Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DI SEKTOR PERTANIAN PADA


BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2018-
2021

SKRIPSI

Ajeng Alya Putri


11180920000019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M / 1444 H
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI


ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Januari 2023

Ajeng Alya Putri


11180920000019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Ajeng Alya Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember 1999
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Binakarya RT. 001/07 No.21, Gand-Ut, Keb
Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12140
No. Telp 085655717384
E-mail : ajengalya23@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
2006 – 2012 : SDN Gandaria Utara 03 Pagi
2012 – 2015 : SMP Negeri 12 Jakarta
2015 – 2018 : SMA Negeri 46 Jakarta
2018 – 2022 : S1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2015 – 2022 : Anggota Karang Taruna RT. 001/07

PENGALAMAN KERJA

2021 : Praktik Kerja Lapang CV. Pondok Lebah


Bekasi 2022 - Sekarang : PPNPN di Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang sangat luar biasa besarnya.

Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan dan junjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau, serta seluruh kaum muslim

yang ada di dunia ini, semoga kita semua mendapatkan kesuksesan baik di dunia

maupun di akhirat serta mendapatkan syafa’at dari beliau. Alhamdulillah penulis

telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Di Sektor Pertanian Pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2018-2021”

Tentunya, dalam proses penyusun skripsi ini penulis mendapatkan banyak

bantuan serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, dukungan,

serta doa yang telah diberikan kepada penulis selama melakukan penyusunan

skripsi ini. Berikut pihak-pihak tersebut yaitu:

1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, MT, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

2. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM, Ph.D. dan Ibu Rizki Adi Puspita

Sari, MM selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.


3. Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha, MP dan Ibu Diana Mutia Habibaty, SE.

Sy. M.H selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang

senantiasa memberikan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan kepada

penulis, sehingga penyelesaian skripsi penulis dapat berjalan dengan baik.

4. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM, Ph.D dan Ibu Dewi Rohma Wati,

SP, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan dan arahan agar skripsi saya selesai dengan baik.

5. Keluarga penulis, yaitu Ibu Suharti dan Ayah Makmun serta segenap keluarga

besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan doa tiada henti sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

6. Teman-teman penulis yaitu Hidayatullah, Fahriah, Aulia, Mayang, Maharani,

Triana, Rini, Ulfah, Winda, Sekar, Yuli, Putse, Liza yang telah memberikan

dukungan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Teman-teman Kelas B Agribisnis 2018, Kelas P2 Ekonomi 2018 yang telah

memberikan dukungan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Bapak, Ibu, dan Kakak-kakak di Direktorat Jenderal Pemasyarkatan

Kementerian Hukum dan HAM RI khususnya pada bagian Keuangan sub

bagian Perbendaharaan yang telah memberikan dukungan hingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

9. Semua teman-teman agribinis 2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selalu memberikan dukungan selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu penulis sangat menghargai dengan adanya saran dan kritik membangun

dari para pembaca. Sangat diharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca pada waktu selanjutnya sebagai referensi untuk penulisan skripsi di

masa
mendatang dan bermanfaat juga bagi penulis khususnya.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Januari 2023

Ajeng Alya Putri 11180920000019


RINGKASAN

AJENG ALYA PUTRI, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan


Di Sektor Pertanian Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021. (Di
bawah bimbingan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA dan DIANA MUTIA
HABIBATY).

Harga saham perusahaan Pertanian tahun 2018 sampai dengan tahun 2021
bergerak menurun. Fenomena perubahan harga saham perusahaan pertanian akan
berakibat pada kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya pada sebuah
perusahaan. Hal ini terjadi karena pada dasarnya harga saham juga menunjukkan
nilai perusahaan, semakin tinggi harga saham maka nilai Perusahaan tersebut juga
akan semakin tinggi, maka perlu dilakukannya analisis laporan keuangan
perusahaan. Investor sering memperhatikan rasio keuangan untuk mengetahui
kinerja perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1). Untuk menghitung dan
menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) 2). menghitung dan menganalisis
pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) 3). menghitung dan menganalisis pengaruh
Return On Asset (ROA) 4). menghitung dan menganalisis pengaruh Total Asset
Turn Over (TATO) 5). menghitung dan menganalisis pengaruh Earning Per Share
(EPS) 6). menghitung dan menganalisis pengaruh rasio keuangan secara simultan
terhadap nilai perusahaan di sub sektor pertanian pada BEI periode 2018-2021.
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi dan studi pustaka. Data yang sudah penulis peroleh tersebut
kemudian diolah dan dihitung menggunakan analisis uji asumsi klasik dan analisis
regresi linear berganda dengan menggunakan alat bantu analisis SPSS V.23.
Berdasarkan hasil analisis uji asumsi klasik didapatkan hasil bahwa data yang
digunakan berdistribusi normal, terbebas dari multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil dari analisis regresi linear berganda
didapatkan persamaan regresi: Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 +
0,633X4 – 0,106X5 + ε. Hasil
analisis koefisien determinasi diperoleh hasil bahwa variabel dependen (Price to
Book Value) dipengaruhi sebesar 98,2% oleh variabel independen dalam
penelitian ini, sedangkan sisanya sebesar 1,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil
uji parsial (Uji-t) didapatkan hasil bahwa variabel independen Current Ratio (CR)
dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai
Perusahaan (PBV) sektor Pertanian sedangkan variabel Return On Asset (ROA)
dan Total Asset Turnover (TATO) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai Perusahaan (PBV) sektor Pertanian.

Kata Kunci: Pertanian, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset,
Total Asset Turn Over, Earning Per Share dan Price to Book Value
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI..................................................................................................i

DAFTAR TABEL.......................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................9

2.1. Pertanian...........................................................................................9
2.2. Pasar Modal dan Saham.................................................................10
2.3. Rasio Keuangan..............................................................................12
2.3.1. Rasio Likuiditas (Current Ratio)............................................13
2.3.2. Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio)...............................13
2.3.3. Rasio Profitabilitas (Return On Asset)....................................14
2.3.4. Rasio Aktivitas (Total Asset Turn Over).................................15
2.3.5. Rasio Investasi (Earning Per Share).......................................16
2.5. Penelitian Terdahulu......................................................................17
2.6. Kerangka Pemikiran.......................................................................20
2.7. Perumusan Hipotesis......................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN............................................................22

3.1. Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian...........................................22


3.3. Jenis dan Sumber Data...................................................................25
3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................25
3.4.1. Dokumentasi...........................................................................26

3.4.2. Studi Pustaka...........................................................................26


3.5. Pengolahan Analisis Data...............................................................26
3.5.1. Analisis Rasio Keuangan........................................................27
3.5.2. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap PBV...............28
3.6. Definisi Operasional Penelitian......................................................33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.....................................34

4.1. Profil Bursa Efek Indonesia...........................................................34


4.2. Profil Perusahaan Sektor Pertanian di BEI....................................35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................44

5.1. Pengaruh Current Ratio Terhadap PBV Pertanian.........................44


5.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap PBV Pertanian..............47
5.3. Pengaruh Return On Asset Terhadap PBV Pertanian.....................49
5.4. Pengaruh Total Asset Turn Over Terhadap PBV Pertanian...........51
5.5. Pengaruh Earning Per Share Terhadap PBV Pertanian.................53
5.6. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap PBV Pertanian Secara

Simultan.........................................................................................55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................57

6.1. Kesimpulan.....................................................................................57
6.2. Saran...............................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................60

LAMPIRAN.................................................................................................63

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Research Gap.......................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kerangka Pemikiran20
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Current Ratio.............................................................................................64

2. Data Debt to Equity Ratio..................................................................................66

3. Data Return On Asset.........................................................................................68

4. Data Total Asset Turn Over...............................................................................70

5. Data Earning Per Share.....................................................................................72

6. Data Book Value.................................................................................................74

7. Data Price to Book Value...................................................................................76

8. Tabel Uji Normalias...........................................................................................78

9. Grafik Normal Probability Plot.........................................................................78

10. Tabel Uji Multikolinearitas..............................................................................79

11. Grafik Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)....................................................79

12. Tabel Uji Autokorelasi.....................................................................................80

13. Tabel Uji Regresi Linear Berganda.................................................................80

14. Tabel Koefisien Determinasi...........................................................................80

15. Tabel-t..............................................................................................................81

16. Tabel Durbin Watson.......................................................................................82


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional khususnya pada sektor Pertanian, investasi atau

penanaman modal sangat penting dilakukan untuk mendorong tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pihak yang ingin menginvestasikan dana yang

mereka miliki dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomis di kemudian

hari disebut dengan investor. Seorang investor dalam melakukan investasi kepada

perusahaan tentunya akan melihat nilai perusahaan dari perusahaan yang akan

mereka lakukan penanaman modal.

Nilai perusahaan dapat dikatakan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan manajer dalam mengelola sumber daya perusahaan yang

dipercayakan kepadanya yang sering dihubungkan dengan harga saham.

Berdasarkan pengertian nilai perusahaan di atas maka diketahui bahwa nilai

perusahaan merupakan ukuran keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam

melaksanakan berbagai fungsi keuangan. Kemakmuran pemegang saham akan

sangat dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya suatu nilai perusahaan, semakin

tinggi nilai perusahaan maka akan tercermin pemegang saham yang semakin

makmur dan begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu nilai perusahaan maka

kemakmuran pemegang saham juga semakin kecil.

Investor dalam melakukan penanaman modal suatu perusahaan tentunya

akan mencari perusahaan yang mampu memberikan keuntungan besar bagi

investor itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa melihat nilai perusahaan

merupakan
halyang sangat penting bagi investor sebelum melakukan penanaman modal. Nilai

perusahaan yang tercerminkan oleh harga saham perusahaan di pasar modal akan

sangat membantu pihak investor nantinya dalam menentukan keputusan investasi.

Harga
1.600
1.580
1.560
1.540
1.520
1.500
1.480
1.460
1.440

2018 2019 2020 2021

Gambar 1. Perkembangan Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Sektor


Pertanian di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2021 (Dalam Rupiah)
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Gambar 1. di atas menunjukkan harga saham perusahaan pertanian dari

tahun 2018 sampai dengan tahun 2021. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat

bahwa harga saham perusahaan pertanian tahun 2018 sampai dengan tahun 2021

bergerak menurun, dimulai dari tahun 2018 harga saham perusahaan pertanian

menginjak 1.564,- per lembar sahamnya, kemudian mengalami penurunan secara

berkelanjutan pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2020. Di tahun 2021 harga

saham perusahaan pertanian mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu

mencapai 1.577,- per lembar sahamnya. Terjadinya fenomena perubahan harga

saham perusahaan pertanian setiap tahunnya akan berakibat pada kepercayaan

investor dalam menanamkan modalnya di Perusahaan tersebut. Semakin tinggi

harga saham maka nilai perusahaan tersebut akan semakin tinggi, hal ini

dikarenakan harga saham menunjukan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangat

2
dibutuhkan oleh para investor dalam menentukan keputusan investasi. Harga

saham yang rendah menunjukkan performa perusahaan kurang baik, dan

sebaliknya.

Bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu prusahaan, maka

perlu dilakukannya analisis laporan keuangan perusahaan tersebut, karena laporan

keuangan akan sangat membantu investor untuk mendapatkan gambaran bagaimana

terkait dengan kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan pada saat

tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Price to Book Value (PBV)

untuk mengukur nilai saham. Terdapat lima jenis rasio keuangan yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio

profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio investasi.

Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja suatu

perusahaan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Rasio solvabilitas

digunakan untuk mengetahui kemampuan jangka panjang perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur

seberapa efisien suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset dan mengelola

kegiatan operasionalnya. Rasio Aktivitas digunakan untuk melihat keefektifan

suatu perusahaan dalam mengelola aktivanya. Rasio Investasi digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan kembalian kepada para

pemilik dana.

Penelitian ini menggunakan lima rasio keuangan yang terdiri dari Rasio

Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR). Rasio Solvabilitas yang

diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio Profitabilitas yang

3
diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Rasio Aktivitas yang diproksikan

4
dengan Total Asset Turn Over (TATO). Rasio Investasi yang diproksikan dengan

Earning Per Share (EPS). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuhria et al.

(2016) mengungkapkan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, sedangkan penelitian Erni (2020) mengungkapkan

bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Debt to Equity Ratio dalam penelitian yang dilakukan oleh Erni (2020)

didapatkan hasil bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Erni (2020) bertolak belakang dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ameilia dan Rianto (2020) yang mengungkapkan

bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lanti et al. (2018) mengungkapkan hasil bahwa

Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.Penelitian Lanti et al. (2018) tersebut berbanding terbalik dengan

penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Wahyu (2019) yang mengungkapkan hasil

bahwa Return On Asset tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mirsan dan Chabachib (2017)

mengungkapkan hasil bahwa Total Aset Turn Over berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan

oleh Santoso (2016) bahwa Total Aset Turn Over tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Lilianti (2011)

didapatkan hasil Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar et

al (2020) yang mengungkapkan bahwa Earning Per Share tidak berpengaruh

signifikan terhadap

5
nilai perusahaan. Berikut merupakan tabel ringkasan Research Gap penelitian yang

telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Research Gap


Variabel Variabel
Hasil Peneliti
Dependen Independen
Berpengaruh Zuhria et al. (2016)
CR
Tidak Berpengaruh Erni (2020)
Berpengaruh Erni (2020)
DER
Nilai Tidak Berpengaruh Ameilia & Rianto (2020)
Perusahaan Berpengaruh Mirsan &Chabachib (2017)
TATO
Tidak Berpengaruh Santoso (2016)
(PBV) Berpengaruh Lilianti (2011)
EPS
Tidak Berpengaruh Akbar, dkk (2020)
Berpengaruh Lanti et al. (2018)
ROA
Tidak Berpengaruh Siti&Wahyu (2019)
Sumber: Jurnal

Tabel 1 di atas menunjukkan hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti terkait dengan pengaruh dari Current Ratio, Debt to Equity

Ratio, Return On Asset, Total Asset Turn Over dan Earning Per Share.

Berdasarkan beberapa penelitian yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan adanya

hasil yang berbeda mengenai Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio

(DER), Return On Assets (ROA), Total Asset Turn Over (TATO) dan Earning Per

Share (EPS) terhadap nilai perusahaan, maka dengan menggunakan berbagai rasio

keuangan dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan, maka dari itu penulis

menyusun skripsi berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

Di Sektor Pertanian Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2021”

6
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Rasio Likuiditas yang diproksikan dengan Current

Ratio (CR) terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

2. Bagaimana pengaruh Rasio Solvabilitas yang diproksikan dengan Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

3. Bagaimana pengaruh Rasio Profitabilitas yang diproksikan dengan Return On

Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

4. Bagaimana pengaruh Rasio Aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset

Turn Over (TATO) terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

5. Bagaimana pengaruh Rasio Investasi yang diproksikan dengan Earning Per

Share (EPS) terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

6. Bagaimana pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset,

Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share secara bersama-sama atau

simultan terhadap nilai perusahaan di sektor pertanian pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2021?

7
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas yang

diproksikan dengan Current Ratio (CR) terhadap nilai perusahaan di sektor

pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

2. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Rasio Solvabilitas yang

diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan di

sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

3. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Rasio Profitabilitas yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan di

sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

4. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Rasio Aktivitas yang

diproksikan dengan Total Asset Turn Overt (TATO) terhadap nilai

perusahaan di sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2018-2021.

5. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Rasio Investasi yang

diproksikan dengan Earning Per Share (EPS) terhadap nilai perusahaan di

sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

6. Untuk menghitung dan menganalisis pengaruh Current Ratio, Debt to Equity

Ratio, Return On Asset, Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share (EPS)

secara bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan di sektor

pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

8
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka diharapkan penelitian ini

dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis bagi pihak yang

berkepentingan antara lain:

1. Bagi Investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan

evaluasi dalam mengambil keputusan investasi setelah memperoleh gambaran

yang jelas, serta dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para pelaku pasar

modal sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi untuk

menghindari berbagai risiko.

2. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat untuk lebih mengetahui berbagai

sesuatu terkait dengan pasar modal dan hal yang mempengaruhi aktivitasnya.

3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan mampu memenuhi syarat untuk

penulis agar mendapatkan gelar sarjana di UIN Jakarta dan penulis mampu

mengaplikasikan berbagai ilmu yang sudah penulis dapatkan selama berada

di bangku perkuliahan.

4. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan

bagi peneliti lain untuk melakukan suatu penelitian khususnya penelitian yang

berkaitan dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap berbagai peristiwa

yang terjadi dar sisi yang berbeda dan menggunakan jenis penelitian yang

berbeda

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian

Pertanian merupakan suatu proses untuk memproduksi makanan, panganan,

serat dan hasil-hasil lainnya dalam sektor pertanian yang dibutuhkan manusia,

termasuk di dalamnya tanaman-tanaman serta pertumbuhan hewan lokal (Salim,

2006:51). Menurut Salim (2006:51) juga mengatakan bahwa pertanian adalah

suatu ilmu dan praktik pertanian termasuk budidaya tanah untuk penanaman

tanaman dan pemeliharaan hewan untuk menghasilkan bahan makanan dan

produk lainnya yang dibutuhkan oleh manusia, berikut merupakan penjelasan dari

masing-masing sektor pertanian (Salim, 2006:52):

1. Tanaman Pangan

Padi merupakan salah satu yang termasuk dalam sektor tanaman pangan di

bidang Pertanian, dimana padi menjadi salah satu produk di sektor tanaman

pangan dengan hasil yang paling besar di Indonesia. Komoditi lain yang

terdapat dalam sektor tanaman pangan selain padi yaitu ubi, jagung, kacang-

kacangan.

2. Perkebunan

Sektor perkebunan dalam bidang Pertanian merupakan salah satu sektor

yang mengalami pertumbuhan konsisten, dimana antara area perkebunan

dan hasil produksi perkebunan berbanding lurus satu sama lain. Berdasarkan

hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa hasil perkebunan di Indonesia

menjadi faktor yang cukup penting dalam meningkatkan pendapatan negara


mengingat hasul perkebunan Indonesia mencakup komoditi ekspor seperti

karet, kelapa sawit, kopi, dan lainnya.

3. Kehutanan

Sektor kehutanan memiliki hasil produksi berupa kayu, dimana dalam

memproduksi kayu di Indonesia harus mengikuti regulasi dari kementerian

lingkungan hidup dan kehutanan dengan alasan agar produksi kayu dapat

dikendalikan dan tidak berakibat pada kelestarian alam.

4. Peternakan

Sektor peternakan di Indonesia masih digolongkan menjadi dua berdasarkan

ukuran hewan ternaknya, yaitu peternakan besar (di dalamnya mencakup

hewan sapi, kuda, kerbau dan lain sebagainya) dan peternakan kecil (di

dalamnya mencakup hewan bebek, ayam dan lainnya). Hasil dari sektor

peternakan ini berupa daging, telur dan susu.

5. Perikanan

Sektor perikanan juga termasuk salah satu sektor dalam bidang Pertanian

yang memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

Komoditi di sektor perikanan yaitu terdiri dari ikan yang mana tidak hanya

digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri saja tetapi juga

dijadikan sebagai komoditi ekspor.

2.2. Pasar Modal dan Saham

Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya menjual saham

(stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya

10
akan dipergunakan sebagai tambahan dana untuk memperkuat modal perusahaan.

Terdapat dua instrumen dalam pasar modal, yaitu saham dan obligasi. Saham

merupakan surat berharga yang berupa kepemilikan, sedangkan obligasi

merupakan instrumen hutang bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal

(Fahmi, 2015:21).

Pasar modal pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk membangun

perekonomian oleh beberapa negara yang mayoritas penduduknya memeluk

agama islam. Masing-masing negara tersebut memiliki aturan pelaksanaan

perdagangannya sendiri. Salah satunya adalah negara Iran mengatur perdagangan

mulai jam 09.00 sampai dengan 12.00 untuk hari Sabtu sampai Rabu. Pengaturan

jam dan hari perdagangan ini dimaksudkan untuk mengurangi kekhawatiran

investor dalam menghadapi fluktuasi harga dan mengurangi risiko yang bisa

dihadapi oleh investor

Menurut Kasmir (2016:185) saham merupakan surat berharga yang bersifat

kepemilikan. Semakin besar persentase kepemilikan saham yang dimilikinya

maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut. Saham sebagai

tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan

atau peseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin, 2012:102).

Sesuai dengan definisi saham tersebut saham juga dapat didefinisikan

sebagai surat bukti atau kepemilikan modal terhadap sebuah perusahaan. Saham

juga merupakan salah satu sekuritas sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan

11
yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayar

dividen kepada pembeli sekuritas atau pemilik sekuritas dalam hal ini saham.

Menurut Riyanto (2013:29) menyatakan bahwa saham merupakan tanda

bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas bagi

perusahaanyang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya.

Ketika saham sudah terjual akan menjadi tanda bukti atas kepemilikan bagian

pada suatu perusahaan. Pengertian lain menurut Sjahrial (2012:24) saham adalah

surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk

perseroan terbatas atau yang disebut dengan emiten.

2.3. Rasio Keuangan

Menurut Hidayat (2018:45) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan

rasio yang dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan dan

kelemahan keuangan suatu perusahaan. Selain itu juga, rasio keuangan dijadikan

sebagai alat pembanding posisi perusahaan dengan pesaing, serta untuk kebijakan

keuangan perusahaan ke depannya.

Pengertian lain dari rasio keuangan menurut Kasmir (2016:112) yaitu

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur dan menilai kinerja suatu

perusahaan. Terdapat beberapa jenis rasio keuangan yang masing-masing

penggunaannya berbeda tergantung kebutuhan perusahaan. Dalam praktiknya,

yang sering digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan terdiri dari tiga

rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas.

12
2.3.1. Rasio Likuiditas (Current Ratio)

Rasio Likuiditas (Luquidity Ratio) adalah salah satu jenis rasio keuangan

yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat (Hidayat, 2018:45). Rasio

likuiditas juga sering disebut dengan short term luquidity yang menunjukkan

tingkat kemudahan suatu aktiva untuk dikonversi ke dalam kas dengan sedikit

atau tanpa penurunan nilai (Hidayat, 2018:45). Rasio likuiditas juga disebut rasio

utang jangka pendek yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan

dalam melunasi utang jangka pendeknya dengan cara membandingkan aset lancar

dengan utang lancar.

Salah satu yang termasuk dalam rasio likuiditas adalah Rasio Lancar atau

Current Ratio yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam

membayar utang lancarnya (Hery, 2016:36). Selain itu, Moeljadi (2006:65)

menyatakan bahwa Current Ratio merupakan rasio paling umum yang digunakan

untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar

perusahaan tersebut. Menurut Kasmir (2010:135) menyatakan bahwa current ratio

dengan standar 200% (2:1) sudah dianggap cukup baik atau memuaskan bagi

suatu perusahaan.

2.3.2. Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio)

Menurut Kasmir (2016:164) Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang atau dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,

13
baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.

Rasio Solvabilitas merupakan salah satu jenis rasio keuangan yang

digunakan untuk mengetahui nilai suatu perusahaan dengan menganalisis

bagaimana kemampuan suatu perusahaan tersebut dalam membayar seluruh

kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

tersebut dilikuidasi, adapun salah satu yang termasuk dalam rasio solvabilitas

adalah Debt to Equity Ratio (Moeljadi, 2006:48).

Menurut Kasmir (2008:157) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio

disingkat dengan DER adalah rasio yang digunakan untuk menilai total utang

suatu perusahaan dengan total ekuitas. Debt to Equity Ratio umumnya digunakan

untuk mengetahui nilai perusahaan dengan mengukur sejauh mana perusahaan

dibiayai oleh utang. Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan

nilai Debt to Equity Ratio di bawah angka 1 kali atau di bawah 100%, semakin

rendah hasil Debt to Equity Ratio artinya semakin bagus nilai perusahaan

(Riyanto, 2010:34).

2.3.3. Rasio Profitabilitas (Return On Asset)

Pengertian Rasio Profitabilitas menurut Kasmir (2016:171) adalah rasio

yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam mencari laba

atau keuntungan. Rasio ini juga dapat menggambarkan efektivitas manajemen

suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya laba atau keuntungan yang

dihasilkan oleh perusahaan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Menurut Harmono (2015:109) menyatakan bahwa Rasio Profitabilitas

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai baik buruknya suatu perusahaan

dengan mengukur kinerja perusahaan yang ditinjau dari efektivitas dan efisiensi

14
operasi perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan sesuai dengan tujuan

utama didirikannya perusahaan, adapun salah satu yang termasuk dalam rasio

profitabilitas adalah Return On Asset (ROA).

Return On Asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas

Perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan memanfaatkan total aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut dengan membandingkan laba bersih dan total

aktiva perusahaan (Harmono, 2015:110). Menurut Kasmir (2008:161) menyatakan

bahwa nilai indikator untuk menilai Return On Asset adalah 30%, ROA yang

positif menunjukkan total aktiva yang digunakan mampu memberikan laba bagi

perusahaan dan sebaliknya, sehingga semakin besar nilai ROA menunjukkan

bahwa kinerja perusahaan semakin baik karena tingkat pengembalian investasi

semakin besar.

2.3.4. Rasio Aktivitas (Total Asset Turn Over)

Rasio Aktivitas adalah salah satu jenis rasio keuangan yang digunakan

untuk mengetahui efisiensi organisasi dalam memanfaatkan asetnya untuk

menghasilkan kas dan pendapatan perusahaan (Hidayat, 2018:56). Rasio ini

digunakan untuk memeriksa seberapa tinggi tingkat investasi yang dilakukan pada

aset dan pendapatan yang dihasilkan oleh Perusahaan, maka dari itu rasio aktivitas

ini dikenal sebagai rasio operasi atau analisis rasio perputaran (Hidayat, 2018:56).

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Semua

rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi

pada berbagai jenis aktiva. Aktiva terendah pada tingkat penjualan tertentu akan

15
mengakibatkan semakin besar dana yang tertanam pada aktiva tersebut yang mana

akan lebih baik jika ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif, salah satu

rasio aktivitas adalah Total Asset Turn Over (TATO) (Elaga, dkk, 2018:2).

Menurut Elaga dkk (2018:2) Total Asset Turn Over merupakan rasio yang

menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam

menghasilkan volume penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik

suatu perusahaan yang artinya adalah aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih

laba, atau dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume

penjualan apabila total asset turn overnya ditingkatkan atau diperbesar (Elaga,

dkk, 2018:3).

2.3.5. Rasio Investasi (Earning Per Share)

Rasio Investasi adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memberikan pengembalian atau imbalan kepada para pemberi dana khususnya

investor yang ada di pasar modal dalam jangka waktu tertentu, adapun salah satu

yang termasuk dalam rasio investasi adalah Earning Per Share (EPS) (Indrayenti,

2020:58). Menurut Indrayenti (2020:58) Earning Per Share adalah rasio

sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar saham dengan Earning

Per Share.

Jika Earning Per Share suatu perusahaan tinggi itu artinya adalah saham

perusahaan dapat memberikan return yang besar bagi investor. Earning Per Share

(EPS) juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi harga

saham perusahaan. Semakin tinggi Earning Per Share saham suatu perusahaan

maka harga per lembar saham cenderung meningkat, sehingga perusahaan

tersebut akan memperoleh laba yang dapat meningkatkan nilai perusahaan

16
mereka.

17
2.4. Nilai Perusahaan (PBV)

Menurut Kasmir (2016:184) nilai perusahaan merupakan keadaan tertentu

suatu perusahaan yang sudah dicapai oleh perusahaan sebagai cerminan

kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan. Menurut

Kasmir (2016:185) nilai perusahaan adalah persperi investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham, dimana harga

saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi serta meningkatkan

kepercayaan pasar yang tidak hanya terhadap kinerja perusahaan, tetapi juga pada

prospek perusahaan.

Menurut Moeljadi (2006:84) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

nilai perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio

aktivitas dan rasio investasi. Mengukur nilai perusahaan dapat menggunakan rasio

penilaian yaitu Price to Book Value. Price to Book Value adalah rasio yang

digunakan untuk menunjukkan perbandingan harga pasar perusahaan dengan nilai

buku. Mengukur nilai perusahaan dengan menggunakan Price to Book Value akan

mendapatkan hasil bahwa semakin tinggi nilai Price to Book Value artinya nilai

prospek perusahaan akan semakin baik juga (Moeljadi, 2006:92).

2.5. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu sangat beragam terkait dengan bagaimana

pengaruhnya variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Total

Asset Turn Over, dan Earning Per Share terhadap nilai Perusahaan, dapat dilihat

18
secara rinci beberapa hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu


NO PENELITI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
Pengaruh CR,
Ukuran Perusahaan, Perusahaan
Zuhria et al.
1. Struktur Modal, dan Menggunakan Farmasi 2011-
(2016) variabel CR
ROE Terhadap Nilai 2014
Perusahaan.
Perusahaan
Pengaruh CR, DER, Menggunakan
Erni Kurniasari Makanan dan
2. dan TATO terhadap variabel CR, DER
(2020) Minuman 2015-
Nilai Perusahaan. dan TATO
2019
Pengaruh CR,DER Menggunakan
Ameilia& Perusahaan
3. dan ROA Terhadap variabel CR, DER
Rianto (2020) Manufaktur 2018
Nilai Perusahaan. dan ROA

Mirsan& Analisis Pengaruh Menggunakan Perusahaan


4. Chabachib DER, CR dan TATO variabel DER, CR Property dan Real
(2017) terhadap PBV. dan TATO Estate 2011-2014

Pengaruh DPS dan


Menggunakan Perusahaan Farmasi
5. Lilianti (2011) EPS Terhadap Nilai
variabel EPS 2012-2016
Perusahaan.

PT Tri Banyan
Akbar, et al. Pengaruh EPS Menggunakan
6. Tirta, Tbk 2016-
(2020) Terhadap PBV. variabel EPS
2019

Pengaruh ROA, DER


Menggunakan Perusahaan
Siti&Wahyu dan TORBIN’S Q
7. variabel ROA dan Pertambangan dan
(2019) Ratio Terhadap Nilai
DER Migas 2014-2018
Perusahaan.

Sumber: Jurnal

19
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa pada penelitian pertama yang

dilakukan oleh Zuhria et al tahun 2016 yang berjudul pengaruh CR, ukuran

perusahaan, struktur modal, dan ROE terhadap nilai perusahaan, didapatkan hasil

penelitian yang menunjukan variabel CR secara simultan maupun parsial

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian kedua yang dilakukan

oleh Erni Kurniasari tahun 2020 dengan judul pengaruh CR, DER dan TATO

terhadap nilai perusahaan, secara parsial variabel CR dan TATO tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, sedangkan DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ameilia dan Rianto tahun 2020

dengan judul pengaruh CR, DER, dan ROA terhadap Nilai perusahaan,

didapatkan hasil secara parsial variabel CR dan DER tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, sedangkan ROA berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Penelitian keempat yang dilakukan oleh Mirsan dan Chabachib tahun

2017 dengan judul analisis pengaruh DER, CR dan TATO terhadap PBV, hasil

secara parsial variabel CR, DER dan TATO berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian kelima yang dilakukan oleh Lilianti tahun 2011 dengan judul

pengaruh DPS dan EPS terhadap nilai perusahaan didapatkan hasil secara parsial

variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian keenam

yang dilakukan oleh Akbar, et al tahun 2020 dengan judul pengaruh EPS terhadap

PBV didapatkan hasil secara parsial variabel EPS tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Penelitian terakhir dilakukan oleh Siti dan Wahyu

tahun 2019, pengaruh ROA, DER dan Torbin’s Q Ratio terhadap nilai perusahaan,

secara parsial variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.
19
2.6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah hubungan antara satu variabel dengan variabel

yang lainnya, singkatnya adalah kerangka yang disajikan dalam bentuk bagan yang
mampu menggambarkan hubungan antar variabel yang telah disusun dalam suatu penelitian, berikut

Harga saham Perusahaan Pertanian 2018-2021 menurun

Harga Saham Perusahaan mencerminkan Nilai Perusahaan

Rasio Keuangan

Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio ProfitabilitasRasio Aktivitas Rasio Investasi


(Current Ratio) (Earning Per Share)
(Debt to Equity Ratio)(Return On Asset) (Total Asset Turn Over)

Nilai Perusahaan Sub Sektor Pertanian

Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil

Berpengaruh Tidak Berpengaruh

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

20
2.7. Perumusan Hipotesis

Menurut Umar (2005:168) hipotesis merupakan suatu perumusan sementara

tentang suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut serta dapat

menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya. Berdasarkan rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran yang sudah penulis jelaskan

sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Current Ratio terhadap nilai

perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2018-2021.

2. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Debt to Equity Ratio

terhadap nilai perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2018- 2021.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Return On Asset terhadap

nilai perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2018-2021.

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Total Asset Turn Over

terhadap nilai perusahaan sektor pertanian Bursa Efek Indonesia (BEI) 2018-

2021.

5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Earning Per Share terhadap

nilai perusahaan sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia (BEI) 2018-

2021.

6. Terdapat pengaruh signifikan antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio,

Return On Asset, Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share secara

bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan sektor pertanian di

Bursa Efek Indonesia (BEI) 2018-2021.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian terkait pengaruh rasio keuangan terhadap nilai Perusahaan pada

sub sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021 dilakukan

melalui website resmi dari Bursa Efek Indonesia khususnya pada perusahaan-

perusahaan di sub sektor Pertanian. Penulis melakukan penelitian ini dimulai dari

bulan April tahun 2022 sampai dengan bulan Agustus yang penulis gunakan untuk

memperoleh data dan keterangan terkait dengan penelitian serta untuk melakukan

analisis data.

3.2. Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang termasuk

dalam sektor pertanian dan sudah Initial Public Offering (IPO). Setelah dilakukan

pengambilan data didapatkan 26 perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sudah Initial Public Offering (IPO), adapun 26

perusahaan tersebut terbagi ke dalam 4 sub sektor pertanian yang terdiri dari sub

sektor perkebunan, sub sektor perikanan, sub sektor peternakan dan sub sektor

kehutanan. Berdasarkan hal tersebut, populasi untuk penelitian ini didapatkan

sebanyak 26 perusahaan sektor pertanian, untuk lebih jelasnya masing-masing

nama perusahaan dan kode emiten yang termasuk ke dalam perusahaan sektor

pertanian di BEI dan sudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Populasi Penelitian
KODE
NO NAMA PERUSAHAAN EMITE
N
1. Astra Agro Lestari Tbk. AALI
2. Andira Agro Tbk. ANDI
3. Austindo Nusantara Jaya Tbk. ANJT
4. Tabel 3. PoEpustlaiksai PTeantaelTitiarna Tbk. BEEF
5. BISI International Tbk. BISI
6. Bumi Teknokultura Unggul Tbk. BTEK
7. Eagle High Plantations Tbk. BWPT
8. Central Proteina Prima Tbk. CPRO
9. Cisadane Sawit Raya Tbk. CSRA
10. Dharma Samudera Fishing Industry Tbk. DSFI
11. Dharma Satya Nusantara Tbk. DSNG
12. Golden Plantation Tbk. GOLL
13. Gozco Plantations Tbk. GZCO
14. Inti Agri Resources Tbk. IIKP
15. Jaya Agra Wattie Tbk. JAWA
16. PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP
17. Multi Agro Gemilang Plantation Tbk. MAGP
18. Mahkota Group Tbk. MGRO
19. Provident Agro Tbk. PALM
20. Palma Serasih Tbk. PSGO
21. Sampoerna Agro Tbk. SGRO
22. Salim Ivomas Pratama Tbk. SIMP
23. Smart Tbk. SMAR
24. Sawit Sumbermas Sarana Tbk. SSMS
25. Tunas Baru Lampung Tbk. TBLA
26. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. UNSP

Sumber: (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah


sebanyak 26 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berdasarkan hal

tersebut langkah selanjutnya yaitu dalam menentukan jumlah sampel yang akan

diolah dari jumlah populasi, maka penulis menggunakan pendekatan purposive

sampling dengan tujuan untuk menemukan sampel sesuai dengan kriteria yang

penulis tentukan, kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

23
Tabel 4. Kriteria Sampel
NO. KRITERIA SAMPEL JUMLAH

1. Perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI 26


Perusahaan sektor pertanian yang tidak
2. mempublikasikan laporan keuangan (4)
secara konsisten selama tahun 2018-2021.
Perusahaan yang dijadikan sampel 22
Sumber: Penulis (2023)

Tabel 4 di atas menjelaskan terkait dengan dua kriteria yang telah penulis tentukan. Berdasarkan tabel 4, te
Tabel 5. Sampel Penelitian

KODE
NO NAMA PERUSAHAAN EMITEN
1. Astra Agro Lestari Tbk. AALI
2. Andira Agro Tbk. ANDI
3. Austindo Nusantara Jaya Tbk. ANJT
4. Estika Tata Tiara Tbk. BEEF
5. BISI International Tbk. BISI
6. Bumi Teknokultura Unggul Tbk. BTEK
7. Eagle High Plantations Tbk. BWPT
8. Central Proteina Prima Tbk. CPRO
9. Cisadane Sawit Raya Tbk. CSRA
10. Dharma Samudera Fishing Industry Tbk. DSFI
11. Dharma Satya Nusantara Tbk. DSNG
12. Gozco Plantations Tbk. GZCO
13. Jaya Agra Wattie Tbk. JAWA
14. PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP
15. Mahkota Group Tbk. MGRO
16. Provident Agro Tbk. PALM
17. Palma Serasih Tbk. PSGO
18. Sampoerna Agro Tbk. SGRO
19. Smart Tbk. SMAR
20. Sawit Sumbermas Sarana Tbk. SSMS
21. Tunas Baru Lampung Tbk. TBLA
22. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. UNSP
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

24
3.3. Jenis dan Sumber Data

Secara etimologi atau ilmu bahasa, penelitian memiliki arti mencari

berbagai fakta yang baru dan dikembangkan sehingga menjadi suatu teori untuk

memperdalam dan memperluas ilmu tertentu. Apabila penelitian yang dilakukan

prosesnya tidak tepat, maka hasilnya tidak akan dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian yang berjudul Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Di

Sub Sektor Pertanian Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021

menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif adalah

investigasi sistematis mengenai sebuah fenomena dengan mengumpulkan data

yang dapat diukur menggunakan teknik statistik, matematika, atau komputasi

(Ramadhan, 2021:156).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian berjudul pengaruh rasio keuangan terhadap nilai Perusahaan pada

sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021 menggunakan

dua metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data pertama yaitu metode

dokumentasi, sedangkan untuk metode pengumpulan data kedua adalah studi

pustaka. Kedua metode pengumpulan data ini penulis gunakan untuk mengumpulkan

berbagai data yang dibutuhkan khususnya yang berkaitan dengan penelitian,

seperti mengumpulkan berbagai laporan keuangan perusahaan untuk menghitung

berapa besar rasio keuangan, karena untuk menghitung berapa besar masing-

masing rasio tersebut harus melihat data pada laporan keuangan masing-masing

perusahaan.

25
3.4.1. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi pada objek penelitian

dengan tujuan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dengan melakukan

penelitian pada website Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id untuk melihat

catatan atau laporan historis ringkasan saham, dan data laporan keuangan

perusahaan yang terkait untuk periode tahun 2018-2021 dan website masing-

masing perusahaan untuk melihat data laporan keuangan perusahaan yang terkait

untuk periode tahun 2018-2021.

3.4.2. Studi Pustaka

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan data

yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan cara

mempelajari, mengkaji beberapa literatur-literatur berupa jurnal, berita dan artikel

blog di internet yang berkaitan dengan penelitian. Data tersebut diperoleh dari

literatur/jurnal, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan topik

penelitian.

3.5. Pengolahan Analisis Data

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan 5 variabel independen dan 1

variabel dependen. Variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini yaitu

rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),

Return On Assets (ROA), Total Asset Turn Over (TATO) dan Earning Per Share

(EPS), sedangkan untuk variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini

26
yaitu Nilai Perusahaan (PBV). Pengolahan analisis data dalam penelitian ini

terbagi menjadi dua langkah. Langkah pertama yaitu dengan melakukan analisis

rasio keuangan yaitu menghitung masing-masing rasio keuangan yang digunakan

dalam penelitian ini. Langkah kedua yaitu dengan melakukan analisis pengaruh

rasio keuangan terhadap nilai perusahaan yaitu dengan menggunakan uji asumsi

klasik dan regresi linear berganda.

3.5.1. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan digunakan untuk menghitung masing-masing rasio

keuangan yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan lima

variabel indpenden (lima rasio keuangan) yang terdiri dari Current Ratio (CR),

Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Total Asset Turn Over

(TATO) dan Earning Per Share (EPS), dan satu variabel dependen yaitu Nilai

Perusahaan (PBV). Berikut merupakan rumus melakukan analisis rasio keuangan:

1. Menghitung Current Ratio

Current Ratio = (Total Asset Lancar : Total Hutang Lancar) x 100%

2. Menghitung Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio = (Total Hutang : Total Ekuitas) x 100%

3. Menghitung Return On Asset

Return On Asset = (Laba Bersih : Total Asset) x 100%

4. Menghitung Total Asset Turn Over

Total Asset Turn Over = (Penjualan : Total Asset) x 100%

5. Menghitung Earning Per Share

Earning Per Share = (Laba Bersih : Jumlah Saham) x 100%

27
6. Menghitung Price to Book Value

PBV = (Harga per Lembar Saham : Nilai Buku per Lembar Saham) x 100%

3.5.2. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap PBV

Analisis pengaruh rasio keuangan terhadap nilai perusahaan digunakan

untuk mengetahui bagaimana karakteristik data yang digunakan dalam penelitian

ini, mulai dari berdistribusi normal atau tidak, terbebas dari multikolinearitas,

heteroskedastisitas, autokorelasi, dan mengetahui seberapa besar pengaruh

masing- masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Penelitian

ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji analisis regresi linear berganda. Berikut

ini merupakan rumus yang digunakan dalam melakukan analisis rasio keuangan

terhadap nilai perusahaan:

1. Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam penelitian ini, maka

untuk mendapatkan model yang tepat untuk dianalisis maka perlu dilakukan

pengujian. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan

model dalam penelitian ini. Pengujian ini juga untuk memastikan di dalam model

regresi tidak terdapat heteroskedastisitas, autokorelasi serta memastikan bahwa

data yang dihasilkan terdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik ini terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, bila asumsi

ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil. Dapat disimpulkan bahwa uji normalitas berfungsi untuk melihat

28
apakah sebaran data (titik-titik) mendekati garis diagonal atau tidak. Jika

titik-titik mendekati garis diagonal berarti sesuai asumsi normalitas,

begitupun sebaliknya.

Model regresi digolongkan baik jika model regresi memiliki distribusi

normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak dengan cara analisis grafik dan uji statistik). Uji analisis

statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test (1 sampel K-S). Dasar dari

pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi > 0,05 artinya

data berdistribusi secara normal dan sebaliknya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji model regresi jika

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Berdasarkan

pendapat tersebut, uji multikolinearitas untuk menguji apakah variabel

Independen memiliki hubungan yang kuat atau tidak. Uji multikolinearitas

dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF.

Dasar pengambilan keputusan jika nilai tolerance mendekati angka 1

dan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinearita, dan

sebaliknya yaitu jika nilai tolerance tidak mendekati angka 1 dan nilai VIF

di atas 10, maka terjadi masalah multikolinearitas, maka dapat dikatakan

bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat

dipercaya dan objektif (tidak ada multikolinearitas).

29
c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokesdastisitas digunakan untuk menguji model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Dapat dikatakan tidak terjadi heterokesdatisitas apabila tidak ada

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa uji

heterokedastisitas untuk mengetahui apakah variabel satu dengan lainnya

memiliki kesamaan atau tidak.

Dasar analisis uji heterokedastisitas, yaitu jika ada pola tertentu,

seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas, dansebaliknya jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik- titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji model regresi linear apakah

ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), oleh karena itu dilakukan

pengujian apakah terjadi korelasi antar residual dengan menggunakan uji

statistik Durbin Watson. Model regresi dikatakan baik jika tidak

memperlihatkan adanya autokorelasi.

Manfaat dilakukannya uji autokorelasi yaitu dapat digunakan untuk

mengetahui korelasi antar anggota data observasi bagi serangkaian data

30
observasi time series atau data periodik, dan data cross-section atau disebut

juga silang waktu. Ketentuan pengambilan keputusan yang menyatakan

bahwa regresi layak untuk digunakan dan terbebas dari autokorelasi adalah

ketika nilai DW terletak antara batas atas atau upperbound (dU) dan (4-

dU), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

2. Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Uji analisis regresi linear berganda ini dilakukan setelah semua tahapan uji

asumsi klasik terpenuhi. Regresi Linear Berganda adalah menjelaskan nilai suatu

koefisien variabel independen terhadap variabel dependennya. Analisis regresi

linear berganda dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05.

Berikut ini merupakan rumus dari model pengaruh rasio keuangan terhadap nilai

perusahaan yang diambil dari riset penelitian terdahulu:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε


Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan (PBV)

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi (x1 sampe x5 harusnya dikasih tanda +/-)

X1 = Current Ratio (CR) (simbol dibuat lebih spesifik sesuai riset)

X2 = Debt to Equity Ratio (DER)

X3 = Return On Asset (ROA)

X4 = Total Asset Turn Over (TATO)

X5 = Earning Per Share (EPS)

ε = Standar error

31
Dalam analisis regresi berganda terdapat juga hasil aalisis koefisien

determinasi. Menurut Ghozali (2018:98) mengungkapkan bahwa koefisien

determinasi atau yang disimbolkan dengan (R2) pada intinya adalah berfungsi

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model regresi dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan pendapat tersebut koefisien

determinasi adalah untuk mengetahui kontribusi variabel independen terhadap

variabel dependen. Koefisien determinasi ini digunakan untuk melihat seberapa

besar persentase pengaruh secara simultan atau bersama-sama variabel independen

nya dalam penelitian ini yaitu Current Ratio (X1), Debt to Asset Ratio (X2), Return

On Equity (X3), Total Asset Turn Over (X4), Earning Per Share (X5) terhadap

variabel dependennya dala hal ini yaitu Nilai Perusahaan (Y).

Selain analisis koefisien determinasi, di dalam hasil uji analisis regresi

linear berganda juga terdapat hasil uji hipotesisnya atau uji-t. Menurut Ghozali

(2018:97) menyatakan bahwa uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Uji parsial digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara parsial (tersendiri) berpengaruh terhadap

variabel dependen. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf

signifikansi 5% (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan uji-t ini yaitu jika thitung ≥

ttabel dan nilai signifikansi ≤ 0,05 maka artinya ada pengaruh yang signifikan dari

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian di atas

tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan alat bantu analisis yaitu software

IBM SPSS versi 23.

32
3.6. Definisi Operasional Penelitian

Definisi Operasional yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Current Ratio (CR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan

aktiva lancar.

2. Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk menilai

hutang dengan seluruh ekuitas serta mampu memberikan petunjuk umum

tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

3. Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total

aktiva yang ada dan setelah biaya yang digunakan mendanai aktiva

dikeluarkan.

4. Total Asset Turn Over (TATO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan Perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya

dengan cara membandingkan penjualan bersih dengan total asset rata-rata.

5. Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang digunakan untuk menghitung

dividen pada perusahaan terbuka dengan cara membagi laba bersih perusahaan

dengan jumlah saham yang beredar, dimana laba bersih per saham

mencerminkan bagian laba bersih untuk pemegang 1 lembar saham suatu

perusahaan.

6. Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan

perbandingan harga pasar perusahaan dengan nilai buku dengan menlihat

bahwa semakin tinggi nilai Price to Book Value artinya nilai prospek

perusahaan akan semakin baik juga.

33
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Profil Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal sebenarnya sudah hadir jauh dari sebelum

negara Indonesia merdeka, pasar modal atau bursa efek telah lahir sejak zaman

kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pada saat itu, pasar modal

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, dimana pasar modal ini didirikan

dengan tujuan untuk menjalankan berbagai kepentingan pemerintah kolonial atau

VOC. Seiring dengan berjalannya waktu, pasar modal terus mengalami

perkembangan dan pertumbuhan walaupun sempat mengalami kevakuman

beberapa periode.

Kevakuman yang terjadi pada pasar modal bisa disebabkan oleh beberapa

faktor seperti perang dunia, peindahan, kekuasaan pemerintah kolonial terhadap

pemerintah Republik Indonesia, dan beberapa penyebab lainnya. Pemerintah

Republik Indonesia Kembali mengaktifkan pasar modal pada tahun 1977, dan

beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan

berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Bursa Efek Indonesia dalam menjalankan fungsinya memiliki visi dan

misinya tersendiri. Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadi bursa yang

kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia adalah

menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang teercaya dan kredibel untuk

mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien, serta dapat diakses oleh semua

pemangku kepentingan. Bursa Efek Indonesia memiliki nilai-nilai inti yaitu terdiri

dari teamwork, integrity, professionalism, dan service excellence.


4.2. Profil Perusahaan Sektor Pertanian di BEI

Perusahaan sub sektor Pertanian dalam penelitian ini yang dijadikan

sampel terdapat 22 perusahaan yang memiliki bidang usaha berbeda. Berikut merupakan profil 22 perusaha
Tabel 6. Klasifikasi Bidang Usaha Sektor Pertanian

BIDANG
NAMA PERUSAHAAN KODE EMITEN
USAHA

PT Astra Agri Lestari tbk. AALI


PT Andira Agro tbk ANDI
PT Austindo Nusantara Jaya tbk ANJT
PT Bisi International tbk BISI
PT Eagle High Plantations tbk BWPT
PT Cisadane Sawit Raya tbk CSRA
PT Dharma Satya Nusantara tbk DSNG
PT Gozco Plantations tbk GZCO
PT Jaya Agra Wattie tbk JAWA
Perkebunan PT London Sumatra Indonesia tbk LSIP
PT Mahkota Group tbk MGRO
PT Provident Agro tbk PALM
PT Palma Serasih tbk PSGO
PT Sampoerna Agro tbk SGRO
PT Sinar Mas Agro Resources and
SMAR
Technology tbk
PT Sawit Sumbermas Sarana tbk SSMS
PT Tunas Baru Lampung TBLA
PT Bakrie Sumatera Plantations tbk UNSP
PT Estetika Tara Tiara tbk BEEF
Peternakan PT Bisi International tbk BISI
PT Dharma Satya Nusantara tbk DSNG
PT Bumi Teknokultura Unggul tbk BTEK
Kehutanan
PT Dharma Satya Nusantara tbk DSNG
PT Central Proteina Prima tbk CPRO
PT Dharma Samudera Fishing
Perikanan DSFI
Industry tbk
PT Dharma Satya Nusantara tbk DSNG
Sumber: Data Diolah

35
Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk

(IDX: AALI) merupakan Perusahaan mengembangkan industri perkebunan di

Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Berawal dari perkebunan ubi kayu,

kemudian mengembangkan tanaman karet, hingga pada tahun 1984, dimulailah

budidaya tanaman kelapa sawit di Provinsi Riau. Kini, perseroan terus

berkembang dan menjadi salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar

dan dikelola melalui manajemen yang baik. Sampai dengan tahun 2019, luas areal

yang dikelola perseroan mencapai 287.604 hektar yang tersebar di Pulau

Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Perseroan Andira Agro Tbk (IDX: ANDI) didirikan pada tanggal 28 April

1995. perseroan Andira Agro Tbk merupakan suatu perusahaan terbatas di

Indonesia yang berfokus pada perkebunan kelapa sawit. Kegiatan usaha utama

perseroan yaitu penanaman tanaman kelapa sawit, pemanenan dan pengolahan

TBS yang menghasilkan CPO serta Palm Kernel/”PK”. Kebun dan fasilitas

pengolahan TBS perseroan berada di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera

Selatan.

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (IDX: ANJT) merupakan perusahaan

induk yang terlibat, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaannya,

dalam produksi dan penjualan minyak sawit mentah, inti sawit dan hasil pangan

berkelanjutan lainnya serta energi terbarukan. Sebelum mengubah namanya

menjadi ANJ, Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16 April 1993 dengan nama

PT Austindo Teguh Jaya (ATJ), dengan aktivitas di bidang agribisnis, jasa

keuangan, layanan kesehatan dan energi terbarukan. Pada tahun 2012, sejalan

dengan visi kami yang baru untuk menjadi Perusahaan pangan berbasis agribisnis

36
kelas dunia, ANJ mulai berkonsentrasi pada minyak kelapa sawit seraya

mengembangkan bisnis agribisnis baru yang bersumber dari hasil pangan lainnya.

PT Estika Tata Tiara Tbk. (IDX: BEEF) didirikan pada tanggal 01 Februari

2001 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2008. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BEEF adalah bergerak dalam

bidang distribusi dan penjualan sapi hidup, distribusi dan penjualan karkas sapi,

daging, jeroan, kulit, dan produk turunan sapi lainnya, distribusi dan penjualan

produk makanan olahan baik dalam kondisi segar dingin (chilled) maupun beku

(frozen). Saat ini, kegiatan usaha utama BEEF adalah bergerak dalam bidang

distributor makanan.

PT BISI International Tbk (IDX: BISI) awalnya bernama PT Bright

Indonesia Seed Industry yang merupakan perusahaan multinasional dengan

kegiatan memproduksi pertanian yang bermarkas di Surabaya, Indonesia.

Perusahaan ini didirikan pada 22 Juni 1983. Perusahaan ini menghasilkan

berbagai macam-macam benih pertanian dengan lokasi pabrik pengolahan benih

di Plosoklaten dan Pare Kabupaten Kediri. Perusahaan melakukan kegiatan usaha

dalam bidang perdagangan pada umumnya, termasuk ekspor, impor, grosir,

pemasok dan distributor/agen dan/atau pengecer dari segala macam barang yang

dapat diperdagangkan, baik atas penjualan langsung maupun melalui pihak ketiga

dengan cara komisi.

PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (IDX: BTEK) merupakan jenis

perusahaan perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 6 Juni 2001. PT. Bumi

Teknokultura Unggul Tbk adalah perusahaan multinasional yang bergerak di

37
bidang pembenihan tanaman baik tanaman hutan atau tanaman untuk tujuan

medis. Awalnya perusahaan ini memproduksi bahan pertanian atau Teknologi Bio

pertanian. Pada tahun 2011 perusahaan ini berencana untuk memperluas usaha

kehutananya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan. Visi dari perusahaan ini

adalah untuk menjadi pemimpin dalam mengatur kawasan hutan secara

berkelanjutan dengan terus menyuguhkan hutan pilihan bagi konsumen melalui

praktik manajemen pengembangan penelitian.

PT Eagle High Plantations Tbk (IDX: BWPT) pertama kali didirikan pada

tanggal 6 November 2000 dengan nama PT Bumi perdana Prima Internasional

dan berubah nama menjadi PT BW Plantation Tbk pada tahun 2007. Sejak 27

Oktober 2019, saham perseroan telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BWPT. Pada tahun 2014, Perusahaan

menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi 100% kepemilikan saham di Grup

Green Eagle dan perseroan berubah nama menjadi PT Eagle High Plantations

Tbk. PT Central Proteina Prima Tbk. (IDX: CPRO) merupakan Perusahaan

budidaya udang dan ikan serta produsen makanan olahan. Perseroan senantiasa

menerapkan standar global dan inovasi terkini untuk menghasilkan produk

unggulan. PT Central Proteina Prima Tbk telah memulai bisnisnya sejak bulan

April 1980. Sejak awal berdirinya, perseroan memiliki tujuan untuk memproduksi

produk akuakultur berkualitas tinggi seperti pakan, bibit, pakan hewan peliharaan,

probiotik hingga produk udang dan makanan olahan.

PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (IDX: CSRA) didirikan pada tanggal 28

Oktober 1983 Pada September 2019, pemegang saham menyetujui perseroan

38
berubah menjadi perusahaan terbuka dan melakukan penawaran perdana saham

kepada publik. PT Cisadane Sawit Raya Tbk. mengembangkan kebun kelapa

sawit di Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Penanaman pohon

kelapa sawit pertama kali dilakukan pada tahun 1990 di kebun Sei Tampang,

Negeri Lama. perseroan juga memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di area kebun

yang mulai beroperasi sejak tahun 2007 dengan kapasitas 60 ton per jam untuk

mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO).

PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. (IDX: DSFI) didirikan pada

2 Oktober 1973 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1983.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DSFI meliputi

bidang perikanan laut, industri makanan, dan perdagangan besar bukan mobil dan

sepeda motor yang meliputi penangkapan, pembekuan, pendinginan, pengolahan

dan pengawetan, industri dan perdagangan serta kegiatan usaha penunjang. Saat

ini kegiatan DSFI adalah memproduksi berbagai macam produk olahan ikan laut

(seafood) dengan beberapa merek dengan produk olahan berupa ikan filet, steak

ikan, irisan daging ikan, breaded fish, tuna, gurita, dan lainnya.

PT. Dharma Satya Nusantara Tbk. (IDX: DSNG) didirikan tanggal 29

September 1980 dan memulai kegiatan komersial pada bulan April 1985.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DSNG bergerak

di bidang kehutanan, pertanian dan perkebunan, perikanan, peternakan,

pengelolaan air, pembangkit tenaga listrik, produksi biogas, pengangkutan,

pembangunan, jasa dan perdagangan. Saat ini kegiatan utama DSNG dan anak

usaha adalah bergerak di bidang industri dan penjualan produk kayu olahan, di

bidang

39
perkebunan kelapa sawit, industri dan penjualan produk kelapa sawit, dan di

bidang agribisnis yang meliputi pengolahan dan perdagangan hasil pertanian

lainnya.

PT. Gozco Plantations Tbk. (IDX: GZCO) didirikan pada tanggal 1

Oktober 2001. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

GZCO mencakup bidang usaha pertanian, perdagangan, perindustrian dan jasa

yang berkaitan dengan agrobisnis dan agroindustri. Kegiatan usaha utama GZCO

adalah pengembangan dan pengoperasian perkebunan, perdagangan dan

pengolahan kelapa sawit serta minyak nabati (crude palm oil).

PT Jaya Agra Wattie Tbk. (IDX: JAWA) didirikan dengan nama Handel

Maatschappij James Alexander Wattie and Company Limited tanggal 20 Januari

1921 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 20 Januari 1921.

Perseroan ini merupakan salah satu perusahaan sub sektor Pertanian yang

berkecimpung dalam pembudidayaan, pengolahan, logistik pertanian, dan

kegiatan pemasaran. Perseroan ini memiliki pengalaman lebih dari 90 tahun di

sektor Pertanian. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan Jaya Agra Wattie Tbk meliputi bidang pembangunan, perdagangan,

perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, percetakan, perbengkelan

dan jasa.

Perusahaan perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (PP London

Sumatra Indonesia Tbk. (IDX: LSIP didirikan pada tanggal 18 Desember 1962

dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Berdasarkan Anggaran

Dasar perusahaan, LSIP bergerak di bidang usaha perkebunan berlokasi di

Sumatera, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Produk

utama Lonsum adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta kakao, teh dan benih.
40
PT Mahkota Group Tbk. (IDX: MGRO) berdiri diawali dengan

pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit pertama pada tahun 2002 yang

terletak di Provinsi Riau. Seiring dengan perkembangan usaha yang pesat,

beberapa pabrik lainnya juga turut dibangun di Provinsi Riau dan Sumatera Utara

hingga kurun waktu sampai dengan tahun 2014. Guna pengontrolan dan

sentralisasi usaha maka pada tanggal 7 Januari tahun 2011 didirikan PT. Mahkota

Group sebagai induk dari semua anak perusahaan yang ada.

PT Provident Agro Tbk. (IDX: PALM) didirikan tanggal 26 Nopember

2006 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. PALM terjun

ke pasar modal dengan melaksanakan penawaran umum saham perdana dan

mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada bulan

Oktober 2012. Kedepannya, perseroan akan menempuh strategi bisnis untuk

menjadi perusahaan yang tidak hanya investasi pada perkebunan kelapa sawit dan

sumber daya alam lainnya, namun juga investasi pada bidang lainnya.

PT Palma Serasih Tbk. (IDX: PSGO) didirikan pada tanggal 03 Juni 2008

dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2008. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PSGO adalah bergerak dalam bidang

jasa, pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian dan

pengangkutan. Saat ini, kegiatan utama PSGO adalah bergerak dalam bidang

perushaaan holding (perkebunan dan industri pengolahan minyak kelapa sawit

melalui anak usaha), konsultasi manajemen dan perdagangan.

PT Sampoerna Agro Tbk. (IDX: SGRO) didirikan 07 Juni 1993 dengan

nama PT Selapan Jaya dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan

November

41
1998. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SGRO

adalah bergerak di bidang perkebunan, perindustrian, dan perdagangan. Saat ini

kegiatan utama SGRO adalah bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit

dan karet, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik minyak inti sawit, produksi benih

kelapa sawit, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (sagu dan memproduksi tepung

sagu dengan merek Prima Starch) dan lainnya, yang berlokasi di Sumatera

Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Riau.

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk atau dikenal dengan

nama SMART Tbk (SMAR) didirikan 18 Juni 1962 dengan nama PT Maskapai

perkebunan Sumcama Padang Halaban dan mulai beroperasi secara komersial

pada tahun 1962. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan SMAR dan entitas anak meliputi pengembangan perkebunan, pertanian,

perdagangan, pengolahan hasil perkebunan, serta bidang jasa pengelolaan dan

penelitian yang berhubungan dengan usaha.

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) didirikan tanggal 22 November

1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2005. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SSMS adalah adalah

pertanian, perdagangan, dan industri. Kegiatan utama SSMS adalah bergerak di

bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit yang memproduksi

minyak kelapa sawit (crude palm oil), inti sawit (palm kernel) dan minyak inti

sawit (palm kernel oil).

Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) didirikan tanggal 22 Desember 1973.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TBLA terutama

42
meliputi bidang perindustrian, perdagangan, pertanian, dan aktivitas pelayanan

kepelabuhan laut. Kegiatan usaha utama TBLA adalah bergerak di bidang

perkebunan kelapa sawit dan tebu; serta produksi minyak goreng sawit, gula,

minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO), sabun dan bahan bakar nabati. Pada

tanggal 31 Desember 1999, TBLA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-

LK untuk melakukan Penawaran Umum perdana Saham TBLA sebanyak

140.385.000 lembar saham dengan nilai nominal 500,- per saham dengan harga

penawaran 2.200 per saham.

Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) didirikan di Indonesia pada tahun

1911 dengan nama “NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij” dan

telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha kegiatan UNSP meliputi bidang

perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan

produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini, UNSP bergerak di bidang

perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri dengan

produk utama Karet (Rubber), Palm Oil dan Palm Kernel. Pada tanggal 6 Januari

1990, UNSP memperoleh ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk

melakukan Penawaran Umum perdana Saham UNSP kepada masyarakat sebanyak

11.100.000 saham dengan nilai nominal 1.000,- per saham melalui bursa saham di

Indonesia dengan harga penawaran 10.700,- per saham.

43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Current Ratio Terhadap PBV Pertanian

Sebelum masuk ke pembahasan pengaruh Current Ratio terhadap nilai

perusahaan sektor pertanian, pertama akan dijelaskan bagaimana karakteristik dari

data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mennginterpretasikan hasil

dari uji asumsi klasik. Merujuk pada lampiran 8 terkait dengan hasil uji normalitas

kolmogorov smirnov diketahui bahwa bahwa hasil nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 (0,195 > 0,05).

Merujuk pada Lampiran 9 terkait dengan hasil grafik normal probability

plot diketahui bahwa titik-titik terlihat dengan jelas menyebar di sekitar garis

diagonal, serta penyebaran titik-titik tersebut juga mengikuti arus garis diagonal,

berdasarkan hasil kolmogorov smirnov dan grafik normal probability plot

memiliki arti bahwa data penelitian ini berdistribusi normal dan model regresi

yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan secara pasti layak untuk

digunakan.

Merujuk pada lampiran 10 terkait dengan hasil uji multikolinearitas,

didapatkan hasil nilai toleransi dari masing-masing variabel independen dalam

penelitian ini keseluruhan memiliki nilai yang lebih besar dari 0,10. Selain itu

juga, hasil nilai VIF dari masing-masing variabel pada penelitian ini berada di

bawah angka 10. Berdasarkan ketentuan dari uji multikolinearitas jika nilai

toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10, dapat diartikan bahwa data yang digunakan

dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas atau tidak terdapat hubungan

antara variabel independen.


Merujuk pada lampiran 11 terkait dengan hasil uji heteroskedastisitas

didapatkan hasil dari grafik scatterplot menunjukkan titik-titik tersebar secara

acak dan menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y.

Berdasarkan ketentuan dari uji heteroskedastisitas jika titik menyebar di atas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sesuai dengan hasil dari grafik

scatterplot pada penelitian ini maka dapat diartikan bahwa tersebut menunjukan

bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam pengujian ini.

Merujuk pada lampiran 12 terkait dengan hasil uji autokorelasi didapatkan

hasil dari nilai Durbin-Watson yang didapatkan adalah sebesar 1,840 yang dimana

angka tersebut berada diantara nilai dU yaitu sebesar 1,774 dan nilai 4-du yaitu

sebesar 2,226, dimana angka tersebut berarti dU = 1,774 < DW = 1,840 < 4-dU =

2,226. Berdasarkan ketentuan dari uji autokorelasi jika dU <DW<4-dU maka

dapat diartikan bahwa data pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

Setelah semua data sudah lolos dari uji asumsi klasik, selanjutnya masuk ke

pembahasan pengaruh variabel X1 Current Ratio terhadap nilai perusahaan sektor

pertanian dengan melihat hasil dari uji analisis regresi linear berganda. Merujuk

pada lampiran 13 terkait dengan hasil regresi linear berganda didapatkan

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α - β1X1 - β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε


Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 + 0,633X4 + 0,106X5 + ε

Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear berganda di atas, koefisien variabel

X1 adalah sebesar -0,808. Angka tersebut menunjukan setiap terjadi kenaikan 1%

pada variabel Current Ratio maka nilai perusahaan akan menurun sebesar 0,808

dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dianggap konstan. Arah

negatif pada

45
koefisien variabel X1 menandakan semakin tinggi Current Ratio maka nilai

perusahaan akan semakin turun.

Merujuk pada lampiran 13 juga didketahui hasil t hitung variable X1 Current

Ratio adalah sebesar 1,804 dengan nilai sig sebesar 0,012. Nilai t tabel yang merujuk

pada lampiran 15 dengan ketentuan mencari t tabel (df (n-k) ; α = (88-5) ; 0,05)

didapatkan hasil ttabel sebesar 1,663. Berdasarkan ketentuan uji-t variabel X 1

Current Ratio ini memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai sig<0,05 maka

dapat diartikan bahwa variabel X1 Current Ratio ini berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pertanian pada BEI periode 2018-2021.

Berdasarkan hasil koefisien variabel dan hasil nilai thitung pada variabel X1

Current Ratio, dapat dikatakan bahwa variabel X1 Current Ratio ini berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap variabel Y nya yaitu nilai perusahaan pertanian.

Berpengaruh negatif dan signifikan maksudnya adalah semakin tinggi Current

Ratio yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin rendah nilai perusahaan

tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi Current Ratio sebuah

perusahaan maka semakin buruk pengaruhnya terhadap kemampuan perusahaan

tersebut dalam memperoleh laba yang disebabkan oleh terlalu banyaknya modal

yang tidak digunakan dengan baik. Hasil yang didapatkan tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Zuhria et al (2016).

Current Ratio yang baik pada perusahaan di sektor pertanian berkisar antara

1-3 atau 100%-300%, dari total sampel 22 perusahaan dalam penelitian ini,

merujuk pada lampiran 1 yaitu data Current Ratio masing-masing perusahaan

sektor pertanian pada BEI periode 2018-2021, dapat dilihat bahwa perusahaan

yang

46
memiliki nilai Current Rasio bagus selama periode 2018-2021 adalah perusahaan

AALI (sub sektor perkebunan), ANJT (sub sektor perkebunan), DSFI (sub sektor

peternakan), SMAR (sub sektor perkebunan), dan TBLA (sub sektor perkebunan),

lainnya ada yang memiliki nilai Current Ratio di bawah 100% dan di atas 300%.

Perusahaan yang memiliki nilai Current Ratio di bawah 100% artinya

adalah perusahaan tersebut kemungkinan sedang mengalami kendala dan

kesulitan dalam membayar utang lancarnya sehingga dapat dikatakan bahwa

kondisi keuangan perusahaan tersebut sedang tidak sehat. Perusahaan yang

memiliki nilai Current Ratio di atas 300% itu juga kurang baik karena ada

kemungkinan bahwa perusahaan tersebut kurang mempergunakan aktiva

lancarnya dan ini mengakibatkan masalah pada pengelolaan modal kerja dan akan

memperburuk nilai perusahaan.

5.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap PBV Pertanian

Pembahasan kedua yaitu pengaruh variabel X 2 Debt to Equity Ratio

terhadap nilai perusahaan sektor pertanian dengan melihat hasil dari uji analisis

regresi linear berganda. Merujuk pada lampiran 13 terkait dengan hasil regresi

linear berganda didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α - β1X1 - β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε

Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 + 0,633X4 + 0,106X5 + ε

Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear berganda di atas, koefisien variabel

X2 adalah sebesar -0,041. Angka tersebut menunjukan setiap terjadi kenaikan 1%

pada variabel Debt to Equity Ratio maka nilai perusahaan akan menurun sebesar

0,041 dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dianggap konstan. Arah
47
negatif

48
pada koefisien variabel X2 menandakan semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka

nilai perusahaan akan semakin turun.

Merujuk pada lampiran 13 juga dilihat hasil thitung variable X2 Debt to Equity

Ratio adalah sebesar 2,851 dengan nilai sig sebesar 0,029. Nilai ttabel yang merujuk

pada lampiran 15, didapat sebesar 1,663. Berdasarkan ketentuan uji-t variabel X 2

Debt to Equity Ratio ini memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai

sig<0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel X 2 Debt to Equity Ratio ini

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pertanian pada BEI periode

2018-2021.

Berdasarkan hasil koefisien variabel dan hasil nilai thitung pada variabel X2

Debt to Equity Ratio, dapat dikatakan bahwa variabel X 2 Debt to Equity Ratio ini

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Y nya yaitu nilai perusahaan

pertanian. Berpengaruh negatif dan signifikan maksudnya adalah semakin tinggi

Debt to Equity Ratio yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin rendah nilai

perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi X 2 Debt to Equity

Ratio sebuah perusahaan maka artinya adalah semakin tinggi jumlah total hutang

yang harus dilunasi oleh perusahaan. Hasil yang didapatkan tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni (2020).

Debt to Equity Ratio yang baik pada perusahaan di sektor pertanian adalah

kurang dari atau sama dengan 1 atau 100%, dari total sampel 22 perusahaan dalam

penelitian ini, merujuk pada lampiran 2 yaitu data Debt to Equity Ratio masing-

masing perusahaan sektor pertanian pada BEI periode 2018-2021, dapat dilihat

bahwa perusahaan yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio bagus selama periode

2018-2021 adalah perusahaan AALI (sub sektor perkebunan), ANJT (sub sektor

49
perkebunan), BISI (sub sektor peternakan dan perkebunan), JAWA (sub sektor

perkebunan), LSIP (sub sektor perkebunan), dan PALM (sub sektor perkebunan),

lainnya memiliki nilai Debt to Equity Ratio di atas 100 %.

Perusahaan yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio di atas 100% artinya

adalah perusahaan tersebut memiliki total hutang melebihi modal yang dimiliki

oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio

yang terlalu tinggi tentunya akan berdampak buruk terhadap nilai perusahaan, hal

ini dapat terjadi karena tingkat total hutang yang semakin tinggi akan menandakan

semakin besarnya pula beban bunga perusahaan tersebut dan akan mengurangi

laba yang akan perusahaan dapatkan. Berdasarkan hal tersebut maka perusahaan

yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio yang rendah terbukti akan lebih mudah

dalam mendapatkan pendanaan dari investor.

5.3. Pengaruh Return On Asset Terhadap PBV Pertanian

Pembahasan ketiga yaitu pengaruh variabel X3 Return On Asset terhadap

nilai perusahaan sektor pertanian dengan melihat hasil dari uji analisis regresi

linear berganda. Merujuk pada lampiran 13 terkait dengan hasil regresi linear

berganda didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α - β1X1 - β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε

Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 + 0,633X4 + 0,106X5 + ε

Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear berganda di atas, koefisien variabel

X3 adalah sebesar 0,904. Angka tersebut menunjukan setiap terjadi kenaikan 1%

pada variabel Return On Asset maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar

0,904
50
dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dianggap konstan. Arah positif

pada koefisien variabel X3 menandakan semakin tinggi Return On Asset maka

nilai perusahaan akan semakin naik.

Merujuk pada lampiran 13 juga dilihat hasil t hitung X3 Return On Asset adalah

sebesar 6,331 dengan nilai sig sebesar 0,036. Nilai ttabel yang merujuk pada

lampiran 15, didapat sebesar 1,663. Berdasarkan ketentuan uji-t variabel X 3

Return On Asset ini memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai sig<0,05

maka dapat diartikan bahwa variabel X3 Return On Asset ini berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan pertanian pada BEI periode 2018-2021.

Berdasarkan hasil koefisien variabel dan hasil nilai t hitung pada variabel X3

Return On Asset, dapat dikatakan bahwa variabel X3 Return On Asset ini

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y nya yaitu nilai perusahaan

pertanian. Berpengaruh positif dan signifikan maksudnya adalah semakin tinggi

Return On Asset yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi juga nilai

perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi Return On Asset

sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan

dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset pada perusahaan tersebut

dan ini akan berdampak pada nilai perusahaan yang semakin tinggi. Hasil yang

didapatkan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lanti et al

(2018).

Return On Asset yang baik pada perusahaan di sektor pertanian adalah lebih

besar dari 2%, dari total sampel 22 perusahaan dalam penelitian ini, merujuk pada

lampiran 3 yaitu data Return On Asset masing-masing perusahaan sektor pertanian

pada BEI periode 2018-2021, dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai

51
Return On Asset bagus selama periode 2018-2021 adalah perusahaan BISI (sub

sektor peternakan dan perkebunan), CSRA (sub sektor perkebunan), DSNG (sub

sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) LSIP (sub sektor

perkebunan), SMAR (sub sektor perkebunan), dan TBLA (sub sektor

perkebunan), lainnya memiliki nilai Return On Asset di bawah 2% dan ada yang

bernilai negatif. Perusahaan yang memiliki nilai Return On Asset di bawah 2%

artinya adalah perusahaan tersebut semakin tidak efektif

dalam mengelola harta untuk menghasilkan laba. Berdasarkan hal

tersebut maka investor akan lebih memilih perusahaan yang memiliki nilai Return

On Asset di atas 2% dengan alasan semakin besar nilai Return On Asset maka

akan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan

tersebut, dimana ini membuat posisi perusahaan semakin baik dari segi

penggunaan asset yang menjadikan daya tarik investor dalam menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut karena tingkat pengembalian

yang investor dapatkan juga akan semakin besar.

5.4. Pengaruh Total Asset Turn Over Terhadap PBV Pertanian

Pembahasan keempat yaitu pengaruh variabel X 4 Total Asset Turn Over

terhadap nilai perusahaan sektor pertanian dengan melihat hasil dari uji analisis

regresi linear berganda. Merujuk pada lampiran 13 terkait dengan hasil regresi

linear berganda didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α - β1X1 - β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε

Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 + 0,633X4 + 0,106X5 + ε

Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear berganda di atas, koefisien variabel X 4

52
adalah sebesar 0,633. Angka tersebut menunjukan setiap terjadi kenaikan 1% pada

variabel Total Asset Turn Over maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar

0,633 dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dianggap konstan. Arah

positif pada koefisien variabel X4 menandakan semakin tinggi Total Asset Turn

Over maka nilai perusahaan akan semakin naik.

Merujuk pada lampiran 13 juga dilihat hasil thitung X4 Total Asset Turn Over

adalah sebesar 5,308 dengan nilai sig sebesar 0,026. Nilai t tabel yang merujuk pada

lampiran 15, didapat sebesar 1,663. Berdasarkan ketentuan uji-t variabel X 4 Total

Asset Turn Over ini memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai sig<0,05

maka dapat diartikan bahwa variabel X4 Total Asset Turn Over ini berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan pertanian pada BEI periode 2018-2021.

Berdasarkan hasil koefisien variabel dan hasil nilai t hitung pada variabel X4

Total Asset Turn Over, dapat dikatakan bahwa variabel X4 Total Asset Turn Over

ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y nya yaitu nilai

perusahaan pertanian. Berpengaruh positif dan signifikan maksudnya adalah

semakin tinggi Total Asset Turn Over yang dimiliki oleh perusahaan maka

semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin

tinggi Total Asset Turn Over berarti semakin efisien juga penggunaan keseluruhan

aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghasilkan penjualan perusahaan

tersebut. Hasil yang didapatkan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mirsan dan Chabachib (2017).

Total Asset Turn Over yang baik pada perusahaan di sektor pertanian adalah

lebih besar dari 100%, dari total sampel 22 perusahaan dalam penelitian ini,

53
merujuk pada lampiran 4 yaitu data Total Asset Turn Over masing-masing

perusahaan sektor pertanian pada BEI periode 2018-2021, dapat dilihat bahwa

perusahaan yang memiliki nilai Total Asset Turn Over bagus selama periode

2018- 2021 adalah perusahaan CPRO (sub sektor perikanan), DSFI (sub sektor

perikanan), MGRO (sub sektor perkebunan), dan SMAR (sub sektor perkebunan),

lainnya memiliki nilai Total Asset Turn Over di bawah 100%.

Perusahaan yang memiliki nilai Total Asset Turn Over di bawah 100%

artinya adalah perusahaan tersebut terlalu banyak dana yang tertanam dalam

bentuk aset dan hal ini tentunya tidak baik untuk nilai perusahaan, dimana akan

lebih baik jika dana yang tertanam dalam bentuk aset tersebut diputar pada aktiva

yang lebih produktif. Berdasarkan hal tersebut maka investor akan lebih memilih

perusahaan yang memiliki nilai Total Asset Turn Over di atas 100% dengan alasan

semakin tinggi Total Asset Turn Over menunjukan perputaran rasio cepat

sehingga laba yang dihasilkan semakin meningkat dan meningkatkan nilai

perusahaan tersebut.

5.5. Pengaruh Earning Per Share Terhadap PBV Pertanian

Pembahasan kelima yaitu pengaruh variabel X5 Earning Per Share terhadap

nilai perusahaan sektor pertanian dengan melihat hasil dari uji analisis regresi

linear berganda. Merujuk pada lampiran 13 terkait dengan hasil regresi linear

berganda didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α - β1X1 - β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε

Y = 64,612 - 0,808X1 - 0,041X2 + 0,904X3 + 0,633X4 + 0,106X5 + ε

Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear berganda di atas, koefisien variabel X 5

54
adalah sebesar 0,106. Angka tersebut menunjukan setiap terjadi kenaikan 1% pada

variabel Earning Per Share maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,106

dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dianggap konstan. Arah positif

pada koefisien variabel X5 menandakan semakin tinggi Earning Per Share maka

nilai perusahaan akan semakin naik.

Merujuk pada lampiran 13 juga dilihat hasil t hitung X5 Earning Per Share

adalah sebesar 4,024 dengan nilai sig sebesar 0,038. Nilai t tabel yang merujuk pada

lampiran 15, didapat sebesar 1,663. Berdasarkan ketentuan uji-t variabel X 5

Earning Per Share ini memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai sig<0,05

maka dapat diartikan bahwa variabel X5 Earning Per Share ini berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan pertanian pada BEI periode 2018-2021.

Berdasarkan hasil koefisien variabel dan hasil nilai t hitung pada variabel X5

Earning Per Share, dapat dikatakan bahwa variabel X 5 Earning Per Share ini

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y nya yaitu nilai perusahaan

pertanian. Berpengaruh positif dan signifikan maksudnya adalah semakin tinggi

Earning Per Share yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi juga nilai

perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi Earning Per

Share menunjukan bahwa perusahaan tersebut tumbuh dengan baik karena

perusahaan mendapatkan banyak laba. Hasil yang didapatkan tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilianti (2011).

Earning Per Share yang baik pada perusahaan di sektor pertanian adalah

lebih besar dari 100%, dari total sampel 22 perusahaan dalam penelitian ini,

merujuk pada lampiran 5 yaitu data Earning Per Share masing-masing perusahaan

55
sektor pertanian pada BEI periode 2018-2021, dapat dilihat bahwa perusahaan

yang memiliki nilai Earning Per Share bagus selama periode 2018-2021 adalah

perusahaan BISI (sub sektor peternakan dan perkebunan), CSRA (sub sektor

perkebunan), DSNG (sub sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan

kehutanan) LSIP (sub sektor perkebunan), SMAR (sub sektor perkebunan), dan

TBLA (sub sektor perkebunan).

Perusahaan yang memiliki nilai Earning Per Share negatif artinya adalah

perusahaan tersebut sedang mengalami kerugian dan ini akan berpengaruh pada

return saham yang akan menurunkan nilai perusahaan tersebut. Nilai Earning per

Share dapat turun ketika laba bersih turun dan jumlah saham yang beredar tetap.

Berdasarkan hal tersebut maka investor akan lebih memilih perusahaan yang

memiliki nilai Earning Per Share positif dengan alasan perusahaan tersebut

mengalami keuntungan dan hal tersebut membuat posisi perusahaan semakin baik

dan akan menjadikan daya tarik investor dalam menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut karena tingkat pengembalian yang investor dapatkan juga

akan semakin besar.

5.6. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap PBV Pertanian Secara Simultan

Pembahasan terakhir yaitu akan dibahas terkait seberapa besar pengaruh

seluruh variabel independen dalam penelitian ini (Current Ratio, Debt to Equity

Ratio, Return On Asset, Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share) secara

bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan sektor pertanian dengan

melihat hasil dari tabel koefisien determinasi. Koefisien Determinasi (R2)

dgunakan

56
untuk melihat besarnya kontribusi variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependennya. Semakin besar hasil dari koefisien determinasi ini, artinya

penelitian ini semakin bagus karena secara keseluruhan variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan begitu besar variabel

dependennya.

Merujuk pada lampiran 14 terkait dengan tabel koefisien determinasi,

didapatkan hasil R2 sebesar 0,982 atau senilai dengan 98,2%. Angka yang didapat

dalam hasil koefisien determinasi ini dapat dikatakan sangat besar. Berdasarkan

hasil tersebut, maka dapat diartikan bahwa variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu nilai Perusahaan (Price to Book Value) dipengaruhi oleh

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Current Ratio,

Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Total Asset Turnover dan Earning Per

Share sebesar 98,2% sedangkan untuk sisanya sebesar 1,8% itu dipengaruhi oleh

faktor lain di luar perhitungan yang tidak termasuk penelitian ini.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa variabel independen

dalam penelitian ini yaitu rasio keuangan yang meliputi Current Ratio, Debt to

Equity Ratio, Return On Asset, Total Asset Turnover dan Earning Per Share

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap variabel dependennya yaitu nilai

perusahaan. Hasil yang didapat ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Halim

(2015:14) bahwa para investor sering memperhatikan rasio keuangan yang

terdapat dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui kinera keuangan

suatu perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel independen

dalam penelitian ini memiki pengaruh sangat besar secara bersama-sama atau

simultan erhadap variabel dependennya.

57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan data yang telah diolah pada penelitian

berjudul Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Di Sektor

Pertanian Pada BEI periode 2018-2021, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Current Ratio (CR) memiliki koefisien variabel -0,808, nilai thitung 1,804

dan sig 0,012 yang berarti variabel CR berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap PBV sektor pertanian di BEI (2018-2021).

2. Debt to Equity Ratio (DER) memiliki koefisien variabel -0,041, nilai t hitung

2,851 dan sig 0,029 yang berarti variabel DER berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap PBV sektor pertanian di BEI (2018-2021).

3. Return On Asset (ROA) memiliki koefisien variabel 0,904, nilai thitung

6,331 dan sig 0,036 yang berarti variabel ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PBV sektor pertanian di BEI (2018-2021).

4. Total Asset Turn Over (TATO) memiliki koefisien variabel 0,633, nilai

thitung 5,308 dan sig 0,026 yang berarti variabel TATO berpengaruh positif

dan signifikan terhadap PBV sektor pertanian di BEI (2018-2021).

5. Earning Per Share (EPS) memiliki koefisien variabel 0,106, nilai t hitung

4,024 dan sig 0,038 yang berarti variabel EPS berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PBV sektor pertanian di BEI (2018-2021).

6. Variabel independen dalam penelitian ini mampu mempengaruhi variabel

dependennya sebesar 98,2% secara bersama-sama atau simultan.


6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan berjudul Pengaruh Rasio

Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Di Sektor Pertanian Pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2018-2021, terdapat beberapa saran yang penulis berikan, yaitu:

1. Perusahaan sektor pertanian di BEI dirasa perlu memperhatikan besarnya

current ratio yang dihasilkan perusahaan, mengingat hal ini menjadi

masalah jika angka current ratio perusahaan semakin tinggi, dimana

berarti perusahaan kurang menggunakan aktiva lancarnya dan ini akan

berakibat pada menurunnya nilai perusahaan.

2. Perusahaan sektor pertanian di BEI dirasa perlu memperhatikan besarnya

debt to equity ratio yang dihasilkan perusahaan, mengingat hal ini menjadi

masalah jika angka debt to equity ratio perusahaan semakin tinggi, dimana

berarti semakin tinggi jumlah hutang yang harus dilunasi perusahaan yang

nantinya akan berakibat pada menurunnya nilai perusahaan.

3. Perusahaan sektor pertanian di BEI dirasa perlu memperhatikan besarnya

return on asset yang dihasilkan perusahaan, mengingat semakin tinggi

nilai return on asset, ini berarti semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dicapai perusahaan dan tentunya ini akan meningkatkan nilai

perusahaan.

4. Perusahaan sektor pertanian di BEI dirasa perlu memperhatikan besarnya

total asset turn over yang dihasilkan perusahaan, mengingat semakin

tinggi nilai total asset turn over, ini berarti semakin efisien penggunaan

aktiva dalam meningkatkan penjualan perusahaan tersebut dan tentunya ini

akan meningkatkan nilai perusahaan.

58
5. Perusahaan sektor pertanian di BEI dirasa perlu memperhatikan besarnya

earning per share yang dihasilkan perusahaan, mengingat semakin tinggi

nilai earning per share, ini berarti semakin banyak dividen yang diperoleh
oleh investor dan tentunya ini akan meningkatkan nilai perusahaan.

variabel lain dalam model penelitian yang digunakan agar mampu memberikan hasil lebih baik dan bisa menggunakan objek

59
DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. (2021). Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan. Bursa
Efek Indonesia, Jakarta.

Darmadji, T., & Fakhruddin. (2012). Pasar Modal Di Indonesia. Salemba Empat,
Jakarta.

Fahmi, I. (2015). Pengantar Pasar Modal Edisi I. Alfabeta, Bandung.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, A. (2015). Manajemen Keuangan Bisnis. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Harmono. (2015). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard


Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis. Bumi Aksara, Jakarta.

Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. PT. Grasindo, Jakarta.

Hidayat, W. (2018). Analisa Laporan Keuangan. Uwais Inspirasi Indonesia,


Ponorogo.

Indrayenti, S. (2019). Nilai Perusahaan Melalui Kualitas Laba (Good Governance


dan Kebijakan Perusahaan). Scopindo Media Pustaka, Surabaya.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana Prenada Media Group,


Jakarta.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moeljadi. (2006). Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,


Edisi Pertama. Bayu Medika Publishing, Malang.

Ramadhan, M. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara, Surabaya.

Riyanto, B. (2010). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.


Yogyakarta, Yogyakarta.
BPFE
Sjahrial, D. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Umar, H. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakata.

61
62
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Current Ratio
No Kode Emiten Tahun Aset Lancar Utang Lancar Current Ratio
2018 Rp 4.500.628.000.000 Rp 3.076.530.000.000 146%
2019 Rp 4.472.011.000.000 Rp 1.566.765.000.000 285%
1 AALI 2020 Rp 5.937.890.000.000 Rp 1.792.506.000.000 331%
2021 Rp 9.414.208.000.000 Rp 5.960.396.000.000 158%

2018 Rp 105.764.381.469 Rp 143.116.971.092 74%


2019 Rp 104.402.732.153 Rp 76.718.616.762 136%
2 ANDI 2020 Rp 64.835.474.263 Rp 72.557.498.302 89%
2021 Rp 80.917.168.328 Rp 57.823.359.870 140%

2018 Rp 1.299.364.683.849 Rp 779.421.146.430 167%


2019 Rp 967.866.727.329 Rp 455.296.223.178 213%
3 ANJT 2020 Rp 938.103.520.900 Rp 400.668.449.545 234%
2021 Rp 1.116.243.008.722 Rp 696.015.893.227 160%

2018 Rp 207.472.483.678 Rp 181.732.710.507 114%


2019 Rp 445.162.367.772 Rp 348.455.450.569 128%
4 BEEF 2020 Rp 175.825.147.505 Rp 345.707.524.587 51%
2021 Rp 141.158.190.507 Rp 557.900.190.195 25%

2018 Rp 2.168.084.000.000 Rp 395.388.000.000 548%


2019 Rp 2.319.972.000.000 Rp 560.436.000.000 414%
5 BISI 2020 Rp 2.247.228.000.000 Rp 385.631.000.000 583%
2021 Rp 2.468.374.000.000 Rp 346.045.000.000 713%

2018 Rp 1.042.216.941.453 Rp 483.324.264.339 216%


2019 Rp 914.969.847.759 Rp 521.992.920.130 175%
6 BTEK 2020 Rp 168.698.932.005 Rp 272.479.783.618 62%
2021 Rp 114.748.326.246 Rp 309.149.508.272 37%

2018 Rp 1.752.789.000.000 Rp 2.960.039.000.000 59%


2019 Rp 1.603.656.000.000 Rp 2.439.514.000.000 66%
7 BWPT 2020 Rp 4.646.358.000.000 Rp 5.045.847.000.000 92%
2021 Rp 1.773.163.000.000 Rp 2.856.649.000.000 62%

2018 Rp 1.959.723.000.000 Rp 3.192.796.000.000 61%


2019 Rp 1.574.516.000.000 Rp 5.077.465.000.000 31%
8 CPRO 2020 Rp 1.702.148.000.000 Rp 5.085.064.000.000 33%
2021 Rp 1.818.753.000.000 Rp 2.055.151.000.000 88%

2018 Rp 255.826.154.140 Rp 88.998.389.878 287%


2019 Rp 191.393.430.517 Rp 164.705.244.647 116%
9 CSRA 2020 Rp 201.805.150.132 Rp 263.993.971.896 76%
2021 Rp 569.326.150.132 Rp 263.343.709.203 216%

2018 Rp 240.160.534.902 Rp 177.077.199.876 136%


2019 Rp 225.282.034.125 Rp 150.660.109.710 150%
10 DSFI 2020 Rp 214.449.342.610 Rp 154.311.297.020 139%
2021 Rp 232.060.052.774 Rp 151.862.864.106 153%

2018 Rp 2.397.920.000.000 Rp 2.321.028.000.000 103%


2019 Rp 1.932.531.000.000 Rp 2.361.728.000.000 82%
11 DSNG 2020 Rp 2.613.109.000.000 Rp 2.293.012.000.000 114%
2021 Rp 2.321.635.000.000 Rp 1.856.163.000.000 125%

64
2018 Rp 85.085.000.000 Rp 343.336.000.000 25%
2019 Rp 321.615.000.000 Rp 226.687.000.000 142%
12 GZCO 2020 Rp 234.002.000.000 Rp 324.113.000.000 72%
2021 Rp 318.161.000.000 Rp 355.108.000.000 90%

2018 Rp 185.529.993.591 Rp 359.685.196.924 52%


2019 Rp 174.522.896.892 Rp 442.357.769.556 39%
13 JAWA 2020 Rp 138.822.068.042 Rp 516.033.129.015 27%
2021 Rp 222.474.701.963 Rp 581.719.424.699 38%

2018 Rp 2.444.027.000.000 Rp 524.814.000.000 466%


2019 Rp 2.192.494.000.000 Rp 466.806.000.000 470%
14 LSIP 2020 Rp 2.920.275.000.000 Rp 597.005.000.000 489%
2021 Rp 4.307.772.000.000 Rp 696.556.000.000 618%

2018 Rp 279.772.685.842 Rp 194.286.506.334 144%


2019 Rp 322.185.821.673 Rp 287.679.932.850 112%
15 MGRO 2020 Rp 363.370.254.050 Rp 498.943.672.821 73%
2021 Rp 809.016.739.979 Rp 787.148.083.629 103%

2018 Rp 154.440.107.000 Rp 102.794.199.000 150%


2019 Rp 95.032.974.000 Rp 99.844.021.000 95%
16 PALM 2020 Rp 82.309.265.000 Rp 884.142.159.000 9%
2021 Rp 470.208.894.000 Rp 39.746.234.000 118%

2018 Rp 807.190.714.652 Rp 1.183.463.200.849 68%


2019 Rp 632.248.405.126 Rp 250.921.416.903 252%
17 PGSO 2020 Rp 560.100.591.588 Rp 289.509.974.222 193%
2021 Rp 953.903.389.311 Rp 418.048.143.349 228%

2018 Rp 1.591.686.549.000 Rp 1.732.828.695.000 92%


2019 Rp 1.459.713.176.000 Rp 2.510.980.704.000 58%
18 SGRO 2020 Rp 1.377.714.000.000 Rp 1.887.060.000.000 73%
2021 Rp 1.397.536.000.000 Rp 1.279.741.000.000 109%

2018 Rp 12.602.204.000.000 Rp 8.452.099.000.000 149%


2019 Rp 11.477.624.000.000 Rp 10.675.761.000.000 108%
19 SMAR 2020 Rp 18.611.747.000.000 Rp 14.358.630.000.000 130%
2021 Rp 22.418.032.000.000 Rp 15.408.950.000.000 145%

2018 Rp 6.102.755.239.000 Rp 1.156.484.796.000 528%


2019 Rp 3.286.526.354.000 Rp 1.308.913.204.000 251%
20 SSMS 2020 Rp 3.415.644.666.000 Rp 1.438.666.723.000 237%
2021 Rp 3.500.547.785.000 Rp 1.463.937.572.000 239%

2018 Rp 6.203.335.000.000 Rp 3.300.644.000.000 188%


2019 Rp 6.551.760.000.000 Rp 4.027.369.000.000 163%
21 TBLA 2020 Rp 8.027.179.000.000 Rp 5.385.025.000.000 149%
2021 Rp 9.303.201.000.000 Rp 6.208.185.000.000 150%

2018 Rp 1.474.492.000.000 Rp 13.098.714.000.000 11%


2019 Rp 1.286.513.000.000 Rp 12.087.495.000.000 11%
22 UNSP 2020 Rp 765.837.000.000 Rp 12.734.760.000.000 6%
2021 Rp 1.459.764.000.000 Rp 12.870.326.000.000 11%

65
Lampiran 2. Data Debt to Equity Ratio
No Kode Emiten Tahun Total Utang Total Ekuitas Debt to Equity Ratio
2018 Rp 7.382.445.000.000 Rp 19.474.522.000.000 38%
2019 Rp 7.995.597.000.000 Rp 18.978.527.000.000 42%
1 AALI 2020 Rp 8.533.437.000.000 Rp 19.247.794.000.000 44%
2021 Rp 9.228.733.000.000 Rp 21.171.173.000.000 44%

2018 Rp 293.688.681.908 Rp 246.116.768.035 119%


2019 Rp 228.166.283.605 Rp 259.172.510.407 88%
2 ANDI 2020 Rp 228.540.995.073 Rp 250.683.289.216 91%
2021 Rp 233.415.595.104 Rp 249.265.757.028 94%

2018 Rp 3.000.054.087.403 Rp 5.371.196.449.913 56%


2019 Rp 3.431.997.622.683 Rp 5.628.881.431.341 61%
3 ANJT 2020 Rp 3.390.650.975.985 Rp 5.582.157.492.275 61%
2021 Rp 3.130.248.990.093 Rp 6.182.419.025.285 51%

2018 Rp 335.009.925.656 Rp 229.687.101.779 146%


2019 Rp 538.968.838.424 Rp 385.881.041.034 140%
4 BEEF 2020 Rp 670.554.676.894 Rp 7.249.209.521 925%
2021 Rp 847.841.149.220 Rp 174.360.232.700 486%

2018 Rp 455.080.000.000 Rp 2.309.930.000.000 20%


2019 Rp 624.470.000.000 Rp 2.316.137.000.000 27%
5 BISI 2020 Rp 456.592.000.000 Rp 2.458.387.000.000 19%
2021 Rp 404.157.000.000 Rp 2.728.045.000.000 15%

2018 Rp 2.904.707.799.327 Rp 2.260.528.669.378 128%


2019 Rp 2.832.632.209.365 Rp 2.142.615.920.977 132%
6 BTEK 2020 Rp 2.561.356.330.773 Rp 1.662.371.639.854 154%
2021 Rp 2.611.453.882.957 Rp 1.561.589.927.097 167%

2018 Rp 10.364.476.000.000 Rp 5.798.791.000.000 179%


2019 Rp 11.183.226.000.000 Rp 4.613.244.000.000 242%
7 BWPT 2020 Rp 11.573.313.000.000 Rp 3.487.655.000.000 332%
2021 Rp 9.987.224.000.000 Rp 2.057.824.000.000 485%

2018 Rp 5.898.097.000.000 Rp 674.343.000.000 875%


2019 Rp 5.670.767.000.000 Rp 329.492.000.000 721%
8 CPRO 2020 Rp 5.618.809.000.000 Rp 707.584.000.000 794%
2021 Rp 3.586.807.000.000 Rp 2.861.207.000.000 125%

2018 Rp 841.726.367.366 Rp 438.112.422.899 192%


2019 Rp 903.658.317.194 Rp 464.900.049.296 194%
9 CSRA 2020 Rp 826.287.051.831 Rp 572.281.469.466 144%
2021 Rp 971.947.990.544 Rp 781.292.589.465 124%

2018 Rp 222.727.255.672 Rp 182.270.604.574 122%


2019 Rp 194.442.694.006 Rp 197.036.652.679 99%
10 DSFI 2020 Rp 182.438.063.577 Rp 194.166.778.603 94%
2021 Rp 180.781.463.202 Rp 211.498.855.285 85%

2018 Rp 8.079.930.000.000 Rp 3.658.962.000.000 221%


2019 Rp 7.889.229.000.000 Rp 3.731.592.000.000 211%
11 DSNG 2020 Rp 7.920.634.000.000 Rp 6.230.749.000.000 127%
2021 Rp 6.686.697.000.000 Rp 7.025.463.000.000 95%

66
2018 Rp 1.840.136.000.000 Rp 1.070.737.000.000 172%
2019 Rp 1.125.636.000.000 Rp 820.802.000.000 137%
12 GZCO 2020 Rp 1.118.712.000.000 Rp 1.024.681.000.000 109%
2021 Rp 958.764.000.000 Rp 1.075.688.000.000 89%

2018 Rp 2.768.443.138.167 Rp 673.950.600.706 411%


2019 Rp 3.099.655.452.610 Rp 390.121.363.518 795%
13 JAWA 2020 Rp 3.249.702.622.667 Rp 244.024.559.461 332%
2021 Rp 3.324.826.267.249 Rp 223.405.125.774 488%

2018 Rp 1.705.175.000.000 Rp 8.332.119.000.000 20%


2019 Rp 1.726.822.000.000 Rp 8.498.500.000.000 20%
14 LSIP 2020 Rp 1.636.456.000.000 Rp 9.286.332.000.000 18%
2021 Rp 1.678.676.000.000 Rp 10.172.506.000.000 17%

2018 Rp 412.324.985.321 Rp 665.822.682.627 62%


2019 Rp 658.649.334.804 Rp 701.457.658.309 94%
15 MGRO 2020 Rp 810.546.275.884 Rp 623.407.720.603 130%
2021 Rp 1.110.402.314.328 Rp 709.800.280.420 156%

2018 Rp 379.797.334.000 Rp 1.612.747.080.000 24%


2019 Rp 262.899.779.000 Rp 2.067.415.962.000 13%
16 PALM 2020 Rp 192.674.823.000 Rp 3.850.929.249.000 5%
2021 Rp 39.999.352.000 Rp 5.867.669.837.000 1%

2018 Rp 2.757.063.950.240 Rp 600.004.785.290 460%


2019 Rp 2.078.486.201.260 Rp 1.177.120.908.313 177%
17 PGSO 2020 Rp 2.191.495.435.706 Rp 1.210.227.962.735 181%
2021 Rp 2.307.095.621.382 Rp 1.424.812.031.387 162%

2018 Rp 4.989.995.294.000 Rp 4.028.849.658.000 124%


2019 Rp 5.314.244.520.000 Rp 4.152.698.253.000 128%
18 SGRO 2020 Rp 5.948.624.000.000 Rp 3.796.056.000.000 157%
2021 Rp 5.154.666.000.000 Rp 4.596.699.000.000 112%

2018 Rp 17.061.105.000.000 Rp 12.249.205.000.000 139%


2019 Rp 16.854.470.000.000 Rp 10.933.057.000.000 154%
19 SMAR 2020 Rp 22.502.490.000.000 Rp 12.523.681.000.000 180%
2021 Rp 25.927.174.000.000 Rp 14.417.829.000.000 180%

2018 Rp 7.226.929.956.000 Rp 4.069.182.342.000 178%


2019 Rp 7.776.637.385.000 Rp 4.068.567.272.000 191%
20 SSMS 2020 Rp 7.905.143.639.000 Rp 4.870.786.420.000 162%
2021 Rp 7.743.102.311.000 Rp 6.107.507.765.000 127%

2018 Rp 11.556.300.000.000 Rp 4.783.616.000.000 242%


2019 Rp 12.000.079.000.000 Rp 5.362.924.000.000 224%
21 TBLA 2020 Rp 13.542.437.000.000 Rp 5.888.856.000.000 230%
2021 Rp 14.591.663.000.000 Rp 6.492.354.000.000 225%

2018 Rp 14.798.193.000.000 -Rp 1.434.710.000.000 -301%


2019 Rp 13.846.273.000.000 -Rp 5.446.411.000.000 -254%
22 UNSP 2020 Rp 14.586.549.000.000 -Rp 7.010.459.000.000 -208%
2021 Rp 15.151.341.000.000 -Rp 6.892.884.000.000 -220%

67
Lampiran 3. Data Return On Asset
No Kode Emiten Tahun Laba Bersih Total Asset Return On Asset
2018 Rp 1.438.511.000.000 Rp 26.856.967.000.000 5%
2019 Rp 211.117.000.000 Rp 26.974.124.000.000 1%
1 AALI 2020 Rp 833.090.000.000 Rp 27.781.231.000.000 3%
2021 Rp 1.971.365.000.000 Rp 30.399.906.000.000 6%

2018 Rp 17.199.020.715 Rp 539.805.449.943 3%


2019 Rp 12.492.217.169 Rp 487.338.794.012 3%
2 ANDI 2020 -Rp 10.170.233.789 Rp 479.224.284.289 -2%
2021 -Rp 3.121.384.649 Rp 482.681.351.132 -1%

2018 -Rp 4.315.384.737 Rp 8.371.250.537.316 0%


2019 -Rp 60.774.425.559 Rp 9.060.879.054.024 -1%
3 ANJT 2020 Rp 33.117.383.390 Rp 8.972.808.468.260 0%
2021 Rp 571.127.983.241 Rp 9.312.668.015.378 6%

2018 Rp 11.572.781.378 Rp 564.697.027.435 2%


2019 Rp 40.310.439.088 Rp 924.849.879.458 4%
4 BEEF 2020 -Rp 350.745.479.112 Rp 677.803.886.415 -52%
2021 -Rp 181.433.649.829 Rp 673.480.916.520 -27%

2018 Rp 403.822.000.000 Rp 2.765.010.000.000 15%


2019 Rp 306.823.000.000 Rp 2.941.056.000.000 10%
5 BISI 2020 Rp 275.453.000.000 Rp 2.914.979.000.000 9%
2021 Rp 380.808.000.000 Rp 3.132.202.000.000 12%

2018 Rp 76.001.730.866 Rp 5.165.236.468.705 1%


2019 -Rp 83.843.800.594 Rp 4.975.248.130.342 -2%
6 BTEK 2020 -Rp 509.507.890.912 Rp 4.223.727.970.627 -12%
2021 -Rp 106.511.989.327 Rp 4.173.043.810.054 -3%

2018 -Rp 449.800.000.000 Rp 16.163.267.000.000 -3%


2019 -Rp 1.137.397.000.000 Rp 15.796.470.000.000 -7%
7 BWPT 2020 -Rp 1.403.467.000.000 Rp 15.060.968.000.000 -9%
2021 -Rp 1.081.101.000.000 Rp 12.045.048.000.000 -9%

2018 -Rp 1.722.582.000.000 Rp 6.572.440.000.000 -26%


2019 -Rp 349.067.000.000 Rp 6.000.259.000.000 -6%
8 CPRO 2020 Rp 380.902.000.000 Rp 6.326.293.000.000 6%
2021 Rp 2.211.700.000.000 Rp 6.448.014.000.000 34%

2018 Rp 28.819.203.064 Rp 1.279.838.790.265 2%


2019 Rp 29.160.679.173 Rp 1.368.558.366.490 2%
9 CSRA 2020 Rp 72.386.649.338 Rp 1.398.568.521.297 5%
2021 Rp 259.650.288.797 Rp 1.753.240.850.009 15%

2018 Rp 8.642.591.060 Rp 404.997.860.246 2%


2019 Rp 8.446.062.010 Rp 391.479.346.685 2%
10 DSFI 2020 -Rp 5.818.837.471 Rp 376.604.842.180 -2%
2021 Rp 14.550.513.586 Rp 392.280.318.487 4%

2018 Rp 420.502.000.000 Rp 11.738.892.000.000 4%


2019 Rp 179.940.000.000 Rp 11.620.821.000.000 2%
11 DSNG 2020 Rp 476.637.000.000 Rp 14.151.383.000.000 3%
2021 Rp 727.153.000.000 Rp 13.712.160.000.000 5%

68
2018 -Rp 345.462.000.000 Rp 2.910.873.000.000 -12%
2019 -Rp 579.053.000.000 Rp 1.946.438.000.000 -30%
12 GZCO 2020 -Rp 181.616.000.000 Rp 2.143.393.000.000 -8%
2021 Rp 13.547.000.000 Rp 2.034.452.000.000 1%

2018 -Rp 281.472.320.487 Rp 3.442.393.738.873 -8%


2019 -Rp 281.046.808.222 Rp 3.489.776.816.128 -8%
13 JAWA 2020 -Rp 305.872.018.841 Rp 3.493.727.182.128 -9%
2021 -Rp 177.488.281.490 Rp 3.566.231.393.023 -5%

2018 Rp 331.364.000.000 Rp 10.037.294.000.000 3%


2019 Rp 253.902.000.000 Rp 10.225.322.000.000 2%
14 LSIP 2020 Rp 696.011.000.000 Rp 10.922.768.000.000 6%
2021 Rp 991.238.000.000 Rp 11.851.182.000.000 8%

2018 Rp 84.516.372.785 Rp 1.078.147.667.948 8%


2019 Rp 13.404.818.577 Rp 1.360.106.993.113 1%
15 MGRO 2020 -Rp 51.748.219.447 Rp 1.433.953.996.487 -4%
2021 Rp 78.537.148.079 Rp 1.820.202.594.748 4%

2018 -Rp 111.414.418.000 Rp 1.992.544.414.000 -6%


2019 -Rp 70.724.206.000 Rp 2.330.315.741.000 -3%
16 PALM 2020 Rp 1.993.617.292.000 Rp 4.043.604.072.000 49%
2021 Rp 2.014.375.469.000 Rp 5.867.669.837.000 34%

2018 -Rp 185.669.901.963 Rp 3.357.068.735.530 -6%


2019 -Rp 163.968.688.629 Rp 3.255.607.109.573 -5%
17 PGSO 2020 Rp 33.487.972.461 Rp 3.401.723.398.441 1%
2021 Rp 214.824.068.652 Rp 3.731.907.652.759 6%

2018 Rp 82.848.905.000 Rp 9.018.844.952.000 1%


2019 Rp 59.512.275.000 Rp 9.466.942.773.000 1%
18 SGRO 2020 -Rp 209.102.000.000 Rp 9.744.680.000.000 -2%
2021 Rp 825.830.000.000 Rp 9.751.365.000.000 8%

2018 Rp 597.324.000.000 Rp 29.310.310.000.000 2%


2019 Rp 898.632.000.000 Rp 27.767.527.000.000 3%
19 SMAR 2020 Rp 1.538.742.000.000 Rp 35.026.171.000.000 4%
2021 Rp 2.826.808.000.000 Rp 40.345.003.000.000 7%

2018 Rp 86.203.451.000 Rp 11.296.112.298.000 1%


2019 Rp 11.680.187.000 Rp 11.845.204.657.000 0%
20 SSMS 2020 Rp 576.634.024.000 Rp 12.775.930.059.000 5%
2021 Rp 1.515.514.388.000 Rp 13.850.610.075.000 11%

2018 Rp 757.740.000.000 Rp 16.339.916.000.000 5%


2019 Rp 662.827.000.000 Rp 17.363.003.000.000 4%
21 TBLA 2020 Rp 678.029.000.000 Rp 19.431.294.000.000 3%
2021 Rp 794.719.000.000 Rp 21.084.017.000.000 4%

2018 -Rp 1.479.785.000.000 Rp 13.363.483.000.000 -11%


2019 -Rp 4.458.517.000.000 Rp 8.339.862.000.000 -53%
22 UNSP 2020 -Rp 768.300.000.000 Rp 7.576.090.000.000 -10%
2021 Rp 128.686.000.000 Rp 8.258.457.000.000 2%

69
Lampiran 4. Data Total Asset Turn Over
No Kode Emiten Tahun Penjualan Bersih Total Asset Total Asset Turn Over
2018 Rp 19.084.387.000.000 Rp 26.856.967.000.000 71%
2019 Rp 17.452.736.000.000 Rp 26.974.124.000.000 65%
1 AALI 2020 Rp 18.807.043.000.000 Rp 27.781.231.000.000 68%
2021 Rp 24.322.048.000.000 Rp 30.399.906.000.000 80%

2018 Rp 300.278.949.718 Rp 539.805.449.943 56%


2019 Rp 311.779.628.307 Rp 487.338.794.012 64%
2 ANDI 2020 Rp 260.214.446.632 Rp 479.224.284.289 54%
2021 Rp 346.364.995.418 Rp 482.681.351.132 72%

2018 Rp 2.108.800.605.360 Rp 8.371.250.537.316 25%


2019 Rp 1.887.674.722.794 Rp 9.060.879.054.024 21%
3 ANJT 2020 Rp 2.314.625.478.620 Rp 8.972.808.468.260 26%
2021 Rp 3.806.860.427.413 Rp 9.312.668.015.378 41%

2018 Rp 895.932.528.293 Rp 564.697.027.435 159%


2019 Rp 1.316.420.171.957 Rp 924.849.879.458 142%
4 BEEF 2020 Rp 728.034.316.374 Rp 677.803.886.415 107%
2021 Rp 142.314.782.595 Rp 673.480.916.520 21%

2018 Rp 2.265.615.000.000 Rp 2.765.010.000.000 82%


2019 Rp 2.272.410.000.000 Rp 2.941.056.000.000 77%
5 BISI 2020 Rp 1.812.762.000.000 Rp 2.914.979.000.000 62%
2021 Rp 2.015.138.000.000 Rp 3.132.202.000.000 64%

2018 Rp 890.045.953.988 Rp 5.165.236.468.705 17%


2019 Rp 697.914.218.224 Rp 4.975.248.130.342 14%
6 BTEK 2020 Rp 1.013.029.439.944 Rp 4.223.727.970.627 24%
2021 Rp 146.942.545.316 Rp 4.173.043.810.054 4%

2018 Rp 3.083.389.000.000 Rp 16.163.267.000.000 19%


2019 Rp 2.512.784.000.000 Rp 15.796.470.000.000 16%
7 BWPT 2020 Rp 2.198.666.000.000 Rp 15.060.968.000.000 15%
2021 Rp 2.938.338.000.000 Rp 12.045.048.000.000 24%

2018 Rp 7.390.580.000.000 Rp 6.572.440.000.000 112%


2019 Rp 7.175.764.000.000 Rp 6.000.259.000.000 120%
8 CPRO 2020 Rp 7.573.506.000.000 Rp 6.326.293.000.000 120%
2021 Rp 8.028.078.000.000 Rp 6.448.014.000.000 125%

2018 Rp 567.788.663.969 Rp 1.279.838.790.265 44%


2019 Rp 492.295.715.775 Rp 1.368.558.366.490 36%
9 CSRA 2020 Rp 607.253.410.714 Rp 1.398.568.521.297 43%
2021 Rp 895.867.536.708 Rp 1.753.240.850.009 51%

2018 Rp 652.519.543.510 Rp 404.997.860.246 161%


2019 Rp 476.786.004.054 Rp 391.479.346.685 122%
10 DSFI 2020 Rp 3.658.700.902.563 Rp 376.604.842.180 971%
2021 Rp 524.573.669.777 Rp 392.280.318.487 134%

2018 Rp 4.761.805.000.000 Rp 11.738.892.000.000 41%


2019 Rp 5.736.684.000.000 Rp 11.620.821.000.000 49%
11 DSNG 2020 Rp 6.698.918.000.000 Rp 14.151.383.000.000 47%
2021 Rp 7.124.495.000.000 Rp 13.712.160.000.000 52%

70
2018 Rp 565.455.000.000 Rp 2.910.873.000.000 19%
2019 Rp 385.047.000.000 Rp 1.946.438.000.000 20%
12 GZCO 2020 Rp 406.924.000.000 Rp 2.143.393.000.000 19%
2021 Rp 707.102.000.000 Rp 2.034.452.000.000 35%

2018 Rp 745.508.896.455 Rp 3.442.393.738.873 22%


2019 Rp 723.317.737.664 Rp 3.489.776.816.128 21%
13 JAWA 2020 Rp 461.342.540.054 Rp 3.493.727.182.128 13%
2021 Rp 843.195.153.685 Rp 3.566.231.393.023 24%

2018 Rp 4.019.846.000.000 Rp 10.037.294.000.000 40%


2019 Rp 3.699.439.000.000 Rp 10.225.322.000.000 36%
14 LSIP 2020 Rp 3.536.721.000.000 Rp 10.922.768.000.000 32%
2021 Rp 4.525.473.000.000 Rp 11.851.182.000.000 38%

2018 Rp 2.001.284.460.551 Rp 1.078.147.667.948 186%


2019 Rp 1.953.747.315.540 Rp 1.360.106.993.113 144%
15 MGRO 2020 Rp 4.106.566.376.814 Rp 1.433.953.996.487 286%
2021 Rp 7.313.139.597.522 Rp 1.820.202.594.748 402%

2018 Rp 446.646.667.000 Rp 1.992.544.414.000 22%


2019 Rp 189.158.260.000 Rp 2.330.315.741.000 8%
16 PALM 2020 Rp 6.475.725.000 Rp 4.043.604.072.000 0%
2021 Rp 9.091.770.000 Rp 5.867.669.837.000 0%

2018 Rp 689.687.909.455 Rp 3.357.068.735.530 21%


2019 Rp 728.562.875.731 Rp 3.255.607.109.573 22%
17 PGSO 2020 Rp 930.503.571.803 Rp 3.401.723.398.441 27%
2021 Rp 1.766.254.650.794 Rp 3.731.907.652.759 47%

2018 Rp 3.207.181.767.000 Rp 9.018.844.952.000 36%


2019 Rp 3.268.127.326.000 Rp 9.466.942.773.000 35%
18 SGRO 2020 Rp 3.502.227.000.000 Rp 9.744.680.000.000 36%
2021 Rp 5.222.298.000.000 Rp 9.751.365.000.000 54%

2018 Rp 37.391.643.000.000 Rp 29.310.310.000.000 128%


2019 Rp 36.198.102.000.000 Rp 27.767.527.000.000 130%
19 SMAR 2020 Rp 40.434.346.000.000 Rp 35.026.171.000.000 115%
2021 Rp 57.004.234.000.000 Rp 40.345.003.000.000 141%

2018 Rp 3.710.780.545.000 Rp 11.296.112.298.000 33%


2019 Rp 3.277.806.795.000 Rp 11.845.204.657.000 28%
20 SSMS 2020 Rp 4.011.130.559.000 Rp 12.775.930.059.000 31%
2021 Rp 5.203.100.578.000 Rp 13.850.610.075.000 38%

2018 Rp 8.614.889.000.000 Rp 16.339.916.000.000 53%


2019 Rp 8.533.183.000.000 Rp 17.363.003.000.000 49%
21 TBLA 2020 Rp 10.863.256.000.000 Rp 19.431.294.000.000 56%
2021 Rp 15.972.216.000.000 Rp 21.084.017.000.000 76%

2018 Rp 1.951.840.000.000 Rp 13.363.483.000.000 15%


2019 Rp 1.984.017.000.000 Rp 8.339.862.000.000 24%
22 UNSP 2020 Rp 2.506.717.000.000 Rp 7.576.090.000.000 33%
2021 Rp 3.971.114.000.000 Rp 8.258.457.000.000 48%

71
Lampiran 5. Data Earning Per Share
No Kode Emiten Tahun Laba Bersih Jumlah Saham (Lembar) Earning Per Share
2018 Rp 1.438.511.000.000 1924688333 Rp 747,40
2019 Rp 211.117.000.000 1924688333 Rp 109,69
1 AALI 2020 Rp 833.090.000.000 1924688333 Rp 432,84
2021 Rp 1.971.365.000.000 1924688333 Rp 1.024,25

2018 Rp 17.199.020.715 1560410959 Rp 11,02


2019 Rp 12.492.217.169 3120082192 Rp 4,00
2 ANDI 2020 -Rp 10.170.233.789 9350000000 -Rp 1,09
2021 -Rp 3.121.384.649 9350000000 -Rp 0,33

2018 -Rp 4.315.384.737 3311505388 -Rp 1,30


2019 -Rp 60.774.425.559 3311505388 -Rp 18,35
3 ANJT 2020 Rp 33.117.383.390 3311505388 Rp 10,00
2021 Rp 571.127.983.241 3312282180 Rp 172,43

2018 Rp 11.572.781.378 1507450000 Rp 7,68


2019 Rp 40.310.439.088 1884312565 Rp 21,39
4 BEEF 2020 -Rp 350.745.479.112 1884312585 -Rp 186,14
2021 -Rp 181.433.649.829 1884312585 -Rp 96,29

2018 Rp 403.822.000.000 3000000000 Rp 134,61


2019 Rp 306.823.000.000 3000000000 Rp 102,27
5 BISI 2020 Rp 275.453.000.000 3000000000 Rp 91,82
2021 Rp 380.808.000.000 3000000000 Rp 126,94

2018 Rp 76.001.730.866 46277496376 Rp 1,64


2019 -Rp 83.843.800.594 46277496376 -Rp 1,81
6 BTEK 2020 -Rp 509.507.890.912 46277496376 -Rp 11,01
2021 -Rp 106.511.989.327 46277496376 -Rp 2,30

2018 -Rp 449.800.000.000 31525291000 -Rp 14,27


2019 -Rp 1.137.397.000.000 31525291000 -Rp 36,08
7 BWPT 2020 -Rp 1.403.467.000.000 31525291000 -Rp 44,52
2021 -Rp 1.081.101.000.000 31525291000 -Rp 34,29

2018 -Rp 1.722.582.000.000 50623391513 -Rp 34,03


2019 -Rp 349.067.000.000 59572382787 -Rp 5,86
8 CPRO 2020 Rp 380.902.000.000 59572382787 Rp 6,39
2021 Rp 2.211.700.000.000 59572382787 Rp 37,13

2018 Rp 28.819.203.064 1640000000 Rp 17,57


2019 Rp 29.160.679.173 1640000000 Rp 17,78
9 CSRA 2020 Rp 72.386.649.338 2041038262 Rp 35,47
2021 Rp 259.650.288.797 2050000000 Rp 126,66

2018 Rp 8.642.591.060 1857135500 Rp 4,65


2019 Rp 8.446.062.010 1857135500 Rp 4,55
10 DSFI 2020 -Rp 5.818.837.471 1857135500 -Rp 3,13
2021 Rp 14.550.513.586 1857135500 Rp 7,83

2018 Rp 420.502.000.000 10599000000 Rp 39,67


2019 Rp 179.940.000.000 10599000000 Rp 16,98
11 DSNG 2020 Rp 476.637.000.000 10599000000 Rp 44,97
2021 Rp 727.153.000.000 10599000000 Rp 68,61

72
2018 -Rp 345.462.000.000 6000000000 -Rp 57,58
2019 -Rp 579.053.000.000 6000000000 -Rp 96,51
12 GZCO 2020 -Rp 181.616.000.000 6000000000 -Rp 30,27
2021 Rp 13.547.000.000 6000000000 Rp 2,26

2018 -Rp 281.472.320.487 3774685500 -Rp 74,57


2019 -Rp 281.046.808.222 3774685500 -Rp 74,46
13 JAWA 2020 -Rp 305.872.018.841 3774685500 -Rp 81,03
2021 -Rp 177.488.281.490 3774685500 -Rp 47,02

2018 Rp 331.364.000.000 6819963965 Rp 48,59


2019 Rp 253.902.000.000 6819963965 Rp 37,23
14 LSIP 2020 Rp 696.011.000.000 6819963965 Rp 102,05
2021 Rp 991.238.000.000 6819963965 Rp 145,34

2018 Rp 84.516.372.785 3166594000 Rp 26,69


2019 Rp 13.404.818.577 3521438642 Rp 3,81
15 MGRO 2020 -Rp 51.748.219.447 3530482050 -Rp 14,66
2021 Rp 78.537.148.079 3530482050 Rp 22,25

2018 -Rp 111.414.418.000 7013019732 -Rp 15,89


2019 -Rp 70.724.206.000 7077239413 -Rp 9,99
16 PALM 2020 Rp 1.993.617.292.000 7075838356 Rp 281,75
2021 Rp 2.014.375.469.000 7075838356 Rp 284,68

2018 -Rp 185.669.901.963 16548119605 -Rp 11,22


2019 -Rp 163.968.688.629 10134035144 -Rp 16,18
17 PGSO 2020 Rp 33.487.972.461 23750335078 Rp 1,41
2021 Rp 214.824.068.652 18943921397 Rp 11,34

2018 Rp 82.848.905.000 2672545000 Rp 31,00


2019 Rp 59.512.275.000 3306237000 Rp 18,00
18 SGRO 2020 -Rp 209.102.000.000 1883000000 -Rp 111,05
2021 Rp 825.830.000.000 1872000000 Rp 441,15

2018 Rp 597.324.000.000 2872193366 Rp 207,97


2019 Rp 898.632.000.000 2872193366 Rp 312,87
19 SMAR 2020 Rp 1.538.742.000.000 2872193366 Rp 535,74
2021 Rp 2.826.808.000.000 2872193366 Rp 984,20

2018 Rp 86.203.451.000 9525000000 Rp 9,05


2019 Rp 11.680.187.000 9525000000 Rp 1,23
20 SSMS 2020 Rp 576.634.024.000 9525000000 Rp 60,54
2021 Rp 1.515.514.388.000 9525000000 Rp 159,11

2018 Rp 757.740.000.000 5342098939 Rp 141,84


2019 Rp 662.827.000.000 5342098939 Rp 124,08
21 TBLA 2020 Rp 678.029.000.000 5287474232 Rp 128,23
2021 Rp 794.719.000.000 5276846539 Rp 150,60

2018 -Rp 1.479.785.000.000 1936104744 -Rp 764,31


2019 -Rp 4.458.517.000.000 2500162344 -Rp 1.783,29
22 UNSP 2020 -Rp 768.300.000.000 2500162338 -Rp 307,30
2021 Rp 128.686.000.000 2500162338 Rp 51,47

73
Lampiran 6. Data Book Value
No Kode Emiten Tahun Total Ekuitas Jumlah Saham (Lembar) Book Value
2018 Rp 19.474.522.000.000 1924688333 Rp 10.118,27
2019 Rp 18.978.527.000.000 1924688333 Rp 9.860,57
1 AALI 2020 Rp 19.247.794.000.000 1924688333 Rp 10.000,47
2021 Rp 21.171.173.000.000 1924688333 Rp 10.999,79

2018 Rp 246.116.768.035 1560410959 Rp 157,73


2019 Rp 259.172.510.407 3120082192 Rp 83,07
2 ANDI 2020 Rp 250.683.289.216 9350000000 Rp 26,81
2021 Rp 249.265.757.028 9350000000 Rp 26,66

2018 Rp 5.371.196.449.913 3311505388 Rp 1.621,98


2019 Rp 5.628.881.431.341 3311505388 Rp 1.699,80
3 ANJT 2020 Rp 5.582.157.492.275 3311505388 Rp 1.685,69
2021 Rp 6.182.419.025.285 3312282180 Rp 1.866,51

2018 Rp 229.687.101.779 1507450000 Rp 152,37


2019 Rp 385.881.041.034 1884312565 Rp 204,79
4 BEEF 2020 Rp 7.249.209.521 1884312585 Rp 3,85
2021 Rp 174.360.232.700 1884312585 Rp 92,53

2018 Rp 2.309.930.000.000 3000000000 Rp 769,98


2019 Rp 2.316.137.000.000 3000000000 Rp 772,05
5 BISI 2020 Rp 2.458.387.000.000 3000000000 Rp 819,46
2021 Rp 2.728.045.000.000 3000000000 Rp 909,35

2018 Rp 2.260.528.669.378 46277496376 Rp 48,85


2019 Rp 2.142.615.920.977 46277496376 Rp 46,30
6 BTEK 2020 Rp 1.662.371.639.854 46277496376 Rp 35,92
2021 Rp 1.561.589.927.097 46277496376 Rp 33,74

2018 Rp 5.798.791.000.000 31525291000 Rp 183,94


2019 Rp 4.613.244.000.000 31525291000 Rp 146,33
7 BWPT 2020 Rp 3.487.655.000.000 31525291000 Rp 110,63
2021 Rp 2.057.824.000.000 31525291000 Rp 65,28

2018 Rp 674.343.000.000 50623391513 Rp 13,32


2019 Rp 329.492.000.000 59572382787 Rp 5,53
8 CPRO 2020 Rp 707.584.000.000 59572382787 Rp 11,88
2021 Rp 2.861.207.000.000 59572382787 Rp 48,03

2018 Rp 438.112.422.899 1640000000 Rp 267,14


2019 Rp 464.900.049.296 1640000000 Rp 283,48
9 CSRA 2020 Rp 572.281.469.466 2041038262 Rp 280,39
2021 Rp 781.292.589.465 2050000000 Rp 381,12

2018 Rp 182.270.604.574 1857135500 Rp 98,15


2019 Rp 197.036.652.679 1857135500 Rp 106,10
10 DSFI 2020 Rp 194.166.778.603 1857135500 Rp 104,55
2021 Rp 211.498.855.285 1857135500 Rp 113,88

2018 Rp 3.658.962.000.000 10599000000 Rp 345,22


2019 Rp 3.731.592.000.000 10599000000 Rp 352,07
11 DSNG 2020 Rp 6.230.749.000.000 10599000000 Rp 587,86
2021 Rp 7.025.463.000.000 10599000000 Rp 662,84

74
2018 Rp 1.070.737.000.000 6000000000 Rp 178,46
2019 Rp 820.802.000.000 6000000000 Rp 136,80
12 GZCO 2020 Rp 1.024.681.000.000 6000000000 Rp 170,78
2021 Rp 1.075.688.000.000 6000000000 Rp 179,28

2018 Rp 673.950.600.706 3774685500 Rp 178,54


2019 Rp 390.121.363.518 3774685500 Rp 103,35
13 JAWA 2020 Rp 244.024.559.461 3774685500 Rp 64,65
2021 Rp 223.405.125.774 3774685500 Rp 59,19

2018 Rp 8.332.119.000.000 6819963965 Rp 1.221,72


2019 Rp 8.498.500.000.000 6819963965 Rp 1.246,12
14 LSIP 2020 Rp 9.286.332.000.000 6819963965 Rp 1.361,64
2021 Rp 10.172.506.000.000 6819963965 Rp 1.491,58

2018 Rp 665.822.682.627 3166594000 Rp 210,26


2019 Rp 701.457.658.309 3521438642 Rp 199,20
15 MGRO 2020 Rp 623.407.720.603 3530482050 Rp 176,58
2021 Rp 709.800.280.420 3530482050 Rp 201,05

2018 Rp 1.612.747.080.000 7013019732 Rp 229,96


2019 Rp 2.067.415.962.000 7077239413 Rp 292,12
16 PALM 2020 Rp 3.850.929.249.000 7075838356 Rp 544,24
2021 Rp 5.867.669.837.000 7075838356 Rp 829,25

2018 Rp 600.004.785.290 16548119605 Rp 36,26


2019 Rp 1.177.120.908.313 10134035144 Rp 116,16
17 PGSO 2020 Rp 1.210.227.962.735 23750335078 Rp 50,96
2021 Rp 1.424.812.031.387 18943921397 Rp 75,21

2018 Rp 4.028.849.658.000 2672545000 Rp 1.507,50


2019 Rp 4.152.698.253.000 3306237000 Rp 1.256,02
18 SGRO 2020 Rp 3.796.056.000.000 1883000000 Rp 2.015,96
2021 Rp 4.596.699.000.000 1872000000 Rp 2.455,50

2018 Rp 12.249.205.000.000 2872193366 Rp 4.264,76


2019 Rp 10.933.057.000.000 2872193366 Rp 3.806,52
19 SMAR 2020 Rp 12.523.681.000.000 2872193366 Rp 4.360,32
2021 Rp 14.417.829.000.000 2872193366 Rp 5.019,80

2018 Rp 4.069.182.342.000 9525000000 Rp 427,21


2019 Rp 4.068.567.272.000 9525000000 Rp 427,15
20 SSMS 2020 Rp 4.870.786.420.000 9525000000 Rp 511,37
2021 Rp 6.107.507.765.000 9525000000 Rp 641,21

2018 Rp 4.783.616.000.000 5342098939 Rp 895,46


2019 Rp 5.362.924.000.000 5342098939 Rp 1.003,90
21 TBLA 2020 Rp 5.888.856.000.000 5287474232 Rp 1.113,74
2021 Rp 6.492.354.000.000 5276846539 Rp 1.230,35

2018 -Rp 1.434.710.000.000 1936104744 -Rp 741,03


2019 -Rp 5.446.411.000.000 2500162344 -Rp 2.178,42
22 UNSP 2020 -Rp 7.010.459.000.000 2500162338 -Rp 2.804,00
2021 -Rp 6.892.884.000.000 2500162338 -Rp 2.756,97

75
Lampiran 7. Data Price to Book Value
No Kode Emiten Tahun Harga Saham/Lembar Book Value Price to Book Value (PBV)
2018 Rp 11.825 Rp 10.118,27 1,17
2019 Rp 14.575 Rp 9.860,57 1,48
1 AALI 2020 Rp 12.325 Rp 10.000,47 1,23
2021 Rp 9.500 Rp 10.999,79 0,86

2018 Rp 400 Rp 157,73 2,54


2019 Rp 50 Rp 83,07 0,60
2 ANDI 2020 Rp 53 Rp 26,81 1,98
2021 Rp 50 Rp 26,66 1,88

2018 Rp 1.150 Rp 1.621,98 0,71


2019 Rp 1.000 Rp 1.699,80 0,59
3 ANJT 2020 Rp 735 Rp 1.685,69 0,44
2021 Rp 990 Rp 1.866,51 0,53

2018 Rp 338 Rp 152,37 2,22


2019 Rp 404 Rp 204,79 1,97
4 BEEF 2020 Rp 160 Rp 3,85 41,59
2021 Rp 76 Rp 92,53 0,82

2018 Rp 1.675 Rp 769,98 2,18


2019 Rp 1.050 Rp 772,05 1,36
5 BISI 2020 Rp 1.030 Rp 819,46 1,26
2021 Rp 995 Rp 909,35 1,09

2018 Rp 150 Rp 48,85 3,07


2019 Rp 50 Rp 46,30 1,08
6 BTEK 2020 Rp 50 Rp 35,92 1,39
2021 Rp 50 Rp 33,74 1,48

2018 Rp 164 Rp 183,94 0,89


2019 Rp 157 Rp 146,33 1,07
7 BWPT 2020 Rp 144 Rp 110,63 1,30
2021 Rp 74 Rp 65,28 1,13

2018 Rp 50 Rp 13,32 3,75


2019 Rp 50 Rp 5,53 9,04
8 CPRO 2020 Rp 50 Rp 11,88 4,21
2021 Rp 95 Rp 48,03 1,98

2018 Rp 376 Rp 267,14 1,41


2019 Rp 376 Rp 283,48 1,33
9 CSRA 2020 Rp 376 Rp 280,39 1,34
2021 Rp 500 Rp 381,12 1,31

2018 Rp 101 Rp 98,15 1,03


2019 Rp 100 Rp 106,10 0,94
10 DSFI 2020 Rp 82 Rp 104,55 0,78
2021 Rp 95 Rp 113,88 0,83

2018 Rp 410 Rp 345,22 1,19


2019 Rp 460 Rp 352,07 1,31
11 DSNG 2020 Rp 610 Rp 587,86 1,04
2021 Rp 500 Rp 662,84 0,75

76
2018 Rp 50 Rp 178,46 0,28
2019 Rp 50 Rp 136,80 0,37
12 GZCO 2020 Rp 50 Rp 170,78 0,29
2021 Rp 69 Rp 179,28 0,38

2018 Rp 135 Rp 178,54 0,76


2019 Rp 92 Rp 103,35 0,89
13 JAWA 2020 Rp 98 Rp 64,65 1,52
2021 Rp 270 Rp 59,19 4,56

2018 Rp 1.250 Rp 1.221,72 1,02


2019 Rp 1.485 Rp 1.246,12 1,19
14 LSIP 2020 Rp 1.975 Rp 1.361,64 1,45
2021 Rp 1.185 Rp 1.491,58 0,79

2018 Rp 995 Rp 210,26 4,73


2019 Rp 880 Rp 199,20 4,42
15 MGRO 2020 Rp 800 Rp 176,58 4,53
2021 Rp 830 Rp 201,05 4,13

2018 Rp 260 Rp 229,96 1,13


2019 Rp 200 Rp 292,12 0,68
16 PALM 2020 Rp 344 Rp 544,24 0,63
2021 Rp 870 Rp 829,25 1,05

2018 Rp 110 Rp 36,26 3,03


2019 Rp 200 Rp 116,16 1,72
17 PGSO 2020 Rp 119 Rp 50,96 2,34
2021 Rp 216 Rp 75,21 2,87

2018 Rp 2.370 Rp 1.507,50 1,57


2019 Rp 2.380 Rp 1.256,02 1,89
18 SGRO 2020 Rp 1.615 Rp 2.015,96 0,80
2021 Rp 1.995 Rp 2.455,50 0,81

2018 Rp 4.050 Rp 4.264,76 0,95


2019 Rp 4.140 Rp 3.806,52 1,09
19 SMAR 2020 Rp 4.150 Rp 4.360,32 0,95
2021 Rp 4.360 Rp 5.019,80 0,87

2018 Rp 1.250 Rp 427,21 2,93


2019 Rp 845 Rp 427,15 1,98
20 SSMS 2020 Rp 1.250 Rp 511,37 2,44
2021 Rp 965 Rp 641,21 1,50

2018 Rp 865 Rp 895,46 0,97


2019 Rp 995 Rp 1.003,90 0,99
21 TBLA 2020 Rp 935 Rp 1.113,74 0,84
2021 Rp 795 Rp 1.230,35 0,65

2018 Rp 107 -Rp 741,03 -0,14


2019 Rp 101 -Rp 2.178,42 -0,05
22 UNSP 2020 Rp 114 -Rp 2.804,00 -0,04
2021 Rp 109 -Rp 2.756,97 -0,04

77
Lampiran 8. Tabel Uji Normalitas

Uji Satu Sampel Kolmogorov Smirnov


Unstandardized Residual
N 88
Normal Parameters Mean 0.0000000
Std. Deviation 19.81531727
Absolute 0.81
Positive 0.68
Negative -0.51
Test Statistic 0.81
Asymp. Sig (2-tailed) 0.195

Lampiran 9. Grafik Normal Probability Plot

78
Lampiran 10. Tabel Uji Multikolinearitas

Koefisien
Statistik Kolinearitas
Model Toleransi VIF
1 (Konstan)
Current Ratio 0.567 1.023
Debt to Equity Ratio (DER) 0.608 1.284
Return On Asset (ROA) 0.513 1.465
Total Asset Turn Over (TATO) 0.748 1.281
Earning Per Share (EPS) 0.901 1.372

Lampiran 11. Grafik Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)

79
Lampiran 12. Tabel Uji Autokorelasi

Ringkasan Model
Model Durbin-Watson
1 1.840

Lampiran 13. Tabel Uji Regresi Linear Berganda

Koefisien
Unstandardized
Model Coefficients
B Std.Error t Sig
1 (Konstan) 64.612 3.624 18.424 0.049
Current Ratio (CR) -0.808 0.054 1.804 0.012
Debt to Equity Ratio (DER) -0.041 0.046 2.851 0.029
Return On Asset (ROA) 0.904 0.046 6.331 0.036
Total Asset Turn Over (TATO) 0.633 0.067 5.308 0.026
Earning Per Share (EPS) 0.106 0.022 4.024 0.038

Lampiran 14. Tabel Koefisien Determinasi

Ringkasan Model
Adjusted R
Model R R Square Std. Error of the Estimate
Square
1 0.888 0.982 0.726 9.32161

80
Lampiran 15. Tabel-t

81
Lampiran 16. Tabel Durbin Watson

82

Anda mungkin juga menyukai