Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MANAJEMEN DAN PROMOSI K3 TENTANG "EDUKASI KESEHATAN TENTANG

BAHAYA PESTISIDA DAN PENGGUNAAN PESTISIDA YANG BAIK DAN BENAR PADA PETANI
HORTIKULTURA DI KABUPATEN SUMBA TENGAH"

OLEH
1. JENI RAMBU KAITA RIWA (1807010314)
2. JOSS BRYAN( 1807010303)
3. FREDERIKA AURORA KEDANG (

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYa sehingga
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen dan Promosi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini dibuat untuk memenuhi
nilai tugas dari mata kuliah Manajemen dan Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pada kesempatan ini kelompok kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami mewujudnyatakan tugas ini.

Kelompok kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, sehingga


banyak kekurangan dalam tugas ini, oleh karena itu kelompok kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang dapat menjadi bahan perbaikan dan evaluasi dalam membuat
tugas ini menjadi lebih baik kedepannya.

Kupang, 11 September 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................................4
Rumusan Masalah.......................................................................................................4
Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pestisida.................................................................................................6
2.2.Bahaya pestisida terhadap kesehatan petani hortikultura ...............................7
2.3. .Upaya pencegahan masalah kesehatan pada petani karena pestisida .....................9
2.4. Program promosi kesehatan yang dilakukan ………………..………..…………….8
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan.……………….……………………………………………….….....…15
3.2. Saran……....…….…………………………....…………………………....……….15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

BAB1:PENDAHULUAN
LatarBelakang
Pestisida digunakan hampir di seluruh dunia dan digunakan dari pertanian

yang kecil sampai pertanian yang besar di masyarakat desa dan masyarakat

kotauntuk memberantas hama-hama domestik seperti kecoak, semut, lalat, tikus,

nyamuk dan binatang pengganggulainnya. Penggunaan pestisida oleh masyarakat

luas dikarenakan harganya yang relatif murah, tahan, efektif dalam jumlah kecil,

beracununtuk banyak organisme dan butuh sedikit tenaga kerja, cepat daya bunuhnya

danbisadibeli dimanasaja.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) dan Program

Lingkungan Persatuan.Bangsa-Bangsa (UNEP) pada pekerja

disektorpertaniandiperkirakan ada 1,5 juta kasus keracunan pestisida yang sebagian

besar terjadi diNegara berkembang, 20.000 kasus diantaranya berakibat fatal.

Sedangkan padatahun 2016 di Indonesia terdapat 771 kasus keracunan akibat


(2)

pestisida menurut datadariKasus Keracunan Nasional (SIKERNAS).(3)

Indonesia merupakan negara yang mata pencaharian penduduknya

sebagianbesar sebagai petani, dan juga dikenal sebagai Negara Agraris. Di Indonesia

banyakyang menjadikan pertanian sebagai penghasilan utama di daerahnya. Adapun

carayangdigunakanpetaniuntukmempertahankanhasilpertaniannyadenganmenggunak

an bahan kimia, yaitu pestisida. Pestisida ini berfungsi untuk membunuhhama-

hamatanaman dalam memperpanjangkelangsungan hidupnya.(4)

Pada awalnya menggunakan pestisida merupakan cara yang paling

ampuhdalam memecahkan semua masalah hama. Pestisida memiliki beberapa jenis,

salahsatunyayaituinsektisida.Insektisidaberfungsiuntukmemberantashama-hama

1
serangga. Pada kenyataannya insektisida masih menjadi alat yang paling

efektif,fleksibel,kuat,murah,danmudahdalammembunuhhama.Sehinggakarenakem

udahantersebut,banyakorangyangmenyalahgunakaninsektisidayangmenimbulkan

dampak negatif bagi pemakainya dan lingkungannya. Di pihak

lain,banyakyangmelihatinsektisidasebagairacunyangberbahayadantidakselayaknya

digunakan dalam program pengendalian hama.(1)

Penggunaan pestisida bukan hanya dapat menyelamatkan hasil panen

saja,tetapi juga dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kesehatan

pengguna,sosial,ekonomi, dan lingkungan.(5)Dampak tersebut seperti hama yang

menjadikebal atau resisten terhadap pestisida, bertambahnya hama baru,

bertambahnyajumlah hama sasaran, adanya sisa atau residu pada pada daerah

pertanian, matinyaorganisme non target, keracunan penyemprot pestisida dan

terjadinya pencemaranlingkunganpadawilayahpertaniantersebut.

Meskipunpestisidamemilikidampak negatif,tidak mengurungkan niat petani


(6)

untuk mengurangi pemakaianpestisida.

Menggunakanpestisidayangberlebihandapatmenimbulkanbiayapengendalia

nyangbesar,meningkatkanmatinyaorganismenontargetsertakualitas lingkungan

yang menjadi buruk.(7)Penggunaan pestisida yang berlebihansering tidak tepat

sasaran. Ini dibuktikan oleh penelitian dari A.N. Ardiwinata,2012 bahwa

penggunaan insektisida lebih dari 98% dan penggunaan herbisidalebih dari 95%

terpapar tidak tepat sasaran, melainkan terpapar ke tanaman, tanahdanair.(8)

Kesalahan dalam menggunakan pestisida dapat menyebabkan

keracunanakutdankronis.Keracunantersebutterjadipadapekerjasepertipetani,penge

ncer
pestisida, pekerja pabrik/gudang pestisida dan bahkan juga pada manusia

yangtidakadahubunganpekerjaannyadenganpestisida.Keracunanakutdapatmengont

aminasi melalui kulit, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan

dapatmengakibatkankematianapabilamencapaidosistertentu.Selaintingkatkontami

nasi,dayaracunantarasatuformulasidenganformulasilainnyajugadapatmenyebabkan

keracunan.(9)

Hasil penelitian Budiawan (2013) petani merasakan mual karena

terpaparpestisida yang disebabkan karena petani tidak memakai masker saat

melakukanpenyemprotanpestisida.
(10)
PenelitianolehMinaka(2016)ditemukan60,9%memilikikeluhankesehatanspesifik

yangberhubungandenganpenggunaanpestisidapadapetani hortikulturadi

DesaPancasari Buleleng.(11)

Perilakupetanidalammenggunakanpestisidayangkurangbaikdapatmenimbul

kanbahayakeracunanpestisida.Apabiladiketahuiprilakudancarakerjamenggunakan

pestisidayangaman,risikokeracunandapatdiperkecil.Faktoryangmemungkinkanterj

adinyaperilakupenggunaanpestisidayangkurang baik yaitu, pengetahuan, sikap,

dan tindakan dalam penanganan pestisidayang masih rendah. Dalam teori Hendrik

L. Blom perilaku merupakan

pengaruhkeduaterbesarsetelahlingkungan,karenasehatnyaindividu,keluargadanmas

yarakatitusendiritergantungpadamanusiaitusendiri.Selainitujugadipengaruhiolehke

biasaan,pendidikan,kepercayaan,sosialekonomidanperilaku-

perilakulainnyayangmelekat padadirimasing-masing.(12)

Hasil penelitian Prijanto (2009) menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuandan tindakan penanganan pasca penyemprotan yang buruk dan

memiliki 70,58%probabilitaskeracunanpestisida.
(13)
Keracunanpestisidajugadapatterjadikarena
petaniseringmenganggapentengbahayapestisida,menurutDjojosumarto(2008).(14)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat, 2016 di

KenagarianPadangLuapadatahun2016,

terdapatadanyahubunganantarapengetahuan,sikapdantindakandengankeluhankese

hatanpadapetaniholtikulturadiKanagarianPadangLua.
(15)
SejalandenganpenelitiantersebutpenelitiandariDesnizar,2016mengenaifaktor-

faktoryangberhubungandengangejalaneurotoksik pada penyemprot pestisida di

Kanagarian Alahan Panjang KabupatenSolok juga terdapat hubungan antara

pengetahuan dan tindakan pemakaian APDterhadapgejalaneurotoksik.(16)

Penyebab keracunan pestisida berasal dari prilaku penggunaan

pestisidayang kurang baik. Untuk memperkecil risiko keracunan harus dibentuk

perilakudancarakerjayangaman.Faktor-

faktoryangmempengaruhiperilakupenggunaan pestisida yang kurang baik yaitu

pengetahuan, sikap dan

tindakanpenangananyangmasihrendahyangdapatmenyebabkanmunculnyagejalaker

acunanpestisida.(17)

Hasil penelitian Muhammad Ridwan (2017) di Desa Pematang

CermaiKabupatenSerdangmenunjukkan17dari33petaniyangtelahdiwawancaraimer

asakan gejala keracunan setelah mengaplikasikan pestisida seperti kulit gatal-

gatal,mual, mata perih, kulitterasapanas dansesaknapas.(17)

SalahsatudaerahyangmemilikiwilayahpertanianyangluasyaituSumatera

Barat. Menurut Badan Pusat Statistik (2016) menunjukkan

sebanyak36,44%pendudukSumateraBaratyangbekerjapadasektorpertanian.
(18)
SumateraBaratmemiliki7Kotadan12Kabupaten.Salahsatunyaadalah
Kabupaten Tanah Datar.Penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar

masihdidominasi oleh lahan Kebun Campuran seluas 28.519 ha atau sekitar

21,35%.Kenagarian Aia Angekmerupakan salah satu nagari yang ada di

Kecamatan XKoto Kabupaten Tanah Datar. Menurut data dari Kantor Wali

Nagari Aia Angekmayoritas mata pencaharian dari penduduknya sebagai petani

hortikultura. Jumlahmasyarakat yang bertani di nagari aia angek sebanyak 1170

orangyang jugamenggunakan pestisida dalam memberantas hama yang tumbuh

pada tanamanmereka.(19)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar,

terdapatbeberapajenistanamanhortikulturayangdibudidayakan,antaralainbawangda

un, cabe merah, kubis, tomat, sawi, dan wortel. Untuk peningkatan

produksitanamanhortikulturayangdibudidayakantersebutmembutuhkanpenggunaa

npestisida.Berdasarkansuveiyangdilakukanolehpenelitididugapetanihortikulturam

engalami gejalakeracunan akibat paparan pestisida.(19)

Survei awalyang dilakukan pada 10petani didapatkan bahwa 7 diantara10

responden mengalamigejala keracunan pestisida dan tidak memakai APDyang

lengkap. Dari tingginya gejala keracunan pada petani di Kanagarian

AiaAngekpenelititertarikuntukmelakukanpenelitianmengenaihubunganpengetahua

n, sikap dan tindakan terhadap Gejala Keracunan Pada

PenyemprotPestisidadiKanagarianAiaAngekKabupaten TanahDatar Tahun2018.

PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalahdalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan sikap, pengetahuan dan

tindakandengan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di Kanagarian Aia

AngekKabupatenTanah Datar Tahun 2018?


Tujuan
TujuanUmum
Untukmengetahuihubungansikap,pengetahuandantindakandengangejala

keracunan pada penyemprot pestisida di Kanagarian Aia Angek

KabupatenTanahDatar.

TujuanKhusus
Diketahuidistribusifrekuensigejalakeracunanpestisidapadapenyemprotpestisidadi

KanagarianAiaAngek KabupatenTanah Datar.

DiketahuidistribusifrekuensipengetahuanpadapenyemprotpestisidadiKanagarianAi

aAngek Kabupaten Tanah Datar.

DiketahuidistribusifrekuensisikappadapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAngek

Kabupaten Tanah Datar.

DiketahuidistribusifrekuensitindakanpadapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAn

gek KabupatenTanah Datar.

Diketahuihubunganantarapengetahuandengangejalakeracunanpadapenyemprotpesti

sidadiKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.

Diketahui hubungan antara sikap dengan gejala keracunan

padapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.

Diketahuihubunganantaratindakandengangejalakeracunanpadapenyemprotpestisida

diKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pestisida

2.2. Jenis pestisida


Penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (kementrian
pertanian, 2011) :
1. Akarisida, berasal dari kata akari (bahasa Yunani) yang artinya tungau atau kutu. Akarisida
sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
2. Algasida, berasal dari kata alga (bahasa Latin) yang artinya ganggang laut, berfungsi untuk
membunuh alge.
3. Alvisida, berasal dari kata alvis (bahasa Latin) yang berarti burung, fungsinya sebagai
pembunuh atau penolak burung.
4. Bakterisida, Berasal dari bahasa Latin bacterium, atau bahasa Yunani bakron, berfungsi
untuk membunuh bakteri.
5. Fungsida, berasal dari bahasa Latin fungus, atau bahasa Yunani spongos yang artinya
jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik
(membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan).
6. Herbisida, berasal bahasa Latin herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk
membunuh gulma.
7. Insektisida, berasal dari bahasa Latin insectum, artinya potongan keratan segmen tubuh,
berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Molluskisida, berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek,
berfungsi untuk membunuh siput.
9. Nematisida, berasal dari bahasa Latin nematoda, atau bahasa Yunani nema yang berarti
benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
10. Ovisida, berasal dari bahasa Latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.
11. Pedukulisida, berasal dari bahasa Latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
12. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani piscis yang berarti ikan, berfungsi untuk membunuh
ikan.
13. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodene yang berarti pengerat berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat.
14. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes yang artinya serangga pelubang kayu.
Berfungsi untuk membunuh rayap.
Menurut Kementrian Kesehatan RI Dirjen P2M dan PL 2000, berdasarkan struktur kimianya
pestisida dapat digolongkan menjadi :

1. Organochlorin
Golongan ini pada umumnya merupakan racun yang universal, degradasinya
berlangsung sangat lambat dan larut dalam lemak. Contoh golongan organochlorin
adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.
2. Organophosfat

Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Merupakan racun yang tidak
selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan;
menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan
serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor. Contoh
golongan ini adalah Diazonin dan Basudin.

3. Carbamat

Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat,
tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan
dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
Contoh golongan carbamat yaitu Baygon, Bayrusil, dan lain-lain.

Senyawa dinitrofenol
Contoh golongan ini adalah Morocidho 40EC. Salah satu pernafasan dalam sel hidup
melalui proses pengubahan Adenesone-5-diphosphate (ADP) dengan bantuan
energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran
elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton
dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi
berlebihan dari yang diperlukan
akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
Pyretroid
Golongan ini merupakan salah satu insektisida tertua di dunia. golongan ini terdiri
dari campuran beberapa ester yang disebut pyretrin dan diekstraksi dari bunga
Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah
: deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang stabil
terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate.
Fumigant
Golongan ini merupakan senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap
atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya
fumigant merupakan cairan atau zat padat yang mudah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya
chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
Petroleum
Golongan ini merupakan minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.
Antibiotik
Contoh golongan antibiotik adalah senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan
dari mikroorganisme. Golongan ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan
fungisida.
2.3. Dampak pestisida

Walaupun penggunaan pestisida mempunyai nilai positif, namun pestisida juga dapat
memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Pada manusia, pestisida dapat
menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa ataupun menimbulkan penyakit/cacat
(Munaf, 1997).

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah keracunan pestisida akibat


paparan akut (short-term exposure) mencapai 3.000.000 orang dan sebanyak 220.00 diantaranya
meninggal dunia. Sedangkan jumlah keracunan pestisida akibat paparan jangka panjang (Long-
term exposure) mencapai 735 orang dengan dampak yang spesifik (specificeffects) dan sebnayak
37.000 orang dengan dampak yang tidak spesifik (unspecificeffects). Selanjutnya, hasil survey
oleh WHO pada periode 1998-1999 menunjukkan bahwa angka kejadian (incidence rates)
keracunan pestisida akut pada pekerja pertanian mencapai 18.2 tiap 100.000 pekerja. Angka
kasus yang sebenarnya diperkirakan lebih besar mengingat beberapa faktor seperti kurang
efektifnya sistem surveilans, minimnya pelatihan, sistem informasi yang kurang optimal,
buruknya pemeliharaan atau tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD), serta perbedaan populasi
petani pada tiap-tiap negara (Thundiyil, 2008).

Menurut Quijano (1999), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu :

Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat
itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakit dada,
muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas,
pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan luas
keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:

Efek lokal

Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak
langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan
dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk, dan
sebagainya.

Efek sistemik

Efek sistemikterjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi
seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari
tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus,
otak, dan syaraf.

Keracunan Kronis
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini
dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah paparan
pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan hati, perut,
sistem syaraf, system kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon. Selain itu,
dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu (ASI). Hal ini
terjadi jika sang ibu terpapar pestisida. Gejala keracunan padasetiap jenis pestisida
tergantung pada bahan aktif yang dikandungnya. Berikut beberapa gejala yang
ditimbulkan dari berbagai jenis pestisida (Wudianto, 2005) :

Golongan organofosfat

Gejala keracunan yang ditimbulkan dapat berupa gerakan otot-otot tertentu,


penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur
banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detakj antung
menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya
pingsan. Organofosfat menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini
secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat
enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan
dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf yang
menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Golongan organoklor

Jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala,
pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup,

gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.

Golongan karbamat

Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida jenis ini sama dengan gejala
yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih
singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.

Golongan bipiridilium
Jenis pestisida ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, muntah-
muntah, dan diare. Gejala tersebut timbul 1-3 jam setelah pestisida masuk
dalam tubuh.

Gologan arsen

Gejala keracunan akut berupa rasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sementara
keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah.

Golongan antikoagulan

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri punggung, lambung, usus, gkmuntah-
muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik

merah, dan kerusakan ginjal.

2.4. Upaya pencegahan

Perilaku pencegahan bahaya pestisida penting diterapkan oleh petani sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan risiko keracunan pestisida kimia. Keracunan oleh pestisida terjadi karena terminum, atau
terhirup melalui pernapasan atau diserap melalui kulit (Suma’mur, 2009). Menurut Maranata dkk (2014),
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida adalah faktor eksternal (dari luar
tubuh) seperti banyaknya pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan,
masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida,
waktu penyemprot dan tindakan terhadap arah angin dan sanitasi dasar. Sedangkan faktor internal (dari dalam
tubuh) antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Masalah
yang umum terjadi adalah masih banyak petani yang mengabaikan hal – hal tersebut diatas karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran petani (Maranata dkk, 2014). Pengetahuan merupakan salah satu faktor pembentuk
perilaku. Tinggi rendahnya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh proses belajar dan lingkungan. Pengetahuan
akan perilaku pencegahan bahaya pestisida bagi petani berdampak pada perilaku petani dan mempengaruhi
status kesehatan individu, maupun konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Wismaningsih dkk (2015),
menunjukan ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD pada petani penyemprot di Kecamatan
Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yuantari dkk (2013), menunjukan
bahwa pengetahuan yang kurang tepat dalam menggunakan pestisida akan berpengaruh pada perilaku atau
praktik yang kurang tepat pula oleh petani di lahan pertanian. Peningkatan pengetahuan petani akan lebih efektif
dengan partisipasi dari petani dan untuk petani dengan cara pemberdayaan masyarakat. Peningkatan
pengetahuan mendorong petani untuk menyadari pentingnya cara penggunaan pestisida yang aman, bahaya
penggunaan pestisida dan perilaku pencegahan dampak pestisida (Wismaningsih dkk, 2017; Yuantaridkk, 2013).
Salah satu indikator untuk memonitor dampak keracunan pestisida terhadap petani adalah pemeriksaan
hemoglobin. Hemoglobin merupakan molekul protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah
yang membuat darah berwarna merah. Kandungan sulfur yang tinggi di dalam pestisida

a. Pemeriksaan Kesehatan Petani dan FGD

Kegiatan ini bertujuan agar petani dalam kelompok sinar tani mendapatkan gambaran kesehatan
khususnya kadar hemoglobin, hematokrit, asam urat dan glukosa. Tim pengabdi pun melakukan
screening tekanan darah bagi para petani. Kegiatan pemeriksaan kesehatan melibatkan tim PKM, 3
orang mahasiswa dan seorang analis kesehatan atau laboran. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 19
September 2019 di Sanggar Tani/ Walang Kelompok Sinar Tani dengan melibatkan 16 orang petani.
Tim berangkat dari UKIM pukul 08.00 WIT, menggunakan 3 unit motor dan membawa berbagai
perlengkapan kegiatan seperti spanduk, tensimeter, quick test, dan perlengkapan pemeriksaan
kesehatan. Kelompok Sinar Tani telah menyiapkan walang untuk pelaksanaan kegaiatan. Sebelum
berangkat dilakukan pertemuan singkat dengan tim untuk membahas teknik pelaksanaan dan
pembagian tugas di lokasi. Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIT dan petani datang bertahap hingga
pemeriksaan selesai dilakukan pada pukul 12.00 WIT. Pada hari yang sama juga dilakukan sosialisasi

terkait penjualan hasil panen yang diprakarsai oleh Bank Indonesia, sehingga hanya dapat dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan diskusi singkat dengan petani. Hasil pemeriksaan kesehatan dicatat pada
kertas hasil pemeriksaan dan diberikan kepada petani. Hasil pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada
tabel berikut :

2.5. Program promosi kesehatan yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalee.files.wordpress.com/2015/03/pestisida-dampak-dan- upaya-pencegahannya-
menggunakan-bioinsektisida.pdf

Anda mungkin juga menyukai