Oleh :
Oleh :
Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING
Mengetahui,
Dr. Ir. Nora Agustien K. MP. Dr. Ir. Bakti Wisnu Widjajani, MP.
NIP. 19590824 198703 2001 NIP. 19631005 198703 2001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Profesi (KKP),
yang telah dilaksanakan di Kebunsayur Surabaya II Jl. Delima No. 28, Wage,
Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dengan judul “BUDIDAYA SELADA
KERITING HIJAU (Lactuca sativa var. Crispa L) SECARA HIDROPONIK
SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI KEBUNSAYUR
SURABAYA II”.
Maksud dan tujuan Kuliah KKP adalah agar penulis dapat mengetahui serta
membandingkan antara ilmu yang didapat di perkuliahan dengan kenyataan di
lapang. Laporan KKP ini dibuat untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan laporan KKP ini, penulis telah mendapat bimbingan dari
Bapak Ir. Agus Sulistyono, MP, selaku dosen pembimbing serta dukungan dari
berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga kerja, pikiran serta fasilitas-
fasilitas yang ada.
Dengan disertai harapan semoga laporan KKP ini dapat diterima dan
memenuhi syarat, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Nora Augustien K., MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dr. Ir. Bakti Wisnu Widjajani, MP, selaku Koordinator Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Agus Sulistyono, MP, selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja
Profesi (KKP).
4. Bapak Venta Agustri, selaku pemilik Kebunsayur Surabaya yang telah
mengizinkan saya untuk mengetahui dan memahami segala aktivitas yang
ada di lokasi KKP.
5. Bapak Mehdy Riza, selaku manajer Kebunsayur Surabaya yang telah
memberikan informasi mengenai Kebunsayur Surabaya.
i
6. Bapak Haryanto, Bapak Yanto, Bapak Nurdin, Mas Nova dan Mbak Suci,
selaku pembimbing lapang yang telah memperkenalkan dan mengajarkan
segala kegiatan budidaya yang ada di Kebunsayur Surabaya.
7. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan dukungan yang sangat tulus
baik motivasi, materil, moril maupun doa-doa kepada penulis.
8. Orang-orang terdekat dan teman-teman seangkatan yang tidak henti-
hentinya memberikan semangat dan menjadi motivasi agar laporan ini
terselesaikan dengan tepat.
9. Semua pihak yang telah membantu baik sengaja maupun tidak sengaja
selama persiapan KKP maupun dalam penulisan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan KKP ini. Semoga laporan ini
mampu menjadi acuan generasi penerus dalam proses KKP ke depannya dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya kepada semua pihak yang
memerlukannya.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3. Keadaan Klimatologi .............................................................................. 19
3.4. Struktur Organisasi ................................................................................. 19
IV. METODE PELAKSANAAN KULIAH KERJA PROFESI.......................... 21
4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 21
4.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 21
4.3. Metode Kuliah Kerja Profesi .................................................................. 21
4.4. Pengamatan dan Pelaksanaan ................................................................. 22
4.5. Pembuatan Laporan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ................................... 22
V. PELAKSANAAN BUDIDAYA SELADA KERITING HIJAU (Lactuca
sativa var. Crispa, L.) SISTEM HIDROPONIK DI KEBUNSAYUR
SURABAYA II .............................................................................................. 23
5.1. Pengenalan Alat dan Bahan serta Penjelasan Teknik Budidaya ............. 23
5.2. Penyediaan Benih dan Media Tanam ..................................................... 27
5.3. Persemaian .............................................................................................. 27
5.4. Pemeliharaan Bibit .................................................................................. 30
5.5. Penanaman Tanaman .............................................................................. 32
5.6. Pemeliharan Tanaman ............................................................................. 33
5.6.1. Pemupukan ...................................................................................... 33
5.6.2. Pengecekan pH Air dan Konsentrasi Nutrisi .................................. 35
5.6.3. Pencucian Talang dan Tandon Air .................................................. 36
5.6.4. Pengendalian Hama ......................................................................... 37
5.7. Panen dan Pasca Panen ........................................................................... 38
VI. PEMBAHASAN ............................................................................................ 41
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 45
7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 45
7.2. Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
LAMPIRAN .......................................................................................................... 49
iv
DAFTAR GAMBAR
v
5.23. Mengukur EC dengan TDS&EC meter ........................................... 36
5.24. Mencuci talang ................................................................................. 37
5.25. Trap untuk menjerat hama ............................................................... 38
5.26. Selada keriting hijau yang siap panen berumur 49 HSS .................. 39
5.27. Selada keriting hijau yang telah dipanen dan dikemas .................... 40
Lampiran
1. Analisa Usaha Tani .............................................................................. 49
2. Surat Keterangan Selesai Magang ....................................................... 51
3. Daftar Nilai Pelaksanaan Kegiatan di Kebunsayur Surabaya II .......... 52
vi
I. PENDAHULUAN
1
2
selada yang dibudidayakan secara hidroponik lebih segar, bersih, higienis dan
menarik sehingga dapat menembus supermarket. Selain itu, selada yang ditanam
secara hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas.
Luas lahan untuk kegiatan bertani di Indonesia terutama di Kota Surabaya
semakin menyempit. Hal ini menjadi faktor petani yang ada di kota pindah ke
pedesaan karena di pedesaan masih memiliki lahan yang cukup luas untuk dijadikan
kegiatan bertani. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk di
kota Surabaya semakin meningkat. Dengan adanya peningkatan pertumbuhan
penduduk, maka permintaan kebutuhan sayuran semakin meningkat.
Masyarakat di Kota Surabaya harus mengandalkan kebutuhan sayuran dari
pedesaan. Hal tersebut tentu menyebabkan kondisi sayur tidak segar dan biaya
transportasi yang cukup mahal. Dengan adanya permasalahan ini, pada tahun 2014
ditemukan ide untuk menyelesaikan permasalahan yang ada yaitu dengan cara
budidaya tanaman sayuran dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) di Surabaya yang diberi nama Kebunsayur Surabaya.
Kebunsayur Surabaya memiliki kebun utama dan satu kebun cabang. Kebun
utama terletak di daerah Ketintang (Jl. Raya Ketintang Selatan no. 47, Surabaya).
Kebun cabang berada di Wage Sidoarjo (Jl. Delima No.28, Wage, Taman,
Kabupaten Sidoarjo). Dari berbagai usaha yang dilakukan pemilik dan rekan-rekan,
maka tercapai lah tujuan yang diinginkan. Kebunsayur Surabaya berhasil mencapai
kesuksesan selama 4 tahun perjalanannya. Hal ini dibuktikan dengan semakin
banyak pelanggan baik dari individu, masyarakat, permintaan hotel dan restoran
yang ternama di Kota Surabaya seperti Hotel Swiss-Bellin Manyar Surabaya, J.W
Marriott Surabaya, dan lain-lain.
Pentingnya mengetahui proses budidaya tanaman selada keriting hijau
(Lactuca sativa var. Crispa L) dengan sistem hidroponik untuk menyelesaikan
masalah pertanian yang ada di kota Surabaya, dengan alasan tersebut penulis
melakukan KKP dengan mengambil judul “BUDIDAYA SELADA KERITING
HIJAU (Lactuca sativa var. Crispa L) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT
(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI KEBUNSAYUR SURABAYA II”.
3
1.2. Tujuan
Kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang dilakukan di Kebunsayur
Surabaya II memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat saat perkuliahan dalam kegiatan
KKP.
2. Mengenalkan mahasiswa dalam dunia kerja di bidang pertanian.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan teknik budidaya tanaman selada keriting
hijau di luar perkuliahan.
1.3. Manfaat
Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini diharapkan mampu digunakan sebagai
sarana pengaplikasian teori yang telah diperoleh di perkuliahan dengan praktik
langsung di lapangan. Sehingga melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri dan
menggali ilmu di lapangan bersama pekerja yang nantinya bisa digunakan untuk
bekal dalam dunia kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran
diameter berkisar antara 5,6 – 7 cm (selada batang), 2 – 3 cm (selada daun), serta 2
– 3 cm (selada kepala) (Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2007).
2.3.3. Daun
Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,
bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang membentuk krop
memiliki bentuk daun bulat atau lonjong dengan ukuran daun lebar atau besar,
daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan ada yang berwarna hijau
agak gelap. Sedangkan jenis selada yang tidak berbentuk krop, daunnya berbentuk
bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya
ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai
daun lebar dan tulang-tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus.
Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis.
Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 – 25 cm dan lebar 15 cm atau
lebih (Hendra, Heru Agus dan Agus Andoko, 2014).
2.3.4. Bunga
Bunga pada tanaman selada adalah berwarna kuning yang tumbuh dalam
satu rangkaian secara lengkap. Bunga tersebut memiliki panjang sekitar 80 cm
bahkan lebih. Tanaman selada sendiri akan bisa tumbuh secara cepat dan berbuah
jika di tanam di daerah beriklim sedang atau subtropis (Cahyono, 2005).
2.3.5. Biji
Buah selada berbentuk polong, di dalam polong berisi biji–biji yang
berukuran sangat kecil. Biji yang dimiliki oleh selada termasuk ke dalam biji
berkeping dua yang berbentuk lonjong pipih, agak keras, berbulu dan memiliki
warna cokelat tua serta berukuran sangat kecil sekitar 4 mm panjangnya sedangkan
lebar sekitar 1 mm. Biji selada termasuk biji tertutup, sehingga bisa digunakan
untuk memperbanyak tanaman atau untuk perkembangbiakan (Haryanto dan Tina,
2002).
dengan baik dengan berbagai macam media hidroponik. Namun, petani hidroponik
lebih banyak menggunakan rockwool karena media tanam ini mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan
komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh media tanam ini (Istiqomah,
2007).
Rockwool banyak digunakan sebagai media tanam hidroponik karena
memiliki berbagai kelebihan dibanding dengan media tanam lain. Kelebihan
rockwool adalah cocok untuk hampir semua jenis tanaman dan mudah menyerap
air serta menyimpannya sedangkan kekurangan rockwool adalah harga rockwool
yang lebih mahal daripada media tanam lainnya (Alviani, 2015).
2.7. Hidroponik
Hidroponik atau Hydrophonics berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu
Hydro yang berarti air dan kata Phonos yang berarti kerja. Sistem bercocok tanam
ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena merupakan budidaya tanaman
tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan air
sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam green house.
Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga resiko
terhadap pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul
dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan (Istiqomah,
2007).
Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman
(Lingga, 2004).
Roidah (2014) mengemukakan hidroponik merupakan teknik budidaya
tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air sebagai
media tanamnya. Keuntungan hidroponik adalah tidak memerlukan lahan yang
luas, mudah dalam perawatan, memiliki nilai jual yang tinggi. Sedangkan
kelemahan hidroponik adalah memerlukan biaya yang mahal dan membutuhkan
keterampilan yang khusus.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik.
Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit,
tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman
9
yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman
memberikan hasil yang berkelanjutan (Trisusiyanti, 2009).
Menurut Guntoro (2011), kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah
penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa penggunaan tanah,
tidak ada resiko pengelolaan lahan untuk penanaman terus menerus sepanjang
tahun, kualitas lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
tidak ada gulma, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan penyakit
lebih mudah.
Kekurangan pada sistem hidroponik adalah modalnya besar, jika tanaman
terserang patogen maka dalam waktu singkat tanaman akan terinfeksi, pada kultur
substrat jika kapasitas memegang air media substrat lebih kecil dari media tanah
akan menyebabkan media cepat kering. Sedangkan pada kultur air, volume air dan
jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan titik layu sementara
sampai titik layu permanen pada tanaman (Chow, Rosario dan Santos, 1990 dalam
Rosliani dan Sumarni, 2005).
Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan
sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap
unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk
bercocok tanam dalam air dimana unsur hara telah dilarutkan didalamnya (Haris,
1994).
Lingga (2004) menyatakan bahwa pada sistem NFT, air atau nutrien
dialirkan dalam wadah penanaman (biasanya berupa talang). Wadah penanaman
dibuat miring agar nutrien dapat mengalir. Nutrien yang telah melewati wadah
penanaman, ditampung dalam bak atau tangki dan kemudian dipompa untuk
dialirkan kembali. Tinggi nutrien hanya 3 mm, tidak boleh lebih dari itu karena air
yang terlalu tinggi akan menyebabkan oksigen terlarut sedikit.
Salah satu prinsip dasar NFT ialah ketebalan air di dalam hanya beberapa
millimeter saja (biasanya 3 mm). Dengan demikian, banyak akar bertumpuk di atas
aliran air dan rapat sehingga bila tanaman tumbuh subur, akarnya tebal mirip bantal
putih. Ketebalan lapisan air tergantung kecepatan air yang masuk dan kemiringan
talang (Untung, 2000).
10
(Nutrien Film Technique). Dengan teknik ini reaksi tanaman terhadap perubahan
formula pupuk dapat segera terlihat. Air yang mengandung pupuk dialirkan dengan
bantuan pompa listrik, jadi listrik harus tersuplai selama 24 jam (Trisusiyanti,
2009).
Tim Karya Tani Mandiri (2010) menyatakan bahwa hidroponik sistem NFT
memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan sistem NFT adalah dapat
memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat
terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan
jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek. Kelemahan sistem NFT adalah investasi dan biaya perawatan yang mahal,
sangat tergantung terhadap energi listrik, dan penyakit tanaman akan dengan cepat
menular ke tanaman. Ditya (2010) menambahkan bahwa nutrisi yang diperlukan
bagi tanaman dapat menyebabkan kerusakan pada pompa perendaman. Jika pompa
perendaman gagal, atau jika ada kegagalan listrik, tanaman tidak akan mendapatkan
nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.
17
18
Venta Agustri
(Pemilik)
Mehdy Riza
(Manajer)
Haryanto
Suci Rahmawati Nurdin
(Kepala
(Administrasi) (Pengiriman)
Produksi)
Nova
(Anggota
Produksi)
Yanto
(Anggota
Produksi)
21
22
23
24
Conductivity) meter. pH meter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kadar
atau derajat kemasaman air sedangkan TDS&EC meter berfungsi untuk mengukur
konsentrasi larutan nutrisi dengan satuan ppm (Part Per Million).
Gambar 5.3. (a) Pompa air, (b) pH meter dan TDS&EC meter
Gambar 5.4. (a) adalah penggaris yang digunakan untuk membantu agar
rockwool tetap lurus saat dipotong. Penggaris tersebut sudah terdapat tanda-tanda
dimana ukurannya adalah 25 cm dan 8 cm. Gambar 5.4. (b) adalah gelas ukur yang
digunakan dalam pengelolaan nutrisi. Gelas ukur yang kecil digunakan untuk
memberikan nutrisi ke dalam tandon sedangkan gelas ukur yang besar digunakan
untuk melarutkan nutrisi bubuk menjadi nutrisi cair atau dengan kata lain sebagai
stok nutrisi.
Gambar 5.6. (a) Rockwool, (b) Benih Selada Keriting Hijau, (c) pH down
27
5.3. Persemaian
Benih selada keriting hijau dimasukkan ke dalam lubang rockwool seperti
pada gambar 5.8. Setelah rockwool terisi oleh benih selada keriting hijau, maka
rockwool diletakkan di meja persemaian yang dilindungi oleh paranet dan belum
dialiri aliran nutrisi.
28
Gambar 5.9.
Rockwool yang telah berisi benih selada diletakkan pada meja persemaian
29
Gambar 5.10. Meja pembibitan yang dilindungi oleh paranet dan plastik
Cara pemindahan bibit yaitu dengan memotong rockwool tanaman saat
berumur 1 minggu seperti pada gambar 5.11. dengan menggunakan gergaji dan
talenan. Proses pemotongan sama seperti memotong roti. Proses pemotongan harus
dilakukan dengan hati-hati agar hasil potongan tidak miring sehingga saat berada
pada meja remaja rockwool yang berisi tanaman dapat berdiri tegak dan
pertumbuhan yang tegak. Apabila bibit selada keriting hijau telah berumur 14 HSS
seperti pada gambar 5.12. (a) maka bibit telah siap untuk dipindahkan ke meja
remaja. Meja remaja memiliki jarak antar lubang tanam 10 cm seperti pada gambar
5.12 (b). Proses meletakkan bibit ke talang meja remaja dilakukan dengan
menggunakan tangan secara manual seperti pada gambar 5.13.
Gambar 5.11. Memotong rockwool bibit selada hijau yang berumur 1 minggu
30
pH yang normal yaitu 5,5 - 6,5. Apabila pH lebih dari 6,5, maka yang perlu
dilakukan adalah memberikan pH down yang berfungsi untuk menurunkan pH. pH
down terbuat dari asam fosfat (H3PO4). Dosis pH down adalah 10 ml. Apabila pH
terlalu rendah maka ditambah dengan air biasa. Konsentrasi kepekatan nutrisi
diukur menggunakan TDS&EC meter. Sebenarnya TDS & EC hampir sama
sehingga di Kebunsayur Surabaya II menggunakan ukuran TDS dimana konsentrasi
nutrisi yang harus dicapai adalah 780 - 1170 ppm sedangkan untuk EC tanaman
selada keriting hijau yang normal adalah 2,0 – 3,0 mS/cm.
5.6.3. Pencucian Talang dan Tandon Air
Pencucian talang sistem NFT dilakukan setiap 1 minggu sekali setelah
proses penanaman atau pemindahan tanaman dan panen. Pencucian talang
berfungsi untuk membersihkan lumut yang menempel pada talang sehingga
produksi yang dihasilkan bisa tetap higenis dan aman dikonsumsi. Kemudian 3
minggu sekali dilakukan pencucian tandon nutrisi. Pencucian talang dilakukan
dengan menggosok talang menggunakan serabut sampai lumut yang ada hilang.
Kegiatan pencucian talang di Kebunsayur Surabaya II seperti dalam gambar 5.24.
dimana tidak menggunakan cairan pembersih seperti bayclin, pembersih lantai dan
lain sebagainya. Pencucian talang hanya menggunakan air mengalir. Hal ini
bertujuan agar produksi sayur yang dihasilkan terbebas dari unsur kimia yang
berbahaya. Pencucian talang pun dilakukan dengan menggunakan sarung tangan.
Hal ini bertujuan agar tangan tidak terluka apabila terkena bagian talang yang tajam.
37
Karena talang sistem NFT sendiri merupakan talang PVC yang memiliki pinggiran
agak tajam sehingga apabila tidak hati-hati dapat melukai bagian tangan.
Gambar 5.26. Selada keriting hijau yang siap panen berumur 49 HSS
Panen dilakukan saat pagi pada pukul 08.00 dan sore hari pada pukul 15.00
agar sayur tetap segar dengan cara mengambil tanaman bersama dengan rockwool
yang ada. Proses pemanenan dilakukan menggunakan tangan secara hati-hati, teliti
dan cepat.
Pemanenan dapat dilakukan secara merata jika pertumbuhan tanaman baik
dan merata. Namun, jika pertumbuhannya tidak merata maka pemanenan dilakukan
dengan cara panen pilih. Tanaman yang layak dipanen akan dipanen, sedangkan
tanaman yang pertumbuhannya belum optimal maka tetap dibiarkan.
Dalam hitungan satu bulan, rata-rata panen selada keriting hijau adalah
sebanyak 910 kg dengan harga jual Rp33.000/kg dengan dikemas dalam bentuk
bucket. Satu bucket selada keriting hijau berisi 3 – 4 tanaman dengan berat sekitar
3 ons sehingga mendapatkan harga Rp10.000/bucket.
Pengemasan dilakukan dengan cara mensortir sayuran. Daun yang layu
dibuang dan memeras rockwool serta mencabut akar yang terlalu panjang. Pada
proses ini, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi rockwool. Jangan sampai
rockwool masih terlalu basah karena dapat menyebabkan sayur menjadi busuk.
Kemudian sayuran dimasukkan ke dalam plastik packing seperti dalam gambar
5.27. dan diberi isolasi agar sayur tidak jatuh. Sayur yang telah dikemas disimpan
di dalam lemari pendingin dan siap untuk diantarkan ke hotel, swalayan dan
restoran yang menjadi konsumen Kebunsayur Surabaya. Hal yang harus
diperhatikan adalah kebersihan lemari pendingin. Lemari pendingin harus dalam
40
kondisi bersih dalam arti terbebas dari bakteri-bakteri yang dapat merusak kondisi
sayuran yang masih segar.
Gambar 5.27. Selada keriting hijau yang telah dipanen dan dikemas
VI. PEMBAHASAN
41
42
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan di Kebunsayur Surabaya
II maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan budidaya hidroponik sistem NFT meliputi penyediaan benih dan media
tanam, persemaian, pemeliharaan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman,
panen dan pasca panen.
2. Benih selada keriting hijau yang digunakan oleh Kebunsayur Surabaya II adalah
benih kualitas unggul dengan merek Kristine. Varietas selada keriting hijau ini
adalah Crispa.
3. Perbandingan pemberian nutrisi yaitu 5:5:1000 dimana 5 ml nutrisi A dan 5 ml
nutrisi B dicampur dalam 1 liter air.
4. Pengukuran pH dilakukan setiap hari. pH yang normal adalah 5,5 – 6,5 dan
apabila pH di atas 6,5 maka diberi larutan penurun pH yang terbuat dari asam
fosfat (H3PO4) sebanyak 10 ml.
5. Tanaman selada keriting hijau yang ditanam di Kebunsayur Surabaya II
membutuhkan konsentrasi nutrisi 780 - 1170 ppm dan EC 2,0 – 3,0 mS/cm.
6. Meja remaja memiliki ukuran jarak antar lubang 10 cm sedangkan meja dewasa
memiliki ukuran jarak antar lubang 20 cm. Hal ini bertujuan untuk
memperlancar pertumbuhan tajuk tanaman yang semakin besar.
7. Panen dilakukan pada pagi dan sore hari saat tanaman sudah siap untuk dipanen.
Kemudian dilanjutkan pengemasan menggunakan plastik dengan bentuk bucket
dan disimpan di dalam lemari pendingin yang steril.
7.2. Saran
1. Alangkah lebih baik apabila sarana dan prasarana di Kebunsayur Surabaya II
ditingkatkan karena semakin lama konsumen semakin meningkat sehingga perlu
adanya sarana dan prasarana yang memadai
2. Workshop atau seminar tentang hidroponik perlu diadakan lebih sering karena
dengan minimnya lahan yang ada di Kota Surabaya dan ditambah keinginan
masyarakat Kota Surabaya yang membutuhkan sayuran segar maka hidoponik
merupakan solusi terbaik untuk masyarakat Kota Surabaya.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
47
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Bandung:
Nuansa Aulia. 160 hlm.
Trisusiyanti, I, 2009. Berkebun Hidroponik Mudah dan Menyenangkan.
https://www.scribd.com/document/38577457/Berkebun-Hidroponik-Mudah-
Dan-Menyenangkan/ diunduh pada 16 September 2018 jam 08.25 WIB.
Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Jakarta: Penebar Swadaya. 96
hlm.
LAMPIRAN
BIAYA PRODUKSI
Biaya Tetap (Fixed Cost) Produksi Selada Hidroponik
NO BARANG JUMLAH HARGA HARGA TOTAL
1 Sewa Lahan Rp 5.000.000
2 Transport 25 Rp 65.000 Rp 1.625.000
3 Tenaga Supervisor 1 Rp 2.500.000
4 Tenaga Lapangan 2 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
5 Listrik dan air Rp 750.000
6 Penyusutan Rp 2.829.000
TOTAL Rp 15.704.000
49
50
Break Even Point (BEP) untuk volume produksi atau BEP (P)
BEP (P) = Total Biaya Produksi / harga rata-rata
681,70
Titik balik modal tercapai jika total produksi mencapai 681,7 kg
Break Even Point (BEP) untuk harga produksi atau BEP (H)
BEP (H) = Total biaya produksi / volume rata-rata
Rp 24.721
Titik balik modal tercapai jika harga jual mencapai Rp 24.721 per kg
Berdasarkan hasil analisa usaha tani, budidaya tanaman selada keriting hijau
secara hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique) di Kebunsayur Surabaya
II mengalami keberhasilan. Keberhasilan budidaya ditandai dengan rasio
pendapatan per biaya (Rasio R/C) bernilai > 1 yaitu 1,3. Rasio R/C bernilai 1,3
artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
1,3.
Budidaya tanaman selada keriting hijau secara hidroponik sistem NFT
(Nutrient Film Technique) di Kebunsayur Surabaya II berhasil mencapai
keuntungan dan layak untuk dilanjutkan.
51