BAHAYA PESTISIDA DAN PENGGUNAAN PESTISIDA YANG BAIK DAN BENAR PADA PETANI
HORTIKULTURA DI KABUPATEN SUMBA TENGAH"
OLEH
1. JENI RAMBU KAITA RIWA (1807010314)
2. JOSS BRYAN( 1807010303)
3. FREDERIKA AURORA KEDANG (
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYa sehingga
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen dan Promosi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini dibuat untuk memenuhi
nilai tugas dari mata kuliah Manajemen dan Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pada kesempatan ini kelompok kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami mewujudnyatakan tugas ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................................4
Rumusan Masalah.......................................................................................................4
Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pestisida.................................................................................................6
2.2.Bahaya pestisida terhadap kesehatan petani hortikultura ...............................7
2.3. .Upaya pencegahan masalah kesehatan pada petani karena pestisida .....................9
2.4. Program promosi kesehatan yang dilakukan ………………..………..…………….8
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan.……………….……………………………………………….….....…15
3.2. Saran……....…….…………………………....…………………………....……….15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
BAB1:PENDAHULUAN
LatarBelakang
Pestisida digunakan hampir di seluruh dunia dan digunakan dari pertanian
yang kecil sampai pertanian yang besar di masyarakat desa dan masyarakat
luas dikarenakan harganya yang relatif murah, tahan, efektif dalam jumlah kecil,
beracununtuk banyak organisme dan butuh sedikit tenaga kerja, cepat daya bunuhnya
danbisadibeli dimanasaja.
sebagianbesar sebagai petani, dan juga dikenal sebagai Negara Agraris. Di Indonesia
carayangdigunakanpetaniuntukmempertahankanhasilpertaniannyadenganmenggunak
salahsatunyayaituinsektisida.Insektisidaberfungsiuntukmemberantashama-hama
1
serangga. Pada kenyataannya insektisida masih menjadi alat yang paling
efektif,fleksibel,kuat,murah,danmudahdalammembunuhhama.Sehinggakarenakem
udahantersebut,banyakorangyangmenyalahgunakaninsektisidayangmenimbulkan
lain,banyakyangmelihatinsektisidasebagairacunyangberbahayadantidakselayaknya
bertambahnyajumlah hama sasaran, adanya sisa atau residu pada pada daerah
terjadinya pencemaranlingkunganpadawilayahpertaniantersebut.
Menggunakanpestisidayangberlebihandapatmenimbulkanbiayapengendalia
nyangbesar,meningkatkanmatinyaorganismenontargetsertakualitas lingkungan
penggunaan insektisida lebih dari 98% dan penggunaan herbisidalebih dari 95%
keracunanakutdankronis.Keracunantersebutterjadipadapekerjasepertipetani,penge
ncer
pestisida, pekerja pabrik/gudang pestisida dan bahkan juga pada manusia
yangtidakadahubunganpekerjaannyadenganpestisida.Keracunanakutdapatmengont
dapatmengakibatkankematianapabilamencapaidosistertentu.Selaintingkatkontami
nasi,dayaracunantarasatuformulasidenganformulasilainnyajugadapatmenyebabkan
keracunan.(9)
melakukanpenyemprotanpestisida.
(10)
PenelitianolehMinaka(2016)ditemukan60,9%memilikikeluhankesehatanspesifik
yangberhubungandenganpenggunaanpestisidapadapetani hortikulturadi
DesaPancasari Buleleng.(11)
Perilakupetanidalammenggunakanpestisidayangkurangbaikdapatmenimbul
kanbahayakeracunanpestisida.Apabiladiketahuiprilakudancarakerjamenggunakan
pestisidayangaman,risikokeracunandapatdiperkecil.Faktoryangmemungkinkanterj
dan tindakan dalam penanganan pestisidayang masih rendah. Dalam teori Hendrik
pengaruhkeduaterbesarsetelahlingkungan,karenasehatnyaindividu,keluargadanmas
yarakatitusendiritergantungpadamanusiaitusendiri.Selainitujugadipengaruhiolehke
biasaan,pendidikan,kepercayaan,sosialekonomidanperilaku-
perilakulainnyayangmelekat padadirimasing-masing.(12)
memiliki 70,58%probabilitaskeracunanpestisida.
(13)
Keracunanpestisidajugadapatterjadikarena
petaniseringmenganggapentengbahayapestisida,menurutDjojosumarto(2008).(14)
KenagarianPadangLuapadatahun2016,
terdapatadanyahubunganantarapengetahuan,sikapdantindakandengankeluhankese
hatanpadapetaniholtikulturadiKanagarianPadangLua.
(15)
SejalandenganpenelitiantersebutpenelitiandariDesnizar,2016mengenaifaktor-
perilakudancarakerjayangaman.Faktor-
tindakanpenangananyangmasihrendahyangdapatmenyebabkanmunculnyagejalaker
acunanpestisida.(17)
CermaiKabupatenSerdangmenunjukkan17dari33petaniyangtelahdiwawancaraimer
SalahsatudaerahyangmemilikiwilayahpertanianyangluasyaituSumatera
sebanyak36,44%pendudukSumateraBaratyangbekerjapadasektorpertanian.
(18)
SumateraBaratmemiliki7Kotadan12Kabupaten.Salahsatunyaadalah
Kabupaten Tanah Datar.Penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan XKoto Kabupaten Tanah Datar. Menurut data dari Kantor Wali
pada tanamanmereka.(19)
terdapatbeberapajenistanamanhortikulturayangdibudidayakan,antaralainbawangda
un, cabe merah, kubis, tomat, sawi, dan wortel. Untuk peningkatan
produksitanamanhortikulturayangdibudidayakantersebutmembutuhkanpenggunaa
npestisida.Berdasarkansuveiyangdilakukanolehpenelitididugapetanihortikulturam
AiaAngekpenelititertarikuntukmelakukanpenelitianmengenaihubunganpengetahua
PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalahdalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan sikap, pengetahuan dan
KabupatenTanahDatar.
TujuanKhusus
Diketahuidistribusifrekuensigejalakeracunanpestisidapadapenyemprotpestisidadi
DiketahuidistribusifrekuensipengetahuanpadapenyemprotpestisidadiKanagarianAi
DiketahuidistribusifrekuensisikappadapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAngek
DiketahuidistribusifrekuensitindakanpadapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAn
Diketahuihubunganantarapengetahuandengangejalakeracunanpadapenyemprotpesti
sidadiKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.
padapenyemprotpestisidadiKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.
Diketahuihubunganantaratindakandengangejalakeracunanpadapenyemprotpestisida
diKanagarianAiaAngekKabupatenTanahDatar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pestisida
1. Organochlorin
Golongan ini pada umumnya merupakan racun yang universal, degradasinya
berlangsung sangat lambat dan larut dalam lemak. Contoh golongan organochlorin
adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.
2. Organophosfat
Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Merupakan racun yang tidak
selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan;
menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan
serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor. Contoh
golongan ini adalah Diazonin dan Basudin.
3. Carbamat
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat,
tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan
dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
Contoh golongan carbamat yaitu Baygon, Bayrusil, dan lain-lain.
Senyawa dinitrofenol
Contoh golongan ini adalah Morocidho 40EC. Salah satu pernafasan dalam sel hidup
melalui proses pengubahan Adenesone-5-diphosphate (ADP) dengan bantuan
energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran
elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton
dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi
berlebihan dari yang diperlukan
akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
Pyretroid
Golongan ini merupakan salah satu insektisida tertua di dunia. golongan ini terdiri
dari campuran beberapa ester yang disebut pyretrin dan diekstraksi dari bunga
Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah
: deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang stabil
terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate.
Fumigant
Golongan ini merupakan senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap
atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya
fumigant merupakan cairan atau zat padat yang mudah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya
chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
Petroleum
Golongan ini merupakan minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.
Antibiotik
Contoh golongan antibiotik adalah senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan
dari mikroorganisme. Golongan ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan
fungisida.
2.3. Dampak pestisida
Walaupun penggunaan pestisida mempunyai nilai positif, namun pestisida juga dapat
memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Pada manusia, pestisida dapat
menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa ataupun menimbulkan penyakit/cacat
(Munaf, 1997).
Menurut Quijano (1999), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu :
Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat
itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakit dada,
muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas,
pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan luas
keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:
Efek lokal
Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak
langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan
dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk, dan
sebagainya.
Efek sistemik
Efek sistemikterjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi
seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari
tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus,
otak, dan syaraf.
Keracunan Kronis
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini
dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah paparan
pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan hati, perut,
sistem syaraf, system kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon. Selain itu,
dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu (ASI). Hal ini
terjadi jika sang ibu terpapar pestisida. Gejala keracunan padasetiap jenis pestisida
tergantung pada bahan aktif yang dikandungnya. Berikut beberapa gejala yang
ditimbulkan dari berbagai jenis pestisida (Wudianto, 2005) :
Golongan organofosfat
Golongan organoklor
Jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala,
pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup,
Golongan karbamat
Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida jenis ini sama dengan gejala
yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih
singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.
Golongan bipiridilium
Jenis pestisida ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, muntah-
muntah, dan diare. Gejala tersebut timbul 1-3 jam setelah pestisida masuk
dalam tubuh.
Gologan arsen
Gejala keracunan akut berupa rasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sementara
keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah.
Golongan antikoagulan
Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri punggung, lambung, usus, gkmuntah-
muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik
Perilaku pencegahan bahaya pestisida penting diterapkan oleh petani sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan risiko keracunan pestisida kimia. Keracunan oleh pestisida terjadi karena terminum, atau
terhirup melalui pernapasan atau diserap melalui kulit (Suma’mur, 2009). Menurut Maranata dkk (2014),
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida adalah faktor eksternal (dari luar
tubuh) seperti banyaknya pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan,
masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida,
waktu penyemprot dan tindakan terhadap arah angin dan sanitasi dasar. Sedangkan faktor internal (dari dalam
tubuh) antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Masalah
yang umum terjadi adalah masih banyak petani yang mengabaikan hal – hal tersebut diatas karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran petani (Maranata dkk, 2014). Pengetahuan merupakan salah satu faktor pembentuk
perilaku. Tinggi rendahnya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh proses belajar dan lingkungan. Pengetahuan
akan perilaku pencegahan bahaya pestisida bagi petani berdampak pada perilaku petani dan mempengaruhi
status kesehatan individu, maupun konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Wismaningsih dkk (2015),
menunjukan ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD pada petani penyemprot di Kecamatan
Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yuantari dkk (2013), menunjukan
bahwa pengetahuan yang kurang tepat dalam menggunakan pestisida akan berpengaruh pada perilaku atau
praktik yang kurang tepat pula oleh petani di lahan pertanian. Peningkatan pengetahuan petani akan lebih efektif
dengan partisipasi dari petani dan untuk petani dengan cara pemberdayaan masyarakat. Peningkatan
pengetahuan mendorong petani untuk menyadari pentingnya cara penggunaan pestisida yang aman, bahaya
penggunaan pestisida dan perilaku pencegahan dampak pestisida (Wismaningsih dkk, 2017; Yuantaridkk, 2013).
Salah satu indikator untuk memonitor dampak keracunan pestisida terhadap petani adalah pemeriksaan
hemoglobin. Hemoglobin merupakan molekul protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah
yang membuat darah berwarna merah. Kandungan sulfur yang tinggi di dalam pestisida
Kegiatan ini bertujuan agar petani dalam kelompok sinar tani mendapatkan gambaran kesehatan
khususnya kadar hemoglobin, hematokrit, asam urat dan glukosa. Tim pengabdi pun melakukan
screening tekanan darah bagi para petani. Kegiatan pemeriksaan kesehatan melibatkan tim PKM, 3
orang mahasiswa dan seorang analis kesehatan atau laboran. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 19
September 2019 di Sanggar Tani/ Walang Kelompok Sinar Tani dengan melibatkan 16 orang petani.
Tim berangkat dari UKIM pukul 08.00 WIT, menggunakan 3 unit motor dan membawa berbagai
perlengkapan kegiatan seperti spanduk, tensimeter, quick test, dan perlengkapan pemeriksaan
kesehatan. Kelompok Sinar Tani telah menyiapkan walang untuk pelaksanaan kegaiatan. Sebelum
berangkat dilakukan pertemuan singkat dengan tim untuk membahas teknik pelaksanaan dan
pembagian tugas di lokasi. Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIT dan petani datang bertahap hingga
pemeriksaan selesai dilakukan pada pukul 12.00 WIT. Pada hari yang sama juga dilakukan sosialisasi
terkait penjualan hasil panen yang diprakarsai oleh Bank Indonesia, sehingga hanya dapat dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan diskusi singkat dengan petani. Hasil pemeriksaan kesehatan dicatat pada
kertas hasil pemeriksaan dan diberikan kepada petani. Hasil pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada
tabel berikut :
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalee.files.wordpress.com/2015/03/pestisida-dampak-dan- upaya-pencegahannya-
menggunakan-bioinsektisida.pdf