SKRIPSI
ii
ABSTRAK
Ade Maulana Putra. Pemanfaatan Sumber Karbon dan Nitrogen Lokal pada
Medium Produksi Bakteri Pelarut Kalium. Skripsi. Program Studi Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2020. Dibimbing oleh R. Bambang Sukmadi dan Etyn Yunita.
vi
ABSTRACT
Ade Maulana Putra. Utilization of Local Carbon and Nitrogen Sources in the
Production Medium of Potassium Solubilizing Bacteria. Undergraduate
Thesis. Department of Biologi. Faculty of Science and Technology. State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020. Advised by R Bambang
Sukmadi and Etyn Yunita.
The medium use of Alexandrov as the production medium of potassium solubilizing
bacteria (PSB) requires considerable cost. Alternative effort were made to replace
glucose as a carbon source and yeast extract as a nitrogen source on Alexandrov
medium with cheaper ingredients. The research was conducted to find the best
isolates in dissolving potassium feldspar and looking for alternative sources of
carbon and nitrogen in the PSB production medium. The research was divided into
2 stages, namely the selection of bacterial activity and production review of PSB
with modified medium. Ten isolates of bacteria were used in this study, a collection
of Agromicrobiology laboratory, Balai Biotechnology, BPPT. The selection of ten
isolates of bacteria obtained the two best isolates in dissolving potassium, namely
GRTL 6.1 and GRTL 7.1 with the potassium dissolving index respectively 7,33 and
5,28. Molasses and technical glucose and urea and fish meal can replace the carbon
source in the form of glucose and nitrogen source in the form of yeast extract in the
media production of PSB. The combination of local carbon and nitrogen sources
that produce the highest number of bacterial cells in the incubation of 48 hours in
the GRTL 7.1 medium 2 using molasses and urea with the number of bacteria 1,9
x 1013 CFU/ml.
Keywords: Carbon; Nitrogen; Production PSB; Selection PSB
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirrabbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Sumber Karbon dan
Nitrogen Lokal pada Medium Produksi Bakteri Pelarut Kalium”. Skripsi ini ditulis
dengan tujuan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pelaksanaan pembuatan Skripsi ini,
penulis telah mendapatkan pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta.
3. Narti Fitriana, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Drs. R. Bambang Sukmadi, M.Si, selaku Dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi, masukan serta memberikan
motivasi selama pembuatan skripsi ini, serta kesempatan yang diberikan
untuk melaksanakan penelitian ini.
5. Etyn Yunita, M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan koreksi, pengarahan dan bimbingan
selama pembuatan skripsi ini.
6. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Dosen penguji Sidang Munaqosyah yang telah
memberi masukan dan saran yang membangun.
7. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dosen penguji Sidang Munaqosyah yang telah
memberi masukan dan saran yang membangun.
8. Dr. Nani Radiastuti, M.Si selaku Dosen penguji seminar proposal dan
seminar hasil yang telah memberi masukan dan saran yang membangun.
9. Agustina Senjayani, M.Si, M.Si selaku Dosen penguji seminar proposal dan
seminar hasil yang telah memberi masukan dan saran yang membangun.
viii
10. Seluruh Dosen Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Jakarta.
11. Kedua orang tua Bapak Muhamadih dan Ibu Asih, serta kakak saya yakni
Lilik Octaviani yang selalu memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi.
12. Pak Mahmud selaku pembimbing Laboratorium yang telah membantu dan
mendampingi selama penelitian, Pak Nian, Pak Imam, Ka Davia, Ka Ana,
Mas Aji, dan seluruh staf Balai Bioteknologi BPPT atas ilmu, kesempatan
dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian.
13. Teman-teman Biologi 2015 yang saling mendukung dan memberikan
bantuan kepada penulis selama penelitian.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah dilakukan
dan penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Hipotesis .......................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.6. Kerangka Berpikir ........................................................................... 4
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Medium Alexandrov.................................................. 13
Tabel 2. Modifikasi Medium Alexandrov.................................................. 14
Tabel 3. Indeks Pelarutan Kalium 10 Isolat BPK pada Medium
Alexandrov dengan Sumber Kalium dari Batuan Feldspar........... 19
Tabel 4. Jumlah Sel Bakteri pada Waktu Inkubasi 48 Jam Berdasarkan
Metode Total Plate Count (TPC).................................................. 28
Tabel 5. Biomassa Berat Kering Sel Bakteri Waktu Inkubasi 48 Jam....... 31
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian..................................................... 4
Gambar 2. Hasil Seleksi Aktivitas Bakteri Pelarut Kalium......................... 21
Gambar 3. Hasil TPC Inokulum GRTL 7.1 yang Ditumbuhkan dalam
Medium Alexandrov.................................................................. 23
Gambar 4. Kurva pertumbuhan bakteri GRTL 6.1 selama produksi sel
bakteri dalam medium Alexandrov dengan modifikasi sumber
karbon dan nitrogen................................................................... 23
Gambar 5. Kurva pertumbuhan bakteri GRTL 7.1 selama produksi sel
bakteri dalam medium Alexandrov dengan modifikasi sumber
karbon dan nitrogen................................................................... 24
Gambar 6. Kurva Perubahan pH Kultur Selama Produksi Sel Bakteri
GRTL 6.1 dalam Medium Alexandrov dengan Berbagai
Kombinasi Komposisi Karbon dan Nitrogen............................. 26
Gambar 7. Kurva Perubahan pH Kultur Selama Produksi Sel Bakteri
GRTL 7.1 dalam Medium Alexandrov dengan Berbagai
Kombinasi Komposisi Karbon dan Nitrogen............................. 26
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Karbon dan Nitrogen yang
Digunakan dalam Medium Produksi (Alexandrov dengan
Modifikasi)......................................................................... 39
Lampiran 2. Uji F Anova terhadap Data Jumlah Sel Bakteri Isolat
GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 pada Waktu Inkubasi 48 Jam ..... 40
Lampiran 3. Perubahan pH Kultur Selama Fermentasi .......................... 42
Lampiran 4. Nilai Log Jumlah Sel Isolat Bakteri GRTL 6.1 dan 7.1....... 43
Lampiran 5. Bahan Sumber Karbon dan Nitrogen yang Digunakan
dalam Medium Produksi Sel Bakteri Pelarut Kalium ......... 44
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Diperoleh isolat terbaik dalam melarutkan kalium (feldspar).
2. Sumber karbon dan nitrogen lokal dapat menggantikan sumber karbon dan
nitrogen pada medium produksi bakteri pelarut kalium.
3. Diperoleh sumber karbon dan nitrogen lokal yang terbaik untuk
menghasilkan produksi sel bakteri pelarut kalium yang terbanyak.
3
5
6
sukar larut, enam spesies MPF berhasil diidentifikasi yang terdiri dari satu spesies
FPF (Aspergillus ficuum) dan lima spesies bakteri (Bacillus subtilis, Yersinia
kristensenii, Pseudomonas putida, Pseudomonas fluorescens, dan Klebsiella
terriguma). Selanjutnya Iswandi & Hifnalisa (1996), berhasil mengisolasi MPF dari
berbagai tipe penggunaan lahan di Kalimantan Barat yang terdiri dari hutan primer,
hutan sekunder, kebun karet, ladang berpindah, dan padang alang-alang.
Berdasarkan hasil penelitian mereka, terdapat perbedaan kemampuan dari BPF dan
FPF dalam melarutkan AlPO4 dan FePO4.
Bakteri pelarut kalium dapat meningkatkan ketersediaan kalium dalam tanah
untuk diserap tanaman, meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil
penelitian Han, Supanjani & Lee (2006), menunjukkan bahwa inokulasi bakteri
pelarut kalium dengan batuan kalium dapat meningkatkan serapan kalium tanaman
merica dan mentimun. Herdiyantoro, Hudaya & Setiawati (2015), menunjukkan
bahwa inokulasi bakteri pelarut kalium J25-2 dapat meningkatkan kalium tersedia
tanah dibandingkan kontrol pada enam minggu setelah tanam pada rhizosfer
tanaman jagung. Hasil penelitian Herdiyantoro et al. (2015) menunjukkan bahwa
perlakuan dosis 0,10% inokulan bakteri pelarut kalium J36-1 memberikan nilai
serapan kalium tertinggi tanaman jagung dibandingkan perlakuan lainnya.
negeri dengan harga yang relatif murah, dibanyak tempat, limbah ini sangat kecil
daya gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran lingkungan karena molase
mengandung kalsium oksida yang dapat mengurangi kadar oksigen tanah. Menurut
Kusmiati, Swasono, Tamat, Eddy & Ria (2007), molase mengandung nutrisi cukup
tinggi untuk kebutuhan bakteri, sehingga dijadikan bahan alternatif sebagai sumber
karbon dalam medium fermentasi. Menurut Simanjuntak & Riswan (2009), molase
banyak mengandung gula dan asam-asam organik. Kandungan gula dari molase
terutama sukrosa berkisar 40-55%, sehingga molase ini dijadikan alternatif
pengganti gula dalam pembuatan teh kombucha.
Glukosa teknis adalah gula pereduksi dan dapat bereaksi dengan asam amino
melalui reaksi Maillard. Dengan tingkat kemanisan yang relatif rendah, glukosa
teknis dapat digunakan dalam racikan untuk menambah volume karena tidak akan
mempengaruhi flavor secara keseluruhan. Bahan ini banyak digunakan dalam es
krim, produk roti, produk konfeksioneri. Glukosa teknis adalah monosakarida dan
gula pereduksi yang paling banyak ditemui di alam serta merupakan bahan dasar
reaksi Maillard yang paling murah (De Rovira, 1999).
13
14
sekitar koloni (Prajapati & Modi, 2012). Rumus yang digunakan untuk mengukur
indeks pelarutan kalium adalah sebagai berikut:
Diameter koloni+Zona bening
Indeks Pelarutan Kalium =
Diameter koloni
dipanaskan hingga larut dan mendidih, kemudian dituang ke dalam beberapa labu
erlenmeyer 1000 ml masing-masing sebanyak 285 ml dan disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC, tekanan 1 atm selama 15 menit. Medium
M2, M3, M4 dan M5 dibuat dengan cara yang sama dengan medim M1, namun
dengan komposisi sumber karbon dan nitrogen sesuai perlakuan (Tabel 2). Masing-
masing perlakuan dibuat tiga kali ulangan.
dilakukan setelah inkubasi 24-48 jam pada suhu ruang. Jumlah mikroorganisme per
ml sampel dapat diperoleh berdasarkan perghitungan rumus oleh (Cappucino &
Sherman, 2013).
Rata-rata jumlah koloni (CFU)
Jumlah sel (CFU/ml) =
Volume inokulasi (ml) x Faktor pengenceran
Tabel 3. Indeks pelarutan kalium 10 isolat BPK pada medium Alexandrov dengan
sumber kalium dari batuan feldspar
Diameter
Diameter
Kode Zona Bening
No. koloni (cm) Indeks Pelarutan Kalium
Isolat (cm)
1 2 1 2
1 PO5 0,52 0,62 2,18 2,33 3,97
2 PGN 2.4 0,5 0,52 1,68 1,78 3,39
3 GRTL 7.1 0,42 0,6 2,6 2,63 5,28
4 GRTL 7.3 0,62 0,58 2,32 2,52 4,04
5 GRTL 6.1 0,5 0,64 4,48 3,66 7,33
6 GRTL 6.2 0,94 0,64 2,52 2,55 3,33
7 GRTL 3 0,6 0,6 0 0 0
8 PGN 1.1 0,6 0,6 0 0 0
9 Pd 01 0,6 0,6 0 0 0
10 BDK 2.3 0,6 0,6 0 0 0
Keterangan: Indeks Pelarut Kalium diukur dengan cara membagi diameter koloni + zona
bening dengan diameter koloni bakteri
Hasil seleksi aktivitas pelarutan kalium oleh sepuluh isolat pada medium
Alexandrov dengan sumber kalium berupa batuan feldspar selama 7 hari waktu
inkubasi menunjukan terdapat enam isolat yang mampu membentuk zona bening.
Isolat PO 5, PGN 2.4, GRTL 7.1, GRTL 7.3, GRTL 6.1 dan GRTL 6.2 merupakan
enam isolat yang dapat membentuk zona bening. Empat isolat tidak membentuk
zona bening sampai akhir waktu inkubasi selama 7 hari. Isolat yang tidak
membentuk zona bening sampai akhir waktu inkubasi selama 7 hari adalah GRTL3,
PGN 1.1, Pd 01 dan BDK 2.3. Kemampuan BPK untuk melarutkan kalium
19
20
dipengaruhi oleh jenis isolat, pH, jenis dan jumlah asam-asam organik
(Mutmainnah, Setiawati & Mudjiharjati, 2013).
Enam isolat bakteri yang membentuk zona bening dapat melarutkan kalium,
isolat bakteri tersebut memiliki variasi kemampuan dalam melarutkan senyawa
kalium. Seleksi aktivitas pelarutan kalium dilakukan untuk memperoleh isolat
bakteri dengan kemampuan pelarutan kalium terbaik berdasarkan nilai indeks
pelarutan kalium. Didapat dua isolat terbaik dalam melarutkan kalium dengan nilai
indeks pelarutan kalium tertinggi adalah GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 dengan nilai
indeks pelarutan kalium 7,33 dan 5,28. Isolat GRTL 6.1 memiliki indeks pelarutan
kalium lebih besar dibanding pada penelitian Pratama (2016), mendapatkan isolat
BPK2 dengan indeks pelarutan kalium terbesar 6,77. Indeks pelarutan kalium pada
isolat GRTL 6.1 dan GRTL7.1 memiliki indeks pelarutan kalium lebih besar
dibanding pada penelitian Fatharani & Rahayu (2018) pada isolat LJK2 dengan
indeks pelarutan kalium 5,22. Indeks pelarutan kalium terbesar pada kedua isolat
tersebut selanjutnya digunakan untuk tahapan berikutnya untuk memproduksi sel
BPK.
Pembentukan zona bening menunjukan kemampuan mikroba melarutkan
kalium tidak terlarut yang terdapat pada medium Alexandrov padat secara
kualitatif. Secara genetik BPK memiliki kemampuan berbeda-beda untuk
menghasilkan jenis dan jumlah asam-asam organik yang berperan dalam
melarutkan kalium (Rajawat, Singh & Saxena, 2013). Uji pelarutan kalium dengan
melihat indeks pelarutan dengan cara mengukur luas zona bening yang terbentuk di
sekitar koloni dalam medium Alexandrov bersifat semi kuantitatif karena nilai
indeks pelarut kalium yang diperoleh belum dapat menunjukan kadar kalium
terlarut yang berhasil diikat oleh bakteri pelarut kalium. Menurut Ghevariya &
Desai (2014), zona bening pada medium padat tidak dapat menunjukan jumlah
kalium yang terbentuk, namun ukuran zona bening dapat menunjukan kemampuan
bakteri melarutkan kalium sukar larut.
Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni (Gambar 2) menunjukan bahwa
isolat bakteri tersebut dapat menghasilkan asam-asam organik ekstraseluler yang
mampu berikatan dengan ion yang terdapat dalam batuan feldspar. Asam organik
mempercepat proses pelarutan feldspar melalui kompleksasi Al pada permukaan
21
mineral. Al pada feldspar (KAlSi3O8) akan dikhelat oleh asam organik akibat
serangan ion H+ dari asam organik dan selanjutnya membentuk kompleks kation-
organik dengan asam organik. Kompleks permukaan kation-organik pada
permukaan mineral menyebabkan pergeseran elektron sehingga membuat ikatan
kation-organik lebih rentan terhadap hidrolisis sehingga K yang berasal dari
feldspar dapat tersedia (Wafaa & Mona, 2015).
Y X Y X
A B
Gambar 2. Hasil Seleksi Aktivitas Bakteri Pelarut Kalium; A. Isolat GRTL 6.1 pada
medium Alexandrov dengan Feldspar inkubasi 7 hari; B. Isolat GRTL
7.1 pada medium Alexandrov dengan Feldspar inkubasi 7 hari; X:
Diameter koloni; Y: Diameter Koloni + Zona Bening (halozone)
Feldspar merupakan aluminosilikat tiga dimensi anhidrat. Struktur feldspar
memiliki ikatan SiO4 dan AlO4 tetrahedra dengan rongga yang dapat
mengakomodir senyawa K, Na, Ca, atau Ba untuk menjaga netralitas elektrik (Wu,
Li, Huang, Li & Yang, 2014). Feldspar sebagai sumber K dapat bereaksi dengan
asam organik yang dihasilkan oleh bakteri pelarut kalium sehingga menyebabkan
pertukaran reaksi kation antara ion H+ dan K+. Selanjutnya K+ yang dilepaskan
oleh feldspar dapat diserap oleh tanaman dan menghasilkan mineral sekunder
seperti kaolinite (Fatharani & Rahayu, 2018).
Perbedaan kemampuan sepuluh isolat bakteri dalam melarutkan kalium dapat
disebabkan oleh jumlah produksi asam-asam organik ektraselulernya sehingga luas
zona bening yang terbentuk juga berbeda-beda. Pengukuran yang dilakukan
memperlihatkan bahwa diameter suatu koloni yang besar tidak selalu menghasilkan
zona bening yang besar pula. Terlihat pada data hasil pengukuran isolat GRTL 6.2
22
banyak dibanding populasi Bakteri pelarut kalium dalam penelitian HU, Chen, Guo
& Hangzo (2006) dengan jumlah BPK yang di dapatkan sebanyak 106 CFU/ml.
Gambar 3. Hasil TPC inokulum GRTL 7.1 yang ditumbuhkan dalam medium
Alexandrov
Fase pertumbuhan bakteri terdiri dari 4 fase yaitu fase lag, fase logaritmik,
fase stasioner dan fase kematian (Cappucino & Sherman, 2013). Hasil pertumbuhan
kedua isolat bakteri dalam penelitian ini menunjukan kedua isolat bakteri
mengalami fase lag, logaritmik dan awal fase stasioner. Kurva pertumbuhan bakteri
digunakan untuk menggambarkan fase pertumbuhan bakteri (Madigan, Martinko,
Stahl & Clark, 2012). Data hasil pertumbuhan isolat GRTL 6.1 dan GRTL 7.1
selama inkubasi dalam lima medium Alexandrov cair dengan modifikasi sumber
karbon dan nitrogen dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
14
13
12
Populasi - Log [x] (CFU/ml)
11
10 GRTL6.1 M1
09 GRTL6.1 M2
08 GRTL6.1 M3
07
GRTL6.1 M4
06
GRTL6.1 M5
05
04
0 6 12 18 24 36 48
Waktu Inkubasi (Jam)
Gambar 4. Kurva pertumbuhan bakteri GRTL 6.1 selama produksi sel bakteri
dalam medium Alexandrov dengan modifikasi sumber karbon dan
nitrogen
24
Kurva pertumbuhan bakteri yang terlihat pada (Gambar 4) isolat GRTL 6.1
pada semua medium mengalami fase lag yang sangat singkat mulai jam ke 0 dari
dimasukannya inokulum ke dalam masing-masing medium Alexandrov cair dengan
modifikasi sumber karbon dan nitrogen. Isolat bakteri GRTL6.1 masuk fase
logaritmik setelah beberapa saat pada jam ke 0 hingga jam ke 18. Fase stasioner
dialami oleh M2, M4 dan M5 dimulai pada waktu inkubasi jam ke 18 hingga jam
ke 24. Perlakuan M1 dan M3 mengalami fase logaritmik hingga waktu inkubasi 48
jam. Pola pertumbuhan diauksik juga terjadi pada M2, M4 dan M5 yakni pola
pertumbuhan yang dicirikan oleh dua fase logaritmik. Pola pertumbuhan diauksik
terjadi pada waktu inkubasi jam ke 24 hingga jam ke 48. Fase logaritmik kedua
setelah fase stasioner dapat terjadi karena medium menggunakan molase atau
tepung ikan. Molase dan tepung ikan mengandung glukosa dan protein yang lebih
kompleks dibandingkan glukosa dan yeast extract sehingga bakteri dapat
memanfaatkan senyawa yang lebih kompleks setelah senyawa sederhana habis
(Cappucino & Sherman, 2013).
14
13
Populasi - Log [x] (CFU/ml)
12
11
GRTL7.1 M1
10
09 GRTL7.1 M2
08 GRTL7.1 M3
07
GRTL7.1 M4
06
GRTL7.1 M5
05
04
0 6 12 18 24 36 48
Waktu Inkubasi (jam)
Gambar 5. Kurva pertumbuhan bakteri GRTL 7.1 selama produksi sel bakteri
dalam medium Alexandrov dengan modifikasi sumber karbon dan
nitrogen
Kurva pertumbuhan bakteri yang terlihat pada Gambar 5 menunjukan isolat
GRTL 7.1 pada semua medium mengalami fase lag yang sangat singkat mulai dari
jam ke 0 dimasukannya inokulum ke masing-masing medium Alexandrov cair
dengan modifikasi sumber karbon dan nitrogen. Isolat bakteri GRTL 7.1 kemudian
masuk fase logaritmik setelah beberapa saat waktu inkubasi jam ke 0. Perlakuan
25
M1, M3 dan M5 mengalami fase logaritmik hingga waktu inkubasi jam ke 18. M2
mengalami fase logaritmik hingga waktu inkubasi jam ke 36. M4 mengalami fase
logaritmik hingga waktu jam ke 6. Fase stasioner M1, M3 dan M5 terjadi pada
waktu inkubasi jam ke 18 sampai 36. M2 mengalami fase stasioner pada waktu
inkubasi jam ke 36 sampai jam ke 48. M4 mengalami fase stasioner pada waktu
inkubasi jam ke 6 sampai jam ke 18 kemudian lanjut fase logaritmik kembali hingga
jam ke 48. Bakteri akan menggunakan senyawa yang mudah dimetabolisme terlebih
dahulu seperti monosakarida. Setelah senyawa sederhana telah habis bakteri akan
menggunakan sumber karbon yang lebih kompleks seperti disakarida (Pratiwi,
2010).
Produksi sel bakteri kedua isolat dilakukan selama 48 jam waktu inkubasi.
Waktu inkubasi pada jam 48 adalah waktu yang cukup untuk memproduksi sel
bakteri karena pada waktu inkubasi 48 jam bakteri sudah masuk pada fase stasioner.
Mardad, Serrano & Soukuri (2013), menyatakan bahwa produksi sel bakteri yang
digunakan untuk pembuatan pupuk hayati dilakukan hingga mencapai awal fase
stasioner yaitu pada waktu inkubasi 48-72 jam. Populasi bakteri saat fase lag belum
dapat digunakan karena pada fase tersebut bakteri masih melakukan adaptasi
(Pelczar & Chan, 2008). Tahap awal fase stasioner jumlah populasi sel bakteri telah
mencapai titik tertinggi karena telah melewati fase logaritmik atau fase
eksponensial pertumbuhan bakteri. Saat fase stasioner akhir hingga fase kematian
jumlah sel akan mulai berkurang karena telah kehabisan nutrisi yang tersedia,
sehingga kurang efektif dalam pemanenan populasi sel bakteri (Cappucino &
Sherman, 2013).
Kedua isolat yang ditumbuhkan dalam medium produksi Alexandrov dengan
sumber karbon dan nitrogen yang berbeda dalam penelitian ini memperlihatkan
pola hasil yang hampir sama. Terlihat dari garis kurva pertumbuhan yang saling
berdekatan antara medium satu dengan yang lain. Hasil perhitungan jumlah sel
terbanyak dari kedua isolat pada akhir masa inkubasi 48 jam mencapai 10 13
CFU/ml. Jumlah BPK sebanyak 108 CFU/ml dianggap merupakan jumlah yang
cukup efektif untuk membantu pelarutan kalium dalam rhizosfer. Jumlah tersebut
lebih tinggi dibanding standar baku Permentan Nomor 1 tahun 2019, jumlah total
sel hidup minimal untuk formulasi pupuk hayati yaitu sebanyak 10 8 CFU/ml.
26
6,50 GRTL6.1 M2
6,00 GRTL6.1 M3
5,50 GRTL6.1 M4
5,00 GRTL6.1 M5
4,50
4,00
0 6 12 18 24 36 48
Waktu Inkubasi (Jam)
Gambar 6. Kurva perubahan pH kultur selama produksi sel bakteri GRTL 6.1
dalam medium Alexandrov dengan berbagai kombinasi komposisi
karbon dan nitrogen
9,00
8,50
8,00
7,50
7,00 GRTL7.1 M1
pH
6,50 GRTL7.1 M2
6,00 GRTL7.1 M3
5,50 GRTL7.1 M4
5,00 GRTL7.1 M5
4,50
4,00
0 6 12 18 24 36 48
Waktu Inkubasi (Jam)
Gambar 7. Kurva perubahan pH kultur selama produksi sel bakteri GRTL 7.1
dalam medium Alexandrov dengan berbagai kombinasi komposisi
karbon dan nitrogen
27
Tabel 4. Jumlah sel bakteri pada waktu inkubasi 48 jam berdasarkan metode Total
Plate Count (TPC)
Hasil TPC inkubasi 48 jam
Isolat Medium
Jumlah Sel (CFU/ml) Log Jumlah Sel (CFU/ml)
Jenis isolat, medium dan interaksi antara medium dengan isolat secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi jumlah sel bakteri. Oleh karena
itu, perhitungan uji lanjut dengan uji Duncan tidak dilakukan. Tidak adanya
29
perbedaan nyata antara medium yang digunakan dan hasil TPC bakteri menunjukan
bahwa medium Alexandrov dengan variasi kombinasi sumber karbon berupa
molase dan glukosa teknis, serta sumber nitrogen berupa urea dan tepung ikan dapat
berfungsi sama dengan penggunaan glukosa sebagai sumber karbon dan yeast
extract sebagai sumber nitrogen.
Medium yang digunakan mampu menghasilkan jumlah sel yang sangat baik.
Bakteri dapat tumbuh pada medium yang memiliki sumber karbon dan nitrogen
yang berbeda. Sumber nutrisi dapat mempengaruhi jumlah sel bakteri yang
diproduksi. Penggunaan sumber karbon dan nitrogen dapat mempengaruhi
produksi jumlah sel bakteri yang digunakan. Karbon dan nitrogen merupakan bahan
baku utama bakteri dalam metabolisme dan sintesis sel. Karbon dan nitrogen
berperan penting dalam menghasilkan energi melalui proses oksidasi dan
menyediakan karbon untuk pembentukan material sel (Campbell et al., 2002).
Bakteri mendapat energi dari ikatan karbon untuk pertumbuhan dan proses
metabolisme sel. Bakteri membutuhkan bahan organik dan anorganik untuk
melakukan metabolisme dan memproduksi sel baru. Menurut Pratiwi (2010)
sumber karbon untuk peertumbuhan bakteri dapat diperoleh dalam gula seperti
molase. Molase Merupakan hasil samping proses pengelolaan tebu dari pabrik gula.
Molase dapat dijadikan medium pertumbuhan bakteri yang baik karena
mengandung gula serta sejumlah asam amino. Menurut Paturau (1982) komposisi
molase dipengaruhi oleh varietas, kematangan tebu dan proses pengelolaan di
dalam pabrik gula. Secara umum molase mengandung 17-25% air. Bahan organik
yang terkandung dalam molase meliputi 35-55% gula dan 15-25% non-gula
(Paturau, 1982).
Hasil analisis statistik kedua isolat yang ditumbuhkan pada medium yang
menggunakan sumber karbon berupa molase menghasilkan jumlah sel yang tidak
berbeda signifikan dengan medium yang menggunakan glukosa sebagai sumber
karbon. Kedua isolat yang digunakan dapat menggkonversi molase sebagai sumber
karbon untuk memproduksi biomassa. Molase dapat digunakan dalam medium
pertumbuhan bakteri karena banyak mengandung nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri (Pratiwi, 2010).
30
M1 0,0043
M2 0,0027
GRTL 6.1 M3 0,0035
M4 0,0038
M5 0,0036
M1 0,0040
M2 0,0033
GRTL 7.1 M3 0,0030
M4 0,0030
M5 0,0034
Pemanenan biomassa sel bakteri GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 dilakukan pada
waktu inkubasi 48 jam. Pemanenan dilakukan saat fase akhir eksponensial atau saat
fase awal stasioner (Kosim & Putra, 2010). Bakteri dipanen dengan cara
memisahkan medium dengan sel menggunakan alat sentrifugasi. Kemudian pelet
yang didapat dilakukan pengeringan menggunakan oven untuk menghilangkan
kadar air pada pelet.
Hasil biomassa isolat GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 pada M1 memiliki berat
yang paling besar diantara medium lainnya yaitu sebesar 0,0043 mg/ml dan 0,0040
mg/ml. M1 menggunakan glukosa dan yeast extract sebagai sumber karbon dan
nitrogen. Dari hasil tersebut glukosa dan yeast extract merupakan sumber karbon
dan nitrogen yang paling efektif dalam menghasilkan biomassa sel BPK. Hal
tersebut diduga karena glukosa dan yeast extract merupakan sumber karbon dan
nitrogen yang lebih sederhana dibanding glukosa teknis, molase dan tepung ikan.
Biomassa sel bakteri dipengaruhi oleh jenis substrat (Judoamidjojo, Darwis &
Sa’id, 1990).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dari sepuluh isolat bakteri yang diseleksi didapatkan dua isolat terbaik dalam
melarutkan kalium yaitu GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 dengan nilai indeks pelarut
kalium yaitu masing-masing 7,33 dan 5,28.
2. Molase dan glukosa teknis serta urea dan tepung ikan dapat menggantikan
sumber karbon berupa glukosa dan sumber nitrogen berupa yeast extract pada
medium produksi sel bakteri pelarut kalium.
3. Kombinasi sumber karbon dan nitrogen lokal yang menghasilkan jumlah sel
bakteri terbanyak pada inkubasi 48 jam yaitu pada GRTL 7.1 medium 2
menggunakan molase dan urea dengan jumlah bakteri 1,9 x 1013 CFU/ml.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut produksi sel bakteri pelarut kalium
untuk skala lebih besar menggunakan isolat bakteri GRTL 7.1 dengan medium
Alexandrov dengan sumber karbon molase dan sumber nitrogen urea untuk
mendapatkan jumlah sel yang optimal dan lebih banyak dalam fermentor.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
De Rovira, DA. (1999). FLAVORS: And General Guide for Those Training in the
Art and Science of Flavor Chemistry. Food & Nutrition Press Inc,
Connecticut. USA.
Desai, J. D. & A. J. Desai. (1993). Production of Biosurfactans in Kosaric N. (ed)
Biosurfactans. Productions Properties Applications. Marcel Dekker, Inc.
New York. 3-62.
Fatharani, R. & Rahayu, Y.S. (2018). Isolation and Characterization of Potassium-
Solubilizing Bacteria from Paddy Rhizosphere (Oryza sativa L.). Journal
of Physics: Conf. Series 1108 (2018) 012105.
Ghevariya, KK. & Desai, PB. (2014). Rhizobacteria of sugarcane in vitro
screeningfor their plant growth promoting potentials. Recent Sciences,
3(4): 52-58.
Goenadi, DH. (2006). Pupuk dan teknologi pemupukan berbasis hayati, dari cawan
petri ke lahan petani. Yayasan John Hi-Tech Idetama, Jakarta.
Goldman, E. & L.H. Green. (2009). Practical Handbook of Microbiology. CRC
Press, 2nd edition.
Goldstein, A.H. (1994). Involvement of the quino protein glucose dehydrogenase
in the solubilization of exogeneous mineral phosphates by Gram negative
bacteria. In phosphate in microorganisms: cellular and molecular biology.
Cell Mol Biol. 2(2): 197-203.
Han, HS. & Lee, KD. (2005). Phosphate and potassium solubilizing bacteria effect
on mineral uptake, soil availability and growth of eggplant. Res J Agric
Biol. Sci. 1(2): 176-180.
Han, HS., Supanjani & Lee, KD. (2006). Effect of co-inoculation with phosphate
and potassium solubilizing bacteria on mineral uptake and growth of
pepper and cucumber. Plant Soil Environ 52(3):130-136.
Havlin, JL., Tisdale, SL., Beaton, JD. & Nelson, WL. (2005). Soil Fetility and
Fertilizer: An Introduction to Nutrient Management 7th ed. New Jersey
(US): Pearson Education.
Herdiyantoro, D., Hudaya, R. & Setiawati, MR. (2015). Pengaruh dosis inokulan
bakteri pelarut kalium (BPK) terhadap K tersedia, serapan K, total
populasi BPK, pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada Inceptisols
Jatinangor. Prosiding Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia
(HITI) 2015: 279-286.
Hilwan, R., Mulyorini., K. Syamsu & R. Purnawati. (2006). Kajian produksi
bioinsektisidaoleh Bacillus thuringiensis var israelensis untuk
pencegahanwabah demam berdarah. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati
& Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
35
Hu, X., Chen, J., Guo, J., & Hangzhou, X. (2006). Two phosphate- and potassium-
solubilizing bacteria isolated from Tianmu Mountain. World Journal of
Microbiology dan Biotechnology, 22, 983–990.
Isnaini, M. (2006). Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Iswandi A. & Hifnalisa. (1996). Populasi mikroorganisme pelarut fosfat pada
berbagai tipe penggunaan lahan di daerah Sekadau, Kalimantan Barat.
Seminar nasional Lingkungan, Bogor. p 1–8.
Judoamidjojo, M., A.A. Darwis & E.G. Sa’id. (1990). Teknolologi Fermentasi.
Rajawali Pers. Jakarta. 333 hlm.
Kosim, M. & S. R. Putra. (2010). Pengaruh Suhu Pada Protease dari Bacillus
subtilis. (Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010). Jurusan Kimia
FMIPA ITS Surabaya.
Kusmiati, Swasono, R. Tamat, Eddy, J. & Ria, I. (2007). Produksi Glukan dari dua
Galur Agrobacterium sp. Pada Medium Mengandung Kombinasi Molase
dan Urasil. Biodiversitas, (Online), Vol. 8. No.1.
Lestari. (2017). Efektivitas fungi pelarut kalium dalam meningkatkan kelarutan
kalium dan pertumbuhan jagung manis (Zea Mays szaccharata sturt).
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lynn, TM., Win, HS., Kyaw, EP., Latt, ZK. & Yu, SS. (2013). Characterization of
phosphate solubilizing and potassium decomposing strains and study on
their effects on tomato cultivation. JISSR. 3(4):959-966.
Madigan, M.T., J. M. Martinko, D.A., Stahl & D.P. Clark. (2012). Brock Biology
of microorganisms. Pearson, Sans Fransisco: 1040 hlm.
Mardad, I., A. Serrano & A. Soukuri. (2013). Solubilizing of inorganic phosphate
and production of organic acids by bacteria isolated from a Moroccan
mineral phosphate deosit. African Journal of Microbiology Research, 7(8):
626-635.
Meena, OP., Mauraya, BR. & Meena, VS. (2013). Influence of K-solubilizing
bacteria on release of potasium from waste mica. Journal Agriculture for
Sustainable Development 1(1):53-56, 2013.
Meena, VS., Mauraya, BR. & Bahrudur, I. (2014). Potassium solubilization by
bacterial strain in waste mica Bangladesh. Journal of Botani. 43(2):235-
237.
36
Sukmadi, R.B., Supriyo, A., Rupaedah, B., Mira, F.R., Bakhtiar, Y., Ali, A. &
Sugianto, M., (2016). Kajian Proses Produksi Pupuk Hayati BIO-SRF dan
Pengujian Efektivitasnya pada Tanaman Bawang Merah. J Bioteknol
Biosains Indonesia – Vol 3 No 1 Thn 2016 Hal 20-27.
Sugumaran, P. & Janartham, B. (2007). Solubilization of potassium minerals by
bacteria and their effect on plant growth. World Journal of Agricultural
Sciences 3(3) 350-355.
Sutarya, R. (2011). Seleksi mikroba potensial untuk pembuatan pupuk majemuk
hayati dalam upaya penghematan pupuk sintetis (25%) pada tanaman cabai
(laporan penelitian). Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Tisdale, SL., Nelson, WL. & Beaton, JD. (1985). Soil Fertility and Ferlitizers. New
York (US):Macmillan Publising Company.
Ullman, WJ., Kirchman, DL., Welch, SA. & Vandevivere, P. (1996). Laboratory
evidence by microbioally mediumted silicate mineral dissolution in nature.
Chem Geol. 132(1): 11-17.
Umezawa, H., T. Takita & T. Shiba. (1978). Bioactive Peptide Produce by
Microorganism. John Wiley dan Sons, New York : xi + 275 hlm.
Vogel, H. C. & C.L. Todar. (1996). Fermentation and Biochemical Engineering
Handbook, Principle, Process Design and Equipment. Noyel Publication,
New Jersey: xi + 801 hlm.
Volkering, D., G. Cooper & N. Koric. (1998). Effect of nitrogen sources on
surfactans production by Microorganims ATCC 19558. J. Microbiol
Enhanced Oil Recovery. 16 (3): 66-71.
Wafaa, SMA. & Mona, AO. (2015). Impact of feldspar acidulation on potassium
dissolution and pea production. International Journal of ChemTech
Research. 8(11):1-10.
Widjaja, T, Sunarko L. (2007). Pengaruh perbandingan nutrisi terhadap pengolahan
minyak secara biologis dengan bakteri mixed-culture. J Tek Kim
Indonesia. 6: 755 – 762.
Wu, J.F., Li, Z., Huang, Y.Q., Li, F. & Yang, Q.R. (2014). Fabrication and
characterization of low temperature co-fired cordierite glass-ceramics
from potassium feldpar. Journal Alloys Compd. 583, 248-253.
Wu, SC., Cao, ZH., Li, ZG., Cheung, KC. & Wong, wu MH. (2005). Effect of
biofertilizer containing N-fixer, P and K soluiblizers and AM-fungi on
maize growth: a greenhouse trial. Geoderma. 125(2): 155-166.
Zarjani, J.K., Aliasgharzad, N., Oustan, S., Emadi, M. & Ahmadi, A. (2013).
Isolation and character-ization of potassium solubilizing bacteria in some
Iranian soils. Arch Agro SoilSci, 2013;77:7569.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tepung ikan:
V1.n1 = V2.n2 V1 = Volume Tepung Ikan
V1. 5.41% = 0,5g . 11% V2 = Volume Yeast extract
V1 = 0,0541 = 0,055 n1 = Konsentrasi Tepung Ikan
0,055
V1= n2 = Konsentrasi Yeast extract
0,0541
V1= 1,01 g/L
Urea:
V1.n1 = V2.n2 V1 = Volume Urea
V1. 46% = 0,5g . 11% V2 = Volume Yeast extract
V1 = 0,46 = 0,055 n1 = Konsentrasi Urea
0,055
V1 = n2 = Konsentrasi Yeast extract
0,46
V1= 0,119 g/L
39
40
Lampiran 2. Uji Anova Data Jumlah Sel Bakteri Isolat GRTL 6.1 dan GRTL 7.1
pada Waktu Inkubasi 48 Jam
Mengetahui perbedaan nyata dari data jumlah sel bakteri isolat GRTL 6.1 dan
GRTL 7.1 pada waktu inkubasi 48 jam yang ditumbuhkan dalam medium
Alexandrov modifikasi dengan variasi sumber karbon dan nitrogen.
Hipotesis:
H0: Data jumlah sel bakteri isolat GRTL 6.1 dan GRTL 7.1 pada 5 medium berbeda
dengan waktu inkubasi 48 jam tidak berbeda nyata.
H1: Data jumlah sel bakteri isolat GRTL 6.1 dan GRTL7.1 pada 5 medium berbeda
dengan waktu inkubasi 48 jam berbeda nyata.
Taraf nyata:
Kriteria pengujian:
Sumber JK DB KT F Sig.
Corrected Model 5.864E=25a 9 6.516E+24 0.756 0.656
Intercept 4.822E+25 1 4.822E+25 5.598 0.021
Jenis Isolat 1.557E+25 1 1.557E+25 1.807 0.184
(GRTL6.1 & GRTL7.1)
Medium 2.430E+25 4 6.076E+24 0.705 0.591
(M1,M2,M3,M4 & M5)
Interaksi Jenis Isolat 1.877E+25 4 4.692E+24 0.545 0.704
dengan Medium
Error 5.169E+26 60 8.615E+24
Total 6.238E+26 70
Koreksi Total 5.755E+26 69
a. R Squared=,102(Adjusted R Squared=-,033)
Keterangan: Corrected Model; Pengaruh semua variabel independen (jenis isolat,
medium dan interaksi jenis isolat dengan medium) secara bersama-
sama terhadap veriabel dependen (jumlah sel). Intercept; Nilai
perubahan variabel dependen tanpa perlu dipengaruhi keberadaan
variabel independen
Pengaruh komposisi medium dan jenis isolat terhadap jumlah sel bakteri:
Nilai F memperoleh nilai 0,756 dengan signifikansi 0,656 > 0,05, maka H0 diterima.
Komposisi medium dan jenis isolat tidak terbukti berpengaruh terhadap produksi
jumlah sel bakteri.
42
pH (Jam)
Isolat Medium
0 6 12 18 24 36 48
M1 7.00 6.64 6.52 6.76 7.02 7.40 7.52
M2 7.00 7.30 7.22 7.52 7.80 7.74 7.86
GRTL 6.1 M3 7.00 7.27 6.86 7.75 7.88 8.27 8.55
M4 7.00 6.71 6.36 6.25 6.74 7.08 7.18
M5 7.00 6.37 5.45 5.88 6.36 6.89 6.95
M1 7.00 6.52 6.35 6.84 7.09 7.54 7.71
M2 7.00 6.99 6.52 7.02 7.43 7.60 7.75
GRTL 7.1 M3 7.00 6.87 6.36 7.20 7.81 8.27 8.52
M4 7.00 6.42 5.70 6.07 6.68 7.12 7.30
M5 7.00 5.85 5.24 6.05 6.40 6.77 6.93
43
Lampiran 4. Nilai Log Jumlah Sel Isolat Bakteri GRTL 6.1 dan 7.1
Lampiran 5. Bahan Sumber Karbon dan Nitrogen yang Digunakan dalam Medium
Produksi Sel Bakteri Pelarut Kalium
A B
C D
Keterangan gambar:
A: Molase
B: Glukosa Teknis
C: Urea
D: Tepung Ikan