Oleh:
Diah Anggraeni
NIM. P17331112012
Anggota Penguji
Menyetujui
Pembimbing Materi
Budi Setiyono,DCN.M.P.H.
NIP. 196210211987031002
ABSTRAK
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
ii
2.3.3. Etiologi .................................................................. 23
2.3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi ................ 25
2.3.5. Proses Terjadinya Karies Gigi ................................ 27
2.3.6. Bentuk – Bentuk Karies Gigi .................................. 28
2.4. Survei Konsumsi Makanan .......................................... 30
2.4.1. Metode Frekuensi makanan ................................... 31
iii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 45
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................. 45
5.2. Karakteristik Sampel ..................................................... 45
5.2.1. Usia Sampel .................................................................. 46
5.2.2. Jenis Kelamin ......................................................... 47
5.2.3. Kelas ...................................................................... 48
5.3. Data Konsumsi Makanan Kariogenik ........................... 48
5.4. Karies Gigi..................................................................... 52
5.5. Status Gizi ..................................................................... 53
5.6. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan
Kejadian Karies Gigi ..................................................... 55
5.7. Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Status Gizi ..... 59
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. LEVEL KARIOGENITAS BERMACAM JENIS GULA ......................
17 19
2.2. JENIS MAKANAN BERDASARKAN POTENSI
MENYEBABKAN KARIES ...............................................................
19 20
5.1. DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
USIA ................................................................................................
21 19
5.2. DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT JENIS
KELAMIN.........................................................................................
46 46
5.3. DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT
KELAS .............................................................................................
47 47
5.4. DISTRIBUSI FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN
KARIOGENIK .................................................................................. 47
48
5.5. DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN JENIS
MAKANAN YANG BERSIFAT KARIOGENIK ..................................
50 48
5.6. DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN KARIES GIGI ...................... 49
52
5.7. DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI ........................................ 52
54
5.8. DISTRIBUSI FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN
KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ......................... 54
55
5.9. DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN KARIES GIGI
DENGAN STATUS GIZI .................................................................. 57
59
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.3 STRUKTUR ELEMEN GIGI .......................................................... 23
3.1 KERANGKA KONSEP .................................................................. 35
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
terjadinya masalah gizi yaitu penyakit infeksi. Karies gigi merupakan salah satu
penyakit infeksi yang berhubungan dengan masalah kesehatan gigi dan mulut
yang melibatkan bakteri Streptococcus mutant. (Tarigan,2012).
Berdasarkan data hasil RISKESDAS (2013), prevalensi kejadian karies
di Indonesia untuk kelompok umur 5-9 tahun sebesar 28,9%. Jumlah tersebut
mengalami kenaikan, dimana sebelumnya pada RISKESDAS (2007),
prevalensinya sebesar 21,6 %. Sementara itu, di Jawa Barat prevalensi karies
gigi pada tahun 2013 sebesar 28,0 % jumlah tersebut kembali mengalami
kenaikan dari hasil RISKESDAS sebelumnya pada tahun 2007 tercatat bahwa
prevalensi karies gigi berjumlah 25,3% (Balitbangkes,2013).
Periode karies yang paling tinggi terjadi pada anak usia 4 – 8 tahun
karena mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen (Behrman
dan Vaughan, 1996). Li dan Wang (2002), menyatakan bahwa anak yang
mempuyai karies pada gigi sulung (gigi susu) mempunyai kecenderungan tiga
kali lebih besar untuk terjadinya karies gigi pada gigi tetap. Pengalaman karies
gigi sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk menentukan
terjadinya karies gigi dimasa yang akan datang (Li dan Wang, 2002).
Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya karies gigi antara lain gigi
yang rentan, adanya substrat dan adanya bakteri kariogenik. Bakteri kariogenik
merupakan bakteri yang memetabolisir hidratarang menjadi sumber energi,
sehingga dapat tumbuh dan melekat secara baik pada gigi. Sukrosa
merupakan hidratarang yang paling penting sebagai substrat pada bakteri
kariogenik. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik
dan disebut juga makanan yang termasuk jenis makanan kariogenik ( Beck,
2011).
Makanan kariogenik merupakan makanan yang memicu terjadinya
karies gigi. Kariogenitas pada suatu makanan tergantung pada bentuk
makanan, tipe hidratarang, dan kekerapan makanan. Bentuk makanan yang
lengket seperti coklat dan permen akan melekat pada permukaan gigi
kemudian akan terjadi proses demineralisasi gigi yang menyebabkan karies
gigi (Beck, 2011).Hal tersebut di buktikan dengan penelitian Meishi (2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
3
6
7
- Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun dan 2 tahun. Oleh
sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahunadalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur
2 bulan.
- Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang
dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu.
(Supariasa, 2012)
B. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan staus sosial ekonomi
(Anggraeni, 2012)
Keterangan :
Z ind = Nilai skor simpang baku y adalah Nilai individual subyek.
M = Referensi nilai median yang memperkirakan rata-rata populasi.
L = Daya yang dibutuhkan untuk mengubah data dalam rangka untuk
menghilangkan kemiringan (yaitu untuk menormalkan data).
S = Koefisien variasi (atau ekuivalen).
Y = Hasil Pengukuran (BB, TB, atau IMT)
Indeks TB/U :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat pendek : < -3 SD
Indeks IMT/U :
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD
anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar
digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Karakteristik anak sekolah meliputi :
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja (Badriah,2011)
Gizi yang adekuat memegang peranan yang penting selama usia
sekolah untuk menjamin anak-anak tersebut mencapai potensi pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan yang penuh atau optimal . Beberapa masalah
gizi yang masih terjadi pada masa ini adalah anemia defisiensi besi, kurang gizi
(undernutrition) dan karies gigi. Pada masa ini, BB sering menjadi masalah,
memicu terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dan munculnya gangguan
makan (malnutrisi). Gizi yang adekuat, terutama sarapan yang cukup
berhubungan dengan peningkatan kinerja akademik di sekolah dan
menurunkan frekuensi ketidakhadiran siswa (Badriah, 2011).
Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi, walau tidak dengan
kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa bayi
atau pada masa remaja nantinya. Rata-rata pertumbuhan tiap tahun seorang
anak pada usia sekolah berkisar 3-3,5 kg untuk BB dan sekitar 6 cm untuk TB.
Anak – anak pada periode usia ini tetap mempunyai dorongan pertumbuhan
yang bertepatan dengan periode peningkatan nafsu makan. Selama periode
pertumbuhan yang lebih lambat, masukan dan nafsu makan seorang anak juga
aka berkurang (Badriah, 2011).
Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel
pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan
menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko
terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah
hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim,
susu, permen dan lain-lain, (Suwelo 1992). Semakin banyak anak terpapar
oleh karbohidrat akan beresiko terjadinya karies gigi atau kerusakan gigi.
Makanan “sticky” yang berisi Karbohidrat seperti kismis dan permen karet,
merupakan penyebab karies yang kuat (Badriah, 2011).
Selain sifat fisik, level kariogenitas makanan berkarbohidrat juga turut
berperan penting dalam terjadinya karies. Level kariogenitas suatu jenis
karbohidrat tidak sama dengan karbohidrat yang lain. Karbohidrat sederhana
yang kadang – kadang disebut juga sebagai karbohidrat difermentasi, adalah
lebih kariogenik dibandingkan karbohidrat yang lebih kompleks. Hal ini karena
karbohidrat yang sederhana adalah lebih mudah difermentasi oleh plak dental
dibandingkan karbohidrat kompleks yang harus diurai terlebih dahulu menjadi
bentuk yang lebih ringkas sebelum dapat difermentasi oleh bakteri di dalam
plak (Elizabeth,dkk, 2004)
Berdasarkan level kariogenitasnya, gula dapat dibagi atas beberapa
kelompok.
16
(Peterson, 2012)
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Eastman Dental Center
(EDC), New York membagikan beberapa jenis makanan berdasarkan tingkat
kariogenitasnya (Tabel 3).
2. Jenis Hidratarang
Hidratarang yang kompleka (pati) mempunyai molekul yang besar.
Molekul yang besar tidak bisa berdifusi kedalam dental plaque sehingga di
dalam lapisan tersebut tidak dimetabolisir oleh bakteri. Sebaliknya, molekul
hidratarang yang lebih kecil, seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa dapat
berdifusi secara bebas ( Beck, 2011).
Sukrosa dalam makanan merupakan penyebab utama karies gigi. Jenis
hidratarang ini paling sering dimakan dan dimetabolisir dengan cepat untuk
menghasilkan zat – zat asam. Makanan manis dan penambahan gula kedalam
18
minuman, seperti air teh atau kopi, bukan merupakan satu – satunya sumber
sukrosa dalam diet seseorang. Sukrosa terdapat dalam banyak makanan hasil
industri. Hasil pengamatan epidemiologi membuktikan adanya hubungan
antara konsumsi gula yang tinggi dan insidensi karies gigi yang meningkat
pada banyak negara (Beck,2011).
3. Frekuensi konsumsi
Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan
mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang
(Arisman, 2010).
Makanan manis atau makanan kariogenik bertahan 20- 30 menit tidak
berbahanya. Akan tetapi apabila lebih dari 20 menit makanan tersebut akan
bersifat asam dan gigi akan mengalami kerusakan lebih cepat karena keadaan
ini. Setelah memakan makanan kariogenik pH plak akan menurun dengan
cepat yang dapat menghancurkan email . pH ini akan bertahan dalam waktu 30
sampai 60 menit sebelum mencapai pH normal. Sebaiknya dalam sehari
kebiasaan mengemil dibatasi 4 kali/ hari untuk total makanan kariogenik dan 3
kali/minggu agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada
dalam mulut (Ramadhan, 2010).
Frekuensi santapan camilan menentukan besaran kemungkinan bakteri
menyantap karbohidrat. Produksi asam ialah akibat keterpajanan terhadap
karbohidrat dan tidak begitu bergantung pada jumlah gula atau pun makanan
kariogenik yang dikonsumsi, berarti bahwa betapa pun besar jumlah
karbohidrat yang di santap, tidak begitu bersifat kariogenik jika dibandingkan
dengan konsumsi zat serupa dengan frekuensi yang tinggi sepanjang hari
(Arisman, 2010). Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan
dan minuman yang bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi
sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi
resiko karies (Houwink, 1993).
19
4. Cara mengonsumsi
Berhubungan dengan cara mengonsumsi makanan yang dapat
menyebabkan karies gigi dan juga berhubungan dengan oral clearance time,
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengeliminasi makanan
dari mulut, dan mengurangi konsentrasi karbohidrat sampai pada titik terang.
Seseorang yang mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya mempunyai
resiko karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan / oral
clearance time pendek (Tarigan, 2014).
Bagian lain yaitu ada juga yang dinamakan mahkota yaitu bagian yang
menonjol dari rahang, akar yaitu bagian yang tertanam dalam rahang serta
sementum yaitu lapisan yang keras di sekeliling akar (Budiyono, 2011)
21
2.3.4 Etiologi
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari
gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies dikarenakan berbagai
sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah,
permukaan dan bentuk gigi (Tarigan,2011).
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa,
dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH olak
akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1 - 3 menit. Penurunan pH
yang berulang - ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai.
Paduan keempat faktor penyebab terjadinya karies yang terdiri dari
mikroorganisme, substrat, gigi yang rentan, dan waktu, digambarkan sebagai
empat lingkaran yang bersitumoang. Karies baru bisa terjadi hanya kalau faktor
tersebut ada (Kidd,dkk, 2012).
22
Plak
Plak gigi merupakan lengeketan yang berisi bakteri beserta produk-
produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini
tidak terjadi secara kebetulan pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri
ini terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar di
rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut
pelikel. Pelikel ini terdiriatas glikoprotein yang diendakapkan dari saliva dan
terbentuk segera seletah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu
membantu melekatkan bakteri - bakteri tertentu pada permukaan gigi
(Kidd,dkk, 2012).
Peran Bakteri
Bakteri-bakteri yang mula – mula menghuni pelikel ini terutama yang
berbentuk kokus. yang paling banyak adalah streptoccus. Organisme tersebut
tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan
akan menjerat berbagai bentuk bakteri lain. Dalam beberapa hari plak ini akan
bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme.
Streptococcus mutans dan laktobacillus merupakan kuman yang
kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan. Kuman - kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam
dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat
polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.
Polisakharida ini, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan
matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri -
bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
Dalam mulut pasien yang caries active, jumlah stretococcus muntans dan
laktobacillus lebih banyak ketimbang dalam mulut orang yang bebas karies.
Penelitian memoerlihatkan bahwa S.Mutans dapat dipindahkan dari ibu ke
bayinya, mungkin dengan kontak oral. Oleh karena itu karies harus dianggap
sebagai suatu penyakit yang dapat ditularkan dan dipindahkan (Kidd,dkk,
2012).
23
(Beck, 2011)
b. Unterminirende Karies
Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah
samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.
b. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi molar atau
premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal.
c. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, tetapi
belum mencapai margo incisalis (belum mencapai 1/3 incisial dari gigi).
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, dan
sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai 1/3 incisial dari gigi).
e. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun
gigi belakang pada permukaan labial lingual, palatal ataupun bukal dari
gigi.
f. Klas VI
Karies yang terdapat pada bagian incisal edge dan cusp oklusal pada gigi
belakang yang disebabkan oleh keausan pada gigi yang terjadi selain dari
pengunyahan normal (abrasi), keadaan physiologis pada pengunyahan
(atrisi) dan keausan gigi yang disebabkan oleh proses kimia (erosi).
Metode kualitatif
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan,
frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi
tentang kebiasaan makan (food habit) serta cara – cara memperoleh makanan
tersebut. Metode – metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif
antara lain :
a. Metode Frekuensi makanan (food frequency)
b. Metode dietary history
c. Metode pendaftara makanan (food list)
Metode kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk menegtahui jumlah makanan
yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang
diperlukn seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi
Mentah – Masak (DKMM), dan Daftar penyerapan minyak.
Metode – metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain :
GAMBAR 3.1
KERANGKA KONSEP HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
MAKANAN KARIOGENIK, KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS
GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR.
:
Keterangan:
Variable Independen : Konsumsi makanan kariogenik
Variable Antara : Kejadian karies gigi
Variable Dependen : Status Gizi
32
33
3.2 Hipotesis
3.2.1 Konsumsi makanan kariogenik yang sering berhubungan dengan
kejadian karies gigi pada siswa kelas 1 dan 2 SD Negeri Sukagalih 7.
3.2.2 Kejadian karies gigi berhubungan dengan status gizi kurang pada siswa
kelas 1 dan 2 SD Negeri Sukagalih 7 .
Skala : Ordinal
3.3.2 Kejadian Karies Gigi
Alat ukur :
Sonde (Terbuat dari stainless stail berfungsi untuk melihat
keadaan gigi bagian dalam) dan Penusuk (Alat seperti sendok
yang datar).
Cara ukur :
Pemeriksaan tingkat kedalaman karies gigi oleh perawat gigi
Hasil ukur :
Ada karies, jika gigi terdapat karies dan tingkat kedalamannya
sudah mencapai dentin (KMD), atau mencapai pulpa (KMP),
dan atau mencapai akar (KMA).
Tidak ada karies, jika gigi tidak terdapat karies dan jika
terdapat karies, atau tingkat kedalamannya baru mencapai
email (KME).
Skala : Nominal
Skala : Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sukagalih 7 Kota
Bandung kelas 1 dan 2, yang beralamat di Komplek Asrama Polisil
(Sukagalih), Sukajadi Bandung dan penelitian sudah di laksanakan pada
bulan Februari 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar
Negeri Sukagalih 7 yang beralamat di, Komplek Aspol (Sukagalih), Sukajadi
Kota Bandung.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 1 dan 2 dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Siswa bersedia menjadi reponden
2. Siswa hadir ke sekolah dengan didampingi oleh orangtua pada saat
penelitian dilaksanakan
35
36
Keterangan:
N : Besar Populasi kelas 1 dan 2 (89 orang)
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)
(Notoatmodjo, 2010)
Semua data yang telah di kumpulkan diolah melalui proses entry dan
mengedit data menggunakan software SPSS.
Data konsumsi makanan kariogenik didapat setelah wawancara kepada
siswa mengenai konsumsi makanan kariogenik menggunakan form FFQ
dengan didampingin oleh orang tua siswa, kemudian dikategorikan menjadi
sering bila sering, jika konsumsi makanan kariogenik > 4 kali sehari dan tidak
sering, jika konsumsi makanan kariogenik ≤ 4 kali sehari.
nila z-score BB/U ≥ -2 SD s/d ≤ +2 SD , dan kurang, jika nilai z-score BB/U < -
2 SD s/d ≥ -3 SD.
40
41
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN USIA
KELAS 1 DAN 2 SDN SUKAGALIH 7 KOTA BANDUNG
TAHUN 2015
Usia n %
6 10 13,7
7 43 58,9
8 17 23,3
9 3 4,1
Total 73 100,0
TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT JENIS KELAMIN
SISWA KELAS 1 DAN 2 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAGALIH 7
KOTA BANDUNG TAHUN 2015
Kategori n %
Laki-laki 43 58,9
Perempuan 30 41,1
Total 73 100
manis dan lengket serta yang berwarna menarik seperti minuman serbuk atau
sirop, jelly, biskuit krim, biskuit tanpa krim, permen lunak dan permen keras.
TABEL 5.4
DISTRIBUSI FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DI
SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAGALIH 7 KELAS 1 DAN 2 KOTA
BANDUNG TAHUN 2015
Kategori N %
Sering 38 52,1
Tidak Sering 35 47,9
Total 73 100
TABEL 5.5.
DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN JENIS MAKANAN
YANG BERSIFAT KARIOGENIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SUKAGALIH 7 KELAS 1 DAN 2 KOTA BANDUNG
TAHUN 2015
Frekuensi
Hari Jumlah
Jenis Makan Kariogenik
3 4 ≥5
1 kali 2 kali
kali kali kali
n % n % N % n % n % n %
1 9, 2 30,
Permen lunak 14 7 3 4 1 1 1 1
0 6 2 2
1 9, 2 39,
Permen Keras 23 7 4 6 0 0 1 1
7 6 9 8
5,
Gulali 4 0 0 0 0 1 1 0 0 5 6,9
5
4, 1 21,
Coklat Krim 9 12 3 2 3 2 3 0 0
1 6 8
6, 1 19,
Coklat Batang 9 12 5 0 0 0 0 0 0
8 4 1
1 1 3 45,
Jelly 23 14 4 6 2 3 0 0
7 0 3 2
9, 4, 1 16,
Es Krim Lapis Coklat 7 3 2 3 0 0 0 0
6 1 2 4
1 5, 1 20,
Es Krim 14 4 1 1 0 0 0 0
0 5 5 6
1 5, 1 20,
Es potong 15 4 0 0 0 0 0 0
1 5 5 6
5,
Es serut 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5,5
5
1 1 3 43,
Biskuit tanpa krim 21 18 2 3 1 1 1 1
5 3 2 8
1 1 3 42,
Biskuit Krim 18 15 6 8 1 1 0 0
3 1 1 5
9, 9, 1 21,
Biskuit Lapis Coklat 7 7 2 3 0 0 0 0
6 6 6 9
1, 1 13,
Es Campur 8 11 1 0 0 0 0 1 1
4 0 8
2 2 5 76,
Minuman Serbuk / Sirop 33 36 4 6 2 3 0 0
4 6 6 7
4, 1,
Aromanis 3 1 0 0 1 1 0 0 5 6,9
1 4
45
dan mulut yang intensif dan ekstrim dapat membantu mencegah kerusakan gigi
karena karies (Alhamda,2011).
Salah satu faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies adalah kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan mulut menduduki urutan
pertama sebagai penyebab timbulnya karies. Kidd dan Bechal berpendapat
bahwa gigi yang bersih, yaitu gigi yang bebas dari plak dan terbebas dari
karies. Plak memegang peranan penting sebagai penyebab utama karies.
Usaha yang paling penting untuk mencegah atau mengurangi pembentukan
plak adalah penyikatan gigi. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah adalah perilaku menyikat gigi
yang masih belum baik (Alhamda,2011).
Pada penelitian kali ini terdapat siswa yang tidak mengalami karies gigi .
Hal tersebut bukan hanya karena siswa sedikit mengkonsumsi makanan
kariogenik saja tetapi bisa jadi karena siswa tersebut sudah baik dalam
perilaku menyikat gigi nya.
TABEL 5.8
DISTRIBUSI FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN
KEJADIAN KARIES GIGI DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAGALIH 7
KELAS 1 DAN 2 KOTA BANDUNG TAHUN 2015
Karies Gigi Total
Konsumsi
Tidak Ada
Makanan Ada Karies n % P
Karies
Kariogenik
n % N % n %
Sering 30 78,9 8 21,1 38 100
Tidak
12 34,3 23 65,7 35 100 0,000
Sering
Total 42 57,5 31 42,5 73 100
makan utama. Padahal pada waktu makan utama biasanya air liur yang
dihasilkan cukup banyak dan sehabis makan utama biasanya anak meminum
air putih, sehingga dapat membantu membersihkan gula dan bakteri yang
menempel pada gigi (Ramadhan,2010).
Namun pada anak sekolah, waktu memakan makanan kariogenik yaitu
ketika jam istirahat, anak tersebut tidak sempat menggosok gigi atau berkumur-
kumur dengan air putih. Kemudian makanan yang dapat menyebabkan karies
gigi yaitu makanan yang banyak mengandung gula atau sukrosa, mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme yaitu
bakteri Streptococcus mutans dan dimetabolisme dengan cepat untuk
menghasilkan zat-zat asam. Maka makanan yang menempel pada permukaan
gigi, akan menghasilkan zat asam lebih banyak, sehingga mempertinggi risiko
terkena karies gigi (Kartikasari,2013)
Jenis makanan kariogenik yang sering dikonsumsi menurut hasil penelitian,
yaitu: Minuman serbuk, jelly, biskuit tanpa krim, biskuit krim, permen keras, dan
permen lunak. Makanan-makanan tersebut bersifat manis dan menarik,
sehingga anak akan menyukainya. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Barus pada tahun 2009, dikatakan bahwa sebagian besar anak
sekolah sangat suka makanan yang manis, lunak, melekat (bersifat kariogenik)
dan makanan yang bentuknya menarik (Barus,2009).
Dari hasil penelitian juga ditemukan siswa yang memiliki frekuensi makan
makanan kariogenik yang sering namun tidak mengalami karies gigi, Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun frekuensi makan makanan kariogeniknya tinggi,
apabila pemeliharaan kesehatan giginya baik maka tidak akan mengalami
karies gigi. Selain itu walau sering mengkonsumsi makanan kariogenik tetapi
sering juga mengkonsumsi buah buhaan akan mengurangi terjadinya karies
gigi, seperti yang dikatakan oleh Tarigan bahwa makanan sangat berpengaruh
terhadap gigi dan mulut, makanan yang bersifat membersihkan gigi yang dapat
mengurangi kerusakan gigi seperti apel,pir, jambu air, bengkuang dan lain
sebagainya akan mencegah terjadinya karies gigi (Tarigan,2014).
Kemudian terdapat sampel yang tidak sering mengkonsumsi makanan
kariogenik tetapi mempunyai karies gigi hal tersebut karena terdapat banyak
52
faktor yang mempengaruhi karies gigi, misalnya faktor dari keturunan, anak
yang kedua orang tuanya memiliki karies gigi biasanya bisa terjadi juga pada
anak tersebut (Tarigan,2011). Kemudian selain itu, walaupun anak jarang
memakan makanan kariogenik tetapi sekali makan, makanan yang dimakan
tersebut tertinggal sangat lama di gigi hal ini bisa menimbulkan karies pada
gigi, karena lamanya makanan kariogenik tertinggal pada gigi akan memicu
kerentanan gigi terkena karies.
TABEL 5.9
DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI
DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAGALIH 7 KELAS 1 DAN 2 KOTA
BANDUNG TAHUN 2015
Status Gizi Total
Kategori
Kurang Baik p
Karies N %
n % N %
Ada Karies 23 54,8 19 45,2 42 100
Tidak Ada
4 12,9 27 87,1 31 100 0,001
Karies
Total 27 37,0 46 63 73 100
karies gigi dengan status gizi pada siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar Negeri
Sukagalih 7 (p= 0,001).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada
penelitian Kartikasari tahun 2013 bahwa ada hubungan antara karies gigi
dengan status gizi pada siswa SD Negeri Kadipaten Bojonegoro (p=0.008).
Berdasarkan dari hasil data penelitian tersebut didapatkan bahwa ada
hubungan antara karies gigi dan status gizi. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa semakin rendah indeks karies gigi pada responden, maka
status gizinya akan semakin baik. Kondisi status kesehatan gigi yang baik atau
karies gigi yang rendah tentunya tidak menyulitkan proses pengunyahan
makanan, karena gigi geligi memegang peranan penting, sehingga asupan zat-
zat gizi berlangsung lebih baik, sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati
2010, diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang antara kejadian karies gigi dengan status gizi siswa kelas 2 SD Negeri 01
Ciangsana. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan sebagian besar
siswa yang bersattus gizi kategori kurus adalah siswa yang memiliki keparahan
karies gigi kategori tinggi . Rendahnya status gizi pada anak yang mengalami
karies gigi pada penelitian tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan anak
dalam mengkonsumsi aneka ragam makanan karena adanya gangguan fungsi
gigi sebagai alat pencernaan. Sebagian besar responden menjelaskan bahwa
ketika meraka mengalami rasa sakit pada gigi, mereka akan memilih makan
makanan dalam bentuk yang lumat , bahkan ada yang sampai mengalami
penurunan nafsu makan (Kusumawati,2010).
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan data status gizi anak yang
kurang, kebanyakan mempunyai karies mencapai dentin, pulpa dan akar,
dimana karies mencapai dentin sebanyak 4 orang (14,81%), karies mencapai
pulpa sebanyak 8 orang (29,62%) dan karies mencapai akar sebanyak 11
orang (40,74%). Hal tersebut dimana menurut penelitian Junaidi tahun 2004
menjelaskan bahwa, jika karies sudah meluas ke lapisan dentin, lalu ke pulpa
lalu hingga ke akar maka akan timbul rasa nyeri (Junaidi,2004). Kemudian
terdapat anak yang memiliiki status gizi kurang tetapi tidak terdapat karies hal
54
6.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengumpulan data tentang konsumsi makanan
kariogenik ditanyakan juga tentang waktu makan makanan kariogenik
tersebut.
2. Sebaiknya siswa diberikan penyuluhan tentang apa itu makanan
kariogenik dan dampak dari seringnya mengkonsumsi makanan
kariogenik terhadap status gizi.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
57
Yoanda, Popy. 2014. Hubungan Karies Yang Tidak Dirawat Dengan Indeks
Massa Tubuh Pada Murid Sekolah Dasar Di Perumnas Ii Kecamatan
Medan Denai. Skrips. Universitas Sumatera Utara Medan Fakultas
Kedokteran Gigi.
60
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid PEREMPUAN 30 41,1 41,1 41,1
LAKI-LAKI 43 58,9 58,9 100,0
Total 73 100,0 100,0
2. Umur Sampel
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 6,0 10 13,7 13,7 13,7
7,0 43 58,9 58,9 72,6
8,0 17 23,3 23,3 95,9
9,0 3 4,1 4,1 100,0
Total 73 100,0 100,0
3. Kelas
KELAS
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1A 19 26,0 26,0 26,0
1B 19 26,0 26,0 52,1
2A 18 24,7 24,7 76,7
2B 17 23,3 23,3 100,0
Total 73 100,0 100,0
4. Status Gizi
STATUS GIZI
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid KURANG 27 37,0 37,0 37,0
BAIK 46 63,0 63,0 100,0
Total 73 100,0 100,0
61
5. Kategori Karies
KATEGORI KARIES
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ADA KARIES 42 57,5 57,5 57,5
TIDAK ADA
31 42,5 42,5 100,0
KARIES
Total 73 100,0 100,0
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
TIDAK
Valid 35 47,9 47,9 47,9
SERING
SERING 38 52,1 52,1 100,0
Total 73 100,0 100,0
Valid
Frequency Percent Cumulative Percent
Percent
Valid 0 51 69,9 69,9 69,9
1 10 13,7 13,7 83,6
2 7 9,6 9,6 93,2
3 3 4,1 4,1 97,3
4 1 1,4 1,4 98,6
5 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 44 60,3 60,3 60,3
1 17 23,3 23,3 83,6
2 7 9,6 9,6 93,2
3 4 5,5 5,5 98,6
5 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
62
6.3 Gulali
GULALI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 68 93,2 93,2 93,2
1 4 5,5 5,5 98,6
4 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid 0 57 78,1 78,1 78,1
1 9 12,3 12,3 90,4
2 3 4,1 4,1 94,5
3 2 2,7 2,7 97,3
4 2 2,7 2,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 59 80,8 80,8 80,8
1 9 12,3 12,3 93,2
2 5 6,8 6,8 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.6 Jelly
JELLY
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 40 54,8 54,8 54,8
1 17 23,3 23,3 78,1
2 10 13,7 13,7 91,8
3 4 5,5 5,5 97,3
4 2 2,7 2,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
63
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 61 83,6 83,6 83,6
1 7 9,6 9,6 93,2
2 3 4,1 4,1 97,3
3 2 2,7 2,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.8 Es krim
ES KRIM
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 58 79,5 79,5 79,5
1 10 13,7 13,7 93,2
2 4 5,5 5,5 98,6
3 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.9 Es Potong
ES POTONG
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 58 79,5 79,5 79,5
1 11 15,1 15,1 94,5
2 4 5,5 5,5 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.10 Es Serut
ES SERUT
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 69 94,5 94,5 94,5
1 4 5,5 5,5 100,0
Total 73 100,0 100,0
64
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid 0 41 56,2 56,2 56,2
1 15 20,5 20,5 76,7
2 13 17,8 17,8 94,5
3 2 2,7 2,7 97,3
4 1 1,4 1,4 98,6
5 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 42 57,5 57,5 57,5
1 13 17,8 17,8 75,3
2 11 15,1 15,1 90,4
3 6 8,2 8,2 98,6
4 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 57 78,1 78,1 78,1
1 7 9,6 9,6 87,7
2 7 9,6 9,6 97,3
3 2 2,7 2,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.14 Es Campur
ES CAMPUR
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 63 86,3 86,3 86,3
1 8 11,0 11,0 97,3
2 1 1,4 1,4 98,6
5 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
65
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 17 23,3 23,3 23,3
1 24 32,9 32,9 56,2
2 26 35,6 35,6 91,8
3 4 5,5 5,5 97,3
4 2 2,7 2,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
6.16 Aromanis
AROMANIS
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 68 93,2 93,2 93,2
1 3 4,1 4,1 97,3
2 1 1,4 1,4 98,6
4 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
B. Data Bivariat
1. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi
% within
TOTAL
57,5% 42,5% 100,0%
MAKANAN
KARIOGENIK
% within
KATEGORI 100,0% 100,0% 100,0%
KARIES
% of Total 57,5% 42,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-
14,874(b) 1 ,000
Square
Continuity
13,102 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 15,418 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 14,670 1 ,000
N of Valid Cases 73
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,86.
Chi-Square Tests
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No. Tlp :
Pekerjaan :
Nama Siswa :
Kelas :
Sekolah :
Menyatakan *(bersedia/tidak bersedia) menjadi sampel penelitian Karya
Tulis Ilmiah atas nama Diah Anggraeni mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kementrian Keseratan RI Bandung Jurusan Gizi dengan judul :
“Hubungan Antara Konsmsi Makanan kariogenik, Kejadian Karies Gigi, dan
Status Gizi Pada Siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar Negeri Sukagalih 7 Kota
Bandung”
Bandung,...................2015
Hormat Saya
( )
*Coret yang tidak perlu
69
LAMPIRAN 3
PEMERIKSAAN KARIES GIGI
Kode Sampel :
Tanggal :
Enumerator :
A. Identtas anak
1. Nama :
2. Kelas :
3. Umur :
4. Tempat/tanggal lahir :
B. Hasil Pemeriksaan
1. Keadaan gigi
Karies : 1. Ya
2. Tidak
LAMPIRAN 4
FORMULIR TABEL FREKUENSI MAKANAN
No Id : Jenis Kelamin :
Nama Siswa/kelas : Nama Orang Tua :
Tempat Tanggal Lahir : Alamat
:
Usia Anak : No Tlp :
Nama 1X 2X 3X 4X 5≥X
Makanan Sehari Sehari Sehari Sehari Sehari
Permen
Permen
Lunak
Permen
Keras
Gulali
Coklat
Coklat Krim
Coklat
Batang
Jelly
Es Krim
Es Krim
Lapis
Coklat
Es Krim
Es
Mambo/es
potong
Es serut
Biskuit
Biskuit
tampa krim
Biskuit Krim
Biskuit lapis
Coklat
Minuman
Manis
71
Nama 1X 2X 3X 4X 5≥X
Makanan Sehari Sehari Sehari Sehari Sehari
Es Campur
Minuman
Seduh
Aromanis
TIDAK SERING
Ket : 1. = Sering
2. = Tidak Sering
72
LAMPIRAN 5
RENCANA KEGIATAN
2014 2015
No. Kegiatan
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan
2. Konsultasi / bimbingan
Penyempurnaan
3. Proposal
4. Sidang Proposal
5. Perbaikan
6. Perizinan
7. Pengumpulan Data
8. Pengolahan Data
9. Pembuatan KTI
10. Sidang KTI
73
LAMPIRAN 6
RENCANA ANGGARAN
LAMPIRAN 7
DATA UMUM SAMPEL
Nama Lengkap Anak :
Nama Orang Tua :
Tempat Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Berat Badan : ........ Kg