Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BERFIKIR SISTEM

“BERFIKIR SISTEM DI SEKTOR PANGAN”


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Politik Agraria yang diampu oleh
Fibri Indira Lisanty, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V


Fibriyanti Kemba : 1902405185
Firda Aulia : 1902405146
Hesti Inda Patoding : 1902405178
Rohit : 1902405153
Rezky Wahyuni : 1902405161

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ Berfikir System Disektor Pangan”. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta ilmu pengetahuan. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah di masa
mendatang.
Akhir kata kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Palopo, 2 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh
terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan
kualitasnya. Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi
setiap rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang
berharkat dan bermartabat serta mempunyai basis sumberdaya manusia yang berkualitas.
Bangsa Indonesia mempunyai basis sumberdaya nasional yang tersebar di seluruh
wilayah, sebagai tumpuan bagi upaya pemantapan dan peningkatan ketahanan pangan
(Suryana,2003:95).
Industri pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berperan penting dalam
pembangunan industri nasional, sekaligus dalam perekonomian keseluruhan.
Perkembangan industri pangan nasional menunjukkan perkembangan yang cukup
berarti. Hal ini ditandai oleh berkembanganya berbagai jenis industri yang mengolah
bahan baku yang berasal dari sektor pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana deteksi dini produk berbahaya?
2. Apa dampak beras mahal?
3. Apa yang dimaksud kartu cerdas anti – konsumtif?
4. Apa faktor penyebab mahalnya harga minyak goreng?
5. Bagaimana logistik kehalalan pangan diIndonesia
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui deteksi dini produk berbahaya
2. Dapat mengetahui faktor penyebab beras mahal
3. Dapat mengetahui kartu cerdas anti – konsumtif
4. Dapat mengetahui faktor penyebab mahalnya minyak goreng
5. Dapat mengetahui logistik kehalalan pangan diIndonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana Deteksi Dini Produk Berbahaya
Berbagai jenis makanan jajanan semakin banyak dijajakan di sentra-sentra penjualan
makanan buka puasa, diantaranya di sekitar Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. Guna
terus meningkatkan jaminan keamanan bagi masyarakat, Balai Besar POM di Surabaya, pada
Senin 22 Juni 2015 juga menurunkan Tim Operasional Laboratorium Keliling untuk
melakukan kegiatan intensifikasi pengawasan makanan buka puasa di wilayah Masjid Agung
Sunan Ampel yang waktunya bersamaan dengan Tim yang menggelar kegiatan pengawasan
takjil di Area Mesjid Al Akbar.
Pada kegiatan ini, sampel makanan yang diuji diantaranya bakso, siomay, berbagai
jenis minuman, ampyang kelapa, ampyang kacang, berbagai jenis kerupuk, roti khas ampel,
roti maryam, dan berbagai jenis makanan lainnya. Dari 25 (dua puluh lima) sampel yang
diuji, ditemukan 6 (enam) sampel yang mengandung bahan berbahaya. Pengujian dilakukan
menggunakan rapid test kit sebagai deteksi dini kandungan bahan berbahaya pada produk
pangan. Bahan berbahaya yang ditemukan tersebut adalah pewarna tekstil Rhodamin B yang
ditemukan pada ampyang kelapa dan ampyang kacang, serta boraks yang ditemukan pada
beberapa jenis kerupuk.
Petugas yang mengikuti kegiatan yang juga diliput oleh beberapa media ini meliputi
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, Denik Prasetiawati, S.Farm., Apt,
Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya, Choedewi Noerdiana, S.Si dan Mohammad
Nuraini, S.Si dari Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. Kepada wartawan dan masyarakat
yang mengikuti kegiatan ini dijelaskan untuk sampel pangan yang positif mengandung bahan
berbahaya, akan diverifikasi di Laboratorium Balai Besar POM di Surabaya guna penetapan
hasil final. Sedangkan untuk tindak lanjut pengawasan akan dilakukan bersama dengan lintas
sektor untuk produk yang sudah ditetapkan mengandung bahan berbahaya. Pembagian brosur
disertai penjelasan juga dilakukan terhadap masyarakat yang membeli makanan serta
pedagang.
2.2 Dampak Beras Mahal
Bagi Indonesia, pangan diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok utama. Pengalaman telah membuktikan bahwa gangguan ketahanan pangan
seperti meroketnya kenaikan harga beras waktu krisis ekonomi 1997/1998, yang berkembang
menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas
ekonomi dan stabilitas nasional. Dengan pertimbangan pentingnya beras tersebut, Pemerintah
selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangannya dari produksi dalam negeri.
Pertimbangan tersebut menjadi semakin penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya
semakin membesar dengan sebaran populasi yang luas dan cakupan geografis yang luas dan
tersebar. Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah mencukupi dan tersebar,
yang memenuhi kriteria kecukupan konsumsi maupun persyaratan operasional logistik.
Menurut Bank Dunia tingginya harga beras menjadi salah satu penyebab kenaikan
jumlah penduduk miskin. Hingga saat ini kemiskinan tetap bertahan tinggi karena Indonesia
belum mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup. Masalah ketenagakerjaan di
Indonesia, sangat besar dan kompleks. Besar, karena menyangkut jutaan jiwa, dan kompleks,
karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berinteraksi. Faktor demogaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Indonesia cukup
berhasil dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian secara berkesinambungan. Hal ini
justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pada
pertumbuhan penduduk secara keseluruhan
Kegiatan pengelolaan pangan oleh pemerintah seringkali mendapat kritik karena
adanya ketidak-sempurnaan kegiatan-kegiatan intervensi itu sendiri baik yang disebabkan
oleh kelemahan dalam proses penyusunan kebijakannya maupun karena akibatnya yang akan
menimbulkan distorsi pasar. Indonesia, seperti negara berkembang yang lain, sejak lama telah
menetapkan bahwa ketahanan pangan sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional.
Permintaan pangan (beras) bersifat in-elastis, yang mengimplikasikan bahwa fluktuasi harga
tidak akan mengakibatkan perubahan yang besar pada permintaan. Permintaan cenderung
konstan antarwaktu. Dalam jangka panjang, permintaan meningkat, terutama karena
pertumbuhan populasi. Sementara itu, ketersediaan pangan penuh dengan ketidakpastian. Hal
ini mendorong pemerintah melakukan intervensi dengan mewujudkan kebijakan ketahanan
pangan.
Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling
penting. Beras memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi (penyerapan tenaga
kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan), lingkungan (menjaga tata guna air dan
udara bersih) dan sosial politik (perekat bangsa, ketertiban dan keamanan). Beras juga
merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak, dan vitamin.
Pada dasarnya impor beras akan mencederai nasib petani. Namun, bila pemerintah tidak
mengimpor beras, mungkin akan lebih banyak rakyat Indonesia dicederai dengan mahalnya
harga beras. Rakyat ingin harga beras terjangkau(murah), tetapi ini tak sejalan dengan
keinginan petani yang nasibnya terus terpuruk. Petani ingin harga lebih tinggi. Ekonomi
perberasan memang bagai buah simalakama. Harga beras naik petani senang, tetapi rakyat
susah.
2.3 Pengertian Kartu Cerdas Anti – Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup yang suka membelanjakan uang
tanpa pertimbangan yang matang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumtif
adalah bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri.
2.3.1 Pengertian Konsumtif Menurut Para Ahli Dijelaskan Sebagai Berikut:
1. Menurut Lubis (Sumartono, 2002) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi
didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena keinginan yang sudah tidak
mencapai taraf tidak rasional lagi.
2. Setiaji dalam Konsumerisme (1995) menyatakan perilaku konsumtif adalah kecenderungan
seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak
terencana. Sebagai akibatnya, mereka kemudian membelanjakan uangnya dengan membabi
buta dan tidak rasional. Sekadar untuk mendapatkan barang-barang yang menurut anggapan
mereka dapat menjadi simbol keistimewaan.
3. Menurut Ancok dalam Nuansa Psikologi Pembangunan (1995), perilaku konsumtif adalah
perilaku individu yang tidak dapat menahan keinginannya untuk membeli barang yang tidak
dibutuhkan tanpa melihat fungsi utama dari barang tersebut. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa individu yang berperilaku konsumtif akan cenderung membeli barang berdasarkan
keinginan dari pada kebutuhan.
4. Peter & Paul (2014) menyatakan perilaku konsumtif merupakan interaksi dinamis antara
pengaruh dan kondisi perilaku dan kejadian sekitar lingkungan dimana manusia melakukan
aspek pertukaran dalam kehidupan mereka.
5. Fromm dalam The Sane Society (2008) menjelaskan seseorang dikatakan konsumtif
apabila dirinya memiliki barang yang lebih disebabkan karena pertimbangan status.
Seseorang yang konsumtif membeli barang yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan, secara
berlebihan dan tidak wajar untuk menunjukkan status dirinya.

2.3.2 Indikator Perilaku Konsumtif


Sumartono dalam buku Terperangkap dalam Iklan menjelaskan indikator perilaku konsumtif
sebagai berikut.
1. Membeli produk karena penawaran khusus. Konsumen membeli suatu barang karena
adanya penawaran khusus jika membeli barang tersebut.
2. Membeli produk karena penampilannya yang menarik. Konsumen sangat mudah untuk
membeli suatu produk dikarenakan penampilannya yang menarik. Artinya motivasi untuk
membeli produk tersebut hanya karena penampilan produk tersebut menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. Konsumen mempunyai
keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya perempuan dewasa awal mempunyai
ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar
mereka selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya)
Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga
cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Konsumen mempunyai
kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut dan
sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal
dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan.
Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan
segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya.
7. Membeli produk dengan harga mahal untuk meningkatkan rasa percaya diri. Konsumen
sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan
oleh iklan tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Dengan membeli produk yang
mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya
diri.
8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis. Konsumen akan cenderung menggunakan produk
dengan jenis yang sama tetapi dengan merek yang lain dari produk yang sebelumnya ia
gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Anda mungkin juga menyukai