Disusun Oleh:
Marchell David Rismawan
134210146
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Praktikum
Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi
Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura tepat pada waktunya.
Laporan Resmi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam kurikulum Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
haturkan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Budiarto, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Ellen Rosyelina Sasmita., M.P, selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Ibu Tuti Setyaningrum, M.Si, selaku Kepala Laboratorium Teknologi
Budidaya Tanaman.
4. Ibu Endah Wahyurini, SP., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Praktikum
Budidaya Tanaman Hortikultura.
5. Wahyu Pradeka, selaku Asisten Praktikum yang telah membantu dalam
penyusunan laporan praktikum serta membantu dalam penyusunan Laporan
Resmi Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura.
6. Rekan-rekan kelompok dan sesama praktikan yang telah memberikan bantuan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
laporan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran untuk penyempurnaan
Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
LATAR BELAKANG............................................................................................x
iv
ACARA III PENGARUH MACAM ZPT TERHADAP PERTUMBUHAN
STEK TANAMAN MORNING GLORY
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................................23
B. Tujuan Acara.....................................................................................................23
C. Tinjauan Pustaka...............................................................................................23
D. Alat dan Bahan..................................................................................................28
E. Langkah Kerja...................................................................................................28
F. Hasil Pengamatan..............................................................................................29
G. Pembahasan.......................................................................................................29
H. Kesimpulan........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
v
F. Hasil Pengamatan..............................................................................................48
G. Pembahasan.......................................................................................................48
H. Kesimpulan........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
Gambar 5.3 Penutupan sambungan dengan plastik es
Gambar 5.4 Penyungkupan dengan plastik
Gambar 6.1 Persiapan bahan
Gambar 6.2 Sortasi dan grading sayur kangkung
Gambar 6.3 Sortasi dan grading buah cabai
Gambar 6.4 Sortasi bunga krisan
ix
LATAR BELAKANG
x
ACARA I
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH
B. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktikkan cara budidaya bawang merah.
2. Mengkaji perlakuan umbi (pemogesan) terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah.
C. Tinjauan Pustaka
Bawang merah merupakan tanaman hortikultura unggulan dan telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditi hortikultura ini termasuk
kedalam kelompok rempah tidak bisa disubstitusi dan berfungsi sebagai
bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Tanaman bawang
merah merupakan sumber pendapatan bagi petani dan memberikan kontribusi
yang tinggi terhadap pengembangan ekonomi pada beberapa wilayah
(Kurnianingsih et al., 2018)
Menurut Harahap et al., (2022) klasifikasi tanaman bawang merah secara
lengkap sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
1
2
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L
Struktur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang, umbi,
daun, bunga, dan biji. Secara morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang
akar, ujung akar, tudung akar dan berakar serabut. Sedangkan secara anatomi
(struktur dalam) akar tersusun atas epidermis korteks, endodermis, dan silinder
pusat. Batang pada bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan batang
yang semu yang terbentuk dari kelopak-kelopak daun yang saling
membungkus. Umbi bawang merah (Allium ascalonicum L) berbentuk bulat
dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. umumnya
daun pada bawang merah memiliki bagian-bagian helaian daun (lamina), dan
tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu
permukaan, berbentuk bulat kecil dan memanjang dan berlubang seperti pipa.
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiap
tandan mengandung 50-200 kuntum bunga. Bunga bawang merah termasuk
bunga sempurna yang setiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik.
Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi
setalah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan
sebagai bahan perbanyakan tanaman (Harahap et al., 2022).
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) tidak tahan terhadap kekeringan
karena sistem perakarannya yang pendek. Bawang merah dapat tumbuh
dengan baik dengan ketinggian 10 – 250 m dpl. Pada ketinggian 800 – 900 m
dpl juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian itu berarti suhunya rendah
yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang
baik. Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25°C -
32°C. bawang merah dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim)
dengan curah hujan 300 – 2500 mm/ tahun. pH tanah yang baik untuk
budidaya bawang merah berkisar antara 6,0-6,8. Tanah yang gembur dan
subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar
(Winaryati, 2019).
3
Kriteria umbi yang baik untuk bibit bawang merah yaitu harus berasal dari
tanaman yang berumur cukup tua yaitu berumur 70-80 hari setelah tanam,
dengan ukuran 5-10 gram, diameter 1,5-1,8 cm. Umbi bawang merah telah
mengalami masa penyimpanan di gudang selama 3-4 bulan setelah panen
(patah dorman). Selain itu umbi bibit tersebut harus memiliki warna yang
mengkilat, tidak di rusak oleh hama atau tidak keropos ataupun terkena
penyakit hama (Permana et al., 2021).
Pemogesan yaitu pemotongan sisi ujung umbi, seputar 0,5 cm. Pemogesan
juga dapat dilakukan sesuai perlakuan seperti, 1/2, 1/3, 1/4. Fungsinya untuk
memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman.
Pemogesan pada umbi bawang merah bertujuan agar umbi tumbuh merata,
merangsang tunas, mempecepat tumbuhnya tanaman dan mendorong
terbentuknya anakan Kelebihan pemogesan adalah mampu menginduksi
hormon etilen sehingga mendorong pemecahan dormansi tunas (Purba et al.,
2018).
Pemogesan umbi pada perlakuan pemotongan 1/3 bagian memiliki nilai
yang lebih baik dibandingkan dengan 1/4 bagian maupun utuh. Hal ini
dikarenakan pemotongan umbi dengan ukuran 1/3 bagian tanaman mampu
merangsang mata tunas yang tertutup oleh selaput lapisan umbi yang
mengering sehingga pertumbuhan daun berjalan baik. Pemotongan dengan
ukuran 1/4 kurang merangsang mata tunas sehingga pertumbuhan tanaman
kurang maksimal (Nazirah dan Libra, 2019).
Pupuk SP-36 merupakan pupuk yang mengandung P2O5 sebanyak 36 %.
Kegunaan pupuk fosfat ini adalah mendorong awal pertumbuhan akar,
pertumbuhan bunga dan biji, memperbesar persentase terbentuknya bunga
menjadi biji, menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, serta memperbaiki struktur hara tanah. Adapun tujuan diberikannya
pupuk SP-36 bagi tanaman antara lain mempercepat pertumbuhan akar di
persemaian, memicu dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada
umumnya dan meningkatkan produksi buah. (Astuti et al., 2022). Pupuk SP-
36 juga merupakan pupuk anorganik yang mempunyai kelebihan seperti lebih
4
cepat terurai sehingga nutrisi lebih cepat diserap oleh tanaman, memiliki
kandungan nutrisi yang sudah terukur dan terkandung dalam bentuk
konsentrat. Kekurangan dari pupuk SP-36 yaitu meninggalkan residu kimia
yang bisa mengganggu kesehatan tanah dan juga manusia, dapat
mempengaruhi keseimbangan unsur hara dalam tanah, belum lagi harga
pupuknya yang relatif lebih mahal dan tidak bisa diproduksi sendiri (Supandji
dan Saptorini, 2019).
Pupuk NPK adalah pupuk yang memilik kandungan tiga unsur hara
makro, yaitu Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). Pupuk NPK merupakan
salah satu pupuk anorganik yang mengandung lebih dari satu unsur hara,
sehingga pupuk ini disebut juga pupuk majemuk. Pupuk NPK mengandung
unsur hara, nitrogen, fospor, dan kalium. Tujuan diberikannya pupuk NPK
yaitu untuk membantu pertumbuhan tanaman agar berkembang secara
maksimal (Wuriesyliane dan Saputro, 2021). Adapun kelebihan pupuk NPK
antara lain setiap unsur hara didalam pupuk NPK memiliki peran yang
berbeda dalam membantu pertumbuhan tanaman. Ketiganya merupakan unsur
hara makro primer karena paling banyak dibutuhkan oleh tanaman.
Kekurangan dari pupuk NPK adalah pupuk NPK tidak mengandung unsur
hara mikro yang penting bagi tanaman seperti besi, boron, dan mangan. Selain
itu, penggunaan pupuk NPK secara berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan merusak kesuburan tanah (Hendarto et al., 2020).
c. Pupuk kompos
d. Pupuk SP-36
e. Pupuk NPK
E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan media tanam berupa tanah dan pupuk kompos dengan
perbandingan 1:1 kemudian mengaduknya.
2. Membuat lubang tanam kemudian menaburkan pupuk dasar SP-36 sebanyak
3 gram/keranjang nasi plastik di sekeliling lubang dengan cara melingkar,
dan menutup dengan sedikit tanah.
3. Menyiapkan umbi bawang merah kemudian melakukan pemogesan terhadap
umbi bawang merah menggunakan pisau/cutter sesuai dengan perlakuan,
yaitu umbi utuh, poges 1/3 bagian, dan poges 1/4 bagian.
4. Menanam umbi bawang merah ke media tanam dengan cara tidak
memasukkan terlalu dalam ke tanah, cukup sekadar tertutup dengan tanah
saja.
5. Melakukan penyiraman sebanyak 1 sampai 2 kali sehari.
6. Melakukan pemupukan susulan pertama dengan cara menaburkan NPK di
sekeliling tanaman saat tanaman berumur 14 hari dengan dosis 3 gram.
7. Melakukan pemupukan susulan kedua yang dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 bulan setelah tanam dengan pemberian NPK sebanyak 3 gram.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Tanaman Bawang Merah
Tinggi Tanaman
26 3 10 17 24 Rata -
Perlakuan
Septembe Oktober Oktober Oktober Oktober rata
r 2023 2023 2023 2023 2023
Tanpa
16 22,33 38,3 44 38,23 31,77
Pemogesan
Pemogesan
18 32,83 40,16 43 38,17 34,43
1/4 Bagian
Pemogesan
20 25,17 30 41 47,57 32,75
1/3 Bagian
6
G. Pembahasan
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim
yang membentuk rumpun yang yang memiliki umbi yang berlapis, berakar
serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Bawang merah merupakan
salah satu jenis sayuran yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai salah satu komoditas sayuran yang secara ekonomis menguntungkan
dan mempunyai prospek pasar yang luas, bawang merah cukup banyak
digemari oleh masyarakat, terutama sebagai bumbu penyedap masakan. Selain
itu, bawang merah juga dapat dijadikan bahan obat seperti untuk menurunkan
kadar kolestrol, antioksidan, dan antimikroba (Misna dan Diana, 2016).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah yaitu
dengan melakukan pemogesan pada umbi bawang merah. Keuntungan dari
pemogesan umbi bibit bawang merah antara lain umbi bibit lebih cepat
tumbuh, mempercepat pertumbuhan tunas, dan berpengaruh terhadap
banyaknya anakan. Pada praktikum ini terdapat 3 perlakuan pada
penanamannya yaitu tanpa pemogesan, pemogesan ¼ bagian, dan pemogesan
1/3 bagian. Masing – masing perlakuan terdapat 3 sampel. Bahan yang
digunakan pada praktikum budidaya tanaman bawang merah ini yaitu umbi
bawang merah, tanah, pupuk kompos, SP-36, dan NPK. Sedangkan alat yang
digunakan yaitu pisau/cutter, cetok, ember, dan keranjang nasi plastik. Cara
kerja pada praktikum budidaya bawang merah ini yaitu yang pertama
7
kedua (3 Oktober 2023) yaitu 25,17 cm, tinggi tanaman pada pengamatan
ketiga (10 Oktober 2023) yaitu 30 cm, tinggi tanaman pada pengamatan
keempat (17 Oktober 2023) yaitu 41 cm, tinggi tanaman pada pengamatan
kelima (24 Oktober 2023) yaitu 47,5 cm, dan rata-rata hasil tinggi tanaman
yaitu 32,75 cm.
Berdasarkan tabel 1.1 hasil pengamatan pada bawang merah perlakuan
terbaik dihasilkan pada perlakuan pemogesan ¼ bagian. Hal ini tidak sesuai
dengan teori Nazriah dan Libra (2019) karena pemogesan umbi 1/3
merupakan pemogesan paling baik karena mempercepat pemecahan dormansi
tunas, merangsang tunas, dan mempercepat tumbuhnya tanaman. Perlakuan
umbi ¼ bagian menunjukkan pertumbuhan yang paling optimal, hal tersebut
dapat terjadi karena diduga kandungan pada bahan tanam yang lebih banyak.
Apabila kandungan karbohidrat dalam umbi yang dipoges ¼ memiliki
kandungan lebih banyak maka akan sangat mendukung pertumbuhan tanaman
(Nurhidayah et al., 2019).
Berdasarkan tabel 1.2 hasil pengamatan tanaman bawang merah,
didapatkan data berupa rata – rata dari setiap parameter yang diamati yang
terdiri dari rata – rata tinggi tanaman (cm), jumlah umbi (buah), dan bobot
basah umbi (gr). Rata – rata tinggi tanaman pada perlakuan tanpa pemogesan
sebesar 31,77 cm, pada perlakuan pemogesan ¼ bagian sebesar 34,43 cm, dan
pada perlakuan pemogesan 1/3 bagian sebesar 32,75 cm. Rata – rata jumlah
umbi pada perlakuan tanpa pemogesan sebanyak 2 buah, pada perlakuan
pemogesan ¼ bagian sebanyak 0 buah, dan pada perlakuan pemogesan 1/3
bagian sebanyak 1 buah. Rata – bobot basah umbi pada perlakuan tanpa
pemogesan sebesar 27,33 gram, pada perlakuan pemogesan ¼ bagian sebesar
38,17 gram, dan pada perlakuan pemogesan 1/3 bagian sebesar 46,67 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah
diketahui bahwa pemogesan 1/4 bagian memiliki tinggi tanaman yang paling
baik. Hal ini sesuai dengan teori Wagiman et al., (2021), adanya pengaruh
nyata pada tinggi tanaman disebabkan pemotongan umbi bibit akan
merangsang pertumbuhan sehingga akan mempercepat daya tumbuh tanaman.
9
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Budidaya tanaman bawang merah dilakukan dengan menyiapkan benih
dengan perlakuan tanpa pemogesan, pemogesan 1/3 umbi, dan pemogesan
¼ umbi, lalu menyiapkan media tanam dan menanam benih bawang
merah serta diberi pupuk dasar SP-36 sebanyak 3 gr/ keranjang nasi
10
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D.T, N.S. Sebahyang, Z Abdi dan Hajimah. 2022. Intervensi Pupuk
Kandang dan Pupuk SP-36 terhadap Pertumbuhan Tanaman. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Lembab. 5(1) : 65-71.
Hendarto, E, A.F. Qohar, N.Hidayat, bahrun dan Harwanto. 2020. Produksi Dan
Daya Tampung Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) Pada
Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Dan Npk. Prosiding Seminar
Teknologi dan Agribisnis Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman.
Nazirah, L dan D.I. Libra. 2019. Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L)
Terhadap Pemotongan Umbi dan Aplikasi Pupuk Organik. Jurnal
Agrium, 16(2), 118-125.
Purba, S.N, Ansoruddin dan L.R. Batubara. 2018. Pengaruh Pemotongan Umbi
Dan Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Agricultural Research
Journal.14(2) : 77-78.
Supandji dan Saptorini. 2019. Perlakuan Dosis Pupuk Urea dan SP-36 terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas Arjuna. Jurnal
Agrinika, 3(1) : 69-82.
B. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktikkan cara budidaya tanaman sawi pagoda.
2. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman sawi pagoda terhadap
pemberian pupuk organik cair.
C. Tinjauan Pustaka
Sawi pagoda (Brassica rapa L. ssp. Narinosa) merupakan varian baru
tanaman sawi yang saat ini sedang menjadi . Tanaman sawi pagoda saat ini
masih kurang dikenal masyarakat dibandingkan dengan jenis sawi lainnya.
Prospek perkembangan budidaya sawi pagoda sangat baik untuk memenuhi
kebutuhan pangan konsumen. Selain itu, sawi pagoda juga memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Gizi yang terkandung dalam sawi pagoda yang
baik untuk kesehatan antara lain alkaloid, kalium dan iodium. Tanaman sawi
memiliki dampak yang besar untuk kesehatan manusia dan bermanfaat bagi
tubuh karena sawi mengandung banyak nilai gizi. Tanaman sawi memiliki
banyak kegunaan untuk mengobati penyakit gondok, melancarkan pencernaan,
mengobati penyakit TBC, dan masih banyak lagi manfaat kesehatan lainnya.
Sawi pagoda mudah tumbuh, sehingga dapat digunakan baik sebagai tanaman
industri maupun sebagai tanaman hias di pekarangan rumah (Widyasari,
2021).
12
13
a. Cangkul
b. Garu
c. Ember
d. Gembor
e. Mulsa
f. Mal jarak tanam
g. Sprayer
h. Tugal
i. Alat tulis
j. Kotak semai
2. Bahan
a. Benih sawi pagoda
b. Pupuk kompos
c. Pupuk organik cair
E. Langkah Kerja
1. Membersihkan lahan dari gulma yang tumbuh di areal yang akan ditanami.
Setelah lahan bebas dari gulma atau bekas tanaman sebelumnya,
melakukan pengolahan tanah dengan menambahkan pupuk dasar dan air
sekaligus membentuk bedengan menggunakan cangkul dan meratakan
bedengan dengan menggunakan garu.
2. Melakukan persemaian dengan merendam benih di dalam air terlebih
dahulu kemudian menyiapkan media semai yang diletakkan pada kotak
semai. Selanjutnya, membuat lubang tanam dan menanam 2-3 benih di
tiap lubang lalu menutup dengan sedikit tanah dan membasahi media
hingga cukup lembab.
3. Memasang mulsa pada bedengan yang sudah dibuat.
4. Membuat lubang tanam menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan jarak
tanam 30 cm x 30 cm dan setiap lubang diberi 1 benih tanaman.
5. Memasukkan benih ke setiap lubang tanam, kemudian menutup lubang
tersebut menggunakan tanah secara tipis-tipis.
17
F. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Perumbuhan Tanaman Sawi Pagoda Dengan
Pemberian POC 5%
Tinggi Tanaman Pengamatan Jumlah Daun Pengamatan
Ke – (cm) Ke- (helai)
Tanaman
26 10 24 26 10 24
sampel
September Oktober Oktober September Oktober Oktober
2023 2023 2023 2023 2023 2023
1. 4,5 0 0 4 0 0
2. 4 2 2,5 6 4 7
3. 4 2 3,5 11 4 3
4. 4 2,4 0 7 2 0
5. 4 2,5 0 6 0 0
Rata-rata 4,1 1,78 1,2 6,8 2 2
Sumber: Pratikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
2. 4 5,3 0 9 0 0
3. 4 0 0 5 0 0
4. 3,5 5,4 0 5 7 0
5. 3 0 0 8 0 0
Rata-rata 3,6 2,14 0 6,6 1,4 0
Sumber: Pratikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
G. Pembahasan
Sawi pagoda (Brassica rapa L. ssp. Narinosa) saat ini masih kurang
dikenal masyarakat dibandingkan dengan jenis sawi lainnya. Prospek
perkembangan budidaya sawi pagoda sangat baik untuk memenuhi kebutuhan
pangan konsumen, sawi pagoda memiliki dampak yang besar untuk kesehatan
manusia dan bermanfaat bagi tubuh karena sawi mengandung banyak nilai
gizi. Tanaman sawi memiliki banyak kegunaan untuk mengobati penyakit
gondok, melancarkan pencernaan, mengobati penyakit TBC, dan masih
banyak lagi manfaat kesehatan lainnya. Sawi pagoda mudah tumbuh,
sehingga dapat digunakan baik sebagai tanaman industri maupun sebagai
tanaman hias di pekarangan rumah.
Pada praktikum budidaya sawi pagoda dilakukan dengan cara pertama-
tama membersihkan lahan dari gulma yang tumbuh di areal yang akan
ditanami. Setelah itu, melakukan pengolahan tanah dengan menambahkan
pupuk dasar dan air sekaligus membentuk bedengan menggunakan cangkul
dan meratakan bedengan dengan menggunakan garu. Kedua, melakukan
persemaian dengan merendam benih di dalam air terlebih dahulu kemudian
menyiapkan media semai yang diletakkan pada kotak semai. Selanjutnya,
membuat lubang tanam dan menanam 2-3 benih di tiap lubang lalu menutup
dengan sedikit tanah dan membasahi media hingga cukup lembab. Ketiga,
memasang mulsa pada bedengan yang sudah dibuat. Keempat, membuat
lubang tanam menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 30 cm x
30 cm dan setiap lubang diberi 1 benih tanaman. Kelima, memasukkan benih
ke setiap lubang tanam, kemudian menutup lubang tersebut menggunakan
tanah secara tipis-tipis. Keenam, melakukan pemupukan ketika tanaman sawi
pagoda sudah berumur 10 HST, pemupukan tersebut dilakukan setiap 7-10
19
baik pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun. Menurut Nugroho dan
Handoko, (2019), penggunaan POC sangat berpengaruh saat masa vegetatif
tanaman, hal tersebut disebabkan POC dapat menyediakan unsur hara dengan
cepat sehingga semakin tinggi konsentrasi POC maka semakin tinggi hasil
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada perlakuan pemberian POC 10% pada pengamatan kedua dan ketiga
menunjukkan sejumlah tanaman telah mati. Hal ini dikarenakan tanaman sawi
pagoda terserang ulat Crocidolomia binotalis menjadi rusak dengan
meninggalkan bekas sisa-sisa makanan. Ulat bersembunyi di bawah lamat
sutra dan sisa makanan. Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang
inang. Pajang pupa sekitar 8,5-10,5 mm, berwarna hijau pudar dan coklat
muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tambang. Cara
penanggulangan serangan hama ini adalah dengan menyemprotkan pestisida
(Hadiat, 2023). Oleh karena itu, pemberian POC berbagai konsentrasi pada
praktikum ini tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah
daun. Selain itu, faktor iklim menjadi penyebab tanaman sawi pagoda mati
dikarenakan kondisi cuaca yang terlalu panas sehingga media kekurangan air
untuk mencukupi pertumbuhan tanaman sawi pagoda.
Pupuk organik cair memiliki kandungan unsur hara makro dengan jumlah
yang beragam. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan kandungan hara
N, P dan K dalam tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan
cara memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik bahan
organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,
secara kimia bahan organik meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KTK)
sehingga kemampuan mengikat kation tinggi dan secara biologi, bahan
organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (Rosawanti, 2019). Namun,
hasil pengamatan tidak sesuai karena pemberian POC tidak berpengaruh
terhadap perkembangan sawi pagoda hal ini disebabkan karena faktor
lingkungan yaitu adanya suhu terlalu tinggi dan kondisi bibit yang kurang
baik sehingga pertumbuhannya tidak optimal.
21
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembasahan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Cara budidaya tanaman sawi pagoda dapat dilakukan dengan melakukan
pengolahan lahan dan membuat bedengan, kemudian melakukan pesemaian.
Setelah itu, melakukan penanaman sawi pagoda dengan jarak tanam 30 x 30
cm. Bibit ditanam pada lubang sedalam 3 cm. Kemudian melakukan
pemupukan POC ketika tanaman sawi pagoda sudah berumur 10 HST,
pemupukan tersebut dilakukan setiap 7-10 hari sekali atau disesuaikan
dengan kondisi tanaman. Selanjutnya, melakukan pemeliharaan berupa
penyiangan, penyulaman, dan penyiraman. Terakhir melakukan pemanenan
saat 40-50 hari setelah tanam.
2. Respon pertumbuhan tanaman sawi pagoda paling baik dengan pemberian
pupuk POC konsentrasi 5%. Pemberian pupuk POC 5% berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan jumlah daun tanaman sawi pagoda.
22
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, T., Apriyadi, R., & Ulfa, D. R. 2020. Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang
Timah dengan Budidaya Sawi. Agrotechnology Research Journal, 4(1),
17-21.
Nugroho, W.S., dan Y.A Handoko. 2019. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagofa
(Brassica narinosa L.). Jurnal UNS, 3(1): 159-165.
Rosawanti, P. 2019. Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Organik Tumbuhan Air
Lokal. Jurnal Daun 6 (2) : 140 – 148.
Sitanggang, Sitinjak. E. M., Marbun., Gideon. S., Sitorus. F., dan Hikmawan.
2022. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Berbahan Baku Limbah
Sayuran/Buah di Lingkungan I, Kelurahan Namo Gajah Kecamatan
Medan Tuntungan, Medan. Jurnal Pengabdian Ilmiah dan Teknologi,
5(1) : 17 – 20.
B. Tujuan Acara
1. Mempelajari teknik budidaya tanaman morning glory.
2. Mengetahui pengaruh macam ZPT terhadap pertumbuhan stek tanaman
morning glory.
C. Tinjauan Pustaka
Morning glory (Ipomoea purpurea L.) berasal dari kata Yunani ipsyang
berarti cacing dan homois yang berarti mirip. Alasan ini mengacu pada
kebiasaan pengucapan spesies yang mirip cacing. Purpurea yang berarti ungu
yang mengacu pada warna bunga tersebut. Spesies ini berasal dari Amerika
Tengah, tetapi telah beradaptasi ke daerah beriklim tropis, subtropis, dan
hangat di dunia. Morning glory biasa tumbuh di pertanian, tanaman
pembibitan dan ladang kosong. Tanaman ini juga ditemukan di sepanjang sisi
jalan, area yang tidak terdapat tanaman dan di Semak – Semak. Morning glory
juga dapat hidup ditanah kering dengan baik, lembab, tanah lempung atau
berpasir. Ipomoea purpurea di Loganville, Georgia Ipomoea nil, salah satu
spesies Morning Glory, pertama kali dikenal di Tiongkok karena kegunaan
obatnya, karena sifat pencahar pada bijinya. Peradaban Mesoamerika kuno
menggunakan spesies Morning Glory Ipomoea alba untuk mengubah lateks
23
24
dari pohon Castilla elastica dan juga tanaman guayule untuk menghasilkan
bola karet yang memantul. Belerang dalam sari bunga Morning Glory
berfungsi untuk memvulkanisasi karet, sebuah proses yang mendahului
penemuan Charles Goodyear setidaknya 3.000 tahun yang lalu. Pendeta Aztec
di Meksiko juga diketahui menggunakan sifat halusinogen tanaman tersebut
(Kurniasari., 2019).
Taksonomi tanaman Morning Glory :
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytes
Klas : Angiospermae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea purpurea L
Morning Glory (Ipomoea purpurea L.) memiliki morfologi, yaitu batang
pada Morning Glory memiliki batang yang sederhana yang merambat dan
memiliki tangkai daun yang panjangnya berkisar 1-14 cm. Daun Morning
Glory merupakan daun yang sederhana, berliku, pertulangan daun menyirip.
Daunnya juga berbentuk bulat telur maupun berbentuk hati dan pucuk
berujung lancip berbentuk meruncing, memiliki panjang mulai dari 1-12 cm
dan lebar 1-11 cm. Buah pada Ipomoea purpurea (L.) Roth berbentuk agak
bulat berdiameter sekitar 1 cm dengan panjang hingga 2,5 cm dan
mengandung 3-6 biji. Biji pada Ipomoea purpurea (L.) Roth memiiliki bentuk
granular, berwarna coklat kusam hingga hitam, dan tertutup rapat dengan
adanya bulu-bulu halus (Nadila et al., 2020).
Syarat tumbuh tanaman morning glory yaitu morning glory biasa hidup
di pertanian, tanaman pembibitan, dan ladang kosong. Tanaman ini juga
tumbuh di sepanjang sisi jalan, area yang tidak terdapat tanaman dan di
semak-semak. cocok tumbuh di tanah yang kering dengan baik, lembab, tanah
lempung, dan tanah berpasir. Suhu yang baik untuk menanam tanaman
25
morning glory yaitu sekitar 20-30 ºC, kelembaban relatif antara 30-
44% (Erwin, 2015).
Perbanyakan tanamana secara vegetatif dibagi menjadi dua, yaitu
perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan vegetatif buatan. Vegetatif
alami dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia, sehingga terjadi secara
alamiah. Biasanya terjadi melalui tunas, umbi, dan geragih (stolon). Vegetatif
buatan terjadi dengan bantuan manusia. Vegetatif buatan terbagi menjadi dua
yaitu vegetatif buatan secara konvensional dan vegetatif buatan secara
bioteknologi. Perbanyakan tanaman melalui vegetatif buatan dilakukan pada
tanaman yang memiliki kambium. Pada umumnya penggunaan vegetatif
buatan tidak dapat dilakukan pada tanaman berkeping satu (monokotil).
Perbanyakan secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek,
cangkok dan merunduk. Selain itu ada perbanyakan tanaman yang
digabungkan antara vegetatif alami dan buatan yaitu dengan cara grafting.
Grafting merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan menggabungkan
batang bawah tanaman dengan mata tunas induk yang lain. Perbanyakan
secara vegetatif memiliki keunggulan seperti tanaman yang dihasilkan
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbunga serta
berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan pohon induk yang
lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak serta memiliki akar
yang kurang kokoh. Perbanyakan tumbuhan secara vegetatif bertujuan untuk
memperbaiki tumbuhan pangan, buah, dan bunga hias. Sebagian besar metode
ini didasarkan pada kemampuan tumbuhan untuk membentuk akar atau tunas
adventif. Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan secara bioteknologi
dilakukan dengan cara teknik kultur jaringan atau sering disebut teknik in
vitro (Nazariah, 2022).
Perbanyakan vegetatif salah satunya adalah dengan cara stek, diharapkan
dapat terjamin sifat-sifat yang sama dengan indukannya. Agar pembangunan
di bidang perkebunan yang telah direncanakan pemerintah dapat segera
terwujud, maka perlu adanya upaya dalam cara pelaksanaannya, sehingga
pada saat tanam selalu tersedia bibit dalam jumlah cukup, tepat waktu dan
26
F. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Jumlah Tunas Stek Morning Glory
Jumlah Tunas (Buah)
Tanggal Pengamatan ZPT Ekstrak
ZPT Atonik Kontrol
Bawang Merah
11 Oktober 2023 0 2 2
24 Oktober 2023 0 0 0
31 Oktober 2023 0 0 0
Jumlah 0 2 2
Rata-rata 0 0,67 0,67
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
G. Pembahasan
Morning glory ( Ipomoea purpurea L.) berasal dari kata Yunaniips yang
berarti cacing dan homois yang berarti mirip. Purpurea yang berarti ungu yang
mengacu pada warna bunga tersebut. Spesies ini berasal dariAmerika Tengah,
tetapi telah beradaptasi ke daerah beriklim tropis, subtropis,dan hangat di
dunia. Morning glory biasa tumbuh di pertanian, tanaman pembibitan dan
ladang kosong. Tanaman ini juga ditemukan di sepanjang sisi jalan, area yang
tidak terdapat tanaman dan di semak-semak. Morning glory juga dapat hidup
ditanah kering dengan baik, lembab, tanah lempung atau berpasir (Kurniasari,
2019).
Praktikum yang dilakukan yaitu teknik budidaya morning glory dengan
stek. Langkah kerja yang dilakukan adalah menyiapkan batang tanaman
morning glory dengan 3-4 ruas mata tunas lalu memotong stek dengan panjang
sekitar 6-8 cm dan memotong miring pangkal stek dan memangkas daun stek
hingga tersisa 2 daun teratas. Setelah itu, merendam stek dengan fungisida
selama 15 detik. Selanjutnya, merendam pangkal stek dengan zpt atonik 2-3
ml/L dan ekstrak bawang merah selama 15 menit. Menyiapkan media tanam
berupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Setelah itu,
menanam stek dengan perlakuan zpt atonik, perlakuan ekstrak bawang merah,
dan tanpa perlakuan (kontrol) yang sudah direndam ke dalam polybag berisi
media tanam serta menyiram media dan sungkup polybag. Kegiatan
pengamatan dilakukan 3 kali serta parameter yang diamati adalah jumlah tunas
dan persentase bertunas.
Berdasarkan tabel 3.1 hasil pengamatan jumlah tunas stek morning glory,
pada perlakuan ZPT atonik diperoleh rata-rata 0, perlakuan ZPT ekstrak
bawang merah diperoleh rata-rata 0,67, dan perlakuan kontrol diperoleh rata-
rata 0,67. Pada pengamatan minggu pertama (11 Oktober 2023) diketahui
bahwa jumlah tunas pada ZPT atonik 0, ZPT ekstrak bawang merah 2, dan
kontrol 2. Pada pengamatan minggu kedua (24 Oktober 2023) dan minggu
31
ketiga (31 Oktober 2023) diketahui jumlah tunas pada perlakuan ZPT atonik,
ZPT ekstrak bawang merah, dan kontrol yaitu 0.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa pada perlakuan
ZPT atonik tidak menunjukkan pertumbuhan tunas pada stek. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penggunaan zpt atonik
memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan tunas dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Perendaman menggunakan zpt atonik dapat
mempengaruhi umur muncul tunas, jumlah, dan volume akar (Sucitra, 2020).
ZPT atonik mengandung senyawa nitroaromatik, natrium ortho nitrofenol 0,2
%, natrium 2,4 dinitrofenol 0,05%, natrium pata nitrofenol 0,3%, natrium 5
nitro guaikolat 0,1%. Senyawa tersebut berfungsi untuk merangsang proses
metabolisme dan fisiologi, sehingga hasil serapan dan unsur hara dalam
tanaman dapat dimanfaatkan secara optimal dan berimbang. Pertumbuhan stek
dengan perlakuan ZPT ekstrak bawang merah memiliki hasil terbaik karena
ZPT tersebut memiliki kandungan hormon auksin yang tinggi sehingga
memicu pertumbuhan tunas pada batang stek lebih cepat (Pamungkas &
Puspitasari, 2018).
Berdasarkan tabel 3.2 hasil pengamatan persentase bertunas stek tanaman
morning, diperoleh persentase bertunas pada perlakuan zpt atonik sebesar 0%,
perlakuan zpt ekstrak bawang merah sebesar 66,67% dan perlakuan kontrol
sebesar 66,67%. Berdasarkan hasil praktikum perlakuan zpt ekstrak bawang
merah dan perlakuan kontrol memberikan hasil terbaik pada parameter jumlah
tunas dibandingkan perlakuan zpt atonik. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa penggunaan zpt atonik memberikan hasil terbaik pada
pertumbuhan tunas dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perendaman
menggunakan zpt atonik dapat mempengaruhi umur muncul tunas, jumlah, dan
volume akar (Sucitra, 2020). Pada perlakuan ZPT ekstrak bawang merah dan
kontrol menunjukkan persentase bertunas yang tinggi. Hal tersebut sesuai teori
yang ada bahwa pemberian ekstrak bawang merah pada awal stek batang
tanaman buah dapat memacu pertumbuhan tunas pada stek batang tanaman
menjadi lebih cepat (Pamungkas & Puspitasari, 2018). Pada perlakuan kontrol
32
memiliki persentase tunas yang tinggi pada awal pengamatan karena tanaman
mendapatkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Penyebab kegagalan stek dengan tiga perlakuan tersebut yaitu
dikarenakan oleh faktor bahan stek dan faktor lingkungan. Bahan stek yang
digunakan pada praktikum ini terlalu tua. Menurut Sylviana et al., (2019),
penggunaan bahan stek dengan umur semakin tua maka semakin sulit stek
untuk tumbuh tunas hal tersebut terkait dengan keberadaan jaringan sklerenkim
dan tingkat kekerasan jaringan batang atau cabang yang menghambar inisiasi
akar dan tunas. Oleh karena itu, bahan stek yang bagus berasal dari batang
yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Faktor lingkungan menjadi
penyebab kegagalan stek pada praktikum kali ini dikarenakan kondisi cuaca
yang terlalu panas mengakibatkan media tanam terlalu kering dan perlakuan
penyungkupan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan stek. Menurut
Tanjung dan Darmansyah, (2021), penggunaan sungkup pada penanaman stek
mengakibatkan suhu rata-rata 28oC-34oC dan kelembaban 85%-100%
mempengaruhi pertumbuhan akar dan tunas stek.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Teknik budidaya tanaman morning glory secara stek dilakukan dengan
merendam batang stek yang ujungnya telah dipotong miring dan tersisa 2
daun teratas ZPT dan fungsida. Lalu menanam stek batang pada media
tanam yang sesuai dan menyungkup dengan plastik.
2. ZPT atonik pada praktikum tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
tunas dikarenakan umur bahan stek terlalu tua dan faktor lingkungan yaitu
cuaca yang terlalu panas. ZPT ekstrak bawang merah berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan persentase tunas. Seharusnya kedua ZPT
auksin tersebut mampu merangsang pertumbuhan akar dan tunas pada
stek.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, E. P., & Rohmawati, I. (2019). Respon Stek Pucuk Tanaman Miana
(Coleus atropurpureus (L.) Benth) terhadap Pemberian Zat Pengatur
Tumbuh. Jurnal Biologi Tropis, 19(2): 277 – 281.
Tanjung, T.Y., dan Darmansyah. 2021. Pengaruh Penggunaan ZPT Alami dan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Delima (Punica granatum
L.). Jurnal Hortuscoler, 2 (1): 6-13.
Sylviana, R.D., C.A. Kristanto, dan E.D. Purbajanti. 2019. Respon Umur Fisiologi
Bahan Stek Mawar (Rosa sp.) pada Pemberian Konsentrasi indole-3-
butyric- acid (IBA) yang Berbeda. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi,
4(2): 168-174.
ACARA IV
PEMBERIAN TRICHODERMA PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT
B. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktikkan cara budidaya tanaman tomat dalam
planterbag.
2. Mengkaji pemberian trichokompos pada pertumbuhan tanaman tomat.
C. Tinjauan Pustaka
Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill.) merupakan tanaman
komonitas pertanian, mempunyai rasa yang unik, yakni mempunyai rasa
perpaduan manis dan asam, menjadikan tomat menjadi buah yang memiliki
banyak pengemar. Buah tomat dapat dinikmati dalam berbagai bentuk. Tomat
segar dapat dijadikan sebagai sayuran, jus, atau semacam campuran bumbu
masak. Buah tomat juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industry.
Misalnya tomat segar dapat dijadikan saus, bahan kosmetik, bahkan sebagai
obat-obatan. Kandungan vitamin yang cukup lengkap dalam tomat dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mengkomsumsi buah tomat secara
teratur dapat mencegah kanker, terutama kanker prostat (Halid et al., 2021).
Taksonomi tanaman tomat:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
35
36
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicon esculentum Mill.
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim, berbentuk perdu yang
panjangnya mencapai ± 2 meter. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang
tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh ke arah
samping tetapi dangkal. Sesuai sifat perakarannya, tomat dapat tumbuh
dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat air. Batang tanaman tomat
berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat,
berbulu atau berambut halus. Batang tanaman tomat berwarna hijau, pada
ruas-ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh
akar-akar pendek. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya
bergerigi dan menyirip agak melengkung ke dalam, berwarna hijau dan
berjumlah 5-7. Buah tomat memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi.
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan terdiri dari lima helai daun
kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong
yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Buah tomat termasuk buah buni, berdaging dan beragam
dalam bentuk maupun ukurannya. (Wahyunanda, 2022).
Tanaman tomat membutuhkan sinar yang cukup, sedikitnya 6 jam
penyinaran dengan temperatur yang sejuk. Jika tanaman tomat kekurangan
sinar matahari, tanaman tomat akan mudah terserang penyakit, baik parasit
maupun non parasit. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman
tomat akan dicapai apabila cahaya diperoleh selama 12-14 jam/hari,
sedangkan untuk pertumbuhan tanaman tomat berkisar 24-28℃. Kelembaban
relatif yang diperlukan tanaman tomat adalah 80%. Suhu 15-30℃ merangsang
pembentukan buah berwarna merah, suhu di atas 30℃ akan menyebabkan
pigmen warna kuning, sedangkan suhu di atas 40℃ tidak menyebabkan
terbentuknya pigmen pada kulit buah. Curah hujan yang ideal bagi
37
pertumbuhan tomat yaitu 750- 1.250 mm per tahun, karena fase pertumbuhan
vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat
akan tumbuh baik dengan tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir,
kadar keasaman (pH) antara 5,5-7,0. Tanaman tomat akan menghasilkan
produksi yang lebih baik jika ditanam di dataran tinggi 700-1500 mdpl
(Wahyunanda, 2022).
Trichoderma sp merupakan cendawan antagonis yang berfungsi untuk
mengendalikan atau mematikan patogen dalam tanah. Trichoderma sp.
merupakan spesies jamur antagonis yang umum dijumpai di dalam tanah,
khususnya dalam tanah organik dan sering digunakan di dalam pengendalian
hayati, baik terhadap patogen tular-tanah atau rizosfer maupun patogen
filosfer. Spesies Trichoderma sp. di samping sebagai organisme pengurai,
dapat pula berfungsi sebagai agensia hayati. Trichoderma sp. Dalam
peranannya sebagai agensia hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis
yang dimilikinya, mengatakan bahwa Trichoderma sp. merupakan jamur
parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain.
Trichoderma sp. mampu memarasit jamur patogen tanaman dan
bersifatantagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau
menghambat pertumbuhan jamur lain, efektif dalam mengendalikan penyakit
akar gada pada tanaman caisin, sebagai agensia hayati mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman (Prasetiyo et al., 2018).
Pupuk organik yang digabungkan dengan Trichoderma sp tersebut dikenal
sebagai Trichokompos. Jadi Trichokompos adalah pupuk yang berasal
dari bahan-bahan organik baik hewan maupun tumbuhan yang didekomposisi
oleh Trichoderma sp. Pupuk trichokompos ini dapat mengendalikan penyakit
seperti penyakit layu, busuk batang dan daun. Pupuk trichokompos berfungsi
selain sebagai dekomposer bahan organik sekaligus juga sebagai pengendali
OPT penyakit tular tanah seperti Scieotium sp, Phytium sp, Fusarium sp dan
Rhizoctonia sp karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang juga
dapat memperbaiki struktur tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman,
menahan air, meningkatkan aktivitas biologis nikroorganisme tanah yang
38
E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bibit tanaman tomat sejumlah 3 bibit.
2. Menyiapkan media tanam yaitu perlakuan 1 tanah tanpa trichokompos dan
perlakuan 2 campuran antara tanah : trichokompos.
3. Membuat lubang tanam dan memberi 1 bibit tanaman tomat per
lubangnya.
4. Menutup bibit dengan tanah tipis dan menyiram media tanam.
5. Melakukan penyiraman dua kali sehari setiap pagi dan sore hari.
6. Melakukan pemupukan setiap 10 hari sekali.
39
F. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tanaman Tomat
3 Oktober 17 Oktober 31 Oktober Waktu
2023 2023 2023 muncul
Perlakuan
TT JD TT JD TT JD bunga
(cm) (helai) (cm) (helai) (cm) (helai) (HST)
Tanpa 61,6 93,3
36 26 73 96,33 21 HST
Trichokompos 7 3
Dengan 21,6 29,3
15 51 35 31 21 HST
Trichokompos 7 3
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
G. Pembahasan
Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill.) merupakan tanaman
komoditas pertanian, mempunyai rasa yang unik, yakni mempunyai rasa
perpaduan manis dan asam, menjadikan tomat menjadi buah yang memiliki
banyak pengemar. Buah tomat dapat dinikmati dalam berbagai bentuk. Tomat
segar dapat dijadikan sebagai sayuran, jus, atau semacam campuran bumbu
masak. Buah tomat juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industry.
Misalnya tomat segar dapat dijadikan saus, bahan kosmetik, bahkan sebagai
obat-obatan. Kandungan vitamin yang cukup lengkap dalam tomat dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mengkomsumsi buah tomat secara
teratur dapat mencegah kanker, terutama kanker prostat (Halid et al., 2021).
Trichokompos adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik baik
hewan maupun tumbuhan yang didekomposisi oleh Trichoderma sp. Pupuk
trichokompos ini dapat mengendalikan penyakit seperti penyakit layu, busuk
batang dan daun. Pupuk trichokompos berfungsi selain sebagai dekomposer
bahan organik sekaligus juga sebagai pengendali OPT penyakit tular tanah
seperti Scieotium rolafsii, Fusarium oxyporum dan Rhizoctonia solani karena
mengandung unsur hara makro dan mikro yang juga dapat memperbaiki
struktur tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menahan air,
meningkatkan aktivitas biologis mikroorganisme tanah yang menguntungkan,
meningkatkan PH pada tanah asam.
40
dalam suplai yang cukup dapat membantu daun dalam penyerapan dan
pemanfaatan cahaya matahari yang diterima daun dan karbohidrat yang
dihasilkan lebih banyak sehingga dapat dipergunakan oleh tanaman dalam
proses pembentukan bunga. Unsur P berpengaruh pada proses umur berbunga
pada tanaman. Unsur K berperan dalam sebagai activator berbagai enzim
esensial dalam reaksi fotosintesis dan respirasi yang mempengaruhi serta
mempercepat proses terbentuknya bunga (Cahyani, 2023).
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Cara budidaya tanaman tomat dalam planterbag yaitu dengan membuat
media tanam dengan campuran tanah dan trichokompos. Kemudian
membuat lubang tanam dan memberi 1 bibit tanaman tomat per lubangnya.
Setelah itu, menutup bibit dengan tanah tipis dan menyiram media tanam.
Melakukan penyiraman dua kali sehari setiap pagi dan sore hari lalu
melakukan pemupukan setiap 10 hari sekali.
2. Pemberian trichokompos pada tanaman tomat tidak memberikan pengaruh
terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, namun berpengaruh terhadap
waktu muncul bunga. Hal ini dikarenakan faktor lingkungkan. Seharusnya
pemberian trichokompos mempunyai manfaat yaitu dapat meningkatkan
unsur hara pada media sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan dan mempercepat waktu muncul bunga.
3.
43
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Sherlitri. 2023. Pengaruh Trichokompos Jerami Padi dan Pupuk NPK
Phonska Terhadap Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam
Riau.
Prasetiyo, H., Purwati, P., & Arsensi, I. (2018). Pemanfaatan Jamur Trichoderma
sp. sebagai Antagonis Patogen Busuk Sulur Tanaman Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) secara In Vitro. Vitro. Agrifarm: Jurnal
Ilmu Pertanian 7(1), 19-27.
Suharman, S., Nurhapisah, N., Rusdin, R. A., Jusran, J., Reski, R., & Sartika, D.
(2022). Pelatihan Pengembangan Trichokompos Sebagai Inovasi
Kewirausahaan dan Pemberdayaan Petani Milenial di Kabupaten
Enrekang. Jurnal Pengabdian UNDIKMA 3(3), 444-452.
B. Tujuan Acara
1. Meningkatkan hasil dan kualitas yang dihasilkan tanaman buah.
2. Mendapatkan persentase hidup dan mengetahui tingkat keberhasilan
penyambungan pada tanaman buah.
C. Tinjauan Pustaka
Alpukat (Persea americana) merupakan buah yang sudah sangat dikenal
dan digemari oleh masyarakat. Alpukat termasuk buah yang mudah didapat
dan paling sering dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang cukup
terjangkau dan memiliki nilai gizi tingg. Buah alpukat merupakan salah satu
buah musiman yang tumbuh pada musim tertentu, sehingga membuat buah ini
mudah di dapat. Alpukat diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan,
antidiabetik dan efek hipolipidemik. Nutrisi yang terkandung dalam buah
alpukat mampu membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh. Namun,
cara budidaya tanaman Alpukat sangat berpengaruh pada khasiat atau kualitas
dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Alpukat merupakan jenis buah yang
memiliki kandungan lemak tinggi, sekitar 20 kali lebih tinggi dibanding buah-
buahan lain (Hartati, 2022). Menurut Hartati (2022). Klasifikasi tanaman
bawang merah sebagai berikut :
44
45
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Super divisi : Spermatophyta
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Persea
Species : Persea americana
Tanaman alpukat memiliki morfologi dengan ketinggian 3-10 m, ranting
tegak dan berambut lurus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur
atau corong, awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-
kelamaan menjadi licin. Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat
ujung ranting, bunganya sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, bewarna
kekuningan, berbulu halusdan benang sari dalam 4 karangan. Buah alpukat
berbentuk bola lampu sampai bulat telur, bewarna hijau kekuningan berbintik
ungu, gandul/halus, dan harum, biji berbentuk bola dan hanya terdapat satu biji
dalam 1 buah (Nursaiidah, 2022).
Daun tumbuh berdesakan di ujung ranting. Bentuk daun ada yang bulat
telur atau menjorong dengan panjang 10-20 cm, lebar 3 cm, dan panjang
tangkai 1,5-5 cm. bunga berbentuk malai, tumbuh dekat ujung ranting dengan
jumlah banyak, garis tengah 1-1,5 cm, warna putih kekuningan, berbulu halus.
Buah berbentuk bola berwarna hijau atau hijau kekuningan dan biji berbentuk
bola. Daun alpukat disebut daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai
dan helaian saja, tanpa upih atau pelepah daun. Bagian tanaman yang berfungsi
sebagai alat pengambilan dan pengolahan zat-zat makanan serta alat penguapan
air dan pernapasan, daun berwarna hijau tua dan pucuk hijau muda sampai
agak kemerahan (Nursaiidah, 2022).
Tanaman alpukat memiliki syarat tumbuh dengan angin 62,4-73,6 km/
jam. Curah hujan minimum untuk pertumbuahn adalah 750-1000 mm/tahun.
Kebutuhan matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Suhu yang
optimum untuk perutumbuhan antara 12,8-28,3 derajat C. Jenis tanah yang
baik untuk alpukat yaitu jenis tanah lempung berpasir dengan keasaman tanh
46
E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bibit tanaman alpukat yang akan dijadikan sebagai batang
bawah.
2. Memotong batang bawah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
lalu menyisakan 1-2 daun.
3. Membelah batang bawah dengan menggunakan pisau cutter pada bagian
tengah sekitar 2-2,5 cm sehingga kedua sisi sama.
4. Memilih batang atas alpukat kemudian menyayat pada sisi kanan dan
kirinya sehingga membentuk lancip, sayatan dilakukan sekali saja.
5. Menyisipkan batang atas pada belahan batang bawah.
6. Melakukan penutupan secara rapat pada sambungan dengan plastic.
7. Menyungkup polibag dengan menggunakan plastik es dan meletakkan
pada
area yang tidak terkena sinar matahari langsung.
8. Apabila sambungan berhasil akan muncul tunas-tunas pada ketiak daun
dalam 2 minggu.
49
F. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Persentase Hidup Grafting Pada Tanaman Buah
Tanggal Pengamatan Persentase Hidup
10 Oktober 2023 0%
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
G. Pembahasan
Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara
perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian
vegetatif (cabang/ranting/pucuk) yang berasal dari tanaman lain yang
disatukan. Teknologi sambung pucuk mudah diterapkan, tingkat keberhasilan
tinggi, bahan yang digunakan lebih mudah diperoleh, dan teknologi ini sudah
banyak dikenal oleh para petani. Prinsip dasar perbanyakan sambung pucuk
adalah penyatuan kambium dari batang atas dan batang bawah, kambium yang
sedang aktif akan membentuk jaringan parenkim, didalam jaringan parenkim
atau kalus tersebut akan terbentuk jaringan kambium baru yang kompatibel
(serasi) dan akan bertautan. Sambung pucuk atau grafting merupakan salah
satu metode perbanyakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk memperbaiki
sifat tanaman baik sifat yang berkaitan kualitas ataupun yang berkaitan dengan
kuantitas (Thamrin, 2019).
Praktikum kali ini yaitu teknologi multiplikasi vegetatif penyambungan
(grafting) pada tanaman buah yang dilakukan dengan cara pertama-tama
memotong batang bawah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, lalu
menyisakan 1-2 daun. Kedua, membelah batang bawah dengan menggunakan
pisau cutter pada bagian tengah sekitar 2-2,5 cm sehingga kedua sisi sama.
Ketiga, memilih batang atas alpukat kemudian menyayat pada sisi kanan dan
kirinya sehingga membentuk lancip, sayatan dilakukan sekali saja. Keempat,
menyisipkan batang atas pada belahan batang bawah. Terakhir, melakukan
penutupan secara rapat pada sambungan dengan plastik dan menyungkup
polibag dengan menggunakan plastik es serta meletakkan pada area yang tidak
terkena sinar matahari langsung. Apabila sambungan berhasil akan muncul
50
tunas-tunas pada ketiak daun dalam 2 minggu. Parameter yang diamati adalah
persentase hidup.
Berdasarkan tabel 5.1 hasil pengamatan persentase hidup grafting pada
tanaman buah pada tanggal 10 Oktober 2023 diperoleh persentase hidup
sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam teknologi grafting pada
tanaman alpukat mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut dikarenakan
kondisi cuaca yang tidak normal atau ekstrim sehingga menyebabkan suhu
tidak stabil pada saat penyambungan. Penyebab lain ketidakmampuan tanaman
dalam pertautan sambung pucuk yaitu faktor genetik dalam memproduksi
kalus. Suhu yang terlalu tinggi tentu akan mempengaruhi tanaman dalam
proses fisiologisnya seperti fotosintesis dan metabolisme tanaman juga
terganggu, sehingga akan berdampak pada pembentukkan kalus. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi keggalan sambung pucuk yaitu faktor fisiologis
seperti rendahnya daya rekat getah bibit yang memungkinkan terhambatnya
pertautan sambungan. Selain itu, kemungkinan disebabkan adanya senyawa
fenol yang menghambat dalam penyambungan tanaman. Fenol dijumpai dalam
bentuk glikosida yang mengalami hidrolisis apabila jaringan tanaman
mengalami pelukaan (Ardana et al.,2022).
Pada praktikum diketahui kondisi tanaman yang diamati mengalami
kegagalan yang ditandai dengan lepasnya sambungan entres dari batang bawah.
Ujung entres terlihat mengalami pembusukan yang ditandai bewarna
kecoklatan. Ciri keberhasilan teknik grafting pada tanaman buah yaitu akan
muncul tunas-tunas pada ketiak daun dalam 2 minggu. Menurut Pambudi
(2019), keberhasilan sambungan dapat dilihat dari tanaman antara batang
bawah dan entres menyatu dengan baik, dan batang atas tumbuh daun serta
tunas.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari grafting adalah faktor
lingkungan, yang biasanya dipicu oleh tingkat kelembapan. Tingkat
kelembaban yang terlalu tinggi dapat memicu munculnya jamur atau cendawan
berbahaya yang bisa menyebabkan kebusukan dan kematian pada batang yang
dilukai. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan grafting
51
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknologi multiplikasi vegetatif penyambungan (grafting) dapat
meningkatkan hasil dan kualitas yang dihasilkan tanaman buah,
perbanyakan ini yang akan menghasilkan tanaman baru dengan sifat yang
sama seperti induknya serta jumlah tanaman yang lebih banyak dalam
waktu singkat.
2. Tingkat keberhasilan grafting batang bawah pada praktikum ini tergolong
rendah dengan persentase hidup tanaman yaitu 0% dikarenakan faktor
52
lingkungan yang ekstrim seperti suhu panas, faktor genetik, dan faktor
fisiologis.
53
DAFTAR PUSTAKA
B. Tujuan Acara
1. Mengetahui standardisasi mutu produk-produk hortikultura.
2. Mempelajari cara memisahkan produk buah, sayur, dan bunga yang layak
dan tidak layak jual.
3. Mempelajari cara mengelompokkan produk buah, sayur, dan bunga
berdasarkan ukuran dan warnanya.
C. Tinjauan Pustaka
Kualitas produk hortikultura merupakan suatu kemampuan produk dalam
melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan, yang
diperoleh produk dengan secara keseluran. Produk hortikultura yang bermutu
adalah produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Syarat mutu
memuat kriteria dan spesifikasi mutu yang diharuskan untuk standar komoditas
yang bersangkutan. Mutu suatu produk harus memenuhi kriteria mutu
eksternal, internal, kehalalan, dan kriteria lingkungan. Mutu eksternal adalah
kriteria mutu yang dapat diindera, dilihat, dan diraba tanpa harus dicicipi
konsumen. Mutu internal adalah kriteria mutu yang dapat diketahui setelah
konsumen mencoba secara inderawi atau menganalisis produk tersebut
(Rasyid, 2018).
54
55
Superdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea reptans Poir.
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai
ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk keperluan industri makanan. Cabai merah (Capsicum annuum
L.) merupakan tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili Solanaceae.
Cabai merah memiliki nilai ekonomi serta nutrisi yang tinggi. Kandungan gizi
yang terdapat pada tanaman cabai merah seperti protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, vit (A dan C) menjadikan cabai merah sebagai komoditi yang
dibutuhkan masyarakat untuk bahan masakan (Andani, 2020). Menurut Andani
(2020) Klasifikasi tanaman cabai merah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Superdivisi : Angiospermae
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Sympetale
Ordo : Tubiflorae
Family : Solonaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum L.
Krisan (Chrysanthemum indicium L.) merupakan tanaman bunga hias
berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau bunga emas (Golden Flower)
yang berasal dari daratan Cina. Sejak tahun 1940, bunga krisan dikembangkan
secara komersial di seluruh dunia. Untuk mempertahankan fase vegetatif
tanaman krisan maka perlu dilakukan penambahan lama penyinaran di malam
59
E. Langkah Kerja
1. Mengamati bentuk fisik dari buah cabai merah, sayur kangkung, dan
bunga krisan.
2. Melakukan sortasi dan grading pada masing-masing produk hortikultura.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Sortasi Buah dan Sayur
Buruk Persentase
Komoditas Jumlah Baik
Hama Penyakit Memar baik (%)
Buah 50 30 0 13 7 60%
Sayur 48 20 5 23 0 41,67%
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2023
G. Pembahasan
Standardisasi adalah upaya menjaga kualitas produk. Jika produk sudah
memiliki standar maka konsumen akan dengan mudah memilih produk.
Standardisasi dan sertifikasi yang dimaksudkan sebagai acuan dalam mengukur
mutu produk dan/atau jasa di dalam perdagangan bertujuan untuk memberikan
perlindungan pada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat
lainnya. Untuk menjaga konsistensi mutu produk dan jasa yang dihasilkan dan
sesuai dengan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian mutu atas
aktivitas proses yang sedang dilakukan (Pramono, 2018).
Sortasi merupakan kegiatan pemisahan/pengelompokan berdasarkan mutu
yang erat kaitannya dengan kondisi fisik (busuk, lecet, memar, bentuk tidak
normal, dan sebagainya) bahan sedangkan grading lebih kearah nilai
estetikanya (warna, dimensi). Dalam hal tertentu misalnya tingkat kematangan
maka grading dan sortasi memiliki kriteria yang sama. Kombinasi keduanya
menghasilkan standar mutu sayuran dimana ada jenis sayuran memiliki satu
atau lebih standar mutu. Sortasi atau penyortiran sering dilakukan di awal
proses. Beberapa metode sortasi yang digunakan, antara lain sortasi
berdasarkan ukuran (size sorting), sortasi berdasarkan bentuk (shape sorting),
sortasi berdasarkan berat (weight sorting), sortasi berdasarkan warna
(photometric sorting), sortasi berdasarkan daya apung/densitas (buoyancy
61
dan kehilangan nilai ekonomisnya (Saidi et al., 2021). Mutu buruk produk
disebabkan juga oleh hama. Hama tersebut mengakibatkan kerusakan pada
produk baik prapanen ataupun pascapanen dan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan mutu dan kualitas buah ataupun sayur serta hasil produksi tanaman
antara 25-100%. Hama dan penyakit penting yang menyerang cabai merah
diantaranya adalah thips, aphids, layu fusarium, anthranoksa, virus kuning dan
penyakit keriting (Inaya et al., 2022). Hama yang berpengaruh pada sayur
kangkung diantaranya bekicot, ulat gerayak, kutu daun, dan ulat keket.
Penyakit pada tumbuhan kangkung di antaranya karat putih, bercak daun,
penyakit dikarenakan bakteri, virus, dan alga (Nasrulloh et al., 2022).
Berdasarkan data tabel 6.2 sortasi bunga krisan yang bejumlah 10 tangkai
diperoleh bunga krisan bermutu baik sebanyak 6 tangkai sehingga diperoleh
persentase mutu baik yaitu 60%. Bunga krisan yang bermutu buruk karena
kuncup terdapat 3 tangkai, karena layu 0 tangkai, dan karena patah 1 tangkai.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mutu buruk pada bunga
krisan paling banyak dikarenakan bunga kuncup yaitu terdapat sekitar 3
tangkai. Menurut Ningsih, (2019), bunga yang kuncup disebabkan oleh
pemanenan bunga yang tidak sesuai dengan umur panen bunga. Tangkai patah
pada bunga krisan ini dapat disebabkan karena proses pemanenan yang tidak
hati-hati, pengemasan dan penyimpanan produk yang kurang baik. Mutu buruk
bunga karena layu disebabkan oleh proses respirasi yang terlalu cepat dan suhu
terlalu panas sehingga kadar air pada bunga cepat menurun dan layu.
Berdasarkan data tabel 6.3 grading buah dan sayur yaitu grading buah
cabai sebanyak 50 buah dapat diketahui berdasarkan grading ukuran buah
terdapat 14 buah berukuran besar, 13 buah berukuran sedang, dan 3 buah
berukuran kecil. Berdasarkan grading warna buah cabai diketahui terdapat 24
buah bewarna cerah dan 6 buah bewarna pucat. Berdasarkan grading kesegaran
buah diperoleh 25 buah segar dan 4 buah layu. Berdasarkan hasil pengamatan
grading 48 tangkai sayur kangkung diketahui berdasarkan grading ukuran
sayur yaitu terdapat 5 tangkai berukuran besar, 7 tangkai berukuran sedang,
dan 8 tangkai berukuran kecil. Berdasarkan grading warna diketahui sayur
64
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Standardisasi mutu produk-produk hortikultura dilakukan dengan
mengamati bentuk fisik dari cabai merah, sayur kangkung dan bunga
krisan yang kemudian dilakukan sortasi dan grading.
2. Cara memisahkan produk buah dan sayur yang layak dan tidak layak jual
yaitu dengan sortasi. Sortasi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik
produk kemudian memisahkan antara produk mutu baik dan mutu buruk
karena hama, penyakit, dan memar.
3. Cara mengelompokkan produk buah, sayur, dan bunga dengan cara
grading yaitu memilah bentuk fisik produk berdasarkan ukuran produk
(besar, sedang, dan kecil), warna produk (cerah dan pucat), dan kesegaran
produk (segar dan layu).
67
DAFTAR PUSTAKA
Andani, R. 2020. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Akibat Perbedaan Jenis Media Tanam dan Varietas Secara Hidroponik
Substrat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 5(2):1-10.
Saidi, I.A., R. Azara, dan E. Yanti. 2021. Pasca Panen dan Pengolahan Sayuran
Daun. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Gambar 1.6 Penaburan pupuk dasar Gambar 1.7 Penanaman bibit umbi
SP-36 bawang merah
ACARA II
BUDIDAYA TANAMAN SAWI PAGODA
Gambar 2.1 Pesemaian benih sawi Gambar 2.2 Perataan pupuk dasar
pagoda dengan garu
Gambar 3.1 Persiapan alat dan bahan Gambar 3.2 Pemotongan pangkal stek
agar runcing
Gambar 3.3 Persiapan media tanam Gambar 3.4 Perendaman pangkal stek
pada ZPT
ACARA IV
PEMBERIAN TRICHODERMA PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT
DALAM PLANTERBAG
Gambar 6.3 Sortasi dan grading buah Gambar 6.4 Sortasi bunga krisan
cabai