Skripsi
Ratih Rizkyani
11180920000054
Oleh:
Ratih Rizkyani
11180920000054
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis
DATA DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
vi
KATA PENGANTAR
Ratih Rizkyani
NIM. 11180920000054
viii
ABSTRAK
Halaman
PENGESAHAN UJIAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................ iv
ABSTRAK......................................................................................................... ix
RINGKASAN ..................................................................................................... x
xii
5.2 Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Makanan Instan Korea. 61
5.2.1 Faktor Pribadi ......................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 95
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
Hallyu Wave atau gelombang Korea merupakan sebaran budaya pop Korea
secara global di berbagai negara. Adanya penyebaran ini dapat memicu banyak
orang untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea serta masakan dan
jumlah penggemar Hallyu pada tahun 2019 meningkat 11% menjadi 99,32 juta
responden pada tahun 2017, lebih dari 50 persen responden menyatakan produk
Korea terpopuler adalah produk kecantikan mode berpakaian, musik K-Pop dan
makanan. Menurut Korea Foundation for International Culture Exchange atau
pada penyebaran gelombang Korea diikuti oleh Turki, China, dan Thailand
Pedesaan atau Korea Agro- Fisheries & Food Trade Corp (at.or.kr) pengiriman
makanan siap saji mencapai 2,01triliun won (24 triliun rupiah) di tahun 2020,
pasar makanan instan Korea Selatan naik hingga lebih dari 145 persen sejak tahun
melonjak menjadi 34,93 juta dolar AS atau 500 miliar rupiah, hal ini berkaitam
“mukbang”.
Budaya Korea yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini sangat
dalam kehidupan sehari-hari para pecinta budaya Korea, mulai dari gaya bicara,
fashion, make up, bahasa hingga makanan (Sarajwati, 2020). Menurut Hasanah
yang menyajikan makanan Korea, mulai dari restoran kecil yang menjual jajanan
khas Korea, hingga restoran mewah. Untuk tetap dapat bertahan, para produsen
menyadari bahwa konsumen harus merasa puas akan produk yang ditawarkan
2
Pada era digital saat ini, semua informasi dapat secara mudah didapatkan oleh
berbagai kalangan yang berbeda seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, hingga
kelompok atau komunitas baru yang terhubung dalam suatu jaringan komunikasi
(China), VLive (Korea), Bubble (Korea), Lysn (Korea), Instagram, Twitter, dan
Escapex (New York). Salah satu teknologi media baru yang dapat menyebarkan
informasi akurat dan eksklusif secara berhubungan dengan artis yang mereka
sukai serta sudah banyak digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah
weverse. Dalam aplikasi ini para penggemar memiliki ruang khusus untuk masing-
masing artis dan penggemarnya, mereka juga dapat saling berbagi momen spesial
mengirim pesan khusus kepada artis yang disukai, hingga bermain game pesan
kelompok penggemar korean wave adalah mengoleksi barang atau produk yang
produk dan biasanya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologi (Kotler dan Armstrong, 2011:138). Faktor pertama
3
adalah budaya meliputi, kebiasaan dan nilai budaya. Menurut Hardiyanto
barang makanan atau produk yang diperjual-belikan, hal ini dikarenakan sebagian
Faktor kedua adalah faktor sosial yang dapat dipengaruhi oleh kelompok,
keluarga, serta peran dan status. Menurut Kotler et al, (2008:221-223) kelompok
dapat menjadi sumber informasi yang sangat penting dan memengaruhi perilaku
konsumen. Faktor ketiga adalah faktor pribadi termasuk juga usia dan tahapan
dalam siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri
serta gaya hidup. Faktor ini banyak memengaruhi karakteristik konsumen dalam
memilih suatu produk sehingga penting bagi seorang pemasar untuk memahami
faktor ini karena kunci keberhasilannya terletak dalam hubungan jangka panjang
adalah faktor psikologis terdiri dari faktor motivasi, persepsi, pembelajaran serta
kepercayaan dan sikap, faktor psikologi dapat sangat berguna bagi pemasar karena
konsumen merasa puas akan produk yang dikonsumsi. Kepuasan konsumen dapat
4
Karena hal tersebut, perusahaan harus mengetahui faktor apa sajakah yang
konsumen merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi produsen
Makanan instan Korea saat ini sudah banyak dipasarkan melalui minimarket,
supermarket dan toko-toko online, hal ini telah ditandai oleh adanya peningkatan
permintaan dan peningkatan ekspor makanan instan Korea (atau Korea Agro-
Fisheries and Food Trade Corp). Selain adanya pengaruh gelombang Korea yang
kemiripan selera makanan antara orang Korea dan Indonesia yang sama-sama
menyukai makanan pedas, asin serta asam (Pusporini, 2013). Semakin banyaknya
produsen, karena itu para produsen makanan instan Korea perlu meneliti
instan Korea untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk dan
tersebut maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
5
1. Bagaimana karakteristik konsumen yang mengkonsumsi makanan instan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis. Selain itu,
6
2. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi perusahaan
efisien.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
Penelitian ini memiliki batasan masalah atau fokus penelitian yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor budaya, sosial,
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia Timur yang terletak di
Semenanjung Korea dan berbatasan langsung dengan Korea Utara di sebelah utara,
Laut Kuning di sebelah barat dan Laut Jepang di sebelah timur (cia.org.). Dampak
masyarakat di Indonesia, hal ini juga di tandai dengan adanya gelombang Korea
atau Korean Wave yang semakin banyak digemari oleh masyarakat Indonesia
(Putri et al, 2019:128). Menurut Lie (2012) konten hiburan Korea yang banyak
digemari adalah drama berseri dan musik (K-Pop), dengan ketertarikan ini
mengakibatkan adanya pengaruh minat yang relatif besar bagi para masyarakat di
Indonesia untuk mencari tahu berbagai hal tentang kebudayaan Korea, tidak
dijumpai oleh penggemar budaya Korea melalui drama, film, variety show, dan
dengan negara China dan Jepang, namun makanan Korea memiliki rasa, rempah,
keunikan tersendiri karena sebagian besar makanannya adalah hasil fermentasi dan
sudah diakui manfaat kesehatannya, seperti Kimchi dan Doenjang (Masbudi et al,
2014:1). Menurut Seung Mi et al, (2010:159), rasa utama yang mewakilkan Korea
Selatanadalah rasa pedas, gurih, dan asin, sedangkan untuk bahan makanan yang
mewakili makanan khas Korea Selatan adalah kimchi, kecap kedelai dan bawang
putih. Bagi orang asing yang mengkonsumsi makanan Korea Selatan kebanyakan
menyukai rasa manis, asam, gurih, asin dan ringan, hal ini menjadi salah satu
pertimbangan dan strategi yang dilakukan oleh produsen Korea setelah melihat
masyarakat Korea yang sama-sama menyukai rasa pedas serta menyukai produk
instan karena kemudahaannya, hal ini menyebabkan produk makanan instan Korea
mudah untuk diterima oleh para konsumen Indonesia. Makanan pokok orang
menjadi bubur, mie, kue beras, sirup beras hingga minuman keras yang dibuat dari
beras.
Saat ini sudah semakin banyak produk makanan Korea yang di pasarkan di
restoran Korea ataupun supermarket atau minimarket baik di kota besar dan kota-
samyang, jjapagethi, dan japchae serta tteokbokki instan. Berikut akan dijelaskan
secara singkat mengenai karakteristik makanan instan Korea yang umum di jumpai
di Indonesia.
9
a. Ramyun
oleh hidangan China bernama lamian. Ramyun menjadi sangat populer karena
mudah dimasak dan cepat dimakan sehingga dapat menjadi makanan yang sesuai
untuk dimakan kapanpun. Ramyun Korea juga memiliki rasa yang lebih kuat dan
2020).
b. Samyang
memiliki rasa yang khas karena semua produk mi instan ini memiliki rasa yang
pedas. Nama asli mi samyang ini adalah mi goreng rasa ayam pedas, namun
tulisan latin yang terdapat pada kemasan produk hanya “samyang” dan huruf
populer di media sosial, samyang memiliki beberapa rasa yang saat ini sudah
banyak tersebar di supermarket, minimarket atau toko online lainya seperti, spicy
chicken ramen, cheese ramen, cool rame, curry hot chicken, nuclear 2X spicy,
c. Jjapagethi
Nongshim, bentuk mi instan ini sama seperti mi instan Korea lainnya hanya saja
10
bumbu dan rasanya berbeda dengan kebanyakan mi instan lainnnya. Jjapagethi
memiliki bumbu yang sama dengan jajangmyeon, yaitu mi dengan bumbu saus
d. Japchae
Japchae merupakan salah satu banchan atau lauk yang pertama kali dibuat
pada abad ke-17 dan terdiri dari sayur-sayuran seperti irisan timun, wortel,
paprika, bayam, bawang bombay dan jamur. Pada abad ke-20 japchae mulai
menambahkan dang myeon atau sohun yang terbuat dari ubi jalar serta tambahan
e. Tteokbokki
Tteokbokki atau tteok adalah salah satu kue asal Korea Selatan yang terbuat
dari beras ataupun ketan. Tteok dapat menjadi kue manis dengan berbagai rasa
untuk merayakan hari-hari besar di Korea Selatan. Selain itu tteok juga dapat
atau pasta pedas serta bahan lainnya untuk dibuat menjadi tteokbokki (Suhartini,
2015:77).
kedua negara, mahalnya harga jual barang-barang impor dan tingkat pendapatan
(Iswati, 2019:457). Karena hal tersebut para produsen Korea melakukan cara lain
selain tetap mengeskpor produk mereka, yaitu melakukan lokalisasi produk dan
11
bekerjasama dengan produsen makanan Indonesia sehingga dapat menjual produk
serupa namun dengan harga yang relatif rendah. Menurut Iswati (2019:459),
kerjasama produsen lokal dengan produsen Korea telah dilakukan oleh PT.
Jakarana Tama Indonesia yang bekerjasama dengan perusahaan Segye Food dan
Arirang, yang telah melakukan penyesuaian agar lebih sesuai dengan selera dan
web Korea yang dibuat oleh salah satu perusahaan hiburan Korea Selatan
yaitu Hybe Corporation (Weverse, n.d). Menurut website resmi weverse aplikasi
ini dibuat pada 1 Juli 2019 yang menjadi platform resmi artis internasional atau
untuk terhubung satu sama lain. Pada tahun 2020, menurut Mehta (2020) weverse
sudah memiliki 1,4 juta pengguna dari 200 negara, dan pada tahun 2022
Koren wave merupakan salah satu budaya asing yang saat ini sedang
tradisional hingga makanan Korea yang disajikan dengan unsur-unsur Korea dan
12
menargetkan kaum milenial sebagai tujuan utama penyebaran budayanya.
Menurut Egsa.geo.ugm (2020) salah satu konten budaya Korea yang saat ini
sangat diminati oleh kaum milenial adalah musik pop Korea atau yang lebih
dikenal dengan nama K-Pop, salah satu konten kebudayaan Korea yang dapat
13
Aplikasi weverse saat ini tersedia sebagai situs web, dan aplikasi yang fokus
pada dunia hiburan dan komunikasi, serta aplikasi lainnya berupa layanan e-
commerce dengan nama Weverse Shop (Herman, 2020). Kedua aplikasi tersebut
saat ini sudah tersedia untuk iOS di Apple Store serta untuk Android di Google
Play Store. Menurut Kompas.com saat ini aplikasi weverse sudah tersedia dalam
berbagai bahasa seperti, Bahasa Inggris, Korea, Jepang, China, Spanyol, Portugis,
Indonesia, Melayu dan Thailand. Saat ini sudah semakin banyak artis Korea
maupun luar negeri yang terdaftar pada aplikasi weverse antara lain adalah BTS,
TXT, Enhypen, Blackpink, MAX, Gracie Abrams, dan masih banyak lagi dengan
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang dapat
(2018:1) perilaku konsumen memiliki keterkaitan erat dan faktor yang mendasar
bagi konsumen dalam proses pembelian suatu barang atau jasa. Menurut Engel et
al, (1995) dalam Razak (2016:4) perilaku konsumen adalah sebuah tindakan untuk
Menurut Razak (2016:5) dalam buku yang sama perilaku konsumen adalah
14
menghentikan pemakaian produk ataupun jasa. Sehingga penting bagi sebuah
memahami selera dan kebutuhan konsumen untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
memberi rasa puas bagi para konsumennya. Perilaku konsumen sulit untuk
mereka.
karakteristik konsumen yang beragam serta selera konsumen yang selalu berubah-
rubah, hal ini juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
keputusan pembelian konsumen. Salah satu dari penelitian tersebut dilakukan oleh
Prawira et al, (2019) menghasilkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan
Pontianak.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis
15
Budaya
Sosial
Sub-budaya
Kelompok Pribad
Acuan
Usia dan Tahap Psikologi
Siklus Hidup
Keluarga Pekerjaan Motivasi
Keadaan Ekonomi P
i ersepsi
iKepribadian dan Pembelajaran Pembeli
Kelas Sosial Peran dan Konsep
Statu Diri Gaya Kepercayaan
Hidup dan Sikap
Faktor budaya memberikan banyak pengaruh yang luas dan mendalam pada
perilaku konsumen, hal ini dikarenakan faktor budaya merupakan nilai sosial yang
a. Budaya
masyarakat tertentu. Budaya merupakan penyebab paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang, hal ini dikarenakan masyarakat tumbuh dan belajar mengenai
nilai- nilai dasar, persepsi keinginan, dan perilaku dari keluarga dan lembaga
16
b. Sub-Budaya
Setiap budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil, dalam hal ini sub-
selalu melakukan modifikasi produk agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen
sehingga sesuai dengan subkultur nilai dan selera konsumen (Schiffman dan
Wisenblit, 2019:319).
c. Kelas Sosial
ditunjukkan dalam bentuk kelas sosial. dalam masyarakat kelompok sosial yang
relatif sama dan bertahan dalam waktuyang lama biasanya tersusun secara hierarkis
dan memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama (Kotler dan Keller, 2008:154).
Sebuah kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang berbagi norma,
nilai atau keyakinan serta memiliki hubungan yang dapat didefinisikan sehingga
(Khan, 2005:58).
a. Referensi Kelompok
Kanuk (2000) dalam Irwansyah et al, (2021:196) adalah kelompok yang dianggap
17
sebagai dasar dari referensi seseorang dalam menentukan keputusan
pembelian.
Kelompok referensi juga memberikan standar mengenai morna dan tata nilai yang
dapat menjadi perspektif baru dan dapat memengaruhi cara berpikir dan perilaku
individu seperti keluarga dan teman, namun juga kelompok yang tidak berinteraksi
b. Keluarga
dalam keluarga terdapat empat variabel yang paling banyak memberikan dampak
terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu usia kepala rumah tangga dan
Peran terdiri dari aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang, setiap peran
dipengaruhi oleh faktor pribadi, hal ini termasuk dalam usia dan tahap dalam siklus
hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya
hidup.
18
a. Umur dan Tahap Siklus Hidup
Selera seseorang dalam setiap produk dan merek yang disukai dan dibeli sering
kali dikaitkan dengan usia. Pembelian sering dipengaruhi oleh siklus hidup seperti
keluarga, jumlah anggota, usia dan jenis kelamin konsumen (Simamora, 2002:91).
konsumen dalam membeli suatu produk, hal ini dikarenakan mereka sudah
b. Pekerjaan
tingkat yang berbeda terhadap minat produk serta layanan dan juga terhadap
c. Keadaan Ekonomi
pengeluaran.
d. Gaya Hidup
Orang-orang dari subkultur, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat
menjalani gaya hidup yang sangat berbeda, bahkan gaya hidup akan berbeda pula
19
dengan masyarakat pada masa yang berbeda. Namun menurut Setiadi (2003:80)
gaya hidup merupakan perilaku yang mencerminkan masalah dalam diri konsumen
perilaku konsumen dalam membeli suatu produk, seperti kepercayaan diri, rasa
dan sikap.
a. Motivasi
kebutuhan ini biasanya muncul akibat adanya tekanan biologis seperti adanya rasa
lapar, haus dan ketidaknyamanan akan sesuatu. Kebutuhan lainnya dapat berupa
20
b. Persepsi
c. Pembelajaran
konsumen. Selain itu, sikap juga dapat memengaruhi perilaku konsumen, hal ini di
21
2.3.2 Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian
membuat peringkat merek dan membentuk niat beli. Menurut Kotler dan
disukai, namun terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi niat pembelian dan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua
adalah faktor situasional yang tidak terduga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
internal didapatkan dari diri seseorang dan menimbulkan kebutuhan normal seperti
22
rasa haus atau lapar. Sedangkan rangsangan eksternal didorong oleh faktor luar
misalnya lingkungan sekitar, dalam hal ini dapat berupa iklan, kelas sosial,
Konsumen yang tertarik pada suatu produk mungkin mencari informasi lebih
lanjut mengenai produk yang menarik perhatiannya. Jika terdapat dorongan yang
kuat maka kemungkinan besar konsumen akan membeli produk tersebut. Dalam
b. Sumber komersial seperti iklan, pameran, situs web, pengemasan dan display.
c. Sumber publik seperti media massa, media sosial, ataupun pencarian online.
alternatif pembelian dapat tergantung pada individu konsumen sendiri dan situasi
sendiri ataupun berdasarkan opini teman, ulasan online ataupun saran dari
penjual.
23
Konsumen membandingkannya dengan memberikan penilaian yang berbeda
membeli merek yang paling disukai, namun dalam proses ini terdapat dua faktor
yang akan memengaruhi. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua
dikarenakan konsumen tidak nyaman dengan kelemahan dari merek yang mereka
beli dan kehilangan manfaat dari produk yang tidak mereka beli. Kepuasan
baik mengenai produk, tidak memperhatikan merek dan iklan dari pesaing serta
24
2.4 Penelitian Terdahulu
deskriptif dan analisis faktor dengan bantuan SPSS 25. Teknik pengambilan sampel
menikah, memiliki usia muda dengan tingkat pendidikan terakhir SMA, berjenis
bulan di bawah satu juta rupiah, dan pengeluaran per bulan untuk pembelian produk
McDonald’s adalah sebesar lima puluh ribu rupiah. Dari hasil penelitian ini didapat
promosi produk, aktivitas, waktu, daya tarik produk, asumsi pribadi, keunikan
produk, pengetahuan mengenai produk dan kondisi fisik, dengan variabel dominan
25
dengan menggunakan metode analisis faktor konfirmatori atau CFA dengan
non probability sampling dengan teknik sampel jenuh. Hasil penelitian yang telah
(X1), Tangible (X2), Quality of Service (X3), Brand (X4), dan Quality of Products
pesan yaitu, Go-Food, GrabFood, McDelivery, KFC Pesan Antar Online dan Pizza
Hut Delivery. Hasil penelitian didapat bahwa konsumen cenderung memilih jasa
pembelian oleh konsumen pada online shop di Desa Sajen, Kabupaten Klaten.
Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik triangulasi, dan teknik
26
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian
didapat bahwa pembelian secara online masih kurang efektif di desa Sajen, hal ini
Pembelian secara online dilakukan para remaja sebagai alternatif lain selain
masyarakat tertarik akan berbagai produk-produk asal negeri gingseng ini, mulai
weverse, hal ini dikarenakan aplikasi ini dibuat dengan tujuan untuk
ini akan diolah menggunakan metode analisis faktor dengan pendekatan CFA
dan diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 23. Hasil dari penelitian
ini akan melihat kumpulan indikator-indikator yang akan membentuk faktor baru
27
Fenomena Korean Wave yang semakin berkembang dan populer di
masyarakat menyebabkan peningkatan permintaan berbagai produk Korea
Selatan salah satunya makanan instan Korea
Analisis Faktor
Faktor Ke-1 Faktor Ke-2 Faktor Ke-3 Faktor Ke-4 Faktor Ke-5 Faktor Ke-6
Metode Etnografi
Keputusan Pembelian
Makanan Instan Korea
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
weverse dan wawancara online. Tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja
penelitian pada aplikasi weverse. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan
data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.
bantuan aplikasi SPSS 23. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
bertindak sebagai konsumen yang pernah membeli makanan instan Korea nama
produk yang didapat dari website-website resmi, buku, jurnal ilmiah, skripsi dan
pengaruh atau paksaan orang lain. Selain itu konsumen juga harus memiliki akun
weverse dengan keanggotaan minimal 1 (satu) tahun hal ini dikarenakan objek
jumlahnya secara pasti, maka besarnya sampel yang akan digunakan dihitung
dikarenakan jumlah populasi yang diteliti tidak diketahui (Sujalu et al, 2020:90)
30
Z 2 . P. (1 − P)
n =
d2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
jumlah sampel sebesar 96 orang. Namun dalam penelitian ini jumlah sampel
tidak dibulatkan menjadi 100 melainkan akan ditambahkan sebesar 25% sehingga
dalam penelitian ini akan memiliki 125 orang responden, hal ini dilakukan peneliti
untuk memperkecil kemungkinan adanya kesalahan seperti data tidak valid atau data
tidak normal.
menggunakan kriteria yang sama dengan kriteria pada responden kuseioner namun
31
pada terdapat perbedaan yang terletak pada kriteria terakhir dimana konsumen
telah melakukan postingan pada aplikasi weverse minimal satu kali dalam
kuseioner.
menggunakan wawancara.
1. Kuesioner
bentuk google form yang berisi pertanyaan terstruktur yang perlu dijawab atau
kuesioner dengan cara memposting link serta kriteria yang dibutuhkan untuk dapat
group dilakukan dengan mengikuti berbagai group khusus para penggemar artis
Korea yang tergabung dalam aplikasi weverse dan menyebarkan kuesioner serta
32
Untuk menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan tepat maka instrumen
penelitian harus memiliki skala. Skala pengukuran yang akan digunakan dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert. Pada penelitian ini skala Likert hanya
akan menggunakan skala 1 sampai dengan 4 hal ini bertujuan untuk dapat
kategori dan skor kuesioner menggunakan skala Likert dapat dilihat pada Tabel 1
berikut:
2. Wawancara
2013:137). Pada penelitian ini wawancara yang akan digunakan adalah wawancara
data ini digunakan untuk dapat memperoleh informasi mengenai faktor-faktor apa
penelitian ini telah dipilih lima narasumber yang merupakan narasumber yang
juga telah melakukan pengisian kuesioner dan sesuai dengan kriteria responden
untuk wawancara.
33
3.5 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis data kuantitatif akan menggunakan metode
(CFA) dimulai dengan pengujian kuesioner yang terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas. Kemudian, data yang telah didapat dari hasil kuesioner akan diolah
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 23. Sedangkan pada metode analisis data
(Taxonomy Analysis).
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Data yang akan diambil oleh peneliti
penghasilan dan lain sebagainnya. Hasil analisis deskriptif ini nantinya akan
data yang telah diperoleh berdasarkan jawaban responden sehingga akan dapat
untuk dapat memahami hasil penelitian ini. Pengukuran analisis deskriptif ini
dilakukan dengan menggunakan skor 1 untuk rendah dan skor 4 untuk tinggi.
34
3.5.2 Uji Validitas
mengetahui ketepatan item pertanyaan dalam mengukur variabel yang diteliti. Uji
validitas dilakukan dengan tujuan apakah suatu variabel dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, dalam penelitian ini uji validitas akan diukur dengan
membandingkan nilai r hitung dengan tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, nila
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel
(Ghozali, 2005:45). Nilai r hitung dalam penelitian ini dilihat pada output
ini nilai df dapat dihitung 30-2=28. Dengan df= 28 dan Alpha = 0,05 didapat nilai
r tabel = 0,3610. Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan
valid, dan sebaliknya. Pada Lampiran 3 telah disajikan hasil uji validitas dan telah
pertanyaan yang tidak valid yaitu untuk indikator pengaruh keluarga, gaya hidup
35
tersebut menunjukkan hasil yang tetap atau konsisten (Kurniawan dan
apabila dicoba berulang kali pada kelompok yang sama akan tetap menghasilkan
data yang sama atau tidak terdapat perubahan pada responden (Sitinjak dan
Sugiarto, 2006:71). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS didapatkan nilai 0,846. Menurut Nunnally
dalam Ghozali (2005:42) konstruk dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach
Alpha > 0,60, pada Lampiran 4 yang telah disajikan menunjukkan nilai Cronbach
Alpha sebesar 0,846 > 0,60 yang artinya konstruk kuesioner dalam penelitian ini
dapat dikatakan reliabel. Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada
kembali butir pertanyaan yang tidak valid untuk melakukan penyebaran kuesioner
Analisis faktor adalah sebuah teknik untuk meringkas informasi yang diteliti
dalam variabel atau atribut awal menjadi faktor baru atau dimensi baru, teknik
adalah alat analisis statistik yang digunakan untuk meringkas beberapa variabel
36
dapat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah
variabel awal yang disebut sebagai faktor namun tetap mencerminkan variabel-
a. Explanatory Factor Analysis (EFA), dalam pendekatan ini faktor yang terbentuk
terbentuk telah ditentukan terlebih dahulu. Asumsi dasar yang harus dipenuhi
dala penggunaan analisis faktor adalah bahwa kelompok variabel yang dianalisis
Dalam melakukan analisis faktor, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memastikan data yang diteliti memenuhi syarat dan dilakukan dengan mencari
korelasi matriks antara atribut yang diteliti. Pengujian yang akan dilakukan dalam
a. Barlett’s Test of Spericity, uji ini digunakan untuk mencari tahu apakah
nilai signifikansi 0,000 < 0,05, hal ini dapat diartikan bahwa terjadi korelasi
antar variabel.
37
b. Uji KaiserMeyer Olkin (KMO), uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui
kelayakan sampel, yang akan dianggap layak apabila besaran KMO > 0,5.
didapatkan nilai KMO sebesar 0,712 > 0,5, yang artinya bahwa variabel-
c. Uji Measure of Sampling Adequency (MSA), uji ini dilakukan untuk mengukur
derajat korelasi antar variabel dengan kriteria MSA > 0,5. Nilai Measure of
Sampling Adequency (MSA) terletak pada tabel Anti Image Matrice pada
bagian Anti-Image Correlation yang ditandai dengan “a” yang terletak secara
diagonal dari bagian kiri atas ke bagian kanan bawah. Nilai MSA yang
penelitian ini memiliki nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) > 0,5
sehingga dapat dikatakan sudah valid dan dapat dianalisis lebih lanjut.
2. Ekstraksi Faktor
Ekstraksi faktor dilakukan untuk mereduksi data dari beberapa atribut untuk
dapat menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi
antara atribut yang diteliti. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
b. Principal Axis Factoring, dalam metode ini matriks korelasi diagonal diganti
dengan sebuah estimasi faktor, dimana faktor awal selalu diberi angka 1.
38
c. Unweight Least Square, metode ini bertujuan untuk meminimumkan jumlah
perbedaan antara matriks korelasi yang diobservasi dan yang diproduksi dengan
dari indikator yang memiliki error yang lebih besar diberi timbangan yang lebih
simpangan baku atau keragaman item atau peubah asal yang dapat diterangkan
oleh faktor yang akan terbentuk. Nilai communalities ini didapatkan dengan cara
menjumlahkan nilai eigen pada faktor yang ada. Adapun nilai communalities
keragaman variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Semakin besar nilai communalities sebuah variabel maka semakin erat hubungan
dengan faktor yang nanti terbentuk. Seperti pada variabel ke-1 yang memiliki
nilai extraction sebesar 0,693 yang artinya sekitar 69,3% keragaman dari variabel
ke-1 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Kontribusi nilai extraction
variabel-variabel dalam penelitian ini berkisar antara 0,471 – 0,831 atau sebesar
39
47,1% - 83,1%. Nilai extraction dari 23 variabel pada tabel communalities yang
telah disajikan pada Lampiran 7 memiliki nilai lebih besar dari 0,687, hal ini
minimal 68% keragaman data variabel asal yaitu faktor yang memengaruhi
3. Merotasi Faktor
Rotasi faktor dilakukan agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih
tiap faktor.
variabel mana saja yang akan tercantum dalam suatu faktor. Dalam penelitian ini,
rotasi faktor akan dilakukan menggunakan metode varimax atau rotasi orthogal.
Dalam menentukan jumlah faktor dalam penelitian ini akan menggunakan nilai
eigen dengan kriteria nilai eigen > 1 (Imam Ghozali, 2005:257). Susunan nilai
eigen akan diurutkan dari yang terbesar hingga ke terkecil. Nilai eigen atau jumlah
faktor yang terbentuk dapat dilihat pada tabel total variance explained.
40
Pada Lampiran 8 yang telah disajikan hasil ekstraksi menggunakan
Principal Component Analysis (PCA) dapat terlihat jumlah variabel yang telah
diekstrak yaitu sebanyak 23 variabel, dan faktor yang terbentuk adalah sebanyak 6
faktor, hasil ini dapat dilihat dari nilai Eigen > 1. Apabila nilai eigen < 1 maka
tidak dapat dijadikan sebagai faktor dari sebuah variabel. Pada hasil PCA atau
komponen yang memiliki nilai eigen > 1, maka proses factoring hanya akan
sampai pada 6 faktor, jika diteruskan hingga faktor selanjutnya nilai eigen < 1
yaitu 0,918. Selain pada Tabel Total Variance Explained, nilai eigen juga dapat
dilihat pada gambar grafik scree plot. Bentuk grafik Scree Plot yang bersesuaiaan
41
4. Interpretasi Faktor
pada 6 faktor yang sudah terbentuk. Sedangkan angka pada tabel tersebut
dengan faktor yang sudah terbentuk. Pada Lampiran 9, hasil faktor belum dapat
diinterpetasikan karena variabel yang ada hanya mengumpul pada satu atau
Rotasi faktor dilakukan untuk mendapatkan tampilan data yang lebih jelas
dari nilai loading untuk masing-masing variabel terhadap faktor-faktor yang telah
terbentuk. Interpretasi dalam penelitian ini didasarkan pada nilai loading yang
suatu variabel nantinya akan masuk ke dalam faktor yang memiliki nilai loading
terbesar.
variabel yang lebih jelas. Dari tabel tersebut juga didapatkan beberapa variabel
1. Faktor pertama, terdiri dari selera konsumen (Q6) dengan nilai faktor
loading 0,780. Gaya hidup (aktivitas) (Q8) dengan nilai faktor loading
O,599. Minat (Q10) dengan nilai faktor loading 0,772. Keterbatasan waktu
(Q11) dengan nilai faktor loading 0,747. Pengaruh rasa (Q13) dengan nilai
42
faktor loading 0,793. Kepuasan terhadap kualitas produk (Q14) dengan nilai
loading 0,643.
2. Faktor kedua, terdiri dari pengaruh teman (Q3) dengan nilai faktor loading
0,892. Peran teman (Q5) dengan nilai faktor loading 0,812. Informasi teman
3. Faktor ketiga, terdiri dari informasi media massa (Q12) dengan nilai faktor
loading 0,740. Informasi media lainnya (Q17) dengan nilai faktor loading
0,778.
4. Faktor keempat, terdiri dari pendapatan (Q7) dengan nilai faktor loading
0,794. Harga (Q21) dengan nilai faktor loading 0,725. Pembelian ulang
5. Faktor kelima, terdiri dari gaya hidup orang lain (Q9) nilai faktor loading
Saluran pembelian (Q20) dengan nilai faktor loading 0,727. Kepuasan pasca
6. Faktor keenam, terdiri dari Rutinitas (Q1) dengan nilai faktor loading 0,775.
Pengaruh keluarga (Q4) dengan nilai faktor loading 0,389. Trend (Q16)
Kata etnografi diambil dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya ‘orang’
dan kata graphein yang berarti ‘tulisan’, menurut Hadi et al (2021:35) etnografi
43
merupakan sebuah tulisan yang menggunakan bahan dari penelitian lapangan
metode etnografi atau etnometodologi yaitu sebuah model penelitian kualitatif yang
dalam diri individu atau sekelompok orang. Menurut Emzir (2011:144) para peneliti
mewakili masyarakat tersebut. Pada penelitian ini metode etnografi akan dianalisis
peneliti memahami domain atau bidang tertentu yang sesuai dengan masalah atau
dan membaginya lagi menjadi subdomain dan dirinci kembali menjadi bagian yang
lebih khusus lagi. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam melakukan analisis
44
e. Membentuk taksonomi sementara.
dilakukan.
Definisi operasional pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
pada Tabel 2.
45
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode
Faktor Budaya (X1) Kebiasaan Keterkaitan individu atas perilaku yang Rutinitas Membeli dan FB1
(Schiffman dan Wisenblit, bisanya dilakukan oleh masyarakat individu mengkonsumsi makanan
2019:300) sekitar (Kotler dan Keller, 2008:168- instan Korea minimal 1 kali
169) dalam seminggu
Kebiasaan atau perilaku
masyarakat yang dapat Sub-budaya Keterikatan indiviu terhadap suatu Nilai Membeli dan FB2
memengaruhi perilaku kelompok yang memiliki situasi hidup budaya mengkonsumsi makanan
konsumen dalam yang sama (Kotler dan Keller, Korea karena adanya
membeli makanan instan
2008:168-169) pengaruh budaya Korea
Korea
Faktor Sosial (X2) Kelompok Merupakan kelompok yang dapat Pengaruh Informasi dan arahan dari FS1
(Kotler dan Keller, 2008: acuan memberikan pengaruh pada konsumen teman teman sebaya
170-171) secara langsung atau pun tidak
langsung
Kelompok individu yang Keluarga Kelompok terdekat konsumen yang Pengaruh Informasi dan arahan dari FS2
memengaruhi perilaku sering memengaruhi perilaku keluarga keluarga
konsumen konsumen
dalam membeli
makanan instan Korea Peran dan Peran dan status merupakan pengaruh Peran teman Tingkat kepentingan FS3
Status posisi individu atau kelompok dalam saran teman
hidup konsumen
Faktor Pribadi (X3) Usia dan Pengaruh siklus hidup yang Selera Selera konsumen FP1
(Kotler dan Keller, Tahap Siklus mencerminkan adanya kebutuhan dan konsumen terhadap produk
2008: 172-175) Hidup selera konsumen
46
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode
Faktor Pribadi (X3) Keadaan Keadaan ekonomi adalah Pendapatan Jumlah pendapatan FP2
(Kotler dan Keller, Ekonomi pengaruh berdasarkan (uang jajan) (uang jajan) yang
2008: 157-159) pendapatan atau uang jajan dimiliki
Kebiasaan seseorang yang dapat
yang dipengaruhi dibelanjakan
lingkungan sekitar Gaya Hidup Gaya hidup merupakan pola Aktivitas Suka membeli dan FP3
dalam menentukan dan perilaku konsumen yang individu mengkonsumsi makanan
dan membeli terlihat dari aktivitas, minat asing
makanan instan Korea serta opini. Gaya hidup Lingkungan sekitar FP4
orang lain mengkonsumsi makanan
instan Korea
Minat Tertarik mencoba makanan FP5
instan Korea
Keterbatasan Membeli produk makanan FP6
waktu instan Korea karena
mudah dan cepat dimasak
Faktor Psikologi (X4) Persepsi Persepsi adalah proses seorang Informasi media Informasi macam- macam FPS1
(Kotler dan Armstrong, konsumen dalam memilih, massa produk di media massa
2011:148-150) mengorganisasikan dan
mengartikan sebuah informasi
Dorongan dalam diri untuk dapat menciptakan
individu yang dapat sebuahgambaran
memengaruhi Pembelajaran Pembelajaran adalah gambaran Rasa terhadap Informasi mengenai rasa dari FPS2
konsumen dalam perubahan perilaku seorang produk produk tersebut
mengambil keputusan individu berdasarkan
dalam pembelian pengalamanyang telah dijalani
makanan instan Korea
47
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode
p Faktor Psikologi (X4) Kepercayaan Kepercayaan Kepuasan Kualitas produk (baik FPS3
(Kotler dan Armstrong, merupaka segi kualitas daritekstur dan rasa
2011:148-150) n pemikiran seseorang mengenai produk produk)
sesuatu berdasarkan pengetahuan
dan keyakinan mereka sehingga
membentuk citra merek dan
produk berdasarkan kepercayaan
Keputusan Pembelian Pengenalan Adanya kebutuhan dalam diri Kebutuhan Pemenuhan dalam rasa KP1
(Y) masalah konsumen yang konsumen lapar
(Kotler dan Keller: dapat Pemenuhan dalam mengikuti KP2
2008:184-190) dipengaruhi oleh faktor internal trend yang sedang
dan faktor eksternal berkembang
Kegiatan konsumen Pencarian Pencarian informasi adalah Pencarian Konsumen mencari KP3
dalam pengambilan Informasi sebuah proses dimana konsumen informasi Informasi mengenai
keputusan untuk terdorong untuk produk produk melalui media
memilih dan membeli mencari lainnya
merek atau produk yang informasi terhadap suatu produk
paling disukai
Konsumen mencari KP4
informasi mengenai
produk
melalui teman
Evaluasi Proses dimana konsumen Evaluasi produk Membandingkan KP5
alternatif membentuk penilaian terhadap produkmakanan instan
suatu produk berdasarkan Korea dengan makanan
pertimbangan terhadap pilihan instan lainnya
produk yang ada
Keputusan Keputusan pembelian adalah Saluran Kemudahan produk KP6
pembelian tindakan pembelian suatu produk pembelian untuk
berdasarkan pertimbangantertentu diperole
hkonsumen
48
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Definisi Indikator Parameter Kode
Variabel
Keputusan Perilaku Perilaku pasca pembelian adalah Harga Harga produk terjangkaudan KP7
Pembelian (Y) sesudah proses dimana konsumen mengalami sesuai dengan kemampuan
pembelian kepuasan atau tidak puas setelah konsumen
membeli sebuah
produk
Perilaku Perilaku pasca pembelian adalah proses Kepuasan Kesesuaian dengan informasi KP8
sesudah dimana konsumenmengalami kepuasan pasca yang di dapatkan
pembelian atau tidakpuas setelah membeli sebuah pembelian
produk
Pembelian Melakukan pembelian ulang KP9
ulang produk makanan instan
Korea
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Berdasarkan sejarah, istilah hallyu pertama kali muncul pada tahun 1990-an
setelah adanya perang Korea yang menyebabkan resesi ekonomi. Hallyu muncul
pertama kali melalui media massa Tiongkok untuk menyebut budaya populer
Korea Selatan atau Korean Wave. Sejak saat itu, industri musik dan media
perfilman Korea Selatan mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat Tiongkok
fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebarkan oleh media,
utama Korea Selatan, diantaranya: film, drama televisi (K-Drama), makanan (K-
Food), Musik (K-Pop), gaya busana (K-Fashion) dan kosmetik (Jang dan Paik,
2012:198). Konten kebudayaan ini akan saling berpengaruh antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Badan
responden yang pernah menikmati konten Korea pada tahun 2017. Hasil dari
Korea tidak hanya menyukai satu konten saja melainkan dapat menyukai lebih dari
budaya lain seperti makanan dan juga tradisi kuliner. Restoran-restoran yang
kota besar di seluruh dunia. Berbagai makanan ringan Korea Selatan juga mulai
ringan Korea Selatan seperti makanan instan, snack, minuman, dan kue-kue
kering. Semakin banyaknya makanan Korea yang beredar di Indonesia ini tidak
terlepas dari adanya kesuksesan konten Korea seperti drama, dan konten mukbang
tersebut.
Pada era digital saat in, dengan adanya digitalisasi media dan semakin
batas-batas bentuk media dan memunculkan bentuk media baru. Teknologi baru
yang saat ini semakin banyak muncul dengan perkembangan teknologi telah dapat
Pertumbuhan internet yang semakin cepat juga telah merubah pola pikir
beberapa produsen besar seperti Big Hit Entertainment, salah satu perusahaan
51
hiburan besar di Korea Selatan dalam menjalankan bisnisnya dan merubah cara-
Korea dari berbagai belahan dunia salah satunya K-Pop membuat Big Hit
satu platform komunitas penggemar yang dibuat oleh salah satu anak perusahaan
Big Hit yaitu beNX, aplikasi ini dibuat pada Juli 2019 dan dikhususkan pada
penggemar BTS dan TXT, platform ini dikembangkan dengan menawarkan media
bagi artis K-Pop untuk berinteraksi dengan penggemar secara lebih mendalam.
Strategi digital ini cukup banyak mengundang respon dari penggemar, pada
awal tahun 2022 weverse memiliki lebih dari 6,8 juta pengguna bulanan (Amy,
interaksi artis ke pengguna seperti gambar atau status untuk dapat terhubung satu
sama lain, dan adanya live streaming, podcast radio serta informasi lanjutan lain
konten yang telah disediakan oleh pihak weverse para pengguna menjadi lebih
mengetahui kegiatan, barang yang digunakan serta makanan apa yang dikonsumsi
52
Pernyataan tersebut didukung oleh adanya penelitian Akhmad, Unde dan
budaya pop Korea di Kota Makassar salah satunya adalah mengoleksi barang yang
dikonsumsi hingga pakaian yang pernah dipakainya. Selain itu penelitian Duffet
(2013) dalam Luthfina dan Irwansyah, (2020:326) juga menyatakan bahwa para
penggemar Korea memiliki kegiatan utama yaitu mengoleksi beberapa item yang
terhubung dengan arti yang mereka sukai, kegiatan mengoleksi ini dapat berupa
album, merchandise, barang unik atau pribadi yang terkait dengan orang yang
dikagumi seperti aksesoris, pakaian hingga makanan yang pernah dikonsumsi oleh
artis-artis tersebut.
53
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebar kuesioner secara online melalui aplikasi weverse, twitter, dan whatsapp
konsumen dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah
pendapatan, intensitas pembelian dan merek makanan instan yang paling banyak
konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta
54
Berdasarkan Tabel 3 tingkat usia konsumen terbanyak terdapat pada
rentang usia 20-25 tahun dengan jumlah konsumen sebanyak 61 orang atau
sebesar 48,8%, disusul dengan tingkat usia konsumen terbanyak kedua dengan
rentang usia 17-20 tahun dengan jumlah konsumen 53 orang atau sebesar 42,4%.
Selanjutnya disusul oleh rentang usia 26-30 tahun dan >31 tahun dengan jumlah
masing sebesar 4,8% dan 4%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri et al,
(2019:15) yang menyatakan bahwa seseorang yang lahir pada rentang tahun 1995-
Rentang usia konsumen terbanyak terdapat pada usia 17-25 tahun yang
dapat dikatakan masih terdapat dalam usia remaja atau dewasa muda. Pada
rentang usia remaja ini merupakan masa transisi untuk menjadi dewasa, sehingga
banyak terjadi perubahan emosi dan perubahan sosial pada konsumen. Konsumen
dalam masa ini akan sangat labil sehingga lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal
yang terjadi, hal ini menyebabkan konsumen merasa tertarik serta tertantang untuk
dapat membeli dan mencoba hal-hal baru seperti berbagai macam konten Korea
(Soraya, 2013:16).
konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta
55
Tabel 4. Klasifikasi Jenis Kelamin Konsumen
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Pria 2 1,6
2 Wanita 123 98,4
Total 125 100,0
Sumber: Data Primer (diolah)
persentase terbesar yaitu 98,4% dengan jumlah konsumen sebanyak 123 orang,
sekaligus penyuka makanan instan Korea didominasi oleh wanita. Hal ini sesuai
dengan penelitian Muslimah (2015:19) yang menyatakan bahwa pria tidak terlalu
ungkapan ini juga dibuktikan dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan
feminim. Sehingga apabila laki-laki menyukai berbagai hal yang berbau Korea
maka masyarakat akan menganggap hal tersebut tidak biasa sehingga banyak
Korea. Image atau pandangan feminim yang dimiliki oleh budaya Korea
yang cantik, peran laki-laki yang gagah namun berwajah cantik, dan lagu-lagu
Korea yang lebih banyak mengangkat tema romantis dengan penampilan yang
56
5.1.3 Pekerjaan Konsumen
konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta
Setelah itu diikuti oleh karyawan swasta dan pekerjaan lainnya dengan jumlah
konsumen masing-masing sebanyak 10 orang atau sebesar 8%, setelah itu disusul
dengan persentase sebesar 5,6%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Indrawan
sehingga memakan makanan instan Korea merupakan cara yang lebih terjangkau
57
tentang fenomena terkini yang sedang beredar di sekitarnya dan mempermudah
dewasa hal ini juga dibantu oleh adanya teknologi yang semakin maju (Islamiah,
2015:50) . Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, para
mereka mencoba makanan instan Korea dikarenakan tertarik pada budaya asing
konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta
Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada pendapatan atau uang jajan
konsumen lebih didominasi oleh mereka yang memiliki pendapatan atau uang
jajan kurang dari < Rp. 1.500.000 yaitu sebanyak 85 konsumen dengan persentase
68%, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan kuesioner peneliti dapat
disebabkan karena konsumen lebih didominasi oleh pelajar atau mahasiswa yang
58
belum memiliki pekerjaan sehingga dapat dikatakan bahwa rentang pendapatan ini
uang jajan Rp. 1.500.001 - Rp. 3.000.000 memiliki jumlah konsumen sebanyak 24
orang dengan persentase 19,2%, rentang pendapatan atau uang jajan Rp.
presetanse sebesar 9,6%, dan pendapatan atau uang jajan > Rp. 5.000.001
yang belum memiliki pendapatan tetap. Menurut penelitian Julya et al, (2016:24)
pendapatan atau uang jajan memiliki pengaruh pada keputusan konsumen dalam
membeli makanan instan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil wawancara peneliti
berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa memiliki uang jajan yang sedikit
dengan rentang < RP. 1.500.000, dengan rentang ini menyebabkan konsumen
tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan instan Korea yang memiliki harga
pembelian konsumen dalam waktu satu minggu telah disajikan pada Tabel 7.
59
10,4% dengan jumlah konsumen sebanyak 13 orang, dan pembelian > 5 kali
persentase sebesar 4%. Pembelian dengan intensitas 1-2 kali dalam seminggu
instan Korea sebanyak 1 hingga 2 kali dalam satu minggu. Menurut kelima
narasumber atau konsumen yang diwawancarai hal ini dikarenakan uang jajan
mereka yang tidak banyak selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor
instan terlalu sering dikarenakan adanya bahan pengawet yang tidak baik bagi
tubuh.
tteokbokki merupakan makanan instan Korea yang paling sering dikonsumsi dan
dipilih oleh 115 orang konsumen dari total 125 orang konsumen. Setelah itu
makanan instan ke dua yang paling banyak dikonsumsi adalah Samyang yang
dipilih 104 orang, dan ramyun yang dipilih oleh 77 orang dari 125 orang, japchae
60
yang dipilih oleh 40 orang konsumen dari 125 konsumen, jjaphagetti yang dipilih
oleh 27 orang serta terakhir makanan instan Korea lainnya seperti samgak
kimbab, bumbu instan dan lain sebagainya yang dipilih oleh 6 orang konsumen
dari 125 konsumen. Sehingga berdasarkan Tabel 8 telah didapatkan tiga jenis
Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis faktor
yang didapat dari kuesioner yang telah disebarkan melalui aplikasi weverse,
whatsapp group serta twitter dan akan diolah dengan bantuan aplikasi SPSS 23
telah melakukan rotasi faktor yang dilakukan untuk mendapatkan data yang jelas
61
Faktor-faktor yang telah terbentuk dalam penelitian ini dapat dilihat pada
nilai eigen > 1, nilai ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada lampiran 8 yang
1. Faktor pertama, terdiri dari selera konsumen (Q6), gaya hidup (aktivitas)
2. Faktor kedua, terdiri dari pengaruh teman (Q3), peran teman (Q5), dan
3. Faktor ketiga, terdiri dari informasi media massa (Q12), dan informasi
4. Faktor keempat, terdiri dari pendapatan (Q7), harga (Q21), dan pembelian
5. Faktor kelima, terdiri dari gaya hidup orang lain (Q9), perbandingan
produk (Q19), saluran pembelian (Q20), dan kepuasan pasca pembelian (Q22).
6. Faktor keenam, terdiri dari Rutinitas (Q1), pengaruh keluarga (Q4), dan
Trend (Q16).
faktor yang telah terbentuk telah disajikan pada Tabel 9. Pemberian nama pada
masing-masing faktor baru yang telah terbentuk akan bersifat subyektif, seperti
memberikan nama pada faktor berdasarkan indicator yang memiliki nilai loading
tertinggi atau hal yang mendasari dan dapat mewakili faktor tersebut (Ghozali,
2005:258).
62
Tabel 9. Pembagian Indikator yang Terbentuk
Indikator Faktor Eigen Faktor % %
yang Value Loading Varience Kumulatif
Terbentuk
Selera konsumen (Q6) 0,780
Gaya hidup 0,599
(aktivitas) (Q8)
Minat (Q10) Faktor 0,772
Keterbatasan waktu Individu 6,090 0,747 26,476 26,476
(Q11)
Pengaruh Rasa (Q13) 0,793
Kepuasan kualitas 0,631
Produk (Q14)
Kebutuhan Konsumen 0,643
(Q15)
Pengaruh teman (Q3) 0,892
Peran Teman (Q5) 0,812
Faktor 3,494 15,190 41,666
Informasi teman (Q18) Teman 0,858
Nilai budaya (Q2) 0,533
Informasi media 0,740
Faktor 2,188 9,513 51,179
massa (Q12)
Teknologi
Informasi media 0,778
lainnya (Q17)
Pendapatan (Q7) 0,794
Harga (Q21) 0,725
Pembelian ulang Faktor 1,580 0,587 6,870 58,049
(Q23) Ekonomi
Gaya Hidup 0,435
Orang Lain (Q9)
Perbandingan 0,598
Produk (Q19) Faktor 1,408 6,121 64,171
Produk
Saluran 0,727
Pembelian (Q20)
Kepuasaan Pasca 0,625
Pembelian (Q22)
Rutinitas (Q1) 0,775
Pengaruh Faktor 1,033 0,389 4,493 68,664
Keluarga (Q4) Kebiasaan
Trend (Q16) 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)
membeli makanan instan Korea pada pengguna aplikasi weverse Indonesia terdiri
63
dari 23 variabel yang dikelompokan menjadi 6 faktor. Faktor tersebut adalah (a)
Faktor I nd iv id u , (b) Faktor Teman, (c) Faktor Teknologi, (d) Faktor Ekonomi,
(e) Faktor Produk, (f) Faktor Kebiasaan. Menurut Hair et al, (2010:116) factor
loading atau pemuatan faktor merupakan korelasi antara variabel asli dan
sampenya. Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 125 orang dengan
tingkat signifikansi α = 0,05, yang artinya nilai faktor loading akan dianggap
signifikan apabila memiliki nilai lebih dari 0,50 (Hair et al, 2010:116).
Faktor pertama yang terbentuk melalui analisis faktor dalam penelitian ini
adalah faktor individu dengan nilai eigen terbesar yaitu sebesar 6,090 dan
nilai keragaman sebesar 26,476, sedangkan nilai analisis deskriptif pada faktor
pribadi disajikan pada Tabel 10. Faktor individu yang baru terbentuk ini terdiri
64
Tabel 10. Analisis Deskriptif Faktor Individu (Lanjutan)
Pengaruh Saya membeli dan mengkonsumsi 0,8 8,8 39,2 51,2
Rasa makanan instan Korea karena rasa
dari produk tersebut
Kepuasaan Saya merasa puas pada kualitas 2,4 10,4 52,0 35,2
Kualitas produkmakanan instan Korea
Produk
Kebutuhan Saya membeli dan 8,8 24,0 34,4 32,8
Konsumen mengkonsumsi
makanan instan Korea
untukmemenuhi rasa lapar
Sumber : Data Primer (diolah)
a. Selera Konsumen
barang atau jasa, meningkatnya selera konsumen terhadap suatu barang maka
faktor individu adalah selera konsumen yang memiliki nilai faktor loading
sebesar 0,780 lebih besar dari 0,5 yang artinya berdasarkan teori Hair et al,
(2010) indikator selera pribadi sudah signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil
dengan presentase sebesar 48,8% dan setuju dengan presentase 38,4%, yang
konsumen memiliki hasil yang sama juga menyatakan bahwa makanan instan
Korea memiliki rasa yang sesuai selera pribadi konsumen. Hal ini juga sesuai
karakteristik konsumen yang sebagian besar adalah remaja dengan rentang usia
65
yang relatif muda yaitu sekitar 17-25 tahun, dimana pada rentang usia ini
itu pada rentang usia ini konsumen juga lebih menyukai rasa-rasa pedas seperti
b. Aktivitas Individu
dua pada faktor individu adalah gaya hidup, indikator ini memiliki nilai faktor
loading 0,599 > 0,5 yang artinya indikator gaya hidup sudah signifikan.
dan 27,2% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa aktivitas
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh ke lima
mencoba memakan makanan asing. Menurut Ongsano dan Sondak (2017:88) gaya
Dimana pada masa yang lebih modern sebagian besar orang lebih menyukai kemudahan
dan kepraktisan dalam melakukan kegiatannya, hal ini dikarenakan dalam memasak
makanan instan Korea membutuhkan waktu yang cepat serta mudah dibuat.
c. Minat
sesuatu, hal ini di ikuti oleh keinginan konsumen untuk mengetahui, mempelajari
dan mendapatkan hal tersebut (Bimo Walgito, 1981:38). Indikator ke tiga pada
66
faktor individu yang memiliki nilai faktor loading sebesar 0,772 > 0,5 sehingga
konsumen menyatakan mereka memiliki ketertarikan akan budaya Korea baik itu
drama, film, atau musik Korea yang menyebabkan mereka ikut tertarik
yang mereka sukai. Indikator ini juga sesuai dengan karakteristik konsumen
dalam penelitian ini yang sebagian besar terdiri sebagai remaja sehingga mudah
d. Keterbatasan Waktu
yang sudah terbentuk memiliki nilai faktor loading sebesar 0,747, indikator ini
memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5 yang artinya indikator ini sudah
karakteristik konsumen makanan instan Korea yang di dominasi oleh pelajar atau
mahasiswa yang memiliki keterbatasan waktu dan uang untuk memasak makanan
67
sehat lainnya. Selain itu hasil analisis deskriptif ini didukung oleh hasil
e. Pengaruh Rasa
yang meliputi wujud fisik, bau, rasa, tekstur dan suhunya, rasa merupakan salah
Indikator ke lima pada faktor individu adalah pengaruh rasa yang memiliki nilai
faktor loading sebesar 0,793 > 0,5 yang artinya indikator ini sudah dapat
pengaruh rasa memiliki presentase jawaban yang cukup tinggi dimanaya 51,2%
bahwa makanan instan Korea memiliki rasa yang sesuai dengan lidah konsumen,
produk makanan instan Korea. Hal ini juga diperkuat oleh hasil analisis
makanan instan Korea sesuai dengan selera mereka. Makanan Korea biasanya
memiliki rasa pedas,gurih, dan asin yang sesuai dengan selera makan masyarakat
68
Korea di Indonesia, hal ini dibantu juga dengan adanya penyebaran konten
hal yaitu apakah konsumen merasa puas atau tidak puas akan produk yang telah
terbentuk pada faktor pribadi, indikator ini memiliki nilai faktor loading sebesar
0,631 dan lebih besar dari 0,5 yang artinya indikator ini dapat dinyatakan sudah
sangat setuju yang artinya konsumen merasa puas terhadap makanan instan
Korea yang mereka konsumsi. Sedangkan sisa presentase lainnya yang berjumlah
12,8% menyatakan tidak setuju atau merasa tidak puas terhadap makanan instan
konsumen makanan instan Korea merasa puas akan produk makanan instan
Korea yang telah beredar di masyarakat. Hal ini dikarenakan makanan instan
Korea sesuai dengan selera mereka serta relatif sesuai dengan keadaan ekonomi
69
Korea ini akan mempengaruhi indikator lainnya seperti indikator kepuasan pasca
pembelian dan indikator pembelian ulang, dimana pada kedua indikator ini
konsumen juga menunjukkan hasil yang tinggi, yang artinya konsumen merasa
g. Kebutuhan Konsumen
antara satu sama lain, setiap kebutuhan manusia akan ikut berbeda dikarena
indikator terakhir yang terbentuk pada faktor individu, nilai faktor loading pada
indikator kebutuhan konsumen adalah sebesar 0,643 > 0,5 yang artinya indikator
ini dapat dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel
para konsumen mengatakan bahwa mereka membeli makanan instan Korea salah
satunya adalah untuk memenuhi rasa lapar mereka. Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki waktu yang cukup luang untuk memasak sendiri, khususnya pada
konsumen yang berprofesi sebagai mahasiswa rantau yang jauh dari orang tua
70
mereka. Selain itu alasan lain yang dikatakan oleh konsumen adalah dikarenakan
instan lainnya.
Faktor Teman merupakan faktor ke dua yang terbentuk oleh analisis faktor,
faktor sosial memiliki nilai faktor loading sebesar 3,494 dan nilai variance atau
baru terbentuk atau faktor teman akan disajikan pada Tabel 11. Faktor teman
yang telah terbentuk memiliki tiga indikator, yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pengaruh Teman
Indikator pertama yang terbentuk dalam faktor Teman adalah pengaruh teman,
indikator ini memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5 atau sebesar 0,892
71
56,0% dan 11,2% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
makanan instan Korea. Hasil analisis deskriptif pada indikator pengaruh teman
menyatakan setuju.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,
merupakan salah satu alasan dalam membeli makanan instan Korea. Diperkuat
seperti teman serta peran dan status seseorang dapat memengaruhi keputusan
pembelian konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu
teman sering memiliki rentang usia yang berdekatan dengan konsuen sehingga
memiliki selera yang hampir sama, hal ini mempermudah konsumen dalam
b. Peran Teman
bagi konsumen. Indikator pengaruh teman memiliki nilai faktor loading sebesar
0,812 yang dapat dikatakan signifikan karena memiliki nilai lebih dari 0,5.
17,6% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa indikator peran
teman merupakan salah satu indikator yang relatif penting dalam memberikan
72
saran terkait pembelian makanan instan Korea. Sedangkan 29,6% konsumen
konsumen yang telah diwawancarai oleh peneliti dalam penelitian ini, dimana
sebagian besar konsumen menyatakan setuju bahwa teman memiliki peran yang
cukup penting dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Hal ini di
tunjukkan oleh salah satu wawancara konsumen yang menyatakan bahwa teman
biasanya memiliki selera yang hampir sama dengan konsumen itu sendiri
c. Informasi Teman
konsumen yang dapat berasal dari keluarga maupun teman, namun dalam faktor
sosial indikator yang tebentuk adalah informasi melalui teman. Pada indikator
informasi teman ini telah dianggap signifikan karena memiliki nilai faktor
loading sebesar 0,858 yang lebih besar dari 0,5. Berdasarkan hasil analisis
analisis deskriptif ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
73
penelti dimana sebagian besar konsumen menyatakan informasi teman
konsumen melakukan pembelian makanan isntan Korea. Hal ini juga diperkuat
oleh indikator lain pada faktor teman, dimana sebagian besar konsumen
menyatakan bahwa pengaruh teman dan peran teman merupakan indikator yang
faktor, faktor teknologi ini memiliki nilai eigen sebesar 2,188 dan nilai
keragaman sebesar 9,513, sedangkan analisis deskriptif pada faktor yang baru
terbentuk pada faktor teknologi telah disajikan pada Tabel 12. Dalam faktor
teknologi terdapat tiga indikator yang telah dikelompokan yaitu sebagai berikut :
a. Nilai budaya
Indikator nilai budaya dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh budaya
Korea dalam keputusan pembelian makanan instan Korea. Nilai faktor loading
pada indikator nilai budaya adalah sebesar 0,533, nilai ini lebih besar dari 0,5
74
yang artinya indikator nilai budaya dianggap sudah signifikan. Presentase
terbesar hasil analisis deskriptif pada indikator nilai budaya ditunjukkan oleh
jawaban sangat setuju dengan nilai sebesar 45,6% dan 42,4% konsumen
Korea. Hal ini diperkuat dengan pernyataan wawancara yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa dari ke lima konsumen yang menyatakan bahwa salah
satu hal utama yang mempengaruhi konsumen dalam membeli makanan instan
Korea adalah karena adanya pengaruh kebudayaan Korea baik dari film, drama,
musik, budaya tradisional hingga makanan khas Korea. Sesuai dengan penelitian
Asmas dan Tarmizi (2019:435) yang menyatakan bahwa nilai budaya memiliki
massa adalah informasi yang didapatkan melalui berbagai media salah satunya
adalah aplikasi weverse. Informasi media massa sudah dianggap signifikan, hal
ini dikarenakan indikator ini memiliki nilai faktor loading sebesar 0,740 > 0,5.
75
Sedangkan hasil analisis deskriptif indikator informasi media massa
menunjukkan sebanyak 43,2% dan 42,4% konsumen setuju dan sangat setuju
mendapatkan informasi terkait makanan instan Korea melalui media massa. Hal
banyak media-media baru bermunculan. Dengan adanya media baru yang dapat
mudah mendapat informasi terkait hal-hal yang mereka sukai (Luthfina dan
utama dalam penelitian, aplikasi ini merupakan salah satu bentuk media massa
yang dapat menghubungkan para pengguna yang menyukai budaya Korea yaitu
informasi yang didapatkan dari film, drama ataupun sumber lainnya. Indikator ini
memiliki nilai faktor loading sebesar 0,778 > 0,5 yang artinya indikataor ini
informasi media lainnya terdapat pada jawaban setuju dengan presentase 44,8%
76
diikuti oleh jawaban sangat setuju dengan presentase 40,8%, yang artinya
pembelian makanan instan Korea konsumen dibantu oleh adanya informasi media
Korea. Ini juga sesua dengan hasil wawancara, dimana para konsumen
makanan instan Korea juga terdapat pada konten-konten video artis yang mereka
sukai, film, drama dan konten kebudayaan Korea lainnya. Hasil analisis deskriptif
ini menunjukkan hal yang sama dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Internasional Korea pada tahun 2017, yang menyatakan bahwa sebagian besar
para penggemar Korean Wave menyukai lebih dari satu konten kebudayaan Korea
sehingga sumber informasi yang bisa didapatkan oleh para konsumen juga akan
beragam.
Faktor keempat yang terbentuk dari analisis faktor adalah faktor ekonomi
yang memiliki nilai eigen sebesar 1,580 dengan nilai variance atau keragaman
sebesar 6,870, faktor yang baru terbentuk atau faktor ekonomi memiliki hasil
analisis deskriptif telah disajikan pada Tabel 13. Faktor ekonomi memiliki tiga
77
Tabel 13. Analisis Deskriptif Faktor Ekonomi
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Saya membeli dan mengkonsumsi 8,0 19,2 37,6 35,2
Pendapatan makanan instan Korea karena lebih sesaui
dengan pendapatan saya dibandingkan
membeli makanan Korea di restoran
Korea
Harga Harga produk makanan instan Korea 5,6 16,0 46,4 32,0
lebih terjangkau dibandingkan
makanan Korea lainnya yang di jual di
restoran
Pembelian Saya akan melakukan pembelian ulang 5,6 4,0 52,8 37,6
Ulang makanan instan Korea
Sumber : Data Primer (diolah)
a. Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upah kerja bagi
konsumen yang sudah bekerja dan uang jajan bagi konsumen yang berstatus
karena nilai faktor loading indikator pendapat lebih besar dari 0,5 atau sebesar
menunjukkan bahwa sebesar 37,6% dan 35,2% konsumen menyatakan setuju dan
Berdasarkan hasil nilai faktor loading dan hasil analisis deskriptif diatas
pembelian makanan instan Korea. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana
tiga konsumen yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa menyatakan
bahwa mereka membeli makanan instan Korea karena lebih sesuai dengan uang
78
jajan mereka dibanding memakan makanan Korea yang dijual direstoran yang
dinilai relatif mahal bagi konsumen yang belum memiliki pekerjaan dan pendapat
sendiri, sehingga makanan instan Korea menjadi salah satu alternatif untuk
juga sesuai dengan karakteristik konsumen yang sebagian besar berprofesi sebagai
pelajar atau mahasiswa yang hanya memiliki uang saku dari orang tua mereka.
b. Harga
Nilai faktor loading pada indikator harga adalah sebesar 0,725 lebih besar
dari 0,5 yang artinya indikator ini sudah signifikan. Sedangkan berdasarkan hasil
menyatakan sangat setuju. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsumen yang
mengonsumsi makanan instan Korea adalah pelajar atau mahasiswa yang masih
restoran tidak sesuai dengan pendapatan mereka. Hasil analisis deskriptif ini
sesuai dengan hasi wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dimana para
relatif lebih murah dibanding makanan Korea lainnya yang di jual di restoran.
79
c. Pembelian Ulang
akan produk makanan instan Korea dan akan melakukan pembelian ulang.
Indikator ini sudah dianggap signifikan, hal ini dikarenakan nilai faktor loading
pada indikator ini lebih besar dari 0,5 atau sebesar 0,587. Berdasarkan hasil
dan sangat setuju akan melakukan pembelian ulang terhadap produk makanan
instan Korea. Hasil deskriptif indikator ini juga sesuai dengan hasil wawancara
kepada ke lima konsumen yang menyatakan bahwa mereka merasa puas akan
produk makanan instan Korea dan akan melakukan pembelian ulang terhadap
produk tersebut.
Hasil indikator pembelian ulang ini juga sesuai dengan hasil indikator
atau merasa puas terhadap kualitas produk makanan instan Korea. Hal ini jugalah
yang membuat 84,0% konsumen setuju bahwa mereka meras puas setelah
analisis faktor. Nilai eigen pada faktor produk adalah sebesar 1,408 serta nilai
variance atau keragaman pada faktor produk adalah 6,121, analisis deskriptif
untuk faktor produk yang baru terbentuk ini telah disajikan pada Tabel 14.
80
Tabel 14. Analisis Deskriptif Faktor Produk
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Gaya Saya membeli dan mengkonsumsi 20,0 28,8 36,0 15,2
Hidup makanan instan Korea karena
Orang Lain lingkungan sekitar saya sudah
mengkonsumsinya
Perbandi- Sebelum melakukan pembelian 10,4 23,2 36,8 29,6
ngan makanan instan Korea, saya akan
Produk melakukan perbandingan dengan
produk makanan instan Korea
lainnya yang serupa
Saluran Makanan instan Korea mudah untuk 3,2 15,2 48,8 32,8
Pemasaran sayadapatkan
Kepuasan Produk makanan instan Korea sesuai 0,0 16,0 58,4 25,6
Pasca dengan informasi yang saya
Pembelian dapatkan
Sumber : Data Primer (diolah)
Gaya hidup orang lain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lain memiliki nilai faktor loading sebesar 0,435, yang artinya nilai faktor
loading dalam indikator gaya hidup orang lain tidak signifikan dikarenakan
memiliki nilai faktor loading lebih kecil dari 0,5. Selain itu berdasarkan hasil
analisis deskriptif, sebanyak 36,0% konsumen memilih setuju bahwa gaya hidup
instan Korea, sedangkan 15,2% menyatakan sangat setuju indikator gaya hidup
Sisa konsumen yaitu sebanyak 48,8% menyatakan tidak setuju indikator gaya
instan Korea.
dengan konsumen yang setuju bahwa gaya hidup orang lain dapat mempengaruhi
81
pembelian makanan isntan Korea. Nilai faktor loading indikator ini memiliki
pengaruh yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan indikator lainnya, hasil
nilai faktor loading sesuai dengan yang dikatakan oleh narasumber bahwa dalam
membeli makanan instan Korea mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Berdasarkan hasil wawancara hal ini dikarenakan konsumen lebih banyak
dipengaruhi oleh informasi media massa dan rasa penasaran akan budaya itu
sendiri.
b. Perbandingan Produk
produk yang akan dikonsumsi dengan produk serupa walaupun memiliki merek
yang berbeda. Pada indikator perbandingan produk dalam penelitian ini memiliki
nilai faktor loading sebesar 0,598 lebih besar dari 0,5, yang artinya indikator ini
produk sebelum melakukan pembelian makanan instan Korea sebesar 36,8 % dan
besar daripada presentase konsumen yang menyatakan tidak setuju. Hal ini juga
mengatakan bahwa saat ini sudah cukup banyak makanan instan yang beredar di
masyarakat, baik dengan merek yang berbeda atau rasa yang beragam dengan
82
c. Saluran Pembelian
kemudahan konsumen dalam membeli makanan instan Korea. Indikator ini sudah
dianggap signifikan karena memiliki nilai faktor loading sebesar 0,727 < 0,5.
48,8% dan 32% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa indikator
makanan instan Korea mudah untuk didapatkan oleh konsumen. Sedangkan sisa
18,4% konsumen menyatakan tidak setuju makanan instan Korea mudah untuk
didapatkan.
yang relatif tinggi terhadap keputusan pembelian makanan instan Korea. Sesuai
dengan hasil wawancara peneliti dimana para konsumen yang menyatakan bahwa
makanan instan Korea mudah untuk mereka dapatkan. Hal ini dikarenakan
akan produk makanan instan Korea. Indikator kepuasan pasca pembelian ini
sudah signifikan berdasarkan nilai faktor loading indikator ini yang sudah lebih
83
besar dari 0,5 atau tepatnya sebesar 0,62, yang artinya rasa puas konsumen
keputusan pembelian makanan instan Korea. Hasil ini diperkuat oleh presentase
konsumen sebanyak 58,4% dan 25,6% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa konsumen merasa puas terhadap makanan instan Korea serta informasi
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti juga menyatakan hal yang
instan Korea karena sesuai dengan selera mereka. Sehingga hal ini juga sesuai
Faktor terakhir yang terbentuk oleh analisis faktor adalah faktor kebiasaan
dengan nilai eigen terkecil yaitu sebesar 1,033, faktor budaya memiliki nilai
variance atau keragaman sebesar 4,493, sedangkan analisis deskriptif pada faktor
budaya yang baru terbentuk telah disajikan pada Tabel 15. Terdapat tiga indikator
84
Tabel 15. Analisis Deskriptif Faktor Kebiasaan
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Rutinitas Saya membeli dan mengkonsumsi 23,2 39,2 26,4 11,2
makanan instan Korea karena kebiasaan
untuk membeli makanan instan Korea
minimal 1 kali dalam seminggu
Pengaruh Saya membeli dan mengkonsumsi 33,6 35,2 20,8 10,4
Keluarga makanan instan Korea karena informasi
dari keluarga
Trend Saya membeli dan mengkonsumsi 19,2 31,2 34,4 15,2
makanan instan Korea untuk mengikuti
trend
Sumber : Data Primer (diolah)
a. Rutinitas
untuk mengkonsumsi makanan instan Korea minimal satu hingga dua kali dalam
seminggu. Indikator Rutinitas ini memiliki nilai faktor loading sebesar 0,775 <
0,5, yang artinya indikator Rutinitas sudah signifikan. Hasil analisis deskriptif
indikator rutinitas individu dapat dilihat dari presentase jawaban konsumen, yang
membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea lebih dari satu kali dalam
seminggu.
sangat setuju sebesar 11,2%, hal ini menunjukan bahwa hanya sebanyak 37,6%
instan Korea sebanyak lebih dari satu kali dalam seminggu menurut hasil analisis
makanan instan Korea lebih dari satu kali dalam seminggu. Hal ini juga sesuai
85
dengan karakteristik konsumen pada penelitian ini yang sebagian besar berada
pada usia remaja dengan rentang usia 17-25 tahun dan berprofesi sebagai pelajar
b. Pengaruh keluarga
karena nilai faktor loading yang dimiliki indikator ini lebih kecil dari 0,5 atau
dipengaruhi oleh teman dibandingkan oleh keluarga mereka, hanya satu orang
dengan teman dikarenakan keluarga memiliki rentang usia yang lebih tinggi dan
sulit untuk menerima budaya asing dibandingkan dengan remaja yang lebih
mudah dan lebih tertarik mengenai hal baru mengenai hal yang terjadi di
c. Trend
Trend adalah fenomena yang pada masa itu sedang beredar dan terkenal di
masyarakat. Nilai faktor loading pada indikator tren adalah sebesar 0,648, nilai
86
ini dianggap sudah signifikan karena lebih besar dari 0,5. Sedangkan presentase
membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea. Selain itu konsumen yang
menyatakan sangat setuju adalah sebanyak 15,2%, yang artinya sebanyak 49,6%
setuju dan sangat tidak setuju adalah secara berturut-turut adalah sebesar 31,2%
Korea. Hal ini juga sesuai dnegan pernyataan para narasumber yang
menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti trend atau fenomena yang sedang
terkenal saat itu, dalam mengkonsumsi makanan instan Korea para narasumber
lebih dipengaruhi oleh adanya rasa penasaran akan rasa makanan Korea. Selain
rasa penasaran konsumen juga dipengaruhi oleh keinginan untuk mencoba hal
baru yang berkaitan dengan artis Korea yang mereka sukai, hal ini sesuai dengan
adalah gemar mengoleksi barang atau produk yang terkait dengan objek yang
87
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
sebagai berikut:
variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini, selain itu
89
DAFTAR PUSTAKA
Buggy, R., Diana, N., Koesdijarto, R., Adi, V., dan Hermawan, S. (2020).
Studi Netnografi Tentang Keputusan Konsumen Menggunakan. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 18(2).
Dharma, S., Jadmiko, P., dan Azliyanti, E. (2020). Aplikasi SPSS Dalam
AnalisisMultivariates. LPPM Universitas Bung Hatta.
Irwansyah, R., dan Dkk. (2021). Perilaku Konsumen. Penerbit Widina Bhakti
Persada.
Islamiah, N. 2015. Dampak Negatif Budaya Asing pada Gaya Hidup Remaja
Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Hal. 50
Iswati, Sri. (2019). Strategi Korea Selatan dalam Promosi Korean Halal Food
di Indonesia Tahun 2015. 7(1), 451-466. Kalimantan Timur.
Jang, Won K. Paik. (2012). Korean Wave as Tool For Korea’s NewCultural
Diplomacy, Journal of Sociology, Vol 2, No 3. Scientific
Reserach, hal. 198-199
91
Korea Agro-Fisheries Trade Corp. (n.d.).
Kotler, P., Keller, K. L., Brady, M., Guudman, M., dan Hansen, T. (2009).
Marketing Management. In Pearson (3rd Ed, Vol. 6, Issue 11). Pearson
Education Limited.
Lee, Sue Jin. (2011). Korean Wave: The Soul of Asia, The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications. Vol 2, No, 1. Carolina
Utara: ElonUniversity.
Mehta, Stephanie (2020). "Millions of BTS fans use these 2 apps to connect
and shop. No tech startups needed". Fast Company. Diakses tanggal
26 Maret 2020 pukul 19.30 WIB.
92
Ongsano, A., dan Sondak, M. R. (2017). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Keputusan Konsumen Melakukan Pembelian Makanan Melalui
Media Sosial. Business Management Journal, 13(2), 85–94.
Putri, K. A., Amirudin, A., dan Purnomo, M. H. (2019). Korean Wave dalam
Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. Nusa: Jurnal Ilmu
Bahasa Dan Sastra, 14(1), 125.
Pusporini, E. 2013. Makanan Korea Menyusul Sukses K-Pop dan K- Drama.
Diakses pada 17 Agustus 2022, Pukul 18.39, dari Tempo.com.
Seung Mi, C., Lana, C., Seo Jin, C., Kwang Ok, K., Gwi Jung, H., & Sae
Rom, L. (2010). Exploring Korean Typical Tastes, Flavors, and Foods
Using Delphi Technique. Korean J. Food Cookery SCI, 26(2), 158–
163.
Suantara, I. G., Artana, M., Suwena, K. R. 2014. Pengaruh Selera dan Harga
Terhadap Keputusan Konsumen dalam Pembelian Sepeda Motor
Honda di Kabupaten Buleleng. 4(1) : 3. Singaraja
93
Tjiptono, F., & Chandra, G.,(2005) Service, Quality and Satisfaction.
Andi Offset. Yogyakarta.
94
LAMPIRAN
A. Identitas Responden
Bagian ini merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai
karakteristik responden:
1. Nama/inisial:
2. Umur:
3. Jenis Kelamin: ( ) Laki-Laki
( ) Perempuan
4. Pekerjaan:
( ) Pelajar/ Mahasiswa
( ) PNS
( ) Karyawan Swasta
( ) Wiraswasta
( ) Lainnya
5. Uang saku (uang jajan, gaji, upah, dll) per bulan (Rp)
( ) < 1.500.000
( ) 1.500.001 - 3.000.000
( ) 3.000.001 - 5.000.000
( ) > 5.000.001
B. Kuesioner Utama
Bagian ini merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang berisi
tentang pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi, psikologi dan keputusan
pembelian dalam mengkonsumsi makanan instan Korea. Pilihlah jawaban
yang sesuai dengan saudara dan berikan tanda centang ☑, dengan
ketentuan sebagai berikut:
SS: Sangat Setuju
S: Setuju
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
96
Faktor Budaya
Alterantiif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FB1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
kebiasaan untuk membeli
makanan instan Korea lebih
dari 3 kali dalam sebulan
2 FB2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena adanya
pengaruhbudaya Korea
Faktor Sosial
Faktor Pribadi
Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FP1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena sesuai
dengan selera saya
2 FP2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena lebih
sesuai dengan pendapatan
saya dibandingkan membeli
makanan Korea di restoran
97
Faktor Pribadi (Lanjutan)
Faktor Psikologi
Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FPS1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena adanya
informasidari media massa
2 FPS2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena rasa
dari produk tersebut
3 FPS3 Saya merasa puas pada
kualitas produk makanan
instan Korea
Keputusan Pembelian
Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 KP1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea untuk
memenuhi rasa lapar
98
Keputusan Pembelian (Lanjutan)
99
Lampiran 2. Panduan Wawancara (Interview Guide)
1. Nama Lengkap:
2. Alamat:
3. Usia:
4. Pekerjaan:
5. Agama:
6. Apakah anda menyukai Hallyu wave atau gelombang Korea?
7. Jika iya, bidang apakah yang paling anda sukai?
8. Apakah anda mengetahui dan memiliki akun weverse?
9. Apakah anda pernah melakukan postingan pada palikasi weverse dan
berapa kali anda melakukan postingan di aplikasi weverse dalam satu
bulan?
10. Apakah anda pernah membeli makanan instan Korea?
11. Makanan instan Korea apa sajakah yang pernah anda konsumsi?
12. Dalam jangka waktu satu bulan berapa banyak makanan instan Korea
yang anda beli?
13. Apakah dalam membeli makanan instan Korea dikarenakan adanya
pengaruh dari budaya Korea?
14. Produk makanan instan Korea apa saja yang pernah anda beli?
15. Apa yang membuat anda tertarik untuk membeli produk tersebut?
16. Apakah terdapat pengaruh teman atau keluarga dalam memilih produk
tersebut?
17. Apakah makanan instan Korea sesuaidengan selera pribadi anda?
18. Apakah anda membeli makanan instan Korea dikarenakan memang
menyukai makanan asing?
19. Apakah anda membeli makanan Korea untuk mengikuti tren yang
sedang berkembang saat ini?
20. Apakah menurut anda harga produk-produk makanan instan Koreasesuai
untuk anda?
21. Apakah sebelum membeli makanan instan Korea anda mencariinformasi
mengenai produk di media massa?
22. Apakah produk yang anda konsumsi sesuai dengan penjelasan yang adadi
internet?
23. Apakah anda merasa puas dengan produk yang anda beli?
24. Dalam membeli makanan instan Korea apakah anda mencari logo halal
terlebih dahulu?
25. Di manakah biasanya anda membeli makanan instan Korea?
26. Menurut anda, apakah mudah untuk membeli makanan instanKorea?
27. Apakah anda akan membeli kembali makanan instan Korea di masa
yang akan datang?
100
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen
Corrected Cronbach's
No Kode Item-Total Alpha if Item Keterangan
Correlation Deleted
1 FB1 0,514 0,876 Valid
2 FB2 0,528 0,876 Valid
3 FS1 0,494 0,877 Valid
4 FS2 -0,015 0,893 Tidak Valid
5 FS3 0,573 0,874 Valid
6 FS4 0,583 0,874 Valid
7 FP1 0,393 0,880 Valid
8 FP2 0,560 0,875 Valid
9 FP3 0,291 0,882 Tidak Valid
10 FP4 0,600 0,874 Valid
11 FP5 0,650 0,871 Valid
12 FPS1 0,683 0,872 Valid
13 FPS2 0,574 0,875 Valid
14 FPS3 0,622 0,874 Valid
15 KP1 0,395 0,880 Valid
16 KP2 0,258 0,883 Tidak Valid
17 KP3 0,513 0,876 Valid
18 KP4 0,613 0,874 Valid
19 KP5 0,198 0,886 Tidak Valid
20 KP6 0,412 0,879 Valid
21 KP7 0,362 0,881 Valid
22 KP8 0,596 0,875 Valid
23 KP9 0,735 0,871 Valid
101
Lampiran 4. Hasil Uji Realibilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha Based on
Alpha Standardized Items N of Items
0,846 0,856 23
102
Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi
103
Lampiran 6. Nilai Measure of Sampling Adequency (MSA)
104
Lampiran 7. Nilai Communalities
Communalities
No Indikator Initial Extraction
1 Rutinitas 1.000 0,693
2 Nilai Budaya 1.000 0,537
3 Pengaruh Teman 1.000 0,831
4 Pengaruh Keluarga 1.000 0,560
5 Peran Teman 1.000 0,765
6 Selera Konsumen 1.000 0,658
7 Pendapatan 1.000 0,780
8 Gaya Hidup (Aktivitas) 1.000 0,586
9 Gaya Hidup Orang Lain 1.000 0,570
10 Minat 1.000 0,755
11 Keterbatasan Waktu 1.000 0,639
12 Informasi Media Massa 1.000 0,798
13 Pengaruh Rasa 1.000 0,711
14 Kepuasaan Kualitas Produk 1.000 0,601
15 Kebutuhan Konsumen 1.000 0,649
16 Trend 1.000 0,645
17 Informasi Media Lainnya 1.000 0,816
18 Informasi Teman 1.000 0,808
19 Perbandingan Produk 1.000 0,471
20 Saluran Pembelian 1.000 0,728
21 Harga 1.000 0,669
22 Kepuasan Pasca pembelian 1.000 0,779
23 Pembelian Ulang 1.000 0,742
Extraction Method: Principal Component Analysis.
105
Lampiran 8. Hasil Total Variance Explained
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues
Component Total % of Variance Cumulative %
1 6.090 26.476 26.476
2 3.494 15.190 41.666
3 2.188 9.513 51.179
4 1.580 6.870 58.049
5 1.408 6.121 64.171
6 1.033 4.493 68.664
7 0,918 3.993 72.657
8 0,839 3.648 76.305
9 0,750 3.260 79.565
10 0,675 2.936 82.501
11 0,611 2.657 85.158
12 0,557 2.421 87.580
13 0,490 2.130 89.709
14 0,396 1.721 91.430
15 0,392 1.704 93.134
16 0,331 1.438 94.573
17 0,296 1.287 95.859
18 0,251 1.089 96.949
19 0,203 0,883 97.831
20 0,160 0,698 98.529
21 0,136 0,593 99.122
22 0,123 0,535 99.657
23 0,079 0,343 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
106
Lampiran 9. Hasil Component Matrix
Component Matrixa
Component
1 2 3 4 5 6
Rutinitas 0,380 0,237 0,287 -0,041 -0,373 0,519
Nilai Budaya 0,461 -0,258 -0,439 -0,008 -0,166 0,193
Pengaruh Teman 0,342 0,663 -0,170 -0,193 0,419 -0,180
Pengaruh Keluarga -0,099 0,393 0,561 0,021 0,259 0,115
Peran Teman 0,363 0,690 0,060 -0,350 0,177 0,004
Selera Konsumen 0,704 -0,314 -0,034 -0,239 0,042 -0,063
Pendapatan 0,448 0,005 0,250 0,322 0,492 0,413
Gaya Hidup
0,616 -0,168 0,319 -0,114 0,189 0,167
(Aktivitas)
Gaya Hidup Orang
0,284 0,580 0,255 0,010 -0,271 -0,119
Lain
Minat 0,694 -0,243 -0,349 -0,299 -0,056 -0,001
Keterbatasan Waktu 0,740 -0,202 0,139 -0,174 -0,013 0,021
Informasi Media
0,391 0,539 -0,514 0,166 -0,175 0,183
Massa
Pengaruh Rasa 0,672 -0,226 -0,183 -0,348 -0,198 0,122
Kepuasaan Kualitas
0,694 -0,081 0,244 -0,116 0,028 -0,199
Produk
Kebutuhan Konsumen 0,574 -0,141 0,467 -0,223 -0,175 -0,038
Trend 0,220 0,565 0,305 0,321 -0,213 0,191
Informasi Media
0,338 0,486 -0,585 0,325 -0,067 0,114
Lainnya
Informasi Teman 0,342 0,709 -0,271 -0,238 0,187 -0,154
Perbandingan Produk 0,257 0,344 0,277 0,114 -0,156 -0,416
Saluran Pembelian 0,578 -0,083 0,073 0,456 -0,270 -0,316
Harga 0,426 -0,249 -0,136 0,454 0,445 -0,052
Kepuasan Pasca
0,715 -0,116 0,087 0,436 -0,180 -0,155
pembelian
Pembelian Ulang 0,706 -0,335 -0,056 0,173 0,310 -0,052
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 6 components extracted.
107
Lampiran 10. Hasil Rotated Component Matrix
108
Lampiran 11. Hasil Wawancara
1) Narasumber 1
Nama : IM
Usia :19 tahun
Domisili : Pekanbaru
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Khatolik
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan IM
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi IM dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku awalnya suka K-Pop kak, terus akhirnya mulai
suka juga sama drama Korea, nah di situkan mereka
makan teokbokki atau mie. Akhirnya aku penasaran
dan coba beli juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada IM mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Paling banyak makan mie-nya kak, atau enggak
teokbokki, gak terlalu banyak juga kak mungkin 1-2
kali dalam seminggu.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada IM terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, IM menjawab sebagai berikut:
“Aku selain teman juga suka tergiur sama postingan
di media kak, kayak misalnya video artis yang aku
suka lagi makan mie instan jadi aku tertarik juga
mau coba.”
Berdasarkan jawaban IM faktor sosial utama yang memengaruhi
dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea sangat
dipengaruhi oleh media massa serta adanya pengaruh dari teman.
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, IM
menjawab sebagai berikut :
“Aku udah makan-makanan instan dari pas SMA,
sekitar 2 tahun yang lalu dan aku rasa kurang
terjangaku buat anak-anak SMA atau kuliahan
kayak aku, apalagi aku juga ngekost jadi gak bisa
dikonsumsi sering-sering. Paling pas dapet kiriman
uang dari orang tua dan pas gak ada waktu buat
109
masak lama-lama baru beli.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada IM terkait gaya hidup
IM dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan pernyataan IM
adalah sebagai berikut :
“Aku suka coba makanan asing selain makanan
Korea juga, dan beberapa ada yang sesuai sama
lidah, tapi beberapa ada yang kuramg sesuai juga
sama lidah aku.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo butuh yang cepet dan mudah dimasak emang
alternatif bagus banget, tapi kan gak terlalu sehat
juga.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada IM adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, IM menjawab:
“Iya ada pengaruhnya juga, kalo aku gak suka K-
Pop mungkin gak akan setertarik itu buat makan
makanan Korea.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, IM menjawab sebagai berikut :
“Kadang aku cari di internet dulu sih kak, makanan
apaan, rasanya kayak gimana atau pas udah
dimasak jadinya gimana.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, IM menjawab :
“penasaran sama rasanya kayak gimana, tadi kan
udah aku bilang kalo artis yang aku suka kadang
makan makanan instan itu jadi penasaran gimana
rasanya.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada IM adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan IM adalah sebagai
berikut:
“Sejauh ini puas kak, kebanyakan rasa sesuai sama
lidah walaupun harga kurang sesuai untuk aku,
beberapa ada yang murah dan beberapa lagi ada
yang mahal.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah IM akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, IM menjawab
sebagai berikut :
“Iya, pasti beli lagi.”
110
2) Narasumber 2
Nama : SAN
Usia : 20 tahun
Domisili : Cilacap Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan
SAN sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi SAN dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Iya, aku belinya karena ada pengaruh sama
budaya Korea, aku suka semua budayanya mulai
dari musik, drama, budaya tradisional sampe
makanannya juga suka.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada SAN mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Ramyeon, samyang sama teokbokki paling sering,
untuk seminggu 2 kali konsumsinya.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada SAN terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, SAN menjawab sebagai berikut:
“Temen bisa juga memengaruhi, tapi kalo di aku
lebih banyak ke media sosial kak.”
Berdasarkan jawaban SAN faktor sosial utama yang memengaruhi
dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea sangat
dipengaruhi oleh media massa serta adanya pengaruh dari teman.
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea,
SAN menjawab sebagai berikut :
“Beberapa sesuai sama uang jajan aku, tapi
beberapa juga gak sesuai.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada SAN terkait gaya
hidup SAN dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan
pernyataan SAN adalah sebagai berikut :
“Iya betul, aku suka sama makanan dari luar,
sejauh yang aku makan masih sesuai sama selerea
aku.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Iya, kalo lagi gak ada makanan di rumah, masak
samyang atau ramyeon kan cepet dan bikin
kenyang.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada SAN adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:
111
“Iya beberapa ada pengaruhnya, kayak pas coba
makan samyang gara-gara lagi banyak yang coba
untuk mukbang.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, SAN menjawab sebagai berikut :
“Iya cari-cari info dulu di internet.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, YR menjawab:
“Penting,ini yang aku cari kalo dari internet.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, SAN menjawab :
“Karena keliatanya menarik jadi penasaran pingin
coba.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada SAN adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan SAN adalah
sebagai berikut:
“Untuk yang aku coba selama ini masih puas.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah SAN akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, SAN
menjawab sebagai berikut :
“Iya akan beli lagi karena enak.”
3) Narasumber 3
Nama : YR
Usia : 21 tahun
Domisili : Pekanbaru
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan YR
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi YR dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku suka BTS sama Korean Drama, pas muncul di
makan sama artis-artis itu kayak enak banget jadi
cobain deh.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada YR mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Mie dan teokbokki yang paling sering, mungkin 1-2
kali dalam seminggu.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada YR terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, YR menjawab sebagai berikut:
112
“Iya dari teman, kalo mereka bilang enak akan
dicoba.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, YR
menjawab sebagai berikut :
“Harga untuk aku relatif murah, sesuai dengan
budget aku.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada YR terkait gaya
hidup YR dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan
pernyataan YR adalah sebagai berikut :
“Iya aku bisanya tertarik sama makanan asing, dan
beberapa ada yang pas dilidah beberapa juga ada
yang kurang suka.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo bosen sama makanan rumahan biasanya beli,
cepet juga dimasak.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada YR adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:
“Karena Korea juga lagi hype banget jadi pingin
ikut coba.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, YR menjawab sebagai berikut :
“Iya nyari dulu, kadang di internet atau ig.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, YR menjawab:
“sangat penting, ini faktor utamaku dalam membeli
produk makanan soalnya.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada YR adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan YR adalah sebagai
berikut:
“puas sih kalo aku.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah YR akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, YR menjawab
sebagai berikut :
“Mau, pasti mau beli lagi.”
4) Narasumber 4
Nama : TR
Usia : 22 tahun
Domisili : Depok
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
113
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan TR
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi TR dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Awal suka Korea-Koreaan itu pertama K-Pop,
terus ke dramanya terus sekarang ditambah sering
liat video mukbang makanannya enak banget jadi
bikin laper dan pingin makan juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada TR mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Kalo sekarang lagi banyak makan teokbokki,
kadang juga mie samyang. Seminggu paling 2 atau 3
kali.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada TR terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, TR menjawab sebagai berikut:
“Temen aku gak begitu banyak yang suka sama
Korea-Korea-an, tapi ada juga beberapa yang
ngasih saran atau kadang makan bareng. Kalo yang
paling memengaruhi paling kakak-kakak aku, kita
suka kasih rekomendasi terus akhirnya makan
bareng-bareng.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, TR
menjawab sebagai berikut :
“Kalo tiap hari gak sesuai ya hahaha, kalo
seminggun 2 atau 3 kali ya masih sesuai budget
uang jajan saya.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada TR terkait gaya hidup
TR dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan pernyataan TR
adalah sebagai berikut :
“Iya, suka banget sama makanan asing, ditambah
saudara-saudara aku juga suka jadi kalo ada
produk baru kadang nanyain ‘udah coba ini belum?,
enak tau’ akhirnya ikut coba”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo makanan di rumah lagi gak sesuai selera ini
solusi utama, kan cepet sama gampang dimasak jadi
gak ketauan orang rumah kalo makan makanan
instan.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
114
kepada TR adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, TR menjawab:
“Gak juga sih kalo trend, emang mau aja gara-gara
liat mukbang.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, TR menjawab sebagai berikut :
“Biasanya liat orang review di youtube aja, kan
suka dibahas singkat.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, TR menjawab :
“penasaran sama rasanya seperti apa, warnanya
kan merah-merah kebanyakan jadi penasaran akan
sepedas apa dan gimana rasanya.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, TR menjawab:
“Penting dong, kalo gak halal otomatis gak akan di
beli.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada TR adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan TR adalah sebagai
berikut:
“Puas kok, makanan Korea yang aku makan selama
ini bikin puas kok.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah TR akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, TR menjawab
sebagai berikut :
“Iya dong pasti beli lagi.”
5) Narasumber 5
Nama : VM
Usia : 38 tahun
Domisili : Tangerang
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Kristen
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan
VM sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi VM dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku suka artis Korea khususnya BTS, sering
ngikutin postingan mereka di wv juga dan kamu
pasti liat juga ada beberapa video mereka makan
samyan, chapagetthi atau teokbokki kan, nah itu
bikin pingin coba juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada VM mengenai makanan
instan Korea yang sering dikonsumsi dan berapa kali mengkonsumsinya
dalam waktu satu minggu.
115
“Mie Korea yang di minimarket kalo aku yang
paling sering dibeli, paling beli 1 atau 2 kali
seminggu, yang pasti bisa lebih dari 3 kali sebulan.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada VM terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, VM menjawab sebagai berikut:
“Lebih banyak dari iklan di tv, drama-drama Korea
atau dari media sosial, kadang dari postingan wv
juga bikin tertarik.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea,
VM menjawab sebagai berikut :
“Untuk aku yang udah kerja mungkin masih oke,
tapi kalo yang sekolah mungkin agak mahal kali
ya.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada VM terkait gaya
hidup.
“Suka sama makanan asing, kalo untuk selera
tergantung sama lidah masing-masing tapi selama
ini di aku masih enak aja rasanya.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo lagi capek abis pulang kerja dan laper biar
cepet dimasak.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada VM adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:
“Iya ada pengaruhnya kan sekarang budaya Korea
udah mendunian apalagi BTS.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, VM menjawab sebagai berikut :
“Enggak cari info sih kalo aku, pingin ya beli aja
langsung.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, VM menjawab :
“penasaran sama rasanya gara-gara abis nonton
video itu.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada VM adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan VM adalah sebagai
berikut:
“Puas, worth it menurut saya.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah IM akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, IM menjawab
sebagai berikut :
“Iya, pasti akan beli lagi.”
116