Anda di halaman 1dari 15

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN


PUPUK PHONSKA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

ARIE ICHSAN FAHRIZAL


2011911055

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2023
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK PHONSKA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

ARIE ICHSAN FAHRIZAL


2011911055

Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian
Di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2023
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK PHONSKA

Oleh
ARIE ICHSAN FAHRIZAL
2011911055

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di


Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Kartika, S.P., M.Si Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si

Balunijuk, Juni 202

Ketua Program Studi Agroteknologi

Gigih Ibnu Prayoga, S.P., M.P


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan judul “Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) dengan Pemberian Pupuk
ZA dan Fosfat”. Proposal penelitian ini tidak akan selesai dengan baik
tanpa adanya bantuan serta dukungan dari beberapa pihak. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yaitu Bapak Kasturi dan Ibu Yulita serta
keluarga tercinta yang telah memberikan semangat,
motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
2. Pembimbing utama Ibu Kartika, S.P, M.Si dan
pembimbing pendamping Ibu Tri Lestari, S.P, M.Si yang
telah sabar membimbing serta memberikan motivasi,
nasehat dan arahan kepada penulis.
3. Teman-Teman seperjuangan Agroteknologi angkatan 2019
dan yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan-kekurangan
dalam pembuatan proposal penelitian ini. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki penulisan selanjutnya. Penulis berharap penulisan
proposal ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
serta wawasan penulis, pembaca, dan untuk kegiatan penelitian
selanjutnya.

Balunijuk, Mei 2023

iv
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Tanaman Cabai..............................................................................................4
2.2 Morfologi Tanaman Cabai............................................................................4

v
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis atau Zea mays Saccharata Sturt. adalah tumbuhan


hortikultura yang banyak dikenal oleh masyarakat luas karena memiliki rasa yang
nikmat dan aromanya yang khas. Disamping itu, jagung manis memiliki peran
cukup besar yaitu menjadi sumber nutrisi bagi kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat (Novira dkk., 2015). Permintaan jagung manis
semakin hari semakin meningkat sehingga perlu adanya peningkatkan produksi
jagung manis setiap tahunnya. Di Indonesia, jagung manis rata-rata diproduksi
sebanyak 8,31 ton tongkol per hektarnya (Badan Pusat Statistik, 2014), namun
demikian jumlah produksi tersebut masih tergolong rendah karena berada di
bawah potensi produksi jagung manis yang harusnya dapat dicapai yakni
sebanyak 18-25 ton per hektar. Hal ini disebabkan karena adanya penurun mutu
lahan produksi akibat pemakaian berlebihan dari bahan-bahan anorganik seperti
pupuk maupun pestisida. Untuk itu, diperlukan penambahan bahan-bahan
anorganik pada lahan pertanian untuk mengembalikan kulitas lahan yang menurun
(Syukur dan Rifianto, 2014).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik di Bangka Belitung, produksi
cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2014 sebesar 3.099,80 ton. Dibandingkan
tahun 2013, terjadi penurunan produksi sebesar 250,90 ton (7,49 persen).
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya produktivitas sebesar 0,92 ton per
hektar (12,50 persen) meskipun untuk luas panen mengalami kenaikan sebesar 26
hektar (5,73 persen) dibandingkan tahun 2013. Kendala yang di hadapi dalam
budidaya tanaman cabai adalah cekaman tanah masam. Tanah bereaksi masam
dengan indikator utama pH rendah mengakibatkan kelarutan alumunium (Al)
tinggi dalam tanah sehingga menjadi racun bagi tanaman.
Cekaman (stress) adalah suatu kondisi yang memberikan tekanan pada
tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu
berbeda daripada respons optimumnya pada kondisi normal, dan setiap tanaman
memiliki faktor pembatas serta daya toleransi terhadap lingkungan (Purwadi,
2011). Menurut Utama dkk. (2004), walaupun keberadaan Al yang tinggi dapat
2

menimbulkan cekaman bagi tanaman tetapi sampai ambang tertentu pengaruh Al


dapat ditoleransi oleh tanaman yang toleran. Cekaman aluminium terutama dalam
bentuk Al3+ yang sangat beracun bagi tanaman dapat menimbulkan toksisitas
bagi tanaman dan menghambat pertumbuhannya (Kartika dkk., 2012).
Kemasaman tanah erat hubungannya dengan konsentrasi ion aluminium
(Al) terlarut dalam tanah. Semakin tinggi konsentrasi ion Al dalam tanah maka
semakin rendah pH tanah (Salam, 2012), Pada pH tanah rendah sekitar 4,3 bentuk
Al yang melimpah adalah aluminium trivalent (Al3+) dan sangat berdampak
negatif terhadap pertumbuhan tanaman (Bojorquez-Quintal et al., 2017). Beberapa
peneliti melaporkan media atau tanah yang mengandung Al tinggi menyebabkan
terhambatnya perkecambahan pada tanaman cabai (Purnomo et al., 2007), padi
(Utama, 2010), sorghum (Agustina et al., 2010) dan jagung (de Souza et al.,
2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini dapat dilaksanakan
sebagai langkah untuk mengetahui tentang respon pertumbuhan tanaman cabai
terhadap cekaman Alumunium, kaitan erat antara mekanisme fisiologis tanaman
terhadap cekaman Al. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui mekanisme
tanaman cabai sensitif maupun toleran cekaman Al, karakterisasi tanaman toleran
Al, dan upaya pengelolaan lahan pada cekaman Al yang tinggi. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembaca tentang tanaman
cabai yang toleran atau sensitif cekaman Al, dan juga memberikan informasi bagi
peneliti yang lain untuk melakukan penelitian yang sejenis dan sebagai acuan
untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh perlakuan cekaman alumunium terhadap


tanaman cabai?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman cabai terhadap cekaman


alumunium.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai

Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae)


yang tumbuh sebagai perdu atau semak. Cabai termasuk tanaman semusim
atau berumur pendek. Menurut Haryanto, (2018), dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan cabai diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobiota
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.

Tanaman Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan


yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa
dan Asia termasuk negara Indonesia (Baharuddin, 2016). Tanaman cabai
banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat
20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada
umumnya hanya mengenal beberapa jenis jenis saja, yakni cabai besar, cabai
keriting, cabai rawit dan paprika (Pratama, Swastika, Hidayat, dan Boga,
2017).

2.2 Morfologi Tanaman Cabai

Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi bagian akar, batang, daun,


bunga dan buah. Penjelasan bagian-bagian tersebut sebagai berikut ;
5

II.2.1 Akar
Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas
akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral
mengeluarkan serabut-serabut akar yang disebut akar tersier.
Akar tersier menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan
melebar sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar primer antara 35
cm sampai 50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai 45 cm
(Pratama et al., 2017).
II.2.2 Batang
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang
lebar dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang
berkisar antara 30 cm sampai 37,5 cm dengan diameter 1,5 cm
sampai 3 cm. Jumlah cabangnya berkisar antara 7 sampai 15
per tanaman. Panjang cabang sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan
diameter 0,5 cm sampai 1 cm. Pada daerah percabangan
terdapat tangkai daun. Ukuran tangkai daun ini sangat pendek
yakni hanya 2 cm sampai 5 cm (Pratama et al., 2017).
II.2.3 Daun
Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai
hijau tua dengan helai daun yang bervariasi bentuknya antara
lain deltoid, ovate atau lanceolate (IPGRI, 1995). Daun muncul
di tunas-tunas samping yang berurutan di batang utama yang
tersusun sepiral (Pratama et al., 2017).
II.2.4 Bunga
Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian
ujung ruas tunas, mahkota bunga berwarna putih, kuning muda,
kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau
ungu tergantung dari varietas. Bunga cabai berbentuk seperti
bintang dengan kelopak seperti lonceng. Alat kelamin jantan
dan betina terletak di satu bunga sehingga tergolong bunga
sempurna. Posisi bunga cabai ada yang menggantung,
horizontal, dan tegak (Pratama et al., 2017).
6

II.2.5 Buah
Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji.
Plasenta ini terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya
daging buah cabai renyah dan ada pula yang lunak. Ukuran
buah cabai beragam, mulai dari pendek sampai panjang dengan
ujung tumpul atau runcing (Pratama et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Data Produktivitas Jagung. http://www.bps.go.id.

Novira, F., Husnayetti dan Yoseva, S. 2015. Pemberian Pupuk Limbah Cair
Biogas dan Urea, TSP, KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau.

Syukur, dan A. Rifanto. 2014. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai