ORT2023
PORTOFOLIO 2024
PRAKTIK KERJA
PROFESI APOTEKER
INDUSTRI FARMASI
ANGKATAN 39
IDENTITAS MAHASISWA
No. HP
Tempat PKPA
: LAFI AU
Pembimbing 1 : apt. Aulia Rachman, S.Farm
(Industri farmasi)
Berjanji :
1. Merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui sehubungan dengan tugasdi tempat Praktek
Kerja Profesi Apoteker yang dipercayakan kepada saya kecuali untuk kepentingan
akademik;
2. Menjalankan tugas Praktek Kerja Profesi Apoteker saya dengan sebaik- baiknya
3. Dalam menunaikan praktek kerja profesi apoteker, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh dengan pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
4. Memelihara hubungan baik dan menghormati pembimbing saya, rekan sesama
mahasiswa, Apoteker dan tenaga kesehatan lainnya;
5. Mentaati segala peraturan di Program Studi Profesi Apoteker dan tempat Praktek Kerja
Profesi Apoteker yang ditetapkan dalam penyelenggaraan program pendidikan ini;
6. Menjunjung tinggi kehormatan diri saya, almamater dan Profesi Apoteker.
Saya ikrarkan janji ini dengan sunguh-sungguh dan dengan penuh keinsyafan. Apabila di
kemudian hari saya melanggar janji ini, saya bersedia menerima sanksi dari Program Studi
Profesi Apoteker maupun tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Bandung, 23 Desember 2023
Yang bertanda tangan,
PORTOFOLIO I
SEJARAH, VISI MISI,
DAN ORGANISASI
INDUSTRI FARMASI
PORTOFOLIO I
SEJARAH VISI MISI, DAN ORGANISASI INDUSTRI FARMASI
A. Sejarah, Visi Misi, dan Organisasi Perusahaan
1. Sejarah
Dinas Kesehatan TNI Angkatan Udara merupakan salah satu Badan Pelaksana
Pusat di tingkat Markas Besar TNI Angkatan Udara mempunyai tugas membina dan
menyelenggarakan fungsi kesehatan serta pembinaan jasmani personel TNI AU, yang
dalam pelaksanaannya meliputi dukungan kesehatan maupun pelayanan kesehatan
berupa kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keberadaan Lembaga
Farmasi Drs. Roostyan Effendie, Apt disebut Lafiau Roostyan Effendie di jajaran
Diskesau sangat berperan dalam penyediaan produk obat jadi, alat kesehatan (Alkes)
dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diperlukan untuk dukungan
kesehatan pada setiap operasi atau latihan TNI AU, pelayanan kesehatan dan
peningkatan derajat kesehatan personel TNI AU, PNS beserta keluarganya serta
masyarakat umum.
Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie adalah pelaksana teknis
yang berkedudukan di bawah Dinas Kesehatan Angkatan Udara (DISKESAU).
Lembaga Farmasi Angkatan Udara Rosstyan Effendie bertugas melakukan pembinaan
kemampuan dan pelaksanaan produksi obat jadi, pembekalan, pengawasan kualitas
dan persyaratan teknis kefarmasian untuk melaksanakan dukungan dan pelayanan
kesehatan anggota TNI AU pada khususnya dan anggota TNI pada umumnya.
Lafiau Roostyan Effendie adalah satuan kerja pelaksana teknis yang
berkedudukan di bawah Dinas Kesehatan TNI Angkatan Udara yang bertugas
membina kemampuan produksi obat jadi, penatalaksanaan pergudangan bekal
kesehatan serta pengendalian dan pengawasan kualitas sesuai persyaratan teknis
kefarmasian, serta membina profesi farmasi untuk pelaksanaan dukungan dan
pelayanan kesehatan melalui fasilitas kesehatan tingkat pratama (FKTP) yang
melayani pasien BPJS serta kegiatan bakti sosial bagi masyarakat umum. Terbitnya
regulasi khususnya Permenkes RI Nomor 16 Tahun 2013 tentang Industri Farmasi,
Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 tanggal 7 Desember 2018 Tentang Penerapan
Cara Pembuatan Obat yang Baik serta Instruksi Presiden (Inpers) Nomor 6 Tahun 2016
tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, menjelaskan
bahwa Lafiau Roostyan Effendie sebagai industri farmasi milik TNI memiliki tuntutan
dan kewajiban yang diberlakukan sama dengan industri farmasi lainnya, juga harus
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
mampu mengoptimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan kemandirian
industri farmasi nasional. Disisi lain dengan diberlakukannya UU RI Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS, maka tuntutan akan peran aktif dalam mendukung pemenuhan
obat nasional pada program pemerintah dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
diperlukan kesiapan untuk mendukung penyediaan bekal kesehatan yang bermutu,
aman dan berkualitas tidak hanya bagi prajurit TNI AU, PNS beserta keluarganya juga
bagi masyarakat umum.
LAFIAU tidak memiliki anak perusahaan maupun sistem company dan bukan
merupakan lembaga yang berlandaskan pada profit oriented. Lembaga ini murni milik
DISKESAU yang hanya melayani obat-obatan yang khusus diperuntukkan bagi
anggota TNI AU. Sebelum era BPJS, obat-obat yang diproduksi LAFIAU belum
memiliki nomor registrasi karena obat-obat tersebut diproduksi bukan untuk
masyarakat umum, melainkan hanya untuk anggota TNI AU beserta keluarganya.
Memasuki era BPJS, LAFIAU sudah mendaftarkan beberapa produk obat untuk
mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) agar obat tersebut dapat digunakan oleh
masyarakat umum.
Fasilitas produksi yang tersedia yaitu gedung produksi non betalaktam, gedung
produksi betalaktam, dan gedung produksi sefalosporin beserta sarana penunjangnya,
maka dilakukan pemenuhan persyaratan sertifikat CPOB produk tersebut. LAFI AU
berpedoman pada standar CPOB, LAFI AU juga mendapatkan pengakuan dari
pemerintah, terbukti dengan perolehan sertifikat CPOB dari BPOM RI, yang secara
bertahap diberikan, pada tahun 1996 sebanyak 5 sertifikat, tahun 1999 ditambahkan 7
sertifikat dan tahun 2005 sebanyak 3 sertifikat. Total sebanyak 15 sertifikat CPOB.
Tanggal 25 November 2005, BPOM RI mengeluarkan 3 dari 4 sertifikat yang diajukan,
yaitu sediaan tablet, kapsul dan sirup kering antibiotika sefalosporin, kemudian pada
tahun 2017 diperoleh sertifikat untuk tablet, kapsul keras dan serbuk oral antibiotika
sefalosporin sebagai hasil resertifikasi.
LAFI AU tidak memiliki anak perusahaan maupun sister company dan bukan
merupakan lembaga yang berlandaskan pada profit oriented. Lembaga ini murni milik
DISKES AU yang hanya melayani obat-obatan yang khusus diperuntukkan bagi
anggota TNI AU. Sebelum era BPJS, obat-obat yang diproduksi LAFI AU belum
memiliki nomor registrasi karena obat-obat tersebut diproduksi bukan untuk
masyarakat umum, melainkan hanya untuk anggota TNI AU beserta keluarganya.
Namun, dalam pelaksanaan produksinya LAFI AU telah menerapkan aspek-aspek
CPOB. Memasuki era BPJS, LAFI AU sudah mendaftarkan beberapa produk obat
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
untuk mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) agar obat tersebut dapat digunakan oleh
masyarakat umum.
Pada 1 Januari 2014 yang mana merupakan era baru bagi dunia kesehatan di
Indonesia, yaitu berlakunya Undang-Undang BPJS. LAFIAU yang awalnya
melakukan pelayanan berupa produksi obat-obatan untuk mendukung kesehatan
anggota TNI AU dan keluarganya akhirnya dialihkan ke BPJS kecuali bidang
kesehatan operasi TNI AU. Sesuai arahan Panglima TNI diupayakan semaksimal
mungkin fasilitas kesehatan TNI termasuk LAFIAU dapat menjadi mitra kerja BPJS.
LAFIAU mengemban peran farmasi militer di era BPJS diharapkan LAFI AU tidak
hanya berorientasi kepada produk saja, tetapi juga pada pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) yang langsung menjangkau kesehatan personel angkatan udara
dan masyarakat. Saat ini, LAFI AU sudah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) untuk
empat produk obat yaitu Cefalaf Kapsul (Sefadroksil 500mg), Cefalaf dry syrup
(Sefadroksil dry syrup 250mg/5ml), Lafsefik Kapsul (Sefiksim 100mg) dan Lafsefik
dry syrup (Sefiksim dry syrup 100mg/5ml) yang dapat diedarkan kepada masyarakat.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Lafiau Roostyan Effendie mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi utama
1) Penyedia bekal kesehatan baik obat, Alkes maupun produk PKRT untuk
dukungan kesehatan pada setiap operasi/latihan TNI AU, pelayanan
kesehatan dan mendukung pemenuhan kebutuhan obat nasional.
2) Pengawasan mutu obat, Alkes dan PKRT hasil produksi melalui kegiatan
pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan persyaratan teknis kefarmasian.
3) Penjaminan mutu obat, Alkes dan PKRT dengan memastikan bahwa semua
fasilitas, sarana prasarana, bahan baku obat, Alkes dan PKRT serta personel
yang melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan ketentuan.
4) Penelitian dan pengembangan bidang farmasi baik formulasi obat, potensi
bahan alam sebagai bahan baku obat, metode deteksi dan identifikasi guna
mencegah dampak ancaman CBRN-E.
5) Pengelolaan bekal kesehatan dari penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian ke seluruh Satker TNI AU sesuai ketentuan CDOB dan
administrasi pada aplikasi SIMAK BMN.
6) Pengembangan kompetensi tenaga farmasi menyesuaikan dengan tuntutan
regulasi di bidang kefarmasian dan perkembangan IPTEK, khususnya di
bidang kesehatan melalui pendidikan dan latihan.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
b. Fungsi organik militer
1) Pembinaan kemampuan dan penggunaan sarana dan prasarana Lafiau
Roostyan Effendie serta penunjangnya sesuai ketentuan CPOB, CPPKRTB
dan CDOB.
2) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait di luar Lafiau Roostyan
Effendie dengan BPOM RI, Kementrian kesehatan, Kementrian
perindustrian.
3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di FKTP bagi Prajurit TNI AU, PNS
beserta keluarga dan masyarakat umum.
c. Fungsi organik pembinaan
1) Penyelenggaraan kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas Lafiau
Roostyan Effendie.
2) Penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan dan pengujian food security,
spesimen narkoba, produk halal dan cemaran lingkungan.
2. Visi Misi Perusahaan
a. Visi
Tersedianya obat berkualitas, profesional dalam penatalaksanaan pergudangan
bekal kesehatan, tegaknya sistem manajemen mutu dalam kinerja, peran serta
penyediaan obat nasional.
b. Misi
1) Melaksanakan produksi obat jadi dengan menerapkan CPOB secara
konsisten.
2) Melaksanakan pembekalan matkes mulai dari penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran berdasarkan kebijaksanaan Diskesau.
3) Melaksanakan pengawasan dan pemastian mutu matkes sesuai dengan
persyaratan teknis kefarmasian.
4) Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan latihan
dengan mengedepankan profesionalitas, efisien, efektif, dan modern.
3. Kegiatan Utama di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFI-AU)
Kegiatan utama di LAFI AU Roostyan Effendie yaitu memproduksi obat dan
perbekalan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan anggota TNI Angkatan Udara
dan pemenuhan kebutuhan obat nasional dengan mengutamakan mutu dan kualitas
produk yang dihasilkan. LAFI AU Roostyan Effendie memiliki personel profesional
dengan kualifikasi sesuai ketentuan CPOB. LAFI AU secara rutin memproduksi obat
dan perbekalan alat kesehatan dan didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
Pengadaan bahan dan barang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Angkatan Udara agar
pengelolaan secara satu pintu. Bahan dan barang yang datang ke LAFI AU harus
dilakukan pengecekan dan pengujian secara berkala sebelum dilakukan proses
produksi. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan memiliki
kualitas mutu sesuai dengan ketentuan CPOB.
Lafiau Roostyan Effendie bertugas membina kemampuan dan pelaksanaan
produksi obat jadi, Alkes dan PKRT, penelitian dan pengembangan formulasi obat,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, melaksanakan dukungan
kesehatan, membina kompetensi profesi farmasi, melaksanakan pengelolaan bekal
kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan Prajurit TNI AU, PNS beserta
keluarga dan masyarakat umum melalui Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
untuk pelayanan kesehatan primer dan rujukan termasuk peningkatan mutunya.
4. Sususan Organisasi Perusahaan
5. Kualifikasi, Fungsi Dasar dan Tanggung Jawab Manajemen Puncak dan Personel
Kunci (Manager Produksi, QC, dan QA) Perusahaan
Unsurisasi organisasi Lafiau Roostyan Effendie terdiri dari unsur pimpinan, unsur
pembantu pimpinan, unsur pelaksana dan unsur pelayanan dengan susunan sebagai
berikut:
a. Unsur Pimpinan, Unsur pimpinan adalah Kepala Lembaga Farmasi Angkatan
Udara Roostyan Effendie disebut Kalafiau Roostyan Effendie
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
1) Kalafiau Roostyan Effendie adalah Kepala Lembaga Farmasi TNI Angkatan
Udara Roostyan Effendie dijabat oleh Apoteker Militer berpangkat Kolonel
(M) yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi, PPIC,
pengelolaan urusan dalam, program kerja, perencanaan, pengendalian bahan
baku obat, Alkes dan PKRT serta bahan kemas, pembinaan profesi farmasi,
keselamatan kerja, produksi obat, Alkes dan PKRT, kegiatan pemastian mutu,
pengawasan mutu, pendidikan, penelitan dan pengembangan, pengelolaan
bekal kesehatan, pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana, pengelolaan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
2) Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, Kalafiau bertanggung jawab kepada
Kadiskesau
b. Unsur Pembantu Pimpinan, unsur pembantu pinpinan terdiri dari :
1) Kepala Satuan Pengawas Internal, disebut Ka SPI. dijabat oleh Pamen
berpangkat Kolonel (P), merupakan staf pembantu Kalafiau Roostyan Effendie
bidang pengawasan dan pemeriksaan.
2) Ka SPI dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh :
a) Kepala Pengawasan Administrasi Operasional Produksi, Pelayanan, dan
Sumber Daya Manusia disebut Ka Wasopsyan berpangkat Letkol Promosi.
b) Kepala Pengawasan Umum disebut Ka Wasum berpangkat Letkol
Promosi.
3) Ka SPI dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab
kepada Kalafiau.
4) Perwira Ahli Bidang Produksi dan Pengembangan, disebut Pa Ahli
Bidprodbang.
5) Perwira Ahli Bidang Material, Fasilitas dan Mutu, disebut Pa Ahli Bidmatfastu.
6) Sekretaris Lembaga disebut Sesla dijabat oleh Pamen berpangkat Letkol (M)
yang merupakan unsur pembantu pimpinan bertugas membantu Kalafiau
Roostyan Effendie untuk menyelenggarakan perencanaan dan pengendalian
administrasi, pengelolaan BMN Lafiau Roostyan Effendie, mengkoordinasi
dan mengevaluasi kegiatan seluruh bagian, pembinaan personel farmasi TNI
Angkatan Udara secara berkesinambungan, perencanaan, inventarisasi,
pengendalian dan menyiapkan personel serta peralatan dalam rangka
meningkatkan keselamatan kerja serta merancang kerjasama dengan instansi
lain.
7) Perwira Kesehatan, disebut Pakes
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
a) Pakes Gol V
b) Pakes Gol VI
c. Unsur Pelaksana
1) Kepala Bagian Produksi Obat
Disebut Kabag Prodbat. Merupakan pembantu pelaksana Kalafiau yang
dijabat oleh personel apoteker berpangkat Letkol (M) dengan tugas
melaksanakan produksi obat sesuai fasilitas yang dimiliki Lafiau Roostyan
Effendie untuk dukungan kesehatan dalam rangka ketahanan farmasi nasional.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut pada pasal 24 subpasal a, Kabag Prodbat
mempunyai fungsi sebagai berikut :
b) Merencanakan perhitungan kebutuhan bahan baku dan bahan pengemas
sesuai dengan rencana produksi obat yang dikeluarkan oleh Diskesau.
c) Memonitoring dan mensupervisi pelaksanaan penerimaan serta
penyimpanan bahan baku obat dan bahan pengemas dari bagian
pergudangan untuk persiapan proses produksi obat.
d) Merencanakan penyiapan peralatan, mesin dan sarana penunjang
produksi yang diperlukan dalam kegiatan produksi obat.
e) Merencanakan penyiapan bahan baku dan bahan pengemas yang akan
digunakan dalam proses produksi obat.
f) Merencanakan pengontrolan dokumen produksi obat sesuai dengan
pedoman CPOB terkini.
g) Merencanakan pelaksanaan kegiatan produksi sesuai perencanaan dari
Diskesau, berdasarkan surat perintah pelaksanaan produksi yang
dikeluarkan oleh Kalafiau.
h) Merencanakan pelaksanaan kegiatan produksi obat dan pengemasan
sesuai dengan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets.
i) Merencanakan penyerahan hasil produksi kepada bagian pergudangan
selanjutnya dikelola sesuai ketentuan.
Bagprodbat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a) Kepala Unit Produksi Betalaktam, disebut Kaunit Prod Betalaktam.
- Kepala Urusan Administrasi Logistik Produksi Betalaktam disebut
Kaur Minlog Prodbetalaktam.
- Kepala Urusan Kemas Betalaktam disebut Kaur Kemas Betalaktam
b) Kepala Unit Produksi Nonbetalaktam, disebut Kaunit Prod
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
Nonbetalaktam.
- Kepala Urusan Administrasi Logistik Produksi Nonbetalaktam
disebut Kaur Minlog Prodnonbetalaktam
- Kepala Urusan Kemas Nonbetalaktam disebut Kaur Kemas
Nonbetalaktam.
c) Kepala Unit Produksi Sefalosporin disebut Kaunit Prodsefalosporin.
- Kepala Urusan Administrasi Logistik Produksi Sefalopsorin disebut
Kaur Minlog Prod Sefalosporin.
- Kepala Urusan Kemas Sefalosporin disebut Kaur Kemas
Sefalosporin
Kepala Bagian Produksi Obat, disebut Kabagprodbat. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kalafiau
2) Kepala Bagian Pemastian Mutu
Disebut Kabag Pemastu, merupakan pembantu pelaksana Kalafiau yang
dijabat oleh Personel Apoteker Militer berpangkat Letkol (M) dengan tugas
memastikan jaminan mutu terlaksana sesuai ketentuan CPOB, CPPKRTB,
CPAKB dan CDOB dalam semua kegiatan produksi obat, produksi Alkes dan
PKRT serta melaksanakan pelulusan produk jadi, resertifikasi CPOB,
CPPKRTB, CPAKB, CDOB dan registrasi obat
Dalam pelaksanaan tugas tersebut pada pasal 34 subpasal a, Kabag Pemastu
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Merencanakan dan mengendalikan mutu obat, Alkes dan PKRT hasil dari
setiap kegiatan produksi
b) Merencanakan dan mengendalikan kegiatan validasi, kualifikasi dan
kalibrasi terhadap fasilitas, sarana prasarana, peralatan, maupun metoda.
c) Merencanakan dan mengendalikan kegiatan inspeksi diri (audit internal)
secara berkala.
d) Merencanakan dan mengendalikan audit pemasok bahan baku obat,
Alkes dan PKRT.
e) Merencanakan dan mengendalikan pengelolaan dokumen CPOB,
CPPKRTB, CPAKB secara tertib.
f) Merencanakan dan mengendalikan kegiatan Pengkajian Mutu Produk
(PMP) secara berkala.
g) Merencanakan dan mengendalikan penerbitan bets record untuk kegiatan
Untuk menjamin mutu sediaan suatu produk melibatkan personalia yang terlibat
dalam pembuatan obat yang sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaannya.
Berdasarkan CPOB 2018 adanya pembaharuan dari CPOB 2012 yang menyatakan
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
tugas dan kewenangan dari personil boleh di delegasikan kepada wakil yang ditunjuk
namun mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Pelaksanaan di LAFI AU
pendelegasian personil diterapkan berdasarkan keputusan KALAFI AU dan jajaran
yang berwenang untuk mendelegasikan, hal ini dilaksanakan karena masing-masing
anggota TNI seringkali ditugaskan ke luar sehingga tidak bisa menetap. Oleh karena
itu dipilih apoteker PNS yang memenuhi kualifikasi yang di tetapkan sebagai personil
kunci.
Kesesuaian struktur organisasi LAFI AU sama dengan struktur organisasi model
A yang mana didalamnya terdapat tiga personil kunci LAFI AU terdiri dari Ketua
Produksi bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan obat agar obat yang dibuat
memenuhi spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan dan dibuat sesuai dengan
peraturan CPOB dalam batas dan biaya yang telah ditetapkan, Pawastu (Pengawasan
Mutu atau biasa yang di sebut dengan QC) bertugas meluluskan atau menolak bahan
awal, bahan pengemas, dan produk ruahan menurut spesifikasi yang telah ditetapkan
dan Pamastu (Pemastian Mutu atau yang biasa disebut QA) bertanggung jawab atas
memastikan penerapan dan bila diperlukan membentuk system mutu, pengawasan
audit internal dan inspeksi diri, memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan
peraturan BPOM yang berkaitan dengan mutu produk jadi.
Ketentuan CPOB 2018, Bab II mengenai Personalia pada poin kualifikasi
personil kunci dan delegasi yang diwakilkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Harus seorang apoteker terdaftar (memiliki STRA),
b. Pengalaman praktis minimal 5 tahun,
c. Menguasai CPOB,
d. Independen dan
e. Bekerja secara purna waktu.
Organisasi yang terdapat dalam LAFI AU sudah memenuhi persyaratan yang di
tetapkan berdasarkan CPOB 2018 yang di buktikan adanya personil kunci yang
memenuhi kualifikasi yaitu PNS tetap yang bertanggung jawab secara penuh untuk
bagian produksi, Pengawasan Mutu (QC), dan Pemastian Mutu (QA). Persyaratan
personil yang terlibat dalam pembuatan obat harus sehat jasmani maupun rohani yang
diterapkan setiap hari selasa dan jumat olahraga seperti senam, bersepeda mapun lari
bersama untuk hari senin dan kamis menganjurkan puasa sunah untuk yang beragama
muslim, personalia di LAFIAU sudah mendapatkan pelatihan baik materi umum,
CPOB dasar, CPOB spesifik maupun pemahaman semua PROTAP/ SOP semua yang
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
dilakukan pelatihan harus dibuat Catatan Pelatihan untuk setiap personil yang
bertanggung jawab.
B. Perundang-undangan
1. Penelusuran Pustaka, dan Membuat Resume Terkait Regulasi Industri Farmasi
a) Izin Usaha Industri Farmasi
Berdasarkan PMK No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri
Farmasi, Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi antara lain sebagai
berikut: Berbadan hukum berupa perseroan terbatas, memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), memiliki rencana investasi, dan memiliki minimal 3
personel kunci yang merupakan Apoteker Warga Negara Indonesia yang
memiliki STRA aktif yang bertanggung jawab pada bagian pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik
langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundangan-
undangan di bidang kefarmasian. Bagi pemohon izin industri farmasi milik
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia poin 1
dan 3 dikecualikan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor
Kesehatan, Industri Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk melakukan kegiatan produksi atau pemanfaatan sumber
daya produksi, penyaluran obat, bahan obat, dan fitofarmaka, melaksanakan
pendidikan dan pelatihan, dan atau penelitian dan pengembangan. Dalam
pendirian industri farmasi harus memiliki izin usaha industri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perizinan Berusaha untuk Industri
Farmasi diterbitkan oleh Menteri.
Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1) Industri Farmasi dan Industri Farmasi Bahan Obat diselenggarakan oleh
Pelaku Usaha nonperseorangan berupa perseroan terbatas.
2) Dikecualikan bagi pemohon Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha
Industri Farmasi Bahan Obat milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3) Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha
Industri Farmasi Bahan Obat yaitu Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau
Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
4) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Industri Farmasi dan
Sertifikat
1) Pelaku Usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi Komitmen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan
perizinan terintegrasi secara elektronik, wajib memenuhi Komitmen Izin
Usaha Industri Farmasi atau Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat.
2) Pemenuhan Komitmen oleh Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 4 (empat) tahun.
3) Untuk pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku
Usaha melalui www.elic.binfar.kemkes.go.id yang terintegrasi dengan
sistem OSS menyampaikan:
a) Rencana Produksi Industri Farmasi atau Rencana Produksi Industri
Farmasi Bahan Obat; dan
b) Data apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung
jawab pemastian mutu, dan apoteker penanggung jawab pengawasan
mutu, yang meliputi Kartu Tanda Penduduk, ijazah, STRA, surat
pernyataan sanggup bekerja penuh waktu, dan surat perjanjian kerja
sama masing - masing apoteker penanggung jawab dengan Pelaku
Usaha.
c) Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi dan verifikasi paling lama
3 (tiga) Hari sejak Pelaku Usaha menyampaikan pemenuhan
Komitmen.
d) Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi tidak terdapat perbaikan,
Kementerian Kesehatan menerbitkan Sertifikat Produksi Industri
Farmasi atau Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat paling
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
lama 1 (satu) hari melalui sistem OSS.
e) Dalam hal hasil evaluasi terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan
menyampaikan hasil evaluasi kepada Pelaku Usaha melalui sistem
OSS.
f) Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada
Kementerian Kesehatan melalui www.elic.binfar.kemkes.go.id yang
terintegrasi dengan sistem OSS paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak
diterimanya hasil evaluasi.
g) Berdasarkan perbaikan yang disampaikan oleh Pelaku Usaha dan
dinyatakan tidak terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan
menerbitkan Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau Sertifikat
Produksi Industri Farmasi Bahan Obat paling lama 1 (satu) hari melalui
sistem OSS.
h) Penerbitan Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau Sertifikat Produksi
Industri Farmasi Bahan Obat merupakan pemenuhan Komitmen Izin
Usaha Industri Farmasi atau Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat.
i) Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi menyatakan Pelaku Usaha
tidak memenuhi Komitmen, Kementerian Kesehatan menyampaikan
notifikasi penolakan melalui sistem OSS.
j) Biaya Perizinan Berusaha dibayarkan oleh Pelaku Usaha pada saat
penyampaian dokumen pemenuhan Komitmen.
k) Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya mengunggah
bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
l) Izin Komersial atau Operasional berlaku untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
Registrasi terdiri atas registrasi baru, registrasi variasi, dan registrasi ulang dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Nama Obat
Nama obat yang diregistrasi dapat menggunakan nama generic atau nama
dagang. Nama generic sesuai dengan International Nonpropietary Names
Modified yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization)
atau nama yang ditetapkan dalam program kesehatan nasional. Nama dagang
merupakan nama yang diberikan oleh pendaftar sebagai identitas obat.
b. Registrasi
Registrasi dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen
registrasi. Obat yang diregistrasi berupa obat produksi dalam negeri atau obat
impor
c. Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri
Pendaftar yang melakukan permohonan registrasi obat produksi dalam
negeri harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Memiliki izin industri farmasi
2) Memiliki sertifikat CPOB ynag masih berlaku sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan yang diregistrasi
Regulasi Izin Usaha Industri Farmasi di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (Lafiau)
Roostyan Effendi, Apt sudah diterapkan. Beberapa hal terkait diantaranya:
a. Lafiau melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan atau bahan obat untuk
sebagian tahapan sudah berdasarkan penelitian dan pengembangan produk
sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana hal ini
dipersyaratkan dalam PERMENKES no 1799 tahun 2010. Kegiatan tersebut
dibuktikan dengan ada dan berjalannya bagian Penelitian dan Pengembangan di
Lafiau yang telah menghasilkan beberapa produk obat.
b. Lafiau telah memenuhi persyaratan memperoleh izin industri salah satunya yaitu
memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu. Dimana ketiga personil kunci tersebut harus bekerja
secara purna waktu.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
c. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB, dibuktikan dengan adanya
sertifikat CPOB. Dimana Lafiau sendiri telah mendapatkan sertifikat CPOB dan
segala kegiatan yang dilakukan sudah berdasarkan ketentuan dalam CPOB.
Adapun hal-hal terkait pemenuhan sertifikasi CPOB yaitu: penerapan 12 aspek
CPOB, dokumen pengendalian perubahan, dokumen kualifikasi personel kunci,
kualifikasi perlatan produksi, protokol dan laporan kualifikasi penunjang kritis,
protokol dan validasi metode analisa, protokol dan laporan validasi proses
produksi, validasi pembersihan, spesifikasi bahan awal dan produk jadi, transfer
teknologi, prosedur pengolahan, pembersihan dan pengujian dan dokumen
sistem mutu
3. Sertifikasi dan Resertifikasi CPOB
Industri farmasi yang membuat obat wajib memenuhi persyaratan pada pedoman
CPOB yang berlaku. Pemenuhan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB sesuai
dengan peraturan Kepala Badan POM nomor HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011
tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik. Sertifikat CPOB yang diterbitkan untuk
industri farmasi sesuai dengan bentuk sediaan dan proses pembuatan yang dilakukan
untuk semua atau sebagian tahapan
a. Sertfikat CPOB/CPBBAOB diterbitkan berdasarkan permohonan tertulis kepada
Kepala Badan.
b. Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
menggunakan contoh Formulir 3 sebagaimana terlampir
c. Terhadap permohonan Sertifikasi CPOB dikenakan biaya sesuai ketentuan
Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan.
d. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah dibayarkan tidak dapat
ditarik kembali.
Sertifikat Baru
a. Dalam rangka Sertifikasi baru, Pemohon menyampaikan permohonan persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan.
b. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan
dilakukan evaluasi kesesuaian RIP dengan persyaratan CPOB.
c. Berdasarkan hasil evaluasi, Kepala Badan menerbitkan: a) persetujuan RIP,
apabila dinyatakan memenuhi syarat; atau b) surat permintaan perbaikan RIP,
apabila dinyatakan belum memenuhi syarat.
d. Kepala Badan melimpahkan wewenang pemberian persetujuan RIP kepada
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
Direktur.
e. Pemohon melaporkan kemajuan pembangunan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan kepada Direktur dengan menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana
terlampir.
g. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan,
Kepala Badan melakukan Inspeksi.
Penerbitan Sertifikat
e. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
persyaratan CPOB berdasarkan evaluasi hasil inspeksi, Kepala Badan
menerbitkan: rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB sebagai kelengkapan
dalam rangka permohonan izin industri farmasi; atau Sertifikat CPOB.
f. Khusus dalam rangka permohonan izin industri farmasi pada huruf a, Sertifikat
CPOB akan diterbitkan setelah Industri Farmasi memperoleh izin industri farmasi.
g. Sertifikat berlaku untuk 5 (lima) tahun selama yang bersangkutan masih
berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
Perubahan Sertifikat
a. Pemegang sertifikat yang melakukan perubahan nama badan hukum dan alamat
harus mengajukan permohonan perubahan sertifikat.
b. Masa berlaku sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti masa
berlaku sertifikat sebelumnya
Keterangan:
Regulasi Izin Usaha Industri Farmasi di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (Lafiau)
Roostyan Effendie, Apt sudah diterapkan. Beberapa hal terkait diantaranya yaitu:
a. Lafiau melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk
sebagian tahapan sudah berdasarkan penelitian dan pengembangan produk sebagai
hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana hal ini dipersyaratkan dalam
PERMENKES no. 1799 tahun 2010. Kegiatan tersebut dibuktikan dengan ada dan
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
berjalannya bagian Penelitian dan Pengembangan di Lafiau yang telah menghasilkan
beberapa produk obat.
b. Lafiau telah memenuhi persyaratan memperoleh izin industri salah satunya yaitu
memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia
masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu. Dimana ketiga personil kunci tersebut harus bekerja secara purna
waktu. Personel kunci di Lafiau diisi oleh PNS yang ditunjuk sebagai Apoteker
Penanggung Jawab. Industri farmasi wajib menerapkan regulasi yang dibentuk oleh
BPOM dengan memenuhi persyaratan CPOB, dibuktikan dengan adanya sertifikat
CPOB pada tahun 2017 pada unit sefalosporin. Dimana Lafiau sendiri telah
mendapatkan sertifikat CPOB dan segala kegiatan yang dilakukan sudah berdasarkan
ketentuan dalam CPOB. Adapun hal-hal terkait pemenuhan sertifikasi CPOB yaitu :
penerapan 12 aspek CPOB, dokumen pengendalian perubahan, dokumen kualifikasi
personel kunci, kualifikasi perlatan produksi, protokol dan laporan kualifikasi
penunjang kritis, protokol dan validasi metode analisa, protokol dan laporan validasi
proses produksi, validasi pembersihan, spesifikasi bahan awal dan produk jadi,
transfer teknologi, prosedur pengolahan, pembersihan dan pengujian dan dokumen
sistem mutu.
Industri farmasi wajib menerapkan regulasi yang dibentuk oleh BPOM dengan
memenuhi persyaratan CPOB, dibuktikan dengan adanya sertifikat CPOB pada tahun
2017 pada unit sefalosporin. Dimana Lafiau sendiri telah mendapatkan sertifikat CPOB
dan segala kegiatan yang dilakukan sudah berdasarkan ketentuan dalam CPOB. Adapun
hal-hal terkait pemenuhan sertifikasi CPOB yaitu : penerapan 12 aspek CPOB, dokumen
pengendalian perubahan, dokumen kualifikasi personel kunci, kualifikasi perlatan
produksi, protokol dan laporan kualifikasi penunjang kritis, protokol dan validasi metode
analisa, protokol dan laporan validasi proses produksi, validasi pembersihan, spesifikasi
bahan awal dan produk jadi, transfer teknologi, prosedur pengolahan, pembersihan dan
pengujian dan dokumen sistem mutu.
PORTOFOLIO II
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
PORTOFOLIO II
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. DASAR-DASAR KEILMUAN TERKAIT AKTIFITAS DEPARTEMEN R&D DI
INDUSTRI FARMASI
R&D pada industri farmasi adalah serangkaian proses penelitian dan pengembangan
yang ditujukan untuk menemukan produk farmasi baru atau memperbaiki kualitas produk
yang telah ada antar lain meliputi safety, effectiveness, dan acceptance. R&D sangat terkait
dengan perkembangan IPTEK yang mutakhir sehingga diperlukan update ilmu & informasi
bagi personel R&D. R&D merupakan ujung tombak inovasi produk yang sangat berperan
terhadap daya saing produk. Produk yang memiliki value yang tinggi adalah knowledge-
based products, yaitu produk-produk yang memiliki keunggulan dalam penerapan
teknologi sehingga produk tersebut akan memiliki keunikan yang sulit ditiru oleh produk
lain. Sedangkan Industri farmasi sendiri merupakan sektor yang paling inovatif dan intensif
dalam penelitian (Antonakis dan Achilldelis, 2001) dengan karakteristik belanja R&D yang
besar dibandingkan dengan industri yang lain (Sampurno, 2007). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa R&D (Penelitian dan Pengembangan) produk farmasi sangat penting
untuk bertahan dalam persaingan industri farmasi.
2. Pengemasan
Pengemas adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas. Proses
pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan
farmasi. Tahapan ini juga mempengaruhi stablitas dan mutu produk akhir.
a. Spesifikasi Bahan Kemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup deskripsi bahan,
termasuk nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
rujukan monografi farmakope, bila ada; pemasok yang disetujui dan, bila
mungkin, produsen bahan; standar mikrobiologis, bila ada; spesimen bahan
pengemas cetak, termasuk warna; petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
atau prosedur rujukan; persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas
penerimaan; kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan batas waktu
penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
b. Bahan Pengemas Pengadaan, penanganan dan pengawasan
Bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak
lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal.
Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut
hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang
tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain
disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan
kecampurbauran. Bahan pengemas diserahkan kepada personil yang berwenang
sesuai prosedur tertulis yang disetujui. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan
pengemas primer diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan
identitasnya. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak
lain yang tidak berlaku lagi atau obsolet dimusnahkan dan pemusnahannya
dicatat. Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya satu jenis bahan
pengemas cetak atau bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di
tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang
memadai antar tempat modifikasi tersebut.
c. Tipe Kemasan
Ada beberapa jenis kemasan untuk produk farmasi, yang diklasifikasikan
sebagai primer, sekunder dan tersier.
1) Tipe Kemasan Primer
Tipe Kemasan Primer Bahan kemas farmasi yang kontak bersentuhan
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
langsung dengan produk obat. Bahan kemas primer dapat berupa untuk
dosis tunggal atau dosis multi. Berikut contoh-contoh dari bahan kemas
primer: Blister, Strip, Ampul, Vial, Botol.
2) Tipe Kemasan Sekunder
Merupakan bahan kemas yang tidak terdapat kontak langsung produk
obat. Bahan kemas farmasi sekunder mengandung bahan kemas primer.
Contoh dari bahan kemas sekunder adalah box yang mengandung botol obat
atau karton box yang mengandung blister. Contoh lain bahan kemas
sekunder adalah dus, dus ini berupa kertas yang berfungsi menjadi wadah
kemasan primer.
3) Tipe Kemasan Tersier
Tipe bahan kemas yang mengandung beberapa bahan kemas sekunder.
Bahan kemas memberikan perlindungan kemasan selama transportasi.
Bahan kemas ini mempermudah handling produk. Contoh bahan kemas
tersier yang paling umum adalah karton box berwarna coklat.
d. Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan.
Dokumen ini umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut: nama
produk; deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu; ukuran
kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk dalam
wadah akhir; daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk
satu bets standar, termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor
referen yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas; di mana sesuai,
contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen
yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal daluwarsa
bets; tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara
cermat area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance)
sebelum kegiatan dimulai; uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala
kegiatan tambahan yang signifikan serta peralatan yang harus digunakan; dan
pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas
penerimaan.
e. Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang
dikemas. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
Prosedur Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini
hendaklah didesain untuk menghindar-kan kesalahan transkripsi. Catatan
hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang
direncanakan akan diperoleh. Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai,
hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat
kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak
diperlukan untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan
sesuai untuk penggunaannya. Selama proses pengemasan, berikut beberapa
informasi yang perlu dilakukan pencatatan pada saat tiap tindakan dilakukan
dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani
dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan
pengemasan:
1) Nama produk;
2) Tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan;
3) Nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
pengemasan;
4) Paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan;
5) Catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur
Pengemasan Induk termasuk hasil pengawasan selama proses;
6) Rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi
peralatan dan jalur pengemasan yang digunakan;
7) Apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan,
termasuk spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa
serta semua pencetakan tambahan;
8) Catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk
a. Akurasi
Akurasi atau ketepatan merupakan kemampuan suatu metode analisa
untuk memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran). Akurasi
merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan
nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan.
Akurasi merupakan tingkat keyakinan hasil pengujian dengan hasil sebenarnya.
Akurasi harus dilakukan pada range spesifik pada prosedur pengujian. Akurasi
diukur dengan melakukan “spiking” dari matriks sampel dengan konsentrasi
analit standar dan menganalisis sampel menggunakan metode yang divalidasi.
Pada prosedur dan dilakukan perhitungan akurasi (% recovery juga) akan
bervariasi dari satu matriks ke matriks lainnya. Untuk mendokumentasikan
akurasi, ICH merekomendasikan pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar
dengan 3 konsentrasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi).
Data harus dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali. Akurasi
dinyatakan sebagai presentase (%) perolehan kembali (recovery). Ketepatan
metode analisis dihitung dari bersarnya rata-rata kadar yang diperoleh dari
serangkaian pengukuran dibandingkan dengan kadar sebenarnya.
b. Presisi
Presisi atau ketelitian merupakan kemampuan suatu metode analisis
menunjukkan kedekatan suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang
homogen. Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis. Nilainya
ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (Relative Standar Deviation) atau
RSD dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Presisi
diukur dengan injeksi seri standar atau menganalisis seri sampel dari mutiple
sampling dari lot yang homogen. Dari beberapa sampel tersebut akan didapatkan
rata-rata dan dihitung nilai RSD-nya. Terdapat tiga kategori dalam pengujian
nilai presisi, yaitu:
1) Keterulangan, nilai ini ditentukan dengan menggunakan minimum 9
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi).
2) Presisi antara, merupakan perbedaam antar analis dengan sumbern reagen
dan hari yang berbeda.
3) Reprodusibilitas, didapatkan dengan menggunakan beberapa laboratorium
untuk validasi metode analisis. Ini dilakukan dengan tujuan mengetahui
lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.
c. Spesifisitas
Spesifisitas atau selektifitas adalah kemampuan metode analisis untuk
membedakan senyawa yang diuji dengan derivat/metabolitnya. Spesifisitas
ditunjukkan dengan adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak
yang berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram. Dalam
ICH dibagi spesifitas menjadi 2 kategori yaitu uji identifikasi dan uji kemurnian.
Uji identifikasi ditunjukkan dengan kemampuan metode analisis membedakan
antar senyawa yang mempunyai stuktur molekul yang mirip. Uji kemurnian
ditunjukkan oleh adanya daya pisah 2 senyawa yang berdekatan (dalam
kromatografi). Senyawa-senyawa tersebut merupakan komponen utama atau
komponen aktif suatu pengotor. Jika dalam suatu uji terdapat pengorot maka
metode uji seharusnya tidak terpengaruh.
d. Batas Deteksi / Limit of Detection (LOD)
Batas deteksi adalah kuantitas terkecil dari analit yang dapat dideteksi
dan tidak perlu sampai ditentukan nilainya secara kuantitatif. Pendekatan
instrumental dan non instrumental dapat digunakan, seperti: Evaluasi visual
Evaluasi ini digunakan untuk metode analisis non instumental, tapi dapat juga
untuk metode analisis instumental. Batas deteksi ditentukan dengan melakukan
analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan menetapkan kadar
terendah yang dapat dideteksi dengan baik, kemudian Signal to noise ratio (rasio
signal dengan noise) Pendekatan ini diterapkan pada metode analisi yang
memberikan baseline noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan
membandingkan pengukuran signal sampel yang diketahui mengandung analit
dalam konsentrasi rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi
minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio signal to noise sama
dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat diterima untuk memperkirakan
batas deteksi. Ketiga adalah Standar Deviasi dari respon terhadap slope (tingkat
kemiringan). Keempat adalah Standar Deviasi dari blanko mengukur beberapa
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
respon dari larutan blanko dan hitung simpangan baku dari respon. Kelima
adalah Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di sekitar
batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation) atau
simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah σ (simpangan baku).
e. Batas Kuantifikasi / Limit of Quantitation (LOQ)
Batas kuantifikasi adalah konsentrasi terendah yang masih bisa diukur
dengan akurat (tepat) dan presisi (teliti)/reprodusible. LOD dan LOQ
merupakan satu hal yang sama yakni sama-sama konsentrasi terendah, dimana
LOD lebih endah dari LOQ. LOQ mempunyai akurasi dan presisi yang dapat
diterima, sedangkan LOD merupakan konsentrasi terendah yang akurasi dan
presisinya tidak dapat diterima, artinya kemungkinan besar hasil yang
ditunjukkan tidak valid jika kadar sampel diantara LOD dan LOQ. Oleh karena
itu, yang digunakan sebagai konsentrasi terendah yang boleh digunakan dalam
metode tersebut adalah hasil dari LOQ.
f. Linearitas
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk
menunjukkan hubungan secara langsung secara langsung atau proporsional
antara respon detektor dengan perubahan konsentrasi analit. Diuji secara
statistik, yaitu Linear Regression (y = a + bx) dimana b adalah kemiringan slope
garis regresi dan a adalah perpotongan dengan sumbu y. Pengujian dilakukan
paling tidak dengan menggunakan 5 kadar yang berbeda, kemudian dilihat
apakah memberikan respons yang linear apa tidak, yang ditunjukkan dengan
nilai r ≥ 0,98.
g. Rentang / Range.
Rentang adalah batas terendah dan tertinggi analit yang sudah terbukti
dapat ditentukan dengan akurasi, presisi dan linearitas. Kisaran konsentrasi yang
diuji tergantung pada jenis metodenya.
h. Kekerasan
Kekasaran / Ruggedness Kekasaran merupakan derajat ketertiruan hasil
uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji
normal seperti laboratorium, analisis, instrument, bahan pereaksi, suhu dll.
i. Ketahanan / Robustness
Ketahanan merupakan ukuran kemampuan metode untuk tetap tak
berpengaruh dan bertahan terhadap pengaruh kecil, tapi dilakukan dengan
sengaja dengan membuat variasi dalam faktor metode yang memberikan
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
indikasi reabilitas metode normal pada pengujian. Contoh variasi-variasi kecil
dalam pengujian dengan HPLC antara lain : pH fase gerak, suhu, tekanan,
stabilitas, konsentrasi buffer, flow rate, suhu kolom dan lain-lain. Dalam metode
analisis ada tahaptahap kritis dimana bila tidak dikerjakan secara hati-hati akan
menimbulkan kesalahan yang besar. Parameter ini bertujuan untuk membantu
dalam mengantisipasi dan mengeliminasi sumber kesalahan yang mungkin
terjadi.Kesesuaian Sistem Seorang analis harus memastikan bahwa sistem
pengujian yang dilakukan harus memberikan data yang dapat diterima. Dalam
USP parameter-parameternya untuk menentukan kesesuaian sistem antara lain:
jumlah lempeng teori (N), tailing factor, kapasitas, nilai RSD tinggi puncak, luas
puncak dari serangkaian injeksi. Elemen-elemen data yang dibutuhkan untuk uji
validasi baik USP maupun ICH keduanya menerangkan bahwa tidak selamanya
parameter untuk mengevaluasi validasi metode perlu diuji.
Selain produk obat yang sudah mempunyai NIE, terdapat obat yang pernah
diproduksi di Lafi AU. Tahun 2022, Litbang melakukan kegiatan formulasi
Paracetamol tablet, Paracetamol sirup, Levoksa kaplet 500 mg, Lavifit kapsul, Lavizet
kapsul, Avostan kapsul dan krim 250 mg, Hawk 2000, Aurobion tablet, Cetirizine
kapsul, dan Cakollau. Tahun 2023, Litbang melakukan kegiatan formulasi Afison
Studi literature/pustaka
↓
Studi pre-formulasi
↓
Formulasi
↓
Cetak uji coba sediaan skala laboratorium
↓
Evaluasi sediaan
↓
Transfer teknologi ke produksi dan cetak sediaan skala pilot
↓
Cetak sediaan skala industri
PORTOFOLIO III
ALUR MATERIAL DAN
PRODUKSI
PORTOFOLIO III
ALUR MATERIAL DAN PRODUKSI
A. PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN (PPIC)
1. Resume Tugas Pokok, Fungsi, Aktivitas, dan Hubungan Kerja PPIC
Production Planning and Inventory Control (umumnya disingkat dengan PPIC)
adalah bagian dari kegiatan manajemen produksi dan persediaan. Tujuan dari kegiatan
PPIC adalah untuk dapat melakukan perencanaan produksi dan persediaan. Kegiatan
ini dilakukan dalam rangka pemanfaatan sumber secara efektif serta dapat melakukan
pengendalian produksi dan persediaan dengan melakukan penyesuaian dari
perencanaan yang telah dibuat dengan kegiatan produksi sehari-hari. PPIC merupakan
aspek penting yang berhubungan dengan proses produksi dan persediaan (supply).
PPIC atau Product Planning and Inventory Control memiliki 2 peran pokok, yaitu
perencanaan produksi dan pengelolaan persediaan. PPIC akan menghitung jumlah
kebutuhan bahan berdasarkan rencana produksi yang dibuat dan membuat request
order, departemen PPIC mendapat informasi berupa sales forecast dari departemen
marketing. Sales forecasting mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Biaya – biaya yang mengalami kenaikan tiap tahun, meliputi : biaya upah
karyawan, biaya energi, biaya bahan baku, dan nilai tukar mata uang
b. Laporan penjualan tiap tahun
c. Trend pasar
d. Permintaan costumer/marketing.
Departemen PPIC akan menghitung kebutuhan bahan berdasarkan rencana
produksi yang dibuat, dan menyampaikan material request kepada departemen
purchasing untuk menyediakan bahan baku/bahan kemas untuk keperluan produksi.
Dalam arah pengembangan sistem perencanaan dan pengendalian produksi,
Bedworth menggambarkan PPIC sebagai aliran material dan informasi fungsi
pengendalian produksi dalam kegiatan perencanaan sumber daya manufaktur pada
perusahaan. Aspek penting yang harus diperhitungkan dalam pengadaan bahan
baku/bahan kemas adalah kuantitas barang yang dipesan dan ketepatan waktu dalam
pengiriman barang. Berikut merupakan gambaran keterkaitan departemen PPIC
dengan departemen Produksi dan Purchasing dalam perencanaan produksi.
B. PELAKSANAAN PRODUKSI
1. Ketentuan CPOB Tentang Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan untuk Produksi
a. Bangunan dan fasilitas
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
1) Bangunan dan Fasilitas Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus
memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya
untuk kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat untuk memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan,
kontaminasi silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi
dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.
2) Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran
tersebut.
3) Seluruh bangunan-fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dipelihara
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara
teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta pemeliharaan bangunan-
fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak merugikan
mutu obat.
4) Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan
tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir,
rembesan darinah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang
pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian
binatang pengerat dan hama.
5) Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta
fasilitas hendaklah dibersihkan dan didisinfeksi sesuai prosedur tertulis yang
rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.
6) Pasokan listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap obat selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap keakuratan fungsi dari peralatan
7) Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil
yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil
yang tidak bekerja di area tersebut.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
8) Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
a) Kompatibilitas dengan kegiatan pengolahan lain yang mungkin dilakukan
di dalam fasilitas yang sama atau fasilitas yang berdampingan
b) Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personel dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan
atau produk selain yang sedang diproses.
9) Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
a) Penerimaan bahan.
b) Karantina barang masuk
c) Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
d) Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk.
e) Pengolahan.
f) Pencucian peralatan; penyimpanan peralatan.
g) Penyimpanan produk ruahan
h) Pengemasan.
i) Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir.
j) Pengiriman produk.
k) Laboratorium pengawasan mutu.
b. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Desain dan kontruksi
Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan
tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas yang ditentukan. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat
khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan
bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak
boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis
atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat.
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang
dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat
buruk pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk
tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi
mutu dan berakibat buruk pada produk. Peralatan untuk mengukur,
menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan
diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan
2) Pemasangan dan penempatan
Penempatan peralatan harus meminimalkan kemungkinan kontaminasi
silang antar material di bagian yang sama. Metode pemasangan peralatan
harus menghindari risiko kesalahan atau kontaminasi. Jarak yang cukup harus
dijaga antara peralatan untuk menghindari penyumbatan dan memastikan
tidak ada kebingungan terhadap produk. Semua sabuk mekanis dan katrol
terbuka harus dilengkapi dengan sabuk pengaman. Air, uap dan udara tekan
atau vakum dan saluran lainnya harus dipasang sehingga dapat dengan mudah
diakses pada setiap tahap proses. Isi dan arah aliran harus ditandai dengan
jelas pada pipa. Setiap peralatan utama harus ditandai dengan jelas dan diberi
nomor identifikasi. Nomor ini disertakan dalam semua catatan pesanan dan
bets untuk menerangkan unit atau peralatan yang dipakai untuk produksi bets,
kecuali jika peralatan tersebut hanya dipakai untuk satu macam produk. Jika
memungkinkan, peralatan yang rusak harus dikeluarkan dari bagian produksi
dan kendali kualitas, ataupun setidaknya harus ditandai dengan jelas.
3) Pembersihan dan sanitasi
Peralatan Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik
bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali
sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua
produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Metode
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan
penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang
terpisah dari ruangan pengolahan. Disinfektan dan deterjen hendaklah
dipantau terhadap kontaminasi mikroba; enceran disinfektan dan deterjen
hendaklah disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan
hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu kecuali bila disterilkan
4) Pemeliharaan
Peralatan hendaklah dipelihara sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi
atau kontaminasi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian
produk. Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan tidak boleh menimbulkan
risiko terhadap mutu produk. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu
peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan
tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah
dengan alat tersebut. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan,
disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah
kontaminasi.
2. Ketentuan CPOB Tentang Alur Produksi dan Dokumentasi
Alur produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi).
a. Bahan awal
Pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah
dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot,
tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa
bila ada. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah
memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam
spesifikasi. Tiap pengiriman atau bets bahan awal diberi nomor rujukan yang akan
menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut jelas tercantum pada label wadah untuk
12) Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan
proses produksi.
13) Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali sangat
membantu untuk menunjukkan status (misalnya: karantina, diluluskan, ditolak,
bersih dan lain-lain).
14) Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain
untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan
benar.
15) Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
16) Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.
17) Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan dibuat di
area dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat
Keterangan Gambar :
1. Pintu gerbang 15. Gudang tahan api
2. Pos jaga 16. D3 farmasi poltekkes
3. Mako 17. Laboratorium D3 farmasi
4. Parkir kendaraan dinas 18. Unit produksi sefalosporin
5. Ruang diklat 19. Pengawasan mutu
6. Gudang penyaluran 20. Litbang/R&D
7. Gudang bahan baku dan obat jadi 21. Pemastian mutu
8. Gudang transit 22. Bagian penunjang
9. Gudang peralatan kesehatan 23. Ground reservoir
10. Unit produksi betalaktam 24. Menara air 2
11. Unit produksi non betalaktam 25. Bak pengolahan limbah
12. Gardu PLN sefalosporin
13. Sumur artesis dan menara air 1 26. Bak sampah
14. Bak pengolahan limbah betalaktam 27. Lapangan
dan non betalaktam
10. Filling kapsul - Untuk mengisi kapsul ukuran No. 2 dan No. 0
- Mampu mengisi 50.000 kapsul/jam
- Memiliki 8 lubang/cup tempat pengisian kapsul
- Penimbangan Bahan-bahan
- Disimpan dan Cecking diruang Staging
-Pelabelan
- Pengemasan
- Pelulusan
Tahap Alur
1 Barang diperoleh dari supplier
2 Barang diterima bagian gudang, lalu disimpan sementara diarea
karantina, diberi label karantina (label kuning), dicek fisik secara visual
sesuai dengan surat pesanan barang yang meliputi kebenaran label
bahan, nomer batch/lot, keutuhan kemasan (wadah, label, segel, bruto,
asal negara, tanggal pembuatan, tanggal kedaluarsa), jumlah dan CoA
3 Apabila sudah selesai, maka dibuatkan bukti titipan barang sementara
(BTBS). BTBS dibuat tiga rangkap, lembar asli untuk supplier, copy 1
untuk arsip gudang, copy 2 sebagai surat permohonan pemeriksaan
kepada QC
4 Barang diterima oleh supervisor penyimpanan bahan baku dan disetujui
oleh asisten manager penyimpanan. Dilakukan pemeriksaan oleh
laboratorium QC, selama masa pemeriksaan QC memberi label
karantina berwarna kuning pada label tersebut.
5 QC akan melakukan sampling terhadap bahan baku yang datang, barang
diterima atau ditolak berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
6 Setelah bahan baku diluluskan, bagian penyimpanan akan membuat
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
bukti penerimaan bahan baku (BPBB). Bahan baku akan disimpan dalam
gudang sesuai dengan stabilitas bahan baku. Bahan baku yang diluluskan
diberi labelhijau dengan tulisan diluluskan dan ditempel diatas label
karantina
7 Jika bahan baku ditolak, maka gudang akan membuat surat
pemberitahuan kepada bagian pembelian bahwa barang yang dikirim
oleh pemasok tidak memenuhi syarat dengan melampirkan HPL (Hasil
Pemeriksaan Laboratorium) dan surat pengembalian barang ke supplier
dan pemasok (retur). Bahan baku yang ditolak diberi label merah dan
ditempel diatas label karantina.
8 Bahan baku akan diperiksa ulang 1 tahun sekali maksimal 12 hari
sebelum jatuh tempo bagian penyimpanan bahan baku harus
mengajukan surat permohonan pemeriksaan ke laboratorium QC. Selam
pemeriksaan ulang berlangsung, status bahan baku adalah
karantina(label kuning).
9 Untuk bahan baku maupun bahan jadi yang diimpor dari manufacturing
asing langsung dilakukan pemeriksaan QC. Jika bahan baku ditolak,
maka barang bisa dikembalikan, tergantung negosiasi manager impor.
PORTOFOLIO IV
PENGAWASAN MUTU
DAN PEMASTIAN
MUTU
PORTOFOLIO IV
PENGAWASAN MUTU DAN PEMASTIAN MUTU
A. Quality Control (QC)
1. Resume Terkait Ketentuan CPOB Tentang QC
Pengawasan yang dilakukan selama pembuatan produk dan dirancang untuk
menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan,
kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan Mutu (Quality
Control) adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang
belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi
ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah
tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan
secara efektif dan dapat diandalkan. Adapun beberapa persyaratan dasar dari
Pengawasan Mutu (QC) yaitu:
a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila
perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB.
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh
Pengawasan Mutu.
c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu).
d. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan
yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur
pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap
penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
e. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian
yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang
2) Pola P
Pola p ini dilakukan jika bahan awal adalah bahan yang homogen dan
diterima dari pemasok yang sudah disetujui dan dengan tujuan utama yakni
untuk tujuan pengujian identitas dengan rumus:
3) Pola R
Pola r ini dilakukan dengan jika baan yang diperkirakan dating adalah
bahan yang tidak homogen dan atau tidak diterima dari pemasok yang
disetujui atau belum terkualifikasi. Pola ini dapat digunakan untuk produk
herbal yang digunakan sebagai bahan awal dengan rumus sebagai berikut:
jika terdapat bahan baku Pyridoxine HCl yang datang ada 25 tong dan akan
dilakukan pengujian maka sampel yang diambil yaitu:
n = 1 + √25
=1+5
5.2.3 Untuk bahan-bahan awal yang tidak tertera pada Lampiran 1 maupun Lampiran 2:
5.2.3.1 Ambil sampel dari semua wadah
5.2.3.2 Masukkan sampel ke dalam wadah terpisah dan bawa ke Laboratorium
5.2.3.3 Lakukan uji pemerian dan identifikasi terhadap semua wadah sampel
5.2.3.4 Bila memenuhi persyaratan maka pilih secara acak sejumlah:
r = 1.5 √𝑁
dimana :
N = jumlah wadah yang diterima
5.2.3.5 Lakukan analisis terhadap r sampel sesuai dengan metode analisis bahan awal
terkait
6. Lampiran :
Lampiran 1 : daftar bahan awal dengan pola pengambilan sampel “n”
Lampiran 2 : daftar bahan awal dengan pola pengambilan sampel “p”
Lampiran 3 : daftar periksa pengambilan sampel bahan awal
Lampiran 4 : penandaan wadah sampel
Lampiran 5 : penandaan pada wadah yang telah diambil sampel
Lampiran 6 : jumlah sampel bahan awal
7. Rujukan :
__________
8. Riwayat :
Versi No Tanggal Alasan
1. Xxxxx …….. Baru
2. yyyyy …….. Tambahan…..
9. Distribusi :
Asli : Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No 1 : kepala bagian pengawasan mutu
No 2 : supervisor pengawasan mutu
No 3 : analis pengawasan mutu
2) Penetapan Spesifikasi
Penetapan spesifikasi dari bahan baku dilakukan berdasarkan Farmakope
Indonesia dan Sertifikat Analisa dari Produsen. Contohnya spesifikasi bahan baku
Pyridoxine HCL yang tercantum pada Sertifikat Analisa dari Produsen
(COA/Certificate of Analysis). Lafiau Ketika mendapatkan bahan baku dari
pemasok melakukan sampling terhadap bahan baku tersebut. Protokol validasi
metode analisis bahan bakuPyridoxine HCl dan laporan validasi metode analisis
bahan baku Pyridoxine HCl. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan
baku yang datang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada COA yang
didapatkan dari pemasok. Ketika sudah disampling oleh QC dan didapatkan hasil
bahwa bahan baku tesebut sesuai dengan COA, pihak Lafiau mengeluarkan
Kembali sertifikat internal untuk bahan baku tersebut dan disimpan pada dokumen
yang tersedia. Contoh bentuk dari COA ada padagambar di bawah ini:
Pengawasan mutu terkait bahan awal atau baku, setiap prosedur yang
dilakukan harus didokumentasikan seperti pengujian bahan baku Pyridoxine
HCl harus dilakukan sesuai dengan Protap Pengujian Analisis Bahan Baku,
dimana protap tersebut telah dilakukan validasi prosedur analisis dimana
dibuktikan dengan adanya dokumen Protokol validasi metode analisis bahan
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
baku Pyridoxine HCl dan Laporan validasi metode analisis bahan baku
Pyridoxine HCl. Setelah sampel dilakukan pemeriksaan maka diperoleh
dokumen berupa sertifikat analisa, berikut isi dari dokumen tersebut.
Sertifikat Analisa
Nama Bahan Baku : Pyridoxine HCl
Nomor Batch : INS210523
Nama Pabrik : HUNAN INSEN BIOTECH CO.,
LTD.
Nama Penyalur :-
Kemasan : 1000 Kg
Jumlah sampel : 1 (Satu)
Diperiksa Tanggal : Januari 2019
Nomor Analisa :-
Komposisi : BAHAN BAKU
2. Ruang Lingkup
Protap ini mencakup pengambilan sampel selama proses pengolahan dan pengemasan di ruang
pengolahan dan di ruang pengemasan.
3. Tanggung Jawab
3.1 Kepala bagian pemastian mutu bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji ulang dan menyetujui
protap ini
3.2 Kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian produksi bertanggung jawab memastikan
protap ini dilatihkan dan dilaksanakan dengan benar oleh personil produksi dan inspektur
pengawasan mutu
3.3 Inspektur pengawasan mutu bertanggung jawab melakukan pengambilan sampel
5. Prosedur
5.1 Ketentuan umum
5.1.1 Gunakan masker (4.1.6), sarung tangan (4.1.7)
6. Lampiran
Lampiran 1 : jumlah sampel yang diambil selama proses pengolahan dan pengemasan.
7. Rujukan
-
8. Riwayat Perubahan
Versi Tanggal Berlaku Alasan Perubahan
01 21 Desember 2023 Pertama kali diberlakukan
9. Distribusi
Asli : Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No 1 : kepala bagian pengawasan mutu
No 2 : supervisor pengawasan mutu
No 3 : analis pengawasan mutu
:
Asal keluhan :
Dengan
sampel : No
bets
:
ED :
Diisi oleh QC
Kesimpulan Pemeriksaan………………………………………… Tanggal
Perkiraan Penyebab ……………………………………………… ……………..
Tanggal : Pemeriksa Disetujui
1) Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
2) Produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
2. Ruang Lingkup
Berlaku untuk semua produk yang diputuskan untuk dimusnahkan.
3. Tanggung Jawab
3.1 kepala bagian pemastian mutu bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji Kembali dan
melatihkan protap pemusnahan produk.
3.2 kepala bagian pemastian mutu, kepala bagian pengawasan mutu, kepala bagian Gudang
bertanggung jawab untuk pelaksanaan pemusnahan produk.
4. Prosedur
4.1 kepala Gudang mengeluarkan produk yang akan dimusnahkan dari stok Gudang
4.2 Serahkan produk yang akan dimusnahkan kepada Pelaksana Pemusnahan dengan
menggunakan Formulir Serah Terima Produk untuk Dimusnahkan.
4.3 Pelaksana Pemusnahan produk mencek kesesuaian produk yang akan dimusnahkan
dengan fisik dan memindahkan ke Area Pemusnahan Produk
4.4 Pelaksana Pemusnahan produk memusnahkan produk tersebut dengan cara sebagai
berikut : Produk dalam kemasan primer dipisahkan dari bahan pengemas sekunder,
Produk dalam kemasan primer berbentuk cairan, Produk dalam kemasan primer
berbentuk padat, Produk dalam kemasan primer berbentuk semisolid.
4.5 Pemusnahan bahan pengemas sekunder : Hancurkan bahan pengemas sekunder
dengan mesin penghancur kertas (shredder), merek .........., atau gunting atau pisau,
Kumpulkan dalam kantong plastik dan beri penandaan (LIMBAH PADAT), Serahkan
kepada Dinas Kebersihan Kota setempat.
5. Pelaporan
5.1 Buat Berita Acara Pemusnahan Produk dan laporkan ke Direktur Pabrik dan Bagian
Umum, dengan menggunakan Formulir Berita Acara Pemusnahan Produk yang
mencakup: nama produk, nomor produk, nomor bets dan jumlah produk. Pelaksana
Pemusnahan Produk menandatangani Berita Acara Pemusnahan Produk dan disetujui
oleh Kepala Pemastian Mutu dan, bila diperlukan juga dari Badan POM.
5.2 Bagian Pemastian Mutu menyimpan Berita Acara Pemusnahan untuk dokumentasi
6. Lampiran
Berita acara pemusnahan produk (dalam contoh ini, tidak dilengkapi)
7. Dokumen Rujukan
Pedoman CPOB
8. Riwayat
9. Distribusi
Asli : kepala bagian pemastian mutu Kopi no
1 : kepala bagian Gudang Kopi no 2 : kepala
bagian umum Kopi no 3 : kepala pabrik
Bets pertama
Nama Produk : CEFALAF DS No. Batch : J 0107919
Ukuran Batch : 4.000 Botol Tanggal Produksi : 22 Oktober 2019
Kemasan : Dus, Botol @ 60 mL Zat Aktif : Cefadroxil 125 mg/5 mL
Penyimpana
n
Volume
Wak Pemerian Bobot Terpinda Kadar
Pemerian Bobot Serbuk Viskositas(cp KadarAi
tu Sebelum pH Jenis hkan Disolusi Cefadroxil
SesudahRekonstitusi (g) s) r
(Bl Tanggal Kondisi Rekonstitusi (g/mL) (mL)
n)
Suspensi warna
t = 30
Serbuk warna merah muda,
menit
putih atau aroma
Spesifikasi Q > 75
hampir putih strawberry, rasa
%
manis
1,0 90,0-120,0
20,9-23,1 4,5-6,0 200,0-400,0 57-60 ≤ 2%
- %
1,3
107,219 ;
95,800
0 Okt-19 Sesuai Sesuai 21,768 5,26 1,068 201,0 58,89 101,345 0,150
101,655 ;
103,154
103,500 ;
81,333
102,742 ;
97,369
108,379 ;
3 Jan-20 Sesuai Sesuai 21,289 5,56 1,068 204,0 58,75 98,915 0,150
108,203
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
112,166 ;
109,788
106,842 ; 102,
318,
6 Apr-20 Sesuai Sesuai 21,309 5,37 1,057 234,0 58,40 100,489 0,200
105, 072 ;
102. 515
99,585 ;
87,961
102,271 ;
100,112
9 Jul-20 Sesuai Sesuai 21,953 4,01 1,152 220,0 59,00 99,471 0,200
107,215 ; 89,697
99,296 ; 97,904
106,842 ;
102,318
12 Okt-20 Sesuai Sesuai 21,346 5,44 1,337 222,0 58,25 105,115 0,200
105,072 ;
30oC ± 2oC
102,515
75% RH ± 5%
RH
99,565 ; 87,961
18 Apr-21
24
Okt-21
0 Okt-19 Sesuai Sesuai 21,768 5,26 1,068 201,0 58,89 107,219 ; 95,800 101,345 0,150
101,655 ;
103,154
40oC ± 2oC 103,500 ; 81,333
98,855 ; 99,214
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
75% RH ± 5%
RH
3 Jan-20 Sesuai Sesuai 21,227 5,39 1,169 204,3 58,8 98,047 ; 98,361 98,060 0,150
102,04 ; 95,938
107,137 ;
107,874
106,842 ;
6 Apr-20 Sesuai Sesuai 21,028 5,28 1,067 214,3 58,15 100,167 0,250
102,023
103,498 ;
104,236
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
B. Bets kedua
Nama Produk : CEFALAF DS No. Batch : K 0207919
Penyimpanan
Pemerian Volume
Wak Pemerian Bobot Bobot Terpinda Kadar
tu Sesudah p Viskosits(cps Disol
Sebelum Serbuk Jenis hkan Cefadroxil KadarAi
(Bl Tanggal Kondisi Rekonstit H ) usi
Rekonstitusi (g) (g/mL) (mL) r
n) usi
Suspensi warna
t = 30
Serbuk warna merah muda,
menit
Spesifi putih atau aroma 20,9- 4,5- 1,0- 200,0- 57- 90,0-
Q > 75 ≤ 2%
kasi hampir putih strawberry, rasa 23,1 6,0 1,3 400,0 60 120,0 %
%
manis
105,793 ;
106,407
57,9 98,800 ;
0 Nov-19 Sesuai Sesuai 21,533 4,85 1,147 216 103,602 0,150
8 102,533
96,910 ;
103,053
30oC ± 2oC
75% RH ±
85,974 ; 92,887
5% RH
59,2
3 Peb-20 Sesuai Sesuai 21,587 5,56 1,061 205,6 86,523 ; 90,689 99,032 0,150
0
93,344 ; 88,492
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
93,265 ; 94,932
58,3
6 Mei-20 Sesuai Sesuai 21,851 5,25 1,169 318,0 93,650 ; 95,402 99,653 0,200
0
95,616 ; 93,265
59,0 102,601 ;
9 Agt-20 Sesuai Sesuai 21,917 5,36 1.153 232,3 98,730 0,200
0 104,564
99,968 ;
101,356
101,021 ;
99,393
111,591 ;
110,288
103,308 ;
58,2
12 Nov-20 Sesuai Sesuai 22,010 5,35 1.162 330 116,523 104,095 0,350
5
106,193 ;
109,450
18 Mei-21
24 Nov-21
105,793 ;
57,9 106,407
0 Nov-19 Sesuai Sesuai 4,85 1,147 216 103,602 0,150
40oC ± 2oC 21,533 8
75% RH ± 5%
RH
98,800 ;
102,533
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
96,910 ;
103,053
97,634 ; 87,500
3 Peb-20 Sesuai Sesuai 5,41 1,055 200,15 58,4 99,564 0,160
21,59
87,319 ; 86,731
93,608 ; 89,898
94,205 ; 92,838
58,3
6 Mei-20 Sesuai Sesuai 5,27 1,047 258,00 98,269 0,200
21,720 5
92,838 ; 95,915
95,402 ;95,488
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
C. Bets ketiga
Nama Produk : CEFALAF DS No. Batch : D 0307920
95,249
6 Okt-20 Sesuai Sesuai 21,279 5,27 1,160 31 57,9 101,196 0,200
2 5 104,609 ;
98,498
98,352 ;
94,667
9 Jan-21
12 Apr-21
18 Okt-21
24 Apr-22
107,640 ; 103,191
99,309 ; 98,410
0 Apr-20 Sesuai Sesuai 21,409 5,51 1,178 294 58,10 106,795 0,200
99,309 ; 99,546
107,000 ; 109,417
3 Jul-20 Sesuai Sesuai 21,351 5,52 1,163 336 58,70 104,019 0,500
108,659 ; 104,013
108,659 ; 110,129
93,406 ; 95,976
6 Okt-20 Sesuai Sesuai 21,402 5,44 1,174 220 58,30 101,246 0,250
87,198 ; 85,792
93,212 ; 95,928
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
Riwayat Revisi
No. No.Laporan Revisi Deskripsi Tgl. Berlaku Penyusun
QA/L.
Pertama dikeluarkan Skala
1. Kmrsl602.079- - 17-10-2019 Sunarno
Komersial
1A
Revisi Pertama
QA/L. Kmrsl-
2. 01 Penambahan Data Bets 29-11-2019 Sunarno
602.079-1A
ke 2
Revisi Kedua
QA/L. Kmrsl-
3. 02 Penambahan Data 20-03-2020 Sunarno
602.079-1A
Stabilitas bulan ke 3
QA/L. Kmrsl- Revisi Ketiga Penambahan
4. 03 17-04-2020 Sunarno
602.079-1A Data Bets ke 3
Revisi Keempat
QA/L. Kmrsl-
5. 04 Penambahan Data Bln ke 11-06-2020 Sunarno
602.079-1A
6
Revisi Kelima
QA/L. Kmrsl- Penambahan Data Bln ke
6. 05 05-08-2020 Sunarno
602.079-1A 9 Bets ke1 dan DataBln ke
3 Bets ke3
Revisi Keenam
QA/L. Kmrsl-
7. 06 Penambahan Data Bln ke 08-09-2020 Sunarno
602.079-1A
9 Bets ke 2
Revisi Ketujuh
Penambahan Data
Stabilitas Bln ke 12
QA/L. Kmrsl- Betske 1,2 & Bln ke 6
8. 07 Lis Kamelia
602.079-1A Bets ke 3 Perunahan
Format dan Pejabat yang
bertanggung jawab
Uji stabilitas merupakan salah satu uji yang harus dilakukan oleh suatu industri atau
produsen ataupun suatu laboratorium penguji terhadap produk komersial yang sudah diproduksi
sebelum produk tersebut dipasarkan. Pada dasranya uji stabilitas ini merujuk pada prosedur dan
standar kualitas yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan
Kementerian Kesehatan seperti tercantum dalam Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia, PerKaBPOM, dan Permenkes terkait.
Uji stabilitas pada umumnya dilakukan terhadap produk baru atau bila ada perubahan pada
proses produksi (menggunakan alat baru atau metode pengolahan), perubahan formula,
perubahan bahan awal dan bahan pengemas. Sedangkan pada produk yang sudah tervalidasi
namun tidak mengalami perubahan selama proses produksi maka dilakukan post marketing
stability test. Berdasarkan lama pengujian, uji stabilitas dibagi menjadi dua yakni uji stabilitas
jangka pendek (dipercepat/accelerated) dan jangka panjang (real time study). Uji stabilitas
jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu 40 ± 2°C dan RH 75 ±
5%), sedangkan uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kadaluwarsa
produkseperti yang tertera pada kemasan. Jenis pengujian stabilitas untuk sediaan obat adalah
meliputi stabilitas terapi/khasiat, stabilitas fisika, stabilitas kimia, stabilitas mikrobiologi, dan
stabilitas teratologi.
Salah satu formula sediaan baru yang dikembangkan serta diproduksi oleh Lafiau yaitu
obat dengan kandungan Cefadroxil bernama Cefalaf DS dengan bentuk sediaan dry sirup.
Sediaan ini ditujukan sebagai antibiotik sistemik golongan sefalosporin. Cefadroxil bekerja
dengan menghambat pembentukan protein yang menyusun dinding sel bakteri. Obat ini akan
merusak ikatan yang menahan dinding sel untuk membunuh bakteri- bakteri penyebab penyakit.
Produk Cefalaf ini mengandung Cefadroxil monodydrat tiap 5 mL suspensi yang setara dengan
Cefadroxil 125 mg.
Stabilitas dari sediaan Cefalaf dry sirup ini disimpan selama 12 bulan dalam kemasan
akhirnya sesuai dengan yang akan dipasarkan. Perubahan yang terjadi selama penyimpanan
dipantau menggunakan metoda pengujian untuk pemeriksaan stabilitasalat yang digunakan
adalah chlimatic chamber. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui profil stabilitas dari
Cefalaf dry sirup yang disimpan pada kondisi stabilitas dipercepat dan real time. Bahan uji
stabilitas Cefalaf dry sirup ini yaitu Cefalaf DS sebanyak 4.000 botol per batch dalam skala
komersial. Uji stabilitas jangka pendek atau dipercepat dilakukan selama 6 bulan dengan
interval sampling 0,3,6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu 40 ± 2°C dan RH 75 ± 5 %),
sedangkan uji stabilitas jangka panjang (real time study) dilakukan sampai dengan waktu
kadaluwarsa produk seperti yang tertera pada kemasan Cefalaf DS yaitu 2 tahun atau selama 24
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
bulan dengan kondisipenyimpanan suhu 30 ± 2°C dan RH 75 ± 5 % dan interval sampling yaitu
pada 0,3,6,9,12,18, dan 24 bulan.
Jenis pengujian stabilitas untuk sediaan obat Cefalaf DS adalah meliputi stabilitas beberapa
parameter spesifikasi produk jadi Cefalaf DS yang terdiri dari stabilitas kimia yang terdiri dari
kadar cefadroxil, disolusi obat, pH, dan kadar air, kemudian dilihat juga dari stabilitasfisika
yaitu bobot jenis, kekentalan, bobot serbuk, pemerian sebelum dan sesudah rekonstitusi, dan
volume terpindahkan. Adapun parameter spesifikasi dan metode pengujian sesuai dengan
laporan uji stabilitas diatas. Uji stabilitas ini dilakukan dengan membandingkan produk cefalaf
DS dengan baku pembanding yang digunakan oleh bagian QC yaitu Cefadroxil BPFI dengan
nomor kontrol LOT K0L280.
Hasil uji stabilitas menunjukan bahwa parameter spesifikasi obat jadi Cefalaf DS pada uji
stabilitas real time dengan parameter pemerian sebelum maupun sesudah rekonstitusi
menunjukan sesuai dengan parameter yaitu serbuk warna putih atau hamper putih untuk
sebelumrekonstitusi dan suspensi warna merah muda dengan aroma strawberry dan rasa manis
untuk sesudah rekonstitusi yang artinya tidak ada penyimpangan, dan hasil uji stabilitas
dipercepat padabatch pertama, kedua, dan ketiga. Adapun parameter lain yaitu bobot serbuk,
pH, bobot jenis, viskositas, volume terpindahkan, disolusi, kadar cefadroxil, dan kadar air pada
batch kesatu, kedua, dan ketiga memenuhi syarat parameter yang baik sehingga tidak ada
penyimpangan atau dalam kata lain produk Cefalaf DS yang diproduksi masih dalam keadaan
stabil.
Uji stabilitas real time produk Cefalaf dry sirup untuk batch 1 sampai bulan ke-12 (Oktober
2020), batch 2 sampai bulan ke-12 (November 2020), dan batch 3 sampai bulan ke-6 (Oktober
2020). Adapun uji stabilitas dipercepat untuk batch 1 telah selesai dilakukan sampai bulan ke-
6 (April 2020), batch 2 telah selesai dilakukan sampai bulan ke-6 (Mei 2020), dan batch3 telah
selesai dilakukan sampai bulan ke-6 (Oktober 2020).
b. Menjamin bahwa proses produksi sudah dilakukan dengan benar dan aman.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
c. Menghindari kesalahan atau menekan resiko penyimpangan yang mungkin.
Kualifikasi
a. Kualifikasi desain
b. Kualifikasi Instalasi
c. Kualifikasi Oprasional
2) Pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk;
2) Uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas oeprasional
atas dan bawah.
5) Limit of Detection (LoD) dan Limit of Quantitation (LoQ) Limit deteksi (LOD)
merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit
kuantitas (LOQ) adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik.
Limit kuantitas merupakan parameter pengujian kuantitatif untuk konsentrasi
analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan adanya pengotor atau degradasi produk.
c. Validasi Pengemasan
Tujuan validasi pengemasan adalah untuk memberikan bukti dan terdokumentasi
bahwa:
1) Proses pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur tetap proses
pengemasan yang telah ditentukan serta memberikan hasil yang sesuai
denganpersyaratam (rekonsiliasi) yang telah ditentukan secara terus menerus
(reliableand reproducible).
2) Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta
mengikuti prosedur pengemasan dan peralatan pengemasan yang telah
ditentukan.
3) Proses pengemasan yang dilakukan, tidak terjadi peristiwa mix-up (campur baur)
antar produk maupun antar batch. Validasi proses pengemasan harus dilakukan
karena sebagian besar kesalahan ada di bagian proses pengemasan dan kesalahan
di bagian pengemasan sangat sulit dideteksi.
d. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan untuk
menghilangkan produk sebelumnya atau bahan pembersih yang dipakai pada peralatan
sampai batas residu maksimum yang secara sains dianggap aman (CPOB,2018).
Validasi pembersihan bertujuan untuk membuktikan bahwa prosedur yang ditetapkan
untuk membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer mampu
membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses
pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang dapat
diterima. Prosedur pembersihan harus divalidasi karena peralatan yang digunakan
untuk bermacam- macam produk, meningkatnya kontak permukaan antara bahan
dengan alat/mesin, dan tuntutan c-GMP. Prinsip dari validasi pembersihan adalah
tersedianya prosedur pembersihan yang efektif untuk membersihkan peralatan
pengolahan hingga pengemasan primer, sehingga dapat mencegah risiko kontaminasi
silang terhadap produk berikutnya yang diproduksi diperalatan yang sama.
Kontaminasi dapat bersumber dari: bahan aktif obat dari produk sebelumnya, bahan
pembersih/deterjen, mikroba dari lingkungan, bahan lain (debu, pelumas). Proses
validasi pembersihan:
e. Verifikasi Transportasi
Verifikasi transportasi produk jadi di farmasi perlu dilakukan karena terbukti
selama transportasi stabilitas produk jadi obat menjadi terpengaruh. Pengaruh ini
karena akibat adanya fluktuasi suhu selama transportasi. Seperti kita ketahui bahwa
suhu berpengaruh pada stabilitas obat, suhu berarti adanya energi panas. Energi ini
berpengaruh terhadap reaksi kimia di produk obat. Perlunya suhu terkontrol selama
transportasi obat, terutama pada obat biologi yang distribusinya menggunakan rantai
dingin (cold chain). Obat biologi yang riskan seperti vaksin, obat sitotoksin (obat
kanker biologi) dan enzim. Untuk obat biologi itu terdiri dari protein, bila
penyimpanan tidak terkendali maka protein akan terdenaturasi (terurai) sehingga
proteinbukan dalam bentuk yang aktif. Bila kondisi ini terjadi maka obat biologi
tersebut tidak akan berfungsi. Bukan hanya pada transportasi tetapi pada
penyimpanan kesetabilan suhu juga penting.
5. Lampiran
-
6. Riwayat Perubahan
Versi Tanggal Berlaku Alasan Perubahan
01 21 Desember 2023 Pertama kali diberlakukan
7. Distribusi
Asli : Kepala Bagian Pemastian Mutu
2) Bahan Pengemas
Halaman : 1 dari 1
SPESIFIKASI BAHAN KEMAS, KODE
LAFARMA Nomor: 001
PRODUK…
Revisi : 00
Disusun oleh: Departemen : Pengawasan Mutu Saksi
apt. Rafi Setyoning Diperiksa oleh: Kepala Bagian Disetujui oleh: Kepala Bagian
Tias, S.Farm. Pemastian Mutu Pemastian Mutu
Tanggal : 20/12/2023 Tanggal :20/12/2023 Tanggal : 20/12/2023
Nama pabrik pembuat dan/atau pemasok yang disetujui
1. Xxxxx
2. Yyyyy
No. kode dari pabrik pembuat dan/atau pemasok
Bahan
Ukuran/Kapasitas
Deskripsi
Persyaratan Kimiawi/Fisis
Penggunaan
Penyimpanan
Kemasan
Bentuk/gambar teknik
CATATAN :
Tanggal Revisi :
PROSEDUR TETAP
CATATAN PENGELOLAAN BATCH Tanggal Berlaku :
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
Kode Sediaan : No. Batch :
Tanggal Revisi :
PROSEDUR TETAP
CATATAN PENGELOLAAN BATCH Tanggal Berlaku :
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
Kode Sediaan : No. SPK No. Batch :
Besar Batch : ED :
CATATAN PENIMBANGAN
JUMLA
H JUMLA
KODE NAMA SATUA TANGGAL/JA PLK PWA
PABRI TEORITI H
BAHA BAHA
K N M S S
N N S PER NYATA
BATCH
CATATAN :
Catatan :
PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :
CATATAN PENGELOLAAN Tanggal Berlaku :
BATCH
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
JUMLA
H JUMLA
KODE NAMA SATUA TANGGAL/JA PLK PWA
PABRI TEORITI H
BAHA BAHA
K N M S S
N N S PER NYATA
BATCH
CATATAN :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Kabag Pengawasan Mutu Kabag Produksi
Tanggal : Tanggal :
Tanggal Revisi :
PROSEDUR TETAP
CATATAN PENGEMASAN BATCH Tanggal Berlaku :
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
Kode Sediaan : No. SPK No. Batch :
Besar Batch : ED :
Unit Kemasan :
BAHAN KEMASAN YANG DIPERLUKAN
NOMOR JENIS BAHAN SATUAN JUMLAH JUMLAH PKLS PWAS
KODE KEMASAN TEORITIS NYATA
Catatan :
Tanggal Revisi :
PROSEDUR TETAP
CATATAN PENGEMASAN BATCH Tanggal Berlaku :
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
Kode Sediaan : No. Batch :
Besar Batch : ED :
Unit Kemasan :
Nomor TATA KERJA ALAT DAN PETUNJUK UMUM
Catatan :
Tanggal Revisi :
PROSEDUR TETAP
CATATAN PENGEMASAN BATCH Tanggal Berlaku :
NAMA PRODUK Kode Dokumen :
Kode Sediaan : No. Batch :
Besar Batch : ED :
Unit Kemasan :
DAFTAR PERIKSA
KESIAPAN JALUR PENGEMASAN
TANGGAL PEMERIKSAAAN :
DIPERIKSA OLEH :
PARAF
Nomor PEMERIKSAAN HASIL
IPC PENGAWAS
Catatan :
3. Resume Prinsip Manajeman Risiko Mutu (QRM), Inspeksi Diri, Audit dan
Pembuatan Corrective Action & Preventive Action (CAPA)
a. Risiko Mutu (QRM)
Manajemen Risiko Mutu (Quality Risk Management) merupakan proses
sistematik untuk penilaian, pengendalian, komunikasi serta pengkajian risiko mutu
obat selama siklus-hidup produk (product lifecycle). Suatu pendekatan manajemen
risiko mutu yang efektif dapat lebih menjamin:
1) Mutu yang tinggi dari produk kepada pasien;
2) Membuat pengambilan keputusan lebih baik terjadi masalah mutu potensial
selama pengembangan dan pembuatan;
3) Dapat memberi kemudahan dalam pengambilan keputusan dengan informasi
yang lebih lengkap;
4) Dapat meningkatkan keyakinan BPOM akan kemampuan perusahan dalam
menangani risiko potensial dan secara menguntungkan dapat memengaruhi
tingkat dan rentang pengawasan BPOM.
Prinsip MRM hendaklah digunakan untuk mengembangkan strategi
pengendalian di seluruh tahap pembuatan dan pengawasan, termasuk pengadaan dan
penyimpanan bahan, alur personil dan material, pembuatan dan pengemasan,
pengawasan mutu, pemastian mutu, kegiatan penyimpanan dan distribusi. Perhatian
khusus hendaklah diberikan pada pengawasan bahan awal, pengendalian perubahan,
2) Terdiri dari tenaga ahli dari berbagai bidang yang dapat memberikan kontribusi
dalam pemecahan masalah;
b. Inspeksi diri
Inspeksi diri merupakan tindakan evaluasi untuk memastikan apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu di industry farmasi memenuhi ketentuan
CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB
secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan dapat dilakukan
pada situasi khusus, contohnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau
terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Dalam penerapannya, inspeksi diri merupakan program dari bagian pemastian
mutu (QA). Pelaksanaan program inspeksi diri dengan membentuk tim terdiri dari
personil yang berpengalaman minimal 3 tahun mempunyai pengertian mendalam
tentang CPOB, dilatih cara melaksanakan inspeksi diri dan dikualifikasi. Inspeksi diri
dilakukan minimal 2 orang dan maksimal 3 orang dari Tim Inspeksi Diri. Inspeksi
diri dilakukan minimal setiap satu tahun sekali dan seluruh hasil dicatat
(didokumentasikan) . Hasil temuan dari inspeksi diri dilaporkan dan dibuat CAPA
sebagai tindakan perbaikan. CAPA (Corrective and Preventive Action) atau bisa
PORTOFOLIO V
SARANA PENUNJANG
DI INDUSTRI FARMASI
PORTO FOLIO V
Dialirkan ke Dialirkan ke
Proses Softener Activated Manganese
1 dan 2 Carbon Filter Filter
Proses Reserse
Catridge Filter Break tank
Osmosis (RO) 1
Sinar UV
a) Sumber air yang digunakan adalah air arthesis/ air sumur dengan kedalaman 125
meter.
b) Air dipompa menggunakan pompa sumur, kemudian ditampung di ground tank
kapasitas 30𝑚3 .
c) Air dipompa dan dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk menyaring lumpur,
koloid, dan lumpur yang larut sempurna dalam air, ataupun partikel-partikel yang
masih bisa terlihat mata, sekaligus diberikan perlakuan klorinasi yang berfungsi
sebagai disinfektan atau mengendalikan dan membunuh bakteri.
Tekanan lebih besar pada salah satu sisi ruang penyanga udara dan tekanan
lebih rendah disisi lain. Ini untuk mencegah masuknya debu dan kontaminan dari
luar ke penyangga dan penyangga ke dalam ruangan. Digunakan bila ada
beberapa persyaratan klasifikasi kebersihan ruang, tapi hanya sedikit masalah
mengenai pengungkungan. Dapat terlihat pada gambar bahwa udara mengalir
dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah, sehingga mencegah debu
masuk dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Tipe seperti ini biasanya
digunakan pada area kelas kebersihan yang lebih tinggi ke lebih rendah. Dimana
area kebersihan lebih rendah tidak boleh mencemari area kebersihan yang lebih
tinggi. Tetapi area kebersihan yag lebih tinggi “dapat mencemari” area
kebersihan yang lebih rendah. Area kebersihan lebih tinggi seharusnya lebih
Tekanan lebih tinggi di dalam ruang penyangga udara dan tekanan lebih
rendah di sekitarnya. Ini untuk mencegah aliran udara antara dua area melalui
ruang penyangga dengan membentuk penghalang tekanan. Dapat dilihat bahwa
tekanan tinggi pada tengah ruang penyangga mencegah masuknya debu dari dua
ruangan dengan tekanan yang sama. Adanya tekanan tinggi di tengah mencegah
pergerakan debu dari kedua sisi. Tipe penyangga ini memerlukan instalasi
tambahan yaitu blower, HEPA dan lain-lain agar memberikan tekanan di dalam
ruangan,. Instalasi ini bisa sama atau terpisah dengan HVAC.
c. Ruang Antara Tipe Sink
Tekanan lebih rendah di dalam ruang penyangga udara dan tekanan lebih
tinggi sekitarnya. Ruang penyangga tipe ini menarik udara dari kedua sisi
menciptakan penghalang tekanan rendah. Pintu hendaknya membuka kearah
yang mempunyai tekanan udara lebih tinggi sehingga tekanan ruang membantu
menahan pintu agar tetap tertutup. Sistem interlock sebaiknya dipasang sehingga
mencegah kedua pintu dibuka secara bersamaan. Sistem ini membantu
mencegah masuknya kontaminan melalui penyangga.
b. Limbah Padat
Pencemaran limbah padat adalah masuknya benda-benda padat ke dalam
lingkungan sehingga menyebabkan kualitas lingkungan menurun atau
membahayakan kehidupan makhluk hidup atau tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya. Sumber pencemaran yang dihasilkan antara lain:
1) Obat kadaluarsa
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
2) Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang terkumpul dari Dust
Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku pembantu dan
kemasan yang rusak.
3) Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan sampel kadaluarsa
4) Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur.
5) Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa.
6) Sampah kebun atau halaman.
7) Lumpur dari proses instalasi pengolahan air limbah
Pembersihan limbah padat pada industri farmasi:
1) Dust collector atau electrostatic precipitator (EP) yang berfungsi untuk
mengumpulkan debu agar tidak berterbangan dan pompa yang berfungsi
sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP ke fasilitas silo.
2) Vaccum cleaner untuk debu-debu yang berserakan pada peralatan dan lantai.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah padat diantaranya:
1) Limbah padat bahan beracun dan berbahaya (B3)
Limbah padat B3 berupa sisa granul, bahan baku rejected, produk jadi
rejected nonbetalactam, debu dari dust collector. Limbah tersebut
dimusnahkan dengan double burner incerinator. Dengan pembakaran ganda,
asap sisa pembakaran tidak lagi mengandung bahan berbahaya yang bisa
mencemari udara.
2) Limbah padat non B3
Sampah yang tidak dapat diuraikan dibuatkan tempat sampah, sisa-sisa
kertas, karton, dan aluminium foil dikumpulkan kemudian dijual ke
pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah) Pemantauan Kualitas
lingkungan (kebersihan) di dalam area industry,tidak ada limbah B3 yang
tercecer di area pabrik, dan sebagiannya. Tingkat kebauan digunakan sebagai
indikator pengelolaan limbah padat dimana diatur dalam Peraturan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 yaitu:
d. Limbah cair
Pencemaran air merupakan masuknya atau dimasukkannya sesuatu kedalam
air yang menyebabkan air tersebut menurun kualitasnya atau tidak sesuai dengan
peruntukkannya. Limbah cair industri farmasi dapat berasal dari bekas cucian
peralatan produksi, laboratorium, laundry dan rumah tangga, kamar mandi, dan
bekas reagen di laboratorium. Upaya pengelolaan lingkungan pada limbah cair
adalah sebagai berikut:
1) Pembuatan drainase sesuai dengan sumber limbah
a) Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum
b) Saluran dari kamar mandi/ WC dialirkan ke septic tank
c) Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium dialirkan ke
IPAL
2) Membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan betalaktam,
sebelum dicampur dengan limbah non betalaktam ditambahkan NaOH
(hingga pH 10- 11) untuk memecah cincin betalaktam. Pemantauan pada
limbah cair dilihat dari kualitas badan air dari permukaan inlet dan outlet
saluran limbah, meliputi kadar COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter
lain termasuk indikator biologis dan mikrobiologi, serta dengan melihat
kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet di IPAL. Tujuan dilakukan
IPAL yaitu menurunkan kadar zat pencemar yang terkandung dalam air
limbah sehingga memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan. Hal yang
perlu diperhatikan adalah karakteristik limbah, kemampuan badan air
(assimilative capacity), dan peraturan tentang limbah yang berlaku. Prinsip
pengolahan limbah yaitu:
a) Pengolahan limbah primer
Tujuannya adalah untuk menghilangkan buangan yang tidak larut.
Tahapannya meliputi screening, canal longitudinal, oil trap, dan padatan
tersuspensi
b) Pengolahan limbah sekunder
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kontaminan lain (solid
suspensed, senyawa organik dan anorganik terlarut). Tahapannya
meliputi koagulasi dan flokulasi (dengan senyawa kimia misalkan
Al2O3, kaporit)
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
c) Pengolahan limbah tersier
Tujuannya adalah untuk menurunkar kadar COD (chemical oxygen
demand) dan BOD (biological oxygen demand) serta menambah DO
(dissolved oxygen). Tahapannya terdiri dari fisik (aerasi),biologis
(bakteri aerob /active slugde)
2. Alur Penanganan Limbah
Pengolahan limbah merupakan upaya penanggulangan dan pemantauan
lingkungan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan lingkungan akibat limbah
yang dihasilkan oleh proses produksi. Beberapa limbah yang dihasilkan oleh industri
farmasi adalah obat-obatan, limbah domestik dan limbah dari laboratorium.
Pengolahan limbah yang dilakukan di LAFI- AU sebagai berikut:
a. Pengolahan limbah padat
1) Pengolahan limbah domestik padat biasanya dengan menyiapkan tempat
sampah yang kemudian hasil buangan tersebut diserahkan ke pihak ketiga
untuk menanganinya.
2) Pengolahan limbah domestik cair. LAFI-AU membuatkan bak khusus dan
atau septic tank untuk menampung limbah domestic cair yang dihasilkan.
3) Pengolahan Sisa-sisa kertas, karton dus, plastik, botol, alluminium foil dan
lain sebagainya dikumpulkan terlebih dahulu sehingga limbah tersebut bisa
daur ulang oleh kepihak ketiga.
4) Pengolahan limbah seperti Obat rusak, obat kadaluarsa, obat reject, sisa-sisa
serbuk serta lumpur dari IPAL dengan menggunakan metode pembakaran
menggunakan incinerator yang diserahkan ke pihak ketiga yaitu pada RS
Salamun. Insinerator dilengkapi mesin pembakaran dengan temperatur
tinggi yang dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua
sampah tersebut hingga menjadi abu. Tahapan pertama adalah limbah atau
sampah dalam sampai menjadi uap air, hasilnya menjadi kering dan siap
terbakar.
5) Selanjutnya terjadi proses pirolisis yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperatur belumterlalu tinggi. Fase berikutnya adalah pembakaran
sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai pembakar limbah,
temperatur dikendalikan antara 4000°C-6000°C. Ruang bakar kedua
digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan temperatur antara
6000°C-12000°C. Suplai oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi
mudah terbakar. Setelah itu, terjadi proses pembakaran yang sempurna
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Portofolio PKPA di Industri Farmasi
sehingga asap yang keluar dari cerobong menjadi transparan.
b. Pengolahan Limbah Cair