Data Diri
Nama : Ifah Lailatul Ibtida
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 24 November 1999
Telepon : 0852 1321 2314
Email : ifah.ibtida17@mhs.uinjkt.ac.id
Alamat : Jalan Tengki 5 RT 05 RW 10, Meruyung, Limo,
Depok, 16515
Riwayat Pendidikan
2005 - 2011 SD Negeri Meruyung
2011 - 2014 SMP Negeri 13 Depok
2014 - 2017 SMA Negeri 9 Depok
2017 - 2022 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi
2015 - 2017 Pramuka SMA Negeri 9 Depok
(Seksi bidang pelatihan)
2017 - 2019 HMJ Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Staff Departemen Penelitian dan Pengembangan)
(Staff Departemen Sosial Pengabdian Masyarakat)
Pengalaman Kerja
2023 Infomedia Nusantara (Freelance Screening kandidat)
2022 Dattabot (Freelance Data Admin)
2021 dan 2022 Dompet Dhuafa (Staff Data Process E Commerce)
2022 LAZ Al Azhar (Fundraiser)
2022 Mufid Botanica Beauty (Staff Community Development)
2021 Aksi Cepat Tanggap (Staff Data Entry)
2020 - 2021 CV Taisi Corporation (Staff Produksi dan Pemasaran)
2019 -2020 Bimbel Privat Galan (Tutor SD dan SMP)
RINGKASAN
Puji serta syukur penulis ucapkan untuk setiap berkah, rahmat, dan karunia
yang Allah SWT berikan, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
umatnya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, MT, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
jajarannya.
2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari,
M.M, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains
3. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, M.M selaku
penguji skripsi yang telah memberikan masukan, dukungan, dan saran kepada
5. Kedua orang tua penulis Ibu Mukhsidah, Bapak Taufik, terima kasih yang
tidak terhingga atas seluruh dukungan (moral maupun material) yang telah
diberikan pada semua pilihan yang penulis pilih, serta terima kasih juga
kepada MC Mong (Shin Dong Hyun), Mukti Fajar, dan Kru Ilbakil S01 untuk
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa
Penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan segala pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis harap semoga skripsi ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
6.1. Kesimpulan.......................................................................................98
6.2. Saran.................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
LAMPIRAN........................................................................................................110
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
3. Kode HS Jagung.............................................................................................18
No. Halaman
4. Kurva Permintaan...........................................................................................30
No. Halaman
Jagung adalah salah satu tanaman pangan yang berasal dari benua
ketiga di dunia setelah padi dan gandum. Di Indonesia sendiri jagung merupakan
yang sebagian warganya menjadikan jagung sebagai bahan makanan pokok adalah
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Madura. Jagung selain digunakan untuk konsumsi
rumah tangga, juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak
(Rifan, 2018:5-8).
impor. Jagung sebagai salah satu komoditas penting dipenuhi oleh beberapa
intensif sehingga jagung menjadi salah satu tanaman pangan unggulan. Jagung
sebagai salah satu tanaman komoditas penting juga dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) yang dibebankan kepada badan usaha industri atau sebagai Barang
Kena Pajak (BKP) dengan Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Atas
tujuh sebagai negara produsen jagung terbesar di dunia dan posisi pertama di
ASEAN dengan volume produksi rata-rata adalah 17,01 juta ton per tahun (FAO,
Indonesia. Kontribusi terbesar berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu 24,56% .
pertumbuhannya adalah 5,21% per tahun. Produksi jagung tertinggi pada rentang
waktu tersebut ada di tahun 2017 yaitu 28,9 juta ton meningkat 22,67%
dimana produksi jagung menurun sebesar 25,1% menjadi 21,6 juta ton. Penurunan
jumlah produksi ini banyak disebabkan oleh menurunnya luas panen sedangkan
komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Pusdatin Pertanian,
permintaan jagung, dan volume impor jagung Indonesia selama tahun 1999-2019.
2
Tabel 1. Perkembangan Produksi, Permintaan Jagung, dan Volume Impor Jagung
Tahun 1999-2019
dunia (Index Mundi, 2021). Permintaan jagung Indonesia berasal dari permintaan
rumah tangga, industri peternakan dan pakan, industri non pakan, dan peternakan
mandiri. Selama tahun 1999-2019 rata rata permintaan jagung Indonesia sebanyak
21,55% dipasok dari impor dan sebesar 78,45% dipasok oleh produksi dalam
bahwa selama tahun 1999-2019 rata-rata permintaan jagung Indonesia adalah 8,26
juta ton dan mengalami peningkatan secara rata-rata yaitu 13,37% per tahun.
Permintaan jagung menyentuh angka tertinggi di tahun 2017 yaitu 19,4 juta ton
3
dan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri,
jagung tidak membuat Indonesia terbebas dari kegiatan impor. Impor jagung
dilakukan salah satunya untuk memenuhi permintaan jagung yang tinggi terutama
untuk industri pakan dan menstabilkan harga bahan pangan dan pakan di dalam
rata sebesar 62,81% per tahun. Tabel 1 juga menunjukkan volume impor jagung
terbesar terjadi pada rentang waktu 2011-2015 dimana volume impor jagung rata-
rata menyentuh tiga juta ton per tahun. Pada tahun 2016 volume impor jagung
sempat mengalami penurunan sebesar 61,96% menjadi 1,33 juta ton dan terus
turun sebesar 46,34% menjadi 714.504 ton di tahun 2017 karena adanya
pembatasan impor jagung yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan supaya
hasil panen petani dalam negeri dapat diserap oleh sektor industri, meningkatkan
budidaya jagung, dan menjaga stabilitas harga jagung. Impor jagung kembali
meningkat di tahun 2018 sebesar 60,98% dan di 2019 sebesar 25,49% dari tahun
sebelumnya.
Besarnya tingkat impor jagung juga tidak lepas dari tingginya harga
jagung sebagai imbas dari produksi jagung Indonesia yang banyak dilakukan saat
4
musim hujan, dengan sedikitnya alat pengering dan gudang penyimpanan
jagung produksi dalam negeri yang relatif lebih tinggi dibanding jagung impor
perkembangan harga jagung impor dan harga jagung domestik tahun 1999-2019.
Tabel 2. Harga Jagung Impor dan Harga Jagung Domestik Selama Tahun 1999-
2019
5
mengalami peningkatan rata-rata 6,5% per tahun sedangkan harga jagung
domestik lebih tinggi yaitu 8,4% per tahun. Harga jagung domestik tertinggi ada
di tahun 2019 yaitu sekitar Rp 4.962 per kilogramnya meningkat 9,52% dari tahun
disebabkan oleh sebaran lokasi produksi dan waktu panen yang tidak serentak,
periode panen wilayah barat (Januari-Maret) dan wilayah timur (Maret dan April)
berbeda, serta rantai pasok jagung yang panjang. Harga jagung impor tertinggi ada
di tahun 2008 yaitu Rp 3.471 per kilogramnya meningkat 75,8% dari tahun 2007.
Harga jagung impor yang meningkat tajam terjadi karena adanya krisis ekonomi
dan ketersediaan jagung dunia yang terbatas. Selain itu harga jagung impor juga
dipengaruhi oleh kekuatan nilai tukar sehingga jika nilai tukar Rupiah menguat
dan harga jagung impor menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan harga
jagung di dalam negeri, membuat masyarakat dan pelaku usaha memilih untuk
Kebutuhan Indonesia akan jagung impor akan tetap tinggi jika produksi
industri pakan, industri non pakan dan industri peternakan sebagai konsumen
terbesar. Volume impor jagung yang terus meningkat pada jangka panjang akan
Pada sektor industri kebutuhan jagung yang tinggi jika tidak diimbangi dengan
6
penyediaan yang cukup, nantinya akan mempengaruhi tingkat perkembangan
industri itu sendiri (Aidah, 2020:85). Dalam jangka pendek meningkatnya volume
impor akan membuat harga jagung dalam negeri menjadi rendah sehingga
kestabilan harga dan ketersediaan jagung yang bergantung pada fluktuasi produksi
pendapatan nasional, dan hasil panen jagung lokal yang kalah saing sehingga
impor jagung tersebut maka perlu diketahui apa saja yang menyebabkan impor
impor jagung Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari beberapa
faktor, yaitu produksi jagung dalam negeri, permintaan jagung dalam negeri, nilai
tukar Rupiah, harga jagung impor, dan harga jagung domestik terhadap volume
7
1. Apakah dalam jangka pendek dan jangka panjang produksi jagung,
permintaan jagung, nilai tukar Rupiah, harga jagung impor, dan harga
bertujuan untuk :
panjang.
terkait, diantaranya :
8
1. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu (S-1) serta sebagai salah satu cara
volume impor jagung di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang
pada tahun 1999-2019. Rentang waktu tersebut dipilih karena volume impor
banyak menunjukkan peningkatan lebih dari seratus persen dari tahun sebelumnya
dan tingkat ekspor Indonesia tidak lebih besar dari Impor (neraca perdagangan
Indonesia, permintaan jagung, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD),
harga jagung impor, dan harga jagung domestik. Faktor-faktor ini dianalisis
9
Jangka panjang atau jangka pendek tidak tergantung pada lamanya periode waktu
secara harfiah, seperti satu bulan atau satu tahun dan sebagainya. Makna dari
jangka pendek dan jangka panjang akan berbeda-beda pada setiap kesempatan dan
tergantung pada konteks yang digunakan. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah jagung dengan kode HS 100590 (jagung brondong, pipilan kering, dan
lain-lain). Data sekunder yang digunakan merupakan data time series selama
tahun 1999-2019.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terpenting di dunia. Tanaman pangan ini merupakan bahan pangan pokok bagi
Indonesia (Aidah, 2020:19). Tanaman jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui
produktif di dunia. Lahan tanam jagung ada lebih dari 100 juta hektar dan telah
beradaptasi jagung yang tahan terhadap berbagai jenis lingkungan (Iriany dkk,
menjadi tiga tahap yaitu fase perkecambahan yang ditandai oleh berkembangnya
biji hingga munculnya daun pertama, fase pertumbuhan vegetatif yang dapat
diketahui dengan banyaknya jumlah daun yang terbentuk, selain itu munculnya
daun pertama yang terbuka secara sempurna hingga keluarnya bunga jantan
(tasseling) namun sebelum keluarnya bunga betina (silking) juga merupakan ciri
dari fase pertumbuhan vegetatif, terakhir adalah fase reproduktif yang ditandai
dengan munculnya bunga betina (silking) sampai masak secara fisiologis
(Aidah, 2020: 30-31). Tempat tumbuh jagung yang baik adalah wilayah tropis
dengan letak hingga 50° LU dan 50° LS dari dataran rendah sampai dataran tinggi
dengan ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan
tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Doswell et al 1996
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
dari 50.000 varietas jagung yang sudah dikembangkan (Iriany dkk, 2016: 13).
produksi dalam satu periode tanam) 8-12 ton/ha. Jagung komposit atau lokal
produksi 8-10 ton/ha (Maryo, 2019). Produktivitas tanaman jagung pada usaha
budidaya tanaman jagung dipengaruhi oleh jenis lahan pertanian, cara penanaman,
varietas benih yang digunakan, penggunaan pupuk, sumber bantuan benih, sumber
kecukupan air. Produktivitas jagung akan optimal jika ditanam secara monokultur
sehingga memiliki produktivitas yang lebih tinggi, Jagung yang ditanam pada
lahan sawah irigasi akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis lahan lain. Varietas jagung hibrida memiliki rata-rata produktivitas
lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung komposit atau jagung lokal. Rumah
tangga jagung dan kedelai yang menerima bantuan pupuk akan memiliki
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak
pangan dan tepung, pupuk hijau atau kompos, bahan baku dalam industri farmasi,
dextrin, perekat, industri tekstil, kosmetik, juga industri kimia (Rifan, 2018:8).
Pada umumnya usaha tani jagung di Indonesia masih berskala kecil yang sebagian
besar pengelolaan lahannya 0,5 – 3 hektar per keluarga tani. Orientasi produksi
13
kelompok industri penggilingan beras dan jagung serta industri tepung beras dan
jagung dimana jumlahnya pada tahun 2018 sebanyak 402 industri yang
tersebut jagung digunakan sebagai bahan baku pelengkap pada bidang industri
minyak dan tepung, tepung bulir dan tepung tongkol sebagai bahan baku industri
dan pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuatan furtural (Pusdatin
14
bergengsi tinggi dibandingkan dengan mengonsumsi jagung. Mengonsumsi
mampu serta dianggap tidak sebergizi beras. Selain itu, banyaknya kebijakan
bantuan pemerintah yang berupa bantuan bahan pangan beras dan harga beras
yang lebih terjangkau bagi kalangan tertentu membuat konsumsi jagung menurun.
Bantuan ini juga diratakan dengan hanya ada bantuan pangan berbentuk beras
yang sering kali tidak sesuai dengan kebiasaan jenis pangan yang biasanya
banyak berasal dari sektor industri. Bagi sektor industri, jagung sebanyak 47,2%
digunakan untuk bahan baku industri pakan dan 25,5% digunakan sebagai bahan
baku industri non pakan. Selain penggunaan untuk sektor industri, jagung juga
langsung sebesar 2,8% dan bibit sebesar 0,6% (Sulaiman dkk, 2018:15).
Salah satu kegunaan jagung pada bidang industri adalah sebagai bahan
pakan ternak. Bagi industri peternakan terutama ternak unggas, jagung merupakan
salah satu bahan utama dimana sebanyak 60% komponen dalam ransum pakan
penggunaan jagung untuk sektor tersebut rata-rata berasal dari impor 33,4% dan
sebagai produsen hingga pelaku industri yang mengolah jagung menjadi produk
15
turunan lain. Proses pemasaran ini diawali dengan hasil panen petani yang
pedagang besar atau pelaku industri makanan, pakan ternak, kerajinan, kimia
farmasi, serta untuk kebutuhan energi seperti bioetanol dan konsumen rumah
Gambar 2 menunjukkan tata niaga jagung dalam negeri. Rantai tata niaga
jagung di setiap daerah berbeda-beda. Secara umum tata niaga jagung dimulai
atau usaha. Pada tata niaga jagung terdapat tiga komponen pendukung utama yaitu
akan menjual jagung ke pedagang pengumpul, penyalur kota, pengecer pasar, atau
16
PUSKUD, dan pedagang provinsi akan disalurkan dan dijual untuk konsumen
rumah tangga, industri, dan peternak. Dalam tata niaga jagung terdapat banyak
kendala pada tahap pemasaran produksi. Permasalahan ini mencakup petani yang
hasil produksi petani jagung dalam negeri. BULOG juga berperan sebagai
penampung jagung dari pedagang atau KUD. Jagung yang sudah ditampung akan
dkk, 1979).
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan,
jagung yang baik untuk konsumsi pangan maupun pakan memiliki syarat sebagai
berikut:
Syarat umum:
d. Bersuhu normal
17
Syarat khusus:
a. Kadar air maksimum: mutu I < 14%, mutu II 14%, mutu III 15% dan mutu
IV 15-17%
b. Butir rusak: mutu I < 2%, mutu II 3%, mutu III 7% dan mutu IV 10%
c. Warna lain: mutu I < 2%, mutu II 3%, mutu III 7% dan mutu IV 10%
d. Butir Pecah: mutu I < 1%, mutu II 1%, mutu III 2% dan mutu IV> 2%
Classification).
Berdasarkan pada kegunaannya yaitu jagung untuk benih dan non benih,
18
jagung putih (biji jagung berwarna putih), jagung kuning (sekurang-kurangnya
90% biji berwarna kuning) dan jagung campuran dimana jenis ini tidak memenuhi
jagung yang dijadikan sebagai komoditas ekspor dan impor dibagi menjadi dua
jagung segar yang terdiri dari jagung pipilan kering, jagung berondong, jagung
bibit, dan lain-lain. Kedua, jagung olahan yang terdiri dari tepung jagung, minyak
adalah kegiatan perdagangan barang dan jasa yang dilakukan oleh penduduk suatu
internasional terjadi karena pada hakikatnya negara manapun di dunia tidak dapat
Perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor.
Dua bagian ini dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua pihak yang melakukan
perdagangan yaitu penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain (Purba
dkk, 2021:13).
19
Adanya pertukaran barang dan jasa yang dilakukan antar negara akan
dilakukan antar suatu negara dengan negara lain akan menjadikan negara tersebut
dimiliki oleh negara yang tidak menjalin hubungan perdagangan dengan negara
yang harus diserahkan suatu negara untuk memproduksi satu unit tambahan X.
maka negara 1 memproduksi dan mengkonsumsi pada titik A dengan harga relatif
komoditas X akan berada diantara P1 dan P3, dengan harga relatif yang lebih
dikonsumsi dalam negeri dan akan mengekspor kelebihan atau selisih dari
komoditas X yang tersedia. Dengan harga relatif yang lebih tinggi negara 2 akan
antara negara 1 dan negara 2 akan menghasilkan hanya pada titik P2 kuantitas
impor komoditas X yang diminta negara 2 dapat dipenuhi oleh ekspor komoditas
20
suatu negara untuk memproduksi satu unit tambahan X) ada pada P2 dimana pada
Px/Py di negara 1 ke P2 dan kelebihan permintaan impor pada Px/Py> P2’ milik
memenuhi kebutuhan barang atau jasa dalam negeri, kegiatan ini juga memiliki
sumber daya manusia sehingga dapat bersaing di pasar internasional (Purba dkk,
2021:14).
sebagai landasan bagi suatu negara untuk melakukan kegiatan dagang dengan
seberapa besar manfaat serta pengaruh yang didapatkan dari kegiatan perdagangan
akan terus didorong sebesar-besarnya kecuali logam mulia (alat pembayaran pada
masa itu) dan melarang/membatasi impor dengan ketat kecuali logam mulia. Teori
Merkantilisme memiliki pokok bahwa negara/raja akan kaya dan makmur jika
jumlah ekspor lebih banyak dibandingkan jumlah impor sehingga cadangan logam
mulia yang dimiliki semakin banyak. Logam mulia yang semakin banyak
mendorong naiknya jumlah uang yang beredar (Money Supply) yang tidak
diimbangi oleh produksi yang sesuai akan mengakibatkan terjadinya inflasi yang
mengakibatkan harga barang ekspor akan naik sehingga kuantitas ekspor akan
menurun. Tingginya money supply yang diikuti oleh inflasi akan menyebabkan
ekspor menjadi lebih sedikit dibanding jumlah impor sehingga persediaan logam
mulia akan berkurang dan mengakibatkan negara/ raja menjadi miskin. Kebijakan
sebagai usaha melindungi ekonomi dalam negeri melalui kebijakan tarif dan
kebijakan non tarif. Kebijakan merkantilisme modern ini disebut juga “Neo
22
Berdasarkan teori klasik Adam Smith, perdagangan internasional
barang atau jasa per unit dengan sumber daya yang lebih sedikit dibanding
negara lain. Teori ini didasarkan pada asumsi hanya tenaga kerja
yang sama, pertukaran barang dilakukan secara barter tanpa uang, dan tidak
nilai suatu barang yang diproduksi. Suatu negara akan mengekspor barang
Teori ini menyatakan bahwa jumlah faktor produksi yang dimiliki suatu
negara akan menentukan harga atau biaya produk, keunggulan komparatif yang
23
dimiliki hasil produksi barang suatu negara akan ditentukan oleh struktur dan
faktor-faktor yang dimiliki negara, dengan faktor produksi yang melimpah dan
dan mengekspor nya, sebaliknya negara dengan faktor produksi rendah dan mahal
jasa yang belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, perbedaan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya, perluasan usaha
produksi, selera masyarakat dunia akan produk tertentu yang sama, kerja sama
salah satunya pembatasan impor yang dapat menghambat masuknya produk impor
24
ke pasar dalam negeri, konflik yang terjadi di suatu negara dapat mempengaruhi
ekspor impor yang membutuhkan waktu lama karena proses pabean negara,
2.4. Impor
perusahaan dengan cara memasukkan barang atau jasa dari luar negeri untuk
kebutuhan dalam negeri dimana barang atau jasa yang dibutuhkan tidak bisa
diproduksi sendiri atau barang itu memiliki harga yang lebih murah dibandingkan
dengan harga pasar dalam negeri. Barang yang diimpor oleh pelaku impor
(importir) dapat berupa barang konsumsi, barang-barang modal, bahan baku dan
industri, sektor pemerintah, dan sektor rumah tangga. Sektor perusahaan akan
dimana bahan atau barang ini belum mampu dipenuhi ataupun diproduksi dalam
25
negeri. Pada sektor pemerintah impor barang-barang dilakukan untuk keperluan
pertahanan dan pembangunan negara. Pada sektor rumah tangga perilaku impor
kuantitasnya tidak atau belum dicukupi oleh produksi dalam negeri (Sukirno,
1981:128).
rendahnya kurs valuta asing, dan harga barang-barang sejenis di dalam negeri
(2017:105) produksi dan harga barang atau jasa dalam negeri mempengaruhi
tingginya kebutuhan impor. Adanya penurunan pada produksi dalam negeri dan
meningkatnya harga suatu barang atau jasa dalam negeri akan mendorong
banyaknya kegiatan impor yang dilakukan oleh suatu negara ditentukan oleh
besarnya faktor-faktor penentu tersebut yang dimiliki barang atau jasa dalam
26
negeri dapat bersaing dengan barang atau jasa yang ditawarkan oleh negara lain.
Jika produk yang ditawarkan oleh negara lain memiliki keunggulan yang lebih
baik dibanding produk dalam negeri maka negara akan cenderung melakukan
faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah produksi jagung Indonesia,
permintaan jagung, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD), harga
2.4.1. Produksi
jasa berupa waktu, bentuk atau tempat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
pembuatan yang mengubah sumber daya berupa input menjadi suatu produk yang
dan tingkat output. Fungsi produksi menjelaskan jumlah output yang dihasilkan
dari proses produksi melalui penggunaan input variabel dalam jumlah yang
dimana:
Q : Output
X : Input
27
Fungsi produksi adalah suatu konsep yang menjelaskan tingkat output
yang maksimum pada kombinasi input dan teknologi tertentu. Setiap output yang
dihasilkan dalam suatu proses produksi dipengaruhi dan bergantung pada input-
input yang dipakai dalam proses produksi. Berdasarkan karakteristik atau jenisnya,
input yang digunakan dalam sistem produksi secara umum terdiri dari tenaga kerja,
modal atau kapital, bahan baku, sumber energi, tanah, informasi, aspek manajerial
Silasa (2016:6) Pada teori kuantitas Keynes, perputaran uang tidak konstan dan
dan membutuhkan penawaran output yang lebih besar. Dalam jangka pendek
cenderung melakukan kegiatan impor jika biaya produksi yang dikeluarkan dalam
menghasilkan suatu barang lebih tinggi dibandingkan dengan membeli barang dari
negara lain. Berdasarkan Aidah (2020: 90) negara yang memiliki faktor-faktor
faktor produksi rendah dan biaya yang mahal akan cenderung melakukan impor
2.4.2. Permintaan
Permintaan merupakan kuantitas dan kualitas barang atau jasa yang telah
disediakan produsen yang mampu dibeli oleh konsumen pada tingkat harga,
28
waktu dan tempat tertentu. Permintaan akan barang dan jasa dibedakan menjadi
permintaan yang dilandasi oleh keinginan konsumen untuk membeli barang atau
jasa namun pembelian itu belum dilakukan. Permintaan absolut yaitu permintaan
yang tidak disertai oleh kemampuan konsumen untuk memperoleh barang atau
terjadi adalah permintaan efektif. Permintaan jagung didasari pada daya beli yang
satuan barang atau jasa dengan jumlah barang atau jasa yang akan dibeli (Syafii
barang atau jasa maka jumlah permintaan akan barang atau jasa tersebut akan
individu dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas akan terbatas pada
kemampuannya untuk memperoleh barang atau jasa, baik itu terbatas pada
antara permintaan barang atau jasa pada suatu harga di satuan waktu tertentu
jasa dan harga. Garis vertikal pada kurva penawaran menunjukkan tingkat harga
(P) dan garis horizontal menunjukkan jumlah permintaan. Jumlah barang yang
29
Gambar 4. Kurva Permintaan
Sumber: Ansar (2017:59)
atau jasa akan dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan masyarakat,
permintaan secara agregat akan berpengaruh pada nilai harga dari output yang
merupakan produk dari tingkat harga dan jumlah output yang diminta, dan tidak
akan menaikkan tingkat harga karena perusahaan akan lebih memilih untuk
permintaan dapat meningkatkan output produksi dan tingkat harga akan dilakukan
30
2.4.3. Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs adalah nilai yang disepakati oleh penduduk antar
negara yang digunakan dalam kegiatan perdagangan. Nilai tukar yang dipakai
dalam kegiatan perdagangan dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal
(nominal exchange rate) merupakan nilai yang digunakan saat menukar mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain dan kurs riil (real exchange rate)
yaitu nilai tukar yang digunakan untuk menukarkan barang atau jasa antar negara.
Nilai tukar atau kurs merupakan harga satu unit mata uang asing dalam mata uang
Nilai tukar Rupiah diartikan sebagai nilai Rupiah dalam valuta asing yaitu
besaran nilai Rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu satuan mata uang
asing. Apabila nilai tukar melemah dapat diartikan bahwa Rupiah mengalami
depresiasi. Sedangkan jika nilai tukar melemah dapat diartikan bahwa Rupiah
mengalami apresiasi. Depresiasi yang terjadi pada nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang asing menjadikan harga barang/jasa impor menjadi lebih
mahal. Sebaliknya jika terjadi apresiasi pada mata uang domestik akan
menjadikan harga barang impor menjadi lebih murah dan harga barang ekspor
menjadi lebih mahal sehingga dapat membuat permintaan akan barang impor
penawaran mata uang tersebut di pasar valuta asing. Permintaan nilai tukar
dipengaruhi oleh pembayaran barang dan jasa untuk impor, aliran modal keluar
31
dipengaruhi oleh faktor penerimaan hasil ekspor, faktor aliran modal masuk
(Simorangkir dan Suseno, 2004:6). Berdasarkan data empiris krisis nilai tukar
akan berpengaruh negatif pada perekonomian suatu negara. Lemahnya nilai tukar
berupa bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi menjadi lebih mahal
Perubahan pada nilai tukar akan berpengaruh pada harga (inflasi) melalui
direct passthrough. Pengaruh ini dibagi menjadi dua tahap, pertama first round
effect yaitu pengaruh nilai tukar terhadap harga impor dan kedua second round
perekonomian menjadi meningkat (Sugeng dkk, 2010:317). Nilai tukar mata uang
dan penawaran yang terjadi di pasar. Nilai tukar yang tidak stabil akan
2.4.4. Harga
ditukarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa untuk memperoleh nilai guna
atau manfaat dari menggunakan barang atau jasa tersebut. Harga adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi permintaan barang atau jasa. Permintaan suatu barang
32
atau jasa ditentukan oleh harga produk, harga produk lainnya, dan pendapatan
konsumen hal ini didasarkan pada asumsi selera dan preferensi pada konsumen
tertentu. Pilihan konsumen akan dipengaruhi oleh harga barang, karena pada
konsumen tertentu pilihannya ini dihadapkan pada kendala dari daya beli atau
pendapatan yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri (Haryanto dkk, 2009: 83).
Menurut Kotler dkk (2010:665) harga yang ditetapkan pada suatu barang/jasa
akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
besaran harga yaitu faktor laba yang diinginkan, faktor produk atau penjualan
produk tersebut, faktor dari luar perusahaan (konsumen), dan faktor biaya dan
besarnya ekspor atau impor yang dilakukan suatu negara. Semakin tinggi harga
barang atau jasa maka permintaan akan barang atau jasa tersebut akan berkurang
kuantitasnya, dan semakin rendah harga barang atau jasa maka permintaan akan
barang atau jasa akan meningkat, cateris paribus. Faktor yang menentukan
apakah barang atau jasa tersebut akan diimpor atau ekspor salah satunya adalah
33
menggunakan harga internasional sebagai nilai barang yang berlaku dalam pasar
dunia, jika harga internasional tinggi maka produsen dalam negeri akan mencoba
(ekspor) untuk memperoleh keuntungan. Jika harga internasional lebih rendah dari
permintaan (impor) dan penawaran (ekspor) jagung dunia secara teori cukup kuat
dipengaruhi oleh harga jagung dunia. Harga jagung dunia nantinya akan
dilakukan oleh para peneliti dengan berbagai macam variabel dan fokus
harga jagung domestik, dan nilai tukar. Penelitian didapatkan hasil berupa
variabel bebas yang berpengaruh positif dan signifikan hanya harga jagung
34
domestik, sedangkan variabel nilai tukar dan produksi jagung Indonesia
jagung, jumlah penduduk dan cadangan devisa terhadap impor jagung Indonesia.
35
analisis regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
secara simultan dan parsial pada impor jagung Indonesia. Penelitian menghasilkan
penduduk dan cadangan devisa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impor
jagung Indonesia, sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh positif dan
regresi linear berganda dengan menggunakan data time series tahun 1990-2014.
Indonesia, produksi jagung Indonesia, harga jagung domestik, dan kurs Rupiah.
penelitian ini variabel yang berpengaruh secara signifikan dan positif adalah harga
jagung impor, sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan dan negatif adalah
faktor-faktor yang digunakan adalah produksi jagung, harga jagung impor, nilai
tukar Rupiah, dan PDB. Penelitian ini diketahui bahwa dalam jangka pendek dan
36
jangka panjang produksi jagung nasional berpengaruh negatif dan signifikan serta
PDB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume impor jagung
Indonesia, sedangkan harga impor jagung dan nilai tukar Rupiah tidak
1995-2014.
yang besar bagi ketersediaan bahan pangan dan pakan di Indonesia. Dalam
ketika produksi jagung secara kuantitas dan kualitas belum mampu secara
yang berfluktuatif dan semakin meningkat selama tahun 1999-2019 jika terus
berdampak pada defisit neraca perdagangan, defisit devisa negara, dan hasil
produksi jagung lokal yang akan kalah saing dengan produk impor dengan segala
penelitian ini yaitu produksi jagung Indonesia, permintaan jagung, nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD), harga jagung impor, dan harga jagung
hubungan diantara fakta-fakta yang terjadi yang sifatnya praduga sehingga masih
harus dibuktikan kebenarannya (Siyoto dan Sodik, 2015: 56). Pada penelitian ini
hipotesis hubungan setiap variabel dalam jangka pendek dan panjang sebagai
berikut::
b. Permintaan jagung
H0 : Tidak ada pengaruh antara nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
H3 : Ada pengaruh negatif antara nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
39
H0 : Tidak ada pengaruh antara harga jagung impor terhadap volume impor
H4 : Ada pengaruh negatif antara harga jagung impor terhadap volume impor
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Desember 2021 hingga Juni 2022. Data
sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
sekunder berupa data time series dengan rentang waktu tahun 1999-2019. Pada
rentang waktu tersebut volume impor banyak menunjukkan peningkatan lebih dari
seratus persen dari tahun sebelumnya dan tingkat ekspor Indonesia tidak lebih
linear berganda dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) dengan alat
bantu software Eviews 10 dan Microsoft Excel untuk mengetahui apakah variabel
bebas yaitu produksi jagung Indonesia, permintaan jagung, nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika, harga jagung impor, dan harga jagung domestik
berpengaruh pada variabel terikat yaitu volume impor jagung Indonesia. Analisis
digunakan untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari
melalui berbagai lembaga penyedia data. Tabel 5 menunjukkan sumber data pada
sebagai berikut:
komoditas jagung dengan kode Harmonized System (HS) 100590 yaitu jagung
42
brondong, pipilan kering, dan lainnya selain penggunaan untuk bibit selama
periode waktu 1999-2019. Volume impor jagung dinyatakan dalam satuan Ton.
pada penelitian ini menggunakan produksi jagung Indonesia yang dihimpun dari
produksi jagung pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Produksi jagung dinyatakan
Permintaan merupakan kuantitas dan kualitas barang atau jasa yang telah
disediakan produsen yang mampu dibeli oleh konsumen pada tingkat harga,
waktu dan tempat tertentu (Ansar, 2017:51). Permintaan jagung yang digunakan
dalam penelitian ini adalah konsumsi dalam wujud jagung basah berkulit yang
Menurut Simorangkir dan Suseno (2004:4) nilai tukar atau kurs adalah
harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika adalah harga satu Rupiah terhadap satu USD atau harga
satu USD dalam Rupiah. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dinyatakan
43
5. Harga jagung impor (HI)
Development (OECD) (2012:246) harga jagung impor adalah harga jagung secara
internasional yang ditentukan dari harga rata-rata yang berlaku di banyak negara
yang diperoleh produsen dari produksi suatu barang atau jasa yang dikonsumsi
parametrik dan statistik deskriptif. Analisis statistik dilakukan pada penelitian ini
dalam model volume impor jagung (VIJ). Analisis statistik inferensial digunakan
pengaruh antar variabel bebas pada volume impor jagung Indonesia tahun 1999-
data yang telah terkumpul tanpa bertujuan untuk membuat kesimpulan yang
44
telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya (Siyoto
Model (ECM) dengan alat bantu software Eviews 10 dan Microsoft Excel. Uji
stasioner dan uji asumsi klasik data time series pada setiap variabel secara umum
digunakan untuk mengetahui bentuk atau pola variasi dari data di masa lampau
dilakukan adalah menguji stasioneritas data menggunakan uji akar unit, uji derajat
dan uji asumsi klasik sebagai uji diagnostik pada error term.
Uji akar unit digunakan untuk mengetahui apakah data-data yang ada
stasioner atau tidak. Data stasioner adalah data yang memiliki nilai means, varians,
dan autovariansnya (pada variasi lag) menunjukkan hasil yang sama (tidak
mengalami perubahan secara sistematis) pada waktu kapan pun data itu dibentuk
atau dipakai. Uji stasioneritas data dilakukan pada tingkat level dan first difference
karena pada umumnya data time series tidak stasioner pada tingkat level, sehingga
perlu dilakukan pengujian pada tingkat first difference (Astuti dan Saputro,
sebagai akibat dari data yang stasioner yaitu adanya korelasi antara kesalahan
45
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
data yang ada tidak memungkinkan untuk diamati pada periode waktu lain dan
akan menghasilkan model yang dikenal sebagai regresi lancung (korelasi semu)
dimana hasil dari regresi tersebut menunjukkan hubungan variabel yang signifikan
(Gujarati, 2004: 792) namun analisisnya akan salah dan mengakibatkan salahnya
keputusan yang dipilih dalam penentuan suatu kebijakan. Salah satu cara untuk
menguji stasioneritas data adalah Augmented Dickey Fuller (ADF) (Gujarati, 2004:
830). Data akan stasioner jika nilai uji statistik ADF lebih besar dari nilai kritis,
jika nilai uji statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis maka data dikatakan tidak
Mengacu pada Ajija dkk (2011:138) uji derajat integrasi dilakukan jika
data yang diteliti tidak stasioner pada tingkat level saat uji akar unit. Uji derajat
integrasi bertujuan untuk mengetahui pada derajat berapa data yang ada akan
stasioner. Apabila data tidak stasioner pada tingkat level maka harus dilakukan
pada uji akar unit bersifat stasioner atau tidak (Firdaus, 2018: 151). Sifat stasioner
didapatkan jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritis, begitupula
46
sebaliknya jika nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis maka data
keduanya dapat dinyatakan dalam bentuk model ECM. Jika terjadi kointegrasi,
atau regresi jangka panjang dimana β diinterpretasikan sebagai long run multiplier
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jangka panjang secara permanen bagi
Xt terhadap Yt (Rosadi, 2012: 200-201). Apabila kedua data yang dianalisis tidak
atau keseimbangan antara kedua variabel tersebut. Dalam jangka pendek, akan
diperlukan koreksi kesalahan dengan model ECM (Firadus, 2018: 151). Residu
atau Error Correction Term (ECT) akan terkointegrasi jika nilai uji statistik ADF
lebih besar dari nilai kritis, jika nilai uji statistik ADF residu lebih kecil dari nilai
melihat dan meninjau kekonsistenan model empiris dengan teori ekonomi dan
mencari solusi dari permasalahan variabel time series yang tidak stasioner serta
melihat hubungan jangka pendek dan panjang antar variabel yang digunakan.
47
Mengacu pada Mardianti dalam Putra (2013:40) model ECM dikembangkan
jangka pendek dengan jangka panjang melalui cara proporsi disequilibrium pada
satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya, sehingga tidak ada informasi
untuk mengoreksi kesalahan yang terjadi pada model jangka pendek. ECM
keseimbangan jangka panjang. Pada ECM diasumsikan bahwa apa yang terjadi
sebenarnya di lapangan tidak selalu sama dengan apa yang diinginkan oleh pelaku
panjang digunakan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas (koefisien negatif
atau positif) terhadap variabel terikat. Jangka pendek lebih memfokuskan untuk
lancung karena masing-masing variabel bebas dan terikat memiliki unit root,
equilibrium juga akan stasioner sehingga seluruh variabel yang ada di dalam
model ECM juga akan stasioner. Oleh karena itu metode OLS dan inferensi pada
koefisien dengan uji t dapat diinterpretasikan seperti pada model regresi biasa. Hal
48
yang perlu diperhatikan adalah adanya variabel error yang tidak terobservasi yaitu
berikut :
kointergrasi) yaitu:
Keterangan:
Dari persamaan 2 dapat dirumuskan dalam bentuk Error Correction Model (ECM)
Keterangan:
49
DPJ : Diferensi permintaan jagung (Ton)
DNT : Diferensi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (Rp/USD)
DHI : Diferensi harga jagung impor (Rp/Ton)
DHD : Diferensi harga jagung domestik (Rp/Ton)
ECT : Error correction term
ε : Error term atau residu
α0 : Konstanta
t : Periode waktu 1999-2019
α1, α2, α3, α4, α5 : Koefisien regresi
jangka pendek yang dipengaruhi oleh keseimbangan jangka panjang. Pada model
dua langkah Engle-Granger jika nilai koefisien ECT bernilai negatif dan
signifikan maka model ECM dapat dikatakan valid, sedangkan jika nilai koefisien
ECT bernilai positif maka model ECM tidak dapat digunakan karena variabel-
ECM dapat mengoreksi masing-masing variabel yang tidak stasioner untuk dapat
Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam setiap
analisis regresi. Berdasarkan Batalgi dalam Buhaerah (2017: 173) pada model
nilai rasio-t dan uji diagnostik karena pada model ini uji terhadap error term
(residu) perlu dilakukan, sedangkan pada model jangka panjang, nilai rasio-t yang
dihasilkan dari estimasi tidak perlu dilakukan karena pada model jangka panjang
50
digunakan untuk melihat apakah residu yang dihasilkan sudah stasioner atau
belum. Secara umum ada empat uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
2016:93). Analisis regresi yang baik memiliki estimator OLS yang terbebas dari
syarat asumsi klasik sehingga bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
1. Uji Normalitas
secara normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan salah satu asumsi penting
Pada penelitian ini digunakan uji Jarque-Bera (Uji J-B) dengan ketentuan
data yang berdistribusi normal akan memiliki nilai probabilitas (p-value) lebih
besar dari 0,05 (α>5%), begitu pula sebaliknya. Model regresi yang baik adalah
model yang nilai residunya terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Uji
normalitas dilakukan pada nilai residu dan bukan pada masing-masing variabel
2. Uji Multikoleniaritas
hubungan yang kuat antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda, korelasi yang kuat antar variabel bebas akan mengganggu
hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya itu sendiri (Ansofino
51
nilai standard error dari koefisien menjadi tidak valid nantinya hasil uji
signifikasi koefisien dengan uji t juga tidak valid (Rosadi, 2012: 52).
yang sering digunakan untuk melihat adanya multikolinearitas. Jika VIF bernilai
sekitar satu atau tolerance mendekati satu maka regresi bebas dari
multikolinearitas. Jika variabel bebas memiliki nilai VIF > 10 maka terjadi
3. Uji Heteroskedastisitas
(heteroskedastik) (Rosadi, 2012: 53). Model regresi yang baik adalah model yang
tidak bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dan hanya bersifat LUE.
hasil estimasi yang dihasilkan bersifat tidak akurat. Salah satu uji yang dilakukan
4. Uji Autokorelasi
satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lain. Uji autokorelasi dilakukan
untuk melihat adanya korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya
52
(t-1). Adanya autokorelasi akan menyebabkan nilai standard error dari metode
OLS tidak bisa lagi dipercaya kebenarannya dalam evaluasi hasil regresi
OLS klasik diasumsikan residual yang ada bersifat indepeden antara satu dengan
lainnya. Model regresi akan mengalami masalah autokorelasi jika memiliki nilai
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM
angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume ekspor jagung Indonesia.
Impor jagung Indonesia selama tahun 2014-2018 Indonesia menempati urutan ke-
Volume impor jagung menyentuh angka tertinggi pada rentang waktu 2011-2015
yaitu lebih dari tiga juta ton. Volume impor jagung yang tinggi pada periode
tersebut disebabkan oleh permintaan jagung sebagai bahan baku utama pakan
ternak yang tinggi dan perkembangan sektor tersebut yang setiap tahunnya yang
selalu meningkat (Sulaiman dkk, 2018:86). Volume impor jagung yang meningkat
tahun 2015 yang bertujuan agar produksi dalam negeri dapat diserap konsumen
Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Tumbuhan ke dan dari Wilayah
mengimpor jagung dari Argentina, Brazil, Amerika Serikat, Thailand, dan India.
Brazil (22,46%), dan India (19,93%). Pada Tabel 6 menunjukkan negara asal
Amerika
Tahun Argentina Brazil India Thailand Lainnya
Serikat
2010 832.202 340.985 164.053 139.434 4.257 46.585
2011 1.074.480 265.014 410.271 1.240.260 5.844 211.788
2012 286.308 74.375 44.153 1.125.760 1.401 273.395
2013 442.791 1.277.440 24.548 1.426.870 6.989 15.781
2014 723.338 1.308.860 9.653 1.100.170 10.634 22.707
2015 1.776.080 1.331.410 33.831 96.892 1.159 260.732
2016 307.864 519.247 30.369 815 703 472.577
2017 140.234 75.936 198.373 1.664 31.988 266.309
2018 329.911 223.496 186.156 78.546 85 332.031
2019 777.603 23.119 6.153 63 75 636.420
Sumber : World Integrated Trade Solution (2010-2019) diolah
Volume impor jagung yang tinggi tidak sejalan dengan tingginya produksi
(2019:8) tingginya tingkat volume impor jagung dapat terjadi karena adanya
55
ketidak-akuratan data produksi dan stok jagung pipilan kering (PK) yang dimiliki
oleh pemerintah, khususnya data produksi serta pasokan pada musim paceklik dan
panen raya. Ketidak-akuratan data jagung terhadap produksi dan stok saat
dapat mengandalkan stok jagung tersedia yang jumlahnya terbatas. Data jagung
yang dimiliki pemerintah merupakan data jagung yang bersifat agregat. Data
jagung yang tersedia saat ini tidak membedakan jenis jagung dan tujuan
dibedakan pula berdasarkan persyaratan jenis dan kualitas jagung yang dimiliki
sehingga kurangnya pasokan jagung yang sesuai dengan jenis jagung berdasarkan
peningkatan rata-rata sebesar 62,81% per tahun. Impor jagung yang semakin
dalam negeri. Langkah proteksi yang dilakukan adalah penerapan tarif impor dan
menekan laju impor sehingga produksi jagung meningkat. Pajak/tarif impor yang
diterapkan akan membuat harga jagung dalam negeri menjadi bersaing dengan
harga jagung impor setelah pajak. Selain itu tingginya tingkat impor akan
56
menyusutkan devisa dengan adanya penerapan pajak diharapkan dapat
(Utomo, 2012:177).
Ketentuan Impor Jagung. Impor jagung untuk kebutuhan pakan hanya bisa
dilakukan oleh Perum Bulog setelah mendapat penugasan dari pemerintah yaitu
kebutuhan pangan hanya dapat dilakukan oleh Perum Bulog dan perusahaan
pemilik API-P (Angka Pengenalan Impor Produsen), serta impor Jagung untuk
pemenuh kebutuhan bahan baku industri dilakukan oleh perusahaan pemilik API-
produksi (sebagai bahan baku, bahan penolong, serta barang modal) dan dilarang
Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat,
57
Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat.
waktu tersebut 2015-2019 adalah 23,1 juta ton pertahun. Produksi jagung pipilan
tertinggi ada di tahun 2017 yaitu sebesar 28,9 juta ton. Pada tahun 2017 produksi
jagung Indonesia mencapai titik tertinggi karena adanya pembukaan lahan baru di
luar pulau Jawa serta penggunaan bibit unggul oleh petani (Pusdatin Pertanian,
tahun 1999-2019.
dihasilkan dari Pulau Jawa yaitu sebesar 52,1% dan dari luar pulau Jawa sebesar
47,8%. Volume rata-rata produksi jagung Indonesia pada rentang waktu tersebut
adalah 16,21 juta ton per tahun. Produksi jagung dari luar pulau Jawa mulai
meningkat tinggi sejak tahun 2015 yang sebelumnya didominasi oleh produksi
pulau Jawa. Penanaman jagung di luar pulau jawa produktivitasnya tidak setinggi
di lahan pulau Jawa namun karena masih tersedianya lahan yang cukup luas bagi
petani untuk menanam jagung membuat produksi jagung yang dihasilkan menjadi
lebih banyak.
Turunnya produksi jagung di Pulau Jawa terjadi karena daya saing nilai
ekonomi jagung lebih rendah dibandingkan dengan komoditas tanaman lain atau
tanaman pangan utama yaitu padi sawah, perkebunan, holtikultura, dan komoditas
perubahan iklim global, gagal panen yang disebabkan oleh bencana alam atau
penyakit, serta turunnya luas panen jagung akibat dari maraknya konversi lahan
Indeks Pertanaman (IP) dan program UPSUS yaitu program untuk menaikkan
produksi jagung melalui perluasan areal tanam (sawah, lahan kering, lahan
perkebunan, dan lahan pinggir hutan). Peningkatan produksi jagung di luar Pulau
Jawa juga disebabkan oleh pertumbuhan tanaman jagung yang lebih baik
59
dibandingkan dengan tanaman komoditas lain pada lahan sawah tadah hujan dan
luas areal tanam jagung yang tidak banyak meningkat sehingga produksi jagung
tidak selalu bisa memenuhi permintaan dalam negeri (Sulaiman dkk 2018:2).
adalah 8,21 Juta Ton dan rata-rata meningkat sebesar 13,37% per tahun.
Permintaan jagung Indonesia paling banyak berasal dari permintaan untuk sektor
(59,18%), non pakan (26,23%), pakan langsung untuk peternak mandiri (10,90%),
dan rumah tangga (3,67%). Permintaan jagung Indonesia mulai meningkat tinggi
jagung baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku pakan ternak semakin
60
Semakin tingginya permintaan daging terutama daging unggas
konsumen terbesar karena kualitas jagung yang cenderung lebih baik jika
dibandingkan dengan bahan baku subtitusi lain seperti gandum dan bahan lain
bahan baku utama pakan, hal ini menjadikan jagung masih dipilih sebagai bahan
61
Pada tahun 2007 permintaan jagung menurun sebagai dampak dari krisis
jagung produksi dalam negeri yang tidak baik, contohnya adalah tingginya kadar
aflatoxin dan kadar air yang tidak sesuai dengan kriteria penggunaan industri
konsumsi pangan pokok masyarakat dari jagung menjadi beras (Sulaiman dkk,
2018:11).
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang asing dalam mata uang
domestik. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar diartikan sebagai nilai Rupiah dalam
valuta asing yaitu besaran nilai Rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu
satuan mata uang dolar (Simorangkir dan Suseno, 2004:5). Nilai tukar Rupiah
perkembangan fluktuatif dengan tren yang positif. Perkembangan nilai tukar yang
semakin meningkat menandakan bahwa nilai tukar Rupiah semakin melemah atau
tertinggi tahun 2000 yaitu 35,14% dan mengalami apresiasi tertinggi di tahun
62
yaitu 2010 sebesar -13,21% dari tahun sebelumnya. Penguatan Rupiah pada tahun
2010 terjadi karena adanya investor asing yang berinvestasi di pasar modal
maupun pasar uang. Bentuk dari investasi yang dilakukan yaitu pembelian saham,
obligasi, dan surat berharga negara, adanya investasi tersebut turut meningkatkan
IHSG dan menjadikan nilai tukar Rupiah menguat (Diana dkk, 2020:1636).
Depresi Rupiah yang terus menerus terjadi juga disebabkan oleh defisit transaksi
berjalan, isu perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina setelah adanya
kesepakatan perdagangan yaitu pembatasan impor barang yang berasal dari Cina.
63
4.5. Perkembangan Harga Jagung Impor dan Jagung Domestik
Pertumbuhan rata-rata harga jagung impor lebih rendah jika dibandingkan dengan
harga jagung domestik. Sebagai komoditas yang strategis, perubahan yang terjadi
pada harga jagung akan mempengaruhi harga komoditas lain yang menggunakan
jagung sebagai bahan baku. Sebagai salah satu langkah perlindungan maka
2020 tentang harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan
Harga Jagung Impor hampir selalu lebih rendah dari harga jagung
domestik. Harga jagung impor terendah ada di tahun 1999 yaitu Rp922.673 per
Ton. Harga jagung impor menyentuh harga tertinggi di tahun 2008 yaitu sebesar
imbas dari krisis ekonomi 2008 yang menyebabkan harga pangan dunia
Harga jagung meningkat rata-rata 8,4% per tahun. Harga jagung domestik
menyentuh harga tertinggi di tahun 2019 yaitu sebesar Rp4.962.550 per ton.
Harga jagung domestik tergolong lebih mahal jika dibandingkan dengan jagung
dari negara lain. Tingginya harga jagung domestik disebabkan oleh biaya produksi
yang tinggi serta proses pasca panen yang panjang sehingga membuat harga untuk
tingkat impor merugikan petani karena harga jagung akan menurun untuk
menyesuaikan harga jagung impor sehingga dapat diterima oleh konsumen, hal ini
(Sulaiman dkk, 2018:123). Biaya produksi jagung yang relatif lebih tinggi
petani tetap rendah ini disebabkan karena sebagian besar margin dari perdagangan
jagung ada di pedagang akibat dari rantai pasok yang panjang (Aldillah, 2017:50).
66
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Error Correction Model (ECM). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder
yaitu data volume impor jagung, produksi jagung, permintaan jagung, nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, harga jagung impor, dan harga jagung
domestik selama 21 tahun mulai dari tahun 1999 sampai 2019. Pada penelitian ini
dilakukan uji akar unit, uji derajat integrasi, uji kointergrasi pada residual,
Uji akar unit (unit root test) atau Uji stasioneritas data, digunakan untuk
mengetahui apakah data-data setiap variabel sudah stasioner atau tidak. Pada
penelitian ini digunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Jika nilai uji
statistik ADF lebih besar dari nilai kritis dan memiliki probabilitas lebih kecil dari
uji akar unit setiap variabel pada tingkat level. Terlihat semua variabel
menunjukkan nilai uji statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis 10% dan
memiliki probabilitas yang lebih besar dari 0,1 (α>10%) sehingga seluruh variabel
tidak stasioner pada tingkat level. Untuk menjadikan setiap variabel stasioner
maka diperlukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat berapa semua
Uji derajat integrasi bertujuan untuk mengetahui pada derajat berapa data
yang ada akan stasioner. Data yang tidak stasioner pada tingkat level harus
stasioner. Tabel 8 menunjukkan hasil uji derajat integrasi setiap variabel pada
besar dari nilai kritis 10% dan memiliki probabilitas yang lebih kecil dari 0,1
68
(α<10%) sehingga seluruh variabel sudah stasioner pada tingkat yang sama yaitu
tingkat pertama atau first difference. Variabel yang telah stasioner pada tingkat
yang sama yaitu pada first difference dapat dilakukan pengujian kointegrasi.
bersifat stasioner atau tidak. Uji kointegrasi yang digunakan pada penelitian ini
panjang serta nilai residual yang selanjutnya akan diuji stasioneritasnya dengan uji
sebesar -3,120395 yang lebih besar dari nilai kritis 10% yaitu -2,650413 dan
memiliki probabilitas yang lebih kecil dari 0,1 (α<10%) maka residual telah
stasioner pada tingkat level. Berdasarkan uji kointegrasi yang telah dilakukan
69
dapat disimpulkan bahwa terjadi kointegrasi pada antar variabel atau ada
hubungan jangka panjang antara variabel terikat dan variabel bebas sehingga
menunjukkan sejauh mana perubahan yang ada pada variabel bebas dapat
produksi jagung (PR), permintaan jagung (PJ), nilai tukar (NT), harga jagung
impor (HI), harga jagung domestik (HD) terhadap volume impor jagung Indonesia
(VIJ). Dari hasil estimasi di atas maka didapatkan model VIJ jangka panjang,
yaitu :
70
VI = 3274934 - 0,284739PR + 0,209551PJ - 258,7476NT + 0,797696HI +
0,726556HD + ε
variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dan parsial, serta nilai
terhadap variabel terikat secara simultan. Variabel bebas akan berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel
atau memiliki probabilitas lebih kecil dari 0,1 (α<10%). Pada Tabel 8, dengan
sedangkan nilai F-tabel yaitu 2,24 (db1 = 5, db2= 16, α=10%) dan nilai Prob (F-
Statistic) 0,035876 lebih kecil dari 0,1, maka dapat dinyatakan bahwa dalam
jangka panjang variabel produksi jagung (PR), permintaan jagung (PJ), nilai tukar
(NT), harga jagung impor (HI), dan harga jagung domestik (HD) berpengaruh
Uji parsial dilakukan pada variabel-variabel bebas baik itu dalam jangka
panjang atau jangka pendek untuk mengetahui adanya pengaruh signifikan dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji parsial digunakan untuk mengetahui
variabel bebas mana saja yang memberikan pengaruh pada variabel terikat.
Variabel bebas akan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat jika
71
memiliki nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel atau memiliki probabilitas yang
tingkat siginifikan 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung Indonesia
dalam jangka panjang berpengaruh signifikan pada taraf α<10% terhadap volume
impor jagung Indonesia. Nilai koefisien Produksi jagung adalah -0,284739 dengan
arah negatif menunjukkan bahwa setiap kenaikan produksi jagung sebesar satu ton
akan menurunkan volume impor jagung Indonesia sebesar 0,284739 ton, ceteris
paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini.
tingkat siginifikan 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan jagung dalam
jangka panjang berpengaruh signifikan pada taraf α<10% terhadap volume impor
jagung Indonesia. Nilai koefisien permintaan jagung adalah 0,209551 dengan arah
positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan permintaan jagung sebesar satu ton
akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia sebesar 0,209551 ton, ceteris
paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini.
Nilai tukar Rupiah memiliki probabilitas sebesar 0,1910 lebih besar dari
tingkat siginifikan 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah dalam
jagung Indonesia. Nilai koefisien nilai tukar Rupiah adalah -258,74768 dengan
arah negatif menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai tukar Rupiah sebesar satu
satuan nilai tukar akan menurunkan volume impor jagung Indonesia sebesar
258,7476 ton, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial
72
pada variabel nilai tukar Rupiah tidak sesuai dengan hipotesis yang digunakan
pada taraf α<10% hal ini menunjukkan bahwa harga jagung impor dalam jangka
taraf α<10%. Nilai koefisien harga jagung impor adalah 0,797696 dengan arah
positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jagung impor sebesar satu
Rupiah akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia sebesar 0,797696 ton,
ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial pada variabel
harga jagung impor pengaruhnya positif tidak sesuai dengan hipotesis yang
berpengaruh negatif.
dari tingkat siginifikan yaitu 0,1, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung
volume impor jagung Indonesia. Nilai koefisien harga jagung domestik adalah
0,726556 dengan arah positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jagung
domestik sebesar satu Rupiah akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia
sebesar 0,726556 ton namun tidak signifikan, ceteris paribus. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial pada harga jagung domestik tidak
73
determinasi (R2) memiliki rentang nilai 0-1. Nilai koefisien determinasi pada
jagung, permintaan jagung Indonesia, nilai tukar, harga jagung impor, dan harga
jangka panjang. Variabel ECT atau residu yang dihasilkan dari regresi kointegrasi
ditambahkan pada model regresi jangka pendek. Model ECM akan valid jika
74
Pada Tabel 10 diketahui bahwa ECT bernilai negatif yaitu -0.514969 dan
signifikan pada α<10% sehingga ECM dapat dikatakan valid. Dari hasil uji
estimasi jangka pendek didapatkan pula model ECM yang digunakan sebagai
variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dan parsial, serta nilai
bersama-sama terhadap variabel terikat jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel
atau memiliki probabilitas lebih kecil dari 0,1 (α<10%). Pada Tabel 10 dengan
sedangkan nilai F-tabel yaitu 2,27 (db1 = 5, db2= 15, α=10%) dan nilai Prob (F-
Statistic) 0,003073 lebih kecil dari 0,1. F-hitung lebih besar dari F-tabel sehingga
dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek variabel produksi jagung (PR),
permintaan jagung (PJ), nilai tukar (NT), harga jagung impor (HI), dan harga
75
Uji parsial dilakukan pada variabel-variabel bebas baik itu dalam jangka
panjang atau jangka pendek untuk mengetahui adanya pengaruh signifikan dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji parsial digunakan untuk mengetahui
variabel bebas mana saja yang memberikan pengaruh pada variabel terikat.
memiliki nilai T-hitung lebih besar dari T-tabel atau memiliki probabilitas yang
tingkat siginifikan 0,1, hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung Indonesia
Indonesia. Nilai koefisien Produksi jagung adalah -0,271041 dengan arah negatif
menunjukkan bahwa setiap kenaikan produksi jagung sebesar satu ton akan
paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini.
tingkat siginifikan yaitu 0,1 hal ini menunjukkan bahwa permintaan jagung dalam
menunjukkan bahwa setiap kenaikan permintaan jagung industri sebesar satu ton
akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia sebesar 0,153741 ton, ceteris
paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini.
Nilai tukar Rupiah memiliki probabilitas sebesar 0,1065 lebih besar dari
tingkat siginifikan yaitu 0,1, hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah dalam
76
jangka pendek berpengaruh tidak signifikan terhadap volume impor jagung
Indonesia. Nilai koefisien nilai tukar Rupiah adalah -282,7643 dengan arah
negatif menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai tukar Rupiah sebesar satu
satuan nilai tukar akan menurunkan volume impor jagung Indonesia sebesar
282,7643 ton, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial
pada variabel nilai tukar Rupiah tidak sesuai dengan hipotesis yang digunakan
Harga jagung impor memiliki probabilitas sebesar 0,3317 lebih besar dari
tingkat siginifikan yaitu 0,1, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung impor
dalam jangka pendek berpengaruh tidak signifikan terhadap volume impor jagung
Indonesia. Nilai koefisien harga jagung impor adalah 0,304861 dengan arah
positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jagung impor sebesar satu
Rupiah akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia sebesar 0,304861 ton,
ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial pada variabel
harga jagung impor tidak sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada penelitian
ini.
dari tingkat siginifikan yaitu 0,1, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung
impor jagung Indonesia. Nilai koefisien harga jagung domestik adalah -0,681037
dengan arah negatif menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jagung domestik
sebesar satu Rupiah akan menurunkan volume impor jagung Indonesia sebesar
0,681037 ton, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian parsial
77
pada harga jagung domestik tidak sesuai dengan hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini.
determinasi (R2) memiliki rentang nilai 0-1. Nilai koefisien determinasi pada
model ditunjukkan melalui Adjusted R Squared. Dari hasil estimasi jangka pendek
tukar, harga jagung impor, dan harga jagung domestik mampu menjelaskan
informasi yang dibutuhkan untuk volume impor jagung Indonesia sebesar 60,01%,
sedangkan sisanya yaitu 39,99% dijelaskan oleh variabel di luar model penelitian.
Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam setiap
analisis regresi. Analisis regresi yang baik memiliki estimator OLS yang terbebas
dari syarat asumsi klasik sehingga bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator). Pada uji asumsi klasik di penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji
1. Uji Normalitas
secara normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Jarque-Bera (Uji J-B)
dengan tingkat signifikan sebesar α>10%. Berdasarkan hasil uji dihasilkan nilai
78
probabilitas sebesar 0,431198 yang lebih besar dari tingkat signifikan yaitu
2. Uji Multikolinearitas
hubungan yang kuat antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda, korelasi yang kuat antar variabel bebas akan mengganggu
hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya itu sendiri. Metode
adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai VIF
3. Uji Heteroskedastisitas
79
masalah heteroskedastisitas jika pada Obs*R-squared memiliki nilai Prob. Chi-
Chi-Square lebih besar dibanding dengan 0,1 yaitu sebesar 0,7648. Dari hasil uji
heteroskedastisitas .
4. Uji Autokorelasi
satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lain. Uji autokorelasi dilakukan
untuk mengetahui adanya korelasi serial pada residual. Adanya autokorelasi akan
menyebabkan nilai standard error dari metode OLS tidak bisa lagi dipercaya
autokorelasi jika pada Obs*R-squared memiliki nilai nilai Prob. Chi-Square lebih
80
Pada Tabel 13 di atas diketahui bahwa Obs*R-squared memiliki nilai Prob.
Chi-Square lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,5108. Hasil uji autokorelasi
Hasil analisis pada estimasi jangka pendek yang dilakukan pada variabel
bebas yaitu produksi jagung Indonesia, permintaan jagung, nilai tukar, harga
jagung impor, dan harga jagung domestik menghasilkan beberapa variabel yang
memiliki pengaruh pada variabel terikat yaitu volume impor jagung Indonesia
berikut:
a. Produksi
0,0016 dan nilai koefisien yang negatif yaitu -0,271041 maka dalam jangka
pendek, setiap kenaikan produksi jagung sebesar satu ton akan menurunkan
jumlah volume impor jagung sebesar 0,271041 ton, sehingga produksi jagung
Indonesia dalam jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Hernadi (2016) dimana dalam jangka pendek
jagung.
Usaha tani jagung yang dilakukan petani dalam negeri masih terkendala
oleh banyak faktor. Penguasaan lahan tani jagung yang sempit, biaya produksi
81
jagung yang tinggi, harga benih hibrida yang relatif mahal, terbatasnya
ketersediaan air, usaha tani yang masih konvensional, penggunaan input yang
belum optimal, menjadikan usaha tani jagung tidak efisien dan tidak memberikan
keuntungan yang cukup ataupun menjanjikan. Pada sisi pasca panen, penjemuran
penggunaan teknologi pasca panen membuat hasil panen raya daya serap oleh
konsumen tidak optimal sehingga tingkat kehilangan atau tercecer masih tinggi
(Sulaiman dkk, 2018:50). Pada usaha tani konvensional biaya produksi dan pasca
panen relatif mahal, salah satunya karena adanya biaya tenaga kerja yang menjadi
dalam negeri membuat harga jagung menjadi lebih tinggi dan ketersediaannya
jagung dalam negeri harus dipenuhi oleh jagung impor. Produsen jagung perlu
dengan memberikan pinjaman modal usaha tani, subsidi sarana produksi pertanian,
dan asuransi produksi sehingga produksi dalam negeri dapat mengejar tingkat
b. Permintaan Jagung
menghasilkan nilai probabiltas 0,0449 dan nilai koefisien positif yaitu 0,153741.
Maka dalam jangka pendek, setiap kenaikan permintaan jagung sebesar satu ton
akan meningkatkan jumlah volume impor jagung sebesar 0,153741 ton, sehingga
82
dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek permintaan jagung akan berpengaruh
jangka pendek terjadi karena terbatasnya persediaan dalam negeri serta adanya
terlalu jauh dengan tingkat permintaan tertinggi yang pernah dicapai sehingga
jagung impor dipilih untuk memenuhi kebutuhannya saat harga jagung domestik
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jagung domestik. Hal ini
serta kelancaran tingkat produksinya. Pada tahun 2016 untuk mengatasi jumlah
menjadikan tingkat impor turun sebesar 61% dari tahun sebelumnya. Untuk
membatasi tingkat impor yang tinggi penerapan kebijakan kuota dan tarif impor
83
dalam negeri dapat terserap dengan optimal. Penerapan kebijakan seperti yang
harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat
konsumen yang dilaksanakan secara efektif dapat membuat harga jagung menjadi
c. Nilai Tukar
Hasil analisis estimasi jangka pendek pada nilai tukar menghasilkan nilai
probabiltas 0,1065 dan nilai koefisien positif yaitu -282,7643. Maka dalam jangka
pendek, setiap kenaikan nilai tukar sebesar satu Rupiah akan menurunkan jumlah
volume impor jagung sebesar 282,7643 ton sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
tukar akan berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Berdasarkan Sugeng dkk
(2010:320) dalam jangka pendek penawaran dan permintaan nilai tukar akan
berpengaruh pada harga impor barang (first round effect) dan akibat dari kenaikan
meningkatkan beban biaya impor sehingga importir akan menaikkan harga untuk
ditanggung oleh importir itu sendiri. Peningkatan nilai tukar ini dapat menjadikan
harga memperoleh barang impor lebih mahal sehingga menurunkan jumlah impor
yang dilakukan, maka dengan semakin nilai tukar Rupiah terhadap dolar
84
Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan bahwa nilai tukar Rupiah
namun tidak signifikan, hasil yang tidak signifikan sesuai dengan penelitian
Hernadi (2016). Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa nilai tukar
Rupiah dalam jangka pendek tidak menjadi acuan besar bagi Indonesia dalam
menghasilkan nilai probabiltas sebesar 0,3317 dan nilai koefisien positif yaitu
0,304861. Maka dalam jangka pendek, setiap kenaikan harga jagung impor
sebesar satu Rupiah akan meningkatkan jumlah volume impor jagung sebesar
0,304861. Hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis namun sesuai dengan
penelitian Hernadi (2016) dimana harga jagung impor dalam jangka pendek
berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan
bahwa harga jagung impor dalam jangka pendek tidak menjadi acuan besar bagi
pembayaran (valas) yang lebih banyak untuk melakukan transaksi impor. Tingkat
permintaan impor jagung yang meningkat akan membuat harga impor menjadi
Namun dalam penelitian ini harga jagung impor berpengaruh positif dan tidak
sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini dapat terjadi karena penerapan
85
kebijakan Peraturan Kementerian Perdagangan RI Nomor 07 Tahun 2020 tentang
harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat
konsumen, dimana harga acuan pembelian di petani terendah untuk jagung adalah
di konsumen adalah Rp4.500/Kg tidak diterapkan secara baik dan efektif sehingga
menjadikan harga jagung domestik yang tersedia di pasar menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan harga acuan tersebut dan harga jagung impor. Selain itu,
ketergantungan industri sebagai salah satu konsumen terbesar pada jagung masih
cukup tinggi. Jagung impor masih menjadi pilihan utama karena dilihat dari
nilainya masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga jagung domestik.
dihasilkan nilai probabiltas 0,3026 dan nilai koefisien negatif yaitu -0,681037
dapat dikatakan bahwa harga jagung domestik akan berpengaruh negatif namun
tidak signifikan. Maka dalam jangka pendek, setiap kenaikan harga jagung
domestik sebesar satu Rupiah akan menurunkan jumlah volume impor jagung
sebesar 0,6810371. Dalam penelitian ini harga jagung domestik terhadap volume
impor jagung tahun 1999-2019 tidak sesuai dengan hipotesis. Hasil yang tidak
signifikan menunjukkan bahwa harga jagung domestik dalam jangka pendek tidak
86
Berdasarkan Utomo (2012:173) meskipun harga jagung domestik
menurun kegiatan impor masih dapat dilakukan dengan alasan tertentu. Impor
(2012:174) harga komoditas yang rendah karena masuknya impor dapat membuat
keuntungan dari usaha taninya. Kebijakan pembatasan impor jagung yang dimulai
Hasil analisis pada estimasi jangka panjang yang dilakukan pada variabel
bebas yaitu produksi jagung Indonesia, permintaan jagung, nilai tukar, harga
jagung impor, dan harga jagung domestik menghasilkan beberapa variabel yang
memiliki pengaruh pada variabel terikat yaitu volume impor jagung Indonesia
berikut:
87
a. Produksi
produksi jagung Indonesia memiliki nilai koefisien yang negatif yaitu -0,284739
dan nilai probabilitas yaitu 0,0165 sehingga jumlah produksi jagung yang
dihasilkan oleh produsen dalam negeri berpengaruh negatif dan signifikan pada
taraf signifikansi 10% terhadap volume impor jagung. Maka dalam jangka
panjang, setiap kenaikan produksi jagung sebesar satu ton akan menurunkan
volume impor jagung Indonesia sebesar 0,284739 ton, ceteris paribus. Hal ini
jagung produksi Indonesia yang tinggi (20%-25%) akan sulit diserap oleh
konsumen utama yang menetapkan syarat kadar air hanya maksimal 14-17% yang
didasari pada ketentuan pemerintah berdasarkan SNI. Bagi pakan ternak jumlah
kadar aflatoxin maksimal yang dapat diterima menurut ketentuan SNI 01-4483-
1998 adalah 50 ppb. Pada jagung produksi dalam negeri kadar aflatoxin dan kadar
air lebih tinggi dari standar ketentuan yang telah diterapkan sehingga menjadi
alasan rendahnya penyerapan produksi jagung oleh sektor peternakan dan industri
88
Periode panen wilayah barat (Januari-Maret) dan wilayah timur (April dan
Maret) yang berbeda membuat stok jagung menjadi tidak pasti untuk memenuhi
jagung impor sehingga kuantitas jagung yang diimpor dapat menurun. Menurut
Sulaiman dkk (2018:17) jagung mulai digunakan sebagai biofuel dan sumber
energi alternatif oleh beberapa negara maju. Produksi jagung dalam negeri yang
tadinya digunakan untuk pakan dan pangan mulai bersaing dengan penggunaan
sebagai biofuel sehingga jika produksi jagung menurun dan tidak mencukupi
Banyaknya negara yang juga menjadi importir jagung dengan pangsa pasar
yang tinggi juga menjadikan ketergantungan akan jagung impor menjadi risiko
karena akan terjadi persaingan dengan negara lain, sehingga usaha untuk
meningkatkan produksi jagung dalam negeri merupakan langkah yang tepat untuk
yang mencukupi baik kuantitas dan kualitasnya akan membuat konsumen serta
melalui penggunaan bibit varietas unggul yang sesuai standar industri dapat
menekan penggunaan jagung impor selama stok jagung dalam negeri rendah,
terutama di masa paceklik dan ditambah dengan lokasi produksi dan waktu panen
89
Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui kegiatan
menurunkan harga bibit jagung varietas unggul, perbaikan pengelolaan panen dan
pasca panen. Cara ekstensifikasi yaitu memperluas lahan tanam di luar Jawa, dan
mengurangi konversi lahan jagung menjadi lahan non pertanian (Sulaiman dkk,
jagung yang masih disertai oleh tingginya tingkat impor dapat disebabkan oleh
yang merupakan data agregat dan bukan data musiman. Data jagung yang tersedia
saat ini tidak membedakan jenis jagung dan tujuan penggunaannya sehingga jenis
manusia, pakan, dan industri) serta tidak dibedakan pula berdasarkan persyaratan
jenis dan kualitas jagung yang dimiliki sehingga kurangnya pasokan jagung yang
dan industri) membuat jagung impor menjadi pilihan (Tangendjaja dkk, 2005:240).
b. Permintaan Jagung
permintaan jagung dalam negeri Indonesia memiliki nilai probabilitas 0,0273 dan
permintaan jagung berpengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikansi 10%
terhadap volume impor jagung Indonesia. Maka dalam jangka panjang, setiap
90
adanya peningkatan pada permintaan jagung sebesar satu ton akan meningkatkan
bergeser menjadi untuk kebutuhan sektor industri dan pakan ternak. Tingginya
kebutuhan untuk sektor industri dan peternakan belum dapat dipenuhi secara
sepenuhnya oleh produksi dalam negeri, selain itu lambatnya peningkatan laju
jagung yang terpencar dan tersebar dari daerah kawasan industri atau pengolahan
jagung menyulitkan konsumen partai besar untuk memperoleh jagung dari daerah
berbeda yang berakibat pula pada besarnya biaya dan tenaga yang dikeluarkan.
Konsumen partai besar menjadikan alasan ini sebagai salah satu alasan untuk
memilih jagung impor. Kebijakan investasi sektor industri terutama industri pakan
(baik itu Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanam Modal Asing
(PMA)) pada awal pendiriannya tidak dibarengi dengan sistem produksi pertanian
yang mumpuni. Industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku banyak
berada di Jabodetabek yang jauh dari sentra produksi jagung. Industri pakan
domestik jika dilakukan tanpa adanya bantuan pedagang perantara yang membuat
harga menjadi mahal, maka industri ini menjadi bergantung pada jagung impor.
Jagung yang diproduksi di daerah sentra produksi luar pulau jawa lebih memilih
91
mengekspor jagung dibandingkan dengan memasok ke sentra konsumsi karena
lokasi jauh yang membuat biaya logistik menjadi tinggi (Tangendjaja dkk,
2005:242).
Permintaan jagung pada sektor industri terdiri dari industri non pakan dan industri
yang dapat digunakan untuk proses produksi pada sektor industri. Ketentuan
standar jagung bagi sektor industri terutama pakan berdasarkan ketentuan SNI 01-
4483-1998 meliputi kadar air maksimal 14-17%, kadar protein kasar maksimal
7,5%, kadar serat kasar maksimal 3%, kadar abu maksimal 2%, kadar lemak
maksimal 3%, kadar aflatoksin maksimal 50 ppb, kadar okratoxin maksimal 5 ppb,
butir pecah 5%, warna lain 5%, benda asing 2%, dan kepadatan minimum 700
Kg/Cm3. Produksi jagung dalam negeri masih sulit untuk memenuhi permintaan
konsumen karena tidak sesuai dengan ketentuan standar tersebut, dengan sulitnya
industri pangan dan 50 pbb untuk industri pakan membuat jagung impor masih
Produksi jagung Indonesia yang banyak dilakukan saat musim hujan, agar
jagung tetap terjaga kualitasnya serta tidak terinfeksi oleh mikotoksin (cemaran
aflatoksin dan okratoksin), jagung yang dipanen harus dikurangi kadar airnya
92
mengalami kerusakan, tercecer, dan penurunan kualitas sehingga tidak memenuhi
tidak sesuai tersebut sehingga petani terpaksa langsung menjual panennya dengan
harga yang rendah. Permintaan jagung yang terus meningkat tinggi namun tidak
diimbangi dengan produksi dan kualitas yang baik menjadikan sektor industri
Membuat kelembagaan kerja sama antara produsen dan sektor industri dengan
tujuan agar produsen dapat menyediakan bahan baku yang sesuai standar
jagung dalam negeri dapat dilakukan melalui koordinasi dengan sektor industri
pengemasan yang baik dapat menjaga kualitas jagung sehingga dapat memenuhi
c. Nilai Tukar
nilai tukar Rupiah memiliki nilai probabilitas yaitu 0,1910 dan nilai koefisien
negatif yaitu -258,7476, sehingga nilai tukar Rupiah akan berpengaruh negatif
namun tidak signifikan pada taraf signifikansi 10% terhadap volume impor jagung
Indonesia. Maka dalam jangka panjang, setiap adanya peningkatan pada nilai
tukar Rupiah sebesar satu Rupiah maka akan menurunkan volume impor jagung
93
Indonesia sebesar 258,7476 ton, ceteris paribus. Nilai tukar Rupiah yang
Audayuda (2017).
Nilai tukar yang meningkat dalam jangka panjang akan berpengaruh pada
Semakin tinggi harga jagung impor karena depresiasi nilai tukar Rupiah membuat
permintaan akan jagung impor semakin berkurang, namun, dari hasil analisis
nilai tukar Rupiah terhadap Dolar tidak menjadi acuan kuat bagi Indonesia untuk
melakukan kegiatan impor jagung. Nilai tukar Rupiah yang melemah tidak
memenuhi kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi oleh impor jika permintaan
jagung dalam negeri yang tinggi tidak dapat dipenuhi oleh kuantitas dan kualitas
harga jagung impor menghasilkan nilai probabilitas yaitu 0,0509 dan nilai
koefisien positif yaitu 0,797696 yang berarti harga jagung impor akan
berpengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikansi 10% terhadap volume
impor jagung Indonesia. Hasil uji tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu
berpengaruh negatif. Setiap adanya peningkatan pada harga jagung impor sebesar
satu Rupiah harga maka akan meningkatkan volume impor jagung Indonesia
94
Jagung impor dibutuhkan untuk memenuhi permintaan jagung Indonesia,
meskipun harga jagung impor meningkat tidak membuat impor jagung berkurang
karena jagung merupakan bahan baku penting dengan lebih dari 20% berasal dari
impor. Jika dilihat dari perkembangan harga jagung impor dan harga jagung
domestik setiap tahunnya, harga jagung impor masih lebih rendah jika
harga jagung impor menjadi lebih mahal karena ditambah adanya pajak/tarif.
Namun seringkali penerapan tarif impor menjadi tidak efektif ketika harga
domestik masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga impor setelah pajak/tarif
lebih rendah dari jagung domestik. Pada beberapa waktu harga jagung domestik
dapat bernilai dua kali lipat dibandingkan dengan harga jagung impor. Harga
jagung impor jika dihitung secara rata-rata selama tahun 1999-2019 adalah Rp
2.037.268 per ton sedangkan harga jagung domestik Rp 2.709.912 per ton,
jagung masih tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sekalipun
harga jagung domestik menghasilkan nilai probabilitas yaitu 0,1328 dan nilai
95
koefisien positif yaitu 0,726556 yang berarti harga jagung domestik akan
berpengaruh positif namun tidak signifikan pada taraf signifikansi 10% terhadap
volume impor jagung Indonesia. Maka dalam jangka panjang, setiap adanya
peningkatan pada harga jagung domestik sebesar satu Rupiah maka akan
paribus. Harga jagung domestik berdasarkan hasil analisis diatas ini sesuai
bahwa harga jagung dalam negeri berpengaruh positif namun tidak signifikan
rendahnya stok jagung yang tersedia karena panen yang tidak merata. Biaya dan
tenaga yang dikeluarkan untuk memperoleh jagung produksi dalam negeri cukup
besar karena harga bibit yang mahal, rantai pasok yang panjang serta biaya
logistik yang tinggi. Biaya logistik yang tinggi terjadi karena sentra produksi
dengan lokasi industri tidak berada pada satu kawasan yang dekat ditambah belum
proses logistik dapat mengurangi beban biaya produksi jagung sehingga harga
jagung menurun dan kebutuhan akan impor jagung berkurang. Mahalnya biaya
impor karena biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jagung impor relatif
lebih murah dibanding jagung domestik (Sulaiman dkk, 2018:57). Pada sektor
usaha/ industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku utama harga
96
jagung domestik yang meningkat akan menyulitkan usaha untuk berkembang
sehingga jagung impor akan lebih dipilih karena harganya yang lebih murah
sarana pertanian, dan juga menggandeng sektor industri untuk dapat berkoordinasi
untuk memberikan kepastian harga yang wajar, sesuai, dan transparan sehingga
produsen jagung juga bisa merasa keuntungan dari usaha taninya serta dapat
97
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
signifikan dalam jangka pendek adalah nilai tukar, harga jagung impor,
terhadap input produksi jagung serta pinjaman modal usaha tani dapat
dengan nilai tertentu pada jagung impor yang melebihi kuota juga dapat
jagung perlu dilakukan dan ditingkatkan, selain itu penting pula untuk terus
menyediakan bahan baku yang sesuai standar permintaan dan kontinu dapat
produsen jagung juga bisa merasakan keuntungan dari usaha taninya serta
dapat bersaing dengan jagung impor. Keakuratan data produksi dan stok
99
dan kegunaan sehingga stok yang tersedia bisa memenuhi permintaan jagung
Dampak dari kebijakan pembatasan impor serta penerapan tarif impor yang
Indonesia.
100
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R., Dyah Wukansari., dan Rahmat Heru Setianto. 2011. Cara
Cerdas Menguasai Eviews. PT Salemba Empat. Jakarta
Ansofino, Jolianis., Yola Malinda., dan Hagi Afliando. 2016. Buku Ajar
Ekonometrika. Deepublish. Yogyakarta.
Astuti, Wahyu P. 2019. Ekspor dan Impor. Penerbit Mutiara Aksara. Semarang.
Astuti, Putri Yuni dan Dewi R S Saputro. 2018. Kointegrasi dan Estimasi Error
Correction Model (ECM)- Engle-Granger. Prosiding Sendikmad 6.
Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. Statistik Industri Manufaktur Indonesia 2018.
https://www.bps.go.id/publication/2020/09/29/3f254a494f5b2d5754c837c2/
statistik-industri-manufaktur-Indonesia-2018-.html. Diakses tanggal 19
Oktober 2021 (12.00).
Badan Pusat Statistik (BPS). 2021. Analisis Produktivitas Jagung dan Kedelai di
Indonesia 2020 (Hasil Survei Ubinan). Diunduh dari
https://www.bps.go.id/publication/2021/07/27 /16e8f4b2ad77dd7de2e53ef2/
analisis -produktivitas- jagung-dan-kedelai-di-Indonesia-2020--hasil-survei-
ubinan-.html
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2015. Jagung Bahan Baku Pakan.. Pusat
Standardisasi - LIPI. Jakarta
Dahiri dan Rahayuningsih. 2019. Polemik Impor Jagung. Buletin APBN Vol IV
Edisi 4: 7-10. https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public-
file/buletin-apbn-public77.pdf. Diakses tanggal 17 Oktober 2021 (14:00)
Diana, I Kadek Arya dan Ni Putu Martini Dewi. 2020. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika Serikat Di
Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9(8): 1631-1661. https://oj
s.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/60977. Diakses tanggal 29 Oktober
2022 (20.00)
Firdaus, M. 2018. Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel dan Time Series. IPB
Press. Bogor.
102
Food and Agriculture Organization (FAO) .http://www.fao.org/faostat
/en/#data/QC/visualize. Diakses tanggal 28 Juni 2021 (13:35).
Haryanto, Tri., Nur I Hidayati., dan Wagino Djoewito. 2009. Ekonomi Pertanian.
Airlangga University Press. Surabaya.
Iriany, R Neni, M Yasin H G, dan Andi Takdir M. 2016. Asal, Sejarah, Evolusi,
dan Taksonomi Tanaman Jagung.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11
/tiga.pdf. Diakses tanggal 5 Agustus 2021 (13.40).
103
ian-hanya-1-dengan-pmk-89pmk0102020/. Diakses tanggal 22 febuari 2022
(10:22)
Kementerian Perdagangan. 2021. Nilai Tukar Mata Uang Asing Terhadap Rupiah.
https://statistik.kemendag.go.id/exchange-rates. Diakses tanggal 21
September 2021 (14:34)
Kotler, P., Veronica Wong., John Saunders., dan Gary Armstrong. 2010. Principles of
Marketing Fourth Europian Edition. Prentice-Hall Inc. Jersey
Mankiw, Gregory N., Euston Quah., dan Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi
Makro. Salemba Empat. Jakarta.
104
IDA-KOMPOSIT-DAN-TRANSGENIK/. Diakses tanggal 03 November
2022
Pusat Data dan Informasi Industri. 2019. Analisa Struktut Industi Pakan Ternak
Dalam Rangka Pengembangan Perwilayahan Industri. Kementrian
Perindustrian RI. Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Outlook Jagung Komoditas
Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Sekertariat Jendral Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Analisis Hasil Survei
Penggunaan Jagung Tahun 2014. Sekertariat Jendral Kementerian
Pertanian. Jakarta.
105
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. Outlook Jagung Komoditas
Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Sekertariat Jendral Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2019. Analisis Kinerja Perdagangan
Jagung volume 9 nomor 1B. Sekertariat Jendral Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2021. Analisis Kinerja Perdagangan
Jagung volume 10 nomor 1B. Sekertariat Jendral Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Outlook Jagung Komoditas
Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Sekertariat Jendral Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan
EViews. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
106
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Silasa, Husnun Aziza Dg, 2016. Analisis Jangka Panjang dan Pendek Variabel
Makroekonomi Dalam Upaya Menstabilkan Inflasi di Indonesia. Jurnal
Ilmiah FEB, 4(2)
Simorangkir, Iskandar dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI. Jakarta.
Siyoto, Sandu dan Sodik, M Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi
Media Publishing. Yogyakarta.,
107
Supriyatno, M, L. 2008. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Penerbit UIN-Malang
Press. Yogyakarta.
Tangendjaja, Budi., Yusmichad Yusdja., dan Nyak Ilham. 2005. Analisis Ekonomi
Permintaan Jagung. Ekonomi Jagung Indonesia, 229-254. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Utomo, Susilo. 2012. Dampak Impor dan Ekspor Jagung Terhadap Produktivitas
Jagung di Indonesia. Jurnal Etikonomi, 11(2): 158-179. Fakultas Ekonomi
Universitas Sahid Jakarta. Jakarta.
World International Trade Solution. 2019. Indonesia Cereals; maize (corn), other
than seed imports by country. https://wits.worldbank.org/trade/
comtrade/en/country/IDN/year/2021/tradeflow/Exports/partner/ALL/produc
t/100590. Diakses tanggal 25 Oktober 2022 (20.49)
108
LAMPIRAN
LAMPIRAN
VIJ PRD PJ NT HD HI
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton) (Rp/US$) (Rp/Ton) (Rp/ton)
110
Lampiran 2. Hasil Uji Stasioner VIJ
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
111
Lampiran 5. Hasil Uji Stasioner NT
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
112
Lampiran 8. Hasil Uji Derajat Integrasi VIJ
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
113
Lampiran 11. Hasil Uji Derajat Integrasi NT
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
114
Lampiran 14. Hasil Uji Kointegrasi
t-Statistic Prob.*
115
Lampiran 16. Hasil Regresi Jangka Pendek
116
Lampiran 18. Hasil Uji Multikolinearitas
117