PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah
satu hak asasi yang harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya. Pemerintah
Indonesia selalu berupaya untuk mencapai kemakmuran rakyat indonesia, salah satunya adalah
meningkatkan ketahanan pangan nasional. Pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh
setiap manusia. Salah satunya adalah kebutuhan akan beras, di Indonesia beras merupakan salah satu
makanan pokok. Setelah beberapa tahun terakhir ini petani banyak yang mengalami gagal panen yang
diakibatkan oleh berbagai macam bencana seperti banjir, dan musim kemarau yang berkepanjangan, oleh
karena itu pemerintah melakukan kebijakan supaya warga indonesia tidak selalu bergantung pada beras
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belu mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau
dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.
Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu
Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan
adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-
sama seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dalam UU tersebut
sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta
berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman,
Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan
pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus
berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem
produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan
efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan
prasarana produksi pangan dan mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif. Di PP tersebut
juga disebutkan dalam rangka pemerataan ketersediaan pangan ke seluruh wilayah dilakukan distribusi
pangan melalui upaya pengembangan sistem distribusi pangan secara efisien, dapat mempertahankan
keamanan, mutu dan gizi pangan serta menjamin keamanan distribusi pangan.
Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversifikasi pangan dengan
memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan teknologi pengolahan
dan produk pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan
dengan gizi seimbang. PP Ketahanan Pangan juga menggarisbawahi untuk mewujudkan ketahanan
pangan dilakukan pengembangan sumber daya manusia yang meliputi pendidikan dan pelatihan di bidang
pangan, penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan dan penyuluhan di bidang
pangan. Di samping itu, kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang produksi, perdagangan dan
distribusi pangan, cadangan pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan serta riset dan
teknologi pangan.
Dari uraian di atas terlihat ketahanan pangan berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak
sektor pembangunan. Keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat ditentukan tidak hanya oleh
performa salah satu sektor saja tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan demikian sinergi antar sektor,
sinergi pemerintah dan masyarakat (termasuk dunia usaha) merupakan kunci keberhasilan pembangunan
ketahanan pangan.
Menyadari hal tersebut di atas, Pemerintah pada tahun 2001 telah membentuk Dewan Ketahanan
Pangan ( DKP) diketuai oleh Presiden RI dan Menteri Pertanian sebagai Ketua Harian DKP. DKP terdiri
dari 13 Menteri termasuk Menteri Riset dan Teknologi dan 2 Kepala LPND. Dalam pelaksanaan sehari-
hari, DKP dibantu oleh Badan Bimas Ketahanan Pangan Deptan, Tim Ahli Eselon I Menteri Terkait
(termasuk Staf Ahli Bidang Pangan KRT), Tim Teknis dan Pokja.
Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan pasal 9 menyebutkan: (1)
memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2) penganekaragaman pangan
Mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pertanian dan c. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Pemantapan pembangunan ketahanan pangan perlu terus diupayakan, antara lain melalui
penyediaan pangan setiap saat agar jumlah, mutu dan zat gizi yang mencukupi bagi setiap rumah tangga.
Penggunaan pangan pada saat ini cenderung tidak hanya digunakan untuk konsumsi manusia, namun juga
bersaing dengan penggunaan pangan untuk industri non pangan, sehingga perlu didukung dengan
ketersediaan data dan informasi yang akurat dalam hal penyediaan (supply), penggunaan (utilization) dan
Dengan mencermati NBM dari tahun ke tahun dapat diketahui adanya perubahan jenis dan
ketersediaan serta tingkat kecukupan menurut kebutuhan gizi bahan makanan yang harus tersedia untuk
konsumsi penduduk secara keseluruhan. NBM juga berguna untuk menganalisis situasi pangan suatu
negara. Metode penghitungan NBM Nasional mengacu pada metode dari Food and Agriculture
Organization (FAO).
Data dan informasi yang digunakan bersumber dari data resmi yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang. Namun demikian proses pengolahan data seringkali menemui kendala sehingga
informasi yang dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini akan berujung pada tersedianya
Masalah utama penyusunan tabel NBM adalah terbatasnya ketersediaan data-data pokok sehingga
menjadi kendala dalam pengisian kolom-kolom dalam tabel NBM. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
dilakukan penghitungan dengan menggunakan pendekatan, yaitu menggunakan faktor konversi dan data
sekunder lain, seperti data konsumsi. Faktor konversi diperoleh dari hasil kajian yang dilakukan oleh
instansi terkait maupun hasil analisis tabel inputoutput. Dengan digunakannya pendekatan tersebut,
diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam melakukan langkah-langkah perhitungan untuk setiap
komoditas dalam tabel NBM. Proses penyempurnaan dalam penghitungan NBM sampai saat ini terus
dilakukan dalam rangka menyajikan informasi ketersediaan pangan yang tepat dan relevan.
Di Kabupaten Kolaka
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ditujukan untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas pada
pembahasan dalam makalah . Ada pun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah , sebagai
berikut :
Kabupaten Kolaka ?
2. Bagaimanakah aspek-aspek tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya pembahasan atas
rumusan masalah dalam makalah . Ada pun tujuan penulisan makalah , sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan ketahanan pangan di
Kabupaten Kolaka.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh
1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan penulis bersifat deskriptif. Dipilihnya
desain penelitian ini karena metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
Merujuk pada desain penelitian deskriptif tersebut, maka pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Nasution (1988: 5), Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka serta berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Sugiyono(1994: 4), Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang dialami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan subyek dan obyek yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam
penelitian. Menurut Lonfland dan Lonfland (dalam Moleong, 2007), sumber data utama pada penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Sementara itu, Amirin (2000) berpendapat bahwa data terdiri dari data primer dan sekunder. Data ini
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang
memberikan informasi atas data tersebut (Amirin, 2000). Dalam penelitian ini, data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan.
Informan adalah orang yang mampu memberikan data/informasi yang sebenar-benarnya mengenai diri
orang lain atau lingkungannya (Rusidi, 2006:28). Informan ini dipilih dengan teknik purposive (purposive
sampling technique).
Data Sekunder
Menurut Amirin (2000), data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli
memuat informasi atau data tersebut. Data sekunder ini dikumpulkan untuk melengkapi data primer, yaitu
seluruh data yang berhubungan dengan tema penulisan, yaitu strategi Pemerintah Daerah Kabupaten
Kolaka dalam membangun ketahanan pangan. Data ini juga diperoleh dari observasi terhadap dokumen,
Teknik Dokumenter : yaitu mengumpulkan data dengan cara meneliti dokumen-dokumen tentang
gejala-gejala atau fenomena yang akan diteliti di lapangan, dalam hal ini penulis mengumpulkan
data dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti, baik
Teknik Wawancara : Untuk lebih melengkapi data yang diperoleh maka penulis juga menggunakan
teknik wawancara. Menurut Kartini (1991: 39), Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab
lisan antara dua orang atau lebih secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Tujuan
wawancara ini adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati orang lain dan bagaimana
pandangannya tentang sesuatu, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui sekedar
observasi.
BAB II
Luas Wilayah daratan Kabupaten Kolaka adalah 3.283,64 km2 dan perairan laut seluas 15.000
km2 dengan panjang garis pantai 293,45 km. Kecamatan Samaturu adalah kecamatan dengan wilayah
terluas yaitu 543,90 km2 atau 16,75 % dari total luas Kabupaten Kolaka sedangkan Kecamatan
Polinggona merupakan kecamatan dengan wilayah terkecil yaitu 46,65 km2 atau 1,44 % dari total luas
Kabupaten Kolaka. Persentase luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kolaka ditunjukkan pada pictogram
di bawah ini.
Secara administratif wilayah Kabupaten Kolaka terdiri atas 12 kecamatan, 33 kelurahan dan 102 desa.
Selain itu, Kabupaten Kolaka mempunyai beberapa buah pulau baik besar maupun kecil, yaitu : Pulau
Padamarang, Lambasina Kecil, Lambasina Besar, Buaya, Pisang, Maniang dan Pulau Lemo. Batas-batas
Kabupaten Kolaka terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi memanjang dari
Utara ke Selatan, tepatnya berada pada 3o37-4o38 Lintang Selatan dan 121o05-121o46 Bujur Timur.
Terletak 165 km dari Kota Kendari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka merupakan
pintu gerbang ekonomi sebelah barat Provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat diakses dengan mudah
melalui transportasi darat (Trans Sulawesi), laut (feri Bajoe-Kolaka dan kapal cepat Siwa-Kolaka) serta
BAB III
PEMBAHASAN
Setidaknya terdapat delapan jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kolaka yaitu:
padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka
selain memanfaatkan produksi lokal, Depot Logistik (Dolog) Kabupaten Kolaka telah memasok beras
Adapun Strategi yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka dalam upaya
1. Peningkatan kapasitas produksi pangan secara berkelanjutan (minimum setara dengan laju
desa.
5. Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian pangan yang melindungi
pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir meliput penerapan technical barrier for Trade (TBT)
Ketahanan pangan Kabupaten Kolaka diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri
dari subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan
subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut
merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan,
budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien oleh adanya partisipasi
Partisipasi masyarakat ( petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan
pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah daerah diimplementasikan dalam
bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta
intervensi untuk mendorong terciptanya kemandirian pangan. Output dari pengembangan kemandirian
pangan adalah terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi.
Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka yang banyak dan terus bertambah memerlukan produk
pangan dalam jumlah yang terus meningkat, sehingga keberadaan lahan sawah dalam jumlah yang cukup
dan layak untuk mendukung ketersediaan dan ketahanan pangan mutlak diperlukan. Disamping itu perlu
upaya peningkatan produksi pangan (terutama padi) secara berkelanjutan. Mengandalkan pangan dari
daerah lain untuk ketahanan pangan tentu riskan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk
Upaya peningkatan produksi harus diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani, kemudahan
aksebilitas konsumen, dan aktualisasi keamanan pangan. Sebaliknya komoditas non pangan yang
umumnya bersifat komersial dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar mampu meraih pangsa
pasar secara optimal. Oleh karena itu produktivitas tinggi, efisiensi sistem produksi, serta peningkatan
mutu dan nilai tambah produk menjadi tumpuan utama dalam menjaga ketahanan pangan Kabupaten
Kolaka.
Untuk mencapai berbagai target dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah dan untuk
mempertahankan ketahanan pangan, diperlukan strategi dan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya lahan, baik lahan pertanian (sawah yang sudah dimanfaatkan saat ini maupun lahan
secara kuantitas dan kualitas, yaitu dengan intensifikasi dan peningkatan intensitas tanam,
Adapun aspek-aspek tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah
Dalam aspek ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin terbatas dan menurunnya kapasitas
produksi. Hal ini disebabkan oleh faktor faktor teknis dan sosial - ekonomi;
1. Teknis
a) Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke non pertanian seperti
menurun.
e) Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen
2. Sosial- ekonomi
beras.
1. Teknis
2. Sosial-ekonomi
a. Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil pangan secara baik dalam menyangga
pungutan lainnya sepanjang jalur distribusi dan pemasaran telah menghasilkan biaya distribusi
merespon adanya kerawanan pangan, terutama dalam penyaluran pangan kepada masyarakat
yang membutuhkan.
b. Keterbatasan keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber daya usaha seperti
permodalan, teknologi, informasi pasar dan sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan
D. Aspek Manajemen
pengawasan dan pengendalian serta koordinasi berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi
1. Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten , dipercaya dan mudah diakses yang
dasarnya perkembangan daerah sangat bergantung pada kualitas kehidupan warganya. Oleh sebab itu,
memang kondisi ketahanan pangan baik secara nasional maupun lokal yang masih tergolong dalam
kondisi rawan pangan, diperlukan upaya yang terintegrasi dan berkesinambungan dalam usaha
peningkatan ketahanan pangan masyarakat. Sekalilagi patut ditegaskan bahwa ketahanan pangan
merupakan kondisi dimana masyarakat memiliki daya beli terhadap pangan dan mampu mengakses
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ketahanan pangan Kabupaten Kolaka diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang
terdiri dari subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem
distribusi dan subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga
subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input
sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan
dengan efisien oleh adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah daerah.
Upaya peningkatan produksi harus diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani, kemudahan
aksebilitas konsumen, dan aktualisasi keamanan pangan. Sebaliknya komoditas non pangan yang
umumnya bersifat komersial dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar mampu meraih
pangsa pasar secara optimal. Oleh karena itu produktivitas tinggi, efisiensi sistem produksi, serta
peningkatan mutu dan nilai tambah produk menjadi tumpuan utama dalam menjaga ketahanan
Saran
Untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Kolaka hendaknya harus ada sinergi yang
baik antara Pemerintah melalui Dinas Ketahanan Pangan dengan Masyarakat ( Petani ), agar
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
tesis analisis neraca pangan di setiap wilayah kecamatan Di kabupaten
kolaka