TUGAS AKHIR
SUMARNI ABAS
06.01.21.289.
TUGAS AKHIR
SUMARNI ABAS
06.01.21.289
SUMARNI ABAS
NIRM: 06.01.21.289
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SUMARNI ABAS
06.01.21.289.
Mengetahui,
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa, tugas akhir ini benar-benar merupakan hasil
karya saya dan tidak terdapat karya orang lain, apabila di kemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas perbuatan tersebut
Sumarni Abas
06.01.21.289
ABSTRAK
Bismillahirrahmannirahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “ PENGARUH JARAK TANAM YANG BERBEDA PADA TANAMAN
BAYAM HIJAU
(Amaranthus viridis.)”. tepat pada waktunya .
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan apresiasi
yang tinggi kepada:
1. Dr. drh. Puwanta, M.Kes selaku Direktur Politeknik pembangunan Pertanian (
Polbangtan Manokwari)
2. Dr Benang Purwanto S.P.M.P, selaku ketua jurusan penyuluhan dan ketua
program study Pertanian berkelanjutan
3. Nurtania Sudarmi, S.Pt.M.P. selaku Dosen Pembimbing I
4. Mochammad Alwi Tutupoho, S.P.M.MA, selaku Dosen Pembimbing II
5. Ir. Carolina Diana Mual, M.P selaku Dosen Penguji
6. Suami, Anak Serta Keluarga yang selalu mendukung dan memberi
semangat dalam penyelesaian Proposal ini
7. Terima kasih kepada bapak Main kuka yang banyak memberikan motivasi
dan pengarahan dalam penyusunan proposal hingga penelitian ini
8 .Teman Teman mahasiswa RPL yang selalu membantu dan mendukung penulis
Yang Telah Membimbing Dan Memberi Pengarahan Selama Penulisan Proposal ini,
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi semangat
dalam penyelesaian proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi stakeholder dan akademis yang
berkepentingan dan memiliki kecintaan terhadap pengembangan pertanian di
Indonesia.
Halmahera Utara ,14 Maret 2023
SUMARNI ABAS
NIRM 06.01.21.289
iii
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan....................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................................iv
Daftar Gambar.........................................................................................................v
Bab. I.Pendahuluan.................................................................................................1
1.1. Latar belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................3
Bab. II. Tinjauan Pustaka.......................................................................................4
2.1. Landasan Teori....................................................................................4
2.1.1. Prinsip Budidaya Tanaman Bayam Hijau........................................6
2.2. Pengaturan Jarak Tanam Dalam Sistem Budidaya Tanaman.............7
Bab. III. Metode Penelitian.....................................................................................11
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................11
3.2. Rancangan Penelitian..........................................................................11
3.3. Unit Perlakuan Percobaan...................................................................11
3.4. Denah Percobaan................................................................................12
3.5. Alat dan Bahan.....................................................................................12
3.6. Tahapan Pelaksanaan Penelitian.........................................................12
3.6.1 . Pembuatan Bedengan....................................................................13
3.6.2. Pemberian Perlakuan....................................................................13
3.6.3. Penanaman benih Bayam hijau (Amaranthus Viridis)......................13
3.7. Pengamatan.........................................................................................13
3.8. Analisa Data.........................................................................................14
Bab. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN,..................................................................15
4.1 Hasil...................................................................................................15
4.1.1 Pengamatan Selintas,.............................................................................15
4.1.2 Pengamatan Utama ,..............................................................................16
4.2 Hasil Analisis Rata-rata Tinggi Tanaman...................................................16
4.3 Hasil Analisis Rata-rata Jumlah Daun......................................................16
4.4 Hasil Analisis Rata-rata Lebar Daun........................................................17
4.5 Hasil Analisis Rata-rata Panjang Akar......................................................18
4.6 Hasil Analisis Rata-rata Berat Basah.........................................................18
Bab. V. KESIMPULAN,..........................................................................................24
Daftar Tabel
1. Rataan pengukuran tinggi tanaman bayam hijau,........................................16
2. Rataan menghitung jumlah daun pada bayam hijau,...................................16
3. Rataan penimbangan berat basa tanaman bayam hijau,.............................18
4. Rataan pengukuran panjang akar pada tanaman bayam hijau,...................18
Daftar Pustaka,..................................................................................................26
Lampiran-Lampiran,.........................................................................................27
DAFTAR GAMBAR
Bayam Hijau juga memiliki peluang pasar luar negeri yang besar dengan volume
ekspor sebesar US$ 69 760 (Kementrian Ditjen PPHP 2010). Peluang agribisnis bayam
sangat menjanjikan karena permintaan sayuran bayam dalam negeri maupun luar negeri
relatif besar. Tetapi pada tahun 2012 produktivitas bayam mengalami penurunan sebesar
1.66%, penurunan produkivitas disebabkan karena penurunan areal tanam sebesar 1.83%
(Kementrian Pertanian 2013).
Faktor kesuburan tanah merupakan upaya yang sangat penting dalam peningkatan
pertumbuhan dan perkembangannya tanaman dan hasil tanaman bayam terutama bayam
hijau karena menghendaki tanah yang subur dan gembur dengan aerasi dan drainase yang
baik. Kecamatan Malifut masyarakat banyak beternak sapi. Potensi pemanfaatan kotoran
sapi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman / pupuk belum ada. Begitu juga dengan
pemanfaatan sumber daya alam lainnya (sekam, rumput dan lainnya). Padahal menurut
Mayadewi, 2007 dikutip dalam (Putra,S & Samah, 2020) mengatakan bahwasannya
pemberian atau pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk organik selain dapat menambah
tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme
serta mampu memperbaiki struktur tanah dan lingkungannya. Peningkatan produksi bayam
hijau dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan luas lahan budidaya tanaman bayam hijau.
Perbedaan tingkat produktivitas bayam hijau sebenarnya bukan semata -mata hanya
disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi yang sudah diterapkan petani, tetapi karena
adanya pengaruh faktor - faktor lain yaitu sifat atau karakter agroklimat, intensitas jenis
hama dan penyakit, varietas yang ditanam, umur panen serta usaha taninya. Sehubungan
dengan hasil tersebut upaya ke arah perbaikan tanaman bayam perlu dilakukan,
khususnya menciptakan lingkungan tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
bayam. Terdapat beberapa cara dalam kaitannya dengan upaya tersebut salah satunya yaitu
dengan pengaplikasian jarak tanam dan sistem pengolahan tanah (Agustin D & Zuhroh
M.U. 2017).
Jumlah populasi tanaman per luasan tertentu pada hakekatnya adalah mengatur
kesesuaian ruang yang paling baik untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Jarak
tanam yang terlalu rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra dan antar spesies.
Kompetisi dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Karena jarak tanam merupakan
komponen bercocok tanam yang menentukan pertumbuhan tanaman diharapkan dengan
menerapkan jarak tanam dapat meningkatka efisiensi penggunaan lahan. Pengaturan jarak
tanam dapat berpengaruh pada penerimaan cahaya matahari pada setiap tanaman. Selain
itu, jarak tanam juga berpengaruh pada penerimaan unsur air, unsur hara dan juga udara.
(H.Gemong,dkk. 2017)
Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak
tanam, maka akan menyebabkan persaingan tinggi tanaman, jumlah cabang dan luas
daun. Akibatnya partumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan
menurun (Pangli, M. 2016). Hasil penelitian Q’no (2008), menunjukkan bahwa tanaman
bayam dengan jarak tanam 20x20 cm memberikan hasil yang tertinggi yaitu 4,04 ton/ha, dan
terendah adalah pada jarak tanam 20 x 40 cm dengan hasil 3,75 ton/ha.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
menentukan pertumbuhan dan hasil yang tepat untuk pertumbuhan tanaman Bayam hijau
1.1. Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti yaitu apakah dengan jarak tanam yang berbeda mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman Bayam hijau (Amaranthus viridis)
Kinndom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida Sub
Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Alternanthera
Spesies : Amaranthus Viridis
Tanaman bayam hijau termasuk tanaman setahun atau lebih yang berbentuk perdu
(terna) yang tingginya dapat mencapai 1,5 m. Sistem perakarannya menyebar dangkal
pada kedalaman antara 20-40 cm, dan memiliki akar tunggang. Batang bayam hijau
banyak mengandung air (herbaceous) tumbuhan tinggi di atas permukaan tanah. Bayam
tahunan memiliki batang yang keras, berkayu dan bercabang banyak. Daun bayam
umumnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daunnya
jelas. Daun bayam umumnya mempunyai warna yang bervariasi mulai dari hijau muda, hijau
tua, hijau keputih-putihan sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasat (kasar)
dan kadang berbuluh. Bunga tersusun dalam malai yang tumbuh tegak, keluar dari ujung
tanaman ataupun dari ketiak-ketiak daun. Bunga bayam terdiri dari daun bunga 4-5 buah,
benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Alat reproduksi (perbanyakan tanaman)
umumnya secara generatif (menggunakan biji). Biji berukuran sangat kecil dan halus,
berbentuk bulat dan berwarna coklat tua mengkilap sampai hitam tua.
TABEL KANDUNGAN GIZI BAYAM HIJAU ( Amaranthus Viridis )
1 Air 88.5 M1
2 Energi 41.2 Kkl
3 Protein 2.2 G
4 Lemak 0.8 G
5 Karbohidrat 6.3 G
6 Kalsium 5.20 Mg
7 Besi 7 Mg
8 Fosphor 80 Mg
9 Kalium 60 Mg
10 Vitamin C 62 Mg
11 B Karoten 7325 Ug
12 Niasin 0.1 Mg
Bayam hijau (Amaranthus vridis) merupakan tanaman sayuran yang termasuk
dalam famili (Amaranthus tricolor). Di Indonesia bayam hijau merupakan bahan sayuran daun
yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Selain itu bayam hijau
lebih banyak mengandung protein, vitamin A, vitamin B, Vitamin C dan zat besi yang sangat
berguna untuk pertumbuhan (Ratih, 2017). Akar bayam hijau juga dapat digunakan sebagai
bahan obat tradisional. Sedangkan pada daunnya dapat digunakan sebagai pewarna alami
sehingga dapat mengurangi penggunaan pewarna sintetik (Rukmana, 2008). Bayam hijau
merupakan varietas bayam yang sering dikonsumsi dibandingan dengan bayam lainnya
(Rachmania, 2019)
Penyiapan Benih
Benih Bayam hijau sayur yang di tanam petani kebanyakan swadaya dari
tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji.
Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5 - 1,0
gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan ha nya dipilih
tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari,kemudian
biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman. Untuk
memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000 tanaman,
kemungkinan dibutuhkan sekitar 1- 2 kg benih.
Teknik Penyemaian Benih
Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari
hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap
jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris - baris pada Tanah persemaian
dan ditutup dengan selapis tanah tipis.
Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama/penyakit maka perlu
disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.
Pemindahan Bibit
Setelah bibit tumbuh berumur se kitar 7 - 14 hari, bibit dipindah - tanam ke dalam
pot - pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya
telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1).
Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah be rumur sekitar 7 - 14 hari setelah dipotkan,
bibit tersebut telah siap untuk dipindah -tanam ke lapangan
Secara fisiologis jarak tanam akan menyangkut ruang dan tempat tanaman hidup dan
berkembang. Maka, bila jika jarak tanam terlalu sempit akan terjadi persaingan dalam
memperoleh unsur hara, air, sinar matahari, dan tempat untuk berkembang. Jarak tanam
tidak hanya dipengaruhi oleh habitus tanaman dan luasnya perakaran, tetapi juga oleh
faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi turunnya produktivitas tanaman.
Jarak tanam yang optimal atau jarak tanaman yang baik dipengaruhi berbagai
faktor. Faktor-faktor itu yang dipengaruhi, diantarnya sifat klon yang di tanam, bentuk
wilayah (topografi), dan kerapatan tanaman yang dihendaki dan sebagainya sehingga
menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhan. Pada lahan yang datar dan agak
landai digunakan jarak tanam yang biasa jarak tanamannya, tetapi untuk daerah yang
miring, harus digunakan sistem kontur supaya tidak terjadi kompetisi antar tanaman.
Jarak tanam menentukan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh, mempermudah
tindakan budidaya lainnya, tingkat dan jenis teknologi yang digunakan yang dapat
ditentukan oleh : Jenis tanaman, Kesuburan tanah, kelembaban tanah, dan tujuan
pengusahaan, Teknologi yang digunakan (manual atau mesin). Pengaturan jarak tanam
terbagi menjadi beberapa yaitu : baris tunggal (single row), baris rangkap (double row),
bujur sangkar (on the square), sama segala penjuru (equidistant), atau hexagonal, dan
sebagainya.
Tanjuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak tanam antar
tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara
oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Tanaman dengan jarak yang lebih luas mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang
cukup karena persaingan antar
Semakin banyak tanaman per satuan luas maka semakin tinggi indeks luas daun
sehingga persen cahaya yang diterima oleh bagian tanaman yang lebih rendah menjadi
lebih sedikit akibat adanya penghalang cahaya oleh daun-daun diatasnya. Peningkatan
produksi akibat pengaturan jarak tanam juga didapat yaitu ketika jarak antar tanaman
berkurang, persentase pe-ningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh
persentase peningkatan intersepsi cahaya. Hasil panen kacang tanah yang tinggi juga di
tentukan oleh populasi tanaman, jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh
jarak tanamnya.
Jarak tanam sangat berperan penting dalam meningkatakan kualitas kwantitas suatu
produksi. Jarak tanam yang sempit dapat menyebabkan turunnya produksi sehingga
mendapatkan kerugian bagi pemiliknya tanaman. Walaupun tanaman tersebut
mendapatkan pupuk yang cukup tetapi tanaman tersebut berkompetisi untuk mendapatkan
cahaya matahari dan air sehingga menurunnya fotosintesi suatu tanaman tersebut.
Fungsi jarak tanam bagi tanaman adalah untuk menurunkan tingkat kompetisi
suatu tanaman dengan tanaman yang lain untuk mendapatkan sinar matahari yang
optimal sehingga fotosintesi suatu tanaman tersebut tidak terhambat oleh tanaman yang
lainnya, untuk menurunkan tingkat kompetisi suatu tanaman dengan tanaman yang lain
untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah, dan juga untuk meningkatkan zona
perakaran suatu tanaman, zona pertumbuhan suatu tanaman, dan sebagainya sehingga
tanaman tersebut dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Jarak tanam juga bertujuan
sangat penting bagi petani untuk mempermudah mengelolah lahannya sehingga tidak
terjadi kerugian yang cukup besar.
Jarak tanam yang tidak tepat mengakibatkan turunnya hasil produksi suatu tanaman
yang dikarenakan oleh sesama tanaman saling berkompetisi untuk mendapatkan unsur
hara, berkompetisi untuk mendapatkan cahaya, berkompetisi untuk berkembang,
berkompertisi untuk mendapatkan air dan mineral, dan masih banyak lagi yang
mengakibatkan kerugian bagi petani yang membuat jarak tanam tidak tepat dan tidak
benar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Yij = μ + τi + β + εij
Keterangan :
Yij = pengamatan pada perlakuan pemupukan ke-i dan
kelompok ke-jμ = rataan umum
τi = pengaruh perlakuan pemupukan ke-iβj = pengaruh
kelompok ke-j
εij = pengaruh acak pada perlakuan pemupukan bokashi ke-i dan kelompok ke-j
A1 U1 A1 U2 A1 U3 A1 U4
A2 U1 A2 U2 A2 U3 A2 U4
A3 U1 A3 U2 A3 U3 A3 U4
a. Jumlah Daun
Dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman bayam pada
setiap tanaman yang ada. Perhitungan dilakukan setiap minggu
setelah tanam.
b. Panjang Akar
Panjang akar diukur dari pangkal batang sampai bagian ujung
akar tanaman bayam yang di ukur pada saat akhir penelitian atau
panen dengan satuan centimeter.
c. Lebar Daun
Panjang akar diukur dari pangkal batang sampai bagian ujung
akar tanaman bayam yang di ukur pada saat akhir penelitian atau
panen dengan satuan centimeter.
Sedangkan pengamatan destruktif/setelah panen yang diukur adalah :
a. Berat Basah Tanaman
Dilakukan dengan cara mencuci tanaman bayam dengan air
bersih untuk menghilangkan bekas – bekas tanah yang melekat,
kemudian ditimbang beratnya.
4.1. Hasil
4.1.1. Pengamatan Utama.
Pelaksanaan penelitian dibutuhkan dilakukan pengamatan kondisi lingkungan
penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena penelitian dilaksanakan di lapangan. Adapun jenis
pengamatan selintas meliputi : Kelembapan (RH) % dan, Curah Hujan (mm).
Pengamatan selintas hanya dilaksanakan sebanyak 60 hari atau pada saat
pengamatan utama. Adapun rata-rata kondisi lingkungan pada saat pengamatan adalah
sebagai berikut :
Tabel.4.1. Pengamatan Selintas Kelembapan,
Curah Hujan Bulan April – Mei 2023.
*data bulanan curah hujan BMKG Bandara Babullah Ternate untuk bulan April dan
Mei 2023
Berdasarkan tabel. 4.2 diatas, nampak bahwa pengamatan dilaksanakan sebanyak 3 kali per
minggu dengan interval 7 hari. Hasil analisa sidak ragam pada pemberian jarak tanam
yang berbeda pada minggu pertama, kedua dan ketiga mengalami pertumbuhan yang
berbeda, memberikan pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan terhadap tinggi
tanaman bayam hijau. Tinggi perlakuan A3 dengan jarak tanam 10 x 30 yaitu 22.49 cm lebih
tinggi dibandingkan dengan kontrol yang hanya 12,00 cm Pada pertumbuhan tanaman tinggi
pada tiap perlakuan dengan kontrol berbeda secara nyata. .
Perlakuan penerapan jarak tanam memberikaan hasil pertumbuhan secara nyata
dimana jarak tanam mempengaruhi tanaman bayam hijau dari minggu 1,2,3 dan 4 pada
vegetatif. Adapun pengaruh tersebut pada tinggi,Hal ini diduga serapan unsur yang baik
dengan jarak tanam yang memberikan kesempatan serapan unsur hara lebih optimal.
Sedangkan itu, inisiasi sinar matahari lebih banyak dan seluruh bagian tanaman menerima
sinar matahari tersebut yang memacu sistem metabolisme tanamanyaitu fotosintesis.
Hasil Jumlah Daun Bayam Hijau (Amaranthus Viridis).
Jumlah daun adalah dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman bayam
pada setiap tanaman yang ada. Perhitungan dilakukan setiap minggu setelah tanam
sebanyak 3 kali dengan interval 7 hari. Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam dan dan
analisis maka dapat disampaikan pada table berikut :
Tabel, 4.3. Hasil Analisis Rata – Rata Jumlah Daun Tanaman Bayam
Hijau (Amaranthus Viridis) (helai).*
Perlakuan Rata-rata Jumlah
Daun
Kontrol 10,05a
A1 11,39b
A2 14,69b
A3 18,51c
*Ket. Hasil analisa sidik ragam dengan taraf kepercayaan 7% 2023 dan
angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menyatakan ada
bedanyata antar perlakuan
Berdasarkan table 4.3. diatas, nampak bahwa pengaturan jarak tanam budidaya tanaman
bayam merah memberikan hasil nyata pada pertumbuhan jumlah daun dimana jumlah daun
pada antar perlakuan dan tanpa tanpa jarak tanam atau acak m mengalami peningkatan.
Tetapi perbedaan antar perlakuan nampa berbeda.Sedangkan minggu pertama dan ke dua,
penerapan jarak tanam memberikan hasil pertumbuhan jumlah daun yang berbeda baik A1
sebanyak 11,39 helai, A2 sebanyak 14.69 helai dan A3 sebanyak 18.51 helai dibandingkan
dengan kontrol 10,05 helai.
metabolisme tanaman terjadi di daun tanaman dan kebutuhan nutrisi dalam hal ini
terutama klorofil sebagai bagian komponen pendukung perkembangan daun. Hal ini diduga
tingkat tingkat kompetisi antar tanaman yang rendah menyebabkan perkembangan daun
lebih optimal dan laju serapan unsur hara serta terpaan sinar matahari yang lebih baik.
Dengan demikian jarak tanam ditunjukan untuk memanfaatkan cahaya secara efektif dan
penyebaran unsur hara secara merata (Amiruddin 2019).
Tabel 4.4.Hasil Analisis Rata – Rata Lebar Daun Tanaman Bayam (Amaranthus Viridis)
Perlakuan Rata-rata lebar Daun
(cm)
Kontrol 6,33a
A1 7,66b
A2 7,33b
A3 8,3c
*Ket. Hasil analisa sidik ragam dengan taraf kepercayaan 7% 2023 dan
angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menyatakan ada
bedanyata antar perlakuan
Tabel, 4.5. Hasil Analisis Rata – Rata Panjang Akar Tanaman Bayam
Hijau (Amaranthus Vridis) .*
Perlakuan Panjang Akar
(cm)
Kontrol 15,00a
A1 10,00b
A2 13,05c
A3 15,00bc
*Ket. Hasil analisa sidik ragam dengan taraf kepercayaan 7% 2023 dan
angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menyatakan ada
bedanyata antar perlakuan
Hasil analisa pada table 4.5, Nampak bahwa dengan peraturan jarak tanam memberikan
hasil yang berbeda antar perlakuan dengan kontrol. Nilai tertinggi diperoleh dari jarak tanam
antar perlakuan A1 dan A2 serta A3.
Hal ini diduga kebutuhan air yang optimal yang dibutuhkan tanaman bayam hijau dan
suhu yang baik dimana tidak terlalu dingin mampu mengoptilamkan serapan unsur hara.
Menurut Hasmenda 2021. Aspek penggunaan jarak tanam tersebut memberikan implikasi
terhadap hasil persatuan luas, tetapi juga terhadap rata – rata ukuran kubis yang
dihasilkan yang menentukan nilai tambahan komoditas. Jarak tanam diusahakan teratur
agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam, dan dalam pemeliharaan lebih
mudah serta mempermudah dalam melakukan penyiangan jarak tanam sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan pembentukan krop, pengaturan jarak tanam
disesuaikan dengan varietas yang ditanam.
hasil berat segar tanaman dapat mencapai hasil yang optimal, karena tanaman
memperoleh hara yang dibutuhkan sehingga peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat
mencapai optimal serta memungkinkan adanya peningkatan kandungan air tanaman yang
optimal pula. Menurut Adviany (2021) sebagian besar berat basah tumbuhan disebabkan
oleh kandungan air. berat basah tanaman umumnya sangat berfluktuasi, tergantung pada
keadaan kelembaban tanaman.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulan sebagai berikut :
Pengaturan jarak tanam memberikan hasil terhadap pertumbuhan tanaman
bayam hijau pada perlakuan A1 yaitu jarak tanam 10 x 10 cm
DAFTAR PUSTAKA
Hasmeda, Sari, I., Munandar, Ammar, M., & Gustiar, F. (2021). Respon
Pertumbuhan dan Hasil pada Tanaman Bayam ( Amaranthus sp
) terhadap Biofortifikasi Unsur Hara Kalsium ( Ca ) dan Besi
( Fe ) dengan Sistem Hidroponik DFT ( Deep Flow Technique ).
Lahan Suboptimal Ke 9, cm, 721–733.
Dokumentasi Penelitian