Anda di halaman 1dari 107

PENGARUH PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP

TINGKAT KEPEDULIAN MAKANAN SEHAT PADA


REMAJA DI KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar


Sarjana Pariwisata

oleh
Arsyi Laila Mubarok
NIM 1801503

MANAJEMEN INDUSTRI KATERING


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Arsyi Laila Mubarok


NIM 1801503

PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP TINGKAT


KEPEDULIAN MAKANANSEHAT PADA REMAJA DI
KABUPATEN GARUT

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimibing I Pembimibing II

Dr. Mochamad Whilky Rizkyanfi, M.Pd, NIP. Hurry Mega Insani, S.Pd., M.Si
920200119860520101 NIP. 920200419930718201

Menegtahui,

Ketua Departemen Prodi Manajemen Industri Katering

Dr. Dewi Turgarini, MM.Par


NIP. 197003202008122001
LEMBAR PERTANYAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh


Penggunaan Instagram Terhadap Tingkat Kepedulian
Makanan Sehat pada Remaja di Kabupaten Garut sepenuhnya
karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan
plagiat dari karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan caa yang tidak sesuai etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang


dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya say aini, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung
, Juli 2022
Pembuat Pertanyaan

Arsyi Laila Mubarok


1801503
LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP


TINGKAT KEPEDULIAN MAKANAN SEHAT PADA REMAJA
DI KABUPATEN GARUT

Oleh

Arsyi Laila Mubarok

180503

Skripsi in diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh


gelar sarjana pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial

Arsyi Laila Mubarok 2022

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2022

Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang


Skripsi Ini Tidak Boleh Diperbanyak Sebagian Atau Keseluruhan,
Dengan Cara Dicetak Ulang, Difotocopy, Atau Cara Lainnya Tanpa
Izin Penulis
PENGARUH PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP
TINGKAT KEPEDULIAN MAKANAN SEHAT DI
KABUPATEN GARUT

ARSYI LAILA MUBAROK

1801503

Abstrak

Instagram merupakan salah satu media popular dikalangan remaja


yang dapat memberikan pengaruh terhadap remaja khusunya
pemilihan makanan. 58,7% remaja menghabiskan waktunya di
media sosial, menyebabkan terlewatnya waktu makan sehingga pola
konsumsi menjadi tidak teratur. Hal tersebut menyebabkan remaja
memerlukan informasi gaya hidup sehat dan pengetahuan gizi untuk
memperbaiki pola konsumsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui dan mendeskripsikan pengetahuan gizi dan pengaruh
dari penggunaan Instagram terhadap makanan sehat pada remaja di
Kabupaten Garut. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
objek penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun yang tinggal
wilayah Kecamatan Tarogong Kidul, Desa Jayaraga. Teknik
sampling yang digunakan adalah teknik sampling incidental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja terhadap gizi
memiliki skor 3.330 dari skor tertinggi 4.455, maka dikategorikan
baik. Sementara itu hasil uji anova didapatkan secara keseluruhan
nilai signifikan 0,00 (p.value < 0,05), yang artinya bahwa adanya
pengaruh dari Instagram terhadap tangkat kepedulian makanan
sehat pada remaja di Kabupaten Garut.

Kata kunci: Instagram; media sosial; makanan sehat; remaja.

i
Abstract

Instagram is one of the popular media among teenagers that can


have an influence on teenagers, especially on food choices. 58,7%
of teenagers on social media, causing missed meal times so that
consumption patterns become irregular. This causes adolescents to
need information on healthy lifestyles and nutritional knowledge to
improve their consumption patterns. The purpose of this study was
to determine and describe nutritional knowledge and the effect of
using Instagram on healthy food for adolescents in Garut Regency.
This type of research is quantitative with the object of this research
is the age of adolescents 15-18 years who live in the district of
Tarogong Kidul, Jayaraga Village. The sampling technique used is
the incidental sampling technique. The results showed that
adolescents' knowledge of nutrition had a score of 3,330 from the
highest score of 4,455, so it was categorized as good. Meanwhile,
the ANOVA test results obtained a significant overall value of 0.00
(p.value <0.05), meaning that there is an influence from Instagram
on concern for healthy food in adolescents in Garut Regency.

Keywords: Instagram; social media; healthy food; teenager.

ii
PRAKATA

Puji dan syukur tercurah limpahkan kepada Allah Swt.,


berkat rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan diberikan kemudahan hingga kesehatan. Peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu untuk merampungkan skripsi ini.
Penelitian ini dibuat dengan tujuan memenuhi satu di
antara syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ilmu
Pengetahuan Sosial. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Instagram terhadap Tingkat Kepedulian Makanan Sehat pada
Remaja di Garut” diharapkan dapat menjadi solusi bagi mitra yang
terkait dan menjadi referensi bagi para pembaca lainya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki
kekurangan dalam proses penulisannya. Dengan demikian, penulis
dengan terbuka menerima saran dan kritik membangun yang
bertujuan meningkatkan kualitas penelitian ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi penulis, melainkan
juga kepada semua pembaca. Sekian dan terima kasih.

Bandung, Juli 2022

Arsyi Laila Mubarok

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyusun penelitian ini, penulis menyadari bahwa


tanpa bantuan, bimbingan, perhatian, dan doa dari pihak lain,
skripsi ini tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dari
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu dan mendukung atas proses pengerjaan penelitian ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt., atas diberikannya
kesempatan untuk mendapatkan kesehatan dan limpahan
rahmat-Nya karena hal tersebut penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis, Bapak Beny Roswandi dan Ibu
Neni Agustini, yang senantiasa mendukung penulis dalam
proses pengerjaan baik secara moral maupun material.
Atas doa dari orang tua juga, penulis mampu
merampungkan penelitian ini.
3. Ibu Dr. Dewi Turgarini, S.S., M.M.Par., selaku Ketua
Program Studi Manajemen Industri Katering, Universitas
Pendidikan Indonesia.
4. Bapak Dr. Mochamad Whilky Rizkyanfi, M.Pd, selaku
Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan sebagian
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan tepat waktu.

iv
5. Ibu Hurry Mega Insani, S.Pd., M.Si., selaku Dosen
Pembimbing II yang telah meluangkan sebagian waktunya
dan memberi dukungan penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Manajemen Industri
Katering yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
masa perkuliahan penulis.
7. Nadhila Innayah, selaku rekan kerja penulis yang dengan
kebaikan hatinya, membantu penulis dalam menyusun dan
menjelaskan hal-hal yang penulis tidak ketahui dalam
proses penelitian ini.
8. Seluruh rekan kerja di Yayasan Berdaya Foundation,
selaku tempat penulis melakukan program internship.
Penulis berterima kasih atas dukungan moral dan material,
serta masukan-masukan untuk penulis demi kebaikan dan
tercapainya skripsi ini.
9. Seluruh rekan satu angkatan Manajemen Industri Katering
2018, yang senantiasa membantu dan berbagi informasi
yang berkaitan dengan kepentingan angkatan.

v
DAFTAR ISI

Abstrak..............................................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 7
1.3. Tujuan Penelitian 7
1.4. Manfaat Penelitian 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN....................................
2.1 Pariwisata 9
2.2 Makanan Sehat 11
2.3 Pengetahuan Gizi 12
2.3.1 Kebutuhan Gizi Remaja 14
2.4 Tingkat Kepedulian Makanan Sehat pada Remaja 19
2.5.1 Tingkat Kepedulian 19
2.5.2 Remaja 21
2.5.3 Pola Makan Remaja 23
2.5.4 Tingkat Kepedulian Mengonsumsi Makanan Sehat
24
2.5 Sosial Media Instagram 25
2.5.1 Sosial Media 25
2.5.2 Instagram 26
2.5.5 Instagram dan Tingkat Kepedulian Makan Remaja
29
2.6 Penelitian Terdahulu 30

vi
2.7 Kerangka Pemikiran 37
2.8 Hipotesis 38
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...........................................................................
3.1. Desain Penelitian 40
3.2. Partisipan 40
3.3. Populasi dan Sampel 41
3.3.1 Populasi 41
3.3.2 Sampel 42
3.4. Instrumen Penelitian 44
3.4.1 Angket (Kuesioner) 44
3.4.2 Studi Literatur 44
3.4.3 Uji Instrumen Penelitian 45
3.4.4 Uji Validitas 45
3.4.5 Uji Reliabilitas 49
3.5 Prosedur Penelitian50
3.5.1 Operasional Variabel 50
3.6. Analisis Data 55
3.6.1. Analisis Deskriptif 55
3.6.2. Regresi Linear Sederhana 57
BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN.......................................................................
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut 59
4.2 Karakteristik Responden 63
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 63
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
64
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan
Instagram 65
4.3 Temuan dan Pembahasan Analisis 66
4.3.1 Temuan 66

vii
4.3.2 Pembahasan 76
BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI...........................................
5.1 Simpulan 78
5.2 Implikasi 79
5.3 Rekomendasi 80
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang


Gambar 2.2 Pengguna Instagram Berdasarkan Kelompok Usia &
Jenis Kelamin
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Garut.....................................................................
Gambar 4.2 Usia Responden............................................................................................
Gambar 4.3 Jenis Kelamin Responden.............................................................................
Gambar 4.4 Penggunaan Instagram Responden...............................................................
Gambar 4.5 Garis Kontinum Pengetahuan Gizi...............................................................

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat,


serat, dan air yang dianjurkan untuk anak sekolah (per orang per
hari) 11

Tabel 2.2 Angka kecukupan vitamin yang dianjurkan untuk anak


sekolah (per orang per hari)..............................................................................................
Tabel 2.3 Angka kecukupan mineral yang dianjurkan untuk anak
sekolah (per orang per hari)..............................................................................................
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu.........................................................................................
Tabel 3.1 Uji Validitas Penggunaan Instagram (X)
Tabel 3.2 Tingkat Kepedulian Makanan Sehat (Y)
Tabel 3.3 Uji Reliabilitas
Tabel 3.4 Operasional Variabel
Table 3.5 Skor Jawaban Responden dengan Skala Likert
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Pengetahuan Gizi
Tabel 4.3 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap
Pengetahuan Gizi
Tabel 4.4 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap Pola
Konsumsi
Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap Tingkat
Kepedulian

x
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terdapat tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu sandang,
pangan, dan papan. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1996
tentang Pangan, pangan merupakan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pengertian
pangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
28 tahun 2004, merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, makanan adalah segala bahan yang
kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau
mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur
semua proses dalam tubuh (2018, hlm. 901). Berdasarkan UUD
No.7 mengenai pangan, serta Peraturan Pemerintah RI No. 28, poin-
poin tersebut dapat digabung dan dijadikan simpulan bahwa pangan
adalah kebutuhan manusia yang mengandung berbagai zat yang
menjadi sumber terciptanya manusia yang berkualitas karena
memiliki tubuh yang sehat.

1
Makanan yang mengandung banyak gizi dan vitamin dapat
dilabeli sebagai makanan sehat (Sulistyoningsing, 2011: hlm.
2).

2
3

Tidak semua makanan itu baik untuk tubuh sehingga manusia


disarankan untuk senantiasa mengonsumsi makanan yang bergizi,
kandungan gizi yang seimbang menjadi satu di antara syarat
makanan tersebut dapat dikatakan makanan sehat (Amaliyah, 2017:
hlm. 131). Mengkonsumsi makanan sehat setiap hari sangat
direkomendasikan karena dengan hal tersebut dapat memenuhi
kebutuhan gizi yang tubuh perlukan (Oktriyanto, Budiarto, Siahaan,
& Sanny, 2021). Gizi adalah zat makanan yang diperlukan oleh
organ agar manusia dapat bertahan hidup, gizi akan menjaga proses
vital dalam tubuh dimulai dari bernafas hingga mengeluarkan racun
dalam tubuh manusia agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(Almatsier, 2001: hlm. 8). Maka dari itu, gizi yang diperlukan oleh
tubuh tiap individu harus sesuai dengan gizi yang dikonsumsi dari
makanan, hal ini harus menjadi hal penting karena makanan
merupakan sumber energi untuk melakukan aktivitas juga
mencegah dari penyakit.
KEMENKES RI Riskesdas Jawa Barat (2018)
mengemukakan data status Gizi IM/U remaja usia 16—18 tahun
wilayah Garut, yaitu 5,43% remaja mengalami berat badan yang
tidak ideal (kurus), 12,05% remaja kegemukkan, dan 2,90% remaja
mengalami obesitas. Sementara itu, perkembangan fisik, organ
tubuh, dan organ seksualnya sanagt memerlukan gizi yang cukup
(Insani H, 2019: hlm. 1). Maka dari itu, sangat penting untuk
memenuhi kandungan zat gizi remaja, mulai dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, hingga mineral dalam sayur dan buah yang
harus dipenuhi (Pritasari, Damayanti, & Tri L., 2017: hlm. 56).
4

Kebutuhan terhadap energi berupa aktivitas fisik, seperti olahraga


merupakan faktor yang harus diperhatikan bagi kesehatan remaja
dan kebutuhannya makin bertambah seiring bertambahnya usia
(Sulistyoningsing, 2011: hlm. 88). Remaja memerlukan konsumsi
makanan yang mengandung protein karena protein berfungsi
sebagai pertumbuhan fisik hingga pembentukan jaringan,
perkembangan, serta pemeliharaan tubuh (Cakrawati & NH, 2011:
hlm. 215). Kebutuhan terhadap lemak berfungsi seperti cadangan
energi pada remaja, tetapi makanan berlemak seperti lemak ayam
(gajih) susu berlemak dan lain-lain sebaiknya tidak dikonsumsi oleh
remaja karena lemak tersebut membuat ruang untuk penyakit
(Sulistyoningsing, 2011: hlm. 89). Kandungan vitamin dan mineral
terdapat pada buah dan sayur berguna untuk meningkatkan
karbohidrat menjadi energi, pertumbuhan tulang, pembentukan, dan
pengganti sel (Almatsier, 2001: hlm. 151). Vitamin yang penting
dipenuhi bagi tubuh remaja, di antaranya, Vitamin B12, B6, A, E,
C, dan asam folat (Sulistyoningsing, 2011: hlm. 90). Adapun
mineral yang baik bagi remaja dalam masa pertumbuhan dan
keseimbangan dalam masa pertumbuhan tersebut adalah kalsium,
besi (FE), dan seng (Zn) (Sulistyoningsing, 2011: hlm. 91).
Kebutuhan gizi setiap individu dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya, berat badan, kondisi tubuh, aktivitas fisik, serta
jenis kelamin (Pritasari dkk., 2017: hlm 109). Dalam masa
pertumbuhan tersebut, remaja juga akan mengalami fase
konformitas (conformity), yaitu tekanan untuk mengikuti teman
sebayanya (Diananda, 2018: hlm 116). Konformitas ada ketika
5

remaja meniru sikap orang lain. Hal tersebut disebabkan oleh


adanya tekanan sosial yang terlihat maupun tidak (Diananda, 2018:
hlm 116). Maka dari itu, remaja mudah terpengaruh terhadap
lingkungan karena lingkungan yang buruk akan membuat remaja
mengalami kebiasaan makan yang tidak sehat pula (Insani, 2019:
hlm. 5). Hal tersebut disebabkan budaya makan remaja yang tidak
diperhatikan dan sembarangan (Putri, Shaluhiyah, & Kusumawati,
2020, hlm. 564). Usia remaja merupakan usia yang sedang
eksplorasi, terutama terhadap makanan (Nurihsan & Agustin, 2016:
hlm. 71). Selain itu, remaja senang untuk mencoba hal baru,
menjadikan pola makan tidak teratur dan sering memakan makanan
sembarangan, satu di antara faktornya disebabkan mengikuti teman-
temanya yang memakan makanan yang tidak sehat (Nurihsan
dkk.,2016: hlm. 71). Akan ada masa perubahan pada kebiasaan
makan yang dipengaruhi oleh masa pubertas (Dariyo, 2004: hlm.
27). Remaja akan mulai menyukai makanan yang berlemak dan
makanan manis yang mengandung banyak gula dan lebih sedikit
mengonsumsi buah dan sayuran (Dariyo, 2004: hlm. 27).
Pengaruh yang cukup signifikan berasal dari media sosial
karena kesehatan tubuh dapat terganggu akibat adanya penggunaan
media sosial dari smartphone yang berlebihan (Wilantika, 2017:
hlm. 3). Satu di antara dampak penggunaan media sosial yang tidak
tepat, yakni tubuh memiliki daya tahan yang lemah, kurangnya
aktivitas fisik, dan terlambat untuk makan (Wilantika, 2017: hlm 6).
Screentime pada pemakaian sosial media meningkat dan melakukan
aktivitas fisik pada anak dan remaja menurun dalam beberapa
6

dekade terakhir sehingga hal tersebut menyebabkan anak dan


remaja saat ini mudah mengalami obesitas atau kekurangan berat
badan (Schwarzfischer dkk., 2020: hlm. 2). Aktivitas pasif
screentime menyebabkan remaja melewatkan waktu makan atau
menjadi makan terlalu banyak dan sembarangan (Boers, Afzali,
Newton, & Conrod, 2019: hlm. 854). Terhitung sejak 2019,
Kabupaten Garut mengalami peningkatan pemakaian internet
berdasarkan hasil studi Polling Indonesia bersama Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Sebanyak 264 juta
jiwa dari penduduk Indonesia, 64,8% di antaranya atau kurang lebih
171,17 juta jiwa memiliki akses internet (Irawan, 2019: hlm. 3).
Tinggi penggunaan internet ini Kementerian Komunikasi dan
Informatika mengemukakan 95% dari 60 juta orang yang terdaftar
menggunakan internet, mayoritas di antaranya memiliki sosial
media di tahun 2013 (KOMINFO, 2018). Berdasarkan jumlah
tersebut, pemakaian internet atau media sosial paling tinggi ada
pada rentang usia 15—18 tahun (usia remaja), dengan waktu
penggunaan selama 8 jam per hari (tanpa nama, 2019: hlm 1).
Penggunaan internet oleh remaja tersebut lebih banyak dihabiskan
dalam media sosial, seperti Instagram.
Instagram merupakan media sosial paling populer di
Indonesia dengan miliaran pengguna aktif di seluruh dunia
(Oktriyanto dkk., 2021: hlm. 6815). Konten makanan dalam
Instagram termasuk kedalam topik yang paling sering dinaikan
engagement oleh Instagram dunia (Oktriyanto dkk., 2021: hlm.
6816). Algoritma Instagram menunjukan bahwa konten yang lebih
7

sering ditampilkan adalah makanan yang tidak sehat dibandingkan


dengan makanan sehat (Folkvord, Roes, & Bevelander, 2020:
hlm.2). Didukung oleh adanya food influencer yang memiliki
banyak followers (pengikut) di Instagram, banyak dari mereka yang
mempromosikan makanan tidak sehat dibandingkan dengan
makanan sehat (Folkvord dkk., 2020: hlm. 2). Penggunaan media
sosial sebagai media promosi termasuk kedalam marketing
communication dengan pengaruh untuk meningkatkan kepedulian
followers terhadap makanan sehat yang dijual di Instagram
(Folkvord dkk., 2020: hlm. 2). Kepedulian remaja terhadap
mengonsumsi makanan sehat cenderung lebih rendah, didukung
dengan adanya pengaruh makanan tidak sehat yang banyak
dipromosikan oleh food influencer di Instagram ( Coates, Hardman,
Halford, Christiansen, & Boyland, 2019: hlm. 2).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada
bagian sebelumnya, peneliti bermaksud meneliti pengaruh dari
penggunaan Instagram sebagai media sosial populer yang
digunakan oleh remaja terhadap tingkat kepedulian makanan sehat
di Kabupaten Garut dengan mengusung judul penelitian “Pengaruh
Penggunaan Instagram terhadap Tingkat Kepedulian Makanan
Sehat pada Remaja di Kabupaten Garut”.
8

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan gizi remaja terhadap makanan sehat
di Kabupaten Garut?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan Instagram terhadap tingkat
kepedulian makanan sehat pada remaja di Kabupaten Garut?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. mengetahui dan mendeskripsikan pengetahuan gizi terhadap
makanan sehat pada remaja di Kabupaten Garut;
2. mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh dari penggunaan
Instagram terhadap tingkat kepedulian makanan sehat pada
remaja di Kabupaten Garut.

1.4. Manfaat Penelitian


Berdasarkan penjelasan tersebut, manfaat teoretis penelitian
ini dirumuskan dalam beberapa gagasan manfaat dari penelitian,
yakni (1) dapat mengetahui pemahaman pengetahuan remaja di
Kabupaten Garut mengenai makanan sehat, (2) dapat mengetahui
tingkat kepedulian remaja terhadap makanan sehat, (3) dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh sosial
media Instagram terhadap mengonsumsi makanan sehat, (4) sebagai
9

bahan referensi untuk penelitian lainnya, dan atau penelitian


lanjutan terkait makanan sehat pada remaja.

Sementara itu, manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu (1)


dapat digunakan sebagai literature review bagi institusi pendidikan,
serta (2) dapat dijadikan sebagai bahan atau data mengenai
makanan sehat pada remaja bagi Pemerintah Kabupaten Garut.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pariwisata
Pada Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Produk yang dihasilkan oleh pariwisata adalah
barang dan jasa. Jasa dalam setiap perjalanan wisata di antaranya
transportasi, akomodasi, atraksi, dan sebagainya (Suwena &
Widyatmaja, 2017: hlm. 15). Setiap aspek memiliki keterkaitan
fungsional satu sama lain dan berdasarkan hubungan itulah kegiatan
wisata dapat terjadi (Suwena dkk., 2017: hlm. 25).
Keindahan alam atau sejarah sebuah tempat menentukan
popularitas dari suatu tujuan wisata (tourism destination) (Sugi &
Putri, 2019: hlm. 62). Kuliner dari setiap daerah menjadi magnet
bagi wisatawan: Industri pariwisata merupakan industri yang
memiliki kearifan lokal pada bidang usaha yang menghasilkan jasa
pelayanan maupun produk secara bersamaan, mengandung unsur
budaya sebagai daya tarik wisata khususnya pada kuliner (Ayutiani
& Putri, 2018: hlm. 43). Industri pariwisata memiki beberapa
komponen, dan satu di antara komponen yang utama adalah kuliner
(Zahrulianingdyah, 2018, hlm. 4). Kuliner merupakan kebutuhan
pokok manusia sehingga keberadaannya menjadi bagian dari tujuan
wisatawan yang penting saat mengunjungi suatu daerah. Maka dari

10
itu, kuliner dapat menjadi daya tarik wisata (Zahrulianingdyah,
2018: hlm. 1).
Pariwisata yang dapat memengaruhi wisatawan dalam
melakukan perjalanan adalah aktivitas yang berkaitan dengan
makanan (Ayutiani dkk., 2018: hlm. 39). Hal tersebut mendorong
wisatawan untuk melakukan perjalanan kembali dan dapat
merekomendasikannya kepada orang lain (Wijayanti, 2020: hlm.
76). Wijayanti (2020: hlm. 76) mengemukakan bahwa wisata
kuliner menjadi daya tarik kuat yang dapat meningkatkan
perekonomian penduduk di daerah tersebut. Pengeluaran untuk
wisata kuliner sendiri dapat mencapai sepertiga dari total
pengeluaran perjalanan pariwisata.

11
12

2.2 Makanan Sehat

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengemukakan


bahwa makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti
penganan, lauk-pauk, kue) (2008: hlm. 878). Menurut FDA (Food
and Drug Administration, 2013), makanan adalah makanan dengan
rendah kalori, memiliki kandungan terbatas sodium dan kolesterol
(Huang dkk., 2019: hlm. 2621). Makanan tersebut terbukti
mengandung gizi, hal ini disebut dengan makanan yang sehat
(Sulistyoningsing, 2011). Pemeliharaan kondisi tubuh, sebagai
sumber energi untuk dapat beraktivitas dan faktor penting untu
tumbuh kembang, hal-hal tersebut menjadi fungsi dari bahan
pangan (Marsanti, 2018: hlm. 1). Amaliyah (2017: hlm. 5)
mengungkapkan definisi makanan yaitu bahan yang biasanya
bersumber dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh manusia
untuk mendapatkan gizi dan tenaga dalam menjalani kehidupan.
Pangan yang diperlukan oleh manusia berasal dari tumbuhan atau
hewan dengan hasil beternak, berkebun dan bertani (Amaliyah,
2017, hlm. 5). Jadi, dapat disimpulkan bahwa makanan adalah
sumber tenaga manusia untuk dapat beraktivitas, berasal dari bahan
tumbuhan atau hewan.
Persepsi makanan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang berbeda, seperti bahan (misalnya, gula, lemak), kategori
produk (misalnya, buah-buahan, permen), kemasan (misalnya,
warna, bentuk), informasi label (misalnya, label nutrisi), asal
makanan (misalnya, organik), fitur sensorik/nonindra (misalnya,
13

rasa, ukuran porsi), dan manfaat kesehatan yang dihitung/diakui


terkait dengan makan makanan (Insani, 2019: hlm. 739). Di antara
studi ini, peran faktor intrinsik makanan (seperti bahan dan kategori
produk) pada persepsi makanan sehat telah diselidiki secara
ekstensif (Huang dkk., 2019: hlm. 2620). Food and Drug
Administration (FDA) mendefinisikan istilah dari makanan sehat
belum ditetapkan secara pasti karena tergantung dari sumber dan
konteksnya (Huang dkk., 2019: hlm. 2621). Makanan sehat
didefinisikan pula sebagai makanan yang memiliki rendah lemak
dalam jumlah kandungan natrium atau kolesterol yang dibatasi dan
makanan yang menyediakan sejumlah gizi tertentu, bebas dari
kuman maupun bahan kimia lainnya (Cakrawati dkk., 2011: hlm.
216)
Menu sehat adalah item menu dengan peningkatan nilai gizi
atau penurunan risiko kesehatan yang dikaitkan dengan perubahan
pada metode memasak atau bahan makanan (Purwati & Rohayati,
2019). Secara umum, menu sehat kali ini telah disediakan dengan
variasi yang lebih banyak termasuk menu dengan rendah lemak
maupun rendah kalori (Purwati dkk., 2019: hlm. 228). Maka dari
itu, makanan sehat merupakan makanan dengan gizi yang rendah
lemak dan kalori dapat menyehatkan tubuh sehingga tubuh menjadi
terhindar dari penyakit. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami
bahwa menu sehat adalah menu yang disusun dengan perhitungan
gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh dan tidak mengandung zat
berbahaya
14

2.3 Pengetahuan Gizi


Gizi merupakan suatu proses organisme memakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses penyerapan oleh
tubuh dan pengeluaran zat-zat yang akan merugikan bagi tubuh
(Kanza & Umar, 2015: hlm. 7). Hal tersebut berfungsi untuk
mempertahankan fungsi dari anggota badan dan organ tubuh,
menghasilkan energi, pertumbuhan serta mempertahankan
kehidupan (Kanza dkk., 2015: hlm. 7).
Terjadinya metabolisme tubuh didukung dengan adanya
asupan gizi dari makanan yang mengandung zat gizi di dalamnya
dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan tubuh (Harjatmo, M. Par'i,
& Wiyono, 2017: hlm. 4). Dari teori-teori tersebut didapatkan
bahwa gizi adalah zat yang masuk ke dalam tubuh dan dicerna atau
diproses oleh organ-organ untuk mendapatkan energi bagi
kelangsungan hidup manusia.
Februharanty dkk. (2016: hlm. 15) mengemukakan bahwa
pada usia remaja, asupan gizi hendaknya dapat memenuhi beberapa
hal, yakni (1) makanan yang dikonsumsi oleh remaja mengandung
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kognitif serta maturasi seksual; (2) dapat diberikan
makanan sehat yang cukup dan cadangan bila sakit atau hamil; (3)
mencegah terjadinya penyakit terkait makanan, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, osteoporosis dan kanker; serta (4)
mendorong kebiasaan makan bergizi dan gaya hidup sehat.
Status gizi mulai berpengaruh saat bayi dalam kandungan.
Jika ibu hamil kurang memakan makanan yang bergizi, hal tersebut
15

akan berpengaruh pada tingkat kesehatan bayi saat lahir


(Februhartanty dkk., 2016: hlm. 70). Bayi yang tidak mendapatkan
makanan yang sesuai diperlukan oleh kondisi tubuh akan mudah
jatuh sakit dan pertumbuhannya akan terhambat. Anak yang
memiliki masalah dalam hal tersebut berpeluang terkena stunting
(pendek). Dengan demikian, remaja yang memiliki tubuh yang
pendek, satu di antaranya, disebabkan oleh keadaan stunting saat
masih masa anak-anak (Insani, 2019: hlm. 13). Kurangnya
konsumsi gizi yang baik akan membuat kualitas hidup menurun.
Pendidikan gizi dapat membantu remaja dalam melakukan
perubahan dalam perilaku makan. Hal ini pula akan dapat
membantu remaja menciptakan gaya hidup yang sehat sesuai yang
ingin dicapai dengan jangka waktu yang dapat ditentukan (Insani,
2019: hlm.7). Pendidikan gizi merupakan satu di antara strategi
dalam menanggulangi obesitas dan penyakit lainnya yang sangat
rawan dialami oleh remaja. Pendidikan gizi memberikan dukungan
terhadap remaja untuk dapat hidup sehat (Arif, 2016: hlm. 6).
Sementara itu, kebiasaan atau perilaku makan remaja dipengaruhi
oleh pengetahuan gizi (Nova & Yanti, 2018: hlm. 170). Satu di
antara penyebab masalah status gizi pada remaja adalah
pengetahuan gizi yang kurang karena pendidikan gizi yang tidak
teredukasi kepada remaja secara merata (Nova dkk., 2018: hlm.
170).
2.3.1 Kebutuhan Gizi Remaja
Berdasarkan fungsi utamanya, bahan makanan
dikelompokkan menjadi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
16

mineral yang dalam ilmu gizi dipopulerkan sebagai 'Tri Guna


Makanan' (Februhartanty dkk., 2016: hlm. 11). Masyarakat
diperkenalkan dengan pedoman untuk mengatur pola konsumsi
dalam satu hari berdasarkan dari jenis makanan dengan
menggunakan model pembelajaran Tumpeng Gizi Seimbang dan
Piring Makaku dalam usaha untuk menyeimbangkan asupan gizi
harian, kampanye mulai disosialisasikan pada tahun 2014 oleh
Kementrian Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.1

Sumber : PMK No. 41 tentang Pedoman Gizi Seimbang dan foto piring makanku

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang dan Piring Makanku


17

Februhartanty (2016: hlm. 9) mengemukakan bahwa masa


remaja menuntut kebutuhan gizi yang tinggi. Masa pubertas
ditentukan oleh gizi yang terpenuhi atau tidak, dan setiap remaja
memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap energi dan zat lainnya
berhubungan dengan perubahan dimensi tubuh (berat badan dan
tinggi badan) (Dianda, 2018: hlm. 116).
Pertama, sumber energi, yaitu berupa biji-bijian dan umbi-
umbian serta tepung yang mengandung karbohidrat dan dijelaskan
pada bagian bawah tumpeng, sebanyak 3—4 porsi dalam satu hari
merupakan frekuensi makan paling banyak diantara kelompok lain
(Februhartanty dkk., 2016: hlm. 12).
Kedua, sumber zat pengatur, yaitu berupa sayur dan buah,
yang mengandung vitamin dan mineral serta serat pangan,
tergambar di bagian tengah kerucut, dibutuhkan dalam jumlah yang
lebih sedikit daripada sumber energi (3—4 porsi sayur), (2—3 porsi
buah/ buah per hari) (Februhartanty dkk., 2016: hlm. 12).
Ketiga, sumber bahan penyusun, yaitu berupa kacang-
kacangan, makanan hewani dan produk olahan, termasuk telur dan
susu, terutama mengandung protein, tetapi juga kaya nutrisi lain
(misalnya, daging merah dan hati) merupakan sumber makanan
kaya zat besi. Seperti yang ditunjukkan di bagian atas tumpeng,
lebih sedikit yang dibutuhkan dibandingkan dengan sumber zat
pengatur (2—4 porsi per hari) (Februhartanty dkk., 2016: hlm. 12).
18

Tabel 2.1 Angka kecukupan Energi, Protein, Lemak,


Karbohidrat, serat, dan air yang dianjurkan untuk
anak sekolah (per orang per hari)
se
BB TB Ener Lemak (g)
kelompo ra
* * gi Prote Karbohi
k umur t Air
(kg (c (kkal in (g) drat (g)
(th) tota n- (g
) m) )
l n-6 3 )
Laki-laki
10-12 14 12, 1, 3 180
34 2100 56 70 289
tahun 2 0 2 0 0
13-15 15 16, 1, 3 200
46 2475 72 83 340
tahun 8 0 6 5 0
16-18 15 16, 1, 3 220
56 2675 66 89 368
tahun 6 0 6 7 0
Perempuan
10-12 14 10, 1, 2 180
36 2000 60 67 275
tahun 5 0 0 8 0
13-15 15 11, 1, 3 200
46 2125 69 71 292
tahun 5 0 1 0 0
16-18 15 11, 1, 3 210
50 2125 59 71 292
tahun 8 0 1 0 0
Sumber : Gizi dan Kesehatan Remaja: Buku Pegangan dan Kumpulan Rencana Ajar untuk Guru
Sekolah Menengah Pertama (Judhiastuty Februhartanty 2016); Angka kecukupan gizi
masyarakat Indonesia/AKG

*Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang
Indonesia dengan status gizi normal berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar
AKG dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan
kelompok yang bersangkutan.
Selain itu, bahan tambahan bumbu dapur, seperti gula,
garam, dan minyak, juga diatur untuk diposisikan di bagian atas
kerucut, jumlah yang dibutuhkan hanya seperlunya saja
(Februhartanty dkk., 2016: hlm. 13). Pada Tabel 2.1 kelompok
umur 16—18 tahun, 13—15 tahun, dan 10—12 tahun, ditandai
dengan jenis kelaminnya. Tabel tersebut juga menunjukkan
perkiraan dari kebutuhan karbohidrat, protein, energi, lemak, serat
19

dan air, serta vitamin dan mineral. (Februhartanty dkk., 2016: hlm.
14). Secara garis besar, bertambahnya usia diikuti oleh kebutuhan
gizi. Di antara zat gizi yang ada, kebutuhan gizi anak perempuan
lebih sedikit dibandingkan dengan anak laki-laki, dan ada yang
sebaliknya.

Tabel 2.2 Angka kecukupan vitamin yang dianjurkan untuk


anak sekolah (per orang per hari)
V V V V
Vit
Kelo it it Vi it it Vit Bi vi
Vit Vit Vit B5 Fo Ko
mpok K B t B (pa B B1 oti tC
A D E ntot lat lin
umur ( 1 B2 3 6 2 n (
(m (m (m ena (m (m
(tahu m ( (m ( nt) ( (m (m m
cg) cg) cg) (mg cg) g)
n) cg m g) m ) m cg) cg) g)
) g) g) g)
Laki-laki
10- 60 15 3 1, 1, 1 4, 1, 40 37 5
11 1,8 20
12 0 z 5 1 3 2 0 3 0 5 0
13- 60 5 1, 1, 1 5, 1, 40 55 7
15 12 2,4 25
15 0 5 2 5 4 0 3 0 0 5
16- 60 5 1, 1, 1 5, 1, 40 55 9
15 15 2,4 30
18 0 5 3 6 5 0 3 0 0 0

Perempuan
10- 60 3 1, 1, 1 4, 1, 40 37 5
15 11 1,8 20
12 0 5 0 2 1 0 2 0 5 0
13- 60 5 1, 1, 1 5, 1, 40 40 6
15 15 2,4 25
15 0 5 1 3 2 0 3 0 0 5
16- 60 5 1, 1, 1 5, 1, 40 42 7
15 15 2,4 30
18 0 5 1 3 2 0 4 0 5 5
Sumber : Gizi dan Kesehatan Remaja; Buku Pegangan dan Kumpulan Rencana untuk Guru
Sekolah Menengah Pertama (2016)

Tabel 2.3 Angka kecukupan mineral yang dianjurkan untuk


anak sekolah (per orang per hari)
Magnesium (mg)

Selenium (mcg)
Tembaga (mcg)

Komium (mcg)
Mangan (mcg)
Kalsium (mg)

Natrium (mg)

lodium (mcg)

Kelomp
Kalium (mg)
Fosfor (mg)

Flour (mg)

ok
seng (mg)
Besi (mg)

Umur

Laki-
laki  
10-12 120 15 450 1, 70 1 12 1 1,
tahun 0 120 150 00 0 9 0 25 3 0 4 20 7
20

13-15 120 15 470 2, 80 1 15 1 2,


tahun 0 120 200 00 0 2 0 30 9 0 8 30 4
16-18 120 15 470 2, 89 1 15 1 2,
tahun 0 120 250 00 0 3 0 35 5 0 7 30 7
Peremp
uan  
10-12 120 15 450 1, 70 2 12 1 1,
tahun 0 120 155 00 0 6 0 21 0 0 3 20 9
13-15 120 15 450 1, 80 2 15 1 2,
tahun 0 120 200 00 0 6 0 22 6 0 6 30 4
16-18 120 15 470 1, 89 2 15 1 2,
tahun 0 120 220 00 0 6 0 24 6 0 4 30 5
Sumber : Gizi dan Kesehatan Remaja: Buku Pegangan dan Kumpulan Rencana Ajar untuk Guru
Sekolah Menengah Pertama (Judhiastuty Februhartanty 2016)

Pertumbuhan fisik yang dialami oleh remaja dan


perkembangan serta pematangan seksual yang pesat, kebutuhan gizi
harus dipenuhi (Dianda, 2018: hlm. 118). Kurangnya asupan zat-zat
gizi dan energi akan membuat dampak negatif pada saat dewasa
(Februhartanty dkk., 2016: hlm 13).
2.4 Tingkat Kepedulian Makanan Sehat pada Remaja
2.5.1 Tingkat Kepedulian
Tingkat kepedulian remaja (George, Hall, & Stiegelbauer,
2013: hlm. 7) terbagi menjadi tujuh tahapan dari yang terendah
sampai yang tertinggi, antara lain, (1) Tahap Unconcerned; (2)
Tahap Informational; (3) Tahap Personal; (4) Tahap Management;
(5) Tahap Consequence; (6) Tahap Collaboration; (7) Tahap
Refocusing.
Tahap Unconcerned yang dimaksud merupakan situasi saat
orang melihat suatu kepedulian dengan menggunakan sedikit
perhatian. Hal itu ditunjukkan oleh kurangnya perhatian dan
kepedulian seseorang dalam memanfaatkan adanya inovasi, pada
step kali ini dibangun rasa penasaran yang berada di dalam hati
21

individu tentang penemuan/hal yang akan dilakukan (George dkk.,


2013: hlm. 8).
Tahap Informational adalah sebuah situasi ketika seseorang
merasakan pencerahan dan memiliki hasrat untuk mengetahui
sebuah inovasi/wacana yang baru. menurut George (2013: hlm. 8)
hal ini akan terlihat pada individu yang telah memiliki kesadaran
pada inovasi/ hal yang baru. Terdapat ketertarikan untuk
mempelajari lebih dalam.
Tahap Personal adalah sebuah kondisi seseorang untuk
menyampaikan waktu khusus untuk dirinya sendiri terhadap
sesuatu. Menurut George dkk. (2013: hlm. 8) dapat lihat oleh
perhatian individu agar dapat diketahui efek dari inovasi terhadap
dirinya dan tuntutan perannya dalam melaksanakan
penemuan/sesuatu yang baru.
Tahap Management adalah kondisi seseorang dalam
menyampaikan waktu khusus untuk dirinya sendiri terhadap sesuatu
hal. Management ditunjukkan antara seseorang dengan proses dan
tugas dalam menerapkan yang bersumber dari informasi dan
semacamnya (George dkk., 2013, hlm. 8)..
Tahap Consequence adalah kondisi seseorang saat mulai
terlibat dan berkontribusi terhadap suatu hal yang unik. Menurut
Goerge dkk. (2013), hal tersebut dapat dilihat oleh adanya perhatian
individu yang berpusat pada pengaruh inovasi/hal yang baru
terhadap pekerjaannya.
Tahap Collaboration adalah seseorang mulai bekerja sama
dalam melakukan pekerjaan. Menurut George dkk. (2013: hlm. 8)
22

dapat dilihat dari adanya hubungan kerja sama dengan orang lain
dalam pengaplikasian inovasi tersebut.
Tahap Refocusing adalah kondisi saat seseorang telah
memiliki ide dan masukan terhadap seatu hal. Menurut Goerge dkk.
(2013: hlm. 8), hal ini ditunjukkan dengan upaya individu untuk
dapat memusatkan usahanya pada eksplorasi keuntungan dari
inovasi, mencakup perubahan atau alternatif lain yang lebih baik.
2.5.2 Remaja
Dariyo (2004, hlm. 13) mendefinisikan bahwa remaja
(adolescence) ditandai dengan adanya perubahan pada aspek
psikososial, aspek fisik, dan aspek psikis disebabkan masa transisi
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Usia remaja dimulai
semenjak 11—13 tahun sampai dengan 18—20 tahun dengan
kategori remaja awal mencakup rentan usia 13—14 tahun, remaja
tengah mencakup rentan usia 15—17 tahun, dan remaja akhir
dengan rentan usia 18—21 tahun (Dariyo, 2004: hlm. 13).
Mantan Menteri Kesehatan RI tahun 2018 dalam laporannya
disampaikan oleh Dr. Pattiselanno Robert Johan, MARS,
mengemukakan bahwa masa yang penting dalam pemeliharaan
kesehatan fisik dan psikis adalah masa remaja. Hal ini harus
didukung dengan pendidikan yang baik (KEMENKES, 2018).
Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa remaja
Indonesia rentan memiliki permasalahan kesehatan, yaitu kurang zat
besi (anemia), kesadaran terhadap tinggi badan, kurus atau Kurang
Energi Kronik (KEK), kegemukan atau obesitas (KEMENKES,
2018). Permasalahan remaja yang pertama adalah kurang gizi, pada
23

faktanya remaja Indonesia menghadapi masalah kekurangan zat gizi


mikro (vitamin dan serat), kurang lebih dari 12% remaja putra dan
23% remaja putri kekurangan zat besi atau disebut dengan anemia
(iron deficiency anemia) (Purwati dkk., 2019: hlm. 225). Anemia
pada remaja laki-laki lebih rendah dari pada peremupaun (Muhayati
& Ratnawati, 2019: hlm. 564). Anemia yang sering dialami remaja
menyebabkan penurunan produktivitas, berdampak buruk pada
kemampuan belajar, kebugaran, daya tahan tubuh dan kemampuan
untuk belajar (Muhayati dkk., 2019: hlm. 564). Anemia bisa
dihindari dengan memberikan makanan tinggi zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C, seng, dan tablet suplemen darah (TTD)
(Utami, Kamsiah, & Siregar, 2020: hlm. 280)
Menurut data Global School Health Survey (2015), pola
makan remaja, meliputi melewatkan sarapan (65,2%); mayoritas
masyarakat tidak cukup makan serat, sayur, dan buah (93,6%); tidak
jarang untuk makan makanan yang beraroma (75,7%); remaja juga
cenderung duduk sehingga aktivitas fisiknya kurang (42,5%) (Putra
& Dendup, 2020: hlm. 2). Hal-hal tersebut meningkatkan risiko
obesitas, kelebihan berat badan, bahkan obesitas.
Obesitas mampu menimbulkan dan meningkatkan penyakit
lainya yang tidak menular yang dapat memengaruhi harapan hidup,
produktivitas, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit
kardiovaskular, kanker, dan osteoporosis (Insani, 2019: hlm. 12).
Obesitas dapat dicegah dengan pola makan yang senantiasa diatur
dan menjalani gaya hidup sehat dengan memperbanyak untuk
24

mengonsumsi buah dan sayur, banyak berolahraga, menghindari


stres, dan tidur yang cukup (Kemenkes, 2018).
2.5.3 Pola Makan Remaja
Indonesia mengalami pertumbuhan teknologi disertai dengan
gaya hidup masyarakat yang signifikan, khusunya di sejumlah kota
besar. Hal ini memiliki dampak pola makan yang mengacu pada
makanan berlemak, tinggi kolesterol, terutama pada makanan cepat
saji (fast food), kebiasaan makan yang buruk ini dapat
menyebabkan obesitas atau berat badan yang berlebih
(Molekonsang dkk., 2016: hlm. 129).
Remaja lebih banyak memakan nasi, mi, dan kentang
sebagai sumber karbohidrat, sedangkan sumber protein remaja
didapatkan dengan mengonsumsi daging ayam dan hasil olahnya,
telur, dan hasil olahannya. Frekuensi makan sayur dan buah
cenderung rendah dikonsumsi oleh para remaja (Molekonsang dkk.,
2016: hlm 131). Satu di antara makanan yang paling sering
dikonsumsi oleh remaja dengan frekuensi hingga 4—7 kali sehari,
yaitu jajanan seperti bakso, batagor, roti, ice cream, dan minuman
berkarbonasi (Molekonsang dkk., 2016: hlm 129).
Masa remaja akan mempunyai peluang lebih banyak
kebebasan untuk menentukan makanan, sesuai dengan preferensi
individu mereka sendiri (Rusdi, Rahmy, & Helmizar, 2020: hlm.
31). Satu di antara penyebab yang dapat memengaruhi remaja
dalam perilaku makan adalah pengetahuan. Pengetahuan mengenai
gizi memiliki dampak positif dalam pemilihan makanan sehat.
Edukasi gizi yang tepat pada remaja, akan berpengaruh pula pada
25

kepedulian remaja terhadap makanan sehat (Rusdi dkk., 2020: hlm.


31).
Pola makan terdiri atas tiga komponen menurut Amaliyah
(dalam Sulistyoningsing, 2011: hlm. 20), di antaranya, (1) jenis
makanan meliputi makanan pokok yang dikonsumsi secara rutin, di
antaranya lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah, (2) frekuensi
akan berkaitan dengan individu yang mengonsumsi makanan dalam
sehari yang terdiri atas makan pagi, makan siang, makan malam,
dan makanan selingan. Berdasarkan frekuensi makan, hal ini
merupakan berulangnya individu dalam makan, serta (3) jumlah
makan, berhubungan dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi
oleh individu.
Secara garis besar faktor yang dapat memengaruhi pola
makan menurut Sulistyoningsih (2011, hlm. 52) adalah (1) faktor
ekonomi, (2) faktor sosiobudaya, (3) agama, (4) pendidikan, (5)
lingkungan.
2.5.4 Tingkat Kepedulian Mengonsumsi Makanan Sehat
Kesadaran umum akan makanan sehat yang mendominasi
tahun 1990 telah menyebabkan pilihan menu yang lebih besar
dalam layanan makanan untuk bisnis dan industri (Joung, Choi,
Ahn, & Kim, 2017: hlm. 377). Kepedulian terhadap kesehatan
merupakan satu di antara hal penting bagi sebagian orang, beserta
dengan pengetahuannya terhadap makanan. Orang-orang mulai
peduli akan mengonsumsi makanan sehat, beberapa komunitas
mulai sangat memperhatikan makanan sehat sebagai gaya hidup
mereka. Mulai ada perkembangan terhadap bidang edukasi untuk
26

meneliti kepedulian mengonsumsi makanan sehat pada mahasiswa


(Joung dkk., 2017: hlm. 377). Oleh karena itu, kantin atau penyedia
makanan di sekolah harus mulai mempertimbangkan dalam
penyediaan makanan sehat, beserta dengan informasi terkait,
dengan begitu remaja lainnya akan tertarik untuk mengonsumsi
makanan sehat.
Memiliki pemahaman bahwa makanan sehat itu adalah hal
penting untuk dilaksanakan, telah dipahami sebagian besar remaja
(Aminah & Nugroho, 2019: hlm. 93). Akan tetapi, remaja tidak
selalu menerapkannya dalam pola makan mereka sendiri, terutama
saat bersama teman sebayanya. Remaja cenderung memakan
makanan yang sedang tren di media sosial, tanpa menilai lebih
lanjut gizi dari makanan tersebut (Aminah & Nugroho, 2019: hlm.
93).
Jumlah uang saku yang diterima oleh remaja juga merupakan
satu di antara faktor dalam pemilihan makanan sehat (Aminah dkk.,
2020: hlm. 93). Remaja terutama siswa sekolah akan menimbang
makanan atau jajanan yang mencukupi uang saku yang telah
diberikan.
2.5 Sosial Media Instagram
2.5.1 Sosial Media
Media sosial adalah satu di antara media berbentuk
komunikasi berbasis internet (Aprilia, Sriati, & Hendrawati, 2020:
hlm. 43). Media sosial sebagai platform yang membuat
penggunanya untuk dapat beriteraksi dengan pengguna lain, juga
dapat membuat konten untuk menghibur, mengedukasi, ataupun
27

sebagai sumber informasi. Tidak hanya dalam bentuk foto dan


video, tetapi juga hadir dalam berbagai bentuk, seperti microblog,
wiki, podcast, widget, dan lain semacamnya (Aprilia dkk., 2020:
hlm. 42). Media sosial sebagai media online yang menjadi tumpuan
hubungan antarindividu dengan perantara teknologi berbasis web,
membuat komunikasi menjadi lebih menarik dan interaktif
(Rahmayanti, Sabit, & Sari, 2021: hlm. 82). Tujuannya untuk
memudahkan pengguna berinteraksi dengan pesan dalam format
dengan jejaring melewati internet.
Instagram, Facebook, serta Twitter termasuk ke dalam
jejaring sosial terbesar. Internet berperan penting terhadap jalannya
media sosial, sementara media tradisional masih menggunakan
media cetak dan siaran (Putri dkk,. 2016: hlm 571). Adanya media
sosial dapat mengundang semua orang yang tertarik dengan
memberikan interaksi, memberikan komentar, dan sering kali
membagikan informasi dalam waktu yang tak terbatas (Putri dkk,.
2016: hlm 570). Media Sosial memiliki potensi sebagai media untuk
pemberdayaan masyarakat karena penyebaran informasi yang cukup
masih dan cepat. Pemberdayaan media sosial itu bisa dijadikan
sebagai media promosi, baik produk maupun jasa, satu di antaranya
yaitu makanan sehat (Trihayuningtyas, Wulandari, Andriani, &
Sarasvati, 2018: hlm. 3).
Berdasarkan Kementrian Komunikasi dan Informatika,
pengguna internet tecatat sebanyak 63.juta orang yang
95%.menggunakan.internet untuk mengakses media sosial
(Kemeninfo, 2021) Media sosial terbanyak digunakan di Indonesia
28

per 2021 adalah Whatsapp, Instagram, Youtube, Tiktok, dan


Facebook.
2.5.2 Instagram
Instagram merupakan aplikasi untuk berbagi video foto
secara gratis yang bisa didapatkan di iPhone dan Android.
Pengguna Instagram bisa menggunakan video atau foto ke layanan
Instagram dan membaginya dengan pengikut (followers) atau
dengan grup teman (Arora, Bansal, Kandpal, Aswani, & Dwivedi,
2019: hlm. 86). Pengguna dapat melihat, menyukai, dan
mengomentari postingan yang dibagikan oleh teman pengguna di
Instagram. Untuk menjadi pengguna Instagram dan membuat akun,
dimulai dari usia 13 tahun ke atas dengan mendaftarkan alamat
email (Arora dkk., 2019, hlm. 86).
Aplikasi Instagram membuat rekomendasi tayangan bagi
penggunanya, untuk menemukan komunitas dan konten baru yang
pengguna sukai (Masitah & Sulistyadewi, 2019: hlm. 56).
Instagram dapat merekomendasikan konten, akun dan lain-lain yang
belum diikuti orang (Masitah, 2019: hlm. 56). Tujuan Instagram
membuat rekomendasi yang relevan dan penting bagi setiap orang
yang melihatnya adalah dengan cara mempersonalisasi rekomendasi
sehingga rekomendasi Instagram akan menarik dan unik di setiap
orang. Jika pengguna melakukan interaksi dengan restoran atau
toko buku di Instagram, Instagram akan merekomendasikan konten
mengenai makanan, resep, buku, atau bacaan (Masitah, 2019: hlm.
57).
29

Atmoko (2012: hlm. 53) mengemukakan bahwa terdapat


tujuh fitur indikator Instagram, yaitu (1) hashtag, sebuah kata kunci
sebagai label dari kategori foto atau video tertentu; (2) geotag,
identifikasi dari lokasi pengguna saat mengunggah foto atau video;
(3) follow, memungkinkan bahwa seseorang dapat melihat aktivitas
unggahan dari suatu akun, memungkinkan adanya interaksi berupa
like, comment, dan direct message; (4) share, membagikan
unggahan foto atau video sesame pengguna Instagram, maupun
antar sosial media lainnya; (5) like, berupa apresiasi positif terhadap
suatu unggahan; (6) komentar, berkomentar terhadap suatu
unggahan, dan dapat saling berinteraksi sesama pengguna dalam
kolom tersebut; (7) mention, menautkan akun dari pengguna lain.
Instagram mengetahui kesukaan pengguna dengan baik,
Instagram dapat memengaruhi penggunanya untuk dapat berdiri
pada suatu kategori (Trihayunigtyas, 2018: hlm.4). Trihayuningtyas
dkk. (2018) menyatakan bahwa Instagram, satu di antara platform
media sosial yang memiliki peranan penting dalam pembentukan
karakter remaja. (1) media informasi, peran Instagram sebagai
media berbagi informasi tentang lingkungan sekitar; (2) Instagram
berperan sebagai media untuk pengembangan minat pribadi dan
minat spiritual untuk remaja; (3), Instagram berperan sebagai media
untuk hiburan; (4) Instagram sebagai media untuk mengungkapkan
emosi bagi para remaja; (5) Instagram berperan untuk membentuk
citra diri yang lebih baik dan baru bagi remaja.
Indonesia menjadi negara pengguna Instagram dengan
puluhan juta jumlah pengguna (Napoleon Cat, 2021: hlm. 1). Di
30

antara pengguna Instagram tersebut, dalam data statistic oleh situs


Napoleon Cat, terlihat usia remaja mendominasi sebagai pengguna
aktif Instagram.

Sumber : Napoleon Cat (2021)

Gambar 2.2 Pengguna Instagram Berdasarkan Kelompok Usia


& Jenis Kelamin

Laporan Napoleon Cat menunjukkan, ada 91,01 juta


pengguna Instagram di Indonesia pada Oktober 2021. Jumlah ini
turun 7,18% dibandingkan Agustus 2021 yang mencapai 98,06 juta
pengguna (Annur, 2021: hlm. 1).
31

2.5.5 Instagram dan Tingkat Kepedulian Makan Remaja


Kepedulian budaya makan pada remaja dipengaruhi oleh
informasi, akses produk dan harga terjangkau. Faktor-faktor
tersebut akan memudahkan para remaja untuk memilih makanan
yang sehat (Aminah dkk., 2020: hlm. 93). Kabupaten Garut
termasuk ke dalam satu di antara daerah di Indonesia sebagai
pemasok makanan organik (Hendrariningrum, 2018: hlm.18). Suku
Sunda yang memiliki budaya memakan lalapan. Lalapan adalah
sayur beberapa jenis sayuran hijau sebagai pendamping nasi
(Hendrariningrum, 2018: hlm.18). Dengan demikian, masyarakat
Sunda, khusunya Kabupaten Garut telah terbiasa dengan tradisi
memakan lalapan (Hendrariningrum, 2018: hlm.18). Budaya
tersebut yang sudah berlanjut dari generasi ke generasi sehingga
akhirnya dapat memengaruhi kebiasaan makan remaja di Kabupaten
Garut, ditambah dengan adanya media sosial sebagai faktor
eksternal modern yang memiliki andil besar dalam tingkat
kepedulian makan remaja (Hendrariningrum, 2018: hlm.18). Oleh
karena itu, media ini mampu mempromosikan kesehatan secara luas
untuk meningkatkan pengetahuan terutama mengenai kesehatan dan
makanan yang bergizi (Ningtyas, Nurdiani, & Muhdar, 2018: hlm.
87).
2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

Nama Variabel Teknik Hasil


Penelitian Analisis Penelitian
32

Data
Aminah R S, Konsep Diri Metode Remaja
Nugroho PA, Remaja kuantitatif meyakini,
Universitas Dalam dengan sesekali
Pakuan Budaya desain mengonsums
Bogor, 2019 Makan Sehat penelitian i makanan
survei dengan
korelasion kandungan
al gizi dan gizi
deskriptif rendah
merupakan
hal wajar dan
sudah umum
terjadi.
E. Media Sosial Observasi Media sosial
Trihayuningta Sebagai lapangan merupakan
s, Sarana dan sarana
W.Wulandari, Informasi wawancara informasi
Y.Adriani, Dan Promosi dan promosi
I.A.M.P, Pariwisata yang sangat
Sarasvati, Bagi sesuai untuk
Sekolah Generasi Z wisatawan
tinggi Di generasi Z di
pariwisata Kabupaten bidang
NHI Bandung Garut pariwisata
dan
Instagram
merupakan
pilihan yang
utama
Folkvord F, Promoting Used a Parasosial
Roes E, healthy randomize interaction
Bevelander foods in the d between- mediated the
K, BMC new digital subject relation
33

Public Health, era on design between the


2020 Instagram: type of
an influencer
experimental and product
study on the attitude as
effect of a well as
popular real purchase
versus intention.
fictitious fit Parasosial
influencer on interaction
brand was higher
attitude and for
purchase participants
intentions exposed to
the popular
real fit
influencer
compared to
the fictitious
fit influencer,
leading to
higher
healthy food
brand
attitude and
purchase
intention.
Oktriyanto, Effects of Conducted Sosial media
Bima; Sosial Media a survey of marketing
Budiarto, Gea Marketing 151 sosial indirectly
Listya; Activities media affect the
Siahaan, Toward users to buying
Sintong Purchase perform interest
Oktavianus; Intention data through
34

Sanny, Lim; Healthy analysis brand equity


Bina Food in and customer
Nusantara Indonesia trust. At the
University, same time,
2021 brand equity
and customer
trust
influence
buying
interest. In
the end, the
academic
and
management
implications
based on the
empirical
results of this
study serve
as a
reference for
healthy food
to increase
the sosial
media
marketing
activities.
Lesmana D, Digital Metode Adanya
Valentina Marketing kualitatif kesepakatan
G.M, Rumah dengan bahwa fitur
Universitas Makan pendekata dan layanan
Bunda Mulia, Padang n studi Instagram
2021 Melalui kasus sebagai akun
Instagram melalui bisnis cukup
35

Berdasarkan proses memuaskan


Sosial wawancara bagi
Construction mendalam kelompok
of sosial yang
Technology relevan
sehingga
Instagram
sebagai akun
bisnis
mencapai
bentuk akhir
yang stabil.
Jans D.S, Digital food Between- Promoting a
Spielvogel I, marketing to subjects sedentary
Naderer B, children: experimen lifestyle
Hudders L, How an t was (compared to
Ghent influencer’s conducted an athletic
University, lifestyle can among lifestyle)
University of stimulate 190 resulted in
Vienna, healthy food children more
University choices between children
Munchen, among eight and choosing the
2021 children 12 years product high
in nutritional
value
Milburn K.C, Food, eating An These middle
Wills W.J, and taste: iterative class families
Roberts M, Parents’ qualitative might be
Lawton J, The perspectives characterize
University of on the d as having
Edinburgh, making of future
University of the middle oriented
Herfordshire, class ‘hierarchies
Perth PHI, of luxury and
36

2010 teenager choice’, in


which
controlling
and
moulding
teenagers’
food
practices and
tastes was
assigned a
high priority
Story M, Creating Observati The status of
Kaphingst Healthy on measurement
K.M, O’Brien Food and and
R.R, Glanz K, Eating evaluation of
University of Environment nutrition
Minnesota, s: Policy and environments
Emory Environment and the need
University, al for action to
2007 Approaches improve
health are
highlighted.
Putri, Riendy Faktor- Analitik The
Aanisah; Faktor Yang deskriptif importance
Shaluhiyah, Berhubungan dengan of consuming
Zahroh; Dengan rancangan healthy and
Kusumawati, Perilaku penelitian varied foods
Aditya, Makan Sehat cross and
Universitas Pada Remaja sectional maintaining
Diponegoro, Sma Di Kota the portion
2020 Semarang of food
according to
the needs in
order to meet
37

the adequacy
of energy,
protein, fat,
carbohydrate
s, and fiber
Sumber : data diolah (2022)
38

2.7 Kerangka Pemikiran

Sumber : data diolah (2022)


39

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

2.8 Hipotesis

Dantes (2012) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan


asumsi yang akan diuji melewati data atau fakta yang telah
didapatkan di lapangan dengan melalui penelitian. Sugiyono (2013:
hlm. 66) mengemukakan bahwa hipotesis adalah hasil jawaban
yang masih bersifat sementara terhadap rumusan masalah dari
penelitian dan sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Oleh
karena itu, hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya,
hasil hipotesis yang penulis dapatkan bahwa Instagram memiliki
pengaruh terhadap tingkat kepedulian makanan sehat pada remaja di
Kabupaten Garut.

Hipotesis awal (Ho) : Tidak ada pengaruh Instagram


terhadap Tingkat kepedulian konsumsi makanan sehat.
Hipotesis alternatif (H1) : Adanya pengaruh Instagram terhadap
Tingkat Kepedulian Konsumsi Makanan Sehat
40
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena
bersifat konkret/empiris, terukur, dan sistematis. Hasil yang akan
diperoleh berupa data angka-angka dan akan diolah menggunakan
statistik.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepedulian
remaja terhadap makanan sehat, pendekatan ini menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan status objek penelitian pada saat
penelitian diadakan, dapat juga dengan menginformasikan keadaan
sebagaimana adanya. Cara yang ditempuh dalam melakukan
penelitian ini dengan pengamatan (observational research) serta
menggunakan kajian sosiometrik (sociometric studies) untuk nilai
dan menganalisis antara diri dalam suatu kelompok.
3.2. Partisipan
Sasaran objek penelitian ini adalah para remaja yang tinggal
dan berdomisili di wilayah Kabupaten Garut. Kriteria remaja yang
dijadikan sebagai objek penelitian adalah remaja yang berusia 15—
18 tahun, menempuh Pendidikan SMA/SMK sederajat, di wilayah
Kecamatan Tarogong Kidul, Desa Jayaraga.
Subjek dalam penelitian ini adalah tingkat kepedulian
makanan sehat pada remaja di Kabupaten Garut.

41
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Penelitian yang memiliki karakter atau sifat tertentu
berumber dari data benda, manusia, nilai riset, hal ini dinamakan
populasi (Hadari Nawawi, 1999), sedangkan menurut Sugiyono
(2013: hlm. 80), “Populasi merupakan cara untuk menarik
kesimpulan maka peneliti harus menemukan objek atau subjek yang
memiliki karakteristik tertentu untuk diteliti”.
Target populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah para remaja di Kabupaten Garut. Jumlah remaja di
Kabupaten Garut per 2021 adalah sebanyak

42
43

192.364 jiwa, dengan rentan usia yang didata adalah 15—19 tahun
sesuai dengan data statistik dari website resmi Kabupaten Garut
(Pemerintah Kabupaten Garut, 2022).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan sifat-sifat yang
dimiliki oleh populasi, atau sebagian kecil dari anggota populasi
yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasi (Sugiyono, 2013: hlm. 81).
Kabupaten Garut terbagi ke dalam 21 kecamatan, satu di
antaranya Kecamatan Tarogong kidul. Kriteria inklusi pada
penelitian ini, yakni (1) remaja usia 15—18 tahun yang terletak di
Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut; (2) remaja yang
menggunakan Instagram. Kriteria Eksklusi pada penelitian ini
adalah remaja usia 15—18 tahun yang tidak menggunakan
Instagram dan tinggal di kota lain.
3.3.3 Teknik Sampling
Berdasarkan Sugiyono (2013: hlm. 31), teknik pengambilan
sampel umumnya terbagi menjadi dua, yaitu probability sampling
dan nonprobability sampling. Sugiyono (2013: hlm. 84)
menyatakan bahwa nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota,
aksidental, purposive, jenuh, snowball. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini memakai teknik sampling insidental di mana,
siapa saja yang bertemu menggunakan peneliti mampu dijadikan
44

sampel, serta bila ditemui cocok menjadi sumber data. Pengambilan


sampel dalam penelitian ini mengambil dari pengguna Instagram
remaja di Kabupaten Garut.
Dalam penelitian ini pengukuran sampel menggunakan teknik
Solvin sebagai berikut:
Rumus dari Slovin, sebagai berikut:
N
n
1  N (e) 2
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir
(tingkat kesalahan dalam sampling ini adalah e = 10%)
Berdasarkan rumus diatas, diketahui jumlah populasi
192.364 orang usia remaja di Kabupaten Garut yang dapat disebut
sebagai populasi dan sampel dengan presisi 10% maka perhitungan
jumlah sampel sebagai berikut :

192.364
n= 2
1+192.364 (0,1)
n=99,02 ≈ 99
Hasil perhitungan rumus slovin didapat bahwa sampel
yang digunakan berjumlah 99. Maka sampel yang diperlukan untuk
penelitian ini dengan batas toleransi sebesar 10% yaitu 99
responden dari remaja Kabupaten Garut.
45

3.4. Instrumen Penelitian


Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode kuesioner. Metode ini diperuntukkan
mengetahui arah dan pengumpulan data yang dilakukan.
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan kuesioner
sebagai intrumen pengumpulan data. Isi dari kuesioner tersebut
adalah pertanyaan tertutup, sehingga dapat dengan mudah untuk
mengarahkan jawaban, serta data tersebut mudah diolah. Responden
dapat memberikan jawaban dengan tanda yang telah disiapkan oleh
peneliti (Sugiyono, 2009, hlm. 92).
3.4.1 Angket (Kuesioner)
Angket adalah instrumen dengan menumpulkan data yang
telah diberikan kepada responden, berisi tentang beberapa
pertanyaan maupun pernyataan tertulis. Kuesioner yang diajukan
haru valid dan reliabel, dengan begitu data yang akan didapatkan
akan menghasilkan angka yang akurat (Sugiyono, 2013: hlm. 121).
Angket disebarkan melalui google from, berisi tentang
(sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah) remaja mengenai
penggunaan Instagram, pengetahuan remaja mengenai makanan
sehat dan perilaku remaja terhadap pola makan yang bergizi dan
seimbang. Peneliti menggunakan skala likert untuk menentukan
skor dari setiap jawaban.
3.4.2 Studi Literatur
Studi literatur merupakan pengumpulan data dan informasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian seperti teori-
46

teori yang sesuai dengan variabel. Studi literatur penelitian ini


didapatkan dari berbagai sumber, yaitu (a) tesis; (b) disertasi; (c)
jurnal; (d) media elektronik (internet).
3.4.3 Uji Instrumen Penelitian
3.4.4 Uji Validitas
Data yang telah didapatkan dari hasil penelitian yang telah
diukur dan dapat dipergunakan unuk mengukur sesuatu, berarti data
tersebut telah valid (Sugiono, 2013: hlm. 122).
Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item
pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban
responden yang mempunyai skala interval, pada penelitian ini
menggunakan skala likert dengan skor poin 1 sampai dengan 5.
Satu di antara rumus product moment correlation menurut
Yusuf, M. (2014: hlm. 239) sebagai berikut:
N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
R XY
√ {N ∑ X 2−¿ ¿
Keterangan:
R XY = Korelasi product moment
n = Jumlah populasi
∑x =Jumlah skor butir x
∑ = Jumlah skor butir y
∑x2 = Jumlah skor butir kuadrat x
∑y2 = Jumlah skor butir kuadrat y
∑xy = Jumlah perkalian butir x dan skor butir y
47

Nilai R xy menunjukkan korelasi antara dua variabel yang

dikorelasi. Uji validitas ditentukan dengan ketentuan yaitu jika R xy

> dari r tabel , maka item pernyataan dinyatakan valid. Jika R xy < dari

r tabel , item pernyataan dinyatakan tidak valid.


Selanjutnya, dihitung dengan uji-t. Ridwan dan Sunarto
(2013: hlm. 81) dengan rumus sebagai berikut:
t hitung = (n√(n-2))/√(1- r 2)
Keterangan:
t hitung = nilai t
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Distribusi (tabel t) untuk a = 0.5 dengan derajat kebebasan
(dk=n-2) kaidah keputusan : jika t hitung > jika t tabel maka

dinyatakan valid, dan jika t hitung < jika t tabel, maka dinyatakan tidak
valid. Jika instrumen itu valid, bisa dilihat penafsiran mengenai
interpretasi koefisien korelasi nilai (r) diantaranya sebagai berikut
(Ridwan dan Sunarto, 2013, hlm. 81):
Antara 0.800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi
Antara 0.600 sampai dengan 0.799: tinggi
Antara 0.400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi
Antara 0.200 sampai dengan 0,399: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0.199: sangat rendah (tidak
valid)
48

Adapun uji validitas ini dilakukan dengan analisis item


dengan mengorelasikan antara skor item instrumen dengan skor
total. Perhitungannya dilakukan dengan bantuan software SPSS 26
for windows. Berikut hasil perhitungan uji validitas setiap
instrumen.
Tabel 3.1 Uji Validitas Penggunaan Instagram (X)

No. Variabel r hitung r tabel Kriteria


1 Q1 0.581 0.349 VALID
2 Q2 0.910 0.349 VALID
3 Q3 0.852 0.349 VALID
4 Q4 0.356 0.349 VALID
5 Q5 0.702 0.349 VALID
6 Q6 0.899 0.349 VALID
7 Q7 0.755 0.349 VALID
8 Q8 0.499 0.349 VALID
9 Q9 0.714 0.349 VALID
10 Q10 0.655 0.349 VALID
11 Q11 0.575 0.349 VALID
12 Q12 0.849 0.349 VALID
13 Q13 0.413 0.349 VALID
14 Q14 0.399 0.349 VALID
15 Q15 0.745 0.349 VALID
16 Q16 0.746 0.349 VALID
17 Q17 0.933 0.349 VALID
18 Q18 0.549 0.349 VALID
Sumber : data diolah 2022

Berdasarkan tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa seluruh


pertanyaan kuesioner variabel Penggunaan Instagram (X)
49

dinyatakan valid karena setiap item pertanyaan memiliki t hitung

lebih besar dari t tabel sehingga item pertanyaan tersebut dapat


dijadikan sebagai alat ukur untuk variabel yang diteliti.
Tabel 3.2 Tingkat Kepedulian Makanan Sehat (Y)

No. Variabel r hitung r tabel Kriteria


1 Q1 0.490 0.349 VALID
2 Q2 0.708 0.349 VALID
3 Q3 0.775 0.349 VALID
4 Q4 0.480 0.349 VALID
5 Q5 0.380 0.349 VALID
6 Q6 0.380 0.349 VALID
7 Q7 0.407 0.349 VALID
8 Q8 0.524 0.349 VALID
9 Q9 0.560 0.349 VALID
10 Q10 0.361 0.349 VALID
11 Q11 0.454 0.349 VALID
12 Q12 0.419 0.349 VALID
13 Q13 0.447 0.349 VALID
14 Q14 0.407 0.349 VALID
15 Q15 0.568 0.349 VALID
16 Q16 0.392 0.349 VALID
17 Q17 0.481 0.349 VALID
18 Q18 0.415 0.349 VALID
19 Q21 0.385 0.349 VALID
20 Q22 0.526 0.349 VALID
21 Q24 0.783 0.349 VALID
22 Q25 0.385 0.349 VALID
23 Q26 0.389 0.349 VALID
50

24 Q27 0.50 0.349 VALID


Sumber: data diolah (2022)

Berdasarkan tabel 3.2 tersebut, disimpulkan bahwa seluruh


pernyataan kuesioner variabel Tingkat Kepedulian Makanan Sehat
(Y) dinyatakan valid karena setiap item pertanyaan memiliki r hitung ,

lebih besar dari r tabel sehingga item pertanyaan tersebut dapat


dijadikan sebagai alat ukur untuk variabel.
3.4.5 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara
eksternal maupun internal. Pengujian secara eksternal dapat
dilakukan dengan tes-tes ulang (stabilitas), ekivalen, dan kombinasi
keduanya. Reliabilitas internal instrumen dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi item-item pada instrumen dengan teknik
tertentu (Sugiyono, 2013: hlm. 35).

Koefiesien Alpha Cronback (Cα) termasuk ke dalam statistik


yang sering dipakai untuk menguji reliabilitas pada instrumen
penelitian suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat
reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Cornbach lebih besar atau
sama dengan 0,70, rumus untuk mengukur reliabilitas, yaitu:

r i = ¿) (1−
∑σb ) 2

σt 2

Keterangan:
r i = = Koefisien Reliabilitas
k = Banyaknya item pertanyaan
51

∑ab 2 = Jumlah varians item pertanyaan

σ t = Varians Total
2

Koefiesien cornbach alpha merupakan statistik yang biasa


digunakan oleh peneliti lainnya untuk menguji reliabilitas seuatu
instrumen yang akan digunakan Menurut Sujarweni (2014: hlm. 65)
kuesioner dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0,6 Semua
Variabel
Pada penelitian ini perhitungan reliabilitas dengan
menggunakan software SPSS 26 for windows. Maka dari itu,
diperoleh hasil uji reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.3 Uji Reliabilitas

No. Variabel Cahitung Caminimal Keterangan

Penggunaan
1 0,898 0,65 RELIABLE
Instagram
Tingkat
2 Kepedulian 0.780 0,65 RELIABLE
Makanan Sehat
Sumber: data diolah (2022)

Hasil uji realibiltas diperoleh nilai koefisien angket X


sebesar 0.954 dan nilai koefisien angket Y sebesar 0.910.
Berdasarkan hasil angket tersebut, dapat disimpulkan hasil pada
angket adalah reliabel atau koefisien sehingga instrumen pada
angket peneliti dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
52

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel menurut Sugiyono (2014: hlm.
164) menyatakan bahwa “Segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulannya”.
Dalam suatu penelitian agar dapat membedakan konsep teoritis
dengan konsep analitis maka perlu adanya penjabaran konsep
melalui operasionalisasi variabel dengan menggunakan skala Likert.
Tabel 3.4 Operasional Variabel
Konsep Konsep Konsep Skal
Variabel Teoretis Empiris Analitis a
Makanan Bahan yang Aspek-aspek 1. Gizi Ordin
memungki yang - kadar gizi al
nkan memengaruhi - kadar
manusia : lemak,
untuk 1. Gizi kolesterol,
tumbuh dan 2. Energi bagi gula
berkemban tubuh 2. Energi
g serta 3. bahan bagi tubuh
memberika pangan 3. bahan
n energi pangan
pada tubuh - hewani
untuk dapat -nabati
beraktivitas
dan
memelihara
kondisi
tubuhnya
Makanan Makanan Aspek-aspek 1. Gizi Ordin
sehat sehat pula yang - kadar gizi al
53

Konsep Konsep Konsep Skal


Variabel Teoretis Empiris Analitis a
yaitu memengaruhi - kadar
makanan : lemak,
yang 1. Gizi kolesterol,
memiliki 2. Kesehatan gula
rendah tubuh 2.
lemak 3. bahan Kesehatan
dalam pangan tubuh
jumlah -penyakit
kandungan 3. bahan
natrium pangan
atau - hewani
kolesterol -nabati
yang
dibatasi
dan
makanan
yang
menyediak
an
sejumlah
gizi
tertentu
Tingkat Kepedulian Aspek-aspek 1.Unconcer Ordin
Kepeduli merupakan yang ned al
an rasa saling memengaruhi:
2.Informati
peduli 1. Unconce
antara satu onal
rned
dengan 3.Personal
lainnya, 2. Informat
4.Managem
dan ional
terbentuk ent
karena
54

Konsep Konsep Konsep Skal


Variabel Teoretis Empiris Analitis a
adanya 3. Personal 5.Conseque
interaksi nce
sosial 4. Manage
6.Collabor
antara ment
manusia ation
5. Consequ
satu dengan 7.Refocusin
manusia ence
g
lainnya. 6. Collabor
ation
7. Refocusi
ng

Kesehata Remaja Aspek-aspek 1. kondisi Ordin


n Remaja merupakan yang fisik dan al
masa yang memengaruhi: psikis
sangat 1. kondisi fisik - pubertas
berharga dan psikis - kondisi
bila mereka 2. pola makan keluarga
berada 3. pendidikan 2. pola
dalam makan
kondisi - teman
Kesehatan sebaya
fisik dan - mencoba
psikis, serta hal baru
Pendidikan -
yang baik lingkungan
3.
Pendidikan
-
pembinaan
55

Konsep Konsep Konsep Skal


Variabel Teoretis Empiris Analitis a
dalam
keluarga
Sosial media Aspek-aspek 1. teknologi Ordin
media online yang yang -AI al
dapat memengaruhi 2. internet
mendukung : - 4G
hubungan 1. teknologi 3. jejaring
antar 2. internet sosial
individu 3. jejaring - interaksi
dengan sosial mayas
menggunak
an
teknologi
berbasis
web yang
mengubah
komunikasi
satu arah
menjadi
dialog
interaktif
Penggun aplikasi Aspek-aspek 1. algoritma Ordin
aan untuk yang 2. konten al
Instagra berbagi memengaruhi
m video dan :
foto secara 1. algoritma
gratis yang 2. konten
bisa
didapatkan
di iPhone
dan
56

Konsep Konsep Konsep Skal


Variabel Teoretis Empiris Analitis a
Android.
Pengetah bentuk Aspek-aspek 1. informasi Ordin
uan Gizi keseimban yang 2. gizi al
gan antara memengaruhi seimbang
zat gizi : 3. Pola
yang 1. informasi makan
memasuki 2. gizi remaja
tubuh seimbang
(intake) 3. Pola makan
dari remaja
makanan
dengan zat
gizi yang
diperlukan
untuk
metabolism
e tubuh
Sumber : data diolah (2022)

3.6. Analisis Data


3.6.1. Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan data yang diperoleh untuk kemudian dianalisis
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2013, hlm.147). Analisis statistik
deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data berdasarkan hasil
dari jawaban responden terhadap masing-masing indikator
pengukur variabel.
Teknik untuk menghitung skor skala likert menggunakan
rumus :
57

T x Pn
T = Total responden
Pn = Pilihan angka skor Likert

Menghitung skor ideal sebagai pembanding untuk penunjang


data lainnya dalam menghitung skor tanggapan skala likert adalah;
Skor tertinggi x jumlah responden, maka dapat ditemukan 5 (skor
tertinggi) x 99 (jumlah responden), didapatkan hasil skor sebesar
495.
Perhitungan skor terhadap variabel, dengan membandingkan
nilai dari skor ideal yang diperoleh skor maksimum, skor minimum,
jarak interval dan persentase skor, untuk mengetahui kategorisasi
dari pengetahuan gizi remaja di Kabupaten Garut sebagai berikut:
a. Nilai maksimum = Skor tertinggi x Jumlah pertanyaan x
jumlah responden;
b. Nilai minimum = Skor terendah x Jumlah pertanyaan x jumlah
responden;
c. Jarak Interval = (Nilai maksimum – Nilai minimum) :
banyaknya interval;
d. Persentase skor = (total skor : nilai maksimum) x 100%.
Pengategorian jawaban responden ini menggunakan skor
ideal sehingga

nilai terbesar diperoleh dari = skor maksimum (5) x jumlah


pertanyaan. Sementara itu, nilai terendah diperoleh dari = skor
minimum (1) x jumlah pertanyaan.
58

Skala likert dapat melihat ukuran dari sikap seorang individu


terhadap suatu pandangan dan individu tersebut memposisikan
pandangannya dengan kesinambungan terhadap butir soal (Yusuf,
2014: hlm. 222). Alternatif jawaban yang akan responden tanggapi
adalah:
Table 3.5 Skor Jawaban Responden dengan Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor


Sangat Setuju 5
Setuju 4
Rata-rata 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Yusuf (2014)

3.6.2. Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi digunakan sebagai alat untuk melihat
hubungan fungsional antar variabel untuk tujuan peramalan, dimana
dalam model tersebut ada satu variabel bebas (independent
variable) diberi notasi x dan variabel terikat (dependent variabel)
diberi notasi y. (Sundayana, 2018, hlm. 191).
Sudayana (2018: hlm. 192) mengemukakan bahwa bentuk
umum persamaan regresi linear sederhana adalah :
^γ = a + bx:
Keterangan:

Y = Subjek dalam Variabel dependen yang diprediksikan


59

a = Harga Y bila X = 0 (harga kontan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka


peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi penurunan.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai


tertentu.
BAB 4

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Garut


Sumber: Pemerintah Kabupaten Garut (2021)

Kabupaten Limbangan dengan Suci sebagai ibu kota


dibubarkan oleh Daendles pada tahun 1811. Pembubaran tersebut
menjadi awal mula sejarah dari Kabupaten Garut. Suci sebagai ibu
kota memiliki luas wilayah yang kecil sehingga dinilai belum

60
memenuhi syarat sebagai ibukota. Maka dari itu, pemindahan ibu
kota dari Suci ke Garut pada tahun 1821, setelah dibangunnya
sarana dan prasarana ibu kota. Kabupaten Limbangan diubah
menjadi Kabupaten Garut dengan dasar Surat Keputusan Gubernur
Jenderal No: 60 tanggal & Mei 1913; memiliki tiga desa, yaitu Desa
Kota Kulon, Desa Margawati, dan Desa Kota Weta, serta sepuluh
kecamatan meliputi Kecamatan Garut, Pameungpeuk, Cikajang,
Limbangan, Leles, Tarogong, Balubur, dan Bumbulang (Pemerintah
Kabupaten Garut, 2021).

Kabupaten Garut merupakan satu di antara kabupaten di


Jawa Barat. Garut memiliki jarak paling dekat dengan ibu kota
Provinsi Jawa Barat. Garut memiliki visi, yaitu Garut yang
Bertaqwa, Maju dan Sejahtera, juga memiliki misi sebagai

61
62

berikut: (1) mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat yang


agamis, sehat, cerdas, dan berbudaya; (2) mewujudkan pelayanan
publik yang profesional dan amanah disertai tata kelola
pemerintahan daerah yang baik dan bersih; (3) mewujudkan
pemerataan pembangunan yang berkeadilan serta kemantapan
infrastruktur sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan
serta fungsi ruang; (4) meningkatkan kemandirian ekonomi
masyarakat berbasis potensi lokal dan industri pertanian serta
pariwisata yang berdaya saing disertai pengelolaan sumber daya
alam secara berkelanjutan (Pemerintah Kabupaten Garut, 2021).
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian
Selatan pada koordinat 6º56'49''—7 º45'00'' Lintang Selatan dan
107º25'8''—108º7'30'' Bujur Timur (Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, 2017).
Saat ini, Kabupaten Garut terdiri atas 42 kecamatan, 21
kelurahan, dan 421 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya
mencapai 2.210.017 jiwa dengan luas wilayah 3.074,07 km² dan
sebaran penduduk 719 jiwa/km² (Pemerintah Kabupaten Garut,
2021).

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Berdasarkan


Usia

Kelompok
No. Jumlah Persentase
Umur/Tahun
1 0-4 169.808 6,75%
2 5-9 253.317 10,07%
3 10-14 248.971 9,90%
63

Kelompok
No. Jumlah Persentase
Umur/Tahun
4 15-19 192.364 7,65%
5 20-24 237.696 9,45%
6 25-29 217.894 8,67%
7 30-34 184.762 7,35%
8 35-39 190.547 7,58%
9 40-44 173.942 6,92%
10 45-49 165.958 6,60%
11 50-54 139.629 5,55%
12 55-59 114.995 4,57%
13 60-64 86.226 3,43%
14 65-69 58.664 2,33%
15 70-74 36.548 1,45%
16 >74 43.194 1,72%
Total 2.514.515 100%
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Garut - Tahun 2021

Pada tahun 2021 penduduk di Kabupaten Garut mencapai


2.636.637 jiwa dengan kepadatan 857/km². Wilayah paling padat
karena sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang berada
di Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Samarang dan
Wanaraja. Selain itu, banyak wilayah yang berupa hutan sehingga
kepadatan penduduk relatif rendah (Pemerintah Kabupaten Garut,
2021).
64

4.2 Karakteristik Responden


4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

usia
15 Tahun 18 Tahun
11% 14%

16 Tahun
30%

17 Tahun
44%

18 Tahun 17 Tahun 16 Tahun 15 Tahun

Gambar 4.2 Usia Responden


Sumber : data diolah (2022)

Berdasarkan pada gambar 4.2, menunjukkan bahwa dari 99


responden remaja usia 15—18 tahun. Mayoritas responden berusia
17 tahun dengan persentase 45 persen. Selanjutnya remaja usia 16
tahun memiliki persentase 30%. Usia 18 tahun memiliki persentase
sebanyak 15% dan urutan terakhir berada pada usia 15 tahun
dengan presentasi 11%.
65

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
14%

86%

Laki-laki Perempuan

Gambar 4.3 Jenis Kelamin Responden


Sumber : data diolah (2022)
Berdasarkan Gambar 4.3, responden dari penelitian ini,
didominasi oleh remaja perempuan dengan persentase 86%,
sedangkan remaja laki-laki yang berpartisipasi menjadi responden
sebesar 14%.
66

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan


Instagram

Penggunaan Instagram
1

98

Ya Tidak

Gambar 4.4 Penggunaan Instagram Responden


Sumber : data diolah (2022)

Pada diagram tersebut ditunjukkan bahwa 98 responden


remaja dari 99 menggunakan Instagram, dan hanya 1 orang remaja
yang tidak menggunakan Instagram. Hal ini membuktikan bahwa
pernyataan dari Napoleon Cat (2021 hlm.1) bahwa pengguna
instagram dikalangan remaja termasuk paling tinggi di antara
kalangan usia lainnya. Hal ini dibuktikan dengan perbandingan
remaja yang menggunakan Instagram dengan remaja yang tidak
menggunakan Instagram, seperti pada gambar 4.4.
67

4.3 Temuan dan Pembahasan Analisis


4.3.1 Temuan
4.3.1.1 Pengetahuan Gizi Responden
Penelitian dalam variabel pengetahuan gizi memiliki
sembilan poin pertanyaan, dan berikut tanggapan responden dari
pertanyaan yang diberikan:

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Pengetahuan Gizi

Alternatif Jawaban Total

N T
Indikator
o. STS S R S SS
Total
Skor Skor

Saya mengetahui pedoman umum 1


8 42 24 14 99
gizi seimbang 1
1
2 12
Skor 8 96 70 322
2 6

Saya mengetahui manfaat dari


2 6 25 35 31 99
mengonsumsi karbohidrat
2
1 14 15
Skor 2 75 384
2 0 5

Saya mengetahui bahwa


1 7 19 38 34 99
karbohidrat adalah sumber energi
3
1 15 17
Skor 1 57 394
4 2 0

4 Dengan mengonsumsi protein


yang cukup, saya merasa
0 5 17 41 36 99
perkembangan tubuh saya makin
membaik

Skor 0 1 51 16 18 405
68

Alternatif Jawaban Total

N T
Indikator
o. STS S R S SS
Total
Skor Skor

0 4 0

Saya mengetahui manfaat dari 1


4 31 32 22 99
mengonsumsi lemak 0
5
2 12 11
Skor 4 93 355
0 8 0

Saya mengetahui, mengonsumsi


makanan berlemak lebih dari 2
5 40 18 16 99
30% per hari (33gr/1000 kal) baik 0
6 untuk kesehatan

4 12
Skor 5 72 80 317
0 0

Saya mengetahui, bahwa


kekurangan Zat Besi (Fe) dapat 1
7 3 34 27 24 99
menyebabkan anemia pada 1
remaja

2 10 10 12
Skor 3 355
2 2 8 0

Kacang-kacangan, sayuran hijau,


tempe adalah contoh bahan
1 5 24 35 34 99
makanan yang mengandung
8 kalsium, selain dari susu

1 14 17
Skor 1 72 393
0 0 0

vitamin dibutuhkan oleh tubuh


remaja karena dapat
3 3 16 37 40 99
meningkatkan metabolisme
9 karbohidrat menjadi energi
69

Alternatif Jawaban Total

N T
Indikator
o. STS S R S SS
Total
Skor Skor

14 20
Skor 3 6 48 405
8 0

1
74 11 12
Total 27 5 3330
4 48 55
6

5 22 34 38
Persentase 1% 100%
% % % %

Rata-rata Keseluruhan 370

Total Persentase 75%

Sumber : data diolah (2022)

Pada tabel 4.2 total rata-rata keseluruhan (mean) yang


diperoleh dari pengolahan data tersebut dapat ditemui sebesar 370
jika dalam persentase data tersebut sebesar 75%. Pada hasil analisis
deskriptif pola konsumsi pada Tabel 4.2, ditemukan bahwa skor
tertinggi terdapat pada variabel No.4 dan No.9, dengan skor yang
dihasilkan sebesar 405. Hal tersebut mengindikasikan bahwa para
remaja mengetahui bahwa protein dapat memaksimalkan
perkembangan tubuh remaja. Remaja juga telah mengetahui bahwa
vitamin sangat diperlukan oleh tubuh remaja untuk meningkatkan
metabolism tubuh (Februhartanty, dkk 2016: hlm. 12). Indikator
dengan skor paling rendah terdapat pada No.6 sebesar 317 yang
mengindikasikan bahwa remaja kurang mengetahui bahwa
mengonsumsi makanan berlemak lebih dari 30% per hari
70

(33gr/1000 kal) baik untuk kesehatan sesuai dengan teori Nova


dkk., yang mengemukakan bahwa satu di antara yang menyebabkan
masalah status gizi remaja adalah pengetahuan gizi yang kurang
karena pendidikan gizi yang tidak teredukasi kepada remaja secara
merata (Nova dkk., 2018, hlm. 170)

4.3.1.2 Rekapitulasi Variabel Pengetahuan Gizi

Hasil dari rekapitulasi yang telah disajikan dapat dilihat


bahwa total skor untuk tingkat kepedulian makanan sehat, yaitu
3.330 Jumlah skor tersebut dimasukkan ke dalam garis kontinum
dengan cara pengukuran sebagai berikut:
a. Nilai maksimum = 5 x 9 x 99 = 4.455;
b. Nilai minimum = 1 x 9 x 99 = 891;
c. Jarak Interval = (4.455 – 891) : 5 = 712,8;
d. Persentase skor = (3.330 : 4.455) x 100% = 74%.
Berkut adalah gambar garis kontinum dengan nilai minimum
sebesar 891, nilai maksimum sebesar 4.455, dan jarak interval
sebesar 712,8.

Sangat Tidak Cukup Baik Sangat


Tidak Baik Baik Baik Baik

891 1.603,8 2.316,6 3.029,4


3.742,2 4.455

3.330
71

Gambar 4.5 Garis Kontinum Pengetahuan Gizi


Sumber: data diolah (2022)

Bersumber pada hasil analisis deskriptif terhadap variabel


pengetahuan gizi pada gambar 4.2 mengetahui rekapitulasi
tanggapan responden pengetahuan gizi dari hasil pengolahan data
99 responden yang telah mengisi kuesioner, data tersebut
menunjukan nilai yang didapatkan sebesar 3.330. Dapat
disimpulkan bahwa variabel Y Pengetahuan Gizi dapat
dikategorikan baik. Artinya, para remaja di Kabupaten Garut telah
memiliki pengetahuan gizi yang mumpuni dalam kepeduliannya
terhadap makanan sehat. Remaja yang mendapatkan edukasi gizi
yang tepat akan menerima pengetahuan gizi yang memadai, hal
tersebut dapat memengaruhi perilaku makan remaja (Rusdi, dkk.,
2020: hlm. 32). Menurut Masitah (2018: hlm. 573) mengemukakan
bahwa remaja akan memilih makanan yang sesuai dengan pola
konsumsinya selaras dengan pedoman menu seimbang dan
kebutuhan tubuh, hal ini menunjukkan bahwa remaja memiliki
pengetahuan terhadap gizi yang cukup. Penelitian terdahulu telah
membuktikan jika remaja yang sering mendapatkan informasi dari
artikel, booklet, atau internet lebih menyukai untuk mengonsumsi
buah dan sayur setiap hari (Anggraeni & Sudiarti, 2018: hlm. 20).
Akan tetapi, faktor informasi saja tidak cukup untuk membuat
remaja memiliki pola makan yang baik, beberapa faktor lain yang
memengaruhi pola makan remaja seperti ekonomi, sosial budaya,
agama, pendidikan, lingkungan (Sulistyoningsih, 2011, hlm. 52).
72

4.3.1.3 Pengaruh Penggunaan Instagram terhadap Pengetahuan


Gizi

Tabel 4.3 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap


Pengetahuan Gizi

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F

1 Regression 1267.582 1 1267.582 41.077

Residual 2993.327 97 30.859

Total 4260.909 98

a. Dependent Variable: Pengetahuan Gizi (YC)


b. Predictors: (Constant), Penggunaan Instagram (X)
Sumber : data diolah (2022)

Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa nilai F hitung = 41.077


dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh
variabel penggunaan Instagram (X) terhadap variabel pengetahuan
gizi (Y). Instagram memiliki pengaruh terhadap pengetahuan gizi
sebagai sarana edukasi gizi melewati konten yang disajikan oleh
Instagram kepada penggunanya (Rusdi dkk., 2020: hlm. 32).
4.3.1.4 Pengaruh Penggunaan Instagram terhadap Pola
Konsumsi

Tabel 4.4 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap


Pola Konsumsi

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F

1 Regression 755.776 1 755.776 27.379

Residual 2677.577 97 27.604


73

Total 3433.354 98

a. Dependent Variable: Pola Konsumsi (YA)


b. Predictors: (Constant), Penggunaan Instagram (X)
Sumber: data diolah (2022)

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa nilai F hitung = 27.379 dengan


tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh
variabel penggunaan Instagram (X) terhadap variabel pola
konsumsi (Y). Pengunaan Instagram memiliki dampak terhadap
pola konsumsi remaja di Kabupaten Garut (Masitah dkk., 2019:
hlm. 59).
4.3.1.5 Pengaruh Penggunaan Instagram terhadap Tingkat
Kepedulian

Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Penggunaan Instagram terhadap


Tingkat Kepedulian

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F

1 Regression 473.833 1 473.833 53.602

Residual 857.460 97 8.840

Total 1331.293 98

a. Dependent Variable: Tingkat Kepedulian (YB)


b. Predictors: (Constant), Penggunaan Instagram (X)
Sumber: data diolah (2022)

Tabel tersebut menjelaskan bahwa nilai F hitung = 53.602


dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh
variabel penggunaan Instagram (X) terhadap variabel tingkat
kepedulian (Y). Instagram dapat meningkatkan kepedulian remaja
karena Instagram sebagai satu di antara platform untuk bersosial
74

membuat remaja memiliki kecenderungan untuk selalu mengikuti


tren di media tersebut (Rahmayanti dkk., 2021, hlm. 86).
4.3.1.6 Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk melihat


pengaruh penggunaan Instagram terhadap tingkat kepedulian
makanan sehat, dengan menggunakan Uji Anova terhadap
Penggunaan Instagram sebagai variabel terikat dan Tingkat
Kepedulian Makanan Sehat sebagai variabel bebas. Jumlah variabel
pertanyaan sebanyak 24 poin, yang mencangkup pola konsumsi,
tingkat kepedulian dan pengetahuan gizi sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
VARIAB
PERTANYAAN ANOVA
EL

Diantara Nasi/ubi jalar/jagung/


y1 saya mengonsumsinya setiap saya 0.001
makan

Saya mengonsumsi lauk hewani


y2 (daging-dagingan) dalam satu hari, 0.002
setiap saya makan

y3 Saya memakan buah dalam 1 hari 0.005

Saya memakan sayuran sesuai


y4 0.069*
dengan kebutuhan tubuh saya

Saya masih sering melewatkan


y5 0.106*
waktu makan

Saya masih sering jajan untuk


y6 mengganti waktu makan saya 0.087*
yang terlewat
75

VARIAB
PERTANYAAN ANOVA
EL
Saya termasuk orang yang
y7 0.003
menjaga pola makan

Saya sering lupa untuk selalu


y8 0.083*
meminum air mineral

Saya sudah minum air putih yang


y9 memenuhi kebutuhan tubuh anda, 0.008
sesuai dengan aktivitas fisik

Saya lebih menyukai makanan


y10 cepat saji, seperti fried chicken/ 0.29*
nugget/ sosis dan lain sebagainya

Saya ingin menjalani gaya hidup


sehat, namun masih sulit
y11 0.001
menjalankannya karena faktor
external

Saya sering menahan keinginan


y12 0,000
untuk tidak jajan sembarangan

Saya berusaha mengatur pola


y13 makan saya dan senantiasa 0,000
memakan makanan yang bergizi

Beberapa postingan tentang


kesehatan makanan di Instagram
y14 0,000
membuat saya ingin memakan
makanan tersebut

Jika Influencer/ selebgram


bercerita makanan sehat di
y15 0,000
Instagram saya sering ingin
mengikutinya.

Saya mengetahui pedoman umum


y16 0,000
gizi seimbang
76

VARIAB
PERTANYAAN ANOVA
EL
Saya mengetahui manfaat dari
y17 0,000
mengonsumsi karbohidrat

Saya mengetahui bahwa


y18 0,000
karbohidrat adalah sumber energi

Dengan mengonsumsi protein


yang cukup, saya merasa
y19 0,000
perkembangan tubuh saya makin
membaik

Saya mengetahui manfaat dari


y20 0,008
mengonsumsi lemak

Saya mengetahui, mengonsumsi


makanan berlemak lebih dari 30%
y21 0,000
per hari (33gr/1000 kal) baik
untuk kesehatan

Saya mengetahui, bahwa


y22 kekurangan Zat Besi (Fe) dapat 0,008
menyebabkan anemia pada remaja

Kacang-kacangan, sayuran hijau,


tempe adalah contoh bahan
y23 0,001
makanan yang mengandung
kalsium, selain dari susu

Vitamin dibutuhkan oleh tubuh


remaja karena dapat meningkatkan
y24 0,000
metabolisme karbohidrat menjadi
energi

Sumber: data diolah (2022)

Simpulan dari temuan tersebut adalah variabel yang tidak


terpengaruh dari adanya penggunaan Instagram adalah variabel y4,
y5, y6, y8, sedangkan variabel lainnya dipengaruhi oleh Instagram.
Instagram sebagai media informasi berpengaruh pengetahuan gizi
77

dan kepedulian terhadap makanan sehat pada remaja di Kabupaten


Garut sebagai sarana edukasi mengenai pengetahuan gizi.
Pendidikan gizi akan lebih efektif jika menggunakan media,
khususnya media sosial seperti Instagram (Masitah, Pamungkasari,
Suminah, 2018: hlm. 573). Instagram sebagai media komunikasi
yang menghubungkan individu dengan individu lainnya, maupun
dengan kelompok (Masitah dkk., 2018: hlm. 577). Kecanggihan
teknologi saat ini lebih memudahkan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan, disajikan dengan menarik, dan sangat mudah diakses
(Masitah dkk., 2018: hlm. 577). Edukasi yang didapatkan dari
informasi tersebut dapat mengubah perilaku remaja menjadi mampu
untuk menerapkan rutinitas makan yang baik dan teratur dalam
kehidupan sehari-hari (Agianto, Setiawan, Firmansyah, 2020, hlm.
130). Pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi merupakan
pemahaman mengenai ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi terhadap
status gizi dan kesehatan. (Pantalcon, 2019: hlm. 71). Akan tetapi,
tidak serta merta informasi dapat mengubah secara signifikan
terhadap perilaku makan. Edukasi gizi menurut WHO bertujuan
untuk mendorong adanya perubahan perilaku yang positif yang
berhubungan dengan makananan gizi (Rusdi dkk., 2020: hlm. 1).
4.3.2 Pembahasan
Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui pengetahuan
remaja di Kabupaten Garut mengenai pengetahuan gizi, dibuktikan
dengan hasil rekapitulasi data tanggapan responden yang memiliki
skor 3.330 dengan nilai terendah yaitu sebesar 891, nilai tertinggi
yaitu sebesar 4.455, maka demikian pengetahuan gizi remaja di
78

Kabupaten Garut dikategorikan baik. Pengetahuan gizi remaja


menjadi salah satu penyebab peduli atau tidaknya remaja terhadap
konsumsi makanan sehat (Pantaleon, 2019: hlm. 74).
Sementara itu, variabel penggunaan Instagram diteliti
menggunakan uji regresi linear sederhana dengan uji anova, untuk
melihat pengaruh yang ditunjukan oleh penggunaan Instagram
terhadap dimensi tingkat kepedulian makanan sehat, yaitu pola
konsumsi, tingkat kepedulian dan pengetahuan gizi. Ketiga dimensi
tersebut memiliki hasil sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05, hal
tersebut menandakan bahwa adanya pengaruh dari Instagram
terhadap tingkat kepedulian makanan sehat. Remaja mudah tertarik
dengan keunikan dari konten yang disajikan oleh Instagram, akan
mudah peduli terhadap apa yang diminati oleh remaja (Kumala
dkk, 2019: 78) sehingga dapat dikatakan bahwa, penggunaan
Instagram memiliki pengaruh terhadap tingkat kepedulian makanan
sehat pada remaja di Kabupaten Garut
BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI


5.1 Simpulan
Pada bab-bab sebelumnya telah dipaparkan hasil dari
penelitian ini, permasalahan yang dibahas adalah “Pengaruh
Penggunaan Instagram terhadap Tingkat Kepedulian Makanan
Sehat pada Remaja di Kabupaten Garut”. Instagram sebagai media
sosial yang memuat berbagai informasi, yang dapat diakses dengan
mudah oleh semua orang, yang mampu memberikan konten
menarik bagi penggunanya sehingga dapat menciptakan pengaruh
positif maupun negatif. Pengguna Instagram tertinggi pada
Kabupaten Garut adalah kalangan remaja, khususnya pada usia 15
—18 tahun. Remaja memiliki karakter yang sering berubah-ubah
karena dipengaruhi oleh adanya masa pubertas. Oleh karena itu,
remaja sering kali sulit untuk membangun pola konsumsi yang baik
sebab faktor eksternal, seperti lingkungan, pertemanan, ekonomi,
serta budaya dan juga faktor internal.
Remaja telah sadar dan memiliki kepedulian terhadap
makanan sehat, kepedulian tersebut dibangun oleh pengetahuan gizi
remaja yang mumpuni, dapat dilihat dari tanggapan responden yang
telah mengetahui pengetahuan gizi dengan kategorisasi yaitu baik.
Instagram berperan sebagai sarana edukasi gizi non formal pada
remaja, faktor seperti konten, influencer/selebgram, memengaruhi
remaja terhadap kepedulian tentang gaya hidup sehat, termasuk
mengonsumsi makanan secara rutin.

79
Diperoleh hasil Uji hipotesis yakni t hitung lebih besar

daripada nilai t tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh penggunaan Instagram terhadap tingkat kepedulian
makanan sehat pada remaja di Kabupaten Garut, dapat diketahui
sebab Ho ditolak sementara H1 diterima. Seluruh variabel
pertanyaan diuji menggunakan uji regresi linear berganda dengan
uji anova dengan variabel penggunaan Instagram sebagai variabel
terikat dan tingkat kepedulian makanan sehat sebagai variabel
bebas.

5.2 Implikasi
Terdapat pengaruh signifikan antara penggunaan Instagram
terhadap tingkat kepedulian makanan sehat pada remaja di
Kabupaten Garut, dengan signifikansi

80
81

yaitu 0,000 pada variabel pola konsumsi, tingkat kepedulian dan


pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut, sebagai pengguna Instagram
secara aktif, remaja harus dapat memilih dan memilah konten yang
disajikan, tidak hanya konten makanan yang tidak memiliki gizi
tetapi juga harus memiliki hal positif tentang gaya hidup sehat. Pada
tanggapan yang diberikan oleh responden, variabel pertanyaan yang
memengaruhi adalah variabel mengenai makanan sehat yang berisi
pengetahuan gizi, dibutikan dengan uji anova >0,005.
5.3 Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait,
Adapun rekomendasi dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Remaja adalah masa yang paling baik untuk bereksplorasi,
diharapkan para remaja khususnya di Kabupaten Garut dapat
lebih eksplor pengetahuan ke arah yang positif, seperti
mengaplikasikan gaya hidup sehat dimulai dengan makan-
makanan yang sehat dan bergizi. Remaja lebih mampu untuk
mengontrol penggunaan media sosial Instagram, dan
menggunakannya sebagai alat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
2. Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya, orang tua
sebagai komponen penting dalam tumbuh kembang remaja.
Diharapkan orang tua dapat senantiasa mengawasi anak-
anaknya dalam penggunaan Instagram, serta memperhatikan
konsumsi remaja agar tidak terlalu sering memakan jajanan
yang sembarangan.
82

3. Sekolah merupakan elemen penting bagi pertumbuhan remaja,


baik dari segi pengetahuan hingga sosial. Diharapkan bagi
pihak sekolah untuk lebih memperhatikan makanan yang
disediakan di kantin sekolah, dan memperhatikan penggunaan
media sosial pada saat jam pelajaran berlangsung, serta
memberi arahan mengenai penggunaanya secara bijak.
4. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
peneliti mengharapkan ada kajian lebih dalam mengenai
pengaruh Instagram terhadap tingkat kepedulian makanan
sehat pada remaja bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN

Agianto, R., Setiawan , A., & Firmansyah, R. (2020). Pengaruh


Media Sosial Instagram Terhadap Gaya Hidup dan Etika
Remaja. Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi,
130-139.

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Amaliyah, M., Soeyono, R. D., Nurlaela, L., & Kristiastuti, D.


(2021). Pola konsums makan remaja di masa pandemi
covid-19. Jurnal Tata boga, 129-137.

Amaliyah, N. (2017). Penyehatan Makanan dan Minuman-A.


Yogyakarta: deepublish.

Aminah RS, N. P. (2020). Konsep Diri Remaja Dalam Budaya


Makan Sehat . Sosial Humaniora, 87-97.

Aminah, & Nugroho. (2019). Konsep Diri Remaja Dalam Budaya


Makan Sehat. Jurnal Sosial Humaniora, 87-97.

Anggraeni, N. A., & Sudiarti, T. (2018). Faktor Dominan Konsumsi


Buah dan Sayur pada Remaja. Indonesian Journal of
Human Nutrition, 18-32.

Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat Kecanduan


Media Sosial pada Remaja. JNC, 41-53.

Arora, A., Bansal, S., Kandpal, C., Aswani, R., & Dwivedi, Y.
(2019). Measuring social media influencer index- insights
from facebook, Twitter and Instagram. Elsevier, 86-101.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2020). Laporan


Survei Internet APJII 2019-2020 (Q2). Jakarta: Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

83
Atmoko, B. D. (2012). Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita.

Ayutiani, D. N., & Putri, B. P. (2018). Penggunaan Akun Instagram


sebagai Media Informasi Wisata Kuliner. PRofesi Humas,
39-59.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2021). Statistik Daerah


Kabupaten Garut 2021. Garut: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Garut.

Badan POM. (2022, Juni 23). Jaga Keamanan Pangan Jajanan


Anak Sekolah untuk Wujudkan Sekolah Sehat. Retrieved
from Badan POM:
https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/25538/Jaga-
Keamanan-Pangan-Jajanan-Anak-Sekolah-untuk-
Wujudkan-Sekolah-Sehat.html

Boers, E., Afzali, M., Newton, N., & Conrod, P. (2019).


Association of Screen Time and Depression in
Adolescence. JAMA Pediartics, 1-7.

Cakrawati, D., & NH, M. (2011). Bahan Pangan, Gizi, dan


kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Coates, A., Hardman, C., Halford, J., Christiansen, P., & Boyland,
E. (2019). Social Media Influencer Marketing and
Children’s Food Intake: A Randomized Trial.
PEDIATRICS, 1-9.

D, E. (2011). Komunikasi dan Media Sosial. The Messenger, 69-75.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor:


Penerbit Ghalia Indonesia.

Dianda, A. (2018). Psikologi Remaja dan Permasalahannya.


ISTIGHNA, 116-133.

Februhartanty, J., Rachman, P. H., Ermayani, E., Dianawati, H., &


Harsian, H. (2016). Gizi dan Kesehatan Remaja: Buku

84
Pegagan dan Kumpulan rencana Ajar Untuk Guru
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Southeast Asian
Ministers of Education Organization Regional Center for
Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Folkvord, F., Roes, E., & Bevelander, K. (2020). Promoting


Healthy Foods in The New Digital Era on Instagram: an
experimental study on the effect of a popular real versus
fictitious the effect of a popular real versus fictitious
purchase intenstions. BMC Public Health, 1-8.

George, A. A., Hall, G. E., & Stiegelbauer, S. M. (2013).


Meansuring Implementation in Schools: The Stages of
Concern Questionnaire. United States: SEDL.

Harjatmo, T. P., M. Par'i, H., & Wiyono, S. (2017). Penilaian


Status Gizi. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Hendrariningrum, R. (2018). Budaya dan Komunikasi Kesehatan


(Studi Pandangan Kesehatan pada Masyarakat Sunda
dalam Tradisi Makan Lalapan). Jurnal Lugas, 13-19.

Huang, Y., Kypridemos, C., Liu, J., Lee, Y., Pearson, J., Collins, B.,
. . . Micha, R. (2019). Cost-Effectiveness of the US Food
and Drug Administration Added Sugar Labeling Policy for
Improving Diet and Health. Circulation, 2613-2624.

Indonesia Survey Center. (2021). Laporan Survei Internet APJII.


Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Indriani, Y. (2015). GIzi dan Pangan. Bandar Lampung: AURA.

Insani, H. M. (2019). Analisis Konsumsi Pangan Remaja dalam


Sudut Pandang Sosiologi. Sosietas Jurnal Pendidikan
Sosiologi, 566-577.

85
Insani, H. M. (2019). Pengaruh Intervensi Pendidikan Gizi
Terhadap Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan dan
Aktivitas Fisik pada Remaja. (Tesis). Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Irawan, Aditya Wicaksono; Yusufianto, Aan; Agustina, Dwi; Dean,


Ragean;. (2019). Laporan Survei Internet APJII. Jakarta:
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Jans DS, S. I. (2021). Digital food marketing to children: How an


influencer’s lifestyle can stimulate healthy food choices
among children . Appetite.

Japa L, R. A. (2019). Pola Konsumsi Sehat Dengan Memperhatikan


Zat Aditif dan Nilai Gizi Bahan Makanan Pada Ibu-ibu dan
Remaja Putri Warga RT 05 Kubujaran Lauk Sukasara
Lombok Tengah. Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat, 17-22.

Joung, H. (., Choi, E. (., Ahn, J., & Kim, H.-S. (2017). Healthy
Food Awareness, Behavioral Intention, and Actual
Behavior toward Healthy Foods: Generation Y Consumers
at University Foodservice. Korean Food Culture, 336-341.

Kanza, A. A., & Umar, S. C. (2015). Mutu, Gizi,dan Keamanan


Pangan. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Karen B, H. M. (2000). Nutritional Awareness and Food


Preferences of Young Consumers. Nutrition and Food
Sience, 230-235.

Kathryn, M. B. (2010). Food, eating and taste: Parents’ perspectives


on the making of the middle class teenager. Social Science
and Medicine, 1316-1323.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Gizi Dalam


Daur Kehidupan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

86
Kementrian Kesehatan RI. (2021). Laporan Kinerja Kementrian
Kesehatan Tahun 2020. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Gizi dan


Kesehatan Remaha.

Kinanti AS, I. A. (2021). Pengaruh Digital Marketing Terhadap


Brand Awareness Lemonilo Melalui Instagram.
Universitas Telkom, 1787-1800.

KOMINFO. (2022, Februari 8). Kominfo : Pengguna Internet di


Indonesia 63 Juta Orang. Retrieved from Kominfo.go.id:
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Komin
fo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/
0/berita_satker

Kumala, A. M., Margawati, A., & Rahadiyanti, A. (2019).


Hubungan Antara Durasi Penggunaan Alat Elektronik
(Gadget), Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Status
Gizi pada Remaja Usia 13-15 Tahun. Journal of Nutrition
College, 73-80.

Lesmana D, V. G. (2021). Digital Marketing Rumah Makan Padang


Melalui Instagram Berdasarkan Social Construction of
Technology. COMMENTATE, 17-32.

Marsanti, A. S., & Widiarini, R. (2018). Buku Ajar Higiene Sanitasi


Makanan. Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia.

Masitah, R., & Sulistyadewi, P. E. (2019). Pemanfaatan Isi Pesan


Instagram dan Sikap Pemilihan Makanan Jajanan pada
Remaja. ISBN, 56-61.

Masitah, R., Pamungkasari, E. P., & Suminah. (2018). Instagram,


Facebook dan Pengetahuan Gizi Remaja. SINTESA, 573-
578.

87
Mokolensang OG, M. A. (2016). Hubungan Pola Makan dan
Obesitas Pada Remaja di Kota Bitung. e-Biomedik, 128-
135.

Muhayati, A., & Ratnawati, D. (2019). Hubungan Antara Status


Gizi dan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
563-570.

Napoleon Cat. (2022, Februari 7). Ada 91 Juta Pengguna


Instagram di Indonesia, Mayoritas Usia Berapa?
Retrieved from databoks.katadata.co.id:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/15/ada
-91-juta-pengguna-instagram-di-indonesia-mayoritas-usia-
berapa#:~:text=Laporan%20Napoleon%20Cat
%20menunjukkan%2C%20ada,yakni%20sebanyak
%2033%2C90%20juta.

Ningtyas, L., Nurdiani, M., & Muhdar, I. (2018). Pengaruh Edukasi


Gizi Melalui Instagram Dengan Power Point Tentang
Sayur Dan Buah Pada SIswa. Dunia Gizi, 83-89.

Nova, M., & Yanti, R. (2018). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro
dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi pada Siswa MTs
An-Nur Kota Padang. Jurnal Kesehatan Perintis , 169-
175.

Nurihsan, J., & Agustin, M. (2016). Dinamka Perkembangan Anak


dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Nursamsi, M. (2021). Statistik Daerah Kabupaten Garut. Garut:


Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut.

Oktriyanto, B., Budiarto, G. L., Siahaan, S. O., & Sanny, L. (2021).


Effects of Social Media Marketing Activities Toward
Purchase Intention Healthy Food in Indonesia. Turkish
Journal of Computer and Mathematics Education, 6815-
6822.

88
Pantalcon, M. G. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi dan
Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di
SMA Negeri II Kota Kupang. CHMK HEALTH
JOURNAL, 69-76.

Pemerintah Daerah Provinsi Jawabarat. (2022, Februari 8). 16,4


juta Pengguna Medsos Asal Jawa Barat. Retrieved from
Jabarprov.go.id:
https://jabarprov.go.id/index.php/news/32777/2019/04/24/
164-juta-Pengguna-Medsos-Asal-Jawa-Barat

Pemerintah Kabupaten Garut. (2022, Februari 8). Jumlah Penduduk


Berdasarkan Umur. Retrieved from garutkab.go.id:
https://www.garutkab.go.id/page/jumlah-penduduk-
berdasarkan-umur

Pritasari, Damayanti, D., & Tri L, N. (2017). Gizi dalam Daur


Kehidupan. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Purwati, & Rohayati. (2019). Pengaruh Paket Menu Sehat terhadap


Peningkatan Kadar Hb Remaja Putri. Jurnal Kesehatan,
224-230.

Putra, G. E., & Dendup, T. (2020). Health and Behavioral


Outcomes of Bulliying Victimisation Among Indonesian
Adolescent Students: Finding From The 2015 Global
School Based Student Health Survey. Psychology, Health,
Survey, 1-16.

Putri RA, S. Z. (2020). 2020. Kesehatan Masyarakat , 564-573.

Putri, R. a., Shaluhiyah, Z., & Kusumawati, A. (2020). Faktor-


Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilku Makan Sehat
Pada Remaja di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 564-573.

Rahmayanti, L. C., Sabit, & Sari, W. N. (2021). Media Sosial


Instagram Sebagai Media Interaksi Dalam Membentuk

89
Gaya Hidup Anak Remaja. ProListrik, 81-90.

Ridwan, S. (2013). Pengantar Statistika: Untuk Penelitian


Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta.

Rokom. (2022, Juni 3). Sehat Berawal dari Piring Makanku.


Diakses dari Sehat Negeriku Sehatlah Bangsaku:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20171026/
4423501/sehat-berawal-piring-makanku/

Rusdi, F. Y., Rahmy, A. H., & Helmizar. (2020). pengaruh edukasi


gizi menggunakan instagram terhadap perubahan perilaku
gizi seimbang untuk pencegahan anemia pada remaja putri
di sman 2 padang. Journal of Nutrition College, 31-38.

Rusdi, R. H. (2020). pengaruh edukasi gizi menggunakan instagram


terhadap perubahan perilaku gizi seimbang untuk
pencegahan anemia pada remaja putri di sman 2 padang.
Journal of Nutrition College, 31-38.

Santoso S, J. A. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pemilihan Makanan Pada Remaja di Surabaya. Universitas
Kristen Petra, 19-32.

Schwarzfischer, P., Gruszfeld, D., Socha, P., Luque, V., Closa-


Monasterolo, R., Rousseaux, D., . . . Grote, V. (2020).
Effects of screen time and playing outside on
anthropometric measures in preschool aged children.
PLOS ONE, 1-15.

Story M, K. K. (2008). Creating Healthy Food and Eating


Environments: Policy and Environmental Approaches.
Annuals Review Further, 257-266.

Sugi, S. P., & Putri, A. (2019). Pengaruh Nation Branding "pesona


Indonesia" Terhadap Preferensi Tujuan Wisata Masyarakat
Kota Bandung. Jurnal Akuntansi Maranatha, 61-76.

90
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA.

Sugono, Dendy. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Jakarta.

Sujarweni, W. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Sulistyoningsing, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak.


yogyakarta: graha ilmu.

Sundayana, R. (2018). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. N. (2017). Pengatahuan Dasar


Ilmu Pariwisata. Denpasar: Pustaka Lasaran.

Trihayuningtyas, E., Wulandari, W., Andriani, Y., & Sarasvati.


(2018). Media Sosial Sebagai Sarana Informasi dan
Promosi Pariwisata Bagi Generasi Z di Kabupaten Garut.
Tourism Scientifie, 1-22.

Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

Utami, H. D., Kamsiah, & Siregar, A. (2020). Hubungan Pola


Makan, Tingkat Kecukupan Energi, dan Protein dengan
Status Gizi Pada Remaja. Jurnal Kesehatan, 279-286.

Veissi, I. (2017). Influencer Marketing on Instagram. Haaga Helia.

Wijayanti. (2020). Wisata Kuliner Sebagai Strategi Penguatan


Pariwisata di Kota Yogyakarta, Indonesia. Khasanah
Ilmu : Jurnal Pariwisata dan Budaya, 74-82.

Wilantika. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE


TERHADAP KESEHATAN PADA REMAJA. Jurnal
Obstretika Scienta, 1-18.

Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &


Penelitian Gabungan. Jakarta: PRENADAMEDIA

91
GROUP.

Zahrulianingdyah, A. (2018). Kuliner sebagai pendukung industri


pariwisata berbasis kearifan lokal. tenknobuga, 1-9.

92

Anda mungkin juga menyukai