Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UTS

TEORI DAN PRAKTEK HUKUM

NAMA : SELESTINUS RIONALDUS HALUT


NPM : 1904742010083
KELAS : 6B REGULER
ABSEN : 40

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
1.TEORI KONSPIRASI
Kata konspirasi sendiri diambil dari bahasa Inggris yang berarti conspiracy yang
memiliki arti yaitu adalah sebuah rencana rahasia yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk dapat melakukan suatu hal yang melanggar maupun merugikan hukum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI sendiri, kata konspirasi berarti
persengkongkolan atau komplotan. Menurut arti kata konspirasi menurut KBBI, maka kata
konspirasi tersebut menyiratkan suatu perbuatan yang salah serta illegal dilakukan oleh pihak
konspirator karena beberapa pihak tidak perlu melakukan persengkongkolan tersebut demi
terlibat dalam kegiatan yang nilianya tidak saha maupun tidak etis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konspirasi
merupakan tindakan yang berusaha untuk dapat menjelaskan suatu penyebab dari satu atau
serangkaiakn peristiwa rahasia. Sedangkan teori konspirasi merupakan sebuah teori yang
berusaha menjelaskan penyebab utama dari suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa.
Kemunculan Teori Konspirasi
Conspiracy Theory atau teori konspirasi adalah teori yang berusaha menjelaskan
rencana-rencana atau fakta kejahatan yang sebenarnya terjadi dibalik peristiwa. Terkadang,
teori konspirasi dengan mudah dibantah dan dianggap sebagai paranoia. Memang benar,
sebagian besar teori konspirasi dianggap sebagai angin lewat biasa.
Beberapa ahli pun turut memberikan pendapat mengenai pengertian konspirasi. Berikut
penjelasannya.
1. Robbert O Zelency
mengemukakan pendapat pada tahun 1987 mengenai konspirasi, menurut Zelency,
arti konspirasi merupakan suatu tindakan rahasia dengan sangat terencana untuk dapat
melakukan suatu tindakan yang illegal maupun salah.
2. Yenni Salim
Yenni mengatakan, bahwa konspirasi merupakan suatu perencanaan maupun tindakan
yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan cara rahasia dengan bersekongkol
untuk dapat melkaukan suatu perbuatan yang melanggar hukum serta termasuk dalam
itikad buruk.
Ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan seseorang lebih percaya pada teori konspirasi.
Terlalu banyak penjelasan terkait hal ini, sehingga akan diringkas menjadi tiga faktor
pendorong utama seseorang lebih mudah untuk percaya pada teori konspirasi. Berikut
beberapa faktor tersebut:
1) Alasan Epistemik
Faktor epistemik lebih mengacu pada keinginan untuk memperoleh kepastian
dan pemahaman akan suatu hal. Saat dunia tampak sangat kacau dan berbahaya,
orang-orang ingin memahami tentang yang terjadi. Hal tersebut terjadi karena tidak
ada penjelasan yang memadai dan teori konspirasi akan mengisi jalan tengah dari hal
tersebut. Saat hal membingungkan terjadi, orang akan mulai berasumsi jika dirinya
sengaja ditipu oleh kekuatan yang lebih besar.
Selain itu, ada juga hubungan yang terjadi antara keyakinan pada teori
konspirasi dengan tingkat pendidikan. Status pendidikan yang lebih rendah cenderung
berhubungan dengan tingkat percaya yang lebih tinggi pada hal tersebut. Kemampuan
analitis yang lebih rendah dan toleransi yang rendah juga berperan. Karenanya, teori
konspirasi lebih disukai pada peristiwa yang sulit dijelaskan.
2) Alasan Eksistensial
Banyak juga alasan seseorang lebih percaya pada teori konspirasi dengan
alasan eksistensial, sebagai cara agar lebih aman dan terkendali. Saat seseorang
merasa terancam pada sesuatu, mengetahui sumber bahayanya dapat menjadi cara
mengatasi rasa cemas yang timbul.
Saat orang tersebut percaya pada teori ini, rasa puas akan timbul agar dapat
merasakan kontrol dan otonomi. Orang ini tertarik pada teori konspirasi sebagai cara
untuk memahami cara kerja dunia dan merasa dapat mengendalikan nasib sendiri.
Padahal, dampak jangka panjangnya dapat membuatnya menjadi lebih tidak berdaya
dibandingkan sebelumnya.
3) Alasan Sosial
Beberapa orang juga dapat termotivasi agar percaya terhadap teori konspirasi
disebabkan alasan sosial. Hipotesis yang terbentuk adalah seseorang yang yakin pada
konspirasi akan menganggap kelompok lain sebagai oposisi, sehingga merasa lebih
baik pada diri sendiri dan kelompok sosial yang berada di sekitarnya.
Alasan ini dapat menunjukkan bahwa keyakinan pada teori konspirasi dapat
muncul sebagai mekanisme pertahanan. Saat seseorang merasa dirugikan, dirinya
lebih termotivasi untuk menemukan cara meningkatkan persepsi pada diri sendiri.
Metode ini akan menghubungkan orang lain dengan peran jahat agar disalahkan,
sehingga membuatnya lebih percaya diri.
Jenis-jenis Konspirasi
Pada praktiknya, konspirasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang berbeda-beda,
berikut penjelasan dari jenis-jenis konspirasi.
1) Konspirasi Politik merupakan persekongkolan yang terjadi di antara orang-orang
tertentu yang memiliki tujuan untuk dapat memeroleh kekuasaan politik atau
memenuhi tujuan politik. Konspirasi politik juga dapat diartikan sebagai suatu
konspirasi yang meyakini bahwa ada kesepakatan yang terjadi di antara beberapa
golongan atau orang yang memiliki tujuan untuk mendapatkan suatu kekuatan politik.
2) Konspirasi Kriminal merupakan konspirasi yang meyakini bahwa ada perjanjian yang
berlangsung atau terjadi di antara beberapa orang maupun kelimpok untuk dapat
melanggar hukum yang ada di masa depan.
3) Konspirasi Perdata merupakan pesekongkolan yang terjadi di antara beberapa orang
untuk dapat melakukan suatu tindakan penipuan yang bersifat menyessatkan atau
menipu orang lain dari hak hukum yang didapatkan oleh orang tersebut tujuannya
adalah untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
4) Konpirasi hub dan spoke, yang dimaksud dengan konspirasi hub dan spoke ialah
sebuah konspirasi di mana satu atau lebih seorang konspirator utama melakukan
beberapa persekongkolan yang sama dengan orang-orang lain dan keberhasilan dari
konspirasi tersebut bergantung dari beberapa pihak yang ikut dalam persekongkolan
tersebut.
Tujuan dari Melakukan Konspirasi
Apabila dilihat dari berbagai jenis konspirasi yang ada, konspirasi memiliki tujuan yang
beragam yang pada umumnya adalah,sebagai berikut :
 Untuk mencapai keuntungan yang hanya didapatkan oleh beberapa orang atau
kelompok tertentu saja. Dari tujuan beberapa jenis konspirasi tersebut, maka dapat
diketahui bahwa konspirasi merupakan hal yang merugikan.
Secara umum, masyarakat sendiri tidak mengetahui apa tujuan dari kelompok atau orang
tertentu melakukan konspirasi karena peristiwa yang dilakukan bersifat rahasia. Setiap
konspirasi menurut jenis konspirasinya tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda.
 Namun, secara umumnya tujuan dari konspirasi adalah untuk menyalahkan salah satu
pihak atau untuk menggiring opini publik terhadap suatu peristiwai maupun
serangkaian peristiwa serta isu yang saat itu mendapatkan sorotan publik dan dinilai
penting oleh publik.
Konspirasi sendiri dapat terjadi di mana saja, mulai dari lingkungan bisnis, kerja, kawasan
regional, negara bahkan peristiwa dan serangkaian peristiwa yang terjadi di dunia. Tetapi,
walaupun tindakan dari persekongkolan tersebut terjadi, sangat jarang bahwa ada suatu pihak
yang mampu membuktikan konspirasi tersebut kepada publik karena tidak memiliki bukti
yang kuat. Hal ini dikarenakan sifat kerahasiaan dari konspirasi tersebut dan hanya diketahui
oleh pihak-pihak yang terlibat saja.
Contoh-contoh Teori Konspirasi
1) Pembunuhan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy
Teori konspirasi terkenal lainnya adalah pembunuhan yang menimpa Presiden
Amerika Serikat yaitu John F Kennedy pada November tahun 1963 di Dallas, Texas.
Ketika pembunuhan terjadi, istri dari John F Kennedy yaitu Jackie, Gubernur Texas
John Connelly dan istri Nelli pun turut berada di mobil yang sama.
2) Bumi Tidak Bulat, Tetapi Datar
Teori konspirasi yang ketiga merupakan teori konspirasi yang cukup populer dan
bahkan memiliki pengikut yang cukup banyak. Ialah teori konspirasi bumi datar atau
flat earth yang diduga secara tak resmi ada pada abad ke 19 dan memunculkan
masyarakat bumi datar atau flat earth society.
3) Tragedi Serangan Teroris 9/11
Teori konspirasi serangan teroris 9/11 juga merupakan salah satu teori konspirasi
yang cukup terkenal. Ketika tragedi serangan teroris 9/11 tersebut, pada akhirnya
mulai bermunculan beberapa teori konspirasi yang cukup dipercaya oleh masyarakat.

2.TEORI EFEKTIVITAS HUKUM


Efektivitas hukum adalah suatu kemampuan hukum untuk menciptakan atau
melahirkan keadaan atau situasi yang dikehendaki oleh hukum atau diharapkan oleh hukum.
Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama harus dapat
mengukur sejauh mana aturan hukum itu dimengerti atau tidak dimengerti dan ditaati atau
tidak ditaati. Jika suatu aturan hukum dimengerti dan ditaati oleh sebagian besar target yang
menjadi sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah
efektif.
Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli :
Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu
hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :
1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Bronislav Malinoswki mengemukakan bahwa :
Teori efektivitas pengendalian sosial atau hukum, hukum dalam masyarakat dianalisa dan
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. masyarakat modern
2. masyarakat
Primitif, masyarakat modern merupakan masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan
pasar yang sangat luas, spesialisasi di bidang industri dan pemakaian teknologi
canggih,didalam masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan oleh pejabat yang
berwenang.
Pendekatan yang Digunakan dalam Penilaian Efektivitas
Dalam menilai efektivitas program, Tayibnafis (2000:23-36) dalam Ali
Muhidin (2009) menjelaskan berbagai pendekatan evaluasi. Pendekatanpendekatan tersebut
yaitu :
a) Pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari
kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik.
Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi
pengaruh program.
b) Pendekaatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented approach).
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Pendekatan ini amat wajar dan praktis untuk desain pengembangan
program. Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembang program,
menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang
akan dicapai.
c) Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision focused approach).
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola
program dalam menjalankan tugasnya.
3. TEORI KEADILAN
1) Teori Keadilan Jhon Rawls
John Rawls berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan bagi seluruh masyarakat,
tidak dapat mengesampingkan atau menggugat rasa keadilan dari setiap orang yang telah
memperoleh rasa keadilan. Khususnya masyarakat lemah pencari keadilan
Rawls kemudian menegaskan pandangannya terhadap keadilan,bahwa program
penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan, haruslah memperhatikan dua prinsip
keadilan. Pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebesan dasar yang paling
luas, seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali
kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi, sehingga dapat memberi keuntungan bersifat timbal
balik.

2) Teori Keadilan Plato dan Aristoteles


Plato dalam teorinya mengemukakan dua jenis keadilan, yaitu:
a) Keadilan Moral
Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral, apabila telah mampu memberikan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajibannya.
b) Keadilan Prosedural
Sutau perbuatan dikatakan adil secara prosedural apabila seseorang telah mampu
melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah diharapkan.
Aristoteles memberikan penjelasan mengenai masalah keadilan sebagai berikut :
a) Keadilan Distributif (memberi bagian)
Mengatur pembagian barang-barang dan penghargaan kepada tiap orang sesuai
dengan kedudukannya dalam masyarakat, serta menghendaki perlakuan yang sama
bagi mereka yang berkedudukan sama menurut hukum.
b) Keadilan Korektif (mengadaan perbaikan) atau remedial (memberikan pengobatan),
adalah terutama merupakan suatu ukuran dari prinsip- prinsip teknis yang menguasai
administrasi daripada hukum pelaksanaan undang-undang. Dalam mengatur hubungan
hukum perlu ditemukan ukuran umum untuk menanggulangi akibat-akibat perbuatan,
tanpa memandang siapa orangnya dan maksudnya baru dapat dinilai menurut suatu
ukuran objektif. Hukuman harus memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus
memperbaiki kesalahan/penyelewengan perdata, pengembalian harus memperbaiki
keuntungan yang diperoleh dengan tidak wajar. Konsepsi mengenai Themis, yaitu
dewi yang menimbang neraca tanpa memandang siapa orangnya, mengiaskan bentuk
keadilan ini. Tetapi ini (keadilan korektif) harus dipahami sebagai takluk kepada
keadilan distributif.

4. TEORI KEMANFAATAN
Teori kemanfaatan pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham.
Bentham menemukan bahwa dasar paling objektif untuk menilai baik buruknya suatu
kebijakan adalah dengan melihat apakah suatu kebijakan atau tindakan tersebut, membawa
manfaat atau hasil yang berguna, atau sebaliknya malah menimbulkan kerugian bagi orang-
orang terkait.
Apabila dikaitkan dengan pernyataan Bentham terhadap hukum, maka baik buruknya
hukum harus diukur dari baik buruknya akibat yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu.
Suatu ketentuan hukum baru bisa dinilai baik,apabila akibat-akibat yang ditimbulkan dari
penerapannya adalah kebaikan,kebahagiaan sebesar-besarnya, dan berkurangnya penderitaan.
Sebaliknya hukum dinilai buruk jika akibat dari penerapannya menimbulkan sesuatu yang
tidak adil, kerugian, dan hanya memperbesar penderitaan. Prinsip utama dari teori ini adalah
megenai tujuan dan evaluasi hukum.
Tujuan hukum adalah kesejahteraan sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat. Sedangkan
evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat dari proses penerapan hukum.
Berdasarkan orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang pengaturan penciptaan
kesejahteraan negara.
Manfat Dan Tujuan Dari Teori Kemanfatan Adalah Sbb :
Dapat mencapainya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena
adanya hukum yang tertib. Satjipto Raharjo mengungkapkan, bahwa teori kemanfaatan
(kegunaan) hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan
ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang
tingkah laku dan berupa norma (aturan-aturan hukum). Pada dasarnya peraturan hukum yang
mendatangkan kemanfaatan atau kegunaan hukum ialah untuk terciptanya

5. TEORI KEPASTIAN HUKUM


Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian hukum merupakan jaminan bahwa hukum
tersebut dapat dijalankan dengan baik. Sudah tentu kepastian hukum sudah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan hal ini lebih diutamakan untuk norma hukum tertulis. Karena
kepastian sendiri hakikatnya merupakan tujuan utama dari hukum. kepastian hukum ini
menjadi keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian itu sendiri karena esensi dari
keteraturan akan menyebabkan seseorag hidup secara berkepastian dalam melakukan
kegiatan yang diperlukan dalam melakukan aktivitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Dalam hal kepastian hukum ini menurut Teubner31 hukum yang dapat memuaskan
semua pihak adalah hukum yang responshif dan hukum yang responshif hanya lahir dari jika
ada demokratisasi legislasi. Tanpa demokrasi (partisipasi masyarakat) dalam proses legislasi
hasilnya tidak akan pernah melahirkan hukum yang mandiri. Hukum hanya sebagai legitimasi
keinginan pemerintah, dalam kondisi seperti itu ada tindakan pemerintah dianggap
bertentangan dengan hukum. Kepentingan-kepentingan masyarakat menjadi terabaikan
karena hukum bersifat mandiri karena makna-maknanya mengacu pada dirinya sendiri
(keadilan, kepastian, kemanfaatan).
Menurut Gustav Radbruch terdapat dua macam pengertian kepastian hukum yaitu
kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari hukum. Hukum yang
berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang berguna.
Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu keadilan hukum
serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum tercapai apabila
hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang.Dalam undang-undang tersebut
terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang berdasarkan suatu sistem
yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat berdasarkan rechstwekelijkheid (keadaan
hukum yang sungguh) dan dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang
dapat difatsirkan secara berlain-lainan.
A. Subtansi
Kepastian hukum merupakan suatu jaminan bahwa suatu hukum harus dijalankan dengan
cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intiya salah satu tujuan dari hukum. Kepastian
hukum kerap sekali mengarah kepada aliran positivime karena jika hukum tidak memiliki jati
diri maka tidak lagi digunakan sebagai pedoman atau panutan perilaku setiap orang. Namun
hukum sangat erat kaitanya dengan politik kekuasaan berhembus maka disitulah hukum
berlabuh.Maka untuk kerangka sistem ini penulis ingin melihat beberapa pasal yang
bertentang dengan sistem hukum Indonesia, sesuai dengan penulis utarakan bahwa Qanun
bendera dan lambang Aceh sangat bertentangan dengan konstitusi, karena jika dianalisa
bendera tersebut mirip sekali dengan bendera saparatis.
Hal tersebut bertentang dengan Pasal 6 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2007
tentang Lambang Daerah yang menyatakan bahwa “desain logo dan bendera daerah tidak
boleh mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan desain logo dan
bendera organisasi terlarang atau organisasi atau perkumpulan atau lembaga atau gerakan
separatis dalam negara Indonesia.” Bahkan Qanun bendera dan lambang Aceh juga
bertentangan dengan Pasal 136 Ayat (4) Undang-undang Nomor 32 tentang Pemerintah
Daerah yang menyatakan “perda atau Qanun dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum atau peraturan yang lebih tinggi.” Artinya ketentuan Pasal 136 melarang keras bahwa
suatu Qanun yang dibuat oleh pihak pemerintah Aceh bertentangan dengan hukum nasional.
b) Struktur Hukum
Struktur hukum (legal structure) merupakan penegak hukum (law enforcement) penegak
hukum /struktur hukum meskipun peranan subtansi hukum dan budaya hukum tidak dapat
disepelekan seperti yang penulis uraikan dibab keadilan. Biasanya didalam teori hukum itu
disebut sebagai struktur logikal37 atau pun elemen struktur hukum yang terdiri misalnya,
jenis-jenis peradilan, yurisdiksi peradilan, proses banding,kasasi, peninjauan kembali,
pengorganisasian penegak hukum pejabatnya diangkat kepala daerah, mekanisme hubungan
polisi kejakasaan, pengadilan, petugas masyarakat, dan sebagainya.
Secara struktur hukum Qanun Aceh tentang bendera dan lambang Aceh sudah
terakomodir karena hukum itu memiliki sifat normatif ia bertujuan untuk mempengaruhi
perilaku manusia.
c) Budaya Hukum
Penguasaan akan konsep kultur (culture) memang suatu yang
mendasar keperluannya bagi antropologi terapan, karena didalam budaya
itu terdapat system nilai dan sikap mental39 sehingga bisa diartikan bahwa
budaya hukum adalah tanggapan umum yang sama dari masyarakat
tertentu terhadap gejala-gejala hukum. Tanggapan itu merupakan kesatuan
pandangan terhadap nilai-nilai dan perilaku hukum. Jadi suatu budaya
hukum menunjukkan tentang pola perilaku individu sebagai anggota
masyarakat yang menggambarkan tanggapan (orientasi) yang sama
terhadap kehidupan hukum yang dihayati masyarakat bersangkutan.
Diketahuinya budaya hukum masyarakat setempat merupakan bahan
informasi yang penting, artinya untuk lebih mengenal susunan masyarakat
setempat, sistem hukum, konsepsi hukum, norma-norma hukum dan
perilaku manusia.

Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum,terutama untuk
norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak
dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut
sebagai salah satu tujuan dari hukum.
Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam hukum, karena
keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Keteraturan menyebabkan orang dapat
hidup secara berkepastian, sehingga dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum
dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa
putusan dapat dilaksanakan.
Kepastian hukum erat kaitannya dengan keadilan, namun hukum tidak identik dengan
keadilan. Hukum bersifat umum, mengikat setiap orang,bersifat menyamaratakan. Keadilan
bersifat subyektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.
Kepastian hukum merupakan pelaksanaan hukum sesuai dengan bunyinya, sehingga
masyarakat dapat memastikan bahwa hukum dilaksanakan. Penciptaan kepastian hukum
dalam peraturan perundang-undangan, memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan
struktur internal dari norma hukum itu sendiri.
Persyaratan internal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kejelasan konsep yang digunakan. Norma hukum berisi deskripsi mengenai perilaku
tertentu yang kemudian disatukan kedalam konsep tertentu pula.
2) Kejelasan hirarki kewenangan dari lembaga pembentuk peraturan perundang-
undangan. Kejelasan hirarki ini penting karena menyangkut sah atau tidak dan
mengikat atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang dibuatnya. Kejelasan
hirarki akan memberikan arahan kepada pembentuk hukum yang mempunyai
kewenangan untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tertentu.
3) Konsistensi norma hukum perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan dari sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan satu subjek tertentu, tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain.
Kepastian hukum mengehendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-
undangan, dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan
itu memiliki aspek yuridis. Aspek ini nantinya dapat menjamin adanya kepastian,
bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.
Kepastian hukum mengandung arti adanya hukum setiap orang mengetahui yang
mana dan seberapa haknya dan kewajibannya. Kepastian hukum mengandung dua pengertian
yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu
dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu
individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara
terhadap individu.
Berdasarkan uraian-uraian mengenai kepastian hukum diatas, maka kepastian dapat
mengandung beberapa arti yakni, adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak
menimbulkan kontradiktif, dan dapat dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas di dalam
masyarakat, mengandung keterbukaan, sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu
ketentuan hukum.

Anda mungkin juga menyukai