Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

KEUNTUNGAN USAHA PRODUKSI PAKAN TERNAK DARI ULAT


MAGGOT(KASUS PADA ORGANIK FARM DI DESA
ABIANBASE,KECEMATAN MENGWI,KABUPATEN BADUNG)

OLEH :

RISMAYATIK JELITA
NPM : 1903542010063

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROPOSAL

Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing ll

Ir.Cening Kardi,M.M.A Ir.I.Made Budiasa,M.Agb.


NIDN: 0023046306 IDN :0008016210

Ketua Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar

Dr. Ni Putu Sukanteri, S.P., M.Agb


NIDN: 080111800
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka proposal, dengan judul Keuntungan Usaha

Budidaya Ulat Maggot Di Abianbase, Kecamatan mengwi Kabupaten Badung telah

terlaksana dengan baik dan sesuai rencana. Atas terlaksananya dengan baik proposal ini,

saya sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Ir. I Made Sukerta, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Universitas Mahasaraswati Denpasar, atas ijin dan kemudahan yang di berikan

kepada penulis selama penulis kuliah.

2. Ibu Dr. Ni Putu Sukanteri, S.P., M.Agb selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

3. Bapak Ir.Cening Kardi,M.M.A selaku dosen Pembimbing I yang dengan

kesungguhan hati membimbing dan memberikan motivasi dalam penulisan

proposal ini sehingga dapat diselesaikan.

4. Bapak Ir.I.Made Budiasa,M.Agb. selaku dosen pembimbing II yang dengan

kesungguhan hati memimpin dalam penulisan proposal ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis yang memberikan bekal

pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian dan Bisnis

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

i
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari proposal ini masih

jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan serta cara penulisan. Oleh

karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

lebih sempurnanya tulisan ini.

Denpasar, September 2023

Pelaksana,

Rismayatik Jelita

NPM.1903542010063

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2

ii
1.1 Latar Belakang......................................................................................................2

1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................6

2.1 Maggot Black Solider Fly(BSF)...........................................................................6

2.2 Media Pertumbuhan............................................................................................10

2.3 Biaya Produksi.....................................................................................................10

2.4 Pendapatan (Revenue)........................................................................................18

2.5 Keuntungan (Profit)............................................................................................18

2.6 Kerangka Pemikiran...........................................................................................19

2.7 Penelitian Terdahulu...........................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN...............................Error! Bookmark not defined.23

3.1 Waktu dan tempat...............................................Error! Bookmark not defined.23

3.2 Jenis-Jenis Sumer Data...........................................................................................

3.2.1 Jenis Data..........................................................................................................

3.2.2 Sumber Data..................................................Error! Bookmark not defined.25

3.3 Pelaksanaan Penelitian........................................................................................25

iii
3.3.1 Metode Pengambilan Sampel .....................Error! Bookmark not defined.25

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel Responden..................................................25

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................25

3.5 Variabel Pengamatan..........................................................................................26

3.6 Analisis Data........................................................................................................26

DAFTARA PUSTAKA.................................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magot atau larva BSF merupakan hasil metamorfosis lalat tentara hitam (Hermetia

illucens L. ) fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa, yang dimana pada

fase kedua tersebut mempunyai sumber protein yang paling banyak. Larva BSF dapat

dijadikan sebagai bahan pakan hewan ternak dan dapat menekan harga pakan lebih

murah. Menurut Anggitasari, Sjofjan, dan Djunaidi (2016), bahan baku dalam pembutan

pakan masih bergantung pada impor, dan harga pakanpun meningkat). Sehingga, perlu

ada pakan alternatif yang dapat memenuhi ketersediaan pakan. Oleh karena itu yang

dapat digunakan adalah larva BSF (Hermetia illucens L. ).

Larva BSF (Hermetia illucens L.) dapat dijadikan sebagai pakan hewan ternak

karena memiliki sumber protein yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan ternak.

Menurut Muhayyat, Yuliansyah, dan Prasetya (2020), larva BSF memiliki kandungan

lemak 30% dan protein sebesar 45-50%. Menurut Fauzi dan Sari (2020), kandungan

protein dalam tubuh larva BSF sebanyak 40%. Larva BSF dapat mengubah limbah

organik di dalam tubuhnya menjadi lemak dan protein (Supriyatna dan Putra, 2019).

Selain itu, pakan dari larva BSF dapat menurunkan pengeluaran biaya pakan,

meningkatkan protein hewan perternak dan menstabilkan pruduktivits hewan ternak.

Larva BSF dapat dikonsumsi oleh hewan ternak secara langsung ataupun dicampur

dengan dedak yang akan dibuat sebagai

Limbah organik pada umumnya dikelola oleh masyarakat dijadikan sebagai

pupuk kompos guna meningkatkan sektor pertanian dan meminimalisir pengeluaran.

Namun, limbah organik juga dapat dijadikan sebagai bahan pakan ternak, sehingga

1
memiliki nilai yang lebih ekonomis dan menguntungkan bagi pengelola. Salah satu

pemanfaatan limbah organik yang baru-baru ini adalah dijadikan sebagai media

perkembangbiakan Maggot atau larva lalat tentara hitam ( Hermetia illucens L. ) yang

bisa digunakan sebagai pakan

yang dimana larva tersebut dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ternak, baik

dalam bentuk segar maupun campuran sebagai pelet dan juga dapat meminimalisir

pengeluaran biaya pakan. Adapun judul penelitiannya, yaitu “ Keuntungan Usaha

produksi pakan ternak dari ulat maggot.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,maka masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar keuntunggan usaha produksi pakan ternak dari ulat maggot?

2. Seberapa besar biaya produksi pakan ternak dari ulat manggot?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis

1. Keuntungan usaha produksi pakan ternak daru ulat maggot.

2. Biaya produksi pakan ternak dari ulat maggot.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1.4.1. Secara Teoritis

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana pertanian jurusan

Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar,

2
dan untuk menambah wawasan dalam menganalisis keuntungan usaha produksi

pakan ternak dari ulat maggot

2. Bagi Akademis

Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam menambah wawasan

serta untuk refrensi bagi peneliti serupa pada lingkungan yang luas dalam bidang

pembahasan yang sama untuk penelitian di masa datang

1.4.2. Secara praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi penulis maupun

pembaca mengenai bagaimana mengelola proses produksi ulat maggot

sebagai upaya peningkatan kesejahtraan finansial melalui pemanfaatan ulat

BSF sebagai salah satu alternatif bahan pakan ternak

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan produksi pakan ternak dari ulat maggot

Siklus hidup maggot BSF mulai telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan

waktu 40 sampai dengan 43 hari, dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan

kondisi lingkungan (Tomberlin dkk. 2002). Lalat betina dewasa akan menempatkan

telur disamping sumber pakan, lalat betina tidak menempatkan telurnya langsung di atas

sumber pakan dan tidak mudah terusik jika sedang bertelur, biasanya potongan kardus

berongga atau daun pisang kering diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat

lalat bertelur. Produksi telur berkorelasi terhadap ukuran tubuh lalat dewasa, lalat betina

memiliki ukuran tubuh dan sayap yang lebih besar disbanding jantan, ukuran tubuh

yang besar cenderung lebih subur dibandingkan dengan lalat yang bertubuh kecil

(Gobbi dkk. 2013). Produksi telur lalat yang berukuran tubuh besar lebih banyak

dibandingkan dengan lalat yang berukuran tubuh kecil. Kelembaban juga 5

mempengaruhi daya bertelur lalat BSF, jika kondisi kelembapan diatas 60% maka 80%

lalat betina bertelur dan hanya 40% lalat betina yang bertelur (Sheppard, 2002).

Membutuhkan waktu 2 sampai dengan 4 hari, telur akan menetas menjadi larva

instar satu dan berkembang hingga ke instar enam dalam waktu 22 sampai dengan 24

hari dengan rata-rata 18 hari (Barros dkk. 2014). Ditinjau dari ukuran maggot yang baru

menetas dari telur berukuran kurang lebih 2 mm, kemudian berkembang hingga 5 mm.

Setelah berganti kulit maggot berkembang dan tumbuh lebih besar dengan panjang

tubuh mencapai 20 sampai dengan 25 mm, kemudian-- masuk ke tahap--prepupa. Larva

betina berada di dalam media lebih lama dan bobot yang lebih berat dibandingkan

dengan bobot jantan. Masa prepupa meninggalkan media pakannya ke tempat yang

4
kering secara alami seperti ke tanah kemudian membuat terowongan untuk menghindari

predator dan cekaman lingkungan (Tomberlin dkk. 2009).

Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup maggot BSF karena suhu

yang lebih hangat (di atas 30°C) menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan

produktif. Suhu optimal agar dapat tumbuh dan berkembang adalah 30°C, tetapi pada

suhu 36°C menyebabkan pupa tidak dapat mempertahankan hidupnya yang

menyebabkan tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa. Pemeliharaan maggot dan

pupa BSF pada suhu 27°C berkembang empat hari lebih lambat dibandingkan dengan

suhu 30°C (Tomberlin dkk. 2009). Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur.

Suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas lebih cepat dibandingkan dengan

suhu yang rendah.

2.1.1. Produksi ulat maggot

Siklus hidup lalat mulanya adalah dari tahap telur. Telur tersebut berukuran

kurang lebih 1.2 mm dengan warna putih. Butuh satu hari saja bagi telur itu untuk

menetas.Peletakan telur ini juga tidak sembarangan oleh lalat. Berhubung tidak seperti

hewan lain yang akan mengerami dan memberi makanan anaknya, lalat betina akan

memilih lokasi yang kaya akan sumber makanan.Dengan demikian telur yang telah

menetas dapat langsung mencari makan sendiri. Sebab itulah telur lalat banyak kita

jumpai di sampah organik yang telah membusuk maupun di kotoran ternak.Pada setiap

5
lalat betina, ia akan menghasilkan 150 butir telur dalam satu periode kehamilan. Selama

masa hidupnya, lalat betina akan menghasilkan 500 telur. Jika suhu di lokasi peletakan

telur ideal, maka kurang dari satu hari telur tersebut telah menetas.8 hingga 20 jam,

telur menetas menjadi makhluk mirip ulat atau cacing berwarna putih yaitu larva atau

kita kenal dengan belatung. Hewan ini hanya perlu mengaitkan sumber makanan pada

mulut mereka. Ketika telur menetas menjadi maggot, siapkan makanan 25 hingga 250

mg per hari untuk satu ekor larva. Ketika sudah berukuran 27 mm dengan berat 220 mg,

maka maggot siap untuk kita panen.tahapan persiapan ternak ulat maggot BSF sebagai

berikut:

1.Kandang Maggot

Fungsi pembuatan kandang maggot adalah untuk lokasi kawin dari lalat. Utamanya

jenis lalat yang baik dan tidak membawa penyakit adalah BSF (Black Soldier

Fly).Bahan kandang bisa berupa kayu, waring berupa jaring-jaring yang lembut sebagai

dinding, dan plastik UV untuk atap. Cukup membuat kandang ukuran kecil saja bagi

pemula.Nantinya di kandang ini akan terisi rak pre pupa serta media untuk bertelur.

Ukuran kandang adalah 2,5 m x 4 m x 3 m.Dalam 10 cm persegi, jumlah BSF yang

tertampung sekitar 40 hingga 50 ekor. Sesuaikan juga kandang dengan jumlah maggot

yang ingin kita produksi

Hal-hal lain yang perlu kita perhatikan untuk membesarkan pupa adalah dengan

mengatur suhu agar maksimal 36 derajat Celcius. Tidak baik jika suhu lebih tinggi dari

itu. pastikan tidak terkena hujan dan gelap.Maggot tidak menyukai sinar matahari

langsung. Namun pastikan sirkulasi udara tetap lancar.Berbeda dengan maggot, untuk

indukan, kandang harus mendapatkan sinar matahari langsung dan suhu udara baik

6
yaitu 30 hingga 38 derajat Celcius.Aktifitas BSF sejak 8.30 hingga 11 siang. Kandang

juga tidak boleh terkena hujan.

2.Rak untuk menetaskan telur

Ketika lalat telah menghasilkan maggot, kita dapat menggunakan box-box kecil

sebagai tempat meletakkan maggot. Kita dapat menyusunnya menjadi tiga tempat

dengan bahan kayu. Telur-telur BSF ditetaskan menjadi larva lalu selanjutnya

dipindahkan ke Biopond sebagai media pembesaran.

Tempatkan ruang khusus untuk penetasan ini,tidak harus permanen tetapi

memiliki lokasi khusus sehingga tidak berceceran setiap kegiatan di lokasi kita

nantinya.gunakan rak untuk menyususn box-box tersebut sehingga rapi dan tertata

dengan baik.

3. Biopon

Biopon yang digunakan pada skala menengah berbeda ukuran dengan skala

rumahan,prinsipnya sama dimana biopon ini memiliki dua jenis yaitu: biopon

biasa(tanpa ramp) digunakan sebagai media untuk memproduksi larva mudah dan

biopon yang memiliki ramp/bidang miring sebagai jalan migrasi perpupa.ukuran

disesuaikan dengan lahan yang ada, rencanakan lokasi biopon ini sehingga nantinya

menjadi bagian dalam kegiatan secara utuh yang baik dilihat, dan yang paling penting

dan menjunjung kinerja dengan maksimal. (Mahadi,2020)

2.2 Kandungan Nutrisi

Nutrisi yang dimiliki maggot BSF. Kandungan protein maggot cukup tinggi,

yaitu 44,26% dengan kandungan lemak 29,65% sedangkan nilai asam amino, asam

7
lemak dan mineral terkandung pada maggot juga tidak kalah dengan sumber protein

lainnya, oleh sebab itu maggot BSF sebagai bahan penyusunan pakan ternak (ransum)

(Fahmi dkk. 2019).

Dilihat dari umur maggot mempunyai nutrisi yang berbeda, kandungan bahan

kering (BK) maggot BSF berhubungan positif dengan peningkatan usia yaitu 26,61%

pada usia 5 hari berubah jadi 39,97% pada usia 25 hari. Nilai lemak kasar (LK)

sebanyak 13,37% pada usia 5 hari dan berubah jadi 27,50% pada usia 25 hari. Kondisi

ini berbeda dengan nilai PK menurun pada usia yang lebih tua

Tabel 1: kandungan nutrisi pakan ternak dari ulat maggot

Proksimat (%) Asam (%) Asam (%) Mineral (%)


Amain lemak
Ari 2,38 Serin 6,35 Linoleat 0,70 Mn 0,05
Protein 44,26 Glisin 3,80 Linolena 2.24 Zn mg/g
Lemak 29,65 Hiatidin 3,37 Saturated 20,00 Fe 0,09
Arginin 12,95 Monomer mg/g Cu 0,68
Treonin 3,16 8,71 P 0.01
Alanin 25.68 Ca 0,13
Prolin 16,94 Mg 55,65
Tirosin 4,15 Na 3,50
Valin 3,87 K 13,71
Sistin 2,05 10,00
Isoleusin 5,42
Leusin 4,76
Lisin 10,65
Taurin 17,53
Sistein 2,05
Nh3 4,33
Ornitina 0,51

2.2.1 Limbah Sayur

Limbah sayur adalah sayuran yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.

Limbah sayuran bisa di dapatkan dari limbah rumah tangga, pasar tradisional dan

modern, limbah rumah makan maupun limbah hotel. Jumlah konsumsi sayuran yang

tinggi juga dapat menimbulkan adanya dampak negatif yaitu munculnya limbah

8
sayur di pasar, hal ini dikarenakan sayuran akan mudah rusak karena cara

pengiriman dari petani ke tempat penjualan yang cukup jauh dan sayuran tersebut

hanya di tumpuk yang menyebabkan sayuran pada bagian paling bawah tumpukan

rusak karena adanya tekanan dan hambatan di perjalanan ketika akan di pasarkan,

dapat di lihat pada tabel 4 berapa banyak pasokan sampah organik dan potensi

limbah yang di hasilkan setiap harinya. Pada tabel 5 dapat di lihat potensi nutrisi

libah paar dari sayuran yang dapat di manfaatkan sebagai media hidup maggot BSF.

Tabel 2. Potensi Limbah


NO Jenis Sampah Jumalah Ton/Hari
1 Sampah Basah/Organik 405,41 61,50
2 Samapah Kering/An- 253,79 38,50
Organik
a.kertas 45,49 6,90
b.Plastik 115,36 17,50
c.Logam 1,32 0,20
d.Karet/Kulit 5,27 0,80
e.Kaca/Gelas 4,61 0,70
f.Kain 23,07 3,50
h.Kayu 0,66 0,10
i.Lain-lain 58,02 8,80
Jumlah 659,21 100,00

2.3 Biaya Produksi

Biaya produksi pada dasarnya adalah dana atau modal yang harus dikeluarkan

oleh suatu perusahaan selama untuk mengolah bahan baku untuk menghasilkan suatu

produk yang akan dipasarkan atau dijual. Oleh sebab itu, biaya produksi ini sudah pasti

dikeluarkan dalam kegiatan produksi suatu perusahaan. 

Biaya yang dikeluarkan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan patokan untuk

menentukan harga jual. Prosesnya adalah dengan mengakumulasikan seluruh biaya

9
produksi, kemudian digabungkan dengan biaya yang lainnya hingga kemudian

ditentukan harganya. 

Selain itu, biaya produksi digunakan untuk menganalisis dan keuntungan dan kerugian

dari penjualan produk.

  Dalam proses produksi di suatu perusahaan, terutama di bidang manufaktur atau

pabrik, terdapat dua unsur biaya produksi yang perlu ditetapkan untuk menjalankan

proses produksi itu sendiri. Yaitu: 

1.Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan atau

material yang digunakan untuk memproduksi barang. Terdapat beberapa komponen

yang termasuk ke dalam bahan baku. 

Salah satunya adalah bahan mentah atau raw material. Pembelian bahan mentah ini

dapat dilakukan dengan cara debit, kredit, maupun impor. Pembelian bahan mentah itu

juga termasuk dengan biaya-biaya lain, seperti biaya pengiriman dan biaya

pergudangan.

Nantinya, biaya bahan baku ini akan dicatat sesuai dengan faktur pemberian yang

berisi harga pokok, pajak, serta pengiriman.  

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dianggarkan dan dikeluarkan oleh

perusahaan untuk membayar jasa para karyawan yang berperan dalam memproduksi

barang. Disebut tenaga kerja langsung karena mereka adalah karyawan yang bertugas

langsung dalam proses produksi. 

10
Proses penentuan gaji karyawan ini dilakukan dengan memperhitungkan proses

produksi. Kemudian, perusahaan melakukan penganggaran biaya tenaga kerja

dengan mempertimbangkan perencanaan kebutuhan karyawan lebih dulu. 

Biaya tenaga kerja karyawan juga tidak semata-mata gaji pokok saja, melainkan

tunjangan-tunjangan beserta dengan asuransi yang bisa menjamin karyawan. 

Umumnya, nominal gaji ini disesuaikan dengan perannya masing-masing dalam

proses produksi. Semakin tinggi tanggung jawab yang diberikan, maka kemungkinan

juga akan makin tinggi pula gaji yang dibayarkan. 

3.Biaya Penyusustan alat

Penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat di sususn dari suatu aset

sepanjang masa manfaat yang estimasi. Jumlah yanag dapat disusutkan dari suatu aset

adalah biaya yang di keluarkan untuk memperoleh aset tersebut di kurangagi deangan

estimasi nilai sisa ( salvage value) aset tersebut pada akhir masa manfaatnya.

2.3.1 Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang besarnya

bergantung pada jumlah produksi barang yang diinginkan. Dengan kata lain, ketika

jumlah produksi makin tinggi, maka biaya variabel juga akan bertambah. Biaya variabel

ini menjadi salah satu biaya yang paling dijadikan pertimbangan untuk memberikan

harga produk dalam hitungan per unit. 

Salah satu contoh dari biaya variabel ini adalah biaya pembelian bahan baku

produk. Biaya pembelian bahan baku tentunya disesuaikan dengan jumlah produksi

barang yang ingin dihasilkan nantinya. Sederhananya adalah ketika kita ingin

memproduksi roti dengan jumlah yang banyak, maka pembelian tepungnya juga harus

11
banyak. Sehingga biaya yang dikeluarkan juga banyak. Biaya variabel ini akan selalu

mengalami perubahan, bergantung pada dinamika harga bahan baku. Oleh sebab itu,

suatu perusahaan harus selalu bisa mengantisipasi perubahan-perubahan bahan baku

agar tidak membuat rugi. 

Ketika proses produksi berhenti, biaya variabel ini berarti juga tidak akan dikeluarkan. 

2.3.2 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang memang tiap bulannya harus dikeluarkan

oleh perusahaan dengan jumlah yang cenderung tidak mengalami perubahan. Dengan

kata lain, biaya tetap ini bersifat pasti sehingga akan selalu ada ruang untuk anggaran. 

Biaya tetap ini pada dasarnya tidak akan mengalami peningkatan meskipun proses

produksi juga ditingkatkan. 

Contoh dari biaya tetap ini adalah biaya-biaya seperti biaya sewa gedung serta gaji

karyawan.

2.4 penerimaan (Revenue)

Pendapatan Produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan dijual ke pasar agar dapat

dbeli oleh konsumen. Hasil penjualan disebut sebagai total pendapatan (Total Revenue /

TR = Quantity x Price). Total peneriamaan akan naik apabila:

1) jumlah barang yang terjual naik, harga tidak berubah;

2) jumlah barang yang terjual tetap, tetapi harga naik; dan

3) baik jumlah barang yang terjual maupun harga kedua-duanya naik).

2.5.Keuntungan (Profit)

Menurut Soemarso (2010), laba atau keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas

beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan,

12
selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik

(berkala).

Setelah dipahami konsep pendapatan dan biaya lebih lanjut dapat dihitung besarnya

keuntungan. Seperti telah dinyatakan sebelumnya keuntungan adalah selisih antara

Total Revenue (TR) dengan Total Biaya (TC).

2.6 Kerangka Pemikiran

Usaha pakan ternak dari ulat maggot

Biaya Produksi (TC) Produksi


-FC (biaya tetap)
-VC (biaya variabel) Penerimaan
(TR)
Harga
Produkasi

Keuntungan

Π=TR-TC

Rekomendasi

13
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

14
2.7 Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti dan judul Metode analisis Hasil penelitian

1 Zurbrugg, C. (2017)ANALISIS Analisi biaya bahan Larva Black Soldier Fly


HARGA POKOK PRODUKSI USAHA baku biaya tenga (BSF) memiliki
BUDIDAYA LARVA BLACK kerja,biaya kandungan protein yang
SOLDIER FLY (Hermetia Illucens) Variabel,harga produksi tinggi, sehingga layak
SKALA RUMAH TANGGA untuk dijadikan pakan
di Kelurahan Bubulak, Kecamatan tambahan bagi ternak dan
Bogor Barat, Kota Bogor juga sebagai pengganti
tepung ikan sebagai
sumber protein dalam
pembuatan pakan ternak.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk menghitung
harga pokok produksi
(HPP) budidaya larva BSF
pada skala rumah tangga.
Metode perhitungan HPP
menggunakan metode full
costing. Berdasarkan hasil
analisis, biaya yang
dikeluarkan untuk
budidaya larva BSF adalah
sebesar Rp 2.477/Kg
2 (Faradina, D. dkk . 202 Besarnya total biaya yang
Analisis keuntungan Budidaya Maggot Analisi biaya bahan dikeluarkan oleh usaha
budidaya maggot di TPS3R
di TPS 3R Barokah Nglanggeran Patuk baku biaya tenga adalah sebesar Rp 2.687.666
Gunung Kidul Yogyakarta kerja,biaya per bulan. Volume penjualan
Variabel,harga maggot dalam satu bulan
produksi menghasilkan penerimaan
sebesar Rp. 5.550.000
penerimaan tersebut
diperoleh dari penjualan
telur, maggot segar dan
kasgot, nilai penerimaan
tersebut akan didapatkan jika
ketiga produk terjual. pada
penelitian ini jumah
penerimaan sebesar
5.550.000, sedangkan jumlah
biaya total sebesar Rp
2.687.000. Pendapatan dari
usaha budidaya maggot
dalam satu bulan adalah Rp
2.862.333. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa unit
usaha budidaya maggot di
TPS3R Barokah Nglanggeran
mampu menghasilkan profit
sebesar 51,57%. Hal ini
menunjukan bahwa usaha ini
memiliki nilai Keuntungan
yang tinggi sehingga sangat
layak untuk dikembangkan.

15
3 (Marzuki. M. 2007) PRODUKSI DAN Analisi biaya bahan Dari hasil penelitian yang
KANDUNGAN NUTRISI MAGGOT baku biaya tenga telah dilakukan dapat
(Chrysomya Megacephala) ditarik kesimpulan sebagai
MENGGUNAKAN KOMPOSISI
kerja,biaya berikut : Produksi maggot
MEDIA KULTUR BERBEDA Variabel,harga tertinggi terjadi pada
di kampus C Fakultas Perikanan produksi perlakuan D (limbah ikan 3
Universitas PGRI Palembang, kg + ampas kelapa 3 kg)
Kecamatan Sematang Borang paembang dimana maggot yang
dihasilkan mencapai
1.149,88 gram. Biaya
produksi pada perlakuan D
sebesar Rp.39,13/gr dengan
rendemen sebesar
19,16% .Untuk produksi
berat maggot terendah
terjadi pada perlakuan A
(limbah ikan 6 kg), maggot
yang dihasilkan hanya
494,08 gram dengan biaya
produksi Rp. 72,86/gr dan
rendemen sebesar 8,2347%
4 Ambari, M. Analisi biaya Dari usaha ulat maggot
bahan baku biaya kami menghasilkan
(2020, maret 17)
keuntungan dari 40 kg
PEMANFAATAN tenga kerja,biaya maggot, dikurang 1 kg
BUDIDAYA BLACK Variabel,harga untuk dijadikan bibit
SOLDIER FLY produksi bulan ke II, penjualan
(MAGGOT) pada bulan pertama 20 kg
SEBAGAI x Rp 10.000 = Rp 200.000
ALTERNATIF ulat maggot basah dan 13
PAKAN TERNAK kg x Rp 60.000 = Rp
UNGGAS BERBASIS 780.000 untuk maggot
PRODUKSI ISLAM kering. Jadi total
penghasilan dari
penjualan maggot adalah
Rp 980.000 untuk bulan
pertama dan untuk
penjualan bulankedua dari
bibit 1 kg maggot
mendapatkan 15 gram 42
telur maggot dengan
penghasilan 60 kg
maggot, dengan penjualan
35 kg x Rp 10.000 =
350.000 maggot basah
dan 15 kg x Rp 60.000 =
Rp 900.000 maggot
kering dengan
penghasilan bulan kedua
Rp 1.250.000, Dengan
pengeluaran modal awal
Rp 442.000. Dapat
disimpulkan dari urai

5 PRODUKSI DAN KANDUNGAN Analisis produksi ulat 1. Produksi maggot


NUTRISI MAGGOT (Chrysomya maggot. Mengetahui tertinggi terjadi pada
jumlah produksi perlakuan D (limbah ikan 3

16
Megacephala) MENGGUNAKAN maggot dari kg + ampas kelapa 3 kg)
KOMPOSISI MEDIA KULTUR perlakuan limbah dimana maggot yang
BERBEDA ikan dengan dihasilkan mencapai
komposisi media 1.149,88 gram. Biaya
kultur yang berbeda. produksi pada perlakuan D
2. Mengetahui nilai sebesar Rp.39,13/gr dengan
nutrisi yang rendemen sebesar
terkandung dalam 19,16% .Untuk produksi
maggot berat maggot terendah
terjadi pada perlakuan A
(limbah ikan 6 kg), maggot
yang dihasilkan hanya
494,08 gram dengan biaya
produksi Rp. 72,86/gr dan
rendemen sebesar
8,2347%.
2. Kandungan protein
maggot tertinggi diperoleh
pada perlakuan C
terkandung pada maggot
sebesar 41,22% dan protein
terendah terjadi pada
perlakuan A dimana
protein yang terkandung
sebesar 25,22%.
3. Perlakuan yang terbaik
yaitu perlakuan D dimana
protein yang terkandung
sebesar 34,90%, produksi
1149,88 gr dan dapat di
produksi 4x. Adapun
rendemen pada perlakuan
D sebesar 19,16% dan
biaya produksi sebesar
Rp.39,13/gr

17
BAB III
METODE PENELETIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini terlaksana selama 3 bulan,dari februari-april 2023. Tempat
penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive method) di Mengwi,Kecematan
Mengwi,Kabupaten Badung. Dasar pertimbanganya sebagai berikut:
1. Desa Mengwi merupakan salah satu desa di Kabupaten Badung sektor
produksi membudidayakan ulat Maggot
2. Usaha didesa ini secara berkelanjutan melakukan budidaya ulat maggot
3. Belum pernah adanya penelitian sejenisnya tentang keungggulan
kompetetif usaha budidaya ulat maggotdi Mengwi,Kecematan
Mengwi,Kabupaten Badung.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang dapat di

hitung dan dinyatakan dalam satuan data kualitatif dalam penelitian ini meliputi

biaya tetap,biaya variabel,total biaya,pendapatan dan keuntungan

2. Data kualitatif adalah data yang tidak di hitung dalam bentuk angka akan tetapi

dalam bentuk kalimat,gambar,dan kondisis manajemen produksi pemasaran .

3.2.2 Sumber Data

Berdasarkan atas sumbernya data yang digunakan dalam peneleitian ini sebagai

beriut:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dalam teknik wawancara langsung

dengan pemilik usaha produksi pakan ternak dari ulat maggot di

Mengwi.Data primer dalam penelitian ini adalah :biaya,produksi,keunggulan

kompetitif,hasil produksi.

18
2. Data skunder adalah data yang di peroleh dari sumber skunder,seperti dari

BPS,Kantor Desa,jurnal media online.

3.3 Penentuan Responden

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilaya generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemuadian di tarik kesimpulanya,jadi populasi bukan hanya orang,tetapi

meliputi karakteristik kata sifat yang dimilii oleh subjek atau objek yang

diteliti(Sugiono,2015). Populalasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang

terlibat dalam proses pengelolahan usaha maimagot organik farm di

Abianbase,kecematan mengwi,kabupaten badung,yang terdiri dari pemilik satu orang

dan tenaga kerja yang berjumlah 7 orang.Total populasi dalam penelitian ini berjumlah

sebanyak 7 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut,jika populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi.untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus bisa

mewakili(Sugiono ,2015)

Teknik dalam pengabian sampel adalah dengan samling jenuh,menurut

Sugiono(2018) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel,istilah lain dari sampling jenuh adalah

sensus,pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus

dimana semua populasi digunakan pemilik satu orang dan tenaga kerja 7 orang maka

total sampel yang digunakan sebanyak 7 orang.

19
3.4 Teknik Pengupulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan menggunakan tenik observasi,

wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara

langsung pada obyek penelitian terhadap tingkat produksi usaha produksi

pakan ternak dari ulat maggot.

2. Wawancara

Teknik wawancara atau interview dilakukan dengan jalan wawancara secara

langsung dengan petani responden yang berhubungan dengan penelitian ini.

Wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi secara

langsung untuk mengetahui Biaya, Penerimaan, dan pendapatan usaha

produksi pakan ternak ulat maggot.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai

macam dokumen yang relevan dan berguna untuk bahan analisis penelitian

ini.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1.Ouput adalah produks yang dihasilkan adalam suatu produksi yang dinyatakan

dalam satuan produksi/kg

20
2. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok yang merupakan komponen

utama dari suatu produk dihitung dalam suatu (kg) dinilai dalam suatu rupia.

3.Tenaga kerja adalah setiapa orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa, untuk mengelolah bahan baku menjadi bahan

produk jadi, dihitung dalam orang kerja (HOK).

4. Harga output adalah harga jual produk, dihitung dalam satuan kg

5.Keuntungan adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya, dinyatakan

dalam Rp/kg.

Tabel 3.1 Operasional Variabel, Indikator dan Parameter serta Pengukuran

Variabel Indikator Parameter Pengukuran

biaya Biaya tetap -Sewa lahan Rp

-pajak Rp

-iuran Rp

Biaya variabel -penghasilan Rp

-Tenaga kerja Rp

Keuntungan -Biaya produksi -Biaya tetap Rp


-Biaya tidak tetap RP

-penerimaan -Harga Rp
-produksi Rp

3.6 Analisis Data

1. Analisis Biaya

Besarnya biaya produksi dalam usaha budidaya maggot, dapat diketahui dengan

menggunakan rumus berikut :

21
TC=TFC+TVC
Keterangan :

TC = Total biaya produksi

TFC = Total biaya tetap

TVC = Total biaya variabel / tidak tetap

Biaya penyusutan

Besarnya total biaya penyusutan investai pada usaha budidaya maggot dapat

diketahui melalui rumus berikut :

Nilai aktivitas Tetap−Nilai Sisa


Biaya penyusutan=
Umur Ekonomis

2. Analisis Penerimaan

Besarnya penerimaan yang diperoleh dapat dihitung menggunakan rumus:

TR=P.Q

Keterangan :

TR = Penerimaan

P = Harga produk persatuan

Q = Jumlah produk

3. Pendapatan Besarnya jumlah pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

π =TR-TC
Keterangan :

𝜋 = Pendapatan

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya produksi

4. Analisis Keuntungan

22
Menurut Wiratna Sujarweni (2017) keuntungan merupakan selisih antara

pendapatan (pererimaan) kotor dan pengeluaran total (biaya total). Untuk menganalisi

keutungan yang diterima pada Usaha Organik FARM Di Abianbase, Kecamatan

mengwi Kabupaten Badung, secara matematis keuntungan (profit) dapat dituliskan

dengan rumus sebagai berikut:

Π=TR-TC

Keterangan:

Π= Keuntungan

TR=Total Revenue (total peneriman)

TC=Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun

biaya tidak tetap

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul (2019) ‘Laporan Timbulan Sampah


Harian Permukiman Gunungkidul’.

Faradina, D. dkk . 2020. Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah sebagai Dasar

23
Manajememn Pengelolaan Sampah Terpadu di Gunung Kidul. Jurnal
Teknologi Industri Hijau. Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau 3.
Universitas Diponegoro, Semarang.

Lisa, F. 2017. Tingkat Densitas Populasi, Bobot Dan Pnjang Maggot (Hermetia
Illucens)Pada Media yang Berbeda. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, Bandar Lampung.

Mulyadi, R. 2018.Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Susu pada Koperasi


Produksi Susu
(KPS) Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis,Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Nurrohman, A. 2020. Peran Bumdes Terhadap Pembangunan Desa Dalam Prespektif


Islam
(Studi Di Bumdes Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul). Skripsi. Program
Studi Ekonomi Islam, Jurusan Studi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam,
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Patimah, I. Dkk. 2021. Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga Emping
Melinjo di Desa Patutrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Jurnal
Surya Agritama.

Puspita, P.M. dkk. 2016. Analisis Pendapatan Dan Profitabilitas Usaha Ternak Ayam
Pedaging Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Jurnal Animal Agriculture.

Wardhana, A. H. 2016. Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) sebagai Sumber Protein
Alternatif untuk Pakan Ternak. Wartazoa.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai