Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang

1. Pengertian Penyimpanan Obat

Penyimpanan merupakan faktor yang penting dalam

pengelolaanobat di puskesmas karena dengan penyimpanan baik

dan benar akan dengan mudah dalam pengambilan obat yang lebih

efektif dan pelayanan kesehatan di tingkat pertama akan lebih baik

(Mamahit,dkk 2017). Salah satu faktor yang mendukung

penjaminan mutu obat adalah bagaimana penyimpanan obat yang

tepat dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kegiatan

penyimpanan disini mencakup tiga faktor yaitu pengaturan

ruangan, penyusunan obat, serta pengamatan mutu obat

(Husnawati, 2016).

a. Pengaturan Ruangan

Tata ruang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

efisiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan dalam pelayanan

perbekalan farmasi. Ruang penyimpanan dirancang sedemikian

rupa sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu:

1) Kelembaban

Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obat yang tidak

tertutup sehingga mempercepat kerusakan


9

(Prihatiningsih,2011). Untuk menghindari udara lembab

tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

a) Ventilasi harus baik, jendela dibuka

b) Simpan obat ditempat kering

c) Wadah harus tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka

d) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena

makin panas udara didalam ruangan maka udara

semakin lembab

e) Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dankapsul

f) Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki

2) Kondisi penyimpanan khusus

a) Vaksin merupakan “Cold Chain” khusus disimpan pada

kulkas dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya

aliran listrik.

b) Narkotika, psikotropik dan bahan berbahaya atau obat

yang harganya mahal dalam jumlah sedikit harus

disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci.

c) Sitostastik merupakan obat yang sifatnya membunuh

atau merusak sel-sel propaganda. Obat ini termasuk

obat berbahaya (OB), yaitu obat yang genotoksik, karsino

genik dan teratogenik (Donadear, 2012).

Obat sitotoksik harus disimpan sesuai dengan

code obat. Reconstitude obat sitotoksikakan disimpan


10

seperti yang ditunjukkan oleh label pada obat-obatan.

Menurut Donadear(2012) obat-obatan sitotoksik disimpan

pada :

1) Dalam kulkas terkunci yang harus berada di 2-

8derajat.

2) Pada suhu kamar (dibawah 25 derajat) harus

disimpan dalam lemari terkunci diruang yang sesuai

untuk penyimpanan obat-obatan.

d) Bahan-bahan mudah terbakar meledak seperti alkohol

dan eter harus disimpan dalam lemari khusus, sebaiknya

disimpan dalam lemari khusus, terpisah dari gudang

induk (Depkes, 2010).

3) Rak dan pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan

dapat meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan stok obat.

Keuntungan penggunaan pallet menurut Seno (2018):

a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap

banjir

b) Peningkatan efisiensi penanganan stok

c) Dapat menampung obat lebih banyak

d) Pallet lebih murah dari pada rak

Untuk rak dapat dibuat dari kayu, besi, sedangkan pallet

dapat berupa papan, balok batu bata.


11

4) Suhu yang sesuai

5) Macam-macam suhu penyimpanan obat:

a) Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat.Lemari

pendingin memiliki suhu antara 2 - 8 derajat sedangkan

lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 sampai -10

derajat.

b) Sejuk adalah suhu antara 8 sampai 15 derajat. Kecuali

dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat

disimpan dilemari pendingin.

c) Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar

terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 sampai 30

derajat.

d) Hangat adalah suhu antara 30 sampai 40 derajat

e) Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat

b. Penyusunan obat

1) Penyusunan secara abjad yaitu menyusun obat berdasarkan

namanya, misal Amoksisillin, Antasida, Buscopan, CTM, dst.

2) LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan jenis obat yang

memiliki kemasan atau nama penyebutannya yang mirip

Faktor risiko umum terkait obat-obat LASA menurut Muhlis

(2019) meliputi :

a) Tulisan tangan yang tidak terbaca

b) Pengetahuan yang tidak lengkap tentang nama obat


12

c) Produk baru yang tersedia

d) Kemasan atau pelebelan yang serupa

e) Potensi, bentuk sediaan, dan frekuensi pemberian yang

serupa,

f) Penggunaan klinis yang mirip

3) Susunan obat secara kelas terapi obat dikelompokkan

berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal

golongan antibiotika dikelompokkan jadi satu dengan

golongan antibiotika, golongan kelas terapi hipertensi, dan

lain sebagainya. Penyusunan secara kelas terapi

memerlukan keahlian khusus artinya kita harus tahu

penggolongan obat (minimal harus baca brosurnya) untuk

menyusun obat secara kelas terapi.

4) FIFO, FEFO dan LIFO

Untuk masalah distribusi atau keluar masuk obat harus

disusun berdasarkan FIFO (First In First Out) yang artinya

barang atau obat yang masuk dahulu dikeluarkan dahulu,

sedangkan FEFO (First Expired First out) Penyimpanan obat

berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih

cepat maka dikeluarkan lebih dulu, dan LIFO (Last In First

Out) yang artinya barang yang masuk terakhir dikeluarkan

dahulu (Anwar, 2014). Sebaiknya kita jangan berpatokan

pada salah satu metoda tersebut (secara umum kita


13

berpatokan bahwa penyusunan obat harus dengan FIFO)

tetapi kita harus bisa mengkombinasikan sistem distribusi

barang tersebut. Misalnya bila kita menerima barang atau

obat dari Gudang Farmasi contoh Amoksisillin dengan

ED bulan Desember 2017 dan di gudang puskesmas masih

ada stok dengan ED yang sama, maka pengeluaran obat ke

pelayanan harus obat sisa yang ada di gudang dulu (FIFO).

Untuk cara LIFO biasanya dipakai untuk obat-obat program

yang biasanya dalam jumlah banyak dan masa kadaluwarsa

yang lebih pendek, maka harus segera didistribusikan

terlebih dahulu (misal vaksin, obat anti anemia, dsb)

(Husnawati, 2016).

c. Pengamatan Mutu Obat

Pengamatan mutu dilakukan untuk memastikan obat yang

disimpan di gudang obat atau tempat penyimpanan obat tidak

pernah rusak atau mengalami perubahan warna pada obat

tablet, cairan, salep dan lainnya, hal ini dilakukan untuk

menghindari resiko yang mungkin saja bisa terjadi seperti

kerusakan pada obat akibat perubahan baik secara fisik

maupun kimia, pemeriksaan secara berkala mengenai mutu

obat juga dilakukan untuk menghindari terjadinya obat

kadaluwarsa dan kerusakan obat lainnya (Nurniati, 2016).


14

Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas,

kemurnian, potensi, keseragaman, dan ketersediaan hayati.

1) Identititas yaitu untuk obat yang dibelanjakan harus dijamin

bahwa isi kandungannya benar.

2) Kemurnian yaitu beberapa jenis obat memang memerlukan

bahan tambahan untuk membentuk sediaan yang

dikehendaki. Untuk itu harus dijamin bahwa didalam

sediaan tersebut tidak terdapat bahan tambahan yang

berbahaya atau mengganggu stabilitas obat.

3) Potensi yaitu setiap sediaan harus berisi kandungan obat

yang sesuai dengan yang tertera dalam label. Secara teknis

umumnya ditetapkan bahwa kandungan obat adalah

rentang tertentu.

4) Keseragaman yaitu secara fisik, bentuk, warna, konsistensi,

ukuran tablet, kapsul, krim, dan cairan sebaiknya seragam

antara satu dengan lain obat.

5) Ketersediaan hayati yaitu ketersediaan hayati obat

mencerminkan kecepatan luasnya absorpsi obat oleh tubuh

berdasarkan dosis dan sediaan yang diminum.

2. Indikator Penyimpanan Obat

Macam-macam indikator penyimpanan obat menurut Sheina (2010)

sebagai berikut :
15

a. Kecocokan antara barang dan kartu stok

Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas

gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, membantu

dalam perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak

menyebabkan terjadinya akumulasi obat dan kekosongan obat.

b. Turn Over Ratio

Indikator ini digunakan untuk mengetahui kecepatan perputaran

obat, yaitu seberapa cepat obat dibeli, didistribusi, sampai

dipesan kembali, dengan demikian nilai TOR akan berpengaruh

pada ketersediaan obat. TOR yang tinggi berarti mempunyai

pengendalian persediaan yang baik, demikian pula sebaliknya,

sehingga biaya penyimpanan akan menjadi minimal.

c. Persentase obat yang sampai kadaluwarsa dan atau rusak

Indikator ini digunakan untuk menilai kerugian puskesmas.

d. Sistem penataan gudang

Indikator ini digunakan untu menilai sistem penataan gudang

standar adalah FIFO dan FEFO.

e. Persentase stok mati

Stok mati merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukkan item persediaan obat di gudang yang tidak

menglami transaksi dalam waktu minimal tiga bulan.


16

f. Persentase nilai stok akhir

Nilai stok akhir adalah nilai yang menunjukkan berapa besar

persentase jumlah barang yang tersisa pada periode tertentu,

nilai persentase stok akhir berbanding terbalik dengan nilai

TOR.

3. Stok Obat

a. Fungsi pencatatan stok obat menurut Yunita (2016) yaitu:

1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat

(Penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa).

2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data

mutasi satu jenis obat berasal dari sat jenis obat yang

berasal dari satu sumber dana.

3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat mencatat

satu kejadian mutasi obat

4) Data pada kartu stok digynakan untuk menyusun laporan,

perencanaan pengadaan dustribusi dan sebagai

pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat

penyimpanannya.

b. Manfaat informasi yang didapat

1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat

2) Perencanaa pengadaan dan penggunaan

3) Pengendalian persediaan
17

Obat disusun menerut ketentuan berikut :

a) Obat dalam jumlah besar disimpan diatas pallet denagn

memperhatikan tanda-tanda khusus Penyimpanan antara

kelompok atau jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga

mempermudahkan pengeluaran dan perhitungan.

b) Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan adanya forklift

untuk obat-obat berat.

c) Obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan

dalam lemari terkunci

d) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi.

e) Obat-obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus

disimpan dalam tempat khusus.

Obat disimpan menurut sistem FIFO (first in first out)

Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan

diletakkan bersama obat pada lokasi penyimpanan.

Bagian judul pada kartu stok diisi dengan nama obat, kemasan, isi

kemasan.

Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut:

a) Tanggal penerimaan atau pengeluaran

b) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran

c) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim

d) No.Batch atau No.Lot.

e) Tanggal kadaluwarsa
18

f) Jumlah penerimaan

g) Jumlah pengeluaran

4. Standar Pelayanan Kefarmasian

Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2016).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang

standar pelayanan kefarmasian di puskesmas menyebutkan bahwa

pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan bagian dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pelayan kefarmasian

dilakukan secara terpadu yang meliputi kegiatan pengelolaan

sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Dukungan

sarana dan prasarana yang memadai sanagt diperlukan dengan

meningkatkan efektivitas pelayanan (Rahma, 2018).

Pelayanana kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan

dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutru pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya

perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk

(drug oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian

(pharmaceuticalcare).
19

B. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan

system kesehatan yang dikembangkan melalui rencana

pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan rumah sakit

tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai

dengan garis-garis besar haluan negara, sistem kesehatan

nasional dan repelita dibidang kesehatan serta peraturan

perundang-undangan (Alamsyah, 2011).

Rumah sakit sebagai salah satu sub-sistem pelayanan

kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan, yaitu

pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan

kesehatan meliputi pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi

medik, dan layanan keperawatan. Keempat jenis pelayanan

tersebut dilaksanakan Unit Pelayanan Teknis (UPT), seperti Unit

gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Transfusi

Darah, Unit Farmasi, dan sebagainya. Sedangkan pelayanan

administrasi mencakup semua jenis pelayanan yang bersifat

administratif, termasuk administrasi keuangan yang fungsi

utamanya adalah membantu kelancaran pelaksanaan pelayanan

kesehatan (Muninjaya, 2011).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, memberikan definisi rumah sakit adalah


20

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan serta paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan

berdasarkan PERMENKES RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004

memberikan definisi rumah sakit sebagai sarana pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat,

atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan. Adapun beberapa pengertian rumah sakit menurut

beberapa ahli dalam Alamsyah (2011) yaitu:

a. (Association of Hospital Care, 1974), Rumah Sakit adalah pusat

dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta

penelitian kedoktoran diselenggarakan.

b. (American Hospital Association, 1974), Rumah Sakit adalah

suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang

terorganisir serta sarana kedoktoran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedoktoran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

c. (Adikoesoesmo, Suparto (2003)), Rumah sakit adalah bagian

integral dari keseluruhan system pelayanan kesehatan yang

dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan.


21

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa

rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan

keperawatan, pelayanan rehabilitasi, tempat pendidikan dan

tempat penelitian serta untuk menghindari risiko dan gangguan

kesehatan.

2. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

jenis pelayanan rumah sakit dapat digolongkan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang seperti

pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan kebidanan,

pelayanan penunjang medik, dan pelayanan penunjang

nonmedik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada

berbagai jenis penyakit, memberikan pelayanan diagnosis dan

terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam,

anak, bedah, psikiatrik dan sebagainya.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Seperti rumah


22

sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut, rumah sakit jiwa,

rumah sakit mata, dan lain sebagainya.

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan khusus

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan rumah sakit. Adapun klasifikasi rumah sakit umum

dan rumah sakit khusus terdiri atas (PERMENKES RI Nomor 30

Tahun 2019).

1) Klasifikasi rumah sakit umum :

a) Rumah sakit umum kelas A, merupakan rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

5 (lima) penunjang medik spesialis, 12 (dua belas)

spesialis lain selain spesialias dasar, dan 13 (tiga belas)

subspesialis.

b) Rumah sakit umum kelas B, merupakan rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

4 (empat) penunjang medik spesialis, 8 (delapan)

spesialis lain selain spesialis dasar, dan (2) susbpesialis.

c) Rumah sakit umum kelas C, merupakan rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan


23

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar

dan 4 (empat) penunjang medik spesialis.

d) Rumah sakit umum kelas D, merupakan rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

2) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus:

a) Rumah sakit khusus kelas A, merupakan rumah sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususannya, serta pelayanan medik spesialis dasar

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya

secara lengkap.

b) Rumah sakit khusus kelas B, merupakan rumah sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususannya, serta pelayanan medik spesialis dasar

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang

terbatas.

c) Rumah sakit khusus kelas C, merupakan rumah sakit

khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai

kekhususannya, serta pelayanan medik spesialis dasar


24

dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang

minimal.

Berdasarkan pengelolaanya, rumah sakit dibagi atas

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009).

1) Rumah Sakit Publik

2) Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat

dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan

hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang

dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan

Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan ketentuan perundangundangan.

3) Rumah Sakit Privat

4) Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh

badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

perseroan terbatas atau persero.

3. Fungsi Rumah Sakit

Dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit

mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;


25

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapsiran teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

4. Visi dan Misi RSUD Sawerigading Rampoang

a) Visi

Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya Di Sulawesi Selatan

Tahun 2023 "

b) Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau,

berkeadilan dan sesuai standar akreditasi rumah sakit.

2) Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola

klinis yang baik.

3) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pelatihan

sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.


26

4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya rumah

sakit secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai