Anda di halaman 1dari 171

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA ANGGOTA

PETERNAK SAPI PERAH DI KOPERASI PRODUKSI SUSU


DAN USAHA PETERNAKAN (KPS) BOGOR

Suya Rohcahayana
11170920000145

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/1444 H
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA ANGGOTA
PETERNAK SAPI PERAH DI KOPERASI PRODUKSI SUSU
DAN USAHA PETERNAKAN (KPS) BOGOR

Suya Rohcahayana
11170920000145

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/1444 H

ii
SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 19 Januari 2023

Suya Rohcahayana
11170920000145

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Suya Rohcahayana


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 18 Desember 1998
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Cimanggu Amil Rt 01/Rw 09
No. 2, Kelurahan Kedung
Badak, Kecamatan Tanah
Sareal, Kota Bogor, 16164
No. Hp : 089508317267
E-mail : suya.rohcahayana17@mhs.uinjkt.ac.id
suyarcn18@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2017 - 2023 : S1 Program Studi Agribisnis UIN Jakarta


2014 - 2017 : MAN 2 Kota Bogor
2011 - 2014 : SMP IT eL-Ma’mur Kota Bogor
2005 - 2011 : SDN Kedung Jaya 2 Kota Bogor

PENDIDIKAN NON FORMAL

2018 : Pendidikan Lanjutan Perkoperasian


2018 : Pendidikan Menengah Perkoperasian
2017 : Pendidikan Dasar Perkoperasian

PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN

2021 : Relawan Mengajar Penggerak Pendidikan Desa


2021, Rumah Inisiator Pendidikan
2020 : Juri Lomba Poster Kompetisi Nasional Pekan
Koperasi 2020
2020 : Divisi Kreatif, Panitia Jamkopnas 2020
2019 : Kepala Divisi Litbang Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

v
2019 : Divisi Pubdekdok Panitia Masa Orientasi Staff
(MOS) Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2019 : Divisi Kreatif Panitia Aksi (Aplikasi Studi)
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Pendidikan Menengah
Perkoperasian (Dikmenkop)
2018 : Sekretaris Panitia Pendidikan Dasar Perkoperasian
(Diksarkop) ke-XXX
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Bakti Sosial
2018 : Liaison Officer (LO) Pekan Koperasi
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Pekan Koperasi
2018 : Divisi Humas Panitia Pendidikan Dasar
Perkoperasian (Diksarkop) ke-XXIX
2018 : Peserta LSO (Lembaga Semi Otonom) Grafika
2018 : Tim Desain Kreatif Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2018 : Bendahara Pengelola Merchandise Kopma UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 : Penanggung Jawab sementara Bidang Usaha
Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 : Staff Usaha Pemasaran Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Agri's Event
2017 : Divisi Konsumsi RAT Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2017 : Divisi Konsumsi Panitia Agri Expo

PENGALAMAN PELATIHAN DAN KERJA

2022 - 2023 : Guru Bimbingan Belajar Ma’hadatul Ummah


2021 : Sertifikasi Kompetensi Budidaya Sayuran LSP
Agribisnis Ambissi
2020 : Praktik Kerja Lapangan di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam

penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, karena atas rahmat dan

karunia-Nya yang sungguh luar biasa besar sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi

Perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor”.

Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan

dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D selaku Ketua Program Studi

Agribisnis sekaligus Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan banyak ilmu

dan bimbingannya disela-sela kesibukan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P, M.M selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam proses akademik.

4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis.

5. Ibu Nina Rusydiana, S.P., M.Pd selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak

membimbing penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vii
6. Ibu Dr. drh. Zulmaneri, M.M selaku Dosen Penguji 1 dan Bapak Drs. Acep

Muhib, M.M selaku Dosen Penguji 2 yang telah meluangkan waktu dan

tenaganya dalam sidang munaqosyah serta memberikan saran kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu selama

masa perkuliahan, sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kedua orang tua dan kakak penulis yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan dan do’a kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

9. Manajer, pengurus, pengawas, ketua kelompok, serta peternak KPS Bogor yang

telah memberikan izin, informasi serta bantuan dalam pelaksanaan skripsi ini.

10. Ibu Sulistyowati selaku narasumber dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor

yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi ini.

11. Teman-teman Agribisnis 2017 khususnya kelas E, terima kasih atas bantuan,

do’a dan kebersamaannya. Semoga silaturahmi kita tidak pernah terputus.

12. Alviyan Nulviki yang selalu memberikan semangat, motivasi, bantuan dan

selalu mengingatkan terus-menerus dalam penyelesaian skripsi.

13. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang dapat membangun dari seluruh pembaca. Semoga skripsi ini dapat

berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 19 Januari 2023

Suya Rohcahayana
11170920000145

viii
RINGKASAN

Suya Rohcahayana, Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di


Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Dibawah bimbingan
Akhmad Mahbubi dan Nina Rusydiana

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam meningkatkan


perekonomian dan pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Salah satu sektor
pertanian yang memiliki potensi sebagai penyedia bahan pangan hewani dan
berperan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) adalah subsektor
peternakan. Komoditi ternak yang dapat dikelola di Indonesia yaitu peternakan sapi
perah. Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh usaha
ternak sapi perah rakyat dimana peternakan sapi perah ini diusahakan oleh peternak
dengan karakteristik skala kepemilikan kecil, sehingga dalam pengembangan
usahanya dihimpun dalam wadah koperasi. Koperasi susu yang masih aktif di
Bogor adalah Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang
merupakan koperasi primer yang beranggotakan para peternak sapi perah. Anggota
peternak sapi perah tersebut merupakan salah satu pemain utama yang memegang
peranan penting dalam keberlanjutan usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor karena sebagai sumber yang menjamin ketersediaan bahan
baku yaitu susu segar. Trend produksi susu sapi perah hasil anggota peternak di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor mengalami penurunan
pada tahun 2017 hingga tahun 2020. Rata-rata penurunan tersebut mencapai 14
persen setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja anggota peternak sapi
perah belum optimal.
Gambaran umum yang terjadi dilapangan terkait masalah kinerja anggota
peternak sapi perah yaitu adanya penurunan jumlah produksi susu sapi perah,
kualitas susu yang dihasilkan oleh anggota peternak sapi perah masih di bawah
standar Industri Pengolahan Susu (IPS) yang mengakibatkan susu tidak dapat
diterima. Selain itu, rendahnya kinerja anggota peternak sapi perah juga
dikarenakan proses pemeliharaan dan pemerahan susu masih dilakukan secara
tradisional dan sederhana serta merupakan usaha turun temurun. Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi terkait kendala pada kinerja anggota peternak sapi
perah yang berdampak pada kinerja dan keberlangsungan Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Strategi peningkatan kinerja anggota peternak
sapi perah diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi para pemegang kebijakan
dalam penentuan program kebijakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk
meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah guna mencapai tujuan koperasi
dan keberlanjutan usaha pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2) menentukan alternatif strategi peningkatan
kinerja anggota peternak sapi perah yang dapat diterapkan di Koperasi Produksi

ix
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, dan 3) merumuskan prioritas strategi
peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang sesuai dengan Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2022 di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dengan pertimbangan
karena merupakan salah satu koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah di
Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok dimana dalam usahanya mengalami
stagnansi bahkan cenderung mengalami penurunan jumlah produksi susu segar,
kualitas susu segar yang diterima dari anggota peternak sapi perah masih di bawah
standar kualitas yang telah ditetapkan, dan proses beternak anggota peternak sapi
perah masih dilakukan secara tradisional dan sederhana. Strategi peningkatan
kinerja anggota peternak sapi perah didasarkan pada kegiatan wawancara
mendalam dan pengisian kuesioner terhadap pihak-pihak terkait, dan dianalisis
menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan sub
faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah, dan
alternatif-alternatif strategi yang tepat dalam peningkatan kinerja anggota peternak
sapi perah dan untuk menentukan prioritas strateginya menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan strategi yang tepat bagi
anggota peternak sapi perah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia, dan
rantai pasok. Sub faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja
anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor mulai dari faktor kinerja usaha terdiri dari tiga sub faktor yaitu
produktivitas, profitabilitas, dan teknologi. Faktor sumber daya manusia terdiri dari
tiga sub faktor yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi. Faktor rantai
pasok terdiri dari tiga sub faktor yaitu pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman.
Alternatif strategi yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
terdiri dari memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah, meningkatkan
produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen
beternak, dan kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP), bahwa prioritas utama dalam strategi peningkatan kinerja anggota peternak
sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah
meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan
manajemen beternak dengan bobot 0,302, selanjutnya memberikan pelatihan dan
pemberdayaan kepada peternak sapi perah dengan bobot 0,290, selanjutnya
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah dengan bobot
0,229, dan yang terakhir yaitu kebijakan dan program yang disesuaikan dengan
kebutuhan dengan bobot 0,179.

Kata Kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), Kinerja, Koperasi, Peternak


Sapi Perah, Strategi

x
DAFTAR ISI

PENGESAHAN UJIAN ................................................................................. iii


SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
RINGKASAN ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9

2.1 Landasan Teori .................................................................................. 9


2.1.1 Agribisnis Sapi Perah ............................................................... 9
2.1.2 Strategi ..................................................................................... 12
2.1.3 Sumber Daya Manusia ............................................................. 14
2.1.4 Kinerja ...................................................................................... 16
2.1.5 Koperasi ................................................................................... 29
2.1.6 Sapi Perah ................................................................................ 34
2.1.7 Analytical Hierarchy Process (AHP) ...................................... 49
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 59
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 66

3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 66

xi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 66
3.3 Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 67
3.4 Instrumen Penelitian.......................................................................... 68
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 69
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 72
3.6.1 Analisis Deskriptif ................................................................... 72
3.6.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ......................... 73
3.7 Definisi Operasional.......................................................................... 76

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI ............................................... 78

4.1 Sejarah dan Perkembangan Koperasi Produksi Susu dan Usaha


Peternakan (KPS) Bogor ................................................................... 78
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 80
4.3 Lokasi dan Keadaan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 82
4.4 Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 84
4.5 Kegiatan Usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 89
4.6 Sarana dan Prasarana Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 98

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 100

5.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Kinerja Anggota Peternak


Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor ...................................................................................... 100
5.2 Alternatif Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah
di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ...... 111
5.3 Prioritas Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah
di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dengan
Menggunakan Metode AHP .............................................................. 117

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 121

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 121


6.2 Saran .................................................................................................. 122

xii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124

xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman

1. Matriks Perbandingan Berpasangan ......................................................... 54

2. Skala Perbandingan Berpasangan ............................................................. 54

3. Matriks Pendapat Individu (MPI) ............................................................. 55

4. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) ........................................................ 56

5. Nilai Index Random Consistency .............................................................. 58

6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ......................... 62

7. Matriks Instrumen Penelitian.................................................................... 69

8. Lokasi Kelompok Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu


dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ......................................................... 83

9. Jumlah Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor .......................................................................... 87

10. Susunan Pengurus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan


(KPS) Bogor ............................................................................................. 88

11. Susunan Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor ........................................................................................................ 88

12. Jumlah Karyawan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor ........................................................................................................ 89

13. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Penentuan Faktor dan Sub Faktor 100

14. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Faktor ............................................... 105

15. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Faktor ........................................ 108

16. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi ............................. 113

17. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Elemen Alternatif Strategi) 118

xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman

1. Trend Produksi Susu Sapi Perah Hasil Anggota Peternak di Koperasi


Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor Periode 2017-2020 . 2
2. Strategi sebagai Upaya Pencapxaian Tujuan Organisasi .......................... 12

3. Flowchart Pemeliharaan Sapi Perah......................................................... 35

4. Model Struktur Hierarki ........................................................................... 53

5. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 65

6. Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)


Bogor ........................................................................................................ 84

7. Proses Bisnis Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor ............................................................... 93

8. Struktur Hierarki Penelitian ...................................................................... 103

xv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Panduan Wawancara dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor (In-depth interview) ............................................................ 131

2. Kuesioner Terbuka untuk Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan


Elemen-elemen pada Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi
Perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
(In-depth Interview) .................................................................................. 132

3. Kuesioner Tertutup untuk Pemilihan Prioritas Strategi Peningkatan Kinerja


Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor .......................................................................... 133

4. Daftar Hadir Focus Group Discussion (FGD) ......................................... 147

5. Hasil Kuesioner Terbuka pada Focus Group Discussion (FGD) ............. 148

6. Hasil Pengolahan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan Software-


Expert Vhoice 11 ...................................................................................... 151

7. Dokumentasi Penelitian di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan


(KPS) Bogor ............................................................................................. 155

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian

dan pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Sektor pertanian di Indonesia, terdiri

dari lima subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan,

subsektor kehutanan, subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Subsektor

peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi

sebagai penyedia bahan pangan hewani dan berperan dalam pembangunan sumber

daya manusia (SDM). Salah satu komoditi ternak yang dapat di kelola yaitu

peternakan sapi perah. Peternakan sapi perah merupakan usaha budidaya ternak

sapi perah yang tujuan utamanya yaitu menghasilkan susu (Ramadhan, 2013:75).

Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh usaha ternak

sapi perah rakyat dimana peternakan sapi perah ini merupakan usaha keluarga yang

diusahakan oleh peternak dengan karakteristik skala kepemilikan kecil, sedangkan

usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah

yang baru tumbuh (Swastika dkk, 2005:21). Peternakan sapi perah di Indonesia

dalam pengembangan usahanya dihimpun dalam wadah koperasi. Keberadaan

koperasi menjadi salah satu wadah perekonomian bagi para peternak sapi perah.

Dengan adanya koperasi, para peternak sapi perah dapat saling bertukar informasi

dan saling membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan

bersama-sama berasaskan semangat kekeluargaan (Kartika, 2016:95).

1
Koperasi susu yang masih aktif di Bogor adalah Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor merupakan koperasi primer yang beranggotakan para peternak sapi

perah. Anggota peternak sapi perah tersebut merupakan salah satu pemain utama

yang memegang peranan penting dalam keberlanjutan usaha Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor karena sebagai sumber yang menjamin

ketersediaan bahan baku yaitu susu segar. Sedangkan Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor berperan sebagai media distribusi dan pemasaran

susu segar dari anggota peternak sapi perah kepada konsumen maupun ke Industri

Pengolahan Susu (IPS).

6,000,000
5,567,998
5,000,000
4,621,370
4,000,000 3,898,525
3,535,045
Liter

3,000,000

2,000,000

1,000,000

-
2017 2018 2019 2020

Gambar 1. Trend Produksi Susu Sapi Perah Hasil Anggota Peternak di Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor Periode 2017-2020
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

Gambar 1 menggambarkan kecenderungan produksi susu sapi perah hasil

anggota peternak di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

periode 2017-2020. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa produksi susu sapi perah

2
di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor mengalami

penurunan pada tahun 2017 hingga tahun 2020. Rata-rata penurunan tersebut

mencapai 14 persen setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya

penurunan produksi susu yang dihasilkan anggota peternak sapi perah ke koperasi

menggambarkan bahwa kinerja peternak juga menurun dan belum optimal.

Gambaran umum yang terjadi dilapangan terkait masalah kinerja anggota

peternak sapi perah yaitu adanya ketidakkonsistenan dalam pengiriman susu segar

ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Ketentuan koperasi

yaitu mewajibkan anggota untuk mengirimkan 80 persen hasil produksi susu

segarnya ke koperasi, dan 20 persen untuk konsumsi pribadi atau di jual langsung

ke konsumen. Namun, tidak sedikit dari anggota peternak sapi perah lebih banyak

menjual langsung ke konsumen daripada ke koperasi dengan pertimbangan bahwa

keuntungan yang didapatkan lebih besar. Permasalahan lain yaitu kualitas susu

masih di bawah standar Industri Pengolahan Susu (IPS) karena memiliki angka

kuman yang tinggi yang mengakibatkan susu ditolak. Hal ini karena saat

penerimaan susu oleh koperasi dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui

pengujian kualitas secara fisik, kimia dan mikrobiologis. Susu dapat diterima

apabila hasil pengujian kualitas memenuhi kriteria standar yang telah disepakati.

Namun, apabila susu tidak memenuhi standar minimal yang disepakati terjadi

penolakan atau penalti (Soetarno. 2011:380).

Kualitas susu yang rendah juga disebabkan karena adanya kendala pada proses

pengiriman dari anggota peternak sapi perah ke Tempat Penampungan Susu (TPS)

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Keterlambatan

3
pengiriman yang tidak sesuai jadwal atau masalah lain dalam penyimpanan susu

sehingga mengakibatkan susu rusak. Hal tersebut karena produk pertanian

khususnya susu segar bersifat mudah rusak (perishable food) oleh mikrobial dan

sangat rentan rusak sebelum diproses. Hal ini ditegaskan dalam artikel CNN

Indonesia (2016) bahwa susu segar yang tidak dipasteurisasi merupakan salah satu

makanan yang rentan terkontaminasi bakteri, selain daging setengah matang,

makanan siap saji, telur dan daun mentah. Selain itu, permasalahan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

yaitu terletak pada proses pemeliharaan dan pemerahan susu segar yang kurang

optimal, masih dilakukan secara tradisional, sederhana, dan merupakan usaha turun

temurun.

Permasalahan kinerja merupakan hal penting yang perlu dilakukan upaya-

upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan peningkatan kinerja individu. Dalam peningkatan kinerja diperlukan tiga

aspek yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia dan rantai pasok. Rantai pasok

diperlukan guna mengetahui kinerja anggota peternak sapi perah dalam melakukan

proses pemerahan, penyimpanan dan pengiriman ke koperasi, karena hal tersebut

memengaruhi kualitas mutu susu. Sedangkan sumber daya manusia dapat

memengaruhi manusia agar termotivasi berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan

pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dimilikinya (Armstrong dan

Baron, 2013:3). Terkait kinerja usaha didalamnya mengandung masalah

produktivitas, profitabilitas dan inovasi (Retnowati, 2014:144). Sehingga dengan

ditingkatkannya aspek kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok

4
diharapkan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor dapat meningkat pula.

Berdasarkan permasalahan dan kendala yang dihadapi anggota peternak sapi

perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, maka

diperlukan alternatif strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut yang

berdampak pada kinerja dan keberlangsungan Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor. Untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja, perlu

diketahui faktor-faktor dan sub faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota

peternak sapi perah yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor dan mencari alternatif sebagai strategi untuk

meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Hasil dari rumusan strategi peningkatan kinerja

nantinya dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi para pemegang kebijakan dalam

penentuan program kebijakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan

kinerja anggota peternak sapi perah guna mencapai tujuan koperasi dan

keberlanjutan usaha pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

1.2 Rumusan Masalah

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan

koperasi primer dengan beranggotakan para peternak sapi perah. Peternak sapi

perah memegang peranan penting dalam keberlanjutan usaha Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor karena sebagai sumber yang menjamin

ketersediaan bahan baku yaitu susu segar. Koperasi Produksi Susu dan Usaha

5
Peternakan (KPS) Bogor dalam menjalankan usahanya menghadapi permasalahan

terkait penurunan produksi, kualitas susu masih di bawah standar Industri

Pengolahan Susu (IPS), dan proses beternak anggota peternak sapi perah masih

dilakukan secara tradisional dan sederhana. Oleh karena itu, perlunya merumuskan

strategi untuk meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah agar tujuan dan

keberlanjutan usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

dapat tercapai. Berdasarkan hal yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang

akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah

di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor?

2. Apa saja alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah

yang dapat diterapkan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor?

3. Apa yang menjadi prioritas strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi

perah yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi

perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

6
2. Menentukan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah

yang dapat diterapkan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

3. Merumuskan prioritas strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah

yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat praktis penelitian ini antara lain:

a. Bagi Koperasi, diharapkan mampu memberikan informasi atau solusi

sebagai bahan rekomendasi atau pertimbangan dalam mengambil keputusan

mengenai strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah.

b. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat kelulusan program

strata satu (S1) pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat mengenai

Strategi Peningkatan Kinerja dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber

informasi, perbandingan dan acuan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian

yang sejenis.

7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus untuk memformulasikan strategi peningkatan kinerja

anggota peternak sapi perah. Sedangkan implementasi dan evaluasi diserahkan

sepenuhnya kepada pengambil keputusan yaitu Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agribisnis Sapi Perah

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, dimana Agri=Agriculture artinya

pertanian dan Business berarti usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi

agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang

terkait dengan pertanian yang berorientasi profit (Maulidah, 2012:3). Hal ini

menunjukkan bahwa agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait

mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya

yang ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Menurut Downey dan Erickson (1987:6) agribisnis adalah kegiatan yang

berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi

salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan

keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan

kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah

kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang

ditunjang oleh kegiatan pertanian (Arsyad dkk dalam Soekartawi, 2013:2).

Usaha sapi perah merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang mempunyai

peranan cukup strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan pangan

nasional serta pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan dibidang

pertanian (Aviliani, 2008:4). Agribisnis sapi perah merupakan usahatani di bidang

peternakan yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Menurut Rahardi

9
dan Rudi (2006:14) agribisnis peternakan sapi perah merupakan sebuah sistem

pengelolaan ternak sapi perah secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua

kegiatan mulai dari pembuatan (manufacture) dan penyaluran (distribution) sarana

produksi ternak (sapronak), kegiatan usaha produksi (budidaya), penyimpanan dan

pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan sapi perah yang

didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan pemerintah.

Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun berdasarkan sistem vertical

integration, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling tergantung pada

produk susu (Firman, 2007:6).

Rahardi dan Rudi (2006:17) menjelaskan bahwa mata rantai agribisnis sapi

perah terdiri dari empat rangkaian kegiatan yaitu sebagai berikut:

1. Subsistem Praproduksi (Hulu)

Subsistem praproduksi adalah mata rantai pertama dalam kegiatan usaha sapi

perah. Praproduksi merupakan subsistem agribisnis yang melakukan kegiatan

untuk menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi ternak (sapronak).

Kegiatan pada subsistem praproduksi meliputi penyediaan bibit sapi perah,

penyediaan pakan, obat-obatan, dan peralatan ternak. Keberadaan subsistem

praproduksi menjadi sangat diperlukan karena berperan dalam mendukung

usaha budidaya ternak sapi perah dan pascaproduksi.

2. Subsistem Usaha Produksi (Budidaya)

Subsistem produksi ternak sapi perah adalah inti dari agribisnis sapi perah

karena di dalamnya terdapat kegiatan budidaya. Kegiatan pada subsistem ini

10
meliputi pembesaran ternak sapi perah, pemeliharaan, pemberian pakan, dan

pencegahan terhadap penyakit hingga produksi susu segar.

3. Subsistem Pascaproduksi (Hilir)

Subsistem pascaproduksi merupakan kegiatan usaha yang meliputi pengolahan

produk ternak sapi perah beserta pemasarannya. Kegiatan yang dilakukan

antara lain penanganan produk primer dengan memberi nilai tambah sehingga

menghasilkan produk olahan dan melakukan pemasaran susu segar ke

pedagang pengumpul, industri pengolahan susu, atau langsung ke konsumen

akhir. Pengolahan susu segar menjadi susu bubuk, keju, yogurt adalah sebagian

kegiatan dalam subsistem pascaproduksi.

4. Subsistem Jasa Penunjang

Subsistem jasa penunjang menjadi sangat diperlukan seperti perbankan,

pelatihan, penyuluhan, dan kebijakan pemerintah. Lembaga atau jasa

penunjang tersebut sangat dibutuhkan oleh setiap subsistem agribisnis sapi

perah.

Setiap subsistem dalam agribisnis sapi perah tersebut merupakan suatu

kegiatan yang terpisah, tetapi saling memiliki ketergantungan. Sistem agribisnis

sapi perah juga dipandang sebagai satu kesatuan manajemen dalam sebuah unit

usaha peternakan sapi perah. Pemahaman konsep sistem agribisnis sapi perah

menjadi sangat penting bagi para pelakunya terutama pada peternak. Ini

dimaksudkan untuk menciptakan iklim usaha yang terpadu sehingga mengarah

kepada efisiensi usaha.

11
2.1.2 Strategi

Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Chandler (1962)

dalam Rangkuti (2008:3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

serta prioritas alokasi sumber daya. David (2004:14) mendefinisikan strategi

sebagai rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan

keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan yang dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

Strategi bagi sebagian organisasi merupakan cara untuk mengatasi dan

mengantisipasi setiap masalah yang timbul serta kesempatan-kesempatan untuk

masa yang akan datang. Dengan demikian, strategi harus dapat memberikan

gambaran yang jelas dan terarah apa yang perlu dan akan dilaksanakan oleh suatu

organisasi. Gambaran tentang bagaimana konsep strategi digunakan oleh

perusahaan atau organisasi menurut Amirullah (2015:4) dapat dilihat pada Gambar

2 berikut:

Kondisi Kondisi
perusahaan perusahaan di
STRATEGI
saat ini masa depan

Gambar 2. Strategi sebagai Upaya Pencapaian Tujuan Organisasi


Sumber: Manajemen Strategi; Teori-Konsep-Kinerja (Amirullah, 2015:4)

Gambar 2 menjelaskan bahwa strategi adalah suatu rencana yang diutamakan

untuk mencapai tujuan. Melalui strategi, manajemen mengartikan rencana berskala

12
besar dan berorientasi ke masa yang akan datang untuk berinteraksi dengan

lingkungan yang kompetitif untuk mencapai tujuan organisasi. Beberapa koperasi

mungkin mempunyai tujuan yang sama, akan tetapi strategi yang dipakai untuk

mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Karena strategi adalah suatu alat yang

digunakan organisasi untuk mencapai tujuan, maka strategi memiliki beberapa sifat

(Jauch dan Glueck, 1999:20) sebagai berikut: (1) Unfield. Menyatukan seluruh

bagian-bagian dalam organisasi atau perusahaan. (2) Complex. Bersifat menyeluruh

mencakup seluruh aspek dalam organisasi atau perusahaan. (3) Integral. Dimana

seluruh strategi akan sesuai dari seluruh tingkatan. Tingkatan strategi menurut

Taufiqurokhman (2016:19), yaitu sebagai berikut:

1. Strategi Tingkat Perusahaan (Corporate Strategy) – Ditetapkan oleh tingkat

manajemen tertinggi di dalam organisasi dan mengarah kepada bisnis apa yang

akan dilakukan serta bagaimana sumber daya dialokasikan di antara bisnis

tersebut. Strategi korporasi secara umum melibatkan tujuan jangka panjang

yang berhubungan dengan organisasi secara keseluruhan dan investasi

keuangan secara langsung.

2. Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy) - Ditetapkan oleh masing-masing

unit bisnis strategi (Strategy Business Unit=SBU). Strategi bisnis biasanya

diformulasikan oleh manajer tingkat bisnis melalui negosiasi dengan manajer

korporasi dan memusatkan kepada bagaimana cara bersaing dalam dunia bisnis

yang ada. Strategi bisnis harus melalui dan diperoleh serta didukung oleh

strategi korporasi.

13
3. Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy) – Mempunyai lingkup yang

lebih sempit lagi dibandingkan strategi korporasi dan strategi bisnis.

Berhubungan dengan fungsi bisnis seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran,

fungsi SDM, fungsi keuangan, fungsi riset dan pengembangan (R&D). Strategi

fungsional harus mengarah kepada strategi bisnis dan konsep mereka yang

paling utama adalah tergantung kepada hasil jawaban bagaimana cara

menerapkannya.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Munculnya kegiatan agribisnis tidak terlepas dari adanya keterlibatan manusia

sebagai salah satu sumberdaya. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam suatu organisasi di samping faktor yang lain seperti

modal. Kegagalan mengelola sumber daya manusia dapat mengakibatkan

timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan dalam organisasi, baik dalam kinerja,

profit, maupun kelangsungan hidup organisasi itu sendiri (Rayadi, 2012:114).

Menurut (Larasati, 2018:1) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral

dalam suatu organisasi, apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat

berdasarkan berbagai visi, misi dan tujuan untuk kepentingan manusia dan dalam

pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia, jadi manusia sebagai faktor

strategis dalam semua kegiatan organisasi.

Menurut Hasibuan (2017:247) ada dua pendekatan mengenai sumber daya

manusia, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan mikro, diartikan sebagai penganalisisan dan pengkajian sumber

daya manusia dari lingkup yang lebih sempit dalam organisasi. Permasalahan

14
pokok yang dianalisis dan dikaji pada pendekatan mikro antara lain meliputi

hal-hal berikut ini: (a) Hubungan dan peranan tenaga kerja dalam organisasi,

(b) Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia dalam organisasi, (c) SDM

dipelajari dari sudut kepentingannya dan organisasi, (d) SDM dipelajari dari

produktivitas dan kesejahteraannya, dan (e) SDM dikaji dari peraturan-

peraturan perburuhan pemerintah.

2. Pendekatan makro atau ekonomi SDM, dimana SDM dikaji dan dianalisis

secara luas dan menyeluruh, baik nasional maupun internasional. Hal-hal

pokok yang dikaji dan dianalisis pada pendekatan makro ini antara lain sebagai

berikut: (a) Kualitas dan kuantitas SDM yang tersedia, (b) Perbandingan SDM

dengan lapangan kerja yang ada, (c) Susunan umur dan tingkat pendidikan

SDM yang ada, (d) Tingkat pertambahan penduduk dan penyebaranya, (e)

Latar belakang kultur, budaya, dan agama SDM yang ada, (f) Tingkat

produktivitas SDM yang ada, (g) Pendidikan dan kesehatan SDM., (h) Disiplin

dan loyalitas SDM, dan (i) Kesadaran membela negara.

Sumber daya manusia dalam agribisnis merupakan daya atau potensi yang ada

pada pelaku agribisnis untuk memperoleh hasil pertanian, mengolah, memasarkan

maupun menyediakan sarana produksi dengan memadu sarana manajemen ataupun

faktor produksi yang ada (Hassan, 2007:2). Salah satu kunci keberhasilan agribisnis

sapi perah juga tergantung dari faktor sumber daya manusia, baik ilmu

pengetahuan, keterampilan, maupun teknologi pengelolaan usaha secara efisien

(Girisonta, 1995:58). Dalam agribisnis sapi perah, sumber daya manusia (peternak)

15
menjadi sangat penting karena berperan sebagai subjek, yaitu sebagai pengelola

kegiatan usaha (Rahardi dan Rudi, 2006:14).

Jumlah peternak di Indonesia cukup banyak. Namun, sebagian besar dari

peternak masih memiliki keterbatasan dalam hal pengetahuan sehingga usahanya

masih terbatas pada usaha sambilan (subsisten) atau menjadi cabang usaha.

Peternak dalam mengelola usaha peternakan sapi perah juga masih bersifat

tradisional dan belum memaksimalkan teknologi budidaya ternak sapi perah yang

telah berkembang. Sedangkan, keberhasilan suatu usaha sedikit banyaknya

ditentukan oleh kemampuan peternak dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu,

pengembangan sumber daya manusia menjadi penting bagi usaha peternakan sapi

perah untuk dapat bersaing dengan usaha lainnya. Sumber daya manusia yang

kurang terampil akan berpengaruh terhadap faktor genetis ternak yang jelek, mutu

dan volume ransum kurang memadai, dan tatalaksana tidak benar.

2.1.4 Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan

performance sebagai kata benda di mana salah satu entrinya adalah hasil dari

sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya

pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak

16
bertentangan dengan moral atau etika (Mangkuprawira, 2011:121).

Performance atau kinerja pada umumnya diberi batasan sebagai kesuksesan

seseorang di dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan

kepadanya. Menurut Fauzi dan Hidayat (2020:2) kinerja adalah penampilan

kerja maupun hasil yang dicapai oleh seseorang baik barang/produk maupun

berupa jasa yang biasanya digunakan sebagai dasar penilaian atas diri

karyawan atau organisasi kerja yang bersangkutan yang mencerminkan

pengetahuan karyawan tentang pekerjaannya.

Kinerja individu yang tidak optimal akan berpengaruh langsung atas

turunnya kinerja kelompok, dan penurunan kinerja selompok sudah barang

tentu berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi (Sinambela, 2012:130).

Oleh karena itu kinerja individu harus dikelola dengan baik dan mengupayakan

kinerjanya tidak mengalami penurunan, karena semakin baik mutu kinerjanya

semakin tinggi pula produktivitas kerja dan karirnya. Kinerja pada hakikatnya

adalah bentuk perwujudan kerja seseorang pada suatu unit organisasi di mana

dia bekerja. Menurut Anwar (2002:68) orang yang mempunyai kinerja tinggi

memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). memiliki tanggung jawab pribadi

yang tinggi; 2). Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi; 3).

Memiliki tujuan yang realistis; 4). Memiliki rencana kerja yang menyeluruh

dan berjuan untuk merealisasi tujuannya; 5). Memanfaatkan umpan balik (feed

back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya; dan 6).

Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

17
2. Peningkatan Kinerja

Peningkatan adalah suatu proses, cara atau meningkatkan suatu usaha atau

kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi guna mencapai hasil yang

maksimal atau lebih baik lagi (Setiawan, 2010:252). Peningkatan kinerja

adalah suatu proses atau cara untuk meningkatkan kemampuan kerja,

penampilan kerja atau prestasi kerja seseorang yang dapat dilakukan dengan

berbagai cara atau strategi tertentu yang digunakan oleh suatu organisasi.

Upaya peningkatan kinerja merupakan salah satu faktor utama bagi suatu

organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

3. Kinerja Peternak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kinerja peternak merupakan respon atau perilaku individu peternak

terhadap keberhasilan kerja yang dicapai secara aktual dalam suatu pekerjaan

sesuai tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya yang dilaksanakan

secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu. Kinerja dalam

konteks proses dapat dilihat dari kesesuaian menjalankan pekerjaan dengan

prosedur standar organisasi. Semakin sesuai dengan standar semakin tinggi

mutu kinerja prosesnya.

Kinerja merupakan ukuran yang dinamis karena sejalan dengan

perkembangan kapabilitas individu dan unsur eksternal individu. Dengan

demikian, setiap elemen organisasi khususnya manajemen puncak harus

mempertimbangkan indikator/faktor-faktor ketika akan meningkatkan kinerja

individu maupun kinerja organisasinya. Ukuran dari faktor kunci adalah syarat

18
pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Setiap organisasi akan mengukur

kinerjanya berdasarkan keunikan tujuan dan sasarannya. Dalam organisasi

pertanian salah satunya subsektor peternakan tidak lepas dari penurunan

produksi karena resiko dari karakteristik produknya. Menurut Retnowati dkk

(2014:141) penurunan produksi produk pertanian memiliki kompleksitas

masalah yang saling berkaitan antara kinerja usaha, sumber daya

manusia/modal insani dan rantai pasok.

a. Kinerja Usaha

Kinerja usaha merupakan hasil kerja yang telah dicapai oleh

seseorang ataupun sekelompok orang dalam suatu usaha, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka

mencapai suatu tujuan usaha yang bersangkutan dengan legal dan tidak

melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika (Afandi, 2018:83).

Menurut Robbins (2006:260) indikator kinerja individu dalam

meningkatkan usaha terdiri dari kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,

efektivitas, kemandirian, dan komitmen kerja. Menurut Hery (2019:44)

ukuran kinerja adalah produktivitas, termasuk efektivitas dan efisiensi.

Sink (1984) menyebutkan terdapat tujuh tolok ukur dalam sistem

pengukuran kinerja yang perlu diperhatikan, yaitu efektivitas, efisiensi,

kualitas, profitabilitas, produktivitas, quality of work life dan inovasi, baik

inovasi proses maupun inovasi teknologi. Retnowati dkk (2014:144) juga

menyebutkan bahwa suatu strategi dalam meningkatkan kinerja adalah

mengenai produktivitas, profitabilitas, dan inovasi.

19
1) Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (output) atau hasil

organisasi dengan masukan (input) yang diperlukan (Hery, 2019:44).

Menurut Sutrisno (2009:105) produktivitas adalah hubungan antara

keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja,

bahan, uang). Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja,

sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai.

Produktivitas merupakan ukuran kinerja yang meliputi efektivitas

dan efisiensi. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan,

sedangkan efisiensi adalah rasio keluaran yang efektif terhadap

masukan yang diperlukan untuk mencapainya. Produktivitas

menyangkut masalah hasil akhir yakni seberapa besar hasil akhir

yang diperoleh di dalam proses produksi. Hasil yang diperoleh pada

usaha peternakan sapi perah yaitu berupa susu segar. Produktivitas

susu segar ditentukan oleh mutu genetik yang dimiliki oleh ternak

tersebut dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ternak itu

berada.

2) Profitabilitas adalah kemampuan untuk mendapatkan laba

(keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Menurut Sutrisno

(2009:16) profitabilitas merupakan cara untuk mengukur

kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan keuntungan dengan

semua modal yang bekerja didalamnya. Begitupun dalam usaha

peternakan, profitabilitas menunjukkan kemampuan untuk

menghasilkan keuntungan. Profitabilitas berkaitan dengan beberapa

20
faktor antara lain aplikasi teknologi, kepemilikan ternak, harga input,

dan harga output. Jika kenaikan harga output yang diterima peternak

tidak sebanding dengan kenaikan harga faktor produksi yang harus

dibayar oleh peternak disertai dengan pengelolaan usaha ternak yang

tidak efisien maka akan berakibat pada rendahnya profitabilitas usaha

(Fauzan, 2020:182).

3) Teknologi adalah suatu rancangan atau desain untuk alat bantu

tindakan yang mengurangi ketidakpastian dengan hubungan sebab

akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan (Roger dalam

Syukur, 2008:117). Menurut Jacques Ellul dalam Syukur (2008:105)

mendefinisikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara

rasional mengarah dan memiliki ciri efisien dalam setiap kegiatan

manusia. Penerapan teknologi pada industri peternakan sapi perah

dapat meningkatkan bisnis yang lebih maju dan menguntungkan.

Kemajuan usaha peternakan sapi perah harus didukung dengan

teknologi yang tepat secara maksimal agar produksi susu dan

pendapatan meningkat, akan tetapi dalam prakteknya peternakan sapi

perah belum sepenuhnya memahami penggunaan teknologi tersebut.

Menurut Laut dkk (2018:21), pemanfaatan teknologi dalam dunia

peternakan belum banyak dirasakan oleh sebagian petani ternak,

karena teknologi yang ada sekarang memerlukan biaya yang tinggi

dan kurang cocok bila diterapkan pada petani ternak karena

keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang

21
kurang mendukung. Padahal teknologi dalam dunia peternakan

sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi dan

peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Pengetahuan

tradisional sangat penting untuk pengamanan pangan dan sistem

pertanian jangka panjang, namun inovasi teknologi dan pengetahuan

modern perlu dimanfaatkan dan disinergikan dengan pengetahuan

lokal yang merupakan aset dalam rangka membangun pertanian yang

berkelanjutan, karena pada dasarnya kedua pengetahuan itu saling

melengkapi (Mulatmi dkk, 2016:220).

b. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah hal penting yang perlu mendapat

perhatian di berbagai kegiatan usaha dalam organisasi, mengingat kualitas

mereka menentukan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut (Suryani

dan John, 2018:6). Setiap organisasi sangat perlu untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusianya, baik berupa peningkatan pengetahuan,

keterampilan, maupun pengembangan sikap dan perilakunya (Hery,

2019:134). Mangkunegara (2009:67) menjelaskan bahwa salah satu faktor

yang dapat berpengaruh pada kinerja individu yaitu faktor kemampuan,

berupa kemampuan pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Gomes (2003:160) sumber daya manusia sangat

dipengaruhi oleh faktor knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan),

abilities (kemampuan), attitudes (sikap), dan behaviors (perilaku).

Sedangkan, Armstrong dan Baron (2013:3) menyebutkan bahwa manusia

22
sebagai modal insani dapat termotivasi dapat berkinerja dengan lebih baik

sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dimiliki.

1) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Menurut Wibowo (2007:88) pengetahuan adalah

informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik. Menurut

Fatlulloh dkk (2019:104) pengetahuan atau knowledge adalah

kesadaran dan pemahaman akan fakta, kebenaran, atau informasi

yang diperoleh melalui pengalaman, pembelajaran, atau melalui

intropeksi. Sedangkan, menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)

knowledge (pengetahuan) merupakan akumulasi hasil proses

pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non-formal

yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan

masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan

pekerjaan. Dalam usaha peternakan faktor pengetahuan diharapkan

dapat membantu peternak dalam upaya peningkatan produksi dan

produktifitas ternak yang dipelihara. Pengetahuan yang memadai

akan berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan

manajemen usaha peternakan serta mempengaruhi peternak dalam

melakukan adaptasi dan inovasi dalam beternak. Menurut Bahri dkk

(2005:27) pengetahuan peternak sebagai produsen harus ditingkatkan

agar menghasilkan produk peternakan yang bermutu.

2) Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau

mental tertentu (Wibowo, 2007:88). Menurut Sulistiyani dan Rosidah

23
(2009:249) keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis

operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.

Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan atau menyelesaikan tugas/pekerjaan yang bersifat teknis.

Keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dan berlatih.

Dengan keterampilan yang dimiliki seseorang diharapkan mampu

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam

menyelesaikan pekerjaan secara produktif. Keterampilan sangat

diperlukan dalam membentuk produktivitas. Dengan kata lain, jika

seseorang memiliki keterampilan yang baik maka kinerjanya akan

semakin baik dan produktif.

3) Kompetensi adalah kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Wibowo (2007:79)

kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.

Mitrani (1992:21) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu sifat

dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan

pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil,

ketidaksamaan dalam kompetensi-kompetensi inilah yang

membedakan seorang pelaku unggul dari perilaku yang berprestasi

rata-rata. Kompetensi peternak dalam bidang peternakan menjadi

faktor penting untuk menghasilkan kinerja usaha peternakan yang

tinggi. Menurut Simamora (2020:21) kompetensi peternak diukur

24
berdasarkan kemampuan peternak dalam pengambilan keputusan

pengadaan sarana produksi, kemampuan menjalin kerjasama dan

kemampuan dalam pemasaran.

c. Rantai Pasok

Produk peternakan khususnya susu sapi perah memiliki kendala

terkait karakteristiknya yang mudah rusak, sehingga memerlukan

penanganan yang lebih khususnya dalam rantai pasokan. Rantai pasok

merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh

bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi

produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan

dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi. Masalah

dalam rantai pasok di tingkat hulu (upstream) khususnya peternak yang

menjadi titik awal dari rantai pasok memperoleh nilai yang rendah. Hal

ini mengindikasikan akan kinerja rantai pasok produk susu sapi perah

masih rendah.

Pengukuran kinerja pada rantai pasok perlu dilakukan untuk

mengevaluasi sejauh mana kinerja rantai pasok susu sapi perah yang

dilakukan oleh peternak. Untuk mengukur kinerja dalam rantai pasok

dapat dilakukan dengan membagi proses ke dalam kategori dan

mengidentifikasi komponen penting masing-masing kategori tersebut

(Gunasekaran dkk dalam Purwani dan Nurcholis, 2015:54). Dalam rantai

pasok usaha peternakan sapi perah terdapat tiga proses kegiatan yang

dilakukan yaitu proses pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman.

25
1) Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing dengan

tujuan mendapatkan produksi susu yang maksimal. Menurut Usmiati

dan Abubakar (2009:17) proses pemerahan sapi perah yang dapat

menghindari kontaminasi pada susu yaitu dengan cara:

membersihkan kandang terutama pada lantai dengan desinfektan,

membersihkan puting dan ambing sebelum dan sesudah pemerahan,

memandikan ternak sebelum dan setelah pemerahan, membersihkan

tangan dengan sabun sebelum pemerahan dilakukan, membersihkan

dengan desinfektan dan mengelap ember penampung sebelum

digunakan, melakukan pemerahan pada ternak baik menggunakan

alat pemerah atau manual, menampung susu pada tempat

penampungan sementara untuk dilakukan penyaringan, serta segera

mendinginkan susu di bawah suhu 10ºC atau segera diproses

pasteurisasi.

2) Penyimpanan adalah suatu kegiatan untuk melakukan pengelolaan

barang persediaan di tempat penyimpanan guna untuk

mempertahankan mutu dan kesegaran. Penyimpanan berkaitan

dengan stok produk yang dimiliki oleh peternak. Penyimpanan

menjadi sangat penting bagi peternak dalam menjaga kontinuitas

produk yang akan dijual ke konsumen. Susu segar merupakan produk

yang mudah rusak. Oleh karena itu, beberapa perlakuan yang harus

diperhatikan agar susu segar tidak mengalami kerusakan dalam

penyimpanannya adalah sebagai berikut:

26
a) Pemasakan susu dengan suhu di bawah titik didih. Pemasakan

susu dihentikan pada saat susu mengembang.

b) Melakukan pasteurisasi, yaitu proses pemanasan susu pada suhu

62,7ºC selama 30 menit atau 71,6ºC selama 15 detik dan

dibiarkan selama waktu tertentu, kemudian didinginkan dengan

cepat pada suhu kurang dari 10ºC.

c) Sterilisasi susu dengan cara dipanaskan, dihomogenesis,

dimasukkan botol atau kaleng kemudian dipanaskan lagi dengan

suhu 104-110ºC selama 30-40 menit.

3) Pengiriman merupakan akivitas primer yang perlu diperhatikan

kinerjanya didalam rantai pasok. Pengiriman adalah kemampuan

pemasok dalam menangani permintaan perusahaan sehingga dapat

mengirimkan barang sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

Pengiriman bertujuan untuk memperlancar pemasaran produk agar

sampai ke konsumen. Pengiriman susu segar hasil peternakan

merupakan susu yang tidak dipasteurisasi atau tanpa pengolahan

sebelumnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan higiene sanitasi

distribusinya agar jumlah kuman dalam susu segar tidak cepat

meningkat yang mengakibatkan susu menjadi rusak (Herendra,

2009:26). Perbedaan jarak, ketepatan waktu pengiriman dan kondisi

kualitas susu selama diperjalanan mempengaruhi standar penerimaan

susu yang telah ditetapkan oleh IPS sebagai program insentif harga

(Chye dkk, 2004:535; Boniface, 2012:1502).

27
Menurut Armstrong dan Baron (1998, 16-17), faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor individu (personal factors), berkaitan dengan keahlian, motivasi,

komitmen, latar belakang, dll.

2. Faktor kepemimpinan (leadership factors), berkaitan dengan kualitas

dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua

kelompok kerja.

3. Faktor kelompok/rekan kerja, berkaitan dengan kualitas dukungan yang

diberikan oleh rekan kerja.

4. Faktor sistem (system factors), berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada

dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.

5. Faktor situasi (contextual/situational factors), berkaitan dengan tekanan dan

perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

Menurut Bergevoet (2005), karakteristik individu dapat dibagi menjadi

karaktersitik personal dan psikologis. Karakteristik personal di antaranya meliputi

usia, pendidikan, pengalaman (Lionberger dan Gwin 1982, Bird 1996, Riyanti

2003, Alma 2010), dan kekosmopolitan (Lionberger 1960). Sementara karakteristik

psikologis di antaranya meliputi motivasi (Bird 1996) dan kebutuhan berprestasi

(Sorensen dan Chang 2006).

Byar dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2009:151), mengemukakan adanya dua

faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu dan lingkungan. Faktor-

faktor individu yang dimaksud adalah: 1) Usaha (effort) yang menunjukkan

sejumlah sinergi fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan tugas;

28
2) Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

tugas; 3) Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu

oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Adapun faktor-faktor

lingkungan yang memengaruhi kinerja adalah kondisi fisik, peralatan, waktu,

material, pendidikan, supervisi, desain organisasi, pelatihan, dan keberuntungan.

2.1.5 Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Istilah koperasi (cooperative) berasal dari kata cooperation, artinya kerja

sama. Koperasi berkaitan dengan manusia sebagai individu dan kehidupannya

dalam masyarakat. Koperasi memiliki karakter ganda yaitu ekonomi dan sosial

(Sari, 2019:4). Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 pasal 33 ayat (1), koperasi berkedudukan sebagai saka guru

perekonomian nasional yaitu organisasi ekonomi yang berwatak sosial.

Menurut Bapak Koperasi Indonesia, Mohammad Hatta, koperasi adalah

usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan

semangat tolong-menolong “seorang untuk semua dan semua untuk seorang”.

Tujuan koperasi bukan mencari laba sebesar-besarnya, melainkan melayani

kebutuhan bersama dan wadah partisipasi bagi pelaku ekonomi skala kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

29
2. Landasan dan Asas Koperasi

Koperasi memerlukan landasan yang kuat agar tumbuh secara kukuh

dalam menghadapi tantangan era globalisasi ekonomi. Landasan koperasi

meliputi: (1) landasan idiil yaitu pancasila; (2) landasan struktural yaitu UUD

1945 pasal 33 ayat 1; (3) landasan operasional yaitu aturan kerja yang harus

diikuti dan ditaati anggota, pengurus dan pengawas dalam melakukan tugas di

koperasi yang terdiri atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga; dan (4) landasan

mental berupa kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Koperasi berasaskan

kekeluargaan dan gotong royong sesuai kepribadian bangsa Indonesia, tetapi

tidak berarti koperasi meninggalkan prinsip ekonomi.

3. Bentuk dan Jenis Koperasi

a. Bentuk Koperasi

Koperasi dibentuk berdasarkan kebutuhan anggota yang memiliki

kepentingan ekonomi sama. Bentuk koperasi biasanya ditentukan

berdasarkan keanggotaan jenis koperasi. Setiap bentuk koperasi juga

memiliki wilayah kerja yang berbeda-beda. Lingkup kerja koperasi

mencakup kabupaten, provinsi, ataupun nasional. Penentuan bentuk

koperasi tergantung keperluan usaha koperasi yang bersangkutan.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

pasal 15, koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau sekunder.

30
1) Koperasi Primer

Koperasi primer beranggotakan orang seorang paling sedikit dua

puluh orang. Koperasi ini bukan kumpulan modal, melainkan

kumpulan orang yang memiliki kepentingan ekonomi sama. Anggota

koperasi primer merupakan orang perorangan yang mampu

melakukan perbuatan hukum, memiliki kesamaan prinsip ekonomi,

bersedia menggunakan jasa koperasi, serta memenuhi syarat yang

telah ditetapkan dalam anggaran dasar. Wilayah kerja koperasi

primer meliputi satu lingkungan kerja, kelurahan, atau desa.

2) Koperasi Sekunder

Koperasi sekunder mencakup semua koperasi yang didirikan oleh

dan beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder atas

dasar kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi. Wilayah kerjanya

mencakup satu kabupaten atau kota, provinsi, ataupun nasional.

Koperasi sekunder terdiri atas koperasi pusat, koperasi gabungan, dan

koperasi induk.

a) Koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan sedikitnya

lima koperasi primer yang berbadan hukum. Penggabungan ini

didasarkan pada sifat dan bidang usaha yang sama. Wilayah

kerja pusat koperasi mencakup satu kabupaten atau kota.

b) Koperasi gabungan adalah koperasi yang beranggotakan paling

sedikit tiga koperasi pusat berbadan hukum. Anggota koperasi

31
gabungan adalah koperasi pusat sejenis. Wilayah kerjanya

mencakup satu provinsi.

c) Induk koperasi adalah koperasi yang beranggotakan paling

sedikit tiga koperasi gabungan berbadan hukum. Wilayah kerja

koperasi induk lebih luas, yaitu tingkat nasional. Anggota

koperasi induk tidak harus memiliki jenis usaha yang sama.

b. Jenis Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, jenis-jenis koperasi di Indonesia terdiri atas koperasi

produsen, koperasi konsumen, koperasi simpan pinjam, dan koperasi jasa

lain. Jenis-jenis koperasi tersebut dibentuk berdasarkan kesamaan

kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi anggota. Setiap koperasi

mencantumkan jenis koperasi dalam anggaran dasar.

1) Koperasi Produsen

Koperasi produsen merupakan unit usaha bersama yang

beranggotakan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Usaha

yang dijalankan koperasi produsen berupa pengadaan bahan baku dan

penolong bagi anggota dan masyarakat.

2) Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-

hari, misalnya perabot rumah tangga, pakaian, dan sembako.

Koperasi ini menjalankan usaha di bidang ekonomi secara bersama-

32
sama. Koperasi konsumen bertujuan membantu, mendidik, dan

melayani anggota untuk meningkatkan kesejahteraan.

3) Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dikenal dengan koperasi kredit.

Koperasi simpan pinjam harus memperoleh izin usaha simpan pinjam

dari menteri. Koperasi ini didirikan untuk menolong para anggota

dengan cara meminjamkan sejumlah uang. Pinjaman disertai bunga

ringan sehingga tidak memberatkan anggota atau peminjam. Selain

memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam juga melakukan

kegiatan usaha dalam menghimpun dana dari anggota dan

menempatkan dana pada koperasi simpan pinjam sekundernya.

4) Koperasi Jasa

Koperasi jasa melakukan kegiatan usaha berupa layanan nonsimpan

pinjam bagi anggota dan/atau nonanggota. Keberadaan koperasi ini

bermanfaat bagi anggota dan nonanggota dalam memenuhi

kebutuhan layanan nonsimpan pinjam, misalnya pembiayaan.

4. Koperasi Peternak Sapi Perah

Koperasi peternak sapi perah merupakan koperasi produsen karena usaha

yang dijalankan berupa pengadaan bahan baku yakni susu segar dimana produk

tersebut berguna bagi anggota dan masyarakat. Sistem agribisnis komoditas

susu segar di Indonesia menganut sistem kerja sama vertikal. Distribusi susu

berlangsung dari peternak ke koperasi, kemudian disalurkan kepada Industri

Pengolahan Susu (IPS).

33
Koperasi peternak sapi perah berdiri sejalan dengan perkembangan

peternakan sapi perah di Indonesia. Sebagian besar produksi susu segar berasal

dari peternakan rakyat. Koperasi berperan sebagai pengumpul, pemberi

layanan input produksi berupa konsentrat, inseminasi buatan, dan penyalur

susu kepada IPS. Selain itu, koperasi berperan sebagai wadah untuk

meningkatkan taraf hidup peternak.

2.1.6 Sapi Perah

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja

dan kebutuhan lainnya. Sapi perah adalah sapi yang khusus dipelihara untuk

diambil susunya. Sapi perah menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia,

95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit (Dewi, 2019:2).

Klasifikasi sapi perah adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactylia
Sub Ordo : Ruminansia
Famili : Boviadae
Genus : Bos
Spesies : Bos Taurus (sebagian besar sapi)
Bos Indicus (sapi berpunuk)

Sapi perah merupakan penghasil susu yang cukup dominan dibandingkan

ternak perah lainnya. Susu merupakan bahan minuman yang sempurna karena

didalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal, mudah

dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Selain itu, susu juga salah satu sumber

34
protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan (AAK, 1995:102). Berdasarkan

SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dalam Prasetya (2012:163) susu murni

adalah cairan yang berasal dari ambing (sapi) sehat yang diperoleh dengan cara

pemerahan yang benar tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau

bahan lain.

Menurut Soetarno (2011:109) pemeliharaan sapi perah diawali sejak lahir

sampai berproduksi, termasuk cara pemberian pakan dan cara pemerahan yang

benar. Manajemen yang baik pada setiap tahap pemeliharaan berperan penting bagi

produktivitas sapi perah (Syarif dan Harianto, 2011:61). Berikut ini merupakan

flowchart pemeliharaan sapi perah.

Pemilihan Bibit Sapi Perah

Pemeliharaan Sapi Dara

Perkawinan

Perawatan Selama Kebuntingan

Kelahiran

Pemeliharaan Anak Sapi (Pedet)

Pemeliharaan Sapi Perah Induk Laktasi

Pemerahan Susu

Pemeliharaan Sapi Induk Kering

Gambar 3. Flowchart Pemeliharaan Sapi Perah

35
1. Pemilihan Bibit Sapi Perah

Pemilihan indukan sapi perah yang tepat merupakan salah satu faktor

penunjang kesuksesan budidaya ternak sapi perah. Oleh karena itu, pemilihan

sapi perah yang berkualitas harus memenuhi beberapa syarat seperti berikut

(Ramadhan, 2013:79):

a. Pemilihan bibit dara

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina adalah:

1) Produksi susu tinggi dan keturunan dari induk yang memiliki

produksi susu tinggi dan pejantan yang unggul.

2) Berumur 15-20 bulan, tinggi pundak minimal 115 cm, berat badan

minimal 300 kg, lingkar dada minimal 155 cm.

3) Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak.

4) Bentuk tubuh layaknya baji, matanya bercahaya, punggung lurus,

bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar

serta kaki kuat.

5) Ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila

diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-

kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam sisi empat yang

simetris dan tidak terlalu pendek.

6) Tubuh sehat tidak memiliki cacat fisik, bukan sebagai pembawa

penyakit menular, memiliki alat reproduksi normal, dan beranak

setiap tahun.

36
b. Pemilihan bibit pejantan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah pejantan adalah:

1) Umur sekitar 4-5 tahun.

2) Memiliki kesuburan tinggi, daya menurunkan sifat produksi yang

tinggi kepada anak-anaknya, dan berasal dari induk dan pejantan

yang baik.

3) Besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat

pejantan yang baik.

4) Kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, bentuk

muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, paha rata dan

cukup terpisah, dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup

lebar, badan panjang, dada di dalam, lingkar dada dan lingkar perut

besar.

5) Sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada

keturunannya.

2. Pemeliharaan Sapi Dara

Sapi dara adalah sapi perah betina yang berumur 1-2 tahun atau lebih dan

belum pernah beranak (Ramadhan, 2013:80). Pemeliharaan dan pemberian

pakan pada sapi dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan.

Sapi umur 12 bulan akan tumbuh baik apabila hijauan yang diberikan

berkualitas baik. Jadi perlu diusahakan sebelum umur 12 bulan sapi dara harus

memiliki nafsu makan hijauan yang kuat, rumen sehat dan kuat. Apabila pakan

yang diberikan baik, sapi dara menunjukkan birahi pertama sekitar 9-10 bulan.

37
Adakalanya apabila pakan kurang baik sapi tidak menunjukkan birahi sampai

umur 20 bulan atau lebih. Setelah berumur 12 bulan meskipun menunjukkan

tanda birahi belum cukup umur untuk dilakukan IB. Target IB akan dilakukan

pada umur 15 bulan apabila berat sudah mencapai 800-850 lb (375 kg) untuk

sapi FH, dan 575-625 lb (270 kg) untuk sapi Jersey.

Pencatatan reproduksi harus dilakukan mulai birahi pertama, sehingga

dapat dideteksi perkiraan birahi berikutnya. Setelah sapi umur 12 bulan dapat

mengonsumsi rumput lebih banyak dengan kualitas yang baik,

pertumbuhannya juga akan lebih baik. Salah satu hambatan kualitas rumput di

daerah tropis tidak akan sebaik di daerah subtropis, sehingga pakan sapi umur

di atas 12 bulan perlu ditambah konsentrat sekitar 1 kg/100 kg berat

badan/ekor/hari. Kalau jumlah hijauan yang diberikan secara bebas dan

kualitasnya baik, jumlah konsentrat yang diberikan dikurangi agar sapi dara

tidak terlalu gemuk. Apabila sapi dara sudah berumur 14-15 bulan, beratnya

sekitar 350 kg, dan menunjukkan tanda-tanda kawin yaitu: kemaluan (vulva)

berwarna merah, bengkak, lembap, basah, hangat dan mengeluarkan

lendir/cairah kental dan jernih dari kemaluannya, gelisah, mengeluarkan suara,

menaiki sapi betina lain dan tidak mau makan, maka sapi dapat dikawinkan.

3. Perkawinan

Sapi dara dapat dikawinkan pada umur minimum 14 bulan. Selain

pengaruh umur, keberhasilan perkawinan pada sapi perah terjadi jika sapi

perah betina telah memasuki masa birahi. Segera kawinkan sapi dara saat

muncul gejala birahi. Jika perkawinan tidak berhasil, biasanya sapi akan berahi

38
kembali sekitar 21 hari kemudian. Sementara itu, jika gejala berahi tidak

muncul kembali, sapi diperkirakan bunting sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan kebuntingan. Sapi perah dapat dikawinkan dengan dua cara, yaitu

perkawinan alami dan dengan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).

4. Perawatan Selama Kebuntingan

Sapi betina menunjukkan gejala kebuntingan jika sekitar 21 hari setelah

dikawinkan tidak muncul kembali tanda-tanda birahi. Pemeriksaan

kebuntingan dapat dilakukan untuk memastikannya. Perawatan yang

dilakukan selama masa kebuntingan sapi perah yaitu dengan meningkatkan

pemberian pakan konsentrat untuk menjaga kebuntingan dan agar kebutuhan

nutrisi tercukupi sewaktu sapi melahirkan, sapi perah lebih membutuhkan

banyak asupan nutrisi dari pakan selama kebuntingan karena harus

memberikan nutrisi yang cukup untuk janin (fetus) agar pertumbuhannya tidak

terganggu. Selain itu, pakan hijauan yang diberikan berkualitas tinggi agar

induk setelah melahirkan menghasilkan kolostrum sebagai sumber protein

(antibody) serta vitamin A dan D untuk pedetnya. Lama kebuntingan sapi

Holstein dan Jersey rata-rata 278-279 hari, Guernsey 283-284 hari dan Brown

Swiss 288-290 hari.

5. Kelahiran

Umumnya, waktu melahirkan sudah bisa diperhitungkan atau

diperkirakan. Selain itu, sapi yang akan melahirkan juga akan menunjukkan

sejumlah ciri tertentu. Tanda sapi akan melahirkan di antaranya ekornya naik

(mengarah ke atas) dan bergoyang-goyang. Tanda lainnya, indukan buang air

39
sedikit-sedikit serta ambing mulai membesar. Agar kelahiran pedet berjalan

lancar, perlu diperhatikan oleh peternak mulai dari persiapan melahirkan,

proses melahirkan, sampai memisahkan pedet.

6. Pemeliharaan Anak Sapi (Pedet)

Agar pedet betina tumbuh optimal dan bisa menjadi sapi perah yang

berkualitas, ada beberapa persyaratan dan perawatan yang harus diberikan

diantaranya penyediaan kandang yang sesuai untuk pembesaran pedet,

pemberian pakan yang tepat, dan pemeliharaan kesehata. Pemberian susu,

pakan dan minuman juga dibedakan berdasarkan umur pedet. Jika sudah

beranjak remaja, pemberian susu dihentikan. Pemeliharaan pedet berlangsung

sejak pedet dilahirkan hingga berusia sekitar delapan bulan dan menjadi sapi

dara. Sementara itu, pedet jantan dapat dipelihara selama beberapa bulan untuk

dijual. Bisa juga dipelihara, lalu dijual pada momen-momen tertentu seperti

Idul Adha.

Setelah pedet lahir, secepatnya dipindahkan ke tempat yang aman dan

diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih. Setelah itu segera bersihkan

lendir yang ada di hidung dan mulut pedet agar pedet dapat bernafas. Setelah

30-60 menit pedet lahir segera diberi minum kolostrum yaitu susu yang

dihasilkan oleh sapi setelah melahirkan sampai sekitar 5-6 hari. Kolostrum

sangat penting untuk pedet setelah lahir karena mengandung zat pelindung atau

antibodi (gama glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet dari

penyakit yang berbahaya. Setelah pedet berumur sekitar satu minggu, pedet

dilatih makan pakan kasar berupa calf starter dan hijauan agar rumen segera

40
berfungsi. Pakan pedet hari ke-4 sampai disapih pada dasarnya ada 4 pilihan

makanan yaitu susu murni, kolostrum asam, susu pengganti, atau susu apkiran.

Umur 2 bulan mulai disapih sampai umur 3 bulan pemberian pakan

formula (calf starter) sebanyak 1,5-2 kg dan rumput kering kualitas terbaik 1,5

kg. Pada umur 3 bulan sampai 6 bulan, pakan formula (calf starter) mulai

diganti pakan formula lain (konsentrat). Penggantian makanan formula (calf

starter) dengan formula lain (konsentrat) dibatasi maksimum 2 kg/ekor/hari.

Rumput yang diberikan dapat dimulai dengan rumput segar yang baik secara

bertahap. Pedet mulai umur 3 bulan dapat dikeluarkan dari kandang untuk

melakukan gerak badan di tempat terlindung. Setelah pedet umur 3 bulan,

sebaiknya ditempatkan di kandang kelompok (group pen) agar terjadi

persaingan dalam makanan. Pemberian pakan pedet umur 5-6 bulan pakan

formula (konsentrat) dibatasi sebanyak mungkin agar rumen dapat

berkembang. Rumput yang diberikan dapat berupa rumput segar yang baik

secara bebas. Rumput segar yang baik diberikan secara bebas pada pedet umur

7-12 bulan agar rumen dapat tumbuh sempurna, dan konsentrat diberikan tidak

lebih 2 kg/ekor/hari agar pedet mau makan rumput sebanyak-banyaknya dan

pedet tidak menjadi gemuk.

7. Pemeliharaan Sapi Perah Induk Laktasi

Sapi setelah melahirkan pada awal laktasi (menghasilkan susu) produksi

susu meningkat dengan cepat, dan puncak produksi susu dicapai pada hari ke-

30-60, atau minggu ke-3-6, atau bulan ke-1-2. Setelah puncak produksi

dicapai, kemudian produksi susu cenderung menurun sampai sapi kering (tidak

41
menghasilkan susu) atau sapi dikeringkan (pemerahan dihentikan karena sapi

sudah bunting 7 bulan). Pada saat produksi susu meningkat, kadar lemak dan

kadar protein menurun. Sedangkan pada saat produksi susu menurun, kadar

lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu dengan kadar

lemak terjadi korelasi negatif, artinya pada saat produksi susu mencapai

puncaknya, kadar lemaknya terendah.

Sapi perah dalam satu masa laktasi (selama 10 bulan = 305 hari) memiliki

3 periode laktasi yaitu periode awal laktasi, periode laktasi tengah dan periode

laktasi akhir (Soetarno, 2011:126). Volume produksi susu sapi perah tidak

banyak mengalami perbedaan yang mencolok antara periode umur 5-10 tahun.

Pada periode tersebut, produksi susu tertinggi dicapai pada saat sapi telah

mencapai umur 7-8 tahun. Setelah kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan

dalam melahirkan. Karena itu, perlu sapi mencapai umur 10 tahun, produksi

susu mulai berkurang, bahkan kadang dipersiapkan generasi pengganti sebagai

usaha untuk peremajaan (Syarif dan Harianto, 2011:88).

8. Pemerahan Susu

Manajemen pemerahan yang baik tentunya akan memberikan hasil yang

baik pula. Pada masa produksi pemerahan susu dilakukan setiap hari.

Pemerahan susu dapat dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Pemerahan pada pagi hari dapat dilakukan pada pukul 06.00 pagi dan sore hari

pukul 16.30. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan

susu yang dihasilkan. Baik pada tahap persiapan sebelum pemerahan

42
dilakukan, pada saat pemerahan, maupun perlakuan terhadap susu yang

dihasilkan (pascaproduksi).

a. Persiapan Sebelum Pemerahan

1) Membersihkan Kandang

Kebersihan kandang merupakan hal yang perlu diperhatikan dan

harus dilakukan sebelum melakukan pemerahan pada sapi. Kotoran-

kotoran di atas lantai seperti kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa

makanan sapi di dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang

harus bersih dengan menyemprotkan air di permukaan lantai kandang

sapi. Tujuan kebersihan kandang semata-mata demi kesehatan sapi,

orang dan air susu karena sapi yang sehat akan memberikan susu

yang sehat pula (Dewi, 2019:17). Menurut Budi (2006:50-51) susu

mudah sekali menyerap bau-bauan sehingga dapat mempengaruhi air

susu. Sehingga dalam proses penanganan susu sapi perah harus

memperhatikan tahap ini.

2) Menyiapkan Sarana Pemerahan

Menurut Petunjuk Teknis Penanganan dan Pengolahan Susu

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Dirjen PPHP (2008:23)

pelaksanaan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices)

memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai tempat

tahapan penanganan susu dilakukan. Semua peralatan pengolahan

susu harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, dan mudah

dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. Permukaan yang

43
kontak langsung dengan susu juga halus, tidak bercelah, tidak

mengelupas dan tidak menyerap air. Permukaan yang kontak

langsung dengan produk harus dijaga kebersihannya secara rutin

sebelum digunakan atau sesuai kebutuhan dengan menggunakan

teknik pembersihan yang sesuai untuk peralatan yang bersangkutan.

Peralatan yang digunakan dalam proses pemerahan antara lain

milkcan, saringan susu atau kain yang bersih, tester untuk pengetesan

penyakit mastitis (strip cup), tambang untuk pengikat kaki sapi,

vaseline (membantu pemerahan secara manual), ember susu, mesin

pemerah susu, sikat dan sabun, kain lap ambing yang kering, kain lap

ambing yang basah, desinfektan, ember untuk kain lap kotor,

keranjang untuk kain lap bersih, timbangan/literan, dan buku catatan

produksi.

3) Memandikan dan Persiapan Sapi Perah

Memandikan sapi dan membersihkan lantai bertujuan untuk

menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu, sehingga kualitas

dan kesehatan susu akan terjamin. Memandikan sapi terutama

dilakukan pada bagian ambing, bagian belakang disekitar lipatan

paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap yang dibasahi air

bersih hangat (Suheri, 2013:82-83). Setelah mencuci ambing

menggunakan air hangat, pencucian dapat dilakukan lagi dengan

menggunakan air yang telah dicampur desinfektan dan ambing dilap

44
menggunakan air campuran tersebut. Selanjutnya, mengeringkan

ambing dengan kain yang kering.

4) Persiapan Pemerahan Susu

Pemerah susu harus menggunakan pakaian yang bersih (bila perlu

pakaian berwarna putih) dan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum

pemerahan berlangsung (Usmiati dan Abubakar, 2009:15). Saat

pemerahan posisi pemerah harus berada disebelah kanan sapi perah

sehingga tangan kiri berfungsi sebagai penahan apabila ada

tendangan kaki sapi, sedangkan tangan kanan untuk menjaga ember

susu (Suheri, 2013:83). Pemerah susu juga harus bebas dari penyakit

menular dan dalam keadaan bersih. Maka dari itu, pemerah susu

dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan setiap enam bulan sekali

atau setahun sekali (Murti dkk, 2009:281).

5) Pemeriksaan Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah

Mastitis adalah suatu penyakit yang menyerang kelenjar ambing atau

dapat pula dikatakan peradangan pada ambing (Dewi, 2009:28). Saat

pemerahan sapi perah perlu dilakukan pemeriksaan untuk

menghindari kemungkinan sapi terjangkit mastitis. Oleh karena itu,

disediakan wadah atau cangkir (strip cup) yang ditutup dengan kain

hitam. Pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam

cangkir tersebut kemudian amati susu tersebut apabila terdapat tanda-

tanda susu bercampur dengan darah atau nanah, maka dipastikan sapi

tersebut terjangkit mastitis, pemerahan selanjutnya harus dihentikan.

45
Bila tidak terjangkit mastitis, pemerahan dapat dilanjutkan (Suheri,

2013:83). Menurut Murti dkk (2009:277) untuk mencegah penyakit

mastitis sebaiknya pengobatan dilakukan pada waktu sapi perah

sedang dalam masa kering.

b. Proses Pemerahan Susu

Susu harus diperoleh melalui metode pemerahan yang higienis dan

penanganan yang baik di peternakan dan pengumpul. Proses pemerahan

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual menggunakan

tangan pemerah dan menggunakan alat atau mesin perah (Usmiati dan

Abubakar, 2009:17). Proses pemerahan susu pada tahap inilah yang

membedakan antara konvensional dan modern. Menurut Williamson dan

Payne dalam Putra (2009:15) tujuan dari pemerahan susu yaitu

mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya. Selain itu,

tujuan mengambil susu hingga habis, yaitu merangsang kelenjar-kelenjar

susu untuk memproduksi kembali air susu secara aktif (Suheri, 2013:83).

Waktu pemerahan sebaiknya dilakukan dua kali sehari pada pagi hari

sekitar pukul 05.00 sampai 06.00 pagi dan sore hari pukul 15.00 sampai

16.00 sore. Apabila memiliki produksi susu yang tinggi dapat dilakukan

tiga kali pemerahan yaitu pada siang hari. Untuk mengetahui produksi

susu pada sapi perah perlu dilakukan pencatatan setiap hari agar dapat

mengetahui kemampuan sapi dalam produksi susu dari setiap ekornya.

46
c. Penyimpanan Susu

Susu yang telah diperah selanjutnya segera dilakukan penanganan

susu, seperti penyaringan, pendinginan dan pemanasan. Karena sifat air

susu yang mudah rusak, mudah tercemar, mudah menyerap bau, dan

mudah kotor (Dewi, 2019:22). Apabila air susu seperti yang disebutkan

maka susu tidak laku dijual atau ditolak oleh pabrik pengolah susu. Susu

hasil perahan dari beberapa ekor sapi dicampur perlahan-lahan sampai

menjadi campuran air susu yang homogen. Selanjutnya, air susu

dimasukkan ke alat pendingin dengan suhu antara 4ºC-7ºC guna

memperlambat kerusakan susu atau bisa juga melakukan pasteurisasi

terlebih dahulu sebelum susu dimasukan ke alat pendingin. Saat akan

digunakan tangki pendingin harus sudah bersih dan kering. Pengisian

tangki pendingin paling sedikit 10 milkcan atau 400 liter supaya susu tidak

beku (Dewi, 2009:24).

d. Pusat Pengumpulan Susu

Koperasi susu merupakan salah satu tempat penampungan susu para

peternak sapi perah. Menurut Petunjuk Teknis Penanganan dan

Pengolahan Susu Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Dirjen PPHP

(2008:23) waktu tempuh susu hasil perahan untuk dikirim ke

Koperasi/Milk Collecting Center maupun ke Industri Pengolahan Susu

(IPS) tidak lebih dua jam dari proses pemerahan. Di koperasi, susu

disaring dan diuji kualitasnya meliputi berat jenis (BJ), uji alkohol, kadar

lemak, protein, bahan kering tanpa lemak (SNF/Solid Non Fat) dan total

47
bakteri (TPC/Total Plate Count). Susu yang mengandung mikroba tinggi,

pada uji alkohol susu akan pecah dan nilai TPC menunjukkan angka yang

tinggi. Sedangkan susu yang telah dipalsukan akan mengubah berat jenis

susu atau susu pecah pada uji alkohol (tergantung jenis pemalsuan yang

dilakukan) (Usmiati dan Abubakar, 2009:19).

Susu yang lulus uji (sebelum diangkut ke pabrik) dikumpulkan pada

alat pendingin (Plate Cooler) agar mencapai 4ºC dan dilakukan

homogenisasi. Susu yang telah dingin disimpan ke dalam cooling unit.

Selanjutnya susu diangkut ke Industri Pengolahan Susu (IPS)

menggunakan tangki berpendingin yang biasanya dilapisi chilled water

jacket dan mengandung icebank untuk mencegah kemungkinan terjadinya

peningkatan suhu susu dalam transportasi.

Selama pengangkutan susu, baik dari peternak yang melalui

pengumpul ke koperasi maupun dari koperasi ke pabrik pengolahan, maka

susu harus sedikit mungkin mengalami goncangan dalam perjalanan

karena dapat terjadi pembuihan susu yang dapat menurunkan kualitasnya.

Maka dari itu, jumlah pengisian susu ke dalam tangki harus

diperhitungkan dengan baik. Tangki berkapasitas 5000; 8000; 10000 dan

12000 liter (Usmiati dan Abubakar, 2009:19 dan Petunjuk Teknis

Penanganan dan Pengolahan Susu Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian,

Dirjen PPHP, 2008:26-27).

48
9. Pemeliharaan Sapi Induk Kering

Masa kering merupakan masa yang penting bagi sapi perah maka perlu

pemberian pakan dan perawatan yang tepat. Masa kering harus diartikan

sebagai permulaan dimulainya masa laktasi baru, bukan sebagai akhir laktasi.

Perlunya sapi dikeringkan untuk memulihkan kondisi sapi setelah

memproduksi susu selama laktasi dan memberikan kesempatan kelenjar

ambing untuk beristirahat. Sapi membutuhkan waktu 6 minggu untuk

memulihkan kelenjar susu dan mengganti persediaan energi. Pengeringan

mulai dilakukan 2 bulan sebelum sapi melahirkan atau sapi sudah bunting 7

bulan.

2.1.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung

keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dari Wharston School of

Business pada tahun 1970-an. Metode AHP ini menyediakan prosedur yang sudah

teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan

keputusan yang kompleks. AHP juga mencakup penilaian secara sekaligus baik

yang bersifat kualitatif kuantitatif (Firdaus dkk, 2011:141).

AHP digunakan pada kondisi dimana terdapat proses pengambilan keputusan

secara kompleks yang melibatkan berbagai kriteria, prioritas di antara beberapa

alternatif kebijakan dan sasaran. Untuk itu, prasyarat dapat digunakannya analisis

ini adalah pihak yang akan memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan

faktor yang dianalisis harus yang benar-benar memahami situasi yang sedang

49
ditelaah. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dengan

beberapa alasan berikut:

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

keputusan.

Layaknya sebuah metode analisis, AHP memiliki banyak kelebihan dalam

menjelaskan proses pengambilan keputusan, diantaranya yaitu (Syaifulloh, 2010):

1. Kesatuan (Unity)

AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu

model yang fleksibel dan mudah dipahami.

2. Kompleksitas (Complexity)

AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem

dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling Ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak

memerlukan hubungan linier.

4. Struktur Hierarki (Hierarchy Structuring)

AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen

sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen

yang serupa.

50
5. Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.

6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan

untuk menentukan prioritas.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya

masing-masing alternatif.

8. Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga

orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)

AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil

penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan Proses (Process Repetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan

mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses

pengulangan.

Sedangkan kelemahan pada metode AHP menurut Syaifulloh (2010) adalah:

1. Metode AHP memiliki sifat ketergantungan terhadap masukan (input) utama.

Pendapat atau opini dari seorang ahli menjadi masukan yang menimbulkan

subjektif pelaksanaannya dari seorang ahli tersebut, disisi lain metode AHP

51
akan memberikan output yang salah atau tidak memiliki arti apabila seorang

ahli memberikan nilai yang tidak benar.

2. Model metode matematis yang tidak disertai pengujian berdasarkan ststistik

menjadi kelemahan metode AHP yang berdampak AHP tidak mempunyai

batas kepercayaan dan keafsahan metode atau model yang dibentuk.

Menurut Saaty (1993:103) terdapat 8 langkah kerja utama dalam AHP adalah

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan permasalahan dan menetapkan tujuan

Langkah ini membutuhkan informasi dan pertimbangan dari beberapa

pihak ahli untuk menyusunnya. Untuk itu diperlukan rincian dan pemahaman

yang mendalam tentang permasalahan yang dihadapi. Setiap permasalahan

yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur dengan

penyelesaian yang disusun menjadi beberapa bagian pokok dan disusun secara

hierarki.

2. Membuat struktur hierarki

Hierarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan

dengan memperhatikan seluruh kriteria keputusan yang terlibat dalam sistem.

Struktur hierarki yang akan dibuat terdiri beberapa tingkatan. Tingkat tertinggi

dari hierarki yaitu satu elemen yang sifatnya luas dan menjadi fokus yang akan

dicapai, hal tersebut dapat dinyatakan sebagai tujuan atau sasaran dari sistem

yang akan dicari solusi masalahnya. Sedangkan tingkat-tingkat berikutnya

merupakan penjabaran dari tujuan tersebut yakni dapat terdiri dari beberapa

elemen yang sifatnya homogen seperti Faktor (factors), Pelaku (actors),

52
Tujuan (objectives) dan Skenario (scenario). Contoh struktur hierarki dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Model Struktur Hierarki


Sumber: Thomas L. Saaty (1993:107)

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam

hierarki

Matriks perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk

berpasangan seluruh elemen dalam hierarki, kemudian perbandingan tersebut

ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk

analisis numerik. Matriks perbandingan berpasangan dimulai dari hierarki,

yaitu merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar

elemen yang terkait di bawahnya. Perbandingan berpasangan antar elemen

tingkat kedua yaitu: F1 , F2 , F3 dan seterusnya sampai Fn terhadap G atau fokus

yang ada di puncak hierarki. Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat

pada Tabel 1.

53
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
G F1 F2 F3 ... Fn
F1
F2
F3
...
Fn
Sumber: Thomas L. Saaty (1993:84)

4. Memasukkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan

perangkat matriks

Langkah ini dilakukan dengan membandingkan setiap elemennya pada

baris ke-i dengan elemen pada kolom ke-j terhadap fokus. Untuk mengisi

matriks perbandingan berpasangan, digunakan bilangan untuk

menggambarkan tingkat kepentingan relatif suatu elemen terhadap elemen

lainnya berdasarkan suatu kriteria di tingkat hierarki yang lebih tinggi. Tabel

2 menjelaskan mengenai nilai skala perbandingan berpasangan.

Tabel 2. Skala Perbandingan Berpasangan


Skala Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih Pertimbangan sedikit menyokong satu
penting dari pada elemen yang elemen atas elemen lainnya
lain
5 Elemen yang satu lebih penting Pertimbangan dengan kuat menyokong
dari pada elemen yang lain satu elemen atas elemen lainnya
7 Satu elemen jelas sangat penting Satu elemen dengan kuat disokong dan
dari pada elemen yang lain dominan telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang
penting dari pada elemen satu atas yang lainnya memiliki tingkat
lainnya penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua Kompromi diperlukan diantara dua
pertimbangan yang berdekatan pertimbangan
Reciprocal Jika untuk aktivitas i mendapat satu
(kebalikan) angka bila dibandingkan dengan
a ji = 1/a ij
aktivitas j, maka j memiliki nilai
kebalikannya dengan i
Sumber: Thomas L. Saaty (1993:86)

54
5. Mamasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi

Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi mendominasi atau mempengaruhi

fokus dibandingkan dengan Fj . Apabila Fi kurang mendominasi atau

mempengaruhi fokus dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka

kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai

kebalikannya. Untuk langkah 6 hingga 8 dapat diolah dengan menggunakan

Software Expert Choice 11.

6. Melakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat hierarki

Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat

keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di

atasnya. Matriks perbandingan dalam model Analytic Hierarchy Process

(AHP) dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks

Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks perbandingan yang dilakukan

individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen

pada matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Pendapat Individu (MPI)


X A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
A3 a31 a32 a33 ... a3n
... ... ... ... ... a4n
An a1n a2n a3n ... a5n
Sumber: Thomas L. Saaty (1993:89)

55
Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah matriks baru dengan elemen

yang disimbolkan dengan g ij yang berasal dari rata-rata geometri pendapat-

pendapat individu dengan rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10

persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI satu

dengan lainnya tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG yang bebas konflik

adalah pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama

memiliki selisih kurang dari empat satuan antara lain pendapat individu yang

tertinggi dengan nilai yang rendah dan tidak terdapat angka kebalikan pada

baris dan kolom yang sama. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)


X G1 G2 G3 ... Gn
G1 g11 g12 g13 ... g1n
G2 g 21 g 22 g 23 ... g 2n
G3 g 31 g 32 g 33 ... g 3n
... ... ... ... ... g 4n
Gn g1n g 2n g 3n ... g 5n
Sumber: Thomas L. Saaty (1993:141)

Untuk mempermudah dalam perhitungan Matriks Pendapat Gabungan

(MPG), rumus matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑛
𝑛
𝑥̅𝐺 = √∏ 𝑋𝑖
𝑖=1

Dimana:
̅𝑮 : Rata-rata geometri
𝒙
n : Jumlah responden
𝑿𝒊 : Penilaian oleh responden ke-i
П : Perkalian

56
7. Mensintetis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas

Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-

vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua

nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat

bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu

pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan

tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana

MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio konsistensi.

Pengolahan horizontal, terdiri dari tiga bagian yaitu penentuan vektor

prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan versi MPI dan MPG yang memiliki

rasio konsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan

horizontal ini adalah:

a. Perkalian Baris (z), dengan rumus:

𝑛
𝑛
𝑧 = √∏ 𝑎𝑖𝑗 (𝑖, 𝑗| = 1,2,3, … , 𝑛)
𝐽=1

Dimana:
𝑎𝑖𝑗 : Elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI
П : Perkalian
n : Jumlah elemen pada setiap tingkat

b. Perhitungan Vektor Prioritas (VP)


𝑧
𝑉𝑃 = ∑𝑛
dengan VP = (VPi) untuk i = 1, 2, 3, ..., n
𝑖=1 𝑧

c. Perhitungan Nilai Eigen Maks (Maks λ), dengan rumus:

VA = aij x VP dengan VA = (VAi)

VA
VB = VP dengan VB = (VBi)

57
1
λMaks = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑉𝐵𝑖 dengan i = 1, 2, 3, ..., n

d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban

yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil, dengan rumus:

λmaks − n
CI =
n−1

Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak

perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR = 0.1.

e. Perhitungan Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus:

CI
CR =
RI

RI adalah indeks acak (Random Indeks) yang dikeluarkan oleh Oak

Ridge Laboratory. Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau

sama dengan 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi

yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini karena CR

merupakan tolak ukur konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan

berpasangan dalam suatu matriks pendapat.

Tabel 5. Nilai Index Random Consistency


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Sumber: Marimin (2010:196)

Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap

elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama

atau fokus. Apabila CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh

setiap elemen ke-i pada tingkat ke-j terhadap sasaran utama, maka:

58
CVij = ∑ 𝐶𝐻𝑖𝑗 (𝑡, 𝑖 − 1) x 𝑉𝑊𝑡 (𝑖 − 1)

Untuk i = 1, 2, 3, ..., p
j = 1, 2, 3, ..., r
t = 1, 2, 3, ..., s

Dimana:
CVij : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i pada tingkat terhadap sasaran
CHij (t, i − 1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat
diatasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal
𝑉𝑊𝑡 (𝑖 − 1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1) terhadap
sasaran utama, yang diperolah dari hasil perhitungan horizontal
p : Jumlah tingkat hierarki keputusan
r : Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-1
s : Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi

dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil

kalinya. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio konsistensi harus bernilai

kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika rasio konsistensi mempunyai

nilai lebih besar dari 10 persen, maka informasi itu harus ditinjau kembali dan

diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan

ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan

responden yang mengisi kuesioner.

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan

sebagai rujukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian-

penelitian terdahulu yang menjadi rujukan, diantaranya:

1. Triemiaty dkk (2019:54-68), melakukan penelitian mengenai strategi

peningkatan kinerja pada perusahaan konstruksi. Tujuan dari penelitian ini

59
adalah menguji dan (1) menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan (2) menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan (3) menganalisis pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja

karyawan (4) menganalisis pengaruh budaya organisasi, kepuasan kerja, dan

keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan serta (5) merumuskan strategi

peningkatan kinerja karyawan yang tepat untuk diterapkan di PT Bakrie

Construction. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 115 responden.

Teknik analisis data menggunakan SEM-PLS dan untuk menentukan strategi

peningkatan kinerja digunakan Analysis Hierarchy Process (AHP). Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan keselamatan kerja

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

sedangkan budaya organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap

kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Alternatif strategi yang dapat

dilakukan oleh PT Bakrie Construction dalam meningkatkan kinerja karyawan

adalah dengan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

2. Iskandar (2018:23-31), melakukan penelitian mengenai strategi peningkatan

kinerja perusahaan melalui pengelolaan sumber daya manusia dan kepuasan

kerja dan dampaknya terhadap produktivitas karyawan. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui pentingnya strategi pengelolaan sumber daya

manusia dan kepuasan kerja yang berdampak pada produktivitas karyawan.

Dalam penelitian ini, mengamati penerapan Sumber Daya Manusia pada

manajemen PT Swadharma Sarana Informatika (SSI), PT. Sarana Reswara

Abadi (SRA) dan PT. Reswara Prima Express (Respex) berdasarkan target

60
pelayanan dan operasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner untuk responden yang akan diwawancarai dan

hasilnya digunakan untuk analisis pencapaian kinerja perusahaan yaitu

probabilitas produktivitas perusahaan dan identifikasi strategi apa yang

dilakukan perusahaan untuk mencapai visi dan misinya. Dapat disimpulkan

bahwa kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan sesuai target kinerja

perusahaan dari segi kinerja saat ini.

3. Miftahuddin dan Antoni (2017:1-8), melakukan penelitian mengenai

penentuan strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan di BNI kantor cabang

Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kinerja

setiap karyawan perusahaan dan menentukan strategi yang tepat untuk

meningkatkan kinerja setiap karyawan di PT. BNI cabang Semarang. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) untuk penentuan prioritas pilihan dari berbagai

alternatif strategi. Penentuan alternatif strategi dilakukan berdasarkan kriteria-

kriteria diantaranya kemampuan bisnis, kemampuan manajemen dan

kemampuan kerja. Berdasarkan kriteria diatas dilakukan penentuan alternatif

strategi yaitu peningkatan mutu SDM, peningkatan kesejahteraan dan

peningkatan fasilitas kerja. Hasil dari penelitian ini didapatkan prioritas

tertinggi dalam penentuan strategi peningkatan kinerja karyawan yaitu

peningkatan fasilitas kerja dengan nilai prioritas sebesar 0.437633649,

kemudian alternatif ke dua adalah peningkatan mutu SDM dengan nilai

61
prioritas sebesar 0.358082139, dan alternatif terakhir adalah peningkatan

kesejahteraan dengan nilai prioritas sebesar 0.254133181.

4. Retnowati dkk (2014:140-149), melakukan penelitian mengenai strategi

peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok ikan layur melalui

pengembangan modal insani di Pelabuhanratu. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk merumusan strategi peningkatan kinerja nelayan dalam rantai

pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani. Strategi

peningkatan kinerja nelayan didasarkan kegiatan wawancara mendalam

dengan interview terhadap pihak-pihak terkait dan dianalisis dengan diagram

tulang ikan (fishbone) untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di

nelayan yang terkait penurunan ekspor ikan layur dan untuk strateginya

digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan strategi

yang tepat bagi nelayan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap

strategi kebijakan, didapatkan bahwa strategi penambahan pelatihan yang

disesuaikan dengan kebutuhan diharapkan dapat meningkatkan kinerja

nelayan, yang nantinya meningkatkan kesejahteraannya.

Tabel 6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu


No. Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Triemiaty dkk Metode analisis Faktor-faktor
(2019) menggunakan AHP penilaian Kinerja
2 Iskandar (2018) Tujuan penelitiannya Faktor-faktor yang
yaitu menentukan digunakan, dan
strategi peningkatan analisis data
kinerja menggunakan SEM
3 Miftahuddin dan Metode analisis Faktor-faktor
Antoni (2017) menggunakan AHP penilaian kinerja
4 Retnowati dkk Metode analisis Objek penelitian
(2014) menggunakan AHP, yang digunakan
dan faktor-faktor yang adalah nelayan
digunakan

62
2.3 Kerangka Pemikiran

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan

koperasi primer yang mewadahi para peternak sapi perah di Kota dan Kabupaten

Bogor serta Kota Depok. Masalah yang dihadapi Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor ialah jumlah produksi susu sapi perah yang

semakin menurun sehingga mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan

konsumen, selain itu kualitas susu sapi perah yang diterima dari anggota peternak

sapi perah masih di bawah standar kualitas yang telah ditetapkan, dan proses

beternak anggota peternak sapi perah masih dilakukan secara tradisional dan

sederhana.

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor saat ini memiliki

117 anggota aktif. Sehingga dalam menjalankan usaha yang berkelanjutan, menjadi

keharusan bagi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor untuk

meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah. Oleh karena itu, strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah diperlukan.

Identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja anggota

peternak sapi perah merupakan hal pertama yang dilakukan. Selain itu perlu

diidentifikasi terkait kriteria sub faktor yang berpengaruh dalam peningkatan

kinerja angota peternak sapi perah serta alternatif strategi apa saja yang dapat di

terapkan pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

Pengidentifikasian tersebut dilakukan pada Manajer Koperasi, Ketua Pengurus,

Ketua Pengawas, dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor melalui wawancara dan diskusi.

63
Faktor, sub faktor, dan alternatif strategi tersebut kemudian dianalisis

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan

bantuan Software Expert Choice 11. Setelah ditentukan faktor-faktor dan sub faktor

apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah dan alternatif

strategi yang tepat. Selanjutnya adalah penyusunan struktur hierarki untuk

kemudian dilakukan proses pembobotan dan perhitungan agar dapat memudahkan

pengambilan keputusan dengan melihat tingkat kepentingan dari masing-masing

elemen.

Hasil akhir akan diperoleh strategi yang telah diformulasikan tersebut dibuat

menjadi bentuk alternatif strategi berdasarkan tingkatan prioritas strategi yang

dapat dijadikan rekomendasi sebagai bahan pengambilan keputusan dalam

meningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 5.

64
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Kinerja Peternak Sapi Perah

Permasalahan:
1. Penurunan jumlah produksi
2. Kualitas susu dibawah standarisasi
3. Pemeliharaan dan pemerahan masih
dilakukan secara tradisional dan sederhana

Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di


Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Penyusunan Struktur Hierarki

Pengidentifikasian Elemen Faktor


Metode
Analytical
Menentukan Kriteria Elemen Sub Faktor Hierarchy
Process
Menentukan Alternatif Strategi (AHP)

Pembobotan dan Perhitungan

Prioritas Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah


di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Keterangan:
: Alur Proses Penelitian
: Metode Analisis

65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengetahui,

mendeskripsikan atau menyajikan data secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai keadaan, situasi, atau berbagai variabel yang timbul dari objek penelitian

berdasarkan apa yang terjadi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kualitatif untuk mengetahui keadaan dan situasi yang ada di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terkait kinerja anggota peternak sapi

perah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor yang terletak di Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 11, Kedung Badak, Kota

Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan salah satu

koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah di Kota dan Kabupaten Bogor

serta Kota Depok yang dimana dalam usahanya mengalami stagnansi bahkan

cenderung mengalami penurunan jumlah produksi susu segar, kualitas susu segar

yang diterima dari anggota peternak sapi perah masih di bawah standar kualitas

yang telah ditetapkan, dan proses beternak anggota peternak sapi perah masih

dilakukan secara tradisional dan sederhana. Oleh karena itu diharapkan adanya

peningkatan kinerja Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

66
salah satunya adalah peningkatan kinerja anggotanya. Penelitian ini dilakukan sejak

bulan Februari hingga September 2022. Dalam kurun waktu tersebut akan

digunakan untuk memperoleh data dan keterangan terkait dengan penelitian.

3.3 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data terkait faktor-faktor kinerja, sub faktor kinerja, dan

pemilihan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang

diperoleh melalui wawancara, kuesioner terbuka, dan kuesioner tertutup kepada

para pakar/informan untuk mendapatkan informasi. Sedangkan, data sekunder

merupakan data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi

pustaka dan literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian seperti teori

mengenai kinerja peternak, strategi peningkatan kinerja, jumlah anggota peternak

sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, data

produksi susu sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang di

kuantitatifkan. Data kualitatif diperoleh berdasarkan wawancara secara langsung

terkait gambaran umum koperasi, kinerja anggota peternak sapi perah, faktor-faktor

dan sub faktor yang mempengaruhi kinerja, dan pemilihan alternatif strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang tepat bagi koperasi.

Sedangkan data yang di kuantitatifkan diperoleh berdasarkan penilaian terhadap

kuesioner yang diperolah dengan cara penilaian terhadap faktor-faktor, sub faktor,

67
dan alternatif strategi yang sudah ditentukan pada hasil Focus Group Discussion

(FGD).

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data-data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

wawancara dan pengisian kuesioner. Teknik wawancara digunakan untuk

mengumpulkan data-data penelitian seperti gambaran umum koperasi, kondisi

koperasi, kondisi peternakan sapi perah, faktor-faktor dan sub faktor yang

mempengaruhi kinerja yang juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan

alternatif strategi dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah.

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian seperti nilai

tingkat kepentingan kriteria.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi peningkatan

kinerja yang digunakan sebagai fokus tujuan untuk mengidentifikasi dan

menentukan alternatif strategi dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi

perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Faktor-

faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah faktor kinerja usaha, sumber daya

manusia dan rantai pasok. Berikut matriks instrumen penelitian dapat dilihat pada

Tabel 7.

68
Tabel 7. Matriks Instrumen Penelitian
Faktor Sub Faktor Item Pertanyaan
1. Berapa liter susu segar yang dipasok
peternak sapi perah per hari?
2. Apakah jumlah susu segar yang dipasok
Produktivitas oleh peternak sapi perah selalu
konsisten?
3. Bagaimana kualitas susu sapi perah yang
dihasilkan oleh peternak?
Kinerja Usaha
4. Bagaimana menentukan harga susu segar
Sink, D.S
yang akan dijual?
(1984)
Profitabilitas 5. Berapa kisaran harga susu segar yang
dijual?
6. Berapa keuntungan yang didapat?
7. Apakah ada teknologi yang digunakan
dalam usaha ternak sapi perah?
Teknologi
8. Apakah terjadi keterbatasan akses untuk
memperoleh informasi terkait teknologi?
9. Bagaimana pengetahuan peternak terkait
usaha ternak sapi perah?
Sumber Daya Pengetahuan 10. Apakah terjadi kurangnya pengetahuan
Manusia terkait usaha ternak sapi perah pada
Armsrong, M peternak?
dan Baron, A 11. Apakah peternak sapi perah sudah
Kompetensi
(2013) kompeten dalam beternak?
12. Bagaimana keterampilan peternak dalam
Keterampilan
dalam beternak?
13. Bagaimana proses pemerahan sapi perah
Pemerahan
yang dilakukan oleh peternak?
Rantai Pasok 14. Bagaimana proses penyimpanan susu
Purwani, T dan Penyimpanan segar yang dilakukan oleh peternak sapi
Nurcholis, L perah?
(2015) 15. Apakah peternak sapi perah selalu tepat
Pengiriman waktu dalam pengiriman susu segar ke
TPS KPS Bogor?

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada beberapa pihak yang menjadi narasumber

69
pada penelitian ini yaitu Manajer Koperasi, Ketua Pengurus, Ketua Pengawas,

dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in-

depth interview) guna untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti

sebagai studi pendahuluan yang akan digunakan serta untuk mengetahui hal-

hal secara mendalam dari narasumber. Wawancara juga dilakukan guna untuk

mengidentifikasi faktor-faktor dan sub faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi kinerja untuk meningkatkan kinerja anggota peternak sapi

perah, dan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah

yang dapat diterapkan pada koperasi. Wawancara yang dilakukan tidak

terstruktur dan dengan cara tanya jawab secara tatap muka maupun melalui

zoom meeting dengan narasumber. Wawancara dilakukan dengan melakukan

penggalian secara mendalam terhadap satu topik yang telah ditentukan

menggunaan pertanyaan terbuka dan tanpa menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Pengisian Kuesioner

Pengisian kuesioner dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka

dan kuesioner tertutup sebagai berikut:

a. Kuesioner terbuka: suatu metode pengumpulan data dengan cara memberi

pertanyaan yang mengharapkan narasumber untuk menuliskan

jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Kuesioner terbuka

dalam penelitian ini berupa Focus Group Discussion (FGD) yang

70
bertujuan untuk menentukan elemen dari tiap level dalam hierarki. Tiap

elemen dalam level dapat diberi penambahan atau pengurangan sesuai

dengan pendapat pakar yang telah dipilih. Kuesioner terbuka diberikan

kepada empat orang pakar, yaitu top management yang benar-benar

mengerti kondisi koperasi saat ini diantaranya Manajer Koperasi, Ketua

Pengurus, Ketua Pengawas, dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Hierarki hasil

penggabungan dari empat pendapat pakar tersebut dijadikan sebagai

kuesioner selanjutnya. Adapun pedoman kuesioner terbuka atau Focus

Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran

2.

b. Kuesioner tertutup: suatu metode pengumpulan data dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya untuk

dipilih oleh pakar yang telah ditetapkan. Kuesioner tertutup dalam

penelitian ini berupa kuesioner perbandingan berpasangan untuk

menggambarkan prioritas mendominasi dan didominasi antara satu

elemen dengan elemen lainnya, serta untuk menjawab goal dari penelitian

ini yaitu Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Kuesioner

tertutup diberikan kepada empat orang pakar yang dipilih berdasarkan

benar-benar menguasai bidang penelitian ini dan yang paling mengetahui

kondisi koperasi, yaitu Manajer Koperasi, Ketua Pengurus, Ketua

71
Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

dan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor.

3. Pengambilan Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang didapatkan melalui pihak tertentu

atau pihak lain, dimana data tersebut umumnya telah diolah oleh pihak

tersebut. Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka dan

literatur-literatur terkait dengan topik penelitian yaitu berupa buku, artikel,

jurnal, skripsi, data-data dari instansi dan sebagainya maupun dokumen atau

catatan-catatan koperasi seperti Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

3.6.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan gambaran koperasi, faktor-faktor dan sub faktor apa saja yang

mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah, dan alternatif-alternatif strategi

yang tepat dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah. Data dan

informasi tersebut diperoleh dari hasil Focus Group Discussion (FGD), kemudian

diolah terlebih dahulu secara deskriptif agar data yang terkumpul tersusun rapih dan

baik untuk kemudian dianalisis ke tahap selanjutnya menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP).

72
3.6.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini bertujuan

untuk menyusun hierarki, penilaian setiap tingkat hierarki dan menetapkan

prioritas. Perhitungan bisa dilakukan secara manual menggunakan microsoft excel

maupun dengan bantuan software expert choice 11. Langkah-langkah dalam

metode ini adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan permasalahan dan menetapkan tujuan

Langkah ini dilakukan dengan penyelesaian permasalahan yang disusun

menjadi beberapa bagian pokok dan dilakukan penyusunan secara hierarki.

Fokus tujuan pada penelitian ini adalah strategi peningkatan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

2. Membuat struktur hierarki

Hierarki yang disusun pada penelitian ini didapatkan dengan cara

melakukan wawancara dan diskusi terhadap Manajer Koperasi, Ketua

Pengurus, Ketua Pengawas, dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Struktur hierarki disusun sebanyak

4 tingkat. Tingkat pertama pada hierarki adalah fokus tujuan yaitu strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Tingkat kedua adalah faktor yang

mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah. Tingkat ketiga adalah

subfaktor kinerja anggota peternak sapi perah yang merupakan turunan dari

73
faktor yang telah difokuskan. Tingkat keempat pada hierarki adalah alternatif-

alternatif strategi dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam

hierarki

Matriks perbandingan berpasangan dimulai dari hierarki, yaitu merupakan

dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait

di bawahnya. Perbandingan berpasangan antar elemen tingkat kedua yaitu: F1 ,

F2 , F3 dan seterusnya sampai Fn terhadap G atau fokus yang ada di puncak

hierarki.

4. Memasukkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan

perangkat matriks

Langkah ini dilakukan dengan membandingkan setiap elemennya pada

baris ke-i dengan elemen pada kolom ke-j terhadap fokus. Untuk mengisi

matriks perbandingan berpasangan, digunakan bilangan untuk

menggambarkan tingkat kepentingan relatif suatu elemen terhadap elemen

lainnya berdasarkan suatu kriteria di tingkat hierarki yang lebih tinggi.

5. Mamasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi

Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi mendominasi atau mempengaruhi

fokus dibandingkan dengan Fj . Apabila Fi kurang mendominasi atau

mempengaruhi fokus dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka

kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai

kebalikannya.

74
6. Melakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat hierarki

Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat

keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di

atasnya. Matriks perbandingan dalam model Analytic Hierarchy Process

(AHP) dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks

Pendapat Gabungan (MPG).

7. Mensintetis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas

Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-

vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua

nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat

bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu

pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan

tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana

MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio konsistensi.

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi

dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil

kalinya. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio konsistensi harus bernilai

kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika rasio konsistensi mempunyai

nilai lebih besar dari 10 persen, maka informasi itu harus ditinjau kembali dan

diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan

ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan

informan yang mengisi kuesioner. Langkah 1-5 diperoleh dari pengisian

75
kuesioner oleh Ketua Pengurus, Ketua Pengawas, Manajer Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan

Peternakan Kabupaten Bogor. Langkah selanjutnya diolah dengan

menggunakan software expert choice 11.

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Susu Segar adalah salah satu produk dari peternak yang didistribusikan oleh

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

2. Anggota peternak sapi perah adalah para peternak sapi perah yang telah menjadi

anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

3. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus.

4. Kinerja adalah hasil yang dicapai atau tingkat keberhasilan peternak sapi perah

dalam memproduksi susu segar.

5. Strategi peningkatan kinerja adalah suatu rencana terstruktur untuk

meningkatkan kinerja pada individu maupun organisasi guna mencapai tujuan

dan keberlanjutan usaha.

6. Faktor adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja anggota

peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor.

76
7. Sub faktor adalah elemen-elemen turunan dari faktor secara spesifik untuk

mengetahui kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

8. Focus Group Discussion (FGD) adalah diskusi terfokus dari suatu kelompok

untuk membahas suatu masalah tertentu.

9. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu model pendukung

keputusan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dimulai dari

perbandingan berpasangan dan penentuan nilai untuk mendapatkan skala

prioritas.

77
BAB IV
GAMBARAN UMUM KOPERASI

4.1 Sejarah dan Perkembangan Koperasi Produksi Susu dan Usaha


Peternakan (KPS) Bogor

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan

koperasi primer yang beranggotakan para peternak sapi perah. Koperasi ini dinilai

cukup baik dalam menjalankan fungsi perkoperasiannya karena sudah memenuhi

hal-hal yang dinilai penting dalam aktivitas agribisnis susu diantaranya adalah

sarana produksi, kontinuitas, kualitas, dan pasar atau pendistribusian. Namun,

disamping kinerja koperasi yang cukup baik terdapat kinerja anggota peternak sapi

perah yang belum memperhatikan usahanya, sehingga seringkali kualitas dan

kuantitas susu yang dihasilkan masih kurang baik.

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor didirikan pada

tanggal 21 Oktober 1970 oleh 24 orang peternak dari Kota dan Kabupaten Bogor

dengan Badan Hukum No. 4654 A/BH/KWH. 10/5. Pada awal berdiri, kantor

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor berada di kantor Dinas

Peternakan Kota Bogor, Jalan Pemuda No. 13, Kota Bogor. Sebagai perintis dan

pendiri pada waktu itu adalah Drh. Asrul Makmur (Kepala Dinas Perikanan dan

Peternakan Kotamadya, Bogor), Jachya Djan, H. Amin Ahmadi, H.M. Arief dan

H.M. Romli Ahmadi.

Pendirian koperasi ini dilatarbelakangi oleh adanya berbagai masalah antara

lain semakin bertambahnya jumlah peternak sapi perah dan produksi susu,

timbulnya permasalahan pemasaran susu serta adanya monopoli pemasaran susu

dan pengadaan sarana produksi peternakan (sapronak) oleh para tengkulak susu.

78
Pada tahun 1970-1978, Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor hanya melakukan kegiatan usahanya untuk menampung dan memasarkan

kelebihan produksi susu yang tidak dapat dipasarkan langsung oleh peternak.

Namun, setelah adanya bantuan sapi perah dari pemerintah kepada anggota

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan dukungan

pemerintah dalam bentuk kebijakan pengaturan tataniaga susu yang mewajibkan

pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk menerima susu dari koperasi, maka

sejak tahun 1979 kegiatan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor mulai mengalami peningkatan kegiatan usaha.

Peningkatan kegiatan usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk

pengembangan usaha dan untuk membeli tanah seluas 4480 m² di Jl. KH. Sholeh

Iskandar, Kota Bogor. Sehingga mulai tanggal 27 Agustus 1984, semua kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dipindahkan ke Jl. KH. Sholeh Iskandar hingga saat ini.

Tepat pada bulan Februari 1986 merupakan awal di produksinya pakan ternak sapi

perah guna untuk meningkatkan produksi susu yang lebih tinggi. Pada tanggal 26

Januari 1989 diadakan perubahan Anggaran Dasar (AD) Koperasi sehingga badan

hukumnya menjadi 4654/BH/PAD/KWK.10/111/1996.

Tahun 1990-1996 Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

melakukan pengembangan Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) sapi perah di

wilayah Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan, Kabupaten Bogor dengan dana

yang bersumber dari Bantuan Presiden (Banpres) dan telah diresmikan langsung

oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 7 Januari 1997. Pada tahun 1994

79
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor meraih beberapa

prestasi diantaranya Koperasi Terbaik tingkat Kabupaten maupun Provinsi yaitu

sebagai Koperasi Produsen Terbaik II. Pada tanggal 25 Maret 1996 ada perubahan

dari “Koperasi Produksi Susu dan Peternakan Sapi Perah” menjadi “Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan” yang disingkat tetap dengan nama KPS

Bogor.

4.2 Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor

Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor, dapat digambarkan sebagai berikut:

Visi
Menjadi Koperasi yang Amaliah, Modern, Sehat Organisasi, Sehat Usaha dan

Sehat Mental serta Unggul di Tingkat Regional dan Nasional.

Misi
1. Taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang

Perkoperasian serta Peraturan Pelaksanaannya dan Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku, serta melaksanakan amanah keputusan Rapat

Anggota.

2. Memotivasi anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat

sendiri, sekaligus mengangkat citra perkoperasian.

3. Meningkatkan kompetensi sumber daya koperasi.

80
4. Melaksanakan tata kelola operasional dengan baik, efektif dan efisien.

5. Menjadi laboratorium koperasi persusuan.

6. Mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna yang

ramah lingkungan.

Tujuan
1. Mengajak, memotivasi dan mendidik anggota untuk bekerja dan hidup

berkoperasi.

2. Meningkatkan pelayanan dan usaha sehingga anggota menjadi “tata

tengtrem kerja raharja, salieuk beh”.

3. Memenuhi kebutuhan ternak dan anggotanya.

4. Meningkatkan skala kepemilikan sapi induk produktif dengan jumlah

produksi yang memenuhi skala ekonomis.

5. Memperbaiki genetik sapi perah.

6. Memelihara kelestarian dan mencegah pencemaran lingkungan wilayah

kerja dan daerah sekitarnya.

7. Berperan aktif membangun kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi,

sosial dan budaya di wilayah kerja dan sekitarnya serta aktif dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

81
4.3 Lokasi dan Keadaan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terbagi menjadi

dua wilayah, yaitu wilayah luar KUNAK dan wilayah KUNAK. Wilayah luar

KUNAK merupakan wilayah operasional anggota peternak sapi perah Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang terletak di seluruh kawasan

Bogor, Depok, dan sekitarnya. Kantor administrasi dan pelayanannya terletak di

sebelah utara Kota Bogor, tepatnya berlokasi di Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 11,

Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Wilayah KUNAK (Kawasan Usaha Peternakan) merupakan bagian dari

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor khusus untuk

pengembangan usaha peternakan sapi perah. Wilayah KUNAK terbagi ke dalam

dua kelompok besar, yaitu KUNAK I dan KUNAK II. KUNAK I terdiri dari tiga

kelompok peternak, yaitu kelompok ternak Tertib, Segar, dan Bersih. KUNAK II

juga terdiri dari tiga kelompok peternak, yaitu kelompok ternak Indah, Aman, dan

Mandiri. Kantor administrasi dan pelayanan wilayah KUNAK terletak di KUNAK

II, Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Setiap anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor dibentuk kelompok sesuai wilayah kerjanya masing-

masing. Berikut merupakan lokasi kelompok anggota peternak sapi perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dapat di lihat pada

Tabel 8.

82
Tabel 8. Lokasi Kelompok Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
No. Kelompok Lokasi Keterangan
1 Tertib KUNAK I. Pamijahan Aktif
2 Segar KUNAK I. Pamijahan Aktif
3 Bersih KUNAK I. Pamijahan Aktif
4 Indah KUNAK II. Situ Udik Aktif
5 Aman KUNAK II. Situ Udik Aktif
6 Mandiri KUNAK II. Situ Udik Aktif
7 Kania Desa Tajur Halang, Kec. Cijeruk Aktif
8 Makmur Desa Cilebut, Kec. Sukaraja Aktif
9 Terpencar Kota Bogor Aktif
10 Ciawi Kec. Ciawi Tidak Aktif
11 Kasumi Depok Tidak Aktif
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

Tabel 8 menunjukkan lokasi kelompok anggota peternak sapi perah Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang tersebar di beberapa

wilayah Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok. Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor memiliki 11 kelompok ternak diantaranya yaitu

kelompok Tertib, Segar, Bersih, Indah, Aman, Mandiri, Kania, Makmur,

Terpencar, Ciawi, dan Kasumi. Namun, terdapat dua kelompok ternak yang tidak

aktif yaitu kelompok Ciawi dan Kasumi. Hal ini karena kelompok ternak tersebut

sudah tidak menyetorkan hasil susu sapi perahnya ke Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor dikarenakan sudah tidak adanya produksi susu sapi

perah yang dihasilkan dan ada pula peternak yang menjual langsung hasil

produksinya ke konsumen tanpa menyetorkan ke koperasi. Namun, kelompok

tersebut masih menjadi anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor karena masih memiliki tanggung jawab atas pinjamannya terhadap

koperasi.

83
4.4 Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor telah memiliki

perangkat organisasi yang baik. Pembentukan struktur organisasi di Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor bertujuan untuk menetapkan

pembagian tugas dengan tanggungjawab yang jelas dari masing-masing jabatan

struktural, menciptakan efektivitas dan efisiensi kerja melalui sistem dan

mekanisme pelaporan yang cepat, tepat dan sesuai kebutuhan.

Struktur organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor dapat dilihat pada Gambar 6.

RAPAT ANGGOTA

PENGURUS PENGAWAS

KELOMPOK
KOORDINATOR

KUNAK PELTEKNAK ADM. UMUM &


KEUANGAN

Susu Murni Pelayanan Kasir


Keswan, IB
Toko/Kios Utang-Piutang,
Pakan Ternak Toko Obat & Simpanan
Sapronak Anggota
Umum Akuntansi

Satpam
Gambar 6. Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

Keterangan:
: Garis Komando dan Pertanggungjawaban
: Garis Pengawasan
: Garis Koordinasi dan Kerjasama

84
Struktur organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus, Pengawas, Kelompok dan

Koordinator. Selain itu terdapat juga bagian Administrasi dan Keuangan. Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor mempunyai dua unit usaha yang

aktif yaitu unit usaha pelayanan susu (KUNAK) dan unit pelayanan teknis

peternakan (PELTEKNAK). Adapun penjelasan untuk setiap bidang dalam struktur

organisasi di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, yaitu

sebagai berikut:

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi di Koperasi Produksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan sekaligus yang berwenang

menetapkan struktur organisasi di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor. Rapat Anggota di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor dilakukan sekali dalam setahun dan biasanya

dilaksanakan pada bulan Juli. Rapat Anggota mempunyai wewenang

menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; pemilihan,

pengangkatan dan pemberhentian pengurus maupun pengawas;

penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi; pembagian

Sisa Hasil Usaha (SHU); pengesahan pertanggungjawaban pengurus maupun

pengawas dalam melaksanakan tugasnya; serta menetapkan Program Rencana

Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi dan

bekerjasama dengan badan usaha lainnya.

85
2. Anggota

Anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

merupakan peternak sapi perah. Untuk menjadi anggota, setiap peternak sapi

perah yang ada di wilayah kerja Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor perlu melakukan registrasi dan membayar simpanan pokok

sebagai partisipasi permodalannya. Simpanan pokok yang disetor anggota

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah sebesar

Rp50.000,00 dan simpanan wajib sebesar Rp10,00 per liter susu yang dipasok

ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Selain

simpanan pokok dan simpanan wajib, terdapat simpanan lebaran yaitu

simpanan yang dibagikan pada saat lebaran. Besarnya simpanan lebaran adalah

Rp25,00 per liter susu yang dipasok ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Jumlah keseluruhan anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor saat ini yaitu sebanyak 842 anggota yang terdiri dari

117 anggota yang aktif setor susu dan 725 anggota yang tidak setor susu. Setiap

anggota mempunyai kewajiban, diantaranya: membayar simpanan pokok,

simpanan wajib dan simpanan lainnya yang diputuskan dalam Rapat Anggota;

mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan

keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota; serta berpartisipasi

dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi, antara lain membeli

86
barang-barang kebutuhan di koperasi dan menjual hasil produksinya ke

koperasi.

Tabel 9. Jumlah Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor
No. Uraian Jumlah (orang)
1 Anggota Aktif Setor Susu
• KUNAK 88
• Luar KUNAK 29
2 Anggota Tidak Setor Susu 725
Jumlah Anggota 842
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

3. Kelompok

Anggota peternak sapi perah Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor, Kota

Bogor dan Kota Depok. Setiap wilayah dibentuk kelompok. Jumlah kelompok

anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ada 11

kelompok yaitu kelompok Tertib, Segar, Bersih, Indah, Aman, Mandiri, Kania,

Makmur, Terpencar, Ciawi, dan Kasumi. Setiap masing-masing kelompok

memiliki pengurus yang bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan

koordinasi dari anggota ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor dan dari Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor kepada anggota.

4. Pengurus

Pengurus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

merupakan pemegang kuasa rapat anggota dan melaksanakan kebijaksanaan

umum serta mengelola organisasi dan kegiatan usaha koperasi lainnya.

Pengurus yang ada di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

87
Bogor terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Pengurus Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan peternak sapi

perah sekaligus anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor. Tugas pengurus antara lain mengelola dan mengembangkan koperasi

dengan sebaik-baiknya, melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas

nama koperasi, mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan, serta

melakukan perbuatan dan pemeliharaan buku administrasinya.

Tabel 10. Susunan Pengurus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Nama Jabatan
1 Zamroni Burhan Ketua
2 Ephi Gunawan, S.T Sekretaris
3 Agus Zaenudin, S.Pt Bendahara
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

5. Pengawas

Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

merupakan wakil anggota yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus dan

pengelola agar sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan

pada rapat anggota. Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor merupakan peternak sapi perah sekaligus anggota koperasi.

Tabel 11. Susunan Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Nama Jabatan
1 Subandi Yusuf Ketua
2 H. Erwin Anggota
3 Marullah Anggota
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

88
6. Koordinator

Koordinator Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

adalah seseorang yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk

mengembangkan koperasi secara efisien dan profesional. Tugas dan

tanggungjawabnya adalah membantu memberikan usulan kepada pengurus

dalam menyusun perencanaan, membantu pengurus dalam menyusun uraian

tugas bawahannya, dsb.

7. Pengelola

Pengelola Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

ialah yang mengelola usaha sesuai dengan kuasa dan wewenang yang

diberikan oleh pengurus serta terdiri dari kepala bagian dan karyawan. Jumlah

karyawan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ada

29 orang.

Tabel 12. Jumlah Karyawan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Bagian/Wilayah Jumlah (orang)
1 Wilayah KUNAK 22
2 Wilayah Luar KUNAK
a. Bagian Administrasi Umum dan Keuangan
6
Kantor
b. Bagian Susu 3
c. Bagian Pelteknak dan Toko KPS 5
Jumlah 36
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021

4.5 Kegiatan Usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan suatu

wadah perekonomian bagi para peternak sapi perah. Koperasi Produksi Susu dan

89
Usaha Peternakan (KPS) Bogor ini memiliki beberapa kegiatan atau unit usaha,

yaitu sebagai berikut:

1. Unit Usaha Pelayanan Susu

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor memiliki dua

jenis unit pelayanan susu, diantaranya:

a. Unit Usaha Susu Murni

Unit usaha susu murni merupakan unit usaha utama dari kegiatan

koperasi. Unit ini melakukan kegiatan penerimaan susu murni dari

peternak. Susu yang diproduksi oleh para peternak yang telah menjadi

anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) seperti PT. Indolakto, PT.

Fonusa Agung Mulia, PT. Bukit Baros Cempaka, Unit Usaha Susu

Pasteurisasi As Syifa dan secara eceran kepada konsumen rumah tangga.

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor juga

memiliki unit usaha susu pasteurisasi yang saat ini bekerjasama dengan

As Syifa. Namun usahanya tidak mengalami kemajuan. Sedangkan unit

usaha susu pasteurisasi yang berada di KUNAK (Kawasan Usaha

Peternakan) di Kec. Cibungbulang dan Pamijahan sudah terdaftar di

Badan POM.

b. Unit Usaha Pakan Ternak

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor pada tahun

1986-2000 mampu memproduksi pakan ternak sendiri. Namun setelah itu

produksi pakan ternak sempat berhenti dikarenakan karyawannya tidak

90
bekerja lagi di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor. Meski demikian, Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor berusaha untuk tetap menyediakan pakan produksi sendiri.

Sehingga Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

bekerjasama dengan beberapa perusahaan pembuat pakan yaitu PT.

Andhini Megah Sejahtera (PT. AMS) sampai tahun 2013. Unit usaha

pakan ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

saat ini dikelola oleh As Syifa dalam bentuk penyewaan gudang pakan

ternak dan peralatan produksi Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor. Unit usaha pakan ternak ini diperuntukkan

kepada peternak sapi perah anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor khususnya dan juga peternak/perusahaan secara

umum. Pembelian pakan ternak oleh anggota dilakukan secara kredit dan

dipotong langsung dari hasil penjualan susu anggota.

2. Unit Pelayanan Teknis Peternakan

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor memiliki tiga

jenis unit pelayanan teknis peternakan, diantaranya:

a. Unit Pelayanan Kesehatan Hewan (Keswan)

Unit pelayanan teknis peternakan ini berupa pelayanan kesehatan ternak

seperti inseminasi buatan (IB), pengobatan dan pencegahan penyakit,

pemeriksaan kebuntingan (PKB) serta penyuluhan secara teknis.

91
b. Unit Usaha Penyaluran Pinjaman

Unit usaha penyaluran pinjaman merupakan kegiatan simpan pinjam yang

diperuntukkan hanya yang sudah terdaftar menjadi anggota Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor selama minimal satu

tahun. Sumber permodalannya berasal dari modal sendiri dengan tingkat

suku bunga yang rendah dari suku bunga perbankan pada umumnya.

Adanya penyaluran pinjaman ini untuk membantu peternak dalam hal

permodalan dan kebutuhan dana dalam beternak.

c. Toko Obat dan Sarana Produksi Peternakan (Sapronak)

Toko obat dan sapronak dikembangkan untuk memudahkan para peternak

mendapatkan barang-barang kebutuhan usaha ternaknya seperti obat-

obatan dan peralatan kandang (tali, arit, karpet sapi, sepatu kandang,

asahan dan sebagainya).

Adapun proses bisnis yang dilakukan oleh anggota peternak sapi perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu sebagai berikut.

92
Produksi Susu Anggota Peternak Sapi Perah
Kirim Susu
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
Petugas Penerimaan Susu

Pemeriksaan Susu
1. Pengecekan Kebersihan
2. Pengujian Kualitas Susu:
• Uji Alkohol (susu rusak/belum)
• Uji Rasa, Warna, Aroma
• Uji Berat Jenis (BJ)
• Tes Kandungan Mutu (Fat, Protein, Total Solid (TS),
Addes Water, dll sebagai penentu harga susu
3. Pengecekan Kuantitas Susu

Hasil Pemeriksaan
Dikembalikan
Ditolak Diterima

Penyimpanan Susu

Pendistribusian Susu

Gambar 7. Proses Bisnis Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi


Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Penjelasan untuk setiap tahapan pada proses bisnis anggota peternak sapi perah

di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, yaitu sebagai

berikut:

1. Produksi Susu Anggota Peternak Sapi Perah

Proses bisnis anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor mengalir dari peternak hingga ke tangan

konsumen. Proses bisnis dimulai dari peternak sapi perah yang merupakan

93
anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dari

beberapa wilayah di Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok. Produksi

susu yang dihasilkan oleh anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu rata-rata sebanyak 6-10

liter/ekor/hari. Peternak harus menyetorkan hasil produksi susunya ke koperasi

sebanyak 80 persen. Susu yang telah diperah oleh peternak kemudian disimpan

ke wadah atau tempat penyimpanan susu (milkcan) dan harus segera

dikirimkan ke Tempat Penampungan Susu (TPS) Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor agar kualitas susu tetap terjaga. Terdapat dua

TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada

di Jl. KH. Sholeh Iskandar dan KUNAK Pamijahan.

2. Pengiriman Susu ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor

Kegiatan operasional di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor diawali ketika susu yang dikirimkan oleh peternak telah tiba di

TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Peternak

mengirimkan susu tersebut ada yang menggunakan mobil pick-up ada juga

yang menggunakan motor. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor sudah menetapkan jadwal penerimaan susu. Waktu penerimaan

susu pada TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor di

Jl. KH. Sholeh Iskandar hanya dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada pagi

hari pukul 06.30-09.00 WIB. Sedangkan, pada TPS KUNAK Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada di Desa

94
Pamijahan dilakukan dua kali sehari yaitu di pagi hari pukul 06-30-09.00 WIB

dan pada sore hari pukul 15.00-16.00 WIB. Apabila pengiriman susu di luar

jam penerimaan maka susu tidak dapat diterima/ditolak karena beresiko susu

pecah dan angka kumannya tinggi. Selanjutnya, susu yang dibawa oleh

peternak diangkut ke tempat penerimaan susu untuk melakukan pemeriksaan.

Penerimaan susu yang diantar oleh peternak dilakukan oleh petugas TPS yang

terdiri dari petugas penguji kualitas susu (tester) dan petugas pencatat.

3. Pemeriksaan Susu

Pemeriksaan susu merupakan tahap yang dilakukan setelah melalui proses

penerimaan. Pemeriksaan tersebut meliputi pengecekan kebersihan, pengujian

kualitas susu, dan pengecekan kuantitas susu yang dikirim oleh anggota

peternak sapi perah. Tujuan dilakukannya pemeriksaan tersebut untuk

memastikan apakah susu tersebut sudah sesuai standar atau tidak. Susu yang

tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan maka tidak akan

diterima dan akan dikembalikan lagi ke peternak.

a. Pengecekan Kebersihan

Pengecekan kebersihan dilakukan petugas dengan memeriksa kebersihan

milkcan. Milkcan yang tidak bertutup atau hanya ditutupi plastik/karet

maka susu segar akan ditolak, begitupun susu yang dibawa menggunakan

ember plastik. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi kualitas susu.

Peternak juga harus langsung mencuci milkcan sebelum meninggalkan

TPS.

95
b. Pengujian Kualitas Susu

Pengujian kualitas susu yaitu dengan pemeriksaan uji alkohol 70%, uji

rasa, warna dan aroma, uji berat jenis, serta tes kandungan mutu.

Pemeriksaan uji alkohol yaitu untuk mengetahui kestabilan protein dalam

susu. Apabila susu pecah, maka kestabilan protein dalam susu lemah.

Kondisi tersebut muncul karena susu mulai atau sudah asam yang pada

umumnya disebabkan oleh penanganan susu yang terlalu lama dalam suhu

ruangan. Uji rasa, warna dan aroma yaitu untuk mengetahui bahwa susu

layak konsumsi sesuai SNI. Standar pengujian susu yang ditetapkan yaitu

rasa manis, gurih khas susu, warna susu normal, putih kekuningan, dan

aroma khas susu. Pemeriksaan berat jenis dilakukan untuk mengetahui

apakah ada penambahan komponen pada susu seperti air, dsb. Apabila

berat jenis susu semakin besar maka semakin bagus karena komposisi dari

susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu kecil. Sebaliknya,

apabila berat jenis susu kecil maka susu kurang baik dan adanya

kemungkinan penambahan air pada susu. Selanjutnya yaitu tes kandungan

mutu susu untuk mengetahui total fat, protein, total solid (TS), dll sebagai

penentu harga susu.

c. Pengecekan Kuantitas Susu

Pengecekan kuantitas susu dilakukan dengan melihat milkcan yang

dibawa oleh anggota peternak sapi perah. Setiap milkcan memiliki

kapasitas yang berbeda-beda yakni ada yang berukuran 10, 15, 20 dan 40

liter untuk milkcan alumunium. Selain itu, pengecekan kuantitas juga

96
dilakukan dengan cara memasukkan besi panjang ke dalam milkcan guna

untuk mengecek apakah di dalam milkcan terdapat alat pemberat atau

tidak. Setelah diketahui kuantitas susu yang dibawa oleh peternak,

selanjutnya yaitu dilakukan pencatatan. Pencatatan tersebut digunakan

sebagai laporan atas keaktifan anggota peternak sapi perah yang menyetor

susu, dan berapa banyak liter susu yang disetor yang nantinya akan

diakumulasikan untuk menghitung gajian susu para anggota peternak sapi

perah.

4. Penyimpanan Susu

Susu segar yang telah lolos pemeriksaan maka akan segera dituangkan ke

dalam dump tank atau tangki penampungan. Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada di Jl. KH. Sholeh Iskandar

memiliki 3 kapasitas dump tank yakni ada yang berukuran 10.000 liter, 1.200

liter dan 1.400 liter. Tangki penampungan ini berisi susu dari beberapa

peternak yang dikumpulkan menjadi satu. Suhu pada tangki ini dijaga agar

tetap diantara 3-4ºC yang bertujuan agar kualitas susu tetap terjaga.

5. Pendistribusian Susu

Distribusi merupakan proses akhir dari serangkaian proses bisnis anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor. Setelah melalui proses pengiriman susu oleh peternak, pemeriksaan dan

penyimpanan. Susu yang telah digabungkan dari beberapa peternak dan telah

didinginkan di TPS bisa langsung didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu

(IPS) seperti PT. Indolakto, PT. Fonusa Agung Mulia, PT. Bukit Baros

97
Cempaka, dan Unit Pasteurisasi As Syifa untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku usahanya seperti susu pasteurisasi dan yogurt. Selain itu, susu sapi

tersebut juga didistribusikan ke pedagang pengecer yang kemudian akan di

pasarkan ke konsumen akhir. Konsumen yang menjadi target utama pedagang

pengecer untuk mendistribusikan produknya adalah ibu rumah tangga dan

semua kalangan masyarakat yang berada di sekitar wilayahnya. Namun, tidak

jarang ada beberapa konsumen akhir yang langsung membeli susu sapi perah

ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

Pendistribusian tersebut dilakukan saat pagi hari sesuai dengan waktu

penerimaan susu. Pendistibusian ke IPS dilakukan menggunakan mobil tangki

dengan kapasitas 6 ton. Pendistribusian susu oleh pedagang pengecer

menggunakan mobil pick-up atau motor dengan pengemasan susu yang

dimasukkan ke dalam milkcan. Sedangkan pendistribusian oleh konsumen

akhir biasanya menggunakan motor dengan pengemasan susu hanya

menggunakan plastik yang berukuran 1 atau 5 liter. Susu yang siap diangkut

sebelumnya disaring terlebih dahulu baru kemudian dipindahkan ke wadah

atau tempat susu milik konsumen.

4.6 Sarana dan Prasarana Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor

Sarana dan prasarana di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor mempunyai peranan penting guna menunjang proses operasional untuk

kelancaran usaha dan untuk menunjang kenyamanan para karyawannya. Berikut

sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Administrasi dan Pelayanan Koperasi

98
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor di Jl. KH. Sholeh Iskandar yaitu

sebagai berikut:

1. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum yang dimiliki oleh Koperasi Produksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor antara lain bangunan kantor administrasi

umum, ruang rapat atau ruang pertemuan, toilet, musholla, dapur, halaman

parkir, pos satpam, ATK (Alat Tulis Kantor), printer yang juga bisa sebagai

alat fotokopi.

2. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang dalam seluruh kegiatan operasional

antara lain ruang produksi pakan ternak, gudang, cooling unit atau

penampungan susu, laboratorium, KPS store, tempat pasteurisasi, mobil

tangki, Gun tester untuk uji alkohol, Lactodensimetr tool untuk uji berat jenis,

dan Lactoscan tool untuk uji mutu susu.

99
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Kinerja Anggota Peternak Sapi


Perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Elemen faktor dalam strategi peningkatan kinerja merupakan tahap pertama

dalam proses struktur hierarki. Faktor-faktor pada penelitian ini digunakan sebagai

kriteria keputusan untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

yang terdapat pada teori yang disesuaikan dengan kondisi koperasi. Faktor-faktor

yang berpengaruh dalam kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terdiri dari karakteristik personal,

karakteristik psikologis, kinerja usaha, sumber daya manusia, rantai pasok, dan

lingkungan. Adapun hasil penentuan faktor dan sub faktor yang diperoleh dari hasil

Focus Group Discussion (FGD) adalah sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Penentuan Faktor dan Sub Faktor
Faktor Score Sub Faktor Score
Usia Peternak 1
Karakteristik Personal 2 Pendidikan Formal 2
Pengalaman 2
Motivasi 2
Karakteristik Psikologis 1
Kebutuhan Berprestasi 1
Produktivitas 4
Kinerja Usaha 4 Profitabilitas 4
Teknologi 3
Pengetahuan 3
Sumber Daya Manusia 3 Keterampilan 4
Kompetensi 3
Pemerahan 4
Rantai Pasok 3 Penyimpanan 3
Pengiriman 4
Kondisi Fisik 2
Lingkungan 2 Peralatan 2
Desain Organisasi 2
Sumber: Data diolah oleh penulis melalui proses FGD, 2022

100
Tabel 13 menunjukkan hasil Focus Group Discussion (FGD) penentuan faktor

dan sub faktor pada strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, terdapat tiga faktor

yang dominan yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok.

Sedangkan sub faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

yaitu faktor kinerja usaha yang diadopsi oleh Sink (1984), terdiri dari tiga sub faktor

yaitu produktivitas, profitabilitas, dan teknologi. Faktor sumber daya manusia

terdiri dari tiga sub faktor yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi

(Amstrong dan Baron, 2013:3). Faktor rantai pasok terdiri dari tiga sub faktor yaitu

pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman (Purwani dan Nurcholis, 2015:54). Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnowati dkk (2014:144)

yang menyimpulkan bahwa suatu strategi peningkatan kinerja nelayan didalam

penentuannya perlu melihat aspek modal insani yaitu mengenai keterampilan,

kompetensi dan pengetahuan nelayan; dan dalam kinerjanya adalah mengenai

produktivitas, profitabilitas, inovasi baik inovasi manajemen, inovasi perencanaan

dan inovasi proses yang didalamnya terkandung masalah teknologinya; dan yang

terakhir aspek rantai pasoknya terkait masalah penangkapan, penyimpanan dan

pengelolaan dimana pengelolaan disini terkandung juga masalah dalam

pengelolaan pasarnya.

Keputusan yang dirancang dari fokus masalah sampai alternatif strategi yang

ingin dicapai disusun ke dalam suatu metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

dalam sebuah bentuk hierarki, dengan tingkatan kepentingan masing-masing

101
elemen untuk memudahkan dalam proses menentukan setiap elemen. Struktur

hierarki untuk strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ini terdiri dari empat tingkat

kepentingan/level dengan penilaian dilakukan melalui pengisian kuesioner

Analytical Hierarchy Process (AHP).

1. Hasil Pengolahan Data secara Vertikal

Analisis pengolahan data secara vertikal bertujuan untuk melihat

pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki tertentu terhadap fokus

utama/goal. Pengolahan vertikal akan menghasilkan prioritas pada setiap

elemen. Dimana elemen tingkat 2 (faktor) yang terdiri dari kinerja usaha,

sumber daya manusia, dan rantai pasok terhadap fokus (goal) penelitian ini

yaitu strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Tingkat 3 yaitu elemen

sub faktor yang terdiri dari produktivitas, profitabilitas, teknologi,

pengetahuan, keterampilan, kompetensi, pemerahan, penyimpanan, dan

pengiriman terhadap fokus (goal) penelitian ini yaitu strategi peningkatan

kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor. Elemen tingkat 4 yaitu alternatif strategi yang terdiri

dari memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,

meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah,

meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan

manajemen beternak, serta kebijakan dan program yang disesuaikan dengan

kebutuhan terhadap fokus (goal) penelitian ini yaitu strategi peningkatan

102
kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Pengolahan vertikal ini dihitung menggunakan software komputer yaitu

Expert Choice 11 untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat

Consistency Ratio (CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang

diberikan oleh pakar/informan telah bersifat konsisten. Hasil dari pengolahan

vertikal ini berupa bobot prioritas setiap elemen pada setiap tingkat terhadap

fokus (goal) yang akan diurutkan dari yang tertinggi ke yang rendah. Struktur

hierarki Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penyusunan strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ditunjukkan pada Gambar 8.

Tingkat I Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di


(Fokus) Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Tingkat II Kinerja Usaha Sumber Daya Manusia Rantai Pasok


(Faktor) (0,395) (0,362) (0,243)

Tingkat III K1 K2 K3 S1 S2 S3 R1 R2 R3
(Sub Faktor) (0,391) (0,431) (0,178) (0,199) (0,421) (0,381) (0,340) (0,158) (0,502)

Tingkat IV
(Alternatif AS1 AS2 AS3 AS4
Strategi) (0,290) (0,229) (0,302) (0,179)

Gambar 8. Struktur Hierarki Penelitian


Sumber: Data diolah oleh penulis, 2022
Keterangan:

K1 : Produktivitas
K2 : Profitabilitas
K3 : Teknologi

103
S1 : Pengetahuan
S2 : Keterampilan
S3 : Kompetensi

R1 : Pemerahan
R2 : Penyimpanan
R3 : Pengiriman

AS1 : Memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah


AS2 : Meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah
AS3 : Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan
manajemen beternak
AS4 : Kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan

a. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Faktor

Pengolahan vertikal yang pertama dilakukan pada elemen tingkat

kedua. Pengolahan vertikal ini dilakukan untuk menunjukkan elemen

faktor mana yang paling berpengaruh dalam fokus (goal) strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Elemen pada tingkat faktor

terdiri dari kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok.

Pengolahan vertikal elemen faktor dilakukan dengan membandingkan

elemen kinerja usaha terhadap sumber daya manusia dan rantai pasok,

serta elemen sumber daya manusia terhadap rantai pasok. Perbandingan

ini dinilai dengan skala 1 sampai 9 dimana semakin besar nilai terhadap

elemen tersebut, maka semakin penting elemen tersebut.

Penilaian ini dilakukan oleh pakar/informan yang terdiri dari Ketua

Pengurus, Ketua Pengawas, Manajer Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Bogor. Kemudian diolah menggunakan software komputer

yaitu Expert Choice 11 untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk

104
melihat Consistency Ratio (CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti

jawaban yang diberikan oleh pakar telah bersifat konsisten. Setelah diolah

dan diketahui bobot setiap elemen, maka akan diketahui urutan prioritas

setiap elemen. Hasil pengolahan vertikal elemen faktor dapat diketahui

pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Faktor


Faktor Bobot Prioritas
Kinerja Usaha 0,395 1
Sumber Daya Manusia 0,362 2
Rantai Pasok 0,243 3
Consistency Ratio (CR) 0,0073
Sumber: Pengolahan Expert Choice 11

Tabel 14 menyajikan data hasil pengolahan secara vertikal dari

elemen faktor. Faktor prioritas pertama dalam penentuan strategi

peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah faktor kinerja usaha

dengan bobot sebesar 0,395, kedua yaitu faktor sumber daya manusia

dengan bobot sebesar 0,362, dan yang terakhir yaitu pada faktor rantai

pasok dengan bobot sebesar 0,243.

Faktor yang menjadi prioritas pertama dalam strategi peningkatan

kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor merupakan faktor kinerja usaha. Kinerja usaha

merupakan hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang ataupun

sekelompok orang dalam rangka mencapai suatu tujuan usaha. Kebutuhan

konsumen dalam konsumsi susu saat ini semakin meningkat, disamping

itu Industri Pengolahan Susu (IPS) juga memiliki standar mutu susu yang

105
perlu dipenuhi. Sehingga, faktor kinerja usaha menjadi penting karena

memperngaruhi keberlangsungan dan pertumbuhan usaha. Kinerja usaha

anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor perlu ditingkatkan agar produktivitas dan

profitabilitas usaha susu anggota peternak sapi perah meningkat.

Faktor yang menjadi prioritas kedua dalam strategi peningkatan

kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor merupakan faktor sumber daya manusia. Sumber

daya manusia yang memadai sangat diperlukan dalam mengelola usaha

ternak sapi perah karena pengembangan usahanya tidak lepas dari

peternak itu sendiri sebagai penggerak. Peternak sapi perah dituntut untuk

lebih terampil dalam mengelola ternaknya agar dapat menghasilkan susu

dengan mutu yang tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya dengan baik

Faktor sumber daya manusia menjadi prioritas kedua karena dalam

sumber daya manusia yang dimiliki peternak dapat mempengaruhi tinggi

dan rendahnya kinerja peternak dan berpengaruh terhadap kualitas SDM

peternak, serta dapat mempengaruhi pengembangan usaha.

Faktor yang menjadi prioritas terakhir yaitu prioritas ketiga dalam

strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi

Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan faktor

rantai pasok. Faktor ini menjadi prioritas terakhir karena rantai pasok

dapat menjadi penyebab kegagalan pada suatu usaha, karena rantai pasok

merupakan aktivitas yang dilakukan secara terintegrasi dan apabila ada

106
suatu permasalahan dalam salah satu proses rantai pasok maka akan

berpengaruh terhadap proses rantai pasok lainnya. Selain itu, karakteristik

susu rentan terkontaminasi bakteri dan mudah rusak, sehingga diperlukan

suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai agar susu

tersebut masih tetap terjaga mutunya sampai ke konsumen/Industri

Pengolahan Susu (IPS).

b. Pengolahan Vertikal Elemen Sub Faktor

Pengolahan vertikal selanjutnya yang kedua yaitu pada pengolahan

vertikal sub faktor dengan melakukan perbandingan tingkat kepentingan

antara sub faktor pada masing-masing faktor. Pengolahan vertikal tahap

ini dilakukan untuk melihat elemen sub faktor mana yang paling

berpengaruh dalam fokus (goal) yaitu pada strategi peningkatan kinerja

anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor. Elemen tingkat sub faktor pada pengolahan ini

yaitu mulai dari sub faktor dari faktor kinerja usaha terdiri dari sub faktor

produktivitas, profitabilitas, dan teknologi. Sub faktor dari faktor sumber

daya manusia terdiri dari sub faktor pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi. Sub faktor dari faktor rantai pasok terdiri dari sub faktor

pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman.

Pengolahan vertikal pada elemen sub faktor dilakukan dengan cara

membandingkan antara elemen produktivitas terhadap profitabilitas dan

teknologi, serta elemen profitabilitas terhadap teknologi. Kemudian

elemen pengetahuan terhadap keterampilan dan kompetensi, serta elemen

107
keterampilan terhadap teknologi. Yang terakhir elemen pemerahan

terhadap penyimpanan dan pengiriman, serta elemen penyimpanan

terhadap pengiriman. Perbandingan ini diberi nilai dengan skala 1 sampai

dengan 9 dimana semakin besar nilai yang diberikan oleh pakar/informan

maka semakin penting elemen tersebut.

Penilaian dilakukan oleh pakar/informan yang terdiri dari Ketua

Pengurus, Ketua Pengawas, Manajer Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Bogor. Pengolahan vertikal elemen sub faktor ini kemudian

diolah menggunakan software komputer yaitu Expert Choice 11 untuk

melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat Consistency Ratio (CR),

dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh pakar

telah bersifat konsisten. Setelah diolah dan diketahui bobot setiap elemen,

maka akan diketahui urutan prioritas setiap elemen. Hasil pengolahan

vertikal elemen sub faktor dapat diketahui pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Faktor


Faktor Sub Faktor Bobot Prioritas CR
Produktivitas 0,391 2
Kinerja Usaha Profitabilitas 0,431 1 0,0006
Teknologi 0,178 3
Pengetahuan 0,199 3
Sumber Daya
Keterampilan 0,421 1 0,00507
Manusia
Kompetensi 0,381 2
Pemerahan 0,340 2
Rantai Pasok Penyimpanan 0,158 3 0,00318
Pengiriman 0,502 1
Sumber: Pengolahan Expert Choice 11

Tabel 15 menyajikan data mengenai hasil dari pengolahan vertikal

pada elemen sub faktor. Sub faktor yang paling dominan berdasarkan

108
faktor kinerja usaha adalah sub faktor profitabilitas memiliki bobot

sebesar 0,431. Kedua adalah sub faktor produktivitas memiliki bobot

sebesar 0,391. Ketiga adalah sub faktor teknologi memiliki bobot sebesar

0,178. Nilai ini menunjukkan bahwa yang mempengaruhi kinerja peternak

adalah profitabilitas, karena usaha peternakan merupakan mata

pencaharian para peternak itu sendiri. Profitabilitas usaha ternak yang

tinggi merupakan tujuan penting bagi seorang peternak dalam

menjalankan usahanya. Sehingga peternak dapat lebih meningkatkan

kinerjanya apabila profit atau keuntungan yang didapatkan tinggi. Namun

untuk mendapatkan pendapatan yang baik, harus diperhatikan juga

produktivitasnya. Kinerja peternak dipengaruhi oleh profitabilitas

sedangkan profitabilitas dipengaruhi oleh produktivitas. Sehinggga dalam

meningkatnya produktivitas, selain untuk memberikan kepuasan kerja

kepada peternak, juga dapat mendorong motivasi peternak untuk dapat

meningkatkan kinerja menjadi lebih baik lagi. Untuk mencapai

produktivitas yang maksimal, sistem peternakan sapi perah harus

dilakukan secara intensif sehingga perlu disertai dengan penerapan

teknologi tepat guna agar usahanya dapat terus berkembang.

Sub faktor yang paling dominan berdasarkan faktor sumber daya

manusia adalah sub faktor keterampilan dengan bobot 0,421. Kedua

adalah sub faktor kompetensi memiliki bobot sebesar 0,381. Ketiga adalah

sub faktor pengetahuan memiliki bobot sebesar 0,199. Nilai ini

menunjukkan bahwa dalam kenyataannya peternak memerlukan

109
keterampilan yang mumpuni dalam melakukan usaha ternaknya.

Keterampilan tersebut harus dilakukan secara optimal agar usahanya

dapat berkembang. Semakin tinggi keterampilan peternak dalam

melakukan usahanya, semakin tinggi juga kompetensi yang akan dimiliki

peternak. Kompetensi inilah yang menjadikan peternak mampu

menentukan hasil kerja yang terbaik dan efektif. Kemudian selain

keterampilan dan kompetensi yang perlu diperhatikan pada kinerja

peternak tentu tidak lepas dari pengetahuan yang dimiliki peternak.

Pengetahuan menjadikan peternak agar dapat terus belajar mengenai

teknis dan manajerial peternakan. Semakin tinggi kemauan belajar

peternak, maka semakin tinggi juga informasi dan pengetahuan yang

dapat diserap oleh peternak untuk pengembangan usahanya.

Sub faktor yang paling dominan berdasarkan faktor rantai pasok

adalah sub faktor pengiriman dengan bobot 0,502. Kedua adalah sub

faktor pemerahan memiliki bobot sebesar 0,340. Ketiga adalah sub faktor

penyimpanan memiliki bobot sebesar 0,158. Nilai ini menunjukkan

bahwa proses pengiriman sangat penting dalam distribusi susu sapi perah.

Susu sangat rentan terkontaminasi bakteri saat berada di suhu ruangan

terbuka, sehingga peternak harus segera melakukan proses pengiriman ke

koperasi. Selain itu, pemerahan juga sangat penting dan perlu persiapan

dengan baik agar kualitas susu tetap terjaga. Selanjutnya yaitu

penyimpanan, dimana peternak harus menyimpan susunya dengan baik di

tempat yang tidak mempengaruhi kondisi susu seperti milkcan yang telah

110
disterilkan dan harus segera di tutup agar terhindar dari udara yang masuk.

Jika ada, susu yang diperah disimpan di suhu dingin untuk menghambat

pertumbuhan mikroba. Seluruh sub faktor tersebut mulai dari pemerahan,

penyimpanan dan pengiriman memang perlu diperhatikan cara

penanganan atau pengelolaannya. Karena bila salah satunya ada kesalahan

dalam penanganan, faktor lain yang sudah ditangani menjadi percuma.

5.2 Alternatif Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di


Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Perumusan alternatif strategi dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi

perah yang akan dipilih ini merupakan tahap akhir dalam penentuan proses struktur

hierarki. Alternatif strategi didapatkan dari hasil Focus Group Discussion (FGD)

oleh para pakar/informan yang mengetahui kondisi Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Tahap ini, alternatif-alternatif strategi peningkatan

kinerja anggota peternak sapi perah yang akan dilaksanakan dijabarkan untuk

kemudian dilakukan proses pembobotan.

Mengacu kepada permasalahan yang terjadi terkait kinerja anggota peternak

sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor,

diperlukan alternatif strategi peningkatan kinerja peternak yang dianggap paling

sesuai untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang terbaik. Alternatif

strategi ini merupakan hasil perbandingan suatu cara yang diterapkan oleh koperasi

dengan kondisi permasalahan yang ada sehingga tetap dapat bersaing dan bertahan

dalam jangka waktu yang panjang. Dalam penentuannya perlu melihat aspek

kinerja usaha yaitu mengenai produktivitas, profitabilitas dan teknologi. Aspek

111
sumber daya manusia adalah mengenai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi.

Dan yang terakhir pada aspek rantai pasoknya terkait masalah penanganannya yaitu

pemerahan, penyimpanan dan pengiriman. Alternatif strategi peningkatan kinerja

anggota peternak sapi perah yang di rekomendasikan yaitu memberikan pelatihan

dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah, meningkatkan intensitas

penyuluhan kepada peternak sapi perah, meningkatkan produktivitas sapi perah

dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak, serta kebijakan dan

program yang disesuaikan dengan kebutuhan.

1. Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi

Pengolahan vertikal elemen alternatif strategi dilakukan untuk

menunjukkan elemen alternatif strategi mana yang paling berpengaruh dalam

fokus (goal) pada strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Pengolahan

vertikal elemen alternatif dilakukan dengan membandingkan antara elemen

memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,

meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah,

meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan

manajemen beternak, serta kebijakan dan program yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

Perbandingan ini dinilai dengan skala 1 sampai 9 dimana semakin besar

nilai terhadap elemen tersebut, maka semakin penting elemen tersebut.

Penilaian dilakukan oleh pakar/informan yang terdiri dari Ketua Pengurus,

Ketua Pengawas, Manajer Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

112
(KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor.

Kemudian diolah menggunakan software komputer yaitu Expert Choice 11

untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat Consistency Ratio

(CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh pakar

telah bersifat konsisten. Setelah diolah dan diketahui bobot setiap elemen,

maka akan diketahui urutan prioritas setiap elemen. Hasil pengolahan vertikal

elemen alternatif strategi dapat diketahui pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi


Alternatif Strategi Bobot Prioritas
Memberikan pelatihan dan pemberdayaan
0,290 2
kepada peternak sapi perah
Meningkatkan intensitas penyuluhan
0,229 3
kepada peternak sapi perah
Meningkatkan produktivitas sapi perah
dengan memperbaiki mutu genetik dan 0,302 1
manajemen beternak
Kebijakan dan program yang disesuaikan
0.179 4
dengan kebutuhan
Consistency Ratio (CR) 0,01
Sumber: Pengolahan Expert Choice 11

Tabel 16 menyajikan data mengenai hasil pengolahan vertikal pada

elemen alternatif strategi. Berdasarkan hasilnya yang paling berpengaruh pada

strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah meningkatkan produktivitas

sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak dengan

bobot sebesar 0,302, kedua yaitu memberikan pelatihan dan pemberdayaan

kepada peternak sapi perah dengan bobot sebesar 0,290, ketiga yaitu

meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah dengan bobot

113
sebesar 0,229, dan prioritas alternatif strategi terakhir yaitu kebijakan dan

program yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan bobot sebesar 0,179.

Strategi yang menjadi prioritas pertama adalah meningkatkan

produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen

beternak. Strategi ini dapat dilakukan oleh koperasi untuk membantu

permasalahan yang dihadapi terkait kinerja peternak yang menurun akibat

produksi susu sapi perah yang rendah. Produksi susu pada sapi perah

dipengaruhi oleh efek genetik langsung dan lingkungan, sehingga perlu

dilakukan perbaikan mutu genetik ternak yang juga di dukung oleh kondisi

lingkungan yang baik untuk memperoleh produksi susu yang optimal. Selain

itu, perlu dilakukan perbaikan pada manajemen beternak yang masih kurang

baik agar seluruh aktivitas dalam usaha peternakan dapat terencana, terstruktur

dan terpola dalam suatu sistem mulai dari pemilihan bibit, pemeliharaan

ternak, kesehatan ternak, nutrisi pakan ternak, perkandangan, manajemen

lingkungan, manajemen bisnis, manajemen sumber daya, sarana dan

prasarana, penanganan limbah, hingga faktor produksi dan reproduksi ternak.

Sehingga dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak yang

baik dan benar, dapat meningkatkan produktivitas sapi perah dan

menghasilkan mutu susu yang baik pula, karena sebaik apa pun mutu genetik

sapi perah apabila manajemennya tidak baik maka produksi susu menjadi tidak

optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Karuniawati dan Fariyanti (2013:85) yang menyimpulkan bahwa rendahnya

produktivitas dipengaruhi oleh tingkat mutu genetik (bibit) yang rendah,

114
kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan serta manajemen budidaya ternak

yang kurang memadai.

Strategi yang menjadi prioritas kedua adalah memberikan pelatihan dan

pemberdayaan kepada peternak sapi perah. Pelatihan dan pemberdayaan yang

diberikan kepada peternak merupakan salah satu upaya dalam

mengembangkan peternak agar lebih berdaya. Melalui strategi ini dapat

meningkatkan keterampilan dan memberikan kemampuan peternak untuk

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi peternak

yang optimal dapat mempengaruhi kinerjanya dalam beternak yang tentu dapat

meningkatkan produksi hasil ternaknya, dengan begitu pendapatan yang

diterima peternak juga meningkat sehingga kesejahteraan peternak dapat

terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo (2007:114) yang

menyatakan bahwa dengan adanya pelatihan dan pemberdayaan akan

meningkatkan kemampuan dan rasa memiliki, serta meningkatkan rasa

tanggung jawab sehingga kinerjanya meningkat.

Strategi yang menjadi prioritas ketiga adalah meningkatkan intensitas

penyuluhan kepada peternak sapi perah. Koperasi memiliki peran besar

terhadap keberlangsungan dan perkembangan usaha peternakan, serta berperan

sebagai mediator para peternak sapi perah. Sehingga dukungan dalam hal

penyuluhan perlu dilakukan oleh koperasi karena rata-rata peternak masih

minim informasi tentang manajemen peternakan yang baik dan benar.

Sehingga melalui strategi ini memungkinkan koperasi untuk dapat

memberikan pengetahuan, informasi-informasi dan berbagai kemampuan

115
dalam beternak dengan metode yang mudah dipahami dan materi yang sesuai.

Materi yang diberikan tidak hanya meliputi pengetahuan teknis tentang

peternakan sapi dan produksi susu saja, tetapi juga terkait manajemen usaha

dan pemasaran. Selain itu pentingnya edukasi mengenai teknologi dalam

beternak sangat diperlukan guna membuka wawasan peternak sapi perah untuk

dapat mengembangkan usahanya dalam beternak. Sehingga melalui

penyuluhan inilah pengetahuan para peternak dapat semakin bertambah dan

mendorong untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widodo dan Sunarso (2009:54) yang

menunjukkan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan produktivitas melalui

keputusan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang diperoleh melalui

kegiatan penyuluhan.

Strategi yang menjadi prioritas terakhir adalah kebijakan dan program

yang disesuaikan dengan kebutuhan. Strategi ini perlu dilakukan karena

koperasi selain sebagai kepanjangan dari pemerintah dalam penyampaian

kebijakan untuk pengembangan usaha sapi perah, juga sebagai wadah

perekonomian bagi para peternak sapi perah dalam penyaluran hasil produksi

susu sapi perahnya, sehingga perlu adanya perhatian khusus tehadap

keberlangsungan usaha peternak sapi perah. Koperasi harus mampu

mengeluarkan kebijakan dan program-program yang sesuai dengan kebutuhan

baik bagi peternak maupun koperasi itu sendiri. Kebijakan dan program yang

dikeluarkan harus dapat membantu permasalahan yang terjadi pada usaha

peternakan sapi perah. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan penentuan

116
harga susu yang lebih baik kepada peternak sehingga peternak sapi perah

mendapatkan pendapatan yang lebih baik dan akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerjanya. Selain itu, kebijakan terkait operasionalnya yang

perlu diperhatikan lagi agar peternak dapat lebih disiplin dalam mematuhi

kebijakan dan program yang diberikan. Sehingga melalui strategi ini dapat

mempertahankan standar operasional yang ada dan diharapkan agar peternak

dapat lebih memperhatikan usaha ternaknya.

5.3 Prioritas Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di


Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dengan
Menggunakan Metode AHP

Pengolahan horizontal dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process

(AHP) menunjukkan elemen-elemen yang berhubungan dalam satu tingkat hierarki

dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya di tingkat hierarki yang berbeda.

Pengaruh antara satu faktor terhadap faktor lainnya pada tingkat hierarki

dibawahnya akan terlihat dari hasil pengolahan data. Pengolahan horizontal pada

penelitian ini yaitu pengolahan horizontal tingkat 4 (Elemen Alternatif Strategi).

Pengolahan horizontal dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara alternatif

strategi terhadap masing-masing elemen sub faktor yang berada satu tingkat

diatasnya. Proses pengolahan horizontal ini dimulai dengan perbandingan antara

elemen-elemen pada sub faktor dan elemen-elemen pada alternatif strategi dimana

perbandingan tersebut akan menghasilkan matriks hubungan antara masing-masing

sub faktor produktifitas, profitabilitas, teknologi, pengetahuan, keterampilan,

kompetensi, pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman terhadap alternatif strategi

memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,

117
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah, meningkatkan

produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen

beternak, serta kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Pengolahan dihitung menggunakan software komputer yaitu Expert Choice 11

untuk melihat bobot pengaruh antar elemen dan untuk melihat Consistency Ratio

(CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh

pakar/informan telah bersifat konsisten. Hasil bobot pengaruh dan Consistency

Ratio (CR) menghasilkan pengolahan horizontal tingkat 4 (Elemen Alternatif

Strategi) seperti berikut:

Tabel 17. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 4 (Elemen Alternatif Strategi)


Elemen Sub Faktor
Keterampilan

Penyimpanan
Produktivitas

Profitabilitas

Pengetahuan

Elemen
Kompetensi

Pengiriman
Pemerahan
Teknologi

Alternatif
Strategi

Memberikan
pelatihan dan
pemberdayaan 0,194 0,230 0,358 0,474 0,503 0,412 0,201 0,130 0,110
kepada peternak
sapi perah
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan 0,160 0,181 0,330 0,347 0,294 0,255 0,232 0,137 0,179
kepada peternak
sapi perah
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah
dengan
0,541 0,416 0,166 0,079 0,090 0,189 0,418 0,376 0,352
memperbaiki
mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan 0,104 0,173 0,146 0,100 0,113 0,144 0,149 0,357 0,359
dengan
kebutuhan
CR 0,00817 0,01 0,00302 0,02 0,02 0,03 0,01 0,00103 0,00856
Sumber: Pengolahan Expert Choice 11

118
Tabel 17 menyajikan data hasil pengolahan secara horizontal untuk tingkat 4

atau pada elemen alternatif strategi. Tabel ini menunjukkan hasil pengolahan

berupa bobot beserta rasio konsistensi dari masing-masing perhitungan

perbandingan antara elemen alternatif strategi terhadap elemen sub faktor. Terdapat

beberapa elemen sub faktor yang memiliki hubungan yang kuat dengan salah satu

elemen alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di

Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

Strategi memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah

memiliki hubungan yang kuat dengan sub faktor keterampilan, pengetahuan,

kompetensi, dan teknologi degan bobot berturut-turut sebesar 0,503, 0,474, 0,412,

dan 0,358. Alternatif strategi memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada

peternak sapi perah akan berdampak pada sub faktor keterampilan, pengetahuan,

kompetensi, dan teknologi. Koperasi sebagai mediator para peternak perlu

melakukan upaya untuk dapat meningkatkan kinerjanya salah satunya dengan

memberikan pelatihan dan pemberdayaan agar peternak semakin terampil dalam

melakukan usaha ternaknya, selain itu pengetahuan peternak juga dapat bertambah

sehingga peternak lebih kompeten dan dapat lebih mudah dalam mengadopsi

teknologi peternakan yang semakin berkembang.

Strategi meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu

genetik dan manajemen beternak memiliki hubungan yang kuat dengan sub faktor

produktivitas, pemerahan, profitabilitas, dan penyimpanan dengan bobot berturut-

turut sebesar 0,541, 0,418, 0,416, dan 0,376. Alternatif strategi ini akan berdampak

pada sub faktor produktivitas, pemerahan, profitabilitas, dan penyimpanan karena

119
apabila peternak memiliki sapi perah dengan mutu genetik yang berkualitas serta

manajemen ternak yang baik, maka akan meningkatkan produksi susu yang

dihasilkan, sehingga profitabilitas yang didapat juga semakin meningkat. Selain itu,

apabila peternak memiliki kemampuan dalam manajemen beternak dapat

mempengaruhi peternak agar lebih memperhatikan penanganan dalam proses

pemerahan dan penyimpanannya agar kualitas susu tetap terjaga.

Strategi kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan memiliki

hubungan dengan sub faktor pengiriman dengan bobot sebesar 0,359. Alternatif

strategi ini akan berdampak pada sub faktor pengiriman. Koperasi perlu membuat

kebijakan atau program yang disesuaikan dengan kebutuhan peternak terkait proses

pengiriman susu, karena pengiriman susu sangat dipengaruhi oleh jarak, ketepatan

waktu, dan kondisi kualitas susu selama diperjalanan. Melalui strategi ini tentu akan

mempengaruhi peternak untuk memperhatikan pengirimannya agar kualitas susu

tetap terjaga sampai ke Tempat Penampungan Susu (TPS) Koperasi Prroduksi Susu

dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan konsumen.

120
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dengan judul “Strategi

Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor”. Maka dapat dihasilkan sebuah kesimpulan

sebagai berikut:

1. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dalam melakukan

strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perahnya dianalisis

berdasarkan faktor kineja usaha, sumber daya manusia dan rantai pasok.

Kriteria faktor yang digunakan dalam strategi peningkatan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)

Bogor secara berturut-turut mulai dari faktor kinerja usaha, kriteria diukur

berdasarkan profitabilitas, produktivitas dan teknologi. Faktor sumber daya

manusia, kriteria diukur berdasarkan keterampilan, kompetensi dan

pengetahuan. Faktor rantai pasok, kriteria diukur berdasarkan pengiriman,

pemerahan dan penyimpanan.

2. Alternatif strategi yang dapat diterapkan pada strategi peningkatan kinerja

anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan

(KPS) Bogor terdiri:

a. Memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,

b. Meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah,

121
c. Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu

genetik dan manajemen beternak,

d. Kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Berdasarkan hasil analisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

diketahui bahwa prioritas utama yang paling sesuai pada strategi peningkatan

kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor secara berurutan dari skor terbesar adalah:

1) Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu

genetik dan manajemen beternak,

2) Memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,

3) Meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah,

4) Kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Strategi

Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor”, dapat diusulkan saran sebagai berikut:

1. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor sebaiknya

mempertimbangkan alternatif strategi yang dihasilkan pada penelitian ini

sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah. Koperasi juga dapat menerapkan prioritas

alternatif strategi yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu meningkatkan

produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen

beternak. Strategi ini menjadi urutan prioritas strategi pertama. Melalui

122
peningkatan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan

meningkatkan kemampuan manajemen beternak diharapkan dapat

meningkatkan angka produksi susu sapi perah untuk mencapai kebutuhan

konsumen, keberlanjutan usaha, dan meningkatkan pendapatan peternak yang

tentunya akan meningkatkan kesejahteraan peternak pula.

2. Karena faktor permodalan menjadi penyebab tidak meningkatnya skala usaha

peternakan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor,

maka pemerintah diharapkan dapat menyediakan fasilitas peminjaman modal

dengan suku bunga rendah serta perlu adanya penentuan harga susu sapi yang

lebih baik kepada peternak.

3. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai evaluasi kinerja anggota peternak

sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

untuk mengetahui tingkat kinerja peternak terhadap strategi yang telah

dirumuskan.

123
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.

Achroni, Dawud. 2013. Kiat Sukses Usaha Ternak Sapi Perah Skala Kecil.
Jogjakarta: Trans Idea Publishing.

Afandi, P. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan Indikator).
Riau: Zanafa Publishing.

Amirullah. 2015. Manajemen Strategi: Teori-Konsep-Kinerja. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Anwar, P. M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Armstrong, M dan Baron, A. 1998. Performance Management. London: Institute


of Personnel and Development.

Armstrong, M dan Baron, A. 2013. Human Capital Management: Konsep dan


Implementasi. Terjemahan Lilian Juwono, Sonta Frisca. Jakarta Pusat: PPM.

Aviliani. 2008. Dukungan Perbankan Terhadap Agribisnis Sapi Perah


Menyongsong Perdagangan Bebas 2020 (Support of Commercial Bank ti
Dairy Cattle Agribusiness Towards 2020 Free Trade). Di dalam: Prospek
Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Prosiding Semiloka
Nasional. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan
Perbankan Indonesia.

Bahri, S, Masbulan, E dan Kusumaningsih, A. 2005. Proses Praproduksi sebagai


Faktor Penting dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman untuk
Manusia. Jurnal Litbang Pertanian, 24(1): 27-35.

Bergevoet, RHM. 2005. Entrepreneurship of Dutch Dairy Farmers. [Disertasi].


Wageningen University. Wageningen (NL).

Boniface, B. 2012. Producer Relationships Segmentation in Malaysia’s Milk


Supply Chains. British Food Journal, 114(10), 1501-1516.

Budi, U. 2006. Buku Ajar Dasar Ternak Perah. Medan: Departemen Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara.

Chye, F. K., A. Abdullah, & M. K. Ayob. 2004. Bacteriological Quality and Safety
of Raw Milk in Malaysia. Food Microbiology, 21, 535-541.

124
David. 2004. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, Rosi Pravita. 2019. Mengenal Peternakan Sapi Perah. Sukoharjo: CV Graha
Printama Selaras.

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan


Pemasaran Hasil Pertanian. 2008. Petunjuk Teknis Penanganan dan
Pengolahan Susu. Jakarta: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Downey, D. dan Erickson, S. 1987. Manajemen Agribisnis Edisi Kedua. Erlangga:


Jakarta.

Fauzan, M. 2020. Profitabilitas dan Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah di


Kabupaten Sleman. Agric, 32(2), 173-188.

Fauzi, A., & Hidayat, R. 2020. Manajemen Kinerja. Surabaya: Airlangga


University Press.

Fatlulloh, M, N., Hayati, R., Indrayati, A. 2019. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Ramah Lingkungan Penambang Pasir di Sungai Krasak. Indonesian Journal
of Conservation, 8(2), 103-113.

Firdaus, M., Harmini & Farid, M.A. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk Manajemen
Dan Bisnis. (Bogor: IPB Press, 2011).

Firman, A. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah. Bandung: Fakultas


Peternakan Universitas Padjajaran.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


Andi Offset.

Hasibuan. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hassan Su’ud, M. 2007. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Agribisnis.


Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Herendra, M.H.P. 2009. Pengaruh Proses Distribusi Terhadap Peningkatan Angka


Kuman pada Susu Sapi Segar di Peternakan RAM Kecamatan Mojosongo
Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hery. 2019. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Grasindo.

125
Iskandar, D. 2018. Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan Melalui Pengelolaan
Sumber Daya Manusia dan Kepuasan Kerja dan Dampaknya Terhadap
Produktivitas Karyawan. Jurnal JIBEKA, 12(1), 23-31.

Jauch, Lawrence R. and Glueck, William F. 1999. Business Policy and Strategic
Management. Singapore: McGraw-Hill Book Company.

Kartika, Annisa Indah dan Sara Ratna Qanti. 2016. Keragaan Kemitraan di
Koperasi Produksi Susu (Studi Kasus di KPS Bogor, Kedung Badak, Kota
Bogor). 1(2), 95-204.

Karuniawati, R., & Fariyanti, A. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Produksi Susu Sapi Perah Di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat. Forum Agribisnis: Agribusiness Forum, 3(1), 73-86.

Larasati, S. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Deepublish.

Laut M, A Winarso, N.A. Ndaong dan I Benu. 2018. Penerapan Teknologi


Peternakan sebagai Upaya Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong di Desa
Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kupang. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Peternakan, 3(1), 21-31.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mangkuprawira, S. 2011. Strategi Efektif Mengelola Karyawan. Bogor: IPB Press.

Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam


Manajemen Rantai Pasok. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

Maulidah, S. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. Malang: UB Press.

Miftahuddin. M., dan Antoni, Y. 2017. Penentuan Strategi Untuk Meningkatkan


Kinerja Karyawan Di BNI Kantor Cabang Semarang Dengan Menggunakan
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dinamika Teknik, X(2), 1-8.

Mitrani, A., Dalziel, M., & Fitts, D. 1992. Competency Based Human Resources
Management: Value-Driven Strategies for Recruitment, Development and
Reward.

Murti, T.W., Purnomo, H., dan Usmiati, S. 2009. Profil Usaha Sapi Perah di
Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

126
Prasetya, H. 2012. Prospek Cerah Beternak Sapi Perah Pembibitan, Pemeliharaan,
Manajemen Kesehatan dan Pengolahan Susu. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Purwani, T., dan Nurcholis, L. 2015. Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan.
Yogyakarta: Deepublish.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi
Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah).
[Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Rahardi, F., dan Rudi, H. 2006. Agribisnis Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ramadhan, Devan. 2013. Teknik dan Manajemen Usaha Ternak Potensial


Superuntung: Kelinci, Domba, Sapi Perah, Sapi Potong, Kerbau, dan
Kambing. Jogjakarta: Trans Idea Publishing.

Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis


Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Pustaka.

Rayadi. 2012. Faktor Sumber Daya Manusia Yang Meningkatkan Kinerja


Karyawan dan Perusahaan di Kalbar. Jurnal EKSOS, 8(2), 114-119.

Retnowati, H., Anggraini, S., & Tri, W, N. 2014. Strategi Peningkana Kinerja
Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur melalui Pengembangan Modal
Insani di Pelabuhanratu. Manajemen IKM, 9(2): 140-149.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT.


Indeks Jakarta.

Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT.
Gramedia.

Sari, Kartika. 2019. Mengenal Koperasi. Klaten: Cempaka Putih.

Setiawan, E. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1. Pusat Bahasa
Software.

Simamora, T. 2020. Peningkatan Kompetensi Peternak dan Keberlanjutan Usaha


Sapi Potong di Desa Oebkim Kecamatan Bikomi Selatan Kabupaten Timor
Tengah Utara. Agrimor, 5(2), 20-23.

127
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sink, D.S. 1984. Productivity Management: Planning, Measurement and


Evaluation, Control and Improvement. New York: John Wiley & Sons.

Soekartawi. 2013. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo.

Soetarno, Timan. 2011. Materi Pokok Budidaya Ternak Perah: 1-9. Cet.1; Ed.2.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Suheri, G. 2013. Teknik Pemerahan Dan Penanganan Susu Sapi Perah. Bogor:
Balai Penelitian Ternak.

Sulistiyani, Ambar Teguh. dan Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryani, Ni Kadek., dan John E.H.J. 2018. Kinerja Organisasi. Yogyakarta:


Deepublish.

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama,
Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Swastika, D.K., M.O.A. Manikmas., B. Sayaka., K. Kariyasa. 2005. The Status and
Prospect of Feed Crops in Indonesia. ESCAP, United Nations.

Syaifulloh. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). (Wordpress,


2010: 1-11).

Syarif, E.K., dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Syukur, F.NC. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasai Media Group.

Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta Pusat: Fakultas Ilmu Sosial


dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Triemiaty., M. Syamsul, M., & M. Joko, A. 2019. Strategi Peningkatan Kinerja


Karyawan Pada Perusahaan Konstruksi. BENEFIT Jurnal Manajemen dan
Bisnis, 4(1), 54-68.

Usmiati, S. & Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

128
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Widodo dan Sunarso. 2009. Pengaruh Penyuluhan, Motivasi Dan Disiplin Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Kelompok Tani. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Manusia, 3(1), 47-56.

129
LAMPIRAN

130
Lampiran 1. Panduan Wawancara dengan Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor (In-depth interview)

Pertanyaan Narasumber
1. Bagaimana sejarah berdirinya Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Manajer
(KPS) Bogor? Koperasi
2. Dimana alamat lokasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Produksi
Bogor?
Susu dan
3. Bagaimana struktur organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor?
Usaha
4. Apa visi, misi dan tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Peternakan
Bogor? (KPS) Bogor
1. Ada berapa jumlah anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor?
2. Berapa liter susu segar yang dipasok peternak sapi perah per hari?
3. Apakah jumlah susu segar yang dipasok oleh peternak sapi perah selalu
konsisten?
4. Bagaimana kualitas susu sapi perah yang dihasilkan oleh peternak?
5. Bagaimana menentukan harga susu segar yang akan dijual?
6. Berapa kisaran harga susu segar yang dijual?
7. Berapa keuntungan yang didapat?
8. Apakah ada teknologi yang digunakan dalam proses beternak dan saat
pemerahan? Manajer
9. Apakah terjadi keterbatasan akses untuk memperoleh informasi terkait teknologi? Koperasi,
10. Bagaimana pengetahun peternak terkait usaha ternak sapi perah? Ketua
11. Apakah terjadi kurangnya pengetahuan terkait usaha ternak sapi perah pada Pengurus,
peternak? Ketua
12. Apakah peternak sapi perah sudah kompeten dalam beternak? Pengawas,
13. Bagaimana keterampilan peternak dalam proses beternak dan saat pemerahan? dan Ketua
14. Bagaimana proses pemerahan sapi perah yang dilakukan oleh peternak sapi Kelompok
perah? Ternak
15. Bagaimana proses penyimpanan susu segar yang dilakukan oleh peternak sapi Koperasi
perah? Produksi
16. Apakah peternak sapi perah selalu tepat waktu dalam pengiriman susu segar ke Susu dan
TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor? Usaha
17. Apakah selama ini kinerja dari anggota peternak sapi perah sudah sesuai dengan Peternakan
harapan koperasi? (KPS) Bogor
18. Siapa yang bertanggung jawab dalam kinerja anggota peternak sapi perah?
19. Apakah selama ini Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
sudah memiliki kriteria untuk menilai kinerja anggota peternak sapi perah?
20. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah pada
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor?
21. Menurut Anda, apakah ada faktor lainnya yang harus digunakan dalam
meningkatkan kinerja anggota peternak sap perah?
22. Menurut Anda, apakah anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor harus ditingkatkan kinerjanya apabila
kinerjanya masih dibawah harapan?

131
Lampiran 2. Kuesioner Terbuka untuk Focus Group Discussion (FGD)
Penyusunan Elemen-elemen pada Strategi Peningkatan
Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor (In-depth interview)

Pertanyaan Hasil Pakar/Informan


1. Apakah dengan meneliti
strategi peningkatan kinerja
anggota peternak sapi perah di
Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS)
Bogor sesuai dengan keadaan
untuk mengatasi
permasalahan koperasi? Manajer
2. Pada proses peningkatan Koperasi,
kinerja anggota peternak sapi Ketua
perah dalam menentukan Pengurus,
faktor-faktor kinerja apakah Ketua
faktor karakteristik personal, Pengawas, dan
psikologis, kinerja usaha, Ketua
sumber daya manusia, rantai Kelompok
pasok dan lingkungan sesuai Ternak
dengan kebutuhan koperasi? Koperasi
3. Apakah ada faktor lainnya Produksi Susu
yang harus digunakan dalam dan Usaha
meningkatkan kinerja anggota Peternakan
peternak sapi perah? (KPS) Bogor
4. Pada faktor-faktor kinerja
yang sudah dijelaskan apa
yang dapat diterapkan
menjadi sebuah alternatif
strategi peningkatan kinerja
untuk mengatasi
permasalahan koperasi?

132
Lampiran 3. Kuesioner Tertutup untuk Pemilihan Prioritas Strategi
Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

KUESIONER PENELITIAN
Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor

Identitas Responden

Nama :
Jabatan/Profesi :
Tanggal Pengisian :
Pendidikan Terakhir :
Lamanya Bekerja :

Responden yang Terhormat,

Saya Suya Rohcahayana (11170920000145), mahasiswi agribisnis Program

Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang “Strategi

Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan

Usaha Peternakan (KPS) Bogor”.

Kuesioner ini merupakan bagian penelitian dari tugas akhir saya. Saya mohon

Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan

benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan

tercapainya hasil yang diinginkan.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terima

kasih.

133
Lampiran Lanjutan.

KUESIONER PENGISIAN MATRIK PERBANDINGAN BERPASANGAN

Petunjuk Umum:

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden sehingga

memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dengan responden lain.

Petunjuk Teknis:

1. Responden diminta untuk membandingkan antara dua elemen yaitu elemen A

(kolom kiri) dengan elemen B (kolom kanan).

2. Nilai perbandingan antara dua elemen ditandai dengan tanda “√” (centang).

3. Nilai perbandingan yang diberikan responden mempunya skala 1-9. Definisi dari

skala yang digunakan sebagai berikut :

Nilai Keterangan Nilai Keterangan


1 Elemen A sama penting dengan B
3 Elemen A lebih penting dari B
5 Elemen A jelas lebih penting dari B
7 Elemen A sangat jelas lebih penting dari B
9 Elemen A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan
1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9

134
Lampiran Lanjutan.

CONTOH PENGISIAN

Intruksi: Bandingkan tingkat kepentingan beberapa faktor-faktor di bawah ini.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan

√ Faktor Y
Faktor X
√ Faktor Z
Faktor Y √ Faktor Z

Penjelasan:

1. Faktor X tidak lebih penting dibanding Faktor Y, atau sebaliknya Faktor Y jelas

lebih penting dibanding Faktor X.

2. Faktor X jelas lebih penting dibanding Faktor Z, atau sebaliknya Faktor Z tidak

jelas lebih penting dibanding Faktor X.

3. Faktor Y sangat jelas lebih penting dibanding Faktor Z, atau sebaliknya Faktor

Z tidak sangat jelas lebih penting dibanding Faktor Y.

135
Lampiran 3.A. Bagian I (Hierarki Faktor terhadap Fokus)

1. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antara Faktor berikut dalam

meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi

Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Sumber Daya
Kinerja Usaha Manusia
Rantai Pasok
Sumber Daya
Rantai Pasok
Manusia

Lampiran 3.B. Bagian II (Hierarki Sub Faktor terhadap Faktor)

2.A. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Sub Faktor berikut

sehubungan dengan faktor Kinerja Usaha dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan

Profitabilitas
Produktivitas
Teknologi
Profitabilitas Teknologi

2.B. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Sub Faktor berikut

sehubungan dengan faktor Sumber Daya Manusia dalam meningkatkan

kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

136
Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom
Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan

Keterampilan
Pengetahuan
Kompetensi
Keterampilan Kompetensi

2.C. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Sub Faktor berikut

sehubungan dengan faktor Rantai Pasok dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan

Penyimpanan
Pemerahan
Pengiriman
Penyimpanan Pengiriman

Lampiran 3.C. Bagian III (Hierarki Alternatif Strategi terhadap Sub Faktor)

Dari beberapa sub faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja anggota

peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor,

terdapat beberapa alternative strategi, yaitu:

a. Memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah.

b. Meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah.

c. Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik

dan manajemen beternak.

d. Kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.

137
3.A. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Produktivitas dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

138
3.B. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Profitabilitas dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

139
3.C. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Teknologi dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

140
3.D. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Pengetahuan dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

141
3.E. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Keterampilan dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

142
3.F. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Kompetensi dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

143
3.G. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Pemerahan dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

144
3.H. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Penyimpanan dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

145
3.I. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut

sehubungan dengan sub faktor Pengiriman dalam meningkatkan kinerja

anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha

Peternakan (KPS) Bogor.

Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom


Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan
kepada peternak
sapi perah
Memberikan Meningkatkan
pelatihan dan produktivitas sapi
pemberdayaan perah dengan
kepada peternak memperbaiki
sapi perah mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas sapi
perah dengan
Meningkatkan memperbaiki
intensitas mutu genetik dan
penyuluhan manajemen
kepada peternak beternak
sapi perah Kebijakan dan
program yang
disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah Kebijakan dan
dengan program yang
memperbaiki disesuaikan
mutu genetik dengan kebutuhan
dan manajemen
beternak

146
Lampiran 4. Daftar Hadir Focus Group Discussion (FGD)

147
Lampiran 5. Hasil Kuesioner Terbuka pada Focus Group Discussion (FGD)

Tanggal Pelaksanaan : 2 Agustus 2022

Tempat : Kantor Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan


(KPS) Bogor di Jl. KH. Sholeh Iskandar

Responden : R1 = Pak Bintarso (Manajer Koperasi)

R2 = Pak Zamroni Burhan (Ketua Pengurus Koperasi)

R3 = Pak Subandi Yusuf (Ketua Pengawas Koperasi)

R4 = Pak H. Acep Askari (Ketua Kelompok Ternak)

Pertanyaan Hasil
1. Apakah dengan R2: Perihal mengenai permasalahan koperasi
meneliti strategi khususnya pada anggota, ada beberapa kendala terkait
peningkatan manajemen beternak sehingga produksi susu yang
kinerja anggota dikirim ke koperasi rendah dan mutunya kurang baik.
peternak sapi R4: Betul sekali, apalagi saat ini sedang terjadi
perah di Koperasi masalah wabah PMK pada ternak sapi perah yang
Produksi Susu mengakibatkan produksi susu semakin berkurang.
dan Usaha R3: Berdasarkan permasalahan tersebut memang saat
Peternakan (KPS) ini koperasi sangat membutuhkan penelitian mengenai
Bogor sesuai kinerja peternak agar lebih memperhatikah usaha
dengan keadaan ternaknya.
untuk mengatasi R1: Iya betul, peningkatan kinerja sangat diperlukan
permasalahan untuk kedepannya agar produktivitasnya semakin
koperasi? meningkat. Sehingga dengan adanya penelitian
tersebut terkait strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah diharapkan dapat membantu
koperasi menemukan strategi apa yang perlu
dilakukan.
2. Pada proses R3: Kalau bicara soal faktor yang mempengaruhi
peningkatan kinerja peternak yah sangat banyak dan itu semua bisa
kinerja anggota jadi beberapa hal yang dapat diperhatikan. Tapi
peternak sapi menurut saya untuk usaha peternakan seperti ini yah
perah dalam yang paling mempengaruhi menurut saya kinerja
menentukan usahanya.
faktor-faktor R1: Betul, menurut saya dalam peningkatan kinerja
kinerja apakah peternak faktor sumber daya peternak itu sendiri yang
faktor perlu ditingkatkan termasuk karakteristik individu

148
karakteristik karena yang melakukan proses beternak itu kan
personal, peternak langsung walaupun ada beberapa yang
psikologis, kinerjadilakukan oleh pekerjanya si peternak. Tapi
usaha, sumber peternaklah yang harus lebih tau, mengerti dan mampu
daya manusia, dalam melakukan usahanya. Dengan sumber daya
rantai pasok dan peternak yang baik pasti kinerjanya akan baik juga.
lingkungan sesuai Selain itu karena kita produknya susu segar yah sangat
dengan kebutuhan perlu adanya manajemen rantai pasok tadi. Faktor
koperasi? lingkungan juga masuk. Kalau faktor kinerja memang
wajib itu.
R2: Faktor-faktor yang sudah disebutkan tadi sudah
sesuai sih dengan kebutuhan koperasi, karena faktor-
faktor tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi terhadap kinerja peternak. Hanya saja
mungkin perlu difokuskan lagi di tiap-tiap faktornya.
Karekteristik personal, psikologis, SDM itu penting.
Namun untuk sebuah usaha yang tujuan utamanya
adalah profit yah faktor kinerja usaha yang utama.
R4: Iya faktor-faktor tersebut sangat penting terutama
pada kinerja usaha dan sumber daya manusia nya yang
otomatis dapat mempengaruhi kinerja peternak
maupun koperasi. Selain itu, untuk faktor rantai pasok
juga sudah jelas karna koperasi punya standar yang
telah ditetapkan, dan seringkali peternak tidak
memperhatikan itu, sehingga dalam hal ini kinerja
peternak dapat ditingkatkan pada masalah proses
rantai pasoknya.
R3: Satu lagi benar yang tadi disampaikan R1 rantai
pasok dan lingkungan juga dapat mempengaruhi
kinerja peternak tersebut.
3. Apakah ada faktor R1: Pada usaha peternakan sih yang paling penting
lainnya yang produksi susunya, namun disamping itu perlu
harus digunakan diperhatikan juga kualitasnya.
dalam R3: Tapi produksi susu yang optimal memang sulit
meningkatkan karena sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
kinerja anggota lingkungan maupun genetik sapi perah itu sendiri.
peternak sapi Sehingga untuk meningkatkan produktivitas sapi
perah? perah ini perlu dilakukan perbaikan dari salah satunya
pengaruhnya.
R2: Selain itu sebenarnya peternak saat ini masih
belum banyak menggunakan inovasi teknologi dalam
beternak. Mungkin dengan faktor inovasi teknologi ini
dapat meningkatkan kinerjanya agar lebih efektif dan
efisien dalam beternak.
R4: Iya betul, namun memang perlu kita perkenalkan
terkait teknologi tersebut karena pemahaman dan

149
pengetahuan peternak akan teknologi masih kurang.
4. Pada faktor-faktor R4: Kalau masalah kinerja tadi sangat berkaitan
kinerja yang dengan produksi, jadi ketika produksi itu anjlok
sudah dijelaskan otomatis kinerjanya menjadi catatan. Sehingga
apa yang dapat diperlukan strategi dalam peningkatan produktivitas
diterapkan susunya, karena pendapatan peternak itu dari produksi
menjadi sebuah susu itu sendiri dan memang penghasilan utama
alternatif strategi mereka itu dari susu.
peningkatan R2: Yang pasti perlu adanya upaya agar produktivitas
kinerja untuk susu menjadi meningkat baik dari koperasi maupun
mengatasi oleh peternak itu sendiri.
permasalahan R3: Iya, sepertinya penurunan produksi saat ini juga
koperasi? dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman peternak
terkait usahanya yang hanya sekedar menjalankan
beternaknya saja sehingga kurang memperhatikan
bagaimana caranya beternak yang baik sesuai standar
agar menghasilkan produksi hasil perah yang optimal.
R1: Untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan beternak tersebut sebenarnya koperasi
sudah melakukan berbagai penyuluhan dan pelatihan
kepada peternak. Namun saja belum optimal dan
hasilnya tetap beberapa peternak tersebut masih
menggunakan cara lama dalam beternak.
R2: Ya, untuk itu memang kami perlu meningkatkan
intensitas penyuluhan tersebut, dan memberikan
pelatihan-pelatihan kepada peternak agar dapat terus
meningkatkan potensi yang dimilikinya.
R4: Selain itu, disamping program yang dapat
dilakukan terhadap peternak. Koperasi perlu
melakukan kebijakan-kebijakan yang dapat dijalankan
peternak untuk mempertahankan standar yang telah
ditetapkan.
S: Baik, berdasarkan permasalahan yang ada sehingga
didapat beberapa alternatif strategi yang telah
disebutkan untuk dapat meningkatkan kinerja peternak
yaitu: 1) memberikan pelatihan dan pemberdayaan
kepada peternak sapi perah; 2) meningkatkan
intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah; 3)
meningkatkan produktivitas sapi perah dengan
memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak;
dan 4) serta kebijakan dan program yang disesuaikan
dengan kebutuhan.

150
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Software Expert Choice 11

Biodata Responden

1. Nama : Bintarso

Jabatan/Profesi : Manajer Koperasi

Latar Belakang Pendidikan : D3

Lamanya Bekerja : 37 Tahun

2. Nama : Zamroni Burhan

Jabatan/Profesi : Ketua Pengurus Koperasi

Latar Belakang Pendidikan : SMA

Lamanya Bekerja : 2,5 Tahun

3. Nama : Subandi Yusuf

Jabatan/Profesi : Ketua Pengawas Koperasi

Latar Belakang Pendidikan : SMA

Lamanya Bekerja : 10 Tahun

4. Nama : Sulistyowati

Jabatan/Profesi : Subkoordinator Perbibitan dan Budidaya

Peternakan

Latar Belakang Pendidikan : S2

Lamanya Bekerja : 30 Tahun

151
Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 4 (Alternatif Strategi)

152
Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Faktor

Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Faktor

153
Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi

154
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor

Kantor KPS Bogor di


Kantor KUNAK di Pamijahan
Jl. KH. Sholeh Iskandar

Kondisi Usaha Peternakan Sapi Perah

Susu Sapi Perah Fasilitas Koperasi

155
Wawancara dengan Responden

156

Anda mungkin juga menyukai