Anda di halaman 1dari 56

GAMBARAN PELAKSANAAN

STRATEGI PENGELOLAAN PASAR AMAN DARI PANGAN


BERBAHAYA DI BALAI BESAR POM PADANG
(LOCUS : PASAR ALAI)

LAPORAN MAGANG
BALAI BESAR POM PADANG

Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan

Oleh :

Aditya Marcel

1711213013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2022
GAMBARAN PELAKSANAAN
STRATEGI PENGELOLAAN PASAR AMAN DARI PANGAN
BERBAHAYA DI BALAI BESAR POM PADANG
(LOCUS : PASAR ALAI)

Oleh :

Aditya Marcel

1711213013

Laporan Magang ini telah diperiksa oleh


Pembimbing Magang dan telah disetujui untuk diseminarkan

Padang, Maret 2022

Menyetujui

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Yonfirman Mega Utami Basra, SKM,MKM


NIP. NIP.

Koordinator Magang

Ch.Tuty Ernawati, SKM.M.Kes


NIP. 196101161983022001
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena atas
berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini, walaupun ada keterlambatan. Adapun
penyusunan laporan hasil kegiatan magang ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi dan merupakan rangkaian dari mata kuliah Administrasi Kebijakan
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.

Laporan ini merupakan hasil kegiatan Magang Mahasiswa Fakultas


Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan,
Universitas Andalas Padang Angkatan 2017 yang bertempat di Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Padang. Dalam menyusun laporan ini
tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, namun berkat dukungan,
dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Rektor Universitas Andalas Padang Bapak Prof. DR. Yuliandri,
SH, MH yang telah memberikan arahan dan motivasi;
2. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Padang Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D yang telah
memerikan dukungan penuh, motivasi dan arahan;
3. Bapak Kepala BPOM Padang yang telah memfasilitasi tempat untuk
magang.
4. Ibu Kepala Bidang Infokom BBPOM Padang, ibu Dra. Fifiyani yang
telah memfasilitasi saran dan prasarana selama magang
5. Ibu Ch. Tuti Ernawati, SKM, M.Kes selaku Koordinator Magang;
6. Pembimbing Magang Akademik, ibu Mega Utami Basra, SKM, MKM
yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan
magang ini;
7. Pembimbing Lapangan Magang di BPOM Padang, Bapak Yonfirman
yang telah memberikan bimbingan dan pendampingan selama
pelaksanaan magang.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Konsentrasi
Akademi Kebijakan Kesehatan Universitas Andalas Padang Angkatan
Tahun 2017 atas semangat dan inspirasi selama melaksanakan
magang dan menyiapkan laporan;
9. Keluarga tercinta yang telah mendukung pelaksanaan magang ini;
10. Semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan selama
proses penyusunan Laporan Magang ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Magang ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun
pembahasannya, namun kami telah berusaha semaksimal mungkin. Akhir
kata saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumber informasi bagi siapa yang membutuhkan. Oleh karena itu masuka
n ataupun saran dari pembaca akan menjadi bagian yang penting dalam
rangka penyempurnaan tulisan ini.

Padang, Maret 2022


Mahasiswa Magang

ADITYA MARCEL
NIM. 1711213013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak mampu untuk


hidup dan memenuhi kebutuhannya seorang diri tanpa bantuan orang lain.
Kebutuhan manusia seperti kebutuhan atas makanan, pakaian, tempat tinggal, dan
lain-lain tentu tidak mampu dipenuhi seorang diri. Pada zaman dahulu, untuk
memenuhi sandang, pangan, dan papan manusia melakukan berbagai cara seperti
berburu, bercocok tanam, serta melakukan barter yang menjadi awal dari
pemikiran dari perdagangan. Bentuk perdagangan hingga hari ini terus melakukan
perkembangan dan inovasi. Mulai dari berdagang secara konvensional yaitu
bertemu langsung hingga saat ini memanfaatkan media internet untuk melakukan
perdagangan.

Sejalan dengan perkembangan zaman, jenis barang untuk dipasarkan juga


mengalami perkembangan. Berbagai barang yang dipasarkan seperti makanan,
pakaian, kosmetik, obat herbal dan lain-lain. Tidak sedikit dari masyakat
mendagangkan produk tidak layak sehingga diperlukan perhatian lebih oleh
pemerintah untuk terus menjaga kualitas barang-barang atau produk yang berada
dipasaran. Untuk menjamin kualitas barang-barang yang dipasarkan diseluruh
daerah perlulah penyediaan surat izin oleh badan pengawasan resmi melalui uji
laboratorium untuk membuktikan setiap barang adalah aman untuk dipasarkan.

Badan yang bertanggung jawab dalam pengawasan obat dan makanan di


Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia yang
tersebar di seluruh Provinsi di seluruh Indonesia. Namun, Tidak sedikit dari
barang-barang yang terdapat dipasaran baik secara konvensional dipasar maupun
secara online tidak mengantongi izin edar sehingga, menimbulkan permasalahan
yang sangat menghawatirkan. Produk seperti makanan, obat-obatan herbal,
bahkan kosmetik yang tidak memiliki izin edar resmi dari Badan Pengawasan

1
Obat dan Makanan berarti produk tersebut tidak melalui uji laboratorium resmi
oleh pemerintah sehingga, keamanan suatu produk perlulah diwaspadai. Barang-
barang yang tidak memiliki izin edar menarik pelanggan melalui harga beli yang
terjangkau. Tidak sedikit juga masyarakat yang tidak segan membeli barang-
barang tanpa izin edar ini dikarenakan harga yang terjangkau tanpa menyadari
bahwa ada efek samping yang dapat yang ditimbulkan oleh barang-barang
tersebut. Dampak lain yang timbul adalah semakin maraknya barang-barang tanpa
izin edar sehingga sangat meresahkan masyarakat.

Barang yang seringkali menjadi permasalahan pasar selain barang-barang


tersebut di Indonesia khususnya di Kota Padang adalah bahan pangan kadaluarsa
dan bahan pangan yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Menurut penelitian
Hamsyar dalam skripsi Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan
Kadaluwarsa di Kota Makassar (2017) menyatakan bahwa peredaran makanan
yang kadaluarsa ini terus marak karena perhatian masyarakat atas bahan makanan
ini tidak begitu besar. Penemuan bahan makanan yang kadaluwarsa oleh
masyarakat hanya dikomplainkan kepada pedagangnya tanpa melakukan
pengaduan kepada pihak-pihak pemerintah terkait. Selanjutnya, peredaran bahan-
bahan kadaluwarsa ini juga disebabkan oleh ketidaktahuan pedagang mengenai
barang kadaluwarsa. Bahan pangan yang mengandung bahan-bahan berbahaya
bisa memicu berbagai penyakit berbahaya.

Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai komoditi


termasuk bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan. Bahan
berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan mudah didapat dan
diperjualbelikan di pasar secara bebas. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil
sampling dan pengujian terhadap pangan yang beredar di pasar, masih ditemukan
produk pangan yang positif mengandung bahan berbahaya. Bahan berbahaya
tersebut antara lain boraks, formalin, pewarna tekstil rhodamin B dan methanil
yellow. Dalam rangka mencegah dan mereduksi peredaran bahan berbahaya di
pasar maka perlu ada peran aktif dari lintas sektor terkait. Hal ini sangat

2
berpotensi pada kemungkinan peningkatan praktek penyalahgunaan bahan
berbahaya dalam pangan.

Salah satu strategi Badan Pengawas Obat dan Makanan Rl untuk


merespon masalah peredaran bahan berbahaya di pasar adalah dengan
menginisiasi Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Program ini bertujuan
memberdayakan komunitas pasar untuk dapat melakukan pengawasan bahan
berbahaya termasuk pangan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya secara
mandiri dan berkesinambungan.

Dalam rangka menjamin keamanan pangan bagi masyarakat Indonesia,


Badan POM Rl menyelenggarakan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
Salah satu strategi implementasi program penyelenggaraan pasar aman dari bahan
berbahaya adalah Program Pengawasan Keamanan Pangan Pasar. Bentuk kegiatan
yang dilakukan untuk mendukung progam ini adalah :
1. Identifikasi pasar tradisional untuk pengendalian bahan berbahaya;
2. Identifikasi pedagang pasar dan inventarisasi bahan berbahaya dan
pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya;
3. Pengambilan contoh (sampling) bahan berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya;
4. Pengujian dan pelaporan hasil pengujian bahan berbahaya dan pangan
yang diduga mengandung bahan berbahaya; dan
5. Monitoring dan evaluasi.

Peraturan Pemerintah No.39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan


Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan menuntut adanya sebuah sistem
yang mengawasi dalam setiap pelaksanaan program. Demikian pula dengan
program Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Sebelum program
dijalankan pastilah ada dasar atau disain yang dibuat sebagai patokan dalam
menjalankan. Sistem pengawasan merupakan suatu kegiatan monitoring dan
evaluasi yang dirancang untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan program.
Monitoring dan Evaluasi (M&E) merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka

3
pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan,
Monitoring dan Evaluasi mempunyai fokus yang agak berbeda satu sama lain.

Program penyelenggaraan pasar aman dari bahan berbahaya merupakan


kegiatan yang terus-menerus, karena dalam pelaksanaannya mengikuti sebuah
siklus yaitu : kajian perencanaan-pelaksanaan/implementasi-evaluasi. Hasil
evaluasi akan dikaji kembali untuk memperbaiki rencana baru yang akan
diimplementasikan. Pada saat tahap implementasi, upaya pengawasan perlu
dirancang agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan
pengawasan selama implementasi kegiatan disebut sebagai monitoring.

Dalam rangka menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar
di masyarakat, dan menggugah komunitas pasar agar dapat berdaya dan mandiri
dalam pembinaan dan pengawasan kepada komunitas pasar, BPOM melakukan
revitalisasi Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya menjadi Pasar Pangan
Aman Berbasis Komunitas. Salah satu strategi implementasi program
penyelenggaraan Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas adalah program
pengawasan keamanan pangan pasar.

Dalam rangka melaksanakan pengawasan keamanan pangan pasar secara


mandiri oleh pengelola pasar, maka BPOM melaksanakan Monitoring dan
Evaluasi Implementasi Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas melalui
pengambilan contoh dan pengujian oleh petugas pengawas pasar. Untuk itu, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Padang melakukan monitoring
dan evaluasi (monev) program pasar pangan aman berbasis komunitas kepada
pasar intervensi dan pasar pengawalan tahun 2021.

Program pasar aman ini merupakan isu yang sangat menarik untuk diteliti
karena hal ini menyangkut pengawasan kualitas bahan pangan yang diperjual
belikan di Pasar tradisional apalagi isu-isu tentang bahan berbahaya yang
terkandung dalam bahan pangan yang dijual pada pasar tradisional di Kota Padang
masih memerlukan perhatian lebih.

4
Pada tahun 2017-2019, Balai Besar POM Pengawas Obat dan Makanan di
Padang mendapat beberapa penghargaan sebagai salah satu bukti dan apresiasi
terhadap kinerja Balai Besar POM di Padang di berbagai sektor. Penghargaan
tersebut salah satunya adalah Pasar Alai dan Pasar Ibuh yang merupakan pasar
binaan Balai Besar POM di Padang, mendapatkan penghargaan sebagai Pasar
Aman dari Badan POM pada tahun 2017. Penghargaan tersebut diberikan kepada
implementasi pengawasan pasar yang telah dilakukan oleh komunitas pasar dan
Pemerintah Daerah.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengamati tentang


gambaran pelaksanaan Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di
Balai Besar POM Padang dengan lokus Pasar Alai.

1.2. Tujuan Magang

1.2.1      Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya di Balai Besar POM Padang.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Strategi
Pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Kota Padang.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengetahui gambaran institusi BPOM dan Balai Besar POM Padang.
b. Mengetahui gambaran bidang Komunikasi dan Informatika BPOM
Padang.
c. Mengetahui gambaran perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan Kegiatan Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya di Balai Besar POM Padang.
1.3. Ruang Lingkup

5
Ruang lingkup penulisan laporan magang yaitu gambaran umum Kantor Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Padang, khususnya perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, dan monitoring kegiatan Strategi Pengelolaan
Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Balai Besar POM Padang yang diamati dan
dipelajari pada masa magang yaitu tanggal 21 September sampai dengan
21 Oktober 2020.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
2.1. Konsep dan Teori Strategi
2.1.1. Konsep Strategi

Ditinjau secara etimologis menurut Bracker (Heene dkk, 2015) strategi


berasal dari Bahasa yunani klasik “Strategos” (Jenderal), yang pada dasarnya
diambil dari pilahan kata-kata yunani untuk “Pasukan” dan “memimpin”.
Penggunaan kata kerja yunani yang berhubungan dengan “Strategos” dapat
diartikan sebagai perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh dengan
menggunakan cara efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki. Setelah
perang dunia kedua, Von Neumann dan Morgenstern memperkenalkan istilah ini
kedalam organisasi swasta yang berorientasi laba dan organisasi publik.

Strategi menurut Salusu (2015), konsep strategi terdiri dari beberapa


pendekatan yaitu: strategi ialah sebuah pola keputusan yang konsisten, menyatu,
dan integral. Strategi menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam
artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi
sumberdaya. Sumberdaya adalah sesuatu yang kritis mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, dan layak untuk dilaksanakan.

Sumberdaya menurut Salusu (2015), yang dimaksud dalam pelaksanaan


strategi khususnya dalam organisasi publik adalah seluruh faktor yang dapat
mendukung strategi yang akan dilaksanakan yang terdiri atas :
a) Sumberdaya Manusia
Organisasi pada dasarnya tidak dapat hidup dalam ruang isolasi. Organisasi
membutuhkan manusia untuk mencapai tujuannya. Manusia mengendalikan
organisasi dan melakukan interaksi baik dengan manusia lain maupun dengan
lingkungannya sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Suksesnya
sebuah strategi yang dilaksanakan juga tergantung pada sumberdaya manusia
yang mengendalikannya. Semakin berkualitas sumberdaya manusia yang
bekerja semakin mudah pula strategi yang dilaksanakan mencapai tujuannya.
b) Anggaran

7
Dalam menciptakan sebuah strategi yang matang salah satu faktor yang
menjadi kunci suksesnya strategi adalah ketersediaan anggaran yang cukup
dalam melaksanakan strategi. Penyediaan sarana, prasarana, tenaga ahli dan
rancangan strategi yang matang memerlukan anggaran yang memadai.
Anggaran dapat mempengaruhi suksesnya pelaksanaan strategi hingga sub
unit kerja yang paling kecil.
c) Peraturan atau Regulasi
Menurut Shirley (Salusu, 2015) strategi adalah keseluruhan tindakan yang
ditetapkan sebagai aturan yang direncanakan oleh suatu organisasi. Tindakan-
tindakan akan diatur secara sistematis dan menjadi dasar regulasi atau
peraturan agar pelaksanaan dari strategi tidak keluar dari koridornya. Selain
itu, regulasi dimaksudkan sebagai ramburambu dalam melaksanakan strategi.
d) Informasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada setiap
anggota organisasi bagaimana untuk bertindak, apa yang harus dilakukan,
mengapa sebuah strategi dilakukan, berapa lama untuk melaksanakannya,
berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan dalam melaksanakan strategi
tersebut, siapa yang menjadi pelaksananya dan penanggungjawabnya, dan
hasil apa yang akan diperoleh dalam melaksanakan strategi tersebut. Selain
memberi informasi kepada para karyawan, informasi ini juga diperuntukkan
untuk masyarakat yang menjadi sasaran strategi. Informasi ini diharapkan
dapat sampai kepada masyarakat dengan baik sehingga, memunculkan
harapan bukan hanya pada organisasi juga kepada masyarakat.

Menurut Bracker (Heene dkk, 2015), mengurai beberapa defenisi yang


mengaitkan strategi dengan dua hal, yaitu : (a) Posisi sebuah organisasi dengan
lingkungannya, (b) Upaya penggunaan sarana-sarana organisatoris untuk
mewujudkan tujuan-tujuan organisatoris. Sedangkan menurut Mintzberg (Heene
dkk, 2015) strategi sekurang-kurangnya memiliki lima arti yaitu: (a) perencanaan
untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional
mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya. (b) Acuan yang berkenaan dengan

8
penilaian konsistensi ataupun inkonsentansi perilaku serta tindakan yang
dilakukan oleh organisasi. (c) Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat
memunculkan aktivitasnya. (d) sudut perspektif menyangkut visi yang
terintegritasi antara organisasi dengan lingkungannya, yang menjadi tapal batas
bagi aktivitasnya. e) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk
mengelabui para pesaing atau oposan.

Dari pendapat-pendapat ahli-ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


strategi merupakan upaya pemanfaatan segala sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi dalam jangka yang panjang. Selain itu, strategi juga
dapat bermakna langkah-langkah yang digunakan untuk menghubungkan sebuah
organisasi dengan lingkungannya sehingga terjadi keselarasan baik lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal. Strategi juga dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan organisasi dengan lebih efektif. Menurut Mintzberg
& Water (Henee dkk, 2015), jenis-jenis strategi sebagai berikut:
a. Strategi terencana, sebuah strategi yang keluar dari perencanaan formal
dirumuskan dan didistribusikan oleh manajemen tingkat atas, yang menjagai
kesinambungan implementasi dalam lingkungan yang terkendali dan teramaikan
melalui sarana prosedur pengendalian formal.
b. Strategi interpreneur, sebuah strategi yang keluar dari visi yang terpusat, yang
kadangkala berasal dari gagasan satu atau beberapa manajer dan yang dapat
disesuaikan dengan peluang-peluang baru. Pemimpin atau manajer tersebut
melaksanakan pengendalian pribadi terhadap organisasi.
c. Strategi ideologi, sebuah strategi yang keluar dari nilai-nilai kemasyarakatan
yang secara normative diperkuat dan dikendalikan melalui sosialisasi dan
indoktrinasi. Adakalanya organisasi bereaksi secara proaktif berkenaan dengan
perubahan lingkungan.
d. Strategi payung, strategi yang keluar dari suasana penuh keterbatasan, dimana
manajemen tingkat atas, hanya memiliki wewenang terbatas untuk mengendalikan
organisasi.

9
e. Strategi proses, strategi yang keluar dari suatu proses, dimana manajemen
tingkat atas mengawasi secara langsung semua proses strategi tersebut.
f. Strategi parsial, strategi yang keluar dari bagian-bagian terkecil, dimana para
pelaku dalam organisasi mengembangkan sendiri pola-pola tertentu didalam
aktivitas
mereka dikarenakan tidak adanya suatu strategi terpusat atau keadaan situasi yang
berlawanan dengan ketentuan pusat yang berlaku.
g. Strategi konsensus, strategi yang muncul dari kesepakatan melalui upaya saling
pengertian, dimana para pelaku organisasi saling menyesuaikan pola yang mereka
kembangkan, dikarenakan oleh ketiadaan ketentuan terpusat atau yang lebih
mengkat.
h. Strategi mendukung, strategi yang merupakan keluaran dari dinamika
lingkungan, dimana lingkungan mendikte pola-pola tertentu dalam aktivitas
organisasi. Lingkungan secara langsung mengiring strategi organisasi atau secara
tidak langsung membatasi melalui pemilihan alternative yang berbeda.

2.2. Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diinisiasi oleh Badan POM
RI dalam rangka mendukung tercapainya program Pasar Sehat yang diprakarsai
oleh Kementerian Kesehatan RI. Pasar yang menjadi sasaran untuk dikendalikan
sebagai Pasar Sehat dan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya adalah pasar-pasar
tradisional yang berlokai permanen yang memperdagangkan barang kebutuhan
dasar dengan fasilitas infrastruktur yang memenuhi persyaratanminimum
(sederhana) sebuah pasar dan mempunyai petugas pengelola pasar atau
penanggungjawab pasar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


519/Menks/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, Pasar
Sehat didefinisikan sebagai kondisi pasar yang bersih, aman, nyaman, dan sehat
yang terwujud melalui kerjasama seluruh pemangku kepentingan terkait dalam

10
menyediakan bahan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat. Ada tiga hal
yang diutamakan untuk menciptakan sebuah pasar sehat yaitu :
1. Tersedianya infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan; dan
3. Perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan komunitas lainnya
untuk hidup bersih,sehat dan higienis.

Adapun definisi operasional Pasar Aman dari Bahan Berbahaya adalah


pasar yang didalamnya terdapat komitmen dan dukungan penuh dari Pemda/lintas
sektor, komunitas pasar (pengelola, pedagang, pemasok, asosisi, masyarakat) dan
pemangku kepentingan terkait (pihak swasta/lembaga swadaya masyarakat) untu
mengendalikan peredaran bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan
atau pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya.

Sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat, Pasar Sehat adalah kondisi Pasar
Rakyat yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui pemenuhan Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan, serta sarana dan prasarana
penunjang dengan mengutamakan kemandirian komunitas pasar.

Dalam rangka menjamin keamanan pangan masyarakat Indonesia, Badan


POM RI menyelenggarakan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, dengan
strategi program yaitu pelatihan, pengawasan, advokasi, monitoring dan evaluasi,
serta replikasi pasar. Strategi advokasi dilaksanakan dalam rangka mendapatkan
dukungan dari pihak yang terkait, antara lain pemerintah, wakil rakyat,
masyarakat maupun media massa.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 519/Menkes/SK/VI/2008


tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, pasar tradisional didefinisikan
sebagai pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola sebagian besar barang yang
diperjualbelikan adalah kebutuhan dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan
dan fasilitas infrastruktur yang sederhana dan ada interaksi langsung antara

11
penjual dan pembeli. Berbagai sumber menyebutkan bahwa, pasar tradisional
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran
terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Di seluruh
Indonesia terdapat sekitar 13.450 pasar tradisional dengan 12.625 juta pedagang
yang aktif di dalamnya (Ditjen. Perdagangan Dalam Negeri-Departemen
Perdagangan, 2007).

Program Pasar Aman dari bahan berbahaya merupakan Program replikasi


pasar yang mana dimaksudkan untuk menjamin mutu pangan yang bebas dari
bahan berbahaya seperti cemaran fisik (batu/kerikil, bagian serangga, plastik,
pecahan gelas, dll), kimia (bahan berbahaya, residu pestisida, antibiotik, hormon
pertumbuhan, dll) dan mikrobiologi (bakteri, virus, protozoa, parasit, dll), Asam
Borat, Boraks, Formalin (larutan formaldehid), Paraformaldehid (serbuk dan
tablet paraformaldehid), Kuning Metanil (Methanil Yellow), Rhodamin B,
Kuning Auramin, dan Pewarna Merah Amaranth, dll yang mampu
membahayakan kesehatan Masyarakat.
(Pedoman Pelaksanaan Program Pasar Aman, 2013).

Program ini merupakan Program BPOM (Badan Pengawasan Obat dan


Makanan) yang berskala Nasional yang dibentuk sejak tahun 2013 dan
pelaksanaannya di Kota Padang dimulai Pada tahun 2014 dan merupakan Program
Nasional Pemerintah. Adapun mekanisme dari Program Pasar aman ini adalah
setiap Provinsi diharapkan mengintervensi 4 Pasar yaitu 1 Pasar di Kota Madya
dan 3 Pasar yang berada di Kabupaten. Pasar aman dari bahan berbahaya yang
telah diintervensi oleh Balai Besar POM (Pengawasan obat dan makanan) disetiap
Provinsi akan menjadi Pasar Percontohan untuk setiap Pemerintah Kota maupun
Pemerintah Daerah dalam mengembangkan setiap Pasar yang ada di Daerah
Masing-Masing, selain itu program pasar aman tidak hanya dilakukan di Kota
Padang, melainkan di beberapa kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Barat
seperti di Pasar Ibuh di Pariaman.

12
2.3. Fungsi Manajemen di Bidang Kesehatan

Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah proses menciptakan kegiatan secara sistematis yang akan
dilaksanakan untuk menetapkan tujuan tertentu. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak dapat berjalan.
Menurut Terry (1975) dalam Sulastomo (2007) perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Fungsi
perencanaan sudah termasuk didalamnya penetapan budget. Oleh karenanya lebih
tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan,
policy, prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi. Sedangkan menurut
Le Breton (1964) dalam Sulastomo (2007) perencanaan dalah pekerjaan yang
menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.

Manfaat yang diperoleh jika organisasi memiliki perencanaan yaitu :


a. Mengetahui tujuan yang akan dicapai dan cara pencapaiannya
b. Mengetahui jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan
c. Memudahkan dalam koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
d. Mengetahui efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan

Sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai beberapa langkah yang perlu


dilakukan yaitu :
a. Analisa Situasi
Dalam melakukan analisis data yang diperlukan adalah :
1) Data kependudukan
2) Data potensi organisasi
3) Keadaan lingkungan dan demografi
4) Data sarana dan prasarana
5) Data mengenai masalah yang berkembang di masyarakat

13
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritas masalah
c. Menentukan tujuan program

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun tujuan program :


1) Dipakai untuk mengukur keberhasilan program
2) Tujuan harus sesuai dengan masalah dan ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi.
3) Ditingkat pelaksana tujuan dijabarkan dalam bentuk tujuan
operasional,biasanya diterapkan dengan waktu dan hasil akhir yang dicapai
4) Berbagai alternative dipilih untuk mencapai tujuan program
5) Faktor-faktor penyebab masalah dan dampak yang mungkin terjadi dimasa
depan, dikaji terlebih dahulu.

d. Mengakaji hambatan dan kelemahan program


1) Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
2) Hambatan yang terjadi pada lingkungan

e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)


Format RKO terdiri dari :
1) Latar belakang yang berisikan masalah utama yang akan dipecahkan
2) Tujuan yang ingin dicapai
3) Kegiatan Program dan cara mengerjakan
4) Pelaksana dan sasaran
5) Sumberdaya pendukung
6) Tempat dan waktu

Pengorganisasian (Organizing)

14
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu rencana sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah membuat pembagian kerja sehingga menjadi sebuah struktur
organisasi.

Langkah-langkah dalam menyusun pengorganisasian yaitu :


a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
b. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegitan pokok pada suatu kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas mendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
e. Memilih dan menetapkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenang

Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanakan adalah suatu fungsi yang menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pola organisasi.

Tujuan fungsi pelaksanaan (actuating) yaitu :

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien


b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi
e. Membuat organisasi berkembang secara dinamis

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi terhadap suatu kegiatan harus dilakukan untukmenjaga
kualitas dari kegiatan dan hasilnya. Dalam berjalannya kegiatan umumnya
berdasarkan beberapa indikator tertentu dan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Monitoring harus diikuti dengan upaya mengidentifikasi dan memecahkan

15
masalah yang dihadapi selama berjalannya kegiatan sementara evaluasi dilakukan
minimal setelah kegiatan berjalan satu kali dan dilanjutkan berkala sesuai dengan
situasi dan kemajuan kegiatan tersebut.

a. Monitoring
Monitoring (Pengawasan) adalah kegiatan pemantauan, penelitian, pelaporan
untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana semula. Pengawasan dilakukan untuk mengantisipasi
kegagalan, mengoreksi, dan memberikan solusi

Monitoring memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan,


2) apakah sesuai dengan standar kerja dan sumber daya.
3) Mengetahui adanya penyimpangan pada pelaksanaan tugas.
4) Mengetahui apakah sumber daya dapat digunakan secara efisien.
5) Mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan.

b. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan keputusan serta penyusunan saran yang dapat dilakukan pada setiap
tahap dari pelaksanaan program.

Evaluasi mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Mengukur tingkat efisiensi suatu program untuk dapat diketahui biayai dan
manfaat dari kebijakan
2) Menentukan tingkat kinerja suatu program untuk dapat diketahui pencapaian
tujuan dan sasarannya.
Evaluasi terdiri dari beberapa macam :

16
1) Evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum kegiatan sebuah program
dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
2) Evaluasi proses, dilaksanakan saat kegiatan sedang berlangsunguntuk
mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif. Evaluasi terhadap
output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk mengetahui output,
effect, outcome program sudah sesuai dengan target yang diterapkan
sebelumnya.

BAB III

17
HASIL KEGIATAN

3.1. Gambaran Umum BPOM

Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang disingkat BPOM adalah


melaksanakan fungsi strategis terkait pengawasan obat dan makanan, sebagai
langkah konkrit dalam upaya memberikan perlindungan bagi masyarakat dari obat
dan makanan yang tidak memenuhi keamanan, manfaat/khasiat, dan mutu.

Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan
kompleks, sehingga diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif mulai dari
premarket hingga postmarket. BPOM berupaya memperkuat Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan (SisPOM) yang komprehensif dan menyeluruh.
Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Kedudukan dan Tugas BPOM adalah lembaga
pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengawasan obat dan makanan, berada di bawah & bertanggung jawab
kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang kesehatan dan dipimpin oleh Kepala.

BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan dibidang


pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. “Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud terdiri atas obat, bahan
obat, narkotika, prekursor, zat adiktif, obat tradisonal, suplemen kesehatan,
kosmetik dan pangan olahan.”

3.1. Visi dan Misi


Visi :
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong.

Misi :

18
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka
peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan
dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur
ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta penindakan
kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah
dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk
memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan

3.1.2. Kedudukan , Tugas Pokok dan Fungsi

Sebagaimana Peraturan BPOM Nomor 26 TAHUN 2017 tentang Organisasi dan


Tata Kerja BPOM

Kedudukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat BPOM
adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
2. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
3. BPOM dipimpin oleh Kepala.
Tugas
BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Obat dan Makanan terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan
olahan.

19
Fungsi:
1. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
2. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
3. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
4. pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
5. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Malanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
7. pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
8. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
9. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BPOM;
10. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM;
11. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.
12. Pengawasan Sebelum Beredar adalah pengawasan Obat dan Makanan
sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat dan
Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/
manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan.
13. Pengawasan Selama Beredar adalah pengawasan Obat dan Makanan selama
beredar untuk memastikan Obat dan Makanan yang beredar memenuhi
standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.

Kewenangan
1. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

20
2. melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Balai Besar POM di Padang merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan POM,
sesuai Keputusan Kepala BPOM No. 05018/SK/KBPOM tahun 2001 dengan
perubahan terakhir Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Berdasarkan
Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM, bahwa Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat UPT
BPOM adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu di bidang
pengawasan obat dan makanan. BBPOM di Padang terus berkoordinasi dan
bersinergi melakukan penajaman kinerja untuk melayani dan melindungi
masyarakat bersama pemerintah daerah.

Cakupan wilayah pengawasan BBPOM di Padang adalah seluruh wilayah


Sumatera Barat yang terdiri dari 7 Kota dan 12 Kabupaten. Untuk mempermudah
penyebaran informasi kepada masyarakat dan pelaku usaha maka Badan POM
meluncurkan Subsite untuk BBPOM/BPOM diseluruh Indonesia, termasuk
Subsite BBPOM di Padang yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
Diharapkan dengan subsite ini masyarakat dapat memperoleh informasi yang
benar dan cepat dalam menyampaikan permasalahan untuk mendapatkan
klarifikasi terkait mutu dan keamanan Obat dan Makanan.

3.2. Gambaran Umum Balai Besar POM Padang


3.2.1. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Klasifikasi UPT BPOM
a. Kedudukan
UPT BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan, yang
secara teknis dibina oleh Deputi dan secara administratif dibina oleh Sekretaris
Utama. UPT BPOM dipimpin oleh Kepala.

21
b. Tugas Pokok
Tugas Pokok UPT BPOM di Padang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
teknis operasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Fungsi
1. penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
2. pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan;
3. pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan
dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
4. pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan;
5. pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;
6. pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;
7. pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
8. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
9. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga;
12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

d. Klasifikasi
Klasifikasi UPT BPOM terdiri atas :
1. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (21 UPT);
2. Balai Pengawas Obat dan Makanan (12 UPT); dan
3. Loka Pengawas Obat dan Makanan (40 UPT).
Balai POM dibagi berdasarkan 2 (dua) Tipologi terdiri atas:

22
1. Balai POM Tipe A (7 UPT); dan
2. Balai POM Tipe B (5 UPT).
Klasifikasi : pengelompokan organisasi UPT BPOM yang mempunyai tugas
dan fungsi sejenis berdasarkan perbedaan tingkatan organisasi (eselon) yang
dinilai berdasarkan beban kerja
Tipologi: pengelompokan organisasi UPT BPOM yang mempunyai tugas dan
fungsi sejenis dalam satu tingkatan organisasi (eselon) yang sama berdasarkan
perbedaan dengan struktur dan komposisi organisasi.

Kepala BPOM

Sekretaris Utama
(Administrasi) Deputi
(Teknis)
Inspektur Utama
(Trusted Advisor)

Dapat
Balai Besar/Balai POM Mengoordinasikan Loka POM

Keputusan Kepala BPOM


Nomor HK.04.01.1.22.06.18.3240 Tahun 2018 tentang
Penunjukan Balai Besar/Balai POM sebagai Koordinator Loka
POM

Gambar 3.1. Pola Koordinasi UPT BPOM

23
Balai Besar POM di Padang merupakan salah satu UPT BPOM dari 21 UPT
BPOM yang ada.

3.2.2. Struktur Organisasi UPT BBPOM

BAGAN ORGANISASI

UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN


MAKANAN

KEPALA

BAGIAN
T AT A USAHA

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN
PROGRAM DAN
UMUM
EVALUASI

KELOMPOK JABAT AN
FUNGSIONAL

BIDANG
BIDANG BIDANG BIDANG
INFORMASI DAN
PENGUJIAN PEMERIKSAAN PENINDAKAN
KOMUNIKASI

SEKSI SEKSI
PENGUJIAN KIMIA INSPEKSI

SEKSI
SEKSI
PENGUJIAN
SERT IFIKASI
MIKROBIOLOGI

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 3.2. Struktur Organisasi UPT BBPOM

24
Sesuai dengan struktur organisasi, kegiatan Balai Besar POM di Padang dapat
dikelompokkan sebagai berikut : Bidang Pengujian, Bidang Pemeriksaan,
Bidang Penindakan, Bidang Informasi dan Komunikasi, Bagian Tata Usaha dan
Kelompok Jabatan Fungsional yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
berikut :

1. Bidang Pengujian

Tugas : melaksanakan kebijakan operasional di bidang pengujian kimia dan


mikrobiologi Obat dan Makanan.

Fungsi: 

a. penyusunan rencana dan program di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi


Obat dan Makanan; 
b. pelaksanaan pengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; dan
c. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengujian kimia
dan mikrobiologi Obat dan Makanan.

Bidang Pengujian terdiri atas:

a) Seksi Pengujian Kimia mempunyai tugas melakukan pengujian kimia Obat


dan Makanan.
b) Seksi Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan pengujian
mikrobiologi Obat dan Makanan.

2. Bidang Pemeriksaan

Tugas : melaksanakan kebijakan operasional di bidang inspeksi dan sertifikasi


sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan.

Fungsi:

25
a. Penyusunan rencana dan program di bidang inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertiikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan;
b. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
c. Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi dan
produk Obat dan Makanan;
d. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan; dan
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang inspeksi dan
sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertiikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan.

Bidang Pemeriksaan terdiri atas:

Seksi Inspeksi mempunyai tugas melakukan inspeksi sarana/fasilitas produksi


dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas 5 pelayanan
kefarmasian, serta pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan.

Seksi Sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi sarana/fasilitas


produksi dan/atau distribusi dan produk Obat dan Makanan.

Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Bidang Penindakan

Tugas :

melaksanakan kebijakan operasional di bidang penindakan terhadap


pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan.

26
Fungsi:

penyusunan rencana dan program di bidang intelijen dan penyidikan terhadap


pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan;  pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan; dan  pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

4. Bidang Informasi dan Komunikasi

Tugas :

melaksanakan kebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi,


informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi
pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

Fungsi : 

penyusunan rencana dan program di bidang pengelolaan komunikasi,


informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;  pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan
masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan;  penyiapan
koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
dan  pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan.

5. Bagian Tata Usaha

Tugas:

27
melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran,
pengelolaan keuangan dan barang milik negara, teknologi informasi
komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, penjaminan mutu,
tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.

Fungsi: 

penyusunan rencana, program, dan anggaran;  pelaksanaan pengelolaan


keuangan;  pengelolaan persuratan dan kearsipan;  pengelolaan
penjaminan mutu dan tata laksana;  pelaksanan urusan kepegawaian; 
pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi;  pelaksanaan urusan
perlengkapan dan kerumahtanggaan; dan  pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan kinerja. Bagian Tata Usaha terdiri atas :

a. Subbagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyusunan


rencana, program, anggaran, pengelolaan keuangan, penjaminan mutu, tata
laksana, serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja.
b. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan pengelolaan persuratan,
kearsipan, kepegawaian, teknologi informasi komunikasi, perlengkapan,
dan kerumahtanggaan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melakukan kegiatan jabatan fungsional masing-masing sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional
terdiri atas sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok
jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.  Masing-masing
Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional
senior yang ditunjuk oleh Kepala. Jumlah tenaga fungsional ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional
diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.2.3. Sumber Daya Manusia

28
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang Pekerjaan
No. Unit Kerja Jumlah SDM
1 Bidang Pengujian 46 orang
2 Bidang Pemeriksaan 23 orang
3. Bidang Penindakan 8 orang
4. Bidang Infokom 11 orang
5. Bagian Tata Usaha 25 orang
113 orang
Sumber : Laporan Tahunan BPOM Padang Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas jumlah pegawai di Balai Besar POM Padang adalah
sebanyak 113 orang yang terdiri dari 4 Bidang dan 1 Bagian.

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
1. S2 14
2. Apoteker 34
3. S1 lainnya 29
4. S1 Biologi 4
5. D3 13
6. SMF 8
7. SLTA 9
8. SLTP 10
Total 113
Sumber : Laporan Tahunan BPOM Padang Tahun 2020

3.2.4. Sarana dan Prasarana

Tanah dan bangunan gedung Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Padang seluas 3167 m2 sejak tahun 2018 sudah memiliki sertifikat hak milik
atas nama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Padang. Untuk
pengembangan gedung kantor, luas tanah sudah tidak memungkinkan lagi

29
karena masing-masing sisi sudah berbatasan langsung dengan jalan raya dan
kantor Pemerintahan Kota Padang. Salah satu solusi pengembangan bangunan
Balai Besar POM di Padang adalah dengan renovasi bangunan menjadi
bertingkat atau pindah lokasi. Saat ini bangunan kantor Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Padang yang digunakan seluas 3.186 m2.

Rumah dinas Kepala Balai Besar POM di Padang terletak tidak jauh dari lokasi
kantor dengan luas 147,1 m2. Tanah yang digunakan untuk membangun rumah
dinas tersebut sejak tahun 2018 juga telah bersertifikat atas nama Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Padang. Untuk 2 (dua) UPT yaitu Loka
Pengawas Obat dan Makanan di Payakumbuh dan Loka Pengawas Obat dan
Makanan di Dharmasraya yang sejak dibentuk pada bulan September tahun
2018 yang lalu masih menggunakan sarana bangunan dengan status sewa.
Sarana dan prasarana Loka POM di Payakumbuh menggunakan gedung kantor
pinjaman dari Pemda setempat. Sejak tanggal 4 November 2019 Loka POM di
Payakumbuh telah pindah ke lokasi kantor lebih luas yaitu menggunakan
bangunan Universitas Andalas dengan status pinjam pakai selama 2 tahun,
sedangkan Loka POM di Dharmasraya menggunakan gedung kantor rumah toko
dengan status sewa pakai.

3.2.5. Sarana Komunikasi dan Informasi

Pada tahun 2011 Balai Besar POM di Padang mendapatkan bantuan infrastuktur
TIK dari Pusdatin BPOM salah satunya adalah seperangkat alat Video
Conference yang digunakan untuk melakukan Video Call dengan BPOM dan
Balai Besar POM/Balai POM di seluruh Indonesia sehingga komunikasi dapat
berjalan dengan lancar. Setiap tahunnya dilakukan pengadaan alat pengolah data
dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur TIK di Balai Besar
POM di Padang. Peningkatan e-government setiap tahun menuntut pekerjaan
berbasis teknologi informasi menggunakan beberapa aplikasi/sistem informasi
yang dibangun baik oleh internal Balai Besar POM di Padang sendiri ataupun
dari eksternal, dan terus di update. Hal ini menyebabkan kebutuhan internet pun

30
makin tinggi. Oleh karena itu pada tahun 2017, Balai Besar POM di Padang
menambah jaringan internet menggunakan ISP (Internet Service Provider)
Speedy Indihome 100 Mbps. Pada Tahun 2019, Pusdatin memutus langganan
VPN untuk semua BB/BPOM, dan menyerahkan kepada masing-masing
BB/BPOM untuk berlangganan internet ke ISP yang tersedia di daerah masing-
masing. BBPOM di Padang sendiri memutuskan berlangganan dengan
ASTINET (telkom) berkapasitas 10 Mbps dan 1 IP publik. Selain itu Balai
Besar POM di Padang juga memiliki beberapa server diantaranya Proxy Server,
Storage Server, Network Management Sistem (NMS) Server dan MRTG Web
Server yang berada di ruang server dan dikelola oleh tim TI Balai Besar POM di
Padang. Selama pandemi, BBPOM di Padang lebih banyak menggunakan
aplikasi zoom meeting untuk berkomunikasi atau pertemuan dengan BPOM
pusat, ataupun stakeholder terkait. Selain itu BBPOM di Padang juga
mempunyai media sosial seperti Instagram, twitter, Facebook dan Youtube
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dan pada tahun 2020
BBPOM di Padang membangun aplikasi Galamai (Galeri Layanan Masyarakat
dan Informasi) untuk kebutuhan layanan publik agar bisa diakses oleh customer
BBPOM di Padang dimana saja dan kapan saja.

3.2.6. Sumber Daya Energi

Untuk penerangan digunakan listrik PLN dengan daya 54,7 KVA. Pada tahun
2011 dilakukan penambahan daya listrik menjadi 105 KVA dengan penambahan
alat-alat laboratorium dan pada tahun 2012 dinaikkan lagi menjadi 147 KVA.
Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan di Padang dilengkapi dengan generator dengan kapasitas 100
KVA dan pada tahun 2017 telah ditambah lagi 1 generator dengan kapasitas 150
KVA. 5. Sarana Laboratorium Balai Besar POM di Padang senantiasa
berkomitmen untuk memberikan hasil pengujian laboratorium yang absah,
didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana laboratorium yang memadai,
terutama peralatan laboratorium yang merupakan salah satu unsur penunjang
utama pengujian selain personil yang kompeten dan metode analisa yang valid.

31
Jumlah peralatan laboratorium di Balai Besar POM di Padang mengalami
penambahan pada tahun 2020 setelah diperolehnya 2 (dua) unit alat
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) melalui mekanisme pengadaan barang
dan jasa. Namun demikian, tambahan alat tersebut belum secara signifikan
meningkatkan persentase pemenuhan jumlah peralatan sesuai dengan standar
minimum peralatan laboratorium berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI
Nomor HK.04.01.1.22.04.18.2167 Tahun 2018 tentang Standar Minimum
Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Oleh karena itu, pengadaan peralatan laboratorium masih
diperlukan, terutama untuk yang jumlahnya masih di bawah standar minimum
yang ditetapkan, sehingga kinerja pengujian laboratorium di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Padang dapat ditingkatkan seiring dengan
penambahan parameter kritis dan ruang lingkup akreditasinya.

3.2.7. Pagu Anggaran

Tahun 2020 Anggaran yang disediakan untuk kegiatan pengawasan Obat dan
Makanan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 sesuai revisi APBN-P yaitu sebesar
Rp. 38.496.037.000,- yang terdiri dari belanja Pegawai, Rp. 17.431.801.000,- ,
Belanja Barang Rp. 18.276.718.000,- dan Belanja Modal Rp. 2.787.518.000,-

3.3. Gambaran Umum Bidang Informatika dan Komunikasi

Bidang Informasi dan Komunikasi merupakan salah satu bidang pada UPT
BPOM. Adapun tugas Bidang Informasi dan Komunikasi adalah melaksanakan
kebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi,
dan pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama
di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

Adapun fungsinya adalah sebagai berikut :

32
1. penyusunan rencana dan program di bidang pengelolaan komunikasi,
informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
2. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
3. penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat
dan Makanan; dan
4. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.

Program Kegiatan Bidang Infokom

1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada tokoh masyarakat


2. Penyebaran Informasi
3. Gerakan Keamananan Pangan Desa
4. Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
5. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

3.4. Kegiatan Magang

Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan selama magang adalah :

1. Pengenalan BPOM RI dan Balai Besar POM Padang


2. Pengenalan salah satu bidang di BBPOM Padang yaitu Bidang Informasi
dan Komunikasi
3. Pendalaman materi Tugas Pokok dan Fungsi BPOM dan BBPOM
4. Mengamati dan mengidentifikasi salah satu kegiatan Bidang Infokom yaitu
Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
5. Peninjauan survei ke Pasar Alai salah satu pasar yang diintervensi oleh
BBPOM Padang.
6. Pengumpulan Data Sekunder ke Pasar Alai.

33
7. Penyusuna Laporan Magang dan Presentasi

3.5. Kegiatan Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

3.5.1. Perencanaan (Plan)

Kegiatan Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Balai Besar


POM Padang berpedoman pada DIPA Tahun 2020 terkait jenis-jenis kegiatan-
kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Perencanaan kegiatan Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di


Balai Besar POM Padang dikaji dalam 4 faktor yaitu :

a. Manusia (Man)

Jumlah orang untuk melaksanakan kegiatan adalah sebanyak … orang terdiri


atas :

b. Dana (Money)

Anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan Pasar


Aman dari Bahan Berbahaya adalah dari alokasi anggaran pada DIPA BBPOM
Padang Tahun 2020.

c. Sarana (Fasilitas)

Sarana yang digunakan sesuai dengan fasilitas yang dibutuhkan, yaitu alat untuk
pengambilan sampling dan tes kit untuk pengujian sampling.

d. Metode (Method)

Metode yang digunakan sesuai dengan panduan dan Pedoman Implementasi


Pasar Aman 2013.

34
3.5.2. Pengorganisasian (Organizing)

Penyelenggraaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya merupakan salah satu


program kegiatan di Bidang Informasi dan Komunikasi. Adapun yang terlibat
dalam kegiatan ini adalah :
Kepala Bidang : Ibu Dra. Fifiyani
Penanggungjawab : Kepala Balai Besar POM Padang
Koordinator : Bapak Yonfirman
Pelaksana : …. orang staf

Yang terlibat dalam kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan), namun juga melibatkan Pemerintahan daerah
dalam hal ini dinas yang membawahi mekanisme Pasar yaitu Dinas Perdagangan.

Program Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya harus dilaksanakan


secara terorganisir dengan pembagian pekerjaan yang jelas. Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan) sebagai inisiator penyelenggara merupakan
lembaga yang mengupayakan terbentuknya organisasi ini sehingga program dapat
dilaksanakan secara terstruktur. Struktur organisasi yang diusulkan sesuai dengan
hasil pelatihan awal dan diskusi dengan stakeholder (pemerintah daerah) disajikan
pada dibawah ini :
BPOM RI

DINAS BBPOM /BPOM


PERDAGANGAN

FASILITATOR/
KEPALA UPTD

PENGELOLA PENGELOLA PENGELOLA


PASAR PASAR PASAR

35
Gambar 3.1. Struktur Penyelenggara Pasar Aman

Garis Komando

Garis Koordinasi

Sumber : Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman, 2013.

3.5.3. Pelaksanaan (Actuating)

Berdasarkan DIPA Tahun 2020 sesuai Peraturan BPOM Nomor 3 Tahun 2020
tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang
Kesehatan Subbidang Pengawasan Obat dan Makanan Tahun Anggaran 2020.

Adapun beberapa kegiatan Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya


yang telah dilaksanakan pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Advokasi Desa Pangan Aman, Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
dan PJAS,

Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 23 Juni 2020 di Hotel Caredek Kab. Solok.
Kegiatan dihadiri oleh 33 orang dari setiap perwakilan OPD secara daring dan
luring dengan pembukaan acara oleh Bupati Kabupaten Solok dan memilih 4
Nagari (Nagari Jawi-jawi, Nagari Koto Sani, Nagari Dilam dan Nagari
Paninggahan) untuk diintervensi keamanan pangannya . Materi disampaikan
secara online oleh Kasie Komunitas Pendidikan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha Badan POM RI Ibu Yanti Kamayanti Latifa, SP.
M.Epid. kegiatan ini sejalan dengan dilakukan penandatanganan Kesepakatan
Bersama antara Pemerintah Kabupaten Solok dengan Balai Besar POM di
Padang. penandatanganan MoU oleh Bupati Kabupaten Solok Bapak H. Gusmal
SE. MM. dengan Plt. Kepala Balai Besar POM di Padang Ibu Elyunaida S.Si.

36
Apt. M.Farm dalam berkoordinasi dan berkomitmen untuk meningkatkan
kerjasama pengawasan di bidang Obat dan Makanan.

2. Balai Besar POM Padang Gelar Kampanye Pasar Aman Bebas Bahan
Berbahaya di Pasar Talang Kab. Solok. Pada tanggal 19 Agustus 2020 yang
didampingi 3 orang perwakilan Pemerintahan Nagari selaku pengelola pasar dan
menjadi pasar binaan BBPOM Padang tahun 2020. Harapannya, memberikan
pengetahuan tentang keamanan pangan & obat-obat serta kosmetika terhadap
diri sendiri maupun keluarga & lingkungan sekitarnya kedepannya, pasar
menjadi aman dan bebas dari bahan berbahaya.
3. Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

Pelaksanaan kegiatan pasar aman dari bahan berbahaya yang telah dilakukan
intervensi oleh Balai Besar POM di Padang hingga tahun 2019 sebanyak 9 pasar
yang ada di Sumatera Barat. Pada tahun 2020, terdapat tambahan 2 pasar baru
yang dilakukan intervensi yaitu Pasar Rabaa di Kabupaten Agam dan Pasar
Talang di Kabupaten Solok. Intervensi terhadap pasar ini berupa rangkaian
kegiatan diantaranya : Advokasi Pasar Aman kepada Stake Holder, Survey Pasar,
Bimtek Petugas Pasar serta Bimtek Komunitas Pasar. Di samping itu juga
dilakukan pengawalan terhadap pasar yang diintervensi pada tahun sebelumnya.
Tahun 2020 dilakukan pengawalan terhadap 5 (lima) pasar yang ada di kota
Padang yaitu Pasar Lubuk Buaya, Pasar Bandar Buat, Pasar Tanah Kongsi, Pasar
Alai, dan Pasar Ulak Karang. Dalam pengawalan ini, dilakukan pengambilan
sampel sebanyak 70 (tujuh puluh) sampel yang diduga mengandung bahan
berbahaya dan dilakukan pengujian terhadap sampel tersebut menggunakan rapid
test kit. Dari hasil pengawalan ini masih ditemukan pangan yang mengandung
bahan berbahaya seperti kerupuk tempe yang mengandung boraks. Hasil dari
pengawalan ini dikomunikasikan dengan pengelola pasar dan dinas terkait untuk
dapat ditindaklanjuti.

Balai Besar POM (Pengawasan obat dan makanan) Kota Padang


mengintervensi Pasar Alai sebagai Pasar Percontohan Pasar Aman dari bahan

37
Berbahaya di Kota Padang dan mendapat penghargaan pada Tahun 2017. Adapun
dasar-dasar yang harus dipenuhi oleh Pasar untuk diintervensi adalah :
(1) persediaan infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan,
(2) pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan,
dan
(3) perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan komunitas lainnya
untuk hidup bersih, sehat dan higienis. (Pedoman Implementasi Pasar Aman,
2013).

Pemilihan Pasar Alai yang diintervensi sebagai Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya sudah sesuai dengan tiga persyaratan yang harus dipenuhi. Pasar Alai
adalah salah satu pasar yang melayani kebutuhan masyarakat di Kecamatan
Padang Utara. Pasar ini tepatnya berada di Jalan Teuku Umar dengan luas 9.294
m2. Dari sisi kependudukan jumlah kunjungan pasar ini didominasi oleh
masyarakat Kelurahan Alai Parak Kopi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat di kelurahan ini akan menyebabkan pasar terus berkembang
dengan sendirinya, jumlah kunjungan akan terus meningkat yang ditunjang
dengan lokasi pasar yang mudah dijangkau dari segala arah.

Pasar Alai termasuk salah satu pasar tradisional sebagai pasar percontohan
diantara pasar tradisional lainnya.Pasar Alai terdiri dari 232 petak toko dan kios,
72 petak meja batu serta 33 petak los ikan. Dengan penataan yang baik pasar Alai
bisa menjadi salah satu pasar yang menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat
untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, karena letak dan posisinya yang strategis
dekat dengan perumahan dan perkantoran. Oleh karena itu program Pasar Peduli
Konsumen dan Pengawasan Bahan Berbahaya dengan menginisiasikan Program
Pasar Aman oleh BPOM telah menjadi suatu kegiatan agenda tahunan di Pasar
Alai.
Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
pangan yang ada di Pasar, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang
pentingnya pasar aman dari bahan berbahaya, Pengambilan Sampling makanan
untuk diuji,

38
melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan koordinator Balai
POM.

3.5.4. Monitoring dan Evaluasi

Pembentukan sistem monitoring dan evaluasi suatu program membutuhkan


beberapa langkah sebagai berikut :

 Penyusunan hierarki tujuan proyek dan penetapan kegiatan pokok, proses,


input

serta output

 Penetapan informasi yang diperlukan dan pemilihan indikatornya


 Meninjau dan mempelajari sistem informasi yang ada
 Survey sumber informasi sekunder
 Pengumpulan data primer
 Analisa data
 Mengkomunikasikan hasil temuan monitoring evaluasi dan rekomendasinya.

Monitoring Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

 Pelaksana : Fasilitator/manajer program di daerah penyelenggaraan Pasar


Aman dari Bahan Berbahaya
 Informasi : Laporan dari pengelola/pengawas pasar berupa hasil identifikasi
pedagang dan bahan, hasil sampling dan uji, minimal 2 kali dalam setahun
 Verifikasi informasi : berdasar laporan yang diperoleh dilakukan veerifikasi
hasil identifikasi, sampling dan uji terhadap data yang dicurigai
 Analisis data : pengolahan data informasi secara deskriptif dan
kuantitatif/statistik
 Penyusunan laporan : rekapitulasi laporan dalam tahun program berjalan dan
dikirmkan ke BBPOM/Balai POM

39
Evaluasi Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

 Pelaksana : BPOM-RI/Manajer program di pusat penyelenggaraan pasar aman


dari bahan berbahaya
 Informasi : Laporan dari manajer program di Balai Besar/Balai POM berupa
hasil identifikasi pedagang dan bahan, hasil sampling dan uji, minimal
rekapitulasi dalam setahun
 Verifikasi informasi : berdasar laporan yang diperoleh dilakukan verifikasi
hasil identifikasi, sampling dan uji terhadap data yang dicurigai
 Analisa data : pengolahan data informasi secara deskriptif dan
kuantitatif/statistik
 Penyusunan laporan : rekapitulasi laporan dalam tahun program berjalan dan
digunakan untuk dasar perencanaan program selanjutnya.

Fasilitator Pasar Aman


Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
pangan yang ada di Pasar, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang
pentingnya pasar aman dari bahan berbahaya, Pengambilan Sampling makanan
untuk diuji, dan melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan
koordinator Balai POM.

Pelaksana Pasar Aman


Pelaksana Pasar Aman bertugas dalam monitoring dan koordinasi dengan
Fasilitator selama kegiatan Pasar Aman berjalan, ikut dalam rangkaian kegiatan
pasar aman mulai dari melakukan survey pasar, melaksanakan advokasi dengan
dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait, ikut serta dalam
melaksanakan proses pelatihan bersama Fasilitator Pasar Aman dan lain-lain.

Koordinator Pasar Aman


Koordinator Pasar Aman bertugas untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi
terhadap laporan yang diberikan oleh Fasilitator, ikut serta dalam kegiatan survey
pasar, ikut melaksanakan advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta

40
Dinas-Dinas terkait, memberikan pelatihan kepada Fasilitator cara melakukan
sampling.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan proses terpenting dari keseluruhan fungsi manajemen


karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi manajemen lain yaitu pengorganisasian,
pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi tidak dapat terlaksana. Fungsi
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen. Pada dasarnya
perencanaan merupakan alat manajemen yang berfungsi membantu organisasi
atau program agar dapat berkinerja dengan baik dan mencapai tujuan secara lebih
efeksif dan efisien.

Perencanaan pada kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya didasari atas
Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
dan Pedoman Implementasi Pasar Aman 2013 serta Peraturan BPOM Nomor 3
Tahun 2020 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus

41
Nonfisik Bidang Kesehatan Subbidang Pengawasan Obat dan Makanan Tahun
Anggaran 2020.

Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai oleh Balai
Besar POM Padang sudah berjalan dengan baik. Secara umum, kegiatan ini sudah
mengikuti Standar Operasional Prosedur yang telah ditetapkan dan sudah
mengikuti Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman 2013.

Ketersediaan sumber daya manusia berdasarkan standar operasional prosedur


yaitu terdiri dari 1 orang Koordinator dan … orang pelaksana. Sementara dari
ditinjau dari segi dana, anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan
Penyelengaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya bersumber dari anggaran tetap
pada DIPA 2020 dan dari segi material Kantor Balai Besar POM Padang telah
memiliki peralatan yang lengkap untuk melakukan pengawalan dan pengawasan
Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai Padang seperti alat tes kit pada
saat pelaksanaan sampling.
Mulai Tahun 2021, BBPOM tidak lagi mengintervensi Pasar Alai, karena
dianggap sudah mandiri, namun selalu dilakukan pengawalan.

4.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan kegiatan mengidentifikasikan dan mengelompokkan


pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan dan mendelegasikan tanggung jawab
dan wewenang dalam melaksanakan tugas. Hal ini dilakukan agar meningkatnya
produktifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kerja.
Pengorganisasian dan pembagian tanggung jawab tugas dalam kegiatan
Penyelenggaraan Pasar Aman dariBahan Berbahaya sudah berjalan dengan baik.
Hal ini terbukti dari tidak adanya kendala berarti yang tampak pada kegiatan Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya. Kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
dilaksanakan oleh staf Bidang Informasi dan Komunikasi dengan 1 (satu) orang
Koordinator dan … orang Pelaksana

42
Selain Koordinator di Balai Besar POM juga ada pengorganisasian dari UPTD
Pasar Alai sebagaimana SOTK terlampir.

4.3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tidakan untuk mengusahakan agar semua


anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif.

Pelaksanaan kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai telah
dilaksanakan sesuai dengan pedoman Pasar Aman 2013, dan mendapat
penghargaan sebagai Pasar Aman dari Bahan Berbahaya pada Tahun 2017.
Disini terlihat kerjasama yang baik antara Fasilitator Pasar Aman dengan
Koordinator Pasar Aman.

Adapun dari hasil wawancara dengan Fasilitator dan Pelaksana Pasar Aman
terkait uraian tugas masing-masing adalah :
1. Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
pangan, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang pentingnya pasar
aman, melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan koordinator
Balai POM.
2. Pelaksana Pasar Aman bertugas dalam monitoring dan koordinasi dengan
Fasilitator, ikut dalam seluruh rangkaian kegiatan pasar aman, melaksanakan
advokasi dengan dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait,
ikut serta dalam melaksanakan proses pelatihan bersama Fasilitator Pasar Aman
dan lain-lain.
3. Koordinator Pasar Aman bertugas untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi
laporan Fasilitator, ikut serta dalam kegiatan survey pasar, ikut melaksanakan
advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait,
memberikan pelatihan kepada Fasilitator.

43
Namun dalam pelaksanaan tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak
indikator yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam suatu kegiatan.
Hal ini juga terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pasar Aman dari bahan
berbahaya. Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi baik
dari tingkat Fasilitator hingga Koordinator.

1. Faktor Pendukung
a. Fasilitator
1) Kerjasama dengan Stakeholder yang baik
2) Jumlah alat sampel dan alat uji yang memadai
3) Pelaporan yang teratur dan tepat waktu.

Lancarnya kegiatan pasar aman sebagian besar dikarenakan kinerja fasilitator


pasar aman yang cukup baik dan juga pedagang yang cukup mampu diajak untuk
bekerjasama dalam hal pengujian, koordinator yang selalu berkomunikasi secara
intens. Dan salah satu faktor pendukung dari lancarnya kegiatan yang dilakukan
oleh fasilitator tidak terlepas dari hubungan yang baik dengan stakeholder lain
yang terlibat dalam kegiatan pasar aman.

b. Koordinator
1) Koordinasi dengan fasilitator yang efektif
2) Kegiatan monitoring yang teratur
3) Transparansi dan penyaluran dana anggaran yang baik
Dapat diketahui bahwa faktor pendukung dari segi koordinator dikarenakan
hubungan antara setiap stakeholder yang baik sehingga untuk melakukan
koordinasi jauh lebih mudah.

Dari hasil wawancara dengan Fasilitator dalam hal ini Kepala UPTD Pasar Alai,
Bapak Mawardi dapat diketahui bahwa menurut Bapak Mawardi selaku fasilitator
yang menjadi faktor pendukung dari koordinator adalah karena hubungan yang

44
baik antar unit kerja dan transparan dan koordinasi yang baik antara setiap unit
kerja.

2. Faktor Penghambat
a. Fasilitator
Pada tingkat Fasilitator, kendala-kendala yang sering dihadapi adalah
1. Edukasi kepada Pedagang tentang pentingnya pasar aman
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kualitas pangan yang dijual di Pasar
sangat berat. Pedagang biasanya menjual bahan pangan yang mengandung bahan
berbahaya biasanya tidak megerti dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan
sehingga diperlukan edukasi. Pelanggaran yang paling sering terjadi adalah
Penggunaan pewarna yang bukan untuk pangan kepada bahan pangan dengan
alasan agar dagangan terlihat menarik menjadi kendala terbesar Fasilitator untuk
menyelesaikannya.

2. Kendala dalam melakukan peneguran


Peneguran dilakukan jika seorang pedagang tidak mampu menjaga kebersihan,
pedagang yang ditemukan menjual bahan pangan yang mengandung bahan
berbahaya.

Berdasarkan Laporan dari UPTD Pasar Alai selaku Fasilitator Pasar Aman,
beberapa kendala yang ditemukan di lapangan :

1. Masih kurangnya pengetahuan para pedagang tentang bahan makanan dan


pangan yang mengandung bahan berbahaya
2. Rasa tanggung jawab produsen yang kurang terhadap produk yang dijual
di pasaran yang mengandung bahan berbahaya
3. Banyaknya beredar bahan berbahaya terhadap kesehatan konsumen yang
mudah di dapat di pasaran
4. Konsumen kurang cermat memperhatikan jenis bahan makanan dan
pangan yang dibeli di pasaran

45
b. Koordinator
1) Kendala dalam mengedukasi Fasilitator tentang pentingnya mengedukasi
Pedagang tentang pasar aman.
2) Kendala pada kegiatan advokasi dalam sosialisasi dan kampanye pada
masyarakat karena pada saat kegiatan masyarakat yang kurang memperhatikan
penyampaian yang sampaikan.

Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar tradisonal masih
rentan terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk makanan yang
beredar di pasaran. Balai Besar POM RI dan UPTD Pasar Alai bekerja sama
dalam menangani masalah tersebut dan berkewajiban untuk menjamin pemenuhan
meliputi ketersediaan , mutu , gizi dan keamanan produk makanan.

Untuk menindak lanjuti kegiatan tersebut, Pengawas pasar UPTD Pasar


Alai merencanakan agenda kegiatan jangka panjang untuk memantau bahan
makanan yang dicurigai mengandung bahan berbahaya.

Petugas Pengawas UPTD Pasar Alai turun langsung ke lapangan untuk


melakukan pengambilan sampling, dan melakukan uji sampling ,apabila bahan
makanan tersebut positif mengandung bahan berbahaya maka UPTD Pasar Alai
bisa memberi tindakan tegas terhadap pedagang yang masih menggunakan bahan
berbahaya tersebut.

Dalam proses pengambilan sample masih ada pedagang yang kurang


kooperatif dalam mendukung pelaksanaan pengawasan terhadap bahan berbahaya
yang kemungkinan beredar di sekitar mereka berdagang. Oleh karena itu kami
berharap ada tindakan tegas terhadap para pengguna bahan berbahaya terhadap
makanan dan jajanan anak sekolahan. Tahun ini Puskesmas juga melakukan
pengujian terhadap jajanan anak sekolahan di Sekolah Dasar Negeri 03 Alai.
Menurut hasil nya jajanan di sekolahan masih rawan dan rentan dengan bahan

46
pewarna makanan , karena umumnya anak – anak lebih tertarik dengan jajanan
yang memiliki warna yang menarik.

4.4. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dari proses manajemen karena
dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program atau pelaksanaan
kegiatan. Monitoring dan evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah direncanakan tersebut tercapai sehingga dapat dijadikan acuan
untuk perencanaan berikutnya.

Pelaporan yang dibuat oleh pengelola/pengawas pasar Alai berupa hasil


identifikasi pedagang dan bahan, hasil sampling dan uji, minimal 2 kali dalam
setahun sudah dilaporkan tepat waktu.

Berdasarkan hasil peninjauan ke lokasi Pasar Alai tepatnya UPTD Pasar Alai telah
dilaksanakan monitoring dengan baik, terbukti dari hasil pengujian sampel
terakhir pada Tahun 2020 dari 100 sampel hanya 1 sampel yang mengandung
bahan berbahaya yaitu Borak pada kerupuk nasi dan terdapat pada 4 toko/kios
yang berbeda, dan hasil tindaklanjut sudah dilaporkan ke BBPOM Padang.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai sudah
cukup baik terlihat dari kerjasama yang baik antara Balai Besar POM Padang
selaku Koordinator Pasar Aman dengan Fasilitator Pasar Aman (Kepala
UPTD Pasar Alai dan Pelaksana Pasar Aman dalam menjalankan dan tugas
fungsinya.
2. Pelaksanaan rutinitas pekerjaan pada program pasar aman masih belum
maksimal, hal ini dilihat dari kegiatan advokasi Pemerintah Kota Padang
belum melibatkan semua lapisan masyarakat, ormas dan Universitas yang
merupakan salah satu input dari rencana program pasar aman.
3. Pembinaan pada oknum pedagang perlu ditingkatkan dengan memberikan
sanksi tegas sesuai dengan kesalahan yang diperbuat. Tanpa sanksi tegas
penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk pangan tidak akan berakhir.

48
4. Faktor Penghambat dari pelaksanaan Strategi Pasar Aman terletak pada
sulitnya mengedukasi masyarakat dan pedagang terkait pentingnya kegiatan
Pasar aman.
5. Faktor Pendukung dari pelaksanaan pasar aman adalah kerjasama antara
stakeholder yang optimal, penyaluran dana dan KIT sampling dan alat uji
yang cepat, serta pelaporan tepat waktu.

5.2. Saran

1.   Bagi Balai Besar POM Padang

a. Diharapkan Balai Besar POM Padang untuk meningkatkan


komitmen dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan akademisi
melalui kerjasama dalam melakukan sosialisasi dan edukasi terkait
Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya serta monitoring dan
pengawasan pengawalan Program Pasar Aman.
b. Diharapkan Balai Besar POM Padang untuk mengoptimalkan dana
anggaran yang ada untuk pelatihan dan pengembangan kompetensi
SDM yang ada di Balai Besar POM Padang.

2. Bagi instansi/Dinas terkait


a. Perlunya penegakan hukum yang kuat pada pedagang yang sering
menggunakan bahan berbahaya pada makanan tidak hanya melakukan
peneguran dan penyitaan barang tetapi harus dilakukan pemberian
sanksi ini diperlukan karena tanpa sanksi yang tegas maka para
oknum pedagang yang tidak taat aturan akan terus melakukan
pelanggaran.
b. Diharapkan agar lebih memperhatikan kesejahteraan para Pelaksana
Program Pasar Aman ini diperlukan sebagai motivasi dan sebagai
bentuk reward atau peghargaan kepada pelaksana pasar aman atas
kerja keras dalam menjamin kualitas pangan di Pasar.

49
3. Bagi institusi

Diharapkan kepada pihak instansi agar meningkatkan proses monitoring


kepada peserta magang, sehingga di ketahuinya kendala dan kebutuhan
peserta selama kegiatan magang berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brantas. (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.


2. Hamsyar. (2017). Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran
Makanan
3. Strategi Pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar POM Di Kota Makassar.
(Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar). Diperoleh dari :
http://repository.unhas.ac.id/
4. Heene, dkk. (2015). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung:
5. Refika Adhitama Hubeis & Najib. (2008). Manajemen Strategi dalam
Pengembangan Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta:
Kompas Gramedia
6. Pasolong. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
7. Puspaman. go, id. (2013) Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman. Diperoleh
dari: http://puspaman.pom.go.id/ Puspaman.go.id.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
9. Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2007.
10. Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta: ECG; 2004.
11. Balai Besar POM Padang. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
.Tahun 2020

50
12. Balai Besar POM Padang, Laporan Tahunan BBPOM Padang Tahun 2020.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menks/SK/VI/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
14. Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

Lampiran

1. Struktur Organisasi UPTD Pasar Alai


2. Laporan ….
3. Bukti Laporan Uji Sampling Makanan Oleh Fasilitator

51
52

Anda mungkin juga menyukai