Suya Rohcahayana
11170920000145
Suya Rohcahayana
11170920000145
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis
ii
SURAT PERNYATAAN
Suya Rohcahayana
11170920000145
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
PENDIDIKAN FORMAL
v
2019 : Divisi Pubdekdok Panitia Masa Orientasi Staff
(MOS) Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2019 : Divisi Kreatif Panitia Aksi (Aplikasi Studi)
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Pendidikan Menengah
Perkoperasian (Dikmenkop)
2018 : Sekretaris Panitia Pendidikan Dasar Perkoperasian
(Diksarkop) ke-XXX
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Bakti Sosial
2018 : Liaison Officer (LO) Pekan Koperasi
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Pekan Koperasi
2018 : Divisi Humas Panitia Pendidikan Dasar
Perkoperasian (Diksarkop) ke-XXIX
2018 : Peserta LSO (Lembaga Semi Otonom) Grafika
2018 : Tim Desain Kreatif Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2018 : Bendahara Pengelola Merchandise Kopma UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 : Penanggung Jawab sementara Bidang Usaha
Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 : Staff Usaha Pemasaran Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2018 : Divisi Pubdekdok Panitia Agri's Event
2017 : Divisi Konsumsi RAT Kopma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2017 : Divisi Konsumsi Panitia Agri Expo
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, karena atas rahmat dan
karunia-Nya yang sungguh luar biasa besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat
1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D selaku Ketua Program Studi
3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P, M.M selaku Sekretaris Program Studi
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
5. Ibu Nina Rusydiana, S.P., M.Pd selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak
vii
6. Ibu Dr. drh. Zulmaneri, M.M selaku Dosen Penguji 1 dan Bapak Drs. Acep
Muhib, M.M selaku Dosen Penguji 2 yang telah meluangkan waktu dan
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu selama
8. Kedua orang tua dan kakak penulis yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan do’a kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
9. Manajer, pengurus, pengawas, ketua kelompok, serta peternak KPS Bogor yang
telah memberikan izin, informasi serta bantuan dalam pelaksanaan skripsi ini.
10. Ibu Sulistyowati selaku narasumber dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor
yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi ini.
11. Teman-teman Agribisnis 2017 khususnya kelas E, terima kasih atas bantuan,
12. Alviyan Nulviki yang selalu memberikan semangat, motivasi, bantuan dan
13. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun dari seluruh pembaca. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Suya Rohcahayana
11170920000145
viii
RINGKASAN
ix
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, dan 3) merumuskan prioritas strategi
peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang sesuai dengan Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2022 di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dengan pertimbangan
karena merupakan salah satu koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah di
Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok dimana dalam usahanya mengalami
stagnansi bahkan cenderung mengalami penurunan jumlah produksi susu segar,
kualitas susu segar yang diterima dari anggota peternak sapi perah masih di bawah
standar kualitas yang telah ditetapkan, dan proses beternak anggota peternak sapi
perah masih dilakukan secara tradisional dan sederhana. Strategi peningkatan
kinerja anggota peternak sapi perah didasarkan pada kegiatan wawancara
mendalam dan pengisian kuesioner terhadap pihak-pihak terkait, dan dianalisis
menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan sub
faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah, dan
alternatif-alternatif strategi yang tepat dalam peningkatan kinerja anggota peternak
sapi perah dan untuk menentukan prioritas strateginya menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan strategi yang tepat bagi
anggota peternak sapi perah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia, dan
rantai pasok. Sub faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja
anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor mulai dari faktor kinerja usaha terdiri dari tiga sub faktor yaitu
produktivitas, profitabilitas, dan teknologi. Faktor sumber daya manusia terdiri dari
tiga sub faktor yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi. Faktor rantai
pasok terdiri dari tiga sub faktor yaitu pemerahan, penyimpanan, dan pengiriman.
Alternatif strategi yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
terdiri dari memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada peternak sapi perah,
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah, meningkatkan
produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen
beternak, dan kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP), bahwa prioritas utama dalam strategi peningkatan kinerja anggota peternak
sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah
meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan
manajemen beternak dengan bobot 0,302, selanjutnya memberikan pelatihan dan
pemberdayaan kepada peternak sapi perah dengan bobot 0,290, selanjutnya
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah dengan bobot
0,229, dan yang terakhir yaitu kebijakan dan program yang disesuaikan dengan
kebutuhan dengan bobot 0,179.
x
DAFTAR ISI
xi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 66
3.3 Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 67
3.4 Instrumen Penelitian.......................................................................... 68
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 69
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 72
3.6.1 Analisis Deskriptif ................................................................... 72
3.6.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ......................... 73
3.7 Definisi Operasional.......................................................................... 76
xii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124
xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
9. Jumlah Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor .......................................................................... 87
11. Susunan Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor ........................................................................................................ 88
12. Jumlah Karyawan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor ........................................................................................................ 89
13. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Penentuan Faktor dan Sub Faktor 100
17. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Elemen Alternatif Strategi) 118
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
7. Proses Bisnis Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor ............................................................... 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Panduan Wawancara dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor (In-depth interview) ............................................................ 131
5. Hasil Kuesioner Terbuka pada Focus Group Discussion (FGD) ............. 148
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai penyedia bahan pangan hewani dan berperan dalam pembangunan sumber
daya manusia (SDM). Salah satu komoditi ternak yang dapat di kelola yaitu
peternakan sapi perah. Peternakan sapi perah merupakan usaha budidaya ternak
sapi perah yang tujuan utamanya yaitu menghasilkan susu (Ramadhan, 2013:75).
Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh usaha ternak
sapi perah rakyat dimana peternakan sapi perah ini merupakan usaha keluarga yang
usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah
yang baru tumbuh (Swastika dkk, 2005:21). Peternakan sapi perah di Indonesia
koperasi menjadi salah satu wadah perekonomian bagi para peternak sapi perah.
Dengan adanya koperasi, para peternak sapi perah dapat saling bertukar informasi
1
Koperasi susu yang masih aktif di Bogor adalah Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor merupakan koperasi primer yang beranggotakan para peternak sapi
perah. Anggota peternak sapi perah tersebut merupakan salah satu pemain utama
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor karena sebagai sumber yang menjamin
ketersediaan bahan baku yaitu susu segar. Sedangkan Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor berperan sebagai media distribusi dan pemasaran
susu segar dari anggota peternak sapi perah kepada konsumen maupun ke Industri
6,000,000
5,567,998
5,000,000
4,621,370
4,000,000 3,898,525
3,535,045
Liter
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
2017 2018 2019 2020
Gambar 1. Trend Produksi Susu Sapi Perah Hasil Anggota Peternak di Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor Periode 2017-2020
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
anggota peternak di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
periode 2017-2020. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa produksi susu sapi perah
2
di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor mengalami
penurunan pada tahun 2017 hingga tahun 2020. Rata-rata penurunan tersebut
mencapai 14 persen setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
penurunan produksi susu yang dihasilkan anggota peternak sapi perah ke koperasi
peternak sapi perah yaitu adanya ketidakkonsistenan dalam pengiriman susu segar
ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Ketentuan koperasi
segarnya ke koperasi, dan 20 persen untuk konsumsi pribadi atau di jual langsung
ke konsumen. Namun, tidak sedikit dari anggota peternak sapi perah lebih banyak
keuntungan yang didapatkan lebih besar. Permasalahan lain yaitu kualitas susu
masih di bawah standar Industri Pengolahan Susu (IPS) karena memiliki angka
kuman yang tinggi yang mengakibatkan susu ditolak. Hal ini karena saat
pengujian kualitas secara fisik, kimia dan mikrobiologis. Susu dapat diterima
apabila hasil pengujian kualitas memenuhi kriteria standar yang telah disepakati.
Namun, apabila susu tidak memenuhi standar minimal yang disepakati terjadi
Kualitas susu yang rendah juga disebabkan karena adanya kendala pada proses
pengiriman dari anggota peternak sapi perah ke Tempat Penampungan Susu (TPS)
3
pengiriman yang tidak sesuai jadwal atau masalah lain dalam penyimpanan susu
khususnya susu segar bersifat mudah rusak (perishable food) oleh mikrobial dan
sangat rentan rusak sebelum diproses. Hal ini ditegaskan dalam artikel CNN
Indonesia (2016) bahwa susu segar yang tidak dipasteurisasi merupakan salah satu
makanan siap saji, telur dan daun mentah. Selain itu, permasalahan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
yaitu terletak pada proses pemeliharaan dan pemerahan susu segar yang kurang
optimal, masih dilakukan secara tradisional, sederhana, dan merupakan usaha turun
temurun.
upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
aspek yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia dan rantai pasok. Rantai pasok
diperlukan guna mengetahui kinerja anggota peternak sapi perah dalam melakukan
memengaruhi manusia agar termotivasi berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan
ditingkatkannya aspek kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok
4
diharapkan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, maka
berdampak pada kinerja dan keberlangsungan Koperasi Produksi Susu dan Usaha
diketahui faktor-faktor dan sub faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota
peternak sapi perah yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha
meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Hasil dari rumusan strategi peningkatan kinerja
nantinya dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi para pemegang kebijakan dalam
kinerja anggota peternak sapi perah guna mencapai tujuan koperasi dan
keberlanjutan usaha pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
koperasi primer dengan beranggotakan para peternak sapi perah. Peternak sapi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor karena sebagai sumber yang menjamin
ketersediaan bahan baku yaitu susu segar. Koperasi Produksi Susu dan Usaha
5
Peternakan (KPS) Bogor dalam menjalankan usahanya menghadapi permasalahan
Pengolahan Susu (IPS), dan proses beternak anggota peternak sapi perah masih
dilakukan secara tradisional dan sederhana. Oleh karena itu, perlunya merumuskan
strategi untuk meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah agar tujuan dan
keberlanjutan usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
dapat tercapai. Berdasarkan hal yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah
2. Apa saja alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah
yang dapat diterapkan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor?
3. Apa yang menjadi prioritas strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi
perah yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor?
6
2. Menentukan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah
yang dapat diterapkan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
yang sesuai dengan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
b. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat kelulusan program
strata satu (S1) pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan
yang sejenis.
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
sepenuhnya kepada pengambil keputusan yaitu Koperasi Produksi Susu dan Usaha
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertanian dan Business berarti usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi
agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang
terkait dengan pertanian yang berorientasi profit (Maulidah, 2012:3). Hal ini
mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya
berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
Usaha sapi perah merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang mempunyai
peranan cukup strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan pangan
9
dan Rudi (2006:14) agribisnis peternakan sapi perah merupakan sebuah sistem
pengelolaan ternak sapi perah secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua
pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan sapi perah yang
Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun berdasarkan sistem vertical
integration, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling tergantung pada
Rahardi dan Rudi (2006:17) menjelaskan bahwa mata rantai agribisnis sapi
Subsistem praproduksi adalah mata rantai pertama dalam kegiatan usaha sapi
Subsistem produksi ternak sapi perah adalah inti dari agribisnis sapi perah
10
meliputi pembesaran ternak sapi perah, pemeliharaan, pemberian pakan, dan
antara lain penanganan produk primer dengan memberi nilai tambah sehingga
akhir. Pengolahan susu segar menjadi susu bubuk, keju, yogurt adalah sebagian
perah.
sapi perah juga dipandang sebagai satu kesatuan manajemen dalam sebuah unit
usaha peternakan sapi perah. Pemahaman konsep sistem agribisnis sapi perah
menjadi sangat penting bagi para pelakunya terutama pada peternak. Ini
11
2.1.2 Strategi
Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan yang dapat dicapai melalui
masa yang akan datang. Dengan demikian, strategi harus dapat memberikan
gambaran yang jelas dan terarah apa yang perlu dan akan dilaksanakan oleh suatu
perusahaan atau organisasi menurut Amirullah (2015:4) dapat dilihat pada Gambar
2 berikut:
Kondisi Kondisi
perusahaan perusahaan di
STRATEGI
saat ini masa depan
12
besar dan berorientasi ke masa yang akan datang untuk berinteraksi dengan
mungkin mempunyai tujuan yang sama, akan tetapi strategi yang dipakai untuk
mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Karena strategi adalah suatu alat yang
digunakan organisasi untuk mencapai tujuan, maka strategi memiliki beberapa sifat
(Jauch dan Glueck, 1999:20) sebagai berikut: (1) Unfield. Menyatukan seluruh
mencakup seluruh aspek dalam organisasi atau perusahaan. (3) Integral. Dimana
seluruh strategi akan sesuai dari seluruh tingkatan. Tingkatan strategi menurut
manajemen tertinggi di dalam organisasi dan mengarah kepada bisnis apa yang
korporasi dan memusatkan kepada bagaimana cara bersaing dalam dunia bisnis
yang ada. Strategi bisnis harus melalui dan diperoleh serta didukung oleh
strategi korporasi.
13
3. Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy) – Mempunyai lingkup yang
fungsi SDM, fungsi keuangan, fungsi riset dan pengembangan (R&D). Strategi
fungsional harus mengarah kepada strategi bisnis dan konsep mereka yang
menerapkannya.
sebagai salah satu sumberdaya. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu organisasi di samping faktor yang lain seperti
timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan dalam organisasi, baik dalam kinerja,
Menurut (Larasati, 2018:1) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral
berdasarkan berbagai visi, misi dan tujuan untuk kepentingan manusia dan dalam
pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia, jadi manusia sebagai faktor
daya manusia dari lingkup yang lebih sempit dalam organisasi. Permasalahan
14
pokok yang dianalisis dan dikaji pada pendekatan mikro antara lain meliputi
hal-hal berikut ini: (a) Hubungan dan peranan tenaga kerja dalam organisasi,
(b) Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia dalam organisasi, (c) SDM
dipelajari dari sudut kepentingannya dan organisasi, (d) SDM dipelajari dari
2. Pendekatan makro atau ekonomi SDM, dimana SDM dikaji dan dianalisis
pokok yang dikaji dan dianalisis pada pendekatan makro ini antara lain sebagai
berikut: (a) Kualitas dan kuantitas SDM yang tersedia, (b) Perbandingan SDM
dengan lapangan kerja yang ada, (c) Susunan umur dan tingkat pendidikan
SDM yang ada, (d) Tingkat pertambahan penduduk dan penyebaranya, (e)
Latar belakang kultur, budaya, dan agama SDM yang ada, (f) Tingkat
produktivitas SDM yang ada, (g) Pendidikan dan kesehatan SDM., (h) Disiplin
Sumber daya manusia dalam agribisnis merupakan daya atau potensi yang ada
faktor produksi yang ada (Hassan, 2007:2). Salah satu kunci keberhasilan agribisnis
sapi perah juga tergantung dari faktor sumber daya manusia, baik ilmu
(Girisonta, 1995:58). Dalam agribisnis sapi perah, sumber daya manusia (peternak)
15
menjadi sangat penting karena berperan sebagai subjek, yaitu sebagai pengelola
masih terbatas pada usaha sambilan (subsisten) atau menjadi cabang usaha.
Peternak dalam mengelola usaha peternakan sapi perah juga masih bersifat
tradisional dan belum memaksimalkan teknologi budidaya ternak sapi perah yang
ditentukan oleh kemampuan peternak dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu,
pengembangan sumber daya manusia menjadi penting bagi usaha peternakan sapi
perah untuk dapat bersaing dengan usaha lainnya. Sumber daya manusia yang
kurang terampil akan berpengaruh terhadap faktor genetis ternak yang jelek, mutu
2.1.4 Kinerja
1. Pengertian Kinerja
performance sebagai kata benda di mana salah satu entrinya adalah hasil dari
sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan
pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
16
bertentangan dengan moral atau etika (Mangkuprawira, 2011:121).
kerja maupun hasil yang dicapai oleh seseorang baik barang/produk maupun
berupa jasa yang biasanya digunakan sebagai dasar penilaian atas diri
Oleh karena itu kinerja individu harus dikelola dengan baik dan mengupayakan
semakin tinggi pula produktivitas kerja dan karirnya. Kinerja pada hakikatnya
adalah bentuk perwujudan kerja seseorang pada suatu unit organisasi di mana
dia bekerja. Menurut Anwar (2002:68) orang yang mempunyai kinerja tinggi
yang tinggi; 2). Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi; 3).
Memiliki tujuan yang realistis; 4). Memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan berjuan untuk merealisasi tujuannya; 5). Memanfaatkan umpan balik (feed
back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya; dan 6).
17
2. Peningkatan Kinerja
Peningkatan adalah suatu proses, cara atau meningkatkan suatu usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi guna mencapai hasil yang
penampilan kerja atau prestasi kerja seseorang yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara atau strategi tertentu yang digunakan oleh suatu organisasi.
Upaya peningkatan kinerja merupakan salah satu faktor utama bagi suatu
terhadap keberhasilan kerja yang dicapai secara aktual dalam suatu pekerjaan
secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu. Kinerja dalam
individu maupun kinerja organisasinya. Ukuran dari faktor kunci adalah syarat
18
pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Setiap organisasi akan mengukur
a. Kinerja Usaha
mencapai suatu tujuan usaha yang bersangkutan dengan legal dan tidak
melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika (Afandi, 2018:83).
19
1) Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (output) atau hasil
susu segar ditentukan oleh mutu genetik yang dimiliki oleh ternak
berada.
20
faktor antara lain aplikasi teknologi, kepemilikan ternak, harga input,
dan harga output. Jika kenaikan harga output yang diterima peternak
(Fauzan, 2020:182).
21
kurang mendukung. Padahal teknologi dalam dunia peternakan
22
sebagai modal insani dapat termotivasi dapat berkinerja dengan lebih baik
23
(2009:249) keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis
24
berdasarkan kemampuan peternak dalam pengambilan keputusan
c. Rantai Pasok
menjadi titik awal dari rantai pasok memperoleh nilai yang rendah. Hal
ini mengindikasikan akan kinerja rantai pasok produk susu sapi perah
masih rendah.
mengevaluasi sejauh mana kinerja rantai pasok susu sapi perah yang
pasok usaha peternakan sapi perah terdapat tiga proses kegiatan yang
25
1) Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing dengan
pasteurisasi.
yang mudah rusak. Oleh karena itu, beberapa perlakuan yang harus
26
a) Pemasakan susu dengan suhu di bawah titik didih. Pemasakan
susu yang telah ditetapkan oleh IPS sebagai program insentif harga
27
Menurut Armstrong dan Baron (1998, 16-17), faktor-faktor yang
dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua
kelompok kerja.
4. Faktor sistem (system factors), berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada
usia, pendidikan, pengalaman (Lionberger dan Gwin 1982, Bird 1996, Riyanti
Byar dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2009:151), mengemukakan adanya dua
faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu dan lingkungan. Faktor-
sejumlah sinergi fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan tugas;
28
2) Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
tugas; 3) Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu
2.1.5 Koperasi
1. Pengertian Koperasi
dalam masyarakat. Koperasi memiliki karakter ganda yaitu ekonomi dan sosial
Tahun 1945 pasal 33 ayat (1), koperasi berkedudukan sebagai saka guru
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi bagi pelaku ekonomi skala kecil.
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
29
2. Landasan dan Asas Koperasi
meliputi: (1) landasan idiil yaitu pancasila; (2) landasan struktural yaitu UUD
1945 pasal 33 ayat 1; (3) landasan operasional yaitu aturan kerja yang harus
diikuti dan ditaati anggota, pengurus dan pengawas dalam melakukan tugas di
Perkoperasian, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga; dan (4) landasan
a. Bentuk Koperasi
30
1) Koperasi Primer
2) Koperasi Sekunder
koperasi induk.
31
gabungan adalah koperasi pusat sejenis. Wilayah kerjanya
b. Jenis Koperasi
1) Koperasi Produsen
2) Koperasi Konsumen
32
sama. Koperasi konsumen bertujuan membantu, mendidik, dan
4) Koperasi Jasa
yang dijalankan berupa pengadaan bahan baku yakni susu segar dimana produk
susu segar di Indonesia menganut sistem kerja sama vertikal. Distribusi susu
33
Koperasi peternak sapi perah berdiri sejalan dengan perkembangan
peternakan sapi perah di Indonesia. Sebagian besar produksi susu segar berasal
susu kepada IPS. Selain itu, koperasi berperan sebagai wadah untuk
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja
dan kebutuhan lainnya. Sapi perah adalah sapi yang khusus dipelihara untuk
diambil susunya. Sapi perah menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia,
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactylia
Sub Ordo : Ruminansia
Famili : Boviadae
Genus : Bos
Spesies : Bos Taurus (sebagian besar sapi)
Bos Indicus (sapi berpunuk)
ternak perah lainnya. Susu merupakan bahan minuman yang sempurna karena
dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Selain itu, susu juga salah satu sumber
34
protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan (AAK, 1995:102). Berdasarkan
SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dalam Prasetya (2012:163) susu murni
adalah cairan yang berasal dari ambing (sapi) sehat yang diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau
bahan lain.
sampai berproduksi, termasuk cara pemberian pakan dan cara pemerahan yang
benar. Manajemen yang baik pada setiap tahap pemeliharaan berperan penting bagi
produktivitas sapi perah (Syarif dan Harianto, 2011:61). Berikut ini merupakan
Perkawinan
Kelahiran
Pemerahan Susu
35
1. Pemilihan Bibit Sapi Perah
Pemilihan indukan sapi perah yang tepat merupakan salah satu faktor
penunjang kesuksesan budidaya ternak sapi perah. Oleh karena itu, pemilihan
sapi perah yang berkualitas harus memenuhi beberapa syarat seperti berikut
(Ramadhan, 2013:79):
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina adalah:
2) Berumur 15-20 bulan, tinggi pundak minimal 115 cm, berat badan
bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar
diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-
kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam sisi empat yang
setiap tahun.
36
b. Pemilihan bibit pejantan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah pejantan adalah:
yang baik.
muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, paha rata dan
cukup terpisah, dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup
lebar, badan panjang, dada di dalam, lingkar dada dan lingkar perut
besar.
5) Sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada
keturunannya.
Sapi dara adalah sapi perah betina yang berumur 1-2 tahun atau lebih dan
Sapi umur 12 bulan akan tumbuh baik apabila hijauan yang diberikan
berkualitas baik. Jadi perlu diusahakan sebelum umur 12 bulan sapi dara harus
memiliki nafsu makan hijauan yang kuat, rumen sehat dan kuat. Apabila pakan
yang diberikan baik, sapi dara menunjukkan birahi pertama sekitar 9-10 bulan.
37
Adakalanya apabila pakan kurang baik sapi tidak menunjukkan birahi sampai
tanda birahi belum cukup umur untuk dilakukan IB. Target IB akan dilakukan
pada umur 15 bulan apabila berat sudah mencapai 800-850 lb (375 kg) untuk
dapat dideteksi perkiraan birahi berikutnya. Setelah sapi umur 12 bulan dapat
pertumbuhannya juga akan lebih baik. Salah satu hambatan kualitas rumput di
daerah tropis tidak akan sebaik di daerah subtropis, sehingga pakan sapi umur
kualitasnya baik, jumlah konsentrat yang diberikan dikurangi agar sapi dara
tidak terlalu gemuk. Apabila sapi dara sudah berumur 14-15 bulan, beratnya
sekitar 350 kg, dan menunjukkan tanda-tanda kawin yaitu: kemaluan (vulva)
menaiki sapi betina lain dan tidak mau makan, maka sapi dapat dikawinkan.
3. Perkawinan
pengaruh umur, keberhasilan perkawinan pada sapi perah terjadi jika sapi
perah betina telah memasuki masa birahi. Segera kawinkan sapi dara saat
muncul gejala birahi. Jika perkawinan tidak berhasil, biasanya sapi akan berahi
38
kembali sekitar 21 hari kemudian. Sementara itu, jika gejala berahi tidak
pemeriksaan kebuntingan. Sapi perah dapat dikawinkan dengan dua cara, yaitu
perkawinan alami dan dengan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).
memberikan nutrisi yang cukup untuk janin (fetus) agar pertumbuhannya tidak
terganggu. Selain itu, pakan hijauan yang diberikan berkualitas tinggi agar
Holstein dan Jersey rata-rata 278-279 hari, Guernsey 283-284 hari dan Brown
5. Kelahiran
diperkirakan. Selain itu, sapi yang akan melahirkan juga akan menunjukkan
sejumlah ciri tertentu. Tanda sapi akan melahirkan di antaranya ekornya naik
39
sedikit-sedikit serta ambing mulai membesar. Agar kelahiran pedet berjalan
Agar pedet betina tumbuh optimal dan bisa menjadi sapi perah yang
pakan dan minuman juga dibedakan berdasarkan umur pedet. Jika sudah
sejak pedet dilahirkan hingga berusia sekitar delapan bulan dan menjadi sapi
dara. Sementara itu, pedet jantan dapat dipelihara selama beberapa bulan untuk
dijual. Bisa juga dipelihara, lalu dijual pada momen-momen tertentu seperti
Idul Adha.
diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih. Setelah itu segera bersihkan
lendir yang ada di hidung dan mulut pedet agar pedet dapat bernafas. Setelah
30-60 menit pedet lahir segera diberi minum kolostrum yaitu susu yang
dihasilkan oleh sapi setelah melahirkan sampai sekitar 5-6 hari. Kolostrum
sangat penting untuk pedet setelah lahir karena mengandung zat pelindung atau
antibodi (gama glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet dari
penyakit yang berbahaya. Setelah pedet berumur sekitar satu minggu, pedet
dilatih makan pakan kasar berupa calf starter dan hijauan agar rumen segera
40
berfungsi. Pakan pedet hari ke-4 sampai disapih pada dasarnya ada 4 pilihan
makanan yaitu susu murni, kolostrum asam, susu pengganti, atau susu apkiran.
formula (calf starter) sebanyak 1,5-2 kg dan rumput kering kualitas terbaik 1,5
kg. Pada umur 3 bulan sampai 6 bulan, pakan formula (calf starter) mulai
Rumput yang diberikan dapat dimulai dengan rumput segar yang baik secara
bertahap. Pedet mulai umur 3 bulan dapat dikeluarkan dari kandang untuk
persaingan dalam makanan. Pemberian pakan pedet umur 5-6 bulan pakan
berkembang. Rumput yang diberikan dapat berupa rumput segar yang baik
secara bebas. Rumput segar yang baik diberikan secara bebas pada pedet umur
7-12 bulan agar rumen dapat tumbuh sempurna, dan konsentrat diberikan tidak
susu meningkat dengan cepat, dan puncak produksi susu dicapai pada hari ke-
30-60, atau minggu ke-3-6, atau bulan ke-1-2. Setelah puncak produksi
dicapai, kemudian produksi susu cenderung menurun sampai sapi kering (tidak
41
menghasilkan susu) atau sapi dikeringkan (pemerahan dihentikan karena sapi
sudah bunting 7 bulan). Pada saat produksi susu meningkat, kadar lemak dan
kadar protein menurun. Sedangkan pada saat produksi susu menurun, kadar
lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu dengan kadar
lemak terjadi korelasi negatif, artinya pada saat produksi susu mencapai
Sapi perah dalam satu masa laktasi (selama 10 bulan = 305 hari) memiliki
3 periode laktasi yaitu periode awal laktasi, periode laktasi tengah dan periode
laktasi akhir (Soetarno, 2011:126). Volume produksi susu sapi perah tidak
banyak mengalami perbedaan yang mencolok antara periode umur 5-10 tahun.
Pada periode tersebut, produksi susu tertinggi dicapai pada saat sapi telah
dalam melahirkan. Karena itu, perlu sapi mencapai umur 10 tahun, produksi
8. Pemerahan Susu
baik pula. Pada masa produksi pemerahan susu dilakukan setiap hari.
Pemerahan susu dapat dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Pemerahan pada pagi hari dapat dilakukan pada pukul 06.00 pagi dan sore hari
pukul 16.30. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan
42
dilakukan, pada saat pemerahan, maupun perlakuan terhadap susu yang
dihasilkan (pascaproduksi).
1) Membersihkan Kandang
orang dan air susu karena sapi yang sehat akan memberikan susu
susu harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, dan mudah
43
kontak langsung dengan susu juga halus, tidak bercelah, tidak
milkcan, saringan susu atau kain yang bersih, tester untuk pengetesan
pemerah susu, sikat dan sabun, kain lap ambing yang kering, kain lap
produksi.
paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap yang dibasahi air
44
menggunakan air campuran tersebut. Selanjutnya, mengeringkan
susu (Suheri, 2013:83). Pemerah susu juga harus bebas dari penyakit
menular dan dalam keadaan bersih. Maka dari itu, pemerah susu
disediakan wadah atau cangkir (strip cup) yang ditutup dengan kain
tanda susu bercampur dengan darah atau nanah, maka dipastikan sapi
45
Bila tidak terjangkit mastitis, pemerahan dapat dilanjutkan (Suheri,
tangan pemerah dan menggunakan alat atau mesin perah (Usmiati dan
susu untuk memproduksi kembali air susu secara aktif (Suheri, 2013:83).
Waktu pemerahan sebaiknya dilakukan dua kali sehari pada pagi hari
sekitar pukul 05.00 sampai 06.00 pagi dan sore hari pukul 15.00 sampai
16.00 sore. Apabila memiliki produksi susu yang tinggi dapat dilakukan
tiga kali pemerahan yaitu pada siang hari. Untuk mengetahui produksi
susu pada sapi perah perlu dilakukan pencatatan setiap hari agar dapat
46
c. Penyimpanan Susu
susu yang mudah rusak, mudah tercemar, mudah menyerap bau, dan
mudah kotor (Dewi, 2019:22). Apabila air susu seperti yang disebutkan
maka susu tidak laku dijual atau ditolak oleh pabrik pengolah susu. Susu
tangki pendingin paling sedikit 10 milkcan atau 400 liter supaya susu tidak
(IPS) tidak lebih dua jam dari proses pemerahan. Di koperasi, susu
disaring dan diuji kualitasnya meliputi berat jenis (BJ), uji alkohol, kadar
lemak, protein, bahan kering tanpa lemak (SNF/Solid Non Fat) dan total
47
bakteri (TPC/Total Plate Count). Susu yang mengandung mikroba tinggi,
pada uji alkohol susu akan pecah dan nilai TPC menunjukkan angka yang
tinggi. Sedangkan susu yang telah dipalsukan akan mengubah berat jenis
susu atau susu pecah pada uji alkohol (tergantung jenis pemalsuan yang
48
9. Pemeliharaan Sapi Induk Kering
Masa kering merupakan masa yang penting bagi sapi perah maka perlu
pemberian pakan dan perawatan yang tepat. Masa kering harus diartikan
sebagai permulaan dimulainya masa laktasi baru, bukan sebagai akhir laktasi.
mulai dilakukan 2 bulan sebelum sapi melahirkan atau sapi sudah bunting 7
bulan.
Business pada tahun 1970-an. Metode AHP ini menyediakan prosedur yang sudah
keputusan yang kompleks. AHP juga mencakup penilaian secara sekaligus baik
alternatif kebijakan dan sasaran. Untuk itu, prasyarat dapat digunakannya analisis
ini adalah pihak yang akan memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan
faktor yang dianalisis harus yang benar-benar memahami situasi yang sedang
49
ditelaah. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dengan
keputusan.
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
yang serupa.
50
5. Pengukuran (Measurement)
6. Konsistensi (Consistency)
7. Sintesis (Synthesis)
masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
pengulangan.
Pendapat atau opini dari seorang ahli menjadi masukan yang menimbulkan
subjektif pelaksanaannya dari seorang ahli tersebut, disisi lain metode AHP
51
akan memberikan output yang salah atau tidak memiliki arti apabila seorang
Menurut Saaty (1993:103) terdapat 8 langkah kerja utama dalam AHP adalah
sebagai berikut:
pihak ahli untuk menyusunnya. Untuk itu diperlukan rincian dan pemahaman
yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur dengan
penyelesaian yang disusun menjadi beberapa bagian pokok dan disusun secara
hierarki.
Struktur hierarki yang akan dibuat terdiri beberapa tingkatan. Tingkat tertinggi
dari hierarki yaitu satu elemen yang sifatnya luas dan menjadi fokus yang akan
dicapai, hal tersebut dapat dinyatakan sebagai tujuan atau sasaran dari sistem
merupakan penjabaran dari tujuan tersebut yakni dapat terdiri dari beberapa
52
Tujuan (objectives) dan Skenario (scenario). Contoh struktur hierarki dapat
hierarki
pada Tabel 1.
53
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
G F1 F2 F3 ... Fn
F1
F2
F3
...
Fn
Sumber: Thomas L. Saaty (1993:84)
perangkat matriks
baris ke-i dengan elemen pada kolom ke-j terhadap fokus. Untuk mengisi
lainnya berdasarkan suatu kriteria di tingkat hierarki yang lebih tinggi. Tabel
54
5. Mamasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal
individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen
pada matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat
55
Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah matriks baru dengan elemen
pendapat individu dengan rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10
persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI satu
dengan lainnya tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG yang bebas konflik
adalah pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama
memiliki selisih kurang dari empat satuan antara lain pendapat individu yang
tertinggi dengan nilai yang rendah dan tidak terdapat angka kebalikan pada
baris dan kolom yang sama. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada
Tabel 4.
𝑛
𝑛
𝑥̅𝐺 = √∏ 𝑋𝑖
𝑖=1
Dimana:
̅𝑮 : Rata-rata geometri
𝒙
n : Jumlah responden
𝑿𝒊 : Penilaian oleh responden ke-i
П : Perkalian
56
7. Mensintetis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas
nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat
bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu
tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana
prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan versi MPI dan MPG yang memiliki
𝑛
𝑛
𝑧 = √∏ 𝑎𝑖𝑗 (𝑖, 𝑗| = 1,2,3, … , 𝑛)
𝐽=1
Dimana:
𝑎𝑖𝑗 : Elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI
П : Perkalian
n : Jumlah elemen pada setiap tingkat
VA
VB = VP dengan VB = (VBi)
57
1
λMaks = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑉𝐵𝑖 dengan i = 1, 2, 3, ..., n
λmaks − n
CI =
n−1
CI
CR =
RI
Ridge Laboratory. Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau
setiap elemen ke-i pada tingkat ke-j terhadap sasaran utama, maka:
58
CVij = ∑ 𝐶𝐻𝑖𝑗 (𝑡, 𝑖 − 1) x 𝑉𝑊𝑡 (𝑖 − 1)
Untuk i = 1, 2, 3, ..., p
j = 1, 2, 3, ..., r
t = 1, 2, 3, ..., s
Dimana:
CVij : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i pada tingkat terhadap sasaran
CHij (t, i − 1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat
diatasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal
𝑉𝑊𝑡 (𝑖 − 1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1) terhadap
sasaran utama, yang diperolah dari hasil perhitungan horizontal
p : Jumlah tingkat hierarki keputusan
r : Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-1
s : Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)
kalinya. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio konsistensi harus bernilai
kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika rasio konsistensi mempunyai
nilai lebih besar dari 10 persen, maka informasi itu harus ditinjau kembali dan
Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan
59
adalah menguji dan (1) menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
Abadi (SRA) dan PT. Reswara Prima Express (Respex) berdasarkan target
60
pelayanan dan operasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan sesuai target kinerja
Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kinerja
61
prioritas sebesar 0.358082139, dan alternatif terakhir adalah peningkatan
nelayan yang terkait penurunan ekspor ikan layur dan untuk strateginya
yang tepat bagi nelayan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap
62
2.3 Kerangka Pemikiran
koperasi primer yang mewadahi para peternak sapi perah di Kota dan Kabupaten
Bogor serta Kota Depok. Masalah yang dihadapi Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor ialah jumlah produksi susu sapi perah yang
konsumen, selain itu kualitas susu sapi perah yang diterima dari anggota peternak
sapi perah masih di bawah standar kualitas yang telah ditetapkan, dan proses
beternak anggota peternak sapi perah masih dilakukan secara tradisional dan
sederhana.
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor saat ini memiliki
117 anggota aktif. Sehingga dalam menjalankan usaha yang berkelanjutan, menjadi
keharusan bagi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor untuk
meningkatkan kinerja anggota peternak sapi perah. Oleh karena itu, strategi
peternak sapi perah merupakan hal pertama yang dilakukan. Selain itu perlu
kinerja angota peternak sapi perah serta alternatif strategi apa saja yang dapat di
terapkan pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor.
Ketua Pengawas, dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha
63
Faktor, sub faktor, dan alternatif strategi tersebut kemudian dianalisis
bantuan Software Expert Choice 11. Setelah ditentukan faktor-faktor dan sub faktor
apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah dan alternatif
elemen.
Hasil akhir akan diperoleh strategi yang telah diformulasikan tersebut dibuat
meningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
64
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
Permasalahan:
1. Penurunan jumlah produksi
2. Kualitas susu dibawah standarisasi
3. Pemeliharaan dan pemerahan masih
dilakukan secara tradisional dan sederhana
Keterangan:
: Alur Proses Penelitian
: Metode Analisis
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mengenai keadaan, situasi, atau berbagai variabel yang timbul dari objek penelitian
kualitatif untuk mengetahui keadaan dan situasi yang ada di Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terkait kinerja anggota peternak sapi
perah.
(KPS) Bogor yang terletak di Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 11, Kedung Badak, Kota
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan salah satu
koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah di Kota dan Kabupaten Bogor
serta Kota Depok yang dimana dalam usahanya mengalami stagnansi bahkan
cenderung mengalami penurunan jumlah produksi susu segar, kualitas susu segar
yang diterima dari anggota peternak sapi perah masih di bawah standar kualitas
yang telah ditetapkan, dan proses beternak anggota peternak sapi perah masih
dilakukan secara tradisional dan sederhana. Oleh karena itu diharapkan adanya
peningkatan kinerja Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
66
salah satunya adalah peningkatan kinerja anggotanya. Penelitian ini dilakukan sejak
bulan Februari hingga September 2022. Dalam kurun waktu tersebut akan
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data terkait faktor-faktor kinerja, sub faktor kinerja, dan
pemilihan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang
merupakan data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi
pustaka dan literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian seperti teori
sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, data
produksi susu sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
terkait gambaran umum koperasi, kinerja anggota peternak sapi perah, faktor-faktor
dan sub faktor yang mempengaruhi kinerja, dan pemilihan alternatif strategi
peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah yang tepat bagi koperasi.
kuesioner yang diperolah dengan cara penilaian terhadap faktor-faktor, sub faktor,
67
dan alternatif strategi yang sudah ditentukan pada hasil Focus Group Discussion
(FGD).
data-data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
koperasi, kondisi peternakan sapi perah, faktor-faktor dan sub faktor yang
perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Faktor-
faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah faktor kinerja usaha, sumber daya
manusia dan rantai pasok. Berikut matriks instrumen penelitian dapat dilihat pada
Tabel 7.
68
Tabel 7. Matriks Instrumen Penelitian
Faktor Sub Faktor Item Pertanyaan
1. Berapa liter susu segar yang dipasok
peternak sapi perah per hari?
2. Apakah jumlah susu segar yang dipasok
Produktivitas oleh peternak sapi perah selalu
konsisten?
3. Bagaimana kualitas susu sapi perah yang
dihasilkan oleh peternak?
Kinerja Usaha
4. Bagaimana menentukan harga susu segar
Sink, D.S
yang akan dijual?
(1984)
Profitabilitas 5. Berapa kisaran harga susu segar yang
dijual?
6. Berapa keuntungan yang didapat?
7. Apakah ada teknologi yang digunakan
dalam usaha ternak sapi perah?
Teknologi
8. Apakah terjadi keterbatasan akses untuk
memperoleh informasi terkait teknologi?
9. Bagaimana pengetahuan peternak terkait
usaha ternak sapi perah?
Sumber Daya Pengetahuan 10. Apakah terjadi kurangnya pengetahuan
Manusia terkait usaha ternak sapi perah pada
Armsrong, M peternak?
dan Baron, A 11. Apakah peternak sapi perah sudah
Kompetensi
(2013) kompeten dalam beternak?
12. Bagaimana keterampilan peternak dalam
Keterampilan
dalam beternak?
13. Bagaimana proses pemerahan sapi perah
Pemerahan
yang dilakukan oleh peternak?
Rantai Pasok 14. Bagaimana proses penyimpanan susu
Purwani, T dan Penyimpanan segar yang dilakukan oleh peternak sapi
Nurcholis, L perah?
(2015) 15. Apakah peternak sapi perah selalu tepat
Pengiriman waktu dalam pengiriman susu segar ke
TPS KPS Bogor?
1. Wawancara
69
pada penelitian ini yaitu Manajer Koperasi, Ketua Pengurus, Ketua Pengawas,
dan Ketua Kelompok Ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
sebagai studi pendahuluan yang akan digunakan serta untuk mengetahui hal-
hal secara mendalam dari narasumber. Wawancara juga dilakukan guna untuk
perah, dan alternatif strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah
terstruktur dan dengan cara tanya jawab secara tatap muka maupun melalui
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
2. Pengisian Kuesioner
70
bertujuan untuk menentukan elemen dari tiap level dalam hierarki. Tiap
Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran
2.
elemen dengan elemen lainnya, serta untuk menjawab goal dari penelitian
71
Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
atau pihak lain, dimana data tersebut umumnya telah diolah oleh pihak
tersebut. Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka dan
jurnal, skripsi, data-data dari instansi dan sebagainya maupun dokumen atau
Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan gambaran koperasi, faktor-faktor dan sub faktor apa saja yang
yang tepat dalam peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah. Data dan
informasi tersebut diperoleh dari hasil Focus Group Discussion (FGD), kemudian
diolah terlebih dahulu secara deskriptif agar data yang terkumpul tersusun rapih dan
72
3.6.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Fokus tujuan pada penelitian ini adalah strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Struktur hierarki disusun sebanyak
4 tingkat. Tingkat pertama pada hierarki adalah fokus tujuan yaitu strategi
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Tingkat kedua adalah faktor yang
subfaktor kinerja anggota peternak sapi perah yang merupakan turunan dari
73
faktor yang telah difokuskan. Tingkat keempat pada hierarki adalah alternatif-
hierarki
hierarki.
perangkat matriks
baris ke-i dengan elemen pada kolom ke-j terhadap fokus. Untuk mengisi
kebalikannya.
74
6. Melakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat hierarki
nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat
bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu
tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana
kalinya. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio konsistensi harus bernilai
kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika rasio konsistensi mempunyai
nilai lebih besar dari 10 persen, maka informasi itu harus ditinjau kembali dan
75
kuesioner oleh Ketua Pengurus, Ketua Pengawas, Manajer Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan
berikut:
1. Susu Segar adalah salah satu produk dari peternak yang didistribusikan oleh
2. Anggota peternak sapi perah adalah para peternak sapi perah yang telah menjadi
3. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.
4. Kinerja adalah hasil yang dicapai atau tingkat keberhasilan peternak sapi perah
peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor.
76
7. Sub faktor adalah elemen-elemen turunan dari faktor secara spesifik untuk
mengetahui kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu
8. Focus Group Discussion (FGD) adalah diskusi terfokus dari suatu kelompok
prioritas.
77
BAB IV
GAMBARAN UMUM KOPERASI
koperasi primer yang beranggotakan para peternak sapi perah. Koperasi ini dinilai
hal-hal yang dinilai penting dalam aktivitas agribisnis susu diantaranya adalah
disamping kinerja koperasi yang cukup baik terdapat kinerja anggota peternak sapi
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor didirikan pada
tanggal 21 Oktober 1970 oleh 24 orang peternak dari Kota dan Kabupaten Bogor
dengan Badan Hukum No. 4654 A/BH/KWH. 10/5. Pada awal berdiri, kantor
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor berada di kantor Dinas
Peternakan Kota Bogor, Jalan Pemuda No. 13, Kota Bogor. Sebagai perintis dan
pendiri pada waktu itu adalah Drh. Asrul Makmur (Kepala Dinas Perikanan dan
Peternakan Kotamadya, Bogor), Jachya Djan, H. Amin Ahmadi, H.M. Arief dan
lain semakin bertambahnya jumlah peternak sapi perah dan produksi susu,
dan pengadaan sarana produksi peternakan (sapronak) oleh para tengkulak susu.
78
Pada tahun 1970-1978, Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
kelebihan produksi susu yang tidak dapat dipasarkan langsung oleh peternak.
Namun, setelah adanya bantuan sapi perah dari pemerintah kepada anggota
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dan dukungan
pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk menerima susu dari koperasi, maka
sejak tahun 1979 kegiatan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
pengembangan usaha dan untuk membeli tanah seluas 4480 m² di Jl. KH. Sholeh
Iskandar, Kota Bogor. Sehingga mulai tanggal 27 Agustus 1984, semua kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dipindahkan ke Jl. KH. Sholeh Iskandar hingga saat ini.
Tepat pada bulan Februari 1986 merupakan awal di produksinya pakan ternak sapi
perah guna untuk meningkatkan produksi susu yang lebih tinggi. Pada tanggal 26
Januari 1989 diadakan perubahan Anggaran Dasar (AD) Koperasi sehingga badan
Tahun 1990-1996 Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
yang bersumber dari Bantuan Presiden (Banpres) dan telah diresmikan langsung
oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 7 Januari 1997. Pada tahun 1994
79
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor meraih beberapa
sebagai Koperasi Produsen Terbaik II. Pada tanggal 25 Maret 1996 ada perubahan
dari “Koperasi Produksi Susu dan Peternakan Sapi Perah” menjadi “Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan” yang disingkat tetap dengan nama KPS
Bogor.
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Visi
Menjadi Koperasi yang Amaliah, Modern, Sehat Organisasi, Sehat Usaha dan
Misi
1. Taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang
Anggota.
80
4. Melaksanakan tata kelola operasional dengan baik, efektif dan efisien.
ramah lingkungan.
Tujuan
1. Mengajak, memotivasi dan mendidik anggota untuk bekerja dan hidup
berkoperasi.
sosial dan budaya di wilayah kerja dan sekitarnya serta aktif dalam
81
4.3 Lokasi dan Keadaan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terbagi menjadi
dua wilayah, yaitu wilayah luar KUNAK dan wilayah KUNAK. Wilayah luar
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang terletak di seluruh kawasan
sebelah utara Kota Bogor, tepatnya berlokasi di Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 11,
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor khusus untuk
dua kelompok besar, yaitu KUNAK I dan KUNAK II. KUNAK I terdiri dari tiga
kelompok peternak, yaitu kelompok ternak Tertib, Segar, dan Bersih. KUNAK II
juga terdiri dari tiga kelompok peternak, yaitu kelompok ternak Indah, Aman, dan
Setiap anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dapat di lihat pada
Tabel 8.
82
Tabel 8. Lokasi Kelompok Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
No. Kelompok Lokasi Keterangan
1 Tertib KUNAK I. Pamijahan Aktif
2 Segar KUNAK I. Pamijahan Aktif
3 Bersih KUNAK I. Pamijahan Aktif
4 Indah KUNAK II. Situ Udik Aktif
5 Aman KUNAK II. Situ Udik Aktif
6 Mandiri KUNAK II. Situ Udik Aktif
7 Kania Desa Tajur Halang, Kec. Cijeruk Aktif
8 Makmur Desa Cilebut, Kec. Sukaraja Aktif
9 Terpencar Kota Bogor Aktif
10 Ciawi Kec. Ciawi Tidak Aktif
11 Kasumi Depok Tidak Aktif
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang tersebar di beberapa
wilayah Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok. Koperasi Produksi Susu dan
Terpencar, Ciawi, dan Kasumi. Namun, terdapat dua kelompok ternak yang tidak
aktif yaitu kelompok Ciawi dan Kasumi. Hal ini karena kelompok ternak tersebut
sudah tidak menyetorkan hasil susu sapi perahnya ke Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor dikarenakan sudah tidak adanya produksi susu sapi
perah yang dihasilkan dan ada pula peternak yang menjual langsung hasil
tersebut masih menjadi anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor karena masih memiliki tanggung jawab atas pinjamannya terhadap
koperasi.
83
4.4 Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor telah memiliki
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor bertujuan untuk menetapkan
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS PENGAWAS
KELOMPOK
KOORDINATOR
Satpam
Gambar 6. Struktur Organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
Keterangan:
: Garis Komando dan Pertanggungjawaban
: Garis Pengawasan
: Garis Koordinasi dan Kerjasama
84
Struktur organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Koordinator. Selain itu terdapat juga bagian Administrasi dan Keuangan. Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor mempunyai dua unit usaha yang
aktif yaitu unit usaha pelayanan susu (KUNAK) dan unit pelayanan teknis
organisasi di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, yaitu
sebagai berikut:
1. Rapat Anggota
Peternakan (KPS) Bogor. Rapat Anggota di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
85
2. Anggota
merupakan peternak sapi perah. Untuk menjadi anggota, setiap peternak sapi
perah yang ada di wilayah kerja Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah sebesar
Rp50.000,00 dan simpanan wajib sebesar Rp10,00 per liter susu yang dipasok
simpanan yang dibagikan pada saat lebaran. Besarnya simpanan lebaran adalah
Rp25,00 per liter susu yang dipasok ke Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor saat ini yaitu sebanyak 842 anggota yang terdiri dari
117 anggota yang aktif setor susu dan 725 anggota yang tidak setor susu. Setiap
simpanan wajib dan simpanan lainnya yang diputuskan dalam Rapat Anggota;
86
barang-barang kebutuhan di koperasi dan menjual hasil produksinya ke
koperasi.
Tabel 9. Jumlah Anggota Peternak Sapi Perah Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor
No. Uraian Jumlah (orang)
1 Anggota Aktif Setor Susu
• KUNAK 88
• Luar KUNAK 29
2 Anggota Tidak Setor Susu 725
Jumlah Anggota 842
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
3. Kelompok
Bogor dan Kota Depok. Setiap wilayah dibentuk kelompok. Jumlah kelompok
anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ada 11
kelompok yaitu kelompok Tertib, Segar, Bersih, Indah, Aman, Mandiri, Kania,
(KPS) Bogor dan dari Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
4. Pengurus
Pengurus yang ada di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
87
Bogor terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Pengurus Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan peternak sapi
perah sekaligus anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Tabel 10. Susunan Pengurus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Nama Jabatan
1 Zamroni Burhan Ketua
2 Ephi Gunawan, S.T Sekretaris
3 Agus Zaenudin, S.Pt Bendahara
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
5. Pengawas
pengelola agar sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan
pada rapat anggota. Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
Tabel 11. Susunan Pengawas Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Nama Jabatan
1 Subandi Yusuf Ketua
2 H. Erwin Anggota
3 Marullah Anggota
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
88
6. Koordinator
7. Pengelola
ialah yang mengelola usaha sesuai dengan kuasa dan wewenang yang
diberikan oleh pengurus serta terdiri dari kepala bagian dan karyawan. Jumlah
karyawan di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ada
29 orang.
Tabel 12. Jumlah Karyawan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
No. Bagian/Wilayah Jumlah (orang)
1 Wilayah KUNAK 22
2 Wilayah Luar KUNAK
a. Bagian Administrasi Umum dan Keuangan
6
Kantor
b. Bagian Susu 3
c. Bagian Pelteknak dan Toko KPS 5
Jumlah 36
Sumber: Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, 2021
4.5 Kegiatan Usaha Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor merupakan suatu
wadah perekonomian bagi para peternak sapi perah. Koperasi Produksi Susu dan
89
Usaha Peternakan (KPS) Bogor ini memiliki beberapa kegiatan atau unit usaha,
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor memiliki dua
Unit usaha susu murni merupakan unit usaha utama dari kegiatan
peternak. Susu yang diproduksi oleh para peternak yang telah menjadi
Fonusa Agung Mulia, PT. Bukit Baros Cempaka, Unit Usaha Susu
memiliki unit usaha susu pasteurisasi yang saat ini bekerjasama dengan
Badan POM.
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor pada tahun
90
bekerja lagi di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Andhini Megah Sejahtera (PT. AMS) sampai tahun 2013. Unit usaha
pakan ternak Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
saat ini dikelola oleh As Syifa dalam bentuk penyewaan gudang pakan
kepada peternak sapi perah anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha
umum. Pembelian pakan ternak oleh anggota dilakukan secara kredit dan
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor memiliki tiga
91
b. Unit Usaha Penyaluran Pinjaman
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor selama minimal satu
suku bunga yang rendah dari suku bunga perbankan pada umumnya.
obatan dan peralatan kandang (tali, arit, karpet sapi, sepatu kandang,
Adapun proses bisnis yang dilakukan oleh anggota peternak sapi perah di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu sebagai berikut.
92
Produksi Susu Anggota Peternak Sapi Perah
Kirim Susu
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
Petugas Penerimaan Susu
Pemeriksaan Susu
1. Pengecekan Kebersihan
2. Pengujian Kualitas Susu:
• Uji Alkohol (susu rusak/belum)
• Uji Rasa, Warna, Aroma
• Uji Berat Jenis (BJ)
• Tes Kandungan Mutu (Fat, Protein, Total Solid (TS),
Addes Water, dll sebagai penentu harga susu
3. Pengecekan Kuantitas Susu
Hasil Pemeriksaan
Dikembalikan
Ditolak Diterima
Penyimpanan Susu
Pendistribusian Susu
Penjelasan untuk setiap tahapan pada proses bisnis anggota peternak sapi perah
di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, yaitu sebagai
berikut:
Proses bisnis anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
konsumen. Proses bisnis dimulai dari peternak sapi perah yang merupakan
93
anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dari
beberapa wilayah di Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok. Produksi
susu yang dihasilkan oleh anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yaitu rata-rata sebanyak 6-10
sebanyak 80 persen. Susu yang telah diperah oleh peternak kemudian disimpan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor agar kualitas susu tetap terjaga. Terdapat dua
TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada
Bogor
(KPS) Bogor diawali ketika susu yang dikirimkan oleh peternak telah tiba di
TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Peternak
mengirimkan susu tersebut ada yang menggunakan mobil pick-up ada juga
susu pada TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor di
Jl. KH. Sholeh Iskandar hanya dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada pagi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada di Desa
94
Pamijahan dilakukan dua kali sehari yaitu di pagi hari pukul 06-30-09.00 WIB
dan pada sore hari pukul 15.00-16.00 WIB. Apabila pengiriman susu di luar
jam penerimaan maka susu tidak dapat diterima/ditolak karena beresiko susu
pecah dan angka kumannya tinggi. Selanjutnya, susu yang dibawa oleh
Penerimaan susu yang diantar oleh peternak dilakukan oleh petugas TPS yang
terdiri dari petugas penguji kualitas susu (tester) dan petugas pencatat.
3. Pemeriksaan Susu
kualitas susu, dan pengecekan kuantitas susu yang dikirim oleh anggota
memastikan apakah susu tersebut sudah sesuai standar atau tidak. Susu yang
tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan maka tidak akan
a. Pengecekan Kebersihan
maka susu segar akan ditolak, begitupun susu yang dibawa menggunakan
TPS.
95
b. Pengujian Kualitas Susu
Pengujian kualitas susu yaitu dengan pemeriksaan uji alkohol 70%, uji
rasa, warna dan aroma, uji berat jenis, serta tes kandungan mutu.
susu. Apabila susu pecah, maka kestabilan protein dalam susu lemah.
Kondisi tersebut muncul karena susu mulai atau sudah asam yang pada
umumnya disebabkan oleh penanganan susu yang terlalu lama dalam suhu
ruangan. Uji rasa, warna dan aroma yaitu untuk mengetahui bahwa susu
layak konsumsi sesuai SNI. Standar pengujian susu yang ditetapkan yaitu
rasa manis, gurih khas susu, warna susu normal, putih kekuningan, dan
apakah ada penambahan komponen pada susu seperti air, dsb. Apabila
berat jenis susu semakin besar maka semakin bagus karena komposisi dari
susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu kecil. Sebaliknya,
apabila berat jenis susu kecil maka susu kurang baik dan adanya
mutu susu untuk mengetahui total fat, protein, total solid (TS), dll sebagai
kapasitas yang berbeda-beda yakni ada yang berukuran 10, 15, 20 dan 40
96
dilakukan dengan cara memasukkan besi panjang ke dalam milkcan guna
sebagai laporan atas keaktifan anggota peternak sapi perah yang menyetor
susu, dan berapa banyak liter susu yang disetor yang nantinya akan
perah.
4. Penyimpanan Susu
Susu segar yang telah lolos pemeriksaan maka akan segera dituangkan ke
dalam dump tank atau tangki penampungan. Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang berada di Jl. KH. Sholeh Iskandar
memiliki 3 kapasitas dump tank yakni ada yang berukuran 10.000 liter, 1.200
liter dan 1.400 liter. Tangki penampungan ini berisi susu dari beberapa
peternak yang dikumpulkan menjadi satu. Suhu pada tangki ini dijaga agar
tetap diantara 3-4ºC yang bertujuan agar kualitas susu tetap terjaga.
5. Pendistribusian Susu
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor. Setelah melalui proses pengiriman susu oleh peternak, pemeriksaan dan
penyimpanan. Susu yang telah digabungkan dari beberapa peternak dan telah
(IPS) seperti PT. Indolakto, PT. Fonusa Agung Mulia, PT. Bukit Baros
97
Cempaka, dan Unit Pasteurisasi As Syifa untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku usahanya seperti susu pasteurisasi dan yogurt. Selain itu, susu sapi
jarang ada beberapa konsumen akhir yang langsung membeli susu sapi perah
menggunakan plastik yang berukuran 1 atau 5 liter. Susu yang siap diangkut
4.6 Sarana dan Prasarana Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor
Sarana dan prasarana di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Administrasi dan Pelayanan Koperasi
98
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor di Jl. KH. Sholeh Iskandar yaitu
sebagai berikut:
Sarana dan prasarana umum yang dimiliki oleh Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor antara lain bangunan kantor administrasi
umum, ruang rapat atau ruang pertemuan, toilet, musholla, dapur, halaman
parkir, pos satpam, ATK (Alat Tulis Kantor), printer yang juga bisa sebagai
alat fotokopi.
antara lain ruang produksi pakan ternak, gudang, cooling unit atau
tangki, Gun tester untuk uji alkohol, Lactodensimetr tool untuk uji berat jenis,
99
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam proses struktur hierarki. Faktor-faktor pada penelitian ini digunakan sebagai
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
yang terdapat pada teori yang disesuaikan dengan kondisi koperasi. Faktor-faktor
yang berpengaruh dalam kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor terdiri dari karakteristik personal,
karakteristik psikologis, kinerja usaha, sumber daya manusia, rantai pasok, dan
lingkungan. Adapun hasil penentuan faktor dan sub faktor yang diperoleh dari hasil
Tabel 13. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Penentuan Faktor dan Sub Faktor
Faktor Score Sub Faktor Score
Usia Peternak 1
Karakteristik Personal 2 Pendidikan Formal 2
Pengalaman 2
Motivasi 2
Karakteristik Psikologis 1
Kebutuhan Berprestasi 1
Produktivitas 4
Kinerja Usaha 4 Profitabilitas 4
Teknologi 3
Pengetahuan 3
Sumber Daya Manusia 3 Keterampilan 4
Kompetensi 3
Pemerahan 4
Rantai Pasok 3 Penyimpanan 3
Pengiriman 4
Kondisi Fisik 2
Lingkungan 2 Peralatan 2
Desain Organisasi 2
Sumber: Data diolah oleh penulis melalui proses FGD, 2022
100
Tabel 13 menunjukkan hasil Focus Group Discussion (FGD) penentuan faktor
dan sub faktor pada strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, terdapat tiga faktor
yang dominan yaitu kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok.
Sedangkan sub faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
yaitu faktor kinerja usaha yang diadopsi oleh Sink (1984), terdiri dari tiga sub faktor
terdiri dari tiga sub faktor yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
(Amstrong dan Baron, 2013:3). Faktor rantai pasok terdiri dari tiga sub faktor yaitu
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnowati dkk (2014:144)
dan inovasi proses yang didalamnya terkandung masalah teknologinya; dan yang
pengelolaan pasarnya.
Keputusan yang dirancang dari fokus masalah sampai alternatif strategi yang
ingin dicapai disusun ke dalam suatu metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
101
elemen untuk memudahkan dalam proses menentukan setiap elemen. Struktur
hierarki untuk strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor ini terdiri dari empat tingkat
elemen. Dimana elemen tingkat 2 (faktor) yang terdiri dari kinerja usaha,
sumber daya manusia, dan rantai pasok terhadap fokus (goal) penelitian ini
yaitu strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Tingkat 3 yaitu elemen
kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor. Elemen tingkat 4 yaitu alternatif strategi yang terdiri
102
kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Expert Choice 11 untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat
Consistency Ratio (CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang
vertikal ini berupa bobot prioritas setiap elemen pada setiap tingkat terhadap
fokus (goal) yang akan diurutkan dari yang tertinggi ke yang rendah. Struktur
peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu
Tingkat III K1 K2 K3 S1 S2 S3 R1 R2 R3
(Sub Faktor) (0,391) (0,431) (0,178) (0,199) (0,421) (0,381) (0,340) (0,158) (0,502)
Tingkat IV
(Alternatif AS1 AS2 AS3 AS4
Strategi) (0,290) (0,229) (0,302) (0,179)
K1 : Produktivitas
K2 : Profitabilitas
K3 : Teknologi
103
S1 : Pengetahuan
S2 : Keterampilan
S3 : Kompetensi
R1 : Pemerahan
R2 : Penyimpanan
R3 : Pengiriman
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Elemen pada tingkat faktor
terdiri dari kinerja usaha, sumber daya manusia, dan rantai pasok.
elemen kinerja usaha terhadap sumber daya manusia dan rantai pasok,
ini dinilai dengan skala 1 sampai 9 dimana semakin besar nilai terhadap
yaitu Expert Choice 11 untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk
104
melihat Consistency Ratio (CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti
jawaban yang diberikan oleh pakar telah bersifat konsisten. Setelah diolah
dan diketahui bobot setiap elemen, maka akan diketahui urutan prioritas
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor adalah faktor kinerja usaha
dengan bobot sebesar 0,395, kedua yaitu faktor sumber daya manusia
dengan bobot sebesar 0,362, dan yang terakhir yaitu pada faktor rantai
kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
itu Industri Pengolahan Susu (IPS) juga memiliki standar mutu susu yang
105
perlu dipenuhi. Sehingga, faktor kinerja usaha menjadi penting karena
kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
peternak itu sendiri sebagai penggerak. Peternak sapi perah dituntut untuk
dengan mutu yang tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya dengan baik
rantai pasok. Faktor ini menjadi prioritas terakhir karena rantai pasok
dapat menjadi penyebab kegagalan pada suatu usaha, karena rantai pasok
106
suatu permasalahan dalam salah satu proses rantai pasok maka akan
suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai agar susu
ini dilakukan untuk melihat elemen sub faktor mana yang paling
Peternakan (KPS) Bogor. Elemen tingkat sub faktor pada pengolahan ini
yaitu mulai dari sub faktor dari faktor kinerja usaha terdiri dari sub faktor
kompetensi. Sub faktor dari faktor rantai pasok terdiri dari sub faktor
107
keterampilan terhadap teknologi. Yang terakhir elemen pemerahan
melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat Consistency Ratio (CR),
dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh pakar
telah bersifat konsisten. Setelah diolah dan diketahui bobot setiap elemen,
pada elemen sub faktor. Sub faktor yang paling dominan berdasarkan
108
faktor kinerja usaha adalah sub faktor profitabilitas memiliki bobot
sebesar 0,391. Ketiga adalah sub faktor teknologi memiliki bobot sebesar
adalah sub faktor kompetensi memiliki bobot sebesar 0,381. Ketiga adalah
109
keterampilan yang mumpuni dalam melakukan usaha ternaknya.
adalah sub faktor pengiriman dengan bobot 0,502. Kedua adalah sub
faktor pemerahan memiliki bobot sebesar 0,340. Ketiga adalah sub faktor
bahwa proses pengiriman sangat penting dalam distribusi susu sapi perah.
koperasi. Selain itu, pemerahan juga sangat penting dan perlu persiapan
tempat yang tidak mempengaruhi kondisi susu seperti milkcan yang telah
110
disterilkan dan harus segera di tutup agar terhindar dari udara yang masuk.
Jika ada, susu yang diperah disimpan di suhu dingin untuk menghambat
perah yang akan dipilih ini merupakan tahap akhir dalam penentuan proses struktur
hierarki. Alternatif strategi didapatkan dari hasil Focus Group Discussion (FGD)
oleh para pakar/informan yang mengetahui kondisi Koperasi Produksi Susu dan
kinerja anggota peternak sapi perah yang akan dilaksanakan dijabarkan untuk
sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor,
sesuai untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang terbaik. Alternatif
strategi ini merupakan hasil perbandingan suatu cara yang diterapkan oleh koperasi
dengan kondisi permasalahan yang ada sehingga tetap dapat bersaing dan bertahan
dalam jangka waktu yang panjang. Dalam penentuannya perlu melihat aspek
111
sumber daya manusia adalah mengenai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi.
Dan yang terakhir pada aspek rantai pasoknya terkait masalah penanganannya yaitu
dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak, serta kebijakan dan
fokus (goal) pada strategi peningkatan kinerja anggota peternak sapi perah di
kebutuhan.
112
(KPS) Bogor dan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor.
untuk melihat bobot prioritas elemen dan untuk melihat Consistency Ratio
(CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh pakar
telah bersifat konsisten. Setelah diolah dan diketahui bobot setiap elemen,
maka akan diketahui urutan prioritas setiap elemen. Hasil pengolahan vertikal
sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak dengan
kepada peternak sapi perah dengan bobot sebesar 0,290, ketiga yaitu
113
sebesar 0,229, dan prioritas alternatif strategi terakhir yaitu kebijakan dan
produksi susu sapi perah yang rendah. Produksi susu pada sapi perah
dilakukan perbaikan mutu genetik ternak yang juga di dukung oleh kondisi
lingkungan yang baik untuk memperoleh produksi susu yang optimal. Selain
itu, perlu dilakukan perbaikan pada manajemen beternak yang masih kurang
baik agar seluruh aktivitas dalam usaha peternakan dapat terencana, terstruktur
dan terpola dalam suatu sistem mulai dari pemilihan bibit, pemeliharaan
menghasilkan mutu susu yang baik pula, karena sebaik apa pun mutu genetik
sapi perah apabila manajemennya tidak baik maka produksi susu menjadi tidak
optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
114
kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan serta manajemen budidaya ternak
yang optimal dapat mempengaruhi kinerjanya dalam beternak yang tentu dapat
sebagai mediator para peternak sapi perah. Sehingga dukungan dalam hal
115
dalam beternak dengan metode yang mudah dipahami dan materi yang sesuai.
peternakan sapi dan produksi susu saja, tetapi juga terkait manajemen usaha
beternak sangat diperlukan guna membuka wawasan peternak sapi perah untuk
mendorong untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini sesuai dengan
kegiatan penyuluhan.
perekonomian bagi para peternak sapi perah dalam penyaluran hasil produksi
baik bagi peternak maupun koperasi itu sendiri. Kebijakan dan program yang
116
harga susu yang lebih baik kepada peternak sehingga peternak sapi perah
perlu diperhatikan lagi agar peternak dapat lebih disiplin dalam mematuhi
kebijakan dan program yang diberikan. Sehingga melalui strategi ini dapat
Pengaruh antara satu faktor terhadap faktor lainnya pada tingkat hierarki
dibawahnya akan terlihat dari hasil pengolahan data. Pengolahan horizontal pada
strategi terhadap masing-masing elemen sub faktor yang berada satu tingkat
elemen-elemen pada sub faktor dan elemen-elemen pada alternatif strategi dimana
117
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah, meningkatkan
untuk melihat bobot pengaruh antar elemen dan untuk melihat Consistency Ratio
(CR), dimana jika CR < 0,10 yang berarti jawaban yang diberikan oleh
Penyimpanan
Produktivitas
Profitabilitas
Pengetahuan
Elemen
Kompetensi
Pengiriman
Pemerahan
Teknologi
Alternatif
Strategi
Memberikan
pelatihan dan
pemberdayaan 0,194 0,230 0,358 0,474 0,503 0,412 0,201 0,130 0,110
kepada peternak
sapi perah
Meningkatkan
intensitas
penyuluhan 0,160 0,181 0,330 0,347 0,294 0,255 0,232 0,137 0,179
kepada peternak
sapi perah
Meningkatkan
produktivitas
sapi perah
dengan
0,541 0,416 0,166 0,079 0,090 0,189 0,418 0,376 0,352
memperbaiki
mutu genetik dan
manajemen
beternak
Kebijakan dan
program yang
disesuaikan 0,104 0,173 0,146 0,100 0,113 0,144 0,149 0,357 0,359
dengan
kebutuhan
CR 0,00817 0,01 0,00302 0,02 0,02 0,03 0,01 0,00103 0,00856
Sumber: Pengolahan Expert Choice 11
118
Tabel 17 menyajikan data hasil pengolahan secara horizontal untuk tingkat 4
atau pada elemen alternatif strategi. Tabel ini menunjukkan hasil pengolahan
perbandingan antara elemen alternatif strategi terhadap elemen sub faktor. Terdapat
beberapa elemen sub faktor yang memiliki hubungan yang kuat dengan salah satu
kompetensi, dan teknologi degan bobot berturut-turut sebesar 0,503, 0,474, 0,412,
peternak sapi perah akan berdampak pada sub faktor keterampilan, pengetahuan,
melakukan usaha ternaknya, selain itu pengetahuan peternak juga dapat bertambah
sehingga peternak lebih kompeten dan dapat lebih mudah dalam mengadopsi
genetik dan manajemen beternak memiliki hubungan yang kuat dengan sub faktor
turut sebesar 0,541, 0,418, 0,416, dan 0,376. Alternatif strategi ini akan berdampak
119
apabila peternak memiliki sapi perah dengan mutu genetik yang berkualitas serta
manajemen ternak yang baik, maka akan meningkatkan produksi susu yang
dihasilkan, sehingga profitabilitas yang didapat juga semakin meningkat. Selain itu,
hubungan dengan sub faktor pengiriman dengan bobot sebesar 0,359. Alternatif
strategi ini akan berdampak pada sub faktor pengiriman. Koperasi perlu membuat
kebijakan atau program yang disesuaikan dengan kebutuhan peternak terkait proses
pengiriman susu, karena pengiriman susu sangat dipengaruhi oleh jarak, ketepatan
waktu, dan kondisi kualitas susu selama diperjalanan. Melalui strategi ini tentu akan
tetap terjaga sampai ke Tempat Penampungan Susu (TPS) Koperasi Prroduksi Susu
120
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan
sebagai berikut:
1. Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor dalam melakukan
berdasarkan faktor kineja usaha, sumber daya manusia dan rantai pasok.
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor secara berturut-turut mulai dari faktor kinerja usaha, kriteria diukur
anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
121
c. Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu
diketahui bahwa prioritas utama yang paling sesuai pada strategi peningkatan
kinerja anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
6.2 Saran
Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan
122
peningkatan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik dan
dengan suku bunga rendah serta perlu adanya penentuan harga susu sapi yang
sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
dirumuskan.
123
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, Dawud. 2013. Kiat Sukses Usaha Ternak Sapi Perah Skala Kecil.
Jogjakarta: Trans Idea Publishing.
Afandi, P. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan Indikator).
Riau: Zanafa Publishing.
Budi, U. 2006. Buku Ajar Dasar Ternak Perah. Medan: Departemen Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara.
Chye, F. K., A. Abdullah, & M. K. Ayob. 2004. Bacteriological Quality and Safety
of Raw Milk in Malaysia. Food Microbiology, 21, 535-541.
124
David. 2004. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat.
Dewi, Rosi Pravita. 2019. Mengenal Peternakan Sapi Perah. Sukoharjo: CV Graha
Printama Selaras.
Fatlulloh, M, N., Hayati, R., Indrayati, A. 2019. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Ramah Lingkungan Penambang Pasir di Sungai Krasak. Indonesian Journal
of Conservation, 8(2), 103-113.
Firdaus, M., Harmini & Farid, M.A. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk Manajemen
Dan Bisnis. (Bogor: IPB Press, 2011).
Hasibuan. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
125
Iskandar, D. 2018. Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan Melalui Pengelolaan
Sumber Daya Manusia dan Kepuasan Kerja dan Dampaknya Terhadap
Produktivitas Karyawan. Jurnal JIBEKA, 12(1), 23-31.
Jauch, Lawrence R. and Glueck, William F. 1999. Business Policy and Strategic
Management. Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Kartika, Annisa Indah dan Sara Ratna Qanti. 2016. Keragaan Kemitraan di
Koperasi Produksi Susu (Studi Kasus di KPS Bogor, Kedung Badak, Kota
Bogor). 1(2), 95-204.
Mitrani, A., Dalziel, M., & Fitts, D. 1992. Competency Based Human Resources
Management: Value-Driven Strategies for Recruitment, Development and
Reward.
Murti, T.W., Purnomo, H., dan Usmiati, S. 2009. Profil Usaha Sapi Perah di
Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
126
Prasetya, H. 2012. Prospek Cerah Beternak Sapi Perah Pembibitan, Pemeliharaan,
Manajemen Kesehatan dan Pengolahan Susu. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Purwani, T., dan Nurcholis, L. 2015. Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan.
Yogyakarta: Deepublish.
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi
Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah).
[Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rahardi, F., dan Rudi, H. 2006. Agribisnis Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Retnowati, H., Anggraini, S., & Tri, W, N. 2014. Strategi Peningkana Kinerja
Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur melalui Pengembangan Modal
Insani di Pelabuhanratu. Manajemen IKM, 9(2): 140-149.
Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT.
Gramedia.
Setiawan, E. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1. Pusat Bahasa
Software.
127
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetarno, Timan. 2011. Materi Pokok Budidaya Ternak Perah: 1-9. Cet.1; Ed.2.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Suheri, G. 2013. Teknik Pemerahan Dan Penanganan Susu Sapi Perah. Bogor:
Balai Penelitian Ternak.
Sulistiyani, Ambar Teguh. dan Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama,
Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
Swastika, D.K., M.O.A. Manikmas., B. Sayaka., K. Kariyasa. 2005. The Status and
Prospect of Feed Crops in Indonesia. ESCAP, United Nations.
Syarif, E.K., dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Usmiati, S. & Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
128
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Widodo dan Sunarso. 2009. Pengaruh Penyuluhan, Motivasi Dan Disiplin Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Kelompok Tani. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Manusia, 3(1), 47-56.
129
LAMPIRAN
130
Lampiran 1. Panduan Wawancara dengan Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor (In-depth interview)
Pertanyaan Narasumber
1. Bagaimana sejarah berdirinya Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Manajer
(KPS) Bogor? Koperasi
2. Dimana alamat lokasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Produksi
Bogor?
Susu dan
3. Bagaimana struktur organisasi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan
(KPS) Bogor?
Usaha
4. Apa visi, misi dan tujuan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Peternakan
Bogor? (KPS) Bogor
1. Ada berapa jumlah anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan
Usaha Peternakan (KPS) Bogor?
2. Berapa liter susu segar yang dipasok peternak sapi perah per hari?
3. Apakah jumlah susu segar yang dipasok oleh peternak sapi perah selalu
konsisten?
4. Bagaimana kualitas susu sapi perah yang dihasilkan oleh peternak?
5. Bagaimana menentukan harga susu segar yang akan dijual?
6. Berapa kisaran harga susu segar yang dijual?
7. Berapa keuntungan yang didapat?
8. Apakah ada teknologi yang digunakan dalam proses beternak dan saat
pemerahan? Manajer
9. Apakah terjadi keterbatasan akses untuk memperoleh informasi terkait teknologi? Koperasi,
10. Bagaimana pengetahun peternak terkait usaha ternak sapi perah? Ketua
11. Apakah terjadi kurangnya pengetahuan terkait usaha ternak sapi perah pada Pengurus,
peternak? Ketua
12. Apakah peternak sapi perah sudah kompeten dalam beternak? Pengawas,
13. Bagaimana keterampilan peternak dalam proses beternak dan saat pemerahan? dan Ketua
14. Bagaimana proses pemerahan sapi perah yang dilakukan oleh peternak sapi Kelompok
perah? Ternak
15. Bagaimana proses penyimpanan susu segar yang dilakukan oleh peternak sapi Koperasi
perah? Produksi
16. Apakah peternak sapi perah selalu tepat waktu dalam pengiriman susu segar ke Susu dan
TPS Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor? Usaha
17. Apakah selama ini kinerja dari anggota peternak sapi perah sudah sesuai dengan Peternakan
harapan koperasi? (KPS) Bogor
18. Siapa yang bertanggung jawab dalam kinerja anggota peternak sapi perah?
19. Apakah selama ini Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
sudah memiliki kriteria untuk menilai kinerja anggota peternak sapi perah?
20. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja anggota peternak sapi perah pada
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor?
21. Menurut Anda, apakah ada faktor lainnya yang harus digunakan dalam
meningkatkan kinerja anggota peternak sap perah?
22. Menurut Anda, apakah anggota peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor harus ditingkatkan kinerjanya apabila
kinerjanya masih dibawah harapan?
131
Lampiran 2. Kuesioner Terbuka untuk Focus Group Discussion (FGD)
Penyusunan Elemen-elemen pada Strategi Peningkatan
Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor (In-depth interview)
132
Lampiran 3. Kuesioner Tertutup untuk Pemilihan Prioritas Strategi
Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
KUESIONER PENELITIAN
Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor
Identitas Responden
Nama :
Jabatan/Profesi :
Tanggal Pengisian :
Pendidikan Terakhir :
Lamanya Bekerja :
Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Peningkatan Kinerja Anggota Peternak Sapi Perah di Koperasi Produksi Susu dan
Kuesioner ini merupakan bagian penelitian dari tugas akhir saya. Saya mohon
kasih.
133
Lampiran Lanjutan.
Petunjuk Umum:
Petunjuk Teknis:
2. Nilai perbandingan antara dua elemen ditandai dengan tanda “√” (centang).
3. Nilai perbandingan yang diberikan responden mempunya skala 1-9. Definisi dari
134
Lampiran Lanjutan.
CONTOH PENGISIAN
√ Faktor Y
Faktor X
√ Faktor Z
Faktor Y √ Faktor Z
Penjelasan:
1. Faktor X tidak lebih penting dibanding Faktor Y, atau sebaliknya Faktor Y jelas
2. Faktor X jelas lebih penting dibanding Faktor Z, atau sebaliknya Faktor Z tidak
3. Faktor Y sangat jelas lebih penting dibanding Faktor Z, atau sebaliknya Faktor
135
Lampiran 3.A. Bagian I (Hierarki Faktor terhadap Fokus)
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Profitabilitas
Produktivitas
Teknologi
Profitabilitas Teknologi
kinerja anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
136
Kolom Lebih Penting Lebih Penting Kolom
Kiri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kanan
Keterampilan
Pengetahuan
Kompetensi
Keterampilan Kompetensi
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Penyimpanan
Pemerahan
Pengiriman
Penyimpanan Pengiriman
Lampiran 3.C. Bagian III (Hierarki Alternatif Strategi terhadap Sub Faktor)
Dari beberapa sub faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah di Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor,
137
3.A. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
138
3.B. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
139
3.C. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
140
3.D. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
141
3.E. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
142
3.F. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
143
3.G. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
144
3.H. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
145
3.I. Instruksi: Bandingkan tingkat kepentingan antar Alternatif Strategi berikut
anggota peternak sapi perah pada Koperasi Produksi Susu dan Usaha
146
Lampiran 4. Daftar Hadir Focus Group Discussion (FGD)
147
Lampiran 5. Hasil Kuesioner Terbuka pada Focus Group Discussion (FGD)
Pertanyaan Hasil
1. Apakah dengan R2: Perihal mengenai permasalahan koperasi
meneliti strategi khususnya pada anggota, ada beberapa kendala terkait
peningkatan manajemen beternak sehingga produksi susu yang
kinerja anggota dikirim ke koperasi rendah dan mutunya kurang baik.
peternak sapi R4: Betul sekali, apalagi saat ini sedang terjadi
perah di Koperasi masalah wabah PMK pada ternak sapi perah yang
Produksi Susu mengakibatkan produksi susu semakin berkurang.
dan Usaha R3: Berdasarkan permasalahan tersebut memang saat
Peternakan (KPS) ini koperasi sangat membutuhkan penelitian mengenai
Bogor sesuai kinerja peternak agar lebih memperhatikah usaha
dengan keadaan ternaknya.
untuk mengatasi R1: Iya betul, peningkatan kinerja sangat diperlukan
permasalahan untuk kedepannya agar produktivitasnya semakin
koperasi? meningkat. Sehingga dengan adanya penelitian
tersebut terkait strategi peningkatan kinerja anggota
peternak sapi perah diharapkan dapat membantu
koperasi menemukan strategi apa yang perlu
dilakukan.
2. Pada proses R3: Kalau bicara soal faktor yang mempengaruhi
peningkatan kinerja peternak yah sangat banyak dan itu semua bisa
kinerja anggota jadi beberapa hal yang dapat diperhatikan. Tapi
peternak sapi menurut saya untuk usaha peternakan seperti ini yah
perah dalam yang paling mempengaruhi menurut saya kinerja
menentukan usahanya.
faktor-faktor R1: Betul, menurut saya dalam peningkatan kinerja
kinerja apakah peternak faktor sumber daya peternak itu sendiri yang
faktor perlu ditingkatkan termasuk karakteristik individu
148
karakteristik karena yang melakukan proses beternak itu kan
personal, peternak langsung walaupun ada beberapa yang
psikologis, kinerjadilakukan oleh pekerjanya si peternak. Tapi
usaha, sumber peternaklah yang harus lebih tau, mengerti dan mampu
daya manusia, dalam melakukan usahanya. Dengan sumber daya
rantai pasok dan peternak yang baik pasti kinerjanya akan baik juga.
lingkungan sesuai Selain itu karena kita produknya susu segar yah sangat
dengan kebutuhan perlu adanya manajemen rantai pasok tadi. Faktor
koperasi? lingkungan juga masuk. Kalau faktor kinerja memang
wajib itu.
R2: Faktor-faktor yang sudah disebutkan tadi sudah
sesuai sih dengan kebutuhan koperasi, karena faktor-
faktor tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi terhadap kinerja peternak. Hanya saja
mungkin perlu difokuskan lagi di tiap-tiap faktornya.
Karekteristik personal, psikologis, SDM itu penting.
Namun untuk sebuah usaha yang tujuan utamanya
adalah profit yah faktor kinerja usaha yang utama.
R4: Iya faktor-faktor tersebut sangat penting terutama
pada kinerja usaha dan sumber daya manusia nya yang
otomatis dapat mempengaruhi kinerja peternak
maupun koperasi. Selain itu, untuk faktor rantai pasok
juga sudah jelas karna koperasi punya standar yang
telah ditetapkan, dan seringkali peternak tidak
memperhatikan itu, sehingga dalam hal ini kinerja
peternak dapat ditingkatkan pada masalah proses
rantai pasoknya.
R3: Satu lagi benar yang tadi disampaikan R1 rantai
pasok dan lingkungan juga dapat mempengaruhi
kinerja peternak tersebut.
3. Apakah ada faktor R1: Pada usaha peternakan sih yang paling penting
lainnya yang produksi susunya, namun disamping itu perlu
harus digunakan diperhatikan juga kualitasnya.
dalam R3: Tapi produksi susu yang optimal memang sulit
meningkatkan karena sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
kinerja anggota lingkungan maupun genetik sapi perah itu sendiri.
peternak sapi Sehingga untuk meningkatkan produktivitas sapi
perah? perah ini perlu dilakukan perbaikan dari salah satunya
pengaruhnya.
R2: Selain itu sebenarnya peternak saat ini masih
belum banyak menggunakan inovasi teknologi dalam
beternak. Mungkin dengan faktor inovasi teknologi ini
dapat meningkatkan kinerjanya agar lebih efektif dan
efisien dalam beternak.
R4: Iya betul, namun memang perlu kita perkenalkan
terkait teknologi tersebut karena pemahaman dan
149
pengetahuan peternak akan teknologi masih kurang.
4. Pada faktor-faktor R4: Kalau masalah kinerja tadi sangat berkaitan
kinerja yang dengan produksi, jadi ketika produksi itu anjlok
sudah dijelaskan otomatis kinerjanya menjadi catatan. Sehingga
apa yang dapat diperlukan strategi dalam peningkatan produktivitas
diterapkan susunya, karena pendapatan peternak itu dari produksi
menjadi sebuah susu itu sendiri dan memang penghasilan utama
alternatif strategi mereka itu dari susu.
peningkatan R2: Yang pasti perlu adanya upaya agar produktivitas
kinerja untuk susu menjadi meningkat baik dari koperasi maupun
mengatasi oleh peternak itu sendiri.
permasalahan R3: Iya, sepertinya penurunan produksi saat ini juga
koperasi? dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman peternak
terkait usahanya yang hanya sekedar menjalankan
beternaknya saja sehingga kurang memperhatikan
bagaimana caranya beternak yang baik sesuai standar
agar menghasilkan produksi hasil perah yang optimal.
R1: Untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan beternak tersebut sebenarnya koperasi
sudah melakukan berbagai penyuluhan dan pelatihan
kepada peternak. Namun saja belum optimal dan
hasilnya tetap beberapa peternak tersebut masih
menggunakan cara lama dalam beternak.
R2: Ya, untuk itu memang kami perlu meningkatkan
intensitas penyuluhan tersebut, dan memberikan
pelatihan-pelatihan kepada peternak agar dapat terus
meningkatkan potensi yang dimilikinya.
R4: Selain itu, disamping program yang dapat
dilakukan terhadap peternak. Koperasi perlu
melakukan kebijakan-kebijakan yang dapat dijalankan
peternak untuk mempertahankan standar yang telah
ditetapkan.
S: Baik, berdasarkan permasalahan yang ada sehingga
didapat beberapa alternatif strategi yang telah
disebutkan untuk dapat meningkatkan kinerja peternak
yaitu: 1) memberikan pelatihan dan pemberdayaan
kepada peternak sapi perah; 2) meningkatkan
intensitas penyuluhan kepada peternak sapi perah; 3)
meningkatkan produktivitas sapi perah dengan
memperbaiki mutu genetik dan manajemen beternak;
dan 4) serta kebijakan dan program yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
150
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Software Expert Choice 11
Biodata Responden
1. Nama : Bintarso
4. Nama : Sulistyowati
Peternakan
151
Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat 4 (Alternatif Strategi)
152
Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Faktor
153
Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi
154
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian di Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor
155
Wawancara dengan Responden
156