LAPORAN MAGANG
BALAI BESAR POM PADANG
Oleh :
Aditya Marcel
1711213013
Oleh :
Aditya Marcel
1711213013
Menyetujui
Koordinator Magang
Puji Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena atas
berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini, walaupun ada keterlambatan. Adapun
penyusunan laporan hasil kegiatan magang ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi dan merupakan rangkaian dari mata kuliah Administrasi Kebijakan
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
ADITYA MARCEL
NIM. 1711213013
BAB I
PENDAHULUAN
1
Obat dan Makanan berarti produk tersebut tidak melalui uji laboratorium resmi
oleh pemerintah sehingga, keamanan suatu produk perlulah diwaspadai. Barang-
barang yang tidak memiliki izin edar menarik pelanggan melalui harga beli yang
terjangkau. Tidak sedikit juga masyarakat yang tidak segan membeli barang-
barang tanpa izin edar ini dikarenakan harga yang terjangkau tanpa menyadari
bahwa ada efek samping yang dapat yang ditimbulkan oleh barang-barang
tersebut. Dampak lain yang timbul adalah semakin maraknya barang-barang tanpa
izin edar sehingga sangat meresahkan masyarakat.
2
berpotensi pada kemungkinan peningkatan praktek penyalahgunaan bahan
berbahaya dalam pangan.
3
pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan,
Monitoring dan Evaluasi mempunyai fokus yang agak berbeda satu sama lain.
Dalam rangka menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar
di masyarakat, dan menggugah komunitas pasar agar dapat berdaya dan mandiri
dalam pembinaan dan pengawasan kepada komunitas pasar, BPOM melakukan
revitalisasi Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya menjadi Pasar Pangan
Aman Berbasis Komunitas. Salah satu strategi implementasi program
penyelenggaraan Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas adalah program
pengawasan keamanan pangan pasar.
Program pasar aman ini merupakan isu yang sangat menarik untuk diteliti
karena hal ini menyangkut pengawasan kualitas bahan pangan yang diperjual
belikan di Pasar tradisional apalagi isu-isu tentang bahan berbahaya yang
terkandung dalam bahan pangan yang dijual pada pasar tradisional di Kota Padang
masih memerlukan perhatian lebih.
4
Pada tahun 2017-2019, Balai Besar POM Pengawas Obat dan Makanan di
Padang mendapat beberapa penghargaan sebagai salah satu bukti dan apresiasi
terhadap kinerja Balai Besar POM di Padang di berbagai sektor. Penghargaan
tersebut salah satunya adalah Pasar Alai dan Pasar Ibuh yang merupakan pasar
binaan Balai Besar POM di Padang, mendapatkan penghargaan sebagai Pasar
Aman dari Badan POM pada tahun 2017. Penghargaan tersebut diberikan kepada
implementasi pengawasan pasar yang telah dilakukan oleh komunitas pasar dan
Pemerintah Daerah.
1.2.1 Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya di Balai Besar POM Padang.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Strategi
Pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Kota Padang.
5
Ruang lingkup penulisan laporan magang yaitu gambaran umum Kantor Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Padang, khususnya perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, dan monitoring kegiatan Strategi Pengelolaan
Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Balai Besar POM Padang yang diamati dan
dipelajari pada masa magang yaitu tanggal 21 September sampai dengan
21 Oktober 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Konsep dan Teori Strategi
2.1.1. Konsep Strategi
7
Dalam menciptakan sebuah strategi yang matang salah satu faktor yang
menjadi kunci suksesnya strategi adalah ketersediaan anggaran yang cukup
dalam melaksanakan strategi. Penyediaan sarana, prasarana, tenaga ahli dan
rancangan strategi yang matang memerlukan anggaran yang memadai.
Anggaran dapat mempengaruhi suksesnya pelaksanaan strategi hingga sub
unit kerja yang paling kecil.
c) Peraturan atau Regulasi
Menurut Shirley (Salusu, 2015) strategi adalah keseluruhan tindakan yang
ditetapkan sebagai aturan yang direncanakan oleh suatu organisasi. Tindakan-
tindakan akan diatur secara sistematis dan menjadi dasar regulasi atau
peraturan agar pelaksanaan dari strategi tidak keluar dari koridornya. Selain
itu, regulasi dimaksudkan sebagai ramburambu dalam melaksanakan strategi.
d) Informasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada setiap
anggota organisasi bagaimana untuk bertindak, apa yang harus dilakukan,
mengapa sebuah strategi dilakukan, berapa lama untuk melaksanakannya,
berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan dalam melaksanakan strategi
tersebut, siapa yang menjadi pelaksananya dan penanggungjawabnya, dan
hasil apa yang akan diperoleh dalam melaksanakan strategi tersebut. Selain
memberi informasi kepada para karyawan, informasi ini juga diperuntukkan
untuk masyarakat yang menjadi sasaran strategi. Informasi ini diharapkan
dapat sampai kepada masyarakat dengan baik sehingga, memunculkan
harapan bukan hanya pada organisasi juga kepada masyarakat.
8
penilaian konsistensi ataupun inkonsentansi perilaku serta tindakan yang
dilakukan oleh organisasi. (c) Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat
memunculkan aktivitasnya. (d) sudut perspektif menyangkut visi yang
terintegritasi antara organisasi dengan lingkungannya, yang menjadi tapal batas
bagi aktivitasnya. e) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk
mengelabui para pesaing atau oposan.
9
e. Strategi proses, strategi yang keluar dari suatu proses, dimana manajemen
tingkat atas mengawasi secara langsung semua proses strategi tersebut.
f. Strategi parsial, strategi yang keluar dari bagian-bagian terkecil, dimana para
pelaku dalam organisasi mengembangkan sendiri pola-pola tertentu didalam
aktivitas
mereka dikarenakan tidak adanya suatu strategi terpusat atau keadaan situasi yang
berlawanan dengan ketentuan pusat yang berlaku.
g. Strategi konsensus, strategi yang muncul dari kesepakatan melalui upaya saling
pengertian, dimana para pelaku organisasi saling menyesuaikan pola yang mereka
kembangkan, dikarenakan oleh ketiadaan ketentuan terpusat atau yang lebih
mengkat.
h. Strategi mendukung, strategi yang merupakan keluaran dari dinamika
lingkungan, dimana lingkungan mendikte pola-pola tertentu dalam aktivitas
organisasi. Lingkungan secara langsung mengiring strategi organisasi atau secara
tidak langsung membatasi melalui pemilihan alternative yang berbeda.
Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diinisiasi oleh Badan POM
RI dalam rangka mendukung tercapainya program Pasar Sehat yang diprakarsai
oleh Kementerian Kesehatan RI. Pasar yang menjadi sasaran untuk dikendalikan
sebagai Pasar Sehat dan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya adalah pasar-pasar
tradisional yang berlokai permanen yang memperdagangkan barang kebutuhan
dasar dengan fasilitas infrastruktur yang memenuhi persyaratanminimum
(sederhana) sebuah pasar dan mempunyai petugas pengelola pasar atau
penanggungjawab pasar.
10
menyediakan bahan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat. Ada tiga hal
yang diutamakan untuk menciptakan sebuah pasar sehat yaitu :
1. Tersedianya infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan; dan
3. Perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan komunitas lainnya
untuk hidup bersih,sehat dan higienis.
11
penjual dan pembeli. Berbagai sumber menyebutkan bahwa, pasar tradisional
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran
terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Di seluruh
Indonesia terdapat sekitar 13.450 pasar tradisional dengan 12.625 juta pedagang
yang aktif di dalamnya (Ditjen. Perdagangan Dalam Negeri-Departemen
Perdagangan, 2007).
12
2.3. Fungsi Manajemen di Bidang Kesehatan
Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah proses menciptakan kegiatan secara sistematis yang akan
dilaksanakan untuk menetapkan tujuan tertentu. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak dapat berjalan.
Menurut Terry (1975) dalam Sulastomo (2007) perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Fungsi
perencanaan sudah termasuk didalamnya penetapan budget. Oleh karenanya lebih
tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan,
policy, prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi. Sedangkan menurut
Le Breton (1964) dalam Sulastomo (2007) perencanaan dalah pekerjaan yang
menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
13
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritas masalah
c. Menentukan tujuan program
Pengorganisasian (Organizing)
14
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu rencana sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah membuat pembagian kerja sehingga menjadi sebuah struktur
organisasi.
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanakan adalah suatu fungsi yang menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pola organisasi.
15
masalah yang dihadapi selama berjalannya kegiatan sementara evaluasi dilakukan
minimal setelah kegiatan berjalan satu kali dan dilanjutkan berkala sesuai dengan
situasi dan kemajuan kegiatan tersebut.
a. Monitoring
Monitoring (Pengawasan) adalah kegiatan pemantauan, penelitian, pelaporan
untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana semula. Pengawasan dilakukan untuk mengantisipasi
kegagalan, mengoreksi, dan memberikan solusi
b. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan keputusan serta penyusunan saran yang dapat dilakukan pada setiap
tahap dari pelaksanaan program.
1) Mengukur tingkat efisiensi suatu program untuk dapat diketahui biayai dan
manfaat dari kebijakan
2) Menentukan tingkat kinerja suatu program untuk dapat diketahui pencapaian
tujuan dan sasarannya.
Evaluasi terdiri dari beberapa macam :
16
1) Evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum kegiatan sebuah program
dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
2) Evaluasi proses, dilaksanakan saat kegiatan sedang berlangsunguntuk
mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif. Evaluasi terhadap
output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk mengetahui output,
effect, outcome program sudah sesuai dengan target yang diterapkan
sebelumnya.
BAB III
17
HASIL KEGIATAN
Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan
kompleks, sehingga diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif mulai dari
premarket hingga postmarket. BPOM berupaya memperkuat Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan (SisPOM) yang komprehensif dan menyeluruh.
Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Kedudukan dan Tugas BPOM adalah lembaga
pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengawasan obat dan makanan, berada di bawah & bertanggung jawab
kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang kesehatan dan dipimpin oleh Kepala.
Misi :
18
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka
peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan
dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur
ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta penindakan
kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah
dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk
memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan
Kedudukan
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat BPOM
adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
2. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
3. BPOM dipimpin oleh Kepala.
Tugas
BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Obat dan Makanan terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan
olahan.
19
Fungsi:
1. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
2. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
3. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
4. pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
5. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Malanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
7. pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
8. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
9. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BPOM;
10. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM;
11. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.
12. Pengawasan Sebelum Beredar adalah pengawasan Obat dan Makanan
sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat dan
Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/
manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan.
13. Pengawasan Selama Beredar adalah pengawasan Obat dan Makanan selama
beredar untuk memastikan Obat dan Makanan yang beredar memenuhi
standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.
Kewenangan
1. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
20
2. melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Balai Besar POM di Padang merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan POM,
sesuai Keputusan Kepala BPOM No. 05018/SK/KBPOM tahun 2001 dengan
perubahan terakhir Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Berdasarkan
Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM, bahwa Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat UPT
BPOM adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu di bidang
pengawasan obat dan makanan. BBPOM di Padang terus berkoordinasi dan
bersinergi melakukan penajaman kinerja untuk melayani dan melindungi
masyarakat bersama pemerintah daerah.
21
b. Tugas Pokok
Tugas Pokok UPT BPOM di Padang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
teknis operasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Fungsi
1. penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
2. pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan;
3. pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan
dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
4. pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan;
5. pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;
6. pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;
7. pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
8. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
9. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga;
12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.
d. Klasifikasi
Klasifikasi UPT BPOM terdiri atas :
1. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (21 UPT);
2. Balai Pengawas Obat dan Makanan (12 UPT); dan
3. Loka Pengawas Obat dan Makanan (40 UPT).
Balai POM dibagi berdasarkan 2 (dua) Tipologi terdiri atas:
22
1. Balai POM Tipe A (7 UPT); dan
2. Balai POM Tipe B (5 UPT).
Klasifikasi : pengelompokan organisasi UPT BPOM yang mempunyai tugas
dan fungsi sejenis berdasarkan perbedaan tingkatan organisasi (eselon) yang
dinilai berdasarkan beban kerja
Tipologi: pengelompokan organisasi UPT BPOM yang mempunyai tugas dan
fungsi sejenis dalam satu tingkatan organisasi (eselon) yang sama berdasarkan
perbedaan dengan struktur dan komposisi organisasi.
Kepala BPOM
Sekretaris Utama
(Administrasi) Deputi
(Teknis)
Inspektur Utama
(Trusted Advisor)
Dapat
Balai Besar/Balai POM Mengoordinasikan Loka POM
23
Balai Besar POM di Padang merupakan salah satu UPT BPOM dari 21 UPT
BPOM yang ada.
BAGAN ORGANISASI
KEPALA
BAGIAN
T AT A USAHA
SUBBAGIAN
SUBBAGIAN
PROGRAM DAN
UMUM
EVALUASI
KELOMPOK JABAT AN
FUNGSIONAL
BIDANG
BIDANG BIDANG BIDANG
INFORMASI DAN
PENGUJIAN PEMERIKSAAN PENINDAKAN
KOMUNIKASI
SEKSI SEKSI
PENGUJIAN KIMIA INSPEKSI
SEKSI
SEKSI
PENGUJIAN
SERT IFIKASI
MIKROBIOLOGI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
24
Sesuai dengan struktur organisasi, kegiatan Balai Besar POM di Padang dapat
dikelompokkan sebagai berikut : Bidang Pengujian, Bidang Pemeriksaan,
Bidang Penindakan, Bidang Informasi dan Komunikasi, Bagian Tata Usaha dan
Kelompok Jabatan Fungsional yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
berikut :
1. Bidang Pengujian
Fungsi:
2. Bidang Pemeriksaan
Fungsi:
25
a. Penyusunan rencana dan program di bidang inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertiikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan;
b. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
c. Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi dan
produk Obat dan Makanan;
d. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan; dan
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang inspeksi dan
sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertiikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan.
3. Bidang Penindakan
Tugas :
26
Fungsi:
Tugas :
Fungsi :
Tugas:
27
melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran,
pengelolaan keuangan dan barang milik negara, teknologi informasi
komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, penjaminan mutu,
tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.
Fungsi:
28
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang Pekerjaan
No. Unit Kerja Jumlah SDM
1 Bidang Pengujian 46 orang
2 Bidang Pemeriksaan 23 orang
3. Bidang Penindakan 8 orang
4. Bidang Infokom 11 orang
5. Bagian Tata Usaha 25 orang
113 orang
Sumber : Laporan Tahunan BPOM Padang Tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas jumlah pegawai di Balai Besar POM Padang adalah
sebanyak 113 orang yang terdiri dari 4 Bidang dan 1 Bagian.
Tanah dan bangunan gedung Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Padang seluas 3167 m2 sejak tahun 2018 sudah memiliki sertifikat hak milik
atas nama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Padang. Untuk
pengembangan gedung kantor, luas tanah sudah tidak memungkinkan lagi
29
karena masing-masing sisi sudah berbatasan langsung dengan jalan raya dan
kantor Pemerintahan Kota Padang. Salah satu solusi pengembangan bangunan
Balai Besar POM di Padang adalah dengan renovasi bangunan menjadi
bertingkat atau pindah lokasi. Saat ini bangunan kantor Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Padang yang digunakan seluas 3.186 m2.
Rumah dinas Kepala Balai Besar POM di Padang terletak tidak jauh dari lokasi
kantor dengan luas 147,1 m2. Tanah yang digunakan untuk membangun rumah
dinas tersebut sejak tahun 2018 juga telah bersertifikat atas nama Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Padang. Untuk 2 (dua) UPT yaitu Loka
Pengawas Obat dan Makanan di Payakumbuh dan Loka Pengawas Obat dan
Makanan di Dharmasraya yang sejak dibentuk pada bulan September tahun
2018 yang lalu masih menggunakan sarana bangunan dengan status sewa.
Sarana dan prasarana Loka POM di Payakumbuh menggunakan gedung kantor
pinjaman dari Pemda setempat. Sejak tanggal 4 November 2019 Loka POM di
Payakumbuh telah pindah ke lokasi kantor lebih luas yaitu menggunakan
bangunan Universitas Andalas dengan status pinjam pakai selama 2 tahun,
sedangkan Loka POM di Dharmasraya menggunakan gedung kantor rumah toko
dengan status sewa pakai.
Pada tahun 2011 Balai Besar POM di Padang mendapatkan bantuan infrastuktur
TIK dari Pusdatin BPOM salah satunya adalah seperangkat alat Video
Conference yang digunakan untuk melakukan Video Call dengan BPOM dan
Balai Besar POM/Balai POM di seluruh Indonesia sehingga komunikasi dapat
berjalan dengan lancar. Setiap tahunnya dilakukan pengadaan alat pengolah data
dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur TIK di Balai Besar
POM di Padang. Peningkatan e-government setiap tahun menuntut pekerjaan
berbasis teknologi informasi menggunakan beberapa aplikasi/sistem informasi
yang dibangun baik oleh internal Balai Besar POM di Padang sendiri ataupun
dari eksternal, dan terus di update. Hal ini menyebabkan kebutuhan internet pun
30
makin tinggi. Oleh karena itu pada tahun 2017, Balai Besar POM di Padang
menambah jaringan internet menggunakan ISP (Internet Service Provider)
Speedy Indihome 100 Mbps. Pada Tahun 2019, Pusdatin memutus langganan
VPN untuk semua BB/BPOM, dan menyerahkan kepada masing-masing
BB/BPOM untuk berlangganan internet ke ISP yang tersedia di daerah masing-
masing. BBPOM di Padang sendiri memutuskan berlangganan dengan
ASTINET (telkom) berkapasitas 10 Mbps dan 1 IP publik. Selain itu Balai
Besar POM di Padang juga memiliki beberapa server diantaranya Proxy Server,
Storage Server, Network Management Sistem (NMS) Server dan MRTG Web
Server yang berada di ruang server dan dikelola oleh tim TI Balai Besar POM di
Padang. Selama pandemi, BBPOM di Padang lebih banyak menggunakan
aplikasi zoom meeting untuk berkomunikasi atau pertemuan dengan BPOM
pusat, ataupun stakeholder terkait. Selain itu BBPOM di Padang juga
mempunyai media sosial seperti Instagram, twitter, Facebook dan Youtube
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dan pada tahun 2020
BBPOM di Padang membangun aplikasi Galamai (Galeri Layanan Masyarakat
dan Informasi) untuk kebutuhan layanan publik agar bisa diakses oleh customer
BBPOM di Padang dimana saja dan kapan saja.
Untuk penerangan digunakan listrik PLN dengan daya 54,7 KVA. Pada tahun
2011 dilakukan penambahan daya listrik menjadi 105 KVA dengan penambahan
alat-alat laboratorium dan pada tahun 2012 dinaikkan lagi menjadi 147 KVA.
Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan di Padang dilengkapi dengan generator dengan kapasitas 100
KVA dan pada tahun 2017 telah ditambah lagi 1 generator dengan kapasitas 150
KVA. 5. Sarana Laboratorium Balai Besar POM di Padang senantiasa
berkomitmen untuk memberikan hasil pengujian laboratorium yang absah,
didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana laboratorium yang memadai,
terutama peralatan laboratorium yang merupakan salah satu unsur penunjang
utama pengujian selain personil yang kompeten dan metode analisa yang valid.
31
Jumlah peralatan laboratorium di Balai Besar POM di Padang mengalami
penambahan pada tahun 2020 setelah diperolehnya 2 (dua) unit alat
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) melalui mekanisme pengadaan barang
dan jasa. Namun demikian, tambahan alat tersebut belum secara signifikan
meningkatkan persentase pemenuhan jumlah peralatan sesuai dengan standar
minimum peralatan laboratorium berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI
Nomor HK.04.01.1.22.04.18.2167 Tahun 2018 tentang Standar Minimum
Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Oleh karena itu, pengadaan peralatan laboratorium masih
diperlukan, terutama untuk yang jumlahnya masih di bawah standar minimum
yang ditetapkan, sehingga kinerja pengujian laboratorium di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Padang dapat ditingkatkan seiring dengan
penambahan parameter kritis dan ruang lingkup akreditasinya.
Tahun 2020 Anggaran yang disediakan untuk kegiatan pengawasan Obat dan
Makanan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 sesuai revisi APBN-P yaitu sebesar
Rp. 38.496.037.000,- yang terdiri dari belanja Pegawai, Rp. 17.431.801.000,- ,
Belanja Barang Rp. 18.276.718.000,- dan Belanja Modal Rp. 2.787.518.000,-
Bidang Informasi dan Komunikasi merupakan salah satu bidang pada UPT
BPOM. Adapun tugas Bidang Informasi dan Komunikasi adalah melaksanakan
kebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi,
dan pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama
di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
32
1. penyusunan rencana dan program di bidang pengelolaan komunikasi,
informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
2. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
3. penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat
dan Makanan; dan
4. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
33
7. Penyusuna Laporan Magang dan Presentasi
a. Manusia (Man)
b. Dana (Money)
c. Sarana (Fasilitas)
Sarana yang digunakan sesuai dengan fasilitas yang dibutuhkan, yaitu alat untuk
pengambilan sampling dan tes kit untuk pengujian sampling.
d. Metode (Method)
34
3.5.2. Pengorganisasian (Organizing)
Yang terlibat dalam kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan), namun juga melibatkan Pemerintahan daerah
dalam hal ini dinas yang membawahi mekanisme Pasar yaitu Dinas Perdagangan.
FASILITATOR/
KEPALA UPTD
35
Gambar 3.1. Struktur Penyelenggara Pasar Aman
Garis Komando
Garis Koordinasi
Berdasarkan DIPA Tahun 2020 sesuai Peraturan BPOM Nomor 3 Tahun 2020
tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang
Kesehatan Subbidang Pengawasan Obat dan Makanan Tahun Anggaran 2020.
1. Kegiatan Advokasi Desa Pangan Aman, Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
dan PJAS,
Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 23 Juni 2020 di Hotel Caredek Kab. Solok.
Kegiatan dihadiri oleh 33 orang dari setiap perwakilan OPD secara daring dan
luring dengan pembukaan acara oleh Bupati Kabupaten Solok dan memilih 4
Nagari (Nagari Jawi-jawi, Nagari Koto Sani, Nagari Dilam dan Nagari
Paninggahan) untuk diintervensi keamanan pangannya . Materi disampaikan
secara online oleh Kasie Komunitas Pendidikan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha Badan POM RI Ibu Yanti Kamayanti Latifa, SP.
M.Epid. kegiatan ini sejalan dengan dilakukan penandatanganan Kesepakatan
Bersama antara Pemerintah Kabupaten Solok dengan Balai Besar POM di
Padang. penandatanganan MoU oleh Bupati Kabupaten Solok Bapak H. Gusmal
SE. MM. dengan Plt. Kepala Balai Besar POM di Padang Ibu Elyunaida S.Si.
36
Apt. M.Farm dalam berkoordinasi dan berkomitmen untuk meningkatkan
kerjasama pengawasan di bidang Obat dan Makanan.
2. Balai Besar POM Padang Gelar Kampanye Pasar Aman Bebas Bahan
Berbahaya di Pasar Talang Kab. Solok. Pada tanggal 19 Agustus 2020 yang
didampingi 3 orang perwakilan Pemerintahan Nagari selaku pengelola pasar dan
menjadi pasar binaan BBPOM Padang tahun 2020. Harapannya, memberikan
pengetahuan tentang keamanan pangan & obat-obat serta kosmetika terhadap
diri sendiri maupun keluarga & lingkungan sekitarnya kedepannya, pasar
menjadi aman dan bebas dari bahan berbahaya.
3. Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
Pelaksanaan kegiatan pasar aman dari bahan berbahaya yang telah dilakukan
intervensi oleh Balai Besar POM di Padang hingga tahun 2019 sebanyak 9 pasar
yang ada di Sumatera Barat. Pada tahun 2020, terdapat tambahan 2 pasar baru
yang dilakukan intervensi yaitu Pasar Rabaa di Kabupaten Agam dan Pasar
Talang di Kabupaten Solok. Intervensi terhadap pasar ini berupa rangkaian
kegiatan diantaranya : Advokasi Pasar Aman kepada Stake Holder, Survey Pasar,
Bimtek Petugas Pasar serta Bimtek Komunitas Pasar. Di samping itu juga
dilakukan pengawalan terhadap pasar yang diintervensi pada tahun sebelumnya.
Tahun 2020 dilakukan pengawalan terhadap 5 (lima) pasar yang ada di kota
Padang yaitu Pasar Lubuk Buaya, Pasar Bandar Buat, Pasar Tanah Kongsi, Pasar
Alai, dan Pasar Ulak Karang. Dalam pengawalan ini, dilakukan pengambilan
sampel sebanyak 70 (tujuh puluh) sampel yang diduga mengandung bahan
berbahaya dan dilakukan pengujian terhadap sampel tersebut menggunakan rapid
test kit. Dari hasil pengawalan ini masih ditemukan pangan yang mengandung
bahan berbahaya seperti kerupuk tempe yang mengandung boraks. Hasil dari
pengawalan ini dikomunikasikan dengan pengelola pasar dan dinas terkait untuk
dapat ditindaklanjuti.
37
Berbahaya di Kota Padang dan mendapat penghargaan pada Tahun 2017. Adapun
dasar-dasar yang harus dipenuhi oleh Pasar untuk diintervensi adalah :
(1) persediaan infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan,
(2) pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan,
dan
(3) perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan komunitas lainnya
untuk hidup bersih, sehat dan higienis. (Pedoman Implementasi Pasar Aman,
2013).
Pemilihan Pasar Alai yang diintervensi sebagai Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya sudah sesuai dengan tiga persyaratan yang harus dipenuhi. Pasar Alai
adalah salah satu pasar yang melayani kebutuhan masyarakat di Kecamatan
Padang Utara. Pasar ini tepatnya berada di Jalan Teuku Umar dengan luas 9.294
m2. Dari sisi kependudukan jumlah kunjungan pasar ini didominasi oleh
masyarakat Kelurahan Alai Parak Kopi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat di kelurahan ini akan menyebabkan pasar terus berkembang
dengan sendirinya, jumlah kunjungan akan terus meningkat yang ditunjang
dengan lokasi pasar yang mudah dijangkau dari segala arah.
Pasar Alai termasuk salah satu pasar tradisional sebagai pasar percontohan
diantara pasar tradisional lainnya.Pasar Alai terdiri dari 232 petak toko dan kios,
72 petak meja batu serta 33 petak los ikan. Dengan penataan yang baik pasar Alai
bisa menjadi salah satu pasar yang menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat
untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, karena letak dan posisinya yang strategis
dekat dengan perumahan dan perkantoran. Oleh karena itu program Pasar Peduli
Konsumen dan Pengawasan Bahan Berbahaya dengan menginisiasikan Program
Pasar Aman oleh BPOM telah menjadi suatu kegiatan agenda tahunan di Pasar
Alai.
Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
pangan yang ada di Pasar, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang
pentingnya pasar aman dari bahan berbahaya, Pengambilan Sampling makanan
untuk diuji,
38
melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan koordinator Balai
POM.
serta output
39
Evaluasi Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
40
Dinas-Dinas terkait, memberikan pelatihan kepada Fasilitator cara melakukan
sampling.
BAB IV
PEMBAHASAN
Perencanaan pada kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya didasari atas
Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
dan Pedoman Implementasi Pasar Aman 2013 serta Peraturan BPOM Nomor 3
Tahun 2020 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus
41
Nonfisik Bidang Kesehatan Subbidang Pengawasan Obat dan Makanan Tahun
Anggaran 2020.
Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai oleh Balai
Besar POM Padang sudah berjalan dengan baik. Secara umum, kegiatan ini sudah
mengikuti Standar Operasional Prosedur yang telah ditetapkan dan sudah
mengikuti Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman 2013.
42
Selain Koordinator di Balai Besar POM juga ada pengorganisasian dari UPTD
Pasar Alai sebagaimana SOTK terlampir.
Pelaksanaan kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai telah
dilaksanakan sesuai dengan pedoman Pasar Aman 2013, dan mendapat
penghargaan sebagai Pasar Aman dari Bahan Berbahaya pada Tahun 2017.
Disini terlihat kerjasama yang baik antara Fasilitator Pasar Aman dengan
Koordinator Pasar Aman.
Adapun dari hasil wawancara dengan Fasilitator dan Pelaksana Pasar Aman
terkait uraian tugas masing-masing adalah :
1. Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
pangan, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang pentingnya pasar
aman, melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan koordinator
Balai POM.
2. Pelaksana Pasar Aman bertugas dalam monitoring dan koordinasi dengan
Fasilitator, ikut dalam seluruh rangkaian kegiatan pasar aman, melaksanakan
advokasi dengan dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait,
ikut serta dalam melaksanakan proses pelatihan bersama Fasilitator Pasar Aman
dan lain-lain.
3. Koordinator Pasar Aman bertugas untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi
laporan Fasilitator, ikut serta dalam kegiatan survey pasar, ikut melaksanakan
advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait,
memberikan pelatihan kepada Fasilitator.
43
Namun dalam pelaksanaan tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak
indikator yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam suatu kegiatan.
Hal ini juga terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pasar Aman dari bahan
berbahaya. Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi baik
dari tingkat Fasilitator hingga Koordinator.
1. Faktor Pendukung
a. Fasilitator
1) Kerjasama dengan Stakeholder yang baik
2) Jumlah alat sampel dan alat uji yang memadai
3) Pelaporan yang teratur dan tepat waktu.
b. Koordinator
1) Koordinasi dengan fasilitator yang efektif
2) Kegiatan monitoring yang teratur
3) Transparansi dan penyaluran dana anggaran yang baik
Dapat diketahui bahwa faktor pendukung dari segi koordinator dikarenakan
hubungan antara setiap stakeholder yang baik sehingga untuk melakukan
koordinasi jauh lebih mudah.
Dari hasil wawancara dengan Fasilitator dalam hal ini Kepala UPTD Pasar Alai,
Bapak Mawardi dapat diketahui bahwa menurut Bapak Mawardi selaku fasilitator
yang menjadi faktor pendukung dari koordinator adalah karena hubungan yang
44
baik antar unit kerja dan transparan dan koordinasi yang baik antara setiap unit
kerja.
2. Faktor Penghambat
a. Fasilitator
Pada tingkat Fasilitator, kendala-kendala yang sering dihadapi adalah
1. Edukasi kepada Pedagang tentang pentingnya pasar aman
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kualitas pangan yang dijual di Pasar
sangat berat. Pedagang biasanya menjual bahan pangan yang mengandung bahan
berbahaya biasanya tidak megerti dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan
sehingga diperlukan edukasi. Pelanggaran yang paling sering terjadi adalah
Penggunaan pewarna yang bukan untuk pangan kepada bahan pangan dengan
alasan agar dagangan terlihat menarik menjadi kendala terbesar Fasilitator untuk
menyelesaikannya.
Berdasarkan Laporan dari UPTD Pasar Alai selaku Fasilitator Pasar Aman,
beberapa kendala yang ditemukan di lapangan :
45
b. Koordinator
1) Kendala dalam mengedukasi Fasilitator tentang pentingnya mengedukasi
Pedagang tentang pasar aman.
2) Kendala pada kegiatan advokasi dalam sosialisasi dan kampanye pada
masyarakat karena pada saat kegiatan masyarakat yang kurang memperhatikan
penyampaian yang sampaikan.
Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar tradisonal masih
rentan terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk makanan yang
beredar di pasaran. Balai Besar POM RI dan UPTD Pasar Alai bekerja sama
dalam menangani masalah tersebut dan berkewajiban untuk menjamin pemenuhan
meliputi ketersediaan , mutu , gizi dan keamanan produk makanan.
46
pewarna makanan , karena umumnya anak – anak lebih tertarik dengan jajanan
yang memiliki warna yang menarik.
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dari proses manajemen karena
dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program atau pelaksanaan
kegiatan. Monitoring dan evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah direncanakan tersebut tercapai sehingga dapat dijadikan acuan
untuk perencanaan berikutnya.
Berdasarkan hasil peninjauan ke lokasi Pasar Alai tepatnya UPTD Pasar Alai telah
dilaksanakan monitoring dengan baik, terbukti dari hasil pengujian sampel
terakhir pada Tahun 2020 dari 100 sampel hanya 1 sampel yang mengandung
bahan berbahaya yaitu Borak pada kerupuk nasi dan terdapat pada 4 toko/kios
yang berbeda, dan hasil tindaklanjut sudah dilaporkan ke BBPOM Padang.
47
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Strategi Pengelolaan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Alai sudah
cukup baik terlihat dari kerjasama yang baik antara Balai Besar POM Padang
selaku Koordinator Pasar Aman dengan Fasilitator Pasar Aman (Kepala
UPTD Pasar Alai dan Pelaksana Pasar Aman dalam menjalankan dan tugas
fungsinya.
2. Pelaksanaan rutinitas pekerjaan pada program pasar aman masih belum
maksimal, hal ini dilihat dari kegiatan advokasi Pemerintah Kota Padang
belum melibatkan semua lapisan masyarakat, ormas dan Universitas yang
merupakan salah satu input dari rencana program pasar aman.
3. Pembinaan pada oknum pedagang perlu ditingkatkan dengan memberikan
sanksi tegas sesuai dengan kesalahan yang diperbuat. Tanpa sanksi tegas
penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk pangan tidak akan berakhir.
48
4. Faktor Penghambat dari pelaksanaan Strategi Pasar Aman terletak pada
sulitnya mengedukasi masyarakat dan pedagang terkait pentingnya kegiatan
Pasar aman.
5. Faktor Pendukung dari pelaksanaan pasar aman adalah kerjasama antara
stakeholder yang optimal, penyaluran dana dan KIT sampling dan alat uji
yang cepat, serta pelaporan tepat waktu.
5.2. Saran
49
3. Bagi institusi
DAFTAR PUSTAKA
50
12. Balai Besar POM Padang, Laporan Tahunan BBPOM Padang Tahun 2020.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menks/SK/VI/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
14. Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Lampiran
51
52