SKRIPSI
i
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Pada Program Studi Agribisnis
ii
RINGKASAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Indonesia”dengan baik. Tak lupa, sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan mulia ini, penulis
1. Kedua Orang Tua penulis, Alm. Bapak Rasimin dan Ibu Sutini, Mas Sujito,
Mas Buntomo Budiarto, Mba Supariningsih, Mas Eko Susilo Budi Utomo,
Mas Saiful Aziz Puji Prasetyo, serta keponakan – keponakan keluarga Bapak
perhatian yang tak terhingga, nasihat, dan dukungan baik moril maupun
2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan
4. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminuddin, M.Si, dan Bapak Ir. Junaidi , M.Si selaku
vii
memberikan arahan, serta masukan yang sangat berarti selama penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku
dosen penguji I dan II yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan
Cece Siti, Ulfa, Iin, Nia, Feny, Luthvia, dan lainnya yang terus berjuang dan
memberi dorongan semangat dan motivasi untuk terus maju serta selalu
bersedia membantu.
8. Sahabat – sahabat tersayang Nia, Iin, Ulfa, Nisa, Ella, Alin, Coco, dan Ririn
teman selama kuliah dan seperjuangan saat menjadi maba di Agri terimakasih
atas waktu, perhatian, canda, sayang, Ilmu yang kalian berikan kepada
penulis.
Pepatah mengatakan bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali
Allah SWT, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin Ya Robbal Alaamiin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB IV GAMBARAN UMUM PERMINTAAN DAGING SAPI
BAB VI PENUTUP
x
DAFTAR TABEL
xi
TABEL GAMBAR
1. Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Per Tahun 2000-2014 (Kg/Th) .............. 4
2. Pertumbuhan Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Per Tahun 2000-2014(%) .4
3. Permintaan Daging Sapi di Indonesia Tahun 2000-2014 (Kg) ..................... 5
4. Pertumbuhan Permintaan Daging Sapi di Indonesia Tahun 2000-2014 (%) 5
5. Pertumbuhan Harga Daging Sapi, Harga Daging Ayam, dan Permintaan
Daging Sapi di Indonesia (%) ........................................................................ 6
6. Kurva Permintaan ........................................................................................ 22
7. Pergeseran Kurva Permintaan ..................................................................... 23
8. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 27
xii
BAB I
PENDAHULUAN
sektor pertanian. Dari pengalaman empiris menunjukkan bahwa tidak ada satu
berkelanjutan dan digerakkan oleh sektor industri dan jasa berbasis teknologi
beserta sub sektornya memiliki peran yang vital dalam peningkatan Product
berperan positif dalam pembangunan daerah. Salah satu sub sektor dalam
kenaikan dari tahun ke tahun dan menempati posisi empat dibawah tanaman
konstan) mencapai 45.960,01 miliar rupiah pada tahun 2014 dengan laju
pertumbuhan sebesar 4,96% pada tahun 2014 (BPS, 2015). Laju pertumbuhan
PDB sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya masih diatas tanaman bahan
makanan dan kehutanan, selain itu PDB sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya
memiliki peran utama sebagai penyedia bahan pangan hewani utamanya adalah
1
protein. Sumber protein sendiri digolongkan menjadi dua golongan, yakni sumber
protein nabati atau sumber protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
adalah sumber protein hewani atau sumber protein yang berasal dari hewan.
Salah satu penghasil protein hewani adalah daging sapi. Daging sapi
adalah penghasil protein hewani terbesar setelah unggas dan ikan. Daging sapi
merupakan daging merah yang sering dikonsumsi oleh rakyat Indonesia. Daging
sapi bagi mayoritas penduduk Indonesia adalah makanan mewah yang jarang
dalam setahun, yaitu pada saat hari-hari besar keagamaan ataupun hari-hari besar
nasional. Ketersediaan daging sapi selalu dibutuhkan baik pada kelompok kelas
pendapatan tinggi, sedang maupun rendah. Komponen bahan kering yang terbesar
dari daging adalah protein sehingga nilai nutrisi dagingnya pun tinggi.
sumber protein hewani lainnya seperti daging ayam (18,2%), daging domba
(17,1%), daging kambing (16,6%), daging babi (11,9%), telur ayam (16,2%), serta
ikan (17,8%). Sedangkan komposisi protein pada tempe dan tahu sebagai sumber
2
hidrogen, fosfor, nitrogen, oksigen serta asam amino. Sesuai nama lainnya yakni
protos yang berarti utama, protein merupakan zat yang paling dibutuhkan oleh
tubuh.
protein pada anak balita 2-2,5 gram per kilogram berat badan, sedangkan pada
orang dewasa hanya 1 gram per kilogram berat badan (Rasyaf, 1996). Sedangkan
Perkembangan tingkat konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia dari
tahun 2000 hingga tahun 2014 berfluktuasi dan cenderung naik. Peningkatan
konsumsi daging sapi per kapita per tahun di Indonesia dapat diakibatkan oleh
protein hewani. Pada tahun 2000 tingkat konsumsi daging sapi masyarakat
pada tahun 2014, angka ini tergolong kecil dibandingkan dengan konsumsi negara
maju hal ini disebabkan oleh mahalnya harga daging sapi (Sekretariat Jenderal
daging sapi bila ada perayaan atau hari-hari besar keagamaan. Grafik
perkembangan konsumsi daging sapi per kapita per tahun di Indonesia dapat
3
3.000
2.500 Konsumsi Daging Sapi Per
2.000 Kapita Per Tahun 2000-
2014 (Kg/Th)
1.500
1.000 Linear (Konsumsi Daging
Sapi Per Kapita Per Tahun
0.500
2000-2014 (Kg/Th))
0.000
2006
2011
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2010
2012
2013
2014
Gambar 1. Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Per Tahun 2000-2014 (Kg/Th)
bagi mereka yang menggeluti bisnis di sektor peternakan sapi potong. Namun
meskipun konsumsi daging sapi per kapita per tahun berfluktuasi dengan
konsumsi daging sapi per kapita per tahun di Indonesia dapat dilihat pada Gambar
40
30 Pertumbuhan Konsumsi
20 Daging Sapi Per Kapita
Per Tahun 2000-2014 (%)
10
0 Linear (Pertumbuhan
2001
2013
2000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2014
Gambar 2. Pertumbuhan Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Per Tahun 2000-2014
(%)
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2, persentase pertumbuhan
konsumsi daging sapi per kapita per tahun di Indonesia berfluktuasi dengan
4
Permintaan daging sapi secara nasional pun mengalami fluktuasi dengan
mencapai 312.826,3 ton meningkat menjadi 595.109,4 ton pada tahun 2014.
Grafik permintaan daging sapi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3 (Sumber
700000000
600000000
500000000 Permintaan Daging Sapi
400000000 di Indonesia tahun 2000-
300000000 2014 (Kg)
200000000 Linear (Permintaan
100000000 Daging Sapi di Indonesia
0 tahun 2000-2014 (Kg))
2002
2006
2000
2001
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
pada tahun 2002, 2005, dan 2012 dengan persentase masing-masing tahun sebesar
40
30 Pertumbuhan Permintaan
Daging Sapi di Indonesia
20 Tahun 2000-2014 (%)
10
Linear (Pertumbuhan
0 Permintaan Daging Sapi
2001
2014
2000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-30
5
Setiap tahunnya baik pertumbuhan konsumsi daging sapi di per kapita per
disebabkan oleh harga daging sapi yang semakin mahal setiap tahunnya. Pada
tahun 2014, harga daging sapi mencapai Rp 99.056/Kg. Sejak tahun 2000 sampai
tahun 2014, harga daging sapi mengalami trend meningkat, pertumbuhan rata-rata
sebesar 9,28% setiap tahunnya. Selain harga daging sapi itu sendiri, harga barang
konsumsi daging sapi per kapita per tahun masyarakat Indonesia. Pada tahun
2014, harga daging ayam mencapai Rp 28.976/Kg. Sejak tahun 2000 sampai
tahun 2014, harga daging ayam mengalami trend menurun, dengan pertumbuhan
permintaan daging sapi di Indonesia dengan harga daging sapi dan harga daging
40.00
30.00
2011
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2012
2013
2014
-10.00
Pertumbuhan Permintaan
-20.00 Daging Sapi di Indonesia
(%)
-30.00
6
Di sisi lain pendapatan per kapita semakin meningkat dari tahun 2000-
2014 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,72% per tahun. Pada tahun 2014
harga konstan) (BPS, 2015). Selain itu, jumlah penduduk yang pada tahun 2000-
1,34% setiap tahunnya (BPS, 2015). Akan tetapi pesentase kenaikan pendapatan
per kapita dan jumlah penduduk tidak dapat membendung laju pertumbuhan
Indonesia, dan permintaan daging sapi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
7
Berdasarkan hasil proyeksi besarnya permintaan daging sapi pada tahun
2015 adalah sebesar 2,40 kg/kapita/tahun, tahun 2016 diproyeksikan sebesar 2,41
sementara tahun 2018 - 2019 mengalami penurunan dari 0,14 hingga 0,88 atau
periode 2013 – 2019 dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2,11% per tahun.
567,31 ribu ton pada tahun 2013 menjadi 642,76 ribu ton pada tahun 2019.
dengan mengkonsumsi daging ayam atau yang sejenis dikarenakan harganya yang
semakin menurun dan menggantikannya dengan barang substitusi lainnya. Hal ini
akan berdampak nengatif bagi para pelaku usaha yang bergerak di sektor
peternakan, khususnya peternakan sapi potong karena pangsa pasar mereka akan
pengetahuan mengenai pangsa pasar daging sapi nasional dan menjadi dasar
8
1.2 Rumusan Masalah
Indonesia ?
sapi di Indonesia ?
sebagai berikut :
9
2. Bagi pembaca dan peminat, hasil penelitian ini diharapkan dapat
1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 2000
2. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel yaitu harga daging sapi,
harga daging ayam ras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.
3. Selera dan preferensi konsumen tidak diteliti karena tidak dapat diukur
secara agregat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap zat-zat gizi protein dimana
didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada kerangka. Pengertian
lain daging adalah bagian dari hewan potong yang digunakan manusia sebagai
daging adalah otot. Otot hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan
karena fungsi fisiologisnya telah berhenti. Daging juga tersusun dari jaringan ikat,
penyebaran daerah, volume produksi daging maupun dari segi nilai ekonomi dan
mutu dagingnya. Selain itu jumlah rasnya pun banyak. Ada banyak jenis sapi
semasa hidup. Secara umum, tiap jenis sapi dapat menghasilkan daging, namun
berbeda mutunya dari satu jenis dengan jenis lainnya. Sapi penghasil daging di
Indonesia secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu sapi
lokal (local type), sapi pedaging (meat type), dan sapi perah (dairy type). Di dalam
ketiga golongan itu terdapat juga sapi peranakan (turunan silang) dan sapi impor,
11
kesemuanya menyebabkan makin luasnya variasi bentuk dan mutu komoditas
daging di Indonesia.
komoditas daging di Indonesia. Sebagai pengahasil daging, sapi lokal terdiri atas
tiga jenis utama, yaitu sapi Bali, sapi Madura, dan sapi Ongole. Sapi lokal jenis
lain jumlahnya mirip dengan salah satu dari tiga jenis tersebut, misalnya sapi
Aceh yang mirip dengan sapi Madura. Sapi pedaging (meat type) yang asli
Indonesia tidak ada, melainkan khusus diimpor untuk penyediaan daging bermutu
tinggi. Indonesia juga mengimpor sapi untuk tujuan pemuliaan mutu ternak,
Komposisi kimia daging secara umum dapat diestimasi, yaitu air sekitar
yang larut 2,3%, termasuk substansi nitrogenus 1,65% dan substansi anorganik
0,65%, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan dalam air relatif sangat
sedikit. Protein daging, berdasarkan solubilitasnya terdiri atas tiga kategori utama,
yaitu protein miofibliar, protein sarkoplasmik, dan protein jaringan ikat dan
Vitamin-vitamin ini larut dalam lemak. Hati adalah daging organ yang kaya akan
anti kanker, termasuk selenium, vitamin B6, B12, dan vitamin D. Daging juga
12
mengandung anti karsinogen yang potensial, termasuk asam-asam lemak tidak
jenuh omega-3 dan asam linoleat konjugasi dari jaringan lemak daging.
Kandungan kalori daging dan produk daging (sosis, dendeng, dan lain-lain) sangat
daging segar layu, 3) daging dingin, 4) daging beku, 5) daging masak, 6) produk
daging proses, dan 7) daging organ. Daging segar berasal dari karkas yang tidak
atau belum dilayukan. Daging segar layu diperoleh dari karkas yang telah
dilayukan 12-24 jam, dan sudah mengalami proses kekakuan atau daging dengan
pelayuan dingin selama lebih dari 24 jam. Daging dingin atau daging yang berasal
dari karkas atau daging segar yang dilayukan dan didinginkan pada temperature
dikonsumsi. Daging beku adalah daging segar yang telah mengalami pelayuan,
kemudian dibekukan pada temperature beku domestik -180 – -200 C atau lebih
rendah. Daging beku ini dapat mengalami pemendekkan atau pengkerutan otot
Daging masak adalah daging atau produk daging proses yang telah dimasak
13
daging yang telah dipersiapkan dan dipeservasi dengan teknologi tertentu dengan
daging yang berasal dari organ-organ tubuh yang layak dikonsumsi (Forrest et al.,
yang bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dari berbagai barang atau jasa
tingkat kepuasannya juga terbatas. Dari perilaku konsumen ini diperoleh kurva
satuan untuk memenuhi kepuasan (satisfaction), yaitu utilitas (utility). Ada dua
barang tersebut dapat diukur lebih tinggi rendahnya tergantung kepada subyek
yang memberikan nilai atau penilaian, pendekatan ini sering disebut dengan
14
pendekatan Marginal Utility. Teori utilitas ordinal beranggapan bahwa besarnya
daya guna atau utilitas tidak diketahui secara obsolut oleh konsumen, bagi seorang
pendekatan ini sering disebut juga dengn pendekatan Indefferent Curve (Lukman,
2007).
sebagai suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk membeli di pasar atau jasa yang diinginkan oleh konsumen
untuk dibeli di pasar pada tingkat harganya pada waktu tertentu. Tetapi
permintaannya tersebut belum tentu sama artinya dengan jumlah barang yang
permintaan yang efektif artinya orang yang mempunyai daya beli yang bersedia
untuk membayar harga barang pada suatu tingkat harga dan dalam jumlah
tertentu. Jadi, permintaan itu didukung oleh kekuatan uang dalam jumlah tertentu,
untuk membayar barang yang diminta atau ingin dibeli atau demand = keinginan
membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Hukum permintaan (the law of demand) adalah jika harga barang naik, maka
jumlah barang yang diminta turun, begitu terjadi sebaliknya. Secara sederhana
15
hukum permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Jumlah yang akan dibeli per
unit waktu, menjadi semakin besar, apabila harga semakin rendah, ceretis paribus
barang oleh konsumen pada berbagai tingkat harga barang. Sedangkan permintaan
Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga barang dengan jumlah
barang yang diminta dengan harganya. Untuk lebih jelasnya hokum permintaan
(Masyhuri, 2007).
Harga komoditas itu sendiri ; 2) Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan
16
1. Harga komoditas itu sendiri
riil para pembeli meningkat yang mendorong konsumen yang sudah membeli
komoditas tersebut untuk membeli lagi dalam jumlah yang lebih besar.
Bila harga suatu komoditas naik, para pembeli mencari komoditas lain
kenaikan harga. Disamping itu kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para
pembeli berkurang. Pendapatan riil yang merosot memaksa para pembeli untuk
substitusi adalah komoditas yang dapat menggantikan fungsi dari komoditas lain
yang dapat digantikannya. Pada umumnya bila harga komoditas pengganti turun
17
sama dengan komoditas lainnya. Dalam hal ini kenaikan atau penurunan
berkurang).
3. Pendapatan konsumen
menentukan pola permintaan atas berbagai jenis barang. Atas dasar sifat
barang dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu barang inferior, barang
esensial, darang normal, dan barang mewah. Barang inferior adalah barang yang
untuk barang-barang inferior dan menggantikannya dengan barang lain yang lebih
baik mutunya. Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam
18
banyak dalam kaitannya dengan harganya maupun pendapatan seseorang. Barang
konsumen, kemampuan membeli barang akan meningkat dan disamping itu juga
mutunya kurang baik ke barang yang mutunya lebih baik. Barang mewah adalah
suatu jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif
dibutuhkan oleh kelas bawah akan meningkat dan permintaan akan komoditas-
19
6. Jumlah penduduk
permintaan suatu komoditas karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak
akan naik, dan bila sebaliknya permintaan akan komoditas tersebut akan turun.
untuk suatu barang atau jasa dapat dinyatakan dalam bentuk hubungan antara
permintaan dari barang atau jasa itu. Dalam bentuk model matematik, konsep
Dimana:
I = pendapatan konsumen,
20
Pe = ekspektasi konsumen terhadap harga dari barang atau jasa X di
masa mendatang,
mendatang,
T = selera konsumen,
A = pengeluaran iklan,
QDX adalah variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Px, I, Pr, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, dan O adalah variabel bebas karena
besar nilainya tidak tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif
barang X.
sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor-faktor produksi yaitu
21
semakin banyak komoditas tersebut dikonsumsi maka kegunaan komoditas
tersebut akan semakin berkurang. Dengan keadaan ini berarti pembeli akan
bersedia membeli lebih banyak komoditas jika harga satuan dari komoditas
dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta pada berbagai tingkat harga dapat
disusun dalam suatu tabel yang dikenal dengan daftar permintaan. Data yang
Konsep kuantitas per unit waktu sangat penting oleh karena adanya selang
Sumbu horizontal Q adalah sumbu kuantitas atau jumlah barang dan sumbu
permintaan terjadi bila harga komoditas yang diminta berubah (naik atau turun).
Penurunan harga komoditas tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan
22
Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh
menaikkan permintaan pada setiap tingkat harga bila harga komoditas yang dibeli
kanan (Sugiarto et al., 2002). Contoh pergeseran kurva permintaan dapat dilihat
pada Gambar 8.
simultan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor harga daging sapi,
yang memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi. Faktor harga
23
daging sapid an harga ikan memberikan pengaruh negatif. Sedangkan factor harga
telur, harga tahu, harga tempe, harga barang komplementer, tingkat pendapatan
per kapita, dan jumlah penduduk berpengaruh positif. Permintaan daging sapi di
Kota Manokwari bersifat tidak elastis terhadap harga dan barang substitusi,
bersifat elastis.
ayam dengan daging sapi, dan menerangkan elastisitas harga terhadap penawaran.
Sumatera Utara selama periode tahun 2001 hingga 2010 masih didominasi oleh
jumlah penduduk, faktor harga daging, faktor pendapatan per kapita, faktor harga
telur dan faktor harga ayam. Harga telur merupakan faktor yang paling besar
24
dipengaruhi oleh faktor jumlah sapi impor, faktor harga daging, faktor jumlah sapi
yang di inseminasi, faktor harga sapi, faktor daging impor dan faktor jumlah
populasi sapi. Jumlah sapi impor merupakan faktor yang paling besar
Elastisitas silang antara daging ayam dengan daging sapi adalah subsitusi
(tidak responsif).
daging sapi di Indonesia antara lain : konsumsi daging sapi, produksi daging sapi,
jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging ayam, dan tingkat pendapatan.
sapi diperoleh hasil sebagai berikut : koefisien berganda dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,976. angka ini menjelaskan bahwa faktor konsumsi, produksi,
jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging ayam, dan tingkat pendapatan
25
secara serentak memiliki tingkat keeratan hubungan yang tinggi dengan
permintaan daging sapi sebesar 97,6 persen. Hasil Uji F menunjukkan keenam
variabel berpengaruh secara nyata terhadap permintaan daging sapi. Hasil Uji
koefisien determinasi (R2) untuk permintaan daging sapi 0.952 yang berarti
95,2% persen mampu dijelaskan oleh faktor-faktor, seperti konsumsi daging sapi,
produksi daging sapi nasional, jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging
ayam, dan tingkat pendapatan dan sisanya 4,8 persen, dijelaskan oleh faktor lain
Harga bahan makanan subtitusi daging sapi dan pendapatan perkapita memiliki
maka penelitian ini akan menggunakan variabel harga daging sapi, harga daging
daging sapi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga daging sapi,
harga daging ayam ras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk. Data dari
26
mengidentifikasi secara satu per satu tiap faktornya. Untuk menganalisis apakah
sapi dengan menggunakan uji signifikansi simultan atau uji F. Secara lebih jelas,
27
2.5 Hipotesis
Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
28
BAB III
METODE PENELITIAN
wilayah Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh dari beberapa
Peternakan .Waktu untuk pengumpulan data ini berlangsung pada bulan Januari –
Juli 2018.
series. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian,
statistik yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai referensi data diperoleh dari
tahunan. Data yang diperoleh adalah data tahunan selama kurun waktu 15 tahun
(2000-2014).
Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriftif dan regresi linear berganda. Berikut ini akan dijabarkan
29
pengolahan dan analisis data penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
meneliti status kelompok manusia, suatu proyek, suatu set kondisi, suatu
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Sedangkan Setiawan dan Kusrini
(2010) menyatakan bahwa analisis regresi adalah suatu analisis yang bertujuan
program Statistical Product and Service Solution 22.0 (SPSS 22.0). Berikut
(Qd), harga daging sapi (X1), harga daging ayam ras (X2), pendapatan per kapita
30
(X3), dan jumlah penduduk (X4). Secara matematis permintaan daging sapi dapat
Dimana:
b0 : Konstanta,
e : Variabel pengganggu.
1. Uji R2
Uji ini dapat digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang
merupakan besaran yang paling sering digunakan untuk mengukur goodness of fit
proporsi total varian dalam variabel endogen yang menjelaskan model regresi.
Sifat dasar dari R2 bernilai positif namun lebih kecil dari satu (Ghozali, 2005).
2. Uji F
31
Uji F digunakan untukmengetahui pengaruh semua variabel bebas secara
Tes hipotesis :
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti variabel
bebas (harga daging sapi, harga daging ayam ras, pendapatan per kapita, dan
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti semua
variabel bebas (harga daging sapi, harga daging ayam ras, pendapatan per
3. Uji t
terhadap variasi variabel tidak bebas yaitu jumlah permintaan daging sapi pada
tingkat signifikansi (α) tertentu. Rumus t hitung adalah sebagai berikut (Ghozali,
2005) :
Dengan hipotesis :
32
1. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel bebas
2. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel bebas
1. Uji Normalitas
telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai
pengertian uji normalitas tersebut maka uji normalitas di sini tidak dilakukan per
Berdasarkan grafik P-Plot dapat dilihat bahwa titik-titk yang tersebar tidak
jauh disekitar garis dan mengikuti arah diagonal P-Plot sehingga dapat
2. Uji Multikolinearitas
adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau
semua variabel penjelas (bebas) dari model regresi linear berganda. Sedangkan
menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi
33
di antara variabel bebas atau tidak. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolinearitas dapat dengan melihat nilai R2 dan t statistic. Jika nilai R2 tinggi
dan uji F menolak hipotesis nol, tetapi nilai t statistic sangat kecil atau bahkan
nilai VIF dibawah 10 (Rosadi, 2012). Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada
tabel 9 dapat dilihat bahwa seluruh variabel bebas dalam model memiliki nilai
VIF lebih kecil dari pada 10. Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan bahwa
multikolinearitas.
tidak sama (konstan). Sebaliknya jika varian variabel pada model regresi memiliki
acak maka hal itu tidak menunjukkan adanya masalah heterokedastisitas pada
model regresi.
34
Model regresi memenuhi asumsi heteroskedastisitas, apabila titik-titik
pada grafik scatterplot menyebar diatas maupun dibawah pada titik origin (angka
0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur (menyebar) (Sunyoto,
2011). Berdasarkan grafik scatterplot pada hasil penelitian, dapat dilihat bahwa
titik-titik hasil pengolahan data menyebar dibawah maupun diatas titik origin pada
4. Uji Autokorelasi
2011). Menurut Gujarati dalam Suliyanto (2011), salah satu cara untuk
Durbin-Watson.
bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada model permintaan daging sapi di
Indonesia.
1. Daging sapi adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka sapi.
Istilah daging berbeda dengan karkas. Daging sapi merupakan bagian yang
sudah terpisah dengan tulang sapi sedangkan karkas sapi adalah daging
35
2. Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada
4. Barang subtitusi adalah barang yang memiliki fungsi yang sama dengan
barang utama dan dapat menggantikan barang utama. Dalam penelitian ini
5. Permintaan daging sapi adalah jumlah daging sapi yang dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia secara agregat yang diukur dalam ribuan ton per
tahun.
6. Harga daging sapi adalah harga rata-rata daging sapi per tahun yang diukur
7. Harga daging ayam ras adalah harga rata-rata daging ayam ras per tahun
yaitu nilai Product Domestic Bruto (PDB) per tahun dengan harga konstan,
dibagi jumlah penduduk per tengah tahun yang diukur dalam satuan rupiah
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERMINTAAN DAGING SAPI
Namun, produksi danging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
karena populasi dan tingkat produktivitas sapi rendah (Deptan, 2007). rendahnya
populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian beasar ternak dipelihara oleh
peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005).
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2007), sentra sapi potong terdapat di Jawa Timur
, Jawa Tengah , Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Bali , Nusa Tenggara Timur,
Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Pola usaha sebagian besar adalah
pembibitan atau pembesaran anak sapi, dan hanya sebagian kecil peternak yang
produksi sapi potong dan ternak lainnya di Indonesia tahun 2000 - 2014
cenderung meningkat.
37
Tabel 3. Jumlah Populasi Sapi di Indonesia (000 ekor) Tahun 2000 - 2014
No. Tahun Sapi
1. 2000 11.008
2. 2001 11.137
3. 2002 11.297
4. 2003 10.504
5. 2004 10.532
6. 2005 10.569
7. 2006 10.875
8. 2007 11.514
9. 2008 12.256
10. 2009 12.759
11. 2010 13.581
12. 2011 14.824
13. 2012 15.980
14. 2013 12.686
15. 2014 14.726
Sumber : BPS (2016)
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sapi
potong adalah dengan menandatangkan sapi dari Eropa (Bos taurus) seperti
sektor pertanian.
2. Rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus bertambah.
regional.
38
4. Mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebgai penyedia bahan pangan
penghasil daging, pupuk, tenaga kerja terutama dalam pengolahan tanah, dan
memberi manfaat berupa anak serta status sosial. Oleh karena itu , potensi sapi
Pada penelitian ini diketahui jumlah konsumsi dagig sapi di Indonesia dari
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging sapi pada ahun 2000 - 2014
mengalami fluktuasi. Konsumsi daging tertinggi adalah pada tahun 2012 yaitu
39
sebesar 2,630 Kg, ssedngkan untuk konsumsi daging terendah adalah sebesar
dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang memadai, baik dari segi mutu
adalah di tahun 2011 yaitu sebesar 2013 sebesar 248.818.000 jiwa, sedangkan
untuk jumlah penduduk terendah adalah sebesar 205.132.000 jiwa di tahun 2000.
40
meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunya dan perubahan pola konsumsi
Pada penelitian ini diketahui harga daging sapi di Indonesia dari tahun
INdonesia tahun 2000 -2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Harga daging
sapi tertinggi adalah di tahun 2014 yaitu sebesar Rp.99.056,-, sedangkan untuk
harga daging sapi terendah adalah sebesar Rp. 24.989,- di tahun 2000, adanya
perubahan atau kenaikkan harga daging sapi dipengaruhi oleh beberapa hal,
41
4.5 Harga Daging Ayam Tahun 2000 - 2014
Pada penelitian ini diketahui harga daging ayam di Indonesia dari tahun
harga daging sapi yang mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Jika
dibandingkan dengan harga daging ayam, harga daging sapi lebih mahal dengan
selisih harga Rp. 60.000,-. Harga daging ayam tertinggi adalah di tahun 2014
yaitu sebesar Rp. 28.976,-, sedangkan untuk harga daging ayam terendah adalah
Pada tahun ini diketahui Tingkat Pendapatan di Indonesia dari tahun 2000
sampai pada tahun 2014.
42
Tabel 8. Tingkat Pendapatan Tahun 2000 - 2014
No Tahun Tingkat Pendapatan (Rp)
1. 2000 6.775.003,-
2. 2001 6.927.425,-
3. 2002 7.142.664,-
4. 2003 7.385.455,-
5. 2004 7.655.520,-
6. 2005 7.987.113,-
7. 2006 8.318.480,-
8. 2007 8.734.031,-
9. 2008 9.142.441,-
10. 2009 9.447.262,-
11. 2010 9.703.457,-
12. 2011 10.184.536,-
13. 2012 10.671.007,-
14. 2013 11.128.829,-
15. 2014 11.536.817,-
Sumber : BPS (2016)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan di
permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang
dibeli terutama oleh rumah tangga yang tidak mengalami kenaikkan atau
43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang digunakan adalah time series periode tahun 2000-2014. faktor-faktor yang
yang digunakan ada empat yaitu harga daging sapi, harga daging ayam,
statistik (koefisien determinasi, uji F dan uji t). penelitian ini juga
estimasi (pendugaan).
memuaskan. kekuatan penjelas dari model ini memiliki nilai koefisien determinasi
sebesar 0,878, artinya keragaman permintaan daging sapi yang dapat dijelaskan
dalam model sebesar 87,8 persen dan sisanya 12,2 persen dijelakan oleh faktpr-
faktor lain diluar penelitian ini. selain itu, hasil menunjukan secara bersama-sama
44
seluruh variabel bebas berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di
Indonesia.
variabel bebas memiliki arah yang konsisten terhadap hipotesis. terdapat dua
variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga daging sapi dan julmah penduduk,
1. Harga daging sapi memiliki nilai t-hitung lebih besar dari pada nilai t-tabel
(1,34 < 1,510) dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,092 yang mana lebih
kecil dari pada batas signifikansi (α) yatu 0,1 ( 0,092 < 0,10). Hasil pengujian
ini menunjukkan bahwa variabel harga daging sapi berpengaruh nyata terhadap
permintaan daging sapi di Indonesia pada taraf nyata (α) sepuluh persen.
2. Harga daging ayam ras memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari pada nilai t-tabel
(1,34 > 0,347) dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,735 lebih besar dari
pada (α) 0,1 (0,735 > 0,10). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel
45
harga daging ayam ras tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan
3. Pendapatan per kapita memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari pada nilai t-tabel
(1,34 > 1,124) serta nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih besar dari pada nilai
signifikansi (α) 0,1 (0,287 > 0,10). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
4. Jumlah penduduk memiliki nilai t-hitung lebih besar dari pada nilai t-tabe (1,34
< 1,837) dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,092 yang mana lebih kecil
dari pada batas signifikansi (α) yatu 0,1 (0,096 < 0,10). Hasil pengujian ini
permintaan daging sapi di Indonesia pada taraf nyata (α) sepuluh persen.
adalah model regeresi linier berganda dengan metode estimasi kuadrat terkecil
yang telah diduga ditentukan oleh harga daging sapi, harga daging ayam,
46
yang mempengaruhi permintaan daging sapi sudah dapat dijelaskan pengaruhnya
koefisien harga daging sapi adalah negatif. Hal ini berarti apabila harga daging
sapi naik maka permintaan daging sapi akan menurun. Kenaikan harga barang itu
sebab hukum permintaan menyatakan apabila semakin tinggi suatu harga maka
permintaan akan berkurang. Koefisien dugaan harga daging sapi sebesar 0,759,
artinya apabila harga daging sapi naik satu satuan maka permintaan daging sapi
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai t-hitung harga daging sapi
sebesar 1,510 lebih kecil dari pada nilai t-tabel sebesar 1,34 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0,092 lebih besar dari 0,1 pada taraf kepercayaan 90
perubahan harga daging sapi akan memberi dampak pada perubahan permintaan
Ada dua hal kenapa harga barang menurun, yaitu: 1) Perubahan harga
suatu barang mengakibatkan perubahan dalam harga relatif yaitu suatu perubahan
dimana suatu barang dapat dipertukarkan dengan barang lain. Perubahan dalam
harga relatif ini akan menimbulkan efek substitusi sehingga konsumen akan
47
mencari barang pengganti yang harganya relatif lebih murah. 2) Mengapa
barang lain tetap atau konstan maka menyebabkan pendapatan riil konsumen
koefisien harga daging ayam adalah positif. Hal ini berarti apabila harga daging
Kenaikan harga barang pengganti secara teoritis harga barang substitusi memang
akan berdampak postif tehadap permintaan daging sapi. Koefisien dugaan harga
daging ayam sebesar 0,033, artinya apabila harga daging ayam meningkat sebesar
satu satuan maka permintaan daging sapi meningkat sebesar 0,033 satuan.
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai t-hitung harga daging ayam
ras sebesar 0,347 lebih kecil dari pada nilai t-tabel sebesar 1,34 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0,735 lebih besar dari 0,1 pada taraf kepercayaan 90
persen, dengan demikian harga daging ayam ras berpengaruh tidak nyata terhadap
perubahan harga daging ayam ras tidak memberi dampak pada perubahan
48
5.2.3 Pengaruh Pendapatan Per Kapita Terhadap Permintaan Daging Sapi di
Indonesia
koefisien pendapatan per kapita adalah positif. Hal ini berarti apabila pendapatan
per kapita naik maka permintaan daging sapi akan meningkat. Peningkatan
permintaan, apabila pendapatan per kapita naik maka permintaan barang akan
meningkat. Koefisien dugaan pendapatan per kapita sebesar 0,614, artinya apabila
pendapatan per kapita naik sebesar satu satuan maka permintaan daging sapi naik
kapita sebesar 1,124 lebih kecil dari pada nilai t-tabel sebesar 1,34 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0,287 lebih besar dari 0,1 pada taraf kepercayaan 90
persen, dengan demikian pendapatan per kapita berpengaruh tidak nyata terhadap
koefisien pendapatan per kapita adalah positif. Hal ini berarti apabila jumlah
penduduk naik maka permintaan daging sapi akan meningkat. Peningkatan jumlah
49
Koefisien dugaan jumlah penduduk sebesar 2,680, artinya apabila jumlah
penduduk naik sebesar satu satuan maka permintaan daging sapi naik sebesar
2,680 satuan.
Indonesia sebesar 1,837 lebih kecil dari pada nilai t-tabel sebesar 1,34 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0,083 lebih besar dari 0,1 pada taraf kepercayaan 90
50
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
yang telah dianalisis adalah harga daging sapi itu sendiri, harga barang
subtitusi yaitu harga daging ayam ras, pendapatan per kapita, dan jumlah
penduduk.
6.2 Saran
secara signifikan terhadap permintaan daging sapi di Indonesia maka perlu adanya
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2015. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (persen).
www.bps.go.id. Pukul 12.20 WIB. Selasa, 15 September 2015.
Badan Pusat Statistika. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha. www.bps.go.id. Pukul 11:16
WIB. Selasa, 15 September 2015.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Outlook Komoditas Pertanian
Subsektor Peternakan Daging Sapi Tahun 2014. Jakarata : Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian RI.
52
____________________. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor
Peternakan Daging Sapi Tahun 2015. Jakarta : Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian RI.
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 1998. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Hasil uji statistik uji R Square atau R2
b
Model Summary
55
Lampiran 2. Hasil Uji Statistik F atau Uji Simultan
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression .828 4 .207 18.061 .000b
Residual .115 10 .011
Total .942 14
a. Dependent Variable: VAR00001
b. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00002, VAR00003, VAR00004
56
lampiran 3. Hasil Uji Statistik T atau Parsial
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -33.832 20.902 -1.619 .089
X1 -.759 .503 -.178 -1.510 .092 .879 1.137
X2 .033 .094 .045 .347 .735 .712 1.405
X3 .614 .546 .363 1.124 .287 .117 8.582
X4 2.680 1.459 .578 1.837 .083 .123 8.154
a. Dependent Variable: VAR00001
57
Lampiran 4 : Hasil Uji Normalitas PP plotstandarized Residual dari Regeresi
variable Dependen
58
Lampiran 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
59
lampiran 6. Data Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Per Tahun 2014
Tahun Konsumsi (Kg/Th) Pertumbuhan (%)
2000 1,525 5,180327869
2001 1,608 5,161691542
2002 1,696 5,188679245
2003 1,667 -1,73965207
2004 1,863 10,52066559
2005 1,707 -9,13884007
2006 1,671 -2,154398564
2007 2,069 19,23634606
2008 2,088 0,909961686
2009 2,154 3,064066852
2010 2,296 6,18466899
2011 2,428 5,436573311
2012 2,630 7,680608365
2013 2,413 -8,992954828
Rata-rata 1,987 3,32412457
60
Lampiran 7. Data Jumlah Penduduk 2000- 2014
Tahun Jumlah (jiwa) Pertumbuhan (%)
2000 205132000 -0,381705438
2001 207928000 1,344696241
2002 210736000 1,332472857
2003 213551000 1,318186288
2004 216382000 1,308334335
2005 219205000 1,287835588
2006 222051000 1,28168754
2007 224905000 1,268980236
2008 227779000 1,261749327
2009 230633000 1,237463849
2010 238519000 3,306235562
2011 241991000 1,434764103
2012 245425000 1,39920546
2013 248818000 1,363647325
2014 252165000 1,327305534
Rata-rata 227014667 1,339390587
61
Lampiran 8. Data Permintaan Daging Sapi 2014
Tahun Permintaan (Kg) Pertumbuhan (%)
2000 312826300 4,818396024
2001 334348224 6,436978711
2002 357408256 6,45201436
2003 355989517 -0,398533926
2004 403119666 11,69135445
2005 374182935 -7,733311248
2006 371047221 -0,845098366
2007 465328445 20,26122087
2008 475602552 2,160229578
2009 496783482 4,263613982
2010 547639624 9,286424826
2011 587554148 6,793335412
2012 645467750 8,972346333
2013 600397834 -7,506675316
Rata-rata 451978282 4,61802112
62
Lampiran 9. Data Permintaan Daging Sapi 2015
Tahun Permintaan (Kg) Pertumbuhan (%)
2000 312826300 4,818396024
2001 334348224 6,436978711
2002 267634720 -24,92707374
2003 399340370 32,98080031
2004 458729840 12,94650246
2005 409913350 -11,90897784
2006 424117410 3,349086754
2007 503787200 15,81417511
2008 523891700 3,83752978
2009 544293880 3,748375786
2010 591527120 7,984966099
2011 629176600 5,983928837
2012 562023250 -11,94850035
2013 567305040 0,931031743
2014 595109400 4,672142635
Rata-rata 474934960,3 3,647957488
63
Lampiran 10. Harga Daging Sapi 2014
Tahun Harga (Rp/Kg) Pertumbuhan
2000 24.989 10,17
2001 29.003 13,84
2002 33.331 12,98
2003 34.330 2,91
2004 34.484 0,45
2005 39.916 13,61
2006 43.866 9,00
2007 45.599 3,80
2008 50.871 10,36
2009 58.178 12,56
2010 57.944 -0,40
2011 69.725 16,90
2012 76.925 9,36
2013 84.180 8,62
2014 99.056 15,02
Rata-rata 52.160 9,28
64
Lampiran 11. Harga Daging ayam 2015
Tahun Harga (Rp/Kg) Pertumbuhan (%)
2000 14.602 8,156
2001 16.059 9,073
2002 17.697 9,256
2003 16.967 -4,302
2004 17.310 1,982
2005 18.984 8,818
2006 20.459 7,210
2007 22.309 8,293
2008 20.832 -7,090
2009 23.333 10,719
2010 24.166 3,447
2011 24.760 2,399
2012 25.320 2,212
2013 28.143 10,031
2014 28.976 2,875
Rata-rata 21.328 4,872
65
Lampiran 12. Data Pendapatan Per Kapita Per Tahun 2014
Pendapatan Per
Tahun Kapita Pertumbuhan
2000 6775003
2001 6927425 2,20026922
2002 7142664 3,013427483
2003 7385455 3,287421019
2004 7655520 3,527715949
2005 7987113 4,151600209
2006 8318480 3,983504198
2007 8734031 4,757837475
2008 9142441 4,467187702
2009 9447262 3,226553895
2010 9703457 2,640244606
2011 10184536 4,723622166
2012 10671007 4,558810616
2013 11128829 4,113838033
2014 11536817 3,536400031
Rata-rata 8849336 3,727745186
66