Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW

DASAR KULINER

DISUSUN OLEH :
Nama : Mutia Amanda
Nim : 5213540011
Mata Kuliah : Dasar Kuliner

DOSEN PENGAMPU :

PRODI GIZI
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Critical Jurnal Review ini dengan
tepat waktu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar Kuliner. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai kemampuan
yang saya miliki. Saya berterima kasih kepada dosen saya yang telah
mengarahkan dan memberi saya tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas ini.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu saya meminta maaf jika masih terdapat kesalahan dalam penulisan.
Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
tugas ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah wawasan bagi pembaca.

Medan, 08 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BILBIOGRAFI JURNAL..............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat..............................................................................2
BAB II ANALISIS JURNAL
2.1 Sajian Topik I........................................................................................3
2.2 Komentar Topik I..................................................................................5
2.3 Sajian Topik II......................................................................................5
2.4 Komentar Topik II................................................................................7
BAB III KESIMPULAN ANALISIS JURNAL
3.1 Kesimpulan...........................................................................................8
3.2 Saran.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

iii
BILBIOGRAFI JURNAL
Jurnal I

Judul Pengenalan Komposisi Gizi Makanan


Tradisional Suku Kaili Melalui Media Food
Photograph Kepada Praktisi Kuliner dan Kader
Posyandu
Jurnal Jurnal Pengabdian Masyarakat
Download Jurnal.poltekkespalu.ac.id
Volume dan Halaman Volume 3(12) dan Halaman 1-6
Tahun 2022
Penulis Nurjaya
Elvyrah Faisal
Wery Aslinda
Reviewer Mutia Amanda
Tanggal 08 Juni 2022
ISSN 2722-5801

Jurnal II

Judul Karakteristik Mutu dan Nilai Gizi Nasi


Mocaf dari Beras Analog
Jurnal Biopolar Industri
Download http://202.47.80.55/biopropal/article/view/14
79
Volume dan Halaman Volume 8 dan Halaman 33-46
Tahun 2017
Penulis Enny Hawani Loebis
Lukman Junaidi
Irma Susanti
Reviewer Mutia Amanda
Tanggal 08 Juni 2022
ISSN 2502-2962

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jurnal I
Food photograph dapat digunakan sebagai alat bantu dalam survei
konsumsi gizi karena lebih praktis dan mudah dibawa. Sebelumnya penelitian
yang dilakukan Lazarte et al., (2012), mencoba melakukan validasi
photograph digital sebagai alat bantu dalam 24 hour recall pada kelompok
masyarakat pedesaan di Bolivia (Lazarte et al., 2012). Hal ini dilakukan juga
oleh Elliott et al., (2021), membuat Food Photograph untuk melihat asupan
makan siang terhadap anak usia dini (Elliott et al., 2021). Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Andersen, Byrne, & Wang, (2021) Food
Photograph digunakan untuk mengatur berat badan menjadi sehat dan
meningkatkan visualisasi makanan hingga menjadi lebih lezat (Andersen,
Byrne, & Wang, 2021). Hal menarik juga dilakukan oleh Halim & Yulius,
(2021) yang melihat sisi Food Photograph dari sudut padang di media sosial
(Halim & Yulius, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa dewasa ini alat bantu
yang digunakan dalam penilaian konsumsi gizi cenderung dipilih yang lebih
praktis. Perkembangan Food Photograph sebagai pilihan alat bantu juga
digunakan untuk edukasi gizi, seperti kegiatan edukasi dalam bentuk Food
Photograph yang dilakukan oleh Fuadillah, Amalia, & Nur, (2021) bagi
kelompok UKM kuliner Kecamatan Rappocini Kota Makassar (Fuadillah,
Amalia, & Nur, 2021). Pada tahun 2014, Kementerian Kesehatan RI
menerbitkan Buku Foto Makanan yang digunakan sebagai alat bantu pada
Survei Konsumsi Makanan Individu seperti pada kegiatan Pemantauan Status
Gizi Nasional yang dilakukan tiap tahun pada semua provinsi di Indonesia.
Dalam survei PSG tersebut, terdapat penilaian konsumsi makanan pada
kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak balita. Kendala yang terjadi di
lapangan terkait dengan penilaian konsumsi makanan pada survei PSG adalah
kesulitan melakukan estimasi besar porsi pada makanan lokal yang tidak
terdapat pada Buku Foto Makanan terbitan Kemenkes (Kementerian
Kesehatan R.I., 2018). Pada tahun 2018, Lewa, dkk.
telah mengembangkan Food Photograph Makanan Lokal Sulawesi Tengah
yang terdiri dari 60 jenis makanan siap saji meliputi makanan sumber
karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati/lauk nabati,
sayuran dan berbagai jenis kue. Pengambilan data dilakukan pada 5 wilayah
kabupaten/kota yakni kota Palu, kabupaten Parigi Moutong, kabupaten
Donggala, kabupaten Morowali dan kabupaten Morowali Utara.
Pengembangan food photograph dalam bentuk buku (Buku Foto Makanan)
khusus untuk makanan tradisional Kaili sebagai salah satu suku terbesar di
provinsi Sulawesi Tengah, dapat diimplementasikan sebagai media edukasi
gizi pada masyarakat suku Kaili. Edukasi yang diperoleh oleh masyarakat
1
adalah pengenalan energi dan nilai gizi makanan tradisional Kaili dalam
setiap porsi. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan praktisi kuliner dan kader posyandu tentang
komposisi gizi makanan tradisional suku Kaili

Jurnal II
Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagai sumber
kalori oleh masyarakat Indonesia (BPS, 2014). Volume konsumsi beras yang
tinggi menyebabkan pemerintah bergantung pada impor beras. Disamping itu
konsumsi karbohidrat berlebih berpotensi meningkatkan resiko penyakit
diabetes dan obesitas (Santoso & Rianti, 2013). Diversifikasi pangan menjadi
solusi alternatif bagi masyarakat untuk mengatasi hal ini sekaligus dalam
rangka mendukung ketahanan pangan. Salah satu produk diversifikasi pangan
yang saat ini banyak dikembangkan adalah beras analog.

2
Beras analog adalah beras yang dibuat dari non padi dengan kandungan
karbohidrat mendekati atau melebihi beras dengan bentuk menyerupai beras
dan dapat berasal dari kombinasi tepung lokal (tepung singkong, sagu &
tepung jagung) dan padi (Samad, 2003; Budijanto & Yulianti, 2012; Yuwono
& Zulfiah, 2015).
Kendala utama dalam pengembangan beras analog selama ini yaitu aspek
penerimaan produk dalam hal bentuk dan warna yang berbeda dengan beras
pada umumnya sehingga dapat mempengaruhi psikologis konsumen dalam
menentukan pilihannya terhadap beras analog tersebut (Agusman, dkk.,
2014). Saat ini penelitian beras mocaf hanya sebatas karakteristik fisika dan
kimia saja, belum menyentuh cara pemasakan yang ideal dan studi kandungan
gizi serta kalori nasi mocaf.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Jurnal I
Penelitian ini bertujuan dengan adanya food photograph makanan
tradisional Kaili, masyarakat dapat mengenal komposisi gizi setiap hidangan
yang mereka konsumsi sehingga media ini dapat digunakan tidak hanya
sebagai media dalam menetapkan besar porsi yang dikonsumsi oleh
seseorang, tetapi juga dapat menjadi media dalam melakukan edukasi gizi
kepada masyarakat. Kegiatan edukasi gizi inilah yang diangkat menjadi suatu
kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Jurnal II
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan gizi dan nilai
kalori pada nasi mocaf dan cara pemasakan terbaik beras mocaf menjadi nasi
mocaf. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan kepada pelaku industri produsen pangan dan masyarakat untuk
dapat memanfaatkan beras mocaf sebagai sumber pangan alternatif sekaligus
sebagai bagian dari diversifikasi pangan dan mendukung prog ketahanan
pangan nasional.

3
BAB II
ANALISIS JURNAL

2.1 Sajian Topik I


Terdapat peningkatan pengetahuan peserta setelah memperoleh
informasi/pesan tentang nilai gizi makanan tradisional suku Kaili sebesar
44% dan terdapat peningkatan keterampilan peserta setelah memperoleh
demonstrasi cara perhitungan asupan nilai gizi makanan tradisional Kaili
yang dikonsumsi per porsi sebesar 90%. Perlu penyebarluasan informasi yang
lebih luas kepada masyarakat tentang nilai gizi makanan tradisional daerah
dengan menerbitkan suatu buku yang dapat dibaca dan diakses oleh
masyarakat umum. Diperlukan kajian nilai gizi terhadap beberapa makanan
tradisional yang belum dapat dihitung nilai gizinya karena data kandungan
bahan makanan tersebut belum tersedia pada daftar tabel komposisi pangan
Indonesia..
Metode
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 Oktober 2019 bertempat di
gedung pertemuan balai Litbangkes Donggala, desa Labuan Panimba,
kecamatan Labuan kabupaten Donggala. Khalayak sasaran kegiatan ini adalah
kader posyandu dan praktisi kuliner yang berada di kecamatan Labuan dan
kecamatan Tanantovea kabupaten Donggala yang berjumlah 30 orang. Metode
Pengabdian adalah Penyuluhan dan demonstrasi. Fasilitator dalam penyuluhan
yaitu Nurjaya, S.Pd, M.Kes dengan materi penyuluhan adalah pengenalan jenis
zat gizi dan manfaatnya, karakteristik dan nilai gizi makanan tradisional Kaili.
Demonstrasi dilakukan oleh Elvyrah Faisal, SKM, MPH dan Wery Aslinda,
M,Si. dengan mempraktikkan cara perhitungan nilai gizi makanan siap saji yang
dihidangkan berdasarkan banyaknya porsi yang dikonsumsi. Materi penyuluhan
yang disampaikan adalah pengenalan jenis zat gizi dan manfaatnya,
karakteristik dan nilai gizi makanan tradisional Kaili. Pengetahuan peserta
diukur sebelum dan setelah memperoleh penyuluhan. Jumlah soal sebanyak 10
nomor dengan rincian 3 (tiga) nomor soal pengenalan jenis zat gizi dan
manfaatnya, 4 (empat) nomor soal karakteristik makanan tradisional kaili dan 3
(tiga) nomor soal nilai gizi makanan tradisional kaili. Indikator keberhasilan
penyuluhan diukur dengan peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah
memperoleh penyuluhan. Pengetahuan yang diukur adalah tentang pengenalan
jenis zat gizi dan manfaatnya, karakteristik dan nilai gizi makanan tradisional

4
Kaili Keberhasilan demonstrasi diukur dengan kemampuan peserta melakukan
unjuk kerja dari soal kasus yang diberikan setelah kegiatan demonstrasi. Metode
Evaluasi. Metode evaluasi pre dan post test, lembar penilaian unjuk kerja.

5
Hasil dan Pembahasan
Rerata nilai hasil pretest sebesar 47,66 dan nilai posttest sebesar 68,66.
Terdapat peningkatan pengetahuan peserta sebesar 86,67% setelah kegiatan
penyuluhan dan terdapat 4 (empat) orang (13,33%) peserta yang tidak dapat
mengalami peningkatan nilai. Kegiatan demonstrasi (seperti terlihat pada
gambar 2) dilakukan dengan mempraktikkan cara perhitungan nilai gizi
makanan siap saji yang dihidangkan berdasarkan banyaknya porsi yang
dikonsumsi. Demonstrasi dilakukan dengan cara mengolah satu jenis
makanan siap saji tradisional Kaili kemudian menghitung jumlah porsi yang
dihasilkan dalam satu resep. Hasil penilaian demonstrasi dipaparkan pada
tabel 1 berikut ini.
Pada kegiatan penyuluhan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemahaman peserta terhadap pesan yang diberikan. Faktor tersebut
bergantung kepada perolehan buku foto makanan yang menampilkan
makanan tradisional Kaili disertai gambar, nama makanan, jumlah porsi dan
kandungan nilai energi dan zat gizi per porsi, penjelasan materi yang mudah
dipahami dan dengan pesan yang komunikatif, animo yang besar dari peserta
untuk memperoleh informasi/pesan karena topik yang dibahas menyangkut
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,
pelibatan pemerintah desa dalam mengkoordinir dan mengumpulkan peserta
secara persuasif. Secara garis besar faktor tersebut telah ada pada kegiatan
meskipun ada 4 peserta yang tidak ada peningkatan pengetahuan. Kegiatan
demonstrasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana informasi/pesan yang
diterima dapat diimplementasikan dalam bentuk unjuk kerja (keterampilan).
Demonstrasi yang dilakukan adalah peserta mengkaji komposisi bahan
makanan tradisional Kaili kemudian melihat kandungan energi, karbohidrat,
protein, lemak, besi dan seng dalam satu porsi. Peserta kemudian menghitung
nilai gizi beberapa makanan yang dikonsumsi per porsi dan mengkaji jumlah
asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, besi dan seng.
Dalam mengukur kemampuan peserta melakukan perhitungan, peserta
diberikan contoh kasus yang berbeda-beda dan masing-masing peserta
melakukan perhitungan jumlah asupan energi, karbohidrat, protein, lemak,
besi dan seng berdasarkan makanan tradisional Kaili yang dikonsumsi setiap
porsi. Berdasarkan hasil penilaian terhadap keterampilan peserta dalam
kelompok, sebanyak 90% peserta yang dianggap mampu untuk melakukan
perhitungan jumlah asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, besi dan seng
makanan tradisional Kaili yang dikonsumsi setiap porsi. Terdapat 3 (tiga)
orang peserta yang dinilai kurang mampu karena keterbatasan kemampuan
kognitif yang akhirnya berimplikasi pada kemampuan keterampilan. Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk asli maupun dalam bentuk

6
tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain (Syah, 2017).
Dalam kegiatan demonstrasi menghitung asupan nilai gizi terhadap makanan
yang dikonsumsi, hampir semua peserta memiliki kemampuan menghitung
karena perhatian terpusat, peserta dibimbing ke arah berpikir yang sama,
peserta mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatan dan
persoalan yang menimbulkan pertanyaan dapat diperjelas pada saat
demonstrasi. Namun kelemahan yang kami temukan dalam kegiatan ini
adalah memerlukan waktu yang lama dan media pembelajaran yang
digunakan memerlukan persiapan yang matang. Keberhasilan kegiatan
pengabdian masyarakat tercermin dari suksesnya kegiatan penyuluhan dan
demonstrasi yang di hadiri oleh 30 kader posyandu dan praktisi kuliner
selama 2 hari. Peserta berpartisipasi aktif selama kegiatan dengan.
2.2 Komentar Topik I
Pada jurnal I ini tujuan dari penelitian yang dilakukan tercapai namun, masih
membutuhkan penelitian lanjutan untuk.Bahasa yang digunakan pada jurnal
ini juga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Pada bagian abstrak
jurnal ini juga telah dijelaskan mengenai tujuan dan hasil dari penelitian
secara ringkas.

2.3 Sajian Topik II


Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagai sumber
kalori oleh masyarakat Indonesia (BPS, 2014). Volume konsumsi beras yang
tinggi menyebabkan pemerintah bergantung pada impor beras. Disamping itu
konsumsi karbohidrat berlebih berpotensi meningkatkan resiko penyakit
diabetes dan obesitas (Santoso & Rianti, 2013). Diversifikasi pangan menjadi
solusi alternatif bagi masyarakat untuk mengatasi hal ini sekaligus dalam
rangka mendukung ketahanan pangan.
Beras analog adalah beras yang dibuat dari non padi dengan kandungan
karbohidrat mendekati atau melebihi beras dengan bentuk menyerupai beras
dan dapat berasal dari kombinasi tepung lokal (tepung singkong, sagu &
tepung jagung) dan padi (Samad, 2003; Budijanto & Yulianti, 2012; Yuwono
& Zulfiah, 2015).
Beberapa penelitian beras analog terkait dengan proses pembuatan,
komposisi formulasi dan karakterisitik beras analog yang dibuat dari
kombinasi dua atau beberapa sumber karbohidrat, diantaranya mocaf
(modified cassava flour) (Loebis, dkk., 2015), tepung beras, tepung jagung,
tepung sorgum, sagu dan pati (Subagio, 2007; Widara, 2012; Yuwono &
Zulfiah, 2015).
Metode
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa mocaf (Loebis & Meutia,
2012), tepung beras, air dan minyak goreng. Peralatan pemasakan meliputi
rice cooker, microwave, kompor, dandang pengukus, timbangan, pengaduk

7
nasi, baskom, wadah tahan microwave, termometer dan stopwatch. Peralatan
pendukung yang digunakan adalah neraca digital Mettler Toledo, oven
Memmert, kotak timbang, soxhlet kondensor, tanur, spektrofotometer UV-

8
Vis Shimadzu UV-2450PC, Kjeltec FOSS Digester, Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) Shimadzu, Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS) Varian 280FS AA dan perangkat gelas laboratorium. Ada tiga cara
pemasakan nasi mocaf yang dipilih yaitu pemasakan dengan menggunakan
rice cooker, pengukusan dan microwave.
Hasil dan Pembahasan
Kadar air beras mocaf memenuhi standar SNI Beras (SNI 6128:2015) dengan
kadar air maksimal 14%. Kadar air yang tidak berbeda jauh tersebut
dikarenakan dalam proses pembuatannya menggunakan alat ekstruder dengan
suhu yang sama dan kemudian dilanjutkan menggunakan cara pengeringan
yang sama yaitu dengan sinar matahari (Loebis, dkk., 2015).
Kadar air nasi mocaf lebih rendah dibandingkan kadar air nasi beras putih
karena kandungan pati nasi mocaf lebih rendah dibandingkan nasi beras putih
sehingga air tidak banyak terserap oleh beras mocaf saat pemasakan. Hasil
analisis kadar abu pada beras mocaf dengan komposisi 50, 60 dan 70% tidak
berbeda jauh dengan kadar abu beras IR-64 dan beras putih.
kadar lemak pada beras mocaf mendekati kadar lemak beras IR-64. Lemak
yang terkandung pada beras mocaf berasal dari penambahan minyak goreng
pada proses pembuatan beras mocaf. Lemak dapat berfungsi sebagai pelumas
pada mesin ekstruder sehingga mempermudah pengeluaran dan pencetakan
adonan (Setiawati, 2014). Kadar lemak pada beras mocaf dengan komposisi
70% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak beras lainnya karena
kandungan lemak dalam singkong (tepung mocaf) lebih besar dari beras
(tepung beras) (Depkes, 2005). Kadar lemak beras mocaf yang rendah
dihasilkan dari pemasakan dengan cara menggunakan rice cooker. Pemasakan
dengan menggunakan rice cooker menghasilkan suhu pemasakan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan cara pemasakan lainnya.
Kadar protein nasi mocaf lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein
nasi beras putih yaitu sebesar 3,6%. Hal ini disebabkan oleh kadar protein
pada singkong lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein pada beras
putih (Depkes, 1995).
Kadar karbohidrat pada nasi mocaf sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar karbohidrat nasi beras putih. Hal ini disebabkan oleh kadar air nasi
mocaf lebih rendah dibandingkan dengan kadar air nasi beras putih. Dengan
kadar air nasi mocaf yang lebih rendah tersebut mengakibatkan proporsi
karbohidrat pada nasi mocaf menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nasi
beras putih.

9
Nilai kalori beras mocaf masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalori
beras IR64 karena kadar protein beras mocaf masih di bawah beras IR-64.
Nilai kalori yang didasarkan atas perhitungan kasar dipengaruhi oleh
besarnya kadar protein, lemak dan karbohidrat, yang mana semua nilai kalori
nasi mocaf dengan menggunakan rice cooker lebih rendah dibandingkan
dengan nilai kalori nasi mocaf dengan menggunakan pengukusan dan
microwave. Secara keseluruhan, nasi mocaf memiliki nilai kalori lebih tinggi
dibandingkan dengan nasi padi biasa. Hasil ini juga membuktikan hipotesis
penelitian bahwa nilai kalori nasi mocaf lebih besar dari nasi padi biasa
(pratanak).
2.4 Komentar Topik II
Pada jurnal II hasil dan pembahasan yang dijelaskan dalam jurnal ini cukup
terperinci jika dibandingkan dengan jurnal I. Tujuan penelitian pada jurnal ini
juga tercapai, dan juga bagian abstrak jurnal ini juga telah dijelaskan
mengenai tujuan dan hasil dari penelitian secara ringkas. Namun pada jurnal
ini masih terdapat beberapa istilah kata yang sulit untuk dipahami sehingga,
reviewer mengalami kendala dalam memahami isi jurnal ini.

1
0
BAB III
KESIMPULAN ANALISIS JURNAL
3.1 Kesimpulan
Jurnal I
Terdapat peningkatan pengetahuan peserta setelah memperoleh
informasi/pesan tentang nilai gizi makanan tradisional suku Kaili sebesar
44% dan terdapat peningkatan keterampilan peserta setelah memperoleh
demonstrasi cara perhitungan asupan nilai gizi makanan tradisional Kaili
yang dikonsumsi per porsi sebesar 90%. Perlu penyebarluasan informasi yang
lebih luas kepada masyarakat tentang nilai gizi makanan tradisional daerah
dengan menerbitkan suatu buku yang dapat dibaca dan diakses oleh
masyarakat umum. Diperlukan kajian nilai gizi terhadap beberapa makanan
tradisional yang belum dapat dihitung nilai gizinya karena data kandungan
bahan makanan tersebut belum tersedia pada daftar tabel komposisi pangan
Indonesia.

Jurnal II
Beras mocaf dengan komposisi 60% mocaf menghasilkan nasi mocaf
dengan nilai kalori tertinggi yaitu 36,11 kal/100 g dibandingkan nasi mocaf
yang berasal dari tepung mocaf dengan komposisi 50, 60 dan 70%.
Sedangkan cara pemasakan yang terbaik adalah dengan cara pengukusan.
Kandungan gizi dan nilai kalori yang dihasilkan yaitu 49,15% air; 2,05%
lemak; 2,09% protein; 46,45% karbohidrat; 35,8 mg/Kg besi; 403,4 mg/Kg
Kalium; 193,8 mg/Kg kalsium, 2,0 mg/Kg vitamin B1 dan 212,53 kal/100 g
nilai kalori. Kandungan gizi dan nilai kalori nasi mocaf lebih tinggi dari
kandungan gizi nasi beras putih

3.2 Saran
Dalam penyajian kedua jurnal ini sudah baik namun, seperti pada jurnal II
masih diperlukan beberapa arti dari istilah kata asing agar pembaca dapat
memahami isi jurnal dengan mudah.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Nurjaya, N., Faisal, E., & Aslinda, W. (2022). Pengenalan Komposisi Gizi
Makanan Tradisional Suku kaili Melalui Media Food Fotograph Kepada
Praktisi Kuliner dan Kader Posyandu: Introduction of the Nutritional
Composition of the Kaili Traditional Food through Food Photography for
Culinary Practitioners and Posyandu Cadres. Poltekita: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 3(1), 13-18
Junaidi, Lukman., Loebis, Enny Hawani., dan Susanti, Irma. 2017.
Karakteristik Mutu dan Nilai Gizi Nasi Mocaf dari Beras Analog. Bogor.
Biopolar Industri

1
2

Anda mungkin juga menyukai