DISUSUN OLEH:
1. ALFIRA NURFAINI EFFENDY (40122068)
2. ANI MASRUROH (40122071)
3. ENDITA FACHRIJAH DAYANTI (40122080)
4. TITAN BHAKTI ADI TRINADO (40122125)
5. YULIUS A. ALVES VALO (40122128)
6. SHELLA INDRI NOVIANTI (40122116)
7. SISMA DHIKA LARASATI (40122119)
DISUSUN OLEH:
1. ALFIRA NURFAINI EFFENDY (40122068)
2. ANI MASRUROH (40122071)
3. ENDITA FACHRIJAH DAYANTI (40122080)
4. TITAN BHAKTI ADI TRINADO (40122125)
5. YULIUS A. ALVES VALO (40122128)
6. SHELLA INDRI NOVIANTI (40122116)
7. SISMA DHIKA LARASATI (40122119)
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan yaitu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Perbekalan kesehatan adalah
semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
(UU RI No 36, 2009).
Industri farmasi merupakan badan usaha yang diberi wewenang oleh pemerintah
dalam kegiatan produksi obat-obatan maupun alat kesehatan. Wewenang tersebut
diberikan melalui surat izin usaha perusahaan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, memiliki peran penting dalam usaha
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan
tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan harus dijaga dari dini, maka
industri farmasi dituntut untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah dan kualitas
yang memadai. Untuk itu obat yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan khasiat
(efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk
tujuan pengobatan (Priyambodo, 2007). Oleh karena itu, industri farmasi menjadi salah
satu industri yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik dari segi perizinan, produksi, peredaran,
maupun kualitas obat yang diedarkan.
Produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilakukan dengan cara
produksi yang baik memenuhi syarat-syarat yang berlaku sesuai dalam Farmakope
Indonesia atau buku standar yang lain. Maka industri farmasi dalam pembuatan obat
harus menerapkan acuan standar sebagai pedoman dalam pembuatan obat yang baik
sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB adalah suatu pedoman bagi 3 setiap industri
farmasi dalam proses produksi suatu sediaan, yang apabila diterapkan akan menghasilkan
suatu produk yang terjamin kualitas, keamanan dan khasiatnya. CPOB memiliki tujuan
yaitu untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan secara konsisten memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan penggunaannya yang dibuktikan
dengan adanya sertifikat CPOB (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1799, 2010).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker memiliki pekerjaan kefarmasian yang
meliputi pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan
sediaan farmasi. Industri farmasi menjadi salah satu tempat bagi apoteker untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengembangan produk, pengadaan,
penyimpanan, pembuatan obat, pengawasan, pengendalian mutu, dan distribusi obat.
Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker dalam produksi sediaan farmasi
harus memenuhi ketentuan CPOB yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. Menurut
PP 51 tahun 2009 pasal 9 ayat 1, yaitu industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang
apoteker sebagai penganggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi.
Salah satu cara pembekalan keilmuwan yang dapat diberikan kepada Apoteker
yaitu melalui program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri Farmasi.
Melalui PKPA di industri farmasi ini diharapkan calon apoteker dapat memperoleh
wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam mengaplikasikan dan
mengembangkan ilmunya secara profesional, terutama dalam memahami kenyataan di
lapangan industri khususnya dalam hal CPOB sehingga dapat digunakan sebagai bekal
untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja, khususnya tentang peran profesi
apoteker di industri farmasi.
Pada kesempatan ini Instritut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri bekerjasama
dengan PT. PIM Pharmaceuticals di bidang pendidikan berkelanjutan profesi apoteker
untuk menyelenggarakan PKPA yang dilaksanakan pada tanggal 02 Mei – 12 Juni 2023.
Kegiatan PKPA di PT. PIM Pharmaceuticals dilaksanakan agar dapat memberikan
pengalaman, pengetahuan, mengenai tugas dan tanggung jawab apoteker di indutri
farmasi.
B. Tujuan PKPA
1. Mengetahui dan memahami peran, tugas, fungsi pokok dan tanggung jawab apoteker
dalam praktek kefarmasian di industri farmasi.
2. Mengetahui dan memahami pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
3. Mengetahui dan memahami tentang penerapan CPOB, proses QC (Quality Control), QA
(Quality Assurance), RnD (Research and Development) dan produksi di industri farmasi.
C. Manfaat PKPA
A. Sejarah
Awal mulanya industri farmasi ini adalah indutri farmasi dari Jerman yang
bernama “HELMIG’S” yang didirikan pada tahun 1934 dan berlokasi di Jalan Jagalan
Surabaya dan kemudian pindah lokasi di Jalan Bongkaran Surabaya. Pada tahun 1948
industri farmasi dari Jerman tersebut dibeli oleh pengusaha swasta nasional sehingga
industri farmasi tersebut telah menjadi industri farmasi swasta nasional.
Walaupun telah menjadi industri swasta nasional, nama “HELMIG’S” tetap
dipertahankan dan baru diganti namnya menjadi PT. PIM Pharmaceuticals pada tahun
1958 yang memproduksi dua jenis obat yaittu infuenza dan aspirin dengan angka pasar
pemerintah 80% dan 20% pasar bebas.
Dengan kerja keras dan penuh inovasi, sepuluh tahun kemudian yaitu pada
periode sekitar tahun 1970 PT. PIM Pharmaceuticals telah meluncurkan sekitar 100 jenis
produk obat dan angka pasarnya sudah sebagian besar pasar bebas.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam menyongsong abad modern
PT. PIM Pharmaceuticals telah melakukan bbeberapa inovasi antar lai dengan memasuki
sektor Health Food (Makanan kesehatan). Salah satu produk andalan yang telah
memasuki pasar global adalah TITLIS Candy yang aman dikonsumsi serta tidak merusak
gigi. Pada dekade berikutnya menyusul produk Pimag. Hal ini tidak terlepas dari upaya
Departemen Riset dan Pengembangannya secara inovatif selalu mencoba untuk
berkembang mengikuti kebutuhan konsumen.
Pandangan dan langkah kedepannya PT. PIM Pharmaceuticals akan selalu berupaya
memuaskan pelanggan dengan menghadirkan produk obat, makanan kesehatan,
kosmetik, serta perbekalan kesehatan rumah tangga yang bermutu tinggi dengan bahan
dasar yang terbaik dan dengan teknologi terkini.
B. Visi dan Misi
Visi PT. PIM Pharmaceuticals adalah menjadi perusahaan penyedia kebutuhan
masyarakat yang selalu berkembang dengan inovasi.
Misi PT. PIM Pharmaceuticals adalah PT. PIM Pharmaceuticals akan selalu
berupaya memuaskan pelanggan dengan menghadirkan produk obat, makanan kesehatan
serta perbekalan kesehatan rumah tangga yang bermutu tinggi dengan bahan dasar terbaik
dan dengan teknologi terkini.
Kebijakan mutu PT. PIM Pharmaceuticals adalah senantiasa berupaya menjadi
yang terbaik dalam menghadirkan produk sehat, berkhasiat yang aman dan berkualitas
kepada masyrakat, sesuai peraturan dan perundang-undangan.
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
Lokasi : PT. PIM Pharmaceuticals berada di Jalan Candi wates No. 20 Kecamatan
Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Sarana dan prasarana :
1. Bangunan, yang terdiri dari :
a. Gedung A lantai 1, yaitu tempat produksi tablet, tablet salut, serbuk, dan Gudang
Produk Jadi (GPJ) sirup.
b. Gedung A lantai 2, yaitu tempat produksi sirup.
c. Gedung B lantai 1, yaitu tempat produksi tablet dan serbuk.
d. Gedung B lantai 2, yaitu tempat packing sekunder
e. Gedung C basement, yaitu tempat Gudang Bahan Baku (GBB).
f. Gedung C lantai 1, yaitu tempat Gudang Produk Jadi (GPJ).
g. Gedung C lantai 2, yaitu tempat Gudang Produk Jadi (GPJ), produk retur dan sampel
pertinggal.
h. Gedung D, yaitu tempat Gudang Bahan Kemas (GBK).
i. Gedung E, yaitu tempat Gudang Bahan Baku (GBB) dan produksi amilum
j. Bangunan produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan kosmetik.
k. Bangunan laboratorium lantai 2, tempat QC dan R&D.
2. Sarana penunjang kritis
a. Sistem Pengolahan Air (SPA)
b. Sistem Tata Udara/AHU (Air Handling Unit)
c. Sistem Udara Bertekanan/Air Compressor
3. Peralatan
a. Peralatan produksi sirup
Mixing tank
Storage tank
Bootle feeder
Cleaning bottle
Mesin filling
Mesin capping
Mesin dus
b. Peralatan produksi suspensi
Mixer
Storage tank
Mesin filling
Mesin sachet
c. Peralatan produksi tablet
Super mixer
Fluid bed dryer
Oxcilating granulation
Multidirection mixer
Rotary tablet fresh
D. Struktur Organisasi
Kedudukan tertinggi di PT. PIM Pharmaceuticals adalah seorang Direktur, dibawahnya
terdapat Dewan Direksi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekertaris.
Dibawahnya terdapat Kepala Pabrik yang dibantu oleh Staff Dokumen Control. Dibawah
Kepala Pabrik terdapat 3 bagian yaitu :
1. Kadiv Kualitas dan Manufaktur, yang meliputi Ka. Bag Registrasi, Ka. Dept. Riset dan
Pengembangan Farmasi, Ka. Dept. Riset dan Pengembangan non Farmasi, Ka. Dept.
Pengawasan Mutu, Ka. Dept. Pemastian Mutu PIM, Ka. Dept. Pemastian Mutu HPS, Ka.
Dept. Produksi PIM, dan Ka. Dept. Produksi HPS.
2. Pengendalian Biaya
3. Kadiv Operasional yang dibantu oleh Staff Pengembangan, yang meliputi Ka. Dept.
Sistem Mutu, Ka. Dept. PPIC, Ka. Dept. Teknik, Ka. Dept. HRD & GA, serta Ka. Bag
IT.