Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (S.P)
Oleh :
MUHAMMAD AMINUDIN
109092000038
MUHAMMAD AMINUDIN
109092000038
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
PERNYATAAN
Muhammad Aminudin
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Simulasi
Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang dalam Upaya Ketahanan Pangan
Nasional ini. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para shahabat dan keluarga beliau yang kita nantikan
syafaatnya kelak.
Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian (S.P). Adapun penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua yang telah berjasa dalam membantu dan mendukung didalam proses
pembuatan skripsi ini terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak Tamrin dan
Ibu Khadliroh serta kakak-kakaku tersayang Istiqomah, Asmaul Husna,
Mohtarom, Nur Hikmah, Muhammad Ridlwan, Qomaruddin dan juga adikku
tercinta Uyunul Fauziyah yang tidak pernah bosan mencurahkan cinta kasih
sayang dan doanya yang selalu mengiringi penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah memberikan dana penelitian
kepada penulis melalui program Indofood Riset Nugraha periode 20132014.
2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P. MM, selaku dosen pembimbing I yang
telah memberi bimbingan, doa, motivasi, saran dan kepercayaan kepada
Sains
dan
Teknologi
Universitas
Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sangat kompak dan tiada duanya, mudahmudahan tali silaturahmi tetap terjaga satu sama lain. Aamiin.
10. Rekan dan sahabat penulis dari Ikatan Remaja Masjid Fatullah
(IRMAFA), Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (PRAMUKA), dan
Himpunan Mahasiswa dan Alumni Al Hikmah (HIMMAH) yang telah
memberikan pengalaman berharga selama penulis menjalankan kegiatan
sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Muhammad Aminudin
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
vii
xii
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................
11
14
16
18
20
21
21
22
22
22
23
31
33
37
39
40
42
44
44
46
52
52
55
63
64
64
68
72
76
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan......................................................................................
81
82
84
LAMPIRAN ....................................................................................................
86
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Keterangan
Hal
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Hal
Simulasi
Pencemaran
Agroekosistem-Tanpa
Perubahan
Kebijakan ................................................................................................ 68
5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan
Produktivitas ........................................................................................... 69
6. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas ................. 70
7. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan
Produktivitas ........................................................................................... 71
8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas 72
9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Perluasan Lahan........ 73
10. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Perluasan Lahan ................................ 74
11. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Perluasan Lahan .. 75
12. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Perluasan Lahan................ 76
13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan
Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 77
14. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas dan
Perluasan Lahan Kentang........................................................................ 78
15. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan
Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 79
16. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan Kentang ................................................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
jumlah
penduduk
Indonesia
menyebabkan
tekanan
pada
4,000
ton
3,000
2,000
1,000
0
Tahun
konsumsi
produksi
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemandirian
pangan
nasional
merupakan
hal
yang
harus
diperhatikan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas
nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial.
Ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat
ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ukuran ketahanan pangan dari
sisi swasembada (kemandirian) dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan
pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Konsep swasembada
(kemandirian) diskenariokan sebagai kondisi dimana kebutuhan pangan nasional
minimal 90 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana, 2004).
Konsep ketahanan pangan (food security) lebih luas dibandingkan dengan
konsep swasembada pangan, yang hanya berorientasi pada aspek fisik kecukupan
2.2
pasok adalah suatu pengelolaan terhadap aliran material dan aliran informasi serta
modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk
mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan setiap entitas di dalam rantai pasok
tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri
sendiri karena mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan
material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan
distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan.
Aktivitas dalam SCM terdiri dari pengadaan, pengubahan dan distribusi.
Pengadaan merupakan aktivitas yang dilakukan mendapatkan bahan baku seperti
membeli, mengadakan kerjasama dengan supplier atau membuat sendiri bahan
baku yang dibutuhkan perusahaan. Pengubahan adalah aktivitas pemberian nilai
tambah pada input menjadi output melalui proses produksi dan distribusi
merupakan proses transportasi produk sampai ke tangan konsumen.
9
kelebihan
inventori,
pengurangan
waktu,
meningkatkan
10
11
perusahaan dan rantai pasok secara keseluruhan (Mentzer, 2001). Kegiatankegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena
mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan material,
pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan distribusi
serta penyimpanan apabila diperlukan.
Penyusunan struktur program ini menggunakan perangkat lunak Powersim
Sistem rantai pasokan adalah serangkaian aktivitas bisnis perusahaan dalam
pemenuhan pasokan meliputi proses dari penyediaan pasokan sampai penyaluran
pasokan tersebut sampai ke tangan konsumen akhir rantai pasok tersusun oleh
sejumlah entitas yang saling berinteraksi melalui pola interaksi yang khas sesuai
dengan struktur yang terbentuk. Struktur yang terbentuk pada sejumlah entitas
yang terlibat dalam rantai pasok akan berpengaruh dan menentukan kompleksitas
sebuah rantai pasok. Entitas-entitas tersebut saling berinteraksi guna mencapai
tujuan bersama, yaitu konsumen akhir. Karakteristik rantai pasok ini
menggambarkan dan menegaskan bahwa rantai pasok adalah sebuah sistem.
Sistem merupakan rangkaian atau susunan dari elemen-elemen yang saling
berkaitan satu dengan yang lain guna mencapai tujuan bersama. Di dunia ini
segala sesuatu bisa disebut sebagai sistem, mulai dari sistem yang sederhana,
hingga sistem yang sangat luas dan kompleks yang tersusun atas berbagai sistem
yang sederhana. Agribisnis juga merupakan sistem yang terdiri dari sub-sistem
dari hulu hingga hilir.
Rantai pasok memenuhi kriteria struktur sebagai sebuah sistem. Menurut
Min dan Zhou dalam Widodo (2010) Rantai pasok merupakan sebuah sistem
terintegrasi. Sebagai sebuah sistem, sudut pandang analisis terhadap rantai pasok
12
harus menyeluruh. Pola berpikir yang parsial tidak akan menjadikan kontribusi
untuk kemajuan rantai pasok. Seluruh komponen sistem harus dipandang sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketimpangan pada salah satu komponen
saja akan menjadikan gangguan pada sistem secara keseluruhan sehingga
menjauhkan dari tujuan bersama yang ingin dicapai. Analisis pada sebuah rantai
pasok bisa berdampak pula pada rantai pasok-rantai pasok yang lain. Tujuan dari
sebuah studi ataupun analisis sebuah rantai pasok bukanlah untuk meningkatkan
kinerja salah satu entitas saja hingga mencapai kinerja tertinggi, tetapi
peningkatan proporsional secara menyeluruh pada seluruh entitas mulai dari hulu
hingga hilir.
Antar komponen sistem dapat terjalin hubungan-hubungan tertentu yang
dapat membedakan antara sistem statis dan sistem dinamis, namun tidak semua
komponen sistem melakukan tindakan atau memiliki aktivitas. Sistem statis
memiliki struktur komponen yang tidak melakukan aktivitas, misalnya sistem
jembatan, sistem gedung dan sebagainya. Sistem dinamis mengkombinasikan
struktur komponen-komponen yang memiliki aktivitas, misalnya sistem aliran
sungai, sistem kerja mesin, sistem sosial dan sebagainya. Kedinamisan sebuah
sistem ditunjukkan oleh perubahan kondisi sistem sebagai reaksi terhadap
berubahnya waktu.
Karakter tersebut dimiliki oleh sebuah rantai pasok dalam aktivitas yang
dilakukannya setiap waktu. Kedinamisan terjadi pada aktivitas yang terjadi antar
entitas antar level maupun aktivitas yang terjadi di dalam entitas sendiri.
Kedinamisan rantai pasok pada sebuah industri, misalnya ditunjukkan oleh tingkat
persediaan bahan baku dan produk akhir yang senantiasa berubah dari waktu ke
13
waktu serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap aktivitas yang lain, misalnya
kebijakan pengadaan, produksi dan pengiriman.
2.4
Sistem Dinamis
Sistem dinamik adalah sebuah disiplin ilmu yang digagas oleh Professor
dinamik
adalah
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
Terdapat empat dasar yang membangun sistem dinamis, yaitu teori umpanbalik informasi, proses pengambilan keputusan, pendekatan eksperimen dalam
analisis sistem, dan komputer digital. :
a. Teori umpan-balik informasi, adalah sebuah sistem dimana suatu keadaan
mendorong terjadinya kondisi yang lain, kemudian kejadian tersebut
berpengaruh balik tehadap keadaan awal yang mendorong terjadinya yang
mendorong terjadinya sesuatu tersebut. Konsep ini menunjukkan bagaimana
dalam sebuah organisasi ataupun sebuah sistem terdapat kedinamisan
perilaku yang disebabkan oleh waktu tunda, penjelasan tambahan dan struktur
sistem. Satu hal yang saat ini semakin disadari adalah bahwa interaksi antar
komponen sistem dapat menjadi lebih penting daripada keberadaan
komponen itu sendiri.
b. Pendekatan eksperimental dalam analisis sistem, pada berbagai eksperimen
terutama dalam dunia bisnis, kegiatan simulasi sering diartikan sebagai
merancang dan mengatur pada sebuah komputer, kondisi yang menjelaskan
tentang kegiatan operasi yang terjadi diperusahaan.
15
2.5 Pemodelan
Model didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang
telah dibatasi. Sistem yang dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi semua
konsep dan variabel yang saling berhubungan dengan permasalahan dinamik
(dynamic problem) yang ditentukan. Model merupakan sebuah tiruan dan bentuk
sederhana dari sistem yang merepresentasikan karakteristik dari sistem yang
sesungguhnya. Model digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari perilaku
sistem nyata. Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Menggambarkan hubungan sebab akibat (kausal) dari sistem.
b. Persamaan matematika sederhana.
c. Sinonim dengan terminologi dunia industri, ekonomi, dan sosial dalam tata
nama.
16
17
18
rata-rata
Pengembangan
sebesar
industri
3.386.282
furniture
m3
masih
dibandingkan
kurang
kebutuhannya.
memperhatikan
aspek
19
Kondisi Permasalahan
Diagram Sub-sistem
Sistem Dasar
Supply Chain
Kentang
Diagram Sebab-akibat
Diagram struktur kebijakan
Diagram Alir
Model supply
chain Kentang
Persamaan Matematis
Simulasi dan Validasi
Analisis kebijakan/keputusan
dan pembangunan skenario
Supply Chain
Kentang
Perbaikankebijakan /
keputusan
Implementasi
kebijakan/keputusan
Ketahanan Pangan
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bulan September sampai Desember 2013.
kausal
dengan
eksperimen
untuk
mengetahui
hubungan
antar
fenomena.dalam model
3.2
untuk mengetahui rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu 10
tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2012 produksi kentang, Luas lahan kentang,
luas
panen,
produksi
kentang,
produktivitas
kentang,
konversi
lahan,
21
3.3
berbagai alasan dan keuntungan yang bisa yang diperoleh dari penggunaan model
sebagai representasi sistem. Dalam analisis dengan pendekatan sistem dinamis,
pemodelan menjadi hal yang sangat penting dalam tahapan pemecahan masalah.
Tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah dengan pendekatan
sistem dinamis tidak terlalu berbeda dengan tahapan pada pemodelan dan simulasi
yang lain pada umumnya. Pemodelan dan simulasi menggunakan program
powersim dan uji validasi menggunakan microsoft excel. Garis besar tahapan
penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem dinamis adalah sebagai
berikut.
3.3.1
3.3.2
yang terlibat dalam sistem, yaitu siapa saja yang menjadi anggota sistem. Setiap
pelaku sistem tertentu memiliki sistem karakteristik yang khas dan berbeda
22
dengan yang lain. Hal itu biasanya dipengaruhi oleh struktur sistem dan peran dan
fungsi pelaku dalam sistem. Pada tahap ini selain mengidentifikasi pelaku, juga
dilakukan identifikasi hubungan yang terjadi antar pelaku. Identifikasi hubungan
tersebut dapat dijadikan dasar untuk menyusun hubungan sebab-akibat. Hubungan
tersebut menunjukkan bagaimana aliran informasi dan cara kerja yang terjadi
dalam sistem. Pada tahap penyusunan sistem konseptual selain mengidentifikasi
pelaku-pelaku sistem, juga dilakukan pembatasan sistem yang dianalisis, karena
sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit. Dugaan model rantai pasok kentang
sebagai berikut :
Lapangan
pekerjaan
Jumlah rumah tangga
petani kentang
Produktivitas
Kentang
Luas
Tanaman kentang
Ekstensifikasi
+
Pembukaan
Lahan Kentang
+
Konsumsi
Kentang
Luas panen
+
Konversi
Pendapatan
Masyarakat
Produksi
Kebutuhan
Kentang
Penjualan
Kentang
Populasi
Penduduk
3.3.3
Formulasi Model
Formulasi model dilakukan untuk menerjemahkan model konseptual ke
persamaan matematis, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks.
Bahasa pemograman yang digunakan juga menyesuaikan dengan jenis perangkat
lunak yang digunakan karena masing-masing perangkat lunak memiliki karakter
bahasa pemograman yang berbeda.
Perhitungan persamaan dilakukan setahap demi setahap terhadap waktu.
Pertambahan waktu yang kontinyu, dipecah-pecah dalam interval waktu yang
pendek dan sama besar. Tasrif (2004) mengemukakan persamaan model sistem
dinamik merupakan persamaan diskrit diferensial. Sistem persamaan tersebut
memiliki bentuk umum sebagai berikut :
Lsk = Lsb + PLsbPsk......................(1)
PLsbPsk = f (Lsb) ..........................(2)
Persamaan (1) menyatakan nilai variabel level (L) pada saat sekarang
(Lsk) adalah sama dengan nilai variabel L pada saat sebelumnya (Lsb) ditambah
dengan perubahan nilai variabel L dari sebelumnya sampai sekarang (PLsbPsk).
Persamaan (2) menyatakan bahwa perubahan nilai variabel L dari sebelumnya
(sb) sampai sekarang (sk), PLsbPsk, merupakan suatu fungsi dari nilai variabel
sebelumnya (Lsb). Apabila interval waktu antara sbPsk dinyatakan sebagai _t, dan
dipilih cukup kecil, maka perilaku L terhadap waktu mendekati perilaku suatu
sistem kontinyu. Digunakan operasi aritmatika dalam formulasi pemodelan sistem
dinamik sebagai barikut :
+ Penjumlahan
* Perkalian
^ Pangkat
- Pengurangan
/ Pembagian
( ) Pengelompokan
DT
Lsb
Sb
DT
LYa
Lsk
Sk
Ya
Waktu
Sb : Sebelumnya
Sk : Sekarang
Ya : Yang akan datang
Dt : Interval waktu simulasi (_t)
Sesuai dengan banyaknya jenis variabel dan konstanta, dikenal beberapa
macam persamaan yaitu :
1. Persamaan level
Persamaan level merupakan persamaan yang menghitung akumulasi aliran
masuk dan aliran keluar pada selang waktu tertentu. Harga baru suatu level
dihitung dengan menambah atau mengurangi harga level suatu interval waktu
sebelumnya dengan rate yang bersangkutan dikalikan dengan interval waktu
yang digunakan. Harga variabel level dapat diubah oleh beberapa buah variabel
rate.
Contoh : Lsk = Lsb + DT * (RMsbPsk RKsbPsk)
dimana,
L
: level (unit)
Lsk
: harga baru dari level yang akan dihitung pada saat sekarang (sk)
Lsb
DT
RM
25
RK
RMsbPsk : harga rate yang akan menambah level L selama interval waktu
sbPsk (unit/satuan waktu)
RKsbPsk : harga rate yang akan mengurangi level L selama interval waktu
sbPsk (unit/satuan waktu)
2. Persamaan rate
Persamaan rate menyatakan bagaimana aliran di dalam sistem diatur. Harga
variabel rate dalam suatu interval waktu sering dipengaruhi oleh variabelvariabel level, auxiliary, atau konstanta dan tidak dipengaruhi oleh
panjangnya waktu. Persamaan ratedihitung pada saat sk, dengan menggunakan
informasi dari levelatau auxiliary pada saat sk untuk mendapatkan rate
aliran selama interval waktu selanjutnya (skPya). Asumsi yang diambil dalam
perhitungan rate ini adalah bahwa selama interval waktu DT, harga rate
konstan. Hal ini merupakan pendekatan dari keadaan sebenarnya dimana rate
berubah terhadap waktu secara kontinyu. Bentuk persamaan rate adalah :
RMskPya = f (level, auxiliary, dan konstanta)
3. Persamaan auxiliary
Persamaan auxiliary berfungsi untuk menyederhanakan persamaan rate yang
rumit. Harga auxiliarydipengaruhi oleh variabel level, variabel auxiliary
lain dan konstanta yang telah diketahui (Shintasari, 1988).
Contoh : Ask = Lsk / C
dimana,
A
: variabel auxiliary
26
Ask
Lsk
: harga konstanta
27
X1
Dx
Delay_Time
: Orde delay
Initial
28
Val1
Val2
b. TIMECYCLE
Digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval waktu
TIMECYCLE (First, Interval)
dimana,
First
Interval
c. MAX
Digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari beberapa nilai.
MAX (X1, X2, X3,...., Xn)
d. MIN
Digunakan untuk memilih nilai yang paling kecil dari beberapa nilai.
MIN (X1, X2, X3,...., Xn)
29
: Persamaan auxiliary
: Persamaan rate
: Persamaan konstanta
30
3.3.4
31
3. Memeriksa kode dalam pemodelan oleh lebih dari satu orang, terutama
melibatkan pihak yang sudah berpengalaman
4. Memeriksa data input apakah sudah memiliki nilai yang sesuai, sebagai
contoh apakah sudah menggunakan satuan yang tepat .
5. Memastikan bahwa dengan memasukan berbagai input menghasilkan output
yang beralasan dan masuk akal.
Validasi adalah menentukan apakah model dapat digunakan sebagai
pengganti dari sistem nyata apabila digunakan untuk tujuan percobaan.Validasi
model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan suatu model yang
dibangun, apakah sudah merupakan perwakilan dari relitas yang dikaji, yang
dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.Validasi model dapat
menggunakan t-test.
Validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan
beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests) tanpa
memproses model, uji struktur tingkah laku model (structure oriented behaviour
test) dengan proses model, dan pembandingan tingkah laku model dengan sistem
nyata (quantitative behaviour pattern comparison) (Daalen dan Thissen, 2001),
yaitu dengan uji nilai tengah persentase kesalahan absolut (mean absolute
percentage error) adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan
persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil
prakiraan dengan data aktual.
32
Keterangan :
Xm = Data hasil simulasi
Xd = Data aktual
n = Periode/banyaknya data
Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985 dalam
Soemantri, 2005) adalah :
MAPE < 5%
: Sangat tepat
3.3.5
: Tidak tepat
dapat selanjutnya untuk keperluan penelitian atau pengujian tentang kondisi yang
dianalisis. Dengan menggunakan model, dapat diketahui dan dipelajari kondisi
dan perilaku sistem dalam menghadapi kondisi yang saat ini dihadapi. Selain itu,
melalui model juga dapat dilihat bagaimana respon sistem terhadap kebijakan
yang berkaitan dengan sistem. Dengan begitu dapat dilihat apakah merespon
sistem positif terhadap penerapan kebijakan, artinya sistem masih tetap berjalan
dengan baik dan bahkan lebih baik, ataukah sebaliknya. Karena respon model
yang merupakan representasi dari respon sistem dapat segera diketahui, maka
segera dapat dilakukan peyesuaian kebijakan dan juga struktur sistem sebagai
perbaikan apabila dibutuhkan.
Salah satu keuntungan studi melalui pemodelan dan simulasi adalah dapat
melihat bagaimana kemungkinan yang dapat terjadi pada penerapan berbagai
rancangan kebijakan yang sudah disiapkan, sehingga dapat diketahui kebijakan
33
mana yang paling tepat dan sesuai untuk diterapkan. Setelah melalui berbagai
tahap
pemodelan
sistem
dan
menguji
berbagai
kebijakan
yang akan
Tahap
Analisis Situasi
Kondisi Permasalahan
Kualitatif
Diagram Sub-sistem
Diagram Sebab-akibat
Diagram struktur
kebijakan
Diagram Alir
Persamaan Matematis
Analisis kebijakan/keputusan
dan pembangunan skenario
Kualitatif
&
Kuantitatif
V. Analisis
kebijakan/keputusan
dan perbaikan
Perbaikan
kebijakan/keputusan
Implementasi
kebijakan/keputusan
VI. Implementasi
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL
Kentang
Lauk Pauk
Rumah Tangga
Potato Chips
Keripik Kentang
Processing Potato
KentangIndustri
Potato String
french fries
Strarch
Pati Kentang
36
Produksi Kentang
Budidaya tanaman kentang di Indonesia pada umumnya dilakukan di
dataran tinggi. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran
tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian
tempat yang ideal berkisar 1.000 - 1.300 m dpl dan untuk dataran medium pada
dataran 300-700 m dpl. Indonesia memiliki daerah-daerah sentra produksi
kentang. Sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan
kontribusi rata-rata sebesar 33,99 persen dari total produksi kentang Indonesia
diikuti Provinsi Jawa Tengah sebesar 21,07 persen, Sulawesi Utara 11,73 persen,
Sumatera Utara 11,18 persen dan Jawa Timur 9,20 persen (Kementerian Pertanian,
2009).
Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi penghasil kentang terbesar kedua
setelah Jawa Barat kemudian diikuti oleh Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan
Jawa Timur. Penyebaran dan pengembangan kentang di Indonesia tergantung
pada daerah dan kondisi agroklimatnya, lahan dataran tinggi atau pegunungan,
serta iklim sangat mendukung baik untuk pengembangan kentang (Sunaryono,
2007). Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya produksi kentang provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing sebesar 288,654 ton dan
265,123 ton setelah Provinsi Jawa Barat.
37
Luas
Panen
(ton)
Tahun 2010
Produksi
Produktivitas
(ton)
(ton/ha)
Luas
Panen
(ton)
Produksi
Produktivitas
(ton)
(ton/ha)
Sumut
8,013
129,587
16,17
7,972
126,203
15,83
Jambi
5,296
94,368
17.82
4,860
84,794
17.45
Jabar
94,368
320,542
20,89
13,553
275,101
20,3
Jateng
18,655
288,654
15,47
17,499
265,123
15,15
Jatim
9,529
125,886
13,21
8,561
115,423
13,48
Sulut
8,740
142,109
16,26
8,555
126,210
14,75
38
dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk
bibit, juga menjdai kendala dalam usaha budidaya kentang.
Diperlukan upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan
benar untuk menghasilkan kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal.
Oleh sebab itu, pelaksanaan prosedur operasional standar (POS) harus konsisten
dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaa prosedur
operasional standar dengan baik dapat menghasilkan produktivitas lebih dari 20
ton/hektar (tergantung varietas kentang), dengan tingkat kehilangan hasil lebih
kecil 10 % dan kualitas umbi sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk
dapat melaksanakan prosedur operasional standar tersebut diperlukan fasilitas dan
peralatan produksi yang sesuai aktivitasnya.
4.2
Pasokan Kentang
Rantai pemasaran kentang pada umumnya petani menjual hasil produksi
39
Konsumsi Kentang
Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi
dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti jagung, padi atau gandum. Hal
tersebut
menjadikan
kentang
sebagai
prioritas
alternatif
yang
mampu
40
41
menjadi
2,086
kg/kapita/tahun
atau
naik
sekitar
25%
Ekspor-Impor Kentang
Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi domestiknya ditambah
impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok yang ada. Komponen
penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan diolah sebagai bahan
makanan. Penyediaan kentang mengalami kenaikan karena naiknya produksi
dalam negeri serta impor dan stabilnya ekspor. Salah satu wujud ekpor-impor
kentang yang banyak diperdagangkan adalah pati kentang (Kementerian Pertanian,
2013). Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2011, penyediaan kentang
adalah sebesar 1,04 juta ton yang berasal dari 955 ribu ton produksi kentang
dalam negeri, impor 92,86 ribu ton dan dikurangi ekspor 5,27 ribu ton. Besarnya
penyediaan kentang turun sekitar 3,94% dari tahun 2010 sebesar 1,09 juta ton.
Turunnya penyediaan kentang pada tahun 2011 terutama kerena turunnya
produksi dalam negeri. Volume impor Indonesia mengalami peningkatan sedikit
dibanding tahun 2010. Besarnya penyediaan kentang pada tahun 2011 sebagian
besar untuk bahan makanan, yaitu sebesar 978 ribu ton. Menurut kajian NBM,
besarnya penggunaan kentang untuk bibit adalah sebesar 1,19% dari penyediaan
atau sebesar 12,41 ribu ton pada tahun 2011. Banyaknya kentang yang tercecer
adalah sekitar 5,02% dari penyediaan atau sebesar 52,36 ribu ton pada tahun
42
2011. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 1990 ekspor
kentang Indonesia mencapai 69.353 ton. Negara tujuan ekspor meliputi Malaysia,
Singapura, dan Taiwan. Setelah ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
diberlakukan tahun 2005, ekspor kentang terus menurun. Tahun 2007 ekspor
kentang turun menjadi 43.477 ton. Penurunan ekspor kentang diikuti dengan
kebijakan impor. Tahun 2007 impor kentang Indonesia tercatat 43.872 ton,
sementara tahun 2001 angka impor kentang Indonesia baru 10.072 ton (Kompas,
2011).1 Lonjakan impor kentang dari China merupakan imbas dari ACFTA.
Komoditas pertanian China terus membanjiri pasar domestik sehingga petani
tidak pernah mendapatkan harga yang layak. Produk kentang impor membuat
harga petani kentang domestik berdampak buruk dengan harga yang jatuh karena
harga kentang impor menawarkan harga yang lebih murah dari pada harga
kentang petani lokal
Kebijakan impor kentang secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi stabilitas harga kentang di pasar domestik yang disebabkan oleh
harga kentang impor yang relatif lebih murah. Jumlah kentang impor yang masuk
ke Indonesia terus bertambah dan memiliki adanya ketergantungan terhadap
impor dibandingkan dengan produksi, maka jumlah volume kentang impor
tersebut dapat berpengaruh terhadap produksi kentang lokal. Banjirnya produk
kentang impor dengan harga yang relatif rendah menyebabkan banyak petani yang
mengalami kerugian pada usaha tani kentang. Permintaan konsumen untuk harga
yang lebih rendah, dikhawatirkan harga kentang impor telah menguasai pasar
kentang di Indonesia.
1
43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada Agribisnis
Kentang
Sistem industri kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara
lain sub sistem produsen, pemasok dan konsumen. Masing-masing sub-sistem
terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang nasional
bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral karena
meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang
terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan subsistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian
5.1.1
yaitu produksi, konsumsi dan pasokan (carry over). Hubungan ketiga faktor
tersebut akan menentukan kondisi neraca ketersediaan kentang yakni surplus atau
defisit. Neraca ketersediaan kentang mengalami surplus apabila jumlah produksi
kentang pada tahun berjalan lebih besar daripada kebutuhan konsumsi kentang
segera dan cadangan konsumsi untuk tahun berikutnya, sedangkan defisit adalah
kondisi sebaliknya. Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi
domestiknya ditambah impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok
yang ada. Komponen penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan
diolah sebagai bahan makanan. Besaran yang siap tersedia sebagai bahan
makanan dibagi dengan jumlah penduduk menjadi ketersediaan per kapita dalam
44
45
dengan produksi kentang Eropa yang rata-ratanya mencapai 25,5 ton per hektar,
produksi rata-rata kentang di Indonesia hanya sekitar 16 ton per hektar. Beberapa
kendala produksi kentang yang masih perlu ditangani diantaranya: mutu benih
yang kurang baik (terinfeksi virus), teknologi bercocok tanam yang belum
memadai, serta iklim yang kurang mendukung. Penanganan pasca panen yang
kurang baik dapat menyebabkan kerusakan umbi kentang sebesar 2-10% serta
menimbulkan bagian terbuang sekitar 10 persen. Beberapa kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya
kualitas bibit yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus
sangat sulit, teknik bercocok tanamnya yang kurang baik. Pemupukan dan
46
pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya
produksi, terutama untuk bibit (Widjajatun, 1985).
Budidaya kentang harus diusahakan di lahan yang sesuai, agar dapat
tumbuh dan berproduksi optimal. Kesesuaian lahan pada prinsipnya ditentukan
oleh kecocokan antara kualiatas lahan dengan persyaratan tumbuh tanam.
Produksi kentang di Indonesia tersebar di beberapa provinsi seperti Aceh,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
NTB Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Direktorat Jenderal Hortikultura
Kementerian Republik Indonesia, 2013). Kentang dapat tumbuh dengan subur
pada dataran tingggi dengan minimal ketinggian 1.000 m dpl. Kendala dalam
budidaya kentang di dataran tinggi selain terbatasnya area tanam dapat juga
menyebabkan erosi dan merusak kelestarian alam.
Kentang di Indonesia pada umumnya dibudidayakan di dataran tinggi, hal
ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di
dataran tinggi terus-menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi
dan menurunkan produktivitas tanah. Perluasan penanaman kentang di dataran
medium merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan
khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan
petani di daerah tersebut (Subhan dan Asandhi, 1998). Teknologi budidaya
kentang di lahan sawah dataran medium Kabupaten Sleman Yogyakarta
menghasilkan usaha budidaya kentang di dataran medium beradaptasi dengan
baik, produksi cukup tinggi dan layak dikembangkan (Balai Pangkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta, 2004).
47
48
1. Ketersediaan Bibit
Permasalahan dalam pengembangan komoditas kentang yang dihadapi
oleh petani maupun pedagang benih kentang antara lain kemampuan teknologi
produksi benih dalam jumlah besar dan berkesinambungan di tingkat petani dan
pedagang masih rendah. Masalah perbenihan di Indonesia tidak dapat disepelekan
begitu saja. Benih merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha
budidaya tanaman. Benih merupakan suatu parameter keberhasilan produksi
tanaman. Undang-undang RI nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura pasal 32
ayat 1a dijelaskan bahwa sarana hortikultura terdiri atas benih bermutu dari
varietas unggul. Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya
tanaman, dalam arti penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang
menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Salah satu cara
untuk meningkatkan produksi kentang disamping menggunakan pupuk yang
cukup juga dengan menggunakan bibit yang baik dan terbebas dari hama dan
penyakit.
Kebutuhan benih kentang nasional setiap tahunnya diprediksi mencapai
128. 613.000 ton dengan nilai Rp. 1,29 trilyun, jika harga benih Rp. 10.000/kg.
Selama ini kebutuhan benih yang sehat dan bermutu baru dapat tercukupi sekitar
6.430 ton (4,5%), termasuk import (Departemen Pertanian, 2007). Harga benih
import sangat mahal, dapat mencapai Rp. 20.000,-/kg untuk benih sebar (G4).
Kebutuhan benih kentang per hektar berkisar 1,0 1,5 ton. Minim dan mahalnya
benih yang tersedia menyebabkan petani kentang enggan untuk menggunakan
benih bermutu atau bersertifikat untuk dibudidayakan sehingga produktivitas
lahan kentang masih rendah.
49
2. Iklim
Terjadinya perubahan cuaca global telah mempengaruhi cuaca di wilayah
produksi kentang di Indonesia, sehingga antara musim hujan dan panas yang
kurang konsisten menyebabkan kegagalan panen di beberapa wilayah. Pemanasan
global terjadi karena siklus yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu.
Perubahan iklim berdampak pada perubahan musim tanam (pola tanam), irigasi,
dan ketersediaan air yang berpengaruh terhadap pertanian. Pemanasan global
mempengaruhi kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara
keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Perubahan cuaca dan
pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian. Perubahan iklim di
wilayah Indonesia tidak bisa diramalkan secara tepat jauh sebelumnya, karena
sirkulasi atmosfer regional yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian.
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15 - 20C, kelembaban udara 80 90%, cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200 - 300 mm
per bulan atau rata-rata 1.000 selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah
optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 - 18C.
Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10C
dan lebih dari 30C. Suhu malam untuk pembentukan umbi lebih penting
dibandingkan dengan suhu siang.
3. Teknologi Bercocok Tanam
Kurang berhasilnya usaha budidaya kentang yang dilakukan oleh petani
kentang disebabkan beberapa kendala selain penggunaan bibit unggul atau
rendahnya kualitas yang dipakai juga teknik bercocok tanam dan pemupukan serta
50
pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif. Teknologi yang diterapkan
dalam usaha budidaya kentang didasarkan pada pengalaman wawasan teknik
budidaya yang dimiliki oleh petani atau pengusaha. Usaha budidaya kentang
masih menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal. Pengendalian
hama dengan pemberian bahan kimia (pestisida/fungisida) menjadi hal yang
sangat rawan di lapangan, khususnya pada saat serangan sangat intensif di musim
penghujan. Ketersediaan bahan pengendali hama di lapangan sangat terkendala,
terkadang tidak ada pada saat dibutuhkan. Petani terkadang memberikan bahan
kimia melebihi dosis yang seharusnya, sehingga dapat menimbulkan masalah
residu yang cukup menyedot perhatian dari sisi keamanan pangan. Petani dan
pengusaha masih membutuhkan tenaga tenaga serta peran PPL untuk
mendampingi petani agar menghasilkan produksi kentang sesuai dengan mutu dan
produktivitas yang diinginkan.
4. Penanganan Pasca Panen
Umbi kentang yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan akibat
pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang
kurang intensif sehingga tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia. Penanganan
pasca panen yang baik memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari
seluruh
tahapan
dari
pemanenan
sampai
ketingkat
konsumen
untuk
51
memisahkan umbi yang cacat dan terkena penyakit untuk mencegah penularan
penyakit kepada umbi yang sehat.
ketahanan
pangan
nasional
dengan
berbagai
alternatif
52
Produsen
Processor/Industri
Konsumen
Produksi
Pemasok
Konsumsi
53
54
5.2.2
tolak atau alasan dalam menjelaskan suatu fenomena dan diyakini kebenarannya
(Simatupang, 2000). Digunakan beberapa asumsi dalam pembuatan model
dinamik rantai pasok kentang antara lain :
1. Pemodelan rantai pasok kentang dalam upaya ketahanan pangan berasal dari
produksi kentang dalam negeri, bukan impor kentang.
2. Umur panen rata-rata kentang 3 - 4 bulan.
3. Produktivitas rata-rata kentang16,2 ton/ha
4. Laju pertumbuhan penduduk 0,011% dan laju kematian 0,007%
5. Jumlah tenaga kerja per hektar kentang 300 HOK.
6. Penggunaan pestisida 0,3 liter/ha
7. Harga kentang Rp. 6.000/kg
8. Terjadi alih fungsi lahan atau pergeseran pemanfaatan lahan untuk keperluan
non pertanian sebesar 0,11% per tahun dan laju ekstensifikasi 0,113% per
tahun.
55
A
Pasokan
Produksi
pendapatan rumah
tangga
pendapatan RT
Petani kentang
Konsumsi RT
produktivitas
Total Pendapatan
luas tanam
luas panen
Industri olahan
Konsumsi Industi
Pendapatan dari
konsumen RT
konsumsi kentang
Total Konsumsi
tingkat konsumsi
HOK per Ha
Total HOK
luas tanam
pestisida
ekstensifikassi
penduduk
konversi lahan
laju konversi
agroekosistem
pertumbuhan
laju pertumbuhan
kematian
laju kematian
laju ekstensifikasi
56
besarnya tingkat pertambahan luas tanam dan alih fungsi lahan kentang. Luas
tanam kentang ditentukan oleh besarnya laju pertambahan luas tanam, sedangkan
alih fungsi lahan juga ditentukan oleh besarnya laju alih fungsi (konversi) lahan
kentang. Sub model produsen berasal dari produksi kentang yang dirumuskan
dalam persamaan matematis sebagai berikut :
Produksi
MAX(('Konsumsi
Industi'+'Konsumsi
RT');('luas
panen'*produktivitas)).....................................................(1)
dimana,
Produksi Kentang
Konsumsi Industri
Konsumsi RT
Luas Panen
Produktivitas
57
Ekstensifikasi
Konversi Kentang
58
Laju Ekstensifikasi
Agroekosistem = ekstensifikasi*pestisida.............................................................(6)
dimana,
Agroekosistem
Ekstensifikasi
Pestisida
HOK per Ha
Luas panen
Luas panen
Pendapatan RT
60
Produksi
Konsumsi RT
Total
pendapatan
'Pendapatan
dari
konsumen
RT'+'Pendapatan
industri'...................................................................(11)
dimana,
Total Pendapatan
Pendapatan Konsumen RT
61
Pendapatan Industri
Konsumsi RT
Konsumsi industri
Konsumsi RT
62
Penduduk
Tingkat_konsumsi
= Lj_pertumbuhan * Penduduk_Indonesia
Kematian
= Lj_kematian * Penduduk_Indonesia
dimana,
Lj_pertumbuhan
Lj_kematian
Persamaan
15
menyatakan
bahwa
jumlah
penduduk
Indonesia
mengakumulasi keadaan awal jumlah penduduk pada tahun 2010 sebagai tahun
dasar simulasi sebesar 241 juta jiwa terhadap laju pertumbuhan penduduk per
tahun. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk per
tahun.
5.2.3
model (hasil simulasi) dengan data aktual yang diperoleh dari sistem nyata
63
Produksi
Konsumsi
Grafik1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang - Tanpa Perubahan Kebijakan
65
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan atau pasokan
kentang untuk memenuhi permintaan konsumsi kentang. untuk melihat
pememnuhan kebutuhan konsumen, dilihat perbandingan antar jumlah produksi
kentang dengan jumlah permintaan. Penambahan jumlah tenaga kerja dilakukan
untuk meningkatkan produksi kentang akibat perubahan pola konsumsi
masyarakat akan kentang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi dan
konsumsi kentang terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
HOK (juta)
20
19.5
19
18.5
20132014201520162017201820192020202120222023
66
Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 959 miliar pada tahun 2013
menjadi Rp. 973 miliar pada tahun 2014. Diperkirakan pendapatan rumah tangga
petani kentang kentang akan mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu pada
tahun 2023 sebesar Rp. 993 miliar. Pendapatan terendah patani kentang terjadi
pada tahun 2016 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 956 miliar
akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu
sulit diprediksi .
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan pasokan kentang yang terus menerus mengindikasikan perluasan
luas tanam kentang di Indonesia. Peningkatan luas tanam ini berdampak pada
lingkungan yaitu terganggunya agroekosistem akibat penggunaan pestisida pada
67
produktivitas
kentang
dilakukan
dengan
penerapan
manajemen penanaman yang baik di sektor budidaya, mulai dari pemilihan bibit
yang sehat, bertepatan pemilihan varietas dan masa tanamnya, pengolahan tanah,
perawatan tanaman hingga pengangkutan ke gudang atau ke pasar. Skenario
68
Produksi
Konsumsi
diadakannya
peningkatan
produktivitas
kentang
untuk
memenuhi
69
baik untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi untuk industri olahan akibat
perubahan pola makan masyarakat.
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari
tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas kentang dapat menambah tenaga kerja
di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah
tersebut.
HOK (juta)
200
195
190
185
Penambahan
tenaga
kerja
terbanyak
dari
kebijakan
peningkatan
70
2. Aspek Ekonomi
Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan peningkatan produktivitas
kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang
menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan kentang
fluktuatif. Angka pendapatan industri kentang tertinggi pada tahun ke-11 atau
tahun 2023 sebesar 995 miliar rupiah. Pada tahun ke-3 atau tahun 2015
pendapatan industri kentang turun dari tahun sebelumnya menjadi 952 miliar
rupiah.
Pendapatan RT (miliar)
1,000
980
960
940
920
Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 963 miliar pada tahun 2013
menjadi Rp 970 miliar pada tahun 2014. Pendapatan terendah industri kentang
terjadi pada tahun 2015 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 953
miliar. Hasil simulasi pendapatan industri kentang dengan kebijakan peningkatan
produktivitas menunjukkan peningkatan pendapatan tertinggi pada tahun 2023
yakni sebesar Rp. 996 miliar.
3. Aspek Lingkungan
Kenaikan
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
71
kentang didukung oleh luas lahan kentang yang menyediakan kentang segar dan
bibit kentang. Peningkatan produktivitas bendampak pada lingkungan, dimana
tingkat kesuburan tanah yang diindikasikan sebagai kerusakan lingkungan
dikawasan lahan pertanian kentang. Kerusakan lingkungan akan semakin parah
dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada jika
kondisi tersebut tidak segera ditangani.
Penggunaan Kimia (ton
2,500
2,450
2,400
2,350
2,300
5.3.3
72
Produksi
Konsumsi
73
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditambahkan atau diperluas areal tanam
kentang dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah produksi kentang dapat
menambah tenaga kerja di lahan pertanian dengan penambahan rata-rata 0,115%
per tahun untuk mengentas pengangguran.
HOK (juta)
205
200
195
190
185
Grafik 10. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang Perluasan Lahan
74
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan
permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas
lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat
kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan
pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan
75
lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan
hidup ekosistem yang ada.
Penggunaan Kimia (ton)
2,550
2,500
2,450
2,400
2,350
20132014201520162017201820192020202120222023
76
Produksi
Konsumsi
Grafik 13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan
77
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk
memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah
tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari
tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang dapat
menambah tenaga kerja dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah
tersebut
HOK (juta)
200
195
190
185
Grafik 14. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang Peningkatan Produktivitas
dan Perluasan Lahan
78
Pendapatan RT (Milyar)
1000
980
960
940
920
Grafik 15. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang Peningkatan Produktivitas dan
Perluasan Lahan
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan
permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas
lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat
kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan
79
pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan
lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan
hidup ekosistem yang ada.
Penggunaan Kimia (ton)
2550
2500
2450
2400
2350
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi
pangan. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran
lainnya serta kandungan gizinya sebagai sumber utama karbohidrat yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. selain untuk dikonsumsi,
kentang dapat dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Model sistem
dinamis rantai pasok kentang adalah tepat dan dapat diterima sehingga hasil
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem rantai pasok kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara
lain sub sistem produksi, pasokan, dan konsumsi. Masing-masing sub-sistem
terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang
nasional bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral
karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi
kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat
sedangkan sub-sistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan
budidaya pertanian.
2. Sub sistem produsen, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain luas areal
tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam (ekstensifikasi),
agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan pendapatan rumah
tangga. Disamping variabel-variabel tersebut, dibutuhkan pula konstanta
sebagai input bagi model sehingga memudahkan dalam modifikasi model
81
82
DAFTAR PUSTAKA
Buntuan. I.F. 2010. Simulais Model Dinamik pada Sistem Deteksi Dini untuk
Manajemen Krisis Pangan. Skripsi S1 IPB.
Daalen, V., and W.A.H. Thissen. 2001. Dynimics Systems Modelling Continuous
Models. Faculteit Techniek, Bestuur en Management (TBM). Technische
Universiteit Delft.
Departemen Pertanian. 2007.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Hortikultura Tahun 2013 (Angka
Tetap), Kementerian Pertanian. Jakarta.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2007. Sertifikasi Benih Sayuran. Direktorat
Perbenihan dan Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen
Pertanian.
83
84
Subhan dan A.A. Asandhi. 1989. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan ZA
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. J. Hort.8
(1): 983-987.
Sulaksono. A. P. 2006. Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan
Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem
Dinamis. Tesis. S2 ITS
Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanin 2005
2009. Makalah disampaikan pada seminar Arah, Strategi dan Program
Pembangunan Pertanin 2005 2009. Bogor, 4 Agustus 2004. Badan
Penilitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta
Tasrif, M. 2004. Model Simulasi Untuk Analisis Kebijakan : Pendekatan
Metodologi System Dynamics. Kelompok Peneliti dan Pengembangan
Energi. Institut Teknologi Bandung.
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar
Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Prodksi Kentang di
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Wattimena, G. A. 2005. Prospek Plasma Nutfah Kentang dalam Mendukung
Swasembada Benih Kentang di Indonesia. Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB dan Jurusan Agrohort, Fakultas
Pertanian IPB
Widodo,K.H., Abdullah, A., Pramudya, K., dan Pujawan, Nyoman. Prof. D.R.
2010. Supply Chain Management Agroindustri yang berkelanjutan. Lubuk
Agung. Bandung.
Widodo,K.H., Abdullah, A., dan Arbita, K.P.D. (2009).System analysis for
supply chain of CPO in Indonesia with considering profit, social welfare
and environmental aspect. Industrial Engineering Journal12 (1), pp.47-55.
Widjajatun, D. D. 1985. Beberapa masalah Pembibitan Kentang dan Usaha
Pemecahannya. Penelitian Hortikultura, sub Balai Penelitian Hortikultura
Malang. 15 : 483-488.
www.bps.go.id/ (2013). Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.10 WIB.
www.bps.go.id/ (2011) Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.12 WIB.
Yamaguchi, M., dan E.V. Rubatzky. 1998 Sayuran Dunia. Jilid I. Terjemah Catur H. ITB
Press. Bandung.
85
Lampiran
Tahun
Simulasi (Xm)
Aktual (Xd)
Xm-Xd
I xm - xd I
I xm - xd I / xd
2003
64.175
65.923
(1.748)
1.748
0,026515784
2004
64.343
65.420
(1.077)
1.077
0,016462855
2005
63.333
61.557
1.776
1.776
0,028851309
2006
64.881
59.748
5.133
5.133
0,085910825
2007
63.896
62.375
1.521
1.521
0,02438477
2008
64.753
64.151
602
602
0,009384109
2009
65.588
71.238
-5649,58
5.650
0,079305708
2010
65.141
66.531
-1390,04
1.390
0,020893117
2011
65.507
65.323
184,24
184
0,002820446
2012
65.721
64.227
1493,54
1.494
0,023254083
0,317783006
0,031778301
3,177830063
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Simulasi (Xm)
1.032.567
1.035.274
1.019.029
1.043.939
1.028.089
1.041.874
1.055.317
1.048.118
1.054.011
1.057.443
Aktual (Xd)
1.009.979
1.072.040
1.009.600
1.011.910
1.003.732
1.057.717
1.176.304
1.060.805
955.488
1.068.800
Xm-Xd
I xm - xd I
22.588
22.588
(36.766)
36.766
9.429
9.429
32.029
32.029
24.357
24.357
(15.843)
15.843
-120987 120.987
-12687 12.687
98523 98.523
-11357 11.357
I xm - xd I / xd
0,022364821
0,034295362
0,009339342
0,031652024
0,024266438
0,014978487
0,102853514
0,011959785
0,103112755
0,010625936
0,365448464
0,036544846
3,654484645
86