Anda di halaman 1dari 29

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

SWAMEDIKASI DIARE DI DESA BOJONG

KARYA TULIS ILMIAH

RISKA AGUS DAMAIYANTI

31181097

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP SWAMEDIKASI


DIARE DI DESA BOJONG

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
Sidang Ahli Madya Program Pendidikan Diploma Tiga Universitas
Bhakti Kencana

RISKA AGUS DAMAIYANTI


31181097

Bandung, Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

(apt. Ika Kurnia Sukmawati, M.Si) (Dr. apt. Marita Kaniawati, M.Si)
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP SWAMEDIKASI DIARE
DI DESA BOJONG

ABSTRAK

Masyarakat di Indonesia sering melakukan pengobatan sendiri sebagai usaha


untuk merawat dirinya sendiri saat sakit. .Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa
terdapat 66,82% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini
relatif lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan ke dokter
(45, 8%).. Swamedikasi dilakukan untuk mengatasi penyakit yang ringan seperti
diare. Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air
besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan
dan minuman yang terpapar oleh virus, bakteri. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap swamedikasi diare pada
masyarakat, masyarakat biasanya tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi kemudian
mereka jajan sembarangan, yang kadang kita tidak mengetahui makanan nya bersih
atau tidak. Penelitian ini merupakan penelitian.Deskriptif cross-sectional
menggunakan data primer yaitu dengan kuesioner dan dilakukan pada tanggal 21 –
24 juni 2021...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 93.88% memiliki
tingkat pengetahuan yang baik, dan 6.12% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
baik.

Kata kunci :Swamedikasi, Diare,,Tingkat Pengetahuan .

i
ADOLESCENTS' LEVEL OF KNOWLEDGE OF DIARRHEA SELF-
MEDICATION IN BOJONG VILLAGE

ABSTRACT

People in Indonesia often do their own treatment as an effort to take care of


themselves when sick. . The Central Bureau of Statistics (BPS) records that
there are 66.82% of sick people in Indonesia who self-medicate. This figure is
relatively higher than the percentage of people who go to the doctor (45, 8%),
Self-medicating is done to overcome mild diseases such as diarrhea. Diarrhea
is a disease that makes sufferers become frequent defecation, with a diluted
stool condition. In general, diarrhea occurs due to food and beverages exposed
to viruses, bacteria. The purpose of this study is to know the level of public
knowledge of diarrhea self-medicating in the community, people usually do not
have a habit of breakfast then they snack carelessly, which sometimes we do
not know the food is clean or not. This research is research. Descriptive cross-
sectional using primary data that is by questionnaire and conducted on June
21 - 24, 2021. The results showed that 93.88% had a good level of knowledge,
and 6.12% had a good level of knowledge.

Keywords. : Self-medication, Diarrhea,,Knowledge Level

ii
Dipersembahkan untuk orang tua tercinta
Teman dekatku Bagus Wicaksono
Sahabatku Annisa Eka Safitri, Siti Regita Febriyanti,Geby Rostauli Sinaga, Titania
Pretty Nova, Nursari Irwan dan teman-teman tercinta.

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

.Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul ““Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Swamedikasi Diare Di Desa
Bojong” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada
Program Studi Diploma III di Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana..

Terwujudnya Karya..Tulis Ilmiah ini berkat adanya bimbingan dan bantuan yang
berharga dari berbagai pihak dalam pelaksanaan sampai penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini,. penulis ingin mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu apt. Ika Kurnia Sukmawati. M.Si.,, selaku Ketua Prodi Diploma III dan
selaku Pembimbing 1 Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana yang
telah memberikan bimbingan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
2. Ibu Dr. apt. Marita Kaniawati, M.Si. selaku Pembimbing II dari Fakultas
Farmasi Universitas Bhakti Kencana yang telah memberikan bimbingan
selama penyusunan Karya..Tulis Ilmiah.
3. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff akademik atas bantuan yang diterima
selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Bhakti
Kencana.
4. Orangtua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan
bantuan baik moril maupun materil dalam kegiatan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
5. Kakak saya Yoga Prasetyo dan keluarga besar saya yang senantiasa selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Kepada Bagus Wicaksono yang telah memberikan semangat serta dorongan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

iv
7. Kepada sahabat saya tercinta Winda Apriyeti, Sindi Fatika Sari, Rindi Antika,
Eka Aprianingsih, Diana Safitri, Oktaria yang telah memberikan semangat
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Kepada Rekan saya Siti Regita Febriyanti, Annisa Eka Safitri dan dan rekan-
rekan grup “Susah Senang Sasarengan” yang telah memberikan semangat dan
membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Seuruh rekan-rekan seperjuangan Program Studi Ahli Madya Farmasi
Universitas Bhakti Kencana angkatan 2018 dan semua pihak yang terlibat.

..Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan...Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, dengan harapan penulis dapat lebih baik lagi pada kesempatan yang akan
datang...Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak khususnya bidang farmasi.

Wassalamualaikum Wr. Wb...

Bandung, Juli 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 3
BAB II ...................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 4
2.1 Swamedikasi ..................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Swamedikasi .................................................................... 4
2.1.2 Faktor – Faktor Melukukan Swamedikasi .......................................... 4
2.1.3 Cara Melakukan Swamedikasi ........................................................... 5
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Swamedikasi ......................... 6
2.1.5 Golongan Obat Untuk Swamedikasi .................................................. 6
2.2 Diare ................................................................................................. 8
2.2.1 Definisi Diare .................................................................................... 8
2.2.2 Klasifikasi Diare ................................................................................ 9
2.2.3 Etiologi ........................................................................................... 10
2.2.4 Faktor Risiko ................................................................................... 11
2.2.5 Gejala Diare .................................................................................... 12
2.3 Pengobatan Diare Secara Swamedikasi ............................................ 13
2.3.1 Obat diare ........................................................................................ 13

vi
2.3.2 Obat Tradisional diare ..................................................................... 14
BAB III....................................................................................................................16
METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................16
3.1 Metode Penelitian ............................................................................ 16
3.2 Subjek Penelitian ............................................................................. 16
BAB IV ...................................................................................................................18
DESAIN PENELITIAN ...........................................................................................18
4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 18
4.2 Uji Validitas .................................................................................... 18
4.3 Uji Reliabilitas ................................................................................ 18
4.4 Pengukuran Data ............................................................................. 18
BAB V.....................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................20
5.1 Gambaran Umum Desa Bojong ....................................................... 20
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 20
5.2.1 Karakteristik Responden .................................................................. 20
5.3 Hasil Pertanyaan Kuesioner Tentang Pengetahuan Swamedikasi Diare
........................................................................................................ 26
BAB VI ...................................................................................................................31
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................31
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 31
6.2 Saran ............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................32
LAMPIRAN ............................................................................................................35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Skor Tiap – Tiap Pengetahuan Responden ................................. 24


Lampiran 2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 34
Lampiran 3. Uji Validitas ........................................................................................ 35

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas ........................................................................... 6


Gambar 2.2 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas .................................................. 7
Gambar 2.3 Penandaan Obat Bebas Terbatas ............................................................ 7

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan usia ............................... 20


Tabel 5. 2 Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Swamedikasi Diare Berdasakan
Usia ........................................................................................................................ 21
Tabel 5. 3 Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin ............... 22
Tabel 5. 4 Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Swamedikasi diare berdasarkan
jenis kelamin ........................................................................................................... 22
Tabel 5. 5 Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan ............ 23
Tabel 5. 6 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Swamedikasi Diare berdasarkan
Jenis Pekerjaan ....................................................................................................... 23
Tabel 5. 7 Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Terakhir .................................................................................................................. 25
Tabel 5. 8 Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Swamedikasi Diare Berdasarkan
Tingkat pendidikan ................................................................................................. 25
Tabel 5. 9 Hasil Pertanyaan Tingkat Pengetahuan Masyarakat ................................ 26
Tabel 5. 10 Tingkat Pengetahuan Responden tentang swamedikasi diare ................ 30

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam
upaya pemeliharaan kesehatan...Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan
bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga kesehatannya...

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi diartikan sebagai


pemilihan dan penggunaan obat,,termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh
individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala..penyakit. Makna
swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk
mengatasi penyakit/keluhan yang dideritanya (Djunarko dan Hendrawati, 2015).

Menurut Susenas (2016),..Biro Pusat Statistik..(BPS) mencatat bahwa terdapat


66,82% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini relatif lebih
tinggi dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan ke dokter (45,8%).

Jika..swamedikasi tidak dilakukan dengan benar, maka akan terjadi potensi


risiko dari pengobatan sendiri meliputi salah diagnosis diri, interaksi obat berbahaya,
salah dalam administrasi, dosis salah, pilihan terapi tidak tepat, penyakit semakin
parah dan risiko ketergantungan dan penyalahgunaan. Beberapa studi yang dilakukan
pada pengobatan sendiri (swamedikasi) menyatakan bahwa pengobatan sendiri
merupakan praktek yang umum, dan yang biasa dilakukan di negara-negara yang
tidak ada peraturan ketat tentang penjualan obat tanpa resep. (Sharif, 2017).

1
Swamedikasi akan berjalan secara aman, rasional, efektif dan terjangkau
masyarakat perlu menambah pengetahuan dan melatih keterampilan untuk
melakukan..swamedikasi,bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap
pengetahuan tentang swamedikasi diare (Kusumawati, 2017)...

Praktik swamedikasi umumnya dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi


penyakit-penyakit yang tidak tergolong parah, seperti sakit kepala, demam, batuk,
pilek, diare, dan lain-lain. Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya
perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004). Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)..tahun 2007, prevalensi diare klinis yaitu
9%.(Noerasid, dkk., 2015).

Diare adalah keluhan yang sering dialami oleh bayi, anak, dan masyarakat, dan
diangap ringan. Sehingga lebih memilih untuk melakukan pengobatan sendiri atau
swamedikasi dalam menanganinya. Namun pada pelaksanaannya swamedikasi dapat
menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunannya (Muthoqaroh,
2017).Sehingga masyarakat harus memiliki pengetahuan yang baik dalam
pengobatan sendiri atau swamedikasi diare.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Swamedikasi Diare di desa bojong “

2
1.2 Rumusan Masalah
..Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap swamedikasi diare.

1.3 Tujuan Penelitian


..Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap swamedikasi diare.

1.4 Manfaat Penelitian


..Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
terutama penderita diare,..agar dapat melakukan swamedikasi dengan..baik dan
benar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Swamedikasi
2.1.1 Pengertian Swamedikasi
Swamedikasi berarti mengobati diri sendiri mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat-obatan sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko
obat, atas inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter ( Tan dan Rahardja, 2015).
Swamedikasi adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan
obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Maka swamedikasi
adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk mengetasi
penyakit yang dideritanya, swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi
keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami masyarakat, seperti
demam, nyeri, pusing, batuk, sakit maag, diare, penyakit kulit dan lain-lain.
(BPOM, 2014).

2.1.2 Faktor – Faktor Melukukan Swamedikasi


1. Kondisi ekonomi..Mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan
oleh rumah sakit, klinik dokter dan dokter gigi merupakan salah satu
penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah
untuk penyakit-penyakit yang relatif ringan dan beralih ke swamedikasi.
2. Berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat
karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan, dan kehidupan sosial
ekonomi sehinga meningkatkan pengetahuan untuk melakukan
swamedikasi.
3. Promosi obat bebas dan bebas terbatas gencar dari pihak produsen baik
melalui media cetak maupun media elektronik bahkan sampai beredar ke
pelosok-pelosok desa.

4
4. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat
desa yang berperan dalam meningkatan pengenalan dan penggunaan obat,
terutama OTR dalam sistem swamedikasi.
5. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat mendukung
perkembangan farmasi komunitas.
6. Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus
diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau
dari khasiat dan keamanan obat diubah menjadi OTR (OWA, obat bebas
terbatas, dan obat bebas) sehingga memperkaya pilihan masyarakat
terhadap obat.

2.1.3 Cara Melakukan Swamedikasi


Penilaian kerasionalan swamedikasi dapat ditinjau menurut komponen
rasional dan tidak rasional berikut ini : ( Djunarko dan Hendrawati, 2011).
1. Rasional (asas 4 tepat + 1 waspada)
a. Tepat indikasi
b. Tepat penderita
c. Tepat obat
d. Tepat dosis, dan
e. Waspada efek samping obat
2. Tidak rasional
a. Boros
b. Berlebihan
c. Kurang
d. Salah
e. Majemuk (polifarmasi)

5
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Swamedikasi
2.1.4.2 Keuntungan Melakukan Swamedikasi
a. Aman bila digunakan sesuai dengan aturan
b. Efektif untuk menghilangkan keluhan
c. Efisiensi biaya
d. Efisiensi waktu
e. Meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga
dan sarana kesehatan di masyarakat.

2.1.4.2 Kerugian Melakukan Swamedikasi


a. Efek samping yang jarang muncul namun berbahaya
b. Interaksi obat yang berbahaya
c. Dosis tidak tepat dan pilihan terapi yang salah

2.1.5 Golongan Obat Untuk Swamedikasi


2.1.5.1 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter dan sudah terdaftar di Depkes RI. Penandaan obat bebas dengan tanda
khusus yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti
terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas

2.1.5.2 Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun

6
penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam
kemasan, yaitu :
 Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
 Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5
cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih, sebagai berikut
:

Gambar 2.2 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

Peringatan obat bebas terbatas penandaannya berupa lingkaran berwarna biru dengan
garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Penandaan Obat Bebas Terbatas

7
2.1.5.3 Obat Wajib Apotek
..Menurut Keputusan Menteri Kesehatan NO. 347/ MENKES/SK/VII/1990.
Tentang Obat Wajib..Apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker
kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter.

2.1.5.2 Obat Tradisional

Obat tradisional..adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa


bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dam dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat (Undang- undang No.36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan.)..

2.2 Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare menurut World Health Organization (WHO) merupakan penyakit berbasis
lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus,
parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai golongan
sosial.

Diare merupakan gejala ketidak normal seringnya buang air besar, dengan
konsistensi feses yang cair. Frekuensi buang air besar dikatakan tidak normal jika lebih
dari tiga kali dalam sehari (24 jam). Wujud feses merupakan parameter yang lebih
penting, meskipun buang air besarnya sering namun bila wujud feses lunak dan berisi,
maka belum dapat dikatakan diare (Noerasid, dkk, 2018).

8
2.2.2 Klasifikasi Diare

a. Berdasarkan Durasi

.Diare diklasifikasikan berdasarkan durasi dalam 2 golongan, yaitu akut dan persisten.
Lama waktu diare yang kurang dari 2 minggu adalah diare akut dan yang lebih dari 2
minggu namanya diare persisten..Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak. Diare dapat berupa diare akut atau diare kronis,..diare akut dapat sembuh
sendiri biasanya dalam waktu 72 jam dari onset, sedangkan diare kronis berlangsung
+ 1bulan. Diare akut dapat ditangani dengan cairan-elektrolit, pola makan, dan obat
tanpa resep, sedangkan diare kronis membutuhkan perawatan medis (Noerasid,dkk
2018).
b. Berdasarkan Tanda dan Gejala
.Menurut Longe (2015),,,berdasarkan tanda dan gejalanya, diare diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu diare ringan, diare sedang dan diare berat. Untuk diare ringan
dapat ditangani dengan swamedikasi, sedangkan diare berat tidak dapat ditangani
dengan swamedikasi.…Klasifikasi diare ini dijabarkan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala diare Longe ( 2015)

Diare ringan Diare sedang Diare Berat

Buang air besar 3 Buang air besar 4-5 Buang air besar > 6
kali sehari, tekanan kali sehari, demam
kali sehari, demam
darah normal dan lebih dari 380C,
0
lebih dari 38 C,
tidak terjadi menunjukkan gejala
penurunan tekanan kehilangan hypoperfusi seperti
darah ketika berdiri, syok akibat penurunan
kekenyalan kulit,
demamm ringan atau sirkulasi darah,
tekanan darah
tanpa demam, haus penuruan kesadaran,
ringan, dan mulut normal dengan sakit perut yang

9
kering terutama penurunan sedikit sangat, kulit yang
dibawah dingin dan
tekanan darah saat
Lidah. Lembab.
berdiri, dan mulut

kering.

2.2.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis diare (Tjay dan


Rahardja, 2017) yaitu :

1. Diare akibat virus misalnya influenza perut dan travellers diarhoea yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-
sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resoopsi menurun dan
sekresi air dan elektrolit memegang peranan

2. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatkan derajat higiene masyarakat.

3. Diare parasiter akibat protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia


lamblia, yang terutama terjadi di daerah tropis.

4. Akibat obat yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, bet-
blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas
(ampisilin, amoksisilin, sefalisporin, klindamisin, tetrasiklin)

5. Akibat keracunan makanan sering terjadi. Misalnya pada waktu perhelatan


anak-anak sekolah atau karyawan perusahaan dan biasanya disertai pula dengan
muntah-muntah.

10
2.2.4 Faktor Risiko

Diare memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :

1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak
pada umur di bawah 24 bulan.

2. Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-
laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.

3. Musim

Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi


sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke
musim penghujan.

4. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir
lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga
lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten
atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi

5. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah
satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung
sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6
bulan sampai 3 tahun

11
6. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka
cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi
rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

2.2.5 Gejala Diare

Mula-mula gelisah,..suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang


atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah
dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu, karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karna tinja makin lama
jadi semakin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktisa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman & Rebar,
2017).

2.2.6 Pencegahan Diare

.Penyakit diare bisa kita cegah agar tidak menyerang tubuh kita. Beberapa hal
dan tindakan yang dapat kita lakukan untuk mencegah penyakit diare yaitu sebagai
berikut :

1. Rajin cuci tangan

2. Jaga kebersihan lingkungan

3. Masak makanan hingga matang

12
4. Konsumsi air yang matang

5. Konsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup

6. Olahraga secara teratur

7. Jangan memasak dengan mencampur makanan matang dan mentah

8. Perhatikan tanggal kadaluwarsa pada makanan

9. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi cabai

10. Perhatikan kebersihan alat masak

11. Cuci sayuran dan buah sebelum dikonsumsi

12. Pengolahan sampah yang baik

13. Membuang air besar dan air kecil ditempatnya

14. Menutup makanan

15. Istirahat yang cukup

16. Perhatikan kebersihan piring dan gelas yang dipakai

2.3 Pengobatan Diare Secara Swamedikasi

2.3.1 Obat diare

1. ORT (Oral Rehydration Therapy)/Pemberian Oralit

Tindakan pertama yang harus dilakukan bagi bayi dan anak-anak atau yang
menderita diare dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral (ORT) atau
pemberian oralit. ORT adalah pemberian cairan (oralit) melalui mulut untuk
mencegah dehidrasi yang merupakan konsekuensi dari diare.

13
2. Antimotilias (Loperamide)

Loperamide merupakan golongan opioid berfungsi memperlambat motilitas


usus, memperpanjang waktu kontak anatara isi usus dan mukosa sehingga
meningkatkan absopsi cairan dalam usus.

3. Adsorben (Attapulgit, Kaolin, Pektin)

Digunakan untuk mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja,


menyerap racun pada penderita diare.

2.3.2 Obat Tradisional diare

1. Jambu Biji

Menurut hasil sebuah penelitian yang dilakukan terhadap jambu biji. Dan
hasilnya ternyata dalam jambu biji terkandung tanin yang berguna untuk
menghambat perkembangan virus dan bakteri dalam sistem pencernaan
manusia. Kandungan tanin dalam jambu biji cukup tinggi, yaitu sekitar 17%
baik dalam daunnya maupun buahnnya.

Untuk cara pengolahannya, Dapat memakan langsung buahnya atau


membuatnya menjadi jus segar. Jika ingin menggunakan daunnya, Cukup
merebus daun jambu biji dan konsumsi air rebusan tersebut secara rutin.

2. Jahe

tanaman rempah yang satu ini dipercaya efektif untuk meredakan gejala diare
seperti sakit perut, perut kembung, mual, atau muntah. Manfaat jahe untuk
mengobati diare ini oleh karena jahe mengandung zat yang bersifat antibakteri
sehingga ampuh untuk mengatasi bakteri penyebab diare yaitu Salmonella dan
E.Coli. Dengan cara mengiris jahe lalu direbus, kemudian air rebusan jahe

14
diminum secara rutin 2 kali sehari sampai diare sembuh untuk mendapatkan
khasiat jahe dalam mengobati diare.

3. Oralit

Oralit adalah obat diare yang terbuat dari campuran garam, gula putih, dan air.
Oralit atau oral rehydration salts (ORS) berfungsi untuk menggantikan cairan
elektrolit tubuh yang terhidrasi akibat diare maupun penyebab dehidrasi lainnya
seperti aktivitas fisik berlebih. Kita bisa membuatnya sendiri di rumah dengan
memanfaatkan bumbu dapur yakni garam dan gula putih yang dilarutkan di
dalam air dengan dosis yang disesuaikan, Dosis larutan oralit adalah 50 – 100
ml (tergantung tingkatan dehidrasi dan berat badan) dan diminum setiap 4 – 6
jam sekali dalam sehari untuk dewasa, sedangkan pada anak-anak, dosis oralit
yang disarankan yakni sekitar 15 – 100 ml per harinya.

4. Air putih

Diare adalah penyakit yang mengakibatkan tubuh kehilangan banyak cairan.


Maka dari itu cara mengobati diare agar tidak semakin parah adalah dengan
tidak lupa minum air putih yang banyak. Dengan begitu, tubuh dapat terhindar
dari dehidrasi.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


..Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional untuk mengetahui
tingkat pengetahuan terhadap..Swamedikasi Diare pada masyarakat di desa bojong.
Penelitian ini dilaksanakan di desa bojong pada tanggal 21-24 Juni 2021. Pada
penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan kuesioner. Pengukuran
kuesioner ini menggunakan skala Guttman di mana jawaban positif bernilai (1) dan
jawaban negatif bernilai (0)...Data yang di peroleh akan dikumpulkan dan diolah,
baik secara manual maupun dengan komputer. Jumlah sampel yang didapat yaitu 49
responden..

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini terdapat kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. (Supardi,
Sudibyo, & Surahman, 2014)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini, yaitu :
1. Masyarakat yang tinggal di desa bojong
2. Masyarakat yang berusia 12-45 tahun.
3. Masyarakat yang pernah melakukan swamedikasi diare dan bersedia
menjadi Responden.

33
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Supardi, Sudibyo, & Surahman, 2014).
Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini, yaitu :
1. Masyarakat yang tidak tinggal di desa bojong
2. Masyarakat yang bukan berusia 12-45 tahun.
3. Masyarakat yang belum pernah melakukan swamedikasi diare dan tidak
bersedia menjadi Responden.

17

Anda mungkin juga menyukai