Anda di halaman 1dari 100

SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI

PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN


PANGAN NASIONAL

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (S.P)

Oleh :

MUHAMMAD AMINUDIN
109092000038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H /2014 M

SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI


PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN
PANGAN NASIONAL

MUHAMMAD AMINUDIN
109092000038

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014M/1435H

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Mei 2014

Muhammad Aminudin

ABSTRAK

Muhammad Aminudin Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang


Dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Di bawah bimbingan Akhmad
Mahbubi S.P, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, S.P MMA.
Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi
pangan. Perlu ada kajian untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan
pengembangan industri kentang Indonesia dengan melihat kepada 3 aspek, yaitu
aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan sebagai aspek utama dalam
pengembangan manajemen rantai pasok. Penelitian ini diawali dengan identifikasi
model dasar rantai pasok dan permasalahan industri kentang. Selanjutnya, dianalisis
dengan pendekatan sistem dinamis dan pemodelan dalam tahapan pemecahan
masalah. Untuk melihat perilaku sistem dilakukan pemodelan dan simulasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sistem industri kentang nasional lintas sektoral
karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang
terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan subsistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian. Perilaku
sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari aspek sosial
ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario peningkatan produktivitas
kentang sebesar 10% per tahun. Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan
pertanian kentang awal 2013 sebanyak 2.373 meningkat menjadi 2.380 pada tahun
berikutnya. Selain itu, dari aspek ekonomi, pendapatan petani meningkat dari mulai
Rp. 963 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 970 miliar pada tahun berikutnya yang
bisa dicapai oleh industri kentang. Peningkatan produktivitas kentang dapat
menambah tenaga kerja di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas
pengangguran dan urbanisasi di daerah sebagai indikator aspek sosial.
Kata Kunci: sistem dinamis, manajemen rantai pasok, berkelanjutan

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Simulasi
Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang dalam Upaya Ketahanan Pangan
Nasional ini. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para shahabat dan keluarga beliau yang kita nantikan
syafaatnya kelak.
Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian (S.P). Adapun penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua yang telah berjasa dalam membantu dan mendukung didalam proses
pembuatan skripsi ini terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak Tamrin dan
Ibu Khadliroh serta kakak-kakaku tersayang Istiqomah, Asmaul Husna,
Mohtarom, Nur Hikmah, Muhammad Ridlwan, Qomaruddin dan juga adikku
tercinta Uyunul Fauziyah yang tidak pernah bosan mencurahkan cinta kasih
sayang dan doanya yang selalu mengiringi penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah memberikan dana penelitian
kepada penulis melalui program Indofood Riset Nugraha periode 20132014.
2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P. MM, selaku dosen pembimbing I yang
telah memberi bimbingan, doa, motivasi, saran dan kepercayaan kepada

penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam


lindungan-Nya.
3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P. MMA selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dorongan dan masukan
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga ibu selalu
diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo
Widyobroto dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc yang telah
memberikan saran dan masukan saat audit hasil penelitian kepada penulis
sampai selesainya penyusunan laporan ini.
5. Bapak Dr. Ir Ahmad Riyadi Wastra selaku penguji I dalam sidang
munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan
penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam
lindungan-Nya, Aamiin.
6. Drs. Acep Muhib, MM, selaku penguji II dalam sidang munaqosah yang
telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis. Semoga
bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya,
Aamiin.
7. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang telah bersedia memberikan waktu luang dan arahan kepada penulis.
Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya,
Aamiin.
8. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Teman-teman seperjuangan program Studi Agribisnis angkatan 2009


Fakultas

Sains

dan

Teknologi

Universitas

Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sangat kompak dan tiada duanya, mudahmudahan tali silaturahmi tetap terjaga satu sama lain. Aamiin.
10. Rekan dan sahabat penulis dari Ikatan Remaja Masjid Fatullah
(IRMAFA), Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (PRAMUKA), dan
Himpunan Mahasiswa dan Alumni Al Hikmah (HIMMAH) yang telah
memberikan pengalaman berharga selama penulis menjalankan kegiatan
sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, Mei 2014

Muhammad Aminudin

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii


DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii


DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................

1.2 Perumusan Masalah.........................................................................

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................

1.4 Manfaat Peneitian .............................................................................

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ketahanan Pangan ...........................................................................

2.2 Manajemen Rantai Pasok ................................................................

2.3 Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem .............................................

11

2.4 Sistem Dinamis ...............................................................................

14

2.5 Pemodelan .......................................................................................

16

2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................

18

2.7 Kerangka Konseptual ......................................................................

20

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ...........................................................................

21

3.2 Jenis dan Sumber............................................................................

21

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................

22

3.3.1 Perumusan dan Pendefisian Masalah ....................................

22

3.3.2 Penyusunan Sistem Konseptual ............................................

22

3.3.3 Formulasi Model ...................................................................

23

3.3.4 Simulasi dan Validasi Model ................................................

31

3.3.5 Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan ...............

33

BAB VI GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL


4.1 Produksi Kentang ...........................................................................

37

4.2 Pasokan Kentang ............................................................................

39

4.3 Konsumsi Kentang .........................................................................

40

4.4 Ekspor-Impor Kentang ...................................................................

42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada
Agribisnis Kentang........................................................................

44

5.1.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang .....................................

44

5.1.2 Permasalahan Industri Kentang Nasional .............................

46

5.2 Konseptual Sistem dan Formulasi Model Rantai Pasok Kentang ..

52

5.2.1 Konseptual Sistem Rantai Pasok Kentang ............................

52

5.2.2 Formulasi Model Rantai Pasok Kentang...............................

55

5.2.3 Verifikasi dan Validasi Model ..............................................

63

5.3 Perilaku Sistem Rantai Pasok Kentang untuk 10 Tahun Ke


Depan .............................................................................................

64

5.3.1 Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan...................................

64

5.3.2 Skenario Peningkatan Produktivitas .....................................

68

5.3.3 Skenario Perluasan Lahan Kentang .......................................

72

5.3.4 Skenario Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan ....

76

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan......................................................................................

81

6.2 Saran ................................................................................................

82

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

84

LAMPIRAN ....................................................................................................

86

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Keterangan

Hal

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi


di Indonesia tahun 2009-2010 .................................................................. 38

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Keterangan

Hal

1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2007-2012 ...............

2. Kerangka Konseptual ............................................................................. 20


3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang .................................................... 23
4. Urutan Komputasi Simulasi Sistem Dinamik ......................................... 25
5. Tahapan Pengolahan Data ....................................................................... 34
6. Pohon Industri Kentang .......................................................................... 36
7. Pemetaan Elemen Sistem Rantai Pasok Kentang ................................... 53
8. Model Rantai Pasok Kentang di Indonesia ............................................. 56

DAFTAR GRAFIK
Nomor

Keterangan

Hal

1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Tanpa Perubahan


Kebijakan ................................................................................................ 65
2. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Tanpa Perubahan Kebijakan.............. 66
3. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Tanpa Perubahan
Kebijakan ................................................................................................ 67
4. Hasil

Simulasi

Pencemaran

Agroekosistem-Tanpa

Perubahan

Kebijakan ................................................................................................ 68
5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan
Produktivitas ........................................................................................... 69
6. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas ................. 70
7. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan
Produktivitas ........................................................................................... 71
8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas 72
9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Perluasan Lahan........ 73
10. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Perluasan Lahan ................................ 74
11. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Perluasan Lahan .. 75
12. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Perluasan Lahan................ 76
13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan
Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 77
14. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas dan
Perluasan Lahan Kentang........................................................................ 78
15. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan
Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 79
16. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan Kentang ................................................................. 80

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji Validasi Luas Panen Kentang ........................................................... 87


2. Uji validasi produksi kentang ................................................................. 87

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi,
sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Kecukupan
pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang strategis. Sejarah telah
membuktikan bahwa ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan
sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan nasional.
Meningkatnya

jumlah

penduduk

Indonesia

menyebabkan

tekanan

pada

perkembangan sektor pertanian sangat tinggi, berkurangnya aspek budaya


pertanian menyebabkan sektor pertanian kurang diminati oleh anak muda
Indonesia. Salah satu usaha menghindari krisis pangan di Indonesia dilakukan
pemerintah dengan mengambil langkah atau melalui diversifikasi pangan sebagai
langkah awal pemenuhan ketahanan pangan nasional.
Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya dukungan mewujudkan
ketahanan pangan yang telah diprogramkan Kementerian Pertanian. Langkah ini
merupakan realisasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI nomor 68 Tahun
2002 tentang ketahanan pangan dan Undang-undang RI nomor 18 Tahun 2012
tentang pangan. Penganeka-ragaman pangan pada dasarnya diarahkan untuk
mendukung terjaminnya ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi
dan beragam, serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau
oleh daya beli masyarakat. Upaya ini sangat penting untuk mengatasi masalah
ketergantungan pada satu bahan pangan pokok (beras/padi) saja, salah satunya
dengan diversifikasi berbasis hortikultura seperti komoditas kentang.
1

Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah gandum,


jagung dan padi. Tingginya nilai gizi menyebabkan kentang banyak diproduksi di
berbagai wilayah, termasuk daerah yang kurang produktif (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998) seperti Indonesia. Kentang termasuk ke dalam 35 komoditas
unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah.
Kentang tergolong bahan makanan yang kaya nutrisi dan semakin meningkat
kebutuhannya. Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki
peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan perdagangan
internasional dari sekian banyak komoditas pada subsektor hortikultura. Kentang
termasuk sumber karbohidrat yang diketahui memiliki kandungan gizi tinggi.
Bagian yang dapat dimakan dari kentang menurut kajian Neraca Bahan Makanan
(NBM) adalah sebesar 84%. Zat-zat gizi makanan yang terkandung dalam 100
gram kentang adalah kalori 62 kkal, protein 2,10 gram, dan lemak 0,2 gram,
sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu bahan diversifikasi pangan. (Pusat Data
dan Informasi Pertanian, 2013)
Kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung
program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik mulai tahun 2003-2012 produksi kentang
nasional cenderung stagnan dan dibawah angka konsumsi kentang nasional
(Gambar 1). Peningkatan produksi kentang ini terjadi akibat pertambahan luas
areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi,
dan manajemen usahatani yang semakin baik (Ditjen Hortikultura 2013).

4,000

ton

3,000
2,000
1,000
0

Tahun
konsumsi

produksi

Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2003-2012


Sumber : BPS (2013)

Kebutuhan komoditi kentang meningkat setiap tahun terutama untuk


rumah tangga dan industri. Kentang selain sebagai sayur-mayur juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan, sehingga produk olahan
kentang mempunyai nilai jual/tambah lebih tinggi dan harga lebih mahal daripada
hanya dimanfaatkan sebagai sayur-mayur. Meningkatnya kebutuhan akan kentang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, adanya perubahan pola makan
dan diversifikasi pangan masyarakat Indonesia, serta memenuhi kebutuhan luar
negeri.
Dalam rangka pemenuhan ketersediaan pangan terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi seperti faktor produksi dan faktor permintaan. Keterkaitan
antar faktor dalam upaya ketahanan pangan bersifat kompleks, dinamis dan
probabilistik. Perlu dilakukan suatu distribusi pangan melalui manajemen rantai
pasok (supply chain management) kentang yaitu pengelolaan terhadap aliran
material dan informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir
mata rantai agribisnis kentang untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhaan
setiap entitas didalam rantai pasok kentang. Upaya pengelolaan rantai pasok
berjalan efektif dan efisien jika sistem dasar dan perilaku sistem rantai pasok

kentang memperhatikan keberlanjutan baik dari aspek ekonomi, sosial dan


lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah


Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan berubahnya gaya hidup serta
preferensi konsumsi pangan masyarakat telah memicu meningkatnya permintaan
kentang dipasar domestik. Pertumbuhan permintaan kentang dari tahun ke tahun
semakin meningkat baik dalam bentuk kentang sayur maupun kentang industri.
Banyaknya konsumsi permintaan kentang sebagai konsumsi sayur, olahan
kentang beku, kentang untuk industri maupun kentang sebagai bahan untuk
mendapatkan karbohidrat pengganti beras. Komoditas kentang merupakan salah
satu jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak
dan lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman pangan utama lainnya, seperti padi. Lebih dari 85% bagian
tanaman dapat dimakan, dibandingkan dengan yang hanya 50% dari bagian
tanamannya.
Di Indonesia kentang sudah mulai dikonsumsi sebagai makanan alternatif
yang disukai dalam bentuk kentang goreng atau potato chips sebagai makanan
ringan dan banyak rumah makan siap saji yang menawarkan kentang sebagai
menu utama menggantikan nasi. Dibutuhkan suatu manajemen atau pengelolaan
yang baik agar pasokan atau ketersediaan pangan nasional tercukupi dalam rangka
pemerataan kebutuhan pangan nasional. Melalui model dinamis rantai pasok
kentang, maka manajemen rantai pasok kentang nasional bisa berjalan baik
sehingga pemerataan distribusi pangan, diversifikasi pangan dan ketahanan

pangan nasional dapat tercapai. Berdasarkan uraian terebut, maka perumusan


masalah dibuat dalam bentuk pemodelan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada agribisnis
kentang dalam pencapaian ketahanan pangan nasional?
2.

Bagaimana konsepsi sistem dan formulasi model rantai pasok kentang


dalam pencapaian ketahanan pangan nasional?

3.

Bagaimana perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan


dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada
agribisnis kentang dalam ketahanan pangan nasional.
2. Mengetahui sistem dan formulasi model rantai pasok kentang untuk
pencapaian ketahanan pangan nasional.
3. Mengetahui perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan
dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
pertanian dan meningkatnya pengetahuan mengenai sistem dinamis
agribisnis kentang dari perspektif manajemen rantai pasok dalam upaya
ketahanan pangan nasional.

2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan


dalam rangka tercapainya ketahanan pangan nasional.
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan dalam
terwujudnya ketahanan pangan nasional.
4. Bagi masyarakat umum, mengetahui rantai pasok kentang dilihat dari
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas mempelajari manajemen rantai
pasok kentang di Indonesia menggunakan deret waktu data sekunder pasokan
kentang dalam negeri tanpa dipengaruhi kebijakan ekspor ataupun impor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketahanan Pangan


Pengertian pangan sebagaimana dimaksud dalam Undang undang tentang
pangan No. 18 Tahun 2012, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan, perairan dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan baku lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Organisasi pangan sedunia (FAO), dan organisasi kesehatan sedunia
(WHO), mengartikan bahwa ketahanan pangan berarti akses setiap rumah tangga
atau individu untuk memperoleh pangan setiap saat untuk keperluan hidup yang
sehat. Pencapaian ketahanan pangan di Indonesia terkait dengan salah satu tujuan
UUD 1945 dalam alinea keempat yaitu mencapai kesejahteraan umum.
Ketersediaan pangan yang memadai mengacu pada pangan yang cukup dan
tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Stabilitas merujuk pada kemungkinan rumah tangga mampu mencukupi
ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggotanya dalam sehari. Akses
terhadap pangan mengacu pada kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang
mengalami kelaparan karena ketidakadaan sumberdaya untuk memproduksi
pangan atau ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah
tangga.

Menurut PP No. 68 tahun 2002 ketahanan pangan pada tingkat nasional


dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh
penduduknya memperoleh pangan yang cukup, baik secara kualitas maupun
kuantitas yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada
keragaman sumberdaya lokal. Ketahanan pangan secara mikro dapat diartikan
terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang
sehat dan aktif. Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin
ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi
seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah, hingga rumah tangga. Aspek
keberlanjutan ketahanan pangan yang identik dengan kebijakan dan strategi
peningkatan

kemandirian

pangan

nasional

merupakan

hal

yang

harus

diperhatikan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas
nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial.
Ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat
ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ukuran ketahanan pangan dari
sisi swasembada (kemandirian) dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan
pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Konsep swasembada
(kemandirian) diskenariokan sebagai kondisi dimana kebutuhan pangan nasional
minimal 90 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana, 2004).
Konsep ketahanan pangan (food security) lebih luas dibandingkan dengan
konsep swasembada pangan, yang hanya berorientasi pada aspek fisik kecukupan

produksi bahan pangan (Arifin, 2004). Ketahanan pangan minimal mengandung


dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksestabilitas masyarakat
terhadap pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi, maka suatu
negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.
Ketahanan pangan masih dikatakan rapuh jika akses individu untuk memenuhi
kebutuhan pangannya tidak merata walaupun pangan tersedia cukup di tingkat
nasional dan regional. Aspek distribusi bahan pangan sampai ke pelosok rumah
tangga pedesaan yang mencakup fungsi tempat, ruang dan waktu juga tidak kalah
pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan pangan.

2.2

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)


Supply Chain Management (SCM) atau disebut juga manajemen rantai

pasok adalah suatu pengelolaan terhadap aliran material dan aliran informasi serta
modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk
mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan setiap entitas di dalam rantai pasok
tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri
sendiri karena mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan
material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan
distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan.
Aktivitas dalam SCM terdiri dari pengadaan, pengubahan dan distribusi.
Pengadaan merupakan aktivitas yang dilakukan mendapatkan bahan baku seperti
membeli, mengadakan kerjasama dengan supplier atau membuat sendiri bahan
baku yang dibutuhkan perusahaan. Pengubahan adalah aktivitas pemberian nilai
tambah pada input menjadi output melalui proses produksi dan distribusi
merupakan proses transportasi produk sampai ke tangan konsumen.
9

Manajemen rantai pasok yang bersangkutan dengan manajemen arus


barang dan informasi melalui rantai nilai dari bahan akuisisi untuk konsumsi
akhir. Manajemen rantai pasok adalah tentang mendapatkan produk yang tepat,
dalam jumlah yang tepat, pada kualitas yang tepat, di tempat yang tepat pada
waktu yang tepat, untuk pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat. Manajemen
rantai pasok mengambil banyak fungsi bisnis seperti peramalan, manajemen
persediaan, manajemen pembelian, manajemen gudang, teknologi informasi dan
manajemen transportasi.
Keberhasilan SCM terletak pada kemauan untuk berbagi informasi dan
koordinasi antar unit atau fungsi atau sub sistem dalam sebuah sistem rantai
pasok. Berbagi informasi tidak hanya dapat mengurangi biaya tetapi keuntungan
ekonomi yang paling utama adalah terciptanya koordinasi pengambilan keputusan
dalam rantai pasok (Sahin dan Robinson, 2005). Koordinasi pada rantai pasok
dapat ditingkatkan apabila setiap aktivitas pengambilan keputusan bersama untuk
meningkatkan laba total rantai pasok. Aliran informasi yang bergerak di dalam
rantai pasok mengalami distorsi karena tidak semua informasi yang lengkap
dibagikan kepada aktivitas lain.
Kesenjangan dalam koordinasi (lack of coordination) akan mengakibatkan
kinerja rantai pasok rendah. Ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan
mengakibatkan timbulnya biaya karena di luar persediaan, pengiriman, iklan,
persiapan penjualan, dan kelebihan inventori. Sebaliknya, dengan adanya
koordinasi yang baik dalam rantai pasok akan memberikan manfaat meliputi
menghilangkan

kelebihan

inventori,

pengurangan

waktu,

meningkatkan

penjualan, meningkatkan pelayanan, kegiatan pengembangan produk yang efektif,

10

biaya manufaktur yang rendah, meningkatkan fleksibilitas untuk mengakomodasi


dari ketidakpastian permintaan, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
Koordinasi menjadi suatu yang sangat penting untuk menuju integrasi operasi
rantai pasok dalam mencapai tujuan bersama (Arshinder dalam Widodo, 2010).
2.3

Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem


Menurut Blanchard dalam Widodo, (2010) mendefinisikan sistem sebagai

sebuah susunan atau kombinasi entitas-entitas atau bagian-bagian yang saling


berkaitan membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Tidak semua susunan
benda acak yang terletak pada suatu tempat dapat dikategorikan sebagai susunan
entitas yang memiliki hubungan antar entitas, namun tidak bisa dikatakan sebagai
sistem karena tidak adanya kesatuan, hubungan fungsional dan tujuan yang
bermanfaat. Entitas yang menyusun sebuah sistem meliputti komponen
(component), atribut (atribute) dan hubungan (relationship). Komponen adalah
bagian operasi sistem yang meliputi input, proses dan output. Atribut adalah
karakteristik atau gambaran tentang komponen sistem. Sedangkan hubungan
adalah keterkaitan antar komponen dan atribut.
Rantai pasok adalah sistem input organisasi menyalurkan barang produksi
dan jasanya kepada pelanggannya (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Persediaan
rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan
dihubungkan satu sama lain dan bekerjasama untuk mangendalikan, mengatur,
dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai
akhir. Manajemen rantai pasok adalah koordinasi yang sistematis dan strategis
dari fungsi bisnis tradisional dalam suatu perusahaan dan lintas bisnis dalam
rantai pasok untuk keperluan meningkatkan kinerja jangka panjang dari

11

perusahaan dan rantai pasok secara keseluruhan (Mentzer, 2001). Kegiatankegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena
mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan material,
pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan distribusi
serta penyimpanan apabila diperlukan.
Penyusunan struktur program ini menggunakan perangkat lunak Powersim
Sistem rantai pasokan adalah serangkaian aktivitas bisnis perusahaan dalam
pemenuhan pasokan meliputi proses dari penyediaan pasokan sampai penyaluran
pasokan tersebut sampai ke tangan konsumen akhir rantai pasok tersusun oleh
sejumlah entitas yang saling berinteraksi melalui pola interaksi yang khas sesuai
dengan struktur yang terbentuk. Struktur yang terbentuk pada sejumlah entitas
yang terlibat dalam rantai pasok akan berpengaruh dan menentukan kompleksitas
sebuah rantai pasok. Entitas-entitas tersebut saling berinteraksi guna mencapai
tujuan bersama, yaitu konsumen akhir. Karakteristik rantai pasok ini
menggambarkan dan menegaskan bahwa rantai pasok adalah sebuah sistem.
Sistem merupakan rangkaian atau susunan dari elemen-elemen yang saling
berkaitan satu dengan yang lain guna mencapai tujuan bersama. Di dunia ini
segala sesuatu bisa disebut sebagai sistem, mulai dari sistem yang sederhana,
hingga sistem yang sangat luas dan kompleks yang tersusun atas berbagai sistem
yang sederhana. Agribisnis juga merupakan sistem yang terdiri dari sub-sistem
dari hulu hingga hilir.
Rantai pasok memenuhi kriteria struktur sebagai sebuah sistem. Menurut
Min dan Zhou dalam Widodo (2010) Rantai pasok merupakan sebuah sistem
terintegrasi. Sebagai sebuah sistem, sudut pandang analisis terhadap rantai pasok

12

harus menyeluruh. Pola berpikir yang parsial tidak akan menjadikan kontribusi
untuk kemajuan rantai pasok. Seluruh komponen sistem harus dipandang sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketimpangan pada salah satu komponen
saja akan menjadikan gangguan pada sistem secara keseluruhan sehingga
menjauhkan dari tujuan bersama yang ingin dicapai. Analisis pada sebuah rantai
pasok bisa berdampak pula pada rantai pasok-rantai pasok yang lain. Tujuan dari
sebuah studi ataupun analisis sebuah rantai pasok bukanlah untuk meningkatkan
kinerja salah satu entitas saja hingga mencapai kinerja tertinggi, tetapi
peningkatan proporsional secara menyeluruh pada seluruh entitas mulai dari hulu
hingga hilir.
Antar komponen sistem dapat terjalin hubungan-hubungan tertentu yang
dapat membedakan antara sistem statis dan sistem dinamis, namun tidak semua
komponen sistem melakukan tindakan atau memiliki aktivitas. Sistem statis
memiliki struktur komponen yang tidak melakukan aktivitas, misalnya sistem
jembatan, sistem gedung dan sebagainya. Sistem dinamis mengkombinasikan
struktur komponen-komponen yang memiliki aktivitas, misalnya sistem aliran
sungai, sistem kerja mesin, sistem sosial dan sebagainya. Kedinamisan sebuah
sistem ditunjukkan oleh perubahan kondisi sistem sebagai reaksi terhadap
berubahnya waktu.
Karakter tersebut dimiliki oleh sebuah rantai pasok dalam aktivitas yang
dilakukannya setiap waktu. Kedinamisan terjadi pada aktivitas yang terjadi antar
entitas antar level maupun aktivitas yang terjadi di dalam entitas sendiri.
Kedinamisan rantai pasok pada sebuah industri, misalnya ditunjukkan oleh tingkat
persediaan bahan baku dan produk akhir yang senantiasa berubah dari waktu ke

13

waktu serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap aktivitas yang lain, misalnya
kebijakan pengadaan, produksi dan pengiriman.

2.4

Sistem Dinamis
Sistem dinamik adalah sebuah disiplin ilmu yang digagas oleh Professor

MIT (Massachusetts Institute of Technology), Jay W. Foresster (1956). Sistem


dinamik digunakan untuk menghindari penggunaan model mental. Sistem
dinamik menawarkan sebuah sumber umpan-balik secara langsung dan segera
kepada kita untuk menguji asumsi-asumsi yang ada dalam model mental dari
sebuah realita dengan menggunakan stimulasi komputer.
Sistem

dinamik

adalah

suatu

metode

yang

digunakan

untuk

mendeskripsikan, memodelkan, dan mensimulasikan suatu sistem yang dinamis


(dari waktu ke waktu terus berubah). Metode sistem dinamis merupakan suatu
metodologi untuk memahami berbagai masalah kompleks. Metode sistem dinamis
mempelajari masalah dengan sudut pandang sistem, dimana elemen-elemen
sistem tersebut saling berinteraksi dalam suatu hubungan umpan balik sehingga
menghasilkan suatu perilaku tertentu. Interaksi dalam struktur ini diterjemahkan
kedalam model-model matematik yang selanjutnya dengan bantuan komputer
disimulasikan untuk memperoleh perilaku historisnya (Wirabhuana, dalam
Widodo, 2010). Ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulai langkahlangkah dalam penggunaan metode pemecahan masalah ini, yaitu:
1. Masalah yang dihadapi menunjukkan adanya tanda-tanda dinamis, artinya
permasalahan-permasalan tersebut berkenan dengan suatu besaran yang
berubah terhadap waktu yang dapat dituangkan kedalam bentuk grafik dengan
variabelnya yang berupa deret waktu.
14

2. Masalah yang dihadapi bisa digambarkan dalam bentuk hubungan umpan


balik. Faktor-faktor dalam metode sistem dinamis yaitu konsep umpan balik
informasi dari perilaku sistem model matematik interaksi dinamis, dan
komputer untuk melakukan serangkaian eksperimen terkontrol (simulasi)
mengenai keadaan sistem. Skenario kebijaksanaan yang akan diterapkan pada
sistem, sehingga bisa mendapatkan gambaran mengenai perilaku dan kinerja
sistem.

Terdapat empat dasar yang membangun sistem dinamis, yaitu teori umpanbalik informasi, proses pengambilan keputusan, pendekatan eksperimen dalam
analisis sistem, dan komputer digital. :
a. Teori umpan-balik informasi, adalah sebuah sistem dimana suatu keadaan
mendorong terjadinya kondisi yang lain, kemudian kejadian tersebut
berpengaruh balik tehadap keadaan awal yang mendorong terjadinya yang
mendorong terjadinya sesuatu tersebut. Konsep ini menunjukkan bagaimana
dalam sebuah organisasi ataupun sebuah sistem terdapat kedinamisan
perilaku yang disebabkan oleh waktu tunda, penjelasan tambahan dan struktur
sistem. Satu hal yang saat ini semakin disadari adalah bahwa interaksi antar
komponen sistem dapat menjadi lebih penting daripada keberadaan
komponen itu sendiri.
b. Pendekatan eksperimental dalam analisis sistem, pada berbagai eksperimen
terutama dalam dunia bisnis, kegiatan simulasi sering diartikan sebagai
merancang dan mengatur pada sebuah komputer, kondisi yang menjelaskan
tentang kegiatan operasi yang terjadi diperusahaan.

15

c. Komputer digital, perkembangan komputer sejalan dengan perkembangan


kemampuan metode sistem untuk mengakomodasi permasalahan pada
berbagai bidang. Perangkat komputer dapat mengatasi kompleksitas sistem
yang dipelajari serta efisiensi waktu dan biaya.
d. Proses pengambilan keputusan, kemampuan pengambil keputusan dan
informasi yang tersedia menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan.
Kegiatan pengambilan keputusan banyak terjadi diberbagai kegiatan,
termasuk pada kegiatan rantai pasok terjadi pada berbagai entitas dan
berbagai level misalnya keputusan untuk peningkatan kapasitas pabrik,
pembukaan pabrik baru, pemilihan lokasi, pemilihan peralatan dan mesin dan
sebagainya.

2.5 Pemodelan
Model didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang
telah dibatasi. Sistem yang dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi semua
konsep dan variabel yang saling berhubungan dengan permasalahan dinamik
(dynamic problem) yang ditentukan. Model merupakan sebuah tiruan dan bentuk
sederhana dari sistem yang merepresentasikan karakteristik dari sistem yang
sesungguhnya. Model digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari perilaku
sistem nyata. Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Menggambarkan hubungan sebab akibat (kausal) dari sistem.
b. Persamaan matematika sederhana.
c. Sinonim dengan terminologi dunia industri, ekonomi, dan sosial dalam tata
nama.
16

d. Dapat melibatkan banyak variabel.


e. Dapat menghasilkan perubahan yang tidak kontinyu jika dalam keputusan
memang dibutuhkan.

Pada umumnya model dibangun untuk tujuan peramalan (forecasting) atau


perancangan kebijaksanaan. Berbeda dengan model statis, pendekatan model
dinamik bersifat deduktif dan mampu menghilangkan kelemahan-kelemahan
dalam asumsi-asumsi yang dibuat sehingga kesepakatan atas asumsi-asumsi dapat
diperoleh. Model dinamik menekankan pada proses perubahan dari satu kondisi
ke kondisi lainnya. Waktu tunda menjadi hal penting dalam pemodelan dinamik
karena perubahan memakan waktu. Model statis tingkat variabel keadaan dan
perilaku sistem yang lalu menentukan tingkat stok dan perilaku sistem sekarang,
maka dalam model sistem dinamik hubungan temporal hanya berlaku untuk
tingkat stok saja dan tidak untuk kelakuan sistem. Kelakuan sistem pada saat
sekarang tidak dapat diterangkan oleh kelakuannya pada waktu yang lalu,
melainkan oleh mekanisme interaksi struktur mikro dalam sistem (Tasrif, 1993
dalam Noorsaman dan Wahid, 1998).
Terdapat tiga bentuk alternatif yang dapat digunakan dalam menyusun
model dinamik (Muhammadi et al., 2001), yaitu :
a. Verbal
Model verbal adalah model sistem yang dinyatakan dalam bentuk
katakata.

17

b. Visual (analog model kualitatif)


Deskripsi visual dinyatakan secara diagram dan menunjukkan hubungan
sebab akibat banyak variabel dalam keadaan sederhana dan jelas. Analisis
deskripsi visual dilakukan secara kualitatif.
c. Matematis
Model visual dapat direpresentasikan ke dalam bentuk matematis yang
merupakan perhitungan-perhitungan terhadap suatu sistem. Semua bentuk
perhitungannya bersifat ekuivalen, dimana setiap bentuk berperan sebagai
alat bantu untuk dimengerti bagi yang awam.

Permasalahan dalam sistem dinamik tidak disebabkan oleh pengaruh dari


luar, namun oleh struktur internal sistem. Tujuan metodologi sistem dinamik
berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati, 2002).

2.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang ketahanan pangan dengan menggunakan model sistem
dinamis rantai pasok telah dilakukan oleh peneliti lain dimana penelitianpenelitian tersebut dijadikan acuan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian
tentang ketahanan pangan berbasis kentang. Penelitian pertama oleh Buntuan
(2010) dengan judul penelitian Simulasi Model dinamik pada sistem deteksi dini
untuk manajemen krisis pangan. Metode yang digunakan dengan simulasi sistem
dinamik melihat parameter-parameter yang mempengaruhi krisis pangan
kemudian disimulasikan dengan model dinamik menggunakan alat bantu software
powersim. Hasil penelitian menyatakan bahwa wilayah kabupaten yang

18

disimulasikan termasuk wilayah aman pangan, dengan nilai rasio konsumsi


kurang dari 1 yang artinya persediaan pangan masih tercukupi. Uji coba yang
dilakukan dengan data riil menunjukkan sensitivitas rasio kunsumsi normatif
meningkat dengan meningkatnya peringkat parameter kerawanan pangan.
Penelitian yang kedua Widodo (2010) dengan judul penelitian Sistem
Dinamis Industri Furniture Indonesia dari Perspektif Supply Chain Management
yang Berkelanjutan. Metode yang digunakan dengan kombinasi antara riset
eksplanatori dan riset kausal, Analisis SWOT, formulasi causal loop Pemodelan
dan simulasi menggunakan program Powersim dan uji validasi menggunakan
microsoft excel. Hasil penelitian menyatakan setiap tahun terjadi kekurangan
pasokan

rata-rata

Pengembangan

sebesar

industri

3.386.282

furniture

m3

masih

dibandingkan
kurang

kebutuhannya.

memperhatikan

aspek

keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter keberlanjutan aspek


lingkungan dimana tingkat penurunan luas hutan produksi alam dari aspek
ekonomi yang bisa dicapai cenderung tidak mengalami peningkatan. Disisi lain,
industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen,
sebagai indikator aspek sosial.
Penelitan berikutnya oleh Sulaksono (2006) dengan judul penelitian
Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan Kecukupan Pangan di
Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem dinamis. Metode yang
digunakan dengan pendekatan sistem dinamis menggunakan software ventana
simulasi (vensim). Hasil running simulasi dapat diketahui bahwa faktor besar dan
tingkat kemudahan mendapatkan KUT serta faktor adanya transformasi

19

perekonomian menjadi faktor yang paling sensitif dalam sistem kecukupan


pangan.
2.7 Kerangka Konseptual
Sistem rantai pasok kentang merupakan suatu pendekatan untuk melihat
peluang tercapainya program ketahanan pangan berbasis kentang secara terus
menerus dimulai dari analisis situasi dan kondisi industri kentang nasional,
kemudian mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok kentang dengan melihat
diagram sub-sistem hulu hingga hilir dan diagram sebab-akibat (causal loop)
rantai pasok kentang. Diagram alir dengan persamaan matematis, simulasi dan uji
validasi menjadi model rantai pasok dengan memperhatikan aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan bahan analisis kebijakan atau keputusan dan pembangunan
skenario sehingga menghasilkan perbaikan dan implementasi kebijakan atau
keputusan.
Analisis Situasi
Industri
Kentang

Kondisi Permasalahan

Diagram Sub-sistem
Sistem Dasar
Supply Chain
Kentang

Diagram Sebab-akibat
Diagram struktur kebijakan

Diagram Alir
Model supply
chain Kentang

Persamaan Matematis
Simulasi dan Validasi
Analisis kebijakan/keputusan
dan pembangunan skenario

Supply Chain
Kentang

Perbaikankebijakan /
keputusan

Implementasi
kebijakan/keputusan
Ketahanan Pangan

Gambar 2. Kerangka Konseptual

20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bulan September sampai Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik untuk


mengetahui kondisi rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini
merupakan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal yaitu kombinasi
analisis data sekunder dan eksperimen. Riset ekploratori dengan analisis data
sekunder untuk mengetahui situasi dan permasalahan kentang nasional, sedangkan
riset

kausal

dengan

eksperimen

untuk

mengetahui

hubungan

antar

fenomena.dalam model

3.2

Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik

untuk mengetahui rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu 10
tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2012 produksi kentang, Luas lahan kentang,
luas

panen,

produksi

kentang,

produktivitas

kentang,

konversi

lahan,

ekstensifikasi, penggunaan pestisida, harga kentang, konsumsi kentang, jumlah


tenaga kerja (hari orang kerja), populasi penduduk Indonesia, pendapatan
masyarakat Indonesia. Sumber data penelitian ini adalah instansi terkait, meliputi
Badan Pusat Statistik, dan Kementerian Pertanian.

21

3.3

Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Analisis sistem menggunakan pemodelan sebagai alat bantu, karena

berbagai alasan dan keuntungan yang bisa yang diperoleh dari penggunaan model
sebagai representasi sistem. Dalam analisis dengan pendekatan sistem dinamis,
pemodelan menjadi hal yang sangat penting dalam tahapan pemecahan masalah.
Tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah dengan pendekatan
sistem dinamis tidak terlalu berbeda dengan tahapan pada pemodelan dan simulasi
yang lain pada umumnya. Pemodelan dan simulasi menggunakan program
powersim dan uji validasi menggunakan microsoft excel. Garis besar tahapan
penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem dinamis adalah sebagai
berikut.
3.3.1

Perumusan dan Pendefinisian Masalah


Tahap awal yang sangat penting untuk dilakukan terlebih dahulu sebelum

sampai pada tahap perumusan dan pendefinisian masalah adalah memahami


sistem yang akan dianalisis. Tanpa memahami sistem dengan benar, perumusan
dan pendefinisian masalah bisa menjadi tidak representatif, bias, dan menyimpang
dari tujuan analisis. Melalui perumusan dan pendefinisian masalah dapat
ditetapkan tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir menjadi pedoman dalam
melakukan analisis sebagai target keluaran yang dihasilkan, sehingga analisis
tidak menyimpang dan terlalu meluas

3.3.2

Penyusunan Sistem Konseptual


Penyusunan sistem konseptual meliputi pengidentifikasian pelaku-pelaku

yang terlibat dalam sistem, yaitu siapa saja yang menjadi anggota sistem. Setiap
pelaku sistem tertentu memiliki sistem karakteristik yang khas dan berbeda
22

dengan yang lain. Hal itu biasanya dipengaruhi oleh struktur sistem dan peran dan
fungsi pelaku dalam sistem. Pada tahap ini selain mengidentifikasi pelaku, juga
dilakukan identifikasi hubungan yang terjadi antar pelaku. Identifikasi hubungan
tersebut dapat dijadikan dasar untuk menyusun hubungan sebab-akibat. Hubungan
tersebut menunjukkan bagaimana aliran informasi dan cara kerja yang terjadi
dalam sistem. Pada tahap penyusunan sistem konseptual selain mengidentifikasi
pelaku-pelaku sistem, juga dilakukan pembatasan sistem yang dianalisis, karena
sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit. Dugaan model rantai pasok kentang
sebagai berikut :

Lapangan
pekerjaan
Jumlah rumah tangga
petani kentang

Produktivitas
Kentang

Luas
Tanaman kentang

Ekstensifikasi
+

Pembukaan
Lahan Kentang

+
Konsumsi
Kentang

Luas panen
+

Konversi

Pendapatan
Masyarakat

Produksi

Kebutuhan
Kentang

Penjualan
Kentang

Populasi
Penduduk

Gambar 3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang

3.3.3

Formulasi Model
Formulasi model dilakukan untuk menerjemahkan model konseptual ke

dalam media komputer untuk mempelajarinya, karena berkaitan dengan komputer


tentunya ada perangkat lunak komputer yang memfasilitasi untuk melakukan
formulasi sistem menjadi model. Formulasi model adalah menerjemahkan
hubungan antar elemen atau antar pelaku dalam sistem kedalam bahasa
pemograman. Bahasa pemograman yang sering digunakan biasanya mengikuti
23

persamaan matematis, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks.
Bahasa pemograman yang digunakan juga menyesuaikan dengan jenis perangkat
lunak yang digunakan karena masing-masing perangkat lunak memiliki karakter
bahasa pemograman yang berbeda.
Perhitungan persamaan dilakukan setahap demi setahap terhadap waktu.
Pertambahan waktu yang kontinyu, dipecah-pecah dalam interval waktu yang
pendek dan sama besar. Tasrif (2004) mengemukakan persamaan model sistem
dinamik merupakan persamaan diskrit diferensial. Sistem persamaan tersebut
memiliki bentuk umum sebagai berikut :
Lsk = Lsb + PLsbPsk......................(1)
PLsbPsk = f (Lsb) ..........................(2)

Persamaan (1) menyatakan nilai variabel level (L) pada saat sekarang
(Lsk) adalah sama dengan nilai variabel L pada saat sebelumnya (Lsb) ditambah
dengan perubahan nilai variabel L dari sebelumnya sampai sekarang (PLsbPsk).
Persamaan (2) menyatakan bahwa perubahan nilai variabel L dari sebelumnya
(sb) sampai sekarang (sk), PLsbPsk, merupakan suatu fungsi dari nilai variabel
sebelumnya (Lsb). Apabila interval waktu antara sbPsk dinyatakan sebagai _t, dan
dipilih cukup kecil, maka perilaku L terhadap waktu mendekati perilaku suatu
sistem kontinyu. Digunakan operasi aritmatika dalam formulasi pemodelan sistem
dinamik sebagai barikut :
+ Penjumlahan

* Perkalian

^ Pangkat

- Pengurangan

/ Pembagian

( ) Pengelompokan

Urutan komputasi simulasi dalam simulasi sistem dinamik, digambarkan


sebagai berikut :
24

DT

Lsb
Sb

DT

LYa

Lsk
Sk

Ya

Waktu

Gambar 4. Urutan komputasi simulasi sistem dinamik (Tasrif, 2004)

Sb : Sebelumnya
Sk : Sekarang
Ya : Yang akan datang
Dt : Interval waktu simulasi (_t)
Sesuai dengan banyaknya jenis variabel dan konstanta, dikenal beberapa
macam persamaan yaitu :
1. Persamaan level
Persamaan level merupakan persamaan yang menghitung akumulasi aliran
masuk dan aliran keluar pada selang waktu tertentu. Harga baru suatu level
dihitung dengan menambah atau mengurangi harga level suatu interval waktu
sebelumnya dengan rate yang bersangkutan dikalikan dengan interval waktu
yang digunakan. Harga variabel level dapat diubah oleh beberapa buah variabel
rate.
Contoh : Lsk = Lsb + DT * (RMsbPsk RKsbPsk)
dimana,
L

: level (unit)

Lsk

: harga baru dari level yang akan dihitung pada saat sekarang (sk)

Lsb

: harga level pada saat sebelumnya (sb)

DT

: interval waktu (satuan waktu)

RM

: rate yang akan menambah level L (rate masuk)

25

: rate yang akan mengurangi level L (rate keluar)

RK

RMsbPsk : harga rate yang akan menambah level L selama interval waktu
sbPsk (unit/satuan waktu)
RKsbPsk : harga rate yang akan mengurangi level L selama interval waktu
sbPsk (unit/satuan waktu)

2. Persamaan rate
Persamaan rate menyatakan bagaimana aliran di dalam sistem diatur. Harga
variabel rate dalam suatu interval waktu sering dipengaruhi oleh variabelvariabel level, auxiliary, atau konstanta dan tidak dipengaruhi oleh
panjangnya waktu. Persamaan ratedihitung pada saat sk, dengan menggunakan
informasi dari levelatau auxiliary pada saat sk untuk mendapatkan rate
aliran selama interval waktu selanjutnya (skPya). Asumsi yang diambil dalam
perhitungan rate ini adalah bahwa selama interval waktu DT, harga rate
konstan. Hal ini merupakan pendekatan dari keadaan sebenarnya dimana rate
berubah terhadap waktu secara kontinyu. Bentuk persamaan rate adalah :
RMskPya = f (level, auxiliary, dan konstanta)

3. Persamaan auxiliary
Persamaan auxiliary berfungsi untuk menyederhanakan persamaan rate yang
rumit. Harga auxiliarydipengaruhi oleh variabel level, variabel auxiliary
lain dan konstanta yang telah diketahui (Shintasari, 1988).
Contoh : Ask = Lsk / C
dimana,
A

: variabel auxiliary

26

Ask

: harga variabel auxiliary A yang akan dihitung pada saat sk

Lsk

: harga variabel level L pada saat sk

: harga konstanta

4. Persamaan konstanta / parameter


Suatu konstanta mempunyai harga yang tetap sepanjang selang waktu simulasi,
sehingga tidak memerlukan notasi waktu dibelakangnya. Persamaan konstanta
menunjukkan nilai parameter yang selalu mengikuti persamaan variabel level,
rate, atau auxiliary.
Contoh : Const = 0,04
dimana,
Const : nama dari suatu konstanta

5. Persamaan Fungsi Tabel (Graph)


Persamaan fungsi tabel nilainya ditentukan melalui sebuah tabel sebagai fungsi
dari besaran tertentu. Dalam Powersim, tabel ini dinyatakan dalam fungsi
GRAPH yang dapat memberikan solusi hubungan antara dua variabel dalam
bentuk grafik. Fungsi GRAPH digunakan bila data berupa tabel atau data
menunjukkan hubungan yang nonlinier. Disamping fungsi GRAPH sendiri,
terdapat beberapa bentuk fungsi GRAPH antara lain GRAPH CURVE,
GRAPHLINAS, dan GRAPH STEP. Perbedaan keempat fungsi GRAPH tersebut
adalah terletak pada output yang dimunculkan (Muhammadi et al, 2001).
Contoh : GR = GRAPH [X, X1, Dx, Y(N)]
dimana,
X

: Variabel input, variabel independen (bebas), disebut juga sumbu X

27

X1

: Nilai pertama dari variabel X

Dx

: Pertambahan nilai (increment) dari variabel bebas X, nilainya selalu


positif

Y(N) : Vektor (sumbu Y, disebut juga output)

6. Persamaan Fungsi Waktu Tunda (Delay)


Waktu tunda merupakan suatu bentuk kelambatan (waktu) yang terjadi pada aliran
material, informasi, ataupun aliran lainnya dan merupakan aspek yang penting
dalam sistem dinamik. Waktu tunda sering terjadi dalam sistem riil, misalnya
dalam pengambilan keputusan, dalam transportasi, penyebaran informasi, dan
lain-lain (Muhammadi et al, 2001). Terdapat tiga bentuk persamaan dalam
Powersim yang dapat digunakan untuk menyatakan "waktu tunda". waktu tunda
aliran material dinyatakan oleh fungsi DELAYMTR, waktu tunda aliran informasi
dinyatakan oleh fungsi DELAYINF, dan delay aliran material dengan
pemanggilan permintaan (infinite order) dinyatakan dengan fungsi DELAYPPL.
Contoh bentuk fungsi delay adalah :
DELAYMTR (Input, Delay_Time, n, Initial)
DELAYINF (Input, Delay_Time, n, Initial)
DELAY PPL (Input, Delay_Time, Initial)
dimana,
Input

: Variabel yang menjadi input bagi variabel yang mengalami delay

Delay_Time

: Rata-rata waktu delay

: Orde delay

Initial

: Nilai inisial dari delay

28

7. Persamaan Fungsi Logika


Beberapa fungsi logika yang terdapat dalam Powersim adalah fungsi IF,
IMECYCLE, MAX, dan MIN (Tasrif, 2004).
a. IF
Digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi (conditional function).
IF (Condition, Val1, Val2)
dimana,
Condition

: Suatu logical value (true or false)

Val1

: Angka sembarang (computational parameter)

Val2

: Angka sembarang (computational parameter)

b. TIMECYCLE
Digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval waktu
TIMECYCLE (First, Interval)
dimana,
First

: Waktu pertama untuk pengecekan

Interval

: Waktu diantara pengecekan satu ke pengecekan berikutnya

c. MAX
Digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari beberapa nilai.
MAX (X1, X2, X3,...., Xn)
d. MIN
Digunakan untuk memilih nilai yang paling kecil dari beberapa nilai.
MIN (X1, X2, X3,...., Xn)

29

8. Persamaan Fungsi Bilangan Acak (random number)


Beberapa fungsi bilangan acak antara lain fungsi RANDOM, dan fungsi
NORMAL (Tasrif, 2004).
a. RANDOM
Digunakan untuk membangkitkan sejumlah bilangan acak yang berdistribusi
uniform.
RANDOM (0.5,1.5)
b. NORMAL
Digunakan untuk memberikan bilangan acak yang sebarannya sesuai dengan
sebaran normal.
NORMAL (mean, StdDev)
dimana,
Mean : Mean nilai yang ditentukan
StdDev : Nilai standar deviasinya
Setiap persamaan yang telah disebutkan di atas dalam Powersim diberi
simbol sesuai dengan jenis persamaan yang diwakilinya, yaitu :
: Persamaan level

: Persamaan auxiliary

: Persamaan rate

: Persamaan konstanta

Persamaan level merupakan penjumlahan/akumulasi, atau persamaan


integral. Persamaan rate dan auxiliary adalah perhitungan aritmatik.
Sedangkan persamaan konstanta merupakan masukan nilai untuk parameter
yang harganya konstan selama simulasi.

30

3.3.4

Simulasi dan Validasi Model


Model yang sudah dibuat selanjutnya dijalankan pada perangkat lunak

dimana proses menjalankan model tersebut disebut dengan simulasi, model


disimulasikan untuk melihat bagaimana perilaku model tersebut yang merupakan
gambaran perilaku sistem nyata, oleh karena itu, model yang sudah dibuat untuk
disimulisasikan harus diuji untuk melihat apakah model benar-benar mewakili
sistem yang sebenarnya sebagai sarana untuk mempelajari sistem nyata tersebut.
Terdapat 2 macam pengujian yang harus dilakukan terhadap model untuk
mengukur kehandalan model sebagai alat untuk penelitian yaitu verifikasi dan
validasi. Verifikasi adalah suatu cara untuk menetukan apakah implementasi
model konseptual ke dalam komputer sudah benar. Proses verifikasi meliputi
pengujian terhadap pemrograman dan model untuk menjamin bahwa model
beroperasi dengan akurat menggambarkan model konseptual. Beberapa cara bisa
digunakan dalam melakukan verifikasi adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti prinsip dari pemograman yang terstruktur, yang mencakup
penyusunan rencana simulasi dengan detail sebelum pengkodean, termasuk
membuat diagram alir langkah pemodelan dan simulasi dengan jelas, dan
membagi model kedalam beberapa submodel untuk lebih mudah dalam
menganalisis model.
2. Membuat model dapat melakukan dokumentasi terhadap dirinya sendiri,
artinya jika memungkinkan hasil dari menjalankan simulasi langsung dapat
memberikan informasi, misalkan dalam bentuk grafik, animasi atau tabel.
Pada beberapa perangkat lunak simulasi sudah dilengkapi dengan fasilitas
dokumentasi tersebut sehingga mudah untuk melakukan analisis.

31

3. Memeriksa kode dalam pemodelan oleh lebih dari satu orang, terutama
melibatkan pihak yang sudah berpengalaman
4. Memeriksa data input apakah sudah memiliki nilai yang sesuai, sebagai
contoh apakah sudah menggunakan satuan yang tepat .
5. Memastikan bahwa dengan memasukan berbagai input menghasilkan output
yang beralasan dan masuk akal.
Validasi adalah menentukan apakah model dapat digunakan sebagai
pengganti dari sistem nyata apabila digunakan untuk tujuan percobaan.Validasi
model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan suatu model yang
dibangun, apakah sudah merupakan perwakilan dari relitas yang dikaji, yang
dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.Validasi model dapat
menggunakan t-test.
Validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan
beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests) tanpa
memproses model, uji struktur tingkah laku model (structure oriented behaviour
test) dengan proses model, dan pembandingan tingkah laku model dengan sistem
nyata (quantitative behaviour pattern comparison) (Daalen dan Thissen, 2001),
yaitu dengan uji nilai tengah persentase kesalahan absolut (mean absolute
percentage error) adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan
persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil
prakiraan dengan data aktual.

32

Keterangan :
Xm = Data hasil simulasi
Xd = Data aktual
n = Periode/banyaknya data
Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985 dalam
Soemantri, 2005) adalah :
MAPE < 5%

: Sangat tepat

5% < MAPE < 10% : Tepat


MAPE > 10%

3.3.5

: Tidak tepat

Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan


Model yang sudah diuji kehandalannya dengan diverifikasi dan divalidasi

dapat selanjutnya untuk keperluan penelitian atau pengujian tentang kondisi yang
dianalisis. Dengan menggunakan model, dapat diketahui dan dipelajari kondisi
dan perilaku sistem dalam menghadapi kondisi yang saat ini dihadapi. Selain itu,
melalui model juga dapat dilihat bagaimana respon sistem terhadap kebijakan
yang berkaitan dengan sistem. Dengan begitu dapat dilihat apakah merespon
sistem positif terhadap penerapan kebijakan, artinya sistem masih tetap berjalan
dengan baik dan bahkan lebih baik, ataukah sebaliknya. Karena respon model
yang merupakan representasi dari respon sistem dapat segera diketahui, maka
segera dapat dilakukan peyesuaian kebijakan dan juga struktur sistem sebagai
perbaikan apabila dibutuhkan.
Salah satu keuntungan studi melalui pemodelan dan simulasi adalah dapat
melihat bagaimana kemungkinan yang dapat terjadi pada penerapan berbagai
rancangan kebijakan yang sudah disiapkan, sehingga dapat diketahui kebijakan

33

mana yang paling tepat dan sesuai untuk diterapkan. Setelah melalui berbagai
tahap

pemodelan

sistem

dan

menguji

berbagai

kebijakan

yang akan

diimplementasikan pada model, tahap terakhir adalah pengimplementasian


kebijakan yang paling tepat dan sesuai untuk model atau sistem.

Tahap

Analisis Situasi

Kondisi Permasalahan

Kualitatif

I. Identifikasi & definisi


Permasalahan

Diagram Sub-sistem
Diagram Sebab-akibat
Diagram struktur
kebijakan

II. Konseptual Sistem

Diagram Alir

Persamaan Matematis

Simulasi dan Validasi


Kuantitatif

III. Formulasi Model

IV. Simulasi & validasi

Analisis kebijakan/keputusan
dan pembangunan skenario

Kualitatif
&
Kuantitatif

V. Analisis
kebijakan/keputusan
dan perbaikan

Perbaikan
kebijakan/keputusan

Implementasi
kebijakan/keputusan

VI. Implementasi

Gambar 5. Tahapan Pengolahan Data

34

BAB IV
GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL

Kentang (solanum tuberosum l) adalah tanaman dari suku Solanaceae


yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang". Umbi
kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa
walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Itulah mengapa
tumbuhan ini konon baru masuk ke Indonesia akhir abad ke-18 dan berkembang
di daerah-daerah dataran tinggi mulai abad ke-19. Hingga kini, kentang yang
bernama ilmiah Solanum tuberosum sudah menjadi bahan makanan yang tak
terpisahkan dari tradisi kuliner Indonesia. Kentang memang bukan makanan
pokok orang Indonesia. Kebutuhan akan kentang meningkat sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan perubahan pola
konsumsi masyarakat.
Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan
berbentuk perdu/semak, serta hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur
tanaman kentang antara 90-180 hari. Beberapa varietas kentang yang di Indonesia
adalah kentang kuning varietas granola, atlantis, cipanas dan segunung. Melihat
kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang
menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi makanan yang
terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak
0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi
(Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg. (Kementerian Pertanian, 2013)
Kentang merupakan tanaman pangan utama keempat dunia, setelah
gandum, jagung, dan padi. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang
35

dengan pesat menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar Asia


Tenggara. Dari tahun ke tahun, luas panen, hasil produksi dan produktivitas
kentang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2003 luas
panen kentang di Indonesia adalah sebesar 65.923 ha dengan produksi 1.009.979
ton dengan produktivitas 15,32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi
1.003.732 ton pada tahun 2007 namun produktivitas naik menjadi 16,09 ton/ha
pada luas panen 62.375 ha. Dibanding dengan produktivitas kentang di Eropa
yang mencapai rata-rata 25,5 ton/ha, produktivitas kentang di Indonesia masih
cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang
rendah mutunya, teknik budidaya belum sesuai standar, penanganan pasca panen
yang kurang baik, serta iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan.
Kentang mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap keadaan tanah dan iklim,
mempunyai tanggapan yang cepat terhadap cara bercocok tanam. Lokasi budidaya
kentang menjadi faktor yang penting dalam menentukan produktivitasnya.
Potato Table
Kentang Sayur

Kentang

Lauk Pauk
Rumah Tangga

Potato Chips
Keripik Kentang
Processing Potato
KentangIndustri

Potato String
french fries
Strarch
Pati Kentang

Gambar 6. Pohon Industri Kentang di Indonesia

Kentang di Indonesia tidak hanya dikonsumsi sebagai sayur lauk pauk


rumah tangga tetapi juga dikonsumsi sebagai bahan makanan industri pengolahan
berbahan dasar kentang seperti keripik kentang, kentang goreng ataupun tepung

36

kentang. Peningkatan produksi kentang terus diupayakan pemerintanh untuk


memenuhi kebutuhan nasional kentang seperti dengan memperluas area tanam
kentang. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran mayarakat terhadap pentingnya gizi
bagi kesehatan.
4.1

Produksi Kentang
Budidaya tanaman kentang di Indonesia pada umumnya dilakukan di

dataran tinggi. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran
tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian
tempat yang ideal berkisar 1.000 - 1.300 m dpl dan untuk dataran medium pada
dataran 300-700 m dpl. Indonesia memiliki daerah-daerah sentra produksi
kentang. Sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan
kontribusi rata-rata sebesar 33,99 persen dari total produksi kentang Indonesia
diikuti Provinsi Jawa Tengah sebesar 21,07 persen, Sulawesi Utara 11,73 persen,
Sumatera Utara 11,18 persen dan Jawa Timur 9,20 persen (Kementerian Pertanian,
2009).
Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi penghasil kentang terbesar kedua
setelah Jawa Barat kemudian diikuti oleh Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan
Jawa Timur. Penyebaran dan pengembangan kentang di Indonesia tergantung
pada daerah dan kondisi agroklimatnya, lahan dataran tinggi atau pegunungan,
serta iklim sangat mendukung baik untuk pengembangan kentang (Sunaryono,
2007). Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya produksi kentang provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing sebesar 288,654 ton dan
265,123 ton setelah Provinsi Jawa Barat.

37

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi


di Indonesia Tahun 2009-2010
Tahun 2009
Provinsi

Luas
Panen
(ton)

Tahun 2010

Produksi

Produktivitas

(ton)

(ton/ha)

Luas
Panen
(ton)

Produksi

Produktivitas

(ton)

(ton/ha)

Sumut

8,013

129,587

16,17

7,972

126,203

15,83

Jambi

5,296

94,368

17.82

4,860

84,794

17.45

Jabar

94,368

320,542

20,89

13,553

275,101

20,3

Jateng

18,655

288,654

15,47

17,499

265,123

15,15

Jatim

9,529

125,886

13,21

8,561

115,423

13,48

Sulut

8,740

142,109

16,26

8,555

126,210

14,75

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Usaha budidaya kentang di Indonesia dilakukan berdasarkan pada musim


tanam, dimana per tahun maksimal terdapat 3 musim tanam dengan asumsi lahan
yang digunakan sebelumnya tidak ditanami kentang atau tanaman sejenisnya. Satu
musim tanam kentang berlangsung selama 4 bulan atau sekitar 150 hari.
Penanaman kentang perlu waktu 90 - 100 hari sampai panen, sementara itu padi
baru selesai panen setelah 120 - 140 hari. Penanaman kentang juga memerlukan
air dan lahan yang lebih sedikit dibanding padi. Per satuan luas dan per unit
waktu, kentang menghasilkan bahan makanan/pangan yang lebih banyak
dibanding padi. Komparasi dengan bahan pangan utama ini menunjukkan bahwa
kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program
diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.
Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya budidaya
kentang adalah rendahnya kualitas bibit kentang yang digunakan dan teknologi
bercocok tanam yang kurang baik. Permasalahan kualitas bibit disebabkan oleh
kesulitan memperoleh bibit yang bebas virus. Pemupukan dan pengendalian hama

38

dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk
bibit, juga menjdai kendala dalam usaha budidaya kentang.
Diperlukan upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan
benar untuk menghasilkan kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal.
Oleh sebab itu, pelaksanaan prosedur operasional standar (POS) harus konsisten
dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaa prosedur
operasional standar dengan baik dapat menghasilkan produktivitas lebih dari 20
ton/hektar (tergantung varietas kentang), dengan tingkat kehilangan hasil lebih
kecil 10 % dan kualitas umbi sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk
dapat melaksanakan prosedur operasional standar tersebut diperlukan fasilitas dan
peralatan produksi yang sesuai aktivitasnya.
4.2

Pasokan Kentang
Rantai pemasaran kentang pada umumnya petani menjual hasil produksi

kentangnya kepada pedagang pengumpul (dibeberapa tempat disebut sebagai


bandar). Pedagang pengumpul yang biasanya datang ke petani, bukan petani yang
membawa hasil produksinya ke pedagang. Petani biasanya berhubungan dengan
pedagang tertentu dan hubungan itu lebih didasarkan atas saling kepercayaan.
Tidak semua petani menjual kepada pedagang, beberapa petani memiliki kontrak
dengan industri pengolahan. Petani ada yang menjual kepada petani besar (titip
jual) yang umumnya sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik. Ada juga
petani yang langsung menjual ke pasar tradisional namun jumlahnya relatif
sedikit.
Pedagang pengumpul menjual kentang kepada pedagang-pedagang besar
di pasar induk atau pasar-pasar tradisional besar yang umumnya juga berada di

39

kota-kota besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki pelanggan


tertentu di pasar-pasar besar tersebut. Pedagang besar di pasar induk ini menjual
kepada sesama pedagang di pasar induk dan kepada pedagang-pedagang di pasar
tradisional lain. Di pasar tradisional kentang ini masih mungkin didistribusikan
oleh pedagang-pedagang kecil seperti pedagang keliling dan pedagang di
kampung. Supermarket memperoleh kentang dari pemasok yang telah ditunjuk
berdasarkan kontrak.
Industri pengolahan kentang tidak menunjukkan pola khusus, namun ada
beberapa menerapkan pola kemitraan kredit benih. Terutama pengolah skala besar
memiliki kontrak dengan petani. Pengolah yang lebih kecil atau menengah yang
memiliki pemasok khusus, atau membeli dari pasar induk. Pengolah-pengolah
berskala kecil seperti restoran dan ketering yang kecil membeli dari pasar
tradisional terdekat. Konsumen rumah tangga dapat membeli kentang dari
berbagai macam pasar yang tersedia. Sebagian besar bisa membeli dari pasar
tradisional ataupun pasar modern (supermarket). Konsumen juga mungkin
membeli dari pasar induk apabila membutuhkan kentang dalam jumlah besar
seperti untuk pesta atau selamatan, meskipun demikian konsumen juga masih
mungkin membeli dalam jumlah kecil di pasar induk melalui pedagang-pedagang
pengecer kecil.
4.3

Konsumsi Kentang
Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi

dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti jagung, padi atau gandum. Hal
tersebut

menjadikan

kentang

sebagai

prioritas

alternatif

yang

mampu

mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Kentang untuk kalangan

40

tertentu (misalnya penderita diabetes) merupakan makanan pokok untuk diet,


karena kandungan kadar gulanya yang rendah sehingga kentang merupakan
komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat.
Mengingat pola konsumsi masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan,
menjadikan kentang sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi
bersama-sama dengan ayam goreng. Restoran cepat saji dan berbagai jenis
penganan juga menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya.
Kentang biasanya dikonsumsi sebagai sayuran dalam bentuk berbagai jenis
menu masakan. Selama kurun waktu 15 hingga 20 tahun terakhir, kentang bukan
hanya dikonsumsi sebagai sayuran semata tetapi juga dikonsumsi dalam bentuk
produk hasil proses (chips dan french fries) juga menunjukkan peningkatan.
Terjadi peningkatan konsumsi kentang untuk kentang olahan, serta kentang beku
yang biasa digunakan sebagai kentang goreng. Kebutuhan akan kentang semakin
naik akibat perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut. Produktivitas
Indonesia apabila dibandingkan dengan produktivitas negara-negara beriklim
dingin, produksi kentang di Indonesia jauh ketinggalan bahkan masih di bawah
produktivitas Asia.
Konsumsi kentang sebagai bahan pangan berkembang cukup pesat,
terutama di Asia, walaupun masih lebih kecil dari 20 kg/kapita/tahun. Bersamaan
dengan peningkatan pendapatan, konsumen cenderung melakukan diversifikasi
menu makanan dari dominasi serealia bergeser ke komposisi pangan yang
mengandung lebih banyak sayuran, termasuk kentang. pertumbuhan konsumsi
kentang olahan juga membuka kesempatan perluasan produksi kentang. Konsumsi
kentang dalam rumah tangga menurut hasil Susenas Periode tahun 2002 2012,

41

konsumsi rumah tangga kentang rata-rata meningkat sebesar 1,76% setiap


tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2007 konsumsi kentang dari 1,669
kg/kapita/tahun

menjadi

2,086

kg/kapita/tahun

atau

naik

sekitar

25%

dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya penurunan terbesar konsumsi


kentang pada tahun 2009 sebesar 15,38%. Tahun 2012 konsumsi kentang sebesar
1,460 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 6,67% dibandingkan tahun 2011.
4.4

Ekspor-Impor Kentang
Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi domestiknya ditambah

impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok yang ada. Komponen
penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan diolah sebagai bahan
makanan. Penyediaan kentang mengalami kenaikan karena naiknya produksi
dalam negeri serta impor dan stabilnya ekspor. Salah satu wujud ekpor-impor
kentang yang banyak diperdagangkan adalah pati kentang (Kementerian Pertanian,
2013). Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2011, penyediaan kentang
adalah sebesar 1,04 juta ton yang berasal dari 955 ribu ton produksi kentang
dalam negeri, impor 92,86 ribu ton dan dikurangi ekspor 5,27 ribu ton. Besarnya
penyediaan kentang turun sekitar 3,94% dari tahun 2010 sebesar 1,09 juta ton.
Turunnya penyediaan kentang pada tahun 2011 terutama kerena turunnya
produksi dalam negeri. Volume impor Indonesia mengalami peningkatan sedikit
dibanding tahun 2010. Besarnya penyediaan kentang pada tahun 2011 sebagian
besar untuk bahan makanan, yaitu sebesar 978 ribu ton. Menurut kajian NBM,
besarnya penggunaan kentang untuk bibit adalah sebesar 1,19% dari penyediaan
atau sebesar 12,41 ribu ton pada tahun 2011. Banyaknya kentang yang tercecer
adalah sekitar 5,02% dari penyediaan atau sebesar 52,36 ribu ton pada tahun

42

2011. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 1990 ekspor
kentang Indonesia mencapai 69.353 ton. Negara tujuan ekspor meliputi Malaysia,
Singapura, dan Taiwan. Setelah ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
diberlakukan tahun 2005, ekspor kentang terus menurun. Tahun 2007 ekspor
kentang turun menjadi 43.477 ton. Penurunan ekspor kentang diikuti dengan
kebijakan impor. Tahun 2007 impor kentang Indonesia tercatat 43.872 ton,
sementara tahun 2001 angka impor kentang Indonesia baru 10.072 ton (Kompas,
2011).1 Lonjakan impor kentang dari China merupakan imbas dari ACFTA.
Komoditas pertanian China terus membanjiri pasar domestik sehingga petani
tidak pernah mendapatkan harga yang layak. Produk kentang impor membuat
harga petani kentang domestik berdampak buruk dengan harga yang jatuh karena
harga kentang impor menawarkan harga yang lebih murah dari pada harga
kentang petani lokal
Kebijakan impor kentang secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi stabilitas harga kentang di pasar domestik yang disebabkan oleh
harga kentang impor yang relatif lebih murah. Jumlah kentang impor yang masuk
ke Indonesia terus bertambah dan memiliki adanya ketergantungan terhadap
impor dibandingkan dengan produksi, maka jumlah volume kentang impor
tersebut dapat berpengaruh terhadap produksi kentang lokal. Banjirnya produk
kentang impor dengan harga yang relatif rendah menyebabkan banyak petani yang
mengalami kerugian pada usaha tani kentang. Permintaan konsumen untuk harga
yang lebih rendah, dikhawatirkan harga kentang impor telah menguasai pasar
kentang di Indonesia.
1

Kentang.Pun.Korban.ACFTA, Diunduh tanggal 15 juli 2013 pukul 20:15 WIB


http://bisniskeuangan.kompas.com

43

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada Agribisnis
Kentang
Sistem industri kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara
lain sub sistem produsen, pemasok dan konsumen. Masing-masing sub-sistem
terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang nasional
bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral karena
meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang
terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan subsistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian
5.1.1

Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang


Neraca ketersediaan kentang nasional dipengaruhi oleh tiga faktor utama

yaitu produksi, konsumsi dan pasokan (carry over). Hubungan ketiga faktor
tersebut akan menentukan kondisi neraca ketersediaan kentang yakni surplus atau
defisit. Neraca ketersediaan kentang mengalami surplus apabila jumlah produksi
kentang pada tahun berjalan lebih besar daripada kebutuhan konsumsi kentang
segera dan cadangan konsumsi untuk tahun berikutnya, sedangkan defisit adalah
kondisi sebaliknya. Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi
domestiknya ditambah impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok
yang ada. Komponen penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan
diolah sebagai bahan makanan. Besaran yang siap tersedia sebagai bahan
makanan dibagi dengan jumlah penduduk menjadi ketersediaan per kapita dalam

44

setahun. Cadangan konsumsi kentang merupakan stok kentang berupa penyisihan


produksi dan penyimpanan kentang yang berfungsi sebagai cadangan untuk
keperluan konsumsi. Cadangan kentang pada dasarnya menjadi beban pemerintah
menyangkut biaya pengadaan, penyimpanan, penyusutan dan distribusi.
Pasokan kentang nasional sangat tergantung pada luas panen tanaman
kentang, sedangkan luas panen kentang tergantung pada luas tanam kentang oleh
petani sebagai pemasok. Tingkat produksi kentang sangat dipengaruhi oleh
kualitas bibit kentang yang dipakai. Tanaman kentang merupakan tanaman yang
sangat sensitif terhadap kecukupan unsur hara dalam proses pertumbuhan dan
pembuahannya, disisi lain penambahan luas lahan akan memperbesar kebutuhan
akan pupuk, dan karena keterbatasan kemampuan petani menyediakan pupuk
sesuai dengan anjuran. Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan
hama menjadi resisten terhadap pestisida.
Luas lahan kentang terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 seluas
62.375 Ha menjadi 64.518 Ha pada 2012 dengan produktivitas rata-rata 16 ton per
hektar. Produksi kentang tahun 2007 sebesar 1,003 juta ton menjadi 1,068 juta ton
pada tahun 2012. Produksi kentang nasional tertinggi dalam kurun waktu enam
tahun kebelakang terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah produksi sebesar 1,176
juta ton, sedangkan produksi kentang terendah terjadi pada tahun 2011 dengan
jumlah produksi sebesar 955,4 ribu ton. Produksi kentang nasional masih belum
mencukupi kebutuhan kentang dalam negeri, sehingga pemerintah mengambil
kebijakan impor kentang. Jumlah impor kentang selama kurun waktu enam tahun
terakhir mengalami peningkatan, dari 5.559 ton tahun 2007 menjadi 100.127 ton

45

pada tahun 2012. Produktivitas industri kentang tidak mengalami peningkatan


yang signifikan dari tahun ke tahun.
Pihak konsumen adalah jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011
sebanyak 207,8 juta jiwa. Perkembangan penduduk Indonesia tergantung pada
laju kelahiran dan kematian penduduknya. Penduduk Indonesia yang besar juga
menentukan jumlah konsumsi kentang. Penyediaan kentang sebagian besar
digunakan untuk bahan makanan, presentasenya lebih dari 90% dari total
peyediaan. Konsumsi tertinggi kentang Indonesia menurut data Susenas tahun
2012 periode 2002-2012 konsumsi rumah tangga terjadi pada tahun 2007 sebesar
2,086 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2012
sebesar 1,460 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 6,67% dibandingkan tahun
sebelumnya.
5.1.2

Permasalahan Industri Kentang Nasional


Produksi kentang di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan

dengan produksi kentang Eropa yang rata-ratanya mencapai 25,5 ton per hektar,
produksi rata-rata kentang di Indonesia hanya sekitar 16 ton per hektar. Beberapa
kendala produksi kentang yang masih perlu ditangani diantaranya: mutu benih
yang kurang baik (terinfeksi virus), teknologi bercocok tanam yang belum
memadai, serta iklim yang kurang mendukung. Penanganan pasca panen yang
kurang baik dapat menyebabkan kerusakan umbi kentang sebesar 2-10% serta
menimbulkan bagian terbuang sekitar 10 persen. Beberapa kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya
kualitas bibit yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus
sangat sulit, teknik bercocok tanamnya yang kurang baik. Pemupukan dan

46

pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya
produksi, terutama untuk bibit (Widjajatun, 1985).
Budidaya kentang harus diusahakan di lahan yang sesuai, agar dapat
tumbuh dan berproduksi optimal. Kesesuaian lahan pada prinsipnya ditentukan
oleh kecocokan antara kualiatas lahan dengan persyaratan tumbuh tanam.
Produksi kentang di Indonesia tersebar di beberapa provinsi seperti Aceh,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
NTB Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Direktorat Jenderal Hortikultura
Kementerian Republik Indonesia, 2013). Kentang dapat tumbuh dengan subur
pada dataran tingggi dengan minimal ketinggian 1.000 m dpl. Kendala dalam
budidaya kentang di dataran tinggi selain terbatasnya area tanam dapat juga
menyebabkan erosi dan merusak kelestarian alam.
Kentang di Indonesia pada umumnya dibudidayakan di dataran tinggi, hal
ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di
dataran tinggi terus-menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi
dan menurunkan produktivitas tanah. Perluasan penanaman kentang di dataran
medium merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan
khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan
petani di daerah tersebut (Subhan dan Asandhi, 1998). Teknologi budidaya
kentang di lahan sawah dataran medium Kabupaten Sleman Yogyakarta
menghasilkan usaha budidaya kentang di dataran medium beradaptasi dengan
baik, produksi cukup tinggi dan layak dikembangkan (Balai Pangkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta, 2004).

47

Perluasan lahan untuk penanaman kentang di dataran medium bisa


menjadi satu langkah alternatif yang perlu diupayakan, khususnya di lahan sawah
tadah hujan dapat diupayakan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di
daerah tersebut. Penurunan jumlah tersebut terjadi karena banyak petani memilih
untuk menjual lahannya untuk dialihfungsikan, terutama pada petani gurem atau
petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar. Jumlah rumah tangga
petani gurem rata-rata selama sepuluh tahun terakhir meningkat 2,39 persen per
tahun (BPS, 2003). Lahan pertanian mengalami perubahan penguasaan dari milik
menjadi sewa ataupun gadai. Perubahan penguasaan tanah menyebabkan lahan
terpecah ke dalam persil yang lebih kecil. Standar kebutuhan tenaga kerja untuk
usahatani kentang menurut Rukmana (1997) sebesar 300 HKP per hektar.
Kebutuhan kentang dalam negeri akan kentang olahan (chips, french fries,
aci dan tepung) berkisar 8,9 juta ton/tahun. Produksi kentang nasional masih 1,1
juta ton/tahun, termasuk kentang sayuran, dari luas panen 80.000 ha. Potensi ini
masih perlu dikembangkan karena potensi lahan masih sangat luas yaitu 11.331.
700 ha yang berada pada ketinggian diatas 700 m dpl (Wattimena, 2005).
Agribisnis kentang sesungguhnya menjanjikan keuntungan besar, jika dikelola
secara optimal. Dengan umur tanam tanaman kentang berkisar 3 bulan, jika
tingkat produksi 30 ton/ha (rata-rata produksi di negara maju) dengan harga
tingkat petani Rp. 2.500,-/kg maka akan diperoleh Rp.75 juta/ha/musim. Namun
sayang produktivitas kentang rata-rata nasional masih berkisar 10 ton/ha dari
potensi hasil 40 ton/ha (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2005).

48

1. Ketersediaan Bibit
Permasalahan dalam pengembangan komoditas kentang yang dihadapi
oleh petani maupun pedagang benih kentang antara lain kemampuan teknologi
produksi benih dalam jumlah besar dan berkesinambungan di tingkat petani dan
pedagang masih rendah. Masalah perbenihan di Indonesia tidak dapat disepelekan
begitu saja. Benih merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha
budidaya tanaman. Benih merupakan suatu parameter keberhasilan produksi
tanaman. Undang-undang RI nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura pasal 32
ayat 1a dijelaskan bahwa sarana hortikultura terdiri atas benih bermutu dari
varietas unggul. Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya
tanaman, dalam arti penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang
menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Salah satu cara
untuk meningkatkan produksi kentang disamping menggunakan pupuk yang
cukup juga dengan menggunakan bibit yang baik dan terbebas dari hama dan
penyakit.
Kebutuhan benih kentang nasional setiap tahunnya diprediksi mencapai
128. 613.000 ton dengan nilai Rp. 1,29 trilyun, jika harga benih Rp. 10.000/kg.
Selama ini kebutuhan benih yang sehat dan bermutu baru dapat tercukupi sekitar
6.430 ton (4,5%), termasuk import (Departemen Pertanian, 2007). Harga benih
import sangat mahal, dapat mencapai Rp. 20.000,-/kg untuk benih sebar (G4).
Kebutuhan benih kentang per hektar berkisar 1,0 1,5 ton. Minim dan mahalnya
benih yang tersedia menyebabkan petani kentang enggan untuk menggunakan
benih bermutu atau bersertifikat untuk dibudidayakan sehingga produktivitas
lahan kentang masih rendah.

49

2. Iklim
Terjadinya perubahan cuaca global telah mempengaruhi cuaca di wilayah
produksi kentang di Indonesia, sehingga antara musim hujan dan panas yang
kurang konsisten menyebabkan kegagalan panen di beberapa wilayah. Pemanasan
global terjadi karena siklus yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu.
Perubahan iklim berdampak pada perubahan musim tanam (pola tanam), irigasi,
dan ketersediaan air yang berpengaruh terhadap pertanian. Pemanasan global
mempengaruhi kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara
keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Perubahan cuaca dan
pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian. Perubahan iklim di
wilayah Indonesia tidak bisa diramalkan secara tepat jauh sebelumnya, karena
sirkulasi atmosfer regional yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian.
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15 - 20C, kelembaban udara 80 90%, cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200 - 300 mm
per bulan atau rata-rata 1.000 selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah
optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 - 18C.
Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10C
dan lebih dari 30C. Suhu malam untuk pembentukan umbi lebih penting
dibandingkan dengan suhu siang.
3. Teknologi Bercocok Tanam
Kurang berhasilnya usaha budidaya kentang yang dilakukan oleh petani
kentang disebabkan beberapa kendala selain penggunaan bibit unggul atau
rendahnya kualitas yang dipakai juga teknik bercocok tanam dan pemupukan serta

50

pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif. Teknologi yang diterapkan
dalam usaha budidaya kentang didasarkan pada pengalaman wawasan teknik
budidaya yang dimiliki oleh petani atau pengusaha. Usaha budidaya kentang
masih menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal. Pengendalian
hama dengan pemberian bahan kimia (pestisida/fungisida) menjadi hal yang
sangat rawan di lapangan, khususnya pada saat serangan sangat intensif di musim
penghujan. Ketersediaan bahan pengendali hama di lapangan sangat terkendala,
terkadang tidak ada pada saat dibutuhkan. Petani terkadang memberikan bahan
kimia melebihi dosis yang seharusnya, sehingga dapat menimbulkan masalah
residu yang cukup menyedot perhatian dari sisi keamanan pangan. Petani dan
pengusaha masih membutuhkan tenaga tenaga serta peran PPL untuk
mendampingi petani agar menghasilkan produksi kentang sesuai dengan mutu dan
produktivitas yang diinginkan.
4. Penanganan Pasca Panen
Umbi kentang yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan akibat
pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang
kurang intensif sehingga tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia. Penanganan
pasca panen yang baik memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari
seluruh

tahapan

dari

pemanenan

sampai

ketingkat

konsumen

untuk

mempertahankan mutu. Umbi kentang yang selesai dipanen harus segera


dilakukan penanganan pasca panen agar mutunya dapat dipertahankan tetap tinggi
serta kehilangan hasil dapat dikurangi atau dihilangkan. Kegiatan pasca panen
kentang dilakukan dengan penyortiran dan penggolongan umbi yang baik dan
sehat. Kentang disortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas) serta

51

memisahkan umbi yang cacat dan terkena penyakit untuk mencegah penularan
penyakit kepada umbi yang sehat.

5.2 Konseptual Sistem dan Formulasi Model Rantai Pasok Kentang


Model dinamis menggambarkan interaksi antar elemen yang menyusun
sistem agribisnis kentang. Permasalahan ketersediaan kentang merupakan suatu
permasalahan sistem yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai
komponen, variabel di dalamnya yang saling berinteraksi dan terintegrasi.
Ketersediaan kentang secara nasional dapat dipandang sebagai suatu masalah
dinamika sistem yang berubah sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh faktorfaktor yang juga bersifat dinamis. Tujuan pemodelan ketersediaan kentang ini
adalah untuk melihat pola ketersediaan kentang di masa mendatang untuk
meningkatkan

ketahanan

pangan

nasional

dengan

berbagai

alternatif

pengembangan skenario yang sesuai dengan kondisi nyata.


5.2.1

Konseptual Sistem Rantai Pasok Kentang


Model dinamika sistem yang dikembangkan dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan dengan penyediaan (produksi) dan permintaan kentang. Model ini


dibuat berdasar identifikasi permasalahan yang dituangkan ke dalam diagram
sebab akibat (causal loop), diformulasikan dalam diagram alir (stock dan flow)
dan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Powersim.
Sistem ketersediaan kentang dibagi menjadi tiga sub sistem yaitu sub sistem
produsen, sub sistem pemasok, dan sub sistem konsumen agar memudahkan
dalam pemodelan.

52

Produsen

Processor/Industri

Konsumen

Produksi

Pemasok

Konsumsi

Gambar 7. Pemetaan Elemen Sistem Rantai Pasok Kentang

a. Sub Sistem Produsen


Sub model produsen kentang dipengaruhi oleh variabel-variabel antara
lain luas areal tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam
(ekstensifikasi), agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan
pendapatan rumah tangga. Dibutuhkan pula konstanta sebagai input bagi model
disamping variabel-variabel tersebut, sehingga memudahkan dalam modifikasi
model apabila terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan kondisi nyata.
Konstanta tersebut antara lain pendapatan rumah tangga petani kentang, pestisida,
hari orang kerja per hektar, pendapatan usahatani, persentase penambahan luas
area tanam (ekstensifikasi) per tahun, persentase alih fungsi (konversi) lahan per
tahun dan produktivitas kentang.
b. Sub Sistem Pemasok
Sub sistem pemasok kentang dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain
produksi kentang, konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, pendapatan
industri, pendapatan rumah tangga dan total konsumsi. terdapat processor/industri
sebagai entitas utama yang mengolah hasil produksi kentang kemudian
menyalurkannya ke konsumen. Konstanta pada sub sistem pemasok adalah harga
kentang per kilogram dan industri kentang. Aktivitas yang dilakukan oleh
agroindustri kentang meliputi kegiatan produksi kentang menjadi makanan olahan
berbahan dasar kentang dan menyalurkannya kepada konsumen.

53

c. Sub Sistem Konsumen


Sub model konsumsi kentang sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dalam mengkonsumsi kentang. Sub model kebutuhan/konsumsi kentang dapat
dilihat dinamika perkembangan penduduk yang sangat berpengaruh terhadap
permintaan kentang untuk konsumsi. Dinamika model penduduk ini akan
menghasilkan output berupa prakiraan jumlah penduduk di masa mendatang.
Dinamika perkembangan penduduk dalam sub model ini terbentuk melalui
interaksi antara variabel jumlah penduduk Indonesia dengan variabel laju
pertumbuhan penduduk dan laju kematian penduduk yang membentuk sebuah
hubungan. Semakin besar laju pertumbuhan penduduk per tahun maka semakin
besar jumlah penduduk tahunan, sebaliknya semakin besar laju kematian
penduduk maka semakin berkurang jumlah penduduk tahunan.
Berdasarkan sub model kebutuhan konsumsi dapat dilihat pola konsumsi
berdasarkan dinamika penduduk dan rata-rata kebutuhan kentang untuk konsumsi
yang dikonversi dalam satuan kg/kapita/tahun. Diperlukan variabel (konstanta)
tingkat konsumsi kentang yang menginputkan rata-rata konsumsi kentang sesuai
dengan kondisi nyata untuk mengetahui kebutuhan konsumsi kentang. Variabel
tingkat konsumsi kentang tersebut selanjutnya akan memberikan dampak
pengaruh positif terhadap jumlah konsumsi kentang. Semakin besar tingkat
konsumsi kentang per kapita, maka semakin besar jumlah kentang yang
diperlukan untuk konsumsi. Berdasarkan hubungan sebab akibat antar variabel
pada sub model konsumsi tersebut dilakukan penterjemahan diagram sebab akibat
ke dalam diagram alir (stock dan flow) dengan perangkat lunak Powersim.

54

5.2.2

Formulasi Model Rantai Pasok Kentang


Asumsi merupakan pikiran-pikiran dasar yang digunakan sebagai titik

tolak atau alasan dalam menjelaskan suatu fenomena dan diyakini kebenarannya
(Simatupang, 2000). Digunakan beberapa asumsi dalam pembuatan model
dinamik rantai pasok kentang antara lain :
1. Pemodelan rantai pasok kentang dalam upaya ketahanan pangan berasal dari
produksi kentang dalam negeri, bukan impor kentang.
2. Umur panen rata-rata kentang 3 - 4 bulan.
3. Produktivitas rata-rata kentang16,2 ton/ha
4. Laju pertumbuhan penduduk 0,011% dan laju kematian 0,007%
5. Jumlah tenaga kerja per hektar kentang 300 HOK.
6. Penggunaan pestisida 0,3 liter/ha
7. Harga kentang Rp. 6.000/kg
8. Terjadi alih fungsi lahan atau pergeseran pemanfaatan lahan untuk keperluan
non pertanian sebesar 0,11% per tahun dan laju ekstensifikasi 0,113% per
tahun.

Formulasi model dengan menggunakan diagram alir dan perumusan


matematis. Diagram alir dibangun dengan menggunakan powersim. Formulasi
model dirumuskan ke dalam bentuk matematis yang dapat mewakili sistem nyata.
Formulasi model menghubungkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi
dalam model konseptual dengan bahasa simbolik. Formulasi model potato.sim
dalam perangkat lunak Powersim selengkapnya sebagai berikut :

55

A
Pasokan
Produksi
pendapatan rumah
tangga
pendapatan RT
Petani kentang

Konsumsi RT

produktivitas

Total Pendapatan

luas tanam

luas panen

Industri olahan

Konsumsi Industi

Pendapatan dari
konsumen RT
konsumsi kentang
Total Konsumsi
tingkat konsumsi

HOK per Ha
Total HOK

waktu delay Pendapatan industri Harga Kentang Per Kg

luas tanam
pestisida

ekstensifikassi

penduduk

konversi lahan

laju konversi

agroekosistem

pertumbuhan

laju pertumbuhan

kematian

laju kematian

laju ekstensifikasi

Keterangan : A : Produsen B :Pemasok C : Konsumen


Gambar 8. Model Rantai Pasok Kentang di Indonesia

Gambar 8. diatas merupakan gambar hubungan sebab akibat yang terdiri


atas elemen-elemen sistem penyusun rantai pasok kentang yang memiliki
hubungan timbal balik antar anggota elemen. Hubungan timbal balik antar elemen
dalam hubungan sebab akibat dapat berupa hubungan positif atau negatif.
Hubungan positif terjadi jika nilai suatu elemen mengalami peningkatan maka
menyebabkan peningkatan pada nilai elemen yang lainnya, atau jika nilai suatu
elemen mengalami penurunan maka akan menyebabkan nilai elemen yang lain
menjadi turun. Sebaliknya hubungan sebab-akibat negatif antara satu elemen
dengan elemen lain terjadi apabila peningkatan nilai suatu elemen tertentu akan
menyebabkan nilai elemen yang lain turun atau sebaliknya. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan hubungan sebab akibat dari model sistem dinamis
kentang sebagai berikut:
A. Sub Sistem Produsen
Pada sub model produsen, terdapat produsen sebagai entitas utama yang
memproduksi kentang. Luas tanam merupakan level, yang dipengaruhi oleh

56

besarnya tingkat pertambahan luas tanam dan alih fungsi lahan kentang. Luas
tanam kentang ditentukan oleh besarnya laju pertambahan luas tanam, sedangkan
alih fungsi lahan juga ditentukan oleh besarnya laju alih fungsi (konversi) lahan
kentang. Sub model produsen berasal dari produksi kentang yang dirumuskan
dalam persamaan matematis sebagai berikut :
Produksi

MAX(('Konsumsi

Industi'+'Konsumsi

RT');('luas

panen'*produktivitas)).....................................................(1)
dimana,
Produksi Kentang

: Produksi kentang (ton)

Konsumsi Industri

: Konsumsi industri kentang (ton)

Konsumsi RT

: Konsumsi rumah tangga kentang (ton)

Luas Panen

: Luas panen kentang (ha)

Produktivitas

: Produktivitas kentang (ton/ha)

Seperti yang ditunjukkan Gambar 8. Fungsi MAX memiliki mekanisme


mencari nilai terbesar dari elemen-elemen input yang digunakan menjadi nilai
yang digunakan. Terdapat 2 persamaan yang menjadi input untuk menentukan
nilai mana yang lebih besar, persamaan pertama adalah (konsumsi industri +
konsumsi rumah tangga) yang merupakan total konsumsi dan persamaan kedua
adalah (luas panen*produktivitas) yang merupakan persamaan ketersediaan bahan
baku. Fungsi MAX digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari
beberapa nilai, apabila persamaan total konsumsi lebih besar dibandingkan
dengan persamaan ketersediaan bahan baku maka keputusan produksi adalah
sesuai dengan besarnya persamaan konsumsi tersebut ataupun sebaliknya.
Simulasi flow rate Produksi akan terus mencari nilai mana yang terbesar antara
kedua persamaan tersebut untuk digunakan sebagai jumlah produksi.

57

Luas panen = DELAYMTR('luas tanam';'waktu delay';1;70000) - RANDOM


(0,075;0,1)*'luas tanam'............................................................(2)

Persamaan 2 menyatakan luas panen kentang sebagai fungsi masa tunggu


dari luas tanam. Waktu tunggu luas tanam menjadi luas panen diasumsikan
selama 3 bulan, sedangkan inisial waktu tunggu adalah 70000 ha menunjukkan
luas panen riil pada tahun 2003. Pada variabel luas panen ini terdapat penyusutan
luas panen yang dapat mengurangi besarnya luas panen yaitu diasumsikan sebesar
10% dari luas areal tanam.

Luas tanam kentang = 70000 + dt*ekstensivikasi-dt*konversi.............................(3)


dimana,
L_tanam Kentang

: Luas areal tanam kentang(ha)

Ekstensifikasi

: Perluasan areal tanam kentang

Konversi Kentang

: Alih fungsi lahan atau pergeseran areal tanam

Persamaan 3 menyatakan bahwa luas areal tanam kentang mengakumulasi


perbedaan antara perluasan lahan dan pergeseran areal tanam terhadap keadaan
L_tanam sebelumnya yaitu luas tanam pada tahun 2003 (tahun dasar simulasi)
sebesar 70000 ha. Luas areal tanam adalah besarnya luas lahan yang digunakan
untuk tanaman kentang.

Konversi lahan = 'luas tanam'*'laju konversi' .......................................................(4)


dimana,
Konversi

: Penambahan alih fungsi lahan tanaman kentang (ha/th)

Laju konversi : Laju alih fungsi lahan kentang (%/th)

58

Pergeseran fungsi lahan tanaman kentang dinyatakan dengan persamaan 4


sebagai perkalian antara luas areal tanam riil dengan laju alih fungsi/pergeseran
lahan tanaman kentang. Besarnya angka alih fungsi lahan sebesar 0,11/tahun
merupakan input data yang dimasukkan dalam model dan disesuaikan dengan
kondisi nyata.

Ekstensifikasi = 'luas tanam'*'laju ekstensifikasi'..................................................(5)


dimana,
Ekstensifikasi

: Penambahahan luas lahan kentang(ha/th)

Laju Ekstensifikasi

: laju penambahan luas lahan kentang (%/th)

Penambahan luas tanam kentang dinyatakan dengan persamaan 5 sebagai


perkalian antara luas areal tanam riil dengan laju penambahan luas lahan tanaman
kentang. Besarnya angka penambahan luas lahan sebesar 0,113/tahun merupakan
input data yang dimasukkan dalam model dan disesuaikan dengan kondisi nyata.

Agroekosistem = ekstensifikasi*pestisida.............................................................(6)
dimana,
Agroekosistem

: Pencemaran agroekosistem akibat pestisida (ltr)

Ekstensifikasi

: Penambahan luas lahan (ha)

Pestisida

: Banyaknya aplikasi pestisida (liter/th)

Agroekosistem terganggu dinyatakan dengan persamaan 6 sebagai


perkalian antara total perluasan lahan dengan banyaknya aplikasi pestisida.
Total HOK = 'HOK per Ha'*'luas panen'..............................................................(7)
dimana,
Total HOK

: Jumlah hari orang kerja (ha)


59

HOK per Ha

: Hari Orang Kerja

Luas panen

: Luas panen kentang (ha)

Seperti pada gambar 8. diketahui bahwa auxiliary luas panen dan


constant HOK per ha berhubungan dengan auxiliary Total HOK. Dengan
menggunakan formula 'HOK per Ha'*'luas panen' maka dapat diketahui jumlah
tenaga kerja harian per hektarnya.

Pendapatan RT = 'luas panen'*'pendapatan RT Petani kentang'...........................(8)


dimana,
Pendapatan RT

: Pendapatan rumah tangga petani (Rp)

Luas panen

: Luas panen kentang (ha)

Pendapatan RT

: Pendapatan Rumah Tangga petani kentang (Rp/ha)

Pendapatan rumah tangga petani dinyatakan dengan persamaan 8 sebagai


perkalian antara luas panen kentang dengan pendapatan rumah tangga petani
kentang.

B. Sub Sistem Pemasok


Sub model pemasok terdapat pasokan sebagai komponen utama, yang
mengatur ketersediaan kentang dan mengolah produksi kentang dari produsen
yang dipasarkan didalam maupun luar negeri. Pasokan merupakan level, yang
dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi dan konsumsi kentang. Produksi
kentang ditentukan oleh besarnya luas panen dan produktivitas kentang,
sedangkan konsumsi kentang ditentukan tingkat konsumsi kentang dan jumlah
penduduk Indonesia. Aktivitas yang dilakukan oleh industri kentang meliputi
kegiatan produksi selanjutnya menyalurkannya kepada konsumen. Baik kegiatan

60

produksi maupun konsumsi dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai


berikut :
Pasokan = 955488 + dt*produksi-dt* konsumsi RT.............................................(9)
dimana
Pasokan

:Ketersediaan Kentang (ton)

Produksi

:Produksi kentang (ton)

Konsumsi RT

:Kebutuhan kentang (ton)

Pasokan kentang dinyatakan dengan persamaan 9 dimana Jumlah produksi


kentang merupakan flow rate yang masuk ke level pasokan kentang yang akan
menambah nilai pada level. Aktivitas penyaluran barang untuk konsumsi industri
maupun konsumsi rumah tangga merupakan 2 flow rate yang mengurangi level
pasokan kentang.

Pendapatan Industri = 'Harga Kentang Per Kg'*'Konsumsi Industri'..................(10)


dimana,
Pendapatan Industri

: Pendapatan Industri kentang (Rp/ton)

Harga Kentang per kg : Harga kentang


Konsumsi Industri

: Konsumsi industri kentang (ton)

Pendapatan industri dinyatakan dengan persamaan 10 sebagai perkalian


antara harga kentang dengan konsumsi industri kentang.

Total

pendapatan

'Pendapatan

dari

konsumen

RT'+'Pendapatan

industri'...................................................................(11)
dimana,
Total Pendapatan

: Jumlah pendapatan industri kentang

Pendapatan Konsumen RT

: Pendapatan dari konsumsi kentang rumah tangga

61

Pendapatan Industri

: Pendapatan industri kentang (Rp)

Total Pendapatan dinyatakan dengan persamaan 11 sebagai penjumlahan


pendapatan kentang dari konsumsi rumah tangga dan pendapatan industri kentang.

Pendapatan dari konsumen RT = 'Harga Kentang Per Kg'*'Konsumsi


RT'...................................................(12)
dimana
Pendapatan konsumen RT

: Pendapatan dari konsumen kentang Rumah


Tangga(Rp/kg)

Harga kentang per kg

: Harga kentang dalam negeri (Rp)

Konsumsi RT

: Konsumsi kentang rumah tangga (kg)

Pendapatan dari konsumen dinyatakan dengan persamaan 12 sebagai


pendapatan yang diperoleh dari perkalian antara harga kentang dengan konsumsi
rumah tangga kentang.

C. Sub Sistem Konsumen


Sub model konsumsi dirumuskan dengan persamaan matematis sebagai
berikut :
Total Konsumsi ='Konsumsi Industri'+'Konsumsi RT'.......................................(13)
dimana,
Total konsumsi

: Jumlah Konsusmsi industri kentang

Konsumsi industri

: Konsumsi industri kentang

Konsumsi RT

: Konsumsi kentang rumah tangga

Total konsumsi dinyatakan dalam persamaan 13 sebagai total penjumlahan


dari konsumsi kentang industri dan konsumsi rumah tangga.

62

Konsumsi Kentang = 'tingkat konsumsi'*penduduk...........................................(14)


dimana,
Konsumsi Kentang

: konsumsi Kentang (kg/th)

Penduduk

: jumlah penduduk Indonesia (jiwa)

Tingkat_konsumsi

: tingkat konsumsi kentang (kg/kapita/th)

Persamaan 14 merupakan persamaan untuk mengetahui konsumsi kentang.


Besarnya merupakan perkalian antara jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi.
Tingkat konsumsi merupakan nilai parameter (input) yang dilambangkan dengan
konstanta sehingga perubahan-perubahan nilai parameter dalam model dapat
dilakukan sesuai kondisi nyata.

Penduduk Indonesia = 241000000+ dt*Pertumbuhan-dt* Kematian...............(15)


Pertumbuhan

= Lj_pertumbuhan * Penduduk_Indonesia

Kematian

= Lj_kematian * Penduduk_Indonesia

dimana,
Lj_pertumbuhan

: rate pertumbuhan penduduk (%/th)

Lj_kematian

: rate kematian penduduk (%/th)

Persamaan

15

menyatakan

bahwa

jumlah

penduduk

Indonesia

mengakumulasi keadaan awal jumlah penduduk pada tahun 2010 sebagai tahun
dasar simulasi sebesar 241 juta jiwa terhadap laju pertumbuhan penduduk per
tahun. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk per
tahun.
5.2.3

Verifikasi dan Validasi Model


Validasi model potato.sim dilakukan dengan membandingkan keluaran

model (hasil simulasi) dengan data aktual yang diperoleh dari sistem nyata

63

(quantitative behaviour pattern comparison). Validasi model dilakukan terhadap


data aktual yaitu data luas panen kentang dan produksi tahun 2003-2012.
Perhitungan uji nilai tengah persentase absolut (mean absolute percentage error)
yang dilakukan terhadap data luas panen kentang diperoleh nilai sebesar 3,17%.
Terdapat penyimpangan sebesar 3,17% antara hasil simulasi dengan data aktual.
Berdasarkan kriteria ketepatan model nilai MAPE dimana apabila MAPE > 10%
tidak tepat, 5% < MAPE >10% tepat, dan MAPE < 5% sangat tepat. Hasil
simulasi tersebut adalah dibawah 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model
sangat tepat dan dapat diterima.
Data produksi kentang antara simulasi dengan data aktual juga divalidasi.
Berdasarkan perhitungan dengan uji MAPE terhadap data produksi kentang tahun
2003 -2012 diperoleh nilai sebesar 3,65 %. Nilai tersebut kurang dari 5% sehingga
dapat disimpulkan bahwa model tepat dan dapat diterima. Perhitungan validasi
luas panen kentang dan produksi kentang tersebut selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.

5.3 Perilaku Sistem Rantai Pasok Kentang untuk 10 Tahun Kedepan


Pemodelan dinamika sistem ketersediaan kentang, rancangan model,
simulasi dan analisis dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan skenario pada
setiap model. Beberapa skenario kebijakan yang akan digunakan dalam analisis
perilaku Sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan baik dari aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan dengan berbagai skenario adalah sebagai berikut:
5.3.1

Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan


Skenario ini diasumsikan sebagai hasil simulasi tanpa adanya kegiatan

optimalisasi lahan (intensifikasi) maupun perluasan areal tanam (ekstensifikasi)


64

dan peningkatan produksi kentang. Situasi ini menggambarkan ketidakaktifan


pemerintah dalam mengatur penyediaan kentang dari dalam negeri di Indonesia.
Dengan model ini dapat dianalisis situasi dan perilaku sistem penyediaan kentang
di Indonesia tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Berdasarkan hasil simulasi
menunjukkan bahwa angka produksi kentang berimpitan dengan angka konsumsi
kentang penduduk Indonesia. Pemerintah perlu meningkatkan produksi nasional
kentang.
1,100,000
1,080,000
1,060,000
1,040,000

Produksi

Konsumsi

Grafik1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang - Tanpa Perubahan Kebijakan

Hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang dengan menggunakan


software powersim menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013 produksi kentang sebesar 1.062.000 ton meningkat pada tahun berikutnya
menjadi 1.073.734 ton. Konsumsi kentang 1.062.000 pada tahun 2013 meningkat
menjadi 1.081.670 pada tahun 2023. Peningkatan konsumsi kentang nasional
dikarenakan perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Produksi kentang
terbesar akan terjadi pada tahun 2022 yaitu sebesar 1.097.105 ton. Anomali cuaca
di musim kemarau berdampak buruk bagi produksi kentang di beberapa daerah di
Indonesia.

65

1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan atau pasokan
kentang untuk memenuhi permintaan konsumsi kentang. untuk melihat
pememnuhan kebutuhan konsumen, dilihat perbandingan antar jumlah produksi
kentang dengan jumlah permintaan. Penambahan jumlah tenaga kerja dilakukan
untuk meningkatkan produksi kentang akibat perubahan pola konsumsi
masyarakat akan kentang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi dan
konsumsi kentang terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
HOK (juta)
20
19.5
19
18.5
20132014201520162017201820192020202120222023

Grafik 2. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja - Tanpa Perubahan Kebijakan

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat meningkatkan permintaan


kentang dalam negeri. Hasil simulasi menunjukkan terjadi penambahan jumlah
tenaga kerja pada tahun 2013 dari 19,2 juta menjadi 19,5 juta pada tahun
berikutnya. Penambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada tahun 2023 yakni
membutuhkan 19,8 juta hari orang kerja. Kemungkinan akan terjadi pengurangan
tenaga kerja menjadi 19,1 juta pada tahun 2016 dari tahun sebelumnya akibat
siklus iklim yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu sulit diprediksi.
2. Aspek Ekonomi
Pendapatan petani kentang diperoleh dari hasil penjualan kentang baik
pendapatan dari penjualan ke luar negeri dan pendapatan dari pasar domestik.

66

Pendapatan yang diperoleh dalam penjualan kentang cenderung mengalami


peningkatan. dikarenakan permintaan dalam negeri yang terus meningkat akibat
terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat dan penambahan penduduk
Indonesia. Peningkatan produksi kentang dalam negeri dapat menambah jumlah
tenaga kerja dengan adanya penambahan luas areal tanam kentang sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
Pendapatan RT (milyar)
1000
980
960
940
920

Grafik 3. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang - Tanpa Perubahan


Kebijakan

Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 959 miliar pada tahun 2013
menjadi Rp. 973 miliar pada tahun 2014. Diperkirakan pendapatan rumah tangga
petani kentang kentang akan mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu pada
tahun 2023 sebesar Rp. 993 miliar. Pendapatan terendah patani kentang terjadi
pada tahun 2016 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 956 miliar
akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu
sulit diprediksi .
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan pasokan kentang yang terus menerus mengindikasikan perluasan
luas tanam kentang di Indonesia. Peningkatan luas tanam ini berdampak pada
lingkungan yaitu terganggunya agroekosistem akibat penggunaan pestisida pada

67

tanaman kentang. Pengelolaan agroekosistem seperti aplikasi pestisida sintetik


dapat menurunkan species atropoda predator yang selanjutnya berakibat
kelimpahan hama meningkat dan memperpendek rantai makanan karena
komponen ekosistem di tingkat tropik yang lebih tinggi lebih rentan terhadap
gangguan lingkungan. Akumulasi senyawa kimia (pestisida) terbukti mengganggu
sistem reproduksi hewan ternak, sehingga jika dikonsumsi manusia berakibat
kanker. Altieri dan Odum dalam Santosa (2005)
Penggunaan Kimiawi (ton)
2500
2450
2400
2350
2300

Grafik 4. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem - Tanpa Perubahan


Kebijakan

Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang


awal 2013 sebanyak 2.373 ton meningkat menjadi 2.380 ton pada tahun
berikutnya. Penggunaan pestisida cenderung mengalami peningkatkan dari tahun
ke tahun. Penggunaan pestisida terbanyak pada tahun 2023 sebesar 2.445 ton.

5.3.2 Skenario Peningkatan Produktivitas Kentang dari 16,56 ton/ha


menjadi 17,56 ton/ha
Peningkatan

produktivitas

kentang

dilakukan

dengan

penerapan

manajemen penanaman yang baik di sektor budidaya, mulai dari pemilihan bibit
yang sehat, bertepatan pemilihan varietas dan masa tanamnya, pengolahan tanah,
perawatan tanaman hingga pengangkutan ke gudang atau ke pasar. Skenario

68

peningkatan produktivitas tanaman kentang sebesar 10 % diharapkan mampu


mencukupi kebutuhan kentang dalam negeri. Berikut merupakan hasil simulasi
produksi dan konsumsi kentang untuk 10 tahun ke depan
1,200,000.00
1,150,000.00
1,100,000.00
1,050,000.00
1,000,000.00

Produksi

Konsumsi

Grafik 5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang Peningkatan


Produktivitas

Permintaan kentang untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi


industri terus meningkat karena kentang dapat mensubstitusikan beras sebagai
bahan makanan pokok. Prospek pengembangan agribisnis kentang sangat cerah.
Di Indonesia kebutuhan konsumsi kentang diperkirakan meningkat dua kali lipat
pada lima tahun sampai sepuluh tahun yang akan datang. Model yang dirancang
menjelaskan skenario peningkatan produktivias kentang. Kebijakan peningkatan
produktivitas tanaman kentang dengan meningkatkan produktivitas kentang dari
16,56 ton per tahun menjadi 17,56 ton per tahun, maka dalam jangka panjang
upaya ketahanan pangan bisa tercapai.
Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan
perlu

diadakannya

peningkatan

produktivitas

kentang

untuk

memenuhi

permintaan. Peningkatan produksi mengalami peningkatan tertinggi yakni pada


tahun 2021 sebesar 1.147.720,28 juta ton dan 1.165.966,81 juta ton pada tahun
2023. Konsumsi kentang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan permintaan,

69

baik untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi untuk industri olahan akibat
perubahan pola makan masyarakat.
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari
tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas kentang dapat menambah tenaga kerja
di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah
tersebut.
HOK (juta)
200
195
190
185

Grafik 6. Hasil simulasi Rumah Tangga Petani Kentang - Peningkatan


Produktivitas

Penambahan

tenaga

kerja

terbanyak

dari

kebijakan

peningkatan

produktivitas terjadi pada tahun ke 9 yakni sebesar 19.6juta dan tahun ke 11


sebesar 19.9 juta karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan produktivitas
kentang yang cukup besar. Penambahan tenaga kerja paling sedikit terjadi pada
tahun ke 3 yakni sebesar 19.1 juta hari orang kerja. Hal ini terjadi akibat
peningkatan produktivitas pada tahun itu tidak sebesar tahun yang lainnya.

70

2. Aspek Ekonomi
Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan peningkatan produktivitas
kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang
menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan kentang
fluktuatif. Angka pendapatan industri kentang tertinggi pada tahun ke-11 atau
tahun 2023 sebesar 995 miliar rupiah. Pada tahun ke-3 atau tahun 2015
pendapatan industri kentang turun dari tahun sebelumnya menjadi 952 miliar
rupiah.
Pendapatan RT (miliar)

1,000
980
960
940
920

Grafik 7. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang - Peningkatan


Produktivitas

Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 963 miliar pada tahun 2013
menjadi Rp 970 miliar pada tahun 2014. Pendapatan terendah industri kentang
terjadi pada tahun 2015 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 953
miliar. Hasil simulasi pendapatan industri kentang dengan kebijakan peningkatan
produktivitas menunjukkan peningkatan pendapatan tertinggi pada tahun 2023
yakni sebesar Rp. 996 miliar.
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan

pasokan

kentang

yang

terus-menerus

mengindikasikan

terjadinya peningkatan luas lahan kentang di Indonesia. Peningkatan produksi

71

kentang didukung oleh luas lahan kentang yang menyediakan kentang segar dan
bibit kentang. Peningkatan produktivitas bendampak pada lingkungan, dimana
tingkat kesuburan tanah yang diindikasikan sebagai kerusakan lingkungan
dikawasan lahan pertanian kentang. Kerusakan lingkungan akan semakin parah
dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada jika
kondisi tersebut tidak segera ditangani.
Penggunaan Kimia (ton
2,500
2,450
2,400
2,350
2,300

Grafik 8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem - Peningkatan Produktivitas

Akibat peningkatan produktivitas dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha


per tahun, maka peluang terganggunya agroekosistem akibat aplikasi pestisida
pada tanaman kentang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan
pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang awal 2013 sebanyak
2.373 ton meningkat menjadi 2.380 ton pada tahun berikutnya. Penggunaan
pestisida terus meningkat dari tahun ke tahun dan penggunaan pestisida sebanyak
2.445 ton pada tahun 2023.

5.3.3

Skenario Perluasan Lahan Kentang dari 0,113 % menjadi 0,115 %


Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan melakukan perluasan lahan

terhadap area tanam kentang. Ekstensifikasi didataran medium bisa dijadikan


alternatif untuk diupayakan dan penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan

72

produksi kentang dengan menggunakan berbagai medium sebagai media


tanamnya. Model yang dirancang akan menjelaskan skenario peningkatan
produksi kentang dengan kebijakan perluasan areal tanam kentang jika laju
ekstensifikasi tanam kentang ditingkatkan dari 0,113% per tahun menjadi 0,115%
per tahun, didapatkan hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang untuk 10
tahun ke depan sebagai berikut:
1,110,000.00
1,100,000.00
1,090,000.00
1,080,000.00
1,070,000.00
1,060,000.00
1,050,000.00
1,040,000.00

Produksi

Konsumsi

Grafik 9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang Perluasan Lahan

Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan


perlu diadakannya perluasan areal tanam tanam untuk memenuhi permintaan
kentang yang semakin meningkat. Jumlah konsumsi naik dari tahun ke tahun
mulai 1.062.000 ton pada tahun 2013 menjadi 1.081.670 ton pada tahun 2023.
Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan kentang dalam
negeri. Perubahan iklim yang sulit diprediksi dengan pasti membuat produksi
kentang mengalami penurunan sebesar 1.076.303 ton pada tahun 2016 dari
1.089.267 ton pada tahun 2015, kemudian meningkat menjadi 1.102.798 ton pada
tahun 2017.

73

1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditambahkan atau diperluas areal tanam
kentang dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah produksi kentang dapat
menambah tenaga kerja di lahan pertanian dengan penambahan rata-rata 0,115%
per tahun untuk mengentas pengangguran.
HOK (juta)
205
200
195
190
185

Grafik 10. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang Perluasan Lahan

Penambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada tahun ke-7 sebanyak


19.978.226 juta HOK dan ke-10 sebanyak 19.959.262 juta HOK karena pada
tahun tersebut terjadi penambahan luas lahan kentang yang cukup besar. Jumlah
hari kerja paling rendah terjadi pada tahun pertama yaitu sebanyak 18.907.228.
juta HOK. Penambahan tenaga kerja terjadi penurunan dari tahun sebelumnya
yaitu pada tahun ke-8 menjadi 19.774.696 juta HOK, hal ini terjadi akibat
penambahan luas lahan pada tahun itu tidak sebesar tahun yang lainnya.
2. Aspek Ekonomi
Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan perluasan areal tanam
kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang
menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan kentang

74

cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terutama disebabkan


oleh permintaan kentang dalam negeri yang terus meningkat akibat terjadinya
penambahan penduduk dari tahun ke tahun.
Pendapatan RT (miliar)
1,020
1,000
980
960
940
920
900

Grafik 11. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang Perluasan Lahan


Pendapatan petani meningkat dari 949 miliar rupiah pada tahun 2014
menjadi 973 miliar rupiah pada tahun 2015. Pendapatan terendah industri kentang
terjadi pada tahun pertama simulasi atau tahun 2013 yaitu sebesar 945 miliar
rupiah akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di alam semesta dari waktu ke
waktu sulit diprediksi. Hasil simulasi pendapatan industri kentang dengan
kebijakan perluasan lahan menunjukkan kemungkinan pendapatan tertinggi pada
tahun 2019 yakni sebesar Rp. 999 miliar rupiah.
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan

pasokan

kentang

yang

terus-menerus

mengindikasikan

terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan
permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas
lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat
kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan
pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan

75

lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan
hidup ekosistem yang ada.
Penggunaan Kimia (ton)
2,550
2,500
2,450
2,400
2,350
20132014201520162017201820192020202120222023

Grafik 12. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem Perluasan Lahan

Peluang terganggunya agroekosistem akibat aplikasi pestisida pada


tanaman kentang hasil simulasi pencemaran agroekosistem dari kebijakan
perluasan lahan atau ekstensifikasi 0,115% per tahun semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Kemungkinan pada tahun 2013 penggunanaan bahan kimia
sebesar 2.415 ton menjadi 2.427 ton pada tahun berikutnya dan 2.538 ton pada
tahun 2023.

5.3.4 Skenario Peningkatan Produktivitas 16,56 ton/ha 17,56 ton/ha dan


Perluasan Lahan Kentang 0,113 % menjadi 0,115 %
Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatan permintaan kentang
menyebabkan peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan kentang yang
semakin meningkat. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan melakukan
perluasan lahan area tanam kentang, meningkatkan produktivitas dari tanaman
kentang atau dengan menggabungkan keduanya. Model yang dirancang akan
menjelaskan skenario peningkatan produksi kentang dengan kebijakan perluasan
area tanam kentang yang digabungkan dengan peningkatan produktivitas tanaman

76

kentang. Skenario penggabungan peningkatan produktivitas dan perluasan lahan


kentang mendapatkan hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang sebagai
berikut:
1,200,000.00
1,150,000.00
1,100,000.00
1,050,000.00
1,000,000.00

Produksi

Konsumsi

Grafik 13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan

Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan


perlu diadakannya peningkatan produktivitas penanaman tanaman kentang untuk
memenuhi permintaan kentang yang semakin meningkat. Konsumsi kentang dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan permintaan baik untuk konsumsi rumah
tangga maupun konsumsi untuk industri olahan. Jumlah konsumsi kentang sebesar
1.062.000 juta ton pada tahun 2013 menjadi 1.081.670 juta ton pada tahun 2023.
Angka konsumsi terus mengalami peningkatan dikarenakan terjadi perubahan
pola konsumsi dan juga semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
Produksi kentang tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 1.163.907 juta ton dan
1.165.885 juta ton pada tahun 2023. Kemungkinan produksi kentang turun pada
tahun ke-2 dan ke-4 simulasi akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di alam
semesta dari waktu ke waktu sulit diprediksi

77

1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari
tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang dapat
menambah tenaga kerja dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah
tersebut
HOK (juta)
200
195
190
185

Grafik 14. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan

Kemungkinan penambahan tenaga kerja terbanyak dari kebijakan


peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang terjadi pada tahun 2019
sebesar 19.884.528 juta HOK dan 19.918.310 juta HOK pada tahun 2023 karena
pada tahun tersebut terjadi peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang
yang cukup besar. Penambahan tenaga kerja paling sedikit terjadi pada tahun ke 2
yakni sebesar 19.071.752 juta hari orang kerja.
2. Aspek Ekonomi
Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan peningkatan produktivitas
dan perluasan area tanam kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang
akan datang menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan

78

kentang cenderung mengalami peningkatan. Hasil simulasi dari kebijakan


peningkatan produktivitas dan perluasan lahan tanam kentang sebagai berikut:

Pendapatan RT (Milyar)
1000
980
960
940
920

Grafik 15. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang Peningkatan Produktivitas dan
Perluasan Lahan

Peningkatan pendapatan disebabkan oleh permintaan kentang dalam


negeri yang terus meningkat akibat terjadinya penambahan penduduk dari tahun
ke tahun. Pendapatan industri kentang mengalami penurunan pendapatan dari 969
miliar rupiah menjadi 954 miliar rupiah pada tahun 2014. Kemungkinan
pendapatan industri kentang akan mengalami peningkatan dari 958 miliar rupiah
pada tahun 2016 menjadi 979 miliar rupiah pada tahun 2017. Angka pendapatan
industri kentang tertinggi pada tahun ke-7 atau tahun 2019 sebesar 994 miliar
rupiah dan 996 miliar rupiah pada tahun 2023.
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan

pasokan

kentang

yang

terus-menerus

mengindikasikan

terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan
permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas
lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat
kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan
79

pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan
lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan
hidup ekosistem yang ada.
Penggunaan Kimia (ton)
2550
2500
2450
2400
2350

Grafik 16. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem Peningkatan Produktivitas dan


Perluasan Lahan

Hasil simulasi pencemaran agroekosistem dari kebijakan peningkatan


produktivitas dan perluasan lahan atau ekstensifikasi peluang terganggunya
agroekosistem akibat aplikasi pestisida pada tanaman kentang semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 penggunanaan bahan kimia sebesar 2.415
ton menjadi 2.427 ton pada tahun berikutnya dan 2.538 ton pada tahun 2023

80

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi
pangan. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran
lainnya serta kandungan gizinya sebagai sumber utama karbohidrat yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. selain untuk dikonsumsi,
kentang dapat dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Model sistem
dinamis rantai pasok kentang adalah tepat dan dapat diterima sehingga hasil
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem rantai pasok kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara
lain sub sistem produksi, pasokan, dan konsumsi. Masing-masing sub-sistem
terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang
nasional bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral
karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi
kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat
sedangkan sub-sistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan
budidaya pertanian.
2. Sub sistem produsen, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain luas areal
tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam (ekstensifikasi),
agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan pendapatan rumah
tangga. Disamping variabel-variabel tersebut, dibutuhkan pula konstanta
sebagai input bagi model sehingga memudahkan dalam modifikasi model
81

apabila terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan kondisi nyata.


Konstanta tersebut antara lain pendapatan rumah tangga petani kentang,
pestisida, hari orang kerja per hektar, pendapatan usahatani, persen
ekstensifikasi, persen konversi dan produktivitas kentang. Sub sistem
pemasok, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain produksi kentang,
konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, pendapatan industri, pendapatan
rumah tangga dan total konsumsi. Sub sistem konsumen, konsumsi kentang
sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kentang.
Pada sub model kebutuhan konsumsi dapat dilihat dinamika perkembangan
penduduk yang sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang untuk
konsumsi. Aktivitas yang dilakukan oleh agroindustri kentang meliputi
kegiatan produksi kentang menjadi makanan olahan berbahan dasar kentang
dan menyalurkannya kepada konsumen. Formulasi model dengan diagram alir
dan perumusan matematis melibatkan 15 persamaan matematis.
3. Perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario
peningkatan produktivitas kentang dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha.
6.2. Saran
1. Pemerintah perlu mendorong peningkatan produktivitas kentang antara lain
melalui pengembangan metode budidaya kentang dan ketersediaan benih
yang berkualitas
2. Perlu adanya kajian resiko pasokan kentang nasional.

82

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2005, Info Kentang. http://www. hortikultura.go.id/horti/page/berita/info


kentang. asp online 15 juli 2013.
Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Kompas.
Jakarta.
Asyiawati, Y. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik dalam Penataan Ruang Wilayah
Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Propinsi
DIY).Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas kentang
tahun 2003-2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2004. Budidaya Kentang di Lahan
Sawah Dataran Medium. Yogyakarta.

Buntuan. I.F. 2010. Simulais Model Dinamik pada Sistem Deteksi Dini untuk
Manajemen Krisis Pangan. Skripsi S1 IPB.
Daalen, V., and W.A.H. Thissen. 2001. Dynimics Systems Modelling Continuous
Models. Faculteit Techniek, Bestuur en Management (TBM). Technische
Universiteit Delft.
Departemen Pertanian. 2007.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Hortikultura Tahun 2013 (Angka
Tetap), Kementerian Pertanian. Jakarta.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2007. Sertifikasi Benih Sayuran. Direktorat
Perbenihan dan Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen
Pertanian.

Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply


Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan
Modern di Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Kebijakan Pangan. Terlalu. Propasar. Kompas,11 Oktober 2011.
Kementrian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementrian Pertanian Tahun 2011.
Kementrian Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian 2009. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian.
Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian. Direktorat Perbenihan Hortikultura. Jakarta

Listyowati, E. 1992. Kondisi Kentang Indonesia. Trubus. 270 (23): 49-51.

83

Muhammadi, E. Aminullah, dan B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis


Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. UMJ Press, Jakarta.
Mahendrawathi, ER. 2010. Supply Chain Management edisi kedua. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Guna widya. Surabaya.
Mentzer, J.T., et al. 2001. Defining Supply Chain Management. Journal of
Business Logistic. 22 (2). 1-25.
Noorsaman S., A. dan A. Wahid. 1998. Pemodelan Industri Minyak Bumi dan
Gas Alam Indonesia dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurnal Teknologi
Edisi No.1/Tahun XII/Maret/1998:27-29.
Pasandaran, E. dan P.U. Hadi. 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di
Indonesia dan Indonesia dalam Rangka Pembangunan Ekonomi. Program
Rapat Kerja Pembangunan Prioritas dan Design Penelitian Hortikultura.
Puslitbang Tanaman Hortikultura. : 66-106.\
Prawiro, R. 1988. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi : Pragmatisme
Dalam Aksi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Buletin Konsumsi Pangan 2013. Kementerian
Pertanian. Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Kentang: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.


108 hal.
Sahat, S., dan A.A. Asandhi. 1995. Percobaan. Varietas Komersial Kentang di
Dataran Tinggi di Ngablak Magelang. Jurnal Hortikultura (4): 16-21.
Sahin, F., Robinson, E.P. 2005. Information Sharing and Coordination in Make to
Order Supply Chain. Journal of Operations Management 23 hal 579 598.
Shintasari, I. 1988. Dinamika Persediaan Daging Sapi: Suatu Model Dinamik
untuk DKI Jakarta. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fateta
IPB. Bogor.
Simatupang, T.M. 2000. Permodelan Sistem. Penerbit Nindika. Klaten.
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hasdaker. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UIPress, Jakarta.
Somantri, A.S., E.Y Purwani dan Ridwan Thahir. 2005 Simulasi Model Dinamik
Ketersediaan Sagu Sebagai Sumber Karbohidrat Mendukung Ketahanan
Pangan Kasus Papua. Makalah. Balai Besar Pasca Panen Bogor.

84

Subhan dan A.A. Asandhi. 1989. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan ZA
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. J. Hort.8
(1): 983-987.
Sulaksono. A. P. 2006. Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan
Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem
Dinamis. Tesis. S2 ITS
Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanin 2005
2009. Makalah disampaikan pada seminar Arah, Strategi dan Program
Pembangunan Pertanin 2005 2009. Bogor, 4 Agustus 2004. Badan
Penilitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta
Tasrif, M. 2004. Model Simulasi Untuk Analisis Kebijakan : Pendekatan
Metodologi System Dynamics. Kelompok Peneliti dan Pengembangan
Energi. Institut Teknologi Bandung.
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar
Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Prodksi Kentang di
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Wattimena, G. A. 2005. Prospek Plasma Nutfah Kentang dalam Mendukung
Swasembada Benih Kentang di Indonesia. Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB dan Jurusan Agrohort, Fakultas
Pertanian IPB
Widodo,K.H., Abdullah, A., Pramudya, K., dan Pujawan, Nyoman. Prof. D.R.
2010. Supply Chain Management Agroindustri yang berkelanjutan. Lubuk
Agung. Bandung.
Widodo,K.H., Abdullah, A., dan Arbita, K.P.D. (2009).System analysis for
supply chain of CPO in Indonesia with considering profit, social welfare
and environmental aspect. Industrial Engineering Journal12 (1), pp.47-55.
Widjajatun, D. D. 1985. Beberapa masalah Pembibitan Kentang dan Usaha
Pemecahannya. Penelitian Hortikultura, sub Balai Penelitian Hortikultura
Malang. 15 : 483-488.
www.bps.go.id/ (2013). Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.10 WIB.
www.bps.go.id/ (2011) Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.12 WIB.
Yamaguchi, M., dan E.V. Rubatzky. 1998 Sayuran Dunia. Jilid I. Terjemah Catur H. ITB
Press. Bandung.

85

Lampiran

MAPE Luas Panen Kentang (ha)

Tahun

Simulasi (Xm)

Aktual (Xd)

Xm-Xd

I xm - xd I

I xm - xd I / xd

2003

64.175

65.923

(1.748)

1.748

0,026515784

2004

64.343

65.420

(1.077)

1.077

0,016462855

2005

63.333

61.557

1.776

1.776

0,028851309

2006

64.881

59.748

5.133

5.133

0,085910825

2007

63.896

62.375

1.521

1.521

0,02438477

2008

64.753

64.151

602

602

0,009384109

2009

65.588

71.238

-5649,58

5.650

0,079305708

2010

65.141

66.531

-1390,04

1.390

0,020893117

2011

65.507

65.323

184,24

184

0,002820446

2012

65.721

64.227

1493,54

1.494

0,023254083
0,317783006
0,031778301
3,177830063

MAPE Produksi Kentang (Ton)

Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Simulasi (Xm)
1.032.567
1.035.274
1.019.029
1.043.939
1.028.089
1.041.874
1.055.317
1.048.118
1.054.011
1.057.443

Aktual (Xd)
1.009.979
1.072.040
1.009.600
1.011.910
1.003.732
1.057.717
1.176.304
1.060.805
955.488
1.068.800

Xm-Xd
I xm - xd I
22.588
22.588
(36.766)
36.766
9.429
9.429
32.029
32.029
24.357
24.357
(15.843)
15.843
-120987 120.987
-12687 12.687
98523 98.523
-11357 11.357

I xm - xd I / xd
0,022364821
0,034295362
0,009339342
0,031652024
0,024266438
0,014978487
0,102853514
0,011959785
0,103112755
0,010625936
0,365448464
0,036544846
3,654484645

86

Anda mungkin juga menyukai