Anda di halaman 1dari 131

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN

MAKANAN INSTAN KOREA PADA PENGGUNA APLIKASI


WEVERSE INDONESIA

Skripsi

Ratih Rizkyani
11180920000054

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/1444 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN
MAKANAN INSTAN KOREA PADA PENGGUNA APLIKASI
WEVERSE INDONESIA

Oleh:
Ratih Rizkyani
11180920000054

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/1444 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Ratih Rizkyani


Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 06 Juni
2000Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Telaga Cikaret No. 06
RT.003RW. 004, Pakansari, Cibinong,
Bogor
No. Hp 087894486393
Email : ratih.rizkyani18@mhs.uinjkt.ac.id

RIWAYAT PENDIDIKAN

2018 – 2022 : S1 Program Studi Agribisnis UIN Jakarta


2015 – 2018 : SMA Wijaya Kusuma
2012 – 2015 : SMPN 203 Jakarta
2006 – 2012 : SDN 06 Kalisari

PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN


2021 : Voulenteer Local Project Bright Future
AIESECX UIN Jakarta
2021 : Wakil Ketua PDD KKN-DR 243 UIN Jakarta
2021 : Anggota Divisi Acara Webinar Internasional Global
Cultural Day with Sookmyung University, South
Korea

2019 : Anggota Divisi Diklat KOPMA UIN Jakarta


2019 : Anggota Divisi PDD Pekan Koperasi UIN Jakarta
2019 : Anggota Divisi Humas (TOP) Training
OrganizationPlatform) HMJ Agribisnis UIN
Jakarta
2018 : Anggota Divisi Humas Wirausaha JAMUR 2018
PENGALAMAN PELATIHAN DAN KERJA

2022 : Kompetensi Pelaksana Budidaya Sayuran


BNSPLSP Agribisnis Ambissi
2021 : PKL di Kebun Bilabong
2021 : Pelatihan AIESEC Future Leaders
2019 : Pelatihan Menengah Koperasi Mahasiswa UIN
Jakarta
2019 : Pelatihan Dasar Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta
2018 : Pelatihan Kepemimpinan TOP (Training
Organization Platform) HMJ Agribisnis UIN
Jakarta

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat serta karunia-Nya kepada seluruh hamba-Nya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjukan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya semoga kelak kita mendapatkan
syafa’atnya di akhirat. Atas dasar rasa syukur ini penulis dapat menyeleseaikan
skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian
Makanan Instan Korea pada Pengguna Aplikasi Weverse Indonesia”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan
skripsi ini, tentu banyak kesulitan serta kendala yang penulis hadapi, namun
dengan banyaknya doa, bantuan, arahan, dukungan, bimbingan dan semangar
dari berbagai pihak yang akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu, pada kesempataan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Keluarga penulis, Bapak Suparwo dan Ibu Sri Widarti selaku orangtua
penulis, Budhe Listiyah, Kakak Riana Setia Ningrum, Saudara kembar Tiara
Rizkyana dan Keponakan Noura Almeera Jasmeen yang selalu mendoakan,
memberikan dukungan, menyemangati disaat sedih serta memberikan
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, S.P., M.M., Ph.d. selaku Ketua Program
Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, M.M selaku dosen pembimbing 1 yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu, arahan serta motivasi hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing 2 dan dosen
pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
ilmu, arahan serta motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen dan staff Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu, pelajaran serta pengalaman selama
penulis menjalani perkuliahan.
7. Seluruh responden yang telah bekerjasama memberikan waktu serta
informasi untuk membantuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman penulis Anisa Kamila, Anggie, Rizky, Jafira, Devira, serta
seluruh teman-teman Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama
angkatan 2018 yang selalu senantiasa memberikan dukungan, motivasi,
semangat serta membantu penulis penulis selama perkuliahan dan dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini dan tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat serta
ucapan terima kasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempura, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang, Desember 2022

Ratih Rizkyani
NIM. 11180920000054

viii
ABSTRAK

The development of Korean culture in Indonesia has led to an increase in


demand for Korean products, such as film, drama, music, fashion, skincare,
and Korean food. With technology like Weverse, Korean fans can connect with
people who have the same preferences and get the latest information.
Consumer behavior in buying Korean instant food can be influenced by
cultural, social, personal and psychological factors, the purpose of this study is
to determine the characteristics of consumers in buying Korean instant food
and to find out the factors that influence the purchase of Korean instant food.
The determination of the research sample used a purposive sampling technique
with data processing methods, namely factor analysis methods using
questionnaires processed using the SPSS 23 application, besides that it was
also assisted by ethnographic methods carried out by interviews. The results
showed 1) the characteristics of consumers using the Weverse application who
had make purchases of Korean instant food at least once dominated by women
with an age range of 20-25 years and their main profession as students with a
monthly income range of IDR 1,500,000, with a total purchase of 1-2 times a
week, and food that the most consumed are tteokbokki, samyang and ramyun. 2)
There are six factors that influence the decision to purchase Korean instant
food for Indonesian weverse application users, namely individual, friend,
technology, economic, product and habit factors.

Keywords : Korean wave, weverse, buying decision, factor analysis methods,


ethnographic methods
RINGKASAN
Ratih Rizkyani, Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Makanan Instan
Korea pada Pengguna Aplikasi Weverse Indonesia. Di bawah bimbingan Rizki
Adi Puspita Sari dan Dewi Rohma Wati.

Fenomena Korean Wave atau gelombang Korea saat ini sedang


berkembang pesat di dunia termasuk Indonesia, hal ini menyebabkan
peningkatan permintaan barang atau produk Korea Selatan seperti film, drama,
pakaian, kosmetik hingga makanan Korea. Perkembangan budaya Korea juga
didukung oleh adanya kemajuan teknologi yang mempermudah masyarakat
dalam mencari informasi yang mereka inginkan. Weverse merupakan salah satu
teknologi terbaru dimana para pengguna dapat bertemu, berkomunikasi dengan
penggemar yang memiliki kesukaan yang sama dan mengakses informasi terkait
artis yang disukai, seperti barang yang digunakan hingga makanan yang
dikonsumsi. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi konsumen
dalam pembelian makanan instan Korea diantaranya faktor budaya, sosial,
pribadi dan psikologi.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui karakteristik konsumen
yang mengkonsumsi makanan instan Korea pada pengguna aplikasi weverse. 2)
apakah faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian makanan instan
Korea pada pengguna aplikasi weverse. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer berupa hasil kuesioner dan wawancara online kepada
pengguna aplikasi weverse Indonesia yang bertindak sebagai konsumen yang
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea dan data sekunder
berupa data persebaran budaya Korea dan data kepustakaan lainnya. Metode
penentuan sampel menggunakan rumus Lemeshow dengan teknik purposive
sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen kuesioner dengan skala likert 1-4. Analisis data yang digunakan yaitu
menggunakan metode analisis faktor yang akan diolah menggunakan program
SPSS 23 dan metode etnografi.
Penelitian menunjukkan bahwa 1) karakteristik konsumen pengguna
aplikasi weverse yang telah melakukan pembelian makanan instan Korea
minimal satu kali didominasi oleh kaum perempuan dengan rentang usia 20-25
tahun dan profesi utamanya sebagai pelajar/mahasiswa dengan rentang
pendapatan perbulannya sebesar Rp1.500.000, dengan jumlah pembelian
sebanyak 1-2 kali dalam satu minggu, dan makanan yang paling banyak di
konsumsi adalah tteokbokki, samyang dan ramyun. 2) hasil analisis faktor dan
etnografi menghasilkan enam faktor yang memengaruhi keputusan pembelian
makanan instan Korea pada pengguna aplikasi weverse Indonesia yaitu faktor
individu dengan indikator utama adalah pengaruh rasa, faktor teman dengan
indikator utama pengaruh teman, faktor teknologi dengan indikator utama
adalah informasi media lainnya, faktor ekonomi dengan pendapatan sebagai
indikator utama, faktor produk dengan indikator utama saluran pembelian dan
faktor kebiasaan dengan indikator utama yaitu Rutinitas.
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN UJIAN .................................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

ABSTRAK......................................................................................................... ix

RINGKASAN ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8


2.1 Makanan Instan Korea .......................................................................... 8
2.2 Aplikasi Weverse ............................................................................... 12
2.3 Perilaku Konsumen ............................................................................ 14
2.3.1 Faktor yang memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan
Pembelian .......................................................................................... 15
2.3.1.1 Faktor Budaya .......................................................... 16
2.3.1.2 Faktor Sosial ............................................................ 17
2.3.1.3 Faktor Pribadi .......................................................... 18
2.3.1.4 Faktor Psikologis ..................................................... 20
2.3.2 Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian........................... 22
2.3.2.1 Pengenalan Masalah ................................................ 22
2.3.2.2 Pencarian Informasi.................................................. 23
2.3.2.3 Evaluasi Alternatif ................................................... 23
2.3.2.4 Keputusan Pembelian ............................................... 24
2.3.2.5 Perilaku Pasca Pembelian ......................................... 24
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 25
2.5 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 29


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 29
3.3 Metode Penentuan Sampel.................................................................. 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 32
3.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 34
3.5.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 34
3.5.2 Uji Validitas ............................................................................ 35
3.5.3 Uji Reliabilitas ........................................................................ 35
3.5.4 Analisis Faktor ....................................................................... 36
3.5.5 Metode Etnografi .................................................................... 43
3.6 Definisi Operasional ........................................................................... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN................................ 50


4.1 Sejarah Singkat Gelombang Korea (Korean Wave) ............................ 50
4.2 Sejarah Singkat dan Gambaran Penggunaan Aplikasi Weverse ........... 51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 54


5.1 Karakteristik Konsumen..................................................................... 54
5.1.1 Usia Konsumen ...................................................................... 54
5.1.2 Jenis Kelamin Konsumen ....................................................... 55
5.1.3 Pekerjaan Konsumen .............................................................. 57
5.1.4 Pendapatan atau Uang Jajan Konsumen .................................. 58
5.1.5 Intensitas Pembelian Makanan Instan Korea ........................... 59
5.1.6 Makanan Instan yang Paling Banyak di Konsumsi .................. 60

xii
5.2 Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Makanan Instan Korea. 61
5.2.1 Faktor Pribadi ......................................................................... 64

5.2.2 Faktor Teman ......................................................................... 71


5.2.3 Faktor Teknologi .................................................................... 74
5.2.4 Faktor Ekonomi ...................................................................... 77
5.2.5 Faktor Psikologi ..................................................................... 80
5.2.6 Faktor Budaya ........................................................................ 84

BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 88


6.2 Kesimpulan ........................................................................................ 88
6.3 Saran.................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90

LAMPIRAN ..................................................................................................... 95

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori dan Skor Likert ............................................................................... 33

2. Definisi Operasional ..................................................................................... 46

3. Klasifikasi Usia Konsumen ........................................................................... 54

4. Klasifikasi Jenis Kelamin Konsumen ............................................................ 56

5. Klasifikasi Pekerjaan Konsumen ................................................................... 57

6. Klasifikasi Pendapatan atau Uang Jajan Konsumen ....................................... 58

7. Intensitas Pembelian Makanan Instan Korea oleh Konsumen ........................ 60

8. Klasifikasi Makanan Instan yang Paling Banyak di Konsumsi ....................... 61

9. Pembagian Indikator yang Terbentuk .......................................................... 63

10. Analisis Deskriptif Faktor Individu ............................................................. 64

11. Analisis Deskriptif Faktor Teman................................................................ 71

12. Analisis Deskriptif Faktor Teknologi........................................................... 74

13. Analisis Deskriptif Faktor Ekonomi ............................................................ 78

14. Analisis Deskriptif Faktor Psikologi ............................................................ 81

15. Analisis Deskriptif Faktor Kebiasaan .......................................................... 85


DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Popularitas Konten Korea di Indonesia ............................................................ 1

2. Tampilan Awal Aplikasi Weverse ................................................................. 13

3. Faktor yang memengaruhi Keputusan Pembelian ........................................... 16

4. Model Proses Pengambilan Keputusan .......................................................... 22

5. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 28

6. Hasil Scree Plot Ekstraksi Faktor .................................................................. 41

7. Contoh Pembaruan Cerita oleh Artis BTS .................................................... 53


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ..................................................................................... 95

2. Panduan Wawancara (Interview Guide) ....................................................... 100

3. Hasil Uji Validitas Instrumen ...................................................................... 101

4. Hasil Uji Realibilitas ................................................................................... 102

5. Hasil Uji Korelasi ....................................................................................... 103

6. Nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) ............................................ 104

7. Nilai Communalities ................................................................................... 105

8. Hasil Total Variance Explained................................................................... 106

9. Hasil Component Matrix ............................................................................. 107

10. Hasil Rotated Component Matrix .............................................................. 108

11. Hasil Wawancara ...................................................................................... 109


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hallyu Wave atau gelombang Korea merupakan sebaran budaya pop Korea

secara global di berbagai negara. Adanya penyebaran ini dapat memicu banyak

orang untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea serta masakan dan

makanan Korea. Menurut Korea Foundation (KF) dalam World.kbs.co.kr, 2020

jumlah penggemar Hallyu pada tahun 2019 meningkat 11% menjadi 99,32 juta

orang dibandingkan tahun 2018.

Gambar 1. Popularitas Konten Korea di Indonesia Tahun 2017

Sumber: https://lokadata.id/artikel/fesyen-makanan-dan-musik-k-pop- terpopuler-di-indonesia

Badan Promosi Kebudayaan Internasional Korea, Kementerian Kebudayaan,

Olahraga dan Pariwisata dalam lokadata.id telah mewawancarai 400 orang

responden pada tahun 2017, lebih dari 50 persen responden menyatakan produk

Korea terpopuler adalah produk kecantikan mode berpakaian, musik K-Pop dan
makanan. Menurut Korea Foundation for International Culture Exchange atau

KOFICE, Indonesia merupakan negara kedua yang menunjukkan minat tertinggi

pada penyebaran gelombang Korea diikuti oleh Turki, China, dan Thailand

(KOFICE, 2021:21). Menurut Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan

Pedesaan atau Korea Agro- Fisheries & Food Trade Corp (at.or.kr) pengiriman

makanan siap saji mencapai 2,01triliun won (24 triliun rupiah) di tahun 2020,

pasar makanan instan Korea Selatan naik hingga lebih dari 145 persen sejak tahun

2016, dikarenakan meningkatnya permintaan minimarket akibat dari adanya

Covid-19. Data pangan.sari.id menunjukkan peningkatan ekspor makanan instan

melonjak menjadi 34,93 juta dolar AS atau 500 miliar rupiah, hal ini berkaitam

dengan adanya paparan budaya makanan Korea Selatan dan popularitas

“mukbang”.

Budaya Korea yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini sangat

mudah untuk dijumpai di Indonesia terutama dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat milenial seiring berjalannya waktu, budaya Korea banyak dikaitkan

dalam kehidupan sehari-hari para pecinta budaya Korea, mulai dari gaya bicara,

fashion, make up, bahasa hingga makanan (Sarajwati, 2020). Menurut Hasanah

dan Rencidiptya (2020:257) dalam beberapa tahun terakhir ini selain

meningkatnya ekspor makanan instan Korea juga terjadi peningkatan restoran

yang menyajikan makanan Korea, mulai dari restoran kecil yang menjual jajanan

khas Korea, hingga restoran mewah. Untuk tetap dapat bertahan, para produsen

menyadari bahwa konsumen harus merasa puas akan produk yang ditawarkan

(Florencia dan Hartono, 2013).

2
Pada era digital saat ini, semua informasi dapat secara mudah didapatkan oleh

berbagai kalangan yang berbeda seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, hingga

tingkat pendidikan melalui dunia digital (Santoso, 2021). Dengan adanya

digitalisasi media dan semakin tingginya penggunaan internet dapat memunculkan

berbagai media baru. Teknologi yang semakin berkembang dapat membentuk

kelompok atau komunitas baru yang terhubung dalam suatu jaringan komunikasi

(Luthfina dan Irwansyah, 2020:325). Teknologi baru tersebut seperti Weibo

(China), VLive (Korea), Bubble (Korea), Lysn (Korea), Instagram, Twitter, dan

Escapex (New York). Salah satu teknologi media baru yang dapat menyebarkan

informasi akurat dan eksklusif secara berhubungan dengan artis yang mereka

sukai serta sudah banyak digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah

weverse. Dalam aplikasi ini para penggemar memiliki ruang khusus untuk masing-

masing artis dan penggemarnya, mereka juga dapat saling berbagi momen spesial

mengirim pesan khusus kepada artis yang disukai, hingga bermain game pesan

dalam aplikasi tersebut (weverse, n.d). Aplikasi weverse merupakan bentuk

inovasi yang dilakukan dalam pengalaman pelanggan melalui platform digital

sebagai bentuk layanan one-stop service, menurut penelitian Luthfina dan

Irwansyah, (2020:326) salah satu kegiatan individu yang tergabung dalam

kelompok penggemar korean wave adalah mengoleksi barang atau produk yang

terkait dengan objek yang disukai.

Perilaku konsumen dapat memengaruhi keputusan pembelian terhadap suatu

produk dan biasanya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor budaya,

sosial, pribadi dan psikologi (Kotler dan Armstrong, 2011:138). Faktor pertama

3
adalah budaya meliputi, kebiasaan dan nilai budaya. Menurut Hardiyanto

(2017:4) masyarakat Indonesia sangat berhati-hati dalam memilih dan membeli

barang makanan atau produk yang diperjual-belikan, hal ini dikarenakan sebagian

besar penduduk Indonesia beragama islam dan hanya mau

mengkonsumsi makanan halal, budaya dan kebiasaan inilah yang seharusnya

menjadi pertimbangan utama dalam memasarkan produk asing ke Indonesia.

Faktor kedua adalah faktor sosial yang dapat dipengaruhi oleh kelompok,

keluarga, serta peran dan status. Menurut Kotler et al, (2008:221-223) kelompok

dapat menjadi sumber informasi yang sangat penting dan memengaruhi perilaku

konsumen. Faktor ketiga adalah faktor pribadi termasuk juga usia dan tahapan

dalam siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri

serta gaya hidup. Faktor ini banyak memengaruhi karakteristik konsumen dalam

memilih suatu produk sehingga penting bagi seorang pemasar untuk memahami

faktor ini karena kunci keberhasilannya terletak dalam hubungan jangka panjang

konsumen terhadap produk yang dipasarkan (Hudani, 2020:100). Faktor terakhir

adalah faktor psikologis terdiri dari faktor motivasi, persepsi, pembelajaran serta

kepercayaan dan sikap, faktor psikologi dapat sangat berguna bagi pemasar karena

dapat mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu

produk yang dibutuhkan (Kotler et al, 2009:223).

Berdasarkan faktor-faktor diatas, produsen dapat mengetahui faktor apa saja

yang memengaruhi keputusan pembelian makanan instan Korea serta apakah

konsumen merasa puas akan produk yang dikonsumsi. Kepuasan konsumen dapat

ditunjukkan apabila mereka melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut.

4
Karena hal tersebut, perusahaan harus mengetahui faktor apa sajakah yang

memengaruhi keputusan pembelian konsumen dan faktor apa yang memberikan

kepuasan kepada konsumen. Menurut Tjiptono (2005:145), keputusan pembelian

konsumen merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi produsen

makanan instan Korea dalam mempertahankan dan bersaing dengan produsen

yang memiliki usaha yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

Makanan instan Korea saat ini sudah banyak dipasarkan melalui minimarket,

supermarket dan toko-toko online, hal ini telah ditandai oleh adanya peningkatan

permintaan dan peningkatan ekspor makanan instan Korea (atau Korea Agro-

Fisheries and Food Trade Corp). Selain adanya pengaruh gelombang Korea yang

meningkatkan permintaan akan produk-produk khususnya makanan instan Korea,

ekspor makanan instan Korea semakin banyak di Indonesia dikarenakan terdapat

kemiripan selera makanan antara orang Korea dan Indonesia yang sama-sama

menyukai makanan pedas, asin serta asam (Pusporini, 2013). Semakin banyaknya

produk makanan instan Korea menyebabkan adanya persaingan diantara para

produsen, karena itu para produsen makanan instan Korea perlu meneliti

mengenai faktor-faktor konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi makanan

instan Korea untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk dan

merek masing-masing (Hasanah dan Rencidiptya, 2020:257). Berdasarkan uraian

tersebut maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

5
1. Bagaimana karakteristik konsumen yang mengkonsumsi makanan instan

Korea pada pengguna aplikasi weverse?

2. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian makanan

instan Korea pada pengguna aplikasi weverse?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen yang mengkonsumsi makanan

instan Korea pada pengguna aplikasi weverse.

2. Menganalisis faktor-faktor keputusan pembelian makanan instan Korea pada

pengguna aplikasi weverse.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta informasi yang

dapat digunakan oleh berbagai pihak antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis. Selain itu,

penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan

mengkonsumsi makanan instan Korea.

6
2. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi perusahaan

mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam membeli

dan mengkonsumsi makanan instan Korea sehingga dapat membantu

perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran yang lebih efektif dan

efisien.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai perilaku konsumen dalam

membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan masalah atau fokus penelitian yaitu sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor budaya, sosial,

pribadi dan psikologi.

2. Penelitian ini difokuskan pada konsumen yang telah tergabung dalam

aplikasi weverse dan yang pernah melakukan pembelian makanan instan

Korea minimal satu kali.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Instan Korea

Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia Timur yang terletak di

Semenanjung Korea dan berbatasan langsung dengan Korea Utara di sebelah utara,

Laut Kuning di sebelah barat dan Laut Jepang di sebelah timur (cia.org.). Dampak

dari adanya globalisasi di Indonesia menyebabkan semakin banyak dan

beragamnya budaya asing yang masuk dan memengaruhi kebudayaan

masyarakat di Indonesia, hal ini juga di tandai dengan adanya gelombang Korea

atau Korean Wave yang semakin banyak digemari oleh masyarakat Indonesia

(Putri et al, 2019:128). Menurut Lie (2012) konten hiburan Korea yang banyak

digemari adalah drama berseri dan musik (K-Pop), dengan ketertarikan ini

mengakibatkan adanya pengaruh minat yang relatif besar bagi para masyarakat di

Indonesia untuk mencari tahu berbagai hal tentang kebudayaan Korea, tidak

terkecuali dengan makanannya. Makanan atau hidangan Korea ini banyak

dijumpai oleh penggemar budaya Korea melalui drama, film, variety show, dan

lain sebagainnya (Jeong et al, 2017).

Walaupun makanan Korea berbagi bahan karena berbatasan langsung

dengan negara China dan Jepang, namun makanan Korea memiliki rasa, rempah,

bahan dan teknik pengolahan makanan tersendiri. Makanan Korea memiliki

keunikan tersendiri karena sebagian besar makanannya adalah hasil fermentasi dan

sudah diakui manfaat kesehatannya, seperti Kimchi dan Doenjang (Masbudi et al,
2014:1). Menurut Seung Mi et al, (2010:159), rasa utama yang mewakilkan Korea

Selatanadalah rasa pedas, gurih, dan asin, sedangkan untuk bahan makanan yang

mewakili makanan khas Korea Selatan adalah kimchi, kecap kedelai dan bawang

putih. Bagi orang asing yang mengkonsumsi makanan Korea Selatan kebanyakan

menyukai rasa manis, asam, gurih, asin dan ringan, hal ini menjadi salah satu

pertimbangan dan strategi yang dilakukan oleh produsen Korea setelah melihat

adanya kecocokan mengenai selera makan masyarakat Indonesia dengan

masyarakat Korea yang sama-sama menyukai rasa pedas serta menyukai produk

instan karena kemudahaannya, hal ini menyebabkan produk makanan instan Korea

mudah untuk diterima oleh para konsumen Indonesia. Makanan pokok orang

Korea Selatan adalah beras, gandum, dan kacang-kacangan, dikarenakan

kebanyakan masyarakatnya menanam biji-bijian, sehingga sering dibuat untuk

menjadi bubur, mie, kue beras, sirup beras hingga minuman keras yang dibuat dari

beras.

Saat ini sudah semakin banyak produk makanan Korea yang di pasarkan di

restoran Korea ataupun supermarket atau minimarket baik di kota besar dan kota-

kota kecil di Indonesia. Menurut Lupitasari et al, (2020:3) produk-produk

makanan instan Korea di dominasai oleh produk mi instan seperti ramyun,

samyang, jjapagethi, dan japchae serta tteokbokki instan. Berikut akan dijelaskan

secara singkat mengenai karakteristik makanan instan Korea yang umum di jumpai

di Indonesia.

9
a. Ramyun

Ramyun atau Ramyeon merupakan hidangan mi asal Korea yang diperngaruhi

oleh hidangan China bernama lamian. Ramyun menjadi sangat populer karena

mudah dimasak dan cepat dimakan sehingga dapat menjadi makanan yang sesuai

untuk dimakan kapanpun. Ramyun Korea juga memiliki rasa yang lebih kuat dan

biasanya bercita rasa pedas dibandingkan dengan ramen Jepang (Kompas.com,

2020).

b. Samyang

Samyang merupakan mi instan produksi Samyang Food.inc, mi instan ini

memiliki rasa yang khas karena semua produk mi instan ini memiliki rasa yang

pedas. Nama asli mi samyang ini adalah mi goreng rasa ayam pedas, namun

tulisan latin yang terdapat pada kemasan produk hanya “samyang” dan huruf

lainnya merupakan huruf Korea, maka masyarakat Indonesia lebih mengenalnya

dengan sebutan mi samyang (Marchella dan Juniwati, 2021:398-399). Samyang

mulai terkenal di Indonesia dikarenakan adanya samyang challenge yang sempat

populer di media sosial, samyang memiliki beberapa rasa yang saat ini sudah

banyak tersebar di supermarket, minimarket atau toko online lainya seperti, spicy

chicken ramen, cheese ramen, cool rame, curry hot chicken, nuclear 2X spicy,

dan spicy chicken roasted noodles (bp-guide.id).

c. Jjapagethi

Jjapagethi merupakan salah satu jenis mi instan yang di produksi oleh

Nongshim, bentuk mi instan ini sama seperti mi instan Korea lainnya hanya saja

10
bumbu dan rasanya berbeda dengan kebanyakan mi instan lainnnya. Jjapagethi

memiliki bumbu yang sama dengan jajangmyeon, yaitu mi dengan bumbu saus

pasta kacang kedelai hitam (food.detik.com, 2020)

d. Japchae

Japchae merupakan salah satu banchan atau lauk yang pertama kali dibuat

pada abad ke-17 dan terdiri dari sayur-sayuran seperti irisan timun, wortel,

paprika, bayam, bawang bombay dan jamur. Pada abad ke-20 japchae mulai

menambahkan dang myeon atau sohun yang terbuat dari ubi jalar serta tambahan

lainnya seperti daging sapi (Suhartini, 2015:66-67).

e. Tteokbokki

Tteokbokki atau tteok adalah salah satu kue asal Korea Selatan yang terbuat

dari beras ataupun ketan. Tteok dapat menjadi kue manis dengan berbagai rasa

untuk merayakan hari-hari besar di Korea Selatan. Selain itu tteok juga dapat

dibuat memanjang seperti batang dan dimasak menggunakan bumbu gochujang

atau pasta pedas serta bahan lainnya untuk dibuat menjadi tteokbokki (Suhartini,

2015:77).

Salah satu permasalahan yang dihadapi para produsen Korea dalam

memasarkan produknya di Indonesia adalah adanya perbedaan ekonmi antara

kedua negara, mahalnya harga jual barang-barang impor dan tingkat pendapatan

masyarakatnya sehingga dapat memengaruhi daya beli konsumen di Indonesia

(Iswati, 2019:457). Karena hal tersebut para produsen Korea melakukan cara lain

selain tetap mengeskpor produk mereka, yaitu melakukan lokalisasi produk dan

11
bekerjasama dengan produsen makanan Indonesia sehingga dapat menjual produk

serupa namun dengan harga yang relatif rendah. Menurut Iswati (2019:459),

kerjasama produsen lokal dengan produsen Korea telah dilakukan oleh PT.

Jakarana Tama Indonesia yang bekerjasama dengan perusahaan Segye Food dan

Arirang, yang telah melakukan penyesuaian agar lebih sesuai dengan selera dan

harga masyarakat Indonesia dan dapat bersaing dengan produk lokal.

2.2 Aplikasi Weverse

Weverse (위버스) merupakan sebuah aplikasi berbasis seluler dan platform

web Korea yang dibuat oleh salah satu perusahaan hiburan Korea Selatan

yaitu Hybe Corporation (Weverse, n.d). Menurut website resmi weverse aplikasi

ini dibuat pada 1 Juli 2019 yang menjadi platform resmi artis internasional atau

Kpop dalam menyajikan konten multimedia dan komunikasi artis ke penggemar

untuk terhubung satu sama lain. Pada tahun 2020, menurut Mehta (2020) weverse

sudah memiliki 1,4 juta pengguna dari 200 negara, dan pada tahun 2022

meningkat hingga lebih dari 6,8 juta pengguna.

Koren wave merupakan salah satu budaya asing yang saat ini sedang

berkembang pesar di seluruh penjuru dunia, dengan keberadaanya yang semakin

populer menjadikan korean wave sebagai sebuah fenomena baru (Syafikarani,

2021:2). Konten-konten budaya Korea yang saat ini sedang

berkembang adalah musik, film, drama, kosmetik, mode pakaian, budaya

tradisional hingga makanan Korea yang disajikan dengan unsur-unsur Korea dan

12
menargetkan kaum milenial sebagai tujuan utama penyebaran budayanya.

Menurut Egsa.geo.ugm (2020) salah satu konten budaya Korea yang saat ini

sangat diminati oleh kaum milenial adalah musik pop Korea atau yang lebih

dikenal dengan nama K-Pop, salah satu konten kebudayaan Korea yang dapat

meningkatkan perekonomian Korea Selatan. Karena hal tersebut banyak

perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang mulai berlomba-lomba

mempromosikan berbagai platform yang dapat menghubungkan para penggemar

dengan artis yang mereka sukai.

Gambar 2. Tampilan Awal Aplikasi Weverse

Sumber : Aplikasi Weverse (2022)

13
Aplikasi weverse saat ini tersedia sebagai situs web, dan aplikasi yang fokus

pada dunia hiburan dan komunikasi, serta aplikasi lainnya berupa layanan e-

commerce dengan nama Weverse Shop (Herman, 2020). Kedua aplikasi tersebut

saat ini sudah tersedia untuk iOS di Apple Store serta untuk Android di Google

Play Store. Menurut Kompas.com saat ini aplikasi weverse sudah tersedia dalam

berbagai bahasa seperti, Bahasa Inggris, Korea, Jepang, China, Spanyol, Portugis,

Indonesia, Melayu dan Thailand. Saat ini sudah semakin banyak artis Korea

maupun luar negeri yang terdaftar pada aplikasi weverse antara lain adalah BTS,

TXT, Enhypen, Blackpink, MAX, Gracie Abrams, dan masih banyak lagi dengan

total artis yang terdaftar berjumlah 60 artis (Weverse, n.d)

2.3 Perilaku Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) dalam Irwansyah et al, (2021:2)

perilaku konsumen merupakan sebuah kegiatan dalam mencari, membeli,

menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang dapat

memberikan kepuasan kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dengan

mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan menurut Firmanyah

(2018:1) perilaku konsumen memiliki keterkaitan erat dan faktor yang mendasar

bagi konsumen dalam proses pembelian suatu barang atau jasa. Menurut Engel et

al, (1995) dalam Razak (2016:4) perilaku konsumen adalah sebuah tindakan untuk

dapat memperoleh, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa.

Menurut Razak (2016:5) dalam buku yang sama perilaku konsumen adalah

aktifitas fisik maupun mental konsumen untuk mendapatkan, mengkonsumsi serta

14
menghentikan pemakaian produk ataupun jasa. Sehingga penting bagi sebuah

produsen untuk dapat memiliki keunggulan yang kompetitif serta mampu

memahami selera dan kebutuhan konsumen untuk dapat memenuhi kebutuhan dan

memberi rasa puas bagi para konsumennya. Perilaku konsumen sulit untuk

dipelajari karena jawaban dari pertanyaan taditerdapat dalam pikiran konsumen,

seringkali konsumen sendiri tidak mengetahui apa yang memengaruhi pembelian

mereka.

Sulitnya mempelajari perlaku konsumen dikarenakan perbedaan

karakteristik konsumen yang beragam serta selera konsumen yang selalu berubah-

rubah, hal ini juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat

memengaruhi selera konsumen. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan

bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi berpengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen. Salah satu dari penelitian tersebut dilakukan oleh

Prawira et al, (2019) menghasilkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan

psikologi berpengaruh terhadap keputusan pembelian makanan Korea di Kota

Pontianak.

2.3.1 Faktor yang M emengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan


Pembelian

Menurut Kotler dan Armstrong (2011:135) keputusan pembelian sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis

daripembeli itu sendiri.

15
Budaya

Sosial
Sub-budaya
Kelompok Pribad
Acuan
Usia dan Tahap Psikologi
Siklus Hidup
Keluarga Pekerjaan Motivasi
Keadaan Ekonomi P
i ersepsi
iKepribadian dan Pembelajaran Pembeli
Kelas Sosial Peran dan Konsep
Statu Diri Gaya Kepercayaan
Hidup dan Sikap

Gambar 3. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian


Sumber: (Kotler dan Armstrong, 2011:135)

2.3.1.1 Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan banyak pengaruh yang luas dan mendalam pada

perilaku konsumen, hal ini dikarenakan faktor budaya merupakan nilai sosial yang

diterima oleh masyarakat secara menyeluruh serta tersebar kepada para

anggotanya melalui bahasa serta simbol-simbol (Anoraga, 2005:227)

a. Budaya

Menurut Schiffman dan Wisenblit (2019:295) budaya merupakan nilai

kolektif, adat-istiadat, norma, seni, pranata sosial, dan prestasi intelektual

masyarakat tertentu. Budaya merupakan penyebab paling dasar dari keinginan dan

perilaku seseorang, hal ini dikarenakan masyarakat tumbuh dan belajar mengenai

nilai- nilai dasar, persepsi keinginan, dan perilaku dari keluarga dan lembaga

penting lainnya (Kotler dan Armstrong, 2011:135).

16
b. Sub-Budaya

Setiap budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil, dalam hal ini sub-

budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu, kelompok, nasionalisme,

kelompok agama, kelompok ras serta kelompok wilayah (Setiadi, 2003:10).

Ketika pemasar memilih subkultur sebagai target pemasaran, perusahaan harus

selalu melakukan modifikasi produk agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen

sehingga sesuai dengan subkultur nilai dan selera konsumen (Schiffman dan

Wisenblit, 2019:319).

c. Kelas Sosial

Semua masyarakat menunjukkan stratifikasi sosial, namun paling sering

ditunjukkan dalam bentuk kelas sosial. dalam masyarakat kelompok sosial yang

relatif sama dan bertahan dalam waktuyang lama biasanya tersusun secara hierarkis

dan memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama (Kotler dan Keller, 2008:154).

2.3.1.2 Faktor Sosial

Sebuah kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang berbagi norma,

nilai atau keyakinan serta memiliki hubungan yang dapat didefinisikan sehingga

kebanyakan perilaku setiap individu dalam kelompok dapat saling bergantung

(Khan, 2005:58).

a. Referensi Kelompok

Referensi kelompok dalam perspektif pemasaran menurut Schiffman dan

Kanuk (2000) dalam Irwansyah et al, (2021:196) adalah kelompok yang dianggap

17
sebagai dasar dari referensi seseorang dalam menentukan keputusan

pembelian.

Kelompok referensi juga memberikan standar mengenai morna dan tata nilai yang

dapat menjadi perspektif baru dan dapat memengaruhi cara berpikir dan perilaku

seseorang. Kelompok referensi bukan hanya kelompok yang berinteraksi dengan

individu seperti keluarga dan teman, namun juga kelompok yang tidak berinteraksi

secara langsung dengan individu.

b. Keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Menurut Firmansyah (2018:246)

dalam keluarga terdapat empat variabel yang paling banyak memberikan dampak

terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu usia kepala rumah tangga dan

keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan status pekerjaan.

c. Peran dan Status

Peran terdiri dari aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang, setiap peran

dapat menunjukkan status seseorang. Orang memilih produk yang mencerminkan

dan mengkomunikasikan peran dan status yang diinginkan dalam masyarakat.

2.3.1.3 Faktor Pribadi

Menurut Kotler dan Keller (2008:156), keputusan pembelian juga dapat

dipengaruhi oleh faktor pribadi, hal ini termasuk dalam usia dan tahap dalam siklus

hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya

hidup.

18
a. Umur dan Tahap Siklus Hidup

Selera seseorang dalam setiap produk dan merek yang disukai dan dibeli sering

kali dikaitkan dengan usia. Pembelian sering dipengaruhi oleh siklus hidup seperti

keluarga, jumlah anggota, usia dan jenis kelamin konsumen (Simamora, 2002:91).

Pengalaman seseorang yang sudah dewasa dapat membuat perubahan perilaku

konsumen dalam membeli suatu produk, hal ini dikarenakan mereka sudah

melewati berbagai macam peristiwa dalam kehidupan yang dapat menimbulkan

kebutuhan baru (Simarmata et al, 2021:8).

b. Pekerjaan

Pekerjaan juga dapat memengaruhi pola konsumsi seseorang, sehingga

menyebabkan pemasar harus mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki

tingkat yang berbeda terhadap minat produk serta layanan dan juga terhadap

pekerjaan konsumen yang berbeda. Menurut Simarmata et al, (2021:8) pekerjaan

dapat memengaruhi perilaku konsumen karena berpengaruh terhadap penghasilan

dan kemampuan konsumen dalam membeli produk dan jasa.

c. Keadaan Ekonomi

Menurut Kotler et al, (2009:224) pilihan suatu produk juga sangat

dipengaruhi oleh keadaan ekonomi konsumen seperti, pendapatan yang dapat

dibelanjakan, tabungan, aset, hutang, daya pinjam dan sikap terhadap

pengeluaran.

d. Gaya Hidup

Orang-orang dari subkultur, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat

menjalani gaya hidup yang sangat berbeda, bahkan gaya hidup akan berbeda pula

19
dengan masyarakat pada masa yang berbeda. Namun menurut Setiadi (2003:80)

gaya hidup merupakan perilaku yang mencerminkan masalah dalam diri konsumen

yang cenderung berbaur dengan masalah emosi dan psikologis konsumen.

e. Kepribadian dan Konsep Diri

Setiap individu memiliki karakteristik dan kepribadian yang dapat

memengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian yang dapat memengaruhi

perilaku konsumen dalam membeli suatu produk, seperti kepercayaan diri, rasa

hormat, kemampuan bersosialisasi, pembelaan diri dan kemampuan beradaptasi.

Kepribadian dapat menjadi satu variabel penting dalam menganalisis perilaku

konsumen karenabersifat lebih dalam daripada gaya hidup (Setiadi, 2003:67).

2.3.1.4 Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat memengaruhi keputusan konsumen dalam

memutuskan pembelian yaitu, motivasi, persepsi, pembelajaran serta kepercayaan

dan sikap.

a. Motivasi

Setiap individu memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu, beberapa

kebutuhan ini biasanya muncul akibat adanya tekanan biologis seperti adanya rasa

lapar, haus dan ketidaknyamanan akan sesuatu. Kebutuhan lainnya dapat berupa

tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan atau penghargaan yang

biasanya bersifat psikogensesis (Firmansyah, 2018:250)

20
b. Persepsi

Persepsi atau pandangan dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang

memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan gambaran (Lamb, 2001:224). Dalam pemasaran, persepsi lebih

penting daripada kenyataan, hal ini disebabkan karena persepsi-lah yang

memengaruhi perilaku konsumen yang sebenarnya. Persepsi setiap orang dapat

berbeda, dikarenakan tiga proses persepsi, yaitu perhatian selektif, distorsi

selektif, dan retensi selektif.

c. Pembelajaran

Menurut Kotler et al, (2009:231) belajar dihasilkan melalui adanya interaksi

dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan penguatan. Melalui pembelajaran,

sikap, keyakinan, nilai dan perasaan dapat dipengaruhi, sehingga dapat

digambarkan bahwa pembelajaran merupakan perubahan dalam konten atau

organisasi di dalam memori jangka panjang.

d. Kepercayaan dan Sikap

Melalui tindakan dan pengalaman seseorangan akan mendapatkan kepercayaan

dan sikap yang akan memengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan

pembelian. Menurut Firmansyah (2018:253) kepercayaan merupakan sebuah

gambaran seseorang mengenai sesuatu, sehingga dapat memengaruhi perilaku

konsumen. Selain itu, sikap juga dapat memengaruhi perilaku konsumen, hal ini di

karenkan sikap dapat memengaruhi evaluasi, perasaan emosi dan tindakan

konsumen terhadap suatu produk.

21
2.3.2 Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap evaluasi dimana konsumen dapat

membuat peringkat merek dan membentuk niat beli. Menurut Kotler dan

Armstrong (2011:369) keputusan pembelian adalah membeli merek yang paling

disukai, namun terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi niat pembelian dan

keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua

adalah faktor situasional yang tidak terduga, sehingga dapat disimpulkan bahwa

preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan keputusan pembelian

yang sebenarnya. Dalam mengambil keputusan, konsumen akan melewati lima

tahap pengambilan keputusan, yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Pada

Gambar 4 menunjukkan bahwa konsumen dalam mengambil keputusan

pembelian melewati lima tahap.

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku pasca-


masalah informasi alternatif pembelian pembelian
Gambar 4. Model Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Kotler dan Armstrong, 2011:154

2.3.2.1 Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali masalah atau

kebutuhan yang disebabkan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan

internal didapatkan dari diri seseorang dan menimbulkan kebutuhan normal seperti

22
rasa haus atau lapar. Sedangkan rangsangan eksternal didorong oleh faktor luar

misalnya lingkungan sekitar, dalam hal ini dapat berupa iklan, kelas sosial,

pekerjaan, kelompok, penghasilan, ataupun gaya hidup konsumen yang nantinya

dapat memengaruhi kebutuhan konsumen.

2.3.2.2 Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik pada suatu produk mungkin mencari informasi lebih

lanjut mengenai produk yang menarik perhatiannya. Jika terdapat dorongan yang

kuat maka kemungkinan besar konsumen akan membeli produk tersebut. Dalam

melakukan pencarian informasi, konsumen dapat memperoleh informasi dari

beberapa sumber (Setiadi, 2015: 16), yaitu:

a. Sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga atau rekan kerja.

b. Sumber komersial seperti iklan, pameran, situs web, pengemasan dan display.

c. Sumber publik seperti media massa, media sosial, ataupun pencarian online.

d. Sumber pengalaman seperti pernah menggunakan atau pernah mengkonsumsi


produk

2.3.2.3 Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan sikap konsumen dalam memproses informasi

untuk memilih di antara merek-merek atau produk alternatif. Dalam mengevaluasi

alternatif pembelian dapat tergantung pada individu konsumen sendiri dan situasi

pembeliannya. Konsumen kadang akan melakukannya dengan keputusan mereka

sendiri ataupun berdasarkan opini teman, ulasan online ataupun saran dari

penjual.

23
Konsumen membandingkannya dengan memberikan penilaian yang berbeda

terhadap setiap produk sepertikualitas, harga, kemasan, dan informasi produk.

2.3.2.4 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen merupakan tahapan dimana konsumen dapat

membeli merek yang paling disukai, namun dalam proses ini terdapat dua faktor

yang akan memengaruhi. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua

adalah faktor situasional dimana keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh

faktor pendapat, harga, dan manfaat yang diharapkan.

2.3.2.5 Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian akan meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan

pasca pembelian serta penggunaan dan pembuangan pasca pembelian. Hampir

semua pembelian akan mengakibatkan ketidaknyamanan pasca pembelian, hal ini

dikarenakan konsumen tidak nyaman dengan kelemahan dari merek yang mereka

beli dan kehilangan manfaat dari produk yang tidak mereka beli. Kepuasan

pelanggan merupakan kunci untuk membangun hubungan yang dapat memberikan

keuntungan bagi konsumen sehingga konsumen tersebut akan berbicara dengan

baik mengenai produk, tidak memperhatikan merek dan iklan dari pesaing serta

berkemungkinan besar untuk membeli merek tersebut kembali.

24
2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Basith dan Fadhilah (2019) mengenai

analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian produk pada

McDonald’s di Jatiasih Bekasi. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif dan analisis faktor dengan bantuan SPSS 25. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode non probability

sampling dengan teknik accidental sampling. Dari hasil penelitian didapat

karakteristik konsumen mayoritas berdomisili di Bekasi Selatan, berstatus belum

menikah, memiliki usia muda dengan tingkat pendidikan terakhir SMA, berjenis

kelamin perempuan, status pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa, pendapatan per

bulan di bawah satu juta rupiah, dan pengeluaran per bulan untuk pembelian produk

McDonald’s adalah sebesar lima puluh ribu rupiah. Dari hasil penelitian ini didapat

sepuluh faktor yang memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk

di McDonald’s, yaitu faktor pengaruh lingkungan, kebiasaan individu, bauran

promosi produk, aktivitas, waktu, daya tarik produk, asumsi pribadi, keunikan

produk, pengetahuan mengenai produk dan kondisi fisik, dengan variabel dominan

adalah faktor waktu.

Penelitian kedua dilakukan oleh Wahyudi (2021) mengenai analisis faktor-

faktor preferensi konsumen dalam keputusan pembelian Booth Boca. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui faktor preferensi konsumen yang membentuk

keputusan pembelian booth BOCA di wilayah Surabaya. Penelitian ini dilakukan

25
dengan menggunakan metode analisis faktor konfirmatori atau CFA dengan

bantuan aplikasi SmartPLS 3.0, metode pengumpulan sampel menggunakan metode

non probability sampling dengan teknik sampel jenuh. Hasil penelitian yang telah

dilakukan menggunakan Confirmatory Factor Analysis, disimpulkan bahwa Price

(X1), Tangible (X2), Quality of Service (X3), Brand (X4), dan Quality of Products

(X5) merupakan konstruk dimensi pembentuk konstruk second order keputusan

pembelian, dan faktor dominan yang membentuk keputusan pembelian ditunjukkan

oleh Quality of Products (X5).

Penelitian ketiga dilakukan oleh Buggy et al, (2020) mengenai studi

netnografi tentang keputusan konsumen menggunakan jasa pesan antar makanan

online di Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

netnografi, teknik penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling dan dikumpulkan dengan melakukan observasi dan

dokumentasi. Penelitian ini meneliti pengaruh bauran pemasaran yaitu, harga,

produk, promosi dan distribusi terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa

pesan yaitu, Go-Food, GrabFood, McDelivery, KFC Pesan Antar Online dan Pizza

Hut Delivery. Hasil penelitian didapat bahwa konsumen cenderung memilih jasa

pesan antar makanan online dikarenak kemudahan penggunaan aplikasi dan

kemudahan penggunaan fiture yangada.

Penelitian keempat dilakukan oleh Utami, Nur (2020) mengenai keputusan

pembelian oleh konsumen pada online shop di Desa Sajen, Kabupaten Klaten.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik triangulasi, dan teknik

26
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian

didapat bahwa pembelian secara online masih kurang efektif di desa Sajen, hal ini

dikarenakan masih adanya remaja yang membeli barang langsung di toko.

Pembelian secara online dilakukan para remaja sebagai alternatif lain selain

melakukan pembelian secara konvensional.

2.5 Kerangka Pemikiran

Budaya Korea yang berkembang secara pesat di Indonesia menyebabkan

masyarakat tertarik akan berbagai produk-produk asal negeri gingseng ini, mulai

dari drama, musik, pakaian, dan makanan instannya sehingga menyebabkan

tingginya permintaan akan produk-produk tersebut. Adanya fenomena inilah yang

mendasari penulis dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini akan

menggunakan komunitas penggemar Korea yang telah tergabung dalam aplikasi

weverse, hal ini dikarenakan aplikasi ini dibuat dengan tujuan untuk

menghubungkan para penggemar Korea dengan artis yang mereka sukai.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan faktor-faktor

yang memengaruhi konsumen dalam membeli makanan instan Korea, penelitian

ini akan diolah menggunakan metode analisis faktor dengan pendekatan CFA

(Confirmatory Factor Analysis) diperkuat dengan menggunakan metode etnografi

dan diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 23. Hasil dari penelitian

ini akan melihat kumpulan indikator-indikator yang akan membentuk faktor baru

terhadap keputusan pembelian makanan Korea terhadap pengguna aplikasi

weverse Indonesia. Berikut kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini.

27
Fenomena Korean Wave yang semakin berkembang dan populer di
masyarakat menyebabkan peningkatan permintaan berbagai produk Korea
Selatan salah satunya makanan instan Korea

Pengguna Aplikasi Weverse

Karakteristik dan Faktor-Faktor Keputusan Pembelian


Konsumen dalam Membeli Makanan Instan Korea

Budaya Sosial Pribadi Psikologi


1. Kebiasaan 1. Referensi 1. Usiadan Tahap
Kelompok 1. Motivasi
Siklus Hidup 2. Persepsi
2. Nilai 2. Keluarga 2. Keadaan Ekonomi 3. Pembelajaran
Budaya 3. Peran dan 3. Kepribadiaan 4. Keyakinan
Status 4. Gaya Hidup dan Sikap

Analisis Faktor

Faktor Ke-1 Faktor Ke-2 Faktor Ke-3 Faktor Ke-4 Faktor Ke-5 Faktor Ke-6

Metode Etnografi

Keputusan Pembelian
Makanan Instan Korea

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner pada aplikasi

weverse dan wawancara online. Tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa belum terdapat penelitian yang melakukan

penelitian pada aplikasi weverse. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan

Juni hingga Agustus 2022.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, untuk

data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.

Pada penelitian ini metode kualitatif akan menggunakan pendekatan metode

etnografi, sedangkan metode kuantitatif akan menggunakan analisis faktor dengan

bantuan aplikasi SPSS 23. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan juga wawancara mendalam

kepada penggemar Korean Wave yang menggunakan aplikasi Weverse dan

bertindak sebagai konsumen yang pernah membeli makanan instan Korea nama

produk yang didapat dari website-website resmi, buku, jurnal ilmiah, skripsi dan

artikel dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.


3.3 Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2013:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Metode penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan adanya pertimbangan

atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2013:85).

1. Kriteria responden pengisi kuesioner

Kriteria calon responden untuk penelitian kuantitatif dengan teknik

pengumpulan data menggunakan kuesioner adalah sebagai berikut :

a. Berusia 17 tahun keatas

b. Memiliki akun weverse

c. Telah bergabung dalam aplikasi minimal 1 tahun

d. Pernah membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea.

Kriteria konsumen harus berusia 17 tahun keatas dikarenakan pada usia

tersebut konsumen telah dianggap mampu menentukan keputusan sendiri tanpa

pengaruh atau paksaan orang lain. Selain itu konsumen juga harus memiliki akun

weverse dengan keanggotaan minimal 1 (satu) tahun hal ini dikarenakan objek

penelitian dalam penelitian ini haruslah penggemar konten Korea.

Dalam penelitian ini populasi sangatlah banyak dan tidak diketahui

jumlahnya secara pasti, maka besarnya sampel yang akan digunakan dihitung

menggunakan rumus menurut Lemeshow, penggunaan rumus Lemeshow

dikarenakan jumlah populasi yang diteliti tidak diketahui (Sujalu et al, 2020:90)

30
Z 2 . P. (1 − P)
n =
d2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

z = Tingkat kepercayaan, dalam penelitian ini menggunakan nilai 5% =1,96

p = Nilai maksimal estimasi (0,5)

d = Deviasi, idealnya sebesar 10% atau 5%

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan

jumlah sampel sebesar 96 orang. Namun dalam penelitian ini jumlah sampel

tidak dibulatkan menjadi 100 melainkan akan ditambahkan sebesar 25% sehingga

dalam penelitian ini akan memiliki 125 orang responden, hal ini dilakukan peneliti

untuk memperkecil kemungkinan adanya kesalahan seperti data tidak valid atau data

tidak normal.

2. Kriteria responden wawancara

Kriteria calon responden untuk penelitian kualitatif dengan teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam adalah sebagai berikut :

a. Berusia 17 tahun keatas

b. Memiliki akun weverse.

c. Telah bergabung dalam aplikasi minimal 1 tahun.

d. Pernah membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea.

e. Melakukan postingan minimal satu kali dalam seminggu.

Pada kriteria responden wawancara untuk metode etnografi, peneliti

menggunakan kriteria yang sama dengan kriteria pada responden kuseioner namun

31
pada terdapat perbedaan yang terletak pada kriteria terakhir dimana konsumen

telah melakukan postingan pada aplikasi weverse minimal satu kali dalam

seminggu, hal ini dikarenakan responden wawancara diharapkan memiliki

ketertarikan yang lebih pada konten-konten Korea dibandingkan dengan repsonden

kuseioner.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan

data, pada metode penelitian kuantitatif akan menggunakan kuesioner melalui

google form, sedangkan pada metode kualitatif dengan pendekatan etnografi

menggunakan wawancara.

1. Kuesioner

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam

bentuk google form yang berisi pertanyaan terstruktur yang perlu dijawab atau

diisioleh narasumber. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini akan

berisikan mengenai karakteristik konsumen, pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi

dan psikologis serta dampaknya terhadap keputusan pembelian. Dalam penelitian

ini, peneliti menyebarkan kuesioner melalui aplikasi weverse, twitter, dan

whatsapp group. Pada aplikasi weverse dan twitter, peneliti menyebarkan

kuesioner dengan cara memposting link serta kriteria yang dibutuhkan untuk dapat

menjadi narasumber, sedangkan penyebaran kuesioner melalui aplikasi whatsapp

group dilakukan dengan mengikuti berbagai group khusus para penggemar artis

Korea yang tergabung dalam aplikasi weverse dan menyebarkan kuesioner serta

kriteria yang dibutuhkan.

32
Untuk menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan tepat maka instrumen

penelitian harus memiliki skala. Skala pengukuran yang akan digunakan dalam

penelitian ini menggunakan skala Likert. Pada penelitian ini skala Likert hanya

akan menggunakan skala 1 sampai dengan 4 hal ini bertujuan untuk dapat

menghindari kecenderungan responden dalam memilih kategori netral. Rincian

kategori dan skor kuesioner menggunakan skala Likert dapat dilihat pada Tabel 1

berikut:

Tabel 1. Kategori dan Skor Likert


Kategori Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Setuju (S) 3
Sangat Setuju (SS) 4

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara menanyakan

pertanyaan kepada seseorang yang menjadi informan atau responden (Sugiyono,

2013:137). Pada penelitian ini wawancara yang akan digunakan adalah wawancara

mendalam (deep interview) dengan menggunakan pedoman wawancara, hal ini

bertujuan untuk menjaga wawancara berjalan dengan teratur. Metode pengumpulan

data ini digunakan untuk dapat memperoleh informasi mengenai faktor-faktor apa

saja yang dapat memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan

mengkonsumsi makanan instan Korea pada pengguna aplikasi weverse. Dalam

penelitian ini telah dipilih lima narasumber yang merupakan narasumber yang

juga telah melakukan pengisian kuesioner dan sesuai dengan kriteria responden

untuk wawancara.

33
3.5 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisis data kuantitatif akan menggunakan metode

analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori atau Confirmatory Analysis Factor

(CFA) dimulai dengan pengujian kuesioner yang terdiri dari uji validitas dan uji

reliabilitas. Kemudian, data yang telah didapat dari hasil kuesioner akan diolah

menggunakan bantuan aplikasi SPSS 23. Sedangkan pada metode analisis data

kualitatif akan menggunakan metode etnografi menggunakan analisis taksonomi

(Taxonomy Analysis).

3.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode yang dapat digunakan untuk

menggambarkan hasil penelitian yang telah dikumpulkan namun tidak digunakan

untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Data yang akan diambil oleh peneliti

adalah mengenai karakteristik konsumen seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan,

penghasilan dan lain sebagainnya. Hasil analisis deskriptif ini nantinya akan

dikelompokan sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik

konsumen secara umum.

Analisis deskriptif pada penelitian inidilakukan untuk mendeskripsikan data-

data yang telah diperoleh berdasarkan jawaban responden sehingga akan dapat

menggambarkan hasil jawaban responden sebagai sebuah informasi tambahan

untuk dapat memahami hasil penelitian ini. Pengukuran analisis deskriptif ini

dilakukan dengan menggunakan skor 1 untuk rendah dan skor 4 untuk tinggi.

34
3.5.2 Uji Validitas

Menurut Kurniawan dan Puspitaningtyas (2016:98) uji validitas digunakan

mengetahui ketepatan item pertanyaan dalam mengukur variabel yang diteliti. Uji

validitas dilakukan dengan tujuan apakah suatu variabel dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur, dalam penelitian ini uji validitas akan diukur dengan

membandingkan nilai r hitung dengan tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, nila

n yang dimaksud adalah jumlah sampel (Ghozali, 2005:45).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r

tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel

(Ghozali, 2005:45). Nilai r hitung dalam penelitian ini dilihat pada output

Cronbach Alfa kolom Correlated Item-Total Correlated, sedangkan nilai r tabel

dengan df = n-2 memiliki jumlah sampel sebanyak 30 sehingga dalam penelitian

ini nilai df dapat dihitung 30-2=28. Dengan df= 28 dan Alpha = 0,05 didapat nilai

r tabel = 0,3610. Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan

valid, dan sebaliknya. Pada Lampiran 3 telah disajikan hasil uji validitas dan telah

diperoleh data yang menyatakan kevalidan dari 23 butir pertanyaan terdapat 4

pertanyaan yang tidak valid yaitu untuk indikator pengaruh keluarga, gaya hidup

orang lain, pengaruh trend, dan perbandingan dengan produk serupa.

3.5.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan dari item

pertanyaan dalam mengukur variabel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian

dapat dikatakan reliabilitas atau memiliki tingkat kepercayaan apabila instrumen

35
tersebut menunjukkan hasil yang tetap atau konsisten (Kurniawan dan

Puspitaningtyas, 2016:97). Instrumen yang reliabel merupakan instrumen yang

apabila dicoba berulang kali pada kelompok yang sama akan tetap menghasilkan

data yang sama atau tidak terdapat perubahan pada responden (Sitinjak dan

Sugiarto, 2006:71). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik

Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS didapatkan nilai 0,846. Menurut Nunnally

dalam Ghozali (2005:42) konstruk dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach

Alpha > 0,60, pada Lampiran 4 yang telah disajikan menunjukkan nilai Cronbach

Alpha sebesar 0,846 > 0,60 yang artinya konstruk kuesioner dalam penelitian ini

dapat dikatakan reliabel. Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada

butir pertanyaan kuesioner, peneliti menetapkan untuk tetap menggunakan

kembali butir pertanyaan yang tidak valid untuk melakukan penyebaran kuesioner

selanjutnya kepada 125 responden dengan memperbaiki kalimat pertanyaan

terlebih dahulu, sehingga butir pertanyaan akan tetap berjumlah 23.

3.5.4 Analisis Faktor

Analisis faktor adalah sebuah teknik untuk meringkas informasi yang diteliti

dalam variabel atau atribut awal menjadi faktor baru atau dimensi baru, teknik

meringkas ini dilakukan dengan mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel

dengan melihat korelasi diantaranya (Dharma et al, 2020:63). Analisis faktor

adalah alat analisis statistik yang digunakan untuk meringkas beberapa variabel

yang saling independen menjadi lebih sedikit variabel, sehingga didapatkan

hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel independen sehingga nantinya

36
dapat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah

variabel awal yang disebut sebagai faktor namun tetap mencerminkan variabel-

variabel sebelumnya (Bararoh, Ali 2013:55). Menurut Sitinjak dan Sugiarto

(2006:40) dalam analisis faktor terdapat dua pendekatan utama, yaitu:

a. Explanatory Factor Analysis (EFA), dalam pendekatan ini faktor yang terbentuk

tidak ditentukan terlebih dahulu sehingga harus dicari hingga mendapatkan

faktor yang dapat menjawab kebutuhan data variabel asal.

b. Confirmatory Factor Analysis (CFA), dalam pendekatan ini faktor yang

terbentuk telah ditentukan terlebih dahulu. Asumsi dasar yang harus dipenuhi

dala penggunaan analisis faktor adalah bahwa kelompok variabel yang dianalisis

harus saling berhubungan.

Menurut Dharma et al, (2020:63) terdapat beberapa langkah yang harus

dilakukan untuk melakukan analisis faktor, yaitu:

1. Membuat Matriks Korelasi

Dalam melakukan analisis faktor, hal pertama yang harus dilakukan adalah

memastikan data yang diteliti memenuhi syarat dan dilakukan dengan mencari

korelasi matriks antara atribut yang diteliti. Pengujian yang akan dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Barlett’s Test of Spericity, uji ini digunakan untuk mencari tahu apakah

variabel-variabel dalam sampel berkorelasi. Hasil uji Barlett”s Test of

Sphericity yang disajikan pada Lampiran 5 adalah sebesar 1580.343 dengan

nilai signifikansi 0,000 < 0,05, hal ini dapat diartikan bahwa terjadi korelasi

antar variabel.

37
b. Uji KaiserMeyer Olkin (KMO), uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui

kelayakan sampel, yang akan dianggap layak apabila besaran KMO > 0,5.

Pada hasil uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) yang disajikan pada Lampiran 5

didapatkan nilai KMO sebesar 0,712 > 0,5, yang artinya bahwa variabel-

variabel dalam penelitian ini dapat diproses lebih lanjut.

c. Uji Measure of Sampling Adequency (MSA), uji ini dilakukan untuk mengukur

derajat korelasi antar variabel dengan kriteria MSA > 0,5. Nilai Measure of

Sampling Adequency (MSA) terletak pada tabel Anti Image Matrice pada

bagian Anti-Image Correlation yang ditandai dengan “a” yang terletak secara

diagonal dari bagian kiri atas ke bagian kanan bawah. Nilai MSA yang

disajikan pada Lampiran 6 dapat diketahui bahwa variabel-variabel dalam

penelitian ini memiliki nilai Measure of Sampling Adequency (MSA) > 0,5

sehingga dapat dikatakan sudah valid dan dapat dianalisis lebih lanjut.

2. Ekstraksi Faktor

Ekstraksi faktor dilakukan untuk mereduksi data dari beberapa atribut untuk

dapat menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi

antara atribut yang diteliti. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk

melakukan ekstraksi faktor, yaitu:

a. Principal Components Analysis, atau analisis komponen utama bertujuan untuk

membentuk sebuah kombinasi linear dari atribut-atribut yang diteliti.

b. Principal Axis Factoring, dalam metode ini matriks korelasi diagonal diganti

dengan sebuah estimasi faktor, dimana faktor awal selalu diberi angka 1.

38
c. Unweight Least Square, metode ini bertujuan untuk meminimumkan jumlah

perbedaan antara matriks korelasi yang diobservasi dan yang diproduksi dengan

mengabaikan matriks diagonal dari faktor tertentu.

d. Generalized Least Square, metode ini meminimumkan error, namun korelasi

dari indikator yang memiliki error yang lebih besar diberi timbangan yang lebih

kecil dari indikator yang memiliki error yang lebih kecil.

e. Maximum Likelihood, metode ekstraksi faktor yang menghasilkan estimasi

parameter untuk mendapatkan matriks korelasi observasi.

Ekstraksi faktor dalam penelitian ini menggunakan metode PCA atau

Principal Components Analysis. Pada ekstraksi faktor ini dilakukan dengan

melihat nilai communalities yang dilakukan untuk menjelaskan seberapa besar

simpangan baku atau keragaman item atau peubah asal yang dapat diterangkan

oleh faktor yang akan terbentuk. Nilai communalities ini didapatkan dengan cara

menjumlahkan nilai eigen pada faktor yang ada. Adapun nilai communalities

yang didapatkan dalam penelitian ini telah disajikan pada Lampiran 7.

Nilai communalities pada hasil ekstraksi faktor nantinya menunjukkan

keragaman variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

Semakin besar nilai communalities sebuah variabel maka semakin erat hubungan

dengan faktor yang nanti terbentuk. Seperti pada variabel ke-1 yang memiliki

nilai extraction sebesar 0,693 yang artinya sekitar 69,3% keragaman dari variabel

ke-1 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Kontribusi nilai extraction

variabel-variabel dalam penelitian ini berkisar antara 0,471 – 0,831 atau sebesar

39
47,1% - 83,1%. Nilai extraction dari 23 variabel pada tabel communalities yang

telah disajikan pada Lampiran 7 memiliki nilai lebih besar dari 0,687, hal ini

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang akan terbentuk dapat menjelaskan

minimal 68% keragaman data variabel asal yaitu faktor yang memengaruhi

pengguna aplikasi weverse dalam membeli makanan instan Korea.

3. Merotasi Faktor

Rotasi faktor dilakukan agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih

sederhana sehingga mudah diinterpretasikan. Beberapa metode yang digunakan

untuk merotasi faktor adalah :

a. Varimax Method, metode rotasi orthogonal yang bertujuan untuk

meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi pada

tiap faktor.

b. Quartimax Method, metode rotasi yang bertujuan untuk meminimalisasi

jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator.

c. Equamax Method, merupakan metode gabungan kedua metode diatas yang

dapat meminimalkan indikator dan meminimalkan faktor.

Rotasi faktor ini dilakukan agar mempermudah interpretasi dalam menentukan

variabel mana saja yang akan tercantum dalam suatu faktor. Dalam penelitian ini,

rotasi faktor akan dilakukan menggunakan metode varimax atau rotasi orthogal.

Dalam menentukan jumlah faktor dalam penelitian ini akan menggunakan nilai

eigen dengan kriteria nilai eigen > 1 (Imam Ghozali, 2005:257). Susunan nilai

eigen akan diurutkan dari yang terbesar hingga ke terkecil. Nilai eigen atau jumlah

faktor yang terbentuk dapat dilihat pada tabel total variance explained.

40
Pada Lampiran 8 yang telah disajikan hasil ekstraksi menggunakan

Principal Component Analysis (PCA) dapat terlihat jumlah variabel yang telah

diekstrak yaitu sebanyak 23 variabel, dan faktor yang terbentuk adalah sebanyak 6

faktor, hasil ini dapat dilihat dari nilai Eigen > 1. Apabila nilai eigen < 1 maka

tidak dapat dijadikan sebagai faktor dari sebuah variabel. Pada hasil PCA atau

Principal Component Analysis diketahui dari 23 variabel hanya terdapat 6 faktor

komponen yang memiliki nilai eigen > 1, maka proses factoring hanya akan

sampai pada 6 faktor, jika diteruskan hingga faktor selanjutnya nilai eigen < 1

yaitu 0,918. Selain pada Tabel Total Variance Explained, nilai eigen juga dapat

dilihat pada gambar grafik scree plot. Bentuk grafik Scree Plot yang bersesuaiaan

pada Lampiran 8 telah disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut :

Gambar 6. Hasil Scree Plot Ekstraksi Faktor


Sumber:Data Primer (diolah)

41
4. Interpretasi Faktor

Setelah melakukan ekstraksi faktor, langkah selanjutnya adalah

menginterpretasikan faktor-faktor yang sudah terbentuk dengan melihat tabel

component matrix yang akan menunjukkan distribusi ke-23 variabel penelitian

pada 6 faktor yang sudah terbentuk. Sedangkan angka pada tabel tersebut

merupakan faktor loading, yang menunjukkan besarnya hubungan antar variabel

dengan faktor yang sudah terbentuk. Pada Lampiran 9, hasil faktor belum dapat

diinterpetasikan karena variabel yang ada hanya mengumpul pada satu atau

beberapa faktor saja.

Rotasi faktor dilakukan untuk mendapatkan tampilan data yang lebih jelas

dari nilai loading untuk masing-masing variabel terhadap faktor-faktor yang telah

terbentuk. Interpretasi dalam penelitian ini didasarkan pada nilai loading yang

terbesar dari masing-masing variabel terhadap faktor yang terbentuk, sehingga

suatu variabel nantinya akan masuk ke dalam faktor yang memiliki nilai loading

terbesar.

Rotated Component Matrix pada Lampiran 10 merupakan hasil proses

component matrix yang telah disajikan pada Lampiran 9 menunjukkan distribusi

variabel yang lebih jelas. Dari tabel tersebut juga didapatkan beberapa variabel

yang mendominasi masing-masing faktor sebagai berikut:

1. Faktor pertama, terdiri dari selera konsumen (Q6) dengan nilai faktor

loading 0,780. Gaya hidup (aktivitas) (Q8) dengan nilai faktor loading

O,599. Minat (Q10) dengan nilai faktor loading 0,772. Keterbatasan waktu

(Q11) dengan nilai faktor loading 0,747. Pengaruh rasa (Q13) dengan nilai

42
faktor loading 0,793. Kepuasan terhadap kualitas produk (Q14) dengan nilai

faktor loading 0,631. Kebutuhan Konsumen (Q15) dengan nilai faktor

loading 0,643.

2. Faktor kedua, terdiri dari pengaruh teman (Q3) dengan nilai faktor loading

0,892. Peran teman (Q5) dengan nilai faktor loading 0,812. Informasi teman

(Q18) dengan nilai faktor loading 0,858.

3. Faktor ketiga, terdiri dari informasi media massa (Q12) dengan nilai faktor

loading 0,740. Informasi media lainnya (Q17) dengan nilai faktor loading

0,778.

4. Faktor keempat, terdiri dari pendapatan (Q7) dengan nilai faktor loading

0,794. Harga (Q21) dengan nilai faktor loading 0,725. Pembelian ulang

produk (Q23) dengan nilai faktor loading 0,587.

5. Faktor kelima, terdiri dari gaya hidup orang lain (Q9) nilai faktor loading

0,435. Perbandingan produk (Q19) dengan nilai faktor loading 0,598.

Saluran pembelian (Q20) dengan nilai faktor loading 0,727. Kepuasan pasca

pembelian (Q22) dengan nilai faktor loading 0,625.

6. Faktor keenam, terdiri dari Rutinitas (Q1) dengan nilai faktor loading 0,775.

Pengaruh keluarga (Q4) dengan nilai faktor loading 0,389. Trend (Q16)

dengan nilai faktor loading 0,648.

3.5.5 Metode Etnografi

Kata etnografi diambil dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya ‘orang’

dan kata graphein yang berarti ‘tulisan’, menurut Hadi et al (2021:35) etnografi

43
merupakan sebuah tulisan yang menggunakan bahan dari penelitian lapangan

untuk dapat menggambarkan kebudayaan manusia. Menurut Hanurawan (2016:88)

metode etnografi atau etnometodologi yaitu sebuah model penelitian kualitatif yang

mempunyai tujuan untuk dapat mendeskripsikan karakteristik budaya yang terdapat

dalam diri individu atau sekelompok orang. Menurut Emzir (2011:144) para peneliti

etnografi biasanya akan memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat juga

memperhatikan pekerjaan, keadaan ekonomi dan keadaan di dalam masyarakat

lainnya, narasumber yang dipilih merupakan narasumber yang mengetahui dan

memiliki pandangan tentang kegiatan masyarakat yang dilalui. Para narasumber

tersebut nantinya akan diminta untuk mengidentifikasi narasumber lain yang

mewakili masyarakat tersebut. Pada penelitian ini metode etnografi akan dianalisis

menggunakan analisis taksonomi yang menurut Hadi et al (2021:76) dilakukan agar

peneliti memahami domain atau bidang tertentu yang sesuai dengan masalah atau

sasaran penelitian. Masing-masing domain akan mulai dipahami secara mendalam

dan membaginya lagi menjadi subdomain dan dirinci kembali menjadi bagian yang

lebih khusus lagi. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam melakukan analisis

taksonomi adalah (Hadi et al 2021:77) :

a. Memilih domain untuk dianalisis.

b. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama digunakan

untuk domain itu.

c. Mencari tambahan istilah bagian.

d. Mencari domain yang lebih besar dan bersifat inklusif.

44
e. Membentuk taksonomi sementara.

f. Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telak

dilakukan.

g. Membangun taksonomi secara lengkap.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan data sehubungan dengan tujuan dari penelitian tersebut.

Definisi operasional pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari

adanya kesalahan pemahaman serta perbedaan pengertiaan yang berkaitan

dengan istilah-istilah dalam judul skripsi, definisi operasional akan dijelaskan

pada Tabel 2.

45
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode
Faktor Budaya (X1) Kebiasaan Keterkaitan individu atas perilaku yang Rutinitas Membeli dan FB1
(Schiffman dan Wisenblit, bisanya dilakukan oleh masyarakat individu mengkonsumsi makanan
2019:300) sekitar (Kotler dan Keller, 2008:168- instan Korea minimal 1 kali
169) dalam seminggu
Kebiasaan atau perilaku
masyarakat yang dapat Sub-budaya Keterikatan indiviu terhadap suatu Nilai Membeli dan FB2
memengaruhi perilaku kelompok yang memiliki situasi hidup budaya mengkonsumsi makanan
konsumen dalam yang sama (Kotler dan Keller, Korea karena adanya
membeli makanan instan
2008:168-169) pengaruh budaya Korea
Korea
Faktor Sosial (X2) Kelompok Merupakan kelompok yang dapat Pengaruh Informasi dan arahan dari FS1
(Kotler dan Keller, 2008: acuan memberikan pengaruh pada konsumen teman teman sebaya
170-171) secara langsung atau pun tidak
langsung
Kelompok individu yang Keluarga Kelompok terdekat konsumen yang Pengaruh Informasi dan arahan dari FS2
memengaruhi perilaku sering memengaruhi perilaku keluarga keluarga
konsumen konsumen
dalam membeli
makanan instan Korea Peran dan Peran dan status merupakan pengaruh Peran teman Tingkat kepentingan FS3
Status posisi individu atau kelompok dalam saran teman
hidup konsumen
Faktor Pribadi (X3) Usia dan Pengaruh siklus hidup yang Selera Selera konsumen FP1
(Kotler dan Keller, Tahap Siklus mencerminkan adanya kebutuhan dan konsumen terhadap produk
2008: 172-175) Hidup selera konsumen

46
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode

Faktor Pribadi (X3) Keadaan Keadaan ekonomi adalah Pendapatan Jumlah pendapatan FP2
(Kotler dan Keller, Ekonomi pengaruh berdasarkan (uang jajan) (uang jajan) yang
2008: 157-159) pendapatan atau uang jajan dimiliki
Kebiasaan seseorang yang dapat
yang dipengaruhi dibelanjakan
lingkungan sekitar Gaya Hidup Gaya hidup merupakan pola Aktivitas Suka membeli dan FP3
dalam menentukan dan perilaku konsumen yang individu mengkonsumsi makanan
dan membeli terlihat dari aktivitas, minat asing
makanan instan Korea serta opini. Gaya hidup Lingkungan sekitar FP4
orang lain mengkonsumsi makanan
instan Korea
Minat Tertarik mencoba makanan FP5
instan Korea
Keterbatasan Membeli produk makanan FP6
waktu instan Korea karena
mudah dan cepat dimasak
Faktor Psikologi (X4) Persepsi Persepsi adalah proses seorang Informasi media Informasi macam- macam FPS1
(Kotler dan Armstrong, konsumen dalam memilih, massa produk di media massa
2011:148-150) mengorganisasikan dan
mengartikan sebuah informasi
Dorongan dalam diri untuk dapat menciptakan
individu yang dapat sebuahgambaran
memengaruhi Pembelajaran Pembelajaran adalah gambaran Rasa terhadap Informasi mengenai rasa dari FPS2
konsumen dalam perubahan perilaku seorang produk produk tersebut
mengambil keputusan individu berdasarkan
dalam pembelian pengalamanyang telah dijalani
makanan instan Korea

47
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Parameter Kode
p Faktor Psikologi (X4) Kepercayaan Kepercayaan Kepuasan Kualitas produk (baik FPS3
(Kotler dan Armstrong, merupaka segi kualitas daritekstur dan rasa
2011:148-150) n pemikiran seseorang mengenai produk produk)
sesuatu berdasarkan pengetahuan
dan keyakinan mereka sehingga
membentuk citra merek dan
produk berdasarkan kepercayaan
Keputusan Pembelian Pengenalan Adanya kebutuhan dalam diri Kebutuhan Pemenuhan dalam rasa KP1
(Y) masalah konsumen yang konsumen lapar
(Kotler dan Keller: dapat Pemenuhan dalam mengikuti KP2
2008:184-190) dipengaruhi oleh faktor internal trend yang sedang
dan faktor eksternal berkembang
Kegiatan konsumen Pencarian Pencarian informasi adalah Pencarian Konsumen mencari KP3
dalam pengambilan Informasi sebuah proses dimana konsumen informasi Informasi mengenai
keputusan untuk terdorong untuk produk produk melalui media
memilih dan membeli mencari lainnya
merek atau produk yang informasi terhadap suatu produk
paling disukai
Konsumen mencari KP4
informasi mengenai
produk
melalui teman
Evaluasi Proses dimana konsumen Evaluasi produk Membandingkan KP5
alternatif membentuk penilaian terhadap produkmakanan instan
suatu produk berdasarkan Korea dengan makanan
pertimbangan terhadap pilihan instan lainnya
produk yang ada
Keputusan Keputusan pembelian adalah Saluran Kemudahan produk KP6
pembelian tindakan pembelian suatu produk pembelian untuk
berdasarkan pertimbangantertentu diperole
hkonsumen

48
Tabel 2. Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Sub Definisi Indikator Parameter Kode
Variabel
Keputusan Perilaku Perilaku pasca pembelian adalah Harga Harga produk terjangkaudan KP7
Pembelian (Y) sesudah proses dimana konsumen mengalami sesuai dengan kemampuan
pembelian kepuasan atau tidak puas setelah konsumen
membeli sebuah
produk
Perilaku Perilaku pasca pembelian adalah proses Kepuasan Kesesuaian dengan informasi KP8
sesudah dimana konsumenmengalami kepuasan pasca yang di dapatkan
pembelian atau tidakpuas setelah membeli sebuah pembelian
produk
Pembelian Melakukan pembelian ulang KP9
ulang produk makanan instan
Korea

49
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Gelombang Korea (Korean Wave)

Berdasarkan sejarah, istilah hallyu pertama kali muncul pada tahun 1990-an

setelah adanya perang Korea yang menyebabkan resesi ekonomi. Hallyu muncul

pertama kali melalui media massa Tiongkok untuk menyebut budaya populer

Korea Selatan atau Korean Wave. Sejak saat itu, industri musik dan media

perfilman Korea Selatan mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat Tiongkok

(Wonodadi dan Himawan, 2017:122-123). Hallyu menggambarkan sebuah

fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebarkan oleh media,

dengan meningkatnya popularitas musik pop dan drama Korea Selatan di

Tiongkok serta Taiwan telah menginspirasi munculnya gelombang Korea untuk

semakin mendunia (Lee, 2011:86).

Hallyu atau gelombang Korea terdiri dari beberapa konten kebudayaan

utama Korea Selatan, diantaranya: film, drama televisi (K-Drama), makanan (K-

Food), Musik (K-Pop), gaya busana (K-Fashion) dan kosmetik (Jang dan Paik,

2012:198). Konten kebudayaan ini akan saling berpengaruh antara satu dengan

yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Badan

Promosi Kebudayaan Internasional Korea, Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan

Pariwisata dalam Korea Agro-Fisheries Trade Corp, n.d. mewawancarai 400

responden yang pernah menikmati konten Korea pada tahun 2017. Hasil dari

wawancara tersebut, menyatakan bahwa produk Korea terpopuler adalah produk


kecantikan, musik K-Pop dan makanan, namun sebagian besar penyuka konten

Korea tidak hanya menyukai satu konten saja melainkan dapat menyukai lebih dari

satu bidang konten kebudayaan.

Berkembangnya hallyu atau geloombang Korea ikut berkembang ke wilayah

budaya lain seperti makanan dan juga tradisi kuliner. Restoran-restoran yang

menyajikan makanan khas Korea mulai membuka restorannya di beberapa kota-

kota besar di seluruh dunia. Berbagai makanan ringan Korea Selatan juga mulai

masuk ke beberapa supermarket di beberapa negara. Seperti beberapa supermarket

besar di Indonesia, Superindo, Hypermart, dan Carrefour mulai menjual makanan

ringan Korea Selatan seperti makanan instan, snack, minuman, dan kue-kue

kering. Semakin banyaknya makanan Korea yang beredar di Indonesia ini tidak

terlepas dari adanya kesuksesan konten Korea seperti drama, dan konten mukbang

sehingga menyebabkan banyak masyarakat tertarik untuk mencoba makanan

tersebut.

4.2 Sejarah Singkat dan Gambaran Penggunaan Aplikasi Weverse

Pada era digital saat in, dengan adanya digitalisasi media dan semakin

banyaknya penggunaan internet di seluruh dunia dapat menyamarkan segala

batas-batas bentuk media dan memunculkan bentuk media baru. Teknologi baru

yang saat ini semakin banyak muncul dengan perkembangan teknologi telah dapat

memengaruhi aktivitas manusia dengan segala kemudahan yang telah diciptakan

sehingga membuat manusia mulai terbiasa dengan adanya teknologi berbasis

digital (Luthfina dan Irwansyah, 2020: 324-325).

Pertumbuhan internet yang semakin cepat juga telah merubah pola pikir

beberapa produsen besar seperti Big Hit Entertainment, salah satu perusahaan

51
hiburan besar di Korea Selatan dalam menjalankan bisnisnya dan merubah cara-

cara dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen serta merubah

strategi pemasarannya ke arah digital marketing. Meningkatnya penyuka konten

Korea dari berbagai belahan dunia salah satunya K-Pop membuat Big Hit

Entertainment memutuskan untuk membuat aplikasi khusus bagi artis

perusahaannya sendiri yang disebut dengan weverse. Weverse merupakan salah

satu platform komunitas penggemar yang dibuat oleh salah satu anak perusahaan

Big Hit yaitu beNX, aplikasi ini dibuat pada Juli 2019 dan dikhususkan pada

penggemar BTS dan TXT, platform ini dikembangkan dengan menawarkan media

bagi artis K-Pop untuk berinteraksi dengan penggemar secara lebih mendalam.

Strategi digital ini cukup banyak mengundang respon dari penggemar, pada

awal tahun 2022 weverse memiliki lebih dari 6,8 juta pengguna bulanan (Amy,

2022). Weverse menyediakan berbagai konten gratis dan berlangganan termasuk

dengan berbagai video serta hiburan, pembaruan cerita seperti Instagram,

interaksi artis ke pengguna seperti gambar atau status untuk dapat terhubung satu

sama lain, dan adanya live streaming, podcast radio serta informasi lanjutan lain

mengenai kegiatan artis-artis yang mereka naungi (ibighit.com). Selain itu

weverse juga menyediakan platform e-commerce yang disebut dengan weverse

shop dan bertujuan untuk menyediakan berbagai macam merchandise yang

berhubungan dengan artis-artis yang bergabung dengan weverse. Dengan berbagai

konten yang telah disediakan oleh pihak weverse para pengguna menjadi lebih

mengetahui kegiatan, barang yang digunakan serta makanan apa yang dikonsumsi

oleh artis-artis K-Pop tersebut, sehingga penggemar akan lebih mudah

mendapatkan barang yang digunakan atau dikonsumsi oleh artis kesukaannya.

52
Pernyataan tersebut didukung oleh adanya penelitian Akhmad, Unde dan

Cangara (2018:20) mengemukakan bahwa dengan adanya fenomena Hallyu atau

gelombang Korea dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari para penggemar

budaya pop Korea di Kota Makassar salah satunya adalah mengoleksi barang yang

berhubungan dengan artis yang disukainya, membeli aksesoris, makanan yang

dikonsumsi hingga pakaian yang pernah dipakainya. Selain itu penelitian Duffet

(2013) dalam Luthfina dan Irwansyah, (2020:326) juga menyatakan bahwa para

penggemar Korea memiliki kegiatan utama yaitu mengoleksi beberapa item yang

terhubung dengan arti yang mereka sukai, kegiatan mengoleksi ini dapat berupa

album, merchandise, barang unik atau pribadi yang terkait dengan orang yang

dikagumi seperti aksesoris, pakaian hingga makanan yang pernah dikonsumsi oleh

artis-artis tersebut.

Gambar 7. Contoh Pembaruan Cerita oleh Artis BTS


Sumber : Weverse (2022)

53
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Konsumen

Responden pada penelitian ini adalah konsumen yang sudah memenuhi

kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan dengan

menyebar kuesioner secara online melalui aplikasi weverse, twitter, dan whatsapp

kepada 125 responden. Karakteristik konsumen dibutuhkan untuk dapat

mengidentifikasi konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah

melakukan pembelian dan mengkonsumsi makanan instan Korea. Karakteristik

konsumen dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah

pendapatan, intensitas pembelian dan merek makanan instan yang paling banyak

dikonsumsi. Berikut penjelasan mengenai karakteristik keseluruhan konsumen.

5.1.1 Usia Konsumen

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan persentase usia

konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta

mengkonsumsi makanan instan Korea yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Usia Konsumen


No Keterangan Jumlah Persentase
1 17-20 53 42,4
2 20-25 61 48,8
3 26-30 6 4,8
4 >31 5 4,0
Total 125 100,0
Sumber: Data Primer (diolah)

54
Berdasarkan Tabel 3 tingkat usia konsumen terbanyak terdapat pada

rentang usia 20-25 tahun dengan jumlah konsumen sebanyak 61 orang atau

sebesar 48,8%, disusul dengan tingkat usia konsumen terbanyak kedua dengan

rentang usia 17-20 tahun dengan jumlah konsumen 53 orang atau sebesar 42,4%.

Selanjutnya disusul oleh rentang usia 26-30 tahun dan >31 tahun dengan jumlah

konsumen sebanyak 6 orang dan 5 orang dengan tingkat persentase masing-

masing sebesar 4,8% dan 4%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri et al,

(2019:15) yang menyatakan bahwa seseorang yang lahir pada rentang tahun 1995-

2010 lebih menyukai penyebaran budaya-budaya Korea, hal ini dikarenakan

mereka lebih mudah mengadopsi dan menerima masuknya budaya asing.

Rentang usia konsumen terbanyak terdapat pada usia 17-25 tahun yang

dapat dikatakan masih terdapat dalam usia remaja atau dewasa muda. Pada

rentang usia remaja ini merupakan masa transisi untuk menjadi dewasa, sehingga

banyak terjadi perubahan emosi dan perubahan sosial pada konsumen. Konsumen

dalam masa ini akan sangat labil sehingga lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal

yang terjadi, hal ini menyebabkan konsumen merasa tertarik serta tertantang untuk

dapat membeli dan mencoba hal-hal baru seperti berbagai macam konten Korea

(Soraya, 2013:16).

5.1.2 Jenis Kelamin Konsumen

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan persentase jenis kelamin

konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta

mengkonsumsi makanan instan Korea yang disajikan pada Tabel 4.

55
Tabel 4. Klasifikasi Jenis Kelamin Konsumen
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Pria 2 1,6
2 Wanita 123 98,4
Total 125 100,0
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jumlah konsumen wanita memiliki

persentase terbesar yaitu 98,4% dengan jumlah konsumen sebanyak 123 orang,

sedangkan konsumen pria hanya sebesar 1,6% dengan jumlah konsumen

sebanyak 2 orang. Maka dapat disimpulkan bahwa pengguna aplikasi weverse

sekaligus penyuka makanan instan Korea didominasi oleh wanita. Hal ini sesuai

dengan penelitian Muslimah (2015:19) yang menyatakan bahwa pria tidak terlalu

meminati budaya-budaya yang berasal dari Korea Selatan dibandingkan wanita,

ungkapan ini juga dibuktikan dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa konten Korea Selatan dapat memengaruhi wanita sebanyak 74%

sedangkan pria hanya sebanyak 13%.

Menurut Nastiti (2010:10-14) didalam lingkungan masyarakat terdapat

anggapan yang menyatakan bahwa budaya Korea cenderung memiliki pandangan

feminim. Sehingga apabila laki-laki menyukai berbagai hal yang berbau Korea

maka masyarakat akan menganggap hal tersebut tidak biasa sehingga banyak

laki-laki yang tidak dapat menunjukkan ketertarikan mereka terhadap budaya

Korea. Image atau pandangan feminim yang dimiliki oleh budaya Korea

dikarenakan sebagian besar konten-konten mereka memiliki banyak peran wanita

yang cantik, peran laki-laki yang gagah namun berwajah cantik, dan lagu-lagu

Korea yang lebih banyak mengangkat tema romantis dengan penampilan yang

ceria dan warna-warna cerah.

56
5.1.3 Pekerjaan Konsumen

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan persentase pekerjaan

konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta

mengkonsumsi makanan instan Korea yang telah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Pekerjaan Konsumen


No Keterangan Jumlah Persentase
1 Pelajar/Mahasiswa 98 78,4
2 Karyawan Swasta 10 8,0
3 Wiraswasta 7 5,6
4 Lainnya 10 8,0
Total 125 100,0
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan hasil bahwa pengguna aplikasi weverse

yang mengkonsumsi makanan instan Korea di dominasi oleh pelajar/mahasiswa

dengan jumlah konsumen sebanyak 98 orang dengan persentase sebesar 78,4%.

Setelah itu diikuti oleh karyawan swasta dan pekerjaan lainnya dengan jumlah

konsumen masing-masing sebanyak 10 orang atau sebesar 8%, setelah itu disusul

oleh jenis pekerjaan wiraswasta dengan jumlah konsumen sebanyak 7 orang

dengan persentase sebesar 5,6%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Indrawan

(2021:68-69) bahwa pelajar atau mahasiswa belum memiliki penghasilan tetap,

sehingga memakan makanan instan Korea merupakan cara yang lebih terjangkau

untuk dapat memakan makanan Korea dibandingkan di restoran yang memiliki

harga lebih tinggi.

Konsumen yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa juga memiliki

waktu lebih banyak untuk bersantai dibandingkan dengan konsuemen yang

memiliki pekerjaan sehingga akan mempermudah konsumen dalam mencari tahu

57
tentang fenomena terkini yang sedang beredar di sekitarnya dan mempermudah

dalam melihat konten-konten Korea. Di Indonesia khususnya kota-kota besar para

remaja yang berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa memang memiliki

kecenderungan berlebih terhadap budaya asing, dibandingkan dengan orang

dewasa hal ini juga dibantu oleh adanya teknologi yang semakin maju (Islamiah,

2015:50) . Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, para

konsumen yang berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa menyatakan bahwa

mereka mencoba makanan instan Korea dikarenakan tertarik pada budaya asing

termasuk budaya Korea.

5.1.4 Pendapatan atau Uang Jajan Konsumen

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan persentase pekerjaan

konsumen yang tergabung dalam aplikasi weverse dan pernah membeli serta

mengkonsumsi makanan instan Korea yang telah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi Pendapatan atau Uang Jajan Konsumen


No Keterangan Jumlah Persentase
1 <1.500.000 85 68,0
2 1.500.001-3.000.000 24 19,2
3 3.000.001-5.000.000 12 9,6
4 >5.000.000 4 3,2
Total 125 100,0
Sumber: Data Primer (diolah)

Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada pendapatan atau uang jajan

konsumen lebih didominasi oleh mereka yang memiliki pendapatan atau uang

jajan kurang dari < Rp. 1.500.000 yaitu sebanyak 85 konsumen dengan persentase

68%, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan kuesioner peneliti dapat

disebabkan karena konsumen lebih didominasi oleh pelajar atau mahasiswa yang

58
belum memiliki pekerjaan sehingga dapat dikatakan bahwa rentang pendapatan ini

merupakan uang jajan konsumen bukan pendapatan konsumen, pendapatan atau

uang jajan Rp. 1.500.001 - Rp. 3.000.000 memiliki jumlah konsumen sebanyak 24

orang dengan persentase 19,2%, rentang pendapatan atau uang jajan Rp.

3.000.001 - Rp. 5.000.000 memiliki jumlah konsumen sebanyak 12 orang dengan

presetanse sebesar 9,6%, dan pendapatan atau uang jajan > Rp. 5.000.001

memiliki jumlah konsumen sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 3,2%.

Sesuai dengan karakteristik pekerjaan konsumen, dimana sebagain besar

konsumen dalam penelitian ini berprofesi sebagai pelajar ataupun mahasiswa

yang belum memiliki pendapatan tetap. Menurut penelitian Julya et al, (2016:24)

pendapatan atau uang jajan memiliki pengaruh pada keputusan konsumen dalam

membeli makanan instan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil wawancara peneliti

yang menyatakan bahwa konsumen yang belum memiliki pekerjaan atau

berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa memiliki uang jajan yang sedikit

dengan rentang < RP. 1.500.000, dengan rentang ini menyebabkan konsumen

tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan instan Korea yang memiliki harga

relatif tinggi bagi pelajar atau mahasiswa.

5.1.5 Intensitas Pembelian Makanan Instan Korea

Karakteristik konsumen makanan instan Korea berdasarkan intensitas

pembelian konsumen dalam waktu satu minggu telah disajikan pada Tabel 7.

Intensitas pembelian konsumen terbanyak dilakukan sebanyak 1-2 kali dalam

waktu 1 minggu memiliki jumlah konsumen sebanyak 107 orang dengan

persentase 85,6%, intensitas 3-4 kali dalam 1 minggu memiliki intensitas

59
10,4% dengan jumlah konsumen sebanyak 13 orang, dan pembelian > 5 kali

dalam 1 minggu memiliki jumlah konsumen sebanyak 5 orang dengan

persentase sebesar 4%. Pembelian dengan intensitas 1-2 kali dalam seminggu

ini sesuai dengan hasil karakteristik konsumen yang berprofesi sebagai

pelajar/mahasiswa dan memiliki uang jajan < Rp1.500.000.

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa konsumen membeli makanan

instan Korea sebanyak 1 hingga 2 kali dalam satu minggu. Menurut kelima

narasumber atau konsumen yang diwawancarai hal ini dikarenakan uang jajan

mereka yang tidak banyak selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor

kesehatan. Para konsumen menyadari bahwa tidak baik mengkonsumsi makanan

instan terlalu sering dikarenakan adanya bahan pengawet yang tidak baik bagi

tubuh.

Tabel 7. Intensitas Pembelian Makanan Instan Korea oleh Konsumen


No Keterangan Jumlah Persentase
1 1-2 kali 107 85,6
2 3-4 kali 13 10,4
3 >5 kali 5 4
Total 125 100
Sumber: Data Primer (diolah)

5.1.6 Makanan Instan yang Paling Banyak di Konsumsi

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti,

tteokbokki merupakan makanan instan Korea yang paling sering dikonsumsi dan

dipilih oleh 115 orang konsumen dari total 125 orang konsumen. Setelah itu

makanan instan ke dua yang paling banyak dikonsumsi adalah Samyang yang

dipilih 104 orang, dan ramyun yang dipilih oleh 77 orang dari 125 orang, japchae

60
yang dipilih oleh 40 orang konsumen dari 125 konsumen, jjaphagetti yang dipilih

oleh 27 orang serta terakhir makanan instan Korea lainnya seperti samgak

kimbab, bumbu instan dan lain sebagainya yang dipilih oleh 6 orang konsumen

dari 125 konsumen. Sehingga berdasarkan Tabel 8 telah didapatkan tiga jenis

makanan instan Korea yang paling banyak di konsumsi oleh ke-125

konsumen,yaitu tteokbokki, samyang dan ramyun.

Tabel 8. Klasifikasi Makanan Instan yang Paling Banyak di Konsumsi


No Jenis Makanan Tingkat Pemilihan (125)
1 Samyang 104
2 Tteokbokki 115
3 Ramyun 77
4 Japchae 40
5 JJaphagetthi 27
6 Lainnya 6
Sumber: Data Primer (diolah)

5.2 Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Makanan Instan Korea

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis faktor

yang didapat dari kuesioner yang telah disebarkan melalui aplikasi weverse,

whatsapp group serta twitter dan akan diolah dengan bantuan aplikasi SPSS 23

ditambah dengan metode etnografi yang digunakan sebagai metode tambahan

untuk menggambarkan karakteristik konsumen secara lebih spesifik, metode

etnografi ini dilakukan melalui wawancara mendalam dengan lima orang

narasumber. Untuk mendapatkan faktor-faktor keputusan pembelian, peneliti

telah melakukan rotasi faktor yang dilakukan untuk mendapatkan data yang jelas

berdasarkan nilai faktor loading dengan menggunakan Principal Component

Analysis (PCA), sehingga telah didapatkan 6 faktor yang terbentuk dari 23

indikator variabel yang ada.

61
Faktor-faktor yang telah terbentuk dalam penelitian ini dapat dilihat pada

nilai eigen > 1, nilai ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada lampiran 8 yang

telah disajikan telah didapatkan variabel sebagai berikut:

1. Faktor pertama, terdiri dari selera konsumen (Q6), gaya hidup (aktivitas)

(Q8), minat (Q10), keterbatasan waktu (Q11), pengaruh rasa (Q13),

kepuasan terhadap kualitas produk (Q14), dan kebutuhan Konsumen (Q15).

2. Faktor kedua, terdiri dari pengaruh teman (Q3), peran teman (Q5), dan

informasi teman (Q18),

3. Faktor ketiga, terdiri dari informasi media massa (Q12), dan informasi

media lainnya (Q17).

4. Faktor keempat, terdiri dari pendapatan (Q7), harga (Q21), dan pembelian

ulang produk (Q23).

5. Faktor kelima, terdiri dari gaya hidup orang lain (Q9), perbandingan

produk (Q19), saluran pembelian (Q20), dan kepuasan pasca pembelian (Q22).

6. Faktor keenam, terdiri dari Rutinitas (Q1), pengaruh keluarga (Q4), dan

Trend (Q16).

Secara lengkap hasil pembagian variabel-variabel berdasarkan analisis

faktor yang telah terbentuk telah disajikan pada Tabel 9. Pemberian nama pada

masing-masing faktor baru yang telah terbentuk akan bersifat subyektif, seperti

memberikan nama pada faktor berdasarkan indicator yang memiliki nilai loading

tertinggi atau hal yang mendasari dan dapat mewakili faktor tersebut (Ghozali,

2005:258).

62
Tabel 9. Pembagian Indikator yang Terbentuk
Indikator Faktor Eigen Faktor % %
yang Value Loading Varience Kumulatif
Terbentuk
Selera konsumen (Q6) 0,780
Gaya hidup 0,599
(aktivitas) (Q8)
Minat (Q10) Faktor 0,772
Keterbatasan waktu Individu 6,090 0,747 26,476 26,476
(Q11)
Pengaruh Rasa (Q13) 0,793
Kepuasan kualitas 0,631
Produk (Q14)
Kebutuhan Konsumen 0,643
(Q15)
Pengaruh teman (Q3) 0,892
Peran Teman (Q5) 0,812
Faktor 3,494 15,190 41,666
Informasi teman (Q18) Teman 0,858
Nilai budaya (Q2) 0,533
Informasi media 0,740
Faktor 2,188 9,513 51,179
massa (Q12)
Teknologi
Informasi media 0,778
lainnya (Q17)
Pendapatan (Q7) 0,794
Harga (Q21) 0,725
Pembelian ulang Faktor 1,580 0,587 6,870 58,049
(Q23) Ekonomi
Gaya Hidup 0,435
Orang Lain (Q9)
Perbandingan 0,598
Produk (Q19) Faktor 1,408 6,121 64,171
Produk
Saluran 0,727
Pembelian (Q20)
Kepuasaan Pasca 0,625
Pembelian (Q22)
Rutinitas (Q1) 0,775
Pengaruh Faktor 1,033 0,389 4,493 68,664
Keluarga (Q4) Kebiasaan
Trend (Q16) 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)

Hasil analisis faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam

membeli makanan instan Korea pada pengguna aplikasi weverse Indonesia terdiri

63
dari 23 variabel yang dikelompokan menjadi 6 faktor. Faktor tersebut adalah (a)

Faktor I nd iv id u , (b) Faktor Teman, (c) Faktor Teknologi, (d) Faktor Ekonomi,

(e) Faktor Produk, (f) Faktor Kebiasaan. Menurut Hair et al, (2010:116) factor

loading atau pemuatan faktor merupakan korelasi antara variabel asli dan

faktornya, faktor loading dapat dikatakan signifikan berdasarkan ukuran

sampenya. Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 125 orang dengan

tingkat signifikansi α = 0,05, yang artinya nilai faktor loading akan dianggap

signifikan apabila memiliki nilai lebih dari 0,50 (Hair et al, 2010:116).

5.2.1 Faktor Individu

Faktor pertama yang terbentuk melalui analisis faktor dalam penelitian ini

adalah faktor individu dengan nilai eigen terbesar yaitu sebesar 6,090 dan

nilai keragaman sebesar 26,476, sedangkan nilai analisis deskriptif pada faktor

pribadi disajikan pada Tabel 10. Faktor individu yang baru terbentuk ini terdiri

dari beberapa indikator sebagai berikut:

Tabel 10. Analisis Deskriptif Faktor Individu


Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Selera Saya membeli dan mengkonsumsi 4,0 8,8 38,4 48,8
Konsumen makanan instan Korea karena
sesuai dengan selera saya
Aktivitas Saya membeli dan mengkonsumsi 4,8 25,6 42,4 27,2
Individu makanan instan Korea karena
menyukai mengkonsumsi makanan
asing
Minat Saya membeli dan mengkonsumsi 1,6 5,6 29,6 63,2
makanan instan Korea karena
tertarik untuk mengkonsumsi
makanan Korea
Keterbatasan Saya membeli dan mengkonsumsi 3,2 16,0 36,8 44,0
Waktu makanan instan Korea karena
mudahdan cepat dimasak

64
Tabel 10. Analisis Deskriptif Faktor Individu (Lanjutan)
Pengaruh Saya membeli dan mengkonsumsi 0,8 8,8 39,2 51,2
Rasa makanan instan Korea karena rasa
dari produk tersebut
Kepuasaan Saya merasa puas pada kualitas 2,4 10,4 52,0 35,2
Kualitas produkmakanan instan Korea
Produk
Kebutuhan Saya membeli dan 8,8 24,0 34,4 32,8
Konsumen mengkonsumsi
makanan instan Korea
untukmemenuhi rasa lapar
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Selera Konsumen

Selera adalah kegiatan dimana konsumen melakukan pembelian terhadap

barang atau jasa, meningkatnya selera konsumen terhadap suatu barang maka

akan menyebabkan peningkatan keputusan konsumen dalam melakukan

pembelian barang tersebut (Suantara et al, 2014: 3) Indikator pertama dalam

faktor individu adalah selera konsumen yang memiliki nilai faktor loading

sebesar 0,780 lebih besar dari 0,5 yang artinya berdasarkan teori Hair et al,

(2010) indikator selera pribadi sudah signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil

analisis deskriptif mengenai presentase jawaban konsumen mengenai selera

pribadi konsumen, dimana sebagian besar konsumen memilih sangat setuju

dengan presentase sebesar 48,8% dan setuju dengan presentase 38,4%, yang

artinya konsumen setuju indikator selera konsumen dapat mempengaruhi

keputusan pembelian makanan instan Korea.

Hasil metode etnografi yang telah dilakukan kepada ke lima orang

konsumen memiliki hasil yang sama juga menyatakan bahwa makanan instan

Korea memiliki rasa yang sesuai selera pribadi konsumen. Hal ini juga sesuai

karakteristik konsumen yang sebagian besar adalah remaja dengan rentang usia

65
yang relatif muda yaitu sekitar 17-25 tahun, dimana pada rentang usia ini

konsumen sangat menyukai budaya-budaya asing termasuk budaya Korea. Selain

itu pada rentang usia ini konsumen juga lebih menyukai rasa-rasa pedas seperti

yang terdapat pada kebanyakan makanan Korea.

b. Aktivitas Individu

Menurut Kotler dan Keller (2008:192) adalah gambar pola hidup

konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan berinteraksi di dunia. Indikator ke

dua pada faktor individu adalah gaya hidup, indikator ini memiliki nilai faktor

loading 0,599 > 0,5 yang artinya indikator gaya hidup sudah signifikan.

Berdasarkan analisis deskriptif indikator gaya hidup menunjukkan sebesar 42,4%

dan 27,2% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa aktivitas

individu konsumen yang menyukai mengonsumsi makanan asing dapat

mempengruhi keputusan pembelian makanan instan Korea.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh ke lima

narasumber mengatakan bahwa mereka memang menyukai dan tertarik untuk

mencoba memakan makanan asing. Menurut Ongsano dan Sondak (2017:88) gaya

hidup dapat memengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian makanan instan.

Dimana pada masa yang lebih modern sebagian besar orang lebih menyukai kemudahan

dan kepraktisan dalam melakukan kegiatannya, hal ini dikarenakan dalam memasak

makanan instan Korea membutuhkan waktu yang cepat serta mudah dibuat.

c. Minat

Minat merupakan keadaan dimana konsumen memiliki perhatian terhadap

sesuatu, hal ini di ikuti oleh keinginan konsumen untuk mengetahui, mempelajari

dan mendapatkan hal tersebut (Bimo Walgito, 1981:38). Indikator ke tiga pada

66
faktor individu yang memiliki nilai faktor loading sebesar 0,772 > 0,5 sehingga

dapat dikatakan indikator minat sudah signifikan. Hasil analisis deskriptif

menunjukkan bahwa sebesar 63,2% konsumen sangat setuju bahwa dalam

melakukan pembelian makanan instan Korea dikarena mereka tertarik untuk

mengonumsi makanan instan Korea, diikuti 29,6% konsumen merasa setuju.

Menurut hasil wawancara kepada ke lima narasumber menyatakan bahwa para

konsumen menyatakan mereka memiliki ketertarikan akan budaya Korea baik itu

drama, film, atau musik Korea yang menyebabkan mereka ikut tertarik

mengkonsumsi makanan instan Korea setelah melihat konten kebudayaan Korea

yang mereka sukai. Indikator ini juga sesuai dengan karakteristik konsumen

dalam penelitian ini yang sebagian besar terdiri sebagai remaja sehingga mudah

menyukai dan menerima budaya asing.

d. Keterbatasan Waktu

Keterbatasan waktu merupakan indikator ke empat pada faktor individu

yang sudah terbentuk memiliki nilai faktor loading sebesar 0,747, indikator ini

memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5 yang artinya indikator ini sudah

signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan sebesar 80,8%

konsumen setuju bahwa indikator keterbatasan waktu memiliki pengaruh relatif

tinggi pada keputusan konsumen membeli makanan instan Korea. Sedangkan

sebanyak 19,2% konsumen menyatakan tidak setuju keterbatasan waktu dapat

mempengaruhi keputusan pembelian makanan instan Korea. Hal ini didukung

karakteristik konsumen makanan instan Korea yang di dominasi oleh pelajar atau

mahasiswa yang memiliki keterbatasan waktu dan uang untuk memasak makanan

67
sehat lainnya. Selain itu hasil analisis deskriptif ini didukung oleh hasil

wawancara konsumen yang menyatakan bahwa mereka makanan instan karena

lebih mudah dan lebih cepat dimasak.

e. Pengaruh Rasa

Menurut Drummond dan Brefere (2010:3) rasa adalah atribut makanan

yang meliputi wujud fisik, bau, rasa, tekstur dan suhunya, rasa merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian suatu produk.

Indikator ke lima pada faktor individu adalah pengaruh rasa yang memiliki nilai

faktor loading sebesar 0,793 > 0,5 yang artinya indikator ini sudah dapat

dinyatakan signifikan. Sedangkan pada hasil analisis deskriptif indikator

pengaruh rasa memiliki presentase jawaban yang cukup tinggi dimanaya 51,2%

konsumen menyatakan sangat setuju dan 39,2% konsumen menyatakan setuju,

sehingga jika dijumlahkan sebesar 90,4% konsumen setuju apabila rasa

merupakan indikator yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

makanan instan Korea.

Hasil deskriptif juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan

bahwa makanan instan Korea memiliki rasa yang sesuai dengan lidah konsumen,

sehingga membuat narasumber kembali melakukan pembelian ulang terhadap

produk makanan instan Korea. Hal ini juga diperkuat oleh hasil analisis

deskriptif indikator selera konsumen yang sebagian besar konsumen menyatakan

makanan instan Korea sesuai dengan selera mereka. Makanan Korea biasanya

memiliki rasa pedas,gurih, dan asin yang sesuai dengan selera makan masyarakat

Indonesia sehingga mempermudah penyebaran dan pemasaran makanan instan

68
Korea di Indonesia, hal ini dibantu juga dengan adanya penyebaran konten

kebudayaan Korea lainnya (Seung Mi et al, 2010:159)

f. Kepuasan Kualitas Produk

Setelah melakukan pembelian konsumen biasanya akan dihadapi oleh dua

hal yaitu apakah konsumen merasa puas atau tidak puas akan produk yang telah

digunakan atau dikonsumsi atau konsumen (Kotler dan Armstrong, 2011:154).

Kepuasan konsumen akan kualitas produk merupakan indikator ke enam yang

terbentuk pada faktor pribadi, indikator ini memiliki nilai faktor loading sebesar

0,631 dan lebih besar dari 0,5 yang artinya indikator ini dapat dinyatakan sudah

signifikan. Sedangkan pada analisis deskriptif indikator kepuasan kualitas produk

menujukkan sebanyak 52,0% dan 35,2% konsumen menyatakan setuju dan

sangat setuju yang artinya konsumen merasa puas terhadap makanan instan

Korea yang mereka konsumsi. Sedangkan sisa presentase lainnya yang berjumlah

12,8% menyatakan tidak setuju atau merasa tidak puas terhadap makanan instan

Korea yang telah dikonsumsi.

Hasil analisis deskriptif indikator kepuasan kualitas produk sesuai dengan

hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dimana menurut ke lima

konsumen makanan instan Korea merasa puas akan produk makanan instan

Korea yang telah beredar di masyarakat. Hal ini dikarenakan makanan instan

Korea sesuai dengan selera mereka serta relatif sesuai dengan keadaan ekonomi

konsumen yang sebagian besar belum memiliki pendapatan karena berprofesi

sebagai pelajar atau mahasiswa. Indikator kepuasan kualitas produk makanan

69
Korea ini akan mempengaruhi indikator lainnya seperti indikator kepuasan pasca

pembelian dan indikator pembelian ulang, dimana pada kedua indikator ini

konsumen juga menunjukkan hasil yang tinggi, yang artinya konsumen merasa

puas setelah melakukan pembelian dan akan melakukan pembelian ulang

terhadap produk makanan isntan Korea.

g. Kebutuhan Konsumen

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar yang sifatnya berbeda

antara satu sama lain, setiap kebutuhan manusia akan ikut berbeda dikarena

kebudayaan yang berbeda sehingga menyebabkan kebutuhan mereka ikut

berbeda (Kasiati dan Rosmalwati, 2016:4). Kebutuhan konsumen merupakan

indikator terakhir yang terbentuk pada faktor individu, nilai faktor loading pada

indikator kebutuhan konsumen adalah sebesar 0,643 > 0,5 yang artinya indikator

ini dapat dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel

12 menunjukkan sebesar 67,2% konsumen setuju dengan 32,8% konsumen

menyatakan sangat setuju bahwa mereka membeli dan mengkonsumsi makanan

instan Korea untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan 32,8% konsumen

lainnya menyatakan bahwa mereka melakukan pembelian dan mengkonsumsi

makanan instan Korea bukan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.

Berdasarkan hasil hawawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dimana

para konsumen mengatakan bahwa mereka membeli makanan instan Korea salah

satunya adalah untuk memenuhi rasa lapar mereka. Hal ini dikarenakan mereka

tidak memiliki waktu yang cukup luang untuk memasak sendiri, khususnya pada

konsumen yang berprofesi sebagai mahasiswa rantau yang jauh dari orang tua

70
mereka. Selain itu alasan lain yang dikatakan oleh konsumen adalah dikarenakan

mereka merasa bosan dengan masakan rumahan dan menginginkan masakan

instan lainnya.

5.2.2 Faktor Teman

Faktor Teman merupakan faktor ke dua yang terbentuk oleh analisis faktor,

faktor sosial memiliki nilai faktor loading sebesar 3,494 dan nilai variance atau

keragaman sebesar 15,190, sedangkan analisis deskriptif variabel faktor yang

baru terbentuk atau faktor teman akan disajikan pada Tabel 11. Faktor teman

yang telah terbentuk memiliki tiga indikator, yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 11. Analisis Deskriptif Faktor Teman


Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Pengaruh Saya membeli dan mengkonsumsi 9,6 23,2 56,0 11,2
Teman makanan instan Korea karena informasi
dari teman
Peran Saya membeli dan mengkonsumsi 11,2 18,4 52,8 17,6
Teman makanan instan Korea karena peran teman
dalam memberikan saran
Informasi Saya mendapatkan informasi mengenai 6,4 21,6 55,2 16,8
Teman makanan instan Korea melalui teman
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Pengaruh Teman

Teman merupakan salah satu kelompok sosial yang dapat memberikan

pengaruh kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

Indikator pertama yang terbentuk dalam faktor Teman adalah pengaruh teman,

indikator ini memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5 atau sebesar 0,892

sehingga telah dianggap sinifikan. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan sebesar

71
56,0% dan 11,2% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap

indikator pengaruh teman dapat mempengaruhi dalam melakukan pembelian

makanan instan Korea. Hasil analisis deskriptif pada indikator pengaruh teman

memiliki arti bahwa indikator ini dapat memengaruhi keputusan pembelian

konsumen terhadap makanan instan Korea, karena sebanyak 67,2% konsumen

menyatakan setuju.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,

dua dari lima konsumen yang diwawancara menyatakan bahwa teman

merupakan salah satu alasan dalam membeli makanan instan Korea. Diperkuat

dengan teori Simarmata (2021:9) yang menyatakan bahwa kelompok referensi

seperti teman serta peran dan status seseorang dapat memengaruhi keputusan

pembelian konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu

teman sering memiliki rentang usia yang berdekatan dengan konsuen sehingga

memiliki selera yang hampir sama, hal ini mempermudah konsumen dalam

menyebarkan preferensi atau minat mereka terkait produk-produk yang mereka

sukai termasuk makanan instan Korea.

b. Peran Teman

Indikator peran teman dapat menunjukkan status atau pentingnya seseorang

bagi konsumen. Indikator pengaruh teman memiliki nilai faktor loading sebesar

0,812 yang dapat dikatakan signifikan karena memiliki nilai lebih dari 0,5.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 52,8% dan

17,6% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa indikator peran

teman merupakan salah satu indikator yang relatif penting dalam memberikan

72
saran terkait pembelian makanan instan Korea. Sedangkan 29,6% konsumen

menyatakan tidak setuju indikator peran teman dapat mempengaruhi mereka

dalam melakukan pembelian makanan instan Korea. Indikator peran teman

merupakan salah satu indikator yang memengaruhi keputusan pembelian

konsumen yang telah diwawancarai oleh peneliti dalam penelitian ini, dimana

sebagian besar konsumen menyatakan setuju bahwa teman memiliki peran yang

cukup penting dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Hal ini di

tunjukkan oleh salah satu wawancara konsumen yang menyatakan bahwa teman

biasanya memiliki selera yang hampir sama dengan konsumen itu sendiri

sehingga mereka biasanya akan saling berbagi informasi terkait produk-produk

yang telah mereka coba.

c. Informasi Teman

Informasi merupakan salah satu informasi produk yang didapatkan

konsumen yang dapat berasal dari keluarga maupun teman, namun dalam faktor

sosial indikator yang tebentuk adalah informasi melalui teman. Pada indikator

informasi teman ini telah dianggap signifikan karena memiliki nilai faktor

loading sebesar 0,858 yang lebih besar dari 0,5. Berdasarkan hasil analisis

deskriptif, pada Tabel 12 menunjukkan 55,2% konsumen menyatakan setuju dan

16,8% menyatakan sangat setuju bahwa informasi teman dapat mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian makanan instan Korea.

Sedangkan 28,0% konsumen lainnya menyatakan tidak setuju apabila

informasi teman dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hasil

analisis deskriptif ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh

73
penelti dimana sebagian besar konsumen menyatakan informasi teman

merupakan salah satu indikator yang cukup penting dalam mempengaruhi

konsumen melakukan pembelian makanan isntan Korea. Hal ini juga diperkuat

oleh indikator lain pada faktor teman, dimana sebagian besar konsumen

menyatakan bahwa pengaruh teman dan peran teman merupakan indikator yang

dapat mempengaruhi keputusan pembelian makanan instan Korea.

5.2.3 Faktor Teknologi

Faktor teknologi merupakan faktor ke tiga yang terbentuk dari analisis

faktor, faktor teknologi ini memiliki nilai eigen sebesar 2,188 dan nilai

keragaman sebesar 9,513, sedangkan analisis deskriptif pada faktor yang baru

terbentuk pada faktor teknologi telah disajikan pada Tabel 12. Dalam faktor

teknologi terdapat tiga indikator yang telah dikelompokan yaitu sebagai berikut :

Tabel 12. Analisis Deskriptif Faktor Teknologi


Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Nilai Saya membeli dan mengkonsumsi 1,6 10,4 42,4 45,6
Budaya makanan instan Korea karena adanya
pengaruh budaya Korea
Informasi Saya membeli dan mengkonsumsi 3,2 11,2 43,2 42,4
Media makanan instan Korea karena adanya
Massa informasi dari media massa
Informasi Saya mendapatkan informasi 3,2 11,2 44,8 40,8
Media mengenai makanan instan Korea
Lainnya melalui media lainnya
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Nilai budaya

Indikator nilai budaya dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh budaya

Korea dalam keputusan pembelian makanan instan Korea. Nilai faktor loading

pada indikator nilai budaya adalah sebesar 0,533, nilai ini lebih besar dari 0,5

74
yang artinya indikator nilai budaya dianggap sudah signifikan. Presentase

terbesar hasil analisis deskriptif pada indikator nilai budaya ditunjukkan oleh

jawaban sangat setuju dengan nilai sebesar 45,6% dan 42,4% konsumen

menyatakan setuju bahwa indikator nilai budaya mempengaruhi konsumen

dalam melakukan pembelian makanan instan Korea.

Berdasarkan nilai analisis deskriftif pada indikator nilai budaya memiliki

pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan pembelian makanan instan

Korea. Hal ini diperkuat dengan pernyataan wawancara yang telah dilakukan,

didapatkan hasil bahwa dari ke lima konsumen yang menyatakan bahwa salah

satu hal utama yang mempengaruhi konsumen dalam membeli makanan instan

Korea adalah karena adanya pengaruh kebudayaan Korea baik dari film, drama,

musik, budaya tradisional hingga makanan khas Korea. Sesuai dengan penelitian

Asmas dan Tarmizi (2019:435) yang menyatakan bahwa nilai budaya memiliki

pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk makanan instan,

sehingga semakin terkenalnya budaya Korea maka akan menyebabkan keputusan

pembelian produk-produk Korea Selatan semakin meningkat.

b. Informasi Media Massa

Peningkatan penggunaan internet dapat menyebabkan informasi dapat

dengan mudah untuk diakses, perkembangan teknologi juga menyebabkan

terbentuknya aplikasi-aplikasi baru seperti aplikasi weverse ini. Informasi media

massa adalah informasi yang didapatkan melalui berbagai media salah satunya

adalah aplikasi weverse. Informasi media massa sudah dianggap signifikan, hal

ini dikarenakan indikator ini memiliki nilai faktor loading sebesar 0,740 > 0,5.

75
Sedangkan hasil analisis deskriptif indikator informasi media massa

menunjukkan sebanyak 43,2% dan 42,4% konsumen setuju dan sangat setuju

bahwa indikator media massa mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian makanan instan Korea dengan membantu memberikan informasi

terkait produk-produk makanan instan Korea.

Hasil analisis deskriptif sesuai dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti, dimana sebagian konsumen menyatakan bahwa mereka

mendapatkan informasi terkait makanan instan Korea melalui media massa. Hal

tersebut dikarenakan adanya teknologi yang semakin berkembang menyebabkan

banyak media-media baru bermunculan. Dengan adanya media baru yang dapat

menghubungkan pengguna dengan kesukaan yang sama membuat mereka lebih

mudah mendapat informasi terkait hal-hal yang mereka sukai (Luthfina dan

Irwansyah, 2020:325). Dalam penelitian ini aplikasi weverse merupakan media

utama dalam penelitian, aplikasi ini merupakan salah satu bentuk media massa

yang dapat menghubungkan para pengguna yang menyukai budaya Korea yaitu

artis Korea sehingga penggunanya dapat menyebarkan berbagai macam

informasi terkait artis yang mereka sukai.

c. Informasi Media Lainnya

Informasi yang didapat konsumen dari media lainnya dapat berupa

informasi yang didapatkan dari film, drama ataupun sumber lainnya. Indikator ini

memiliki nilai faktor loading sebesar 0,778 > 0,5 yang artinya indikataor ini

sudah dapat dinyatakan signifikan. Hasil analisis deskriptif terbesar indikator

informasi media lainnya terdapat pada jawaban setuju dengan presentase 44,8%

76
diikuti oleh jawaban sangat setuju dengan presentase 40,8%, yang artinya

sebanyak 85,6% konsumen menyatakan setuju bahwa dalam melakukan

pembelian makanan instan Korea konsumen dibantu oleh adanya informasi media

lainnya seperti video, film dan konten kebudayaan Korea lainnya.

Berdasarkan hasil nilai analisis deskriptif, informasi media lainnya

memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keputusan pembelian makanan instan

Korea. Ini juga sesua dengan hasil wawancara, dimana para konsumen

menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan mengenai produk-produk

makanan instan Korea juga terdapat pada konten-konten video artis yang mereka

sukai, film, drama dan konten kebudayaan Korea lainnya. Hasil analisis deskriptif

ini menunjukkan hal yang sama dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh

Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata, Badan Promosi Kebudayaan

Internasional Korea pada tahun 2017, yang menyatakan bahwa sebagian besar

para penggemar Korean Wave menyukai lebih dari satu konten kebudayaan Korea

sehingga sumber informasi yang bisa didapatkan oleh para konsumen juga akan

beragam.

5.2.4 Faktor Ekonomi

Faktor keempat yang terbentuk dari analisis faktor adalah faktor ekonomi

yang memiliki nilai eigen sebesar 1,580 dengan nilai variance atau keragaman

sebesar 6,870, faktor yang baru terbentuk atau faktor ekonomi memiliki hasil

analisis deskriptif telah disajikan pada Tabel 13. Faktor ekonomi memiliki tiga

indikator-indikator yang terbentuk, yaitu sebagai berikut:

77
Tabel 13. Analisis Deskriptif Faktor Ekonomi
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Saya membeli dan mengkonsumsi 8,0 19,2 37,6 35,2
Pendapatan makanan instan Korea karena lebih sesaui
dengan pendapatan saya dibandingkan
membeli makanan Korea di restoran
Korea
Harga Harga produk makanan instan Korea 5,6 16,0 46,4 32,0
lebih terjangkau dibandingkan
makanan Korea lainnya yang di jual di
restoran
Pembelian Saya akan melakukan pembelian ulang 5,6 4,0 52,8 37,6
Ulang makanan instan Korea
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upah kerja bagi

konsumen yang sudah bekerja dan uang jajan bagi konsumen yang berstatus

sebagai pelajar atau mahasiswa. Indikator pendapat dianggap sudah signifikan

karena nilai faktor loading indikator pendapat lebih besar dari 0,5 atau sebesar

0,794. Sedangkan berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel 13

menunjukkan bahwa sebesar 37,6% dan 35,2% konsumen menyatakan setuju dan

sangat setuju indikator pendapatan mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian makanan instan Korea. Sedangkan 27,2 % konsumen menyatakan

tidak setuju indikator pendapat mempengaruhi pembelian makanan instan Korea.

Berdasarkan hasil nilai faktor loading dan hasil analisis deskriptif diatas

indikator pendapatan memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keputusan

pembelian makanan instan Korea. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana

tiga konsumen yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa menyatakan

bahwa mereka membeli makanan instan Korea karena lebih sesuai dengan uang

78
jajan mereka dibanding memakan makanan Korea yang dijual direstoran yang

dinilai relatif mahal bagi konsumen yang belum memiliki pekerjaan dan pendapat

sendiri, sehingga makanan instan Korea menjadi salah satu alternatif untuk

mengkonsumsi makanan Korea. Hasil analisis deskriptif indikator pendapatan ini

juga sesuai dengan karakteristik konsumen yang sebagian besar berprofesi sebagai

pelajar atau mahasiswa yang hanya memiliki uang saku dari orang tua mereka.

b. Harga

Nilai faktor loading pada indikator harga adalah sebesar 0,725 lebih besar

dari 0,5 yang artinya indikator ini sudah signifikan. Sedangkan berdasarkan hasil

analisis deskriptif indikator harga menunjukkan sebesar 46,4% konsumen

memilih setuju indikator harga makanan instan Korea lebih terjangkau

dibandingkan makanan Korea yang di jual di restoran, sedangkan 32% konsumen

menyatakan sangat setuju. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsumen yang

mengonsumsi makanan instan Korea adalah pelajar atau mahasiswa yang masih

belum memiliki pendapatan sendiri, sehingga sesuai dengan hasil indikator

pendapatan yang menyatakan bahwa harga makanan Korea yang disajikan di

restoran tidak sesuai dengan pendapatan mereka. Hasil analisis deskriptif ini

sesuai dengan hasi wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dimana para

konsumen menyatakan bahwa harga makanan instan Korea memang dinilai

relatif lebih murah dibanding makanan Korea lainnya yang di jual di restoran.

Alasan lain pemilihan makanan instan Korea dibanding makanan lainnya

yaitudikarenakan lebih mudah untuk menemukan makanan instan Korea di

minimarket sekitar konsumen dibandingkan restoran-restoran Korea.

79
c. Pembelian Ulang

Indikator pembelian ulang adalah dimana konsumen merasakan kepuasan

akan produk makanan instan Korea dan akan melakukan pembelian ulang.

Indikator ini sudah dianggap signifikan, hal ini dikarenakan nilai faktor loading

pada indikator ini lebih besar dari 0,5 atau sebesar 0,587. Berdasarkan hasil

analisis deksriptif menunjukkan sebanyak 52,8% dan 37,6% konsumen setuju

dan sangat setuju akan melakukan pembelian ulang terhadap produk makanan

instan Korea. Hasil deskriptif indikator ini juga sesuai dengan hasil wawancara

kepada ke lima konsumen yang menyatakan bahwa mereka merasa puas akan

produk makanan instan Korea dan akan melakukan pembelian ulang terhadap

produk tersebut.

Hasil indikator pembelian ulang ini juga sesuai dengan hasil indikator

kepuasan kualitas produk, dimana sebanyak 87,2% konsumen menyatakan setuju

atau merasa puas terhadap kualitas produk makanan instan Korea. Hal ini jugalah

yang membuat 84,0% konsumen setuju bahwa mereka meras puas setelah

melakukan pembelian makanan instan Korea. Hal inilah yang menyebabkan

90,4% konsumen setuju untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk-

produk makanan instan Korea.

5.2.5 Faktor Produk

Faktor produk adalah faktor kelima yang terbentuk setelah dilakukannya

analisis faktor. Nilai eigen pada faktor produk adalah sebesar 1,408 serta nilai

variance atau keragaman pada faktor produk adalah 6,121, analisis deskriptif

untuk faktor produk yang baru terbentuk ini telah disajikan pada Tabel 14.

80
Tabel 14. Analisis Deskriptif Faktor Produk
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Gaya Saya membeli dan mengkonsumsi 20,0 28,8 36,0 15,2
Hidup makanan instan Korea karena
Orang Lain lingkungan sekitar saya sudah
mengkonsumsinya
Perbandi- Sebelum melakukan pembelian 10,4 23,2 36,8 29,6
ngan makanan instan Korea, saya akan
Produk melakukan perbandingan dengan
produk makanan instan Korea
lainnya yang serupa
Saluran Makanan instan Korea mudah untuk 3,2 15,2 48,8 32,8
Pemasaran sayadapatkan
Kepuasan Produk makanan instan Korea sesuai 0,0 16,0 58,4 25,6
Pasca dengan informasi yang saya
Pembelian dapatkan
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Gaya Hidup Orang Lain

Gaya hidup orang lain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengenai pengaruh lingkungan sekitar konsumen. Indikator gaya hidup orang

lain memiliki nilai faktor loading sebesar 0,435, yang artinya nilai faktor

loading dalam indikator gaya hidup orang lain tidak signifikan dikarenakan

memiliki nilai faktor loading lebih kecil dari 0,5. Selain itu berdasarkan hasil

analisis deskriptif, sebanyak 36,0% konsumen memilih setuju bahwa gaya hidup

orang lain mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian makanan

instan Korea, sedangkan 15,2% menyatakan sangat setuju indikator gaya hidup

orang lain dapat mempengaruhi keputusan pembelian makanan instan Korea.

Sisa konsumen yaitu sebanyak 48,8% menyatakan tidak setuju indikator gaya

hidup orang lain dapat mempengaruhi konsumen dalam pembelian makanan

instan Korea.

Hasil presentase analisis deskriptif indikator ini memiliki perbedaan 1,2%

dengan konsumen yang setuju bahwa gaya hidup orang lain dapat mempengaruhi

81
pembelian makanan isntan Korea. Nilai faktor loading indikator ini memiliki

pengaruh yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan indikator lainnya, hasil

nilai faktor loading sesuai dengan yang dikatakan oleh narasumber bahwa dalam

membeli makanan instan Korea mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar. Berdasarkan hasil wawancara hal ini dikarenakan konsumen lebih banyak

dipengaruhi oleh informasi media massa dan rasa penasaran akan budaya itu

sendiri.

b. Perbandingan Produk

Perbandingan produk adalah kegiatan dimana konsumen membandingkan

produk yang akan dikonsumsi dengan produk serupa walaupun memiliki merek

yang berbeda. Pada indikator perbandingan produk dalam penelitian ini memiliki

nilai faktor loading sebesar 0,598 lebih besar dari 0,5, yang artinya indikator ini

dianggap sudah signifikan. Selain itu presentase hasil analisis deskriptif

menunjukan bahwa konsumen yang menyatakan setuju melakukan perbandingan

produk sebelum melakukan pembelian makanan instan Korea sebesar 36,8 % dan

konsumen yang menyatakan sangat setuju sebesar 29,6%. Presentase konsuemen

yang menyatakan setuju melakukan perbandingan produk sebelum membeli lebih

besar daripada presentase konsumen yang menyatakan tidak setuju. Hal ini juga

disebutkan oleh para narasumber bahwa mereka membandingkan produk

makanan instan yang ingin mereka konsumsi, menurut beberapa narasumber

mengatakan bahwa saat ini sudah cukup banyak makanan instan yang beredar di

masyarakat, baik dengan merek yang berbeda atau rasa yang beragam dengan

harga yang juga berbeda.

82
c. Saluran Pembelian

Indikator saluran pembelian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemudahan konsumen dalam membeli makanan instan Korea. Indikator ini sudah

dianggap signifikan karena memiliki nilai faktor loading sebesar 0,727 < 0,5.

Sedangkan presentase hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa sebanyak

48,8% dan 32% konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa indikator

makanan instan Korea mudah untuk didapatkan oleh konsumen. Sedangkan sisa

18,4% konsumen menyatakan tidak setuju makanan instan Korea mudah untuk

didapatkan.

Berdasarkan hasil artinya indikator saluran pembelian memiliki pengaruh

yang relatif tinggi terhadap keputusan pembelian makanan instan Korea. Sesuai

dengan hasil wawancara peneliti dimana para konsumen yang menyatakan bahwa

makanan instan Korea mudah untuk mereka dapatkan. Hal ini dikarenakan

permintaan makanan instan Korea semakin meningkat setiap tahunnya, didukung

dengan pernyataan KOFICE (Korean Foundation For International Culture)

yang menyatakan Indonesia merupakan negara ke-2 yang menunjukan minat

tertinggi terhadap penyebaran budaya Korea menyebabkan banyaknya

permintaan produk-produk asal Korea Selatan termasuk makanan instan Korea.

d. Kepuasan Pasca Pembelian

Kepuasan pasca pembelian adalah kondisi dimana konsumen merasa puas

akan produk makanan instan Korea. Indikator kepuasan pasca pembelian ini

sudah signifikan berdasarkan nilai faktor loading indikator ini yang sudah lebih

83
besar dari 0,5 atau tepatnya sebesar 0,62, yang artinya rasa puas konsumen

terhadap makanan instan Korea memiliki pengaruh tinggi dalam memengaruhi

keputusan pembelian makanan instan Korea. Hasil ini diperkuat oleh presentase

hasil analisis deskriptif indikator kepuasan pasca pembelian menunjukan bahwa

konsumen sebanyak 58,4% dan 25,6% menyatakan setuju dan sangat setuju

bahwa konsumen merasa puas terhadap makanan instan Korea serta informasi

yang mereka dapatkan terkait makanan instan Korea.

Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti juga menyatakan hal yang

sama bahwa para konsumen merasakan kepuasan terhadap produk makanan

instan Korea sehingga memutuskan untuk melakukan pembelian ulang. Para

konsumen yang diwawancara juga menyatakan mereka puas akan makanan

instan Korea karena sesuai dengan selera mereka. Sehingga hal ini juga sesuai

dengan hasil presentase analisis deskriptif indikator pembelian ulang yang

sebagian besar konsumen menyatakan setuju bahwa mereka akan melakukan

pembelian ulang dikarenakan merasa puas terhadap makanan instan Korea.

5.2.6 Faktor Kebiasaan

Faktor terakhir yang terbentuk oleh analisis faktor adalah faktor kebiasaan

dengan nilai eigen terkecil yaitu sebesar 1,033, faktor budaya memiliki nilai

variance atau keragaman sebesar 4,493, sedangkan analisis deskriptif pada faktor

budaya yang baru terbentuk telah disajikan pada Tabel 15. Terdapat tiga indikator

baru yang terbentuk pada faktor kebiasaan yaitu sebagai berikut:

84
Tabel 15. Analisis Deskriptif Faktor Kebiasaan
Indikator Pernyataan Presentase Jawaban Konsumen
STS TS S SS
Rutinitas Saya membeli dan mengkonsumsi 23,2 39,2 26,4 11,2
makanan instan Korea karena kebiasaan
untuk membeli makanan instan Korea
minimal 1 kali dalam seminggu
Pengaruh Saya membeli dan mengkonsumsi 33,6 35,2 20,8 10,4
Keluarga makanan instan Korea karena informasi
dari keluarga
Trend Saya membeli dan mengkonsumsi 19,2 31,2 34,4 15,2
makanan instan Korea untuk mengikuti
trend
Sumber : Data Primer (diolah)

a. Rutinitas

Kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan konsumen

untuk mengkonsumsi makanan instan Korea minimal satu hingga dua kali dalam

seminggu. Indikator Rutinitas ini memiliki nilai faktor loading sebesar 0,775 <

0,5, yang artinya indikator Rutinitas sudah signifikan. Hasil analisis deskriptif

indikator rutinitas individu dapat dilihat dari presentase jawaban konsumen, yang

artinya 39,2% konsumen menyatakan tidak setuju terhadap rutinitas dalam

membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea lebih dari satu kali dalam

seminggu.

Sedangkan konsumen yang memilih setuju hanya sebesar 26,4% dan

sangat setuju sebesar 11,2%, hal ini menunjukan bahwa hanya sebanyak 37,6%

konsumen yang menyetujui melakukan pembelian dan mengkonsumsi makanan

instan Korea sebanyak lebih dari satu kali dalam seminggu menurut hasil analisis

deskriptif indikator rutinitas. Sesuai dengan hasil metode etnografi menunjukkan

bahwa sebagian besar konsumen menyatakan tidak melakukan pembelian

makanan instan Korea lebih dari satu kali dalam seminggu. Hal ini juga sesuai

85
dengan karakteristik konsumen pada penelitian ini yang sebagian besar berada

pada usia remaja dengan rentang usia 17-25 tahun dan berprofesi sebagai pelajar

atau mahasiswa yang belum memiliki pendapatan sendiri.

b. Pengaruh keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumen

dalam menentukan keputusan pembelian, indikator keluarga ini tidak signifikan

karena nilai faktor loading yang dimiliki indikator ini lebih kecil dari 0,5 atau

sebesar 0,389. Berdasarkan presentase hasil analisis deskriptif indikator keluarga

sebanyak 35,2% konsumen menyatakan tidak setuju dan 33,6% konsumen

menyatakan sangat tidak setuju bahwa keluarga mempengaruhi konsumen dalam

membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea. Sedangkan sisanya memiih

setuju bahwa keluarga dapat mempengaruhi individu konsumen.

Hasil analisis deskriptif indikator pengaruh keluarga ini sesuai dengan

pernyataan para narasumber yang menyatakan bahwa mereka lebih banyak

dipengaruhi oleh teman dibandingkan oleh keluarga mereka, hanya satu orang

narasumber saja yang menyatakan bahwa dalam keputusan pembeliannya

dipengaruhi oleh keluarga. Pengaruh keluarga dianggap lebih kecil dibandingkan

dengan teman dikarenakan keluarga memiliki rentang usia yang lebih tinggi dan

sulit untuk menerima budaya asing dibandingkan dengan remaja yang lebih

mudah dan lebih tertarik mengenai hal baru mengenai hal yang terjadi di

sekitarnya (Soraya, 2013:16).

c. Trend

Trend adalah fenomena yang pada masa itu sedang beredar dan terkenal di

masyarakat. Nilai faktor loading pada indikator tren adalah sebesar 0,648, nilai

86
ini dianggap sudah signifikan karena lebih besar dari 0,5. Sedangkan presentase

hasil analisis deskriptif menyatakan bahwa sebanyak 34,4% konsumen setuju

membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea. Selain itu konsumen yang

menyatakan sangat setuju adalah sebanyak 15,2%, yang artinya sebanyak 49,6%

konsumen menyatakan setuju bahwa indikator tren mempengaruhi dalam

pembelian makanan instan Korea. Presentase konsumen yang memilih tidak

setuju dan sangat tidak setuju adalah secara berturut-turut adalah sebesar 31,2%

dan 19,2%, yang apabila ditotalkan adalah sebesar 50,4%.

Sebagian konsumen menyatakan tidak setuju bahwa indikator trend

mempengaruhi keputusan pembelian dalam mengkonsumsi makanan instan

Korea. Hal ini juga sesuai dnegan pernyataan para narasumber yang

menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti trend atau fenomena yang sedang

terkenal saat itu, dalam mengkonsumsi makanan instan Korea para narasumber

lebih dipengaruhi oleh adanya rasa penasaran akan rasa makanan Korea. Selain

rasa penasaran konsumen juga dipengaruhi oleh keinginan untuk mencoba hal

baru yang berkaitan dengan artis Korea yang mereka sukai, hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Luthfina dan Irwansyah, (2020:326) yang menyatakan bahwa

kegiatan individu yang tergabung dalam kelompok penggemar korean wave

adalah gemar mengoleksi barang atau produk yang terkait dengan objek yang

disukai, baik yang dipakai hingga yang dikonsumsi.

87
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik konsumen pengguna aplikasi weverse yang membeli dan

mengkonsumsi makanan instan Korea didominasi oleh kaum

perempuan dengan rentang usia 17 sampai 25 tahun dengan pekerjaan

utamanya sebagai pelajar atau mahasiswa yang belum memiliki

pekerjaan sehingga belum memiliki pendapatan, intensitas pembelian

yang dilakukan konsumen adalah sebanyak 1-2 kali dalam satu

minggu, dan makanan yang paling banyak dikonsumsi adalah

teokbokki, samyang dan ramyun.

2. Terdapat 23 indikator yang telah dikelompokan menjadi enam faktor

yang dapat memengaruhi keputusan pembelian makanan instan Korea

pada pengguna aplikasi weverse Indonesia yaitu faktor individu, faktor

sosial, faktor teknologi, faktor ekonomi, faktor produk, serta faktor

kebiasaan. Faktor yang paling mendominasi konsumen dalam

melakukan pembelian makanan instan Korea adalah faktor individu


6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan setelah

memperhatikan kesimpulan-kesimpulan di atas, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi penelitan selanjutnya yang memiliki judul terkait diharapkan

melakukan penelitian lanjutan dengan mencari pengaruh variabel-

variabel terkait terhadap keputusan pembelian konsumen makanan

instan Korea, dan diharapkan melakukan penelitian lain dengan variabel-

variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini, selain itu

penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan objek

penelitian serta kelompok masyarakat yang berbeda. Sehingga hasil

penelitian tersebut dapat menggambarkan perilaku konsumen untuk

kelompok masyarakat lainnya.

2. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terkait faktor-faktor keputusan pembelian makanan instan Korea, yaitu

faktor pribadi, teman, teknologi, ekonomi, produk dan budaya. Sehingga

diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pengusaha

makanan instan Korea dalam melakukan kegiatan pemasaran.

89
DAFTAR PUSTAKA

Ahmatang, dan Saputri, I. A. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang


memengaruhi Keputusan Pembelian Produk Made in Korea Pada
Mahasiswa Di Kota Tarakan. Dimensi, 9(3), 444–460.

Akhmad, R. A., Unde,A.A., & Cangara, H. (2018). Fenomenologi


Penggunaan Televisi dan Media Sosial Dalam Menyikapi Budaya Pop
Korea di Kalangan Remaja Makasar. Jurnal Komunikasi KAREBA
7(1)

Asmas, D., dan Tarmizi, A. (2019). Pengaruh Budaya Terhadap Keputusan


Membeli Produk Mie Instant Indomie. J-MAS (Jurnal Manajemen
Dan Sains), 4(2), 429.

Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.


Hal. 132

Basith, A., & Fadhilah, F. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi


Keputusan Pembelian Produk pada McDonald’s di Jatiasih Bekasi.
Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 9(3), 192– 203.

Buggy, R., Diana, N., Koesdijarto, R., Adi, V., dan Hermawan, S. (2020).
Studi Netnografi Tentang Keputusan Konsumen Menggunakan. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 18(2).

Cia.org. (2009). The World Factbook.. Diakses 24 Agustus 2022.


https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/fields/2144.html?countryName=Korea,%20South&coun
tryCode=ks&regionCode=eas&

Data.tempo.com. (n.d.). ada-75-miliar-twit-k-pop-pada-juli-2020-juni- 2021-


terbanyak- dari-indonesia.

Dharma, S., Jadmiko, P., dan Azliyanti, E. (2020). Aplikasi SPSS Dalam
AnalisisMultivariates. LPPM Universitas Bung Hatta.

Drummond K. E & Brefere L. M. 2010. Nutrition for Foodservice and


Culinary Professional’s, Seventh Edition. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.Hal. 3

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan


Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.

Egsa.geo.ugm. 2020. Fenomena Korean Wave di Indonesia. Diakses tanggal


21 January 2023 pukul 20.14 WIB. Link:
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/09/30/fenomena-korean-wave-di-
indonesia/
Farley, Amy (2022). How the BTS ARMY turned their fandom into the future
of entertainment. Fast Company. Diakses tanggal 26 Maret 2022
pukul 20,10 WIB

Firmansyah, M. A. (2018). Perilaku Konsumen. Penerbit Deepublish.

Hadi, A., Asrori, dan Rusman. (2021). Penelitian Kualitatif (Studi


Fenomologi, Case Study, Grounded Theory, Etnografi, Biografi). Pena
Persada.

Hanurawan, Fattah. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja


Grafindo Persada

Hardiyanto, C. D. P. (2017). Pemahaman dan Preferensi Masyarakat dalam


Memilih Makanan Halal ( Studi pada Masyarakat Perum Griyashanta
RW 12 Kota Malang). Jurnal Ilmiah.

Herman, Tamar (5 Februari, 2020). "BTS Label Big Hit Entertainment


Announces Profit, Plans & New Acts". Diakses tanggal 26 Maret 2020
pukul 20.20 WIB.

Hudani, A. (2020). Pengaruh Faktor Budaya, Faktor Sosial Dan Faktor


Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian. Entrepreneurship Bisnis
Manajemen Akuntansi (E-BISMA), 1(2), 86–94.

Indrawan, A. C. (2021). Analisis Faktor Yang memengaruhi Keputusan


Pembelian Mie Instan Merek Indomie (Studi Kasus Mahasiswa Anak
Kost Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar). Jurnal
Manajemen, 1.

Irwansyah, R., dan Dkk. (2021). Perilaku Konsumen. Penerbit Widina Bhakti
Persada.

Islamiah, N. 2015. Dampak Negatif Budaya Asing pada Gaya Hidup Remaja
Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Hal. 50

Iswati, Sri. (2019). Strategi Korea Selatan dalam Promosi Korean Halal Food
di Indonesia Tahun 2015. 7(1), 451-466. Kalimantan Timur.

Julya, R., Fitriani, A., dan Ngaisyah, R. D. (2016). Faktor-Faktor yang


memengaruhi Pola Makan Mi Instan di Kalangan Mahasiswa di
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Gizi, 4(2), 5–37.

Jang, Won K. Paik. (2012). Korean Wave as Tool For Korea’s NewCultural
Diplomacy, Journal of Sociology, Vol 2, No 3. Scientific
Reserach, hal. 198-199

Kasiati, N. S., dan Rosmalwati, N. W. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal. 4

91
Korea Agro-Fisheries Trade Corp. (n.d.).

Kotler, P., dan Armstrong, G. (2011). Principles of Marketing (14th Edition).


In principles of marketing (14th Ed). Pearson Education Limited.

Kotler, P., dan Keller, K. L. (2008). Marketing Management, 13th Edition.


Pearson Education Limited.

Kotler, P., Keller, K. L., Brady, M., Guudman, M., dan Hansen, T. (2009).
Marketing Management. In Pearson (3rd Ed, Vol. 6, Issue 11). Pearson
Education Limited.

Kurniawan, A. W., dan Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Penelitian


Kuantitatif. Pandiva Buku.

Lamb, (2001). Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek, Terjemahan


Lupiyodi, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Lee, Sue Jin. (2011). Korean Wave: The Soul of Asia, The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications. Vol 2, No, 1. Carolina
Utara: ElonUniversity.

Luthfina, S., dan Irwansyah, I. (2020). Studi Fenomenologi: Penggunaan


Aplikasi Weverse Shop oleh ARMY. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(3),
324.

Lupitasari, S., Nurlaela, L., dan Miranti, M. G. (2020). Pengaruh Korean


Wave Dan Makanan Korea Terhadap Minat Makan Hidangan Korea
Pada Masyarakat Kota Madiun. Jurnal Tata Boga.

Marchella, Vina., dan Juniwati. 2021. Keputusan Pembelian Samyang Food


Mie Instan Asal Korea Selatan Varian Halal oleh Followers.
Proceeding Seminar Nasional Bisnis Seri V. Pontianak. 398-399.

Masbudi, M., Yuwono, E. C., dan Kurniawan, A. S. (2014). Perancangan


buku pengenalan makanan khas Korea. Media.Neliti.Com, 1–13.

Mehta, Stephanie (2020). "Millions of BTS fans use these 2 apps to connect
and shop. No tech startups needed". Fast Company. Diakses tanggal
26 Maret 2020 pukul 19.30 WIB.

Muslimah, M. A. (2021). Hubungan gender dalam celebrity worship. 1–


24.

Nastiti, A. D. (2010). “Korean Wave” di Indonesia: Antara Budaya Pop,


Internet, dan Fanatisme pada Remaja (Studi Kasus terhadap Situs
Asian Fans Club di Indonesia dalam Perspektif Komunikasi
Antarbudaya. Universitas Indonesia. 1-23.

92
Ongsano, A., dan Sondak, M. R. (2017). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Keputusan Konsumen Melakukan Pembelian Makanan Melalui
Media Sosial. Business Management Journal, 13(2), 85–94.

Prawira, E. B., Maswadi, dan Hidayat, R. (2019). Analisis Pengaruh Budaya,


Sosial, Pribadi dan Psikologi Terhadap Keputusan Pembelian
Makanan Korea di Kota Pontianak. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian, 8(3), 1–10.

Peter, P. J., dan Olson, J. C. (2010). Consumer Behavior


Marketing. In Mc Graw.

Prawira, E. B., Maswadi, dan Hidayat, R. (2019). Analisis Pengaruh Budaya,


Sosial, Pribadi dan Psikologi Terhadap Keputusan Pembelian
Makanan Korea di Kota Pontianak. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian, 8(3), 1–10.

Putri, K. A., Amirudin, A., dan Purnomo, M. H. (2019). Korean Wave dalam
Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. Nusa: Jurnal Ilmu
Bahasa Dan Sastra, 14(1), 125.
Pusporini, E. 2013. Makanan Korea Menyusul Sukses K-Pop dan K- Drama.
Diakses pada 17 Agustus 2022, Pukul 18.39, dari Tempo.com.

Sarajwati, M. K. A. (2020). Fenomena Korean Wave di Indonesia –


EnvironmentalGeography Student Association. Egsaugm.

Schiffman, L. G., dan Wisenblit, J. (2019). Consumer Behaviour (12th Ed).


PearsonEducation Limited.

Seung Mi, C., Lana, C., Seo Jin, C., Kwang Ok, K., Gwi Jung, H., & Sae
Rom, L. (2010). Exploring Korean Typical Tastes, Flavors, and Foods
Using Delphi Technique. Korean J. Food Cookery SCI, 26(2), 158–
163.

Soraya, V. A. 2013. Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja


Surabaya (Studi Deskriptif Kuantitatif Temtang Pengaruh Budaya K-
Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja di Kota Surabaya). Surabaya.
Hal. 16

Suantara, I. G., Artana, M., Suwena, K. R. 2014. Pengaruh Selera dan Harga
Terhadap Keputusan Konsumen dalam Pembelian Sepeda Motor
Honda di Kabupaten Buleleng. 4(1) : 3. Singaraja

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D


(19th ed.). Penerbit Alfabeta.

Syafikarani, Aisyi. 2021. Anlaisis Strategi Digital Marketing dalam


Pemasaran Album K-Pop (Studi Kasus : Weverse Shop - BTS).
TANRA. 8(1) : 2. Jawa Barat.

93
Tjiptono, F., & Chandra, G.,(2005) Service, Quality and Satisfaction.
Andi Offset. Yogyakarta.

Utami, Nur, B. (2020). Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Pada Online


Shop (Studi Remaja Di Desa Sajen Kecamatan Trucuk Kabupaten
Klaten).

Verdian, Edo. 2019. Analisis Faktor yang Merupakan Intensi Perpindahan


Merek Transportasi Online di Surabaya. AGORA, 7(1). Surabaya

Wahyudi, N. A. (2021). Analisis Faktor Faktor Preferensi Konsumen Dalam


Keputusan Pembelian Booth Boca. Performa, 4(5), 746– 755.

Wonodadi, Grace dan Himawan, Taufan. (2017). “Korean: Kiblat Alternatif


Industri Kreatif Indonesia”, Mengintip Budaya Korea: Pandangan
Generasi Muda Indonesia, (INAKOS (The International Association
of Korean Studies in Indonesia). Hal. 122-123. Universitas Gadjah
Mada.

World.kbs.co.kr. (2020). Penggemar “Hallyu” Akan Capai 100 Juta Orang di


Seluruh Dunia l KBS WORLD.In World.Kbs.Co.Kr.
http://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code
=57452

94
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN


MAKANAN INSTAN KOREA PADA PENGGUNA APLIKASI
WEVERSE INDONESIA

Bapak/Ibu, Saudara/i yang saya hormati,


Perkenalkan saya Ratih Rizkyani, Mahasiswi S1 Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2018, sedang melaksanakan penelitian terkait pengaruh faktor
budaya, sosial, pribadi dan psikologi terhadap keputusan pembelian makanan
instan Korea. Saya mengucapkan terimakasih sebelumnya karena saudara
bersedia untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini. Semua
jawaban yang saudara berikan akan bersifat rahasia dan hanya akan digunakan
untuk keperluan akademik, untuk itu saya mengharapkan jawaban jujur dan
benar dari saudara untuk dapat menunjukkan gambaran yang sebenarnya.
Atas perhatian dan waktu saudara, saya ucapkan terima kasih.

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Dimohon untuk menjawab semua pertanyaan dan pernyataan dalam
kuesioner ini secara lengkap dan tidak terlewat
2. Berilah tanda ceklis () pada kolom yang saudara/i pilih sesuaidengan
keadaan yang sebenarnya

B. Kuesioner (Screening) Responden


Bagian ini merupakan pertanyaan untuk mengetahui siapa konsumensebagai syarat
untuk dapat menjadi responden.
1. Apakah anda memiliki akun pada aplikasi weverse?
a) Ya (Silahkan melanjutkan kuesioner ini)
b) Tidak (Terima kasih, anda tidak perlu melanjutkan kuesioner ini)
2. Apakah anda pernah membuat postingan pada aplikasi weverse?
a) Ya (Silahkan melanjutkan kuesioner ini)
b) Tidak (Terima kasih, anda tidak perlu melanjutkan kuesioner ini)
3. Berapa kali anda melakukan postingan pada aplikasi weverse dalamsatu
bulan?
a) 1-2 kali
b) 3-4 kali
c) Lebih dari 5 kali
4. Apakah anda pernah membeli makanan instan Korea?
a) Ya (Silahkan melanjutkan kuesioner ini)
b) Tidak (Terima kasih, anda tidak perlu melanjutkan kuesioner ini)
5. Apakah alasan anda memilih YA/TIDAK?
6. Makanan Instan Korea apa yang pernah anda beli?
A) Samyang
B) Tteokbokki
C) Shin ramyun
D) Japchae
E) Jjaphagetthi
F) Lainnya
7. Domisili (Tempat Tinggal)

A. Identitas Responden
Bagian ini merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai
karakteristik responden:
1. Nama/inisial:
2. Umur:
3. Jenis Kelamin: ( ) Laki-Laki
( ) Perempuan
4. Pekerjaan:
( ) Pelajar/ Mahasiswa
( ) PNS
( ) Karyawan Swasta
( ) Wiraswasta
( ) Lainnya
5. Uang saku (uang jajan, gaji, upah, dll) per bulan (Rp)
( ) < 1.500.000
( ) 1.500.001 - 3.000.000
( ) 3.000.001 - 5.000.000
( ) > 5.000.001

B. Kuesioner Utama
Bagian ini merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang berisi
tentang pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi, psikologi dan keputusan
pembelian dalam mengkonsumsi makanan instan Korea. Pilihlah jawaban
yang sesuai dengan saudara dan berikan tanda centang ☑, dengan
ketentuan sebagai berikut:
SS: Sangat Setuju
S: Setuju
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju

96
Faktor Budaya

Alterantiif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FB1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
kebiasaan untuk membeli
makanan instan Korea lebih
dari 3 kali dalam sebulan
2 FB2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena adanya
pengaruhbudaya Korea

Faktor Sosial

No Kode Pernyataan Alternatif Jawaban


STS TS S SS
1 FS1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
informasi dari teman
2 FS2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
informasi dari keluarga
3 FS3 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena peran
teman dalam memberikan
saran

Faktor Pribadi

Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FP1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena sesuai
dengan selera saya
2 FP2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena lebih
sesuai dengan pendapatan
saya dibandingkan membeli
makanan Korea di restoran

97
Faktor Pribadi (Lanjutan)

3 FP3 Saya membeli dan


mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
menyukai mengkonsumsi
makanan asing
4 FP4 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena
lingkungan sekitar saya
sudah mengkonsumsinya
5 FP5 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena tertarik
mencoba makanan Korea
6 FP6 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena mudah
dan cepat dimasak

Faktor Psikologi

Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 FPS1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena adanya
informasidari media massa
2 FPS2 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea karena rasa
dari produk tersebut
3 FPS3 Saya merasa puas pada
kualitas produk makanan
instan Korea

Keputusan Pembelian

Alternatif Jawaban
No Kode Pernyataan
STS TS S SS
1 KP1 Saya membeli dan
mengkonsumsi makanan
instan Korea untuk
memenuhi rasa lapar

98
Keputusan Pembelian (Lanjutan)

2 KP2 Saya membeli dan


mengkonsumsi makanan
instan Korea untuk
mengikuti trend
3 KP3 Saya mendapatkan
informasi mengenai
makanan instan Korea
melalui media lainnya
4 KP4 Informasi yang saya
dapatkan mengenai
makanan instan Korea
sesuai dengan produk
5 KP5 Sebelum melakukan
pembelian makanan instan
Korea, saya akan
melakukan perbandingan
dengan produk serupa
6 KP6 Makanan instan Korea
mudah untuk didapat
7 KP7 Harga produk makanan
instan Korea lebih
terjangkau dibandingkan
makanan Korea Lainnya
8 KP8 Produk sesuai dengan
informasi yang saya
dapatkan
9 KP9 Saya akan melakukan
pembelian ulang makanan
instan Korea

99
Lampiran 2. Panduan Wawancara (Interview Guide)

1. Nama Lengkap:
2. Alamat:
3. Usia:
4. Pekerjaan:
5. Agama:
6. Apakah anda menyukai Hallyu wave atau gelombang Korea?
7. Jika iya, bidang apakah yang paling anda sukai?
8. Apakah anda mengetahui dan memiliki akun weverse?
9. Apakah anda pernah melakukan postingan pada palikasi weverse dan
berapa kali anda melakukan postingan di aplikasi weverse dalam satu
bulan?
10. Apakah anda pernah membeli makanan instan Korea?
11. Makanan instan Korea apa sajakah yang pernah anda konsumsi?
12. Dalam jangka waktu satu bulan berapa banyak makanan instan Korea
yang anda beli?
13. Apakah dalam membeli makanan instan Korea dikarenakan adanya
pengaruh dari budaya Korea?
14. Produk makanan instan Korea apa saja yang pernah anda beli?
15. Apa yang membuat anda tertarik untuk membeli produk tersebut?
16. Apakah terdapat pengaruh teman atau keluarga dalam memilih produk
tersebut?
17. Apakah makanan instan Korea sesuaidengan selera pribadi anda?
18. Apakah anda membeli makanan instan Korea dikarenakan memang
menyukai makanan asing?
19. Apakah anda membeli makanan Korea untuk mengikuti tren yang
sedang berkembang saat ini?
20. Apakah menurut anda harga produk-produk makanan instan Koreasesuai
untuk anda?
21. Apakah sebelum membeli makanan instan Korea anda mencariinformasi
mengenai produk di media massa?
22. Apakah produk yang anda konsumsi sesuai dengan penjelasan yang adadi
internet?
23. Apakah anda merasa puas dengan produk yang anda beli?
24. Dalam membeli makanan instan Korea apakah anda mencari logo halal
terlebih dahulu?
25. Di manakah biasanya anda membeli makanan instan Korea?
26. Menurut anda, apakah mudah untuk membeli makanan instanKorea?
27. Apakah anda akan membeli kembali makanan instan Korea di masa
yang akan datang?

100
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen

Corrected Cronbach's
No Kode Item-Total Alpha if Item Keterangan
Correlation Deleted
1 FB1 0,514 0,876 Valid
2 FB2 0,528 0,876 Valid
3 FS1 0,494 0,877 Valid
4 FS2 -0,015 0,893 Tidak Valid
5 FS3 0,573 0,874 Valid
6 FS4 0,583 0,874 Valid
7 FP1 0,393 0,880 Valid
8 FP2 0,560 0,875 Valid
9 FP3 0,291 0,882 Tidak Valid
10 FP4 0,600 0,874 Valid
11 FP5 0,650 0,871 Valid
12 FPS1 0,683 0,872 Valid
13 FPS2 0,574 0,875 Valid
14 FPS3 0,622 0,874 Valid
15 KP1 0,395 0,880 Valid
16 KP2 0,258 0,883 Tidak Valid
17 KP3 0,513 0,876 Valid
18 KP4 0,613 0,874 Valid
19 KP5 0,198 0,886 Tidak Valid
20 KP6 0,412 0,879 Valid
21 KP7 0,362 0,881 Valid
22 KP8 0,596 0,875 Valid
23 KP9 0,735 0,871 Valid

101
Lampiran 4. Hasil Uji Realibilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha Based on
Alpha Standardized Items N of Items
0,846 0,856 23

102
Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi

KMO and Bartlett's Test


Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,712
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1580.343
Df 253
Sig. 0,000

103
Lampiran 6. Nilai Measure of Sampling Adequency (MSA)

Q Indikator Nilai MSA Keterangan


1 Rutinitas 0,648 Valid
2 Nilai Budaya 0,733 Valid
3 Pengaruh Teman 0,679 Valid
4 Pengaruh Keluarga 0,646 Valid
5 Peran Teman 0,697 Valid
6 Selera Konsumen 0,752 Valid
7 Pendapatan 0,634 Valid
8 Gaya Hidup (Aktivitas) 0,763 Valid
9 Gaya Hidup Orang Lain 0,683 Valid
10 Minat 0,771 Valid
11 Keterbatasan Waktu 0,843 Valid
12 Informasi Media Massa 0,630 Valid
13 Pengaruh Rasa 0,743 Valid
14 Kepuasan Kualitas Produk 0,851 Valid
15 Kebutuhan Konsumen 0,738 Valid
16 Trend 0,509 Valid
17 Keseusaian Informasi 0,531 Valid
18 Informasi Teman 0,667 Valid
19 Perbandingan Produk 0,626 Valid
20 Saluran Pembelian 0,742 Valid
21 Harga 0,650 Valid
22 Kepuasan Pasca Pembelian 0,745 Valid
23 Pembelian Ulang 0,807 Valid

104
Lampiran 7. Nilai Communalities
Communalities
No Indikator Initial Extraction
1 Rutinitas 1.000 0,693
2 Nilai Budaya 1.000 0,537
3 Pengaruh Teman 1.000 0,831
4 Pengaruh Keluarga 1.000 0,560
5 Peran Teman 1.000 0,765
6 Selera Konsumen 1.000 0,658
7 Pendapatan 1.000 0,780
8 Gaya Hidup (Aktivitas) 1.000 0,586
9 Gaya Hidup Orang Lain 1.000 0,570
10 Minat 1.000 0,755
11 Keterbatasan Waktu 1.000 0,639
12 Informasi Media Massa 1.000 0,798
13 Pengaruh Rasa 1.000 0,711
14 Kepuasaan Kualitas Produk 1.000 0,601
15 Kebutuhan Konsumen 1.000 0,649
16 Trend 1.000 0,645
17 Informasi Media Lainnya 1.000 0,816
18 Informasi Teman 1.000 0,808
19 Perbandingan Produk 1.000 0,471
20 Saluran Pembelian 1.000 0,728
21 Harga 1.000 0,669
22 Kepuasan Pasca pembelian 1.000 0,779
23 Pembelian Ulang 1.000 0,742
Extraction Method: Principal Component Analysis.

105
Lampiran 8. Hasil Total Variance Explained
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues
Component Total % of Variance Cumulative %
1 6.090 26.476 26.476
2 3.494 15.190 41.666
3 2.188 9.513 51.179
4 1.580 6.870 58.049
5 1.408 6.121 64.171
6 1.033 4.493 68.664
7 0,918 3.993 72.657
8 0,839 3.648 76.305
9 0,750 3.260 79.565
10 0,675 2.936 82.501
11 0,611 2.657 85.158
12 0,557 2.421 87.580
13 0,490 2.130 89.709
14 0,396 1.721 91.430
15 0,392 1.704 93.134
16 0,331 1.438 94.573
17 0,296 1.287 95.859
18 0,251 1.089 96.949
19 0,203 0,883 97.831
20 0,160 0,698 98.529
21 0,136 0,593 99.122
22 0,123 0,535 99.657
23 0,079 0,343 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.

106
Lampiran 9. Hasil Component Matrix
Component Matrixa
Component
1 2 3 4 5 6
Rutinitas 0,380 0,237 0,287 -0,041 -0,373 0,519
Nilai Budaya 0,461 -0,258 -0,439 -0,008 -0,166 0,193
Pengaruh Teman 0,342 0,663 -0,170 -0,193 0,419 -0,180
Pengaruh Keluarga -0,099 0,393 0,561 0,021 0,259 0,115
Peran Teman 0,363 0,690 0,060 -0,350 0,177 0,004
Selera Konsumen 0,704 -0,314 -0,034 -0,239 0,042 -0,063
Pendapatan 0,448 0,005 0,250 0,322 0,492 0,413
Gaya Hidup
0,616 -0,168 0,319 -0,114 0,189 0,167
(Aktivitas)
Gaya Hidup Orang
0,284 0,580 0,255 0,010 -0,271 -0,119
Lain
Minat 0,694 -0,243 -0,349 -0,299 -0,056 -0,001
Keterbatasan Waktu 0,740 -0,202 0,139 -0,174 -0,013 0,021
Informasi Media
0,391 0,539 -0,514 0,166 -0,175 0,183
Massa
Pengaruh Rasa 0,672 -0,226 -0,183 -0,348 -0,198 0,122
Kepuasaan Kualitas
0,694 -0,081 0,244 -0,116 0,028 -0,199
Produk
Kebutuhan Konsumen 0,574 -0,141 0,467 -0,223 -0,175 -0,038
Trend 0,220 0,565 0,305 0,321 -0,213 0,191
Informasi Media
0,338 0,486 -0,585 0,325 -0,067 0,114
Lainnya
Informasi Teman 0,342 0,709 -0,271 -0,238 0,187 -0,154
Perbandingan Produk 0,257 0,344 0,277 0,114 -0,156 -0,416
Saluran Pembelian 0,578 -0,083 0,073 0,456 -0,270 -0,316
Harga 0,426 -0,249 -0,136 0,454 0,445 -0,052
Kepuasan Pasca
0,715 -0,116 0,087 0,436 -0,180 -0,155
pembelian
Pembelian Ulang 0,706 -0,335 -0,056 0,173 0,310 -0,052
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 6 components extracted.

107
Lampiran 10. Hasil Rotated Component Matrix

Rotated Component Matrixa


Component
1 2 3 4 5 6
Rutinitas 0,281 0,012 0,106 -0,040 0,018 0,775
Nilai Budaya 0,469 -0,135 0,533 0,085 -0,074 -0,042
Pengaruh Teman 0,047 0,892 0,087 0,147 0,052 -0,041
Pengaruh Keluarga -0,244 0,289 -0,485 0,174 0,024 0,389
Peran Teman 0,163 0,812 -0,026 -0,045 0,013 0,277
Selera Konsumen 0,780 0,044 0,060 0,164 0,089 -0,098
Pendapatan 0,167 0,091 -0,065 0,794 -0,064 0,325
Gaya Hidup
0,599 0,065 -0,193 0,368 0,037 0,222
(Aktivitas)
Gaya Hidup Orang
0,021 0,408 0,001 -0,173 0,435 0,428
Lain
Minat 0,772 0,104 0,353 0,037 -0,023 -0,149
Keterbatasan Waktu 0,747 0,060 -0,004 0,194 0,162 0,117
Informasi Media
0,017 0,420 0,740 0,031 0,105 0,250
Massa
Pengaruh Rasa 0,793 0,028 0,270 -0,057 -0,037 0,061
Kepuasaan Kualitas
0,631 0,170 -0,130 0,179 0,350 0,053
Produk
Kebutuhan
0,643 -0,009 -0,285 0,001 0,275 0,281
Konsumen
Trend -0,167 0,231 0,084 0,100 0,355 0,648
Informasi Media
-0,094 0,376 0,778 0,163 0,144 0,116
Lainnya
Informasi Teman 0,069 0,858 0,242 -0,048 0,074 0,029
Perbandingan Produk 0,028 0,281 -0,125 -0,077 0,598 0,109
Saluran Pembelian 0,291 -0,129 0,224 0,216 0,727 0,039
Harga 0,168 -0,040 0,168 0,725 0,168 -0,241
Kepuasan Pasca
0,416 -0,110 0,242 0,358 0,625 0,129
pembelian
Pembelian Ulang 0,569 -0,004 0,117 0,587 0,180 -0,167
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.a
a. Rotation converged in 19 iterations.

108
Lampiran 11. Hasil Wawancara

1) Narasumber 1
Nama : IM
Usia :19 tahun
Domisili : Pekanbaru
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Khatolik
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan IM
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi IM dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku awalnya suka K-Pop kak, terus akhirnya mulai
suka juga sama drama Korea, nah di situkan mereka
makan teokbokki atau mie. Akhirnya aku penasaran
dan coba beli juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada IM mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Paling banyak makan mie-nya kak, atau enggak
teokbokki, gak terlalu banyak juga kak mungkin 1-2
kali dalam seminggu.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada IM terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, IM menjawab sebagai berikut:
“Aku selain teman juga suka tergiur sama postingan
di media kak, kayak misalnya video artis yang aku
suka lagi makan mie instan jadi aku tertarik juga
mau coba.”
Berdasarkan jawaban IM faktor sosial utama yang memengaruhi
dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea sangat
dipengaruhi oleh media massa serta adanya pengaruh dari teman.
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, IM
menjawab sebagai berikut :
“Aku udah makan-makanan instan dari pas SMA,
sekitar 2 tahun yang lalu dan aku rasa kurang
terjangaku buat anak-anak SMA atau kuliahan
kayak aku, apalagi aku juga ngekost jadi gak bisa
dikonsumsi sering-sering. Paling pas dapet kiriman
uang dari orang tua dan pas gak ada waktu buat

109
masak lama-lama baru beli.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada IM terkait gaya hidup
IM dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan pernyataan IM
adalah sebagai berikut :
“Aku suka coba makanan asing selain makanan
Korea juga, dan beberapa ada yang sesuai sama
lidah, tapi beberapa ada yang kuramg sesuai juga
sama lidah aku.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo butuh yang cepet dan mudah dimasak emang
alternatif bagus banget, tapi kan gak terlalu sehat
juga.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada IM adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, IM menjawab:
“Iya ada pengaruhnya juga, kalo aku gak suka K-
Pop mungkin gak akan setertarik itu buat makan
makanan Korea.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, IM menjawab sebagai berikut :
“Kadang aku cari di internet dulu sih kak, makanan
apaan, rasanya kayak gimana atau pas udah
dimasak jadinya gimana.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, IM menjawab :
“penasaran sama rasanya kayak gimana, tadi kan
udah aku bilang kalo artis yang aku suka kadang
makan makanan instan itu jadi penasaran gimana
rasanya.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada IM adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan IM adalah sebagai
berikut:
“Sejauh ini puas kak, kebanyakan rasa sesuai sama
lidah walaupun harga kurang sesuai untuk aku,
beberapa ada yang murah dan beberapa lagi ada
yang mahal.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah IM akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, IM menjawab
sebagai berikut :
“Iya, pasti beli lagi.”

110
2) Narasumber 2
Nama : SAN
Usia : 20 tahun
Domisili : Cilacap Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan
SAN sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi SAN dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Iya, aku belinya karena ada pengaruh sama
budaya Korea, aku suka semua budayanya mulai
dari musik, drama, budaya tradisional sampe
makanannya juga suka.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada SAN mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Ramyeon, samyang sama teokbokki paling sering,
untuk seminggu 2 kali konsumsinya.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada SAN terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, SAN menjawab sebagai berikut:
“Temen bisa juga memengaruhi, tapi kalo di aku
lebih banyak ke media sosial kak.”
Berdasarkan jawaban SAN faktor sosial utama yang memengaruhi
dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan Korea sangat
dipengaruhi oleh media massa serta adanya pengaruh dari teman.
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea,
SAN menjawab sebagai berikut :
“Beberapa sesuai sama uang jajan aku, tapi
beberapa juga gak sesuai.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada SAN terkait gaya
hidup SAN dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan
pernyataan SAN adalah sebagai berikut :
“Iya betul, aku suka sama makanan dari luar,
sejauh yang aku makan masih sesuai sama selerea
aku.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Iya, kalo lagi gak ada makanan di rumah, masak
samyang atau ramyeon kan cepet dan bikin
kenyang.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada SAN adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:

111
“Iya beberapa ada pengaruhnya, kayak pas coba
makan samyang gara-gara lagi banyak yang coba
untuk mukbang.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, SAN menjawab sebagai berikut :
“Iya cari-cari info dulu di internet.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, YR menjawab:
“Penting,ini yang aku cari kalo dari internet.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, SAN menjawab :
“Karena keliatanya menarik jadi penasaran pingin
coba.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada SAN adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan SAN adalah
sebagai berikut:
“Untuk yang aku coba selama ini masih puas.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah SAN akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, SAN
menjawab sebagai berikut :
“Iya akan beli lagi karena enak.”

3) Narasumber 3
Nama : YR
Usia : 21 tahun
Domisili : Pekanbaru
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan YR
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi YR dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku suka BTS sama Korean Drama, pas muncul di
makan sama artis-artis itu kayak enak banget jadi
cobain deh.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada YR mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Mie dan teokbokki yang paling sering, mungkin 1-2
kali dalam seminggu.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada YR terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, YR menjawab sebagai berikut:

112
“Iya dari teman, kalo mereka bilang enak akan
dicoba.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, YR
menjawab sebagai berikut :
“Harga untuk aku relatif murah, sesuai dengan
budget aku.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada YR terkait gaya
hidup YR dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan
pernyataan YR adalah sebagai berikut :
“Iya aku bisanya tertarik sama makanan asing, dan
beberapa ada yang pas dilidah beberapa juga ada
yang kurang suka.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo bosen sama makanan rumahan biasanya beli,
cepet juga dimasak.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada YR adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:
“Karena Korea juga lagi hype banget jadi pingin
ikut coba.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, YR menjawab sebagai berikut :
“Iya nyari dulu, kadang di internet atau ig.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, YR menjawab:
“sangat penting, ini faktor utamaku dalam membeli
produk makanan soalnya.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada YR adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan YR adalah sebagai
berikut:
“puas sih kalo aku.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah YR akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, YR menjawab
sebagai berikut :
“Mau, pasti mau beli lagi.”

4) Narasumber 4
Nama : TR
Usia : 22 tahun
Domisili : Depok
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Wawancara berdasarkan faktor budaya:

113
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan TR
sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi TR dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Awal suka Korea-Koreaan itu pertama K-Pop,
terus ke dramanya terus sekarang ditambah sering
liat video mukbang makanannya enak banget jadi
bikin laper dan pingin makan juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada TR mengenai makanan
instan Korea apa saja yang sering dikonsumsi dan berapa kali
mengkonsumsinya dalam waktu satu minggu.
“Kalo sekarang lagi banyak makan teokbokki,
kadang juga mie samyang. Seminggu paling 2 atau 3
kali.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada TR terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, TR menjawab sebagai berikut:
“Temen aku gak begitu banyak yang suka sama
Korea-Korea-an, tapi ada juga beberapa yang
ngasih saran atau kadang makan bareng. Kalo yang
paling memengaruhi paling kakak-kakak aku, kita
suka kasih rekomendasi terus akhirnya makan
bareng-bareng.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea, TR
menjawab sebagai berikut :
“Kalo tiap hari gak sesuai ya hahaha, kalo
seminggun 2 atau 3 kali ya masih sesuai budget
uang jajan saya.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada TR terkait gaya hidup
TR dalam mengkonsumsi makanan asing serta seleranya dan pernyataan TR
adalah sebagai berikut :
“Iya, suka banget sama makanan asing, ditambah
saudara-saudara aku juga suka jadi kalo ada
produk baru kadang nanyain ‘udah coba ini belum?,
enak tau’ akhirnya ikut coba”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo makanan di rumah lagi gak sesuai selera ini
solusi utama, kan cepet sama gampang dimasak jadi
gak ketauan orang rumah kalo makan makanan
instan.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan

114
kepada TR adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, TR menjawab:
“Gak juga sih kalo trend, emang mau aja gara-gara
liat mukbang.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, TR menjawab sebagai berikut :
“Biasanya liat orang review di youtube aja, kan
suka dibahas singkat.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, TR menjawab :
“penasaran sama rasanya seperti apa, warnanya
kan merah-merah kebanyakan jadi penasaran akan
sepedas apa dan gimana rasanya.”
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pentingnya logo halal pada
kemasan produk makanan instan Korea, TR menjawab:
“Penting dong, kalo gak halal otomatis gak akan di
beli.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada TR adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan TR adalah sebagai
berikut:
“Puas kok, makanan Korea yang aku makan selama
ini bikin puas kok.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah TR akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, TR menjawab
sebagai berikut :
“Iya dong pasti beli lagi.”

5) Narasumber 5
Nama : VM
Usia : 38 tahun
Domisili : Tangerang
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Kristen
Wawancara berdasarkan faktor budaya:
Peneliti melakukan wawancara langsung melalui whatsapp dengan
VM sebagai salah satu konsumen yang menggunakan aplikasi weverse serta
pernah membeli dan mengkonsumsi makanan insta Korea. Dalam
wawancara ini pertanyaan pertama adalah mengenai faktor apa yang
memengaruhi VM dalam membeli makanan instan Korea, yaitu sebagai
berikut :
“Aku suka artis Korea khususnya BTS, sering
ngikutin postingan mereka di wv juga dan kamu
pasti liat juga ada beberapa video mereka makan
samyan, chapagetthi atau teokbokki kan, nah itu
bikin pingin coba juga.”
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada VM mengenai makanan
instan Korea yang sering dikonsumsi dan berapa kali mengkonsumsinya
dalam waktu satu minggu.

115
“Mie Korea yang di minimarket kalo aku yang
paling sering dibeli, paling beli 1 atau 2 kali
seminggu, yang pasti bisa lebih dari 3 kali sebulan.”
Wawancara berdasarkan faktor sosial :
Pertanyaan kembali diajukan kepada VM terkait individu lain yang
dapat memengaruhi dalam membeli dan mengkonsumsi makanan instan
Korea, VM menjawab sebagai berikut:
“Lebih banyak dari iklan di tv, drama-drama Korea
atau dari media sosial, kadang dari postingan wv
juga bikin tertarik.”
Wawancara berdasarkan faktor pribadi :
Pada bagian ini narasumber akan ditanyakan mengenai pendapat
mereka terkait sesuai atau tidaknya harga produk makanan instan Korea,
VM menjawab sebagai berikut :
“Untuk aku yang udah kerja mungkin masih oke,
tapi kalo yang sekolah mungkin agak mahal kali
ya.”
Pertanyaan selanjutnya kembali diajukan kepada VM terkait gaya
hidup.
“Suka sama makanan asing, kalo untuk selera
tergantung sama lidah masing-masing tapi selama
ini di aku masih enak aja rasanya.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai faktor kecepatan dalam
memasak apakah memengaruhi dalam memutuskan pembelian makanan
instan Korea.
“Kalo lagi capek abis pulang kerja dan laper biar
cepet dimasak.”
Wawancara berdasarkan faktor psikologi:
Pada bagian faktor psikologi, pertanyaan pertama yang ditanyakan
kepada VM adalah mengenai pengaruh trend dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan instan Korea, Im menjawab:
“Iya ada pengaruhnya kan sekarang budaya Korea
udah mendunian apalagi BTS.”
Pertanyaan kembali diajukan mengenai informasi yang terkait produk
makanan instan, VM menjawab sebagai berikut :
“Enggak cari info sih kalo aku, pingin ya beli aja
langsung.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait alasan dalam
mengkonsumsi makanan instan Korea, VM menjawab :
“penasaran sama rasanya gara-gara abis nonton
video itu.”
Wawancara berdasarkan Keputusan pembelian :
Pertanyaan selanjutnya mengenai keputusan pembelian, pertanyaan
pertama yang diajukan kepada VM adalah mengenai puas atau tidaknya
dalam mengkonsumsi makanan instan Korea, pernyataan VM adalah sebagai
berikut:
“Puas, worth it menurut saya.”
Kemudian peneliti kembali bertanya terkait apakah IM akan
melakukan pembelian ulang terhadap makanan instan Korea, IM menjawab
sebagai berikut :
“Iya, pasti akan beli lagi.”
116

Anda mungkin juga menyukai