Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH JUMLAH BIJI PER LUBANG TANAM DAN PUPUK

ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


BATARI (Sorghum biocolour (L.) Moench)

SKRIPSI

OLEH:
RAEMUN
NPM. 19 420 008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2023
PENGARUH JUMLAH BIJI PER LUBANG TANAM DAN PUPUK
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
BATARI (Sorghum biocolour (L.) Moench)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Dayanu Ikhsanuddin

OLEH:
RAEMUN
NPM. 19 420 008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2023

2
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH JUMLAH BIJI PER LUBANG TANAM DAN PUPUK


ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
BATARI (Sorghum biocolour (L.) Moench)

RAEMUN
NPM. 19 420 008

SKRIPSI

Telah disetujui oleh komisi pembimbing pada tanggal seperti tertera dibawah ini.

Baubau, Agustus 2023

Menyetujui

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Ir. Musrif, M.P Anggia, S.P., M.P


NIP. 19660618 199303 1 001 NPP . 178 31 205

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ka. Prodi Agroteknologi

Anggia, S.P., M.P Hasfiah, S.P., M.P


NPP . 178 31 205 NPP. 178 31 303

3
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL

PENGARUH JUMLAH BIJI PER LUBANG TANAM DAN PUPUK ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BATARI

(Sorghum biocolour (L.) Moench)” ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA

DENGAN ARAHAN DARI KOMISI PEMBIMBING DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, SUMBER

INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG

DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS DAN

TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM

DAFTAR PUSTAKA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

DENGAN INI SAYA MELIMPAHKAN HAK CIPTA DARI KARYA

TULIS SAYA KEPADA UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN.

Baubau, September 2023

RAEMUN
NPM. 19420008

4
ABSTRAK

RAEMUN (19 420 008). Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Dan Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Batari (Sorghum
biocolour (L.) Moench) dibawah bimbingan Ir. MUSRIF, M.P sebagai ketua
komisi pembimbing dan ANGGIA, S.P., M.P sebagai anggota komisi
pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Jumlah Biji Per
Lubang Tanam Dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Batari (Sorghum biocolour (L.) Moench). Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2023 di Lahan Percobaan Balai
Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Bungi, Kota Baubau Provinsi Sulawesi
Tenggara. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial yang terdiri atas 2 faktor, yaitu
faktor pertama pupuk organik, (P0) tanpa pupuk, (P1) pupuk kandang sapi 320
gram sejak awal tanam, 2 MST dan 4 MST. (P2) pupuk kandang sapi 320 gram
sejak awal tanam, 2 MST dan 4 MST. (P3) pupuk kandang kambing pupuk
kandang sapi 320 gram sejak awal tanam, 2 MST dan 4 MST dan faktor kedua
Jumlah bihi, (J1) satu biji, (J2) dua biji, (J3) tiga biji dan (J4) empat biji.
Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun,
jumlah biji/tanaman, dan bobot bi tanaman batari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pupuk organik dan jumlah biji perlubang tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah biji pertanaman,
dan bobot biji namun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter yang diamati.
Kata kunci : batari, pupuk organik dan jumlah biji

5
ABSTRACT

RAEMUN (19 420 008). The Effect of the Number of Seeds Per Planting
Hole and Organic Fertilizer on the Growth and Production of Batari Plants
(Sorghum biocolour (L.) Moench) under the guidance of Ir. MUSRIF, M.P as
chairman of the supervising commission and ANGGIA, S.P., M.P as member of
the supervising commission.
This research aims to determine the effect of the number of seeds per
planting hole and organic fertilizer on the growth and production of Batari plants
(Sorghum biocolour (L.) Moench). This research was carried out from March to
June 2023 at the Agricultural Extension Center Experimental Field, Bungi
District, Baubau City, Southeast Sulawesi Province. The experimental design used
in this research was a Factorial Randomized Group Design (RAK) consisting of 2
factors, namely the first factor was organic fertilizer, (P0) no fertilizer, (P1) 320
grams of cow manure from the start of planting, 2 MST and 4 MST. (P2) 320
grams of cow manure from the start of planting, 2 MST and 4 MST. (P3) goat
manure, cow manure 320 grams from the start of planting, 2 MST and 4 MST and
the second factor: Number of seeds, (J1) one seed, (J2) two seeds, (J3) three seeds
and (J4) four seeds. Parameters observed included plant height, stem diameter,
number of leaves, number of seeds/plant, and plant weight. The results of the
research showed that organic fertilizer and the number of seeds planted with holes
had a significant effect on plant height, number of leaves, stem diameter, number
of seeds planted and seed weight, but the interaction between the two had no
significant effect on the parameters observed.

Key words: batari, organic fertilizer and number of seeds

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Jumlah Biji Perlubang Tanam dan Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Batari (Sorghum biocolour (L.) Moench)” tepat pada

waktunya.

Melalui kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih ini

penulis tujukan kepada:

1. Bapak Ir. Musrif. M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, pertimbangan

serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

2. Bapak Anggia, S.P., M.P selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, pertimbangan

serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Kedua orang tua saya serta seluruh keluarga besarku yang telah

memberikan doa, dorongan dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ir. H. L.M. Sjamsul Qamar, M.T., IPU selaku Rektor Universitas

Dayanu Ikhsanuddin Baubau.

7
5. Bapak Anggia, S.P., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Dayanu Ikhsanuddin Baubau.

6. Ibu Hasfiah, S.P., M.P selaku Wakil Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Dayanu Ikhsanuddin Baubau.

7. Ibu Hasfiah, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Unidayan.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau yang tiada henti-

hentinya memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

9. Teman-teman angkatan 2019 yang telah berjuang bersama-sama penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak

lain yang berkepentingan.

Baubau, Agustus 2023

Raemun

8
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i

HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii

PERNYATAAN..................................................................................................iv

ABSTRAK..........................................................................................................v

ABSTRACK.......................................................................................................vi

KATA PENGANTAR........................................................................................vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................3
1.3. Tujuan...............................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................5
1.5. Kerangka Pikir..................................................................................5
1.6. Hipotesis...........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................8
2.1. Klasifikasi Tanaman Batari..............................................................8
2.2. Morfologi Tanaman Batari...............................................................8
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Batari.......................................................10
2.3.1 Tanah......................................................................................10
2.3.2 Iklim......................................................................................11
2.4. Jumlah Biji Perlubang......................................................................11
2.5 Pupuk Organik...................................................................................12
2.5.1 Pupuk Kandang Ayam.............................................................13
2.5.2 Pupuk Kandang Sapi................................................................14
2.5.3 Pupuk Kandang Kambing........................................................14
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN............................................................15
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................15
3.2. Alat dan Bahan.................................................................................15

9
3.2.1 Alat..........................................................................................15
3.2.2 Bahan.......................................................................................15
3.3. Metode Penelitian.............................................................................15
3.3.1. Rancangan Perlakuan.............................................................15
3.3.2. Rancangan Lingkungan..........................................................17
3.3.3. Rancangan Analisis...............................................................18
3.3.4. Rancangan Respon ...............................................................20
3.4. Prosedur Penelitian..........................................................................21
3.4.1. Persiapan Lahan.....................................................................21
3.4.2. Penanaman.............................................................................21
3.4.3. Pemeliharaan..........................................................................21
3.4.4. Panen......................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................23
4.1. Tinggi Tanaman...............................................................................23
4.2. Diameter Batang...............................................................................27
4.3. Jumlah Daun.....................................................................................32
4.4. Jumlah Biji.......................................................................................35
4.5. Bobot Biji.........................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................45
5.1.............................................................................................................Kes
impulan...............................................................................................45
5.2............................................................................................................. Sar

an .......................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................46

LAMPIRAN........................................................................................................50

DOKUMENTASI PENELITIAN.......................................................................55

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................58

10
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

Gambar 1 Skema kerangka pikir Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang


Tanam dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Batari (Sorghum biocolour (L.) …………………..... 6

Gambar 2 Rancangan lingkungan penelitian…………………...………...


17
Gambar 3 Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan tinggi tanaman
batari terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji
perlubang tanam umur 2 sampai 12 minggu setelah tanam
(MST) …………………...
26
…………………………………….

Gambar 4 Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan diameter batang


tanaman batari terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan
jumlah biji perubang tanam pada umur 2 - 12 minggu setelah
tanam (MST) …………………...……...................................... 31

Gambar 5 Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan jumlah daun


tanaman batari terhadap pemberian jenis pupuk kandang dan
jumlah biji perlubang tanam pada umur 2 – 12 minggu
setelah tanam (MST..........................
34
….................................................

Gambar 6 Dinamika nilai rata-rata jumlah biji tanaman batari terhadap


perlakuan jenis pupuk kandang dan jumlah biji per lubang
tanam 16 minggu setelah tanam (MST) ………........................ 39

Gambar 7 Dinamika nilai rata-rata bobot biji tanaman batari terhadap


interaksi jumlah biji perlubang tanam dan pupuk kandang
pada umur 16 minggu setelah tanam
(MST)....................................... 43

11
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal


Tabel 1 Matriks Rancangan Perlakuan Jumlah Bibit dan Penggunaan
Pupuk Organik………………………………………………..
16
Tabel 2. Analisis Keragaman Rancangan Acak Kelompok (RAK) ....... 19
Tabel 3. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata
Tinggi Tanaman Batari (cm) Umur 12 MST………………… 23
Tabel 4. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Tinggi
Tanaman Batari (cm) Umur 12 MST……………………….... 24
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam
dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Pertumbuhan
Tinggi Tanaman Batari Umur 12 MST………………………. 25
Tabel 6. Pengaruh Jumlah Biji Perlubang Tanam Terhadap Rata-rata
Diameter Batang (cm) Tanaman Batari Umur 12 Minggu
Setelah Tanam (MST). 28
………..................................................
Tabel 7. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Diameter
Batang (cm) Tanaman Batari Umur 12 Minggu Setelah
Tanam (MST) 29
………............................................................................
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam
dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Diameter
Batang Tanaman Batari Umur 12 MST…………………........ 30
Tabel 9. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis
Pupuk Kandang Terhadap Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman
Batari Umur 12 33
MST…………………….................................
Tabel 10. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata
Jumlah Biji Pertanaman (Biji) Tanaman Batari Umur 16
Minggu Setelah Tanam 36
(MST)..................................................
Tabel 11. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Jumlah
Biji Pertanaman (biji) Tanaman Batari Umur 16 Minggu
Setelah Tanam (MST) 37
………..................................................................

12
Tabel 12. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis
Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Jumlah Biji Tanaman
Batari Umur 16
MST................................................................. 38
Tabel 13. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata
Bobot Biji (g) Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah
Tanam (MST)............................................................................ 40
Tabel 14. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Bobot Biji
(g) Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah Tanam
(MST).......................................................................................... 41
Tabel 15. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji dan Jenis Pupuk Kandang
Terhadap Bobot Biji (g) Tanaman Batari Umur 16 Minggu
Setelah Tanam (MST)............................................................. 42

13
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

Lampiran 1a. Tabel Rata-rata Tinggi Tanaman Umur 12 MST ...........................50

Lampiran 1b. Tabel Anova Tinggi Tanaman Umur 12 MST ...............................50

Lampiran 2a. Tabel Rata-rata Diameter Batang Tanaman Umur 12 MST...........51

Lampiran 2b. Tabel Anova Diameter Batang Tanaman Umur 12 MST ..............51

Lampiran 3a. Tabel Rata-rata Jumlah Daun Tanaman B Umur 12 MST..............52

Lampiran 3b. Tabel Anova Jumlah Daun Tanaman Umur 12 MST2....................52

Lampiran 4a. Tabel Rata-rata Jumlah Biji Tanaman Umur 16 MST.....................53

Lampiran 4b. Tabel Anova Jumlah Biji Tanaman Umur 16 MST........................53

Lampiran 5a. Tabel Rata-rata Bobot Biji Tanaman Umur 16 MST......................54

Lampiran 5b. Tabel Anova Bobot Biji Tanaman Umur 16 MST..........................54

14
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batari atau dikenal dengan nama Sorghum merupakan tanaman asli dari

daerah tropis di Pasifik Tenggara dan subtropik di Australia dan Asia. Beberapa

sumber menyebutkan tanaman ini berasal dari Afrika dengan 32 spesies

(Nedumeran et al., 2013)

Batari merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai

keadaan lingkungan sehingga potensial dikembangkan, khususnya pada lahan

marginal beriklim kering di Indonesia. Keunggulan batari terletak pada daya

adaptasinya yang luas, toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih

tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya.

Selain budidaya yang mudah, batari mempunyai manfaat yang luas, antara lain

untuk pakan, pangan, dan bahan industri (Yulita dan Risda, 2006).

Batari merupakan salah satu jenis bahan pangan pokok yang memiliki

kandungan gizi yang tidak kalah dengan padi dan memiliki potensi yang besar

untuk dibudidayakan dan dikembangkan secara komersil karena mempunyai daya

adaptasi yang luas (Siregar et al. 2016). Kandungan nutrien batari yang dipanen

pada fase berbunga menghasilkan kadar air 10,8%, abu 6,70%, Protein Kasar

8,79%, Lemak Kasar 1,20%, Serat Kasar 27,88%, dan TDN 49,83% (Sriagtulla,

2016).

Produktivitas tanaman batari di Indonesia relatif rendah. Hal ini dapat

dilihat dari penelitian Sirappa (2003) yang menyatakan bahwa produktivitas batari

di tingkat petani masih jauh di bawah kemampuan potensi Batari seharusnya,

1
yaitu 0,37-1,80 ha-1. Selanjutnya dijelaskan bahwa rendahnya produktivitas dan

perkembangan varietas tanaman batari di indonesia banyak disebabkan rendahnya

keragaman genetik dan kultur teknis budididaya (Sirappa, 2003).

Budidaya tanaman batari seperti halnya di wilayah sulawesi tenggara Kota

Baubau masih menggunakan teknik yang sangat tradisional dan belum ada

penerapan teknologi budidaya intensifikasi. Hal ini dapat dijumpai banyaknya

tradisi petani lokal yang sering menjadikan tanaman batari hanya sebagai tanaman

cadangan saja untuk mengisi lahan-lahan yang telah mengalami kekurangan

nutrisi karena telah digunakan berulang kali.

Salah satu upaya untuk perbaikan kualitas tanah yang telah menurun

kualitasnya akibat rendahnya nutrisi adalah dengan pemberian pupuk organik dan

penyesuaian jumlah biji yang tepat perlubang tanam agar tanaman tidak

mengalami kompetisi unsur hara sehingga tanaman dapat memperoleh suplai

nutrisi yang tepat untuk dapat meningkatkan produksi.

Penggunaan jumlah biji perlubang tanam berpengaruh terhadap

pertumbuhan karena secara langsung berhadapan dengan kompetisi dalam

memperebutkan faktor tumbuh (air, cahaya matahari, unsur hara) antar tanaman

dalam satu rumpun. Penggunaan jumlah biji yang tepat akan memberikan hasil

akhir yang baik, selain itu lebih efisien dalam penggunaan lahan (Harjadi, 2002).

Penempatan jumlah biji yang tepat pada tiap lubang tanam supaya mendapatkan

respon pertumbuhan yang baik perlu mengikut sertakan adaptasi tanaman

terhadap pupuk organik yang tepat pula. Pupuk organik yang banyak digunakan

2
pada budidaya tanaman pangan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi

dan pupuk kandang kambing.

Pupuk organik yang berasal dari hewan yang telah melalui proses

rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki

sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Firmansyah, 2011). Kandungan unsur hara

pupuk organik dari kotoran hewan berbeda-beda, ayam memiliki kandungan

Nitrogen sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan Kalium 0,4%. Sedangkan sapi memiliki

kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, Phospor 0,2%, dan Kalium 0,1%, serta

kambing memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor 0,3%, dan Kalium

0,17%. Perbedaan kandungan unsur hara ini disebapkan oleh beberapa faktor

yakni jenis hewan, jenis makan yang diberikan serta umur dari ternak itu sendiri

(Tohari, 2009).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dipandang perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit perlubang tanam dan pupuk organik

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman batari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan

permasalahan yaitu:

1. Apakah jumlah biji perlubang tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman batari?

2. Apakah pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman batari?

3
3. Apakah interaksi antara jumlah biji perlubang tanam dan pemberian pupuk

organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman batari?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah biji perlubang tanam terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman batari

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman batari

3. Untuk mengetahui interaksi antara jumlah biji perlubang tanam dan

pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

batari.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi bahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam meningkatkan

wawasan di bidang budidaya pertanian dan pemupukan dengan

memperhatikan kondisi lahan dan kualitas pertumbuhan tanaman.

2. Menjadi bahan informasi bagi petani tentang budidaya pertanian mengenai

jumlah bibit perlubang tanam dan penggunaan pupuk organik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman batari.

1.5 Kerangka Pikir

Batari termasuk tanaman multiguna dan memiliki potensi yang baik untuk

dikembangkan di Indonesia. Budidaya tanaman batari di Kota Baubau masih

sangat tradisional karena tanaman ini hanya ditanam pada lahan-lahan marginal

4
atau lahan yang sudah digunakan berulang kali. Akibatnya tanah-tanah yang

didominasi podsolid merah kuning pada daerah ini cepat sekali menurun

kualitasnya yang berdampak pada tanaman tumbuh kerdil dan produktivitasnya

rendah. Upaya perbaikan dapat ditempuh dengan cara penerapan optimasi jumlah

biji perlubang dan penggunaan jenis pupuk organik yang tepat untuk menguji

sekaligus mengadaptasikan tanaman pada lingkungan tumbuh baru.

Biji tanaman yang mendapatkan lingkungan tumbuh yang baik berupa

jenis pupuk yang tepat akan berinteraksi secara maksimal terhadap peningkatan

pertumbuhan dan produksi. Kondisi yang sama jika interaksi tidak saling

menguntungkan maka respon tanaman terhadap lingkungannyapun tidak optimal.

5
Tanaman Batari

Lahan Miskin Unsur hara

Pemupukan

Penggunaan Pupuk Organik Jumlah Biji Per Lubang Tanam

Pertumbuhan dan Produksi Meningkat

Gambar 1. Skema kerangka pikir Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan
Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Batari
(Sorghum biocolour (L.) Moench)

6
1.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut di atas, dapat dikemukakan

hipotesis yaitu:

1. Jumlah biji perlubang tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman batari.

2. Pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman batari.

3. Terjadi interaksi antara jumlah biji perlubang tanam dan pemberian pupuk

organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman batari.

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Batari

Klasifikasi tanaman batari (Sorghum bicolor) menurut Sumarno et al.

(2013) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Liliopsida

Order : Cyperales

Family : Poaceae

Genera : Sorghum

Species : Sorghum bicolor L. Moench

2.2. Morfologi Tanaman Batari

a. Akar

Tanaman batari merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk

akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran

sorgum terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku

pertama pangkal batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar

koronal (akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara

(akar yang tumbuh di permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk

perakaran sekunder dua kali lebih banyak dari jagung. Ruang tempat tumbuh

akar lateral mencapai kedalaman 1,3-1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m.

8
Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai

sistem perakaran serabut (Artschwanger., 1948, Singh et al., 1997 dan

Rismunandar, 2006).

b. Batang

Batang batari berbentuk silinder dengan diameter bagian pangkal berkisar

antara 0,5-5,0 cm serta tidak memiliki kabium. Tinggi batang bervariasi antara

0,5-4,0 m bergantung pada varietasnya. Ruas batang bagian tengah tanaman

umumnya lebih panjang dibanding ruas bagian bawah dan atas tanaman,

dengan ruas terpanjang berada pada bagian ujung tanaman yang berupa

tangkai malai. Permukaan ruas batang dilapisi oleh sejenis lilin tebal berwarna

putih yang berfungsi mengurangi transpirasi sehingga batari toleran terhadap

kekeringan, kecuali pada bagian ujung batang. Buku pada pangkal batang rata

dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas. Bagian dalam

batang batari yang sudah tua berupa gabus. Jenis varietas batari manis

memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga

berpotensi sebagai bahan baku gula (Hoeman, 2012).

c. Daun

Daun tanaman batari berbentuk pita yang terdiri atas helai daun dan

tangkai daun dengan panjang daun 1 m dan lebar 5–13 cm (Rahmawati, 2020).

Pada pertemuan antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan

kerah daun (dewlaps). Jumlah daun bervariasi antara 7–40 helai, bergantung

pada varietas. Helaian daun berbentuk lanselot, lurus mendatar, berwarna

hijau muda hingga hijau tua dengan permukaan dilapisi lilin. Tulang daun

9
lurus memanjang dengan warna bervariasi dari hijau muda, kuning hingga

putih, bergantung pada varietas (Andriani dan Isnaini, 2013).

d. Bunga

Rangkaian bunga batari berada pada malai di ujung tanaman. Bunga batari

secara utuh terdiri atas tangkai malai (peduncle), malai (panicle), rangkaian

bunga (raceme), dan bunga (spikelet) (Karuppaiyan, Ram, and Meena, 2011).

e. Biji

Biji batari berbentuk bulat dan bulat pipih dengan berat 25–55 mg.

Ukuran biji sorgum bervariasi sekitar 2.5, 3.5, dan 4.0 mm dan dikelompok

menjadi biji berukuran kecil (8-10 mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35

mg). Sekam pembungkus biji batari ada yang menutupi 25% - 100% biji

dengan warna sekam coklat muda, krem atau putih, tergantung varietasnya.

Warna biji batari sangat bervariasi, mulai dari putih, kuning hingga, coklat,

dan ungu (Kusumawati et al., 2013).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Batari

2.3.1 Tanah

Batari dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, kecuali pada tanah

Podzolik Merah Kuning yang masam, dan mempunyai kemampuan adaptasi yang

luas. Tanaman batari mempunyai sistem perakaran yang menyebar dan lebih

toleran dibanding tanaman jagung yang ditanam pada tanah berlapisan keras

dangkal. Walaupun demikian, tanaman batari tidak dapat menggantikan tanaman

jagung pada kondisi tanah tersebut karena akan hasilnya rendah juga. Tanah yang

sesuai untuk tanaman jagung atau tanaman lainnya, juga sesuai untuk batari dan

10
akan tinggi hasilnya. Batari yang lebih toleran kekurangan air dibandingkan

jagung mempunyai peluang untuk dikembangkan di lahan yang diberakan pada

musim kemarau. Tanah Vertisol (Grumusol), Aluvial, Andosol, Regosol, dan

Mediteran umumnya sesuai untuk batari. Batari memungkinkan ditanam pada

daerah dengan tingkat kesuburan rendah sampai tinggi, asal solum agak dalam

(lebih dari 15 cm). Tanaman batari beradaptasi dengan baik pada tanah dengan pH

6,0-7,5 (Tabri dan Zubachtirodin, 2016).

2.3.1 Iklim

Tanaman batari dapat tumbuh pada kisaran ketinggian tempat yang luas.

Namun demikian ketinggian optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar dari 0-

500 dpl. Penanaman batari pada ketinggian di atas 500 dpl biasanya menghambat

pertumbuhan dan keterlambatan dalam berbunga. Suhu optimum bekisar antara 23̊

C-30̊ C. Pertumbuhan tanaman batari akan sangat terhambat jika suhu di bawah

16̊ C. Kelembaban relatif 20%-40% sangat baik untuk pertumbuhan batari,

terutama pada saat pembentukan biji. Selama pertumbuhan 8 tanaman, curah

hujan yang perlukan adalah berkisar antara 375-425 mm/tahun (Zubair, 2016).

2.4. Jumlah Biji Perlubang

Pemakaian biji perlubang tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan

karena secara langsung berhadapan dengan kompetisi antar tanaman dalam satu

rumpun. Kerapatan tanaman sangat mempengaruhi hasil atau produksi tanaman.

Hal ini terkait dengan tingkat kompetisi antar tanaman dalam memperoleh cahaya,

air, ruang, serta unsur hara. Kerapatan tanaman dapat diatur dengan penggunaan

jumlah benih yang tepat. Penggunaan jumlah benih yang tepat akan memberikan

11
hasil akhir yang baik, selain itu lebih efisien dalam penggunaan lahan (Harjadi,

2002).

Indrayanti et al. (2010), mengemukakan bahwa kepadatan populasi

tanaman yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pada

akhirnya penampilan tanaman secara individu akan menurun karena persaingan

yang meliputi persaingan intersepsi radiasi sinar matahari, absorbsi air dan unsur

hara serta pengambilan CO2 dan O2. Lebih lanjut hasil penelitian Gardner et al.

(1991) melaporkan bahwa pemakaian jarak antar baris yang sempit dan atau

jumlah biji yang banyak (lebih dari satu biji) merupakan salah satu dari banyak

Langkah yang ditempuh agar mencapai hasil panen yang tinggi persatuan luas

tertentu dalam budidaya.

2.5. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasalah dari olahan bahan

organik atau produk buangan dari binatang ataupun bahan organik lainnya yang

dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi

tanah. Pupuk organik yang berasal dari ternak umumnya berupa padatan yang

sudah maupun belum dikomposkan sebagai sumber hara terutama kandungan N

bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah, (Asroh

2010, dan Tiamiy et al. 2012). Penggunaan pupuk organik yang berasal dari

ternak mampu meningkatkan kualitas biologis tanah, sifat serta nutrisi, produksi,

dan kualitas tanaman yang diperoleh (Eivazi, 2010). Lebih lanjut menurut

Rastiyanto et al. (2013) menyatakan bahwa pupuk organik mampu

menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan populasi jasad renik,

12
mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secara keseluruhan dapat

meningkatkan kesuburan tanah.

Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik ini sehingga ia sangat disukai

petani, diantaranya memperbaiki struktur tanah, Ini dapat terjadi karena

organisme tanah saat penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai

perekat dan dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.

Menaikkan daya serap tanah terhadap air, bahan organik memiliki daya serap

yang besar terhadap air tanah. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, hal

ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan

organik sebagai makanan. Sebagai sumber zat makanan bagi tanamannupuk

organik mengandung zat makan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi

pupuk anorganik (Lingga dan Marsono, 2013).

2.5.1 Pupuk Kandang Ayam

Pemberian pupuk kandang ayam dapat memperbaiki struktur tanah serta

dapat memperkuat akar tanaman (Subroto, 2009). Penggunaan bahan organik

pupuk kandang ayam sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air,

apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan

banyak menghasilkan asam-asam organik, anion dari asam organik dapat

mendesak fosfat yang terikat oleh Fe da Al sehingga fosfat dapat terlepas dan

tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah

masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organic mampu

meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia (Raihan, 2000).

13
2.5.2. Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang dihasilkan dari kotoran ternak atau

limbah sampah yang ada di alam (Yandianto, 2003). Pupuk kandang sapi dapat

berguna sebagai sumber humus, sebagai sumber unsur hara makro dan mikro,

sebagai pembawa mikroorganisme yang menguntungkan dan juga sebagai pemacu

pertumbuhan. Selain itu, pupuk kandang sapi mampu meningkatkan kandungan

unsur hara dalam tanah dan juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat

fisik dan kimia tanah karena mendukung kehidupan jasad renik. Dengan demikian

pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk membuat tanah menjadi subur

(Sinaga, 2019).

Kandungan hara pada pupuk kandang sapi adalah N 0,92%, P 0,23%, K

1,03%, Ca 0,38% dan Mg 0,38%. Beberapa alasan dari penggunaan pupuk yang

berasal dari kotoran sapi adalah bahannya mudah diperoleh, mempunyai

kandungan unsur hara K yang tinggi (Noor dan Ningsih, 1995).

2.5.3. Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing merupakan salah satu pupuk organik yang cukup

tersedia di lingkungan kita terutama di lingkungan yang banyak memelihara

hewan ini, kandungan haranya pun cukup tinggi. Pupuk kandang kambing

memiliki kandungan N 2,10%, P2O5 0,66%, K2O 1,97%, Ca 1,64%, Mg 0,60%,

Mn 2,33 ppm, dan Zn 90,8 ppm sehingga cukup baik untuk diaplikasikan ke tanah

dalam meningkatkan kesuburan (Samekto, 2006).

14
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2023 yang

bertempat di Lahan Percobaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kecamatan

Bungi, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

tembilang, timbangan digital meteran rol, jangka sorong, ember, papan label,

tugal, meteran, mistar pipa, tali rafia, alat tulis menulis, kamera dan gembor.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit batari,

pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, tanah, air

dan label perlakuan.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Perlakuan

Rancangan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri dari 2

faktor. Faktor pertama adalah jumlah biji per lubang tanam yang terdiri dari

4 taraf sedangkan faktor kedua adalah jenis pupuk organik yang terdiri dari 4

taraf sehingga secara keseluruhan berjumlah 16 perlakuan. Selanjutnya setiap

15
perlakuan dikelompokkan dalam 3 kelompok sehingga total keseluruhan

menjadi 48 unit perlakuan.

1. Jumlah Biji (J), terdiri dari 4 taraf yaitu:

J1 = 1 biji/lubang tanam

J2 = 2 biji/lubang tanam

J3 = 3 biji/lubang tanam

J4 = 4 biji/lubang tanam

2. Pupuk Organik terdiri dari 4 taraf yaitu:

P0 = Tanpa Pupuk

P1= Pupuk kandang sapi

P2= Pupuk kandang ayam

P3= Pupuk kandang kambing

Tabel 1. Matriks rangcangan perlakuan jumlah bibit dan penggunaan pupuk


organik
Perlakuan Jumlah Biji

Pupuk Organik P0 P1 P2 P3

J1 J1P0 J1P1 J1P2 J1P3

J2 J2P0 J2P1 J2P2 J2P3

J3 J3P0 J3P1 J3P2 J3P3

J4 J4P0 J4P1 J4P2 J4P3

16
3.3.2 Rancangan Lingkungan

Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti tata

letak rancangan acak kelompok dengan desain sebagai berikut:

KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III

J1P0 J1P0 J1P1

J1P1 J1P1 J1P2

J1P3 J1P3 J1P0 U

J2P0 J1P2 J2P2

J2P2 J2P0 J2P0

J4P0 J3P1 J4P2

J4P2 J4P3 J4P1

J3P1 J3P3 J4P0


J3P3 J3P2 J3P3
J1P2 J2P1 J1P3
J3P0 J4P0 J3P0
S
J4P1 J4P2 J3P1
J3P2 J3P0 J3P2
J4P3 J4P1 J4P3

J2P3 J2P3 J2P3

J2P1 J2P2 J2P1

Gambar 2. Rancangan lingkungan penelitian

17
3.3.3 Rancangan Analisis

Rancangan analisis menggunakan analisis of varians (ANOVA). Bila ada

perlakuan yang berpengaruh interaksi maka akan dilanjutkan dengan

menggunakan uji BNJ, tetapi apabila faktor mandiri yang berpengaruh maka di

lanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Pengolahan data dilakukan dengan

perangkat lunak Excel.

Model persamaan analisis ragam percobaan ini adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + Rk + τi + βj+ ( τβ ) jk+ εijk

Dimana:

Yijk = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j

εijk = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I ulangan ke-j

μ = Nilai rata-rata umum

τi = Pengaruh dari perlakuan ke-i

βj = Pengaruh dari kelompok ke-j

( τβ ) jk = Pengaruh galat yang muncul dari perlakuan ke-i dalam kelompok

ke-j

18
Tabel 2. Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Sumber Kuadrat F. Tabel


Derajat Bebas Jumlah
Keragaman Tengah F. hitung
(DB) Kuadrat (JK) 0,05 0,01
(SK) (KT)
2 2
x x JKK KTK
Kelompok 3–1=2 ∑ −
16 48 2 KTG
2 2
Ti x
∑ − JKP KTP
Perlakuan 16 – 1 = 15 3 48
15 KTG

2 2
Pi x
Jumlah Bibit ∑ − JK (J ) KT ( J )
(4 – 1) = 3 4 ,3 48
(J) 3 KTG
2 2
Di x
Pupuk ∑ − JK (P) KT ( P)
(4 – 1) = 3 4 ,3 48
Organik (P) 3 KTG
2
x
Interaksi ∑− JK (JP) KT ( JP)
(3) X (3) = 9 48
(KP) 9 KTG

JKG
Galat (3 – 1) (16 – 1) JKT-JKK-JKP
30
2
2x
Rpm – 1 ∑x −
Total 48
(3 . 4. 4) – 1 = 47

3.3.4 Rancangan Respon

19
Adapun rancangan respon yang diamati sebagai peubah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur

tinggi tanaman batari dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun

tertinggi menggunakan alat ukur meteran dalam satuan cm. Waktu

pengamatan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 4, 6, 8, 10,

sampai dengan 12 MST.

b. Diameter batang (cm)

Pengamatan diameter batang dilakukan dengan cara mengukur

bagian batang bawah dengan satuan cm menggunakan jangka sorong.

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 4, 6, 8, 10, MST

sampai dengan 12 MST.

c. Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung

jumlah helai daun tanaman batari yang telah membuka penuh dan

berwarna hijau. Jumah daun dihitung sejak muncul daun pertama sampai

muncul daun bendera. Waktu pengamatan dilakukan pada saat tanaman

berumur 2, 4, 6, 8, 10 MST sampai dengan 12 MST.

d. Jumlah Biji pertanaman (g)

Pengamatan jumlah biji pertanaman dilakukan setelah tanaman

telah memasuki fase panen dengan cara mengelupas kulit biji batari.

e. Bobot Biji pertanaman

20
Pengamatan bobot biji batari dilakukan dengan cara menimbang

biji yang telah dibersihkan dari kulitnya menggunakan alat timbangan

analitik.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan lahan

Lahan yang digunakan sebagai tempat percobaan dibersihkan terlebih

dahulu dari kotoran dan gulma, lalu dilakukan penggemburan dengan

menggunakan cangkul dan diberi pupuk kandang. Setelah bersih lahan dibuat

petak.

3.4.2 Penanaman

Penanaman batari dilakukan dengan cara memasukkan biji ke dalam

lubang tanam yang sudah ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian biji batari

dimasukkan ke dalam lubang berdasarkan perlakuan lalu ditutup dengan tanah

tipis tanpa di padatkan. Jarak tanam pada petak perlakuan berukuran 40 cm x 40

cm.

3.4.3 Pemeliharaan

a. Pemupukan

Menurut Arianto (2011), melaporkan bahwa penggunaan pupuk

organik dapat diberikan 5 h-1. Penggunaan kebutuhan pupuk dengan

jumlah ini diturunkan ke dalam tiap rumpun sehingga kebutuhan pupuk

perumpun berjumlah 320 gram pertanaman. Frekuensi pemberian pupuk

tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, sejak awal tanam, 4 minggu setelah

21
tanam (MST), dan 8 MST dengan cara ditaburkan dipermukaan tanah

sebagai pembenah tanah.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi hari atau sore hari dengan volume

air yang sama tiap bedengan. Frekuensi penyiraman tersebut disesuaikan

kondisi lingkungan, jika hujan maka penyiraman dihentikan.

c. Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan cara menggantikan tanaman yang

mati dan ini dilakukan pada umur 2 MST.

d. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di

sekitar pertanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut langsung

gulma yang tumbuh disekitar tanaman batari tiap dua minggu sekali.

e. Pengendalian Hama

Pengendalian hama dilakukan dengan cara menggunakan pestisida

apabila ada serangan hama.

3.4.4 Panen

Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 95 HST dengan ciri-ciri

biji batari siap panen telah bernas, keras, dan biji bewarna merah kehitaman, daun

telah mengering. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai malai

dengan panjang sekitar 15 cm.

22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman (cm)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor mandiri jumlah biji per

lubang tanam dan jenis pupuk kandang serta interaksi antara keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 12 minggu setelah

tanam (lampiran 6b). Respon mandiri jumlah biji per lubang tanam terhadap

tinggi tanaman batari pada umur 12 minggu setelah tanam disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata Tinggi
Tanaman Batari (cm) Umur 12 MST

Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman BNJ 0.05

J4 274,33 a

J3 281,58 ab
11,94
J2 290,42 bc

J1 299,42 c

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan J1 (1 biji perlubang

tanam) berbeda nyata dengan perlakuan J3 dan J4 namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan J2. Pertumbuhan tinggi tanaman batari tertinggi diperoleh pada

perlakuan J1 yaitu 299,42 cm sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman batari

terendah diperoleh pada perlakuan J4 (4 biji per lubang tanam) yaitu 274,33 cm.

Diduga penggunaan 1 biji perlubang tanam mampu meningkatkan pertumbuhan

tinggi tanaman karena tidak ada perebutan unsur hara antar tanaman. Hal ini

sejalan dengan penelitian Berkelaar (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan

23
1 biji per lubang tanam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi

tanaman karena tidak terjadi kompetisi antar tanaman dalam satu rumpun. Jumlah

bibit per lubang tanam yang lebih sedikit akan memberikan ruang pada tanaman

untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Ermanita et al. (2004) menyatakan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah dengan pengaturan

jumlah benih per lubang tanam.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh mandiri jenis pupuk kandang terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman batari disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman


Batari (cm) Umur 12 MST

Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman BNJ 0.05

P0 258,75 a

P3 287,58 b
11,94
P2 294,75 bc

P1 304,67 c

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pupuk kandang

sapi) berbeda nyata dengan perlakuan P3, dan P0 namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan P2. Pertumbuhan tinggi tanaman batari tertinggi diperoleh pada

perlakuan P1 yaitu 304,67 cm sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman batari

terendah diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 258,75 cm. Diduga

pupuk kandang sapi mengandung unsur hara N yang berperan penting dalam

pertumbuhan tinggi tanaman. Sejalan dengan penelitian Syekhfani (2011) yang

24
menyatakan bahwa kebutuhan akan unsur hara N yang terdapat pada pupuk

kandang sapi tercukupi selama pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Purba et al. (2018) yang menyatakan bahwa

pupuk kandang sapi dapat memperbaiki struktur tanah dan berperan sebagai

pengurai bahan organik oleh mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan tinggi tanaman.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh interaksi jumlah biji per lubang tanam

dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi tanaman batari disajikan

pada tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Batari
Umur 12 MST

Tinggi Tanaman
Perlakuan BNJ 0.05
P0 P1 P2 P3
282,00 A 315,00 B 304,67 B 296,00 C
J1
a a a a
259,00 A 309,67 B 299,00 BC 294,00 BC
J2
b ab ab a
11.94
245,67 A 299,67 B 291,67 B 289,33 C
J3
c bc bc a
248,33 A 294,33 B 283,67 B 271,00 C
J4
c c c b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada setiap kolom
dan huruf besar yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan J1P1

berbeda nyata dengan J1P0, J3P0, J4P0, J1P3, J3P3 dan J4P3 namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan J1P2, J2P0, J2P1, J2P2, J2P3, J3P1, J3P2, J4P1

dan J4P2. Pertumbuhan tinggi tanaman batari tertinggi diperoleh pada perlakuan

25
J1P1 yaitu 315,00 cm sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman batari terendah

diperoleh pada perlakuan J4P3 yaitu 245,67 cm.

Dinamika rata-rata pertumbuhan tanaman batari (Sorghum biocolour (L.)

terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji perlubang tanam pada

umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah tanam disajikan pada gambar 3.

Sedangkan nilai rata-rata tinggi tanaman pada umur 2 sampai 12 MST disajikan

pada lampiran 1a, 2a, 3a, 4a, 5a, dan 6a.

350.00

300.00 J1P0
J1P1
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

250.00 J1P2
J1P3
J2P0
200.00
J2P1
J2P2
150.00 J2P3
J3P0
J3P1
100.00
J3P2
J3P3
50.00 J4P0
J4P1
0.00 J4P2
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 12 J4P3
MST MST
Waktu Pengamatan (MST)

Gambar 3. Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan tinggi tanaman batari


terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji perlubang
tanam umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah tanam (MST).

26
Pada Gambar 3 di atas memperlihatkan grafik dinamika rata-rata

perkembangan tinggi tanaman yang stabil pada setiap minggunya. Hal ini terlihat

pada tinggi tanaman perlakuan J1P1 (pupuk kandang sapi 960 gram + 1 biji

perlubang tanam) pada umur 2 – 12 MST berada pada nilai rata-rata tertinggi

berturut-turut (15 cm), (70 cm), (207 cm), (240 cm), (290 cm) dan (315 cm). Hal

ini dikarenakan pada perlakuan J1P1 memiliki kandungan unsur hara yang yang

paling optimal diantara perlakuan yang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian

Cahyono dan Ragil (2016) bahwa konsentrasi yang optimal memiliki kandungan

unsur hara yang optimal untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Lebih lanjut

Hayati (2010) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan vegetatif tanaman sangat

memerlukan unsur nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur hara lainnya daloam

jumlah yang cukup dan seimbang.

4.2 Diameter Batang (cm)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor mandiri jumlah biji per

lubang tanam dan jenis pupuk kandang serta interaksi antara keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada umur 12 minggu setelah

tanam (lampiran 12b). Respon mandiri jumlah biji per lubang tanam terhadap

diameter batang tanaman batari pada umur 12 minggu setelah tanam disajikan

pada tabel 6.

27
Tabel 6. Pengaruh Jumlah Biji Perlubang Tanam Terhadap Rata-rata Diameter
Batang (cm) Tanaman Batari Umur 12 Minggu Setelah Tanam (MST).

Perlakuan Rata-rata Diameter Batang Tanaman BNJ 0.05

J4 2,43 a

J3 2,53 ab
0,27
J2 2,89 b

J1 3,07 bc

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan J1 (1 biji perlubang tanam)

berbeda nyata dengan perlakuan J3 dan J4 namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan J2. Pertumbuhan diameter tanaman batari tertinggi diperoleh pada

perlakuan J1 (1 biji per lubang tanam) yaitu 3,07 cm sedangkan pertumbuhan

diameter batang tanaman batari terendah diperoleh pada perlakuan J4 (4 biji per

lubang tanam) yaitu 2,43 cm. Diduga perlakuan satu biji perlubang tanam

memberikan pengaruh terbaik karena tidak terjadi perebutan unsur hara. Hal ini

sejalan dengan penelitian Jasmani (2016) menyatakan bahwa pemberian satu biji

per lubang tanam memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman

batari. Hal ini juga didukung oleh penelitian Hasrizal dan Ani (2010) yang

menyatakan bahwa penanaman satu biji perlubang tanam dapat memberikan hasil

yang lebih tinggi terahadap pertumbuhan diameter batang.

28
Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh mandiri jenis pupuk kandang terhadap

pertumbuhan diameter batang tanaman batari disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Diameter Batang


(cm) Tanaman Batari Umur 12 Minggu Setelah Tanam (MST).

Perlakuan Rata-rata Diameter Batang Tanaman BNJ 0.05

P0 2,53 a

P3 2,68 a
0,27
P2 2,78 a

P1 2,93 ab

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pupuk kandang

sapi) berbeda nyata dengan perlakuan P0 namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan P0, P2 dan P3. Pertumbuhan diameter batang tanaman batari tertinggi

diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 2,93 cm sedangkan pertumbuhan diameter

batang tanaman batari terendah diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu

2,53 cm. Diduga unsur hara K pada pupuk kandang sapi memberikan pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman batari. Hal ini sejalan

dengan penelitian Suminar et al. (2017) yang menyatakan bahwa unsur Kalium

(K) berfungsi untuk meningkatkan kadar sklerenkim pada batang yang

mengakibatkan penebalan pada jaringan batang.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh interaksi jumlah biji per lubang tanam

dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman batari

disajikan pada tabel 8.

29
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Rata-rata Diameter Batang Tanaman Batari Umur
12 MST

Diameter Batang Tanaman


Perlakuan BNJ 0.05
P0 P1 P2 P3

J1 2,93 A 3,30 B 3,07 BC 2,97 BC


a a a a
J2 2,60 A 3,17 B 2,93 BC 2,87 BC 0,18
b ab ab ab
J3 2,33 A 2,70 B 2,60 B 2,50 BC
c b b b
J4 2,27 A 2,53 B 2,53 B 2,37 B
c b b b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada setiap kolom
dan huruf besar yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan J1P1

berbeda nyata dengan J1P0, J2PO, J3P0 dan J4P0, namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan J2P1, J3P1, J4P1, J1P2, J2P2, J3P2, J4P2, J1P3, J2P3, J3P3 dan

J4P3. Pertumbuhan diameter batang tanaman batari tertinggi diperoleh pada

perlakuan J1P1 yaitu 3,30 cm sedangkan pertumbuhan diameter batang tanaman

batari terendah diperoleh pada perlakuan J4P0 yaitu 2,27 cm. Diduga pemberian

pupuk kandang sapi pada jumlah satu biji perlubang (J1P1) telah mampu

mensuplai unsur hara makro dan mikro yang diperlukan oleh tanaman untuk

merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya diameter

batang. Sejalan dengan penelitian Erse Drawan dan Ahmad Maksum (2019), yang

menyatakan bahwa perlakuan satu biji perlubang tanam (J1) serta pemberian

pupuk organik memberikan hasil tertinggi rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun,

diameter batang, dan bobot per kelobot. Hal ini juga didukung oleh penelitian

30
Indrayani et al. (2010) yang mennyatakan bahwa kepadatan popolasi tanaman

yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya

penampilan tanaman secara individu akan menurun karena persaingan dalam

intersepsi radiasi sinar matahari, absorbsair dan unsur hara serta pengambilan

CO2 dan O2.

Dinamika rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman batari

(Sorghum biocolour (L.) terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji

perlubang tanam pada umur 2, 4, 6, 8 10 dan 12 minggu setelah tanam disajikan

pada gambar 3. Sedangkan nilai rata-rata diameter batang batari pada umur 2, 4,

6, 8, 10 dan 12 MST disajikan pada lampiran 7a, 8a, 9a, 10a, 11a, dan 12a.

3.50

3.00 J1P0
J1P1
Rata-Rata Diameter Batang (cm)

J1P2
2.50
J1P3
J2P0
2.00 J2P1
J2P2
J2P3
1.50
J3P0
J3P1
1.00 J3P2
J3P3
0.50 J4P0
J4P1
J4P2
0.00 J4P3
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Waktu Pengamatan (MST)

Gambar 4. Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan diameter batang tanaman


batari terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji

31
perubang tanam pada umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah
tanam (MST).

Pada gambar 4 di atas memperlihatkan grafik dinamika rata-rata

perkembangan jumlah daun tanaman yang stabil pada setiap minggunya. Hal ini

terlihat pada jumlah daun perlakuan JIP1 (pupuk kandang sapi dan 1 biji

perlubang tanam) pada umur 2 – 12 MST berada pada nilai rata-rata tertinggi

berturut-turut (0,2 cm), (1,0 cm), (2,5 cm), (2,7 cm), (3,0 cm), (3,3 cm).

Pertumbuhan diameter batang erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Hal ini

sejalan dengan penelitian Gardener et al. (1991) menyatakan bahwa hasil

fotosintesis terutama karbohidrat, protein dan lemak akan merangsang

pertumbuhan batang, jumlah daun, dan cabang tanaman. Pertumbuhan tanaman

apabila nterdapat karbohidrat maka akan digunakan dalam pembesaran diameter

batang. Hal ini juga didukung oleh penelitian Siregar (2017) yang menyatakan

bahwa bahan organik selain berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara juga

berpengaruh terhadap fisiologi tanaman seperti peningkatan proses respirasi dan

fotosintesis yang merangsang peningkatan serapan hara sehingga meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi maksimal.

4.3 Jumlah Daun (Helai)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh mandiri pupuk hayati

dan pupuk kandang kambing tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

jumlah daun namun interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah daun tanaman batari pada umur 12 minggu setelah tanam (lampiran 18b).

Respon interaksi jumlah biji per lubang tanam dan jenis pupuk kandang

32
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanman batari pada umur 12

minggu setelah tanam disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam Dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Batari Umur 12
MST

Jumlah Daun
Perlakuan BNJ 0.05
P0 P1 P2 P3

11,00 A 12,00 B 12,00 BC 11,00 C


J1
a a a a
10,67 A 12,00 B 11,00 BC 11,00 BC
J2
a a b a 0,82
11,00 A 11,33 A 11,00 A 11,33 A
J3
ab ab b a
10,00 A 11,33 A 11,00 A 11,33 A
J4
b b b a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada setiap kolom
dan huruf besar yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan JIP1

berbeda nyata dengan J1P0, J2P0, J3P0, J4P0, J3P1, J3P2, J3P3, J4P1, J4P2, dan

J4P3 namun tidak berbeda nyata dengan J1P2, J1P3, J2P1, J2P2 dan J2P3.

Pertumbuhan jumlah daun terendah diperoleh pada perlakuan J4P0, yaitu 10 helai

sedangkan pertumbuhan jumlah daun terendah diperoleh pada perlakuan J1P1

yaitu 12 helai. Diduga hal ini di sebabkan kandungan Kalium pupuk kandang sapi

yang lebih tinggi dibandingkan pupuk organik lainnya. Kalium berperan penting

dalam transfer fotosintat (proses phloem loadin) ke bagian sink (Krishna, 2002).

Salah satu bagian sink yang paling kompetitif dalam masa pertumbuhan adalah

daun muda atau tunas yang sedang tumbuh (Gardner et at. 1991). Sejalan dengan

penelitian Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan semakin banyak tunas

33
yang memperoleh hara maka jumlah tunas yang tumbuh dan berkembang menjadi

daun lebih tinggi.

Dinamika nilai rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman batari

(Shorghum biocolour (L.) Moench) terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan

jumlah biji perlubang tanam pada umur 2 sampai 12 minggu setelah tanam

disajikan pada gambar 3. Sedangkan nilai rata-rata jumlah helai daun pada umur

2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST disajikan pada lampiran 13a, 14a, 15a, 16a, 17a, dan

18a.

14.00 J1P0
J1P1
12.00 J1P2
Rata-Rata Jumlah Daun (Helai)

J1P3
10.00 J2P0
J2P1
8.00 J2P2
J2P3
6.00 J3P0
J3P1
4.00 J3P2
J3P3
2.00 J4P0
J4P1
0.00 J4P2
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 12
MST MST J4P3

Pengamatan Tanaman (MST)

Gambar 5. Dinamika nilai rata-rata respon pertumbuhan jumlah daun tanaman


batari terhadap pemberian jenis pupuk kandang dan jumlah biji
perlubang tanam pada umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah
tanam (MST).

Pada gambar 5 di atas memperlihatkan grafik dinamika rata-rata

perkembangan jumlah daun tanaman yang stabil pada setiap minggunya. Diduga

34
Pemberian pupuk kandang yang berasal dari limbah ternak terutama kotoran

hewan dalam bentuk organik, padat maupun cair mampu mempertahankan

kestabilan pertumbuhan daun tanaman. Sejalan dengan penelitian Sutedjo (1987)

bahwa fungsi pupuk kandang anatara lain untuk menggemburkan tanah,

meningkatkan populasi jasad renik dan meningkatkan daya serap air dan daya

simpan air, yang keseluruhannya meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini juga

didukung oleh penelitian Yuliarti (2009) meenyatakan bahwa penggunaan pupuk

organik dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga lebih mudah diolah oleh akar

tanaman dan ditembus akar tanaman untuk melancarkan proses xylem sehingga

pertumbuhan dan produktifitas tanaman jadi lebih optimal.

4.4 Jumlah Biji (Biji)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor mandiri jumlah biji per

lubang tanam dan jenis pupuk kandang serta interaksi antara keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jumlah biji tanaman batari pada umur

16 minggu setelah tanam (lampiran 19a). Respon mandiri jumlah biji per lubang

tanam terhadap produksi jumlah biji tanaman batari pada umur 16 minggu setelah

tanam disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata Jumlah
Biji Pertanaman (biji) Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah
Tanam (MST).

Perlakuan Rata-rata Jumlah Biji Pertanaman BNJ 0.05

J4 2625,83 a 202.18

J3 2669,33 a

J2 2715,75 a

35
J1 2794,33 a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan J1 (1 biji perlubang

tanam) tidak berbeda nyata dengan perlakuan J2, J3, dan J4. Produksi jumlah biji

tanaman batari tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 (1 biji per lubang tanam)

yaitu 2794,33 biji sedangkan produksi jumlah biji tanaman batari terendah

diperoleh pada perlakuan J4 (4 biji per lubang tanam) yaitu 2625,83 biji. Diduga

perlakuan satu biji per lubang tanam memberikan pengaruh terbaik karena tidak

terjadi perebutan unsur hara antar tanaman sehingga menghasilkan jumlah biji

yang banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian Pithaloka et al. (2015) bahwa 1

biji per lubang tanam dapat mempengaruhi banyaknya jumlah biji per malai

sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Tenrirawe et al. (2013) menyatakan bahwa perlakuan jumlah biji per

lubang tanam pada tanaman sorgum dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman sorgum dan secara nyata mempengaruhi hasil tanaman sorgum.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh mandiri jenis pupuk kandang terhadap

produksi jumlah biji tanaman batari disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Jumlah Biji
Pertanaman (biji) Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah Tanam
(MST).

Perlakuan Rata-rata Jumlah Biji Pertanaman BNJ 0.05

P0 2461,25 a

P3 2639,92 b 133,51

P2 2730,33 bc

36
P1 2973,75 c

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%
Pada tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pupuk kandang sapi)

berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P3, namun tidak berbeda nyata dengan

P2. Jumlah biji tanaman batari tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yaitu

2973,75 biji sedangkan produksi jumlah biji tanaman batari terendah diperoleh

pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 2461,25 biji. Diduga kandungan N, P, dan

K pada pupuk kandang sapi (P1) mampu memberikan pengaruh terhadap

banyaknya jumlah biji pada tanaman batari. Hal ini sejalan dengan penelitian

Priyadi (1995), bahwa proses dekomposisi bahan organik akan membebaskan

sejumlah unsur hara seperti N, P dan K. Berdasarkan pendapat tersebut

pemupukan N, P, dan K organik sangat diperlukan tanaman. Unsur-unsur yang

terkandung dalam pupuk tersebut akan diserap dan digunakan untuk proses

fotosintesis tanaman, dan menghasilkan fotosintat. Sebagian fotosintat tersebut

akan digunakan untuk pengisian dan perbanyakan biji.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh interaksi jumlah biji per lubang tanam

dan jenis pupuk kandang terhadap produksi jumlah biji tanaman batari disajikan

pada tabel 12.

37
Tabel 12. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Rata-rata Jumlah Biji Tanaman Batari Umur 16
MST

Perlakua Jumlah Biji BNJ

n P0 P1 P2 P3 0.05

J1 2519,00 A 3078,00 B 2788,67 BC 2791,67 C


a a a a
2482,00 A 2998,00 B 2747,33 BC 2635,67 C
J2
a a a b
133,51
2451,33 A 2938,67 B 2707,00 B 2580,33 BC
J3
a a a b
2392,67 A 2880,33 B 2678,33 B 2552,00 BC
J4
a a a b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada setiap kolom
dan huruf besar yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Tabel 12 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan JIP1 berbeda nyata

dengan J1P0, J2P0, J3P0, J4P0, J1P3 dan J2P3 namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan J2P1, J3P1, J4P1, J1P2, J2P2, J3P2, J4P2, J3P3 dan J4P3. Produksi

jumlah biji batari tertinggi diperoleh pada perlakuan J1P1 yaitu 3078,00

sedangkan produksi jumlah biji tanaman batari terendah diperoleh pada perlakuan

J4P0 yaitu 2392. Diduga pemberian pupuk kandang sapi dan jumlah satu biji

perlubang tanam (J1P1) telah mampu mensuplai unsur hara makro dan mikro

yang diperlukan oleh tanaman karena tidak terjadi perebutan unsur hara untuk

merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya biji tanaman.

Sejalan dengan penelitian Tola et al. (2007) bahwa secara keseluruhan

38
penggunaan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap

seluruh pertumbuhan dan produksi tanaman, khususnya jumlah biji.

Dinamika rata-rata produksi jumlah biji tanaman batari (Shorghum

biocolour (L.) Moench) terhadap interaksi jenis pupuk kandang dan jumlah biji

perlubang tanam pada umur 16 minggu setelah tanam disajikan pada gambar 6.

Sedangkan nilai rata-rata jumlah biji pada umur 16 MST disajikan pada lampiran

19a.

3500.00
3000.00
Rata-rata Jumlah Biji (Biji)

2500.00
2000.00
1500.00
16 MST
1000.00
500.00
0.00
P0 P2 P0 P2 P0 P2 P0 P2
J1 J1 J2 J2 J3 J3 J4 J4
Perlakuan

Gambar 6. Dinamika nilai rata-rata jumlah biji tanaman batari terhadap perlakuan
jenis pupuk kandang dan jumlah biji per lubang tanam 16 minggu
setelah tanam (MST).

Pada gambar 6 di atas memperlihatkan grafik dinamika rata-rata jumlah

biji tanaman batari. Hal ini terlihat pada jumlah biji perlakuan J1P1 memiliki

jumlah biji terbanyak. Diduga J1P1 memiliki jumlah biji terbanyak karena tidak

terjadi perebutan unsur hara. Hal ini sejalan dengan penelitian Samanhudi et al.

(2021) menyatakan pupuk kandang sapi memiliki unsur hara terbesar sehingga

dapar menghasilkan jumlah biji terbanyak. Didukung dengan penelitian yang

39
dilakukan oleh Purnamasari et al. (2015) yang menyatakan bahwa populasi

terbaik untuk menghasilkan biji adalah satu biji perlubang tanam.

4.5 Bobot Biji (g)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor mandiri jumlah biji per

lubang tanam dan jenis pupuk kandang serta interaksi antara keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bobot biji tanaman batari pada umur

16 minggu setelah tanam (lampiran 20a). Respon mandiri jumlah biji per lubang

tanam terhadap produksi bobot biji tanaman batari pada umur 16 minggu setelah

tanam disajikan pada tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang Tanam Terhadap Rata-rata Bobot
Biji (g) Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah Tanam (MST).

Perlakuan Rata-rata Bobot Biji Pertanaman BNJ 0.05

J4 51.33 a

J3 54,00 a
9,90
J2 56,17 a

J1 58,33 a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan J1 (1 biji perlubang

tanam) tidak berbeda nyata dengan perlakuan J2, J3 dan J4. Produksi bobot biji

tanaman batari tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 (1 biji per lubang tanam)

yaitu 58,33 g sedangkan produksi bobot biji tanaman batari terendah diperoleh

pada perlakuan J4 (4 biji per lubang tanam) yaitu 51,33 g. Diduga perlakuan 1 biji

per lubang tanam mampu meningkatkan produksi bobot biji tanaman batari karena

40
tidak adanya perebutan unsur hara antar tanaman. Hal ini sejalan dengan

penelitian Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa faktor perangsang

pertumbuhan dan produksi tanaman ada dalam kendali genetik, tetapi unsur-unsur

iklim, tanah, dan biologi seperti hama, penyakit, gulma serta persaingan dalam

mendapatkan unsur hara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasilnya.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Gustian (1991) bahwa tersedianya asimilat

yang cukup dapat meningkatkan bobot biji.

Tabel 14. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Rata-rata Bobot Biji (g)
Tanaman Batari Umur 16 Minggu Setelah Tanam (MST).

Perlakuan Rata-rata Bobot Biji Pertanaman BNJ 0.05

P0 42,42 a

P3 50,00 b
6,54
P2 58,83 c

P1 68,58 d

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ taraf 5%

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pupuk kandang

sapi) berbeda nyata dengan perlakuan P0, P2 dan P3. Bobot biji tanaman batari

tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 68,58 g sedangkan bobot biji tanaman

batari terendah diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 42,42 g. Diduga

kandungan N pada pupuk kandang sapi mampu memberikan pengaruh nyata. Hal

ini sejalan dengan penelitian Amujoyegbe et al. (2007) menyatakan bahwa

penggunaan pupuk kandang sapi yang mengandung unsur hara dapat

41
meningkatkan mineral dalam tanah dan dapat mentranlokasikan mineral ke

tanaman sehingga meningkatkan nutrisi yang terdapat pada tanaman.

Hasil analisis BNJ 0.05 pengaruh interaksi jumlah biji perlubang tanam

dan jenis pupuk kandang terhadap produksi bobot biji tanaman batari pada umur

16 MST disajikan pada tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh Interaksi Jumlah Biji Per Lubang Tanam dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Rata-rata Bobot Biji (g) Tanaman Batari Umur 16
Minggu Setelah Tanam (MST).

Bobot Biji BNJ


Perlakuan
P0 P1 P2 P3 0.05
46,33 A 72,00 B 62,00 B 53,00 B
J1
a a a a
44,67 A 68,67 B 60,67 B 50,67 B
J2
a a a a
6,54
42,33 A 67,33 B 57,67 B 48,67 B
J3
a a a a
36,33 A 66,33 B 55,00 B 47,67 BC
J4
b a a a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada setiap kolom
dan huruf besar yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan J1P1

berbeda nyata dengan J1P0, J2P0, J3P0 dan J4P0 namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan J1P2, J1P3, J2P1, J2P2, J3P3, J3P1, J3P2, J3P3, J4P1, J4P2 dan

J4P3. Produksi bobot biji tertinggi diperoleh pada perlakuan J1P1 yaitu 72,00 g

sedangkan bobot biji terendah terendah diperoleh pada perlakuan J4P0 yaitu 36,33

g. Diduga kombinasi satu biji perlubang tanam dan pemberian pupuk kandang

sapi (J1P1) telah mensuplai unsur hara P dan tidak terjadi perebutan sehingga

mampu merangsang pertumbuhan bobot biji tanaman batari. Sejalan dengan

penelitian Soepardi, (1983) yang menyatakan bahwa unsur P diperlukan dalam

42
pertumbuhan dan pembentukan biji. Hal ini juga didukung oleh penelitian

Buckman dan Brandy (1982), menyatakan bahwa unsur P dalam tanaman

digunakan untuk pembelahan sel, pembentukan lemak, pembungaan dan

pembuahan.

Dinamika rata-rata bobot biji tanaman batari (Shorghum biocolour (L.)

Moench) terhadap interaksi jumlah biji perlubang tanam dan pupuk kandang pada

umur 16 minggu setelah tanam disajikan pada gambar 7. Sedangkan nilai rata-

rata jumlah helai daun pada umur 16 MST disajikan pada lampiran 20a.

80.00
70.00
Rata-Rata Bobot Biji (g)

60.00
50.00
40.00
30.00
16 MST
20.00
10.00
0.00
P0 P2 P0 P2 P0 P2 P0 P2
J1 J1 J2 J2 J3 J3 J4 J4
Perlakuan

Gambar 7. Dinamika nilai rata-rata bobot biji tanaman batari terhadap interaksi
jumlah biji per lubang tanam dan pupuk kandang pada umur 16
minggu setelah tanam (MST).

Pada gambar 7 di atas memperlihatkan grafik dinamika rata-rata bobot

biji. Hal ini terlihat pada perlakuan J1P1 (satu biji perlubang tanam dan pupuk

kandang sapi) memiliki bobot terberat. Diduga pupuk kandang sapi dapat

menyediakan jumlah kadar nitrogen dan mampu meningkatkan bobot biji tanaman

43
batari. Sejalan dengan hasil penelitian Roni Roben (2016) menyatakan bahwa

penggunaan satu biji perlubang tanam tidak terjadi persaingan perebutan unsur

hara, air dan cahaya. Hal ini juga didukung oleh penelitian Purnamasari et al.

(2015) bahwa populasi terbaik pada tanaman batari adalah satu biji perlubang

tanam, sedangkan populasi terendah ada pada perlakuan empat biji perlubang

tanam.

44
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jumlah biji perlubang tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman batari.

2. Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter

batang, jumlah biji dan bobot biji.

3. Interaksi antara jumlah biji perlubang tanam dan pupuk organik

berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi

tanaman batari.

5.2 Saran

Disarankan melakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan pupuk dan

jumlah biji perlubang tanam..

45
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. dan Isnaini, M., 2013. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum.
Dalam Buku Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Iaard
Press, Jakarta.

Arianto, S., 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya
Terhadap Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt). Jurnal
Fakultas Pertanian Universittas Muria Kudus. 4(2).

Asroh, A., 2010. Pengaruh Takaran Pupuk Kadang dan Interval Pemberian
Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung
Manis (Zea mays Saccharata Linn.). Fakultas Pertanian Universitas
Baturaja, Medan.

Berkelaar, D., 2011. Sistem Intesifikasi Padi. (The Sistem of Rise Intesificasion-
SRI): Sedikit dapat memberi lebih banyak. Buletin ECHO Development
Notes, Januari 2001, Issue 70, Halaman 1-6. Terjemahan bebass oleh
Indro Surono, Staf ELSPPAT, Bogor, Indonesia.

Eivazi, 2013. Influence of Manure Fertilizers on Morphophysiological Traits of


Tomato (Lycopersicun escutentum Mill). Peak Journal of Agricultural
Sciences.

Ermanita, Yusnida, B., dan Firdaus, L. N., 2004. Pertumbuhan Vegetatif Dua
Varietas Jagung pada Tanah Gambut yang diberi Limbah Pulp dan
Paper. Jurnal Biogenesis Vol. 1. Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Riau. Pekanbaru.

Firmansyah, M. A., 2011. Peraturan Tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif


dan Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produksi Pertanian.
Makalah Disampaikan pada Apresiasi Pengembangan Pupuk Organik,
di Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah,
Palangka Raya.

46
Gardner, F. P., Pearce, R. L., dan Mitchell, R. L., 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya.

Gustian, 1991. Pengaruh Penempatan Kedalaman Pupuk Fosfor terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Pekanbaru.

Harahap dan Fitra Syawal, 2021. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Sorgum
(Shorgum bicolor) di Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Harjadi, S., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hoeman, S., 2012. Prospek dan Potensi Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Jakarta Selatan.

Ilmiasari, Yeyen, Nyang Vania Ayuningtyas, dan Ulfi Fitri Handayani., 2022.
Pengaruh Jumlah Benih Per Lubang dan Jenis Lahan yang Berbeda
Terhadap Produktivitas Jagung Varietas MSP. Journal of Agriculture
and Animal Science.

Karuppaiyan, R., Ram, B., dan Meena, M. R., 2011. Protection of Plant Varieties,
Breeders Rights and Farmers Rights in India. Traning Manual. Plant
Variety Journal of India

Kusumawati, A., Putri, N.A., dan Suliansyah., 2013. Karakterisasi dan Evaluasi
Beberapa Genotype Sorgum (Sorghum Bicolor L.) di Sukarami
Kabupaten Solok. Jurnal Agroteknologi.

Marliyati, Sri Anna, and Lilik Kustiyah., 2017. Substitusi Tepung Kacang Merah
Meningkatkan Kandungan Gizi, Serat Pangan, dan Kapasitas
Antioksidan Beras Analog Sorgum. Jurnal Gizi Dan Pangan

Noor, A. dan Ningsih, R.D., 1998. Upaya Meningkatkan Kesuburan dan


Produktivitas Tanah di Lahan Kering dalam Prosiding Lokakarya

47
Strategi Pembangunan Pertanian Wilayah Kalimantan. Instalasi
Penelitian dan Pengkajain Teknologi Pertanian. Banjarbaru

Nugraheni, Febiasasti Trias, Sri Haryanti, and Erma Prihastanti., 2019. Pengaruh
Perbedaan Kedalaman Tanam dan Volume Air Terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuhan Benih Sorgum (Sorghum bicolor (L.)
Moench). Buletin Anatomi dan Fisiologi

Nurrachman, dan Indra., 2020. Uji Aplikasi Pemberian Pupuk Organik Cair
Tanaman Azolla (Azzolla Microphylla) dan Pupuk Tsp Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L.
Moench.). Diss.

Pithaloka, S. A., Sunyoto, S., Kamal, M., dan Hidayat, K. F., (2015). Pengaruh
Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa
Varietas Sorgum (Shorgum bicolor (L) Moench). Jurnal Agrotek
Tropika, 3(1).

Purba, J. H., Parmila, I. P., dan Sari, K. K., 2018. Pengaruh pupuk kandang sapi
dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max
L. Merrill) varietas edamame. Agro Bali: Agricultural Journal, 1(2), 69-
81.

Rismunandar, 2006. Sorgum tanaman serba guna. Sinar Baru. Bandung

Roben, R., 2016. Pengaruh Jumlah Bibit Perlubang Tanam Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Sorgum (sorghum bicolor (L.)
Moench) Pada Lahan Pasir Pantai. Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas PGRI Yogyakarta.

Samekto, R., 2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama

Simanungkalit, R. D. M., Suriadikarta, D. A., Saraswati, R., Setyorini, D., dan


Hartatik, W., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

48
Sinaga, R. A. R., 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk
Npk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.).

Sirappa, M. P., 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai


Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang
Pertanian.

Sriagtula, R., 2016. Growth Biomass and Nutrient Production of Brown Midrib
Sorghum Mutant Lines at Different Harvest Time. [Dissertation]. Bogor
(ID): Bogor Agricultural University

Subroto, 2009. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka


Buana.

Syekhfani. 2011. Arti Penting Bahan Organik Bagi Kesuburan Tanah. Konggres
Idan Semiloka Nasional.MAPORINA. Batu, Malang.

Tabri, F,. dan Zubachtirodin., 2016. Budidaya Tanaman Sorgum. Teknik


Pengembangan dan Produksi. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Tenrirawe, A., Tandiabang, J., Adnan, A. M., dan Pabbage, 2013. Pengelolaan
Hama pada Tanaman Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serelia.
Maros.

Yandianto. 2003. Keterampilan Bercocok Tanam Hortikultura. Penebar M2s.


Bandung.

Zubair, A., 2016. Sorgum Tanaman Multi Manfaat. UNPAD PRESS. Bandung.

49
LAMPIRAN

Lampiran 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman Batari pada Umur 12 MST


Rerata Tinggi Tanaman 12 MST
Perlakuan Total Rerata
I II III
J1P0 280,00 287,00 279,00 846,00 282,00
J1P1 315,00 314,00 316,00 945,00 315,00
J1P2 306,00 310,00 298,00 914,00 304,67
J1P3 298,00 302,00 288,00 888,00 296,00
J2P0 257,00 260,00 260,00 777,00 259,00
J2P1 311,00 311,00 307,00 929,00 309,67
J2P2 300,00 303,00 294,00 897,00 299,00
J2P3 297,00 296,00 289,00 882,00 294,00
J3P0 245,00 250,00 242,00 737,00 245,67
J3P1 309,00 300,00 290,00 899,00 299,67
J3P2 299,00 298,00 278,00 875,00 291,67
J3P3 290,00 290,00 288,00 868,00 289,33
J4P0 240,00 265,00 240,00 745,00 248,33
J4P1 303,00 300,00 280,00 883,00 294,33
J4P2 295,00 287,00 269,00 851,00 283,67
J4P3 266,00 279,00 268,00 813,00 271,00
Total 4611,00 4652,00 4486,00 13749,00 4583,00
Rerata 288,19 290,75 280,38 859,31 286,44

Lampiran 1b. Analisis Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Batari pada Umur 12
MST
F table
SK DB JK KT F hitung
0,05 0,01
Kelompok 3,00 934,63 467,31 13,23** 3,89 6,22
Perlakuan 15,00 19199,81 1279,99 36,25** 2,01 2,70
J 3,00 4252,40 1417,47 40,14** 2,92 4,51
P 3,00 14031,73 4677,24 132,45** 2,92 4,51
JXP 9,00 915,69 101,74 2,88tn 2,01 2,70
Galat 30,00 1059,38 35,31
Total 48,00 21193,81
KK = 2,07%
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

50
Lampiran 2a. Rata-rata Diameter Batang Tanaman Batari pada Umur 12 MST
Diameter Batang Tanaman 12 mst
Perlakuan Total Rerata
I II III
J1P0 3,00 3,00 2,80 8,80 2,93
J1P1 3,30 3,30 3,30 9,90 3,30
J1P2 3,20 3,00 3,00 9,20 3,07
J1P3 3,10 2,90 2,90 8,90 2,97
J2P0 2,50 2,70 2,60 7,80 2,60
J2P1 3,20 3,20 3,10 9,50 3,17
J2P2 3,00 2,90 2,90 8,80 2,93
J2P3 2,90 2,80 2,90 8,60 2,87
J3P0 2,30 2,40 2,30 7,00 2,33
J3P1 2,70 2,50 2,90 8,10 2,70
J3P2 2,60 2,50 2,70 7,80 2,60
J3P3 2,50 2,40 2,60 7,50 2,50
J4P0 2,30 2,20 2,30 6,80 2,27
J4P1 2,60 2,50 2,50 7,60 2,53
J4P2 2,50 2,50 2,60 7,60 2,53
J4P3 2,40 2,30 2,40 7,10 2,37
Total 44,10 43,10 43,80 131,00 43,67
Rerata 2,76 2,69 2,74 8,19 2,73

Lampiran 2b. Analisis Ragam Rata-rata Diameter Batang Tanaman Batari pada
Umur 12 MST
F tabel
SK DB JK KT F hitung
0,05 0,01
Kelompok 3,00 0,03 0,02 2,05tn 3,89 6,22
Perlakuan 15,00 4,37 0,29 36,32** 2,01 2,70
J 3,00 3,25 1,08 135,36** 2,92 4,51
P 3,00 0,99 0,33 41,21** 2,92 4,51
JXP 9,00 0,12 0,01 1,68tn 2,01 2,70
Galat 30,00 0,24 0,01
Total 48,00 4,64
KK = 3,28%
Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

51
Lampiran 3a. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Batari pada Umur 12 MST
Jumlah Daun tanaman 12 MST
perlakuan Total Rerata
I II III
J1P0 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J1P1 12,00 12,00 12,00 36,00 12,00
J1P2 12,00 12,00 12,00 36,00 12,00
J1P3 10,00 12,00 11,00 33,00 11,00
J2P0 10,00 11,00 11,00 32,00 10,67
J2P1 12,00 12,00 12,00 36,00 12,00
J2P2 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J2P3 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J3P0 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J3P1 11,00 12,00 11,00 34,00 11,33
J3P2 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J3P3 12,00 11,00 11,00 34,00 11,33
J4P0 10,00 10,00 10,00 30,00 10,00
J4P1 12,00 11,00 11,00 34,00 11,33
J4P2 11,00 11,00 11,00 33,00 11,00
J4P3 11,00 12,00 11,00 34,00 11,33
Total 178,00 181,00 178,00 537,00 179,00
Rerata 11,13 11,31 11,13 33,56 11,19

Lampiran 3b. Analisis Ragam Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Batari pada
Umur 12 MST
F tabel
SK DB JK KT F hitung
0,05 0,01
Kelompok 3,00 0,38 0,19 1,13tn 3,89 6,22
Perlakuan 15,00 11,98 0,80 4,83* 2,01 2,70
J 3,00 2,06 0,69 4,16tn 2,92 4,51
P 3,00 6,06 2,02 12,23** 2,92 4,51
JXP 9,00 3,85 0,43 2,59tn 2,01 2,70
Galat 30,00 4,96 0,17
Total 48,00 17,31
KK = 3,63%
Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

52
Lampiran 4a. Rata-rata Jumlah Biji Tanaman Batari pada Umur 16 MST
Jumlah Biji Pertanaman
Perlakuan Total Rerata
I II III
J1P0 2570,00 2475,00 2512,00 7557,00 2519,00
J1P1 3120,00 3094,00 3020,00 9234,00 3078,00
J1P2 2780,00 2706,00 2880,00 8366,00 2788,67
J1P3 2690,00 2995,00 2690,00 8375,00 2791,67
J2P0 2530,00 2460,00 2456,00 7446,00 2482,00
J2P1 3014,00 2990,00 2990,00 8994,00 2998,00
J2P2 2760,00 2670,00 2812,00 8242,00 2747,33
J2P3 2682,00 2575,00 2650,00 7907,00 2635,67
J3P0 2514,00 2430,00 2410,00 7354,00 2451,33
J3P1 2970,00 2870,00 2976,00 8816,00 2938,67
J3P2 2721,00 2635,00 2765,00 8121,00 2707,00
J3P3 2624,00 2510,00 2607,00 7741,00 2580,33
J4P0 2370,00 2410,00 2398,00 7178,00 2392,67
J4P1 2891,00 2840,00 2910,00 8641,00 2880,33
J4P2 2710,00 2610,00 2715,00 8035,00 2678,33
J4P3 2590,00 2490,00 2576,00 7656,00 2552,00
Total 43536,00 42760,00 43367,00 129663,00 43221,00
Rerata 2721,00 2672,50 2710,44 8103,94 2701,31

Lampiran 4b. Analisis Ragam Rata-rata Jumlah Biji Tanaman Batari pada Umur
16 MST
F tabel
SK DB JK KT F hitung
0,05 0,01
Kelompok 3,00 20816,38 10408,19 2,36tn 3,89 6,22
Perlakuan 15,00 1851307,65 123420,51 27,95** 2,01 2,70
J 3,00 186973,06 62324,35 14,12** 2,92 4,51
P 3,00 1637566,23 545855,41 123,63** 2,92 4,51
JXP 9,00 26768,35 2974,26 0,67tn 2,01 2,70
Galat 30,00 132458,29 4415,28
Total 48,00 2004582,31
KK = 2,46%
Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

53
Lampiran 5a. Rata-rata Bobot Biji Tanaman Batari pada Umur 16 MST
Bobot biji pertanaman
Perlakuan Total Rerata
I II III
J1P0 48,00 49,00 42,00 139,00 46,33
J1P1 70,00 70,00 76,00 216,00 72,00
J1P2 65,00 63,00 58,00 186,00 62,00
J1P3 57,00 55,00 47,00 159,00 53,00
J2P0 45,00 48,00 41,00 134,00 44,67
J2P1 69,00 67,00 70,00 206,00 68,67
J2P2 64,00 62,00 56,00 182,00 60,67
J2P3 54,00 52,00 46,00 152,00 50,67
J3P0 40,00 47,00 40,00 127,00 42,33
J3P1 67,00 66,00 69,00 202,00 67,33
J3P2 63,00 57,00 53,00 173,00 57,67
J3P3 50,00 51,00 45,00 146,00 48,67
J4P0 34,00 44,00 31,00 109,00 36,33
J4P1 66,00 65,00 68,00 199,00 66,33
J4P2 58,00 56,00 51,00 165,00 55,00
J4P3 49,00 50,00 44,00 143,00 47,67
Total 899,00 902,00 837,00 2638,00 879,33
Rerata 56,19 56,38 52,31 164,88 54,96

Lampiran 5b. Analisis Ragam Rata-rata Bobot Biji Tanaman Batari pada Umur
16 MST
F tabel
SK DB JK KT F hitung
0,05 0,01
Kelompok 3,00 168,29 84,15 7,95* 3,89 6,22
Perlakuan 15,00 4955,92 330,39 31,20** 2,01 2,70
J 3,00 322,92 107,64 10,16* 2,92 4,51
P 3,00 4590,42 1530,14 144,49** 2,92 4,51
JXP 9,00 42,58 4,73 0,45tn 2,01 2,70
Galat 30,00 317,71 10,59
Total 48,00 5441,92
KK = 5,92%
Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

54
DOKUMENTASI PENELITIAN

a. Persiapan lahan b. pemupukan pertama

c. Tanaman usia 2 MST d. Tanaman usia 4 MST

55
e.Tanaman usia 6 MST f. Tanaman usia 8 MST

g.Tanaman usia 10 MST h. Tanaman usia 12 MST

56
i. Kondisi tanaman 12 MST j. panen

k. Penimbangan bobot biji l. perhitungan jumlah biji

57
RIWAYAT HIDUP

RAEMUN lahir pada tanggal 4 mei 2000 di Desa Lagundi Kecamatan

Kambowa Kabupaten Buton Utara. Penulis merupakan anak ke empat dari enam

bersaudara. Putra dari Bapak Malik dan Ibu Wa Asia. Pada tahun 2012 lulus

dari SDN 3 Kambowa, tahun 2015 lulus dari SMPN 2 Kambowa dan pada tahun

2018 lulus dari SMAN 2 Kambowa. Tahun 2019 penulis diterima menjadi

mahasiswa Universitas Dayanu Ikhsanudin Baubau pada Fakultas Pertanian

Program Studi Agroteknologi.

Pada bulan September sampai Oktober tahun 2022 penulis melaksanakan

KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

dengan tema Pengembangan Wisata dan Ekonomi Desa. Tahun 2023 penulis

mengadakan penelitian guna penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Jumlah

Biji Per Lubang Tanam Dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi

Tanaman Batari (Sorghum Biocolour (L.) Moench)” yang bertempat di Lahan

Percobaan BPP Bungi.

RAEMUN
Penulis

58

Anda mungkin juga menyukai