SKRIPSI
Syifa Nurriyah
11180920000046
Oleh:
Syifa Nurriyah
11180920000046
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis
Menyetujui,
Penguji 1 Penguji 2
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, MT, Ph.D Akhmad Mahbubi, SP, MM, Ph.D
NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19811106 201101 1 001
CamScanner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN KEPANITIAAN
vi
KATA PENGANTAR
Syifa Nurriyah
NIM. 11180920000046
viii
RINGKASAN
Halaman
xi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67
LAMPIRAN .............................................................................................. 70
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Konsumsi, Produksi dan Impor Kedelai Segar Tahun 2016 – 2020 ....... 2
Halaman
Halaman
Indonesia, maka hal ini akan menghindari terjadinya permasalahan politik maupun
sosial secara terus-menerus. Salah satu bahan pangan yang memiliki potensi dan
adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia
yang memiliki nilai gizi tinggi serta menjadi komoditas terpenting ketiga setelah
masyarakat Indonesia terhadap produk olahan kedelai. Salah satu upaya yang
kesenjangan antara produksi kedelai dalam negeri dan kebutuhan nasional kedelai
produksi dan impor kedelai segar tahun 2016 – 2020 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi, Produksi dan Impor Kedelai Segar Tahun 2016 – 2020
1.942.834 ton, sedangkan rata-rata produksi kedelai sebesar 620.979 ton. Hal ini
kedelai yang berasal dari Amerika Serikat. Diduga bahwa kedelai yang masuk
diantaranya adalah kedelai yang tidak diberi label karena dianggap aman dan biasa
dikonsumsi sebagai bahan baku tahu dan tempe (Andayanie, 2016:11). Selain itu,
kualitas kedelai impor dianggap lebih baik dengan harga yang lebih murah
Salah satu koperasi yang menjual kedelai impor adalah KOPTI Kabupaten
Bogor, serta merupakan koperasi dengan jumlah anggota 1.393 yang terdiri dari
1.043 perajin tempe dan 350 perajin tahu. Kabupaten Bogor berdiri sejak tahun
1980 yang beralamatkan di Jl. Brigjend Saptadji Hadiprawira No. 27, Kota Bogor,
2
Jawa Barat. Terdapat beberapa merek kedelai yang ada di gudang penyimpanan,
yaitu Kedelai Bola dan Kedelai Hiu yang menjadi pilihan utama bagi perajin tempe
dan tahu karena kualitasnya bagus, kedua merek kedelai tersebut dipesan kepada
dua supplier yang memiliki gudang di wilayah Bekasi, Serang dan Tangerang mulai
Apabila ada perajin yang memesan kedelai dengan merek tertentu dan tidak tersedia
dengan permintaan dari perajin. Hal tersebut sering kali terjadi, membuat KOPTI
Kabupaten Bogor selalu melakukan pemesanan berulang dalam jumlah yang kecil
Tentu saja hal ini akan memberikan kerugian secara financial jika bahan baku
kedelai yang dipesan melebihi permintaan dari perajin. Sebagai contoh pada tahun
2021 pemesanan kedelai kepada supplier sebesar 754.400 kg, sedangkan penjualan
kedelai kepada perajin sebesar 740.024 kg. Kelebihan baku terbesar terjadi pada
3
bulan April sebesar 12.703 Kg dan bulan Mei sebesar 11.754 Kg. Hal ini terjadi,
adalah metode Economic Order Quantity (EOQ), teknik ini juga relatif mudah
untuk digunakan dan mampu memberikan solusi yang terbaik untuk koperasi, hal
tidak hanya diketahui berapa jumlah persediaan yang paling efisien bagi koperasi
tetapi juga akan diketahui berapa biaya yang akan dikeluarkan. Metode Economic
Order Quantity (EOQ) ini berusaha untuk mencapai tingkat persediaan yang
seminimal mungkin, biaya rendah, serta mutu yang lebih baik. Dengan menerapkan
penghematan ruang untuk gudang, serta masalah yang timbul akibat dari banyaknya
persediaan yang menumpuk sehingga dapat mengurangi risiko yang timbul karena
Salah satu koperasi yang menjual kedelai impor adalah KOPTI Kabupaten
gudang. Tentu saja hal ini akan memberikan kerugian secara financial jika bahan
baku kedelai yang dipesan melebihi permintaan dari perajin. Sebagai contoh pada
tahun 2021 pemesanan kedelai kepada supplier sebesar 754.400 kg, sedangkan
penjualan kedelai kepada perajin sebesar 740.024 kg. KOPTI Kabupaten Bogor
4
juga selalu melakukan pemesanan berulang dalam jumlah yang kecil sehingga
1. Bagi penulis, dari penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta dapat menerapkan teori yang telah diperolah selama perkuliahan
5
2. Bagi koperasi, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengurus
3. Bagi pembaca, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah bahan
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini,
antara lain:
Kabupaten Bogor.
2. Data yang diperlukan merupakan data tahun 2021 serta keseluruhan bersumber
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) adalah tanaman pangan turunan kedelai
jenis liar yaitu Glycine ururiencis tanaman ini berbentuk semak yang tumbuh tegak.
kedelai lebih besar daripada produksinya, maka Indonesia perlu melakukan impor
untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Untuk kedelai yang diimpor dari
negara Amerika Serikat sebagian besar dalam bentuk segar yaitu berupa kacang
kedelai selain untuk benih, kacang kedelai juga digunakan untuk bahan baku
Produk kedelai impor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Produk Rekayasa
Rekayasa Genetik atau disebut non-GMO (Maskar, dkk, 2015:42). Sebagian besar
kedelai yang digunakan untuk bahan baku pembuatan tempe merupakan Produk
PRG adalah varietas yang sudah dimodifikasi secara genetik dengan tujuan agar
karakteristik yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih tahan terhadap
herbisida, serta memiliki ukuran biji yang lebih besar (Maskar, dkk, 2015:208).
Indonesia telah mengatur komoditas pangan hasil rekayasa genetik melalui
tanaman PRG adalah bahan yang dihasilkan dari tanaman PRG dan dapat diolah
2.2.1 Persediaan
umum untuk menunjukkan segala sesuatu atau berbagai sumber daya pada
yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan
datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah
jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan adalah model yang sering digunakan
bahan baku maupun barang jadi di dalam suatu aktivitas yang dilakukan
perusahaan. Ciri khas dari model persediaan yaitu solusi optimalnya difokuskan
persediaan bahan baku kedelai yang cukup dan terencana dapat mengurangi biaya
yang tidak terduga, yaitu pembelian bahan baku yang dilakukan secara mendadak,
8
hal ini tentu saja akan mengakibatkan harganya lebih tinggi dari pada biasanya.
kerusakan pada bahan baku. Dengan begitu, maka dibutuhkan solusi untuk
baku dan berapa besaran biaya minimal agar proses produksi tetap berjalan dengan
Sulistyaningsih dan Baihaqi (2018:194) persediaan bahan baku kedelai yang tidak
permintaan konsumen.
1. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) terdiri dari biaya-biaya
per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
9
tersebut meliputi: biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya keusangan,
biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan, biaya asuransi persediaan, biaya
Biaya pemesanan ini meliputi pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah
3. Biaya Penyiapan
biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya scheduling, biaya ekspedisi dan
sebagainya.
Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (shortage cost) adalah biaya yang
paling sulit untuk diperkirakan. Biaya ini akan timbul apabila persediaan tidak
atau kehabisan bahan meliputi biaya yang disebabkan oleh kehilangan penjualan,
10
terganggunya operasi, tambahan pengeluaran untuk kegiatan manajeria dan
sebagainya.
kegiatan dari urutan kegiatan yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya pada
seluruh kegiatan operasi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
baik dari segi waktu, jumlah, mutu maupun biaya. Sedangkan menurut Zainul
jasa, pengendalian persediaan diutamakan banyak pada jasa pasokan dan sedikit
pada material, karena sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak
memerlukan persediaan.
dengan biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat dari
adanya persediaan. Oleh karena itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan
penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi yang besar. Akan tetapi, jika
dalam proses produksi. Oleh karena itu, diharapkan dapat terjadi keseimbangan
11
dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan
(2019:92) ketersediaan kedelai sebagai bahan baku industri harus senantiasa dapat
terhadap kedelai, maka akan berdampak pada keterbatasan proses produksi tahu
persediaan pada bahan baku, maka akan menyebabkan kegagalan perusahaan dalam
berdampak pada hasil produksi bahkan dapat terjadi pemberhentian proses produksi
dan tentunya akan berdampak pada pendapatan atau keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
sebagai berikut:
(memuaskan konsumen).
produksi.
perusahaan.
12
4. Menjaga agar pembeliaan secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
disebut model fixed order quantity. Model EOQ ini digunakan untuk menentukan
Teknik ini relatif mudah untuk digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi
sebagai berikut:
persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu.
13
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variabel hanya biaya untuk memasang atau memesan (biaya pemasangan
atau pemesanan) dan biaya untuk menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
= .................................................................................................... (1)
Keterangan:
deterministik:
14
e. Harga per unit barang konstan
Adapun untuk mengetahui total annual cost pada model ini dapat
Pada model persediaan ini akan dicari berapa jumlah pemesanan (Q) sehingga
back order, artinya pelanggan akan mencari tempat lain untuk bisa mendapatkan
barangnya jika barang yang dibeli tidak tersedia atau stock habis. Apabila
pelanggan bersedia menunggu pesanan yang sudah habis, maka pesanan untuk
diambil kemudian oleh pelanggan biasa disebut back order. Tujuan dari model
persediaan ini yaitu menentukan besar Q dan S yang dapat meminimukan total
biaya yang relevan. Setiap siklus ditunjukkan oleh dua segitiga yang menunjukkan
dengan on hand inventory. Tahap ini diwakili oleh segitiga besar (tinggi S). apabila
permintaan terhadap barang selama setahun sebesar A, maka periode waktu setiap
Tahap kedua merupakan tahap dimana on hand inventory sudah nol dan
pembeli harus memesan untuk dapat diambil setelah tersedia kemudian. Tahap ini
15
bahwa jumlah barang yang dipesan oleh pembeli tetapi tidak dapat segera dipenuhi.
tahun.
menyediakan barang yang diminta, maka ada biaya yang timbul yang dikenal
dengan istilah shortage cost. Seperti halnya holding cost, shortage cost ini
tergantung pada banyaknya barang yang diminta (tetapi tidak tersedia) dan lamanya
permintaan itu baru dapat dipenuhi. Total annual relevant cost ini merupakan
gabungan dari ordering cost, holding cost dan shortage cost. Secara sistematis pada
Model ini harus dikaitkan dengan tingkat produksi dari perusahaan pemasok
barang atau produsen. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi pada penggunaan model
Model ini didasari dengan adanya kemungkinan potongan kuantitas atau harga
per unit barang bila perusahaan membeli dalam kuantitas persediaan yang lebih
16
besar. Jika holding cost adalah persentase dari harga yakni h = i.c, maka prosedur
b. Jika EOQ di luar jangkauan pada tiap potongan harga (tidak feasible) maka
bahan dapat terjadi karena penggunaan bahan baku yang lebih besar daripada
mengurangi kerugian yang akan timbul karena terjadinya stock-out, tetapi juga pada
saat itu harus diusahakan agar carrying cost dapat serendah mungkin.
Salah satu yang menjadi dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Tentu saja hal ini perlu
17
diperhatikan karena setelah perusahaan mengadakan pesanan penggantian, maka
dipesan itu datang harus dapat dipenuhi terlebih dahulu dari persediaan yang ada.
Lead time yaitu lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-
bahan sampai pada kedatangan bahan-bahan yang dipesan dan diterima di gudang
persediaan. Lamanya waktu tersebut bervariasi antara satu pesanan dengan pesanan
lainnya. Maka dari itu, untuk melakukan suatu pesanan, lamanya waktu tersebut
harus diperkirakan, walaupun risiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin
lebih besar atau lebih kecil. Biasanya persediaan yang diadakan bertujuan untuk
menutupi kebutuhan selama lead time yang telah diperkirakan. Akan tetapi, apabila
kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi lebih besar
Menggunakan tabel distribusi normal Z pada daerah dibawah kurva normal 95%
maka dapat diperolah sebesar 1,645. Menggunakan formula safety stock besarnya
persediaan pengaman dapat dihitung dengan rumus safety stock sama dengan
standar normal deviasi dikali dengan standar deviasi dari tingkat kebutuhan.
18
2.3.3 Maximum Inventory
jumlah persediaan yang paling besar yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan.
Hal tersebut perlu dilakukan oleh setiap perusahaan agar jumlah persediaan yang
terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan bahan baku. Karena kedua hal
(Wardhani, 2015:320-321).
Point / ROP) adalah tingkat persediaan (titik) dimana sebuah tindakan harus
diambil untuk mengisi ulang persediaan barang kembali. Titik pemesanan kembali
(Reorder Point / ROP) adalah rata-rata tingkat penggunaan per satuan waktu (d)
1. Lead time
3. Safety stock
19
Persamaan untuk menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point / ROP)
ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu serta waktu tunggu itu sendiri
adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti ini, persediaan pengaman harus
..................................................................... (2)
Keterangan:
kedelai pada pabrik tahu Nur Cahaya di Batu Kota dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis persediaan bahan baku yang diterapkan Pabrik Tahu Nur Cahaya.
penelitian menunjukkan persediaan bahan baku yang dilakukan oleh Pabrik Tahu
Nur Cahaya belum optimal. Volume pembelian kedelai impor sebanyak 7.500 kg
dengan harga Rp8.000/ kg selama Bulan September 2018. Biaya pesanann Bulan
Rp5,91/kg. Pembelian bahan baku pada Pabrik Tahu Nur Cahaya sebanyak 7.500
kg dengan Total Inventory Cost (TIC) sebesar Rp366.975. Pembelian bahan baku
20
optimal setelah menggunakan analisis EOQ yaitu sebesar 11.814,99 kg dengan
biaya total persediaan menurut perhitungan Total Inventory Cost (TIC) EOQ yaitu
sebesar Rp244.392,94 kg, sehingga total persediaan bahan baku pada Pabrik Tahu
Nur Cahaya belum efisien dengan selisih sebesar 4.314,99 kg. Pabrik Tahu Nur
pada pabrik tahu madani poso pesisir dengan metode Economical Order Quantity
(EOQ). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku yang
optimal yang harus dipertahankan oleh Pabrik Tahu Madani dengan biaya yang
paling ekonomis serta melakukan pemesanan kembali (Re Order point) oleh
penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Madani belum efisien dalam
sedangkan menurut metode EOQ jumlah pembelian rata-rata bahan baku sebanyak
yang harus dilakukan oleh Pabrik Tahu Madani menurut metode EOQ adalah pada
persediaan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu pada UD. Lumayan Desa
21
Paowan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Tujuan penelitian ini untuk
maksimal serta membandingkan total biaya persediaan aktual perusahaan dan total
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
frekuensi pembelian bahan baku sebanyak 9 kali dalam setahun. Jumlah persediaan
digunakan oleh pabrik. Total biaya persediaan bahan baku aktual yang dikeluarkan
Salah satu koperasi yang menjual kedelai impor adalah KOPTI Kabupaten
Bogor, serta merupakan koperasi dengan jumlah anggota 1.393 yang terdiri dari
1.043 perajin tempe dan 350 perajin tahu. Terdapat beberapa merek kedelai yang
22
ada di gudang penyimpanan, yaitu Kedelai Bola dan Kedelai Hiu yang menjadi
pilihan utama bagi perajin tempe dan tahu karena kualitasnya bagus.
acak berdasarkan perkiraan dari kepala gudang. Tentu saja hal ini akan memberikan
kerugian secara financial jika bahan baku kedelai yang dipesan melebihi
permintaan dari perajin. Sebagai contoh pada tahun 2021 pemesanan kedelai
kepada supplier sebesar 754.400 kg, sedangkan penjualan kedelai kepada perajin
sebesar 740.024 kg. KOPTI Kabupaten Bogor juga selalu melakukan pemesanan
berulang dalam jumlah yang kecil sehingga dapat menyebabkan biaya pemesanan
yang dimiliki untuk melakukan pemesanan kedelai kepada supplier dan pengiriman
metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ ini merupakan metode
penyimpanan. Kemudian dengan adanya selisih antara total biaya persediaan yang
dikeluarkan menggunakan kondisi aktual dan metode EOQ, maka dapat ditentukan
metode persediaan bahan baku kedelai yang optimal serta paling efisien untuk
23
KOPTI Kabupaten Bogor
Biaya Persediaan
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Brigjend Saptadji Hadiprawira No. 27, Cilendek Barat, Bogor Barat, Kota Bogor,
Jawa Barat, 16112. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja
perajin tempe dan tahu di wilayah Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan
penelitian ini yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara langsung. Untuk
wawancara mengenai biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta luas gudang
harga produk, jumlah pemesanan dan penjualan kedelai yang akan diolah dan
Informan dalam penelitian ini yaitu kepada pihak-pihak yang terkait dengan
persediaan bahan baku di KOPTI Kabupaten Bogor antara lain yaitu sekretaris,
mengenai barang yang ada di gudang, seperti data barang yang masuk dan
kepada supplier.
26
3.5 Metode Analisis Data
minimum kedelai pada KOPTI Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini, pengolahan
data kuantitatif menggunakan alat bantu software komputer yaitu Microsoft Excel
dan kalkulator.
27
melakukan pemesanan kedelai kepada
supplier adalah manajer keuangan.
4 Holding cost Biaya penyimpanan pada data penelitian
berdasarkan rata-rata tahun 2021 di KOPTI Kabupaten Bogor
persediaan tergolong konstan, dikarenakan biaya Sesuai
simpan diperoleh sebesar Rp100/Kg dari
harga produk.
5 Harga per unit barang Harga kedelai di KOPTI Kabupaten
konstan Bogor tahun 2021 rata-rata stabil dan Sesuai
konstan.
6 Barang yang dipesan Kedelai yang ada di KOPTI Kabupaten
segera tersedia (tidak Bogor memiliki supplier tetap, sehingga
diijinkan back order) permintaan untuk kedelai bisa selalu Sesuai
terpenuhi dengan tetap memiliki waktu
tunggu (lead time).
Sumber: Aminudin (2005)
Kabupaten Bogor setelah dilakukan pencocokan dengan teori asumsi klasik pada
.................................................................................................. (1)
Keterangan:
28
Biaya pemesanan per tahun dapat dicari menggunakan rumus berikut (Heizer
Keterangan:
Q
Biaya penyimpanan = ......................................................................... (3)
2
Keterangan:
F= ......................................................................................................... (4)
Keterangan:
29
Keterangan:
deviasinya.
SD = ............................................................................................ (6)
Keterangan:
SD = standar deviasi
X = distribusi produk
= perkiraan permintaan
N = jumlah data
Keterangan:
MI = Maximum Inventory
30
EOQ = Economic Order Quantity
SS = Safety Stock
Keterangan:
Keterangan:
Total biaya persediaan diperoleh dari jumlah total biaya pemesanan dan total
31
3.6 Definisi Operasional
1. Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah bahan baku kedelai yang
Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor untuk setiap kali pesan seperti biaya upah SDM, biaya
(Rp/pesan).
32
9. Waktu tunggu (L) yaitu lamanya waktu antara mulai dilakukannya
10. Titik pemesanan kembali (ROP) adalah tingkat persediaan (titik) bahan
11. Total biaya persediaan (TIC) merupakan jumlah dari seluruh biaya yang
biaya penyimpanan.
33
BAB IV
GAMBARAN UMUM KOPERASI
satu tahun kepengurusan telah mengalami tiga kali pergantian pengurus tanpa
kepengurusan yang baru. Pada tanggal 18 Juni 1983 melalui Surat Keputusan
Kantor Wilayah Koperasi Jawa Barat, KOPTI Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan daftar ulang pada tanggal 7 Juli 1997
Bogor dengan Nomor 10.04.2.52.00334. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari
Kepemilikan Tanah dengan Sertifikat HGB Nomor 21 dari Kantor BPN Kabupaten
Bogor. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Bupati Bogor Nomor
1. Teknis produksi perajin tempe tahu yang masih dilakukan secara tradisional
2. Lemahnya posisi tawar menawar para perajin dalam pengadaan bahan baku
serta tidak adanya kepastian harga, karena kedelai sebagai bahan baku
diperoleh dari pasar bebas. Kondisi pengadaan bahan baku seperti ini, dapat
sangat minimal.
berikut:
35
2. Kepentingan masyarakat yaitu memberikan hasil produksi yang berkualitas
tinggi.
bagi warga negara yang tergolong ekonomi lemah menjadi suatu gerakan yang
KOPTI Kabupaten Bogor berdiri pada tahun 1980-an dan masih dihadapkan
dengan berbagai masalah, tercatat telah terjadi beberapa kali pergantian pengurus
selama kurun waktu 10 tahun dan hingga pada akhirnya KOPTI Kabupaten Bogor
simpanan anggota yang setiap saat bisa mereka ambil, pemberian beasiswa bagi
anak anggota berprestasi, pemberian paket hari raya, memberangkatkan ibadah haji
pemberian pinjaman dengan bunga yang terjangkau dan masih banyak lagi yang
bisa diberikan KOPTI Kabupaten Bogor kepada anggota. Pada tahun 1999 KOPTI
tataniaga kedelai oleh Badan Usaha Logistik (BULOG) akibat krisis moneter yang
kepercayaan semua pihak yang menjadi mitra kerja KOPTI Kabupaten Bogor
dengan kembali menyalurkan kedelai. Selain itu, KOPTI Kabupaten Bogor juga
membuat usaha lainnya yaitu pembuatan alat-alat produksi mesin tempe dan tahu,
36
dandang perebusan serta alat lain yang dibutuhkan untuk proses produksi,
memberikan reward bagi mereka yang berpartisipasi dengan aktif dalam usaha
kedelai dengan dukungan tiga truk angkutan yang dimiliki KOPTI Kabupaten
sebagai percontohan bagi perajin agar pola produksi tradisional berubah menjadi
cara produksi yang lebih baik dengan penggunaan alat-alat yang memenuhi standar
Selain itu, upaya yang masih terus diperjuangkan pengurus adalah turut
kementerian yang terkait untuk mendesak agar Badan Usaha Logistik (BULOG)
KOPTI Kabupaten Bogor sebagai salah satu koperasi produsen tempe tahu di
Jawa Barat, cukup mampu bertahan dan tetap eksis menghadapi persaingan dengan
Kabupaten Bogor menjadi pegangan antara pengurus dan anggotanya, selain itu
sebagai bentuk perhatian yang diberikan oleh KOPTI Kabupaten Bogor yaitu
pemberian reward dalam bentuk souvenir dan lain-lain, serta SHU kepada perajin.
37
4.2 Visi, Misi dan Tujuan KOPTI Kabupaten Bogor
Visi KOPTI Kabupaten Bogor adalah “menjadi koperasi yang andal dan
a. Pendidikan
b. Pelatihan
c. Study banding
38
2. Peningkatan usaha
anggota.
Berakhirnya masa jabatan pengurus periode 2013-2017, maka pada Rapat Anggota
Tahunan (RAT) KOPTI Kabupaten Bogor ke-30 yang dilaksanakan pada hari
Kamis, 27 Januari 2022 diadakan kembali pemilihan pengurus baru untuk periode
tahun 2018-2022. Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
lampiran 3.
39
Pembagian tugas dan tanggungjawab serta kegiatan usaha yang dilaksanakan
oleh KOPTI Kabupaten Bogor sesuai dengan fungsi yang tercantum pada struktur
Kabupaten Bogor. Melalui RAT inilah, anggota dapat menggunakan hak yang
didapatkan yaitu dengan aktif berpartisipasi dalam proses penetapan ketentuan dan
kebijakan yang mendasar bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Kegiatan yang dilakukan
dalam RAT yaitu menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
pengawas. RAT juga dilakukan untuk menetapkan dan mengesahkan rencana kerja,
2. Ketua
Ketua juga bertugas untuk memimpin jalannya rapat anggota tahunan (RAT) dan
memimpin rapat pengurus. Selain itu, ketua juga bertugas untuk mengesahkan
dalam koperasi.
3. Sekretaris
40
4. Bendahara
Bendahara bertugas untuk mengatur dan mengawasi keluar masuk aliran uang,
Bogor, mencari dana dengan cara memupuk simpanan para anggota dan mencari
sumber dana dari luar dengan syarat yang tidak memberatkan. Bendahara juga
pengeluaran agar tidak melampaui batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.
Selain itu, bendahara juga bertanggung jawab dan mengawasi peralatan tempe dan
tahu.
5. Tim Manajemen
KOPTI Kabupaten Bogor memiliki anggota yang cukup banyak dan wilayah
pelayanan yang cukup luas, sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang
Maka dari itu, dalam membantu tugas operasional Dewan Pengurus ditempatkan
enam orang manajer, yaitu general manajer, manajer usaha, manajer organisasi,
(KWP). KWP diangkat dan diberhentikan oleh pengurus KOPTI Kabupaten Bogor.
41
KWP bertugas sebagai penghubung antara pengurus KOPTI Kabupaten Bogor
kedelai kepada pengajin tempe dan tahu yang berada di wilayah Kabupaten Bogor.
Hingga saat ini KOPTI Kabupaten Bogor telah mengembangkan beberapa usaha
lainnya. Berikut merupakan penjelasan dari kegiatan usaha yang dijalankan KOPTI
Kabupaten Bogor.
dijalankan KOPTI Kabupaten Bogor. Pengadaan kedelai berasal dari kedelai impor.
Dalam usaha pengadaan kedelai pada tahun 2021 KOPTI Kabupaten Bogor telah
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pelayanan yang prima setiap saat dan
mereka untuk menyerap sebanyak mungkin dan pemberian THR menjelang Hari
Raya Idul Fitri. KOPTI Kabupaten Bogor juga memberikan informasi harga setiap
saat kepada perajin yang bertujuan untuk mengantisipasi perubahan harga kedelai
yang relatif tidak stabil ditingkat importir, sehingga para perajin mendapatkan
informasi harga yang sebenernya dan terbaru. Disamping itu, dalam melakukan
42
pendekatan secara personal (human approach) kepada perajin dalam memasarkan
kedelai, dengan tujuan bukan hanya berorientasi pada keuntungan saja tetapi lebih
mencarikan solusi.
apabila para perajin tempe dan tahu melakukan penambahan atau pengurangan
chat atau telepon yang ditujukan kepada pengurus KOPTI Kabupaten Bogor.
Alur pemesanan kedelai pada KOPTI Kabupaten Bogor yaitu dari perajin yang
melakukan pemesanan kedelai dengan merek dan jumlah tertentu yang nantinya
kepala gudang akan berkomunikasi dengan manajer keuangan mengenai stock yang
bahwa keinginan konsumen menginginkan tempe atau tahu yang baik dan bagus,
baik dalam proses produksi yang sesuai dengan standar serta menggunakan
43
peralatan produksi yang baik dan bagus, sehingga produk yang dihasilkan perajin
memang yang benar-benar berkualitas, bersih dan sehat. Dari perilaku konsumen
ini pada akhirnya memaksa perajin harus mulai mencoba merubah pola produksi
menggunakan bahan ini akan jauh lebih bagus dan memiliki kekuatan yang lebih
lama dibandingkan besi, selain itu besi juga menimbulkan karat yang bisa terbawa
dalam produk tempe sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Adapun peralatan
produksi yang dipasarkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor, yaitu mesin tempe, meja
kerja, meja peragian, tungku kompor LPG, bak fermentasi, bak pencucian, dandang
cetakan tahu, bronjong tahu, meja kerja tahu, gayung stainless, ketel uap, mesin
susu kedelai, mesin tahu, mesin pemecah kedelai, dua silinder full stainless steel
(buang kulit), dan satu silinder full stainless steel (buang kulit).
Salah satu usaha yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengadaan
bahan baku pembantu saat ini adalah pengadaan ragi tempe untuk kebutuhan
(RTI). Usaha ini menjadi salah satu usaha pendukung KOPTI Kabupaten Bogor
karena dengan melakukan pengadaan bahan pembantu ini dapat memberikan hasil
44
4. Pembuatan tempe bersih dan higienis
dengan nama Rumah Tempe Indonesia (RTI) pada tahun 2021. Rumah Tempe
Indonesia didirikan sebagai salah satu unit usaha komersial KOPTI Kabupaten
Bogor yang bertujuan profit oriented (keuntungan) dan sekaligus social oriented
lebih baik bagi para perajin KOPTI Kabupaten Bogor. Membuka wawasan
masyarakat umum sebagai konsumen tempe bahwa produk tempe sudah diproduksi
lebih sehat, higienis dam ramah lingkungan, rumah tempe juga dibangun untuk
memberikan inspirasi dan menjadi referensi bagi perajin tempe khususnya dan
telah menggunakan peralatan produksi berbahan stainless steel dengan standar food
grade.
KOPTI Kabupaten Bogor memiliki salah satu usaha yang tidak ada
tempat adalah salah satu usaha pemanfaatan aset yang dimiliki, tujuannya selain
penyewa.
45
4.6 Fasilitas Pengendalian Persediaan Kedelai di KOPTI Kabupaten Bogor
1. Gudang penyimpanan
Kg kedelai segar berukuran 60𝑐𝑚 × 93𝑐𝑚. Bahan baku kedelai yang berada
46
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan analisis Economic Order Quantity (EOQ) yang diperoleh dari data,
informasi dan pengamatan mendalam yang dilakukan oleh penulis selama proses
penelitian di KOPTI Kabupaten Bogor. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Perhitungan EOQ
baku kedelai yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor pada tahun 2021 sebanyak
72 kali. Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimal pada setiap kali
rincian pemesanan bahan baku kedelai yang dilakukan oleh KOPTI Kabupaten
Bulan Pemesanan
Januari 83.650
Februari 86.300
Maret 87.000
April 53.000
Mei 42.000
Juni 46.000
Juli 52.200
Agustus 54.800
September 55.500
Oktober 58.050
November 56.900
Desember 79.000
Jumlah 754.400
Rata-Rata 62.867
Sumber: Data Penelitian (diolah)
pada tahun 2021 sebesar 754.400 kg. Sementara rata-rata pemesanan bahan baku
masalah biaya tersebut dengan baik. Apabila tidak direncanakan dengan baik, maka
nantinya biaya persediaan bahan baku kedelai yang dikeluarkan akan semakin
tinggi dan berpengaruh pada total biaya persediaan. Berikut merupakan biaya
48
1. Biaya Pemesanan
Bogor yang berhubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku, mulai dari
pemesanan bahan baku kepada supplier sampai tersedianya bahan baku kedelai di
oleh frekuensi pemesanan bahan baku yang dilakukan. Jika dilakukan pemesanan
bahan baku kedelai per sekali pesan dengan kuantitas yang besar, maka frekuensi
pemesanan akan semakin kecil sehingga biaya pemesanan juga akan semakin kecil
dalam setahun. Sebaliknya, jika dilakukan pemesanan bahan baku kedelai per sekali
pesan dengan kuantitas yang kecil, maka frekuensi pemesanan akan semakin besar
sehingga biaya pemesanan juga akan semakin besar dalam setahun. Komponen
biaya pemesanan bahan baku kedelai yang dikeluarkan oleh KOPTI Kabupaten
Perhitungan upah SDM untuk pemesanan bahan baku kedelai per sekali pesan
adalah:
𝑅𝑝14.400.000
= 27
= Rp200.000
49
upah yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan bahan baku kedelai per sekali
pesan yaitu Rp200.000. Untuk biaya SDM yang dihitung hanya upah kepala
keuangan diberikan upah oleh Rumah Tempe Indonesia (RTI), upah SDM yang
dicantumkan berkaitan dengan pemesanan bahan baku kedelai, untuk tugas dan
minggunya.
b. Biaya Transportasi
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata jumlah kedelai yang dikirim dalam satu
kali pemesanan dari gudang supplier adalah sebanyak 10 ton. Sehingga perhitungan
= Rp1.100.000
c. Biaya Telepon
= Rp2.000
50
Berdasarkan perhitungan diatas, biaya telepon yang dikeluarkan untuk
Bogor melakukan pemesanan sebanyak 72 kali dalam setahun. Jadi, biaya telepon
= Rp270.000
Jadi, biaya bongkar, muat dan timbang setiap kali melakukan pemesanan adalah
Rp270.000.
Tabel 4. Biaya Pemesanan Bahan Baku Kedelai Per Sekali Pesan Tahun 2021
51
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa untuk melakukan satu kali pemesanan
bahan baku kedelai kepada supplier, dikenakan biaya pemesanan per sekali pesan
sebesar Rp1.572.000.
2. Biaya Penyimpanan
jumlah bahan baku kedelai yang dipesan setiap kali melakukan pemesanan. Hal ini
cost atau carrying cost) terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak pula, atau rata-rata
kedelai dinaikkan sebesar Rp100/Kg dari harga untuk digunakan sebagai biaya
Kabupaten Bogor tidak terpisah dengan bangunan kantor. Sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk menyimpan bahan baku kedelai tidak begitu mahal. Perhitungan
52
Tabel 5. Biaya Penyimpanan Bahan Baku Kedelai Tahun 2021
diperoleh dari harga bahan baku kedelai. Berdasarkan hasil wawancara, harga
bahan baku kedelai tahun 2021 tetap stabil dan tidak ada diskon untuk produk
tersebut. Kemudian, setelah diketahui jumlah permintaan bahan baku kedelai, biaya
pemesanan yang optimal pada setiap kali melakukan pemesanan bahan baku
kedelai.
dapat menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Hal ini karena
KOPTI Kabupaten Bogor memiliki data permintaan kedelai yang diketahui dan
konstan, memiliki waktu tunggu (lead time) yang konstan, tidak tersedia diskon
kuantitas, biaya variabel yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya
KOPTI Kabupaten Bogor dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku kedelai
yang optimal dengan jumlah permintaan yang ada. Adapun perhitungan metode
53
Diketahui:
2 (754.400 ×𝑅𝑝1.572.000
Q* = √ 𝑅𝑝100
2.371.833.600.000
Q* = √
𝑅𝑝100
Q* = √23.718.336.000
Q* = 154.007 kg
pemesanan bahan baku kedelai yang ekonomis adalah sebesar 154.007 kg. Jika
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pemesanan bahan baku kedelai lebih besar
dari 154.007 kg, maka KOPTI Kabupaten Bogor harus mengurangi jumlah
pemesanan bahan baku kedelai agar tidak terjadi penumpukan bahan baku di
Kabupaten Bogor melakukan pemesanan bahan baku kedelai kurang dari 154.007
kg, maka KOPTI Kabupaten Bogor harus menambah jumlah pemesanan bahan
baku kedelai agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang akan mengakibatkan
permintaan dari para perajin tempe dan tahu serta stock bahan baku yang ada di
gudang penyimpanan akan menimbulkan biaya yang dikelurkan lebih besar yang
54
lebih efisien, maka KOPTI Kabupaten Bogor harus mengetahui kapan dan berapa
banyak jumlah bahan baku yang harus dipesan, sehingga tidak terjadi penumpukan
atau kekurangan bahan baku. Maka dari itu, diperlukan perhitungan mengenai
Jadi frekuensi pemesanan bahan baku kedelai dapat dilakukan sebanyak 5 kali
dalam setahun. Frekuensi pemesanan bahan baku kedelai berdasarkan metode EOQ
oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Frekuensi pemesanan yang dilakukan oleh KOPTI
metode EOQ adalah sebanyak 5 kali dalam setahun, sehingga dapat menghemat
maka semakin besar pula biaya pemesanan yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan.
kekurangan bahan baku kedelai bisa disebabkan karena kebutuhan terhadap bahan
baku melebihi jumlah pemesanan yang dilakukan, hal ini dapat terjadi karena
kebutuhan bahan baku kedelai setiap harinya terlalu banyak. Untuk mengantisipasi
55
risiko tersebut KOPTI Kabupaten Bogor melakukan persediaan pengaman dengan
bahan baku, sehingga KOPTI Kabupaten Bogor tidak akan mengalami kerugian
akibat dari tidak terpenuhinya permintaan para perajin tempe dan tahu. Namun
terhadap biaya penyimpanan. Oleh karena itu, KOPTI Kabupaten Bogor harus
persediaan bahan baku tersebut mampu berperan sesuai dengan fungsinya. Dari
Tabel 6. Nilai Safety Stock Bahan Baku Kedelai pada KOPTI Kabupaten Bogor
Bahan Baku Z ⅀ SS (Z x α)
Kedelai 1,65 6.388 10.540
Sumber: Data Penelitian (diolah)
yang perlu dipesan oleh KOPTI Kabupaten Bogor untuk menghindari kehabisan
bahan baku kedelai adalah sebesar 10.540 kg. Dengan demikian, KOPTI Kabupaten
sebanyak 10.540 kg, untuk mengantisipasi adanya kekurangan bahan baku kedelai.
56
Hal ini sesuai dengan pernyataan Assauri (2008:263), bahwa safety stock
adanya safety stock ini perusahaan akan mampu menghindari risiko kehabisan
bahan baku.
yang paling maksimal yang ada di gudang. Jumlah persediaan bahan baku kedelai
tidak melakukan penyimpanan produk dalam waktu yang lama. Setelah bahan baku
kedelai dikirim dari supplier dan sampai di gudang akan langsung didistribusikan
kepada para perajin, sehingga gudang di KOPTI Kabupaten Bogor tidak digunakan
57
Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa persediaan maksimum bahan baku
kedelai yang boleh dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor adalah sebesar
dapat meminimalisir biaya penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Assauri
oleh setiap perusahaan agar jumlah persediaan yang disimpan didalam gudang tidak
Reorder point (ROP) adalah batas dari jumlah persediaan yang ada di gudang
Penentuan reorder point (ROP) adalah untuk mengetahui kapan KOPTI Kabupaten
Bogor akan melakukan pemesanan kembali kepada supplier sehingga bahan baku
yang dipesan dapat diterima tepat waktu. Karena pada saat KOPTI Kabupaten
Bogor melakukan pemesanan bahan baku kedelai, bahan baku tersebut tidak bisa
Lead time dalam penelitian ini merupakan waktu tunggu yang diperlukan saat
datangnya bahan baku yang dipesan di gudang penyimpanan. Waktu tunggu saat
58
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pemesanan bahan baku kedelai adalah 2 hari
Lamanya waktu tunggu tersebut disebabkan karena adanya antrian kendaraan saat
Kabupaten Bogor harus melakukan pemesanan kembali bahan baku kedelai pada
(reorder point). Berdasarkan perhitungan menurut metode EOQ, reorder point pada
= 2.418 × 2 + 10.540
= 15.376 kg
kedelai di gudang mencapai jumlah 15.376 kg, maka KOPTI Kabupaten Bogor
harus melakukan pemesanan kepada supplier. Pemesanan bahan baku kedelai harus
melakukan pemesanan bahan baku kedelai dibutuhkan lead time (waktu tunggu)
selama 2 hari saat melakukan pemesanan bahan baku kedelai kepada supplier
untuk memperoleh keuntungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heizer dan
Render (2004:75), bahwa titik pemesanan kembali (reorder point) adalah tingkat
59
persediaan (titik) dimana sebuah tindakan harus diambil untuk mengisi ulang
persediaan barang kembali. Selain itu, pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian
sehingga permintaan terhadap bahan baku kedelai yang dipesan akan datang tepat
waktu.
Total biaya persediaan (TIC) adalah total biaya yang harus dikeluarkan oleh
biaya pemesanan per tahun dan biaya penyimpanan per tahun. Perhitungan total
biaya persediaan menurut metode EOQ pada KOPTI Kabupaten Bogor tahun 2021
754.400 154.007
TIC = 154.007 × 1.572.000 + × 100
2
TIC = Rp15.400.758
sepanjang tahun 2021 total biaya persediaan untuk bahan baku kedelai di KOPTI
60
5.2 Analisis Persediaan Bahan Baku yang Optimal dengan Metode EOQ
Melalui Perbandingan Biaya Persediaan yang dikeluarkan
Metode yang telah dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor secara aktual
yang dapat menghasilkan biaya paling minimum dan efisien sehingga bisa
yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode EOQ dapat
bahan baku kedelai berdasarkan kondisi aktual per sekali pesan adalah 10.478 Kg
61
pemesanan bahan baku kedelai yang optimal dengan mempertimbangkan jumlah
dikeluarkan untuk bahan baku kedelai. Oleh karena itu, KOPTI Kabupaten Bogor
sebesar 3000 – 4000 Kg. Sedangkan berdasarkan metode EOQ jumlah persediaan
pengaman (safety stock) adalah sebesar 10.540 Kg. Akan tetapi, persediaan
berdasarkan kondisi aktual diperoleh berdasarkan perkiraan secara acak dari kepala
gudang. Maka dari itu, perlu dilakukan perhitungan mengenai persediaan pengaman
kekurangan atau kehabisan bahan baku kedelai, maka KOPTI Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor harus melakukan pemesanan bahan baku kedelai saat persediaan
62
Dengan menggunakan metode EOQ, maka KOPTI Kabupaten Bogor dapat
biaya penyimpanan.
kekurangan persediaan bahan baku kedelai, sehingga dapat berjalan dengan lancar
yang dikeluarkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor berdasarkan metode EOQ adalah
sebesar Rp15.400.758. sehingga diperoleh selisih total biaya persediaan bahan baku
Kabupaten Bogor belum efisien dari biaya persediaan yang dikeluarkan, karena
biaya persediaan yang dihasilkan KOPTI Kabupaten Bogor lebih besar apabila
63
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, KOPTI
segar maksimal 112.200 Kg. Pengiriman kedelai dari supplier tidak hanya disimpan
di gudang milik KOPTI Kabupaten Bogor tetapi ada juga yang langsung ditujukan
ke gudang KWP (Kepala Wilayah Pelayanan). KWP ini merupakan anggota dari
KOPTI Kabupaten Bogor yang memiliki modal cukup besar serta gudang
penyimpanan, nantinya biaya transportasi serta biaya bongkar, muat dan timbang
Sehingga KOPTI Kabupaten Bogor dapat menghemat biaya transportasi serta biaya
bongkar, muat dan timbang yang dinilai menjadi salah satu besarnya biaya
mengetahui persediaan bahan baku kedelai yang paling optimal dengan total biaya
persediaan yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Utama, dkk
optimal atau yang menyebabkan biaya persediaan dapat mencapai titik terendah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sulistyaningsih dan Baihaqi (2018:199), bahwa
persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi aktual perusahaan. Serta
sejalan dengan penelitian Andries (2019:1118), yaitu metode EOQ dapat membantu
pabrik dalam mencapai tingkat pemesanan persediaan bahan baku dan frekuensi
64
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
persediaan bahan baku kedelai impor pada KOPTI Kabupaten Bogor, diperoleh
kesimpulan bahwa metode EOQ lebih efisien dibandingkan dengan kondisi aktual
1. Jumlah pemesanan bahan baku kedelai yang paling optimal menurut metode
2. Total biaya persediaan bahan baku kedelai yang dikeluarkan oleh KOPTI
keuntungan yang lebih besar yang dapat dialokasikan untuk keperluan lainnya.
pengaman (safety stock) secara ilmiah dan titik pemesanan kembali (reorder
point) untuk menghindari risiko kehabisan bahan baku atau kelebihan bahan
baku yang berakibat pada besarnya biaya persediaan. KOPTI Kabupaten Bogor
hanya disimpan di gudang milik KOPTI Kabupaten Bogor tetapi ada juga yang
66
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2018. Manajemen Operasi “Teori dan Aplikasi dalam Dunia Bisnis”.
Bogor: Azkiya Publishing.
Andries, Anna L. 2019. Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai pada Pabrik
Tahu Nur Cahaya di Batu Kota Dengan Metode Economic Order Quantity
(EOQ). Jurnal EMBA: Vol. 7, No. 1, hlm. 1111 – 1120.
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2021. Impor Kedelai Menurut Negara Asal Utama, 2010-
2019. Jakarta: Publikasi Statistik Indonesia.
Heizer, Jay and Render, Barry. 2004. Operations Management, 7th Edition. New
Jersey: Pearson Education. Inc., Upper Saddle River.
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2014. Operations Management: Sustainability and
Supply Chain Management, 11th Edition. USA: Pearson Education.
Maskar, D.H., dkk. 2015. Evaluasi Kesepadanan Mutu Gizi Tempe Kedelai Pangan
Rekayasa Genetik (PRG) dan Non-PRG Serta Dampak Konsumsinya pada
Tikus Percobaan. J. Gizi Pangan: Vol. 10, No. 3, hlm. 207-216.
Maskar, D.H., dkk. 2015. Pengaruh Kedelai Produk Rekayasa Genetik Terhadap
Kadar Malonaldehid, Aktivitas Superoksida Dismutase dan Profil Darah
pada Tikus Percobaan. Penelitian Gizi dan Makanan: Vol. 38, No. 1, Hlm.
41-48.
Mbae, I. 2018. Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai pada Pabrik Tahu Madani
Poso Pesisir dengan Metode Economical Order Quantity (EOQ). Jurnal
EKOMEN: Vol. 18, No. 2, pp. 9-19.
Kementerian Pertanian. 2021. Buletin Konsumsi Pangan. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. Vol. 12, No. 1, Hlm. 32-42.
Rakian, A., Hamid, L., dan Daulay, I.N. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan
Bahan Baku Tepung Terigu Menggunakan Metode EOQ pada Pabrik Mie
Musbar Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi:
Vol. 2, No. 1, halaman 1-15.
68
Wardhani, Parwita Setya. 2015. Perencanaan dan Pengendalian Persediaan
dengan Metode EOQ. Jurnal Media Mahardhika: Vol. 13, No. 3, hlm. 310-
328.
69
LAMPIRAN
PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI
IMPOR PADA KOPTI KABUPATEN BOGOR
71
PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI
IMPOR PADA KOPTI KABUPATEN BOGOR
72
Lampiran 2. Perhitungan Standar Deviasi Distribusi Bahan Baku Kedelai
No Bulan X X- (X- )²
Keterangan:
N = 12 Bulan
73
Lampiran 3. Struktur Organisasi
Tim Manajemen
22 Wilayah Pelayanan
74