PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014/1435H
ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK AYAM POTONG
PADA RESTORAN CEPAT SAJI MCDONALD’S
Oleh:
CHAIRUNNISA TRIANA MURTI
1110092000045
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperolah Gelar
Sarjana Pertanian Bidang Agribisnis
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
PENGALAMAN KERJA
2008 : Praktek Kerja Lapang di Bank Mini Sekolah
2009 : Praktek Kerja Lapang di PT BANK TABUNGAN
NEGARA, Tbk
2012 : Surveyor Pendataan Masalah Peternakan Tangerang
Selatan
2013 : Praktek Kerja Lapang di PT Trubus Mitra Swadaya
RINGKASAN
McDonald‟s merupakan salah satu industri restoran cepat saji yang sangat
membutuhkan manajemen rantai pasok dalam rangka memenuhi permintaan
konsumen. Gangguan pada rantai pasok akan berdampak negatif terhadap
perusahaan dan banyak perusahaan yang tidak mampu pulih secara cepat dari
dampak negatif tersebut. Maka, perlu dilakukan tindakan pencegahan atau
mitigasi risiko untuk dapat mengurangi dampak dari risiko yang ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan : (1) Mengidentifikasi risiko yang timbul dari
rantai pasok ayam potong pada restoran McDonald‟s. (2) Memetakan risiko yang
terjadi. (3) Mengetahui mitigasi risiko dari alur rantai pasok ayam potong tpada
restoran McDonald‟s.
Penelitian ini menggunakan metode House Of Risk (HOR) yang
merupakan pengembangan dari metode Quality Function Deployment (QFD) dan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Pada penelitian ini akan ditentukan
strategi pengelolaan risiko yaitu mitigasi dan akan ditentukan prioritas agen risiko
yang akan dimitigasi.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat seembilan kejadian risiko
pada tingkat pemasok, 10 kejadian risiko pada tingkat distribution center dan
delapan risiko pada tingkat McDonald‟s dan teridentifikasi 41 agen atau penyebab
risiko secara keseluruhan. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau
penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu lima penyebab risiko pada tingkat
pemasok, lima penyebab risiko pada tingkat distribution center dan tiga penyebab
risiko pada tingkat McDonald‟s. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut,
maka diketahui terdapat 26 aksi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk
mereduksi penyebab risiko tersebut.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
melimpahkan ridho, rahmat, taufik dan hidayah-Nya bagi kita semua. Shalawat
dan salam kepada junjungan dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia,
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, kerabat, sahabat dan para
Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi dengan baik dan tepat waktu. Selesainya
skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, do‟a dan partisipasi dari
berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Akhmad Riyadi Wastra, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
2. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen penguji I dan Ibu Rizki Adi
vii
untuk menguji hasil penelitian penulis serta memberikan saran, dukungan
3. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
4. Dr. Acep Muhib, MM, selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas
5. Kedua orang tua penulis, Ibu Suratimah dan Bapak Murdani yang selalu
kepada Bapak dan Ibu serta selalu diberikan kesehatan, perlindungan dan
6. Kedua kakak penulis, Mas Agung dan Mas Ari yang selalu memberikan
semangat, dan bantuan baik moril maupun materil serta selalu memberikan
mas. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan kasih sayang kalian.
perusahaan tersebut.
8. Sahabat terbaik penulis, yaitu Nira dan Ridwan. Terima kasih telah
viii
akan penulis lupakan. Tetap semangat untuk menggapai cita-cita. I love
you both!!
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala
lupakan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat tercapai dan kita semua
10. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan do‟anya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ix
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
LAMPIRAN ................................................................................................... 82
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Simplifikasi Model Rantai Pasok dan Tiga Macam Aliran yang
Dikelola ....................................................................................... 1
Gambar 2. Proses Manajemen Risiko Agribisnis .......................................... 25
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 32
Gambar 4. Model HOR fase 1 ....................................................................... 37
Gambar 5. Model HOR fase 2 ....................................................................... 39
Gambar 6. Alur Rantai Pasok McDonald‟s ................................................... 46
Gambar 7. Diagram Tulang Ikan Titik Kritis Risiko Rantai Pasok .............. 49
Gambar 8. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Tingkat
Pemasok ...................................................................................... 60
Gambar 9. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Tingkat
Distribution Center...................................................................... 61
Gambar 10. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Tingkat
McDonald‟s ................................................................................. 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup. Ayam ras
oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada data Badan Pusat Statistik 2014 pada
Tabel 1 yang menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi daging ayam ras pedaging
pada tahun 2013 dan 2014 yaitu masing-masing sebesar 4,031 dan 4,242
kg/kapita/tahun.
1
Selain konsumsi untuk rumah tangga, ayam ras pedaging pun menjadi
primadona untuk industri restoran cepat saji. Hal ini berkaitan dengan permintaan
bisa terlihat dari data Roy Morgan Single Source tahun 2009, sebuah survei
sindikasi terhadap lebih dari 25 ribu responden berusia 14 tahun ke atas. Hasil
Jakarta membeli makanan cepat saji. Angka ini melonjak dibandingkan dua tahun
lalu yakni hanya 48% penduduk Jakarta yang mengaku pernah membeli makanan
cepat saji. Masih menurut sumber yang sama, sebanyak 53% masyarakat Ibu Kota
membeli makanan cepat saji dalam 6 bulan terakhir dan sebanyak 46% membeli
Salah satu restoran cepat saji yang cukup diminati masyarakat adalah
fried chicken akan selalu ada seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat
yang serba cepat dan praktis. McDonald‟s sendiri sudah memiliki cabang yang
Semarang, Surabaya, Medan, Padang, dan juga di kota-kota kecil lainnya. Salah
Restoran ini merupakan salah satu restoran McDonald‟s yang cukup besar,
dimana restoran ini buka selama 24 jam. Selain itu, konsumen dari restoran ini
tidak hanya masyarakat lokal namun juga terdapat turis asing yang bekerja atau
masyarakat yang semakin meningkat pada McDonald‟s Kemang ini, maka pihak
2
manajemen selalu berusaha untuk dapat memenuhi permintaan akan produk fried
terlepas dari peran serta pemasok, distributor dan alat-alat pendukung seperti
transportasi dan akses pendistribusian ayam ras pedaging tersebut. Rantai yang
dengan bahan yang dikirim, dan tidak tepatnya divisi pembelian dalam melakukan
masalah dalam kegiatan bisnis di McDonald‟s Kemang pada periode Juli 2013
3
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa frekuensi terjadinya masalah
keterlambatan bahan baku dalam satu tahun sebanyak empat kali pada bulan Juli
dan Desember 2013 serta Juni dan Juli 2014. Frekuensi terjadinya masalah
ketidaksesuain bahan yang dipesan dengan bahan yang dikirm terjadi sebanyak
tiga kali pada bulan Juli dan Oktober 2013 serta Juli 2014. Frekuensi terjadinya
bulan Desember 2013 dan April serta Juli 2014. Masalah-masalah diatas
seharusnya tidak boleh terjadi pada restoran sebesar McDonald‟s Kemang karena
Maka dari itu, untuk meminimalisir risiko yang timbul akibat dari masalah-
masalah rantai pasok tersebut, maka perlu dilakukan analisis tentang risiko rantai
pasok bahan baku ayam potong di McDonald‟s untuk mengetahui risiko apa saja
yang ditimbulkan dari aktivitas rantai pasok yang dijalankan. Risiko ini diambil
dari masing-masing tingkatan rantai pasok mulai dari pemasok, distributor dan
risiko pada restoran McDonald‟s itu sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka penulis akan melakukan penelitian tentang analisis risiko rantai pasok ayam
potong pada restoran McDonald‟s sampai kepada model pengelolaan risiko yang
akan dilakukan.
4
tersebut, maka dirumuskan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Apa saja risiko yang timbul dalam alur rantai pasok ayam potong?
1. Mengidentifikasi risiko yang timbul dalam rantai pasok ayam potong pada
3. Mengetahui cara mitigasi risiko dari alur rantai pasok ayam potong pada
restoran McDonald‟s.
kepada para akademisi dan peneliti yang akan melakukan penelitian serupa.
2. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait
dalam hal penentuan manajemen rantai pasok yang baik dan pentingnya
manajemen risiko rantai pasok untuk bahan baku serta dapat menjadi
5
1. Risiko rantai pasok ayam potong yang terjadi yaitu antara pemasok,
2. Ayam potong sebagai bahan baku, bukan produk jadi (Fried Chicken) yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep manajemen rantai pasok mulai dibangun pada era tahun 90-an
semakin ketat serta tuntutan masyarakat yang semakin tinggi. Para pelaku
cukup. Ketiga aspek tersebut membutuhkan peran serta semua pihak mulai dari
pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang
transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan
hal tersebut yang memunculkan konsep baru yaitu supply chain management
produk, mengelola industri secara cermat dan fleksibel (Anwar, 2008:1). Menurut
Chopra and Meindl (2004:4), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun
melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang.
7
Tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan
Konsep rantai pasok yang relatif baru ini sebetulnya tidak sepenuhnya
baru, karena konsep itu merupakan perpanjangan dari konsep logistik. Hanya saja,
manajemen logistik lebih terfokus pada pengaturan aliran barang di dalam suatu
integration tidaklah cukup. Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai
pnegadaan barang, mulai dari hulu sampai yang paling hilir. Oleh karena itu,
rantai pasok terfokus pada pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait
dari hulu sampai ke hilir bahkan sampai ke pelanggan terakhir (Indrajit, 2006:25).
8
Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010:5), terdapat tiga macam aliran
yang harus dikelola dalam manajemen rantai pasok. Pertama adalah aliran
material dari hulu ke hilir (supplier bahan baku sampai ke ritel atau toko) ataupun
sebaliknya (ritel atau toko sampai ke supplier bahan baku). Aliran material dari
hulu meliputi aliran bahan baku, komponen bahan baku dan produk jadi.
Sedangkan, aliran material dari hilir ke hulu meliputi retur barang, recycle dan
repair.
Kedua, adalah aliran uang atau financial yang mengalir dari hulu ke hilir
dan sebaliknya. Aliran uang dari hulu ke hilir meliputi invoice dan term
pembayaran sedangkan aliran uang dari hilir ke hulu meliputi pembayaran bahan
baku. Ketiga, adalah aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Aliran informasi dari hulu ke hilir meliputi kapasitas bahan baku yang
informasi tentang order dan ramalan terjadi pada aliran informasi dari hilir ke
Supplier Supplier
Manufacturer Dsitributor Ritel/Toko
Tier 1 Tier 2
Gambar 1. Simplifikasi Model Rantai Pasok dan Tiga Macam Aliran yang
Dikelola
Sumber : Pujawan dan Mahendrawati (2010:6)
9
2.1.1 Definisi Manajemen Rantai Pasok
Chopra dan Meindl (2004:4) mengatakan bahwa rantai pasokan terdiri dаrі
ѕеmuа ріhаk уаng terlibat, langsung maupun tіdаk langsung, dаlаm memenuhi
Pengelolaan rantai pasokan harus memberikan perhatian kepada aliran barang dari
hulu ke hilir yakni berkenaan dengan pengiriman bahan baku dari pemasok
kepada pabrik, setelah pengolahan bahan baku dari pabrik selesai, hasil produksi
(dalam bentuk entitas atau fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan
distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi
pada konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu rantai pasok terdiri
dari perusahaan yang mengangkut bahan baku dari bumi atau alam, perusahaan
10
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010:25-26) sistem manajemen rantai
pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang
bahan baku, biaya transportasi dan lain-lain). Selain itu, manfaat dari manajemen
1. Kepuasan pelanggan
11
konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Pada proses
2. Meningkatkan pendapatan.
3. Menurunnya biaya.
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik
5. Peningkatan laba.
perusahaan.
produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
12
2.2 Pengertian Risiko
umumnya sudah kita pahami secara intuitif apa yang dimaksud. Berikut beberapa
(1999:2) :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
didalamnya, antara lain mengenai kapan, karena apa kematian itu terjadi. Dimana
merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, malah harus
13
Sehubungan dengan kenyataan tersebut, semua orang (khususnya
yang dihadapi).
penanggulangan risiko.
14
a. Pengambil keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan yang kuat
b. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai akibat dari adanya
baik dan benar, serta akan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para
bagian dari manajemen risiko yang bertujuan untuk menghindari atau mengurangi
terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu identifikasi
1. Identifikasi risiko
manajemen risiko, sehingga perlu dilakukan secara akurat dan detail. Dengan
15
tentang kejadian atau fenomena yang menyebabkan ketidakpastian. Fokus
dalam proses manajemen risiko dan menimbulkan tidak tepatnya atau tidak
kerugian yang besar. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko dalam
2. Pengkajian Risiko
dampak kerugian yang muncul baik kerugian sosial atau ekonomi dan
untuk mengukur risiko adalah metode berdasarkan pendapat pakar dan metode
Tahap ini adalah tahap memilih metode manajemen risiko yang akan
digunakan untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi, baik
menurut Culp (2001), IRM (2003) dan Chapman (2006) dalam Marimin dan
16
a. Menghindari risiko
Secara intuisi cara yang umum untuk mengindari risiko adalah tidak
c. Pengalihan Risiko
kompensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko, dan melalui
produk dimasa mendatang, dengan harga yang telah ditetapkan dari sekarang
risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari aktivitas.
4. Pengawasan Risiko
17
telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah
risiko. Pengelolaan yang dirancang tergantung pada tata kelola perusahaan dan
masing terkait instrument yang tersedia pada dunia usaha adalah sebagai
berikut:
adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan benar,
harus dijalankan secara simultan, yaitu (1) struktur tata kelola berupa
dan (3) prinsip-prinsip tata kelola artinya perusahaan cermat dan penuh
18
mengelola risiko, memerlukan terciptanya arus informasi yang bebas dan
penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan benar. Sebab, sistem
pelanggan, baik pelanggan internal yaitu rekan kerja sesama unit atau beda
19
3) Skema Sertifikasi Pihak Ketiga (Third Party Sertification)
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) sistem inti yang merupakan
merupakan bagian yang masuk dalam cakupan standard yang saling terkait
kontrol, hal ini terkait dengan peran, tanggung jawab dan komitmen
20
mampu memberikan hasil produk yang konsisten memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
senang mencoba hal baru dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini sangat
variatif dan inovatif. Disisi lain, tipe pemimpin seperti ini sangat
keputusan apa yang perlu dia ambil. Jadi, semua serba dipikirkan apa
baik dan buruknya. Tipe pemimpin ini cenderung pemimpin yang tidak
21
2.4 Manajemen Risiko Rantai Pasok
Pada proses rantai pasok tidak menutup kemungkinan adanya risiko yang
dapat mempengaruhi alur rantai pasok sehingga tidak dapat berjalan dengan
lancar. Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerusakan yang disebabkan
oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau
dari satu perusahaan dalam rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh, 2010:196).
mengantisipasi risiko yang mungkib terjadi dari aliran rantai pasok dalam
kegiatan bisnis.
antara anggota rantai pasok untuk mengurangi terganggunya rantai pasok secara
dan menanggulangi pengaruh berantai ketika suatu kecelakaan yang besar atau
kecil terjadi pada suatu titik dalam jaringan pasokan. Selanjutnya, yang paling
bisnisnya.
identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi
Kebanyakan risiko potensial, tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga antar
22
anggota jaringan pasokan serta jaringan pasokan dan lingkungannya harus di
dalam proses manajemen risiko rantai pasok (seperti : pembuatan rencana mitigasi
mengendalikan risiko-risiko ini dan hal ini dapat menyebabkan kerugian lebih
risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko
risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko
rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana, serta risiko produk asing.
23
a. Kesadaran segenap sumber daya manusisa perusahaan mulai dari jajaran
komisaris dan direksi sampai staf bahwa terdapat risiko dalam setiap usaha
termasuk agribisnis.
terlebih dahulu dan mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu
diabaikan. Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko
24
mitigasi atau eliminasi risiko (risk elimination), pemindahan risiko (risk
dialami oleh perusahaan, sehingga perlu dilakukan penelitian dalam hal risiko
pencegahan terhadap risiko yang mungkin dapat terjadi dalam aliran rantai pasok.
25
2.5 Penelitian Terdahulu
risiko rantai pasok baik produk pertanian maupun non pertanian dengan metode
yang berbeda.
Aini (2013) dalam penelitian tentang “Analisis Risiko Rantai Pasok Kakao
di Indonesia dengan Metode Analytic Network Process dan Failure Mode Effect
Anlalytic Network Process (ANP) dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
untuk mengetahui risiko apa saja yang dapat terjadi dan pada anggota rantai pasok
manakah terletak risiko yang paling tinggi serta cara memitigasi risiko pada setiap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok kakao terdiri dari petani,
rantai pasok kakao yaitu risiko kualitas, produksi, harga, pasokan, lingkungan,
transportasi. Berdasarkan hasil ANP, hasil prioritas dari anggota rantai pasok
komoditi kakao dalam manajemen risiko adalah petani dengan hasil perhitungan
0.408, dengan risiko yang memiliki prioritas terbesar adalah risiko produksi
dengan hasil perhitungan 0.221. Berdasarkan hasil WFMEA, risiko produksi tetap
kredit dan akses bahan tanam yang terjangkau bagi petani, pemberian akses
26
Suharjito dan Marimin (2010) pada penelitian yang berjudul “Model
Evaluasi Risiko Pada Setiap Tingkatan Rantai Pasok Produk Pertanian Tanaman
Pangan” ini dilakukan untuk merumuskan suatu model pengukuran risiko rantai
pasok produk pertanian pada setiap tingkatan jaringan rantai. Kemudian hasil
tingkat risiko yang dihadapi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwan dari
hasil analisis Indeks risiko rantai pasok pertanian, petani mempunyai nilai indeks
risiko tertinggi yaitu 26% disusul pedagang pengumpul sebesar 8,78% dan
distributor sebesar 8,31%. Nilai indeks risiko pedagang pengumpul lebih tinggi
dibandingkan dengan indeks risiko distributor, hal ini sesuai dengan kajian
kandungan jamur aflatoxin dalam jagung paling tinggi terdapat pada tingkat
Dhiya, Rahman dan Yuniarti (2014) penelitian yang diberi judul “Analisis
Risiko Pada Supply Chain Pembuatan Filter Rokok (Studi Kasus: PT. Filtrona
Potentials) pada HOR fase 1 didapatkan 37 penyebab risiko yang telah diurutkan
severity atau tingkat dampak risiko tersebut. Tiga risiko memiliki nilai severity
sebesar 2, 10 risiko kesalahan sebesar 3, satu risiko memiliki nilai severity sebesar
4 dan satu risiko memiliki nilai severity 5. Pada pengukuran penyebab risiko,
27
didapatkan tiga penyebab risiko memiliki nilai occurrence 1, 20 penyebab risiko
multi skill pada operator produksi, penerapan Siklus Penghitungan (Cycle Count),
penggunaan bar code untuk bahan baku dan menata ulang gudang sesuai dengan alur
penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis risiko rantai pasok pada
restoran cepat saji McDonald‟s studi kasus pada McDonald‟s Kemang, maka
2. Analisis Risiko
usaha yang dilakukan. Adapun tahapan dalam analisis risiko pada penelitian
ini adalah :
28
a. Identifikasi Risiko
ini adalah dengan melakukan observasi dan wawancara atas aktivitas yang
pada aktivitas yang telah diketahui. Diagram tersebut yang menjadi dasar
c. Pemetaan Risiko
paling besar sampai yang paling kecil lalu dipilih beberapa risiko dengan
nilai yang paling besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan
29
d. Keputusan dan Implementasi Model Pengelolaan Risiko
untuk menjalankannya.
e. Evaluasi Risiko
ditentukan sebelumnya.
yang telah diurutkan atau diberi peringkat mulai dari nilai tertinggi sampai
terendah.
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemikiran pada penelitian ini adalah
mengetahui alur rantai pasok pada restoran cepat saji McDonald‟s. Pada aliran
rantai pasok tersebut terdapat risiko-risiko yang terjadi yang berkenaan dengan
30
risiko yang terjadi, maka harus dilakukan identifikasi risiko dan identifikasi
diagram tersebut berisi titik kritis yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu,
skala likert mulai dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
menggunakan skala likert mulai dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan
sangat rendah. Hasil pengukuran tersebut yang menjadi dasar dalam penentuan
31
Industri restoran cepat saji
McDonald’s
Pemetaan risiko
Diagram Pareto
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
tersebut dibagikan kepada orang-orang yang terlibat dalam aliran rantai pasok.
kuisioner korelasi antara mitigasi risiko dengan penyebab risiko. Data sekunder di
dapat dari sumber-sumber literature yang mendukung penelitian ini yang meliputi
data Quality Inspection Process atau spesifikasi bahan baku, data wawancara
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
33
pemasok, dan restoran McDonald‟s akan disebut McDonald‟s. Terdapat beberapa
d. Pada tingkat pemasok: dua orang manajer rantai pasok, satu orang
orang supply chain supervisor, satu orang kepala gudang dan satu
dengan cara: (1) Observasi untuk mengetahui keadaan riil dari tempat yang akan
lanjut dari temuan obesrvasi, dilakukan dengan cara menemui langsung para
diagram tulang ikan dimana diagram tersebut berisi titik-titik kritis dari tiap
tersebut akan diambil beberapa risiko yang telah didiskusikan dengan pihak
34
perusahaan dari masing-masing tingkatan rantai pasok. Penentuan risiko tersebut
dilakukan dengan pertimbangan bahwa aktivitas yang terjadi dalam aliran rantai
dari penyebab risiko (occurrence). Disamping itu, juga diukur potensi risiko rata-
rata dari penyebab risiko yang bertujuan untuk mengetahui prioritas penyebab
risiko yang akan ditentukan cara mitigasinya. Hasil dari pengukuran dan
penghitungan tersebut menjadi bahan masukan untuk model HOR fase 1. HOR
yaitu:
35
4. Hitung Agen Potensial Risiko Rata-rata (Aggregate Risk Potential Of Agents j
(ARPj) yang merupakan hasil dari kemungkinan munculnya agen risiko j dan
akibat agregat dari terjadinya risiko yang disebabkan oleh agen risiko (ARPj =
OjSiRij).
5. Buat peringkat agen risiko berdasar potensial risiko agregat dari nilai terbesar
ke nilai terkecil.
6. Identifikasi agen atau penyebab risiko saling mendukung atau menganggu satu
sama lain dengan tanda dua plus (++) untuk hubungan kuat positif dan plus
pareto dengan ketentuan 50:50 yang berarti 50% risiko disebabkan oleh 50%
penyebab risiko. 50% risiko disini berarti setengah dari risiko yang ada direduksi
oleh setengah dari penyebab risiko. 50% selanjutnya yaitu penyebab risiko disini
berarti 50% hasil perhitungan dan penilaian penyebab risiko yang telah
timbulnya agen atau penyebab risiko yang menjadi prioritas berdasarkan diagram
pareto
36
Correlation
Matrix
dengan agen atau penyebab risiko dan derajat kesulitan dari strategi mitigas (Dk).
Setelah itu, dihitung tingkat keefektifan strategi mitigasi (TEk) dan rasio tingkat
menjadi masukan untuk tabel HOR fase 2. HOR fase 2 pada Gambar 5
37
1. Pilih beberapa agen risiko dengan nilai tinggi yang akan ditindaklanjuti pada
HOR2. Agen-agen risiko yang terpilih diletakkan pada kolom sebelah kiri
(apa saja agen risiko tersebut) dan pada kolom kanan (nilai ARPj)
risiko. Aksi-aksi mitigasi tersebut letakkan pada baris atas HOR2 (Preventive
Actions PAk).
agen risiko (Ejk). Ejk (1, 3, 9) dengan nilai 1, 3, dan 9 menunjukkan korelasi
rendah, sedang, dan tinggi. Ejk juga menunjukkan tingkat keefektifan aksi
risiko.
aksi mitigasi (Diffuculty Dk) menggunakan skala Likert atau skala lain yang
menggambarkan dan atau sumber lain yang diperlukan selama aksi mitigasi
dilakukan.
𝑻𝑬𝒌
ETDk =
𝑫𝒌
38
8. Identifikasi agen/penyebab risiko saling mendukung atau menganggu satu
sama lain dengan tanda dua plus (++) untuk hubungan kuat positif dan plus
Correlation
Matrix
Preventive Action (Pak)
To be treated risk PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 Agregate Risk
agent (Aj) Potentials (ARPj)
A1 ARP1
A2 ARP2
A3 Relationship Matrix ARP3
A4 ARP4
A5 ARP5
Total effectiveness of TE1 TE2 TE3 TE4 TE
action k 5
Degree of difficulty D1 D2 D3 D4 D5
performing action k
Effectiveness to ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ET
difficulty ratio D5
Rank of Priority R1 R2 R3 R4 R5
39
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
McDonald‟s adalah rangkain rumah makan cepat saji terbesar di dunia. Hidangan
McDonald‟s adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang diluar
bersaudara Dick dan Mac McDonald‟s, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc
dan diperluas ke seluruh dunia. Sampai pada tahun 2004, McDonald‟s memiliki
30.000 rumah makan di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50 juta
orang dan 1700 orang untuk masing-masing rumah makan per hari.
luar negeri, di Indonesia McDonald‟s juga menjual ayam goreng dan nasi. Pada 1
Indonesia dengan kepemilikan oleh Bambang Rachmadi. Namun, pada 2010 Tony
menjadi prinsip dasar restoran cepat saji modern, McDonald‟s juga menawarkan
40
menu yang berbeda-beda di berbagai negara disesuaikan dengan kebiasaan
dunia, McDonald‟s dijadikan sebagai simbol globalisasi dan penyebar gaya hidup
di Jalan Kemang Raya No. 10, Jakarta Selatan. Dengan luas sekitar 1700 m 2.
goreng, fillet ayam, minuman ringan dan hidangan-hidangan lokal lain yang
disesuikan dengan tempat restoran itu berada. Agar terus berhasil pada hari ini
dan masa yang akan datang, McDonald‟s tidak pernah puas dengan keberhasilan
berikut :
4.1.1 Visi
Hal ini berarti restoran ini akan menjadi tempat yang paling baik bagi pelanggan
untuk menikmati pelayanan yang cepat dan ramah, makanan favorit yang segar,
menyenangkan dengan harga yang terjangkau. Visi ini didukung oleh beberapa
nilai dasar, yaitu : Kita didedikasikan untuk memberikan Customer Level Quality,
McDonald‟s mengetahui bahwa tim yang beragam dari individu yang berbeda dan
41
terlatih serta bekerja bersama-sama adalah kunci untuk keberhasilan yang
4.1.2 Strategi
a. People
People adalah salah satu asset yang paling penting. Training adalah
b. Customer
untuk menjadi restoran siap saji terbaik di dunia. Selain itu berusaha untuk
memberikan pelayanan yang cepat dan ramah serta menciptakan suasana yang
nyaman pada saat Customer berada di restoran ini. Salah satu motto yang
c. Sistem Growth
antara karyawan, pemilik restoran dan pemasok Karena ketiga hal tersebut
42
4.1.3 Tujuan
memberikan makanan favorit yang segar, pelayanan yang cepat dan ramah,
dunia. Ada lebih dari 15000 restoran McDonald‟s diseluruh dunia. Kira-kira 85%
adalah Frainchise dan dijalankan oleh operated dibawah license agreement dari
memberikan makanan favorit yang segar, pelayanan yang cepat dan ramah,
khusus bagi anak-anak yang diawasi oleh orang tua masing-masing, fasilitas Wifi,
ruangan khusus untuk perayaan ulang tahun serta tempat parkir yang cukup luas.
Sehingga pelanggan bisa merasakan kenyamanan pada saat berada di restoran ini.
McDonald‟s memiliki standarisasi atau spesifikasi dari bahan baku produk yang
43
wajib di penuhi oleh pihak pemasok dan distribution center. Adapun standarisasi
dan spesifikasi produk ayam potong yang telah ditetapkan atau disebut dengan
1. Produk daging ayam berasal dari unggas yang sehat dan bebas dari penyakit.
yaitu sertifikasi halal dari LPPOM MUI, sertifikasi bebas penyakit dan bebas
formalin dari Dinas Peternakan dan Perikanan setempat, dan uji laboratorium
7. Potongan daging ayam sama besar sesuai dengan standar yang ditetapkan (1
8. Produk bersih, tidak ada kotoran atau benda asing atau hama.
10. Tidak terdapat banyak uap air atau kristal es di dalam inner
11. Komposisi dan resep pada bumbu sesuai dengan yang telah ditetapkan
44
12. Kode produksi dan UTD pada kemasan terbaca dengan jelas dan sesuai
13. Berat produk dalam kemasan terbaca dengan jelas dan sesuai
14. Sisa umur simpan sesuai dengan yang telah ditetapkan (24 hari untuk produk
distribution center. Sertifikasi ini berkaitan dengan produk, tempat dan lokasi
penyimpanan atau gudang, kebersihan dan keamanan produk, gudang dan alat
transportasi yang digunakan, serta sumber daya manusia yang terlibat dalam
proses rantai pasokan. Audit untuk sertifikasi tingkat kedua yang dilakukan
menghasilkan produknya. Produk yang masih menjadi andalan pada restoran ini
adalah fried chicken. Produk ini menggunakan bahan baku ayam potong dalam
bentuk segar dan beku. Bahan baku untuk produk ini diambil dari pemasok
Pemasok yang ditunjuk terbagi menjadi dua yaitu pemasok untuk produk
segar (fresh chicken) dan pemasok untuk produk beku (frozen chicken). Pemasok
untuk fresh chicken adalah PT Sierad Produce yang bertempat di Parung, Bogor
45
PT Wonokoyo
Jaya Superindo
PT Havi Store
Konsumen
Logistic McDonald‟s
Indonesia Keamang
PT Sierad
Produce
karena produk yang dikirim adalah fresh chicken yang harus segera diolah
menjadi produk jadi sesuai dengan pesanan dari McDonald‟s Kemang melalui PT
produk yang dikirim adalah frozen chicken. Perbedaan produk ini dimaksudkan
agar store memiliki cadangan apabila produk fresh chicken yang dikirim kurang
atau terlambat. Pada masing-masing aliran rantai pasok tersebut terdapat risiko
Pada gambar aliran rantai pasok diatas, terdapat hubungan tanda panah
dua arah ( ) yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan dua arah antar
tingkatan rantai pasok. Hubungan pertama yaitu hubungan antara pemasok dengan
pertama ini terdapat 3 macam aliran yang dikelola yaitu pertama aliran keuangan
mengenai invoice dan term pembayaran dari pemasok ke distribution center dan
46
McDonald‟s, kedua aliran material yaitu berupa bahan baku dan komponen yang
mendukung proses produksi, lalu ketiga aliran informasi yang memuat informasi
dan pemasok. Pada hubungan kedua ini juga terdapat 3 aliran informasi yaitu
center lalu disampaikan ke pemasok, kedua aliran material berupa retur produk
rusak, produk tidak sesuai pesanan baik dari segi jumlah maupun spesifikasi, dan
ketiga yaitu aliran informasi mengenai pesanan baik jumlah dan spesifikasi,
ramalan dan trend pasar. Hal ini sesuai dengan teori manajemen rantai pasok yang
Pada aliran rantai pasok, banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari
ketepatan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi produk dan ketepatan waktu
pengiriman barang. Hal tersebut tidak terlepas dari risiko yang akan menghambat
kerugian dari aliran rantai pasok tersebut atau disebut dengan titik kritis risiko
rantai pasok.
47
Titik kritis pada rantai pasok merupakan analisis kemungkinan masalah
yang dapat terjadi pada setiap aktivitas yang dilakukan dari masing-masing
tingkatan rantai pasok mulai dari pemasok, distribution center dan restoran itu
masalah atau risiko yang dapat terjadi dari aktivitas yang paling dominan atau
yang rutin dilakukan oleh masing-masing tingkatan rantai pasok yang meliputi
tulang ikan yang dapat menggambarkan titik-titik mana saja yang dapat
menimbulkan risiko, yaitu: (1) Budidaya dengan letak titik kritis pada masalah
kebersihan kandang, kesehatan unggas, pakan dan penyakit. (2) Distibusi dengan
letak titik kritis berada pada saat pengiriman, kesalahan pengangkutan, dan akses
jalan. (3) Transportasi dengan letak titik kritis berada pada alat transportasi yang
digunakan yaitu truk. (4) SDM dengan titik kritis terletak pada saat pemotongan
48
Gambar 7. Diagram Tulang Ikan Titik Kritis Risiko Rantai Pasok
Sumber : Data diolah sendiri
berpotensi menimbulkan risiko, yaitu: (1) Penyimpanan dengan titik kritis terletak
produk yang disimpan. (2) SDM dengan titik kritis terletak pada saat proses
pencatatan produk. (3) Pesanan dengan titik kritis terletak pada spesifikasi produk
yang dipesan, jumlah pesanan, dan kesesuaian invoice. (4) Pengriman dengan titik
kritis terletak pada saat pengiriman, akses jalan dan kesalahan pada saat
pengangkutan.
menimbulkan risiko, yaitu : (1) SDM dengan titik kritis terletak pada pelaksanaan
SOP, proses pengolahan dan pencatatan produk. (2) Persediaan dengan titik kritis
49
terletak pada metode persediaan, stock take dan spesifikasi. (3) Pengolahan
dengan titik kritis terletak pada kualitas produk, metode pengolahan, kebersihan
50
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis risiko, hal pertama yang harus dilakukan adalah menganalisis
kemungkinan risiko yang ditimbulkan dalam kegiatan usaha. Pada penelitian ini,
yang terjadi mulai dari pemasok, distribution center dan McDonald‟s Kemang.
analisis risiko. Penentuan pada risiko apa saja yang mungkin timbul, penulis
pendahuluan yang berisi identifikasi risiko yang mungkin terjadi berasarkan hasil
pengamatan atau observasi diawal dan titik kritis yang telah ditentukan
sebelumnya.
para pelaku dari aliran rantai pasok tersebut, maka diketahui bahwa terdapat
sembilan kejadian risiko pada tingkat pemasok, 10 kejadian risiko pada tingkat
DC, dan delapan kejadian risiko pada tingkat McDonald‟s. Tabel 3 menjelaskan
kejadian risiko yang mungkin timbul dari setiap tingkatan rantai pasok.
51
5.1.2 Identifikasi Penyebab Risiko
52
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan para
pelaku rantai pasok, maka diketahui terdapat 41 agen risiko dari semua area
dengan kode masing-masing. Satu agen risiko dapat memunculkan satu atau lebih
kejadian risiko dan sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh satu
atau lebih agen risiko. Tabel 4 menjelaskan penyebab risiko dari kejadian risiko
diagram pareto. Diagram pareto merupakan grafik yang mengurutkan data secara
menurun dari kiri ke kanan. Data yang penting berada di sebelah kiri dan yang
menurut sebab dan gejalanya. Masalah akan di diagramkan menurut prioritas atau
bentuk signifikan.
53
Tabel 4. Identifikasi Penyebab Risiko (Risk Agents)
Kode Penyebab Risiko
A1 Produksi pemasok bibit menurun
A2 Terdapat isu flu burung
A3 Pengiriman uang pada saat Bank offline
A4 Rekening Bank mengalami gangguan
A5 Retur produk sebelumnya belum diproses
A6 Bibit ayam kurang baik
A7 Pakan yang diberikan kurang baik
A8 Vaksin untuk ayam terlambat
A9 Truk pengangkut mogok dan atau mengalami ban pecah
A10 Truk pengangkut mengalami kecelakaan
A11 Terdapat perbaikan jalan
A12 Terjadi bencana alam
A13 Komposisi bumbu tidak tepat
A14 Terjadi kesalahan dalam peracikan (tidak sesuai resep)
A15 Jam kerja karyawan melebihi waktu yang ditentukan
A16 Kewalahan pada saat budidaya dan pendistribusian
A17 Terjadi kesalahan teknis pada saat pendistribusian
A18 Terjadi kesalahan pada invoice
A19 Terjadi kesalahan pada saat mengkomunikasikan pesanan dari bagian
pembelian ke bagian operasional pada Distribution Center
A20 Terjadi kesalahan komunikasi mengenai invoice antara Store dan DC serta
DC dan pemasok
A21 Tidak teliti dan hati-hati pada saat trucking
A22 Terjadi kesalahan dalam pencatatan barang masuk dan keluar pada DC
A23 Supir truk kurang teliti dalam mengecek produk yang akan dikirim
A24 Suhu truk tidak dikontrol secara berkala
A25 Driver tidak mengecek alat pendingin pada truk
A26 Kebersihan dan keamanan truk tidak dikontrol
A27 Terjadi kesalahan dalam pendistribusian ke store
A28 Tidak dilakukan pengukuran suhu pada produk frozen chicken oleh tim
penerima barang
A29 Pegawai tidak mengikuti Personal Hygine Practice pada saat menangani
produk yang akan dikirim
A30 Driver tidak mengikuti tata cara loading plan, dan mengikuti aturan
penempatan produk (produk makanan, marketing, dan operational supply
atau produk kering dan produk berupa cairan).
A31 Tidak dilakukan pengecekan suhu secara berkala pada gudang pendingin
A32 Terjadi kesalahan dalam pengisian QIP checklist oleh bagian Quality Control
A33 Keterlambatan bahan baku
A34 Jumlah produk yang dipesan tidak sesuai dengan invoice
A35 Terjadi kesalahan pada saat mengontrol bahan baku
A36 Pegawai tidak mengikuti SOP dalam mengolah dan memasak bahan baku
A37 Pegawai tidak hati-hati pada saat bongkar truk
A38 Terjadi kesalahan pada saat pencatatan barang masuk ke store oleh pegawai
A39 Terjadi kesalahan komunikasi antara pegawai gudang
A40 Terjadi kesalahan pencatatan tanggal masuk ayam tersebut
A41 Terjadi kesalahan komunikasi antara driver dari DC dan pegawai store
54
Tahap yang perlu dilakukan sebelum memetakan risiko dengan
perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) dari penyebab risiko yang muncul.
kejadian risiko terhadap proses bisnis perusahaan. Nilai severity ini menyatakan
seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko terhadap
tingkat dampak suatu risiko merupakan tingkatan skala 1-5 dengan kriteria (1)
berarti nilai kerugian tidak berarti, (2) nilai kerugian kecil, (3) nilai kerugian
sedang, (4) nilai kerugian besar dan sangat berpengaruh terhadap keuntungan
perusahaan, dan (5) nilai kerugian sangat besar dan bisa menyebabkan kehilangan
asset. Tabel 5 menggambarkan hasil rata-rata penilaian severity yang diambil dari
dan menyebabkan suatu risiko terjadi. Skala yang digunakan untuk menilai
55
kriteria (1) tingkat kemunculan sangat jarang, (2) tingkat kemunculan jarang, (3)
56
C. Penilaian Tingkat Peluang Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)
dan menyebabkan suatu risiko terjadi. Skala yang digunakan untuk menilai
kriteria (1) tingkat kemunculan sangat jarang, (2) tingkat kemunculan jarang, (3)
timbulnya suatu risiko, maka dikatakan terdapat korelasi. Nilai korelasi ini juga
dengan kejadian risiko maka ditandai dengan skala nilai yang besar. Bobot ini
risiko. Adapun skala yang digunakan adalah 9 (bila korelasi kuat), 3 (bila korelasi
57
Tabel 6. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko
Kode Penyebab Risiko O
A1 Produksi pemasok bibit menurun 3.75
A2 Terdapat isu flu burung 4
A3 Pengiriman uang pada saat Bank offline 1.7
A4 Rekening Bank mengalami gangguan 2.5
A5 Retur produk sebelumnya belum diproses 2.75
A6 Bibit ayam kurang baik 3.75
A7 Pakan yang diberikan kurang baik 4
A8 Vaksin untuk ayam terlambat 3.75
A9 Truk pengangkut mogok dan atau mengalami ban pecah 3.5
A10 Truk pengangkut mengalami kecelakaan 4
A11 Terdapat perbaikan jalan 3
A12 Terjadi bencana alam 3
A13 Komposisi bumbu tidak tepat 1.75
A14 Terjadi kesalahan dalam peracikan (tidak sesuai resep) 1.5
A15 Jam kerja karyawan melebihi waktu yang ditentukan 2.75
A16 Kewalahan pada saat budidaya dan pendistribusian 1.5
A17 Terjadi kesalahan teknis pada saat pendistribusian 3.75
A18 Terjadi kesalahan pada invoice 4
A19 Terjadi kesalahan pada saat mengkomunikasikan pesanan dari bagian 1.75
pembelian ke bagian operasional pada Distribution Center
A20 Terjadi kesalahan komunikasi mengenai invoice antara Store dan DC serta 2.25
DC dan pemasok
A21 Tidak teliti dan hati-hati pada saat trucking 3.25
A22 Terjadi kesalahan dalam pencatatan barang masuk dan keluar pada DC 4
A23 Supir truk kurang teliti dalam mengecek produk yang akan dikirim 1.75
A24 Suhu truk tidak dikontrol secara berkala 2
A25 Driver tidak mengecek alat pendingin pada truk 3
A26 Kebersihan dan keamanan truk tidak dikontrol 3.25
A27 Terjadi kesalahan dalam pendistribusian ke store 1.25
A28 Tidak dilakukan pengukuran suhu pada produk frozen chicken oleh tim 2.25
penerima barang
A29 Pegawai tidak mengikuti Personal Hygine Practice pada saat menangani 3.25
produk yang akan dikirim
A30 Driver tidak mengikuti tata cara loading plan, dan mengikuti aturan 3.25
penempatan produk (produk makanan, marketing, dan operational supply atau
produk kering dan produk berupa cairan).
A31 Tidak dilakukan pengecekan suhu secara berkala pada gudang pendingin 4
A32 Terjadi kesalahan dalam pengisian QIP checklist oleh bagian Quality Control 1.25
A33 Keterlambatan bahan baku 4
A34 Jumlah produk yang dipesan tidak sesuai dengan invoice 2.75
A35 Terjadi kesalahan pada saat mengontrol bahan baku 1.75
A36 Pegawai tidak mengikuti SOP dalam mengolah dan memasak bahan baku 4
A37 Pegawai tidak hati-hati pada saat bongkar truk 2.25
A38 Terjadi kesalahan pada saat pencatatan barang masuk ke store oleh pegawai 2.5
A39 Terjadi kesalahan komunikasi antara pegawai gudang 2.25
A40 Terjadi kesalahan pencatatan tanggal masuk ayam tersebut 4
A41 Terjadi kesalahan komunikasi antara driver dari DC dan pegawai store 1.25
58
Seluruh kejadian risiko dan penyebab risiko menjadi masukan ke dalam
tabel HOR fase 1. Nantinya akan dihitung nilai ARP (Aggregate Risk Potential)
dan diurutkan dari nilai ARP yang terbesar hingga terkecil. Pengurutan ini
dimitigasi. Tabel HOR fase 1 ini dibuat terpisah sesuai dengan aliran rantai pasok
yaitu pemasok, distribution center, dan McDonald‟s. Hal ini karena pada masing-
ARPj = OjiSiRij
Keterangan:
nilai tertinggi sampai terendah. Masukan dari tabel ini merupakan hasil dari
HOR fase 1, maka diketahui 5 agen risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat
ARP pada diagram pareto dimana 50% kejadian risiko pada tingkat pemasok
59
Penyebab risiko tersebut yaitu truk pengangkut mengalami kecelakaan
(A10) dengan nilai 594, produksi pemasok bibit menurun (A1) dengan nilai
407.81, terjadi bencana alam (A12) dengan nilai 260.25, bibit ayam kurang baik
(A6) dengan nilai 236.25, dan pakan yang diberikan kurang baik dengan nilai 233
(A7). Gambar 8 menunjukkan diagram peringkat nilai ARP pada tingkat pemasok
dari terbesar sampai terkecil. Kelima penyebab risiko inilah yang menjadi
700 120.00%
600 100.00%
500
80.00%
400
60.00% ARPj
300
% Kumulatif ARP
40.00%
200
100 20.00%
0 0.00%
A10
A2
A1
A12
A6
A7
A4
A16
A8
A11
A3
A4
A5
A15
A13
A14
Gambar 8. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Tingkat Pemasok
nilai tertinggi sampai terendah. Masukan dari tabel ini merupakan hasil dari
agen risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat distribution center. Kelima
60
penyebab risiko ini diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram
pareto dimana 50% kejadian risiko pada tingkat distribution center disebabkan
oleh 5 penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut yaitu, terjadi kesalahan teknis
pada saat pendistribusian (A17) dengan nilai 620.63, driver tidak mengikuti tata
cara loading plan (A30) dengan nilai 408.69, driver tidak mengecek alat
pendingin pada truk (A25) dengan nilai 404.78, terjadi kesalahan dalam
pencatatan barang masuk dan keluar pada DC (A22) dengan nilai 394, dan tidak
teliti dan hati-hati pada saat trucking (A21) dengan nilai 345.31. Peringkat nilai
ARP dari terbesar hingga terkecil ditunjukkan pada gambar 9 dibawah ini. Kelima
penyebab risiko inilah yang menjadi prioritas dalam menyusun strategi mitigasi.
700.00 120.00%
600.00 100.00%
500.00
80.00%
400.00
60.00% ARPj
300.00
% Kumulatif ARP
40.00%
200.00
100.00 20.00%
0.00 0.00%
A17 A25 A21 A26 A20 A18 A19 A29
Gambar 9. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Pada Tingkat
Distribution Center
61
nilai tertinggi sampai terendah. Masukan dari tabel ini merupakan hasil dari
Setelah dilakukan penginputan pada tabel HOR fase 1, maka diketahui tiga
agen risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat McDonald‟s. Kelima
penyebab risiko ini diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram
pareto dimana 50% kejadian risiko pada tingkat pemasok disebabkan oleh tiga
tanggal masuk ayam (A40) dengan nilai 373.5, keterlambatan bahan baku (A33)
dengan nilai 265, dan pegawai tidak mengikuti SOP dalam mengolah dan
memasak bahan baku (A36) dengan nilai 196.5. Peringkat nilai ARP dari agen
risiko pada tingkat McDonald‟s digambarkan pada Gambar 10. Kelima penyebab
400.0 120.00%
350.0
100.00%
300.0
80.00%
250.0
0.0 0.00%
A40 A33 A36 A35 A34 A37 A38 A39 A41
Gambar 10. Diagram Peringkat Nilai ARP dari Penyebab Risiko Pada Tingkat
McDonald‟s
62
Berdasarkan ketiga tabel HOR dari masing-masing tingkatan rantai pasok
diatas, terdapat bagian atap dari tabel tersebut. Hal ini menunjukkan terdapat
hubungan kuat positif (++) yang artinya apabila salah satu penyebab di mitigasi
maka penyebab yang lainnya akan secara otomatis bisa dicegah kemunculannya,
dan hubungan positif (+) yang berarti apabila salah satu penyebab di mitigasi
hubungan atau dapat dikatakan negatif yang artinya apabila salah satu penyebab
risiko di mitigasi maka penyebab yang lain tidak berpengaruh sama sekali atau
Pada pemetaan risiko, telah didapatkan beberapa penyebab risiko dengan nilai
ARP tertinggi. Penyebab risiko tersebut yang akan dimitigasi. Tahapan dalam
mitigasi risiko yaitu penentuan strategi mitigasi, setelah itu dilakukan pengukuran
ditentukan prioritas dari agen atau penyebab risiko. Dari agen atau penyebab
risiko tersebut, akan ditentukan strategi aksi mitigasi untuk mengeliminasi dan
63
diusulkan (gabungan dari tingkatan pemasok, distribution center dan McDonald‟s)
sebagai berikut:
kecelakaan, kesalahan loading plan, dan kualitas produk yang akan dikirim.
mereka merupakan asset perusahaan dalam bentuk sumber daya manusia yang
64
maka pemasok harus dapat menjaga kualitas produknya mulai dari bibit
sampai siap untuk dikirim. Terkadang, bibit yang berasal dari pemasok bibit
bibit. Maka, diperlukaan pemeriksaan rutin terhadap bibit dari pemasok untuk
ditentukan.
Untuk mencegah dari kekurangan nutrisi pada ayam potong yang ada
65
Pemasok sebaiknya memiliki pedoman mutu dalam pemenuhan
9) Menuliskan dengan jelas jadwal waktu dan tempat pendistribusian dan jadwal
penggunaan truk.
McDonald‟s.
produk yang dipesan dan sebagai bukti untuk McDonald‟s bahwa tidak terjadi
11) Instruksi kerja tata cara mengangkut produk dan loading plan
66
Koordinasi antar pegawai sangat dibutuhkan untuk dapat menjalankan
dan kesalahan dalam checklist bahan baku sangat sering terjadi sehingga
pencatatan dilakukan oleh 2 orang atau lebih maka dapat mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan tersebut.
kesalahan dalam pencatatan jumlah, spesifikasi dan tanggal masuk dan keluar
overstock (kekurangan atau kelebihan produk). Untuk mencegah hal ini terjadi
67
Komunikasi antar tingkataan rantai pasokan sangat dibutuhkan untuk
17) Diberlakukan sanksi yang tegas bagi pegawai yang melalaikan SOP
Sanksi yang tegas ini diberlakukan untuk memberikan efek jera bagi
karyawan yang tidak mengikuti prosedur dan tata cara pengolahan produk di
kesalahan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang sangat
dengan penyebab risiko yang akan ditangani. Selain itu, dinilai juga tingkat
kesulitan (Dk) dari setiap aksi mitigasi yang telah ditetapkan. Tujuan dari
penilaian ini adalah untuk melihat seberapa berpengaruh strategi mitigasi tersebut
terhadap penyebab risiko yang muncul dan seberapa sulit aksi mitigasi tersebut
68
Tabel 7. Penilaian Tingkat Kesulitan (Dk) Strategi Mitigasi Rata-rata
Pada tahap ini dilakukan perhitungan total efektifitas dari dan tingkat
kesulitan dari setiap aksi mitigasi yang diusulkan. Perhitungan total efektifitas
bertujuan untuk menilai kefektifan aksi mitigasi. Berikut rumus perhitungan total
69
TEk = j ARPj Ejk k
Keterangan:
Ejk = Hubungan antara tiap aksi mitigasi dengan tiap agen risiko
ini bertujuan untuk membantu dalam menentukan ranking prioritas dari semua
sebagai berikut:
𝑻𝑬𝒌
ETDk = 𝑫𝒌
Keterangan:
penyebab risiko hingga nilai ETD akan menjadi input dari HOR fase 2.
Penginputan tabel HOR fase 2 dibagi berdasarkan tingkatan rantai pasok, yaitu
pada tingkat pemasok, tingkat distribution center dan tingkat McDonald‟s. Pada
70
tabel HOR fase 2, dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai ETD, didapatkan ranking
untuk strategi mitigasi. Ranking ini berfungsi untuk menunjukkan strategi mana
penyebab risiko serta TEk dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat
dijadikan masukan untuk tabel HOR fase 2. Tabel 8 merupakan tabel HOR fase 2
Pada tingkat pemasok, urutan strategi yang dapat diterapkan dimulai dari
(1) memeriksa truk pengangkut sebelum truk mengirim produk, (2) pemeriksaan
kesehatan untuk pegawai, (3) maintenance rutin untuk truk pengangkut, (4)
dibutuhkan dengan jelas, (6) membuat pakan sendiri, (7) memesan bibit lebih
Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat beberapa
hubungan kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi berhubungan kuat
positif maka perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi dari keduanya
tersebut, dan terdapat beberapa hubungan positif yang artinya apabila dua aksi
mitigasi berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan antara dua
aksi mitigasi yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa aksi mitigasi yang
tidak berhubungan yang artinya kedua aksi mitigasi tersebut harus dijalankan
keduanya.
71
Tabel 8. Tabel House of Risk Fase 2 Tingkat Pemasok
Keterangan :
++ : Kuat positif
+ : Positif
+
+ ++
+ + ++
594
Truk pengangkut mengalami kecelakaan 9 9 7.5 4.5
407.81
Produksi supplier bibit menurun 4.5 7.5 1.5 8 4.5
260.25
Terjadi bencana alam 1.7 9 9 9
236.25
Bibit ayam kurang baik 4.5 9 9
233
Pakan yang dberikan kurang baik 3 9 1.5
Total effectiveness of action k
(TEk) 5779.8 7688 6797.25 2898.28 3058.59 5015.3 2737.97 2097 4310.91
Degree of difficulty performing
action k 3 3 3.5 4.5 4.5 3 5 3 3
Effectiveness to difficulty ratio
1926.6 2562.8 1942.1 644.1 679.7 1671.8 547.6 699 1437
Rank of Priority
3 1 2 8 7 4 9 6 5
penyebab risiko serta TEk dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat
72
dijadikan masukan untuk tabel HOR fase 2. Tabel 9 merupakan tabel HOR fase 2
mulai dari (1) melakukan pengecekan produk secara berulang-ulang, (2) jadwal
waktu dan tempat pendistribusian ditulis dengan jelas, (3) jadwal penggunaan truk
ditulis dengan jelas, (4) pengecekan truk dilakukan sebelum dan sesudah
mengirim barang, (5) Instruksi kerja tata cara mengangkut dan mengirim barang
ditulis dengan jelas, (6) pengecekan truk dilakukan secara rutin, (7) meningkatkan
pada saat mengirim barang, (9) pemeriksaan kesehatan untuk pegawai, dan (10)
pencatatan pada produk dilakukan oleh 2 orang agar bisa mengkoreksi apabila
terjadi kesalahan.
Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat beberapa
hubungan kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi berhubungan kuat
positif maka perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi dari keduanya
tersebut, dan terdapat beberapa hubungan positif yang artinya apabila dua aksi
mitigasi berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan antara dua
aksi mitigasi yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa aksi mitigasi yang
tidak berhubungan yang artinya kedua aksi mitigasi tersebut harus dijalankan
keduanya.
penyebab risiko serta TEk dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat
73
dijadikan masukan untuk tabel HOR fase 2. Tabel 10 merupakan tabel HOR fase
Pada tingkat McDonald‟s, urutan strategi yang dapat diterapkan mulai dari
74
pencatatan pada produk dilakukan oleh 2 orang, (5) terdapat instruksi kerja yang
kedatangan produk, dan (7) diberlakukan sanksi yang tegas untuk pegawai yang
Pencatatan pada produk dilakukan oleh 2 orang agar bisa mengkoreksi apabila terjadi kesalahan
Tabel 10. Tabel House of Risk Fase 2 Tingkat McDonald‟s
Keterangan : ++
Diberlakukan sanksi yang tegas untuk pegawai yang tidak mengikuti SOP
++ : Kuat positif
+ : Positif ++
+
Aggregate Risk
Potential (ARPj)
Risk Agents
373.5
9
Terjadi kesalahan pencatatan tanggal masuk ayam 6
tersebut 7.5
265
Keterlambatan bahan baku 7.5 9 4.5
196.5
Pegawai tidak mengikuti SOP dalam mengolah 2
dan memasak bahan baku 9 9
Total effectiveness of action k
(TEk) 5742 2241 2801.25 2385 1192.5 1768.5 1768.5
Degree of difficulty performing
action k 3 3.5 3.75 3 3 5 3
Effectiveness to difficulty ratio
1914 640.3 747 795 397.5 353.7 589.5
Rank of Priority
1 4 3 2 6 7 5
Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat beberapa
hubungan kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi berhubungan kuat
75
positif maka perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi dari keduanya
tersebut, dan terdapat beberapa hubungan positif yang artinya apabila dua aksi
mitigasi berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan antara dua
aksi mitigasi yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa aksi mitigasi yang
tidak berhubungan yang artinya kedua aksi mitigasi tersebut harus dijalankan
keduanya.
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian mitigasi risiko rantai
pasok ayam potong pada restoran cepat saji McDonald‟s ini, yaitu sebagai berikut:
tingkat pemasok, 10 risiko pada tingkat distribution center, dan delapan risiko
terdapat lima agen risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat pemasok
yaitu: (1) truk pengangkut mengalami kecelakaan, (2) produksi pemasok bibit
menurun, (3) terjadi bencana alam, (4) bibit ayam kurang baik (A6), dan (5)
pakan yang diberikan kurang baik. Pada tingkat distribution center terdapat 5
agen risiko dengan nilai ARP tertinggi yaitu: (1) terjadi kesalahan teknis pada
saat pendistribusian, (2) driver tidak mengikuti tata cara loading plan, (3)
driver tidak mengecek alat pendingin pada truk, (4) terjadi kesalahan dalam
pencatatan barang masuk dan keluar pada DC, dan (5) tidak teliti dan hati-hati
pada saat trucking. Sedangkan, pada tingkat McDonald‟s, terdapat tiga agen
77
risiko dengan nilai ARP tertinggi yaitu: (1) terjadi kesalahan pencatatan
tanggal masuk ayam, (2) keterlambatan bahan baku, dan (3) pegawai tidak
3. Berdasarkan tabel HOR fase 2, didapatkan urutan prioritas dari aksi mitigasi,
yaitu:
jelas, (6) membuat pakan sendiri, (7) memesan bibit lebih banyak dari
dengan jelas, (3) jadwal penggunaan truk ditulis dengan jelas, (4)
Instruksi kerja tata cara mengangkut dan mengirim barang ditulis dengan
pegawai, dan (10) pencatatan pada produk dilakukan oleh dua orang agar
78
c. Pada tingkat McDonald‟s: (1) meningkatkan koordinasi antar pegawai, (2)
oleh dua orang, (5) terdapat instruksi kerja yang jelas dalam mengolah
dan (7) diberlakukan sanksi yang tegas untuk pegawai yang tidak
mengikuti SOP.
6.2 Saran
yang meliputi alat transportasi yang digunakan baik oleh pemasok maupun
bahan baku.
79
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Harumi. Analisis Risiko Rantai Pasok Kakao di Indonesia dengan Metode
Analytic Network Process dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi.
Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Diakses tanggal 26 Mei 2014 pkl. 13.00 dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/64452/H13hai1.pdf
. 2013
Badan Pusat Statistik (BPS). Survei Sosial Ekonomi Nasional, Pengeluaran untuk
Konsumsi Penduduk Indonesia tahun 1993 sampai dengan tahun 2012.
Diakses pada 25 Mei 2014 pkl. 20.00 dari http://bps.go.id/susenas
Millaty, Shabrina Dhiya. dkk. Analisis Risiko Pada Rantai pasok Pembuatan
Filter Rokok (Studi Kasus: PT. Filtrona Indonesia, Surabaya). Student
Journal Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya, Malang. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2014 pkl. 19.00 dari
http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article. 2014
80
Purwandono, Dewi Kurniasari. Aplikasi Model House Of Risk (HOR) Untuk
Mitigasi Risiko Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol – Pasuruan.
Tesis Magister Manajemen Pembangunan; Institut Sepuluh Nopember
Surabaya. Diakses pada tanggal 27 Mei 2015 dari
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-9853-Paper.pdf. 2010
Pujawan, I Nyoman. House Of Risk: A Model for Proactive Supply Chain Risk
Management. Bussiness Process Management Journal. Vol. 15 No. 6
p953-967. Surabaya: ITS e-journal. 2009
Purnadi, R. Cepat Saji Eksis di Ibukota. Diakses tanggal 26 Mei 2014 pkl. 14.30
dari www.swa.co.id. 2009
Wastra, Akhmad Riyadi dan Mahbubi, Akhmad. Risiko Agribisnis. Ciputat: UIN
Jakarta Press. 2013
81
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
(Untuk pemasok)
Kuisioner ini disusun dalam rangka penelitian untuk mengetahui apa saja
risiko yang ada dalam proses rantai pasokan ayam potong mulai dari pemasok,
Adapun tujuan dari kuisioner ini adalah sebagai alat untuk memperoleh
data yang akurat dalam penyusunan laporan penelitian untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1. Oleh karena itu, mohon kiranya
Hormat Saya
Penyusun
82
Lampiran 1. Lanjutan
Biodata Responden
Nama :
Jabatan :
Alamat :
No. Telp :
Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada saat
budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1 sampai
5 pada setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :
83
Lampiran 1. Lanjutan
Dibawah ini tercantum penyebab risiko dari setiap kejadian risiko yang
terjadi pada saat budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan
penilaian 1 sampai 5 pada setiap penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut :
84
Lampiran 1. Lanjutan
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
Keterangan :
85
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
Kuisioner ini disusun dalam rangka penelitian untuk mengetahui apa saja
risiko yang ada dalam proses rantai pasokan ayam potong mulai dari supplier,
Adapun tujuan dari kuisioner ini adalah sebagai alat untuk memperoleh
data yang akurat dalam penyusunan laporan penelitian untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1. Oleh karena itu, mohon kiranya
Hormat Saya
Penyusun
86
Lampiran 2. Lanjutan
Biodata Responden
Nama :
Jabatan :
Alamat :
No. Telp :
Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada saat
budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian pada
setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :
87
1.2 Penilaian Kejadian Risiko
Dibawah ini tercantum penyebab risiko dari setiap kejadian risiko yang
terjadi pada saat budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan
penilaian pada setiap penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut :
88
Lampiran 2. Lanjutan
Dibawah ini tercantum kode untuk kejadian risiko dikolom sebelah kiri
dan kode agen risiko di baris paling atas. Bapak/Ibu diminta untuk
menentukan nilai dari hubungan korelasi antara kejadian risiko dan agen
penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut :
1. 0 menunjukkan tidak adanya korelasi antara agen dan kejadian risiko
2. 9 menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara agen dan kejadian risiko,
berarti bahwa agen risiko berperan besar dalam memunculkan kejadian
risiko
3. 3 menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara agen dan kejadian
risiko, berarti bahwa agen risiko berperan sedang dalam memunculkan
kejadian risiko
4. 1 menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara agen dan kejadian
risiko, berarti bahwa agen risiko berperan kecil dalam memunculkan
kejadian risiko.
Tabel 3. Identifikasi hubungan antara kejadian risiko dan agen penyebab risiko
K A A A A A A A A A A A A A A A A
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
E10
E11
E12
E13
E14
E15
E16
E17
E18
E19
Keterangan :
89
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian
(Untuk McDonald’s)
Kuisioner ini disusun dalam rangka penelitian untuk mengetahui apa saja
risiko yang ada dalam proses rantai pasokan ayam potong mulai dari supplier,
Adapun tujuan dari kuisioner ini adalah sebagai alat untuk memperoleh
data yang akurat dalam penyusunan laporan penelitian untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1. Oleh karena itu, mohon kiranya
Hormat Saya
Penyusun
90
Lampiran 3. Lanjutan
Biodata Responden
Nama :
Jabatan :
Alamat :
No. Telp :
Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada saat
budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1 sampai
5 pada setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :
91
Lampiran 3. Lanjutan
Dibawah ini tercantum penyebab risiko dari setiap kejadian risiko yang
terjadi pada saat budidaya ayam potong. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan
penilaian 1 sampai 5 pada setiap penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut :
92
Lampiran 3. Lanjutan
Dibawah ini tercantum kode untuk kejadian risiko dikolom sebelah kiri
dan kode agen risiko di baris paling atas. Bapak/Ibu diminta untuk
menentukan nilai (0,1,3,9) dari hubungan korelasi antara kejadian risiko dan
agen penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut :
1. 0 menunjukkan tidak adanya korelasi antara agen dan kejadian risiko
2. 9 menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara agen dan kejadian risiko,
berarti bahwa agen risiko berperan besar dalam memunculkan kejadian
risiko
3. 3 menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara agen dan kejadian
risiko, berarti bahwa agen risiko berperan sedang dalam memunculkan
kejadian risiko
4. 1 menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara agen dan kejadian
risiko, berarti bahwa agen risiko berperan kecil dalam memunculkan
kejadian risiko.
Tabel 3. Identifikasi hubungan antara kejadian risiko dan agen penyebab risiko
K A A A A A A A A A
33 34 35 36 37 38 39 40 41
E19
E20
E21
E22
E23
E24
E25
E26
Keterangan
93
Lampiran 4. Kuisioner Penelitian 2
Pemasok
Hormat Saya
Penyusun
94
Lampiran 4. Lanjutan
95
Lampiran 4. Lanjutan
Dibawah ini tercantum kode dengan strategi mitigasi risiko yang telah
ditentukan sebelumnya. Bapak/Ibu diminta untuk menentukan nilai tingkat
kesulitan aksi mitigasi untuk dijalankan dengan kriteria sebagai berikut:
Dibawah ini tercantum kode untuk penyebab risiko dikolom sebelah kiri
dan kode mitigasi risiko di baris paling atas. Bapak/Ibu diminta untuk menentukan
nilai dari hubungan korelasi antara kejadian risiko dan Penyebab penyebab risiko
dengan kriteria sebagai berikut :
1. 0 menunjukkan tidak adanya korelasi antara penyebab dan kejadian
risiko
2. 9 menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara penyebab dan kejadian
risiko, berarti bahwa penyebab risiko berperan besar dalam memunculkan
kejadian risiko
96
3. 3 menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara penyebab dan
kejadian risiko, berarti bahwa penyebab risiko berperan sedang dalam
memunculkan kejadian risiko
4. 1 menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara penyebab dan kejadian
risiko, berarti bahwa penyebab risiko berperan kecil dalam menunjukkan
kejadian risiko
Kode PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9
A10
A10
A12
A6
A7
Keterangan :
97
Lampiran 5. Kuisioner Penelitian 2
Distribution Center
Hormat Saya
Penyusun
98
Lampiran 5. Lanjutan
99
Lampiran 5. Lanjutan
Kode PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10
A17
A30
A25
A22
A21
Keterangan :
100
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian 2
McDonald’s
Hormat Saya
Penyusun
101
Lampiran 6. Lanjutan
Meningkatkan ketersediaan
PA4 produk (stategic stock)
Mengkonfirmasi dengan DC
PA5 tentang kedatangan produk
102
Lampiran 6. Lanjutan
A40
A33
A26
Keterangan :
103
Tabel 3. House of Risk Fase 1 Tingkat Pemasok
Keterangan : ++
++ : Kuat positif
+ : Positif
++ ++
+
++ ++
++ ++
++
+
Event
Keterangan :
++ : Kuat p ositif
+ : Positif
++ ++
++ + +
++ ++ + +
++ ++ ++ + +
++ ++ ++ ++ ++ + ++
++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
+ ++ + ++ + + + + + ++ + +
Kesalahan pencatatan
Kesalahan distribusi
Ris k Eve nts
Occurrence of Agent 3.75 4 1.75 2.25 3.25 4 1.75 2 3 3.25 1.25 2.25 3.25 3.25 4 1.25
Aggregate Risk Potential 620.63 156 131.03 203.906 345.31 394 137.7 221.7 404.78 332.15 99.38 169.93 73.53 408.69 340.5 53.44
++
Keterangan :
++ : Kuat positif
+ : Positif ++ ++
+
++ ++
++ ++
++
+
+ + + +