 ) . Penurunan produksi pakcoy terjadi dikarenakan berbagai faktor
diantaranya yaitu: fa ktor kesuburan tanah, faktor alam seperti hujan, kemarau
ekstrim yang menyebabkan kerusakan fisik tanaman pakcoy.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perlakuan media
tanam yang terbaik dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pakcoy.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Pakcoy


Pakcoy (Brassica rapaL.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang
termasukdalamkeluargaBrassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan
telah dibudidayakan secara luas setelah abad ke-5 di China Selatan dan China
Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sekeluarga dengan Chinesse vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas
di Filipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia(Yogiandreet al., 2011). Menurut
Paat (2012) tanamanpakcoy dalam sistematik tumbuhan mempunyai klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapaL.
Rubatzky dan Yamaguchi (1998)cit.Yogiandreet al. (2011) menyatakan
tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di
China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua dan
mengkilat, tumbuh agak tegak,tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang
yang tertekan. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan
berdaging,tinggi tanaman mencapai 15-30 cm.Lebih lanjut dinyatakan pakcoy
kurang peka terhadap suhu dibandingkan sawi putih, sehingga tanaman ini
memiliki daya adaptasi lebih luas. Konon didaerah China tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina
dan Taiwan. Masuknya pakcoy ke Indonesia diduga pada abad ke-19
yangbersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran subtropis lainnya,
terutama kelompok kubis 2.1.2.kubisan (Cruciferae) (Suhardianto dan Purnama,
2011).

5
2.2 Syarat Tumbuh Pakcoy
Pakcoy bukanlah tanaman asli Indonesia. Karena Indonesia mempunyai
kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di
Indonesia. Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1200 meter di atas permukaan laut. N amun tumbuh optimal jika
dibudidayakan di daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun yang berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah
maupun datara n tinggi.
Menurut Sukmawati (2012) dipilih daerah yang memiliki suhu 15,
budidaya pakcoy sebaiknya 30° celcius, dan memiliki curah hujan lebih dari 200
mm/bulan, sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran
rendah. Di Indonesia pakcoy sudah banyak diusahakan oleh petani di daerah
Cipanas, jawa barat dengan pertumbuhan baik. Pakcoy tumbuh subur pada tanah
yang gembur dan kaya akan unsur hara. Pakcoy ditanam dengan kerapatan tinggi
yaitu sekitar 20 Pakcoy memiliki umur pa25 tanaman/meter². nen singkat, tetapi
kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari pada suhu 0 ºC dan RH 95%
(Rubatzky dan Yamaguchi,1998 Yogiandre 2.1.3. et al., 2011).
Kandungan Gizi Pakcoy Menurut Prasetyo (2010) cit. Perw tasari et al .
cit. (2012) kandungan betakaroten pada pakcoy dapat mencegah penyakit katarak.
Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga mengandung banyak
gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, kalsium, Magnesium,
sodium, vitamin A dan vitaminC. Rukmana (2009)cit. Suhardianto dan Purnama
(2011) menguraikan bahwa sebagai sayuran daun, pakcoy kaya akan sumber
vitamin dan mineral. Pakcoy kaya akan sumber vitamin A sehingga berdaya guna
dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam
(xerophthalmia).
Kegunaan pakcoy dalamtubuh manusia antara lain dapat mendinginkan
perut. Menurut Fahrudin (2009), pakcoydapat menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan.

6
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak,
karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
2.3 Media Tanam
2.3.1 Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit buah padi berupa lapisan keras yang meliputi
kariopsis, terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling
bertautan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan energi atau
bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar
20%-30% dari bobot gabah.
Di Indonesia, jumlah sekam dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun
(Deptan, 2011). Potensi limbah yang besar ini hanya sedikit yang baru
dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan sekam padi dimanfaatkan sebagai
bahan bakar langsung. Sekam padi merupakan bahan berligno-selulosa seperti
biomassa lainnya namun mengandung silica yang tinggi. Kandungan kimia sekam
padi terdiri atas 50% selulosa, 25%-30% lignin, dan 15%-20% silika (Ismail dan
Waliudin, 1996).
2.3.1 Arang Sekam
Arang sekam sendiri memiliki peranan penting sebagai media tanam
pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup
dapat menahan air. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%),
N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu arang sekam juga
mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam
jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang
tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap
hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan.
Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium dalam tanah
(Septiani, 2012). Binawati (2012) menyatakan kelebihan arang sekam sebagai
media karena memiliki rongga yang banuak sehingga drainase dan aerasinya baik
sehingga akar mudah bergerak dianatara butiran arang sekam. selain itu juga
arang sekam dapat merangsang pertumbuhan akar dan daun tanaman karena arang
sekam mengndung karbon dan fosfor. Hal ini dapat dilihat pada penelitiannya

7
dalam penggunaan media tanam arang sekam berpengaruh paling nyata terhadap
pertumbuhan berat anggrek (Phalaenopsis sp.) aklimatisasi dalam plenty
dibandingkan dengan media cocopeat dan media moss yang digunakannya.
Agustin dkk. (2014) menyatakan bahwa arang sekam padi memberikan
nilai panjang akar terbaik dibanding media sapih lainnya. Hal ini diduga karena
arang sekam padi memiliki banyak pori yang dapat meningkatkan aerasi, serta
porositas yang tinggi sehingga media sapih arang sekam padi bersifat lebih remah
dibanding media sapih lainnya. Sifat inilah yang diduga memudahkan akar dapat
menembus media dan daerah pemanjangan akar akan semakin besar serta dapat
mempercepat perkembangan akar. Kandungan hara dalam media menunjukkan
bahwa media sapih arang sekam padi mempunyai persentase kandungan unsur N,
K dan C lebih tinggi dibanding tanah lapisan atas (top soil).
2.3.2 Abu Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji berbentuk butiran dipotong dengan gergaji (Armani et
al,butiran halus yang terbuang saat kayu 2007). Jumlah serbuk gergaji yang di
hasilkan dari eksploitasi/pemanenan dan pengolahan kayu bulat sangat ban yak.
Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH) pada kilang penggergajian di Sumatera dan
Kalimantan serta Perum Perhutani di Jawa menunjukkan bahwa rendamen ratarata
penggergajian adalah 45 persen, dan sisanya berupa limbah.
Sebanyak 10 persen dari limbah pengg ergajian tersebut merupakan
serbuk gergaji (Lahuddin dan Bintang, 2007). Alternatif lain untuk membuat
limbah gergaji atau serbuk gergaji ini lebih bermamfaat lagi dalam
penggunaannya yaitu dengan menggunakannya dalam pertanian (Effendi, 2005).
Sebagai m edia tanam, serbuk gergaji mempunyai beberapa keuntungan dan juga
memerlukan penanganan khusus sebelum bisa dipakai sebagai media tanam.
Kendala utama pemanfaatan serbuk gergaji sebagai media tanam adalah reaksi
asam dan adanya kemungkinan untuk memadat. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pembakaran. Melalui proses pembakaran dengan suhu tinggi maka
didapatkan abu serbuk gergaji yang mengandung senyawa organik diantara yaitu:
kalium, kalsium, magnesium, mangan dan sedikit silika (Haygree dan Bowyer,
1989 ).

8
Hasil analisa terhadap abu serbuk gergaji adalah sebagai berikut: 0.22% N
total; 0.96% P2O5; 4.78% K2O dan pH 11.60 (Subjatmaka, 1989). Hasil analisis
abu serbuk gergaji menunjukkan bahwa abu serbuk gergaji mengandung P, K, Ca
dan Mg (Hendrik 2000). Winarso (2005), mengatakan bahwa penambahan abu
serbuk gergaji dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta dapat
memperbaki lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan
dan mengurangi biaya pemupukan kimia yang mahal, serta menjaga kualitas
lingkungan. Abu serbuk gergaji dapat menyokong pertumbuhan akar, disamping
itu unsur kalium yang dikandungnya tinggi.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Lancang
Kuning di belakang musholah Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning.
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 November 2022 pukul 15.00 WIB.
Dilakukan pengamata pertumbuhan sampai dengan waktu yang ditentukan.
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode RAL, dengan
metode pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS dan Exel.
3.3 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Cangkul
2. Parang
3. Meteran
4. Penggaris
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Bibit pakcoy
2. Pupuk daun
3. Mulsa
4. Polybag
5. Pisau curter
6. Sekam padi
7. Sekam bakar
8. Serbuk kayu gergaji

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lebar Daun


Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Lebar Daun
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4MST
P1= Sekam Bakar 0,690 ab 0,710 a 0,890 a 0,960 a
P2 = Serbuk Kayu 0,600 a 0,660 a 0,900 a 1,000 a
P3= Campuran 0,750 b 0,859 a 1,000 a 1,030 a
Perlakuan dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata, sebaliknya perlakuan
dengan huruf yang berbeda hasilnya berbeda nyata.

Gambar 1. Diagram Garis Lebar Daun.

Pada Tabel.1 dapat dilihat pada pertumbuhan 1 mst menunjukan hasil


yang berbeda nyata dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P3, sedangkan
pada 2-4 mst menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.
Pada minggu kedua sampai keempat terlihat perbedaan lebar daun antar
perlakuan. Perlakuan P3 dengan media tanam campur menghasilkan lebar daun
tertinggi pada tanaman pakcoy sedangkan perlakuan P2 serbuk kayu
menghasilkan lebar daun terendah. Penggunaan media tanam organik terlihat
dapat meningkatkan lebar daun pakcoy terutama pada media sekam bakar yang
dicampur dengan serbuk kayu.

11
4.2 Jumlah Daun
Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4MST
P1= Sekam Bakar 3,000 b 3,600 a 3,900 a 4,000 a
P2 = Serbuk Kayu 2,700 ab 3,500 a 4,000 a 4,100 a
P3= Campuran 2,600 a 3,000 a 3,889 a 3,889 a
Perlakuan dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata, sebaliknya perlakuan
dengan huruf yang berbeda hasilnya berbeda nyata.
14,5 14,3
Gambar 1. Diagram Garis Jumlah Daun.

Pada Tabel.1 dapat dilihat pada pertumbuhan 1 mst menunjukan hasil


yang berbeda nyata dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P1, sedangkan
pada 2-4 mst menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.
Pada minggu kedua sampai keempat terlihat perbedaan jumlah daun antar
perlakuan. Perlakuan P1 dengan media tanam sekam bakar menghasilkan jumlah
daun tertinggi pada tanaman pakcoy sedangkan perlakuan P3 media tanam
campur menghasilkan jumlah daun terendah. Penggunaan media tanam organik
terlihat dapat meningkatkan jumlah daun pakcoy terutama pada media sekam
bakar.

4.3 Panjang Daun

12
Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4MST
P1= Sekam Bakar 0,750 ab 0,930 a 1,010 a 1,270 a
P2 = Serbuk Kayu 0,560 a 0,880 a 0,950 a 1,150 a
P3= Campuran 0,840 b 0,990 a 1,090 a 1,700 b

Perlakuan dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata, sebaliknya perlakuan
dengan huruf yang berbeda hasilnya berbeda nyata.
3,96 3,54 4,62
Gambar 1. Diagram Garis Panjang Daun

Pada Tabel.1 dapat dilihat pada pertumbuhan 1 mst menunjukan hasil


yang berbeda nyata dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P1, pada 4
mst juga menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan hasil tertinggi diperoleh
pada perlakuan P3 , sedangkan pada 2dan 3 mst menunjukan hasil yang tidak
berbeda nyata.
Pada minggu kedua sampai keempat terlihat perbedaan panjang daun antar
perlakuan. Perlakuan P3 dengan media tanam sekam bakar dan serbuk kayu
menghasilkan panjang daun tertinggi pada tanaman pakcoy sedangkan perlakuan
P2 media tanam serbuk kayu menghasilkan panjang daun terendah. Penggunaan
media tanam organik terlihat dapat meningkatkan panjang daun pakcoy terutama
pada media sekam bakar campur sebuk kayu.

4.4 Tinggi Tanaman


Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun

13
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4MST
P1= Sekam Bakar 1,640 a 1,750 a 1,850 a 1,920 a
P2 = Serbuk Kayu 1,420 a 1,670 a 1,770 a 1,900 a
P3= Campuran 1,690 a 2,470 b 2,540 b 2,700 b
Perlakuan dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata, sebaliknya perlakuan
dengan huruf yang berbeda hasilnya berbeda nyata.
7,16 6,76
Gambar 1. Diagram Garis Tinggi Tanaman

Pada Tabel.1 dapat dilihat pada pertumbuhan 1 mst menunjukan hasil


yang tidak berbeda nyata dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P1,
sedangkan pada 2-4 mst menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan
terbaik P3.
Pada minggu kedua sampai keempat terlihat perbedaan panjang daun antar
perlakuan. Perlakuan P3 dengan media tanam sekam bakar dan serbuk kayu
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada tanaman pakcoy sedangkan
perlakuan P2 media tanam serbuk kayu menghasilkan tinggi tanaman terendah.
Penggunaan media tanam organik terlihat dapat meningkatkan panjang daun
pakcoy terutama pada media sekam bakar campur sebuk kayu.

BAB V

14
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Pembibitan tanaman pakcoy menggunakan media tanam organik sekam
bakar dicampur dengan serbuk kayu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
lebar daun, panjang daun serta tinngi tanaman. Sedangkan media tanam serbuk
kayu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abel, Triyosa.2016. Pengaruh Jenis Media Tanam Hidroponik


Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Mentimun, Neraca Jurnal
Pendidikan Ekonomi. Vol.1 (2).2014

Prakoso. D, et. Al. 2013. Pengaruh Media Tanam Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau. Proposal penelitian.
Kepanjen, Malang

Anjaliza, R.Y. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy


Pada berbagai Jenis Hidroonik. Universitas Hasanudin,Makasar
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai