Anda di halaman 1dari 116

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN

DOMBA DAN KAMBING DI CV LUMBUNG BHUMI


KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Muchamad Ario Nugroho


1111092000052

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN
DOMBA DAN KAMBING DI CV LUMBUNG BHUMI
KABUPATEN BOGOR

Muchamad Ario Nugroho


1111092000052

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438 H
SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2017

Muchamad Ario Nugroho


NIM. 1111092000052
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Muchamad Ario Nugroho
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Agustus 1993/ 4 Rabbi’ul Awwal 1414
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Bahagia 6, no.21 RT 03 RW 02, Tangerang.
Kel. Kreo selatan, Kec. Larangan 15156
Telepon : 08388 9747 58
e-mail : arionugroho1471@mhs.uinjkt.ac.id
arionugroho1471@gmail.com
Pendidikan
Formal
1999 – 2005 : SD Islam Annajah
2005 – 2008 : SMP Negeri 110 Jakarta
2008 – 2011 : SMK Negeri 6 Jakarta (Jurusan Multimedia)
2011 – 2017 : Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Non Formal
2008 – 2011 : Kursus Desain Grafis
Pengalaman Organisasi
2012-2013 : Staff Divisi Kesenian dan Kreativitas,

Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)

Fakultas Sains dan Teknologi

2013 – 2014 : Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis,

Fakultas Sains dan Teknologi.

2013 – 2015 : Staff Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi

Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Prospek Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Di CV

Lumbung Bhumi Kabupaten Bogor”. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, beserta keluarga dan sahabat-Nya

yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang baik dan benar.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Agribisnis pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini,

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak

yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi penulis, yaitu kepada:

1. Ibu Siti Musyarofah dan Alm. Muchamad Djupri yang telah mencurahkan

cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moril

maupun materil, nasihat yang tak ternilai, serta doa yang tak pernah putus

bagi penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dan semoga

selalu diberikan berkah kesehatan, kasih sayang, perlindungan untuk mama

dan untuk papa semoga dilapangkan kubur serta diampuni dosa-dosanya oleh

Allah SWT. Aaamiin.


2. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si, selaku dosen pembimbing I atas waktu, tenaga,

bimbingan, saran, dan motivasi yang konstruktif dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk ibu. Aaamiin.

3. Bapak Ir. Junaidi M,Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, saran,

motivasi, waktu, tenaga, dan pemikiran hingga selesainya skripsi ini. Semoga

Allah selalu memberikan keberkahan untuk Bapak. Aaamiin.

4. Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP., MM selaku dosen penguji I atas waktu

yang telah dicurahkan dan masukan yang positif dalam rangka

penyempurnaan skripsi bagi penulis. Semoga Allah selalu memberikan

keberkahan untuk bapak. Aamiin.

5. Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penguji II atas waktu yang telah

dicurahkan, masukan positif dalam rangka penyempurnaan skripsi ini dan

motivasi yang konstruktif bagi penulis. Semoga Allah selalu memberikan

keberkahan untuk bapak. Aamiin.

6. Kakak- kakak ku tercinta yaitu Anggita Rachmawati Waluyaningsih dan

Taufik Saban. M, Angga Dwi Jayanti dan Ahmad Zaki, serta Anggun

Setiawati semoga kalian diberi keberkahan umur, dilimpahkan rezeki, sehat

selalu dan diberikan hidayah agar terus menjadi lebih baik sehingga kita dapat

berkumpul kembali di surga-Nya. Aaamiin

7. Mas M. Bayu Indra selaku pemilik CV Lumbung yang telah bersedia lokasi

usahanya dijadikan sebagai tempat penelitian, terimakasih telah membantu

penulis memperoleh pengalaman serta pengetahuan lebih mengenai usaha

penggemukan domba dan kambing. Semoga Allah selalu memberikan

keberkahan untuk mas bayu dan usahanya. Aaamiin.

vi
8. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan

Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin M,Si selaku, selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Semoga bapak senantiasa dalam perlindungan Allah

SWT dan selalu dimudahkan segala urusannya. Aamiin.

9. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Geng Himpunan Mahasiswa Sukses (HMS) Mas Fajar, Ewet, dan Elbay.

Ternyata gua kalah cepet lulusnya fiuuuuh. Semoga Allah SWT menjaga dan

mempertemukan kita lagi di waktu dan tempat yang lebih baik dari sekarang

ini. Aaamiin

11. Geng Ala-ala Bang heru (2006) dan Bang Imay (2008) senior panutanque

yang selalu siap sedia mentraktir dan memberikan dukungan dan semangat

untuk dapat menyelesaikan skripsi. Semoga abang-abang di berkahkan

umurnya, di limpahkan rezekinya dan dilancarkaan jodohnya. Aaamiin.

Khusus bang heru semoga bisa segera lepas dari jeratan RIBA. Aaaamiin

12. Geng cabe-cabean syar’i koi, yulisa, acip, dwina, bella, dini, citra, indira, aya,

makdari, dan lain lain, semoga kalian segera dipertemukan dengan jodohnya.

Aaamiin.

13. Geng Ibadah Istiqomah odit, esa, bhisma, dimas, iqbal, syahrur, dan acid.

Semoga kita dapat terus tetap istiqomah mengerjakan amal ibadah yang wajib

serta memegang sunnah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Sampai bertemu di Surga

Firdaus yaa akhi.

vii
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa

mengurangi rasa hormat. Jazakumullah Khoyron Katsiron Semoga Allah ‫ﷻ‬

membalas Segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan

datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Jakarta, Juli 2017

Muchamad Ario Nugroho


1111092000052

viii
RINGKASAN

Muchamad Ario Nugroho. 1111092000052. Prospek Pengembangan Usaha


Penggemukan Domba dan Kambing Di CV Lumbung Bhumi Kabupaten Bogor
(Dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Junaidi)

Subsektor peternakan mengalami peningkatan pendapatan pada setiap


tahunnya. Hal ini membuktikan subsektor peternakan memiliki kontribusi dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto di Indonesia. Peran penting dari subsektor
peternakan dapat dilihat dari besarnya angka kontribusi terhadap sektor pertanian
secara umum yang mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2014 sebesar
0,56%. CV Lumbung Bhumi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
pada usaha penggemukan ternak domba dan kambing yang dibentuk pada bulan
April 2015 dan berlokasi di kampung Cileungsi Ciawi – Bogor.
Risiko usaha pada kegiatan penggemukan domba dan kambing seperti
kesehatan hingga kematian juga memungkinkan terjadi apabila pemeliharaannya
tidak tepat. Untuk mengurangi risiko tersebut perlu perhitungan yang tepat agar
dana yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. CV Lumbung Bhumi
juga terkadang mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, dimana bobot domba
atau kambing yang lebih besar akan lebih sulit terjual dipasaran. Tujuan dari
penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan usaha finansial penggemukan
domba dan kambing CV Lumbung Bhumi 2) Menganalisis tingkat sensitivitas
dari usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi apabila terjadi
kenaikan harga bakalan.
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan November –
Desember 2016, di CV Lumbung Bhumi yang terletak di Kampung Cileungsi, Jl.
Veteran Raya III, Tapos Ciawi Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja
(purposive). Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung. Data
sekunder berasal dari studi literature. Data dan informasi yang telah dikumpulkan
dianalisis secara kuantitatif yang diolah dengan Microsoft Excel 2010. Analisis
kuantitatif dilakukan untuk menilai kelayakan usaha. Penilaian kelayakan usaha
dilakukan dengan melakukan perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR, PP, dan BEP.
Selain itu, dilakukan juga analisis sensitivitas dan switching value untuk menilai
tingkat kepekaan atau toleransi kelayakan usaha terhadap perubahan kenaikan
biaya harga bakalan domba dan kambing.
Hasil penelitian ini yaitu: 1) Hasil analisis kelayakan finansial usaha dapat
disimpulkan bahwa usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung
Bhumi layak untuk dijalankan dan memiliki prospek untuk dikembangkan
kedepannya. 2) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, perubahan total biaya harga
bakalan mengalami kenaikan sebesar 2%, 5%, dan 9% masih memberikan
keuntungan bagi usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi.
Apabila harga bakalan mengalami peningkatan sebesar 39.95078% maka usaha
penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi menjadi tidak layak.

Kata kunci: Penggemukan, Pendapatan, Kelayakan Finansial, Usaha ternak,


Pengembangan Usaha.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v


RINGKASAN ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1 Penggemukan Domba dan Kambing ........................................................... 7
2.2 Investasi ....................................................................................................... 8
2.3 Studi Kelayakan Usaha ............................................................................... 9
2.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha ....................................................... 11
2.5 Analisis Sensitivitas dan Switching Value ................................................ 22
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 28
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 28
3.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 28
3.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 29
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 30
3.4.1 Analisis Kelayakan Finansial.............................................................. 30
3.4.2 Analisis Sensitivitas dan Switching Value .......................................... 34
3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 35
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 36
4.1 Profil Desa Cileungsi ................................................................................ 36
4.2 Profil CV Lumbung Bhumi ....................................................................... 37
4.3 Legalitas Usaha ......................................................................................... 40
4.4 Potensi Pasar dan Bauran Pemasaran ........................................................ 40
4.5 Teknis Usaha ............................................................................................. 45
4.6 Struktur Organisasi .................................................................................... 58
4.7 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .......................................................... 61
4.8 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................................................... 62
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 64
5.1 Aspek Finansial ......................................................................................... 64
5.1.1 Arus Penerimaan ................................................................................. 65
5.1.2 Arus Pengeluaran ................................................................................ 66
5.2 Kriteria Kelayakan Investasi ..................................................................... 79
5.2.1 Tingkat Sensitivitas Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Di
CV Lumbung Bhumi .......................................................................... 82
5.2.2 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan ......................... 82
5.2.3 Hasil Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) .............................. 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 86
6.1 Kesimpulan................................................................................................ 86
6.2 Saran .......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .................................................... 27
2. Layout Kandang CV. Lumbung Bhumi ............................................................ 48
3. Struktur Organisasi CV. Lumbung Bhumi........................................................ 59
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. PDB Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2010-2014 (Miliar Rupiah) ... 1
2. Data Konsumsi Daging Tahun 2012 - 2014 ........................................................ 3
3. Suku Bunga Kredit Bank Umum Kabupaten Bogor Tahun 2011 – 2015 ......... 32
4.Tingkat Inflasi Tahun 2011 – 2015 .................................................................... 34
5. Impor Daging Domba dan Kambing Tahun 2012 – 2015................................. 40
6. Harga Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi (Januari 2017) .................. 43
7.Total Arus Penerimaan CV Lumbung Bhumi .................................................... 65
8. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung
Bhumi ............................................................................................................... 67
9. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung
Bhumi ............................................................................................................... 73
10.Hasil Analisis Kelayakan Finansial ................................................................. 80
11.Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan....................................... 83
12.Hasil Analisis Nilai Pengganti Switching Value 39.95078% .......................... 85
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Kuisioner Penelitian ......................................................................................... 88
2. Data Produksi dan Penerimaan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing
CV Lumbung Bhumi ....................................................................................... 91
3. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung
Bhumi ............................................................................................................... 92
4. Biaya Reinvestasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung
Bhumi ............................................................................................................... 93
5. Arus Kas (Cashflow) Usaha Penggemukan Domba dan Kambing .................. 94
6.Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing ..................... 96
7. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba dan Kambing 2% ...... 97
8. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba dan Kambing 5% ...... 98
9. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba dan Kambing 9% ...... 99
10. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Bakalan Domba dan Kambing
39,95078% .................................................................................................... 100
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu subsektor yang berperan penting dalam rangka mensukseskan

ketahanan pangan adalah bidang peternakan. Dalam perekonomian Indonesia,

kontribusi subsektor peternakan sendiri memiliki peran dalam pembentukan

Produk Domestik Bruto Indonesia lebih dari 12 persen per tahunnya.

Tabel 1. PDB Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2010-2014 (Miliar Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2010 2012 2014
1 Pertanian Umum 304.777.1 328 279.7 350 722.2
A. Peternakan 38 214.4 41 918.6 45 960.1
Kontribusi (%) 12.54 12.77 13.10
B. Subsektor Pertanian Lainnya 266 562.7 286 361.1 304 762.1
Kontribusi (%) 87.46 87.23 86.90
2 Sektor Ekonomi Lainnya 2 009 681.7 2 290 652.3 2 558 459.3
Total PDB 2 314 458.8 2 618 932.0 2 909 181.5
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa subsektor peternakan mengalami

peningkatan pendapatan pada setiap tahunnya. Hal ini membuktikan subsektor

peternakan memiliki kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di

Indonesia. Peran penting dari subsektor peternakan dapat dilihat dari besarnya

angka kontribusi terhadap sektor pertanian secara umum yang mengalami

peningkatan dari tahun 2010 – 2014 sebesar 0,56%.

Kambing dan domba merupakan hewan ternak kecil yang memiliki

banyak kegunaan dan manfaat, selain dapat menghasilkan daging untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat, maka produk lainnya juga

bisa dimanfaatkan sesuai dengan komoditas yang dihasilkan oleh ternak tersebut

(Winarso, 2009: 1). Menurut data BPS tahun 2010 menyebutkan bahwa dari 237,6
jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 87% atau sekitar 207, 2 juta jiwa

penduduknya beragama Islam. Dalam agama Islam kewajiban bagi seorang

muslim yang mampu untuk berqurban sangat ditekankan, seperti dalam sebuah

hadits riwayat Ahmad (2/231), Ibnu Majah (2/104), Al-Hakim (4/231-232) dari

Abu Hurairah Ra, Beliau berkata, “Barangsiapa yang memiliki kelapangan hidup,

dan dia tidak berkurban, maka jangan dia mendekati tempat shalat kami.’”.

Dalam Islam seorang muslim boleh berqurban dengan kambing atau domba selain

dari sapi.

Adapun anjuran lain dalam Islam yang mewajibkan bagi setiap muslim

untuk melaksanakan aqiqah dengan domba atau kambing seperti dalam hadits

riwayat At- Tirmidzi (4/96), Dari Aisyah Ra “Bahwasanya Rasulallah ‫ﷺ‬

menyuruh mereka agar dilakukan aqiqah untuk bayi laki-laki dengan dua ekor

kambing yang sepadan dan untuk bayi perempuan dengan seekor kambing.” hal

ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran seseorang ke dunia

dengan cara menyembelih 2 ekor kambing atau domba untuk anak laki-laki, dan 1

ekor kambing atau domba untuk anak perempuan. Berdasarkan kedua ritual

keagamaan tersebut dapat dilihat, bahwa kambing ataupun domba telah memiliki

pangsa pasar besar yang sangat potensial.

Sistem peternakan kambing dan domba di Indonesia ada dua macam, yaitu

pembibitan dan penggemukan. Pembibitan (breeding) merupakan suatu sistem

peternakan yang hasil akhirnya bertujuan untuk menghasilkan dan memproduksi

anakan atau bakalan. Sementara itu penggemukan (fattening) merupakan sistem

2
peternakan yang dilakukan dalam suatu periode tertentu untuk meningkatkan

bobot ternak hingga akhirnya siap dijual (Hardiansah, 2012: 142).

Usaha penggemukan merupakan usaha peternakan yang penerapannya

cukup sederhana namun menjanjikan. Penggemukan dilakukan agar peningkatan

berat badan hariannya bisa lebih tinggi, terutama bertujuan untuk menghasilkan

ternak potong. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) yang tinggi dapat

mempersingkat waktu pemeliharaan dan lebih cepat mencapai bobot badan siap

potong, meningkatkan mutu daging serta memberikan kesempatan kerja bagi para

petani di pedesaan (Mayang, 2012:1).

Tabel 2. Data Konsumsi Daging Tahun 2012 - 2014


Tahun
Uraian
2012 2014 2016
Σ Penduduk (Juta Jiwa) 245,4 252,2 258,7
Produksi Daging (Ribu Ton) 2,668,8 2,925,2 3,175,2
Konsumsi/ kapita/ thn (kg) 10.88 11.60 12.27
Unggas (kg) 7.08 7.69 8.16
Sapi (kg) 2.07 1.97 2.03
Domba dan Kambing (kg) 0.45 0.43 0.44
Kerbau (kg) 0.15 0.14 0.14
dan lain-lain (kg) 1.13 1.37 1.50
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dirjen PKH Kementan diolah

Konsumsi daging domba dan kambing di Indonesia masih sangat rendah.

Berdasarkan tabel 2, jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat berturut-turut

dari tahun 2012 – 2016 sebesar 245,4 juta jiwa, 252,2 juta jiwa, dan 258,7 juta

jiwa. Selanjutnya dapat diuraikan lebih jauh bahwa angka produksi daging dari

tahun 2012 – 2016 secara nasional berturut-turut mencapai 2,668 juta ton, 2,925

ribu ton, dan 3,175 juta ton dengan rata-rata konsumsi daging per kapita per tahun

baru mencapai 10,88 kg, 11,60 kg, dan 12,27 kg. Konsumsi daging domba dan

3
kambing sendiri masih sangat rendah, yaitu baru mencapai 0,45 kg/kapita ditahun

2012, 0,43 kg/kapita ditahun 2014, dan 0,44 kg/kapita ditahun 2016. Apabila

dipersentasekan konsumsi daging domba dan kambing kurang lebih setiap

tahunnya secara berturut-turut hanya 3,5% - 4% dari total konsumsi daging

perkapita pertahun.

CV Lumbung Bhumi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

pada usaha penggemukan ternak domba dan kambing yang dibentuk pada bulan

April 2015 dan berlokasi di kampung Cileungsi Ciawi – Bogor. Sistem

penggemukan yang dilakukan CV Lumbung Bhumi adalah sistem penggemukan

semi-intensif, dimana sistem penggemukan dengan menggunakan kandang dan

pakan yang diberikan masih bergantung pada pakan alami, meskipun juga sudah

menggunakan pakan tambahan konsentrat. CV Lumbung Bhumi memiliki

kandang dengan kapasitas 150 ekor domba atau kambing dan 40 ekor sapi yang

diawasi praktisi dokter hewan, sehingga kesehatan dan keamanan ternak di CV

Lumbung Bhumi terjaga dengan baik.

CV Lumbung Bhumi melihat sebuah peluang usaha beternak dengan

sistem penggemukan. Lokasi kandang yang strategis, memudahkan CV Lumbung

Bhumi untuk bisa mendapatkan bakalan domba dan kambing dari pasar ternak,

petani yang memelihara sebagai usaha sampingan, serta dari tengkulak disekitar

kandang. 2 tahun menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing membuat

CV Lumbung Bhumi ingin mengembangkan usaha penggemukan domba dan

kambingnya menjadi lebih besar dan meningkatkan produksinya agar dapat

memenuhi permintaan akan kebutuhan daging domba atau kambing di Indoensia.

4
Usaha penggemukan domba dan kambing juga membutuhkan dana yang

tidak sedikit untuk membiayai investasi dalam jangka panjang. Risiko usaha pada

kegiatan penggemukan domba dan kambing seperti kesehatan hingga kematian

juga memungkinkan terjadi apabila pemeliharaannya tidak tepat. Untuk

mengurangi risiko tersebut perlu perhitungan yang tepat agar dana yang

diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. CV Lumbung Bhumi juga

terkadang mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, dimana bobot domba atau

kambing yang lebih besar akan lebih sulit terjual dipasaran. Sehingga dalam

penentukan harga jual domba dan kambing yang sudah melewati proses

penggemukan tidak mudah. Akibatnya sumber modal CV Lumbung Bhumi sangat

bergantung dari perputaran arus kas (cash flow). Berdasarkan permasalahan di

atas, maka perlu dikaji lebih mendalam tingkat kelayakan usaha dan sensitivitas

perusahaan dengan mengambil judul “Prospek Pengembangan Usaha

Penggemukan Domba dan Kambing Di CV Lumbung Bhumi Kabupaten

Bogor”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka dalam

penulis merumuskan beberapapermasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Apakah usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung

Bhumi layak diusahakan?

2. Bagaimana sensitivitas usaha CV Lumbung Bhumi pada aspek

finansial jika terjadi kenaikan harga bakalan?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing CV

Lumbung Bhumi

2. Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha penggemukan domba dan

kambing CV Lumbung Bhumi apabila terjadi kenaikan harga bakalan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis, praktisi dan

akademis.

1. Secara praktisi, diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi:

a. Peternak, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kelayakan dari usaha.

b. Penulis, diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi

mengenai kelayakan bisnis.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat mengenai kelayakan bisnis.

3. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

perbandingan dan acuan bagi pihak lain untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan hanya pada usaha penggemukan domba dan

kambing di CV Lumbung Bhumi.

2. Obyek yang dilakukan pada penelitian adalah analisis kelayakan serta

menganilisis tingkat sensitivitas kenaikan harga biaya bakalan dalam

usaha penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggemukan Domba dan Kambing

Penggemukan domba dan kambing merupakan upaya untuk memacu

pertumbuhannya sehingga diperoleh bobot badan yang optimal (Purbowati, 2011:

67). Usaha penggemukan domba dan kambing akan menguntungkan secara

ekonomis jika produksi dagingnya tinggi, kualitasnya bagus, dan menguntungkan

dengan layak. Artinya, jika dikaitkan dengan pemanfaatan modal (uang) dari bank

maka pendapatan bersih dari usaha ini mencapai tingkat diatas bunga pinjaman

modal.

Domba dan kambing potong yang akan dihasilkan sangat ditentukan oleh

bakalan yang tersedia. Sumber bakalan sebagi ternak potong dapat berasal dari

anak-anak lepas sapih, yaitu yang berumur muda sekitar 8 bulan. Anak domba dan

kambing jantan lebih cocok digemukkan menjadi ternak potong bila dibandingkan

dengan yang betina karena memiliki pertambahan bobot badan lebih cepat. Anak

domba atau kambing betina lebih baik digunakan untuk mempertahankan atau

meningkatkan populasi. Anak domba dan kambing lepas sapih memiliki fase

pertumbuhan cepat karena responsif terhadap pemberian pakan (Sarwono, 2005

:43).

Dalam pemeliharaan domba dan kambing potong dilakukan kegiatan rutin

seperti pemeriksaan kesehatan, pemotongan kuku, pencukuran bulu, dan

pengebirian. Domba dan kambing yang dipelihara didalam kandang jarang sekali

berjalan-jalan sampai jauh sehingga kukunya tak pernah terasah oleh bebatuan
dan tanah yang keras. Akibatnya kuku akan tumbuh terlalu panjang dan lebih

cepat daripada ausnya kuku itu sendiri.

Pengebirian domba dan kambing jantan dimaksudkan agar tidak bisa

mengawini betinanya. Domba dan kambing yang telah dikebiri dibesarkan khusus

untuk pemotongan saja. Domba dan kambing jantan muda yang sudah dikebiri,

bisa dipelihara dan dikumpulkan dalam satu kandang dengan domba dan kambing

betina yang sedang tidak bunting. Hal ini bisa dilakukan untuk dapat menghemat

tempat dan beban pengurusannya. Domba dan kambing yang sudah dikebiri,

pertumbuhan dagingnya akan lebih cepat dibanding dengan yang tidak dikebiri.

Mungkin karena sifatnya lebih jinak dan tidak banyak bergerak itulah yang

membuatnya cepat besar dan gemuk. Daging yang dihasilkan mutunya juga baik

sekali dan tidak berbau prengus (bau khas kambing pejantan) yang menyengat.

2.2 Investasi

Kasmir dan Jakfar (2006: 8) menyatakan bahwa investasi adalah

penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif

panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam

arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun nonfisik, seperti

proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek

penelitian dan pengembangan.

Menurut Haming dan Basalamah (2003: 3) Investasi adalah pengeluaran

untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dengan tujuan untuk

menghasilkan keluaran barang atau jasa agar dapat diperoleh manfaat yang lebih

besar dimasa yang akan datang, selama dua tahun atau lebih. Oleh karena

8
investasi berkaitan dengan pengeluaran dana agar dapat diperoleh manfaat baru

yang akan diterima dimasa mendatang, maka investasi berhadapan dengan risiko,

setidak-tidaknya mengenai:

a. Risiko nilai riil dari uang yang diterima dimasa mendatang tersebut

b. Risiko mengenai ketidakpastian menerima uang dalam jumlah yang sesuai

dengan yang diperkirakan akan diterima dimasa mendatang tersebut.

2.3 Studi Kelayakan Usaha

Menurut Umar (2003:8) studi kelayakan usaha merupakan penelitian

terhadap rencana usaha yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak

usaha dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka

pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

Sedangkan Kasmir dan Jakfar (2006:10) mendefinisikan bahwa studi kelayakan

usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu

usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau

tidak usaha tersebut dijalankan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006:19) paling tidak ada 5 tujuan mengapa

sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan,

yaitu:

a. Menghindari risiko kerugian

Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang karena dimasa

yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang

dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa

dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk

9
meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat kita

kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

b. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan

datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dalam

hal-hal yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi beberapa jumlah dana

yang diperlukan, kapan usaha atau proyek dijalankan, dimana lokasi proyek

akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara

menjalankannya, berapa besar keuntungannya yang akan diperoleh serta

bagaimana pengawasannya jika terjadi penyimpangan.

c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis

sudah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha

dapat dilakukan secara sistimatik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan

rencana yang sudah disusun.

d. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya rencana bisnis yang telah disusun, maka

akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap

jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar rencana yang telah

disusun tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

10
e. Memudahkan pengendalian

Setelah pelaksanaan dan pengawasan jalannya usaha dilaksanakan, disini

akan terlihat mana hal-hal yang sudah sesuai dengan rencana dan mana yang

melenceng. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan

pekerjaan yang melenceng ke jalur yang sesungguhnya, sehingga akhirnya

tujuan perusahaan akan tercapai.

2.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha

Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari

berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu

standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu

aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada

seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Ukuran kelayakan masing-masing jenis

usaha sangat berbeda misalnya antara jasa dan nonjasa, seperti pendirian hotel

dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, aspek-aspek

yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama sekalipun

bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan

bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek

manajemen sumber daya manusia, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan,

serta aspek keuangan (Kasmir dan Jakfar, 2006: 11).

1. Aspek Hukum

Menurut Kasmir dan Jakfar, (2006: 39) tujuan dari aspek hukum adalah

untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen yang

dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan lembaga

11
yang mengeluarkan dan mengesahkan dokumen yang bersangkutan. Sebelum

usaha dijalankan segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai

persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi.

Setiap usaha yang legal sudah tentu harus mengikuti aturan-aturan yang

berlaku baik dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan lain sebagai

penjabaran dari undang-undang tersebut, seperti Keputusan Menteri (Kepmen),

Surat Keputusan (SK) Dirjen dan Peraturan Daerah (Perda). Dengan mengikuti

aturan-aturan yang ada, maka secara yuridis formal bisnis atau usaha yang akan

dijalankan menjadi layak (Umar, 2005: 286).

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam kaitan dengan studi kelayakan suatu usaha atau proyek, aspek pasar

dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting. Hal ini

disebabkan aspek pasar dan pemasaran sangat menentukan hidup matinya suatu

perusahaan. Apabila aspek pasar dan pemasaran tidak diteliti secara benar,

bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang, bukan mustahil tujuan

perusahaan tidak akan pernah tercapai. Bahkan bukan tidak mungkin kehidupan

perusahaan akan terancam.

Oleh karena itu didalam aspek pasar dan pemasaran, baik untuk perusahaan

yang sudah berjalan maupun bagi perusahaan yang baru akan berdiri perlu

dilakukan suatu studi tentang kelayakan terlebih dahulu. Intinya aspek pasar dan

pemasaran adalah untuk mengetahui berapa besar pasar yang akan dimasuki,

struktur pasar dan peluang pasar yang ada, prospek pasar dimasa yang akan

12
datang serta bagaimana strategi pemasaran yang harus dilakukan (Kasmir dan

Jakfar, 2006: 65).

3. Aspek Teknis

Menurut Gittinger (2008: 133) bahwa analisis teknis berhubungan dengan

input dan output. Analisis tersebut mencakup masalah penyediaan sumber-sumber

dan pemasaran hasil produksi seperti lokasi usaha, besaran skala operasional,

pemilihan teknologi, layout, serta proses produksi.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006: 217), hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak

(layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan

teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha

yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri. Jadi

analisis dalam aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam

menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan layout

serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan.

4. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006: 12), aspek ini digunakan untuk meneliti

kesiapan sumber daya manusia yang akan menjalankan usaha tersebut. Yang

dinilai dalam aspek ini adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang

ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang

yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan

mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan

struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.

13
Manajemen adalah pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam

implentasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Ia berfungsi

untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, dan

pengendalian. Dalam menyusun suatu perencanaan, hendaknya ia dapat dikaji dari

beberapa sisi, seperti: sisi pendekatan pembuatan perencanaan, fungsi

perencanaan itu sendiri, sisi jangka waktu pelaksanaan yang akan di-cover oleh

perencanaan, dan sisi tingkatan perencanaan. (Umar, 2005: 115).

5. Aspek Sosial

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006: 287), setiap usaha yang dijalankan,

tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan

negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri,

pemerintah atau masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif

yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat

khususnya pemerintah secara umum.

Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adanya

investasi akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh dari aspek ekonomi

adalah memberikan pemasukan berupa pendapatan baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Sebaliknya dampak negatif tidak akan terlepas dari aspek

ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja

dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya.

14
6. Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah

yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi

jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak yang

timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha atau proyek

dilakukan atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang.

Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari

bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau sosial. Perubahan

lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah

ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri. Oleh karena itu

sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka sebaiknya dilakukan terlebih

dahulu studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul. Studi ini juga

mencarikan jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut (Kasmir dan Jakfar,

2006: 303).

7. Aspek Keuangan atau Finansial

Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan. Dikatakan

demikian, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial

memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak

akan memberikan manfaat ekonomi (Haming dan Basalamah, 2003:13).

Menurut Umar (2005: 178) tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu

studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui

perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara

15
pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan

proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan

dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Secara keseluruhan,

kajian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti:

a. Sumber-sumber Dana (Modal)

Untuk mendanai suatu kegiatan bisnis atau usaha, biasanya diperlukan dana

yang relatif besar. Dana yang diperlukan atau dikeluarkan inilah yang dinamakan

modal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:265), modal usaha adalah

uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan

sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang

menambah kekayaan. Modal dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang

digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usaha. Modal yang digunakan

untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis dapat berasal dari tiga sumber, yakni:

i. Modal Asing (Pinjaman)

Modal asing adalah modal yang diperoleh dari pihak luar dan biasanya

diperoleh dari hasil pinjaman serta sifatnya sementara. Bagi pelaku usaha modal

asing merupakan utang yang harus dibayar kembali berdasakan jangka waktu

yang disepakati. Modal asing atau pinjaman memberikan keuntungan bagi pelaku

usaha karena nilainya yang tidak terbatas, artinya pelaku usaha dapat mengajukan

modal pinjaman dengan dana yang tidak terbatas ke berbagai sumber selama dana

yang diajukan adalah layak. Selain itu juga dapat memotivasi pelaku usaha untuk

menjalankan usahanya. Hal itu karena beban pelaku usaha untuk mengambalikan

modal pinjaman tersebut. Sumber dana modal asing dapat diperoleh dari:

16
a) Pinjaman dari dunia perbankan, baik perbankan swasta, pemerintah

ataupun perbankan asing.

b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal

ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi dan lembaga lainnya.

c) Pinjaman dari perorangan atau perusahaan non keuangan.

ii. Modal Sendiri

Modal sendiri merupakan modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri

(Mardiyatmo, 2008:87). Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah,

saudara, dan sumber lainnya. Modal sendiri memiliki keuntungan seperti:

a) Tidak ada biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi

beban.

b) Tidak tergantung pada pihak lain.

c) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang

relatif lama.

d) Tidak ada keharusan pengembalian modal.

iii. Modal Patungan

Menurut Ambadar (2010: 76), modal patungan merupakan gabungan antara

modal sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (yang berperan

sebagai mitra usaha). Modal patungan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha

memperingan dalam penyiapan modal untuk memulai usaha, tetapi hasil dari

usaha harus dibagi kepada pemegang mereka yang memberikan patungan modal

sesuai dengan kesepatan yang telah ditentukan dari awal.

17
b. Jenis-jenis Biaya Usaha

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu

(Mulyadi, 2002:92). Biaya dalam suatu usaha secara umum dapat dikelompokan

menjadi 3, yaitu:

i. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang digunakan untuk pembelian dari modal

barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk memperoleh manfaat di

masa yang akan datang. Biaya investasi pada umumnya dikeluarkan di awal bisnis

yang mau dijalankan. Biaya investasi terdiri dari biaya untuk membeli sumber

daya berwujud (contoh : peralatan, gedung) dan biaya untuk sumber daya tak

berwujud (contoh : perizinan).

ii. Biaya Operasional

Mulyadi (2000:34) mengemukakan bahwa pengertian biaya operasional

sebagai biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi

yang siap untuk dijual. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh

perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam setiap tahun. Contoh biaya

tetap yaitu; gaji dan jaminan sosial, biaya overhead, bunga pinjaman, penyusutan

alat dan lainya. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya selaras

dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Contoh dari biaya

variabel adalah bahan baku, sarana produksi, bahan pembantu, upah tenaga kerja

langsung dan lainnya.

18
iii. Biaya Lainnya

Biaya lainnya adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha yang tidak

masuk baik dalam biaya tetap maupun biaya variabel, misalnya biaya tak terduga,

biaya pungutan liar dan biaya lainnya.

c. Arus Kas (Cash Flow)

Arus kas (cash flow) merupakan arus kas atau aliran yang ada diperusahaan

dalam suatu periode tertentu. Arus kas menggambarkan berapa uang yang masuk

(cash in) keperusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Arus kas juga

menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang

dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006:145). Jenis-jenis Arus kas yang dikaitkan

dengan suatu usaha terdiri dari :

i. Initial cashflow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran-

pengeluaran pada awal periode untuk investasi. Contoh biaya pra-investasi

adalah pembelian tanah, gedung, mesin peralatan dan modal kerja.

ii. Operational cash flow merupakan kas yang diterima atau keluarkan pada saat

operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang

dikeluarkan pada suatu periode.

iii. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha

tersebut berakhir.

d. Kriteria Penilaian Investasi

Pelaksanaan suatu usaha dapat diketahui memberikan keuntungan atau

tidaknya ketika dilakukan evaluasi usaha atau proyek. Evaluasi yang dilakukan

dengan menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur usaha

19
menggunakan kriteria penilaian kelayakan finansial atau investasi. Kriteria

penilaian investasi merupakan indeks-indeks untuk mencari suatu ukuran tentang

baik tidaknya atau layak tidaknya suatu usaha. Kriteria penilaian investasi yang

digunakan adalah:

i. Net Present Value (NPV)

Teknik NPV digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usulan

proyek investasi. Menurut Kasmir dan Jakfar (2006:157) Net Present Value

(NPV) merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV

investasi (capital outlays) selama umur investasi. Proyek-proyek yang memiliki

economic life yang panjang (5, 10, 15 tahun dsb), semua aliran cost dan benefit

selama umur ekonomis proyek tersebut, kita ukur dengan nilai uang sekarang

(present value) dengan cara mendiskontokan dengan menggunakan discount

factor (DF). Menurut Nurmalina et al. (2010: 96) Net Present Value atau nilai

manfaat bersih yang sekarang adalah selisih antara total present value manfaat

dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih

tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah

dalam satuan mata uang (Rp).

ii. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2005:198) dalam bukunya mendefinisikan internal rate of

return (IRR) merupakan suatu penilaian investasi yang digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan

dimasa datang, atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal. Nilai

IRR dapat dicari dengan coba-coba (trial and eror) dengan cara, hitung nilai

20
sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang

wajar, jika nilai investasinya lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga

yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar.

Sebaliknya, dengan suku bunga yang wajar tadi nilai investasinya lebih besar,

maka coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan nilai

investasi yang sama besar dengan nilai sekarang. Jika IRR yang didapat ternyata

lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.

iii. Net B/C Ratio

Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah

seluruh biaya yang dikeluarkan pada usaha dengan keseluruhan jumlah manfaat

yang diperoleh. Usaha ini dikatakan layak, jika perhitungan Net B/C yang

dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan satu (Nurmalina

et al. 2010: 98).

iv. Payback Periode (PP)

Payback Periode (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan

aliran kas, dengan kata lain payback periode merupakan rasio antara initial cash

investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.

Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang

diterima. Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback

period-nya maka usulan investasi dapat diterima (Umar, 2005:197).

21
v. Analisis Break Event Point (BEP)

Titik impas (break event point) adalah titik dimana total biaya produksi sama

dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi

telah menghasilkan pendapatn yang sama besarnya dengan biaya produksi yang di

keluarkan. (Soeharto, 2002:115).

Dalam studi kelayakan bisnis tujuan analisis titik impas (BEP) adalah sebagai

berikut : (a) untuk mengetahui berapa jumlah produk minimal yang harus

diproduksi agar bisnis tidak rugi. (b) untuk mengetahui berapa harga terendah

yang harus di tetapkan. (Nurmalina et al, 2010: 95).

2.5 Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Menurut Nurmalina et al (2010: 105) analisis sensitivitas digunakan untuk

melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu

analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi

dengan hasil analisis kelayakan suatu investasi atau bisnis apabila terjadi

perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu

kegiatan investasi atau bisnis sensitif terhadap perubahan yang terjadi.

Menurut Soeharto (2002:122) menyatakan bahwa pengkajian analisis

sensitivitas berguna untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam

aspek finansial-ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Di sini

akan terlihat sensitive tidaknya keputusan yang diambil terhadap perubahan

unsur-unsur tertentu. Bila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relative

besar tetapi tidak berpengaruh terhadap keputusan, maka keputusan tersebut

dikatakan tidak sensitive terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya, bila terjadi

22
perubahan kecil saja sudah mengakibatkan perubahan keputusan, maka keputusan

tersebut dinilai sensitive terhadap unsur yang dimaksud.

Menurut Umar (2005: 191-193) pada saat kita menganalisis arus kas

dimasa mendatang, kita akan berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya,

hasilnya perhitungan diatas kertas itu dapat menyimpang jauh dari kenyataan.

Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek

bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Untuk dapat

melakukan perhitungan kita dapat merujuk pada bagian pemasaran dan produksi,

dimana mereka akan memberikan taksiran yang optimistik dan pesimistik.

Menurut Nurmalina et al (2010: 111), Analisis nilai pengganti (switching

value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk

mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow

(penurunan harga output atau penurunan produksi) atau perubahan outflow

(peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat

ditoleransi agar bisnis tetap layak.

Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan

dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan

sudah diketahui secara empirik (misal penurunan harga output 20%) bagaimana

dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching

value justru perubahan tersebut dicari, misal berapa perubahan maksimum dari

penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap

layak. Hal ini menunjukkan bahwa harga output tidak boleh turun melebihi nilai

23
pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value) tersebut, maka

bisnis tidak layak atau NPV < 0.

2.6 Penelitian Terdahulu

Septiannisa Bahmat (2012) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis

Kelayakan Pengembangan Usaha Pengemukan Domba dan Kambing di

Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor –

Jawa Barat” dengan hasil analisis kelayakan finansal usaha penggemukan domba

dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi sebelum pengembangan memiliki

nilai Net Benefit yaitu 85.570. 875 rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan

nilai Net Benefi yang diperoleh yaitu 100.796.700 rupiah. Maka nilai incremental

net benefit yang diperoleh dari usaha penggemukan domba dan kambing yaitu

15.225.825 rupiah. Berdasarkan kriteria investasi usaha penggemukan domba dan

kambing ini layak untuk dijalankan karena nilai yang diperoleh sesuai dengan

kriteria investasi. Nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar

1.201.056 rupiah dengan umur usaha delapan tahun. Nilai Net Benefit Cost

Ratio(Net B/C) lebih besar dari satu yaitu 1,012. Nilai Internal Rate of Return

(IRR) adalah 12 persen, sama denga tingkat Discount Rate (DR) yang ditentukan

yaitu 12 persen. Payback Period (PP) yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah

delapan tahun atau sama dengan umur ekonomis usaha yaitu delapan tahun.

Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha penggemukan domba

dan kambing milik Bapak Sarno masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan

keuntungan apabila terjadi peningkatan harga bakalan kambing 0,29 persen dan

penurunan harga penjualan kambing sebesar 0,14 persen.

24
Nurul Maulina (2015) “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Buah Naga

Merah dan Sensitivitasnya” yang dilakukan di CV Aroma Cake Buah Naga,

Batam – Kepulauan Riau menyatakan hasil analisis kelayakan non finansial CV

Aroma yaitu aspek hukum, aspek pasar, aspek produksi, aspek lingkungan, aspek

sosial, dan aspek manajemen disimpulkan sudah baik dan terkontrol secara teknis

dan manajemen. Usaha pengolahan buah ini memiliki potensi dan prospek

yang baik ke depan, terlihat dari banyaknya permintaan dari konsumen. Produk

yang dihasilkan memanfaatkan hasil alam daerah untuk membantu petani

untuk meningkatkan produksi dan membantu kota Batam dari sektor devisa

dan media promosi pariwisata kota Batam. Berdasarkan hasil analisis

kelayakan finansial, dapat diketahui bahwa usaha pengolahan buah naga

merah menjadi cake buah naga dengan menggunakan dana 100% modal

sendiri, 25% modal pinjaman, 50% modal pinjaman, dan 75% modal pinjaman

selama lima periode dinyatakan layak ditandai dengan nilai NPV pada DF 12%

positif, sedangkan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga Bank (12%), dan

nilai Net B/C yang di dapatkan lebih besar dari satu. Semakin tinggi modal

pinjaman berbanding terbalik dengan nilai NPV, Net B/C, IRR, PP, dan DPP yang

akan semakin rendah nilainya. Hasil analisis sensitivitas kelayakan usaha cake

buah naga merah pada faktor-faktor perubahan nilai input (harga bahan baku,

harga bahan bakar, harga bahan kemasan naik sebesar 3%), menunjukan bahwa

semakin tinggi kenaikan nilai output berbanding terbalik dengan nilai NPV, Net

B/C, IRR, PP, dan DPP yang akan semakin rendah nilainya. Sedangkan untuk

25
penurunan nilai input 10% dan 20%, semakin rendah nilai input berbanding lurus

dengan nilai NPV, Net B/C, IRR dan DPP yang akan semakin rendah pula.

2.7 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk mengalanisis kelayakan finansial usaha

penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi. Adapun kelayakan

secara finansial dapat dilihat dari hasil analis pendapatan usaha, dimana hal ini

dilakukan untuk meyakinkan bahwa usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk

dijalankan atau tidak. Penelitian ini juga menganalisis tingkat sensitivitas yang

terjadi jika ada perubahan biaya bakalan yang terjadi dalam menjalankan usaha

penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi. Pendapatan diperoleh

dari penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dikali dengan harga jual.

Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tetap dan total

biaya variabel. Adapun penentuan aspek finansial analisis kelayakan usaha ini

menggunakan kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), B/C Ratio (Benefit

Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return), PP (Payback Periode), dan BEP

(Break Event Point) yang selanjutnya untuk menghadapi peningkatan dan

penurunan harga bakalan yang seringkali mengalami perubahan maka perlu

dilakukan analisis sensitivitas kenaikan biaya bakalan dalam usaha penggemukan

domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi.

Selain itu peneliti juga menguraikan beberapa indikator kelayakan dari

aspek nonfinansial seperti aspek hukum, aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen sumber daya manusia, aspek social, dan aspek lingkungan. Penentuan

kelayakan aspek nonfinansial dari usaha penggemukan domba dan kambing yang

26
dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara keadaan di

lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literature. Berdasarkan uraian

diatas maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 1.

Usaha penggemukan Domba dan


Kambing CV Lumbung Bhumi

Analisis Kelayakan Finansial Usaha

1. Biaya Investasi Total Penerimaan


2. Biaya Operasional

1. NPV (Net Present Value)


2. B/C Ratio (Net Benefit Cost Ratio)
3. IRR (Internal Rate of Return)
4. PP (Payback Period)
5. BEP (Break Event Point)
6. Analisis Sensitivitas

Evaluasi Usaha

LAYAK TIDAK LAYAK


(Pengembangan Usaha) (Perbaikan Usaha)

Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan November -

Desember 2016, di CV Lumbung Bhumi yang terletak di Kampung Cileungsi, Jl.

Veteran Raya III, Tapos Ciawi Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja

(purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Menurut data statistik peternakan dan kesehatan hewan Kementan tahun

2015, Jawa Barat merupakan populasi domba terbesar di Indonesia dan

populasi kambing terbesar ketiga setelah Jawa Tengah serta Jawa Timur.

2. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah

populasi ternak domba dan kambing yang cukup besar di provinsi Jawa

Barat.

3. CV Lumbung Bhumi merupakan salah satu peternakan yang bergerak

dibidang penggemukan domba dan kambing yang sudah berorientasi

kepada bisnis bukan pendapatan sampingan dan memang dipersiapkan

untuk dapat mencakup semua produk agribisnis disisi hilir.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Data

primer yang didapat mencakup data jumlah produksi, pemasaran, lokasi usaha,

sistem manajemen, dampak lingkungan, biaya-biaya yang akan dikeluarkan

selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta

28
penerimaan dari usaha penggemukan domba dan kambing selama umur ekonomis

usaha. Sedangkan data sekunder yang digunakan diperoleh dari data sejarah

usaha, studi literatur beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian, skripsi,

internet, dan instansi terkait seperti Kementerian Pertanian, Dirjen Peternakan,

dan Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia. Selain itu data yang

diperoleh juga berasal dari observasi lapangan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penentuan narasumber dilakukan dengan metode purposive sampling,

dilakukan untuk penentuan sumber informasi, baik pemilik maupun karyawan.

Narasumber dipilih berdasarkan penilaian bahwa pemilik dan karyawan usaha

penggemukan domba dan kambing adalah orang yang tepat dan baik untuk

dijadikan sumber informasi karena merupakan faktor penentu dan memiliki

pengetahuan yang mendalam mengenai usaha. Teknik tersebut digunakan karena

kajian penelitian ini membahas mengenai analisis kelayakan dari usaha yang

dijalankan perusahaan, sehingga narasumber tersebut dianggap memiliki sejumlah

informasi internal perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti.

Penulis dalam mengumpulkan data dan keterangan-keterangan pada

penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dan studi

literatur.

a. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung obyek penelitian

sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan atau kondisi tempat

penelitian.

29
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun (kuesioner) kepada pemilik dan karyawan CV

Lumbung Bhumi.

c. Studi literatur, yaitu pengumpulan data dengan mencari, membaca, dan

memahami informasi-informasi yang terkait denga penelitian seperti buku-

buku, majalah, jurnal, karya ilmiah, dan data lainnya.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan merupakan analisis deskriptif yang

berupa gambaran sistem usaha dan aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek

Hukum, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen sumber daya manusia, aspek

sosial, aspek lingkungan dari usaha penggemukan domba dan kambing CV

Lumbung Bhumi. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk

mengetahui tingkat kelayakan finansial yang meliputi biaya-biaya yang

dikeluarkan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan

dari hasil penggemukan domba.

3.4.1 Analisis Kelayakan Finansial

Metode untuk menentukan kalayakan suatu usaha atau investasi yaitu

metode Net Present Value (NPV ), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio

(B/C), Payback periode (PP) yang diolah menggunakan komputer dengan

program Microsoft Excel. Hasil perhitungan ini akan terlihat layak atau tidak

layak usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi dilihat dari

aspek kelayakan finansial (Umar, 2003:197).

30
1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbandingan antara PV kas bersih

dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara kedua nilai tersebutlah

yang dikenal dengan NPV.

Rumus Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut :

Dimana : t = Waktu arus kas

k = Suku bunga diskonto yang digunakan

CFt = Arus kas bersih dalam waktu t

Io = Besaran biaya investasi awal

Kriteria penilaian :

a. Jika NPV > 0, maka usaha tersebut mendapatkan keuntungan dan dapat

dikatakan usaha tersebut layak dilaksanakan.

b. Jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan

dapat dikatakan usaha tersebut tidak layak dilaksanakan

c. Jika NPV = 0, maka usaha tersebut hanya mampu mengembalikan modal

yang telah dikeluarkan. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung untuk

ataupun rugi.

Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 15% yang merupakan tingkat

suku bunga rata-rata kredit investasi bank periode 2011-2015 setelah dilakukan

pembulatan dari 14.91 %.

31
Tabel 3. Suku Bunga Kredit Bank Umum Kabupaten Bogor Tahun 2011 – 2015
Tahun Persentase (%)
2011 16.05
2012 18.55
2013 14.29
2014 13.12
2015 12.58
Rata-rata 14.91
Sumber: BPS Kab. Bogor
2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengukur tingkat

pengembalian hasil intern (Kasmir dan jakfar, 2006:102).

Rumus Internal Rate of Return (IRR) yang digunakan :

NPV 1
IRR = i1 + x ( i2– i1 )
NPV1 – NPV2

Di mana :

NPV1 = net present value 1 bernilai positif

NPV2 = net present value 2 bernilai negatif

I1 = tingkat bunga 1

I2 = tingkat bunga 2

Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of return (tingkat bunga

yang berlaku), maka investasi dapat diterima, demikian pula sebaliknya.

3. Net B/C Ratio :

Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan

manfaat bersih yang bernilai negative. Dengan kata lain, manfaat bersih yang

menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian usaha

tersebut. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

32
Dimana :
Bt = Benefit kotor yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t

Ct = Biaya kotor yang disebabkan adanya invenstasi pada tahun ke-t

i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur usaha 0, 1, 2, 3, 4, 5

(Nurmalina et al, 2010: 98)

Kriteria kelayakan :

 Apabila Net B/C Ratio lebih besar (>) dari satu maka diterima

 Apabila Net B/C Ratio lebih kecil (<) dari satu maka ditolak

4. Payback Periode (PP)

Payback Periode (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan Jakfar,

2006:98). Rumus Payback periode (PP) yang digunakan :

Nilai Investasi
Payback Periode : X 1 tahun
Kas Masuk Bersih

Kriteria penilaiannya jika Payback periode lebih pendek waktunya dari

maksimum Payback periodenya maka usulan investasi dapat diterima.

5. Break Event Point (BEP)

Titik impas (break event point) adalah titik dimana total biaya produksi sama

dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat

33
produksi telah menghasilkan pendapatn yang sama besarnya dengan biaya

produksi yang di keluarkan (Soeharto, 2002: 115).

3.4.2 Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Pada penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengukur perubahan-

perubahan yang terjadi yaitu perubahan harga pada komponen biaya variabel

seperti harga bakalan domba dan kambing sebesar 5%, angka tersebut didapat dari

rata-rata angka inflasi nasional tahun 2011 – 2015. Perubahan harga pada

komponen biaya harga bakalan sebesar 2% dan 9% juga akan dilakukan untuk

melihat seberapa besar perbedaan atas perubahan yang akan terjadi bila

mengalami penurunan atau kenaikan pada biaya harga bakalan. Angka tersebut

diperoleh dari nilai inflasi terendah dan tertinggi selama tahun 2011 - 2015 di

Kabupaten Bogor.

Tabel 4.Tingkat Inflasi Tahun 2011 – 2015


Tahun Persentase (%)
2011 3.57
2012 2.99
2013 8.51
2014 7.04
2015 1.74
Rata-rata 4.77
Sumber : BPS Kab. Bogor (Diolah)
Analisis switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling

mempengaruhi kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing pada CV

Lumbung Bhumi. Analisis switching value dilakukan untuk menguji seberapa

34
besar tingkat perubahan dapat di toleransi dari kenaikan harga input, yaitu harga

bakalan domba dan kambing.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional ang diperlukan untuk mengukur variable tersebut.

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerimaan adalah penerimaan dari kegiatan penggemukan domba dan

kambing. Dengan demikian penerimaan merupakan hasil penjualan dari

hasil penggemukan domba dan kambing tersebut.

2. Modal atau biaya investasi awal adalah biaya yang dikeluarkan sebelum

ternak menghasilkan yang meliputi: biaya sewa lahan, biaya kandang dan

pembelian alat-alat beternak.

3. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha penggemukan domba dan

kambing CV Lumbung Bhumi adalah modal sendiri (pemilik).

4. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengelola usaha

penggemukan yang meliputi: pembelian bakalan, pembelian pakan, biaya

obat-obatan, biaya tenaga kerja, rekening listrik dan air, penggunaan bahan

bakar, pajak, dan biaya pemeliharaan kendaraan.

5. Pada analisis sensitivitas dan switching value, uji coba kenaikan harga

hanya pada komponen bakalan domba dan kambing dikarenakan 65%

biaya yang dikeluarkan oleh CV Lumbung Bhumi merupakan biaya untuk

pembelian bakalan domba dan kambing.

35
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Desa Cileungsi

Desa Cileungsi meliputi keadaan letak dan kondisi geografis,

Kependudukan dan keadaan sosial ekonomi, lahan dan jenis penggunaannya,

keadaan sarana pendidikan, kesehatan, transportasi dan komunikasi Desa

Cileungsi. Desa Cileungsi merupkan salah satu Desa di kecamatan Ciawi –

Kabupaten Bogor yang berdiri mulai dari tahun 1936 sampai sekarang yang di

pimpin oleh kepala desa yang di sebut Lurah. Batas wilayah Desa Cileungsi

sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Citapen, Kec. Ciawi

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Pangrango

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pancawati, Kec. Caringin

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciderum, Kec. Caringin.

Jumlah penduduk Desa Cileungsi sebanyak 7.633 jiwa dan 2.232 kepala

keluarga. Desa Cileungsi terbagi dalam 2 (dua) Dusun, 5 (lima) Rukun warga

(RW) dan 30 ( tiga puluh ) Rukun Tetangga (RT). Mayoritas penduduk yang

berada di Desa Cileungsi beragama Islam. Mata pencaharian dominan penduduk

Desa Cileungsi terdiri dari, petani, pedagang, pegawai negeri, TNI/ Polri,

pensiunan/ purnawirawan, swasta,buruh pabrik, pengrajin, tukang bangunan,

penjahit, tukang las, tukang ojek, bengkel, sopir angkutan, peternak, dan lain

sebagainya.
Desa Cileungsi memiliki luas wilayah 701,219 Ha dan berada 600 M

diatas permukaan laut dengan Curah hujan 3,5 mm3 per tahun. Tanah yang ada di

Desa Cileungsi dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti perumahan,

pemukiman warga, sawah, ladang, jalan lingkungan, pemakaman, perkantoran,

dan lain sebagainya.

Desa Cileungsi memiliki sarana dan prasarana seperti sarana dan prasarana

pemerintah desa, perhubungan, pendidikan umum, pendidikan Islam, peribadatan,

kesehatan, dan olahraga. Untuk sarana pemerintah desa, Desa Cileungsi memiki

kantor desa, balai pertemuan dan pos kamling. Sarana pendidikan, Desa

Cileungsi memiliki sarana pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK),

PAUD, Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMK. Sedangkan sarana pendidikan Islam

Desa Cileungsi memiliki Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah

(MTS), Pondok Pesantren (Ponpes), dan Majelis Ta’lim. Untuk sarana kesehatan,

Desa Cileungsi hanya memiliki beberap posyandu, kemudian untuk sarana

olahraga, Desa Cileungsi memiliki 1 buah lapangan bola dan basket serta 2

lapangan badminton yang disediakan untuk sarana olahraga masyarakat Desa

Cileungsi (Desa Cileungsi, 2015).

4.2 Profil CV Lumbung Bhumi

Bulan April tahun 2015 CV Lumbung Bhumi membentuk sebuah

perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis. Tujuan utama dari organisasi ini

adalah membuat suatu wadah untuk mengembangkan potensi desa, dengan

harapan masing-masing individu akan mendapatkan kesempatan untuk menaikkan

taraf hidup sesuai dengan kapabilitas mereka masing-masing. Dengan lokasi yang

37
cukup dekat dengan sentra bisnis Jabodetabek, CV Lumbung Bhumi percaya

bahwa perekonomian desa cileungsi akan membaik dan menurunkan jumlah nilai

rumah tangga miskin yang terdata di desa.

Awal tahun 2015 ketika terbentuknya CV Lumbung Bhumi yaitu sang

pemilik atau Kang Bayu ingin memanfaatkan tanah miliknya seluas 2.300 m2

untuk dijadikan sebuah peternakan dan kebun sayuran organik. Setelah melakukan

silaturahmi dan diskusi mengenai perizinan dengan beberapa tokoh adat seperti

ketua Rukun Warga (RW) dan ketua Rukun Tetangga (RT), rencana sang pemilik

mendapat sambutan positif. Namun masih ada sebuah kendala lain, yaitu pemilik

belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) untuk dipekerjakan nantinya.

Kang Bayu akhirnya bertemu oleh Kang Herman salah seorang pemilik Yayasan

sebuah Madrasah di Desa Cileungsi. Kang Herman memiliki beberapa SDM yang

cukup terampil yang berasal dari Yayasannya, yaitu tenaga pengajar dan anak

buah lainnya.

Yayasan pendidikan yang dikelola Kang Herman mengalami kendala yaitu

sulitnya mencari tenaga kerja yang mau sukarela mengajar dan dibayar atau digaji

dengan rendah. Yayasan pendidikan yang ia dirikan memang pada dasarnya

diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga dengan ekonomi lemah, sehingga

anak-anak tersebut dapat mengenyam pendidikan secara gratis. Maka dari itu

Kang Herman menawarkan SDM yang ada dari Yayasannya untuk dapat bekerja

sama dengan Kang Bayu di CV Lumbung Bhumi.

Pada bulan april tahun 2015 CV Lumbung Bhumi akhirnya menciptakan

sebuah wadah melalui industri agribisnis agar dapat mengembangkan potensi

38
SDM desa dan dapat memberikan kompensasi atau insentif bagi guru-guru

tersebut dari hasil keuntungan penjualan, sehingga taraf hidup masyarakat

menjadi lebih baik dan lebih mandiri. Sebagian profit yang didapatkan oleh CV

Lumbung Bhumi digunakan untuk pembangunan infrastruktur dalam

pengembangan bisnis sehingga hal tersebut dapat membantu dalam menciptakan

proyek-proyek sosial baru untuk membangun desa kedepannya.

Untuk mencapai tujuan utama dalam pendirian sebuah usaha, CV

Lumbung Bhumi memiliki visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar acuan dan

motivasi dalam bekerja dan memberikan pelayanan. Berikut visi dan misi CV

Lumbung Bhumi:

Visi

“Menjadi peternakan solutif bagi mitra dan sebagai wadah pengembangan

potensi SDM desa melalui industry agribisnis, sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat menjadi lebih baik.”

Misi

1. Memberikan solusi terbaik bagi mitra

2. Menjaga dan memperkuat kerjasama dengan mitra

3. Menerapkan budaya transparansi, kekeluargaan, etos kerja yang efektif

dan efisien dalam setiap kegiatannya

4. Menjaga dan memperkuat silaturahmi dengan penduduk lokal

5. Mengembangkan infrastruktur sebagai sarana pengembangan proyek-

proyek sosial baru untuk membangun desa.

39
4.3 Legalitas Usaha

CV Lumbung Bhumi memiliki bentuk usaha persekutuan komanditer atau

CV (Commanditaire Vennoontschap) yaitu persekutuan yang didirikan atas dasar

kepercayaan, dimana terdapat beberapa sekutu yang secara penuh bertanggung

jawab atas sekutu lainnya. Kemudian ada satu atau lebih sekutu yang bertindak

sebagai pemodal. Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada jumlah

modal yang ditanamkan pada perusahaan.

Pada aspek hukum hal yang dianalisis adalah bentuk badan hukum suatu

usaha yang dijalankan serta izin yang diperoleh usaha. Usaha ini sendiri sudah

memiliki nama usaha, yaitu CV Lumbung Bhumi. Untuk izin usaha atau legalitas

usaha, CV Lumbung Bhumi baru memiliki izin usaha berbentuk Surat Keterangan

Domisili Usaha (SKDU) yang diberikan oleh Desa Cileungsi dan RT RW

setempat.

4.4 Potensi Pasar dan Bauran Pemasaran

1. Potensi Pasar

Potensi pasar untuk usaha penggemukan domba dan kambing masih

terbuka lebar, hal ini dapat kita lihat dari besarnya kebutuhan daging yang

mengalami kekurangan pasokan hingga jumlah impor daging domba dan kambing

yang selama beberapa tahun belakangan terus mengalami peningkatan.

Tabel 5. Impor Daging Domba dan Kambing Tahun 2012 – 2015


Tahun Volume (Kg) Volume Peningkatan (Kg) Peningkatan (%)
2012 1,175,287 - -
2013 1,359,778 184,491 16%
2014 1,930,373 570,595 42%
2015 2,732,687 802,314 42%
Sumber: Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (diolah)

40
Berdasarkan tabel.5 kita dapat mengetahui bahwa kebutuhan akan daging

domba dan kambing impor selalu meningkat setiap tahunnya, dan peningkatan

impor terbesar terjadi di tahun 2014 dan 2015. Data impor tersebut bahwasannya

baru mengenai data impor daging domba dan kambing, dimana kita tahu di

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam

yang di setiap tahunnya mengadakan kegiatan hari raya Idul Adha atau kurban.

Berangkat dari permasalahan besarnya jumlah impor daging domba dan kambing,

serta dua kegiatan keagamaan tersebut, membuat pemilik percaya diri akan

potensi pasar yang masih cukup besar untuk menjalankan dan mengembangkan

usahanya menjadi lebih besar.

2. Bauran Pemasaran

Untuk mencapai tujuan pemasaran, perusahaan perlu melakukan strategi

dasar dalam memasarkan produknya. Strategi dasar manajemen pemasaran ini

biasa disebut bauran pemasaran atau marketing mix. Strategi bauran pemasaran ini

terdiri dari 4P yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan

Promotion (Promosi). Berdasarkan wawancara dengan pemilik, berikut strategi

bauran pemasaran yang dilakukan oleh CV Lumbung Bhumi yaitu:

a. Produk

Penggemukan domba dan kambing yang dilakukan CV Lumbung Bhumi

merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya melalui penanganan

selama masa produksi. CV Lumbung Bhumi belum memiliki Standard

Operating Procedure (SOP), namun kualitas yang dihasilkan menjadi

perhatian utama yang merupakan hasil penanganan ternak dimasa

41
pemeliharaan. Menjaga kebersihan kandang dan ternak, pemberian pakan

secara teratur pemberian obat dan vitamin atau jamu merupakan penanganan

yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak. Untuk menjaga kualitas

produknya, ketika bakalan domba dan kambing baru sampai akan langsung

diberikan beberapa perlakuan khusus. Hal ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya stress pada bakalan, sehingga kualitas produk akan terjaga dan tidak

mengalami penurunan.

Bakalan domba dan kambing yang baru datang biasanya dipisahkan dan

diamkan selama satu hari untuk selanjutnya diberikan obat cacing, vitamin

ataupun jamu. Domba dan kambing yang baru datang biasanya juga

dimandikan terebih dahulu, hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan,

menghindari adanya kutu dan penyakit kurap. Sehingga domba dan kambing

pun akan menjadi lebih segar dan memiliku nafsu makan yang baik.

CV Lumbung Bhumi sendiri menjual domba dan kambing dalam keadaan

hidup. Penjualan domba dan kambing biasanya ke restoran, hotel, pedagang

ternak, serta ke konsumen secara langsung. CV Lumbung Bhumi juga

menyediakan jasa catering sendiri untuk keperluan aqiqah, sehingga pembeli

dapat langsung mendapatkan produk jadi dan siap dikonsumsi.

b. Harga

Harga jual kambing dan domba di CV Lumbung Bhumi merupakan harga

dengan cara timbang hidup meliputi harga yang ditimbang dipeternakan

langsung maupun harga jual domba dan kambing ditimbang ditempat

konsumen yang berada di JABODETABEK. CV Lumbung Bhumi biasanya

42
menjual ternak dengan bobot hidup 18 kg – 35 kg untuk domba dan 25 kg –

35 kg untuk kambing. Harga untuk setiap domba dan kambing pun berbeda-

beda baik dari bobot dan jenis kelaminnya, semakin berat bobot ternak maka

akan semakin tinggi pula harganya. Adapun ternak dengan jenis kelamin

Tabel 6. Harga Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi (Januari 2017)


Jenis Ternak Harga/ Kg (Rp)
Domba Jantan Rp 60.000/kg
Domba Betina Rp 53.000/kg
Kambing Jantan Rp 72.500/kg
Kambing Betina Rp 52.500/kg

Harga domba dan kambing pun juga memiliki trend tersendiri ketika hari

raya idul adha. Menurut pemilik CV Lumbung Bhumi, ketika hari raya idul

adha tiba harga bisa mengalami peningkatan sebesar 50% dari sebelumnya.

Kenaikan pun biasanya sudah terjadi dari tiga bulan sebelum hari raya idul

adha, hal ini didasari dari jumlah permintaan domba dan kambing yang sangat

tinggi untuk keperluan berqurban umat muslim di Indonesia. Fluktuasi harga

yang terjadi pada ternak domba dan kambing memang tidak bisa diperkirakan,

karena harga terbentuk dari mekanisme pasar dilapangan.

c. Tempat

CV Lumbung Bhumi memiliki lokasi kandang yang strategis yaitu di

Kabupaten Bogor Kecamatan Ciawi, Desa Cileungsi dengan jarak lokasi

kandang dengan akses menuju tol Ciawi sekitar 12,8 km. Domba dan kambing

yang telah digemukkan di CV Lumbung Bhumi, selanjutnya di distribusikan

ke pasar atau konsumen melalui jalur yang efektif dan pada tempat yang tepat.

Distribusi yang dilakukan CV Lumbung Bhumi merupakan penyaluran

produk domba dan kambing hingga sampai pada target pasar atau konsumen.

43
Konsumen dapat langsung datang ke lokasi usaha untuk melihat dan memilih

langsung domba dan kambing sesuai kriteria yang diinginkan. Konsumen juga

dapat melakukan pembelian melalui telepon, dimana nanti konsumen

memberikan kriteria yang diinginkan kemudian dari pihak CV Lumbung

Bhumi akan mencarikan dan memberikan pilihan yang ada dengan cara

mengirimkan foto domba dan kambing yang ada sesuai atau menyerupai

kriteria konsumen. Adapun konsumen potensial untuk aqiqah berasal dari

wilayah Depok, Tangerang dan Bekasi. Sedangkan konsumen potensial untuk

keperluan hotel, restoran dan catering berasal dari wilayah Jakarta dan Bogor.

d. Promosi

Promosi yang dilakukan CV Lumbung Bhumi bertujuan untuk

memberikan informasi seputar jenis produk dan jasa yang ditawarkan agar

menarik minat konsumen. CV Lumbung Bhumi sendiri sudah memiliki

website dan media sosial sebagai sarana informasi yang dapat dengan mudah

dilihat oleh konsumen. Dengan melihat website dan media sosial CV

Lumbung Bhumi, konsumen dapat dengan mudah melihat berbagai informasi

seperti harga domba dan kambing serta penawaran promosi harga dan jasa.

Promosi harga dan jasa biasanya diberikan CV Lumbung Bhumi dengan paket

aqiqah dimana setiap pembelian paket aqiqah domba, konsumen akan

diberikan diskon harga masak ataupun bonus tambahan lainnya.

CV Lumbung Bhumi pun juga memiliki program “Kurban di Desa”,

dimana setiap pembelian domba ataupun kambing untuk di kurbankan dapat

langsung dipotong dan disembelih di kandang untuk nantinya akan

44
didistribusikan langsung ke desa sekitar lokasi kandang. Keuntungan yang

didapatkan dari konsumen adalah kemudahan dalam melaksanakan kurban

serta konsumen tidak perlu menambah biaya potong atau jagal serta CV

Lumbung Bhumi pun juga memberikan dokumentasi berupa foto dan video

sebagai bentuk tanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan

konsumen.

4.5 Teknis Usaha

Teknis usaha CV Lumbung Bhumi ini mencakup dari penentuan lokasi

usaha dengan sarana dan prasarana, layout kandang, perlengkapan serta proses

penggemukan yang dilakukan oleh CV Lumbung Bhumi.

i. Penentuan Lokasi

Menurut Purbowati (2011: 18), untuk mendirikan usaha penggemukan

domba dan kambing, perlu diperhatikan lokasi tempat usaha akan dilaksanakan.

Lokasi tersebut sebaiknya sesuai untuk penggemukan domba dan kambing, baik

secara teknis, ekonomis, maupun sosial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan lokasi seperti tidak terkena perluasan kota, transportasi yang

mudah ke daerah pemasaran, harus ada sumber air, sumber pakan mudah didapat,

tidak berdekatan dengan pemukiman, keadaan iklim. Pemilihan lokasi didasarkan

pada pertimbangan dari beberapa variabel tersebut, beberapa pertimbangan dalam

penentuan lokasi usaha penggemukan domba dan kambing yaitu:

a. Tidak Terkena Perluasan Kota

Lahan CV Lumbung Bhumi sendiri merupakan lahan pribadi yang sejak

lama dimiliki oleh pemilik, dimana lahan yang berlokasi di Desa Cileungsi

45
sendiri sudah mendapatkan izin berupa Surat Keterengan Domisili Usaha.

Sehingga kemungkinan akan terjadinya penggusuran akibat menyalahi

aturan Rencan Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Bagian Wilayah

Kota (RBWK) sudah diminimalisir.

b. Transportasi yang Mudah ke Daerah Pemasaran

CV Lumbung Bhumi yang terletak di Kampung Cileungsi, Jl. Veteran Raya

III, Tapos Ciawi Bogor memiliki akses yang mudah dan jarak yang dekat ke

jalan tol. Sehingga mengenai transportasi untuk pemasaran,, CV Lumbung

Bhumi cukup mudah menjangkau wilayah pemasaran dan konsumen utama

yaitu JABODETABEK.

c. Sumber Air

Kandang CV Lumbung Bhumi memiliki dua sumber air, yaitu air tanah dan

pam jaya. Air tanah yang didapatkan diambil menggunakan bantuan mesin

pompa air dan CV Lumbung Bhumi juga berlangganan air bersih yang

berasal dari perusahaan Pam Jaya. Sehingga kebutuhan akan air bersih di

kandang sudah memadai dan mencukupi untuk ternak dan juga karyawan.

d. Sumber Pakan yang Mudah Didapat

Pakan yang diberikan untuk domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi

berupa pakan hijauan dan bahan pakan konsentrat. Pakan hijauan didapatkan

di hutan yang jaraknya memang cukup jauh dari kandang CV Lumbung

Bhumi, namun hal ini sudah diperhitungkan oleh pemilik sehingga tidak ada

kesulitan dalam proses pencarian dan pengangkutannya. Sedangkan pakan

46
konsentrat didapatkan dari rekan sesama peternak yang memang membuat

konsentrat dalam jumlah banyak untuk mengurangi biaya produksi.

e. Tidak Berdekatan Dengan Pemukiman

Jarak dari gerbang atau pintu kandang domba dan kambing CV Lumbung

Bhumi letaknya memang berdekatan dengan pemukiman warga sekitar,

namun hal itu sudah menjadi perhatian awal ketika membangun kandang

domba dan kambing. Luas lahan sebesar 2.300 m2 membuat CV Lumbung

Bhumi menempatkan posisi kandangnya sekitar 100 meter dari posisi

pemukiman, sehingga pencemaran udara yang terjadi tidak sampai

mengganggu kenyamanan warga sekitar.

f. Keadaan Iklim

Iklim di Kecamatan Ciawi diklasifikasikan sebagai iklim tropis. Curah hujan

signifikan pada hampir sebagian besar bulan dalam setahun, dan musim

kemarau singkat memiliki pengaruh yang kecil. Suhu rata-rata tahunan di

Ciawi sebesar 27.3 °C. Curah hujan tahunan rata-rata adalah 3500 mm.

Iklim ini cocok untuk usaha penggemukan domba dan kambing, dimana

kisaran iklim normal pada hewan ternak di derah tropis berkisar 10°-27° C.

ii. Layout Usaha Penggemukan

Kandang penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi terbuat

dari kayu dan bambu. Setiap kandangnya mampu menampung sekitar 75 – 80

ekor domba atau kambing.,Akses kandang sendiri memiliki 2 pintu masuk, yaitu

pintu depan dan belakang. Pintu depan merupakan pintu utama yang memiliki

jalan lebih besar sehingga mobil pun aksesnya mudah untuk keluar atau masuk

47
untuk mengangkut ternak, pakan, dan sebagainya. Sedangkan pintu belakang

merupakan pintu tambahan untuk menghubungkan akses ke jalan utama sehingga

lebih dekat untuk menjangkaunya, namun akses jalan tersebut tidak lebar dan

hanya muat untuk pejalan kaki atau satu sepeda motor. Berikut layout Kandang

CV Lumbung Bhumi Gambar .2

Gambar 2. Layout Kandang CV. Lumbung Bhumi

Selain itu CV Lumbung Bhumi juga memiliki kandang untuk penggemukan

sapi, namun karena keterbatasan sumber daya modal dan manusia biasanya

penggemukan hanya dilakukan menjelang hari raya idul adha. Di lahan tempat

kandang penggemukan CV Lumbung Bhumi juga terdapat saung berukuran besar

yang dapat menjadi tempat berlindung dan bernaung pengurus dan penjaga

kandang dari sengatan matahari dan guyuran hujan.

48
iii. Teknik Penggemukan

a. Kandang

Kandang penggemukan yang digunakan CV Lumbung Bhumi yaitu tipe

kandang panggung, dimana lantai pada kandang tipe ini terletak di atas tanah

(ada kolong). Fungsi kolong dari kandang panggung sendiri untuk menampung

kotoran ternak. Kandang yang demikian cocok untuk daerah-daerah yang

memiliki curah hujan cukup tingggi dan memiliki permukaan tanah yang

lembap. Lantai kandang dibuat bercelah selebar 1-1,5 cm agar kotoran domba

dapat jatuh ke bagian kolong kandang dan memudahkan dalam

membersihkannya.

Kandang panggung pun memiliki 2 tipe yaitu kandang koloni dan kandang

batre. Kandang panggung yang dimiliki CV Lumbung Bhumi merupakan tipe

batre, yaitu kandang yang menempatkan domba dan kambing secara individu.

Kandang seperti ini memiliki sekat-sekat didalamnya. Penempatan domba

secara individu ini dapat menghindari terjadinya perkelahian ternak. Gerakan

domba dan kambing pun menjadi lebih terbatas, sehingga tidak banyak energi

yang hilang akibat dari aktivitas yang tidak perlu. Atas pertimbangan tersebut,

CV Lumbung Bhumi memilih model kandang tersebut sebagai kandang

penggemukan domba dan kambing.

b. Sarana dan Prasarana

i. Tempat Pakan

Tempat pakan disediakan dalam kandang domba dan kambing supaya pakan

tidak tercecer dan tercampur dengan kotoran. Tempat pakan juga dibuat dan

49
diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan dan efisiensi dalam

pemberian pakan ataupun membersihkan sisa pakan. Tempat pakan yang

ada di CV Lumbung Bhumi terbuat dari kayu dan bambu yang menyerupai

palungan dibagian luar kandang.

ii. Peralatan

Peralatan yang terdapat dalam kandang untuk menunjang dan memperlancar

kegiatan penggemukan CV Lumbung Bhumi yaitu, ember, arit, drencher,

gunting kuku, sapu lidi, pengki, sekop, cangkul, timbangan ternak,

timbangan pakan, karung, listrik, telepon.

iii. Memilih Bakalan

Dalam memilih bakalan domba dan kambing, CV Lumbung Bhumi biasa

melakukan seleksi satu persatu dengan melihat ciri-ciri fisiknya. Hal utama

yang harus diperhatikan yaitu domba dan kambing sehat dan tidak ada cacat,

berat minimal 13-15 kg, umur bakalan domba dan kambing sekitar 7-10

bulan dimana gigi susu belum berganti, serta harga disesuaikan dengan

harga pasar dan kondisi stok ternak di kandang.

Keuntungan usaha penggemukan domba dan kambing yang paling utama

adalah mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu

cepat. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan awal

dengan bobot badan akhir program penggemukan (Purbowati, 2011: 33).

Penggemukan domba dan kambing yang dilakukan CV Lumbung Bhumi

umumnya menggunakan ternak jantan, karena laju pertumbuhannya lebih

baik dibandingkan dengan betina. Bakalan domba dan kambing yang

50
diperoleh CV Lumbung Bhumi biasanya dari daerah Bogor, Sukabumi, dan

Garut.

iv. Pakan

Menurut Purbowati, (2011: 42) produktivitas ternak domba dan kambing,

terutama pertumbuhan dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor

genetik (30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh faktor lingkungan antara

lain terdiri dari pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan, dan iklim. Antara

faktor lingkungan tersebut, pakan mempnyai pengaruh terbesar sebesar

yakni 60%. Besarnya pengaruh pakan ini menunjukkan bahwa produktivitas

domba yang tinggi sulit tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi

persyaratan kuantitas dan kualitas.

Pakan yang diberikan untuk penggemukan domba dan kambing di CV

Lumbung Bhumi terdiri dari 2 jenis pakan, yaitu pakan berserat berupa

hijauan dan pakan penguat berupa konsentrat. Pakan hijauan terdiri dari

rumput, daun-daunan, dan limbah pertanian perkebunan, sedangkan pakan

konsentrat terdiri dari kulit kopi, tepung jagung, dedak, bungkil sawit,

tepung gaplek, tepung roti tawa, kopra, susu buku atau sereal, bungkil

kacang tanah, rending kangkung, bungkil kedelai, onggong, janggel, minetal

mix, dan garam. Pakan yang diperoleh untuk penggemukan domba dan

kambing pun berbeda-beda. Untuk pakan hijauan diperoleh dari hutan yang

letaknya cukup jauh dari desa dan dari petani lingkungan sekitar dengan cara

barter, dimana CV Lumbung Bhumi akan memberikan limbah kotoran

sebagai alat tukar yang dapat digunakan oleh petani sebagai pupuk kandang.

51
Sedangkan pakan konsentrat diperoleh dari mitra peternakan CV Lumbung

Bhumi yang berasal dari daerah bantar kambing. Hal ini dilakukan untuk

menekan jumlah biaya produksi dalam pembuatan pakan konsentrat dengan

tetap memaksimalkan kuantitas dan kualitas dari pakan konsentratnya

sendiri.

v. Penggemukan

Menurut Purbowati, (2011: 67) penggemukan merupakan upaya untuk

memacu pertumbuhan sehingga diperoleh bobot yang optimal. Agar

penggemukan berjalan dengan lancer maka segala sesuatunya harus

dilakukan dengan tahapan yang benar. Adapun beberapa tahapan

penggemukan yang dilakukan oleh CV Lumbung Bhumi yaitu:

a) Persiapan Kandang

Kandang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahul sebelumnya

dari sisa pakan dan kotoran. Cara membersihkannya bisa dengan disiram

atau dicuci dengan menggunakan selang atau sprayer agar debu, sisa

pakan, dan kotoran yang menempel di kandang bisa terlepas.

b) Penimbangan Ternak

Penimbangan domba dan kambing dilakukan pada awal masuk kandang

untuk mengetahui kembali bobot awal dan harga dasar pembelian per

kilogram. Penimbangan berikutnya dilakukan setiap akhir bulan untuk

mengetahui pertambahan bobot badan harian, sehingga harga jual

minimal per kilogramnya dapat ditentukan dari hal tersebut.

52
c) Pencukuran Bulu

Pencukuran bulu disini hanya berlaku pada domba dan tidak berlaku

pada kambing. Pencukuran bertujuan untuk memberantas kutu,

mengurangi stress panas yang diakibatkan dari cuaca, dan juga bertujuan

untuk memperbaiki penampilan dari domba agar tidak terlihat kumal.

Pencukuran bulu domba biasanya dilakukan sekali selama masa

penggemukan dengan memperhatikan kondisi ketebalan bulu dan

pengaruh cuaca. Pencukuran bulu domba di CV Lumbung Bhumi

dilakukan secara manual, yaitu menggunakan gunting cukur.

d) Memandikan Ternak

Sebelum dilakukan penggemukan, domba dan kambing dimandikan

telebih dahulu. Hal ini merupakan pencegahan bulu-bulu dari domba dan

kambing menjadi sarang kuman dan penyakit. Ketika dimandikan domba

dan kambing disikat bulu-bulunya, hal ini bertujuan untuk

membersihkan kotoran yang menempel dan merapikan bulu-bulunya.

e) Pemberian Vitamin dan Obat-Obatan

Pemberian vitamin bertujuan untuk mengurangi stress akibat perjalanan

selama pemindahan dari tempat pembelian ke kandang, sehingga

diharapkan pemberian vitamin dapat meningkatkan daya tahan tubuh

domba dan kambing. Meningkatnya daya tahan tubuh dari domba dan

kambing dapat mempercepat proses kesembuhan apabila terjadi infeksi

sebelumnya. Selain vitamin ada pemberian obat cacing untuk mencegah

dan mengobati domba dan kambing dari cacing atau endoparasit yang

53
dapat mengganggu saluran pencernaannya. Adapun antibiotik juga perlu

diberikan pada domba dan kambing untuk mengobati berbagai penyakit

yang dapat mengganggu sistem saluran urinari.

f) Kebersihan Kandang

Kebersihan kandang domba dan kambing harus selalu terjaga, hal ini

dilakukan agar domba dan kambing yang digemukkan tidakk mengalami

sakit atau keracunan akibat sisa pakan dan kotorannya. Kandang

penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi selalu

dibersihkan setiap harinya. Dalam pelaksanaannya, sisa pakan dan

kotoran domba dan kambing dibersihkan pada waktu pagi ataupun sore

hari.

g) Pemberian Pakan

Pemberian pakan setiap harinya dilakukan dua kali, yaitu disiang hari

dan di malam hari. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan bobot

tubuh domba dan kambing. Setiap ternaknya diberikan 300 gram

konsentrat dan 10% pakan hijauan dari berat bobot domba dan kambing

yang digemukkan. Jika domba dan kambing yang digemukkan memiliki

bobot berkisar 15 – 18 kilogram, maka setiap ternaknya diberikan pakan

2 – 2,5 kilogram perharinya.

h) Pemanenan

Penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi umumnya

dilakukan selama 2 hingga 3 bulan. Domba dan kambing hasil

penggemukan dapat dilihat dari penampilan, biasanya bagian ternak

54
diraba atau dipegang sehingga dapat dirasakan tonjolan ruas tulang

belakangnya. Ternak yang lebih gemuk biasanya kurang memiliki

tonjolan tulang belakang dibandingkan ternak yang lebih kurus, hal ini

dikarenakan lapisan daging atau lemaknya. Selain itu ciri fisik lainnya

juga dapat terlihat dari tinggi, panjang dan lingkar badan ternak. Namun,

untuk lebih akurat biasanya domba dan kambing akan ditimbang

menggunakan alat timbangan ternak.

vi. Penyakit

Menurut Purbowati (2011: 84), pertumbuhan domba dan kambing sangat

dipengaruhi oleh status kesehatannya. Pakan yang berkualitas, faktor

genetika yang bagus, dan kondisi lingkungan yang mendukung tidak akan

berarti jika domba yang digemukkan dalam kondisi sakit. Alih-alih

mengalami pertumbuhan, domba dan kambing yang sakit dalam jangka yang

panjang akan mengalami penyusutan bahkan akan mengalami kematian jika

tidak segera ditangani.

Untuk mengatasi permasalahan penyakit yang akan timbul, CV Lumbung

Bhumi melakukan tindak pencegahan dengan memberikan vitamin,

antibiotic dan obat cacing yang dilakukan secara berkala. Adapun beberapa

penyakit dan parasit yang sering menyerang domba dan kambing, yaitu:

 Penyakit

 Diare

Penyebab dari penyakit ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada

saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, makanan yang

55
rusak, serta lingkungan atau udara dingin. Gejala klinisnya: ternak tampak

lesu, lemah dan juga pucat. Kotoran berwarna hijau muda, hijau

mengkilap, hijau kekuningan, hijau kemerahan, hijau kehitaman, dab

fesesnya yang encer.

 Kudis

Penyebabnya adalah ektoparasit atau tungau Sarcoptes scabei. Biasanya

penyakit ini akan menyerang area disekitar telinga dulu, kemudian baru

menyebar. Tanda klinisnya timbul bercak–bercak merah yang membentuk

bisul pada kulit kambing, kemudian kulit yang berbercak akan mulai

menebal, mengeras dan bersisik serta gatal. Karena rasa gatal, si kambing

akan menggosok–gosokan badannya kedinding kandang yang akan

menyebabkan bulunya rontok. ternak domba. Untuk menangani penyakit

ini maka pengobatan yang dilakukan adalah pemberian antibiotik dan

pencukuran bulu domba atau dimandikan dan dijemur khusus untuk

kambing.

 Orf

Domba dan kambing yang terkena orf ditandai dengan adanya luka

disekitar mulut domba ataupun kambing. Akibat dari serangan ini, nafsu

makan domba dan kambing menurun. Penyakit ini mudah menular, ternak

yang terserang biasanya adalah ternak yang stress. Untuk pencegahan

maka dilakukan pengurangan tingkat stress dengan memberi vitamin pada

bakalan domba dan kambing yang baru datang.

56
 Kembung

Kembung merupakan jenis penyakit yang sering dialami oleh domba dan

kambing yang diberi pakan rumput. Rumen domba dan kambing dipenuhi

oleh gas yang terjebak dan tidak dapat keluar. Gejala yang muncul ketika

domba dan kambing mengalami kembung adalah membesarnya lambung

sebelah kiri. Untuk menghindarinya, pemberian rumput atau pakan

diberikan pada siang atau sore dan malam hari dan tidak memberikan

rumput yang masih basah oleh embun pagi.

 Parasit

 Cacing

Jenis cacing yang selalu menyerang domba dan kambing adalah cacing

bulat dan cacing hati. Cacing ini akan menghisap sari makanan yang

semestinya diserap oleh dinding usus untuk keperluan domba. Akibatnya,

meskipun domba dan kambing makan banyak, tetapi pertumbuhannya akan

lambat karena sari makanannya dihabiskan oleh cacing. Domba dan kambing

yang cacingan akan diberikan obat cacing. Untuk pencegahan pemberian obat

cacing biasa diberikan sejak pertama kali bakalan tiba di kandang.

 Kutu

Kutu adalah jenis parasit yang bersarang di sela-sela bulu domba dan

kambing. Kutu akan menghisap darah domba dan kambing melalui permukaan

kulitnya. Gigitaan kutu mengakibatkan gatal-gatal sehingga domba dan

kambing merasa tidak nyaman. Dalam kondisi yang parah, gigitan kutu juga

sering meninggalkan luka pada kulit. Untuk pencegahan dan penanganan

57
terhadap kutu tersebut maka peternakan ini melakukan pencukuran bulu agar

kutu tidak bersarang pada domba.

4.6 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang baik dapat mendukung suatu kegiatan usaha

untuk mencapai keberhasilan dan tujuan dari visi dan misi sebuah perusahaan.

Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang

profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendaliannya supaya

tidak terjadi penyimpangan ataupun kesalahan yang berakibat fatal. Berikut

Struktur organisasi dan job description serta sistem gaji dan insentif yang ada

pada CV Lumbung Bhumi:

1. Struktur Organisasi dan Job Description

CV Lumbung Bhumi memiliki struktur organisasi sederhana yang di pimpin

oleh Kang Bayu sebagai pemilik sekaligus pemimpin CV. Lumbung Bhumi yang

mengatur, membuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam menjalankan

usaha. Usaha ini memiliki lima orang karyawan tetap yang merupakan masyarakat

sekitar Desa Cileungsi, dimana 1 orang pengelola operasional, 2 orang dibagian

kandang dan penggemukan, serta 2 orang dibagian keamanan. Pemilik sendiri

mempercayakan jabatan Pengelola Operasional kepada Kang Herman untuk

memegang kendali atas semua karyawan yang berada di dapur, kandang,

keamanan dan logistik. Struktur organisasi CV. Lumbung Bhumi dapat dilihat

dalam gambar .3 dibawah ini:

58
Gambar 3. Struktur Organisasi CV. Lumbung Bhumi

Adapun tugas dari masing-masing pelaksana adalah sebagai berikut:

a. Pemilik

Pemilik pada usaha ini bertanggung jawab sebagai pemimpin perusahaan,

dimana sebagai pemimpin maka segala keputusan dan kebijakan dikendalikan

secara langsung oleh pemilik sebagai pemimpin.

b. Pengelola Operasional

Pengelola operasional memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan

mengatur kinerja dan karyawan di bagian dapur, kandang, keamanan dan

logistik. Selain itu, tangggung jawab pengelola operasional adalah melaporkan

kinerja dan kendala yang dihadapi di bagian operasional kepada pemilik.

c. Pembelian

Bagian pembelian bertugas untuk melakukan pembelian bakalan domba dan

kambing, obat-obatan dan jamu, serta antar jemput ternak dan daging.

d. IT dan Pemasaran

Bagian ini bertugas untuk mempersiapkan dan mengatur website, desain grafis

dan social media sebagai sarana pemasaran. Selain itu bagian ini juga bertugas

untuk menentukan harga jual dan beli domba dan kambing.

59
e. Dapur

Bagaian ini bertugas untuk memasak dan pengemasan nasi box untuk

melayani pesanan aqiqah.

f. Kandang dan penggemukan

Divisi kandang dan penggemukan memiliki tugas untuk mencari pakan

rumput dan konsentrat, memberikan makan, minum, dan mengecek kesehatan

setiap harinya. Bagian ini juga bertugas untuk memberikan obat dan vitamin

serta menjaga kebersihan kandang dari sisa kotoran dan pakan.

g. Keamanan

Divisi ini memiliki tugas utama untuk menjaga keamanan kandang CV

Lumbung Bhumi selama 24 jam.

h. Logistik

Tugas bagian logistik adalah melakukan pengadaan barang dan jasa untuk

kegiatan kerumah-tanggaan perusahaan. Pengelolaan stock dan distribusi

peralatan atau perlengkapan kepada unit kerja untuk rnenunjang pelaksanaan

tugas perusahaan.

i. Desain grafis dan website

Bagian ini di isi oleh karyawan lepas (freelancer), tugas yang harus dilakukan

adalah menyediakan desain interaktif untuk memberikan info terbaru,

sehingga dapat menarik konsumen melalui informasi visual yang disuguhkan.

Selain itu, bagian ini juga bertanggung jawab untuk melakukan maintenance

dan update informasi website perusahaan.

60
j. Media Sosial dan Customer service

Tugas bagian ini adalah mengelola media sosial yang ada untuk memberikan

informasi-informasi terbaru mengenai harga, promosi, dan berbagai macam

pertanyaan yang diajukan konsumen.

2. Sistem Gaji dan Insentif

CV Lumbung Bhumi sendiri memiliki 5 karyawan tetap dan 13 karyawan

lepas, dimana sistem gaji dan insentifnya pun berbeda. Sistem gaji yang diberikan

bagi karyawan tetap biasanya diberikan setiap di awal bulan, sedangkan untuk

insentifnya sendiri biasa diberikan ketika hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sistem gaji yang diberikan bagi karyawan lepas biasanya berbentuk upah, yakni

pembayaran diberikan ketika pekerjaan telah selesai dikerjakan pada waktu yang

telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan insentif untuk karyawan lepas, CV

Lumbung Bhumi memang tidak memberikannya dikarenakan memang jam kerja

karyawan lepas tidak mengikat setiap harinya.

4.7 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Usaha penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi

memberikan pengaruh bagi masyarakat disekitar kandang penggemukan. Tujuan

utama dari organisasi ini adalah membuat suatu wadah untuk mengembangkan

potensi desa, dengan harapan masing-masing individu akan mendapatkan

kesempatan untuk menaikkan taraf hidup sesuai dengan kapabilitas mereka

masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja tetap sebanyak

5 orang dan pekerja tambahan sebanyak kurang lebih 50 orang disetiap ada

61
katering untuk pemesanan aqiqah yang semua pekerjanya berasal dari warga

sekitar.

Semua karyawan atau tenaga kerja CV Lumbung Bhumi merupakan warga

desa Cileungsi, kecuali dibagian divisi IT dan Pemasaran. Merujuk pada gambar.3

yaitu struktur organisasi, disana kita dapat melihat bagian dapur. Untuk bagian

dapur sendiri, CV Lumbung Bhumi memberdayakan ibu-ibu rumah tangga sekitar

untuk memiliki penghasilan sendiri. Walaupun tidak setiap hari dan hanya bekerja

ketika ada pesanan katering aqiqah saja, ibu-ibu rumah tangga merasakan dampak

positif dari keberadaan CV Lumbung Bhumi. Karyawan lain selain dari divisi IT

dan Pemasaran yang juga berasal dari warga sekitar merasakan hal yang sama

seperti yang dirasakan ibu-ibu rumah tangga.

Adapun hal yang dirasakan bagi warga sekitar adalah saat tibanya hari

raya idul adha, dimana CV Lumbung Bhumi memiliki program qurban di desa.

Program qurban desa sendiri adalah program dimana CV Lumbung Bhumi

menjual dan menyalurkan langsung hewan qurban yang telah dibeli konsumen

untuk selanjutnya disembelih dan didistribusikan bagi warga yang membutuhkan

di desa cileungsi. Untuk tahun 2016 sendiri, program qurban desa telah berhasil

mendistribusikan daging hasil qurban kepada 410 KK atau 4 RT untuk warga desa

cileungsi dari qurban sebanyak 2 ekor sapi dan 14 ekor domba.

4.8 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sesuai peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003 tentang

Izin Usaha Peternakan dan Perikanan, CV Lumbung Bhumi seharusnya memiliki

izin usaha peternakan untuk melihat dampak terhadap lingkungan melalui analisis

62
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan

Hidup (UKL dan UPL). Namun CV Lumbung Bhumi belum memperoleh izin

tersebut dan hanya menggunakan Surat Keterangan Domisili Usaha serta Surat

Izin Gangguan yang di dapat dari Desa Cileungsi.

Setiap usaha yang dijalankan pasti memiliki dampak bagi lingkungan

disekitarnya, tidak terkecuali usaha penggemukan domba dan kambing. Dampak

yang ditimbulkan dari usaha penggemukan domba dan kambing adalah aroma tak

sedap yang bersumber dari kotoran ternak. Namun karena jarak antara kandang

dengan pemukiman warga cukup jauh sekitar 50 – 70 meter, menjadikan aroma

tak sedap tersebut tidak sampai tercium ke wilayah sekitar pemukiman. Namun

untuk menghindari beberapa kemungkinan negatif kedepannya, CV Lumbung

Bhumi berupaya menanggulangi hal tersebut, yaitu melakukan pembersihan

kandang secara teratur dan mengelola limbahnya.

Namun CV Lumbung Bhumi sendiri belum memiliki sertifikasi AMDAL

atau Kotoran dan limbah seperti sisa pakan ternak oleh CV Lumbung Bhumi

diolah untuk dijadikan sebagai pupuk. Pembuatan pupuk dari kotoran dan sisa

pakan ternak memang sampai saat ini belum dijadikan sebagai penghasilan

tambahan oleh CV Lumbung Bhumi. Hal ini dikarenakan dalam pengerjaannya,

CV Lumbung Bhumi belum menemukan komposisi yang pas untuk menghasilkan

sebuah pupuk yang berkualitas. Sehingga pupuk yang dihasilkan hingga saat ini

hanya diberikan kepada warga ataupun petani sekitar yang memang

menginginkannya.

63
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan salah satu aspek terpenting dalam menganalisa

kelayakan suatu usaha untuk melihat prospek kedepannya, dimana aspek ini

mengkaji tingkat kelayakan suatu usaha dari sisi keuangan perusahaan. Analisis

kelayakan finansial CV Lumbung Bhumi dilakukan dengan kriteria-kriteria

penilaian kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period dan

BEP. Bersadarkan dari kriteria penilaian investasi yaitu NPV, Net B/C Ratio, IRR,

Payback Period dan BEP. Untuk menganalisis kriteria tersebut digunakan arus

kas (cashflow). Perhitungan cashflow memberikan gambaran mengenai arus

manfaat (inflow) dan arus biaya (outflow). Kedua arus atau aliran kas tersebut

akan memperlihatkan posisi CV Lumbung Bhumi dalam kondisi yang

menguntungkan atau tidak. Adapun analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat

layak atau tidak usaha dijalankan kedepannya apabila terjadi peningkatan biaya

bakalan domba dan kambing.

Analisis kelayakan ini akan menganalisis usaha penggemukan domba dan

kambing pada CV Lumbung Bhumi selama 2 tahun berdasarkan umur usaha yang

telah dilaksanakan. Tahun pertama CV Lumbung Bumi melakukan penggemukan

domba dan kambing selama 3 periode yang dimulai dari bulan april. Hal ini

dikarenakan CV Lumbung Bhumi baru memulai usahanya pada bulan april,

dimana pada bulan sebelumnya CV Lumbung Bhumi melakukan beberapa

persiapan usaha dari perizinan hingga pembangunan kandang. Setiap periodenya

64
CV Lumbung Bhumi membutuhkan waktu selama 3 bulan untuk penggemukan.

Sedangkan di tahun kedua usaha, CV Lumbung Bhumi melakukan penggemukan

domba dan kambing sebanyak 4 periode.

5.1.1 Arus Penerimaan

Arus penerimaan pada usaha penggemkan domba dan kambing CV

Lumbung Bhumi berasal dari penjualan domba dan kambing yang telah

digemukkan kurang lebih 3 bulan. Dalam 1 tahun terdapat 4 periode

penggemukan, dimana setiap periodenya jumlah domba dan kambing yang

digemukkan berbeda-beda. Hal tersebut dilakukan karena pemilik masih belum

berani mengambil risiko pada 2 tahun awal usaha penggemukan untuk

memaksimalkan kapasitas kandangnya. Adapun kotoran dari ternak belum

dimaksimalkan untuk dijual –belikan dikarenakan pihak CV Lumbung Bhumi

belum mendapatkan formula untuk pemanfaatan kotoran menjadi pupuk organik

dengan daya jual yang bersaing dipasaran. Arus penerimaan pada CV Lumbung

Bhumi di sajikan dalam tabel 7.

Tabel 7.Total Arus Penerimaan CV Lumbung Bhumi


Jumlah Penjualan (ekor) Harga Jual (Rp/ekor)
Tahun Periode Penerimaan (Rp)
Domba Kambing Domba Kambing
April-Juni 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
2015 Juli-Sept 70 50 2,300,000 2,500,000 286,000,000
Okt-Des 50 35 1,800,000 2,000,000 160,000,000
TOTAL 180 115 614,000,000
Jan-Mar 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
April-Juni 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
2016
Juli-Sept 80 35 2,500,000 2,800,000 298,000,000
Okt-Des 55 30 2,100,000 2,550,000 192,000,000
TOTAL 255 125 826,000,000

Pada tahun pertama usaha, penggemukan domba dan kambing dilakukan

tiga periode dalam satu tahun. Persiapan usaha seperti lahan, kandang, saung,

65
perizinan, peralatan dan lain sebagainya menjadi sebuah alasan dalam proses

usaha CV Lumbung Bhumi untuk mencapai tujuan. Pada tahun pertama

penggemukan, total ternak yang digemukkan berjumlah 295 ekor yang terdiri dari

180 ekor domba dan 115 ekor kambing. Adapun harga jual ternak domba dan

kambing mengalami peningkatan di periode kedua sebesar Rp 500.000

dikarenakan harga bakalan ternak dan permintaan pasar meningkat, hal ini

dikarenakan pada periode tersebut bertepatan dengan adanya perayaan hari raya

Idul Adha.

Pada tahun kedua, jumlah ternak mengalami peningkatan karena pada

tahun ini CV Lumbung Bhumi sudah melakukan 4 kali periode penggemukan

dalam satu tahun. Jika pada tahun sebelumnya total ternak yang digemukkan

sebanyak 295 ekor, maka ditahun kedua total ternak yang digemukkan bertambah

sebesar 85 ekor menjadi 380 ekor yang terdiri dari 255 ekor domba dan 125 ekor

kambing. Peningkatan harga jual pada tahun kedua pun mengalami peningkatan

pada periode ke tiga dan dengan jumlah nominal peningkatan yang sama. Namun,

perbedaannya terletak pada periode setelah mengalami peningkatan dimana

penurunan harga jualnya hanya turun Rp 400.000 untuk domba dan Rp 250.000

untuk kambing.

5.1.2 Arus Pengeluaran

Arus pengeluaran (outflow) merupakan aliran kas (cashflow) yang

menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

membiayai kegiatan usaha baik pada saat usaha tersebut sedang berjalan maupun

66
saat pertama usaha tersebut didirikan. Komponen biaya yang dikeluarkan

mencakup biaya investasi biaya operasional.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama

saat menjalankan usaha yang tidak dapat habis dalam satu kali periode produksi.

Biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 221.420.000 meliputi biaya

pembelian tanah, biaya perizinan usaha, biaya pembuatan kandang, biaya

pembangunan gudang dan saung, biaya instalasi listrik dan air, biaya pembelian

kendaraan, biaya pembelian perlengkapan dan peralatan, serta biaya pembuatan

website. Biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh CV Lumbung Bhumi dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi
Umur Harga/ satuan Jumlah Biaya Penyusutan/
No. Uraian Satuan Jumlah Nilai Sisa
Ekonomis/ thn (Rp) (Rp) Tahun
1 Tanah Meter 2,300 50,000 115,000,000 - -
2 Perizinan Usaha 1 1 700,000 700,000 - -
3 Kandang Unit 2 3 5,000,000 10,000,000 1,000,000 3,000,000
4 Gudang Unit 1 6 9,000,000 9,000,000 2,000,000 1,166,667
5 Saung Unit 1 8 10,000,000 10,000,000 2,000,000 1,000,000
6 Instalasi Listrik Watt 700 8 200,000 200,000 - -
7 Instalasi Air 1 6 2,000,000 2,000,000 1,000,000 166,667
8 Mobil pick up (bekas) Unit 1 5 25,000,000 25,000,000 10,000,000 3,000,000
9 Mobil (bekas) Unit 1 5 35,000,000 35,000,000 17,000,000 3,600,000
10 Motor (bekas) Unit 3 5 2,000,000 6,000,000 800,000 240,000
11 Sabit Unit 3 2 50,000 150,000 - -
12 Garpu Garuk/ Sampah Unit 1 2 75,000 75,000 - -
13 Sekop Unit 2 2 50,000 100,000 - -
14 Mesin Cukur Unit 1 6 2,500,000 2,500,000 1,000,000 250,000
15 Ember/ Tong Unit 3 6 100,000 300,000 - -
16 Sepatu Boots Pasang 3 6 85,000 255,000 - -
17 Selang air meter 10 6 14,000 140,000 50,000 15,000
18 Website unit 1 5 5,000,000 5,000,000 1,000,000 800,000
TOTAL 221,420,000 35,850,000 13,238,333

67
a. Tanah

Tanah menjadi investasi utama CV Lumbung Bhumi untuk melakukan

usaha penggemukan domba dan kambing. CV Lumbung Bhumi melakukan

pembelian tanah girik di Kecamatan Ciawi Desa Cileungsi dengan lebar kurang

lebih mencapai 2.300 m2. Tanah tersebut dibeli dengan harga Rp 50.000/ m2

dengan harga dibawah NJOP Desa Cileungsi sebesar Rp 100.000 dengan

persyaratan karyawan untuk usaha harus berasal dari sekitar Desa Cileungsi.

Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk investasi tanah sebagai lahan usaha sebesar

Rp 115.000.000. Tanah tidak memiliki umur ekonomis usaha, bahkan nilai tanah

sendiri selalu mengalami peningkatan nilai jual disetiap tahunnya.

b. Perizinan Usaha

Sebelum usaha dijalankan segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin

atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi. Hal ini untuk

memudahkan dan melancarkan kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan

kerjasama dengan pihak lain. Izin usaha yang dimiliki oleh CV Lumbung Bhumi

yaitu berbentuk Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) yang diberikan oleh

Desa Cileungsi dan RT RW setempat. Perizinan usaha tersebut hanya berlaku

selama setahun dan harus diperbarui setiap tahunnya dengan mengeluarkan biaya

pengurusan sebesar Rp 700.000,.

c. Kandang

Kandang menjadi investasi penting dalam usaha penggemukan domba dan

kambing setelah tanah, karena kandang merupakan tempat dimana proses kegiatan

usaha berlangsung setiap harinya. Proses penggemukan domba dan kambing dari

68
awal pembelian bakalan hingga penjualan hasil penggemukan dilakukan

dikandang. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang yaitu sebesar Rp

10.000.000 dengan umur ekonomis 3 tahun.

d. Gudang

Gudang digunakan untuk menyimpan berbagai macam peralatan usaha.

Gudang yang dibangun merupakan gudang permanen yang memiliki dinding dan

lantai yang terbuat dari semen. Pembangunan gudang CV Lumbung Bhumi

menghabiskan biaya sebesar Rp 9.000.000,.

e. Saung

Saung berfungsi sebagai tempat berteduh dan istirahat para karyawan yang

mengurusi bagian kandang, sehingga letak saung pun berdekatan dengan kandang.

Saung yang dibangun merupakan bangunan semi permanen yang terbuat dari

semen dan kayu. Pembangunan saung sendiri menghabiskan biaya sebesar Rp

10.000.000,.

f. Instalasi Listrik

Instalasi listrik sebagai sumber listrik yang diperlukan untuk keperluan

sehari-hari seperti penerangan kandang penggemukan dan kebutuhan listrik untuk

didalam saung. Biaya instalasi listrik di CV Lumbung Bhumi mendapatkan

subsidi dari PLN sehingga hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 200.000 untuk

900 watt.

g. Instalasi Air

Pada awal pembangunan kandang, CV Lumbung Bhumi melakukan

pengeboran untuk mendapatkan sumber air. Untuk menyalurkan air sumber tanah

69
hasil pengeboran, CV Lumbung Bhumi membeli mesin pompa air. Biaya untuk

instalasi dan pembelian mesin pompa air sebesar Rp 2.000.000,. Namun, ketika

kegiatan usaha penggemukan akan dimulai, CV Lumbung Bhumi mendapat

penawaran bantuan dari Pam Jaya. Pam Jaya memberikan penawaran

berlangganan air bersih dengan murah tanpa harus mengeluarkan biaya instalasi

pemasangan pipa penyaluran air.

h. Mobil Pick Up

Mobil digunakan untuk melakukan pengangkutan bakalan domba dan

kambing saat pembelian dan pengantaran domba dan kambing hasil penggemukan

kepada konsumen. Mobil ini juga digunakan untuk mengangkut rumput sebagai

pakan untuk ternak. Mobil jenis pick up ini merupakan mobil gadai milik warga

sekitar dengan biaya sebesar Rp 25.000.000. Namun karena sang pemilik tidak

dapat menebus kembali sesuai tenggat waktu yang telah disepakati mobil tersebut

sudah seperti menjadi milik bersama, antara CV Lumbung Bhumi dan sang

pemilik mobil atau pihak disebut pihak pertama.

i. Mobil

Mobil digunakan untuk pengantaran daging mentah domba dan kambing

hasil penggemukan yang telah disembelih atau sudah diolah sesuai keinginan

konsumen. Mobil jenis minibus yang digunakan oleh CV Lumbung Bhumi

merupakan mobil gadai milik warga sekitar dengan biaya sebesar Rp 35.000.000.

Namun karena sang pemilik tidak dapat menebus kembali sesuai tenggat waktu

yang telah disepakati mobil tersebut sudah seperti menjadi milik bersama, antara

CV Lumbung Bhumi dan sang pemilik mobil atau pihak disebut pihak pertama.

70
j. Motor

Motor biasa digunakan untuk mencari dan mengangkut rumput, mengangkut

pembelian bakalan domba atau kambing serta mengirimnya juga kepada

konsumen disekitar wilayah kandang. Pembelian motor CV Lumbung Bhumi pun

tidak jauh berbeda dengan mobil, dimana motor gadai sebesar Rp 2.000.000 per

motornya yang tidak dapat dibayarkan oleh pihak pertama dengan masing-masing

1 motornya.

k. Sabit

Sabit atau arit digunakan untuk memotong rumput atau pakan hijauan.

Selain itu sabit ini juga digunakan untuk membersihkan menata tanaman liar

disekitar kandang. CV Lumbung Bhumi membeli 5 unit sabit dengan harga

satuannya sebesar Rp 50.000, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 3

unit sabit sebesar Rp 150.000

l. Sekop

Sekop digunakan untuk membersihkan kotoran domba dan kambing. Sekop

yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba dan kambing sebanyak 2 buah

dengan harga perbuahnya Rp 50.000. Maka biaya yang dibutuhkan untuk 2 buah

sekop sebesar Rp 100.000

m. Mesin Cukur

Mesin cukur berfungsi untuk memudahkan pemotongan bulu domba yang

sudah terlalu tebal. Hal ini dilakukan untuk pencegahan penyakit kulit yang

diakibatkan kotoran yang menempel pada bulu domba ataupun kambing. Biaya

71
yang dikeluarkan untuk membeli mesin cukur sebesar Rp 2.500.000 dengan umur

ekonomis 6 tahun.

n. Ember/ Tong

Ember atau tong berfungsi untuk menampung air ketika ingin memandikan

ternak ataupun saat membersihkan kandang dari sisa kotoran pakan dan ternak.

Ember atau tong yang dimiliki oleh CV Lumbung Bhumi berjumlah 3 buah

dengan harga per unit Rp.100.000,- dengan umur ekonomis 6 tahun.

o. Sepatu Boots

Sepatu boots karet digunakan untuk melindungi kaki dari kotoran dan benda

tajam disekitar kandang. Hal ini juga meminimalisir terjadinya kecelakaan dalam

kerja yang dapat menyebabkan infeksi atau penyakit yang terjadi dari keselahan

saat kerja. Sepatu boots yang dimiliki oleh CV Lumbung Bhumi berjumlah 3

pasang dengan harga sepasangnya sebesar Rp 85.000,.

p. Selang Air

Selang air digunakan untuk memandikan ternak ataupun saat membersihkan

kandang dari sisa kotoran pakan dan ternak. Selang yang dimiliki oleh CV

Lumbung Bhumi memiliki panjang sekitar 10 meter dengan harga per meternya

Rp.14.000,- dengan umur ekonomis 6 tahun.

q. Website

Website CV Lumbung Bhumi berisi informasi mengenai perusahaan, harga

dan promo untuk membangun kepercayaan dan perhatian terhadap calon

konsumen Pembuatan website sendiri mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.000.000

dengan umur ekonomis 5 tahun.

72
2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan semua biaya produksi, pemeliharaan dan

lainnya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang

digunakan dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional yang di

keluarkan oleh CV Lumbung Bhumi pada tahun pertama sebesar Rp 388.020.000

dan biaya operasional pada tahun selanjutnya sebesar Rp 535.805.000,. Rincian

biaya operasional yang terdapat di CV Lumbung Bhumi dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung


Bhumi
Biaya/ Bulan Biaya Tahun Biaya/ Tahun
No. Uraian Satuan Jumlah
(Rp) Pertama (Rp) Ke Dua (Rp)
1 Bakalan
a. Domba ekor 150 - 143,250,000 232,590,000
b. Kambing ekor 150 - 101,850,000 116,655,000
2 Konsentrat
a. TF87 kg 18,000 1,500,000 13,500,000 18,000,000
b. TF77 kg 18,000 3,000,000 27,000,000 36,000,000
3 Obat-obatan
a. Vitamin/ Obat cacing liter 4 - 630,000 840,000
b. Oba mata gram 15 - 45,000 60,000
c. Antibiotik liter 4 - 630,000 840,000
4 Gaji
a. Pengelola Operasional orang 1 2,000,000 18,000,000 24,000,000
b. Kandang Penggemukan orang 2 1,500,000 27,000,000 36,000,000
c. Keamanan orang 2 1,500,000 27,000,000 36,000,000
5 THR
a. Pengelola Operasional orang 1 - 2,000,000 2,000,000
b. Kandang Penggemukan orang 2 - 3,000,000 3,000,000
c. Keamanan orang 2 - 3,000,000 3,000,000
6 Rekening
a. Listrik Watt 900 80,000 720,000 960,000
b. Pulsa dan Internet 1 100,000 900,000 1,200,000
7 Air m3 100 20,000 180,000 240,000
8 BBM hari 50000 1,500,000 13,500,000 18,000,000
9 Karung bekas pcs 50 1,000 150,000 200,000
10 Sarung Tangan pcs 3 10,000 90,000 120,000
11 Pajak
a. Mobil pick up 1 - 1,325,000 1,325,000
b. Mobil 1 - 1,418,000 1,418,000
c. Motor 3 - 600,000 600,000
d. PBB 1 - 321,728 321,728
12 Pemeliharaan Kendaraan
a. Mobil Bak 1 150,000 1,350,000 1,800,000
b. Mobil 1 150,000 1,350,000 1,800,000
c. Motor 3 25,000 675,000 900,000
TOTAL 389,484,728 537,869,728

73
a. Bakalan

Pada tahun pertama CV Lumbung Bhumi melakukan penggemukan sebanyak

180 ekor domba dan 115 ekor kambing. Harga beli bakalan domba dan kambing

disetiap periodenya memiliki perbedaaan. Rata-rata harga pembelian bakalan

domba sebesar Rp 800.000 dan bakalan kambing sebesar Rp 865.000, dengan

berat badan berkisar 15-18 kilogram. Total biaya yang dikeluarkan oleh CV

Lumbung Bhumi pada tahun pertama untuk bakalan domba sebesar Rp

143.250.000 dan bakalan kambing sebesar Rp 101.850.000,. Pada tahun kedua

CV Lumbung Bhumi melakukan penggemukan sebanyak 255 ekor domba dan

125 ekor kambing. Rata-rata harga pembelian bakalan domba sebesar Rp 902.500

dan bakalan kambing sebesar Rp 931.500, dengan berat badan berkisar 15-18

kilogram. Total biaya yang dikeluarkan oleh CV Lumbung Bhumi pada tahun

kedua untuk bakalan domba sebesar Rp 232.590.000 dan bakalan kambing

sebesar Rp 116.655.000,.

b. Pakan

Pakan yang diberikan untuk domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi

berupa pakan hijauan dan bahan pakan konsentrat. Pakan hijauan didapatkan

secara gratis, sedangkan pakan konsentrat harus membeli karena CV Lumbung

Bhumi belum bisa membuat pakan konsentrat sendiri. Untuk Pakan Konsentrat

yang digunakan pun ada dua jenis yaitu pakan konsentrat jenis TF87 dan TF88

dengan komposisi bahan yang terbuat dari kulit kopi, pollard, tepung jagung,

dedak, bungkil sawit, tepung gaplek, tepung roti tawa, kopra, susu buku atau

sereal, bungkil kacang tanah, rendeng, kangkung, bungkil kedelai, onggong,

74
janggel, lagantor dan garam. Untuk harga pakan konsentrat TF87 perkilogram

dibeli dengan harga Rp 1.000, sedangankan pakan konsentrat TF77 perkilogram

dibeli dengan harga Rp 2.000,.

Kebutuhan akan pakan konsentrat perharinya sebanyak 100 kg untuk rata-rata

100 ekor ternak dalam setiap penggemukannya. Sehingga dalam setahun

diperkirakan kebutuhan akan pakan konsentrat sebesar 36.000 kilogram dengan

biaya untuk jenis pakan konsentrat TF87 sebesar Rp 18.000.000 dan jenis pakan

konsentrat TF77 sebesar Rp 36.000.000,. Perbedaan jumlah periode penggemukan

pada tahun pertama menjadikan kuantitas dan biaya yang dikeluarkan pun lebih

sedikit. Untuk jenis pakan konsentrat TF87 membutuhkan pakan sebanyak 13.500

kg dengan biaya sebesar Rp 13.500.000, sedangkan untuk jenis pakan konsentrat

TF77 dengan jumlah pakan sebanyak 13.500 kg mengahabiskan biaya sebesar Rp

27.000.000,.

c. Obat-obatan

Usaha penggemukan domba dan kambing memiliki risiko terhadap penyakit

hingga risiko kematian. CV Lumbung Bhumi pun melakukan antisipasi dengan

memberikan vitamin atau obat cacing dan antibiotik serta obat mata untuk

mencegah serangan terhadap penyakit dan juga memberikan pengobatan.

Pemberian obat cacing atau vitamin dilakukan ketika bakalan domba dan kambing

tiba beberapa hari dikandang penggemukan dan beberapa hari setelahnya baru

diberikan antibiotik. Obat mata diberikan pada ternak domba dan kambing yang

terkadang mengalami sakit pada bagian matanya.

75
Pemberian vitamin dan antibiotik untuk setiap ternak sebanyak 40 gram

vitamin dan 40 gram antibiotik. Biaya yang dikeluarkan untuk 4 liter vitamin atau

obat cacing dan antibiotik sebesar masing-masing Rp 210.000,. Total biaya yang

dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 1.260.000 untuk 24 liter vitamin dan

antibiotik dan total biaya pada tahun kedua sebesar Rp 1.680.000 untuk 32 liter

vitamin dan antibiotik.

Berbeda dengan pemberian vitamin dan antibiotik, obat mata baru diberikan

ketika ternak domba dan kambing sudah mengalami penyakit pada bagian mata.

Pengobatan untuk sakit mata pada ternak diberikan 2-3 tetes setiap pagi dan sore

hari sampai sakit yang diderita oleh ternak mengalami kesembuhan. Biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian obat mata 1 botol seberat 15 gram sebesar Rp

15.000,. Total biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama penggemukan sebesar

Rp 45.000 dan total biaya ditahun kedua sebesar Rp 60.000,.

d. Gaji

Gaji adalah upah yang dikeluarkan dari usaha penggemukan domba dan

kambing CV Lumbung Bhumi yang diberikan untuk pengelola operasional,

pengelola kandang, dan penjaga keamanan. Gaji yang diberikan untuk pengelola

operasional setiap bulannya sebesar Rp 2.000.000 sehingga dalam satu tahun

biaya yang dikeluarkan untuk pengelola operasional sebesar Rp 24.000.000,.

Divisi Kandang dan keamanan yang terdiri dari 4 orang diberikan gaji per

bulannya masing-masing sebesar Rp 1.500.000, sehingga biaya yang dibutuhkan

untuk satu tahun masa usaha sebesar Rp 72.000.000,.

76
e. Tunjangan Hari Raya

Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan bonus diluar hasil kerja yang

diberikan kepada karyawan CV Lumbung Bhumi dan diberikan hanya pada saat

menjelang hari raya Idul Fitri. Tunjangan yang diberikan oleh CV Lumbung

Bhumi yaitu sebesar satu bulan gaji dari setiap karyawannya. Sehingga total biaya

yang dibutuhkan setiap tahunnya untuk memberikan tunjangan kepada karyawan

mencapai Rp 8.000.000,.

f. Rekening

Rekening listrik tetap yang dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp 80.000,. Biaya

tetap listrik perbulan diantaranya berupa biaya beban listrik dan pemakaian

penerangan kandang. Pada tahun pertama usaha penggemukan dimulai, biaya

tetap listrik yang dikeluarkan sebesar Rp.720.000. Sedangkan biaya listrik pada

tahun kedua yang dikeluarkan sebesar Rp. 960.000,.

Rekening lainnya yaitu untuk kebutuhan pulsa dan internet dengan biaya

perbulannya sebesar Rp 100.000,. Pada tahun pertama usaha penggemukan

dimulai, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.900.000,. Sedangkan biaya listrik

pada tahun kedua yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.200.000,.

g. Air

Kandang CV Lumbung Bhumi memiliki dua sumber air, yaitu air tanah dan

pam jaya. Air tanah yang didapatkan diambil menggunakan bantuan mesin pompa

air, biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan air tanah sudah termasuk kedalam

biaya penggunaan listrik. CV Lumbung Bhumi juga berlangganan air bersih yang

berasal dari perusahaan Pam Jaya. Biaya berlangganan air pam sebulannya

77
mencapai Rp 20.000 dengan ketentuan Rp 10.000/ 100 m3, sehingga biaya yang

dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 180.000 dan pada tahun kedua sebesar

Rp 240.000,.

h. Bahan Bakar Minyak

Biaya tetap bahan bakar minyak yang dikeluarkan setiap harinya sebesar Rp

50.000, sehingga setiap bulannya sebesar Rp.1.500.000. Biaya tetap bahan bakar

minyak perbulan diantaranya berupa biaya bahan bakar kendaraan operasional

motor dan mobil yang digunakan untuk berbelanja bahan dan keperluan

transportasi kelompok lainnya. Biaya bahan bakar minyak yang dikeluarkan pada

tahun pertama sebesar Rp. 13.500.000,. Sedangkan biaya tetap bahan bakar

minyak yang dikeluarkan pada tahun ke 2 sebesar Rp. 18.000.000,.

i. Karung Bekas

Karung Bekas digunakan untuk menyimpan atau mengumpulkan kotoran

ternak untuk dijadikan pupuk. Biaya yang dikeluarkan setiap periode

penggemukan sebesar Rp 50.000 untuk 50 pcs karung bekas. Sehingga

perhitungan biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama dengan massa 3 kali

periode penggemukan sebesar Rp 150.000. sedangkan pada tahun kedua dengan

4 kali periode penggemukan, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 200.000,.

j. Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan untuk karyawan sebagai salah satu peralatan

pelindung dan pencegahan terjadinya kontaminasi ataupun kecelakaan kerja

selama dilokasi kandang ataupun saat memotong rumput. Berdasarkan hal

tersebut CV Lumbung Bhumi mengalokasikan dana penyediaan sarung tangan

78
setiap bulannya dengan biaya sebesar Rp 30.000 untuk 3 buah sarung tangan.

Biaya yang yang dikeluarkan pada tahun pertama dan kedua sebesar Rp 90.000

dan Rp 120.000,.

k. Pajak

Pajak yang dibayarkan oleh CV Lumbung Bhumi setiap tahunnya yaitu pajak

kendaraan seperti motor dan mobil, serta pajak bumi dan bangunan. Pajak untuk

mobil pickup dan mobil grandmax dalam satu tahunnya sebesar Rp 2.743.000,

sedangkan untuk tiga buah sepeda motor sebesar Rp 600.000 dan pajak bumi dan

bangunan sebesar Rp 400.000 pertahunnya. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh

CV Lumbung Bhumi setiap tahunnya untuk pajak sebesar Rp 4.000.000,.

l. Pemeliharaan Kendaraan

Pemeliharaan kendaaraan dilakukan untuk menjaga performa dari setiap

kendaraan. Pemeliharaan seperti penggantian oli dan service biasa dilakukan

beberap bulan sekali atau melihat dari kondisi dari kendaraan tersebut apabila

kendaraan dirasa kurang stabil saat dikendarai. Biaya tetap yang ditaksir untuk

pemeliharaan kendaraan pertahunnya sebesar Rp 1.800.000 untuk mobil pickup

dan mobil grandmax, dan Rp 900.000 untuk tiga buah sepeda motor.

5.2 Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan usaha dari aspek finansial. Modal usaha penggemukan domba dan

kambing CV Lumbung Bhumi berasal dari modal sendiri, sehingga suku bunga

yang digunakan adalah suku bunga kredit bank umum Kabupaten Bogor selama 5

tahun, rata-rata dari tingkat suku bunga pada tahun 2011 - 2015 yaitu sebesar 15%

79
setelah dilakukan pembulatan dari 14.91%. Kriteria kelayakan yang digunakan

dalam analisis finansial yaitu NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period, dan

BEP. Hasil perhitungan kelayakan finansial dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10.Hasil Analisis Kelayakan Finansial


No Alat analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) 190,671,572 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 75,22% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,86 Layak
4 Payback Period (PP) 0,76 (9 Bulan) Layak
5. BEP Harga 2,444,091 Layak
6. BEP Volume 423 Layak

Berdasarkan tabel.10 ditunjukan bahwa dengan tingkat suku bunga sebesar

15% akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) > 0 yaitu sebesar 193.506.820

yang artinya usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi ini

layak untuk di jalankan. Nilai NPV Rp. 190,671,572,- juga menunjukan manfaat

bersih yang diterima selama umur bisnis 2 tahun. Nilai Internal Rate of Return

(IRR) yang diperoleh dari analisis kelayakan finansial usaha penggemukan domba

dan kambing CV Lumbung Bhumi sebesar 75,22% dimana nilai IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu (15%). Nilai IRR tersebut menunjukan

bahwa usaha mampu memberikan pengembalian atas modal yang di keluarkan

sebesar 76,24%.

Berdasarkan hasil perhitungan IRR, dapat dikatakan bahwa usaha

penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi layak dijalankan karena

nilai IRR yang dihasilkan lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada usaha ini diperoleh Net B/C > 1 yaitu sebesar

1,86 yang menyatakan bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang di keluarkan

menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 1,86,. Berdasarkan kriteria Net B/C

80
usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi layak untuk

dijalankan, karena hasil perhitungan Net B/C > 1 yaitu 1,86. Usaha penggemukan

domba dan kambing CV Lumbung Bhumi ini memiliki Nilai Payback Period (PP)

selama 0,76 tahun atau 9 bulan yang artinya modal investasi yang telah di

tanamkan oleh pemilik CV Lumbung Bhumi akan kembali setelah 9 bulan sejak

usaha dijalankan. Usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi

dikatakan layak, karena modal investasi yang telah ditanamkan kembali sebelum

umur usaha yaitu 2 tahun.

Total biaya operasional yang dikeluarkan CV Lumbung Bhumi sebesar Rp

928.754.456 dan total produksi domba dan kambing yang diperoeh CV Lumbung

Bhumi dalam satu tahun sebesar 380 ekor domba dan kambing, Dengan demikian

hasil analisis BEP Harga diketahui bahwa nilai BEP Harga yang diperoleh adalah

2.444.091 yang artinya CV Lumbung Bhumi memperoleh pulang pokok jika

hanya menjual domba dan kambing sebesar Rp 2.444.091/ekor. Apabila CV

Lumbung Bhumi menjual domba dan kambing dibawah harga Rp 2.444.091/ekor

maka usaha akan mengalami kerugian, apabila usaha penggemukan domba dan

kambing di CV Lumbung Bhumi menjual diatas harga Rp 2.444.091/ekor maka

akan memberikan keuntungan bagi CV Lumbung Bhumi.

Total biaya yang dikeluarkan oleh CV Lumbung Bhumi sebesar Rp

928.754.456, dan harga jual yang diperoleh oleh CV Lumbung Bhumi terdapat

enam harga jual, yaitu Rp 1.800.000, Rp 2.000.000, Rp 2.100.000, Rp 2.550.000,

Rp 2.800.000, lalu harga jual tersebut dirata-ratakan maka menghasilkan harga

jual sebesar Rp 2.193.750. Dengan demikian hasil analisis BEP Volume dapat

81
diketahui bahwa usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume

produksi mencapai 423 ekor domba dan kambing. Apabila jumlah produksi

kurang dari 423 ekor domba dan kambing dalam 1 tahun maka usaha akan

mengalami kerugian, sedangkan apabila usaha memproduksi lebih dari 423 ekor

domba dan kambing dalam 1 tahun maka akan memberikan keuntungan bagi CV

Lumbung Bhumi. Rincian arus kas (cash flow) dapat dilihat pada lampiran 5.

5.2.1 Tingkat Sensitivitas Usaha Penggemukan Domba dan Kambing


Di CV Lumbung Bhumi

Adapun analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat layak atau tidak

usaha dijalankan kedepannya apabila terjadi peningkatan biaya bakalan domba

dan kambing. Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa

dilakukan dengan switching value adalah, pada analisis sensitivitas besarnya

perubahan sudah diketahui secara empirik dan melihat bagaimana dampaknya

terhadap hasil kelayakan. Pada penelitian ini tingkat sensitivitas diukur

berdasarkan data inflasi Kabupaten Bogor selama 5 tahun terakhir dari inflasi

terendah, rata-rata, dan tertinggi yaitu sebesar 2%, %5 dan 9%. Sedangkan pada

perhitungan swithing value peningkatan harga bakalan domba dan kambing justru

dicari hingga sejauh mana tingkat kelayakan masih dapat ditoleransi agar bisnis

masih tetap layak. Hal ini menunjukkan bahwa harga output tidak boleh turun

melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value)

tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0.

5.2.2 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat

pengaruh perubahan yang terjadi dari kenaikan harga biaya bakalan domba dan

82
kambing terhadap kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing pada CV

Lumbung Bhumi. Hasil tersebut memberikan pengaruh dalam mengambil

keputusan untuk kedepannya, apabila setelah terjadi kenaikan harga bakalan

masih tetap layak maka usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung

Bhumi memiliki prospek untuk pengembangan usaha. Hasil perhitungan analisis

sensitivitas usaha penggemukan domba dan kambing di CV Lumbung Bhumi

dengan tiga skenario berdasarkan data inflasi Kabupaten Bogor selama 5 tahun

terakhir dari inflasi terendah, rata-rata, dan tertinggi yaitu sebesar 2%, %5 dan 9%

dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11.Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan


No Alat analisis Hasil Analisis Keterangan
Skenario I Kenaikan Harga Bakalan 2%
1 Net Present Value (NPV) 181.126.248 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 72,40% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,82 Layak
4 Payback Period (PP) 0,80 (10 Bulan) Layak
5 Break Event Point (BEP) Harga 2.475.372 Layak
6 Break Event Point (BEP) Volume 429 Layak
Skenario II Kenaikan Harga Bakalan 5%
1 Net Present Value (NPV) 166.808.261 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 68,12% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,75 Layak
4 Payback Period (PP) 0,85 (11 Bulan) Layak
5 Break Event Point (BEP) Harga 2.522.294 Layak
6 Break Event Point (BEP) Volume 437 Layak
Skenario III Kenaikan Harga Bakalan 9%
1 Net Present Value (NPV) 147.717.612 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 62,38% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,67 Layak
4 Payback Period (PP) 0,94 (1 tahun) Layak
5 Break Event Point (BEP) Harga 2.584.857 Layak
6 Break Event Point (BEP) Volume 448 Layak

Berdasarkan tabel.11 dapat dilihat bahwa analisis sensitivitas Skenario I

dengan kenaikan harga bakalan domba dan kambing sebesar 2% diperoleh nilai

NPV = 181.126.248, IRR = 72,40% , Net B/C Ratio = 1,82, Payback Periode =

83
0,80 (10 bulan), BEP Harga = 2.475.372, dan BEP Volume = 429. Nilai-nilai

parameter tersebut menunjukan bahwa usaha penggemukan domba dan kambing

pada CV Lumbung Bhumi masih tetap layak untuk dijalankan bila terjadi

kenaikan biaya harga bakalan mencapai 2%.

Pada Skenario II dengan kenaikan harga bakalan domba dan kambing

sebesar 5% diperoleh nilai NPV = 166.808.261, IRR = 68,12% , Net B/C Ratio =

1,75, Payback Periode = 0,85 (11 bulan) BEP Harga = 2.522.294, dan BEP

Volume = 437. Berdasarkan parameter tersebut menunjukan bahwa usaha

penggemukan domba dan kambing pada CV Lumbung Bhumi masih tetap layak

untuk dijalankan bila terjadi kenaikan biaya harga bakalan mencapai 5%.

Pada Skenario III dengan kenaikan harga bakalan domba dan kambing

sebesar 9% diperoleh nilai NPV = 147.717.612, IRR = 62,38% , Net B/C Ratio =

1, 67, Payback Periode = 0,94 (1 tahun), BEP Harga = 2.584.857, dan BEP

Volume = 448. Berdasarkan nilai-nilai parameter tersebut menunjukan bahwa

usaha penggemukan domba dan kambing pada CV Lumbung Bhumi masih tetap

layak untuk dijalankan bila terjadi kenaikan biaya harga bakalan mencapai 9%.

5.2.3 Hasil Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Analisis nilai pengganti (switching value) ditentukan dengan uji coba

sampai dapat menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. Analisis nilai pengganti

(switching value) dilakukan terhadap variabel-variabel yang dianggap paling

mempengaruhi kelayakan usaha. Pada usaha penggemukan domba dan kambing

pada CV Lumbung Bhumi, variabel yang dianggap paling mempengaruhi

kelayakan usaha adalah biaya harga bakalan. Dari hasil analisis nilai pengganti

84
akan diketahui seberapa besar perubahan yang boleh terjadi pada usaha

penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi sehingga masih tetap

layak untuk dijalankan. Hasil analisis nilai pengganti dapat dilihat dalam tabel 12.

Tabel 12.Hasil Analisis Nilai Pengganti Switching Value 39.95078%


No Alat analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) 0 Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 14,99% Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,00 Tidak Layak
4 Payback Period (PP) 4,22 (4 tahun 3 bulan) Tidak Layak

Berdasarkan tabel.12 hasil analisis nilai pengganti (switching value) di atas

dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap kenaikan harga bakalan

adalah 39.95078% persen, dimana parameter nilai-nilai dari kelayakan usaha

seperti NPV = 0 yang berarti usaha tidak mendapatkan keuntungan namun juga

tidak mendapatkan kerugian. Nilai IRR = 14,99% yang berarti nilai yang didapat

lebih kecil dari rate of return (tingkat bunga yang berlaku), yaitu 15% sehingga

investasi ditolak atau tidak layak. Nilai Net B/C Ratio = 1 yang menyatakan

bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang di keluarkan tidak menghasilkan manfaat bersih

sama sekali, sehingga investasi harus ditolak. Nilai Payback Periode = 4,22 atau

4 tahun 3 bulan, hal ini sudah melebihi dari umur usaha yang telah dijalankan

sehingga investasi pun juga harus ditolak. Analisis nilai pengganti (switching

value) pada peningkatan harga bakalan domba dan kambing dapat dilihat pada

lampiran 10.

85
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha dapat disimpulkan bahwa usaha

penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi layak untuk

dijalankan dan memiliki prospek untuk dikembangkan kedepannya.

2. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, perubahan total biaya harga bakalan

mengalami kenaikan sebesar 2%, 5%, dan 9% masih memberikan

keuntungan bagi usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung

Bhumi. Apabila harga bakalan mengalami peningkatan sebesar

39.95078% maka usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung

Bhumi menjadi tidak layak.

6.2 Saran

1. Usaha penggemukan domba dan kambing CV Lumbung Bhumi

merupakan usaha yang layak dan memiliki prospek usaha, sehingga usaha

penggemukan domba dan kambing sebaiknya dapat terus dijalankan dan

dikembangkan lebih jauh.

2. Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha penggemukan domba

dan kambing CV Lumbung Bhumi perlu menghentikan usahanya apabila

harga bakalan domba dan kambing mengalami peningkatan sebesar

39.95078%, karena usaha tidak akan memperoleh keuntungan dan justru

dapat merugikan usaha berjalan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambadar, Jackie. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di


Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar. 2016. Bulughul Maram Himpunan Hadits-


Hadits Hukum Dalam Fiqih Islam. Jakarta: Darul Haq

BPS. 2017. Statistik Indonesia 2017. Jakarta: BPS

BPS Kabupaten Bogor. 2015. Indikator Ekonomi daerah Kabupaten Bogor Tahun
2015. Bogor: BPS

Gittinger, J. Price. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Haming, Murdifin dan Basalamah, Salim. 2003. Studi Kelayakan Investasi Proyek
dan Bisnis, Jakarta: PPM

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Swadaya.

Ismail, Hardiansah. 2012. Langkah Sukses: Menjadi Peternak Domba dan


Kambing Secara Otodidak, Jakarta: Penebar Swadaya

Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Kementrian Pertanian. 2015. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015,


Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian
Pertanian RI

Kementrian Pertanian. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016,


Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian
Pertanian RI

Kementrian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pertanian, Jakarta:


Kementrian Pertanian RI

Mayang, Farida Sukmawati. 2012. Penggemukan Kambing Potong.


http://ntb.litbang.pertanian.go.id/document.php?folder=ind/infotek&filenam
e=pkp&ext=pdf, diakses 1 Agustus 2017 : 23.55 WIB

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.


Mulyadi. 2002. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba.

Nurmalina, Rita. Sarianti, Tintin dan Karyadi, Arif. 2010. Studi Kelayakan Bisnis,
Bogor: Departemen Agribisnis FEM-IPB

Purbowati, Endang dan Tim Penulis Mitra Tani Farm. 2011. Usaha Penggemukan
Domba, Jakarta: Penebar Swadaya

Rahim, Abd. dan Hastuti. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sarwono,B. 2005. Beternak Kambing Unggul, Jakarta: Penebar Swadaya

Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga

Soedjana, Teppy D. 2011. Peningkatan Konsumsi Daging Ruminansia Kecil


Dalam Rangka Diversifikasi Pangan Daging Mendukung PSDSK 2014.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi


Yogyakarta.

Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Ketiga, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Winarso, Bambang. 2009. Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisinis


Ternak Kambing/ Domba di Indonesia. Bogor: Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian

Skripsi
Bahmat, Septiannisa. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Penggemukan Domba dan Kambing Di Peternakan Bapak Sarno, Desa
Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Bogor: Institut
Pertanian Bogor

Islam, Syaihul. 2015. Studi Perbandingan Pendapatan Usaha Penggemukan


Dengan Usaha Pembibitan Sapi Bali Di Kandang Kelompok Kecamatan
Narmada Kabupaten Lombok Barat, Mataram: Universitas Mataram

Maulina, Nurul. 2015. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Buah Naga Merah
dan Sensitivitasnya (Studi Kasus: CV. Aroma Cake Buah Naga, Batam-
Kepulauan Riau), Jakarta: UIN Syarif Hidayaullah

Muzakki, Akhmad. 2015.Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Padi (Studi


Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya,Provinsi Jawa
Barat), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

88
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusanan skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di CV
Lumbung Bhumi” oleh Muchamad Ario Nugroho, Mahasiswa Program Studi
Agribinis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Pemilik usaha?
2. Lokasi usaha?
3. Sejarah usaha?
4. Kegiatan usaha?
5. Struktur Organisasi?
B. Aspek Kelayakan Usaha
a) Aspek Hukum
No. Uraian Keterangan
1. Legalitas atau izin usaha
apa saja yang telah di miliki
perusahaan
2. Bentuk badan usaha
b) Aspek Pasar dan Pemasaran
No. Uraian Keterangan
1. Permintaan dan penawaran
2. Product (produk), Place
(tempat), Price (harga),
Promotion (promosi) (4P)
3. Pesaing perusahaan
4. Sumber dan perkembangan
informasi harga jual produk
5. Daerah/ wilayah pemasaran
produk yang ada dan
wilayah potensial
6. Produk sampingan yang
dihasilkan
c) Aspek Teknis
No. Uraian Keterangan
1. Lokasi usaha
2. Berapakah luas lahan,
kandang, dan gudang
3. Kapasitas kandang

88
Lampiran 1. Lanjutan

4. Alat yang digunakan


(peralatan dan
perlengkapan)
5. Pakan dan obat-obatan
6. Listrik, internet (pulsa) dan
air
7. Skala produksi (jumlah
ternak/ tahun/ periode)
8. Penggunaan teknologi
9. Jumlah Tenaga kerja
10. Fasilitas transportasi
11. Proses penggemukan
d) Aspek Manajemen
No. Uraian Keterangan
1. Jenis-jenis pekerjaan
(Job Description)
2. Penyediaan tenaga kerja?
3. Sistem pembagian kerja?
4. Sistem kompensasi?
e) Aspek Sosial
No. Uraian Keterangan
1. Dampak positif dan negatif
usaha penggemukan terhadap
masyarakat
2. Reaksi masyarakat terhadap
usaha yang dijalankan
f) Aspek Lingkungan
No. Uraian Keterangan
1. Jenis limbah yang dihasilkan
(padat, cair, gas)
2. Dampak positif dan negatif
usaha penggemukan terhadap
lingkungan
3. Upaya penanganan untuk
menekan dan mencegah
dampak negative yang
ditimbulkan
g) Aspek Finansial
No. Uraian Keterangan
1. Sumber modal
2. Pinjaman
3. Biaya peralatan

89
Lampiran 1. Lanjutan

4. Biaya perlengkapan
5. Biaya tenaga kerja
6. Penerimaan
C. Biaya Investasi/ Biaya Tetap
Harga Waktu
No. Uraian Jumlah Keterangan
Beli Pemakaian
1. Biaya pembelian/
sewa lahan
2. Biaya pembuatan
kandang
3. Biaya pembuatan
gudang
4. Biaya pembelian
peralatan
5. Biaya pembelian
perlengkapan
6. Biaya pembelian
kendaraan
7. Biaya instalasi air
8. Biaya instalasi
listrik
9. Biaya perizinan
usaha
D. Biaya Variabel/ Biaya Operasional
Harga Unit
No. Uraian Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Gaji Karyawan
2. Telepon
3. Listrik
4. Air
5. PBB (Pajak Bumi
dan Bangunan
6. Pakan
7. Obat-obatan ternak
8. Bakalan
TOTAL BIAYA

90
Lampiran 2. Data Produksi dan Penerimaan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi

Jumlah Penjualan (ekor) Harga Jual (Rp/ekor)


Tahun Periode Penerimaan (Rp)
Domba Kambing Domba Kambing
April-Juni 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
2015 Juli-Sept 70 50 2,300,000 2,500,000 286,000,000
Okt-Des 50 35 1,800,000 2,000,000 160,000,000
TOTAL 180 115 359,000,000 255,000,000 614,000,000
Jan-Mar 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
April-Juni 60 30 1,800,000 2,000,000 168,000,000
2016
Juli-Sept 80 35 2,500,000 2,800,000 298,000,000
Okt-Des 55 30 2,100,000 2,550,000 192,000,000
TOTAL 255 125 531,500,000 294,500,000 826,000,000

91
Lampiran 3. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi

Umur Ekonomis/ Harga/ satuan Jumlah Biaya Penyusutan/


No. Uraian Satuan Jumlah Nilai Sisa
thn (Rp) (Rp) Tahun
1 Tanah Meter 2,300 50,000 115,000,000 - -
2 Perizinan Usaha 1 1 700,000 700,000 - -
3 Kandang Unit 2 3 5,000,000 10,000,000 1,000,000 3,000,000
4 Gudang Unit 1 6 9,000,000 9,000,000 2,000,000 1,166,667
5 Saung Unit 1 8 10,000,000 10,000,000 2,000,000 1,000,000
6 Instalasi Listrik Watt 700 8 200,000 200,000 - -
7 Instalasi Air 1 6 2,000,000 2,000,000 1,000,000 166,667
8 Mobil pick up (bekas) Unit 1 5 25,000,000 25,000,000 10,000,000 3,000,000
9 Mobil (bekas) Unit 1 5 35,000,000 35,000,000 17,000,000 3,600,000
10 Motor (bekas) Unit 3 5 2,000,000 6,000,000 800,000 240,000
11 Sabit Unit 3 2 50,000 150,000 - -
12 Sekop Unit 2 2 50,000 100,000 - -
13 Mesin Cukur Unit 1 6 2,500,000 2,500,000 1,000,000 250,000
14 Ember/ Tong Unit 3 6 100,000 300,000 - -
15 Sepatu Boots Pasang 3 6 85,000 255,000 - -
16 Selang air meter 10 6 14,000 140,000 50,000 15,000
17 Website unit 1 5 5,000,000 5,000,000 1,000,000 800,000
TOTAL 221,345,000 35,850,000 13,238,333

92
Lampiran 4. Biaya Reinvestasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing CV Lumbung Bhumi

Umur Harga/ Tahun Ke-


No. Uraian Satuan Jumlah
Ekonomis/ thn satuan (Rp) 0 1 2 3 4 5
1 Tanah Meter 2,300 50,000 115,000,000
2 Perizinan Usaha - 1 1 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000
3 Kandang Unit 2 3 5,000,000 10,000,000 10,000,000
4 Gudang Unit 1 6 9,000,000 9,000,000
5 Saung Unit 1 8 10,000,000 10,000,000
6 Instalasi Listrik Watt 700 8 200,000 200,000
7 Instalasi Air - 1 6 2,000,000 2,000,000
8 Mobil pick up (bekas) Unit 1 5 25,000,000 25,000,000
9 Mobil (bekas) Unit 1 5 35,000,000 35,000,000
10 Motor (bekas) Unit 3 5 2,000,000 6,000,000
11 Sabit Unit 3 2 50,000 150,000 150,000 250,000
12 Sekop Unit 2 2 50,000 100,000 100,000 100,000
13 Mesin Cukur Unit 1 6 2,500,000 2,500,000
14 Ember/ Tong Unit 3 6 100,000 300,000
15 Sepatu Boots Pasang 3 6 85,000 255,000
16 Selang air meter 10 6 14,000 140,000
17 Website unit 1 5 5,000,000 5,000,000

TOTAL 221,345,000 700,000 700,000 950,000 10,700,000 1,050,000

93
Lampiran 5. Arus Kas (Cashflow) Usaha Penggemukan Domba dan
Kambing

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi
Tanah 115,000,000
Perizinan Usaha 700,000 700,000 700,000
Kandang 10,000,000
Gudang 9,000,000
Saung 10,000,000
Instalasi Listrik 200,000
Instalasi Air 2,000,000
Mobil pick up (bekas) 25,000,000
Mobil (bekas) 35,000,000
Motor (bekas) 6,000,000
Sabit 150,000
Sekop 100,000
Mesin Cukur 2,500,000
Ember/ Tong 300,000
Sepatu Boots 255,000
Selang air 140,000
Website 5,000,000
Total Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000

94
Lampiran 5. Lanjutan

Biaya Operasional
Bakalan Domba 143,250,000 232,590,000
Bakalan Kambing 101,850,000 116,655,000
Konsentrat - -
a. TF87 13,500,000 18,000,000
b. TF77 27,000,000 36,000,000
Obat-obatan - -
a. Vitamin/ Obat cacing 630,000 840,000
b. Oba mata 45,000 60,000
c. Antibiotik 630,000 840,000
Gaji - -
a. Pengelola Operasional 18,000,000 24,000,000
b. Kandang Penggemukan 27,000,000 36,000,000
c. Keamanan 27,000,000 36,000,000
THR - -
a. Pengelola Operasional 2,000,000 2,000,000
b. Kandang Penggemukan 3,000,000 3,000,000
c. Keamanan 3,000,000 3,000,000
Rekening - -
a. Listrik 720,000 960,000
b. Pulsa dan Internet 900,000 1,200,000
Air 180,000 240,000
BBM 13,500,000 18,000,000
Karung bekas 150,000 200,000
Sarung Tangan 90,000 120,000
Pajak - -
a. Mobil pick up 1,325,000 1,325,000
b. Mobil 1,418,000 1,418,000
c. Motor 600,000 600,000
d. PBB 321,728 321,728
Pemeliharaan Kendaraan - -
a. Mobil Bak 1,350,000 1,800,000
b. Mobil 1,350,000 1,800,000
c. Motor 675,000 900,000
Total Biaya Operasional 389,484,728 537,869,728

Total OUTFLOW 221,345,000 390,184,728 538,569,728

PENDAPATAN (221,345,000) 223,815,272 287,430,272

95
Lampiran 6.Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 0 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000
Biaya Operasional 389,484,728 537,869,728
Total OUTFLOW 221,345,000 390,184,728 538,569,728

PENDAPATAN/ Net Benefit (221,345,000) 223,815,272 287,430,272


Discount Factor 15% (DF) 1 0.87 0.756
PV (Benefit) 0 534,180,000 624,456,000
PV (Cost) 221,345,000 339,460,713 407,158,714
PV (Net Benefit) (221,345,000) 194,719,287 217,297,286
PV Positif 511,245,544
PV Negatif (221,345,000)
NPV 190,671,572
IRR 75.22%
Net B/C Ratio 1.86
Payback Periode 0.76
BEP HARGA 2,444,091
BEP VOLUME 423

96
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba
dan Kambing 2%

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA - 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING - 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 0 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000
Biaya Operasional - 394,386,728 544,854,628
Total OUTFLOW 221,345,000 395,086,728 545,554,628

PENDAPATAN/ Net Benefit (221,345,000) 218,913,272 280,445,372


Discount Factor 15% (DF) 1 0.87 0.756
PV (Benefit) 0 534,180,000 624,456,000
PV (Cost) 221,345,000 343,725,453 412,439,299
PV (Net Benefit) (221,345,000) 190,454,547 212,016,701
PV Positif 499,358,644
PV Negatif (221,345,000)
NPV 181,126,248
IRR 72.40%
Net B/C Ratio 1.82
Payback Periode 0.80
BEP HARGA 2,475,372
BEP VOLUME 429

97
Lampiran 8. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba
dan Kambing 5%

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA - 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING - 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 0 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000
Biaya Operasional - 401,739,728 555,331,978
Total OUTFLOW 221,345,000 402,439,728 556,031,978

PENDAPATAN/ Net Benefit (221,345,000) 211,560,272 269,968,022


Discount Factor 15% (DF) 1 0.87 0.756
PV (Benefit) 0 534,180,000 624,456,000
PV (Cost) 221,345,000 350,122,563 420,360,175
PV (Net Benefit) (221,345,000) 184,057,437 204,095,825
PV Positif 481,528,294
PV Negatif (221,345,000)
NPV 166,808,261
IRR 68.12%
Net B/C Ratio 1.75
Payback Periode 0.85
BEP HARGA 2,522,294
BEP VOLUME 437

98
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bakalan Domba
dan Kambing 9%

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA - 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING - 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 0 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000
Biaya Operasional - 411,543,728 569,301,778
Total OUTFLOW 221,345,000 412,243,728 570,001,778

PENDAPATAN/ Net Benefit (221,345,000) 201,756,272 255,998,222


Discount Factor 15% (DF) 1 0.87 0.756
PV (Benefit) 0 534,180,000 624,456,000
PV (Cost) 221,345,000 358,652,043 430,921,344
PV (Net Benefit) (221,345,000) 175,527,957 193,534,656
PV Positif 457,754,494
PV Negatif (221,345,000)
NPV 147,717,612
IRR 62.38%
Net B/C Ratio 1.67
Payback Periode 0.94
BEP HARGA 2,584,857
BEP VOLUME 448

99
Lampiran 10. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Bakalan Domba
dan Kambing 39.95078%

Tahun Ke-
No. Keterangan
0 1 2
INFLOW
PENJUALAN DOMBA - 359,000,000 531,500,000
PENJUALAN KAMBING - 255,000,000 294,500,000

TOTAL INFLOW 0 614,000,000 826,000,000

OUTFLOW
Biaya Investasi 221,345,000 700,000 700,000
Biaya Operasional 487,404,090 677,395,830
Total OUTFLOW 221,345,000 488,104,090 678,095,830

PENDAPATAN/ Net Benefit (221,345,000) 125,895,910 147,904,170


Discount Factor 15% (DF) 1 0.87 0.756
PV (Benefit) 0 534,180,000 624,456,000
PV (Cost) 221,345,000 424,650,558 512,640,447
PV (Net Benefit) (221,345,000) 109,529,442 111,815,553
PV Positif 273,800,081
PV Negatif (221,345,000)
NPV 0
IRR 14.99%
Net B/C Ratio 1.00
Payback Periode 4.22
BEP HARGA 3,068,947
BEP VOLUME 532

100

Anda mungkin juga menyukai