Skripsi
Fery Perdian
1111092000028
Fery Perdian
1111092000028
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis
LEMBAGA MANAPUN.
Fery Perdian
1111092000028
RINGKASAN
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah tepung
yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam Bahasa Indonesia disebut
singkong. Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa dengan sagu, sehingga
kegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tapioka adalah nama yang diberikan
untuk produk olahan dari akar ubi kayu (cassava). Analisis terhadap akar ubi kayu
yang khas mengidentifikasikan kadar air 70%, pati 24%, serat 2%, protein 1%
serta komponen lain (mineral, lemak, gula) 3%.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1) Bagaimana proses produksi
tepung tapioka di CV. Wangun Mandiri ? 2) Berapa jumlah investasi, dan biaya
produksi dalam usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri ? 3) Bagaimana
kelayakan usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri ?. Jenis data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan sampel
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data tersebut akan
diolah menggunakan alat analisis secara kualitatif menggunakan analisis
deskriptif dan kuantitatif kemudian di analisis penerimaan, pendapatan, BEP
(Break Event Point), R/C Rasio, ROI (Rate Of Investment), Payback Period (PP),
dan NPV (Net Preasent Value).
Hasil analisis menunjukan bahwa modal investasi awal (periode 0) sebesar
Rp1.390.060.000 berupa investasi untuk pembelian lahan 1200 m2 sebesar Rp
200.000.000, biaya pembuatan bangunan sebesar Rp 388.000.000 biaya untuk
pembelian kendaraan sebesar Rp 200.000.000, serta biaya pembelian peralatan
sebesar Rp 685.500.000. Total biaya produksi digunakan untuk usaha pengolahan
tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri pada periode pertama sebesar
Rp 2.048.025.000. Ketersediaan bahan baku yaitu singkong yang diperlukan
untuk menjalankan usaha pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri
tercukupi. Dan diperoleh keuntungan rata-rata yang diterima pengusaha sebesar
Rp. 291.975.000,-/tahun. Usaha pengolahan tepung tapioka di didaerah penelitian
menguntungkan karena dari hasil perhitungan diperoleh nilai TR adalah Rp
2.340.000.000,-/tahun dan nilai TC adalah Rp 2.048.025.000,-/tahun (TR>TC).
Nilai R/C Ratio 1,142 dan nilai NPV -201.594.175 dengan nilai R/C Ratio > 1 dan
NPV > suku bunga pinjaman yang ditetapkan 12 %, artinya usaha pengolahan
tepung tapioka di daerah penelitian layak dikembangkan secara finansial lebih
dari 5 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi di CV.Wangun
Mandiri meliputi lima tahapan, yaitu; a) pengupasan, b) pencucian, c) pemarutan,
d) pemerasan/ekstraksi, dan e) pengeringan. Dalam proses pengolahan tepung
tapioka CV.Wangun Mandiri memiliki ketetapan atau standar khusus baik dalam
kualitas singkong, maupun air yang digunakan dalam proses produksi (tidak
keruh, tidak berbau, dan air masak) agar menghasilkan tepung tapioka yang putih
dan berkualitas tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemiliki perusahaan,
jumlah investasi pada CV.Wangun Mandiri sebesar Rp. 1.390.600.000. dengan
rincian berupa pembelian lahan dan pembuatan bangunan, biaya pembelian
kendaraan, serta pembelian peralatan. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan
sebesar Rp. 2.048.025.000. Total biaya merupakan jumlah keseluruhan modal
kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap
memulai kegiatan produksi pada tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis kelayakan
finansial pada pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri diperoleh NPV
positif yang berarti perusahaan akan mendapatkan keuntungan selama umur
proyek 5 tahun menurut nilai mata uang sekarang. Hasill IRR lebih besar dari
tingkat diskonto (tingkat suku bunga yang berlaku) mengartikan bahwa usaha ini
memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan mendepositkan
modalnya di Bank dengan suku bunga berlaku. Nilai PP (Payback Period) usaha
ini menunjukan masa pengembalian investasi yang ditanamkan cukup singkat
yaitu 4,7 tahun dalam masa proyek lima tahun sehingga arus perputaran kas lebih
cepat.
Berdasarkan hasil penelitian maka perusahaan disarankan untuk
meremajakan fasilitas dan alat produksi agar meningkatkan produktivitas dengan
produk berkualitas. Melakukan pembukuan keuangan guna mengetahui data-data
keuangan usaha pengolahan tepung tapioka setiap bulannya. Melegalitaskan
produk tepung tapioka guna memperluas pangsa pasar dan bersaing dengan
olahan tepung tapioka lainnya. Melakukan kegiatan produksi sesuai dengan
standar pabrik olahan tepung tapioka dan membuat peraturan yang jelas untuk
pegawai pabrik.
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Bogor”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslim semoga kita selalu
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
bantuan baik dari segi moral maupun material dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai
skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminsudin, M.Si dan Bapak Achmad Tjachja Nugaha
selaku dosen pembimbing I dan II yang tiada henti selalu memberikan banyak
4. Bapak Ir. Junaidi, M.Si dan Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku penguji I dan
II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Ayah saya H. Sukardi dan Ibu saya Hj. Sainah, terima kasih telah mendidik
ridho-Nya. Serta terima kasih kepada Adikku Fera Meilany dan keluarga besar
Kabin Reba yang telah memberikan do’a, motivasi, nasihat dan apapun yang
diberikan baik berupa materil maupun moril. Semoga Allah S.W.T memberikan
balasan yang terbaik atas semua jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Armaeni Dwi humaerah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
perkuliahan.
memberikan pengarahan.
perusahaannya.
9. Teman-teman Agribisnis Angkatan 2011 yang tidak bisa penulis tuliskan satu
ix
10. Kawan-kawan seperjuangan khususnya Rumah Kompos UIN Syarih
Hidayatullah Jakarta banyak hal berharga yang sudah sama-sama kita lewati
selama ini dan memotivasi saya dalam penyelesain penulisan skripsi ini.
11. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis serta tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
pengetahuan pembaca, umumnya terutama bagi penulis. Akhir kata tiada gading yang
tak retak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila
selama pengerjaan skripsi ini, penulis melakukan hal-hal yang tidak berkenan.
Penulis
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………..... xi
DAFTAR TABEL………………………………………………….... xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….... xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….... xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….……… 1
2.1 Agribisnis……………………………………………..... 7
2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi... 9
2.3 Ubi Kayu………………………………………….......… 9
2.4 Produk Tepung Tapioka……………………………….... 13
2.4.1 Kandungan Unsur Gizi……………………………. 14
2.4.2 Standar Kualitas Tepung Tapioka………………… 15
2.4.3 Proses Produksi Tepung Tapioka…………………. 15
2.5 Studi Kelayakan Bisnis……………….......…………….. 17
2.5.1 Pengertian Studi Kelayakan……………………..... 17
2.5.2 Aspek – Aspek dalam Studi Kelayakan…………... 18
2.5.3 Kriteria Penilaian Kelayakan Finansial………….... 22
2.6 Penelitian Terdahulu……………………………………. 29
2.7 Kerangka Pemikiran…………………………………….. 30
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………... 44
xii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………. 68
6.3 Kesimpulan……………………………………………… 68
6.2 Saran……………………………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….. 71
LAMPIRAN………………………………………………………….. 75
xiii
DAFTAR TABEL
No Hal
1 Total Penerimaan Industri Tepung Tapioka yang Berada di
CV.Wangun Mandiri Tahun 2012-2016……………………………. 3
2 Klasifikasi Tanaman Ubi Kayu……………………….…………….. 10
3 Komponen Gizi Ubi Kayu per 100g………………………………... 11
4 Kandungan unsur gizi pada ubi kayu dan tepung tapioka /100g
bahan……………………………………………………………….. 14
5 Persyaratan standar kualitas tepung tapioka………………………... 15
6 Nama Pekerja, dan Tingkat pendidikan di CV.Wangun Mandiri…... 50
7 Modal Usaha CV.Wangun Mandiri………………………………… 54
8 Biaya Tetap dan Variabel CV.Wangun Mandiri…………………… 55
9 Total Biaya Usaha………………………………………………….. 57
10 Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Tapioka….. 57
11 Analisi BEP Volume Produksi Tepung Tapioka di CV.Wangun
Mandiri……………………………………………………………… 59
12 Analisis BEP Harga Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandiri…….. 60
13 Analisis ROI Pengolahan Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandiri.. 61
14 Analisis R/C Ratio Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.
Wangun Mandiri…………………………………………………..... 63
15 Payback Period Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.Wangun
Mandiri……………………………………………………………… 64
16 Hasil Analisis NPV Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di
CV.Wangu Mandiri…………………………………………………. 66
17 Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan Modal
Sendiri………………………………………………………………. 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1 Grafik Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Ubi Kayu 2011-2015…… 1
2 Proses Produksi Tepung Tapioka (Badan Litbang Pertanian)……. 16
3 Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 31
4 Struktur Organisasi………………………………………………… 41
5 Diagram Alur Produksi Tepung Tapioka (CV.Wangun Mandiri)… 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pengolahan Tepung
Tapioka CV.Wangun Mandiri........................................................... 75
2 Riincian Biaya Investasi Pengolahan Tepung Tapioka di
CV.Wangun Mandiri.......................................................................... 76
3 Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Tapioka............................... 77
4 Total Pendapatan Per Tahun Usaha Pengolahan Tepung Tapioka..... 77
5 IRR (Internal Rate of Return)........................................................... 77
6 Discount Factor Table NPV dan IRR................................................ 79
7 Hasil Analisis kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka............ 80
8 Data Pertanyaan................................................................................. 81
9 Dokumentasi....................................................................................... 86
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Propinsi Jawa Barat terdapat berbagai jenis tanaman pangan antara lain
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, sorghum dan lain-lain. Ubi kayu sebagai
salah satu komoditas sub sektor tanaman pangan pada sektor pertanian memiliki
yang cukup baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri makanan,
(Kasryno, 1984: 75). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 grafik konsumsi pangan
2011 tercatat 1,2 juta Ha dengan produksi 23 juta ton ubi kayu segar setara
dengan 8 juta ton chips ubi kayu atau 6,4 juta tepung ubi kayu (tepung tapioka)
dengan konsumsi olahan ratat-rata ubi kayu 3,598 kg/per/tahun. Industri kecil,
menengah dan besar berbahan baku ubi kayu terus tumbuh sampai mereka
kesulitan bahan baku yang sudah berjalan cukup lama, terutama di Kabupetan
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Ubi kayu sebagai bahan pokok alternatif mendukung
diversifikasi pangan nasional, telah masuk ke dalam salah satu komoditas strategi
2010 telah berdiri Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) dengan visi “Singkong
Tanggal 28 Februari 2011 pada HUT MSI I di Pondok Ratna Farm Ciawi
(Pikiran Rakyat, 2011). Menetapkan ubi kayu sebagai komoditas strategis pangan
utama setingkat dengan padi, jagung dan kedelai. Hasil olahan ubi kayu yang
dibebaskan dari pengenaan PPN 10% atau PPN 10% ditanggung oleh pemerintah
yaitu tepung ubi kayu (tepung tapioka). Pengembangan agroindustri ubi kayu di
ubi kayu untuk kebutuhan lokal dan ekspor, ketersediaan sumber daya manusia,
2
Salah satu wilayah yang mengalami perkembangan pesat dalam industri
tepung ubi kayu (tepung tapioka) adalah Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Sejalan dengan hal tersebut, banyak industri yang
ubi kayu (tepung tapioka) yang dilakukan oleh setiap industri yang berada di
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara sudah berjalan sejak tahun 1990,
dengan didukung potensi wilayah sebagai sentra produksi aci di Kota Bogor.
industri pengolahan tapioka berskala cukup besar dengan kapasitas 4-8 ton
tersenbut telah berdiri dari tahun 1998 sampai sekarang masih melakukan
produksi tepung dari olahan ubi kayu. Seiring berjalannya waktu kondisi tersebut
pabrik CV.Wangun Mandiri saat ini produksi tepung tapioka cenderung menurun
hal ini dikarenakan penerimaan pada setiap indutri sering mengalami fluktuasi
yang tidak menentu dan hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 sebagai berikut.
3
Pada tabel diatas dapat dilihat total penerimaan industri tepung tapioka yang
penerimaaan mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2014 yaitu mencapai
sebesar 1,3% atau setara Rp 95.241.000 dari tahun sebelumnya. Tingkat total
yang terbilang sangat tinggi dan kenaikan total penerimaan terbilang lambat dari
pengolahan industri tepung tapioka semakin ketat. Sehingga usaha tepung tapioka
diharapkan.
dapat mengetahui usahanya layak atau tidaknya industri tepung tapioka yang
itu hasil penelitian ini agar tujuan perusahaan memdapatkan keuntungan tercapai
terlebih dahulu dilakukan sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang
akan ditanamkan di perusahaan tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan.
Maka berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengkaji suatu penelitian tentang
4
produksi pengalami peningkatan atau keberhasilan yang sesuai dengan keinginan
dari sebuah perusahaan. Masalah yang akan di bahas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
2. Berapa jumlah investasi, dan biaya produksi dalam usaha tepung tapioka
di CV.Wangun Mandiri ?
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial usaha
Mandiri.
5
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
lanjut.
membutuhkan.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
perusahaannya.
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dengan objek
analisis penerimaan, pendapatan, BEP (Break Event Point), R/C Rasio, ROI (Rate
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan
pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi,
2003: 13). Adjid (1998) juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan
dimana agri =agriculture artinya pertanian dan business artinya usaha atau
komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari
para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis
perusahaan bisnis yang pernah di kenal oleh peradaban; (2) besarnya pelaku
agribisnis; (3) hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik
agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai dengan perusahaan besar; (5)
persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana
cara hidup (the way of life) tradisional yang dianut para pelaku agribisnis
dijalankan oleh petani dan keluarga; kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih
tergantung dengan lingkungan eksternal/gejala alam; dan (11) dampak dari adanya
8
2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi
memberikan keuntungan bagi para pihak yang terkait (Suparta, 2005: 99).
industri alat mesin pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan
penyakit (Saragih, 1999: 57). Selanjutnya, menurut Distan Provinsi Bali (2010)
bahwa agribisnis hulu mencakup industri yang memproduksi barang modal untuk
Ubi kayu (Manihot utilisima Pohl) merupakan salah satu makanan produk
yang ada di Indonesia penghasil energi setelah padi. Singkong mempunyai banyak
9
sebutan antara lain adalah singkong dan ketela pohon. Tanaman ubi kayu berasal
dari negara Brazil. Ubi kayu banyak ditanam didaerah-daerah kering (Soetanto,
2001: 201-201). Di Indonesia, Ubi kayu menjadi makanan pokok setelah beras
dan jagung. Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting
sebagai sumber bahan pangan karbohidrat dan bahan baku industri makanan,
kimia dan ternak (Lidiasari, 2006: 192). Morfologi tanaman ubi kayu mempunyai
batang tegak dengan tinggi 1,5-4,0 m, bentuk batang bulat, berkayu dan bergabus
sedangkan daun bertipe jemari. Klasifikasi tanaman ubi kayu menurut Rukmana
Ubi kayu berbentuk seperti silinder yang ujungnya mengecil dengan dimeter rata-
rata 2-5cm dan panjang sekitar 20-30cm. Ubi kayu biasanya diperdagangkan
dalam bentuk masih berulit. Umbinya memiliki kulit yang terdiri dari dua lapis
yaitu kulit luar adn kulit dalam. Daging ubi berwarna putih atau kuning. Dibagian
tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang tersusun atas serat. Ubi kayu
10
Kandungan Karbohidrat ubi kayu yang tinggi menyebabkan ubi kayu
dapat menjadi sumber karbohidrat bagi masyarakat. Komposisi gizi ubi kayu
Selain itu ubi kayu juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan pengganti
ubi kayu (manihot utillissima) memiliki sifat karakterisitik: mengandung kadar air
(k.a) sebesar 65% dan kadar pati tinggi (34,6) serta sianida (HCN). Berdasarkan
kadar HCN-nya, ubi kayu dibagi dalam dua golong besar, yaitu jenis pahit dan
tidak pahit. Jenis kayu yang tidak pahit umumnya dimanfatkan untuk konsumsi
lansung, yaitu varietas ubi kayu yang memiliki HCN tinggi, biasanya digunakan
untuk keperluan industri setelah melalui proses pengolahan. Varietas ubi kayu
11
Varietas ubi kayu untuk industri umumnya dapat dipilih pada varietas-
varietas unggul nasional. Kadar HCN, ubi kayu dibedakan menjadi 4 golongan
a. Golongan ubi kayu yang tidak beracun dengan kadar HCN < 50 mg per kg.
b. Golongan ubi kayu agak beracun dengan kadar HCN 50-80 mg per kg.
c. Golongan ubi kayu yang beracun dengan kadar HCN 80-100 mg per kg.
d. Golongan ubi kayu yang sangat beracun dengan kadar HCN > 100 mg per kg.
pengukusan, pencucian dan pengeringan. Sebagai bahan baku industri, ubi kayu
dapat diolah menjadi berbagai produk antara lain tapioka, glukosa, fruktosa,
sorbitol, high fructose syrup (HFS), dektrin, alcohol, etanol, asam sitrat dan
nyamuk bakar. Sebagai bahan pakan ubi kayu digunakan mulai dari daun sampai
umbi segarnya. Industri pakan yang menggunakan ubi kayu dipandang lebih
murah dibandingkan dengan jagung dan kedelai. Sedangkan dari industri pakan
dari gaplek maupun sisa dari pengolahan tepung tapioka berupa ampas tapioka
prospek sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri untuk industri bahan
pangan, kimia, dan pakan, mengusahakan ubi kayu dapat menjadi sumber
pendapatan dan menyerap tenaga kerja baik di sub sistem hulu, tengah (usahatani)
dan hilir, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa Negara melalui
12
2.4 Produk Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah salah satu olahana dari singkong. Tepung tapioka
umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi singkong.
Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan pengikat
jenis tepung tapioka, yaitu tepung tapioka kasar dan tepung tapioka halus. Tepung
tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran singkong yang kasar,
sedangkan tepung tapuoka yang halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut
Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan
peluang pasar yang sangat luas (Suprapti, 2009: 18-182). Pengolahan tepung
adalah tradisional atau mekanik sederhana, semi modern dan full otomate. Tepung
tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang ampasnya. Ubi kayu
yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu amilopektin 83% dan amilosa
tepung tapioka termasuk industri hilir, dimana industri ini melakukan proses
13
pengolahan dari bahan ubi kayu yang berasal dari petani menjadi tepung tapioka
atau aci. Tujuan dari industri pengolahan ubi kayu ini adalah menciptakan nilai
Tepung tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku ubi
kayu. Tepung tapioka mengandung banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih baik
bila dibandingkan denagn tepung lain, tapioka juga dapat digunakan sebagai
bahan bantu berwarna putih (Tri dan Agusto, 1990). Tepung tapioka, meskipun
dibuat dari bahan (singkong) dengan kandungan unsur gizi yang rendah, namun
masih memiliki unsur gizi. Perbadingan unsur gizi pada singkong dan tepung
Tabel 4. Kandungan unsur gizi pada ubi kayu/singkong dan tepung tapioka/100g
bahan
No Kandungan gizi Singkong putih Sinkong Kuning Tepung Tapioka
1 Kalori (kal) 146 157 362
2 Protein (g) 1,2 0,8 0,5
3 Lemak (g) 0,3 0,3 0,3
4 Karbohidrat (g) 34,7 37,9 86,9
5 Kalsium (mg) 33,0 33,0 0,0
6 Fosfor (mg) 40,0 40,0 0,0
7 Zat besi (mg) 0,7 0,7 0,0
8 Vitamin A (SI) 0,0 385 0,0
9 Vitamin B1 (mg) 0,06 0,06 0,0
10 Vitamin C(mg) 30,0 30,0 0,0
11 Air (g) 62,5 60 12,0
12 Bagian yang 75 75 0,0
dapat dimakan
(%)
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI
14
2.4.2 Standar Kualitas Tepung Tapioka
ditetapkan oleh SII (standar industri Indonesia), dengan tujuan agar produk tepung
tapioka yang dihasilkan dapat menembus pasar di dalam dan di luar negeri.
alat khusus). Beberapa bahan baku berupa singkong dan memerlukan banyak air.
Keluaran proses produksi selain tapioka, dihasilkan limbah cair dan limbah padat
berupa onggok dan kulit. Proses pengupasan dan pencucian dilakukan secara
digudang, lalu dicuci dan dikupas, terus digiling dalam mesin penggiling. Dalam
proses menggiling, yang keluar adalah ampas dari sari pati yang merupakan
15
digudang. Proses produksi tapioka terdiri dari pencucian, pengupasan, pemarutan,
Ubi kayu
(2000kg)
Pemarutan
Bubur pati
(1.609kg)
Ekstrasi
Tepung tapioka
(372kg)
16
2.5 Studi Kelayakan Bisnis
panjang memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan usaha suatu
investasi terlebih dahulu mengkaji studi kelayakan khususnya aspek financial dan
biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun pemasukan dari pendapatan yang
akan diperoleh atau faktor-faktor lain. Suatu asumsi tidak akan selalu tepat karena
memiliki resiko berbeda atau meleset dari kenyataan, maka untuk mendapatkan
investasi mencoba menentukan proyek atau aset apa saja yang akan dipilih dan
dan dari mana proyek dibiayai, sehingga setelah pemilihan usulan invetasi
dianalisis dengan berbagai kriteria (misalnya. NPV atau IRR) maka langkah
penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
17
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan. Sedangkan pengertian bisnis adalah usaha yang
dapat disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan
yang memperajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
banyak hal yang berhubungan dengan perhitungan bunga dan nilai uang, seperti
beban bunga, tingkat bunga, nilai uang (time value money), nilai pinjaman beserta
berikut:
1. Aspek Teknis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan
lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik, dan proses
produksinya termasuk pemilihan teknologi. Jadi, analisis dari aspek teknis adalah
18
untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai
ketepatan lokasi, luas produksi dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan
Menurut (Kasmir dan Jakfir, 2009: 149-160) ada beberapa tujuan yang
a. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
menjalankan produksinya.
2. Aspek Manajemen
Uraian aspek organisasi dan manajemen adalah bentuk kegiatan dan cara
pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan secara efisien.
Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat dibentukan secara teknis (jenis
pekerjaan yang diperlukan) dan berdasarkan pada kegiatan usaha, disusun bentuk
struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut.
jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2003: 37-41).
19
3. Aspek Hukum
dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha
tersebut (Kamsir dan Jakfar, 2009: 149-160). Aspek hukum mengkaji tentang
legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa
setiap proyek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus
memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut (Soeratman,
2002: 178).
Aspek sosial dan ekonomi terdiri dari dampak positif dan negative yang
akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri,
pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-160).
5. Aspek Lingkungan
dampak lingkungan di sekitarnya, baik dalam usaha atau proyek maupun di luar
suatu proyek yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek yang
dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah
20
ada sebaiknya maupun dampak kumulatif dari rencana usaha dan kegiatan yang
sudah ada terhadap lingkungan hidup (Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-169).
6. Aspek Pasar
Menurut Ibrahim (2003: 37-41), faktor utama yang perlu dinilai dalam
a. Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta kecenderungan
market space (market potensi) yang tersedia di masa yang akan datang.
produksi.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market sahare yang
telah direncanakan.
mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk
21
7. Aspek Keuangan
penilaian dalam aspek keuangan menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009: 147-160).
d. Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan.
atau tidak dengan melakukan evaluasi proyek, yaitu dengan cara menghitung
berikut:
1. Biaya
Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya
investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan
22
dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,
Biaya modal kerja dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha
setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya
sebagai berikut:
Total Biaya = FC + VC
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak
tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi
antara penjual (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut suatu
tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli atau
penjual secara partai besar, misalnya: Kg, kwintal, ikat, dan sebagainya. Menurut
dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau
23
merugikan, sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut. Perhitungan
Penerimaan Usaha = P × Q
Dimana: P = Harga jual produk
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
diterima oleh penjual dari usahanya. Dalam analisis usaha kecil menengah,
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu produksi, sedangkan total
perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2009: 67). Break event point menunjukan
keuntungan karena semua penerimaan akan habis untuk menutup biaya variabel
Kuswadi (2006: 101-103) menyatakan bahwa break even tidak lain adalah
kembali pokok, pulang pokok, impas, yang maksudnya adalah tidak untung dan
24
tidak rugi. Titik pulang pokok atau Break Event Point (BEP) atau titik impas
adalah suatu titik atau kondisi saat tingkat volume penjualan (produksi) tertentu
dengan harga penjualan tertentu, perusahaan tidak mengalami laba atau rugi atau
impas. Dengan kata lain, kembali pokok artinya seluruh penghasilan sama besar
= atau =
/
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran
tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukan hasil dari seluruh aktiva yang
diukur dengan presentase. Rasio ini menunjukan produktifitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah)
rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunaan
untuk mengukur efektifitas dari seluruh operasi perusahaan (Kasmir dan Jakfar,
5. R/C Ratio
Menurut Permatasari (2014: 38) ratio penerimaan atas biaya (R/C ratio)
menunjukkan berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah
25
mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dari angka rasio penerimaan
atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau
tidak. Tingkat pendapatan atas usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis
penerimaan atas biaya (R/C ratio analysis) yang didasarkan pada perhitungan
secara finansial. Analisis ini menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan
diperoleh petani untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan
usahanya.
Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1)
dikeluarkan, atau secara sederhana kegiatan usaha ini meguntungkan. Apabila R/C
ratio bernilai kurang dari 1 (R/C < 1), artinya setiap tambahan yang dikeluarkan
dalam produksi akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dari
biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa kegiatan
berikut:
Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi cukup
dengan umur ekonomi proyek (Soeratman, 2002: 178). Payback periode adalah
26
dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2009: 67). Payback periode merupakan
proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih yang
diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak
masa pengembalian investasi, pertama perhitungan apabila kas bersih setiap tahun
sama, maka menggunakan rumus perbandingan investasi dengan kas bersih yang
dikalikan 12 bulan didapatlah nilai payback periode dalam jangka beberapa bulan.
Cara kedua adalah apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka payback
periode dihitung dengan cara pengurangan nilai investasi dengan kas bersih
pertahun sampai di temukan nilai payback period. Untuk menilai apakah usaha
layak diterima atau tidak dari segi payback periode, maka hasil perhitungan
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa payback periode dari suatu
27
ditanamkan pada suatu investasi/usaha dapat diperoleh kembali sepenuhnya
Investasi awal
= Penerimaan Periode * 1 tahun
7. Net Present Value (NPV)
yang cukup besar untuk ditanamkan pada suatu proyek. Dana investasi tersebut
akan datang. Samryn (2002: 289-291) menjelaskan net present value (NPV) atau
pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan
akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan
saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu
uang.
Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas
dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan initial
suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau penghematan
biaya dari investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan nilai kas
tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang berlaku.
minimal yang harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002: 289-291).
(Bt−Ct)
NPV = ∑nt=1 t
(1+i)
28
Dimana: Bt = Penerimaan kotor tahun ke –t
n = Umur Ekonomis
Ct = Biaya kotor tahun ke –t
I = Tingkat suku bunga
ditanamkan.
dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini, adapun penelitian
nilai NPV positif dan IRR lebih besar dari Discount Rate, dan nilai B/C
29
NPV positif pada Discount Factor 14% dan IRR lebih besar dari Dicount
positif, IRR lebih besar dari Discount Rate, B/C Rasio lebih besar dari 1
diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Pada usaha yang
adanya perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka kerangka pemikiran
30
CV. Wangun Mandiri
Teknis BEP
Penerimaan
Manajemen ROI
Pasar PP
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2017 sampai januari
yantg beralamat di Jl. Ciburial RT.04/04 Ciparigi Bogor Utara. Penentuan lokasi
unit usaha tepung tapioka yang berada di daerah Ciparigi sudah menjadi sentra
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
dengan pimpinan CV.Wangun Mandiri. Hal ini dilakukan antara lain untuk
Mandiri yaitu data-data mengenai penerimaan, biaya investasi, biaya tetap dan
kelayakan finansial.
yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari
dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah,
sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
mengumpulkan data penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
gambaran yang nyata dari keadaan perusahaan yaitu lokasi perusahaan. sistem
adalah pengumpulan data melalu sumber – sumber buku atau jurnal terkait yang
Analis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode analisis
manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek lingkungan, dan
33
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengitung
menghitung kelayakan finasial tersebut adalah BEP, ROI, R/C ratio, PP, NPV dan
total tagihan kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai maupun
dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar pokok usaha). Analisis pendapatan
usaha dilakukan terhadap biaya kegiatan produksi dari awal pembuatan hingga
dahulu dilakukan
Penerimaan Usaha = P × Q
34
2. Perhitungan pengeluarannya sebagai berikut:
Total Biaya = FC + VC
BEP adalah suatu titik jumlah produksi atau penjualan yang dilakukan agar
biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi kembali atau nilai dimana profit yang
b. FC atau FC
= =
P − VC 1 − VC/p
c.
perbedaan antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya (Sudong, 2002: 32-33).
n
NPV = (Bt − Ct)
t=1
(1 + i)t
35
Dimana : Bt = Penerimaan kotor tahun ke –t
n = Umur Ekonomis
ditanamkan.
dengan jumlah yang diinvestasikan. Menurut Santosa (2013: 46) rumus ROI yaitu
dan biaya total, yang menunjukan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap
36
e. Payback Periode (PP)
ditunjukan dengan perhitungan Payback Periode (Fazwa dkk, 2001: 197) Payback
bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya
(Erlina, 2006).
Investasi awal
PBP = Penerimaan Periode
* 1 tahun
Suatu usaha dikatakan layak jika nilai payback periode lebih kecil atau sama
istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :
1. Investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh CV. Wangun Mandiri untuk
2. Produksi adalah jumlah tepung tapioka yang dihasilkan oleh CV. Wangun
Mandiri.
3. Harga jual adalah harga jual tepung tapioka per karung pada CV. Wangun
Mandiri.
37
5. Total biaya produksi adalah semua biaya yang dkeluarkan dalam kegiatan
produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja
dan biaya penyusutan dan biaya pengemasan yang dikeluarkan oleh CV.
Wangun Mandiri.
permbelian.
11. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM
pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. CV. Wangun mandiri berdiri pada
pada bulan Agustus 1998 yang didirikan oleh H.M Supardi Supriatna. Beliau
adalah pimpinan sekaligus pemilik dari CV.Wangun Mandiri dan hingga saat ini
pabrik tepung tapioka tersebut masih dikelola sendiri oleh H.M. Supardi Supriatna
dengan dibantu anak pertamanya dan beberapa karyawan. Pada awal berdirinya di
tepung tapioka sebanyak 2.500kg dalam satu hari, memiliki 8 orang pekerja
memilih komoditas tersebut karena dalam hal bahan bakunya tidak sulit, cepat
panen dan risiko kehilangan sedikit karena banyak yang belum mengetahui
manfaat dari singkong. Kondisi dan wilayahnya pun cocok untuk budidaya
membantu petani singkong yang berada di sekitar lokasi dan menjual hasil
Harga jual singkong adalah Rp.800/kg. Hal ini menjadikan bantuan kepada petani
menjalankan usaha tersebut hanya terbatas dari kepemilikan pribadi. Pada bulan
39
Desember 1999, pemilik mulai meningkatkan produksi tepung tapioka dan
tapioka.
produksi tepung tapioka. Sehingga sering kurangnya bahan baku untuk pembuatan
sehingga biaya untuk pengadaan bahan baku meningkat. Hingga kini CV.Wangun
produksi tepung tapioka dilakukan dengan teknik semi modern. Sehingga proses
produksinya lebih cepat dan kualitas lebih baik. Setiap proses produksi
dibutuhkan 6.2500Kg bahan baku singkong dan dibutuhkan waktu sekitar 8 jam.
1. Visi
2. Misi
40
4.3 Struktur Organisasi CV.Wangun Mandiri
lini atau garis, dimana pelimpahan wewenang langsung secara vertikal dan
merupakan bentuk yang paling tua dan digunakan semakinluas pada masa
perkembangan industri pertama. Keuntungan dari struktur ini adalah atasan dan
berjalan cepat. Kekurangan dari struktur ini adanya tendensi gaya kepemiminan
P e m im p in P e ru s a h a a n
H .M . S u p a rd i S u p ria tn a
P e na ngun g Ja w a b K e ua nga n
R ifk i R in a
P ro d u k s i D is trib u s i
41
a. Timbangan digunakan untuk mengukur bahan-bahan padat, timbangan
besar.
c. Bak plastik atau semen yang digunakan untuk kegiatan perendaman atau
menggunakan saringan atau alat pemerasan manual atau dengan mesin yang
melalui ekstrasi.
bak yang dangkal dan miring agar lebih mudah menuangkan isinya. Bak
42
k. Kemasan produk, pada umumnya tepung tapioka dikemas dalam kantung
plastik yang kedap air dan udara kemudian dimasukan kedalam karung.
plastik.
a. Bahan baku tepung tapioka adalah singkong yang memenuhi sarat dan
berkualitas unggul.
industri. Suatu perusahaan tidak dapat beroperasi tanpa adanya suatu modal yang
memadai. Dalam hal ini pengusaha industri tepung tapioka di CV. Wangun
43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
singkong segar dengan mengutamakan jenis singkong konsumsi: Adira I, Adira II,
Malang I, Malang II, Valenca, Gading, dan Darul Hidayah., yang tidak lebih tiga
hari dari saat dipanen. Dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka
1. Pengupasan
daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk
2. Pencucian
di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
3. Pemarutan
Singkong yang telah dikupas dan dicuci maka proses yang dilakukan selanjutnya
4. Pemerasan/Ekstraksi
44
a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan
kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang
diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan
tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang
c. Pengendapan
Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di
bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan
dikeringkan.
5. Pengeringan
jam. Sistem kerja oven pengering ini adalah mengeringkan produk pada suhu
yang dikehendaki (suhu bisa diatur secara konstan). Tepung tapioka yang
pengeringan. Air yang digunakan selama proses pembuatan tepung tapioka di CV.
Wangun Mandiri harus memenuhi persyaratan standar air minum (tidak keruh,
45
tidak berbau, dan air masak) agar tepung tapioka yang dihasilkan putih dan
Singkong
(6.250kg)
))ramaterial)
Daging singkong
(5.125 kg)
Limbah cair
Air bersih Pencucian
(1.800 kg)
(2000 kg)
Pemarutan
Pemerasan Onggok
(2.825 kg)
Pengendapan
Pati (2.700 kg)
Limbah cair
Pengeringan
(200 kg)
Tepung Tapioka
(2.500 kg) Bahan
Jadi)
Gambar 5. Diagram Alur Produksi Tepung Tapioka
Sumber: Data Primer CV.Wangun Mandiri
46
5.2 Analisis Kelayakan Usaha Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandri
dan sumber dana yang dibutukan diantaranya biaya investasi awal untuk
kriteria penilaian investasi. Aspek ini sangat penting untuk menggambarkan hal-
hal yang berkaitan dengan keuntungan pada usaha tepung tapioka yang
dijalankan. Pada aspek non finansial yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
Aspek non finansial yang dikaji terdiri dari dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
yang terjangkau, membuka saluran distribusi dari produsen sampai kepada agen-
agen. Produk yang dihasilkan adalah tepung tapioka dengan merek dagang
Wangun yang terjaga kualitasnya. Terjaga kualitasnya karena produk tepung ini
Pokok Produksi (HPP) yang akhirnya ditetapkan harga jual untuk tepung tapioka
sebesar Rp. 3.000,- per kilogram. Harga ini ditetapkan untuk harga grosir yaitu
pembelian dalam jumlah besar minimal 1 karung dengan kapasitas 50 kg. Hal ini
47
dikarenakan perusahaan ini sebagai supplier. Saluran distribusi merupakan salah
satu kegiatan dalam bauran pemasaran yang tidak kalah penting dilakukan
distribusi yang tidak terlalu panjang yaitu dengan menyalurkan produk tepung
Agen-agen tersebut berupa perusahaan besar yang berada di Bogor dengan sistem
titip jual sehingga produk yang tidak terjual dalam waktu tertentu dikembalikan ke
perusahaan.
produk-produk tersebut dengan sistem jual putus dan resiko ditanggung oleh
jual putus dan resiko ditanggung oleh konsumen. Pasar yang dituju pun begitu
beragam mulai dari, sampai anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada
permintaan dari luar pulau seperti Riau yang juga menggunakan sistem jual UKM
pembuatan makanan, dan perusahaan besar sehingga di kemas lagi dalam bentuk
yang bagus.
48
5.2.2 Aspek Teknis
usaha, teknologi, proses produksi, dan layout. Perusahaan ini beralamatkan di Jl.
Ciburial Rt 04/Rw 04, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,
berada agak jauh dari jalan raya yaitu sekitar satu kilometer. Transportasi menuju
jalan raya tidak sulit karena jalan dilewati oleh angkutan umum. Produk tepung
Kebutuhan bahan baku sampai saat ini masih bisa dipenuhi oleh petani
singkong dan pabrik olahan singkong tradisional. Kebutuhan bahan baku untuk
industri pengolahan tepung singkong sebanyak 6.250 Kg dalam satu kali proses
singkong menjadi tepung tapioka sebanyak 2.500 Kg per satu kali produksi. Pihak
perusahaan sengaja mengambil bahan baku singkong dari petani dan pabrik
sendiri karena telah mengetahui kualitas dan sudah menjadi mitra bisnis. Tepung
singkong yang memiliki kualitas baik untuk tepung tapioka yaitu berwarna putih,
kental dan kandungan air rendah. Harga yang ditetapkan oleh pihak petani
CV.Wangun Mandiri sebesar Rp 800 per kilogram. Harga ini lebih murah
yaitu sebesar Rp 1.000 per kilogram. Perbedaan harga ini dipengaruhi oleh adanya
49
pengiriman barang langsung ke tempat pengolahan sehingga biaya pengambilan
faktor alasan tertentu dari pemiliknya, namun bapak H.M. Supardi Supriatna
50
Pekerja yang berjumlah dua belas orang keseluruhannya ditempatkan pada
perusahaan yaitu H.M. Supardi Supriatna dan dibantu oleh anggota keluarga
sebanyak 3 orang sebagai tenaga kerja tetap. Setiap hari tenaga kerja mulai datang
dan bekerja dari pukul 08.00-17.00 WIB dan dengan waktu istirahat selama satu
jam dari pukul 12.00-13.00 WIB dan tenaga kerja diperbolehkan pulang ke rumah
masing-masing saat jam istirahat karena seluruh tenaga kerja bertempat tinggal di
dekat lingkungan pabrik. Kemudian pada saat waktu-waktu tertentu misalnya saat
bulan Ramadhan tiba dan permintaan meningkat sangat tajam, perusahaan ini
dapat merekrut tenaga kerja harian hingga 18 orang dalam satu hari dengan sistem
shift yaitu pembagian kerja di waktu pagi dan malam hari. Sistem penggajian
untuk tenaga kerja tidak tetap dari masyarakat sekitar berjumlah 8 orang sebesar
Rp. 50.000,- perorang sedangkan untuk tenaga kerja tetap terdiri dari 3 orang
anggota keluarga sebesar Rp. 80.000,- perorang dan gaji manajer Rp. 4.480.000,-
(CV) dengan nama CV.Wangun Mandiri yang secara hukum telah terdaftar pada
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 1998. Usaha ini juga
telah mendapatkan Surat Izin Usaha Industri (SIUI) dan Izin domisili atau lokasi
proyek dari Pemerintah Daerah serta memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
51
Produk-produk perusahaan ini juga telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan dan
label halal dari MUI sehingga layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan ini adalah pajak
produksi tidak dilakukan pada malam hari, bahkan memberikan dampak positif
masyarakat sekitar yang sebagian besar pengangguran. Dampak positif juga dapat
secara langsung dirasakan oleh petani yang berada di daerah Bogor dan sekitarnya
karena perusahaan ini bekerjasama dalam hal pasokan bahan baku singkong
sehingga perusahaan memiliki ikatan baik dengan para petani. Bentuk kerjasama
perusahaan dengan petani adalah ketika pasokan singkong untuk diolah telah
dipasok oleh petani adalah singkong dengan kualitas grade AA dengan ketentuan
singkong yang tidak mengalami kerusakan-kerusakan fisik dan sangat layak untuk
diolah, seperti bentuk buah tidak utuh sempurna atau bengkok, ukuran singkong
kecil, dan warna singkong tidak menarik atau pudar. Perusahaan ini telah
memberikan sebuah gambaran contoh dan model untuk para petani dalam
52
meningkatkan nilai tambah singkong sehingga akan memberikan keuntungan
Limbah yang dihasilkan pada usaha pengolahan tepung tapioka ini adalah
limbah padat dan limbah cair. Penanganan limbah dari sisa hasil pengolahan
berupa limbah padat yaitu ampas hasil ekstraksi dari singkong diolah kembali
satu kemudian dialihkan ke kelompok kerja lain yang kemudian diolah menjadi
tepung Tapioka. Penanganan limbah cair yaitu air sisa pembersihan singkong saat
di sortasi sampai pencucian alat-alat produksi dan sisa hasil pemasakan berupa
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini meliputi sumber dana yang
penilaian investasi. Aspek ini sangat penting untuk menggambarkan hal-hal yang
53
5.3 Biaya Investasi
untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan
lebih dari satu tahun, batas waktu satu tahun ditetapkan atas dasar kebisaan
merencanakan dan merealisasikan anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya
685.500.000 dan total biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan
54
5.4 Modal kerja
berlangsung. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apablia tingkat kegiatan produksi
berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan
jumlah bahan baku yang diperlukan, dengan kata lain biaya ini harus dibayar
tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak. Biaya tetap (fixed
cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap pada unit usaha pengolahan
tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dalam jangka waktu tertentu atau dalam
setiap produksi. Berikut merupakan tabel biaya tetap yang dikeluarkan oleh
sebagai berikut.
55
Berdasarkan pada tabel di atas, biaya variabel usaha pengolahan tepung
untuk pembelian bahan baku (singkong) dalam satu tahun dengan jumlah 1.950
ton/ tahun dengan harga singkong Rp. 800 /kg. Menurut Soekartawi (1994), Biaya
tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan
bahan baku yang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai. Ada juga
pengertian lain tentang biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat
tergantung pada jumlah produksi. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
dapat dipastikan dan sesuai dengan keadaan pada saat aktivitas usaha pengolahan
tepung singkong, total biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun
sebesar Rp. 488.025.000. Biaya tetap pada CV.Wangun Mandiri terdiri gaji
manajer, gaji pegawai, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Gaji
manajer, gaji pegawai, upah buruh, biaya listrik, bbm solar, telphon, karung,
Total biaya usaha merupakan jumlah keseluruhan modal kerja yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan
produksi per bulan pada tahun 2017. Total biaya pengolahan tepung tapioka yang
56
Tabel 9. Total Biaya Usaha
No Komponen Jumlah
1 Biaya Tetap Rp 488.025.000
2 Biaya Tidak Tetap Rp 1.560.000.000
Total Biaya Usaha Rp 2.048.025.000
Sumber: CV. Wangun mandiri 2017, Diolah
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual,
ditentukan oleh besar kecilnya jumlah produksi tepung singkong selama proses
produksi dan harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian. Menurut
Soeharto (1999) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang
sebagai berikut:
57
2.048.025.000,- maka diperoleh hasil perhitungan pendapatan usaha pengolahan
kriteria Net Present value, Net Benefit-Cost Ratio, Return On Invesment, Payback
Periode, dan Break event Point. Perhitungan kelayakan finansial usaha ini
diperoleh dari data hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan pengeluaran
dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 12% yang didapat dari perhitungan
Break Event Point (BEP) merupakan suatu kondisi pada saat hasil tepung
tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri yang diperoleh sama dengan modal
yang dikeluarkan. Artinya, pada saat itu, usaha yang dijalankan tidak mendapat
keuntungan, tetapi juga tidak mengalami kerugian (impas). Kondisi ini laba yang
diperoleh adalah nol (impas). Dalam hal ini, BEP untuk usaha pengolahan tepung
tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dilihat dari dua segi, yaitu: BEP
untuk harga produksi/kg dan BEP untuk volume produksi. Perhitungan dilakukan
58
BEP untuk volume produksi per tahun merupakan hasil dari pembagian
antara total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha tepung tapioka dengan harga
jual volume produksi tepung tapioka. Analisis BEP volume produksi tepung
btapioka digunakan untuk menentukan seberapa besar tepung tapioka yang harus
harga 682.675 kg. Jadi, jika produksi melebihi 682.675 kg per tahunnnya dalam
312 kali produksi dalam satu tahun, maka dapat disimpulkan CV.Wangun Mandiri
keuntungan. Jika produksi tepung tapioka yang dihasilkan kurang dari 682.675 kg
per tahun dalam 312 kali produksi, maka CV.Wangun Mandiri dalam
sebesar 2.500 kg per hari atau 780.000 kg per tahun. Berdasarkan analisis
59
Adapun, analisis BEP harga merupakan hasil dari perbandingan antara
total biaya yang dikeluarkan penguasaha tepung tapioka dengan volume produksi.
Perhitungan BEP harga dimaksudkan untuk mengetahui besaran harga titik impas
BEP harga produksi per kg ialah total biaya produksi per tahun dalam 312 kali
produksi dibagi total jumlah produksi per tahun dalam 312 kali produksi. Hasil
analisis perhitungan BEP harga produksi usaha pengolahan tepung tapioka yang
Berdasarkan perhitungan Tabel 12, hasil BEP harga pada tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 2.625 /Kg. Jadi pada saat
harga tepung tapioka Rp 2.625/Kg usaha pengolahan tepung tapioka yang berada
keuntungan. BEP harga dikatakan mengalami kerugian apabila BEP harga kurang
dari Rp 2.625 /Kg dan mendapatkan keuntungan apabila BEP harga lebih dari Rp
Rp 3.000 ini jauh lebih tinggi dari BEP harga yang dianalisis. Berdasarkan
Mandiri, maka dikatakan layak dan dapat dilanjutkan. Dari hasil analisis BEP
volume produksi tepung tapioka dan BEP harga dapat dikatakan CV.Wangun
60
Mandiri ini layak untuk dijalankan dan mempunyai prospek bisnis yang cukup
baik.
dengan modal yang telah digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat
perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Semakin tinggi pendapatan
akan semakin baik. ROI dalam hal ini dihitung berdasarkan rata-rata profit per
bulan dari usaha pengolahan tepung tapioka yang ada di CV.Wangun Mandiri
dibagi dengan investasi awal. Berikut dibawah ini Tabel 13 perhitungan ROI:
Berdasarkan Tabel 13, nilai ROI yang didapat dalam usaha pengolahan
tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar 0,209. Nilai ROI sebesar
0,209 diperoleh dari rata-rata profit per tahun dari jumlah 312 kali proses produksi
investasi awal dari usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
dan total biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan tepung
61
singkong di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 1.390.600.000,-. Berdasarkan
hasil analisis ROI diatas dapat diketahui bahwa setiap pengeluaran modal
kotor dengan biaya total yang dikeluarkan dari usaha pengolahan tepung tapioka
pengolahan tepung tapioka dan dapat mengukur keuntungan dan kelayakan dari
usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri. Jika nilai
R/C ratio diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat, sehingga
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.048.025.000,- per tahun dalam 312 kali
produksi. R/C Ratio merupakan pembagian penerimaan atas biaya (R/C rasio).
Hasil R/C Ratio dalam penelitian ini yaitu sebesar 1,142. Berikut dibawah ini
Tabel 14, analisis perhitungan R/C Ratio pada usaha pengolahan tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
62
Tabel 14. Analisis R/C Rasio Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.Wangun
Mandiri
No Uraian Nilai
1 Penerimaan kotor Rp 2.340.000.000
2 Biaya Produksi Rp 2.048.025.000
3 R/C Rasio 1,142 %
Sumber: data primer 2017 (diolah)
penerimaan atas biaya (R/C rasio) sebesar 1,142 mengindikasikan bahwa pada
setiap Rp 1.000,- atas keseluruhan rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam proses
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri. Dari analisis R/C
ratio diatas dapat dikatakan usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di
CV.Wangun Mandiri ini layak untuk dijalankan dan mempunyai prospek bisnis
yang cukup baik karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih dari
produksi akan kembali. Cepat atau lambatnya sangat tergantung pada sifat aliran
kas masuknya, jika aliran kas masuknya besar atau lancar maka proses
period adalah perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
menutup nilai investasi suatu usaha dengan mengunakan aliran kas yang
63
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel diatas, maka Payback Period pada usaha tepung tapioka
usaha pengolahan tepung tapioka ini akan kembali, Payback Period adalah
penjualan tepung tapioka per bulan, nilai payback period adalah sebesar 4,76
tahun. Perhitungan ini berdasarkan satu tahun pada tahun 2016, sehingga dapat
64
5.6.5 Net Present Value (NPV)
Net present value (NPV) adalah nilai sekarang dari uang atau cash flow
kesetaraan pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang
diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi
yang dilakukan saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau
nilai waktu uang. Hasil arus kas bersih (net cash flow) kemudian
didiskonstantakan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 12% yang didapat
dari hasil perhitungan rata-rata tingkat suku bunga investasi periode 2015-2016.
dikatakan layak jika telah memenuhi kriteria investasi NPV lebih besar dari 0.
Semakin tinggi nilai NPV menunjukkan semakin layak usaha pengolahan tepung
tapioka tersebut dilaksanakan. Selain itu, NPV juga berhubungan positif dengan
tingkat resiko suatu usaha. Nilai NPV lebih kecil dari nol menunjukkan bahwa
usaha pengolahan tepung tapioka tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada
65
Tabel 16. Hasil Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Pengolahan Tepung
Tapioka di CV.Wangun Mandiri
Discount Factor
Tahun Cash Flow Present Value ( CF X DF)
12%
0 Rp 397.677.500 1 Rp 397.677.500
1 Rp 438.000.000 0,893 Rp 391.134.000
2 Rp 447.000.000 0,797 Rp 356.259.000
3 Rp 469.000.000 0,712 Rp 333.928.000
4 Rp 480.000.000 0,636 Rp 305.280.000
5 Rp 493.000.000 0,567 Rp 279.531.000
Total PV Rp 1.666.132.000
Biaya Investasi Rp 1.390.600.000
NPV Rp 275.532.000
Sumber: data primer, diolah (2018)
diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 275.532.000 yang berarti akan
menurut nilai mata uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return (IRR)
sebesar 19,57% (Lampiran 5) dan lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (12%) yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang
66
lebih besar dibandingkan dengan mendepositkan modalnya di Bank dengan suku
bunga yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,142 yang
berarti bahwa setiap Rp. 1000,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 1.142,- dan hasil analisis Payback Period (PP)
7). Berdasarkan kriteria kelayakan diatas maka usaha ini dinyatakan layak yang
ditunjukan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu. Nilai PP usaha
yaitu 4 Tahun 7 Bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus perputaran
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
finansial dalam usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV. Wangun
maupun air yang digunakan dalam proses produksi (tidak keruh, tidak berbau,
dan air masak) agar menghasilkan tepung tapioka yang putih dan berkualitas
tinggi.
terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai
menurut nilai mata uang sekarang. Hasill IRR lebih besar dari tingkat
diskonto (tingkat suku bunga yang berlaku) mengartikan bahwa usaha ini
ditanamkan cukup singkat yaitu 4,76 tahun dalam masa proyek lima tahun
6.2. Saran
69
3. Melegalitaskan produk tepung tapioka guna memperluas pangsa pasar
tepung tapioka dan membuat peraturan yang jelas untuk pegawai pabrik.
70
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Made. 2006. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut. Arti Foundation. Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultur. 2010. Pangan dan
Hortikultur. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultur. 2015. Pangan dan
Hortikultur. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Fazwa, M.A.F., Fauzi, P.A., Ab, A.G., Rasip dan Noor, M.M. 2001. A
preliminary analysis on finansial assesment of Citrushystrix (limau purut)
grown on plantation basis, Forest Research Institute Malaysia (FRIM).
Selangor.
Hafsah, M.J. 2003. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
71
Ibrahim, H.M. Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Indonesian Agriculture. 2015. Diperoleh dari
http://www.nationsencyclopedia.com/2015.Asia-and-Oceania/industri.html
Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Kotler, Philip. 2004. Marketing Management. Upper Saddle River. New Jersey.
72
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Kayu dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Santosa, Budi. 2013. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Siahaan. 1996. Statistik Industri Besar dan Sedang. Bayumedia Press. Malang.
Soeratman. 2002. Studi Kelayakan Investasi Bisnis dan Proyek. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Soetanto. 2001. Pengolahan Singkong. Balai Pustaka dan Media Wiyata. Jakarta.
Sudong, Y. dan Tiong, R.L.K. 2002. NPV at risk method in infrastructure project
invesment evaluation. Journal of Construction Engineering and
Management.
Surahman, D.N., Astro, H.M. dan Priyatna, H. 2007. Business Plan: Kajian Bisnis
Agroindustri Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Nanas. LIPI Press.
Jakarta.
73
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik dan Prosedur. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Umar, Husein. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Winarno ,F.G. 2004. Kimis Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
74
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
E-Mail : fery.perdian8@gmail.com
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
72
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi Pengolahan Tepung Tapioka di
CV.Wangun Mandiri
Harga Umur
Nilai Sisa Penyusutan
No Nama Barang Jumlah Satuan Total (Rp) Ekonomis
(Rp) (Rp)
(Rp) (Tahun)
1 Pabrik 1 588.000.000 588.000.000 20 58.800.000 26.460.000
2 Mobil 1 200.000.000 200.000.000 10 20.000.000 18.000.000
3 Mesin Pengupas 1 7.500.000 7.500.000 5 750.000 1.350.000
4 Bak Pencuci 1 7.500.000 7.500.000 10 750.000 675.000
5 Bak Pembilasan 1 5.000.000 5.000.000 10 500.000 450.000
6 Mesin Parut 1 15.000.000 15.000.000 5 1.500.000 2.700.000
7 Vibroting 2 7.500.000 15.000.000 5 1.500.000 2.700.000
8 Mesin Perasan 1 22.500.000 22.500.000 5 2.250.000 4.050.000
9 Conveyor 2 17.500.000 35.000.000 5 3.500.000 6.300.000
10 Mesin Pengurai 1 5.000.000 5.000.000 5 500.000 900.000
11 Pompa Air 2 pk 1 2.500.000 2.500.000 5 250.000 450.000
12 Instalasi Air 1 5.000.000 5.000.000 10 500.000 450.000
13 Oven Pengering 2 200.000.000 400.000.000 10 40.000.000 36.000.000
14 Genset 50 kva 1 50.000.000 50.000.000 5 5.000.000 9.000.000
15 Mesin jahit 1 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.000
16 Mesin penampung 1 7.500.000 7.500.000 5 750.000 1.350.000
17 Alat Timbangan 2 3.000.000 6.000.000 5 600.000 1.080.000
18 Meja 4 400.000 1.600.000 5 160.000 288.000
19 Kursi 4 200.000 800.000 5 80.000 144.000
20 Komputer 1 4.000.000 4.000.000 5 400.000 720.000
21 Printer 1 500.000 500.000 5 50.000 90.000
22 Telpon 1 200.000 200.000 5 20.000 36.000
23 Kipas Angin 2 250.000 500.000 5 50.000 90.000
24 Sofa 1 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.000
Total Biaya 1.396.600.000 139.660.000 114.003.000
Lampiran 3. Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Tapioka CV.Wangun
Mandiri
73
Lampiran 5. IRR (Internal Rate of Return)
No. Cash Flow (Rp) Discount Factor 12% Present Value (Rp)
1 438.000.000 0,893 391.134.000
2 447.000.000 0,797 356.259.000
3 469.000.000 0,712 333.928.000
4 480.000.000 0,636 305.280.000
5 493.000.000 0,567 279.531.000
Total PV 1.666.132.000
Biaya Investasi 1.390.600.000
NPV 275.532.000
No. Cash Flow (Rp) Discount Factor 20% Present Value (Rp)
1 438.000.000 0,833 364.854.000
2 447.000.000 0,694 310.218.000
3 469.000.000 0,578 271.082.000
4 480.000.000 0,482 231.360.000
5 493.000.000 0,401 197.693.000
Total PV 1.375.207.000
Biaya Investasi 1.390.600.000
NPV -15.393.000
IRR = i1 ( 2 − 1)
i1 = DF Positif
I2 = DF Negatif
. .
IRR = 12 (20 − 12)
. . ( . . )
IRR = 19,57
74
Lampiran 6. Discount Factor Table NPV dan IRR
Discount Factor
Period 10% 11% 12% 13% 14% 15%
1 0.909 0.900 0.892 0.885 0.877 0.869
2 1
0.826 9
0.811 9
0.797 0
0.783 2
0.769 6
0.756
3 4
0.751 6
0.731 0.711 1
2 0.693 5
0.675 1
0.657
4 3
0.683 2
0.658 80.635 10.613 0
0.592 5
0.571
5 0
0.620 7
0.593 50.567 30.542 1
0.519 8
0.497
9 5 4 8 4 2
75
Lampiran 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka
76
Lampiran 8. Data Pertanyaan
B. Aspek Teknis
1. Bagaimana lokasi dan kondisi perusahaan?
2. Apa bahan baku yang dari produk yang dihasilkan?
3. Berapa kebutuhan bahan baku perhari?
4. Darimanakah asal bahan baku tersebut?
5. Berapakah harga bahan baku tersebut?
77
C. Aspek Manajemen
1. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?
2. Berapa jumlah karyawan pada perusahaan?
3. Berasal dari mana karyawan pada perusahaan?
4. Apa tingkat pendidikan para karyawan pada perusahaan?
5. Berapa waktu bekerja dalam sehari?
6. Apakah perusahaan membutuhkan tambahan tenaga kerja dalam
waktu tertentu?
7. Bagaimana sistem gaji karyawan?
8. Berapa Gaji yang diterima karyawan?
D. Aspek Hukum
1. Bagaimana cara mendapatkan izin untuk mendirikan perusahaan?
F. Apek Lingkungan
1. Limbah apa yang dihasilkan perusahaan?
2. Bagaimana cara penanganan limbah yang terdapat pada
perusahaan?
G. Aspek keuangan
1. Berapakah Modal investasi yang digunakan untuk membangun
perusahaan?
Nama
Item Unit Harga Total
Barang
Bangunan Pabrik
Transportasi Mobil
Mesin
Pengupas
Mesin Parut
Mesin Vibroting
Mesin Perasan
Conveyor
78
Mesin Pengurai
Pompa Air 2 pk
Instalasi Air
Oven
Pengering
Genset 50 kva
Mesin jahit
Karung
Mesin
penempung
Bak Pencuci
Bak
Pembilasan
Alat
Timbangan
Meja
Peralatan Kursi
Komputer
Printer
Telpon
Kipas Angin
Sofa
79
Komponen Biaya Harga Kebutuhan
No. Jumlah Biaya/Tahun
Variabel Satuan (Rp) /Bulan
1 Bahan Baku
2 Upah Kerja
3 Biaya Listrik
4 BBM solar/LPG
5 Telphon
6 Karung
Transport
7 maintenance lain-
lain
80
Lampiran 9. Dokumentasi
81
Dokumentasi 4. Penyimpanan di Gudang
Dokumentasi 5.
82