Anda di halaman 1dari 26

PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.

)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI

PROPOSAL

SINTARIS
E 281 20 125

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

i
PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI

SINTARIS

Dibuat sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam mata kuliah metode
penelitian dan penulisan ilmiah pada program studi agroteknologi fakultas
pertanian universitas tadulako

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica rapa L.) Terhadap pemberian pupuk
kandang sapi

Disusun oleh :
Sintaris
E 281 20 125

Palu, 29 Maret 2023


Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator program studi Dosen Penanggung jawab

Dr. Ir. Irwan Lakani, SP, M.S Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE,MS
NIP 197010152000121001 NIP 196102021989031001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica rapa L.)


Terhadap pemberian pupuk kandang sapi
Nama : Sintaris
Stambuk : E 281 20 125
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Palu, 29 Maret 2023

Menyetujui,
Dosen penanggung jawab

Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE, MS


NIP 196102021989031001

Mengetahui,
Koordinator program studi agroteknologi
Fakultas pertanian

Dr. Ir. Irwan Lakani, SP, M.Si


NIP 197010152000121001

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................................ i


HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian ..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................4
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................................4
2.2 Landasan Teori.........................................................................................................4
2.3 Kerangka berfikir ..................................................................................................13
2.4 Hipotesis .................................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................15
3.1 Tempat dan waktu penelitian ..............................................................................15
3.2 Bahan dan alat penelitian ....................................................................................15
3.3 Metode penelitian .................................................................................................15
3.4 Pelaksanaan penelitian.........................................................................................15
3.5. Pengamatan ..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................19

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sawi pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
cukup populer dan banyak dikonsumsi masyarakat antara lain; sawi hijau, sawi putih
dan sawi pakcoy. Dari ketiga sawi tersebut, sawi pakcoy termasuk jenis yang banyak
dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebar dan warnanya lebih hijau
dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam
berbagai menu masakan. Sawi pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan tanaman dari
keluarga Brassicaceae yang sangat diminati karena mengandung protein, lemak, Ca, P,
Fe, Vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk kesehatan, mempunyai
kandungan gizi tinggi, berprospek baik menjadi komoditas yang bernilai ekonomis
tinggi (Eko, 2007).

Sawi pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok termasuk tanaman
sayur yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
(100 sampai 1.000 m di atas permukaan laut), panen sawi pakcoy tergolong cepat yaitu
30 sampai 45 hari setelah tanam dengan potensi produksi 20 sampai 25 t/ha (Wahyudi,
2010). Kurangnya produksi pertanian sawi pakcoy menyebabkan permintaan sawi
pakcoy di pasar tradisional cukup tinggi, sehingga budidaya sawi pakcoy dapat
dijadikan usaha untuk memenuhi kebutuhan sayuran baik lokal maupun nasional. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2015) yaitu produksi
tanaman pakcoy mengalami penurunan sekitar 5,23 % yaitu dari 635,728 ton/tahun
pada 2013 menjadi hanya 602,468 ton/tahun pada tahun 2014. Kurangnya produksi
sawi tersebut dapat disebabkan oleh kondisi kesuburan tanah yang kurang baik,
sehingga diperlukan budidaya yang baik untuk memperbaiki kesuburan tanah sekaligus
meningkatkan produksi sawi pakcoy.

Penggunaan pupuk organik yang tepat waktu dan cukup akan meningkatkan
kesuburan tanah. yang bermanfaat bagi perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Husain,

1
2015) Untuk mengurangi kemunduran kesuburan tanah dan meningkatkan
produktivitas hasil yang berkelanjutan perlu pemanfaatan pupuk organik yang
memadai baik dalam jumlah, kualitas dan kontinuitasnya.

Pemupukan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan ketersediaan unsur


hara di dalam tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk
yang diberikan pada tanaman berupa organik dan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
organik pada tanaman memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan dengan
menggunakan pupuk anorganik. Salah satunya yaitu pada kandungan unsur haranya
pada pupuk organik mengandung unsur hara lebih lengkap, diantaranya : Karbon (C),
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Hasbiah, Farhatul, dan Wahidah, 2013)
dalam Maghfiroh, Muhartini, dan Rogomulyo (2016). Pemupukan tanaman dengan
pupuk sintetik (anorganik) seringkali diberikan berlebihan sehingga akan mengganggu
keseimbangan kimia di dalam tanah, dan akan menghambat pengambilan unsur hara
oleh akar tanaman sehingga proses metabolisme di dalam jaringan terganggu. Selain
itu penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat
buruk pada kondisi tanah (Asroh, 2010).

Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan
sisa makanan ataupun alas kandang . pupuk kandag seperti halnya pupuk buatan
merupakan bahan penambahan unsur hara tanaman didalam tanah, tetapi pupuk
kandang juga dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik
tanah (Lingga dan Marsono, 2010)

Diantara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapi memiliki kadar serat yang
tinggi seperti selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu
menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah,
memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi
mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang
lebih lama pada tanah (hartatik dan widowati, 2010). Komposisi unsur hara yang
terkandung didalam pupuk kandang sapi yaitu 1,36% N, 0,27% P, 0,44% K, 0,57% Ca,
dan 0,11% Mg (Sutedjo, 2010)

2
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian mengenai pemberian pupuk kandang
sapi pada tanaman diperlukan, yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan
pertumbuhan dan hasil, diantaranya pada tanaman sawi pakcoy ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diambil yaitu Apakah terjadi interaksi
antara pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi pakcoy?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara pemberian pupuk
kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.
1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Menjadi bahan informasi dan pengetahuan untuk petani, mahasiswa


pertanian dan masyarakat umum tentang pengaruh pemberian pupuk
kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy
2. Menambah pengetahuan pemberian pupuk kandang sapi untuk pertumbuhan
dan hasil tanaman sawi pakcoy.
3. Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mendapatkan data
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian Mitra septi (2014), yang berjudul pertumbuhan dan hasil tanaman
pakcoy (Brassica rapa L.) dengan pemberian dua jenis pupuk kandang pada dua kali
penanaman menyatakan bahwa, respon pupuk kandang ayam tidak berbeda arah
dengan respon pupuk kandang sapi terhadap tanaman pakcoy. Sedangkan dosis pupuk
kandang memberikan pengaruh terhadap semua peubah yang diamati. Pada panen
pertama pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha sudah menaikkan
pertumbuhan tanaman, sedangkan pada panen kedua pupuk kandang dengan dosis 40
ton/ha dapat menaikkan pertumbuhan tanaman.

Penelitian Nurul Fadilla (2018), yang berjudul pengaruh pemberian pupuk


kandang ayam dan pupuk majemuk npk 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi
pakcoy (Brassica rapa L.) menyatakan bahwa, Pemberian pupuk kandang ayam
dengan dosis 300 g/polibeg berpengaruh terhadap tinggi tanaman tertinggi 14,49 cm
dan luas daun terlebar 30,03 cm. Pemberian pupuk NPK 16-16-16 sebesar 25 g/polibeg
berpengaruh terhadap berat basah per plot sawi pakcoy dengan terberat 32,64 g. Tidak
ada interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk NPK 16-16-16 terhadap
semua parameter.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian dan klasifikasi tanaman Pakcoy

Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah di
budidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta
Taiwan.Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan
Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia,
di Indonesia dan Thailand (Adiwilaga, 2010). Tanaman ini memiliki daun yang
bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak

4
membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar. Tangkai daun
berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan tinggi tanaman dapat mencapai 15 sampai
30 cm. Pada kelompok ini terdapat keragaman morfologis dan periode kematangan
pada berbagai kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk dan daun warna hijau pudar
dan ungu yang berbeda-beda (Surtinah, 2010).

Tumbuhan pakcoy termasuk tanaman dengan klasifikasi menurut (Eko, 2007) Sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica rapa L.
Pakcoy merupakan jenis sayuran hijau yang masih satu golongan dengan sawi.
Sawi pakcoy juga sering disebut dengan sawi sendok karena bentuknya yang
menyerupai sendok. Sawi pakcoy sering disebut dengan sawi manis atau sawi daging
karena pangkalnya yang lembut dan tebal seperti daging. Sawi pakcoy biasa digunakan
untuk bahan sup atau sebagai penghias makanan ini berasal dari china (Alviani, 2015)

Gambar 1. Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

5
a) Batang

Sawi pakcoy memiliki ukuran batang yang pendek dan beruas-ruas, sehingga
batang tanaman tidak terlalu kelihatan. Batang sawi pakcoy termasuk ke dalam jenis
batang semu, karena pada tanaman pelepah dan tumbuh berhimpitan, saling melekat
dan tersusun rapat secara teratur. Batang tanaman sawi pakcoy memiliki warna hijau
muda yang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun tanaman.

b) Akar

Tanaman sawi pakcoy berakar tunggang dengan cabang-cabang akar yang


menyebar keseluruh arah dengan kedalaman 30 sampai 40 cm ke bawah permukaan
tanah. Berbentuk bulat panjang. Akar ini berfungsi menyerap air dan unsur hara dalam
tanaman, serta menguatkan batang utama.

c) Daun

Daun tanaman sawi pakcoy berbentuk oval, berwarna hijau tua agak mengkilat,
daun tidak membentuk kepala atau krop, dan daun tumbuh agak tegak atau setengah
mandatar. Daun tanaman tersusun dalam bentuk spiral yang rapat, dan melekat pada
batang. Tangkai daun tanaman berwarna hijau muda, gemuk, dan berdaging.

d) Bunga

Struktur bunga sawi pakcoy tersusun dalam tangkai bunga (infloresescentia)


yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri
atas empat helai kelompok daun, empat helai mahkota bunga berwarna kuning-cerah,
empat helai benang sari,dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).

e) Buah dan Biji

Buah tanaman pakcoy termasuk tipe buah polong,yaitu bentuknya memanjang


dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 sampai 8 butir biji (Rukmana, 2007). Biji
sawi pakcoy berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman,
permukaanya licin mengkilap, dan agak keras

6
2.2.2 Syarat tumbuh tanaman sawi pakcoy

Sawi pakcoy tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai musim,baik
musim penghujan ataupun musim kemarau dan dapat diusahakan di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Sayuran ini termasuk sayuran yang dapat dibudidayakan
sepanajng tahun. Apabila pembudidayaan dilakukan di dataran tinggi,umumnya akan
cepat berbunga karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik apabila dibudidayakan pada air
yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok apabila ditanam pada akhir
musim penghujan (Haryanto, 2006). beberapa kondisi ekologis yang perlu dipenuhi
pada tanaman pakcoy adalah sebagai berikut

a) Keadaan iklim

Sawi pakcoy bukan tanaman asli indonesia, menurut asalnya di Asia timur.
Karena indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini, Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter
dpl. Tanaman sawi pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tanaman sawi pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur
(Rukmana, 2007).

Menurut Rukmana (2007) sawi pakcoy menghendaki keadaan udara yang dingin
dengan suhu malam 15,6oC dan siang harinya 21,1oC serta penyinaran matahari antara
10 sampai 13 jam per hari. Suhu di atas 24oC dapat menyebabkan tepi daun terbakar,
sedangkan suhu 13oC yang terlalu lama dapat menyebabkan tanaman memasuki fase
pertumbuhan reproduktif yang terlalu dini. Pembuangan pada sawi bukan hanya
sensitif terhadap suhu rendah melainkan juga terhadap perubahan intensitas cahaya
sebanyak 16 jam per hari selama sebulan, dapat menyebabkan terbentuknya bunga

7
pada sejumlah kultivar. Sebaliknya, perubahan intensitas cahaya yang singkat disertai
suhu tinggi, dapat menyebabkan tanaman tumbuh pada fase vegetatif. Di daerah tropis
dan subtropis, sawi kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah. Penanaman pada
musim kemarau perlu diiringi oleh penyiraman yang teratur agar tanaman tidak
kekeringan. Sebaliknya, penanaman pada musim penghujan perlu disertai oleh
pengaturan drainase yang baik, agar air tidak menggenang di sekitar tanaman dan
serangan ulat daun dapat diatasi. Meskipun demikian, waktu tanam yang dianjurkan
adalah akhir musim penghujan.

b) Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi pakcoy adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan air nya baik. Derajat kemasaman (pH)
tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7
(Haryanto, 2006). Pakchoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam
dengan kerapatan tinggi, yaitu sekitar 20 sampai 25 tanaman/m², dan bagi kultivar lain
memerlukan waktu hingga genjah dipanen umur 40 sampai 50 hari, dan kultivar lain
memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Sawi pakcoy memiliki umur
pascapanen singkat,tetapi kualitas produk tetap dapat dipertahankan selama 10 hari,
pada suhu 0 derajat celcius.

2.2.3. Kandungan dan manfaat sawi sendok/pakcoy

Manfaat sawi pakcoy sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,
memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya
dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin
A, Vitamin B, dan Vitamin C. Kadar Vitamin A pada sawi pakcoy sangat tinggi
berperan menjaga kornea mata agar selalu sehat. Mata yang normal biasanya
mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa,
sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Kandungan vitamin E pada sawi

8
pakcoy berfungsi sebagai antioksidan utama di dalam sel, dan berperan baik untuk
mencegah penuaan. Kandungan kalsium yang tinggi pada sawi dapat mengurangi
hilangnya bobot tulang yang biasa terjadi pada usia lanjut. Tekanan darah tinggi juga
dapat disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium di dalam darah. Mineral lain yang
cukup berarti pada sawi adalah magnesium. Kandungan magnesium pada sawi sangat
berguna untuk mereduksi stres dan membantu membentuk pola tidur yang baik
(Sutirman, 2011).

2.2.4. Pupuk Organik

Pemupukan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan unsur hara di


dalam tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan
merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan produksi tanaman, karena
kekurangan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanman dapat tercukupi sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi baik. Penggunaan bahan-bahan kimiawi seperti pupuk
dan pestisida sintetik dalam produksi pertanian ternyata berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan organik dapat digunakan sebagai altenatif
pengganti pupuk kimia (bahan anorganik) yang jika digunakan secara terus menerus
dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati
tanah (Widiastuti dan Panji, 2007). Konsep pertanian sistem organik merupakan salah
satu pilihan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

9
Kelebihan Pupuk Organik

- Meningkatnya produktivitas dari lahan pertanian. Karena dengan


meningkatnya kadar kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada dalam
tanah, maka dengan sendirinya akan memperbaiki sifat, kimia dan biologi tadi
tanah atau lahan pertanian.
- Semakin mudahnya melakukan pengolahan lahan karena tanah semakin baik.
- Harga pupuk organik lebih murah,, dapat dibuat sendiri dan bahannya sangat
mudah didapat dari alam.
- Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibandingkan
dengan pupuk kimia
- Pupuk organik akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme tanah
sehingga kesuburan tanah meningkat

Beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan


populasi musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik pathogen
(organisme pengganggu tanaman).

Kekurangan Pupuk Organik

- Pupuk organik, terutama pupuk kandang, masih sering mengandung biji-bijian


tanaman pengganggu. Biji-bijian yang termakan ternak tidak akan tercerna
sehingga dapat tumbuh mengganggu tanaman.
- Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena
mengandung larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat diserang.
- Kandungan unsur hara dalam pupuk organik sulit diprediksi
- Respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat, karena pupuk organik
bersifat slow release.
- Penerapan hasil bioteknologi, seperti pupuk mikroba, masih jarang digunakan.
Sehingga penambahan jumlah mikroorganisme dalam tanah kurang optimal.
Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan

10
organik akan diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menjadi
berkurang karena “dimakan” oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah.

Jenis-Jenis Pupuk Organik

- Pupuk kandang adalah salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan
karena mudah didapatkan dan murah. Sumber pupuk ini berasal dari kotoran
hewan ternak maupun unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda,
kelinci dan ayam. Jenis pupuk ini efektif untuk menyuburkan tanah dan
tumbuhan karena mengandung banyak unsur hara atau nutrisi makro seperti
fosfor, nitrogen, dan kalium, serta unsur mikro seperti magnesium, sulfur,
kalsium, besi, natrium, molibdenum, dan tembaga.
- Pupuk hijau adalah jenis pupuk organik yang berbahan dasar dari tanaman atau
tumbuhan hijau. Tanaman yang dimanfaatkan sebagai pupuk hijau bisa berasal
dari tanaman hasil sisa panen atau tanaman biasa yang dimanfaatkan sebagai
pupuk. Jenis tanaman apapun sebenarnya bisa dijadikan sumber pupuk hijau.
Namun, jenis kacangan-kacangan lebih sering digunakan karena tanaman ini
memiliki kandungan nitrogen yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis tanaman lainnya. Selain itu, kacang-kacangan juga mudah terurai
sehingga penyediaan hara menjadi lebih cepat. Pupuk jenis ini juga dipakai
karena efektif untuk membantu meningkatkan kualitas dan produktivitas tanah
sebagai media tanam tumbuhan.
- Pupuk kompos terbentuk dari sisa bahan organik yang berasal dari tumbuhan,
hewan, dan limbah organik secara alami dengan cara dekomposisi atau
fermentasi. Materi yang diuraikan melalui proses biologis ini melibatkan
bantuan mikroorganisme (jamur, bakteri, atau kapang) dan makroorganisme
(cacing tanah). Seperti Bokashi, kompos jerami dan trico kompos.
- Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis (biofertilizer) adalah pupuk yang
bekerja dengan memanfaatkan organisme hidup. Pupuk ini bukanlah pupuk
biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Meskipun berdasarkan elemen

11
pembentuknya tidak termasuk golongan organik, karena melalui proses
rekayasa atau buatan, banyak orang menganggap pupuk ini sebagai pupuk
organik. Fungsi dari pupuk ini antara lain untuk membantu memperbaiki
struktur tanah dan memproduksi nutrisi bagi tanah dan tanaman, serta
memangkas pertumbuhan parasit bagi tanaman.
- Humus adalah unsur organik yang berasal dari proses dekomposisi atau
pelapukan dari daun-daunan dan ranting tanaman yang membusuk. Selain
dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan, untuk membuat humus
diperlukan bahan baku seperti limbah dari pertanian dan peternakan, makanan,
kayu, atau sampah rumah tangga. Humus dapat membantu meningkatkan kadar
air tanah, mencegah erosi, serta mempercepat proses penghancuran senyawa
beracun dalam tanah.
- Pupuk serasah adalah jenis pupuk alami yang memiliki senyawa berbasis
karbon yang terbuat dari limbah organik nabati atau komponen tanaman yang
sudah tidak lagi terpakai dan berubah warna dan bentuk, seperti jerami, sabut
kelapa, dan rumput. Pupuk ini juga disebut sebagai pupuk penutup tanah karena
dapat diletakkan di atas permukaan tanah. Selain dapat membantu
menyuburkan tanah, pupuk serasah juga bermanfaat untuk menjaga
kelembapan dan tekstur tanah agar tetap baik dan mencegah penyakit pada
tanaman akibat air hujan.
- Pupuk ini bisa terbuat dari urine ternak atau hasil dari proses fermentasi bahan-
bahan organik seperti buah-buahan busuk dan bahan pupuk organik lainnya.
Pupuk organik cair biasanya digunakan sebagai pelengkap dengan cara
disemprotkan ke daun atau disiramkan pada permukaan tanah dekat tanaman.
Pada umumnya, bahan baku pembuatan pupuk ini sama dengan pupuk organik
lainnya yang berbentuk padat. Namun, pupuk jenis ini ditambahkan air dengan
proses perendaman serta beberapa proses lainnya, sehingga menghasilkan
pupuk cair. Jenis pupuk ini digemari karena praktis dan mudah digunakan.

12
- Pupuk guano adalah jenis pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran
kelelawar atau guano. Kotoran tersebut mengendap lama di dalam gua dan
bercampur dengan tanah serta bakteri pengurai di sarang kelelawar.

2.2.5 Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi mengandung unsur-unsur hara makro yang dibutuhkan


tanaman antara lain N, P, K dan unsur-unsur mikro. Menurut Surata (2009) kotoran
sapi mengandung 0,6% N, 1,15% P2O5, dan 0,45% K2O adanya perbedaan kandungan
hara dari kotoran sapi tersebut karena kandungan unsur hara kompos sangat
dipengaruhi oleh spesies ternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah hamparan,
cara handling dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai (Tatelay, 2018).

2.3 Kerangka berfikir


Penggunaan bahan organik hingga saat ini dianggap sebagai upaya terbaik dalam
perbaikan produktivitas tanah marginal termasuk tanah masam. Menurut Dinesh dkk
(2010) peranan bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah sebagai sumber
energi dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Menurut Wiwik dan Diah
(2007) dengan cukup tersedianya bahan organik maka aktivitas organisme tanah yang
juga mempengaruhi ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan
makro tanah menjadi lebih baik lagi. Tindakan pemupukan dengan pupuk organik
adalah salah satu upaya membuat kondisi tanah menjadi lebih sesuai bagi pertumbuhan
tanaman. Menurut Hardjowigeno (2010) pemberian pupuk organik berfungsi
menambah kandungan hara dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kapasitas tukar kation, meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan
meningkatkan kegiatan biologi tanah.

Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki


kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani
seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap
air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi
tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan pupuk kandang dalam budidaya

13
tanaman cabai keriting sebanyak 20 ton per hektarnya Wiryanta (2003). Pupuk
kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena masing-masing
ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh jenis makanan dan usia
ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sapi yakni N
2,33 %, P2O5 0,61 %, K2O 1,58 %, Ca 1,04 %, Mg 0,33 %, Mn 179 ppm dan Zn 70,5
ppm.

Kandungan unsur hara pada pupuk kandang berbeda-beda, tapi pada prinsipnya,
semua jenis pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai keriting yang terpenting
pupuk tersebut harus benar-benar matang, karena pupuk kandang yang tidak matang
akan berbahaya bagi tanaman sebab masih mengeluarkan gas selama proses
pembusukannya (Prajnata, 2009).

Menurut Yuliana dkk (2015) menyatakan bahwa pemberian berbagai dosis


pupuk kandang ayam dan sapi yang terbaik yaitu dengan pemberian dosis pupuk
kandang 5 ton/ha yaitu pada tinggi tanaman minggu ke-16, jumlah daun , jumlah
anakan dengan presentase kenaikan 96,71% dan berat rimpang sebesar 163,15%

Berdasarkan hasil penelitian Ridho dkk (2010), menunjukan bahwa pemberian


pupuk kandang sapi pada dosis 15 tonha mampu berikan pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan dan kualitas umbi pada tanaman umbi jalar

2.4 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara pemberian pupuk kandang sapi dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.
2. Pemberian pupuk kandang sapi memberikan pengaruh baik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dimulai pada bulan februari sampai dengan April 2023 yang
dilaksanakan di Kebun akademik Pertanian, Fakultas pertanian, Universitas Tadulako,
Palu

3.2 Bahan dan alat penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : bibit sawi pakcoy varietas
Nauli F1, dan pupuk kandang ayam

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, meteran, tali,
alat dokumentasi, yellow trap, pitfalltrap dan alat tulis

3.3 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yaitu menggunakan pupuk
organik

3.4 Pelaksanaan penelitian


3.4.1. Persemaian

Tanah dan pupuk kandang terlebih dahulu diayak, kemudian hasil ayakan tanah
dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 1:1. Campuran tersebut
dimasukkan ke dalam baki. Sebelum disemai benih harus direndam pada air hangat
selama 2 jam. Proses ini juga sekaligus bisa dimanfaatkan untuk menyortir biji menurut
tingkat kualitasnya, dimana biji yang tetap terapung memiliki kualitas rendah sehingga
perlu disingkirkan. Masa persemaian ini berlangsung 3 minggu, dengan jumlah daun 3
sampai 4 helai bibit pakcoy yang sudah disemai dipindahkan ke petak-petak percobaan.

15
3.4.2 Pengolahan tanah dan pembuatan petak

Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam, dibersihkan dari gulma.


Selanjutnya dilakukan pencangkulan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan
dibuat drainase dengan lebar 15 cm sedalam 10 sampai 40 cm. Kemudian dibuat
petakan yang berukuran 2 x 3 m dan jarak antara petakan 40 cm, sedangkan jarak
tanamnya 40 cm x 40 cm, jumlah keseluruhan petakan sebanyak 10 petakan, dan dibuat
3 ulangan, jarak antar ulangan 50 cm, seperti tercantum pada lampiran 2.

3.4.3. Aplikasi perlakuan pupuk kandang sapi

Aplikasi pupuk organik yang telah matang, memiliki ciri-ciri dingin, remah,
wujud aslinya tidak tampak dan baunya sudah tidak menyengat diberikan saat
pengolahan tanah. Pupuk kandang sapi diberikan dengan cara mencampurkan pada
tanah petak percobaan dengan takaran menurut perlakuan, dan diberikan ke masing-
masing petakan sebagai pupuk dasar. biarkan lahan selama 1 minggu

3.4.4. Penanaman bibit

Pertama melakukan seleksi untuk menentukan keseragaman bibit, dengan


menggunakan kriteria umur 2 minggu atau berdaun 2 sampai 4. Penanaman dilakukan
pagi atau sore hari dengan cara melubangi bagian tanah dan masukan bibit yang
sebelumnya telah diambil dari baki.

3.4.6. Pemeliharaan

1) Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada lubang tanam apabila ada bibit yang tidak tumbuh.
Penyulaman dilakukan pada 1 MST (Minggu Setelah Tanam). Tujuan dilakukan
penyulaman agar tanaman yang tidak tumbuh dapat tumbuh dengan seragam.

2) Penyiangan

16
Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan tangan. Penyiangan
juga dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh bersama dengan tanaman
sawi pakcoy.

3) Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan, dilakukan apabila media sudah
mulai mengering, penyiraman dilakukan 1 hari sekali dengan mengairi tanaman pada
pagi hari dan sore hari.

3.4.7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian dilakukan setelah adanya tanda-tanda serangan hama dan penyakit.


Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan sanitasi lahan dan
drainase yang baik.

3.4.8. Panen

Tanaman sawi pakcoy mempunyai umur panen 35 hari setelah tanam. Pemanenan
pakcoy dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta akarnya atau dengan
memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan menggunakan
pisau. Panen dilakukan pada sore hari karena cahaya matahari tidak terlalu panas.

3.5. Pengamatan
3.5.1. Pengamatan penunjang

Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang dilakukan terhadap variabel yang


datanya tidak diuji secara statistik untuk mengetahui kemungkinan pengaruh lain dari
luar perlakuan. Variabel-variabel tersebut adalah Temperatur, analisis tanah,
kelembaban, pertumbuhan gulma dan serangan hama penyakit.

3.5.2. Pengamatan utama

Pengamatan utama yaitu pengamatan yang datanya diuji secara statistic.

Adapun parameter yang diamati adalah sebagai berikut:

17
- identifikasi serangan hama dan penyakit tanaman

Adalah mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyebabkan tanaman menjadi


rusak dan tidak berkembang dengan baik.

- Konsep PHT
Adalah konsep yang digunakan untuk membuat perangkap pada serangga yang akan
mengganggu perkembengan tanaman dengan menggunakan yellow trap dan pitfalltrap.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi


Penawaran Sayuran Sawi. Bandung : Penerbit Alumni Bandung.

Alviani. 2015. Bertanam Hidroponik Untuk Pemula Cara Bertanam Cerdas di Lahan
Terbatas. Jakarta.

Asroh. 2010. Pengaruh takaran pupuk kandang dan interval pemberian pupuk hayati
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata
Linn). Jurnal Agronomi, 2 (4) : 144-148.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Statistik Produksi
Hortikultura Tahun 2014. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura, Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dinesh R, V, Srinivasan, S, Hamza , And A, Manjusha 2010. Short-term incorporation


of organik manures and biofertilizers influences biochemical and microbial
characteristics of soils under an annual crop turmeric (Curcuma longa L.).
Bioresource Technol. 101: 4697-4702.

Eko, M. 2007. Budidaya Tanaman Sayuran Sawi Pakcoy. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta

Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakchoy (Sawi Mangkok). Jakarta :


Penebar Swadaya.

Husain. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan
Tanaman.Vol. 9 No. 2, Desember 2015, ISSN 1907- 0799.

Lingga Dan Warsono. 2010. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadya. Jakarta

Mutia Septi Kasi. 2014. Skripsi berjudul pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy
(Brassica rapa L.) dengan pemberian dua jenis pupuk kandang pada dua kali
penanaman. Jurusan agroteknologi, Fakultas Pertanian dan peternakan. UIN
SUSKA Riau.

19
Nurul Fadilla. 2018. Skripsi berjudul pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan
pupuk majemuk npk 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy
(Brassica rapa L.). Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.

Prajnanta. F. 2009. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan


keenamSutedjo. 2010. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Bandung

Ridho,R. Soelistyono, R dan A. Nugroho. 2010. Pengaruh beberapa bahan organic dan
waktu aplikasi terhadap kualitas umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal
pertanian jurusan budidaya pertanian universitas brawijaya. Malang. 14 (2) : 1-
7.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius

Surtinah. 2010. Agronomi Tanaman Budidaya. Riau: Penerbit Cable Book Pekanbaru.

Sutirman. 2011. Budidaya Tanaman Sayuran Sawi Didataran Rendah. Kabupaten


Serang provinsi Banten.

Tatelay.2018. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Serta Sifat Fisik dan Kimia Tanaman Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Agrica, 7 (1): 1 – 11 ISSN : 1979 – 0368. Fakultas Pertanian
Universitas Flores Ende. Nusa Tenggara Timur.

Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agro Media Pustaka, Jakarta

Widiastuti, H dan T. Panji. 2007. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur
merang (Volvariella volvaceae) sebagai pupuk organik pada pembibitan kelapa
sawit. Jurnal Perkebunan, 75 (2) : 70-79.

Wiryanta. W. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif.Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Wiwik, dan D. Setyorini. 2007. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan


Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

20
Yuliana, R, E dan I. Permanasari. 2015. Aplikasi pupuk kandang sapi dan ayam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe (Zingiber Officinale Rose.) di
Media Gambut. Jurnal Agroteknologi, 5(2),:37-42

21

Anda mungkin juga menyukai