Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERIPIK TEMPE SAGU

(Kasus: Zakia Crispy Chips, Kota Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

Winda Safitri
11180920000014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M / 1444 H
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 12 Febuari 2023

Winda Safitri
11180920000014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Winda Safitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Purbalingga, 8 Februari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jalan H. Mursid, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan
No. HP : 085884128322
E-mail : winda.safitri8200@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
2006 – 2012 : SDN Kebagusan 04 Pagi Kota Jakarta Selatan
2012 – 2015 : SMP Negeri 239 Jakarta
2015 – 2018 : MAN 13 Jakarta
2018 – 2022 : S1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2018 : Bendahara Mega Project Jurnalistik


2019 : Staff Divisi Kesehatan Acara PBAK Program Studi
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2019 : Staff Divisi Humas Acara GOBER 2.0 Program
Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN KERJA

2021 : Praktik Kerja Lapang Hidroponik Sun Farm


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan nikmat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat

dilakukan dengan sebaik mungkin. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh kaum

muslim yang mendapatkan sya’faat dari beliau. Penulis menyadari dalam

penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, arahan dan doa

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, MT, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

2. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, S.P., M.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, M.M. selaku Sekertaris Program Studi

Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Ibu Diana Mutia Habibaty, SE. Sy. MH

selaku Dosen Pembimbing I dan II yang senantiasa memberikan bimbingan,

arahan, saran, dan dukungan kepada penulis, sehingga penyelesaian skripsi

penulis dapat berjalan dengan baik.


5. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati dan Bapak Ir. Junaidi M.Si selaku Dosen

Penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat,

arahan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi penulis.

6. Keluarga penulis, yaitu Bapak Mad Rois Haris, Ibu Siti Waryati, Kakak Wahyu

Supriyanto, Kakak Noviyanto, Kakak Siti Aisyah, Kakak Nurhayati serta

segenap keluarga besar yang telah senantiasa memberikan dukungan, motivasi,

dan doa kenapa penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Riskiyanti selaku Pimpinan Zakia Crispy Chips yang telah memberikan izin

untuk melaksanakan penelitian.

8. Seluruh teman-teman Agribisnis 2018 yang telah memberikan semangat dan

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih

terdapat kekurangan baik implementasi maupun penulisan. Maka dari itu penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan

para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 12 Februari 2023

Penulis

vi
RINGKASAN

WINDA SAFITRI, Analisis Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu (Kasus:


Zakia Crispy Chips, Kota Depok, Jawa Barat). (Dibawah bimbingan SITI
ROCHAENI dan DIANA MUTIA HABIBATY

Usaha keripik tempe sagu merupakan salah satu inovasi dalam industri
makanan ringan (snack) khususnya produk keripik tempe. Zakia Crispy Chips yang
berlokasi di Jalan Kober Gang Musholla Nurunnisa No. 40B, Kelurahan Pondok
Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424. Zakia Crispy Chips sudah
menjalankan usahanya selama dua tahun lebih, tepatnya pada saat wabah Covid
melanda di negara Indonesia yaitu bulan Maret tahun 2020. Penjualan keripik
tempe sagu pada periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 selalu naik turun. Zakia
Crispy Chips dalam menjalankan usahanya sudah memiliki penjualan yang cukup
bagus dan mempunyai reseller di wilayah Jabodetabek. Serta selama dua tahun
berjalan, juga sudah mampu membeli peralatan yang menunjang proses produksi
serta sudah memegang sertifikat PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Dengan
berbagai keunggulan yang dimiliki oleh Zakia Crispy Chips tersebut maka
diperlukan analisis pendapatan dengan tujuan agar Zakia Crispy Chips ini dapat
mengetahui komponen apa saja yang dapat membuat usaha ini dapat menghasilkan
keuntungan yang maksimal dimana nantinya berguna sebagai bahan evaluasi dalam
keberlangsungan usaha keripik tempe sagunya.

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya: 1) Menganalisis


struktur biaya usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips. 2) Menganalisis
pendapatan usaha produk keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips. 3) Menganalisis
tingkat B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP) produk
keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil proses
wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat pada proses produksi
Zakia Crispy Chips. Dan data sekunder berasal dari data penjualan serta data-data
keuangan yang terkait dengan penelitian. Metode pengumpulan data yang
dilakukan terdiri atas wawancara, observasi, dan studi pustaka. Data-data yang
sudah diperoleh selanjutnya diolah, dihitung kemudian dianalisis menggunakan
analisis struktur biaya, analisis pendapatan dan penerimaan, analisis B/C Ratio,
Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP).

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa analisis struktur


biaya diperoleh biaya tetap sebesar Rp. 2.990.583 atau 14,4% dan biaya variabel
sebesar Rp. 17.824.000 atau 85,6%. Ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan
usaha keripik tempe sagu, Zakia Crispy Chips memiliki biaya variabel lebih besar
jika dibandingkan dengan biaya tetap. Sedangkan analisis penerimaan dan
pendapatan usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips diperoleh pendapatan
sebesar Rp. 7.112.417. Analisis B/C Ratio usaha keripik tempe sagu menunjukkan
angka lebih besar dari nol (0,3 > 0) sehingga dapat dikatakan bahwa usaha layak
untuk dikembangkan. Analisis Break Even Point (BEP) usaha keripik tempe sagu
Zakia Crispy Chips telah menunjukkan bahwa harga jual dan jumlah produksi dari
produk keripik tempe sagu yang sudah ditetapkan oleh Zakia Crispy Chips sudah
melebihi perhitungan Break Even Point (BEP), dan dapat dikatakan sudah
menguntungkan. Serta analisis Payback Period (PP) menunjukkan nilai 3,06 yang
artinya usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips akan mengalami
pengembalian modal pada jangka waktu 3 tahun 22 hari.

Kata Kunci: Keripik Tempe Sagu, Analisis Pendapatan, Analisis Usaha

viii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10

2.1 Agroindustri ........................................................................................ 10


2.2 Keripik Tempe Sagu ........................................................................... 11
2.3 Struktur Biaya ..................................................................................... 12
2.4 Penerimaan Usaha .............................................................................. 15
2.5 Konsep Pendapatan Usaha .................................................................. 16
2.6 Analisis Usaha .................................................................................... 17
2.6.1 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) .............. 17
2.6.2 Analisis Break Even Point (BEP) .......................................... 17
2.6.3 Analisis Payback Period (PP)................................................ 18
2.7 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 19
2.8 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27


3.2 Jenis dan Sumber Data........................................................................ 27
3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................. 28
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 29
3.5 Definisi Operasional ........................................................................... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM USAHA ........................................................... 36

4.1 Sejarah Zakia Crispy Chips ................................................................ 36


4.2 Tenaga Kerja Zakia Crispy Chips....................................................... 38
4.3 Sarana dan Prasarana Zakia Crispy Chips .......................................... 40
4.4 Kegiatan Produksi Keripik Tempe Sagu ............................................ 42
4.5 Hasil Produksi..................................................................................... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 47

5.1 Struktur Biaya Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips ....... 47
5.1.1 Biaya Tetap ............................................................................ 47
5.1.2 Biaya Variabel ....................................................................... 49
5.1.3 Total Biaya ............................................................................. 53
5.2 Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu............................................. 56
5.2.1 Analisis Penerimaan .............................................................. 56
5.2.2 Analisis Pendapatan ............................................................... 57
5.3 Analisis Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips .................. 58
5.3.1 Analisis B/C Ratio ................................................................. 59
5.3.2 Analisis Break Even Point (BEP) .......................................... 59
5.3.3 Analisis Payback Period (PP) Zakia Crispy Chips ............... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 63

6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 63


6.2 Saran ................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

LAMPIRAN ......................................................................................................... 69

x
DAFTAR TABEL

1. Produksi dan Penjualan Keripik Tempe Sagu UMKM Zakia Crispy Chips
Tahun 2021 – 2022 ………………………………………………………..…..….. 3

2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ………………..………………. 23

3. Peralatan Produksi Keripik Tempe Sagu ……………………………………...… 41

4. Biaya Tetap Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………...………………….…….……… 48

5. Biaya Variabel Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 ……………………...……….…….……… 50

6. Total Biaya Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 ……………………………………...…….. 54

7. Penerimaan Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips


Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 ………………….………………..……….. 56

8. Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips


Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………………………...……………… 57

9. Analisis B/C Ratio Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………………..…………………..……. 59

10. Analisis Break Even Point (BEP) Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia
Crispy Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………….....…………….. 60

11. Analisis Payback Period (PP) Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia
Crispy Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 ………….…….…………… 61
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran …………………………………………...……………..…. 26

2. Struktur Organisasi Zakia Crispy Chips ………………………………………… 38

3. Proses Pembuatan Keripik Tempe Sagu …………………………………..…….. 42


DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian ………………………….……………………….………… 70

2. Biaya Investasi Usaha Keripik Tempe Sagu …………….………………………. 74

3. Biaya Penyusutan Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips


Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………………………………………… 75

4. Biaya Variabel Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips


Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 ………………...………………………….. 76

5. Rincian Biaya Tenaga Kerja Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy
Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022 …………………………………… 77
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industrialisasi pertanian dikenal dengan nama agroindustri, dimana

agroindustri dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam upaya menghadapi

masalah peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu

menciptakan kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat yang hidup di pedesaan.

Sektor industri pertanian merupakan suatu sistem pengelolaan secara terpadu antara

sektor pertanian dengan sektor industri guna mendapatkan nilai tambah dari hasil

pertanian. Agroindustri merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi sektor

pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses

modernisasi pertanian. Modernisasi di sektor industri dalam skala nasional dapat

meningkatkan penerimaan nilai tambah sehingga pendapatan akan menjadi lebih

besar (Saragih, 2010: 23).

Pentingnya sektor agroindustri sebagai suatu pendekatan pembangunan

pertanian dapat dilihat dari kontribusinya, yaitu kegiatan agroindustri mampu

meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyak tenaga

kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan mampu mendorong tumbuhnya

industri yang lain (Soekartawi, 2016: 7).

Salah satu bentuk dari agroindustri adalah agroindustri keripik tempe sagu,

dimana mengubah bahan baku kedelai dan tepung sagu menjadi makanan keripik

tempe sagu. Sama seperti keripik yang lainnya, keripik tempe sagu merupakan

keripik yang digoreng kering seperti kerupuk, memiliki tekstur kering dan renyah.
Keripik tempe sagu ini muncul dikarenakan sudah terlalu banyak para pesaing yang

sudah memulai terlebih dahulu usaha keripik tempe hingga timbul suatu ide atau

inovasi agar produk keripik tempe sagu memiliki perbedaan jika dibandingkan

dengan keripik tempe pada umumnya (Sarwono, 2000: 42).

Keripik tempe sagu jika disimpan ditempat kering dan bersih, maka keripik

ini dapat bertahan sampai beberapa minggu. Misalnya dikemas dalam kantong

plastik atau kaleng yang tertutup rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab.

Keripik tempe sagu biasanya dijadikan camilan (snack) dan menjadi pelengkap

dalam sesaji acara. Oleh karena itu keripik tempe ini selalu digemari masyarakat

karena kepraktisannya, gizi yang tinggi, mengandung banyak vitamin dan protein

serta harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat (Rustiadi, 2011: 330)

Industri keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips merupakan salah satu

industri skala rumah tangga yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Dimana usaha

ini sudah beroperasi selama hampir dua tahun semenjak pandemi Covid melanda di

hampir seluruh wilayah Indonesia tepatnya di bulan Maret Tahun 2020. Zakia

Crispy Chips menjual produk camilan ringan yaitu keripik tempe sagu. Zakia

Crispy Chips dalam proses produksi keripik tempe sagu menggunakan jenis kedelai

putih yang beredar di pasar tradisional. Dalam satu kali produksi keripik tempe

sagunya, Zakia Crispy Chips setidaknya membutuhkan sekitar enam kilogram

kedelai dan lima kilogram sagu, menghasilkan keripik tempe sagu sebanyak lima

sampai tujuh kilogram. Keripik tempe sagu ini memiliki daya tahan sekitar tiga

sampai empat bulan lamanya. Adapun keripik tempe sagu yang diproduksi oleh

Zakia Crispy Chips tersedia dalam berbagai ukuran mengikuti pesanan konsumen

2
diantaranya terdapat ukuran 100 gram dengan harga Rp. 6.000, 250 gram dengan

harga Rp. 15.000, 500 gram dengan harga Rp. 25.000, dan 1 kilogram dengan harga

Rp. 45.000. Zakia Crispy Chips juga memiliki beberapa reseller yang tersebar di

daerah Bogor, Bandung, dan Depok. Namun hingga saat ini keripik tempe sagu

yang dijual hanya memiliki rasa original saja. Berikut ini jumlah penjualan keripik

tempe sagu Zakia Crispy Chips pada tahun 2021 tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Penjualan Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips Tahun
2021 – 2022
No. Tahun Bulan Produksi Penjualan Selisih
(Kg/Bulan) (Kg/Bulan) (Kg/Bulan)
1. 2021 Juni 40 38 (+) 2
2. Juli 36 34,8 (+) 1,2
3. Agustus 37,3 40,5 (-) 3,2
4. September 56 58,2 (-) 2,2
5. Oktober 56 60,4 (-) 4,4
6. November 50,1 43,5 (+) 6,6
7. Desember 56 59,65 (-) 3,65
8. 2022 Januari 50,7 57,75 (-) 7,05
9. Februari 48 37,3 (+) 10,7
10 Maret 56 59,5 (-) 3,5
11. April 74,5 95 (-) 20,5
12. Mei 65 36 (+) 29
Total (Kg/Tahun) 625,6 620,6
Rata-Rata (Kg/Tahun) 52,1 51,7
Sumber: Zakia Crispy Chips Diolah (2022)
Keterangan: (+) Stock; (-) Menghabiskan Stock

Berdasarkan Tabel 1, produksi keripik tempe sagu selama periode tahun 2021

hingga 2022 mengalami fluktuatif. Untuk produksi tertinggi terjadi di bulan Mei

2022 sebanyak 61 kilogram sedangkan penjualan terendah terdapat pada bulan Juni

2021 sekitar 34 kilogram. Satu kali proses produksinya membutuhkan waktu sekitar

enam sampai tujuh hari sampai keripik tempe sagu siap untuk dipasarkan. Dan

untuk sekitar enam hingga tujuh hari tersebut dilakukan proses penggorengan dua

kali. Sehingga dalam kurun waktu satu bulan atau empat minggu, maka proses

3
penggorengan keripik tempe sagu yang dilakukan sebanyak enam sampai delapan

kali. Proses pembuatan keripik tempe sagu memakan waktu yang cukup lama mulai

dari proses persiapan bahan baku hingga pemasarannya.

Sedangkan untuk penjualan keripik tempe sagu selama satu tahun terakhir

yaitu tahun 2021 sampai 2022 di Zakia Crispy Chips cenderung mengalami

fluktuatif. Penjualan keripik tempe sagu yang tertinggi terdapat pada bulan April

2022 dengan penjualan tertinggi sebesar 95 kilogram keripik tempe sagu.

Sedangkan penjualan terendah keripik tempe sagu terdapat pada bulan Mei 2022,

yaitu hanya sebesar 36 kilogram. Penjualan tinggi tersebut disebabkan oleh adanya

pesanan dari konsumen yaitu rekan kerja Ibu Riskiyanti sebanyak 20 kilogram

untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Sedangkan penjualan terendah yang terjadi di

bulan Juli 2021 dikarenakan pesanan yang masuk dari reseller hanya sedikit.

Berdasarkan keadaan di lapangan, tentu memiliki kondisi yang berbeda antara

penjualan dengan produksi dari keripik tempe sagu. Dalam satu kali produksinya,

setidaknya menghasilkan sekitar lima sampai tujuh kilogram keripik tempe sagu.

Dan untuk satu bulannya, dilakukan produksi sebanyak enak sampai delapan kali

dalam membuat keripik tempe sagu. Dengan daya simpan keripik tempe sagu

sekitar tiga hingga empat bulan, biasanya jika hasil produksi pada bulan tertentu

tidak terjual seluruhnya maka keripik tempe sagu dijadikan produk stock penjualan

untuk bulan-bulan selanjutnya.

Dari selisih antara penjualan dan juga produksi tentu menimbulkan selisih.

Selisih-selisih tersebut biasanya dijadikan stock keripik tempe sagu sekitar tiga

sampai empat bulan. Untuk mekanisme stock tersebut biasanya dilakukan setiap

4
bulannya, jika produksi keripik tempe sagu dilebihkan maka keripik tempe sagu

tersebut bisa dikonsumsi hingga bulan-bulan kedepannya. Namun Ibu Riskiyanti

sendiri berusaha untuk melakukan penyimpanan keripik tidak terlalu lama,

sehingga keripik yang akan dijual masih memiliki kondisi yang bagus. Namun

apabila stock tersebut tidak habis, misalnya pada Tabel 1 dengan total selisih 5,6

kilogram per tahunnya maka keripik tersebut dikonsumsi oleh keluarga Ibu

Riskiyanti sendiri.

Usaha pembuatan keripik tempe sagu merupakan salah satu ide usaha terbaru

dalam hal modifikasi makanan ringan dimana proses pembuatannya dilakukan

dengan proses produksi yang sederhana dan cukup mudah untuk dikembangkan

karena banyaknya konsumen yang gemar mengkonsumsi keripik atau camilan

renyah khususnya masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu saja, bahan yang

digunakan dalam pembuatan keripik tempe sagu pun mudah untuk diperoleh.

Adapun bahan baku yang digunakan dalam memproduksi keripik tempe sagu yaitu

tidak jauh berbeda dengan keripik tempe biasanya, perbedaannya terletak pada

penambahan tepung sagu dalam proses pembuatannya. Kemudian juga

ditambahkan garam, penyedap rasa dan yang lainnya. Bahan-bahan tersebut

kemudian diuleni hingga merata, selanjutnya dilakukan proses pencetakan,

dipotong-potong lalu dijemur. Setelah dijemur satu sampai dua hari selanjutnya

digoreng hingga menjadi produk keripik yang diinginkan oleh konsumen.

Tentu pada sebuah usaha yang dijalankan, dalam proses produksinya

memunculkan biaya-biaya yang menunjang keberlangsungan usaha tersebut. Pada

usaha keripik tempe sagu terdapat biaya pembelian bahan baku, biaya pembelian

5
alat atau mesin, biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya. Seperti pada umumnya

bahwa perusahaan merupakan suatu organisasi yang memproduksi barang yakni

keripik tempe sagu, yang kemudian dijual dengan tujuan untuk mendapatkan profit

(keuntungan). Proses produksi tentu memiliki peran yang penting dalam kegiatan

perusahaan. Hal ini dikarenakan proses produksi memiliki pengaruh terhadap biaya

produksi perusahaan, sehingga perlu pengelolaan produksi yang baik.

Dengan berbagai biaya-biaya yang ada, tentu juga memunculkan pendapatan

yang berbeda pula. Pendapatan yang diperoleh dari produk keripik tempe sagu

Zakia Crispy Chips sudah diketahui secara pasti oleh Ibu Riskiyanti selaku pemilik

usaha, dikarenakan Zakia Crispy Chips sudah melakukan percobaan penjualan

kepada konsumen sebelum memutuskan untuk membuka usahanya secara resmi

dan melihat respon dari konsumen yang cukup bagus, setelah itu Ibu Riskiyanti

mengambil keputusan untuk menekuni usaha keripik tempe sagu.

Kurang lebih dua tahun berjalannya usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy

Chips, di Tahun 2022 Ibu Riskiyanti sudah mampu memiliki beberapa reseller yang

berada di wilayah Jabodetabek. Reseller tersebut berasal dari rekan-rekan maupun

sanak saudara. Dan di tahun yang sama, Ibu Riskiyanti juga sudah mampu membeli

alat-alat untuk menunjang produksi keripik tempe sagu dan penjualan selama dua

tahun berlangsungnya usaha juga cukup bagus perkembangannya walaupun

terdapat naik atau turunnya penjualan. Dan Ibu Riskiyanti juga selama dua tahun

berjalan, usahanya sudah memiliki izin PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga)

dengan nomor 2053276030007-27. Dimana berarti bahwa produk keripik tempe

sagu Zakia Crispy Chips sudah dapat dikatakan layak dipasarkan.

6
Berdasarkan fenomena usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips yang

berhasil mengembangkan usahanya dalam waktu relatif singkat yakni dua tahun.

Maka penulis ingin mengetahui bagaimana struktur biaya perusahaan ini dan

persentase setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi usahanya.

Selanjutnya dapat mengetahui dan menghitung mengenai pendapatan usaha yang

diperoleh perusahaan, dimana pendapatan yang menghasilkan keuntungan besar

inilah yang merupakan tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan. Hasil dari

analisis pendapatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Zakia Crispy Chips untuk

mengetahui apakah usaha yang dijalankannya selama ini dapat dikembangkan lebih

lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis struktur biaya dan pendapatan untuk

mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkann dan seberapa besar pendapatan yang

diperoleh. Sedangkan analisis usaha diperlukan untuk membuktikan apakah usaha

yang dilakukan Ibu Riskiyanti merupakan usaha yang memiliki prospek cukup

bagus sehingga bisa mendapatkan izin PIRT selama dua tahun berjalannya usaha.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, adapun rumusan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur biaya dalam menjalankan usaha produk keripik tempe sagu

Zakia Crispy Chips?

2. Berapa besar pendapatan usaha produk keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips?

3. Berapa tingkat B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP)

produk keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips?

7
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis struktur biaya usaha produk keripik tempe sagu Zakia Crispy

Chips.

2. Menganalisis pendapatan usaha produk keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips.

3. Menganalisis tingkat B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period

(PP) produk keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya:

1. Bagi penulis, untuk memenuhi persyaratan kelulusan Strata Satu (S1) pada

Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman serta dapat mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi untuk

mengetahui pendapatan dari produk yang dipasarkan serta dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam mengambil keputusan

sehingga usahanya dapat berkembang lebih baik lagi.

8
3. Bagi pihak lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka

serta menjadi referensi bagi penelitian yang sejenis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di home industry Zakia Crispy Chips yang

berlokasi di Depok, Jawa Barat. Komoditi yang menjadi subjek penelitian ini adalah

produk keripik yaitu keripik tempe sagu. Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi

pada analisis pendapatan dan analisis usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui struktur biaya, diperoleh dari

perhitungan biaya tetap dan biaya variabel usaha keripik tempe sagu. Selanjutnya

untuk mengetahui besaran pendapatan yang diperoleh yaitu menggunakan analisis

penerimaan dan analisis pendapatan. Kemudian dilakukan analisis usaha dengan

menggunakan perhitungan B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback

Period (PP). Data yang diperoleh diolah dan dianalisis berupa data biaya produksi,

penjualan, dan data lainnya dalam satu periode produksi yaitu pada bulan Juni 2021

hingga Mei 2022. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada

pemilik sekaligus pimpinan usaha Zakia Crispy Chips yaitu Ibu Riskiyanti.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroindustri

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014, industri adalah seluruh

bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan

sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah

atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Selanjutnya, agroindustri

merupakan bagian atau subsistem dari agribisnis yang memproses dan

mentransformasikan produk mentah hasil pertanian menjadi barang setengah jadi

atau barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi atau dapat langsung digunakan

dalam proses produksi. Komponen-komponen produksi terdiri dari bahan mentah,

bahan pembantu, tenaga kerja, manajemen, teknologi, dan fasilitas penunjang yang

dipengaruhi oleh kebijakan yang ada dalam pelaksanaan sistem agroindustri

(Suryana, 2005: 10). Agroindustri termasuk kegiatan yang memiliki banyak

korelasi seperti produksi pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan,

pemasaran, dan distribusi produk pertanian.

Manfaat pengolahan adalah merubah bentuk dari satu jenis produk menjadi

bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen. Sektor agroindustri lebih peka

menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu satuan permintaan

akhir dibandingkan kemampuannya dalam mendorong sektor pertanian sebagai

pemasok bahan baku. Satuan permintaan akhir yang dimaksud adalah permintaan

konsumen yang menunjukkan besarnya peranan agroindustri hilir sebagai industri


yang mampu menciptakan barang-barang siap pakai dan siap jual bagi masyarakat

(Supriyati, 2006: 85).

2.2 Keripik Tempe Sagu

Keripik tempe merupakan jenis makanan ringan berbahan dasar tempe yang

digemari masyarakat (Sudiadi, 2000: 91). Keripik tempe sangat cocok dijadikan

sebagai makanan kecil atau camilan keluarga seperti halnya kerupuk ataupun

kacang garing dengan kandungan gizi yang lebih tinggi (Santoso, 2004: 102).

Sedangkan keripik tempe sagu adalah salah satu alternatif modifikasi tempe kedelai

yang memiliki tekstur yang lebih renyah, penampakan yang lebih menarik dan rasa

yang lebih gurih. Berbeda dari keripik tempe biasanya, keripik tempe sagu dibuat

dengan terlebih dahulu melalui proses pencampuran kedelai dan tepung tapioka.

Menurut Jamaluddin (2018: 87), faktor yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan keripik adalah tekstur, warna, kandungan minyak dan masa simpan

untuk mempertahankan mutu sensorik keripik yang dihasilkan. Keripik merupakan

salah satu produk hasil penggorengan yang sensitif terhadap air dan oksigen

sehingga mudah melempem dan tengik. Oleh karena itu dibutuhkan jenis pengemas

yang cocok misalnya zipper stand up atau pouch full oil untuk mempertahankan

kualitas keripik tempe sagu.

Keripik tempe sagu sama seperti keripik pada umumnya melewati proses

penggorengan hingga kering seperti kerupuk. Keripik ini juga memiliki tekstur

yang kering dan renyah jika dikonsumsi. Apabila disimpan ditempat kering dan

bersih, keripik tempe sagu dapat tahan disimpan sampai beberapa minggu.

11
Misalnya dikemas dalam kantong plastik, kaleng, atau toples yang tertutup rapat

dan tidak terkena pengaruh udara lembab (Sarwono, 2007: 78). Kadar protein

keripik tempe sagu cukup tinggi yaitu berkisar antara 23% - 25%. Tempe yang

digunakan untuk pembuatan keripik tempe melalui proses yang sedikit berbeda

dengan proses pembuatan tempe untuk sayur. Tempe yang akan dijadikan keripik

tempe lebih tipis dan langsung dicetak dengan alas daun.

2.3 Struktur Biaya

Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dikeluarkan oleh seseorang

dalam melakukan suatu kegiatan produksi barang ataupun jasa untuk menghasilkan

output tertentu. Padangaran (2013: 45) menyatakan bahwa pada umumnya biaya

adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika

kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah proses produksi, dana yang digunakan

disebut biaya produksi. Jika kegiatannya adalah proses perdagangan maka dana

disebut biaya pemasaran. Kedua jenis biaya ini memiliki sifat berbeda antara satu

dengan lainnya dalam kaitan dengan jumlah barang yang diproduksi atau jumlah

yang diperdagangkan.

Menurut Munarfah (2007: 60) berpendapat bahwa biaya produksi adalah

semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-

faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan

barang-barang yang diproduksi perusahaan. Menurut Sukirno (2013: 68) bahwa

biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah

12
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan

perusahaan tersebut.

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa biaya

produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan untuk

memproses bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut Dewi dkk

(2017: 21), biaya produksi dapat digolongkan menjadi tiga, diantaranya yaitu:

1. Biaya bahan baku

Merupakan biaya dari semua bahan yang pada akhirnya menjadi bagian dari

objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dan dapat ditelusuri

ke objek biaya dengan cara yang ekonomis.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung

dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja

langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat

ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan

cara yang ekonomis.

3. Biaya overhead pabrik

Merupakan seluruh biaya produksi/manufaktur yang terkait dengan objek

biaya, tetapi tidak dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan

kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Dengan kata lain, biaya

overhead pabrik merupakan seluruh biaya produksi diluar biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung.

13
Struktur biaya di kelompokan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan

biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap menurut Noor (2007: 170), merupakan

biaya yang jumlah totalnya tetap (fixed) dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya

produksi (output). Biaya tetap hanya berlaku untuk analisis dalam waktu yang

relatif pendek yaitu sepanjang kapasitas produksi belum berubah. Contoh biaya

tetap antara lain: biaya penyusutan, biaya sewa, pajak dan iuran. Sedangkan biaya

variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan

tingkat volume produksi. Contoh biaya variabel antara lain: biaya bahan baku, biaya

energi, komisi penjualan. Analisis biaya menurut Soekartawi (2016: 57), adalah

metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan biaya, penerimaan dan

pendapatan.

Ramdhani, dkk (2020: 20) juga membagi klasifikasi biaya berdasarkan lama

penggunaannya, diantaranya yaitu:

1. Biaya Investasi (Instrument Cost)

Menurut Subagyo (2007: 41-42) investasi merupakan suatu aktivitas pembelian

objek produktif yang bertujuan untuk memperbesar kekayaan yang dimiliki (aset).

Aktivitas pembelian terjadi karena adanya kemampuan, kemauan, dan objek yang

dapat memuaskan kebutuhan, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan

datang. Pembelian objek dalam konteks investasi yaitu sesuatu yang bersifat

produktif, dimana produktif artinya mampu menghasilkan sesuatu.

2. Biaya Operasional (Operational Cost)

Adalah biaya yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan proses produksi dan

bersifat habis digunakan dalam kurun waktu yang relatif singkat atau kurang dari

14
satu tahun. Biaya ini bertujuan untuk mengelola sumber ekonomi yang dimiliki

perusahaan dalam menjalankan aktivitas guna mempertahankan dan memperoleh

pendapatan.

3. Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost)

Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk merawat aset atau

produk agar tetap dalam kondisi baik. Biaya pemeliharaan atau perawatan juga

digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan karena adanya pergantian peralatan,

perbaikan produksi, pengeluaran untuk bahan yang bersifat habis dipakai seperti

pemeliharaan gedung, perawatan kendaraan, perbaikan alat produksi dan

sebagainya.

2.4 Penerimaan Usaha

Penerimaan adalah nilai uang yang diterima dari hasil penjualan produksi,

sebelum dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi (2016: 60),

penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual. Didalam

memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seseorang

pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos

(cost) dan penerimaan (revenue). Menurut Soekartawi (2016: 102) menyatakan

penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam

suatu usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh petani sendiri sehingga

semakin banyak jumlah produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh.

15
2.5 Konsep Pendapatan Usaha

Seperti yang dikemukakan oleh Sukirno (2013: 117), bahwa pendapatan

adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya

pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Analisis pendapatan

berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan

berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis pendapatan ini adalah untuk

menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan menggambarkan

keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan

selain dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi serta dipengaruhi oleh

manajemen pemeliharaan.

Pendapatan merupakan aspek penting dalam keberlangsungan perusahaan.

Dimana semakin besar pendapatan yang diperoleh maka akan semakin besar pula

kemampuan perusahaan dalam membiayai segala pengeluaran dan kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan. Hal penting yang bisa dilakukan oleh para pelaku bisnis

agar usahanya dapat bertahan lama yaitu dengan mengelola profit usaha dengan

baik dan benar. Profit (keuntungan) perusahaan yang dikelola dengan cara yang

baik dan benar maka akan berpotensi untuk mengembangkan usaha yang sedang

dijalankan. Tujuan utama dari setiap berdirinya perusahaan adalah untuk

memperolah pendapatan semaksimal mungkin atau dengan kata lain pengeluaran

biaya yang seminim mungkin agar kegiatan di perusahaannya terus berkembang.

Pendapatan bagi dunia usaha menjadi sangat penting karena akan menentukan

kemajuan suatu bisnis/usaha dalam jangka panjang. Karena pendapatan memiliki

peran yang cukup penting dalam suatu usaha. Dilakukannya analisis pendapatan

16
berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan usaha yang sudah

dilakukan selama ini berhasil atau tidak (Rangkuti, 2012: 99).

2.6 Analisis Usaha

2.6.1 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)

Menurut Rahardi dan Hartono (2003: 69) B/C Ratio adalah analisis yang

digunakan untuk menghitung dan mengetahui besarnya manfaat dengan nilai yang

diperoleh. Analisis B/C Ratio dikenal juga sebagai perbandingan antara tingkat

keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dapat dikatakan

memiliki manfaat apabila B/C Ratio lebih besar dari 0 maka usaha yang dijalankan

mengalami keuntungan atau memiliki prospek untuk dikembangkan. Jika B/C Ratio

lebih kecil dari 0, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk

dikembangkan. Semakin besar nilai B/C Ratio semakin besar manfaat yang didapat

untuk usaha tersebut.

2.6.2 Analisis Break Even Point (BEP)

Break even point atau titik impas merupakan salah satu analisis keuangan

yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas

disebut juga analisis perencanaan laba (profit). Kegunaan analisis break even point

adalah untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan dengan jumlah biaya

(Kasmir, 2009: 332).

Mengacu pada Kasmir (2010: 166-177) Analisis titik impas atau dikenal

dengan nama analisis Break Even Point merupakan salah satu analisis yang

mempunyai peran penting dalam perencanaan keuangan suatu perusahaan. Analisis

titik impas memberikan informasi mengenai jumlah produk minimal yang harus

17
diproduksi atau dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan mampu

memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya, ketika suatu perusahaan

memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya

perusahaan akan tahu berapa batas minimal yang harus dijual dan keuntungan

maksimal yang dapat diperoleh apabila diproduksi secara penuh. Jumlah produksi

yang akan dijual memiliki kaitan yang erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada

akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual suatu produk.

2.6.3 Analisis Payback Period (PP)

Menurut Hongren (2015: 811) Payback period digunakan untuk mengukur

lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menutup investasi awal dengan total nilai

arus kas yang akan dihasilkan. Payback period memiliki beberapa kelemahan

antara lain tidak memperhatikan nilai waktu uang, mengabaikan arus kas masuk

yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai, dan

mengabaikan nilai sisa investasi.

Analisis payback period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

(periode) pengambilan investasi suatu proyek atau usaha. Jika semua faktor

dianggap konstan, usaha dengan periode pengembalian yang lebih pendek sangat

dipertimbangkan sebagai usaha yang lebih baik, karena investor dapat memulihkan

modal yang diinvestasikan dalam periode waktu yang lebih singkat. Selain itu,

periode pengembalian yang lebih pendek berarti memiliki likuiditas usaha yang

lebih besar, karena arus kas yang diharapkan di masa depan dengan jangka waktu

panjang akan lebih berisiko dibandingkan dengan arus kas jangka pendek. Payback

18
period atau masa pengembalian modal investasi sering digunakan sebagai indikator

risiko usaha atau proyek (Ong dan Thum, 2013: 157).

Menurut Suratiyah (2015: 43), terdapat dua macam model perhitungan yang

akan digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi, pertama

perhitungan apabila kas bersih setiap tahun sama, maka menggunakan rumus

perbandingan investasi dengan kas bersih yang dikalikan 12 bulan didapatlah nilai

payback period dalam jangka beberapa bulan. Cara kedua adalah apabila kas bersih

setiap tahun berbeda, maka payback period dihitung dengan cara pengurangan nilai

investasi dengan kas bersih pertahun sampai ditemukan nilai payback period-nya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan dapat dijadikan sebagai dasar dan bahan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pada bagian ini, penulis

mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian penulis

serta dijadikan acuan oleh peneliti antara lain yaitu:

Harian (2018) melakukan penelian mengenai “Analisis Nilai Tambah,

Pendapatan, dan Pengembangan Produk Olahan Singkong Skala Industri Rumah

Tangga (Studi Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang). Tujuan

pada penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari

pengolahan singkong, menganalisis pendapatan dan efisiensi usaha yang didapat

dari hasil produksi olahan singkong, dan menganalisis pengembangan industri

olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur. Metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Metode Hayami, pendapatan usaha dan efisiensi usaha

19
dilihat dari R/C Ratio dan analisis SWOT. Hasil analisis nilai tambah dengan

metode Hayami menunjukkan bahwa nilai tambah tertinggi produk dengan bahan

baku utama singkong di Kecamatan Sepatan Timur yaitu opak singkong dengan

besaran nilai tambah Rp. 3.739/kg. Produk bahan baku sampingan dengan nilai

tambah tertinggi yaitu tepung dengan nilai tambah Rp. 6.160/kg. Berdasarkan

analisis pendapatan usaha, pendapatan tertinggi produk dengan bahan baku utama

singkong yaitu tapai dengan total pendapatan Rp. 7.057.860/bulan. R/C rasio yang

dihasilkan yaitu 2,1 yang menunjukkan bahwa produksi tapai efisien. Produk bahan

baku sampingan dengan pendapatan tertinggi adalah tepung sebesar Rp.

3.926.700/bulan dengan R/C rasio yaitu 2,9 yang menunjukkan bahwa produksi

tepung singkong sudah efisien.

Nugroho, Jamalludin, dan Indrawanis (2019) melakukan penelitian

mengenai ”Analisis Usaha Agroindustri Keripik Tempe Di Desa Sumber Datar,

Kecaatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya pendapatan, efesiensi usaha R/C dan untuk mengetahui BEP

produksi dan BEP harga pada usaha Agroindustri Keripik Tempe Djokam di Desa

Sumber Datar Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa pendapatan keripik tempe djokam Rp 425.327/produksi

dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 574.673, yang terdiri dari biaya

tetap dan biaya tidak tetap, nilai R/C sebesar 1,74, artinya setiap biaya yang

dikeluarkan 1 rupiah maka diperoleh penerimaan sebesar 1,74 rupiah atau

keuntungan sebesar 0,74 rupiah dan Break Even Poin produksi dengan total biaya

sebesar Rp 574,673, maka harus memproduksi sebanyak 11,49 Kg dengan harga

20
jualnya Rp 50.000, agar mencapai titik impas. Break Even Poin harga dengan biaya

sebesar Rp 574.673 maka Agroindustri Keripik Tempe harus memproduksi

sebanyak 20 Kg dengan harga jual sebesar Rp 28.733, supaya mencapai titik

impasnya.

Safitri (2021) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pendapatan dan

Nilai Tambah Keripik Tempe di Kabupaten Trenggalek”. Penelitian ini dilakukan

pada tanggal 20 Februari sampai 10 Maret 2021. Metode pengambilan sampel yang

digunakan ialah menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebesar 40 produsen keripik tempe yang tersebar di Kabupaten

Trenggalek. Penelitian ini menggunakan analisis data diantaraya analisis

pendapatan dan nilai tambah Metode Hayami. Hasil pembahasan analisis

pendapatan dan nilai tambah keripik tempe di Kabupaten Trenggalek, dapat

disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata pendapatan agroindustri keripik tempe di

Kabupaten Trenggalek sebesar Rp 119.669,00 diperoleh dari biaya rata-rata

penerimaan Rp 564.775,00 yang dikurangi dengan rata-rata biaya total sebesar Rp

445.105,38. R/C ratio sebesar 1,27 menunjukan bahwa kondisi agroindustri keripik

tempe ini layak untuk dijalankan dan memiliki prospek yang bagus untuk terus

dikembangkan. (2) Nilai tambah agroindustri keripik tempe di Kabupaten

Trenggalek sebesar Rp 64.675,00 dengan rasio nilai tambah 64%.

Yulianti dan Prihtanti (2020) melakukan penelitian mengenai “Analisis

Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Tempe Di Kedungjenar, Kabupaten

Blora, Jawa Tengah”. Penelitian ini betujuan untuk mengkaji tentang kelayakan dan

nilai tambah usaha agroindsutri keripik tempe Kedung Jenar di Kabupaten Blora.

21
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai tiga pengusaha keripik tempe yang

ada di Jalan Barito, Kedung Jenar. Analisis data menggunakan analisis biaya,

analisis penerimaan, analisis keuntungan, R/C rasio dan nilai tambah menurut

Metode Hayami. Hasil penelitian analisis usaha keripik tempe “Titik Cerah” dengan

kapasitas produksi 2.880 bungkus/bulan dan jumlah tenaga kerja 3 orang,

menghasilkan keuntungan Rp. 4.657.000,-/bulan dan R/C rasio 1.368 dimana dapat

dikatakan bahwa usaha tersebut layak diusahakan. Usaha keripik “Bintang”

memiliki kapasitas produksi 1.430 bungkus/bulan dan jumlah tenaga kerja 2 orang,

menghasilkan keuntungan Rp. 831.000,-/bulan dan R/C rasio 1,277 yang

dinyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan. Usaha keripik tempe

“Sinar Terang” dengan kapasitas produksi 800 bungkus/bulan dan jumlah tenaga

kerja 1 orang, menghasilkan keuntungan Rp. 361.250,-/bulan dan hasil R/C rasio

0,081 artinya usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Nilai tambah dari ketiga

dari ketiga usaha keripik tempe menunjukkan bahwa industri keripik tempe Titik

Cerah memiliki nilai tambah tertinggi yakni sebesar Rp. 62.820, hal tersebut

disebabkan bahwa produk keripik tempe Titik Cerah mengalami proses pengolahan

yang baik.

Herawan (2019) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pendapatan

Usaha Produksi Tahu pada Industri Rumahan Pamulang Jaya 6 Bersaudara,

Tangerang Selatan, Banten”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

biaya produksi usaha tahu, mengetahui pendapatan yang diperoleh usaha produksi

tahu, dan menganalisis usaha produksi tahu dilihat dari R/C Rasio, B/C Rasio,

Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Analisis Sensitivitas (Switching

22
Value). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Biaya usaha produksi tahu

Industri Rumahan Pamulang Jaya 6 Bersaudara di Kota Tangerang Selatan sebesar

Rp. 3.507.587.855,-/tahun. 2) Pendapatan usaha produksi tahu sebesar Rp.

1.140.334.545. 3) Analisis pendapatan usaha produksi Industri Rumahan Pamulang

Jaya 6 Bersaudara di Kota Tangerang Selatan dari hasil R/C rasio sebesar 1,33

artinya layak untuk diusahakan, B/C Rasio sebesar 0,33 (layak), BEP

volume/produksi mendapatkan nilai sebesar 140.303,51 kg/tahun sedangkan BEP

harga mendapatkan nilai Rp. 21.387,60 kg/tahun, Payback Period (PP) sebesar 0,44

dan Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 532.217.768,-.

Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu


No. Nama Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Penulis
1. Larasati Analisis Nilai Metode Analisis: Subjek Penelitian
Harian Tambah, - Pendapatan yaitu Produk
(2018) Pendapatan Olahan Singkong
Usaha, dan Lokasi Penelitian
Pengembangan Metode Analisis:
Produk Olahan Menggunakan
Singkong Skala analisis B/C
Industri Rumah Ratio, analisis
Tangga (Studi SWOT tidak
Kasus Kecamatan menggunakan
Sepatan Timur, BEP dan PP
Kabupaten
Tangerang
2. Febry Analisis Usaha Metode Analisis: Lokasi Penelitian
Nugroho, Agroindustri - Analisis Biaya Metode Analisis:
Jamalludin, Keripik Tempe Di- Analisis Tidak
dan Elfi Desa Sumber Pendapatan Menggunakan
Indrawanis Datar, Kecaatan - BEP (Break Even B/C Ratio dan
(2019) Singingi Point) PP (Payback
Kabupaten Period)
Kuantan Singingi
3. Neva Lis Analisis Metode Analisis: Lokasi Penelitian
Safitri Pendapatan dan - Analisis Biaya Metode Analisis:
(2021) Nilai Tambah - Analisis Menggunakan
Keripik Tempe di Pendapatan R/C Ratio tidak

23
Kabupaten - Analisis menggunakan
Trenggalek Penerimaan analisis B/C
Ratio, BEP, dan
PP
4. Triana Analisis Usaha Metode Analisis: Lokasi Penelitian
Yulianti dan dan Nilai Tambah - Analisis Biaya Metode Analisis:
Tinjung Agroindustri - Analisis Menggunakan
Mary Keripik Tempe Di Penerimaan R/C Ratio tidak
Prihtanti Kedungjenar, - Analisis menggunakan
(2020) Kabupaten Blora, Pendapatan B/C Ratio, BEP
Jawa Tengah dan PP
5. Fadhil Analisis Metode Analisis: Objek Penelitian
Herawan Pendapatan Usaha - Pendapatan yaitu tahu
(2019) Produksi Tahu
- Penerimaan Lokasi Penelitian
pada Industri
- B/C Rasio Metode Analisis:
Rumahan - Payback Period Menggunakan
Pamulang Jaya 6 (PP) R/C Rasio, Net
Bersaudara, - Break Even Point Present Value
Tangerang (BEP) (NPV), dan
Selatan, Banten Analisis
Sensitivitas
(Switching
Value)

2.8 Kerangka Pemikiran

Zakia Crispy Chips merupakan salah satu industri rumahan berskala kecil

yang memproduksi keripik tempe sagu. Pendapatan yang dihasilkan oleh produk

keripik tempe sagu pun sudah diketahui secara pasti, dikarenakan pemilik usaha

Zakia Crispy Chips yaitu Ibu Riskiyanti sudah pernah melakukan percobaan

penjualan kepada konsumen sebelum membuka usahanya secara resmi. Setelah

berjalan selama dua tahun, usaha tersebut juga sudah memiliki beberapa reseller

yang tersebar di wilayah Jabodetabek sehingga penjualan keripik tempe sagu pun

cukup bagus perkembangan penjualannya. Di tahun kedua, juga sudah mampu

membeli alat-alat yang menunjang proses produksi usaha keripik tempe sagu dan

24
memiliki surat izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dengan nomor

20532760030007-27.

Berdasarkan fenomena keberhasilan pengembangan usaha keripik tempe

sagu Zakia Crispy Chips, maka dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola

produksinya melalui struktur biaya dan seberapa besar pendapatan yang telah

dicapai. Oleh sebab itu diperlukan analisis struktur biaya bertujuan untuk

mengetahui jenis dan persentase biaya yang dikeluarkan untuk usaha keripik tempe

sagu dengan menghitung biaya tetap, biaya variabel, dan total biaya. Setelah

mengetahui struktur biaya, kemudian dilakukan analisis pendapatan usaha untuk

mengetahui apakah usaha yang dijalankan masih menguntungkan atau sebaliknya.

Selanjutnya dilakukan analisis usaha dengan B/C Ratio, Break Even Point (BEP),

dan Payback Period (PP) guna mengetahui struktur biaya dan pendapatan usaha

keripik tempe sagu di Zakia Crispy Chips. Sedangkan analisis usaha digunakan

untuk membuktikan bahwa usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips memiliki

prospek yang cukup bagus. Hasil perhitungan yang diperoleh tersebut kemudian

dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan keberlangsungan usaha

keripik tempe sagu di Zakia Crispy Chips.

Berdasarkan analisis struktur biaya, analisis pendapatan, serta analisis usaha

yang dilakukan pada produk keripik tempe sagu di Zakia Crispy Chips, maka akan

diketahui sampai sejauh mana usaha tersebut telah mencapai tujuannya terutama

dalam memperoleh keuntungan, hasil dari analisis tersebut nantinya dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam mengambil keputusan sehingga

25
dapat meningkatkan pendapatan usaha. Berdasarkan uraian diatas, berikut ini alur

kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips

1. Sudah memiliki beberapa reseller di wilayah Jabodetabek


dan penjualan cukup bagus.
2. Mampu membeli alat-alat yang menunjang proses produksi.
3. Sudah memiliki izin PIRT selama dua tahun usahanya
berjalan.

Analisis Pendapatan Usaha


Keripik Tempe Sagu:
Analisis Usaha Keripik Tempe
1. Struktur Biaya Usaha Sagu:
a. Biaya Tetap
1. B/C Ratio
b. Biaya Variabel
2. Break Even Point (BEP)
c. Total Biaya
3. Payback Period (PP)
2. Penerimaan Usaha
3. Pendapatan Usaha

Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di home industry Zakia Crispy Chips yang beralamat

di Jalan Kober Gg. Mushola Nurunnisa Nomor 40B, Kelurahan Pondok Cina,

Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424. Penetapan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Zakia Crispy

Chips adalah salah satu industri rumahan berskala kecil di Depok yang bergerak di

bidang pengolahan keripik tempe sagu. Penelitian dilakukan dalam waktu kurang

lebih dua bulan, dimulai dari bulan Agustus hingga September 2022. Waktu tersebut

digunakan untuk memperoleh data dan keterangan terkait dengan penelitian serta

untuk melakukan analisis data.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah jenis data kuantitatif

dengan analisis deskriptif meliputi kegiatan usaha keripik tempe sagu di Zakia

Crispy Chips. Data kuantitatif tersebut meliputi biaya produksi, volume penjualan,

penerimaan, dan data lainnya yang digunakan untuk menganalisis struktur biaya,

pendapatan, B/C Ratio, Break Even Point (BEP), serta Payback Period (PP) Zakia

Crispy Chips.

Berdasarkan sumber pengambilan data, penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi secara langsung dan

melakukan wawancara dengan pemilik usaha Zakia Crispy Chips yaitu Ibu
Riskiyanti dan karyawan yang bekerja di Zakia Crispy Chips. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari data keuangan Zakia Crispy Chips serta data-data lain yang

berasal dari kepustakaan, buku, jurnal ilmiah, skripsi, dan sumber data lainnya yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data serta

keterangan yang dibutuhkan melalui beberapa macam metode dimana terdiri dari

metode wawancara, observasi, serta studi literatur. Berikut ini penjabaran dari

ketiga metode tersebut yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan proses dalam mengumpulkan data yang tidak hanya

berfokus pada subjek saja tetapi juga pada objek disekitarnya. Penulis melakukan

observasi secara langsung yang berkenaan dengan aktivitas produksi pengolahan

keripik dan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berkaitan dengan objek

dari penelitian.

2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah suatu proses tanya jawab lisan untuk

memperoleh informasi serta data oleh pihak pewawancara dan narasumber.

Kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti melalui proses tanya jawab dengan

pemilik Zakia Crispy Chips dan para karyawan berdasarkan daftar pertanyaan yang

terdapat di Lampiran 1. Metode wawancara pada penelitian ini dilakukan guna

mengetahui gambaran usaha serta data dan informasi yang berkaitan dengan

28
analisis pendapatan serta nilai tambah usaha pengolahan keripik pada Zakia Crispy

Chips.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka pada penelitian ini mengacu pada literatur yang dianggap

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa data-data (arsip) keuangan usaha

Zakia Crispy Chips, serta data lain yang berasal dari kepustakaan, buku, jurnal

ilmiah, skripsi, dan sumber data lainnya yang menunjang penelitian dan berkaitan

dengan analisis pendapatan usaha keripik tempe sagu.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data yaitu

analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai perusahaan yaitu gambaran umum usaha Zakia Crispy Chips dan

menjabarkan mengenai struktur biaya dan pendapatan usaha keripik tempe sagu.

Analisis data yang dilakukan berguna untuk mengetahui struktur biaya, analisis

pendapatan, analisis usaha terdiri dari rasio keuntungan atas biaya (B/C Ratio),

Break Even Point (BEP), Payback Period (PP). Pengolahan data kuantitatif dalam

penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2016.

3.4.1 Analisis Struktur Biaya Usaha

Dilakukan untuk mengetahui rincian biaya yang dikeluarkan pada usaha

keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips. Identifikasi biaya usaha tersebut

dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian untuk

29
menghasilkan biaya total usaha keripik tempe sagu adalah dengan menjumlahkan

biaya tetap dan biaya variabel.

Mengacu pada Suratiyah (2015: 56) dalam Saadudin dkk (2017: 5), rumus

menghitung penyusutan dengan metode garis lurus (Straight Line Method) yaitu

sebagai berikut:

Nb−Ns
D= …………………………………………………………..…………. (1)
n

Keterangan:

D = Penyusutan bangunan dan peralatan produksi (Rp/tahun)


Nb = Nilai perolehan sarana produksi (Rp)
Ns = Nilai sisa sarana produksi (Rp)
n = Usia ekonomis sarana produksi (Tahun)

Mengacu pada Suratiyah (2015) dalam Saadudin dkk (2017: 3), total biaya

usaha diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC …………………………………………………………...…. (2)

Keterangan:

TC = Total biaya keripik tempe sagu (Rp)


TFC = Total biaya tetap keripik tempe sagu (Rp)
TVC = Total biaya variabel keripik tempe sagu (Rp)

Setelah diketahui biaya-biaya produksi keripik tempe sagu di Zakia Crispy

Chips, selanjutnya dilakukan perhitungan persentase dari setiap struktur biaya.

Mengacu pada Suripatty (2011: 136) untuk mendapatkan persentase setiap struktur

biaya menggunakan perhitungan rumus sebagai berikut:


BTK atau BVK
SBK = x 100% ………………………….………………..……….. (3)
TBK

Keterangan:

SBK = Struktur biaya usaha keripik tempe sagu (%)


BTK = Biaya tetap usaha keripik tempe sagu (Rp)

30
BVK = Biaya variabel usaha keripik tempe sagu (Rp)
TBK = Total biaya usaha keripik tempe sagu (Rp)

3.4.2 Analisis Penerimaan Usaha

Penerimaan keripik tempe sagu merupakan nilai yang diterima dari

penjualan produk, yaitu hasil kali jumlah produksi keripik yang terjual dengan

harga jual produk keripik tersebut. Mengacu pada Asriani dkk (2022: 68), berikut

ini adalah rumus untuk menghitung penerimaan usaha:

TPK = HJK x JPK ………………………………………………………………. (4)

Keterangan:

TPK = Total penerimaan usaha keripik tempe sagu (Rp)


HJK = Harga jual keripik tempe sagu (Rp/Kg)
JPK = Jumlah produksi keripik tempe sagu yang terjual (Kg)

3.4.3 Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha pengolahan keripik tempe sagu merupakan selisih antara

total penerimaan dengan total biaya produksi yang digunakan selama proses

produksi keripik. Mengacu pada Asriani dkk (2022: 69) maka untuk menghitung

pendapatan usaha menggunakan rumus sebagai berikut:

PdK = TPK – TBK …………………………………………….………….…… (5)

Keterangan:

PdK = Pendapatan usaha keripik tempe sagu (Rp)


TPK = Total Penerimaan usaha keripik tempe sagu (Rp)
TBK = Total biaya usaha produk keripik tempe sagu (Rp)

Semakin besar penerimaan yang diterima atau semakin kecil biaya yang

dikeluarkan maka semakin besar pula pendapatan yang akan diterima oleh

produsen. Sebaliknya bila penerimaan total yang diterima semakin kecil atau biaya

31
total yang dikeluarkan semakin besar maka pendapatan yang akan diperoleh

produsen akan semakin kecil pula.

3.4.4 Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya (B/C Ratio)

Analisis B/C Ratio digunakan untuk perbandingan antara tingkat

keuntungan (= pendapatan) yang diperoleh keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips

dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan

memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari 0. Semakin besar nilai B/C

Ratio maka semakin besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.

Mengacu pada Rukmana dan Yudirachman (2016: 155) maka rumus mencari rasio

keuntungan atas biaya (B/C Ratio) adalah berikut:

PdK
B⁄C RK = TBK………………………………….…………………………..…… (6)

Keterangan:

B/C RK = Rasio keuntungan atas biaya usaha keripik tempe sagu


PdK = Pendapatan usaha keripik tempe sagu (Rp)
TBK = Total biaya usaha keripik tempe sagu (Rp)

3.4.5 Analisis Break Even Point (BEP)

Terdapat dua jenis perhitungan pada analisis Break Even Point (BEP) atau

titik impas, yaitu BEP atas dasar penjualan dalam unit dan BEP atas dasar penjualan

dalam rupiah. Analisis ini dapat memberikan informasi bagi Zakia Crispy Chips

pada tingkat berapa volume penjualan dan harga jual produk keripik tempe sagu

dalam posisi tidak untung dan tidak rugi atau berada pada titik impas. Mengacu

pada Suratiyah (2015) dalam Fyka dkk (2019: 376) rumus yang digunakan dalam

perhitungan BEP volume dan BEP harga adalah:

a. BEP atas dasar penjualan dalam unit (kg)

32
TBK
VPK (Kg) = .……………………………………………………...……….. (7)
HJK

b. BEP atas dasar penjualan dalam rupiah (Rp)


TBK
HJK (Rupiah) = …………………………………………………………… (8)
JPK

Keterangan:

VPK = BEP volume penjualan keripik tempe sagu (Kg)


HJK = BEP harga jual keripik tempe sagu (Rp/Kg)
TBK = Total biaya usaha keripik tempe sagu (Rp)
JPK = Jumlah produksi keripik tempe sagu yang terjual dalam 1 tahun (Rp/Kg)

3.4.6 Analisis Payback Period (PP)

Payback period (PP) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan Zakia

Crispy Chips untuk pemulihan nilai investasi yang telah dikeluarkan diawal usaha.

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2012: 101) perhitungan payback period dapat

dirumuskan sebagai berikut:


IK
PPK = x 1 tahun ………………………………………………………... (9)
PdK

Keterangan:

PPK = Payback Period usaha keripik tempe sagu


IK = Investasi usaha keripik tempe sagu (Rp)
PdK = pendapatan usaha keripik tempe sagu (Rp)

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian menurut Sugiyono (2015:38) adalah suatu

atribut atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Definisi operasional yang digunakan pada masing-masing variabel dalam penelitian

ini sebagai berikut:

33
1. Biaya produksi dalam penelitian ini adalah penjumlahan dari biaya tetap dan

biaya variabel yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips pada produk keripik

tempe sagu per satu periode produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

2. Biaya tetap dalam penelitian ini adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan

terus dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips pada keripik tempe sagu per satu

periode produksi walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit,

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

3. Biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan Zakia Crispy

Chips pada keripik tempe sagu yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya

produksi yang dihasilkan per satu periode produksi, dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp).

4. Biaya total dalam penelitian ini adalah penjumlahan total biaya tetap dan biaya

variabel yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips pada keripik tempe sagu per

per satu periode produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

5. Struktur biaya adalah alokasi dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Zakia

Crispy Chips dalam melakukan kegiatan produksi keripik tempe sagu selama

satu periode produksi.

6. Total penerimaan adalah hasil penjualan keripik tempe sagu dikali dengan harga

jual produk keripik tempe sagu yang diperoleh Zakia Crispy Chips per satu

periode produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Pendapatan adalah penerimaan dari hasil penjualan produk keripik tempe sagu

yang diterima oleh Zakia Crispy Chips dikurangi biaya total produksi yang

34
dikeluarkan Zakia Crispy Chips pada jenis produk keripik tempe sagu per satu

periode produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

8. B/C Ratio dalam penelitian ini adalah perbandingan antara total pendapatan

dengan biaya produksi keripik tempe sagu per satu periode produksi di Zakia

Crispy Chips.

9. Break Even Point (BEP) dalam penelitian ini adalah titik pertemuan antara biaya

dan penerimaan dimana volume penjualan dan harga jual jenis produk keripik

tempe sagu pada Zakia Crispy Chips per satu periode produksi tidak mengalami

untung atau rugi.

10. Payback Period (PP) dalam penelitian ini adalah jangka waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan pengembalian investasi usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy

Chips.

35
BAB IV
GAMBARAN UMUM USAHA

4.1 Sejarah Zakia Crispy Chips

Zakia Crispy Chips merupakan usaha industri skala rumahan yang

memproduksi makanan ringan (snack) keripik tempe sagu. Namun, selain keripik

tempe sagu ada pula jenis makanan lain yang diproduksi antara lain keripik

pisang,keripik bayam, dan peyek. Zakia Crispy Chips berlokasi di Jalan Kober

Gang Musholla Nurunnisa No. 40B, Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji,

Kota Depok, Jawa Barat 16424.

Usaha rumahan ini didirikan sejak tahun 2020 tepatnya di bulan Maret

oleh Ibu Riskiyanti selaku pemilik usaha. Usaha ini didirikan dengan niat awal

membantu keluarga dikarenakan Ibu Riskiyanti sebelumnya bekerja di salah satu

perusahaan swasta di Jakarta. Kemudian adanya pandemi Covid-19 yang

melanda di Indonesia menyebabkan Ibu Riskiyanti sebagai karyawan yang

terkena dampak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Berawal dari melihat usaha

saudaranya yang memproduksi keripik tempe sagu dan menjualnya tetapi

memiliki lokasi yang cukup jauh, Ibu Riskiyanti pun melihat kondisi bahwa

keripik tempe sagu ini juga cukup disenangi oleh masyarakat. Dan masih

sedikitnya orang yang berjualan produk tersebut sehingga Ibu Riskiyanti pun ikut

mencoba memproduksi keripik tempe sagu kemudian menjualnya ke tetangga

maupun rekan-rekan terdekat.

Setelah melihat respon yang cukup baik dari konsumen saat mencoba

berjualan, dan omzet yang dihasilkan juga cukup memuaskan sebagai seorang
Ibu Rumah Tangga. Selanjutnya Ibu Riskiyanti memutuskan untuk melanjutkan

usaha keripik tempe sagu tersebut kemudian menggelutinya hingga saaat ini. Saat

ini, Ibu Riskiyanti sudah dibantu oleh tiga orang karyawan yaitu saudaranya yang

bertempat tinggal dekat dengan Ibu Riskiyanti.

Dua tahun berjalannya usaha, di awal tahun 2022 Ibu Riskiyanti sudah

mampu membeli peralatan maupun mesin yang menunjang proses produksi

keripik tempe sagu. Pada tahun ini juga, Ibu Riskiyanti sudah memiliki beberapa

reseller yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Namun untuk konsumen tetap

berasal dari warga sekitar yaitu Pondok Cina, Margonda, Bojong Gede, dan

Citayam. Bahkan beberapa kerabat dari Ibu Riskiyanti juga menjadikan keripik

tempe sagu menjadi oleh-oleh untuk dibawa saat mudik ataupun bepergian keluar

kota dan luar negeri. Saat ini juga produk-produk yang dihasilkan oleh Zakia Crispy

Chips sudah terdaftar oleh PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dengan nomor

2053276030007-27.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Riskiyanti dalam mengurus

SPP-IRT ini merupakan jaminan tertulis bagi pelaku usaha produksi pangan,

PIRT ini diterbitkan oleh Walikota Depok melalui Dinas Kesehatan Kota Depok,

kepada pelaku usaha produksi pangan yang telah memenuhi syarat-syarat

tertentu. Diantaranya syarat yang harus dipenuhi antara lain surat keterangan

domisili usaha, denah lokasi dan denah bangunan usaha, data produk pangan

yang diproduksi, sampel hasil produk pangan, dan masih banyak lagi. Dan untuk

mengurus izin PIRT ini tidak dipungut biaya dalam prosesnya.

37
4.2 Tenaga Kerja Zakia Crispy Chips

Zakia Crispy Chips merupakan usaha rumahan yang baru berdiri sehingga

memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana. Namun, dengan adanya

struktur organisasi tersebut tentunya pembagian tugas-tugas, wewenang serta

tanggung jawab akan menjadi lebih rinci dan terarah. Berikut ini merupakan

struktur organisasi Zakia Crispy Chips.

Pimpinan Usaha dan Bagian Keuangan

Bagian Pengolahan Bagian Pengemasan


dan Distribusi

Gambar 2. Struktur Organisasi Zakia Crispy Chips

Tenaga kerja di Zakia Crispy Chips berjumlah tiga orang yang terdiri dari

pimpinan usaha sekaligus bagian keuangan, dimana satu orang bekerja di bagian

pengolahan dan satu orang lagi di bagian pengemasan dan distribusi. Untuk waktu

dan jam kerja yang diterapkan cukup fleksibel karena mengikuti proses pembuatan

keripik tempe sagu yang membutuhkan waktu berhari-hari. Hari Senin biasanya

dilakukan persiapan bahan baku seperti pembelian tepung sagu, kedelai, ragi,

penyedap rasa, dan garam oleh bagian pengemasan dan distribusi. Selanjutnya

kedelai diolah oleh bagian pengolahan dengan dilakukan sortasi dan penimbangan

terlebih dahulu. Kemudian kedelai direndam selama satu hari. Hari Selasa bagian

pengolahan umumnya hanya mencuci kedelai dan dilakukan proses fermentasi

dengan ragi selama dua hari. Hari Kamis adalah proses pencampuran kedelai

38
dengan tepung sagu dan selanjutnya dikeringkan. Proses pengeringan ini

berlangsung selama satu sampai dua hari. Dan di hari Sabtu dan Minggu biasanya

hanya dilakukan proses penggorengan, pengemasan dan distribusi. Berikut ini tugas

serta tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam Zakia Crispy Chips adalah

sebagai berikut:

1. Pimpinan Usaha sekaligus Bagian Keuangan

Pimpinan usaha adalah pemilik dari Zakia Crispy Chips yaitu Ibu Riskiyanti

dansekaligus berperan dalam bagian keuangan. Dimana tugasnya yaitu memantau

kegiatan tenaga kerja Zakia Crispy Chips, mengatur stok produksi, melakukan

pencatatan keuangan masuk dan keluar serta mengelola keuangan perusahaan.

2. Bagian Pengolahan

Bagian ini memiliki tugas diantaranya yaitu sortasi dan penimbangan

kedelai, perebusan kedelai, merendam kedelai, mencuci kedelai, fermentasi

dengan ragi, pencampuran dengan tepung sagu, pencetakan, pengeringan,

pemotongan hingga penggorengan sampai keripik tempe sagu sudah jadi.

Karyawan pada bagian pengolahan terdiri atas satu orang.

3. Bagian Pengemasan dan Pemasaran

Bagian pengemasan dan pemasaran bertugas untuk mengemas produk

keripik tempe sagu yang sudah jadi menggunakan plastik kemasan yang

dilengkapi dengan zip lock pada bagian atasnya. Bagian ini juga bertugas untuk

membeli bahan-bahanyang diperlukan dalam memproduksi keripik tempe sagu

serta mendistribusikan keripik tempe sagu ke konsumen. Pada karyawan bagian

39
ini berjumlah satu orang.

4.3 Sarana dan Prasarana Zakia Crispy Chips

Sarana dan prasarana memiliki peranan yang cukup penting dalam

menunjang berjalannya proses produksi yang bertujuan dalam kelancaran usaha

danproses pembuatannya. Dalam menunjang kegiatan produksinya, Zakia Crispy

Chips memiliki luas bangunan kurang lebih 200 meter persegi. Yang terdiri dari

ruang produksi dan penyimpanan, dapur, serta toilet. Adapun sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh Zakia Crispy Chips dalam proses produksinya

diantaranya sebagai berikut:

1. Ruang Produksi

Ruang produksi merupakan salah satu ruangan yang digunakan untuk proses

pembuatan keripik tempe sagu mulai dari persiapan bahan baku (kedelai, tepung

sagu, ragi, garam, bahan penyedap), proses sortasi kedelai, penimbangan,

perendaman, pencucian, fermentasi dengan ragi, pencampuran dengan tepung

sagu, garam, penyedapn rasa, pencetakan, pengeringan, pemotongan sampai

pengemasan keripik tempe sagu. Ruang produksi tersebut adalah ruangan inti

dari Zakia Crispy Chips. karena ruangan ini adalah tempat dimana hampir

seluruh kegiatan dari proses produksi keripik tempe sagu. Proses produksi

keripik tempe sagu ini setidaknya membutuhkan waktu sekitar satu minggu

hingga keripik siap untuk dijual.

40
2. Dapur

Dapur merupakan tempat produksi yaitu untuk proses perebusan kedelai dan

penggorengan keripik tempe sagu, selain itu biasanya dapur ini juga digunakan

sebagai dapur karyawan bagi karyawan yang ingin membuat makanan maupun

minuman pada saat istirahat.

3. Peralatan Produksi

Peralatan produksi merupakan peralatan yang menunjang keberlangsungan

proses produksi keripik tempe sagu. Adapun peralatan produksi yang digunakan

oleh Zakia Crispy Chips adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Peralatan Produksi Keripik Tempe Sagu


No. Peralatan Produksi Jumlah (Unit) Harga Beli (Rp)
1. Nampan 2 15.000
2. Baskom 2 20.000
3. Ember 2 15.000
4. Kompor 1 400.000
5. Mesin Pemotong 1 1.000.000
6. Wajan 2 40.000
7. Gayung 1 20.000
8. Saringan 2 10.000
9. Timbangan 1 45.000
10. Panci 2 50.000
11. Plastik Cetakan 10 10.000
Sumber: Lampiran 3 dan 4

4. Alat Transportasi

Transportasi merupakan sarana penunjang yang digunakan Zakia Crispy

Chips dalam melakukan pembelian bahan-bahan yang diperlukan dalam

memproduksi keripik tempe sagu, serta transportasi juga digunakan untuk

mendistribusikan keripik tempe sagu ke beberapa reseller. Alat transportasi yang

dimiliki Zakia Crispy Chips yaitu satu kendaraan bermotor.

41
4.4 Kegiatan Produksi Keripik Tempe Sagu

Produksi keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips terdiri dari beberapa proses,

diantaranya yaitu persiapan bahan baku hingga pemasaran. Berikut ini merupakan

skema tahapan kegiatan produksi keripik tempe sagu terdapat pada Gambar 3.

Persiapan Bahan Baku

Sortasi dan Penimbangan Kedelai

Perebusan Kedelai

Perendaman dan Pencucian

Fermentasi

Pencampuran

Pencetakan dan Pengeringan

Pemotongan

Penggorengan dan Penyaringan

Pengemasan

Pemasaran

Gambar 3. Proses Pembuatan Keripik Tempe Sagu

42
Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing proses pembuatan

keripik tempe sagu yaitu:

1. Persiapan bahan baku

Bahan baku yang dipersiapkan sebelum masuk pada tahap produksi keripik

tempe sagu untuk satu kali produksinya antara lain yaitu kedelai putih yang beredar

di pasar tradisional sebanyak 6 kilogram, tepung sagu 5 kilogram, ragi 7 gram bahan

penyedap rasa 200 gram, dan garam 200 gram serta minyak goreng sebanyak 3 liter

untuk menggoreng keripik tempe sagu yang sudah jadi. Dengan penggunaan bahan

baku tersebut menghasilkan sebanyak lima sampai tujuh kilogram keripik tempe

sagu.

2. Sortasi dan Penimbangan Kedelai

Proses sortasi kedelai ini bertujuan untuk memisahkan antara kedelai yang

memiliki kondisi bagus dengan kedelai yang rusak atau terkena benda asing seperti

kerikil, daun-daunan, hingga kotoran yang terbawa oleh kedelai sehingga akan

menghasilkan keripik tempe sagu dari kualitas bahan baku kedelai yang bagus.

Sortasi kedelai masih dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga

manusia.

3. Perebusan Kedelai

Perebusan ini dilakukan agar kedelai mudah lunak dan empuk, proses ini

dilakukan selama 45 menit.

4. Peredaman dan Pencucian

Setelah melewati proses perebusan kedelai, selanjutnya kedelai akan

direndam kurang lebih selama satu hari dengan menggunakan ember plastik.

43
Selama proses perendaman, kedelai diletakkan di tempat yang jauh dari bahan-

bahan kimia karena ini dapat menurunkan kualitas kedelai dan mengubah rasa

dari kedelai tersebut. Setelah perendaman, maka ukuran volume kedelai akan

membesar dan lunak. Berikutnya dilakukan pencucian terhadap kedelai dengan

air mengalir sebanyak dua kali pencucian dengan tujuan untuk menghilangkan lendir

akibat proses perendaman dans ifat asam.

5. Fermentasi

Kemudian proses selanjutnya adalah fermentasi dengan ragi dimana ragi

berperan sebagai agen mikroorganisme yang membantu melakukan fermentasi

pada kedelai. Proses ini setidaknya membutuhkan waktu selam dua hari.

6. Pencampuran

Setelah kedelai difermentasi, kemudian kedelai siap untuk dicampur dengan

tepung sagu. Dimana pada tahap ini kedelai harus dicampur secara merata.

7. Pencetakan dan Pengeringan

Selanjutnya setelah melalui proses pencampuran dengan tepung sagu, maka

dilakukan proses pencetakan kedelai yang sudah dicampur dengan tepung sagu

dan dibuat dengan plastik berbentuk oval berukuran lebar 7 cm dan panjang 11

cm. Kemudian keripik tempe sagu yang sudah dibungkus oleh plastik cetakan

akan dikeringkan dalam suhu ruangan dan tidak boleh terkena sinar matahari

secara langsung sekitar satu sampai dua hari.

8. Pemotongan

Setelah dilakukannya pencetakan dan pengeringan, selanjutnya yaitu

pemotongan dengan mesin pemotong khusus. Mesin pemotong ini memotong

44
keripik tempe sagu dengan ukuran sangat tipis dan cukup cepat sehingga proses

pemotongan menjadi lebih mudah dan cepat. Biasanya untuk pemotongan

membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

9. Penggorengan dan Penyaringan

Selanjutnya keripik yang sudah siap kemudian melalui proses penggorengan.

Penggorengan ini dilakukan dengan kondisi api yang panas. Kemudian goreng

keripik tempe sagu hingga berubah menjadi berwarna kuning kecokelatan. Tidak

lupa sambil dibolak-balik antara bagian atas dan bawah keripik agar tidak gosong

dan matangnya merata. Kemudian jika dirasa sudah cukup kering, maka disaring

menggunakan saringan. Gunanya yaitu mengurangi minyak yang terdapat pada

keripik tempe sagu yang sudah digoreng.

10. Pengemasan

Pengemasan keripik tempe sagu dilakukan setelah semua proses produksi

selesai, pengemasan ini dilakukan dengan menggunakan plastik yang terdapat zip

lock pada bagian atas kemasan. Adapun ukuran kemasan dari keripik tempe sagu

tersebut mengikuti pesanan dari konsumen. Biasanya setelah membuat pesanan

dari konsumen, keripik tempe sagu yang sudah diproduksi namun tidak habis

terjual juga bisa disimpan sebagai stock dalam toples besar sebagai tempat

persediaan bagi konsumen yang ingin membeli secara mendadak.

11. Pemasaran

Pemasaran dari keripik tempe sagu ini untuk para reseller biasanya

mengambil secara langsung ke tempat produksi keripik tempe sagu. Ada juga

yang diantarkan oleh karyawan bagian pemasaran dan pengemasan. Dan untuk

45
saat ini, Zakia Crispy Chips sudah mencoba merambah ke market place seperti

shopee namun peminatnya masih sangat sedikit.

4.5 Hasil Produksi

Terkait hasil produksi keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips, setiap

bulannya tentu memiliki hasil produksi dan hasil penjualan yang berbeda.

Dengan adanya selisih antara hasil produksi dan penjualan tentu mengakibatkan

adanya stock penjualan keripik tempe sagu untuk bulan berikutnya. Daya tahan

simpan yang dimiliki oleh keripik tempe sagu sekitar tiga sampai empat bulan

lamanya. Tindakan yang dilakukan apabila keripik-keripik tersebut tidak habis

terjual di bulan tersebut maka dijual untuk bulan selanjutnya, apabila masih sisa

pula maka dijual bulan selanjutnya lagi. Namun Ibu Riskiyanti dalam

menjalankan usahanya selama ini, setidaknya keripik tempe sagu yang dijual

diusahakan habis dalam dua bulan saja. Dikarenakan jika lebih dari dua bulan,

biasanya keripik menjadi kurang renyah dan banyak yang hancur karena

bertindihan dengan keripik yang lainnya. Biasanya keripik yang sisa juga

dikonsumsi oleh keluarga Ibu Riskiyanti. Jika keripik juga masih belum terjual

selama dua bulan berjalan, cara yang bisa dilakukan agar keripik tidak mudah

hancur adalah dengan tidak meletakkan terlalu banyak keripik dalam satu wadah

sehingga tidak saling bertumpukan.

46
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Biaya Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips

Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh Zakia

Crispy Chips untuk memproduksi keripik tempe sagu. Biaya ini dimulai dari biaya

awal kegiatan produksi keripik tempe sagu seperti penyediaan bahan baku hingga

biaya pendistribusian hasil produksi per tahun. Klasifikasi biaya produk keripik

tempe sagu dihitung dengan membedakan biaya komponen biaya kedalam biaya

tetap dan biaya variabel (tidak tetap).

5.1.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Pada biaya tetap

terdapat pula biaya penyusutan. Adapun rincian dari hasil perhitungan biaya

penyusutan usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips dapat dilihat pada

Lampiran 3. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips terdiri atas

biaya penyusutan bangunan, biaya penyusutan peralatan produksi, biaya

penyusutan kendaraan, dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Biaya penyusutan

dihitung menggunakan metode garis lurus dimana nilai beli dikurangi nilai sisa, dan

hasilnya dibagi dengan umur ekonomis. Nilai sisa dianggap nol, karena

diasumsikan tidak laku untuk dijual kembali apabila telah digunakan. Hasil

perhitungan biaya tetap pada kegiatan produksi keripik tempe sagu Zakia Crispy

Chips dapat dilihat pada Tabel 4.


Tabel 4. Biaya Tetap Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips Periode
Bulan Juni 2021 – Mei 2022
No. Komponen Biaya Biaya (Rp)
1. Penyusutan Bangunan 1.333.333
2. Penyusutan Peralatan 381.250
3. Penyusutan Kendaraan 1.120.00
4. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) 156.000
Total Biaya Tetap (Per Tahun) (A) 2.990.583
Rata-Rata Biaya Tetap (Per Bulan) (B) 249.215
Rata-Rata Biaya Tetap (Per Produksi) (C) 41.535
Sumber: Lampiran 2 dan 3
Keterangan: B = A/12 bulan = Rp/Bulan
C = B/6 x produksi dalam 1 bulan = Rp/Produksi

Berdasarkan Tabel 4, terdapat biaya penyusutan bangunan. Dimana Zakia

Crispy Chips memiliki bangunan dengan umur ekonomis selama 15 tahun.

Bangunan digunakan untuk mendukung keberlangsungan proses produksi keripik

tempe sagu. Dengan total biaya tetap per tahun sebesar Rp. 2.243.916, sedangkan

rata-rata biaya tetap per bulannya yaitu Rp. 186.993 dan rata-rata biaya tetap per

produksi sebesar Rp. 31.165. Adapun biaya penyusutan bangunan pada Zakia

Crispy Chips adalah sebesar Rp. 1.333.333. Biaya penyusutan ini dihitung dengan

metode garis lurus dimana nilai beli dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur

ekonomis. Nilai sisa bangunan, peralatan, dan kendaraan dianggap nol karena

diasumsikan tidak laku dijual kembali apabila sudah digunakan.

Biaya penyusutan peralatan produksi keripik tempe sagu pada Zakia Crispy

Chips terdiri atas biaya nampan, baskom, ember, mesin pemotong, wajan, gayung,

saringan, timbangan, kompor, dan panci. Biaya penyusutan peralatan yang

dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips adalah sebesar Rp. 381.250 setiap tahunnya.

Biaya penyusutan peralatan ini dihitung dengan nilai pembelian dikurangi nilai sisa

dibagi umur ekonomis dengan nilai sisa diasumsikan sebesar nol.

48
Biaya penyusutan kendaraan untuk produk keripik tempe sagu Zakia Crispy

Chips terdiri atas biaya penyusutan sepeda motor. Biaya penyusutan kendaraan

yang dibayarkan tiap bulan untuk produk keripik tempe sagu yaitu sebesar

Rp. 1.120.000. Selanjutnya biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan

biaya yang wajib dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips setiap tahunnya atas tanah

untuk bangunan yang dimiliki. Besarnya jumlah biaya pajak bumi dan bangunan

untuk produksi keripik tempe sagu yang dibayarkan yaitu sebesar Rp. 156.000 per

tahunnya.

Secara keseluruhan bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan oleh Zakia

Crispy Chips dalam usaha keripik tempe sagu selama satu tahun yaitu sebesar

Rp. 2.990.583, biaya tetap tertinggi yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips

adalah biaya penyusutan bangunan sebesar Rp. 1.333.333/tahun. Sedangkan biaya

tetap terendah yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips dalam memproduksi

keripik tempe sagu adalah biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu sebesar

Rp. 156.000 tiap tahunnya. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan

selama satu bulan yaitu Rp. 249.215, ini diperoleh dari total biaya tetap per tahun

dibagi dengan 12 bulan (satu tahun). Serta untuk satu kali produksi keripik tempe

sagu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 41.535, ini didapat dari hasil rata-rata biaya

tetap per bulan dibagi dengan enam kali produksi selama satu bulan.

5.1.2 Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang berhubungan secara langsung

terhadap proses produksi keripik tempe sagu yang jumlahnya berubah sebanding

(proporsional) dengan perubahan volume atau jumlah produksi. Biaya variabel

49
yang dikeluarkan terdiri dari biaya bahan baku kedelai, biaya garam, biaya

penyedap rasa, biaya ragi, biaya tepung sagu, biaya minyak goreng, biaya plastik

kemasan, biaya listrik dan air, biaya bahan bakar kendaraan, biaya gas dan biaya

tenaga kerja. Hasil perhitungan biaya variabel pada produk keripik tempe sagu

Zakia Crispy Chips dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Biaya Variabel Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
No. Komponen Biaya Biaya (Rp)
1. Kedelai 5.500.000
2. Garam 10.000
3. Ragi 40.000
4. Tepung Sagu 3.600.000
5. Penyedap Rasa 40.000
6. Minyak Goreng 384.000
7. Bensin 200.000
8. Gas 200.000
9. Plastik Kemasan 150.000
10 Tenaga Kerja 7.200.000
11. Listrik dan Air 150.000
Total Biaya Variabel (Per Tahun) (A) 17.824.000
Rata-Rata Biaya Variabel (Per Bulan) (B) 1.485.333
Rata-Rata Biaya Variabel (Per Produksi) (C) 247.555
Sumber: Lampiran 4
Keterangan: B = A/12 bulan = Rp/Bulan
C = B/6 x produksi dalam 1 bulan = Rp/Produksi

Berdasarkan Tabel 5, biaya-biaya variabel merupakan biaya-biaya

persiapan bahan baku pada proses produksi keripik tempe sagu. Pada biaya variabel

ini lebih dijabarkan lagi apa saja biaya-biaya didalamnya, perubahannya pada bab

gambaran umum usaha untuk persiapan bahan baku hanya terdapat kedelai, tepung

sagu, ragi, penyedap rasa, garam serta minyak goreng. Selanjutnya pada bab

pembahasan, lebih banyak lagi dijabarkan mengenai biaya persiapan bahan baku

terdapat tambahan seperti bensin, gas, plastik kemasan, tenaga kerja, serta listrik

dan air.

50
Dengan total biaya variabel yang dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips

dalam usaha keripik tempe sagu dalam satu tahun yaitu sebesar Rp. 17.824.000.

Sedangkan untuk rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan tiap bulannya yaitu

Rp. 1.485.333 dan untuk satu kali produksinya sekitar Rp. 247.555. Untuk

komponen biaya variabel tertinggi pada usaha keripik tempe sagu di adalah biaya

tenaga kerja. Dimana tenaga kerja menunjang secara langsung keripik tempe sagu

yang dihasilkan. Adapun biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tiap tahun yaitu

sebesar Rp. 7.200.000. Tenaga kerja di Zakia Crispy Chips terdiri dari tiga orang

yaitu pimpinan sekaligus bagian keuangan yaitu Ibu Riskiyanti, bagian pengolahan

dan bagian pemasaran. Selanjutnya adalah biaya penggunaan bahan baku kedelai,

dimana kedelai merupakan bahan baku utama untuk memproduksi keripik tempe

sagu sehingga biaya yang dikeluarkan juga tinggi. Adapun biaya bahan baku

kedelai untuk memproduksi keripik tempe sagu yaitu sebesar Rp. 5.500.000 per

tahun. Untuk penjelasan dari rincian tenaga kerja bisa dilihat pada Lampiran 5.

Biaya garam diperoleh dari penggunaan garam untuk memberikan rasa asin

pada kedelai, membantu dalam proses penggumpalan kedelai, dan membantu dalam

memperpanjang masa simpan kedelai. Garam yang digunakan adalah garam kasar

dengan kebutuhan untuk satu tahun yaitu sekitar 2,5 kilogram, Adapun biaya

penggunaan garam untuk produk keripik tempe sagu yaitu sebesar Rp. 10.000 per

tahunnya.

Biaya ragi diperoleh dari penggunaan ragi untuk mempercepat proses

fermentasi pada kedelai dimana ragi berperan sebagai agen mikroorganisme.

Fermentasi pada kedelai dilakukan selama dua hari. Ragi yang digunakan adalah

51
jenis ragi tradisional yang berada di pasaran. Adapun biaya ragi untuk produk

keripik tempe sagu yaitu sebesar Rp. 40.000 per tahun.

Biaya tepung sagu merupakan biaya yang cukup penting setelah biaya

bahan baku kedelai. Alasannya dikarenakan penggunaan tepung sagu pada keripik

tempe sagu akan memberikan rasa yang lebih gurih dan renyah dibandingkan

dengan jenis tepung terigu. Karena jika dibandingkan dengan tepung terigu nanti

keripik akan cepat lembek. Biaya penggunaan tepung sagu untuk menghasilkan

keripik tempe sagu yaitu adalah Rp. 3.600.000 tiap tahunnya.

Biaya penyedap rasa digunakan pada proses pembuatan keripik tempe sagu

dilakukan dengan cara pemberian pada kedelai kemudian dicampurkan. Biaya

penggunaan penyedap rasa ini yaitu sebesar Rp. 40.000 per tahun. Selanjutnya

adalah biaya penggunaan minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng

keripik tempe sagu yaitu sebesar Rp. 384.000 per tahunnya. Biaya bensin

digunakan untuk menunjang kelancaran usaha dan poses pemasaran, dimana biaya

bensin berasal dari hitungan pemakaian di perusahaan yaitu sebesar Rp. 200.000

per tahunnya. Biaya gas berasal dari penggunaan gas elpiji sebagai bahan bakar

yang digunakan selama proses produksi keripik tempe sagu. Adapun biaya yang

dikeluarkan untuk biaya penggunaan gas yaitu sebesar Rp. 200.000 tiap satu tahun.

Sedangkan biaya plastik kemasan yang digunakan untuk mengemas produk yang

sudah jadi sebesar Rp. 150.000 per tahun. Dan biaya listrik dan air yang dikeluarkan

selama proses produksi yaitu Rp. 150.000 tiap tahun.

Secara keseluruhan bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan oleh Zakia

Crispy Chips dalam memproduksi keripik tempe sagu dalam satu tahun yaitu

52
sebesar Rp. 17.824.000. Untuk komponen biaya variabel tertinggi yang dikeluarkan

adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp. 7.200.000/tahun. Sedangkan biaya komponen

terendah adalah biaya penggunaan garam sebesar Rp. 10.000/tahunnya. Sedangkan

untuk rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan tiap bulannya yaitu Rp. 1.485.333,

ini diperoleh dari total biaya variabel per tahun dibagi dengan jumlah satu tahun

(12 bulan), dan untuk satu kali produksinya sekitar Rp. 247.555, ini didapat dari

hasil total biaya variabel per bulan dibagi dengan 6 kali produksi selama satu bulan.

5.1.3 Total Biaya

Total biaya merupakan keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan oleh Zakia

Crispy Chips dalam memproduksi keripik tempe sagu, terdiri dari biaya tetap dan

biaya variabel. Kemudian hasil dari perhitungan biaya-biaya tersebut dijelaskan

dalam struktur biaya usaha secara terperinci dari setiap komponen biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya. Dengan adanya

total biaya dan struktur biaya, maka Zakia Crispy Chips dengan mudah dapat

mengetahui dan mengukur besaran keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan

seberapa menguntungkan usaha yang dijalankan. Selain itu, struktur biaya juga

dapat digunakan sebagai acuan bagi Zakia Crispy Chips dalam mengidentifikasi

untuk meminimalisir komponen biaya yang dikeluarkan agar dapat

memaksimalkan keuntungan usaha. Total biaya ini diperoleh dari penjumlahan

antara total biaya tetap dengan total biaya variabel yang dikeluarkan Zakia Crispy

Chips dalam memproduksi keripik tempe sagu. Adapun hasil perhitungan rincian

total biaya pada usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips dapat dilihat pada

Tabel 6.

53
Tabel 6. Total Biaya Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips Periode
Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Biaya Jumlah (Rp) Persentase
(%)
Biaya Tetap
Penyusutan Bangunan 1.333.333 6,4
Penyusutan Peralatan 381.250 1,8
Penyusutan Kendaraan 1.120.000 5,4
PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) 156.000 0,7
Total Biaya Tetap 2.990.583 14,4
Biaya Variabel
Kedelai 5.500.000 26,4
Garam 10.000 0,0
Ragi 40.000 0,2
Tepung Sagu 3.600.000 17,3
Penyedap Rasa 40.000 0,2
Minyak Goreng 384.000 1,8
Bensin 100.000 0,5
Gas 200.000 1,0
Plastik Kemasan 150.000 0,7
Tenaga Kerja 7.200.000 34,6
Listrik dan Air 600.000 2,9
Total Biaya Variabel 17.824.000 85,6
Total Biaya 20.814.583 100
Sumber: Tabel 4 dan 5

Berdasarkan Tabel 6 diatas, didapatkan total biaya yang dikeluarkan Zakia

Crispy Chips dalam memproduksi keripik tempe sagu periode bulan Juni 2021 –

Mei 2022 adalah sebesar Rp. 20.814.583. Total biaya tetap yaitu sebesar

Rp. 2.990.583 atau 14,4% dan total biaya variabel sebesar Rp. 17.824.000 atau

85,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usaha produksi keripik tempe sagu pada

Zakia Crispy Chips memiliki tingkat persentase biaya variabel lebih besar jika

dibandingkan dengan persentase biaya tetap. Rendahnya tingkat persentase biaya

tetap disebabkan karena komponen biaya yang dikeluarkan hanya berupa biaya

PBB dan biaya penyusutan.

54
Komponen biaya yang memiliki persentase terbesar dalam kegiatan

produksi keripik tempe sagu di Zakia Crispy Chips adalah biaya tenaga kerja yaitu

sebesar Rp. 7.200.0000 atau 34,6% selanjutnya adalah biaya pembelian bahan baku

kedelai yaitu sebesar Rp. 5.500.000 atau 26,4%, selanjutnya untuk biaya yang

memiliki persentase terbesar ketiga adalah biaya penggunaan tepung sagu yaitu

sebesar Rp. 3.600.000 atau 17,3%. kBiaya penyusutan bangunan sebesar

Rp. 1.333.333 atau 6,4%. Kemudian diikuti oleh biaya penyusutan kendaraan yaitu

Rp. 1.120.000 atau 5,4%.

Biaya pemakaian minyak goreng sebesar Rp. 384.000 atau 1,8%. Kemudian

diikuti oleh biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 381.250 atau 1,8%. Komponen

biaya dengan persentasi tertinggi selanjutnya yaitu biaya penggunaan gas sebesar

Rp. 200.000 atau 1,0%. Selanjutnya terdapat biaya plastik kemasan sebesar

Rp. 150.000 atau 0,7% dan biaya penggunaan bensin sebesar Rp. 100.000 atau

0,5%. Selanjutnya adalah biaya listrik dan air sebesar Rp. 600.000 atau 2,9%.

Kemudian diikuti oleh biaya penyusutan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) sebesar

Rp. 156.000 atau 0,7%

Kemudian terdapat biaya ragi dan biaya penyedap rasa sebesar Rp. 40.000

atau 0,2%, serta komponen biaya dengan persentase terendah yaitu biaya garam

sebesar Rp. 10.000 atau 0,0%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usaha produksi

keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips, maka komponen biaya yang

berkontribusi paling besar adalah biaya tenaga kerja dan biaya pembelian bahan

baku kedelai dimana merupakan input utama dalam kegiatan proses produksi

keripik tempe sagu.

55
5.2 Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu

5.2.1 Analisis Penerimaan

Penerimaan usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips berasal dari

penjualan produk keripik tempe sagu dengan ukuran kemasan per kilogram. Harga

jual yang ditawarkan kepada konsumen yaitu Rp. 45.000 per kilogramnya.

Penerimaan usaha keripik tempe sagu pada penelitian ini merupakan penerimaan

usaha keripik tempe sagu bulan Juni 2021 hingga bulan Mei 2022. Besarnya

penerimaan ini juga diperoleh dari hasil perkalian antara penjualan keripik tempe

sagu Zakia Crispy Chips dengan harga jual keripik tempe sagu tersebit. Adapun

hasil perhitungan penerimaan usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips

dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips Periode
Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Tahun Bulan Jumlah Penjualan Harga Jual Penerimaan (Rp)
(Kg) (Rp/Kg)
2021 Juni 38 1.710.000
Juli 34,8 1.566.000
Agustus 40,5 1.822.500
September 58,2 2.619.000
Oktober 60,4 2.718.000
November 43,5 1.957.500
Desember 59,65 45.000 2.684.250
2022 Januari 57,75 2.598.750
Februari 37,3 1.678.500
Maret 59,5 2.677.500
April 95 4.275.000
Mei 36 1.620.000
Total Penjualan 620,6
Total Penerimaan (Rp/Tahun) 27.927.000
Rata-Rata Penerimaan (Rp/Bulan) 2.327.250
Rata-Rata Penerimaan (Per Produksi) 387.875
Sumber: Tabel 1

56
Berdasarkan Tabel 7 diatas, total penerimaan usaha produksi keripik tempe

sagu pada Zakia Crispy Chips selama periode bulan Juni 2021 sampai Mei 2022

adalah sebesar Rp. 27.927.000. Penerimaan ini diperoleh dari penjualan keripik

tempe sagu per kilogram dengan harga yaitu Rp. 45.000/kg. Sedangkan untuk rata-

rata penerimaan per bulannya yaitu Rp. 2.327.250 dan rata-rata penerimaan yang

diperoleh per satu kali produksinya yaitu sebesar Rp. 387.875. Penerimaan usaha

keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips dalam satu tahun cenderung naik turun

diikuti dengan jumlah penjualan yang juga naik turun. Hal ini dikarenakan

permintaan dari konsumen yang terkadang mengalami perubahan karena pada

Zakia Crispy Chips penjualan keripik tempe sagu mengikuti permintaan dari

konsumen.

5.2.2 Analisis Pendapatan

Pendapatan usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips merupakan

selisih antara total penerimaan keripik tempe sagu dengan total biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan usaha yang besar dapat diperoleh dari kecilnya jumlah

biaya yang dikeluarkan ataupun tingginya jumlah penerimaan yang diperoleh.

Adapun hasil perhitungan pendapatan usaha produk keripik tempe sagu pada Zakia

Crispy Chips per bulan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips Periode
Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Nilai (Rp)
Total Penerimaan 27.927.000
Total Biaya (Rp) 20.814.583
Total Pendapatan (Rp) 7.112.417
Sumber: Tabel 6 dan 7

57
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa pendapatan usaha keripik

tempe sagu pada Zakia Crispy Chips periode bulan Juni 2021 sampai Mei 2022

adalah sebesar Rp. 7.112.417. Hasil perolehan pendapatan usaha pada Tabel 8

menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh memiliki nilai positif, yang artinya usaha

keripik tempe sagu yang dijalankan Zakia Crispy Chips menguntungkan.

Pendapatan tersebut diperoleh dari perhitungan antara total penerimaan keripik

tempe sagu sebesar Rp. 27.927.000 dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

produksi keripik tempe sagu sebesar Rp. 20.814.583. Adapun pendapatan yang

diperoleh Zakia Crispy Chips tersebut dijadikam sebagai sumber dana untuk

pembiayaan kegiatan produksi tanaman anggrek yang dijalankan serta untuk

pemenuhan kebutuhan investasi.

5.3 Analisis Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips

Setiap usaha yang dilakukan harus menghasilkan keuntungan agar dapat

mengembangkan usahanya. Untuk melihat keberhasilan usaha tahu yang dijalankan

Zakia Crispy Chips, masih belum cukup jika dilihat dari nilai pendapatan yang

diperoleh, maka dari itu diperlukan analisis usaha. Analisis usaha dilakukan untuk

mengetahui tingkat efisiensi usaha yang dijalankan dengan menggunakan analisis

B/C ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP). Dengan

menggunakan analisis tersebut, dapat diketahui lebih mendalam mengenai usaha

produksi keripik tempe sagu yang dijalankan oleh Zakia Crispy Chips.

58
5.3.1 Analisis B/C Ratio

Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat pendapatan yang

diperoleh Zakia Cripy Chips dengan biaya yang dikeluarkan selama menjalankan

usaha keripik tempe sagu. Analisis B/C ratio ini digunakan untuk melihat tingkat

manfaat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan

dalam menjalankan usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips. Berikut ini

perhitungan analisis B/C ratio pada Zakia Crispy Chips dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis B/C Ratio Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Nilai (Rp)
Pendapatan Usaha (Rp) 7.112.417
Total Biaya (Rp) 20.814.583
B/C Ratio 0,3
Sumber: Tabel 6 dan 8

Berdasarkan Tabel 9, bahwa nilai B/C ratio yang diperoleh produk keripik

tempe sagu di Zakia Crispy Chips telah mencapai angka lebih dari nol. Sehingga

dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan dan dikembangkan

karena memiliki nilai B/C ratio lebih besar daripada nol (0,3 > 0). Nilai B/C ratio

yang diperoleh yaitu sebesar 0,3 yang artinya setiap Rp. 100.000 atas keseluruhan

biaya produksi yang dikeluarkan, maka Zakia Crispy Chips akan mendapatkan

keuntungan atau manfaat sebesar Rp. 300.000.

5.3.2 Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis Break Even Point (BEP) merupakan titik impas karena pada titik

tersebut volume penjualan dan harga jual usaha produk keripik tempe sagu tidak

memperoleh keuntungan maupun kerugian. Kondisi ini akan menghasilkan laba

yang diperoleh yaitu adalah nol (impas). Perhitungan titik impas pada penelitian ini

59
dibedakan menjadi dua didasarkan atas satuannya, yaitu BEP unit dan BEP rupiah.

Perhitungan Break Even Point (BEP) dalam unit diperoleh dari total biaya tetap

dibagi dengan selisih antara harga jual produk keripik tempe sagu dengan rata-rata

biaya variabel. Sedangkan, perhitungan Break Even Point (BEP) dalam rupiah

diperoleh dari total biaya tetap dibagi dengan satu lalu dikurang dengan pembagian

antara rata-rata biaya variabel dengan harga jual produk keripik tempe sagu.

Adapun perhitungan Break Even Point (BEP) untuk produk keripik tempe sagu

pada Zakia Crispy Chips per bulan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis Break Even Point (BEP) Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia
Crispy Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Nilai (Rp)
Total Biaya Produksi (Rp) 20.814.583
Total Jumlah Produksi (Kg) 630
Harga Jual (Rp/Kg) 45.000
BEP Unit (Kg) 462,5
BEP Harga (Rp/Kg) 33.039
Sumber: Tabel 6 dan 7

Berdasarkan Tabel 10 diatas, terlihat bahwa nilai Break Even Point (BEP)

usaha keripik tempe sagu pada pada Zakia Crispy Chips periode bulan Juni 2021 –

Mei 2022 adalah sebesar 462,5 kilogram. Artinya pada harga Rp. 45.000/kg, usaha

keripik tempe sagu akan mengalami pulang pokok (titik impas) pada saat produksi

keripik tempe sagu mencapai 462,5 kilogram/tahunnya. Apabila Zakia Crispy

Chips menjual keripik tempe sagu kurang dari 462,5 kilogram/tahun, maka usaha

keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips akan mengalami kerugian. Apabila

Zakia Crispy Chips menjual keripik tempe sagu lebih dari 462,5 kilogram/tahun

(630 kg > 462,5 kg), maka usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips akan

mendapatkan profit (keuntungan).

60
Nilai Break Even Point (BEP) harga usaha keripik tempe sagu pada pada

Zakia Crispy Chips periode bulan Juni 2021 – Mei 2022 adalah sebesar Rp. 33.039

per kilogram, pada jumlah penjualan 630 kg keripik tempe sagu dibawah harga

Rp. 33.039 per kilogram maka tentu akan mengalami kerugian, sedangkan jika

Zakia Crispy Chips menjual keripik tempe sagu diatas harga Rp. 33.039 per

kilogram (Rp. 45.000 > Rp. 33.039), maka Zakia Crispy Chips akan memperoleh

keuntungan.

5.3.3 Analisis Payback Period (PP) Zakia Crispy Chips

Analisis Payback Period (PP) digunakan untuk mengethaui jangka waktu

pengembalian modal yang telah dikeluarkan oleh Zakia Crispy Chips selama

produksi yang diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan nilai pendapatan

selama satu tahun. Nilai investasi pada penelitian ini dihasilkan dari total biaya

sarana produksi yang digunakan oleh Zakia Crispy Chips dalam melakukan proses

produksi keripik tempe sagu. Berikut ini merupakan analisis payback period usaha

keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis Payback Period (PP) Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia
Crispy Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Nilai (Rp)
Investasi Usaha (Rp) 21.765.000
Pendapatan Usaha (Rp) 7.112.417
Payback Period (Tahun) 3,06
Sumber: Lampriran 2 dan Tabel 9

Berdasarkan Tabel 11, bahwa payback period (PP) atau jangka waktu

pengembalian modal investasi pada produk keripik tempe sagu dengan nilai sebesar

2,06. Nilai payback period (PP) tersebut diperoleh dari perbandingan antara nilai

investasi sebesar Rp. 21.765.000 dengan pendapatan usaha keripik tempe sagu yaitu

61
sebesar Rp. 7.112.417. Nilai payback period (PP) menunjukkan bahwa usaha

keripik tempe sagu akan mengalami pengembalian modal pada jangka waktu 3

tahun 22 hari.

62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai

“Analisis Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu (Kasus: Zakia Crispy Chips, Kota

Depok, Jawa Barat)”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis struktur biaya usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy

Chips menunjukkan bahwa biaya variabel memiliki tingkat persentase lebih

besar yaitu sebesar 85,6% apabila dibandingkan dengan biaya tetap sebesar

14,4%. Komponen biaya terbesar dalam proses produksi keripik tempe sagu

adalah terdapat pada biaya tenaga kerja dengan persentase sebesar 34,6%.

2. Analisis pendapatan usaha yang diperoleh Zakia Crispy Chips meliputi yaitu:

a) Penerimaan usaha keripik tempe sagu yang diperoleh Zakia Crispy Chips

dalam satu tahun yaitu sebesar Rp. 27.927.000 dengan jumlah volume

penjualan sebanyak 620,6 kilogram dan dengan harga jual Rp. 45.000 per

kilogram.

b) Pendapatan usaha keripik tempe sagu yang diperoleh Zakia Crispy Chips

yaitu sebesar Rp. 7.112.417 per tahunnya.

3. Hasil perhitungan analisis usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy Chips

yaitu:

a) Nilai B/C Ratio yang diperoleh dari usaha keripik tempe sagu di Zakia

Crispy Chips yaitu sebesar 0,3. Nilai tersebut telah mencapai angka lebih
dari nol, maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak untuk

diusahakan dan dikembangkan (0,3 > 0).

b) Berdasarkan hasil perhitungan BEP, diperoleh BEP unit 462,5 kilogram dan

nilai BEP harga Rp. 33.039. Jumlah penjualan dan penetapan harga jual di

Zakia Crispy Chips sudah lebih besar dari hasil perhitungan BEP, sehingga

dapat dikatakan usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips

menguntungkan.

c) Nilai Payback Period (PP) yang diperoleh dari usaha keripik tempe sagu

Zakia Crispy Chips yaitu sebesar 3,06, yang artinya Zakia Crispy Chips

akan mengalami pengembalian modal pada jangka waktu 3 tahun 22 hari.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saran yang diberikan

berkaitan dengan usaha keripik tempe sagu Zakia Crispy Chips adalah sebagai

berikut:

1. Hasil dari analisis struktur biaya usaha keripik tempe sagu pada Zakia Crispy

Chips dapat digunakan untuk melakukan perencanaan manajemen biaya

kedepannya, agar pengeluaran biaya untuk usaha keripik tempe sagu yang

sedang dijalankan tidak akan menimbulkan biaya yang berlebih, dan perusahaan

juga sebaiknya membuat laporan keuangan secara terstruktur yang dilakukan

rutin setiap tahun agar usaha yang dijalankan dapat berjalan lebih baik dan

mempermudah dalam melakukan evaluasi finansial.

64
2. Zakia Crispy Chips diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi dan

penjualannya dengan cara memperluas pasar ke wilayah-wilayah selain

Jabodetabek, Zakia Crispy Chips juga disarankan untuk melakukan inovasi pada

produk keripik tempe sagu seperti menambah varian rasa.

65
DAFTAR PUSTAKA

Asriani., Herdhiansyah, Dhian., dan Nurcayah. 2022. Rancangan Usaha Agribisnis


Hidroponik. PT. Nasya Expanding Management. Pekalongan

Dewi, Sofia Prima., Kristanto, Septian Bayu. 2017. Akutansi Biaya Edisi 2. IN
MEDIA. Bogor

Fyka, Samsul Alam., Limi, Muhammad Aswar., Zani, Munirwan., & Salamah,
Salamah. 2019. Analisis Potensi dan Kelayakan Usahatani Sistem Integrasi
Padi Ternak (Studi Kasus di Desa Silea Jaya Kecamatan Buke Kabupaten
Konawe Selatan). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Vol 6 No
3 Tahun 2019

Harian, Larasati. 2018. Analisis Nilai Tambah, Pendapatan, dan Pengembangan


Produk Olahan Singkong Skala Industri Rumah Tangga (Studi Kasus
Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang. [Skripsi]. Prodi
Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta

Herawan, Fadhil. 2019. Analisis Pendapatan Usaha Produksi Tahu Pada Industri
Rumahan Pamulang Jaya 6 Bersaudara. [Skripsi]. Prodi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta

Hongren, Charles., Rajan, Madhav., Srikant. 2015. Cost Accounting Global Edition
15. Pearson Education Limited. USA

Jamaluddin. 2018. Pengolahan Aneka Kerupuk dan Keripik Bahan Pangan. Badan
Penerbit UNM. Makassar

Kasmir. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Kasmir. 2010. Ekonomi Manajerial: Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Erlangga.


Jakarta

Kasmir., & Jakfar. 203. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Kharisma Putra Utama. Jakarta

Munarfah, Andi. 2007. Ekonomi Mikro. Badan Penerbit Universitas Negeri


Makassar. Makassar

Noor, Max Advian. 2007. Akuntansi Biaya. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Nugroho, Febry., Jamalludin., & Indrawanis, Elfi. 2019. Analisis Usaha


Agroindustri Keripik Tempe Di Desa Sumber Datar Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi (Studi Kasus Pada Usaha Keripik Tempe
Djokam). Jurnal Agri Sains, Vol 3 No 2 Tahun 2019
Ong & Thum. 2013. Understanding Profitability. IOWA State University. Amerika

Padangaran, Ayub, M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan


Pertanian. IPB Press. Bogor

Rahardi, F., dan Hartono, Rudi. 2003. Agribisnis Peternakan: Edisis Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta

Ramdhani, Dadan., Merida., Hendrani, Ai., dan Suheru. 2020. Akuntansi Biaya:
(Konsep Dan Implementasi Di Industri Manufaktur). CV Markumi.
Yogyakarta

Rangkuti, F. 2012. Studi Kelayakan Bisnis & Investasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Rantung, Hisky Agung. 2015. Analisis Struktur Biaya dan Efesiensi Pada
Agroindustri Bawang Goreng “UD Sri Rejeki” di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah. Jurnal Agri Sains, Vol 8 No 2 Tahun 2016

Rukmana, R., & Yudirachman, H. 2016. Untung Selangit Dari Agribisnis Cengkeh.
Lily Publisher. Yogyakarta

Rustiadi. 2011. Analisis Mutu Keripik Tempe Berdasarkan Cara Perekatan dan
Ketebalan Pengemas Selama Penyimpanan. Kanisius. Yogyakarta

Saadudin, Didin., Rusman, Yus., & Pardani, Cecep. 2017. Analisis Biaya,
Pendapatan Dan R/C Usahatani Jahe (Zingiber officinale). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Agroinfo Galuh, Vol 3 No 1 Tahun 2017

Safitri, Neva Lis. 2021. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Keripik Tempe Di
Kabupaten Trenggalek. [Skripsi]. Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Malang. Malang

Santoso, Sundoko. 2004. PUIR: Keripik dan Kerupuk Tahu-Tempe. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Saragih, Bungaran. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi


Berbasis Pertanian. IPB Press. Bogor

Sarwono, Bambang. 2007. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya.
Jakarta

Sarwono, Budi. 2000. Usaha Pembuatan Keripik Tempe. BPFE. Yogyakarta

Sekretariat Negara Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang


Perindustrian. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
4. Jakarta

Soekartawi. 2016. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta

67
Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta

Sudiadi, Bagus. 2000. Membuat Keripik Tempe Aneka Rasa. Bumi Aksara. Jakarta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. ALFABETA.


Bandung

Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usaha Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta

Suripatty, Margaretha Pattisiana. 2011. Analisis Struktur Biaya Produksi dan


Kontribusi Pendapatan Komoditi Kakao (Theobroma Cacao L) di Desa
Latu. Jurnal Agroforestri, Vol 6 No 2 Tahun 2011

Rosita., Hudoyo, Agus & Soelaiman Achiansyah. 2005. Analisis Usaha, Nilai
Tambah dan Kesempatan Kerja Agroindustri Tahu di Bandar Lampung.
JIIA, Vol 7 No 2 Tahun 2019

Yulianti, Triana., & Prihtanti, Tinjung Mary. 2020. Analisis Usaha dan Nilai
Tambah Agroindustri Keripik Tempe Di Kedungjenar, Kabupaten Blora,
Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Vol 4 No 4
Tahun 2020

68
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
ANALISIS PENDAPATAN USAHA KERIPIK TEMPE SAGU
(Kasus: Zakia Crispy Chips, Kota Depok, Jawa Barat)

Identitas Responden
Nama :
Tanggal Pengisian :
Lamanya Bekerja :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan/Profesi :

Responden yang Terhormat,

Saya Winda Safitri (11180920000014), mahasiswi program Studi

Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta saat ini sedang melakukan penelitian mengenai “Analisis

Pendapatan Usaha Keripik Tempe Sagu (Kasus: Zakia Crispy Chips, Kota Depok,

Jawa Barat)”.

Kuisioner ini merupakan bagian penelitian dari tugas akhir saya. Saya

mohon Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi mengisi kuisioner ini secara

lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan dan tercapainya hasil yang diinginkan.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terima

kasih.

Pertanyaan Narasumber
1. Bagaimana sejarah berdirinya usaha Pemilik Usaha
keripik tempe sagu Zakia Crispy
Chips?
2. Dimanakah alamat lokasi Zakia Crispy
Chips?
3. Bagaimana bentuk struktur organisasi
perusahaan?
4.
1. Bagaimana proses pembuatan keripik Karyawan Bagian Pengolahan
tempe sagu Zakia Crispy Chips? Karyawan Bagian Distribusi dan
2. Berapa waktu yang dibutuhkan dalam Pemasaran
satu kali produksi keripik tempe sagu?
3. Apa bahan baku utama yang digunakan
dalam pembuatan keripik tempe sagu?
Dan bahan baku didapatkan dari mana?
4. Dalam satu kali produksi menghasilkan
keripik tempe sagu berapa kilogram?
5. Berapa harga jual dari produk keripik
tempe sagu?
6. Bagaimana sistem kerja di Zakia
Crispy Chips?
7. Berapakah jam kerja per satu kali
produksinya?
8. Bagaimana sistem pembayara upah
bagi tenaga kerja di Zakia Crispy
Chips?
9. Apakah terdapat kendala atau
permasalahan dalam pemasaran
produk?
10. Adakah target penjualan produk per
tahunnya? Atau per bulan?

71
A. Rincian Biaya Zakia Crispy Chips
a. Biaya Tetap (Biaya Penyusutan Bangunan)
Komponen Jumlah Umur Harga Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis Beli (Rp) (Rp) Penyusutan
(Tahun) (Rp/Bulan)

Total

b. Biaya Tetap (Biaya Penyusutan Peralatan Produksi)


Komponen Jumlah Umur Harga Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis Beli (Rp) (Rp) Penyusutan
(Tahun) (Rp/Bulan)

Total

72
c. Biaya Tetap (Biaya Penyusutan Kendaraan)
Komponen Jumlah Umur Harga Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis Beli (Rp) (Rp) Penyusutan
(Bulan) (Rp/Bulan)

Total

B. Biaya Variabel (Per Bulan)


a. Biaya Variabel Bahan Baku Keripik Tempe Sagu
Komponen Satuan Jumlah Harga (Rp) Jumlah Biaya
(Rp)

Total

b. Biaya Upah Tenaga Kerja


Komponen Jumlah TK Upah (Rp) Total Biaya
(Orang) (Rp/Tahun)

Total
Lampiran 2. Biaya Investasi Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Komponen Jumlah (Unit) Biaya Satuan (Rp) Biaya Total (Rp)
Bangunan (m2) 200 20.000.000 20.000.000
Nampan 2 15.000 30.000
Baskom 2 20.000 40.000
Ember 2 15.000 30.000
Mesin Pemotong 1 1.000.000 1.000.000
Wajan 2 40.000 80.000
Gayung 1 20.000 20.000
Saringan 2 10.000 20.000
Timbangan 1 45.000 45.000
Kompor 1 400.000 400.000
Panci 2 50.000 100.000
Total Biaya Investasi 21.765.000

74
Lampiran 3. Biaya Penyusutan Usaha Keripik Tempe Sagu Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
A. Biaya Penyusutan Bangunan
Uraian Jumlah Umur Harga Beli Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis (Rp) (Rp) Penyusutan
(Tahun) (Rp/Tahun)
Bangunan 1 15 20.000.000 20.000.000 1.333.333
Total 1.333.333

B. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi


Uraian Jumlah Umur Harga Beli Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis (Rp) (Rp) Penyusutan
(Tahun) (Rp/Tahun)
Nampan 2 3 15.000 30.000 10.000
Baskom 2 2 20.000 40.000 20.000
Ember 2 2 15.000 30.000 15.000
Mesin 1 5 1.000.000 1.000.000 200.000
Pemotong
Wajan 2 5 40.000 80.000 16.000
Gayung 1 4 20.000 20.000 5.000
Saringan 2 5 10.000 20.000 4.000
Timbangan 1 4 45.000 45.000 11.250
Kompor 1 5 400.000 400.000 80.000
Panci 2 5 50.000 100.000 20.000
Total 381.250

C. Biaya Penyusutan Kendaraan


Uraian Jumlah Umur Harga Beli Nilai Biaya
(Unit) Ekonomis (Rp) (Rp) Penyusutan
(Tahun) (Rp/Tahun)
Sepeda 1 5 5.600.000 5.600.000 1.120.000
Motor
Total 1.120.000

75
Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia Crispy Chips
Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Uraian Jumlah Satuan Harga Beli Total (Rp)
(Rp)
Kedelai 500 Kg 11.000 5.500.000
Garam 2,5 Kg 10.00 10.000
Ragi 1 Kg 40.000 40.000
Tepung Sagu 400 Kg 9.000 3.600.000
Penyedap Rasa 2 Kg 20.00 40.000
Minyak Goreng 24 Liter 16.000 384.000
Plastik Kemasan 10 Pack 10.000 100.000
Bensin 200.000
Listrik dan Air 150.000
Gas 600.000
Tenaga Kerja 7.200.000
Total 17.824.000

76
Lampiran 5. Rincian Biaya Tenaga Kerja Usaha Keripik Tempe Sagu Pada Zakia
Crispy Chips Periode Bulan Juni 2021 – Mei 2022
Uraian Jumlah (Orang) Biaya (Rp/Tahun)
Pemilik sekaligus pimpinan usaha 1 3.360.000
Bagian pengolahan 1 2.400.000
Bagian pengemasan dan distribusi 1 1.440.000
Total 7.200.000

77

Anda mungkin juga menyukai