Anda di halaman 1dari 27

PERSENTASE NILAI KARKAS DAN NON KARKAS SAPI

POTONG DI KABUPATEN MANOKWARI

USULAN PENELITIAN

MINIUS TABUNI
NIM. 201756027

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Nilai Produk-Produk Sapi Potong Di

Kabupaten Manokwari

Nama : Minius Tabuni

NIM : 201756027

Program Studi : Peternakan

Jurusan : Peternakan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota

Dr. Ir. Muhamad Jen Wajo, MP Dr. Ir. Hanike Monim, M.Sc.
Ketua Anggota

Mengetahui,

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Andoyo Supriyantono, M.Sc Evi W. Saragih, S.Pt., M.Sc., Phd

Tanggal Pengesahan: Oktober 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulisan proposal skripsi ini
dapat diselesaikan. Proposal skripsi ini berjudul “Perbandingan Nilai Produk-
Produk Sapi Potong Di Kabupaten Manokwari”, merupakan salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Papua,
Manokwari.
Penyelesaian penulisan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik dalam bentuk dukungan maupun materi penelitian yang diberikan secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Rektor Universitas Papua, selaku pemimpin Universitas Papua tempat penulis
menimbah ilmu.
2. Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi Peternakan dan Staf dosen serta
tenaga akademik, yang selalu membimbing dan mengajari banyak hal kepada
penulis selama masa perkuliahan.
3. Bapak Dr. Ir. Muhamad Jen Wajo. MP. Selaku dosen pembimbing I yang
memberi motivasi kepada penulis
4. Dr. Ir. Hanike Monim, M.Sc. Selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penelitian maupun penyusunan
skripsi.
Pada akhirnya penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak atas

dukungan mulai dari penulisan proposal skripsi hingga pada akhirnya nanti dalam

pelaksanaan penelitian.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Masalah Penelitian....................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………………………………4


II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

2.1 Sapi Potong.......................................................................................................6

2.1.1 Sapi Simental......................................................................................6

2.1.2 Sapi Limosin.......................................................................................7

2.1.3 Sapi Bali.............................................................................................8

2.2 Nilai-Nilai Produk Sapi Potong.....................................................................9

2.2.1 Karkas................................................................................................9

2.2.2 Non Karkas........................................................................................9

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN..................................................13

3.1 Tempat dan Waktu.........................................................................................13

3.2 Subyek dan Objek Penelitian.......................................................................13

iii
3.2.1 Alat Penelitian..................................................................................13

3.3 Metode dan Teknik Penelitian......................................................................13

3.4 Metode Pengambilan Sampel.......................................................................14

3.5 Metode Pengumpulan Data..........................................................................14

3.6 Variabel Yang Diamati.................................................................................15

3.6 Analisis Data............................................................................................…….15


DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

LAMPIRAN...........................................................................................................19

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sapi Simental


Gambar 2. Sapi Limosin
Gambar 3. Sapi Bali………8

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner.....................................................................................................19

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan daging sapi potong sebagai salah satu sumber protein hewani di

Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi yang seimbang.

Menurut Masitoh (2021), tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia selalu

mengalami kenaikan, Tahun 2021 diperkirakan kebutuhan daging sapi di

Indonesia mencapai 700.000 ton atau setara dengan 3,6 juta ekor sapi.

Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging

sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara

mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

untuk meningkatkan produksi daging dengan berat sapi hidup dan mutu yang

terlebih sebelum ternak dipotong. Salah satu sapi lokal Indonesia yang banyak

dibudidayakan untuk menghasilkan daging adalah sapi Bali.

Sapi Bali merupakan sapi lokal Indonesia yang memiliki bentuk badan yang

kompak padat, sintal, dan tidak berpunuk, seolah-olah tidak bergelambir. Warna

bulu badan sapi betina dan pedet atau godel jantan maupun betina berwarna merah

bata, sedangkan sapi jantan berwarna hitam. Perubahan warna terjadi mulai pedet

jantan berumur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna

hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata kembali apabila sapi bali

jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone. Keempat

tungkainya berwarna putih seolah-olah sapi memakai kaos kaki putih (white

1
stocking) dan warna putih juga di bagian pantat berbentuk seperti cermin (white

mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, perut, ujung ekor,

dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang

coklat (bintik-bintik putih), tapi ini masuk pada kelainan. Cermin hidung

(moncong), kuku, dan ujung ekor berwarna hitam. Di tengah-tengah punggungnya

ada bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba sampai ke ujung ekor.

Garis ini dinamai garis belut kebanyakan petani menyebutnya tulang lindung

(dalam bahasa Bali). Bulu sapi bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek,

licin, dan mengkilap. Kulitnya berpigmen dan halus. Ukuran badan berukuran

sedang dan bentuk badan memanjang. Kepala lebar dan pendek dengan dahi datar,

telinga berukuran sedang dan berdiri. Badan padat dengan dada yang dalam.

Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Tanduk pada sapi jantan

tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke

bagian dalam.

Sapi Bali memiliki bentuk yang relatif persegi dan simetris. Bentuk tubuh

membesar ke arah depan, menunjukkan kesamaannya bahwa sapi bali berasal dari

banteng liar namun dengan ukuran lebih kecil dari banteng. Produktivitas ternak

sapi pedaging biasanya ditentukan berdasarkan bobot potong, bobot karkas dan

hasil daging (meat yield). Berdasarkan parameter produktivitas tersebut, hasil

daging (meat yield) merupakan faktor yang paling menentukan nilai ekonomis

dari seekor sapi (Socheh et al., 2018). Namun, konsumen pasar tradisional di

Indonesia masih memanfaatkan seluruh komponen ternak baik karkas dan non

karkas (Hafid et al., 2020), sehingga komponen non karkas masih menjadi bagian

2
yang ikut berkontribusi dalam menentukan nilai ternak disamping hasil daging.

Komponen karkas terdiri dari potongan komersial karkas, serpihan daging, lemak

dan tulang. Komponen Produktivitas dan Nilai Ternak Sapi Lokal serta non

karkas meliputi kepala, kaki, kulit, ekor, redoffal dan green offal (Hafid dan

Juliadin, 2020).

Produk hasil ternak sapi potong terbagi menjadi karkas dan non karkas

dimana pada dua bagian ini memiliki nilai ekonomis masing-masing. Menurut

Elvanuddin et al., (2018), masyarakat di Indonesia selain mengkonsumsi karkas,

juga mengkonsumsi bagian non karkas seperti (hati, jantung, paru-paru dan

saluran pencernaan) hal ini yang menyebabkan bagian non karkas juga bernilai

ekonomi. Sampai saat ini belum banyak di teliti tentang nilai dari produk sapi

potong di Kabupten Manokwari.

Nilai produk bagian-bagian dari ternak sapi tidak memiliki standar yang

baku, dan berbeda dari satu daerah dengan daerah lain malah dari satu tempat

pemotongan dengan tempat pemotongan atau tempat penjualan dengan tempat

penjualan yang lain. Selain itu juga belum banyak yang meneliti tentang selisih

nilai produk bagian-bagian sapi dengan nilai sapi saat hidup. Oleh karena itu kami

merasa perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui nilai produk-produk

ternak sapi potong di kabupaten Manokwari.

3
1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana perbedaaan nilai produk ternak sapi potong sebelum dan setelah di

potong di Kabupaten Manokwari?

2. Berapa besar nilai produk-produk ternak sapi potong di Kabupaten

manokwari?.

3. Bagaimana nilai produk karkas dan non-karkas ternak sapi potong di

Kabiupaten Manokwari?.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaaan nilai produk ternak sapi potong sebelum dan setelah di

potong di Kabupaten Manokwari.

2. Mengetahui berapa besar nilai produk-produk ternak sapi potong di Kabupaten

manokwari.

3. Mengetahui perbedaan nilai produk karkas dan non-karkas ternak sapi potong

di Kabiupaten Manokwari.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui perbedaaan nilai produk ternak sapi potong sebelum dan

setelah di potong di Kabupaten Manokwari.

2. Dapat mengetahui berapa besar nilai produk-produk ternak sapi potong di

Kabupaten manokwari.

3. Dapat mengetahui perbedaan nilai produk karkas dan non-karkas ternak sapi

potong di Kabiupaten Manokwari.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak yang dipelihara dengan Tujuan

utama sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi potong memiliki tubuh besar,

kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, efisiensi pakan tinggi,

dan mudah dipasarkan (Pawere et al., 2012). Sapi termasuk dalam genus Bos,

mempunyai teracak/jari genap, berkaki empat, tanduk berongga, dan

memamahbiak. Sapi juga termasuk dalam kelompok Taurine, termasuk di

dalamnya Bos Taurus (sapi yang tidak memiliki punuk) dan Bos Indicus (sapi

yang berpunuk). Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak,

keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi produksi, kemampuan

memelihara dan menyusui anak, ukuran badan, pertambahan berat badan, dan

sifat-sifat lain yang cocok dengan keinginan peternak yang bersangkutan (Riady,

2004). Bangsa sapi potong yang saat ini ditemukan di Indonesia adalah sapi

Peranakan Ongole (PO), sapi Bali, sapi Madura, sapi Brahman, sapi Limousin,

sapi Simmental (Latifah et al., 2016). Seekor sapi dianggap baik bila

menghasilkan karkas dengan kuantitas dan kualitas yang optimal.

2.1.1 Sapi Simental

Sapi Simmental memiliki ciri fisik badan berwarna merah bata, bentuk

tubuh yang kekar dan berotot, bagian muka, perut, dan kaki berwarna putih. Sapi

Simmental memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan cepat, pertambahan berat

badan harian 0,9-1,2 kg, berat badan jantan umur 2 tahun mencapai 800- 900 kg

6
dan jantan dewasa mencapai 1000-1.200 kg, karkas tinggi dengan sedikit lemak

dan dual porpose (daging dan susu), umumnya pejantan Simmental dapat

berkembang baik hamper di seluruh Indonesia (Muada et al., 2017). Sapi

Simmental dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sapi Simental


Sumber: Muada 2017

2.1.2 Sapi Limosin

Sapi Limousin memiliki ciri fisik badan kompak dan padat berwarna

seluruhnya coklat muda, kuning agak kelabu (beige), kisaran warna gelap dan

hitam. Sapi Limousin cocok di daerah dengan curah hujan yang tinggi dan juga di

daerah iklim sedang. Keunggulan pejantan Limousin memiliki pertumbuhan cepat

dengan pertambahan berat badan harian (PBBH) 1,0-1,4 kg, sedangkan umur 2

tahun beratnya mencapai 800-900 kg dan dewasa 1000-1.100 kg, dengan kualitas

daging yang baik dan banyak disukai oleh peternak (Muada et al., 2017).Sapi

limosin dapat dilihat pada gambar 2.

7
Gambar 2. Sapi Limosin
Sumber : Muada et al., 2017

2.1.3 Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi lokal Indonesia yang berasal dari

Bali. Sapi Bali memiliki keunggulan pertumbuhan yang cepat, mudah beradaptasi,

dan penampilan reproduksi yang baik. Sapi Bali banyak dipelihara peternakan

kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematian yang rendah (Siswanto et al.,

2013). Sapi Bali memiliki persentase karkas sebesar 54% (Wiyatna, 2007). Sapi

Bali dapat dilihat pada gambar 3.

8
Gambar 3. Sapi Bali

2.2 Nilai-Nilai Produk Sapi Potong

2.2.1 Karkas

Karkas adalah bagian tubuh ternak yang telah disembelih hingga keluar

semua darah dan cairan tubuh serta dipisahkan dari kepala, kaki, kulit, ekor dan

jeroan. Dari karkas diperoleh daging yang merupakan bahan pangan berkualitas

dan harganya tinggi. (Yuniastika, et al.,2020). Karkas merupakan produk

pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena dari karkas

tersebut diperoleh daging yang merupakan bahan pangan berkualitas dan harganya

mahal (Elvanuddin et al., 2018). Kualitas karkas dipengaruhi oleh jenis ternak,

jenis kelamin, pakan dan teknologi pakan, serta penanganan ternak sebelum

pemotongan (Saka et al., 2011; Agustina et al., 2017).

2.2.1 Non Karkas

Bagian non karkas (offals) terdiri dari bagian yang layak dimakan dan tidak

layak dimakan. Di Indonesia, bagian non karkas yang layak dimakan seperti kulit,

kepala, ekor dan viscera (hati, jantung, paru-paru dan saluran pencernaan) juga

bernilai ekonomi tinggi, karena merupakan bahan pangan yang disukai

masyarakat (Elvanuddin et al., 2018). Non karkas didefinisikan sebagai seluruh

bagian tubuh ternak selain karkas yang bernilai ekonomis dan diperoleh dari

proses pemotongan dengan nilai kegunaannya kurang dari produk utama (Aberle

et al., 2001). Berikut ini adalah bagian-bagian non karkas;

A. Hati

9
Hati adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai pompa darah. Hati terletak

di bagian atas perut di bawah tulang rusuk kanan. Fungsinya adalah untuk

menyaring darah dari usus kecil dan menghasilkan empedu yang membantu

dalam pencernaan lemak. Hati juga menghasilkan protein, menyimpan vitamin

dan mineral, serta membantu dalam pembuangan zat racun dari tubuh.

B. Paru

Paru-paru adalah organ tubuh yang tidak termasuk dalam kategori karkas,

Paru-paru manusia dan hewan, meskipun merupakan organ vital yang

berfungsi dalam sistem pernapasan, tidak diproduksi atau dijual sebagai

karkas seperti halnya daging, tetapi mungkin digunakan dalam aplikasi medis

atau ilmiah.

C. Jantung

Organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh kita. Jantung

terletak di dalam rongga dada kita dan terdiri dari empat ruang, yaitu dua

atrium (ruang kecil di atas) dan dua ventrikel (ruang besar di bawah).Jantung

tergolong sebagai non karkas.

D. Usus

Usus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan anus pada hewan. Umumnya pada mamalia usus terbagi menjadi

dua bagian, yaitu usus halus dan usus besar. Keduanya memiliki peran penting

dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi dari makanan. Usus bukanlah

organ karkas, yaitu organ dalam tubuh hewan yang biasa dikonsumsi oleh

manusia sebagai makanan.

10
E. Tulang

Tulang adalah bagian non karkas, tulang adalah bagian dari kerangka

tubuh yang memberikan dukungan, melindungi organ-organ vital, dan

memungkinkan gerakan tubuh. Tulang juga terdiri dari jaringan hidup yang

disebut jaringan tulang yang terus menerus meregenerasi dirinya sendiri

dengan proses pembentukan (osteogenesis) dan penghancuran (osteolysis)

tulang.

F. Babat

Babat adalah dinding lambung dari hewan ternak yang dapat dimakan.

Kebanyakan babat berasal dari sapi. Babat termasuk dalam kategori non

karkas, namun babat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

G. Tetelan

Tetelan adalah bagian dari karkas ternak terutama ternak sapi yang

merupakan sisa karkas yang melekat pada tulang. Tetelan ini berupa campuran

karkas, urat, lemak dan sebagainya. Tetelan telah dikelupas dari tulang dan

dipotong-potong. Biasa ini digunakan untuk sup atau rawon.

H. Kaki

Kaki atau tungkai depan belakang pada dasarnya adalah bagian tubuh

hewan yang membantu dalam mobilitas dan berfungsi sebagai alat untuk

bergerak. Pada beberapa ternak kaki digunakan dalam masakan seperti kaki

ternak babi yang olah menjadi sub.

11
I. Otak sapi adalah bagian sapi yang sukai beberapa orang. Otak sapi

memiliki bau yan amis dan tesktur yang sangat lembut. Oleh karena itu

diperlukan pengolahan yang tepat untuk mengurangi bauh amis tersebut

dan mencegah otak sapi ancur.

J. Kulit

Kulit adalah bagian dari ternak yang telah dipisahkan dari dagingnya.

Kulit termasuk dalam kategori non karkas namun umumnya kulit bisa

digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pembuatan sepatu, tas, sabuk,

dan bahan baku untuk industri kulit. Kulit ternak sapi juga bisa diolah menjadi

makanan, seperti kerupuk kulit sapi atau bakso kulit sapi.

K. Kepala

Kepala adalah bagian dari tubuh yang terletak di bagian atas dan berisi

otak dan tulang kepala. Bagian ini juga mencakup bagian rahang atas,

hidung, dan mata. Khususnya kepala ternak sapi dapat diolah menjadi bahan

makanan, seperti daging sapi atau sup kepala sapi.

12
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di tempat pemotongan hewan (TPH) dan pasar

daging sapi Kabupaten Manokwari, provinsi papua barat. Waktu penelitian

direncanakan ± selama 2 bulan.

3.2 Subyek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah penjagal sapi potong yang berada di

tempat pemotongan hewan (TPH). Sedangkan Objek yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sapi yang dipotong di 3 (empat) lokasi Tempat Pemotongan

Hewan (TPH) berasal dari Kabupaten Manokwari, provinsi papua barat.

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah kuesioner, camera HP,

alat tulis menulis, timbangan digital, timbangan gantung dan laptop

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan teknik survey dan

observasi (pengamatan). Survey dilakukan dengan melakukan pengamatan dan

wawancara pada penjagal sapi potong dengan bantuan koesioner. Sedangkan

observasi dilakukan dengan langsung turun ke lokasi pemotongan dan pasar

penjualan serta langsung melakukan berbagai pengukuran terhadap bagian-bagian

produk ternak sapi potong.

13
3.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukn secara porposive atau sengaja langsung di tiga

TPH. Menurut Sugiyono (2005), purposive sampling yaitu teknik pengambilan

sampel atau contoh dengan karakteristik tertentu. Lokasi penelitian di lakukan di

Tempat Potong Hewan-Wosi Manokwari, yang merupakan tempat penyembelihan

ternak sapi potong yang berada di wilayah kota Manokwari.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Pengambilan data

primer dilakukan secara kepada peternak berdasarkan lokasi penelitian dengan

cara :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang

dilakukan secara langsung kemudian mencatatnya. Wawancara ini ditujukan

kepada pejagal sapi di rumha potong hewan. Hal-hal yang ditanyakan pada

wawancara sesuai dengan quisioner yang telah disiapkan (Lampiran 1).

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dari

lapangan dengan cara pengamatan langsung, proses penyembelihan, pemisahan

komponen karkas dan non karkas.

Data sekunder yang digunakan atau diambil berasal dari berbagai literatur

tentang penelitian yangberkaitan dengan produk asal ternak sapi dan juga data

populasi ternak sapi di Kabupaten Manokwari.

14
3.6 Variabel Yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1. Berat dan nilai ternak hidup

- Berat ternak hidup adalah berat total dari hewan yang belum dipotong dan

masih hidup, dalam satuan kilogram.

- Nilai ternak hidup adalah harga yang diberikan pada ternak hidup, yang

biasanya ditentukan berdasarkan jenis, usia, berat, dan kualitas. Nilai ini

bisa berbeda-beda tergantung kondisi pasar dan permintaan.

2. Berat dan nilai produk karkas

- Nilai produk karkas merupakan jumlah uang yang dapat diperoleh dari

penjualan daging yang dihasilkan dari ternak sapi setelah diproses dan siap

untuk dikonsumsi.

3. Berat dan nilai produk non karkas

- Nilai produk non karkas merupakan jumlah uang yang dapat diperoleh dari

penjualan bagian non karkas yang dihasilkan dari ternak sapi setelah

diproses dan siap untuk dikonsumsi.

3.6 Analisis data

Data yang telah diperoleh akan di tabulasi berdasarkan masing-masing

variable. Setelah itu dilakukan analisis mengunakan uji t untuk mengetahui

perbedaan nilai produk sebelum dan setelah di potong. Sedangkan uji F dilakukan

untuk mengetahui perbedaan nilai produk-produk ternak potong sapi antara TPH.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aberle E. D. 2001. Principles of Meat Science. Kendall Hunt Publishing,


Dubuque.

Agustina KK, Cahya IMRD, Widyantara GM, Swacita IBN, Dharmayudha


AAGO, Rudyanto MD. 2017. Nilai gizi dan kualitas fisik daging sapi bali
berdasarkan jenis kelamin dan umur. Buletin Vet. Udayana., 9(2): 156-163

Elvanuddin, E., Tasse, A. M., & Has, H. 2018. Kajian Pertumbuhan Karkas Dan
Bagian Non Karkas Kambing Lokal Jantan Pasca Pemberian Asam Lemak
Terproteksi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 3(2), 1-9.

Hafid, H., Juliadin, 2020. The growth and development of non carcass organ’s of
bali cattle. InJAR. 3(3), 196-204. doi: 10.32734/injar.v3i3.4336

Hafid, H., Patriani, P., Nuraini, Inderawati, Ananda, S.H., 2020. Komparasi
bagian organ non karkas sapi bali jantan dan betina dari pemeliharaan
tradisional. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2020. Bogor. pp, Produktivitas dan Nilai Ternak Sapi Lokal
serta Kerbau di Pasar Tradisional 262-274. doi:
10.14334/Pros.Semnas.TPV2020-p.262-274

Hartono. 2016. Pengaruh Manajemen Peternak Terhadap Efesiensi Reproduksi


Sapi Bali Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan 16 (1): 61-67

Latifah, I. N., M. Paturochman dan A. Firman. 2016. Perbandingan Usaha


Pembibitan Sapi Peranakan Ongole Dengan Sapi Persilangan di Desa
Bunihayu Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Universitas
Padjajaran. Vol. 1-13

Masitoh, S. 2021. Kebutuhan Daging Sapi Tahun Ini 700.000 Ton, Produksi
dalam Negri Hanya Separuhnya (https://nasional.kontan.co.id/news/

16
kebutuhan-daging-sapi-tahun-ini-700000-ton-produksi-dalam-negr
hanyaseparuhnya). Diakses pada 12 September 2023

Muada, D. B., U. Paputungan., M. J. Hendrik dan S. H. Turangan. 2017.


Karakteristik Semen Segar Sapi Bangsa Limousin dan Simmental di Balai
Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Zootek. Vol. 37(2): 360-369.

Pawere, F.R., Baliarti, E., & Nurtini, S. 2012. Proporsi Bangsa, Umur, Bobot
Badan Awal Dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan Pada Usaha
Penggemukan. Buletin Peternakan, 36: 193-198

Riady M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong


Menuju 2020. Di dalam Setiadi B et al. editor. Prosiding Lokakarya
Nasional Sapi Potong. Yogyakarta. 8-9 Oktober 2004. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Saka IK, Mantra IB, Ariana INT, Oka AA, Sriyani NLP, Sentana P. 2011.
Karakteristik karkas sapi bali betina dan jantan yang dipotong rumah
potong umum Pesanggaran, Denpasar. The Excellence Research
Universitas Udayana 2011. Pp. 39-47.

Socheh, M., Purbojo, S.W., Hakim, L.R., 2018. Pengaruh bangsa sapi potong
terhadap bobot potong, bobot karkas, dan persentase karkas. Dalam:
Prosiding Seminar Teknologi Dan Agribisnis Peternakan VI. Purwokerto.
pp, 243-248.

Wiyatna, M. F. 2007. Perbandingan Indek Perdagingan Sapi- Sapi Indonesia


dengan Sapi Commercial Cross. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 7(1): 22-25.

Yuniastika, D., Gelgel, K. T. P., & Suardana, I. B. K. 2020. Tinjauan ekonomi


persentase karkas sapi Bali berdasarkan asal ternak yang dipotong di
rumah pemotongan hewan mambal, Badung Bali. Buletin Veteriner
Udayana, 12(1), 128-133.

17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Informasi Penjualan daging sapi di Pasar Manokwari

Hari/tanggal:……………………………………………………………………………
Nama pejagal: …...…….………………………………………………………………..
Pekerjaan:
Umur:……………………………………………………………………………………
Lokasi: ………………………………………………………………………………….
Lama usaha: ……...……………………………………………………………………..
Jumlah Pemotongan/Hari:………………………………………………………………
Frekuensi Pemotongan/Minggu:………………………………………………………..
Sumber Ternak: ………………………………………………………………………..

Biaya

N Jenis Biaya Harga Jumlah Satuan Keterangan


0 (Rp)
1 Retribusi/Pajak
2 Sewa Tempat
3 Pemeriksaan
Kesehatan
4 Tenaga Kerja
5 Sewa Mobil
6 BBM
7 Parang
8 Pisau
9 Kampak
10 Freezer
11 Timbangan

Biaya administrasi untuk pemotongan : RP………………………………


(……………….)
a. Harga Sapi…………………….(Jantan/betina)
b. Berat Hidup……………………Kg
c. Umur……..................................Thn
d. Prediksi Daging.........................Kg
e. Selisih prediksi daging dengan berat sesungguhnya...................................Kg

18
No Komponen Jumlah Satuan Harga (Rp)
1 Daging Kg
2 Hati Kg
3 Paru Kg
4 Usus Kg
5 Babat Kg
6 Tulang Rusuk Kg
7 Tulang Biasa kg
8 Kepala 1 Buah
9 Kaki 4 Buah
10 Kulit 1 Lembar
11 Buntut 1 Buah
12 Jantung
13 Tulang sengkel
14 Otak atau sum-sum
15 Tetelang
16 Darah
Total

No PREDIKSI (Kisaran)

Harga daging Hati Paru Usus Babat Tulang Tulang Kepala Kaki Kulit Buntut jantung Tulang
Sapi Rusuk Biasa sengkel

19

Anda mungkin juga menyukai