Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN

EPIDEMIOLOGI

DISUSUN OLEH :

1. Nurul Chofifah 30418009


2. Yudha Putra Pratama 30418013

DIII TEKNIK GIGI TINGKAT II SEMESTER IV

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa tersusun
dan selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya serta dengan ikhlas meminjamkan buku
yang dimiliki sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kediri, 26 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................................1

1.1 Rumusan Masalah ....................................................................................3

1.2 Tujuan .......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi........................................................................................................4

2.2 Klasifikasi ..................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan...............................................................................................10

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................11

3.2 Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang relatif masih
baru dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Walaupun sejumlah penelitian epidemiologis
telah memberikan hasil cukup besar pada beberapa abad yang lalu, namun
epidemiologi sebagai suatu systematized body of epidemiology principles, yang
merupakan dasar dari penelitian epidemiologi, baru berkembang pada beberapa
puluh tahun terakhir ini.
Sejak akhir Perang Dunia II hingga dewasa ini, penelitian epidemiologi telah
banyak dilakukan oleh para ahli, terutama di negara-negara maju. Di Amerika
Serikat, berbagai hasil penelitian epidemiologi telah banyak dimanfaatkan dalam
usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di negara tersebut. Demikian
pula halnya pada negara-negara maju lainnya.
Walaupun perkembangan disiplin ilmu epidemiologi tampaknya berjalan agak
lambat, tetapi pada saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu
kesehatan dan yang erat hubungannya dengan bidang kesehatan secara umum.
Dewasa ini, epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu yang masih baru,
walaupun telah digunakan secara luas, tetapi masih diliputi oleh berbagai selisih
pendapat maupun perbedaan pengertian yang bukan saja dalam hal definisi
epidemiologi secara umum, melainkan juga dalam hal pengertian terhadap
berbagai istilah dan pengukuran. Penggunaan rate dan ratio yang masih sering
salah serta kesepakatan tentang arti kata insiden (incidence rate) masih sering
muncul di permukaan. Berbagai konsep dalam penelitian epidemiologi harus
lebih dimantapkan terutama dalam penelitian hubungan sebab akibat yang
merupakan inti penelitian epidemiologi.
Epidemiologi telah banyak mengalami perubahan sejak dari awal
penggunaannya secara tradisional, baik yang bersifat perubahan filosofis maupun
perubahan dalam teknis penggunannya. Namun demikian, dengan kemajuan ilmu
dan teknologi dewasa ini, banyak mendorong para ahli epidemiologi untuk
mengembangkan diri dan sekaligus berusaha mengembangkan disiplin ilmu
epidemiologi agar dapat sejajar dengan berbagai ilmu dasar lainnya.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa epidemiologi dalam
pengertiannya dewasa ini merupakan ilmu yang relatif masih baru. Namun
demikian, sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa ketika
manusia mulai mengenal penyakit menular. Walapun pada saat itu sumber dan
penyebab penyakit masih dianggap berasal dari kekuatan ghaib dan roh jahat,
tetapi cukup banyak usaha pada zaman purba yang dapat dianggap sebagai usaha
untuk melawan epidemic. Umpamanya pada kira-kira 1000 tahun SM, telah
dikenal variolasi di China untuk melawan penyakit variola (cacar), sedangkan
orang India pada saat tersebut selain menggunakan variolasi, juga telah mengenal
bahwa penyakit pes erat hubungannya dengan tikus, sedangkan kusta telah
diketahui mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.
Sebenarnya epidemiologi sebagai sains, yang didasarkan pada pengamatan
terhadap fenomena penyakit dalam masyarakat, oleh mereka yang meyakini
bahwa keadaan tersebut merupakan suatu fenomena yang terjadi secara teratur
(ordered phenomena) dan bukan sebagai suatu kejadian yang bertalian dengan
kekuatan gaib, telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno seperti halnya dengan
berbagai ilmu pengetahuan lain yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan
manusia dewasa ini. Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah
dikenal adanya proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat
hubungannya dengan faktor lingkungan. Hal ini telah dikemukakan oleh
Hippocrates (abad ke-5 SM) dalam tulisannya yang berjudul Epidemics serta
dalam catatannya mengenai ‘Airs, Waters and Places’, beliau telah mempelajari
masalah penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori
tentang hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. Walaupun
pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi telah
memberikan dasar pemikiran tentang adanya hubungan faktor lingkungan dengan
kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan bahwa konsep tersebut adalah konsep
epidemiologi yang pertama.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk makalah berjudul “Sejarah Perkembangan
Epidemiologi”, adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan epidemiologi di era Kedokteran Tradisional?
2. Jelaskan epidemiologi di era Empirical Health?
3. Jelaskan epidemiologi di era Basic Science?
4. Jelaskan epidemiologi di era Clinical Science?
5. Jelaskan epidemiologi di era Public Health Science?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui epidemiologi di era Kedokteran Tradisional
2. Untuk mengetahui epidemiologi di era Empirical Health
3. Untuk mengetahui epidemiologi di era Basic Science
4. Untuk mengetahui epidemiologi di era Clinical Science
5. Untuk mengetahui epidemiologi di era Public Health Science
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Epidemiologi sebagai ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu
dilatar-belakangi oleh beberapa hal:
1. Tantangan zaman di mana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit. Sewaktu zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya
untuk masalah penyakit infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan
pola penyakit ke arah penyakit tidak menular, dan epidemiologi tidak hannya
dihadapkan dengan masalah penyakti semata tetap juga hal-hal lain baik yang
berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta
masalah non-kesehatan.
2. Perkembangan ilmu pengetauan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran
berkembang begitu pesat di samping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti
biostatistik administrasi, dan ilmu perilaku (behavior sciene). Perkembangan
ilmu ini juga meniupkan angin segar untuk perkembangan epidemiologi.
Dengan demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli
kesehatan masyarakat dari masa ke masa sesuai dengan kondisi zaman mereka
berada. Khusus mengenai pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab
penyakit telah dikemukakan beberapa konsep/teori.

B. Klasifikasi
1. Epidemiologi di Era Kedokteran Tradisional
Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya
proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya
dengan faktor lingkungan. Hal ini telah dikemukakan oleh Hippocrates (abad
ke-5 SM) dalam tulisannya yang berjudul Epidemics serta dalam catatannya
mengenai ‘Airs, Waters and Places’, beliau telah mempelajari masalah
penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori tentang
hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. Walaupun pada
akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi telah
memberikan dasar pemikiran tentang adanya hubungan faktor lingkungan
dengan kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan bahwa konsep tersebut
adalah konsep epidemiologi yang pertama.
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih
logis dan konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit
pada kelompok penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu
generasi tertentu) sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni : (1) faktor
atmosfir (2) faktor internal, dan (3) faktor pre-disposisi. Apa yang
dikemukakan Galen tidak banyak mengalami perubahan selanjutnya dan
merupakan dasar pengembangan epidemiologi.
Pada abad ke 14 dan 15 Masehi, masalah epidemi penyakit dalam
masyarakat semakin jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah
penyakit PES dan Variola yang melanda sebagian besar penduduk dunia. Pada
waktu itu, orang mulai menyadari bahwa sifat penularan penyakit dapat terjadi
terutama karna adanya kontak dengan penderita. Dalam hal ini dikenal jasa
Veronese Fracastorius (1483-1553) dan Sydenham (1624-1687) yang secara
luas mengemukakan tentang teori kontak dalam proses penularan penyakit.
Dan berdasarkan teori kontak inilah dimulai usaha isolasi dan karantina yang
kemudian ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha pencegahan
penyakit menular hingga saat ini.
Konsep tentang kontagious dan penularan penyakit dalam masyarakat telah
disadari dan dikenal sejak dahulu namun baru pada abad ke-17, teori tentang
germ dan perannya dalam penularan penyakit pada masyarakat mulai
dikembangkan. Dalam hal ini Sydenham dapat dianggap sebagai pioner
epidemiologi walaupun sebagian dari teorinya tidak lagi diterima. Sydenham
dengan teori serta berbagai perkiraannya terhadap kejadian epidemi,
perjalanan epidemi dalam masyarakat serta perkiraan sifat epidemi merupakan
suatu model penggunaan metode epidemiologi.
2. Epidemiologi di Era Empirical Health (sebelum tahun 1850)
John Graunt telah mengembangkan teori Statistik Vital yang sangat
bermanfaat dalam bidang epidemiologi. Walaupun Graunt bukan seorang
dokter, tetapi hasil karyanya sangat bermanfaat bagi bidang epidemiologi
dengan menganalisis sebab kematian pada berbagai kejadian kematian di
London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian antar jenis
kelamin serta antara penduduk Urban dan Rural, walaupun perbedaan berbagai
musim tertentu. Leeuwenhoek adalah seorang warga Negara Belanda,
dilahirkan di deft, 24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus
1723. dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu
bakteri dan parasit (1674), penemu sermatozoa(1677). Penemuan bakteri telah
membuka tabir suatu penyakit yang kemudian akan sangat berguna untuk
analisis epidemiologis selanjutnya. Jacob Henle pada tahun 1840
mengemukakan teorinya tentang sifat epidemic dan endemi yang sangat erat
hubungannya dengan fenomena biologis. Dalam tulisannya dikemukakan
bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme yang
hidup (living organism).

3. Epidemiologi di Era Basic Science (tahun 1850-1900)


Di samping Graunt yang telah mengembangkan Statistik Vital, William
Farr (1839-1990) mengembangkan analisis sifat epidemi berdasarkan hukum
Matematika. W. Farr mengemukakan bahwa meningkatnya, menurunnya, dan
berakhirnya suatu epidemi mempunyai sifat berbagai fenomena yang berurutan
(Anorderly Phenomenon) yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum Kurva
Normal. Farr memberikan dua buah kontribusi penting bagi epidemiologi,
yaitu mengembangkan sistem surveilans kesehatan masyarakat, dan klasifikasi
penyakit yang seragam. Dengan jabatan yang diembannya, selama 40 tahun
Farr mengembangkan sistem pengumpulan data rutin statistik vital tentang
jumlah dan penyebab kematian, dan menerapkan data tersebut untuk
mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat, yang dewasa ini dikenal sebagai
surveilans kesehatan masyarakat. Surveilans kesehatan masyarakat menurut
definisi sekarang adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data (misalnya,
tentang agen/ bahaya, faktor risiko, paparan, peristiwa kesehatan) secara terus-
menerus dan sistematis, yang esensial untuk perencanaan, implementasi, dan
evaluasi praktik kesehatan masyarakat, diintegrasikan dengan diseminasi data
dengan tepat waktu kepada mereka yang bertanggungjawab dalam pencegahan
dan pengendalian penyakit.

4. Epidemiologi di Era Clinical Science (tahun 1900-1950)


Dengan latar belakang masalah meningkatnya kejadian penyakit kronis,
khususnya penyakit kardiovaskuler, Pemerintah AS cq US Public Health
Service menginstruksikan National Heart, Lung, and Blood Institute
(pendahulu National Institute of Health), untuk memulai suatu projek riset
yang disebut Framingham Heart Study (FHS). FHS merupakan sebuah studi
kohor multi-generasi yang terlama dan paling komprehensif di dunia yang
dimulai tahun 1948 pada penduduk sebuah kota kecil dekat Boston,
Massachussettes, bernama Framingham. Tujuan studi epidemiologi ini adalah
meneliti aneka faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Pada awal studi, FHS
mengikutsertakan 5,209 subjek dewasa pria dan wanita sehat berusia 30 hingga
60 tahun, dari kota Framingham yang berpenduduk 28,000 jiwa. Hingga kini
studi tersebut telah mengikutsertakan tiga generasi subjek penelitian. Studi
tersebut secara sistematis mencatat data tentang umur, diet, aktivitas fisik,
merokok, riwayat keluarga, dan pemakaian obat. Setiap peserta studi penelitian
juga menjalani pemeriksaan fisik ekstensif dua tahun sekali. Data yang
diperiksa mencakup berat badan, tekanan darah, profil darah, fungsi tiroid,
diabetes melitus, dan gout. Riset tersebut terus berkembang, di kemudian hari
memasukkan sejumlah faktor risiko tambahan.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Framingham Heart Study
berlangsung suatu projek riset besar epidemologi lainnya di Inggris yang
disebut The British Doctors Study. The British Doctors Study merupakan
sebuah studi kohor prospektif, dimulai 1951 hingga 2001. Studi ini dilatari
dengan masalah epidemi kanker paru di Inggris. Pada waktu itu belum
diketahui dengan jelas mengapa terjadi peningkatan angka kejadian kanker
paru. Terdapat kecurigaan tentang kemungkinan hubungan antara merokok dan
berbagai penyakit tetapi belum ada bukti ilmiah yang mendukung hipotesis itu.
Sampai pada dekade 1950an merokok tidak dianggap sebagai suatu masalah
kesehatan masyarakat. Bahkan sejumlah iklan menayangkan kebiasaan
merokok sebagai suatu perilaku yang sehat. Dengan latar belakang itu
Departemen Kesehatan Inggris meminta Medical Research Council (MRC)
untuk memberikan opininya tentang peningkatan kejadian kanker paru. MRC
menginstruksikan Statistical Research Unit (kelak menjadi Clinical Trial
Service Unit yang berpusat di Oxford) untuk melakukan studi prospektif
tentang hubungan antara merokok dan kanker paru. Pada Oktober 1951
dimulai studi prospektif yang disebut The British Doctors Study. Riset besar
yang diikuti oleh hampir 40,000 dokter di Inggris itu dipimpin oleh Richard
Doll dan Austin Bradford Hill (Gambar 19). Para peneliti menulis surat kepada
semua dokter pria yang terdaftar di Kerajaan Inggris untuk kesediaannya
mengikuti riset. Duapertiga di antara mereka, yakni sebesar 34,439 orang
dokter memberikan respons kesediaan untuk berpartisipasi. Dokter Inggris
dipilih sebagai subjek penelitian karena follow up terhadap mereka akan sangat
mudah dilakukan, sebab para dokter harus senantiasa mendaftarkan nama
mereka agar bisa menjalankan praktik klinis.
Kelompok dokter yang menjadi subjek riset ini merupakan sebuah kohor.
Berbeda dengan Framingham Heart Study, dalam perjalanan waktu The British
Doctors Study tidak merekrut kohor baru. Kohor tersebut distratifikasi,
dianalisis menurut dekade kelahiran, kausa spesifik mortalitas, kesehatan fisik
secara umum, dan kebiasaan merokok saat itu. Perkembangan kohor diikuti
dengan sejumlah kuesioner pada 1957, 1966, 1971, 1978, 1991, dan akhirnya
2001. Tingkat respons (response rate) subjek penelitian sangat tinggi, sehingga
memungkinkan analisis statistik dengan baik. Pada 1971 Richard Peto
bergabung dengan tim peneliti pada 1971. Bersama dengan Doll, Peto
mempersiapkan publikasi laporan riset.

5. Epidemiologi di Era Public Health Science (1950-sekarang)


Doll (1948) memutuskan mengakhiri praktik klinisnya dan bersama dengan
Bardford Hill melakukan sebuah studi kasus kontrol, meneliti pasien kanker
paru di 20 buah rumahsakit di London. Pada 1950 Doll dan Hill
mempublikasikan paper mereka pada British Medical Journal yang termashur
tentang hasil studi yang menyimpulkan, merokok menyebabkan kanker paru.
Pada artikel tersebut Doll menyimpulkan: ―Risiko mengalami penyakit
kanker paru meningkat secara proporsional dengan jumlah rokok yang diisap.
Perokok yang mengisap 25 atau lebih sigaret memiliki risiko 50 kali lebih
besar daripada bukan perokok‖. Pada bagian lain Doll menyimpulkan,
Merokok selama 30 tahun memberikan efek yang merugikan sekitar 16 kali
lebih besar daripada merokok 15 tahun. Tidak seorangpun mempercayai hasil
riset mereka. Doll sendiri berhenti merokok karena temuannya. MRC
memberikan pernyataan resmi yang sependapat dengan temuan Doll dan Hill
bahwa merokok menyebabkan kanker paru.
Bersama dengan berbagai peneliti lainnya, Peto mempublikasikan banyak
sekali hasil riset tentang merokok dan kanker paru, aneka kanker lainnya
(kanker okupasi, kanker leher rahim, kanker payudara), efek betakaroten dan
radioterapi terhadap kanker, penyakit kardiovaskuler (misalnya, tekanan darah,
kolesterol, stroke, penyakit jantung koroner, simvastatin), diabetes, dan
sejumlah isu metode epidemiologi (misalnya, RCT, meta-analisis, regression
dilution bias). Pada 1989 diangkat sebagai Fellow of the Royal Society karena
kontribusinya dalam pengembangkan meta-analisis. Meta-analisis merupakan
sebuah studi epidemiologi yang menggabungkan hasil-hasil dari sejumlah
eksperimen serupa untuk mendapatkan sebuah penilaian yang dapat diandalkan
(reliabel, konsisten) tentang efek dari suatu pengobatan.
BAB III
PEMBAHASAN

Epidemiologi sebagai ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu


dilatar-belakangi oleh beberapa hal. Dengan demikian terjadilah perubahan dan
perkembangan pola pikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa sesuai
dengan kondisi zaman mereka berada. Khusus mengenai pandangan terhadap proses
terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep/teori.
Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya proses
penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor
lingkungan. John Graunt telah mengembangkan teori Statistik Vital yang sangat
bermanfaat dalam bidang epidemiologi. Walaupun Graunt bukan seorang dokter,
tetapi hasil karyanya sangat bermanfaat bagi bidang epidemiologi dengan
menganalisis sebab kematian pada berbagai kejadian kematian di London. Di
samping Graunt yang telah mengembangkan Statistik Vital, William Farr (1839-
1990) mengembangkan analisis sifat epidemi berdasarkan hukum Matematika. W.
Farr mengemukakan bahwa meningkatnya, menurunnya, dan berakhirnya suatu
epidemi mempunyai sifat berbagai fenomena yang berurutan (Anorderly
Phenomenon) yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum Kurva Normal. Dengan
latar belakang masalah meningkatnya kejadian penyakit kronis, khususnya penyakit
kardiovaskuler, Pemerintah AS cq US Public Health Service menginstruksikan
National Heart, Lung, and Blood Institute (pendahulu National Institute of Health),
untuk memulai suatu projek riset yang disebut Framingham Heart Study (FHS). FHS
merupakan sebuah studi kohor multi-generasi yang terlama dan paling komprehensif
di dunia yang dimulai tahun 1948 pada penduduk sebuah kota kecil dekat Boston,
Massachussettes, bernama Framingham. Doll (1948) memutuskan mengakhiri praktik
klinisnya dan bersama dengan Bardford Hill melakukan sebuah studi kasus kontrol,
meneliti pasien kanker paru di 20 buah rumahsakit di London. Pada 1950 Doll dan
Hill mempublikasikan paper mereka pada British Medical Journal yang termashur
tentang hasil studi yang menyimpulkan, merokok menyebabkan kanker paru.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari paparan makalah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan epidemiologi menghasilkan para ilmuan dan peneliti dari berbagai
belahan dunia untuk dapat menyempurnakan dan juga mengembangkan
epidemiologi menjadi lebih luas lagi agar dapat bermanfaat dan diterima dalam
ilmu kesehatan yang telah ada sebelumnya. Epidemiologi memiliki sejarah dan
perkembangan yang sangat panjang dan spesifik dengan berbagai jajaran tokoh
epidemiologi dan juga kasus-kasus besar yang ada di dalamnya.

Saran

Diharapkan para tenaga medis dapat memanfaatkan epidemiologi dengan


sebaik-baiknya sebagaimana yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh di atas dan
dapat mengembangkan segala sesuatu tentang epidemiologi dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan alat-alat yang telah berkembang sampai saat
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Nur Nasri. 2018. Epidemiologi. Rineka Cipta: Jakarta

http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20EPID.pdf ,diakses
pada 24 Februari 2020

https://www.academia.edu/18355634/Sejarah_Epidemiologi_Prof_Bhisma_Murti
,diakses pada 25 Februari 2020

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/2a.%20Sejarah%20perkembangan
%20Kepkeskom.pdf ,diakses pada 25 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai