Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Disusun oleh :
Siti Nurrohmah, S.Farm
260112180094
Disusun oleh :
Siti Nurrohmah, S.Farm
260112180094
Dwie Astrini, S.Si., Apt., M.Si Dr. Sandra Megantara, M.Farm., Apt
NIP. 19790714 200501 2 002 NIP. 19830420 201504 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugrah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktek Kerja Profesi Apoteker di
BBPOM Banfung pada periode bulan Januari 2019. Laporan akhir ini merupakan salah
satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program
dapat terlaksana dengan lancar berkat kerjasama, bantuan, pengarahan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, S.Si., Apt., MPPM. Selaku Kepala Balai
2. Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran.
3. Dra. Ami Damilah., Apt. selaku Kepala Bidang Pengujian Balai Besar POM di
Bandung.
4. Dr. Ida Musfiroh, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
6. Dr. Sandra Megantara, M.Farm., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas
7. Seluruh staff dan karyawan terutama di seksi Pengujian Mikrobiologi Balai Besar
PKPA.
8. Segenap staff pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
9. Lusiana Rizki, Fauzia Cahyarani dan Mulkan yang telah berjuang bersama selama
10. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker angkatan 2018 Fakultas Farmasi
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna dan
memohon maaf kepada semua pihak apabila selama menjalani Praktek Kerja Profesi
Apoteker dan pengerjaan laporan ini penulis banyak melakukan hal yang tidak
berkenan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujian PKPA di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Bandung
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Balai Besar POM bagi
mahasiswa profesi Apoteker adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam lembaga pemerintahan.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di lembaga
pemerintahan.
3. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di lembaga
pemerintahan.
1.3. Manfaat PKPA di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Bandung
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
- Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Presiden, 2017).
Badan POM menerapkan SISPOM (Sistem Pengawasan Obat dan Makanan) yang
terintegrasi antara 3 pilar; industri (principal), konsumen (masyarakat) dan
pemerintah.
System pengawasan oleh produsen dimulai dari cara pembuatan dari bahan baku,
cara pembuatan dan segala sesuatu yang mendukung pembuatan suatu produk terjamin
keamanan dan mutu produk harus terjamin, serta setiap proses yang dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan produsen bersedia dikenakan sanksi jika tidak
mematuhi peraturan mengenai standar-standar pembuatan produk, baik secara
administrative maupun pro-justisia.
2.1.2. Profil Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung
Balai Besar POM di Bandung bertugas sebagai unit pelaksana teknis untuk
wilayah Jawa Barat. Sistem manajemen mutu (quality management system) yang
diterapkan di wilayang Balai Besar POM mengacu pada ISO 9001-2008 dan telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), selain itu, Labratorium
pengujian pun telah terakreditasi oleh KAN dengan mengacu pada SNI-19-17025-
2008.
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Bandung
Balai Besar POM terdiri atas kepala balai, bidang pengujian, bidang
pemeriksaan, bidang penindakan, bidang informasi dan komunikasi, bagian tata usaha,
dan kelompok jabatan fungsional. Setiap bidang mempunyai tugas masing-masing
sesuai dengan bidangnya.
Wilayah kerja Balai Besar POM di Bandung mencakup wilayah Jawa Barat yang
terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Subang, Cianjur, Garut, Bandung Barat,
Majalengka, SUmedang, Bandung, Karawang, Kota Bekasi, Bekasi, Sukabumi,
Cimahi, Kota Sukabumi, Purwakarta, Cirebon, Kota Cirebon, Indramayu. Kuningan.
Alat yang digunakan pada pengujian E.coli antara lain seperangakat alat gelas,
inkubator 44±1°C, stomacher dan alat penghitung koloni. Media dan pengencer yang
digunakan antara lain Peptone Dilution Fluid (PDF), Mac Conkey Broth (MCB),
Tryptone Broth (TB), Nutrient Agar, E.coli Broth (ECB) dan larutan kovac.
PDF digunakan sebagai pelarut sampel karena PDA merupakan pelarut yang
cocok untuk bakteri E.coli. MCB digunakan karena media ini merupakan media yang
sering digunakan dalam pengujian mikroorganisme pathogen usus, sehingga akan
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme lain. TB digunakan untuk pengujian
konfirmasi metode indol yang selanjutnya ditambahkan larutan kovack (Wattimena, et
al., 1991).
Perlakuan pertama untuk pengujian E.coli ialah menghomogenisasi sampel dengan
pelarut atau pengencer. Homogenisasi sampel dilakukan dengan cara yang sangat
aseptis agar hasil pengujian tidak bias. Sampel ditimbang sebanyak 25 gram kedalam
plastic sampel, kemudian ditambahkan 225 ml PDF (1:9). Sampel kemudian
dihomogenisasi menggunakan stomacher selama 30 detik, hasil suspensi yang didapat
merupakan suspense sampel dengan pengenceran 10-1. Kemudian dilakukan
pengenceran bertingkat dengan memipet 1 ml dari suspense 10-1 kedalam tabung berisi
PFA sebanyak 9 ml, hingga didapat 10-2 lanjutkan pengenceran hingga didapat
pengenceran 10-3. Masing-masing suspensi sampel 10-1, 10-2, 10-3 kemudian di pipet
sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam 9 ml media MCB yang telah dilengkapi oleh
tabung durham, media ini merupakan media yang mengandung nutrient yang ditambah
dengan garam empedu berwarna merah muda dan transparan, yang merupakan salah
satu media pertumbuhan pathogen usus, dari tiap pengenceran dibuat 3 perlakuan.
Setelah itu, semua diinkubasi dalam inkubator suhu 35-37°C selama 24-48 jam. Setelah
itu catat dan amati hasil yang terjadi. Dikatakan positif jika warna larutan dalam tabung
menjadi keruh dan terbentuk gas di dalam tabung durham.
Uji konfirmasi dilakukan untuk sampel-sampel yang positif dengan cara
memindahkan 1 sengkelit dari biakan dalam MCB ke dalam 10 ml media ECB yang
telah dilengkapi oleh tabung durham. Kemudian, seluruh tabung diinkubasi pada suhu
44±0,5°C selama 24-48 jam, suhu ini merupakan suhu yang cocok bagi pertumbuhan
bakteri E.coli. setelah diinkubasi lakukan kembali pengamatan terhadap tabung. Hasil
dinyatakan positif apabila terbentuk gas dalam durham serta media berwarna keruh.
Sampel yang menunjukkan hasil positif kemudian dilakukan uji lanjut dengan
menginokulasikan kedalam media EMB lalu diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24
jam. EMB merupakan media agar yang mengandung eosin dan methylene blue yang
dapat membantu pembacaan hasil inkubasi media. Hasil positif E.coli ditandai dengan
terbentuknya mikroba dengan inti berwarna gelap dengan titik hitam (metalik), eosin
dan methylene bluei membantu memperjelas warna yang terbentuk.
Koloni dari salah satu sampel kemudian ditumbuhkan dalam media NA/TSA
miring untuk dilakukan uji konfirmasi indol. Koloni dalam media NA di inokulasikan
pada TB kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35-37°C, selanjutnya
ditambahkan larutan kovac dan dikocok kuat, lalu amati hasil setelah 10 menit. Hasil
positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna merah tua pada permukaan
biakan.
Metode MPN (most probable number) ialah metode yang digunakan untuk
mengetahui jumlah koloni dalam suatu pengujian. Metode pengujian MPN ini
dilakukan menggunakan 3 tabung pada setiap konsentrasi. Penulisan hasil adalah
dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif di tiap konsentrasi,
lalu dikelompokkan berdasarkan konsentrasi. Kemudian, dibandingkan dengan tabel
MPN yang menginterpretasikan jumlah koloni dalam suatu sampel.
Berbeda dengan E.coli, salmonella tidak boleh terdapat dalam sampel, karena
merupakan bakteri pathogen, sehingga keberadaannya akan sangat merugikan bagi
tubuh manusia. Maka dari itu, salmonella tidak boleh ada barang 1 koloni pun, jika
ada dinyatakan produk tersebut tidak memenuhi syarat.
e. Uji Angka Staphylococcus aureus
Peralatan yang digunakan antara lain pipet ukur mulut lebar, batang gelas bengkok,
alat hitung koloni dan stomaker. Media dan pengencer yang digunakan antara lain
Brain Heart Infusion Broth (BHIB), Baird Parker Agar + Egg Yolk Tellurite (BPA-
EY), Buffered Peptone Water (BPW), dan Trypticase Soy Agar (TSA). Pereaksi yang
digunakan antara lain koagulase plasma kelinci dengan EDTA dan Egg Yolk Tellurite
(5% emulsi kuning telur dalam NaCl 1 : 1 + kalium telurit 1%).
Tahap petama yang dilakukan adalah sampel dipipet secara aseptik sebanyak 25
mL atau ditimbang sebanyak 25 g cuplikan, sampel dimasukkan ke dalam kantung
stomaker, 225 mL BPW ditambahkan ke dalam kantung dan sampel dihomogenkan
dengan stomaker selama 30 detik hingga diperoleh suspensi homogen dengan
pengenceran 10-1. Selanjutnya 2 tabung yang masing-masing telah diisi dengan 9 mL
BPW disiapkan. Kemudian 1 mL pengenceran 10-1 dipipet ke dalam tabung yang
berisi 9 mL BPW hingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-2. Pengenceran
berikutnya dibuat hingga pengenceran 10-3. Selanjutnya 3 cawan berisi BPA-EY
(triplo) disiapkan untuk setiap pengenceran, dan dari tiap pengenceran dipipet 0,3 mL;
0,3 mL; dan 0,4 mL ke lempeng media BPA-EY. Segera disebarratakan dengan batang
gelas bengkok. Biarkan cawan dengan posisi ke atas didalam inkubator selama 10-60
menit, kemudian inkubasi cawan dengan posisi dibalik pada suhu 35°C selama 24-48
jam. Cawan yang mengandung 15-300 koloni terduga S. aureus dipilih dan dihitung.
Koloni terduga S. aureus adalah bulat, halus, konveks, diameter 2-3 mm, berwarna
abu-abu kehitaman, memucat di tepi koloni, dan apabila dicuplik dengan jarum ose
koloni tampak seperti mentega sampai lengket. Hasil pengujian Angka S. aureus pada
sampel pangan dapat dilihat pada Tabel 2.5
3.1. SIMPULAN
TUGAS KHUSUS
Pangan jajanan merupakan minuman atau makanan yang didapat langsung dari
penjual tanpa adanya pengolahan oleh pembeli dengan kata lain makanan atau
minuman yang didapat dari penjual bisa langsung di konsumsi oleh pembeli.
Pangan jajanan banyak didapatkan di daerah sekolah anak. Pangan jajanan yang
didapat dari pedagang kaki lima (PKL) banyak yang diragukan dari segi higienitas,
keamanan dan mutu jajanan tersebut, karena harga nya yang relative murah.
Badan POM pada tahun 2013 melakukan pengujian syarat jajanan anak sekolah
dengan berbagai parameter uji. Dari 5.566 jumlah jajanan sekolah ada sekitar 1.730
yang tidak memenuhi syarat, jika di presentasikan sekitar 31,08. Tentunya ini
bukanlah angka yang kecil, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BPOM.
Escherichia coli merupakan salah satu mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh
jika dalam tubuh dalam jumlah yang berlebih, atau berada di luar usus sehingga
menyebabkan infeksi di organ tertentu. Beberapa infeksi yang dapat disebabkan oleh
E.coli antara lain (Agung, 2010);
1. Infeksi saluran kemih
E.coli merupakan salah satu penyebab infeksi saluran kemih, kebanyakan pada
wanita muda yakni sekitar 90%. Gejala yang ditimbulkan dari terinfeksi oleh E.coli
antara lain sering buang air, dysuria, hematuria dann pyuria. Jika terdapat gejala
seperti nyeri pinggang, bisa saja berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian
atas.
2. Diare
Diare merupakan penyakit yang menjadikan seseorang buang air besar dengan
tekstur lunak bahkan berupa air saja dalam jangka waktu sedikit namun terjadi
lebih dari 3 kali (Depkes, 2011). E.coli juga merupakan penyebab diare yang sangat
sering. E.coli penyebab diare beragam bergantung sifat virulensinya, antara lain
EPEC, ETEC, EIEC, EHEK dan EAEC. Kebanyakan, E.coli penyebab diare berasal
dari makanan atau minuman yang kurang higienis sehingga didalamnya terdapat
bakteri sehingga akan terbawa masuk kedalam tubuh dan menginfeksi. Kasus diare
merupakan yang paling sering, seseorang yang terkena diare dapat pula mengalami
dehidrasi karena banyaknya air yang keluar dari dalam tubuh.
3. Sepsis
Sepsis terjadi bila E.coli masuk kedalam aliran darah dan system pertahanan tubuh
inang normal sedang tidak baik.
4. Meningitis
E. coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. E. coli
merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal.
Gejala penyakit yang disebabkan oleh E.coli adalah kram perut, diare (pada
beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi
berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari. Keracunan
makanan tidak dapat diatasi apabila faktor dan penyebab dari keracunan makanan
tersebut belum teratasi. Bakteri patogen secara umum tidak dapat bertahan pada suhu
yang tinggi dan suhu yang rendah sehingga pengolahan makanan hingga masak dan
penyimpanan yang baik dengan suhu rendah dan tertutup dianjurkan dalam menangani
dan mecegah terjadinya kontaminasi dari bakteri pada makanan yang akan disajikan
(Habullah & Farimawali, 2015).
Jika dalam kurun waktu satu minggu belum dapat pulih atau memiliki tanda-tanda
berikut, sebaiknya segera melakukan pemerikssaan oleh dokter (Ariyani & Faisal,
2006);
Diare yang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik setelah lima hari pada orang
dewasa, atau selama dua hari pada bayi dan anak-anak.
Muntah-muntah selama lebih dari 12 jam. Jika terjadi pada bayi di bawah usia tiga
bulan, segera temui dokter anak.
Munculnya gejala dehidrasi, seperti jumlah urine menurun, merasa sangat haus,
atau kesadaran menurun.
- Menjaga kebersihan diri dan tempat terutama tempat tempat yang kontak langsung
dengan makanan.
- Pisahkan bahan pangan mentah dan matang serta disimpan dengan penyimpanan
yang tertutup dan suhu yang sesuai.
- Pakan yang dimasak harus hingga benar-benar matang sehingga tidak terdapat lagi
patogen yang tidak diinginkan.
- Simpan makanan siap makan dengan penyimpanan yang tertutup rapat dan suhu
yang sesuai.
- Menggunakan air bersih dan bahan pangan yang masih segar
DAFTAR PUSTAKA
Adila, R., Nurmiati, & Agustien, A. (2013). Uji Antimikroba Curcuma spp. terhadap
Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Jurnal Biologi, Vol : 3, No 1.
Ariyani, D., & Faisal, A. (2006). Mutu Mikrobiologi Minuman Jajanan di Sekolah
Dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan, 44-50.
BPOM. (2016). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 16
Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. Jakarta:
BPOM RI.
BPOM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.
Depkes. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan : Lintas Diare, Lima Langkat
Tuntaskan Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden, P. (2017). Peraturan Presiden No. 80 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta.
Puspandari, N., & Ani, I. (2015). Deskripsi Hasil Uji Angka Lempeng Total (ALT)
pada Beberapa Susu Formula Bayi. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 106-112.
Wattimena, J., Sugiarso, N., Widianto, M., Sukandar, E., Soemardji, A., & Setiadi, A.
(1991). Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
WHO. (2015, Januari 25). Estimates of the global burden of foodborned diseases.
Retrieved from World Health Organization:
http://www.who.int/foodsafety/areas_work/foodborne-diseases/ferg/en/
LAMPIRAN