Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUGAS PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT

PENYAKIT HIV/AIDS DAN PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)

Kelompok 6 :

1. Oktaviardi Rahmat Roziki (30418010)


2. Zakinah Ramadhinah Sukirman (30418014)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

D3 TEKNIK GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
tersusun dan selesai pada waktunya.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas Pengantar Kesehatan Masyarakat dengan judul “Penyakit
HIV/AIDS dan Penyakit Tuberculosis (TBC)”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangann

Kediri, 1 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HIV/AIDS................................................................... 3
B. Pengertian Tuberculosis (TBC)..................................................... 4
C. Gejala dan Tanda Penyebaran HIV/AIDS..................................... 4
D. Gejala dan Tanda Penyebaran Tuberculosis (TBC) ..................... 7
E. Pencegahan dan Penanganan Penyakit HIV/AIDS................. 8
F. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Tuberculosis
(TB............................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN
A. Koinfeksi Penyakit HIV/AIDS dengan Penyakit Turberculosis \
(TBC)………………………………………………………… 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi tubuh yang sehat pada manusia dapat kita lihat dari kebugaran tubuh.
Dalam sebuah lingkungan masyarakat terkadang mengalami beberapa masalah
kesehatan, baik yang muda, tua, wanita maupun pria. Di Indonesia setiap
tahunnya dihadapkan oleh banyak masalah kesehatan yang membuat resah
masyarakat.Salah satunya adalah HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC). Seperti
yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit
ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia
baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat
menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin
kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-
seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS.
Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena
gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,
orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan
penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah
AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Selanjutnya
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan oleh hewan ke
manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat kecil yang
dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa atau
berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.
Sistem kekebalan yang sehat mungkin dapat mematikan TB dengan segera. Kalau
tidak berhasil diatasi oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di paru-paru, tetapi
kadang-kadang menular ke bagian lain di tubuh. Begitu TB sampai di paru-paru,
tubuh langsung mulai melawannya. Perlawanan tersebut biasanya berhasil, dan

1
sistem kekebalan dapat menghentikan menularnya kuman. Namun demikian,
untuk orang tertentu, TB dapat menular lebih jauh. TB yang mungkin sudah lama
tidak aktif dapat menjadi aktif kembali bertahun-tahun kemudian, dan infeksi
dapat menular ke bagian lain di tubuh. Infeksi yang sudah sembuh juga dapat
menjadi aktif kembali. Hal ini dapat terjadi kalau kekebalan tubuh menjadi lemah,
misalnya pada masa stres, infeksi virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti
kencing manis, atau terapi imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang
memerlukan obat steroida, radioterapi atau obat-obatan sitotoksik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC) ?
2. Apa Penyebaran Penyakit HIV/AIDS Dan Tuberculosis (TBC) ?
3. Apa Gejala Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC) ?
4. Apa Penanganan Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC) ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis
(TBC)
2. Untuk Mengetahui Penyebaran Penyakit HIV/AIDS Dan Tuberculosis
(TBC)
3. Untuk Mengetahui Gejala Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC)
4. Untuk Mengetahui Penanganan Penyakit HIV/AIDS dan Tuberculosis
(TBC)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya
gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar. Orang yang telah
mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan
penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang
bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan
merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di
sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan
bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya
tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal. Secara
etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia
sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA)
menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-
1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama
AIDS di seluruh dunia. Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial
untuk setiap aspek siklus hidup virus (Gbr. 15-1). Dari segi struktur genomik,
virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu
pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari
protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat (warga
Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang
patogenik dibandingkan dengan HIV-1

3
B. Pengertian Tuberculosis (TBC)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium
tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan oleh hewan ke
manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat kecil yang
dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa atau
berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.Sistem kekebalan yang
sehat mungkin dapat mematikan TB dengan segera. Kalau tidak berhasil diatasi
oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di paru-paru, tetapi kadang-kadang
menular ke bagian lain di tubuh. Begitu TB sampai di paru-paru, tubuh langsung
mulai melawannya. Perlawanan tersebut biasanya berhasil, dan sistem kekebalan
dapat menghentikan menularnya kuman. Namun demikian, untuk orang tertentu,
TB dapat menular lebih jauh. TB yang mungkin sudah lama tidak aktif dapat
menjadi aktif kembali bertahun-tahun kemudian, dan infeksi dapat menular ke
bagian lain di tubuh. Infeksi yang sudah sembuh juga dapat menjadi aktif kembali.
Hal ini dapat terjadi kalau kekebalan tubuh menjadi lemah, misalnya pada masa
stres, infeksi virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti kencing manis, atau
terapi imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang memerlukan obat
steroida, radioterapi atau obat-obatan sitotoksi

C. Gejala dan Tanda Penyebaran HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa
seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan
peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar
mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA
(Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah,
ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV
diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita
HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi

4
dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut
dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan
menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis

5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :

1. Batuk menetap lebih


dari 1 bulan

2. Dermatitis
generalisata yang gatal

3. Adanya Herpes
zoster multisegmental dan berulang

4. Infeksi jamur
berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa


menggunakan kondom

2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara


bersama-sama

3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik

5
4. Bayi yang ibunya positif HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang
terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan
gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah
kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena
serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah
dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan gejala
yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah
ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas


sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan


gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang


mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system

6
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami
tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus


cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali


mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis
dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).

D. Gejala dan Tanda Penyebaran Tuberculosis (TBC)


Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang
tulang, usus,

atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita
TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada
seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV. Kuman
TBC memang banyak ditemukan di Indonesia, sehingga cukup sulit untuk
menghindarinya Sementara untuk penyebaran yang terjadi dari penderita
TBC, dapat disebarkan melalui udara, batuk, flu dan pilek penderita TBC,
bersin, dengan cipratan sedikit ludah pun dari penderita TBC. Penyakit TBC
memang menular, namun tak secara langsung. Virus TBC memang ada dan
tumbuh serta berkembang perlahan terutama ketika Moms menghabiskan
banyak waktu di sekitar orang yang menderita TBC, lambat laun Moms bisa

7
terserang tergantung dari kondisi kebersihan dan kesehatan tubuh masing-
masing. Itulah mengapa TBC sering menyebar di antara rekan kerja, teman
sepermainan, dan bahkan anggota keluarga sendiri. Gejala-gejala TBC
(tuberkulosis) yang muncul dapat berupa:

1. Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), biasanya berdahak.


2. Batuk mengeluarkan darah.
3. Berkeringat pada malam hari.
4. Penurunan berat badan.
5. Demam dan menggigil.
6. Lemas.
7. Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
8. Tidak nafsu makan.
9. Lemas.

Tidak semua kuman TBC yang masuk ke paru-paru langsung menimbulkan


gejala. Kuman TBC bisa saja hanya bersembunyi sampai suatu hari berubah
menjadi aktif dan menimbulkan gejala. Kondisi ini dikenal sebagai TBC laten.
Selain tidak menimbulkan gejala, TBC laten juga tidak menular.

Selain menyerang paru-paru, kuman TBC juga dapat menyerang organ lainnya,
seperti ginjal, usus, otak, atau TBC kelenjar. Penyakit TBC pada organ selain
paru-paru sering terjadi pada orang dengan kekebalan tubuh rendah,
misalnya penderita AIDS.

Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru-
paru, menurut organ yang terkena:

1. Pembengkakan kelenjar getah bening bila terkena TBC kelenjar.


2. Kencing berdarah pada TBC ginjal.
3. Nyeri punggung pada TBC tulang belakang.
4. Sakit perut jika mengalami TBC usus.
5. Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak.

E. Pencegahan dan Penanganan Penyakit HIV/AIDS

8
Walaupun berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi
HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV
penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita
AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan
kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya
mengurangi angka kelahiran dan kematian. Kita semua diharapkan untuk tidak
mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan
dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke
rahmatullah dengan ikhlas. Namun, kita dapat mencegah penyakit ini dengan
berbagai cara berikut :

1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan


dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.

2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan


seksual.

3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,


hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.

4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.

5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.

F. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Tuberculosis (TBC)

9
Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan
menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini
termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2
bulan. Bagi yang belum pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk
melakukan vaksin bila terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC.
TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan masker
saat berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC, serta
sering mencuci tangan. Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan
awal pengobatan (biasanya 2 bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan
penyakit. Jika Anda menderita TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna
untuk mencegah penularan, terutama pada orang yang tinggal serumah dengan
Anda:

1. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah
digunakan.
2. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
3. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan
sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari
dapat masuk.
4. Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC
yang Anda derita tidak lagi menular.

Mengingat besarnya risiko yang bisa muncul karena penyakit TBC ini, maka
pengobatan yang diberikan dalam bentuk antibiotik juga sangat beragam. Obat-
obatan yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TBC aktif antara lain:
1. Isoniazid

2. Rifampicin

3. Pyrazinamide

4. Ethanol

10
Obatan-obatan tersebut mengandung efek samping, seperti dapat menurunkan
efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang
demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.
Sementara itu, untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu
juga dengan isoniazid yang berpotensi merusak saraf. Selain itu, juga terdapat
efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan, sakit kuning,
perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada
kulit.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Koinfeksi HIV/AIDS Dengan Tuberculosis (TBC)


MTB mempunyai komponen penting yaitu Lipoarabinomannan (LAM) yang
memiliki kemampuan luas menghambat pengaruh imunoregulator. LAM
merupakan kompleks heteropolisakarida yang tersusun dari pospatidilinositol,
berperan langsung dalam pengendalian pengaruh sistem imun sehingga MTB
tetap mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam upaya
mempertahankan kehidupannya tersebut MTB juga menekan proliferasi limfosit
T, menghambat aktivitas makrofag, dan menetralisasi pengaruh toksik radikal
bebas. Di sisi lain LAM mempengaruhi makrofag dan sebagai induktor transkripsi
mRNA sehingga mampu menginduksi produksi dan sekresi sitokin termasuk
TNF, granulocyte macrophage- CSF, IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8 dan IL-10.
Pengaruh sitokin tersebut menghambat peran antimikrobial, memicu gejala
demam, mengakibatkan nekrosis jaringan. Tetapi LAM tidak menginduksi
transkripsi mRNA dari sitokin yang mestinya diproduksi limfosit seperti
limfositokin, IFN-γ, IL-2, IL-3, IL-4. Struktur yang lebih sederhana dari LAM
adalah Limpomannan (LM) dan phosphatidylinositol mannosides (PIM). LM
tidak memiliki Arabian, sementara PIM memiliki arabain dan residu mannan.
LAM, LM dan PIM menginduksi transkripsi mRNA sitokin sehingga dapat
memicu munculnya manifestasi klinis tuberkulosis seperti demam, penurunan
berat badan, nekrosis jaringan dan kakeksia. Ada tiga mekanisme yang
menyebabkan terjadinya TB pada penderita HIV, yaitu reaktivasi, adanya infeksi
baru yang progresif serta terinfeksi. Penurunan CD4 yang terjadi dalam perjalanan
penyakit infeksi HIV akan mengakibatkan reaktivasi kuman TB yang dorman.
Data dari Rwanda dan Zaire menunjukkan bahwa pengidap HIV yang telah

12
pernah terinfeksi TB (Mtx positif) ternyata 20 kali lebih sering mendapat TB.
Pada penderita HIV jumlah serta fungsi sel CD4 menurun secara progresif, serta
gangguan pada fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan makrofag merupakan
komponen yang memiliki peran utama dalam pertahanan tubuh terhadap
mikobakterium. Salah satu aktivator replikasi HIV di dalam sel limfosit TB adalah
tumor necrosis factor alfa. Sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang aktif dan
dalam proses pembentukan jaringan granuloma pada TB. Kadar bahan ini 3-10
kali lebih tinggi pada mereka yang terinfeksi TB dengan HIV-AIDS dibandingkan
dengan yang terinfeksi HIV saja tanpa TB. Tingginya kadar tumor necrosis factor
alfa ini menunjukkan bahwa aktivitas virus HIV juga dapat meningkat, yang
artinya memperburuk perjalanan penyakit AIDS. Pada penelitian lain dijumpai
adanya peningkatan kadar beta 2 mikroglobulin pada penderita HIV/AIDS dengan
TB. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh HIV adalah
virus sitopatik diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae,
genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus obligat
intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host, dan merupakan virus
RNA dengan berat molekul 9,7 kb(kilobase ). Maifestasi TB pada HIV dapat
berupa TB paru atau infeksi di luar paru. TB ekstra pulmonal lebih sering terjadi
pada penderita HIV sampai 70% dibanding populasi umum, dapat berupa
limfadenitis TB, infeksi pada saluran genital, saluran kencing, susunan saraf pusat
dan sumsum tulang, biasanya terjadi pada CD4 <400 sel /mm3. Di negara maju
resiko terinfeksi MTB pada penderita HIV adalah 50% sedangkan orang dengan
HIV negatif hanya 5-10%. Di Asia Tenggara, infeksi sekunder TB mencapai 40%,
pada tahun 2005 di UPIPI RSU Dr Soetomo men manifestasi AIDS akibat infeksi
sekunder TB paru mencapai 25-83%.

Tabel 2. HIV koinfeksi TB umur 15 - 49 tahun (Sumber:WHO, 2004)

Regio WHO Jumlah HIV koinfeksi TB Presentase


(per 1000)
Afrika 7979 70%
Amerika 468 4%
Mediterania 163 1%
Eropa 133 1%
Asia Tenggara 2269 20%

13
Pasifik Barat 427 4%
JUMLAH 11440 100%

Pada daerah dengan angka prevalensi HIV tinggi atau di populasi dengan
kemungkinan koinfeksi TB-HIV, konseling dan pemeriksaan HIV diindikasikan
untuk seluruh penderita TB secara rutin. Pada daerah dengan angka prevalensi
HIV rendah, konseling dan pemeriksaan HIV hanya diindikasikan pada pasien TB
dengan keluhan dan tanda yang diduga berhubungan dengan HIV dan pada
pasien TB dengan riwayat resiko tinggi terpajan HIV. TB paru yang memerlukan
uji HIV yaitu : riwayat perilaku resiko tinggi tertular HIV, hasil pengobatan
OAT tidak memuaskan, MDR TB / TB kronik. Pemeriksaan minimal yang perlu
dilakukan untuk memastikan diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BTA sputum,
foto thorax dan bila memungkinkan pemeriksaan CD4. Diagnosis dibuat
berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan langsung sputum 3 hari berturut-turut,
faktor resiko HIV, foto thorak terlihat pembesaran kelenjar hilus, infiltrat di apek
paru, efusi pleura, kavitas paru atau gambaran TB milier. Sensitivitas pemeriksaan
sputum BTA pada penderita HIV/ AIDS sekitar 50%, tes tuberkulin positif pada
30 - 50% pasien HIV/AIDS dengan TB. Diagnosis presumtif ditegakkan
berdasarkan ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada spesimen dengan gejala
sesuai TB atau perbaikan gejala setelah terapi OAT.Diagnosis definitif TB pada
penderita HIV/AIDS adalah dengan ditemukannya MTB pada pembiakan
spesimen.

BAB IV

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang kita ketahui, HIV menyerang sel-sel CD4, yang merupakan
tentara pertahanan bagi tubuh kita. Dengan melemahnya pertahanan tubuh,
penyakit lain mudah masuk dan menyerang tubuh. Di antaranya Tuberculosis ini.
TB biasanya menyerang paru-paru, tetapi bakteri bandel ini juga bisa menyerang
bagian tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang belakang, atau bahkan otak. TB
merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu
apabila telah terkena HIV kemungkinan yang terjadi akan menyebabkan TBC
juga.

B. Saran
Sebaiknya jangan melakukan hubungan seks jika anda belum menikah dan
jika mau melakukannya sebaiknya ada memakai pelindung seperti kondom.
Jangan juga sering-sering berganti pasangan karena itu meningkat resiko terkena
HIV/AIDS. Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit
yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk
minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC

2. Kartasasmita, Cissy. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Jurnal Sari

Pediatri. Vol. 11: 2.

3. Mandal, Bibhat, dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga

4. Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.

Jakarta: Rineka Cipta.

5. Shulman, Stanford, dkk. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi.

Yogyakarta: UGM Press

6. http://www.fk.uns.ac.id/Riwayat/Alamiah/Penyakit/ProfBhisma.Murti

(Diakses pada tanggal 1 Maret 2020)

7. http://www.esaunggul.ac.id.

(Diakses pada tanggal 1 Maret 2020)

8. http://www.health.qld.gov.au/chrisp/tuberculosis/factsheets.asp

(Diakses 1 Maret 2020 pukul 22:04 WIB)

16

Anda mungkin juga menyukai