Anda di halaman 1dari 18

PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) TERMODIFIKASI DALAM

BENTUK RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

TEGUH SURAMANA SITEPU


210306131

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) TERMODIFIKASI DALAM
BENTUK RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

SKRIPSI

Oleh:
TEGUH SURAMANA SITEPU
210306131

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) TERMODIFIKASI DALAM
BENTUK RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

SKRIPSI

Oleh:
TEGUH SURAMANA SITEPU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul Skripsi : Pemberian Bungkil Inti Sawit (BIS)
Termodifikasi Terhadap Performans Ayam Pedaging

Nama : Teguh Suramana Sitepu


NIM : 210306104
Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh, Mengetahui

Dr. Nevy Diana Hanafi SPt., M.Si. Dr. Ir Ma’ruf Tafsin,M.Si


Pembimbing Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal lulus:
ABSTRAK

TEGUH SURAMANA SITEPU, 2023, “Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit

(BIS) Termodifikasi Terhadap Performans Ayam Pedaging”. Dibimbing oleh

NEVY DIANA HANAFI.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara yang dimulai dari September – November 2023

menggunakan metode rancangan acak lengkap. Parameter yang dianalisis adalah

pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum.

Bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai alternatif antibiotik dalam

ransum karena kapasitasnya menghambat kolonisasi bakteri merugikan pada

ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek BIS termodifikasi dalam

ransum terhadap penampilan dan kolonisasi bakteri Patogen pada ayam pedaging.

Kata kunci : Bungkil Inti Sawit, Ayam Pedaging, Ration Consumption.

i
ABSTRACT

TEGUH SURAMANA SITEPU, 2023, "Effect of Feeding Modified Palm Kernel Meal

(BIS) on Broiler Performance". Supervised by NEVY DIANA HANAFI.

The research was conducted at the Animal Production Laboratory, Faculty of

Agriculture, University of North Sumatra starting from September - November 2023 using

the complete randomized design method. The parameters analyzed were body weight gain,

ration consumption and ration conversion.

Palm kernel meal can be used as an alternative to antibiotics in rations because of

its capacity to inhibit colonization of harmful bacteria in livestock. The purpose of this

study was to determine the effect of modified BIS in rations on the appearance and

colonization of pathogenic bacteria in broilers.

Keywords: Palm kernel meal, broiler, Ration Consumption.

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Suka Dame pada tanggal 11 Januari 2002 dari ayah danibu.

Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2020 penulis lulus dari SMAN 1 TIGAPANAH, dan pada tahun 2021 masuk

ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru. Penulis memilih Program Studi Peternakan, Faktultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa

Peternakan (IMAPET), anggota aktif Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas PERMATA GBKP

Runggun Suka Dame.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

‘Pemberian Bungkil Inti Sawit (BIS) Termodifikasi Terhadap Performans Ayam

Pedaging’.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bu Nevy

Diana Hanafi selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul,

melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa

yang tak dapat disebutkan satu persatu di sini yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsinya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

iv
DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 9
Latar Belakang..................................................................................................... 9
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 12
Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 12
Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 12
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 13
Bungkil Inti Sawit ............................................................................................. 13
Performans Ayam Pedaging .............................................................................. 14
Konsumsi Ransum ......................................................................................... 14
Pertambahan Bobot Badan............................................................................. 15

v
DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Konsumsi Ransum Standar Ayam Pedaging ................................................ 15

vi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kendala yang timbul bagi peternak adalah pada ransumnya, selama

pemeliharaan, dimana ransum unggas di Indonesia umumnya memakai ransum

komersil yang biayanya sangat besar yaitu dapat mencapai 60 - 70% dari complete

biaya produksi (Murtidjo, 1987). Untuk mengurangi biaya produksi yang cukup

tinggi peternak biasanya menggunakan ransum yang dibuat sendiri menjadi

susunan ransum atau bahan pakan konvensional. Bahan pakan konvensional yaitu

bahan yang biasa digunakan oleh peternak yang bisa diramu sendiri menjadi sebuah

ransum. Bahan ransum konvensional ini mudah diperoleh di poultry terdekatdengan

biaya yang lebih mahal. Mahalnya ransum ternak unggas disebabkan karenaselama

ini Indonesia masih mengimport sebagian kebutuhan bahan ransum ternak unggas

seperti bungkil kedelai, tepung ikan dan sebagian jagung belum bisa seluruhnya

disuplai oleh produksi dalam negeri yang mengakibatkan naik turunnya harga

ransum ternak unggas lebih banyak tergantung pada bahan baku yang diimport.

Penggunaan Bungkil Inti Sawit sebagai ransum ternak memberikan

keuntungan ganda yaitu menambah keragaman dan persediaan ransum dan

mengurangi pencemaran lingkungan. Bungkil Inti Sawit mudah didapat, tersedia

dalam jumlah besar, berkesinambungan dan sebagai pakan ayam harganya

murah,namun sampai saat ini belum dimanfaatkan. Kenyataan ini disebabkan

karena adanya beberapa faktor pembatas yang terdapat dalam Bungkil Inti Sawit

tersebut, diantaranya kandungan serat kasar tinggi, daya guna protein dan energi

serta palatabilitasnya rendah (Aritonang, 1986).

9
Bungkil inti sawit (BIS) adalah produk samping industri pengolahan kelapa

sawit yang mempunyai ketersediaan tinggi di Sumatera Utara. Sampai sejauh ini

Bungkil Inti Sawit hanya digunakan sebagai salah satu komponen ransum untuk

ternak monogastrik atau ruminansia. Penggunaan Bungkil Inti Sawit pada ternak

monogastrik terbatas karena adanya struktur mannan dalam ikatan yang sulit

dipecah oleh enzim pencernaan. Keterbatasan tersebut dapat diangkat menjadi

sebuah potensi untuk menggunakan

Bungkil Inti Sawit sebagai mannanoligosakarida (MOS) yang sejauh ini lebih

banyak dikembangkan dari Saccharomyces cerevisiae. Mannanoligosakarida

banyak memberikan manfaat sebagai pengendali patogen dan immunomodulator,

dan dimasa yang akan dating akan dapat dijadikan alternatif antibiotik yang

digunakan dalam ransum.

Salah satu faktor pembatas penggunaan Bungkil Inti Sawit terutama pada

ternak monogastrik adalah kandungan serat yang tinggi dan komponen dominannya

adalah berupa mannose yang mencapai 56,4% dari absolute dinding sel. Bungkil

Inti Sawit dan ada dalam bentuk ikatan β-mannan (Daud et al., 1993). Selanjutnya

Tafsin (2007) melaporkan komponen gula yang terdeteksi dari ekstraksi Bungkil

Inti Sawit tersusun atas komponen mannose, glukosa dan galaktosa dengan rasio

mendekati 3: 1: 1. kandungan mannan yang tinggi disamping faktor pembatas juga

dapat dianggap sebagai potensi untuk mendapatkan imbuhan ransum seperti

prebiotik yang akan meningkatkan kesehatan ternak. Sundu et al. ( 2006) menduga

bahwa ada kesamaan antara Bungkil Inti Sawit dengan mannanoligosakarida

(MOS) yang akan memperbaiki kesehatan dan sistem kekebalan ternak unggas.

Untuk meningkatkan kualitas ransum ayam yang berasal dari limbah pabrik

10
perkebunan seperti bungkil inti sawit teknologi fermentasi dipandang cukup baik

untuk mengatasinya.

Produk yang dihasilkan dari compositions fermentasi akan mengalami

perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan mutu bahan pakan baik dari

aspek gizi maupun daya cernanya serta meningkatkan daya simpannya.

Mikroorganisme yang digunakan adalah trichoderma reseei yang dapat memecah

struktur mannan yang terdapat pada Bungkil Inti Sawit sebagai pengendali e. coli

di dalam saluran pencernaan dan sebagai Immunomodulator pada ternak unggas.

Upaya alternatif dicoba untuk mengatasi keterbatasan tersebut, diantaranya dengan

menggunakan karbohidrat. Devegowda et al. (1997) melaporkan bahwa tiga

oligosakarida utama yang dapat memperbaiki produksi ternak, yaitu

mannanoligosakarida (MOS), fruktooligosakarida, dan galaktooligosakarida, dan

Manannoligosakarida dilaporkan memberikan hasil yang withering baik.

Pendekatan baru untuk mencegah infeksi mikroba ditemukan dengan diketahuinya

pentingnya expositions penempelan pada saluran pencernaan. Diketahui bahwa

fimbriae tipe 1 yang sensitif terhadap mannosa berperan dalam menempelnya

mikroba patogen. Bakteri seperti salmonella, e.coli, dan vibrio cholera mempunyai

pektin pada permukaan selnya yang penempelannya spesifik terhadap mannosa,

dengan demikian mannosa dapat menghambat penempelan mikroba merugikan

pada saluran pencernaan (Community for Food and Nutrtition Strategy, 2002).

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

Bungkil Inti Sawit yang termodifikasi untuk digunakan sebagai bahan ransum pada

ternak terhadap performans ayam pedaging.

11
Tujuan Penelitian

Untuk menguji respon pemberian Bungkil Inti Sawit yang termodifikasi

dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan ayam

pedaging.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan Bungkil Inti Sawit termodifikasi memberikan dampak positif

terhadap konsusmsi ransum dan pertumbuhan bobot badan ayam pedaging.

Kegunaan Penelitian

• Sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum. Bungkil Inti

Sawit di modifikasi sebagai imunomodulator peternakan unggas.

• Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan sivitas akademika dan

institusi terkait peternakan.

• Sebagai bahan penulisan makalah yang merupakan salah satu

syaratnya lulus ujian sarjana peternakan di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

12
TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan produk sampingan dari proses ekstraksi

inti sawit. 100ton bundel sawit menghasilkan 4 ton inti sawit, menghasilkan 45-

46% minyak dan 45-46% BIS (Susanto dan Ade, 2013). Menurut Halawa dkk

(2011), BIS merupakan bahan pengganti pangan yang mempunyai nilai gizi sangat

baik. Menurut Mairizal (2018), BIS mengandung serat kasar 16,89%, protein kasar

17,15%, lemak kasar 8,45%, Ca 0,64% dan fosfor 0,45%, serta energi metabolisme

sebesar 2682 Kkal/kg. Pemanfaatan BIS pada pangan sangat terbatas yaitu hanya

sekitar 7% pada pangan (Sinurat, 2012). Didukung masukan dari Pasaribu (2018).

BIS masih sangat terbatas penggunaannya sebagai bahan pakan unggas karena

kualitas gizinya yang kurang optimal, termasuk kandungan serat kasarnya yang

tinggi. Menurut Susanto dan Ade (2013), nilai kecernaan tepung inti sawit sangat

rendah ditinjau dari kecernaan komponen baik protein maupun asam amino.

Tepung inti sawit kaya akan NSP dengan struktur utama galaktomannan,

glukomanan, dan mannan, dan kandungan mannannya sekitar 35,2% (Carré 2002;

Fan et al. 2014). Didukung oleh pendapat Ribeiro dkk. (2011), komponen

karbohidrat BIS mengandung selulosa, β-mannan, dan lignin dalam jumlah tinggi.

Kadar mannan dalam BIS pada pakan unggas di atas 40% dapat menyebabkan

berkembangnya feses basah dan penyakit usus, yang menyebabkan penurunan

performa ayam (Daskiran et al., 2004).

13
Performans Ayam Pedaging

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah jumlah yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka

waktu tertentu. Konsumsi ransum terus meningkat seiring dengan pertambahan

kebutuhan zat nutrisi oleh kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Menurut

Anggorodi (1985) bahwa tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya

jumlah ransum yang dikonsumsi. Peningkatan energi metabolisme dalam ransum

mengurangi konsumsi ransum pada unggas. Konsumsi ransum merupakan kegiatan

masuknya sejumlah nutrisi yang ada di dalam kebutuhan ransum tersebut yang telah

tersusun dari berbagai jenis bahan ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi makanan untuk kepentingan

hidupnya, kebutuhan energi, untuk fungsi tubuh dan memperlancar reaksi sintesis

dari tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa ternak ayam dapat mengkonsumsi

ransumnya teristimewa diperlukan untuk pertumbuhan ternak tersebut (Wahyu,

1992). Bagi ayam pedaging jumlah konsumsi yang banyak bukanlah merupakan

jaminan untuk mencapai pertumbuhan puncak. Kualitas dari bahan ransum dan

keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua

hal mutlak yang menentukan tercapainya performans puncak (Wahyu, 1988).

Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain;

umur, palatabilitas ransum, aktifitas ternak, energi ransum dan tingkat protein. Juga

ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari ransum yang diberikan serta

pengolahannya. Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan

umur dan berdasarkan atas kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk

14
mengefisienkan jumlah ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana

pertambahan bobot badan yang dicapai (Anggorodi, 1979).

Tabel 1. Konsumsi Ransum Standar Ayam Pedaging


Konsumsi ransum (Kg)
Umur (minggu)
Minggu Komulatif
1 0,08 0,08
2 0,24 0,31
3 0,40 0,71
4 0,56 1,26
5 0,68 1,94
6 0,78 2,22
7 0,86 3,58

Pertambahan Bobot Badan

Kemampuan ternak mengubah zat nutrisi yang terdapat dalam ransum

menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot

badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.

(Maynard, 1984).

Menurut Anggorodi (1981) pertumbuhan murni termasuk pertumbuhan

dalam bentuk dan berat dari jaringan bangunan seperti urat daging, tulang, jantung,

otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat tubuh. Dari

sudut kimiawi pertumbuhan murni adalah suatu penambahan dalam jumlah protein

dan zat mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan dalam berat akibat

penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni.

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh jenis dan ransum yang

dikonsumsi (Jull, 1982). Wahyu (1997) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, jenis ayam, jenis kelamin,

metabolisme energi, kandungan protein dan suhu lingkungan.

15
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor keturunan, hormon dan pakan serta

manajemen yang meliputi program pemberian ransum yang baik, tempat ransum

yang sesuai, air yang cukup, tempat program pemberian pakan yang baik. Selain itu

pertumbuhan dipengaruhi oleh strain, jenis kelamin, dan umur (Anggorodi, 1991).

16

Anda mungkin juga menyukai