Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP

KETAHANAN PANGAN NASIONAL DI MASA PANDEMI

Dosen Pengampu : Mahpudin, S.I.P., M.A

KELOMPOK 5
Nama Anggota :
Reygildo (6670190030)
Mustiadi (6670190024)

Kelas 6B Ilmu Pemerintahan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala ucapan yang baik dan syukur selalu kami panjatkan kepada Allah
SWT karena telah memberikan berkah dan segala yang baik untuk kami. Makalah ini kami
buat dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Ketahanan Pangan
Nasional Dimasa Pandemic dengan Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Studi Kasus
yang dimana makalah ini menjadi salah satu syarat penilaian tugas kelompok pada mata
kuliah Ketahanan Nasional.
Kami mengharapkan untuk diberikan kritik serta saran kepada makalah ini karena
makalah ini dibuat belum sempurna dan masih memuat banyak kesalahan baik teknis maupun
non teknis di dalamnya. Kami berharap kiranya makalah ini dapat memberikan ilmu dan
manfaat kepada semua pembaca. Kami juga mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat
kalimat atau kata yang tidak berkenan dalam isi dari makalah ini. Oleh karenanya kami
mengucapkan terima kasih.

Serang, 22 Maret 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ketahanan pangan merupakan isu sentral didalam pembangunan nasional dan pertanian di
Indonesia(Ariani, 2002). Ketahanan pangan juga diartikan sebagai sebuah ketersediaan
pangan dengan kualitas serta jumlah yang cukup, aman dikonsumsi oleh masyarakat, dan
harga distribusi yang terjangkau oleh masyarakat serta kemudahan masyarakat dalam
mengaksesnya. Semua ini dikarenakan pangan adalah kebutuhan paling dasar untuk manusia
terlebih masyarakat Indonesia dan pangan juga sangat berperan dalam hal pertumbuhan
ekonomi.

Ketahanan pangan adalah masalah yang sifatnya multidimensional serta sangat komplek,
dimana meliputi setiap aspek kehidupan seperti aspek politik, ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Dari semua aspek tersebut aspek politik sering menjadi faktor yang dominan
didalam tahap atau proses pengambilan keputusan untuk menentukan arah kebijakan pangan
nantinya(Maharani, 2016). Dimana mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan untuk
menjadi sebuah agenda prioritas adalah isu yang selalu menjadi pembicaraan baik dalam
skala nasional maupun internasional.

Mengutip berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 yang membahas tentang


pangan dijelaskan jika pangan merupkan Segala hal yang berasal dari sumber-sumber
diantaranya yaitu pertanian, kehutanan, perkebnunan, peternakan, perikanan, dan perairan.
Hal ini diperuntukan untuk makanan serta minuman bagi manusia. Semua ini juga termasuk
dengan bahan tambahan pangan dan bahan-bahan lainnya.

Indonesia yang merupakan negara agraris menjadikan isu tentang pangan tidak bisa lepas
dari sektor pertanian. Didalam negara agraris pangan menjadi sesuatu yang mendasar seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk yang ada. Pada sisi yang lain dengan adanya
pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi terhadap kebutuhan lahan yang penggunaannya
bersifat non-pertanian. Proses konversi lahan ini banyak digunakan sebagai kebutuhan untuk
tempat tinggal, pengalih usaha menjadi non-pertanian. Minimnya lahan pertanian di
Indonesia juga dapat dilihat berdasarkan data dalam Rencana Strategis milik Kementerian
Pertanian, disana disebutkan jika laju konvrensi untuk lahan sawah pertahunnya mencapai
100 ribu hektar. Ditahun 2012 sendiri lahan pertanian mencapai 0.22 hektar dan akan
mengalami penurunan menjadi 0.18 hektar pada tahun 2050(Foundation, 2020).

Munculnya masalah pandemi global yang ikut menerjang Indonesia menjadi tantangan
baru pada ketahanan pangan. Dengan Berkurangnya kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat menyebabkan turunnya permintaan terhadap pangan. Petani juga menghadapi
gangguan yang besar, dimana harga komoditas yang menurun dimana hal ini disebabkan juga
oleh menurunnya jumlah permintaan masyarakat. Penurunan ini sudah pasti akan
memberikan dampak yang buruk untuk kesejahteraan untuk petani melihat produksi untuk
pertanian yang terus berjalan, namun permintaan pasar mengalami penurunan, fenomena ini
akan menyebabkan terjadinya over supply dan pada akhirnya harga komoditas mengalami
anjlok(Sucihatiningsih, n.d.).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan jika rumusan masalah untuk penelitian ini
adalah adalah :

1. Bagaimana dampak pertumbuhan penduduk dalam sektor ketahanan pangan ?


2. Bagaimana bentuk kebijakan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin dalam merespon isu
ketahanan pangan yang muncul kala pandemic ?
1.3 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seperti apa pengaruh jumlah penduduk
bagi ketahanan pangan dan bagaimana pemerintahan periode Jokowi-Ma;ruf Amin dalam
menangani masalah pangan yang terjadi dimasanya.
BAB II

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini kami menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berusaha
untuk mencari jawaban atas pertanyaan utama dari gejala sosial yang akan kami teliti. Teknik
pengumpulan data yang kami jalankan berupa teknik studi literature melalui sumber bacaan
yang telah kami gunakan. Kemudian sumber data yang akan kami peroleh yaitu data
sekunder yang mana kami memperoleh data mulai dari buku bacaan, jurnal ilmiah,
ensiklopedia, majalah, media massa, teknologi internet hingga kasus terbaru yang terjadi
ditengah masyarakat. hal ini tentunya diharapkan dapat memperoleh hasil yang
komprehensif.
BAB III

LANDASAN TEORI
3.1 Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan individu atau kelompok yang tinggal disuatu wilayah dengan
adanya persetujuan khusus atau dengan syarat yang sudah dipenuhi (Hartono). Penduduk
disetiap negara memiliki jumlah yang besar dan bergantung pada berbagai hal dinegara
tersebut. Dengan jumlah penduduk yang besar akan dapat berpengaruh terhadap banyak hal,
baik keuntungan maupun kerugian. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu dampak yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi terhambat
akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Sehingga, pentingnya membangun kualitas
dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk dapat berperan bagi negara atau
lingkungan. Jumlah penduduk akan berhubungan dengan ketersediaan bahan pangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, lalu juga perlunya melakukan pembatasan dalam jangka kurun
waktu yang pendek agar dapat menstablikan penggunaan pangan (Malthus). Jadi, penduduk
adalah orang yang menempati wilayah tertentu, lalu dalam kehadirannya dapat menimbulkan
dampak positif atau negatif bagi negara.
Pertumbuhan penduduk merupakan proeses terjadinya perubahan jumlah penduduk
yang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu, fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Jadi,
pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang akan terjadi pada setiap
periode ke periode lainnya dalam suatu wilayah yang ditempati. Dalam teori transisi
demografi, yang menjelaskan tentang empat proporsi yang saling berkaitan, hal ini
berdasarkan pertumbuhan dan perubahan keadaan penduduk pada suatu wilayah. Pertama,
angka kematian sebanding dengan angka kelahiran akan menghasilkan angka pertumbuhan
(0). Kedua, angka kematian menurun tidak disertai penurunan angka kelahiran maka akan
menghasilkan angka pertumbuhan yang positif dan meningkat terus. Ketiga, angka kematian
meningkat secara terus menerus dan disertai menurunnya angka kelahiran akan menghasilkan
pertumbuhan yang positif tetapi menurun. Keempat, jika angka kematian dan kelahiran
rendah, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah dan mencapai (0).
Pertumbuhan penduduka dalam teori Malthus telah menggambarkan tentang populasi
dalam suatu negara yang menjadi suatu masalah yang serius jika tidak dapat terselesaikan,
karena menurutnya apabila populasi tidak adanya pencegahan akan berdampak pada
perkembangan 20 tahun atau 30 tahun kedepannya, dan juga terjadi kelangkaan lahan,
Sumber Daya Alam, dan lainnya. Maka, jika terjadi fenomena tersebut akan mengakibatkan
kemiskinan asbolut. Malthus pun memberikan solusi yaitu untuk membatasi keturunanya dan
menahan nafsu. Lalu, dalam pertumbuhan penduduk terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
secara signifikan:
1. Fertilitas (Kelahiran), tingkat kelahiran tinggi yang dialami oleh perempuan. Dalam
hal ini, kelahiran memiliki pengaruh yang cukup signifikan, karena semakin tinggi
angka kelahiran akan berpengaruh pada penggunaan kebutuhan pangan.
2. Mortalitas (Kematian), tingkat kematian yang dialami oleh penduduk disuatu wilayah.
Angka kematian ini harus dapat seimbang dengan angka kelahiran yang dapat
menyeimbangkan pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah.
3. Migrasi (Perpidahan), perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya.
Perpindahan yang terjadi akan berpengaruh pada kondisi tempat baru yang dijadikan
tempat tinggal sementara atau menetap, lalu tujuan migrasi biasanya ingin memiliki
kehidupan lebih baik.
3.2 Ketahanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati. Seperti halnya,
perikanan, pertanian, perkebunan dan lainnya yang diolah maupun tidak diolah yang
digunakan sebagai makanan atau minuman, yang dikonsumsi oleh manusia yaitu termasuk
bahan pangan, bahan pangan dan lainnya. Oleh karena itu, sebelum digunakan harus ada
proses yang dilakukan yaitu, pengolahan, penyiapan kepada makanan dan minuman yang
ingin dikonsumsi (UU Republik Indonesia No.18 Tahun 2012). Namun, menurut Karsin
(2004) pangan merupakan kebutuhan dasar yang digunakan manusia untuk mempertahankan
hidup dan kehidupan. Selain itu, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi pangan yaitu,
ketersediaan pangan, kemandirian pangan, konsumsi pangan dan keterjangkauan pangan
dalam suatu negara.
Selain itu, adapun ketahanan pangan merupakan ketersediaan pangan yang dapat
dicapai melalui proses keanekaragaman dan kedaulatan pangan. Dalam pencapaian
kebutuhan pangan merupakan hak yang dimiliki negara dan bangsa yang secara mandiri
untuk menjadi kesejahteraan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Ketahanan
nasional juga dapat didefinisikan sebagai terjadinya ketahanan pangan apabila semua orang
secara terus-menerus memiliki akses pangan yang cukup atau memadai untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang sehat dan baik. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak jauh dari
penggunaan akses pangan yang terdiri dari, akses fisik, akses ekonomi, dan akses sosial.
3.3 Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan kondisi kehidupan nasioal yang harus dapat dicapai.
Dalam pencapaian tersebut, memicu kondisi kehidupan nasional yang harus dapat dibangun
sejak dini secara bersinergi dan terus-menerus, hal ini dapat dimulai dari lingkungan,
keluarga dan lainnya dengan bermodalkan ketangguhan dan keinginan untuk memiliki
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Lalu, ketahanan nasional juga dapat
diartikan sebagai kondisi yang terjadi dinamika disuatu negara yang mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan negara dan berdampak secara langsung pada masyarakat. Dengan terjadinya
dinamika tersebut harus dapat melakukan pencegahan untuk dapat melindungi negara serta
masyarakat agar dapat hidup damai, adil dan sejahtera. Namun, dalam pencapaian ketahanan
nasional dalam suatu negara harus terjadi bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk
dapat meningkatkan berbagai aspek yang ada dan melakukan pencegahan terhadap dinamika
yang terjadi.
Ketahanan nasional dalam Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)
RI, bahwa suatu kondisi dinamis bangsa Indonesia yang menyimpan ketangguhan dan
keuletan dalam menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman serta hambatan baik dari
dalam negeri atau luar negeri. Namun, menurut Kementrian Pertahanan Republik Indonesia
tentang ketahanan nasional, yaitu kemampuan negara untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi berbagai ancaman dan gangguan dalam keberlangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Indeks Jumlah Penduduk Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statisitik (Sensus Penduduk 2020)

Indonesia menjadi negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dunia dengan
jumlah 273,879.750 juta jiwa (Dukcapil Kementrian Dalam Negeri). Dengan jumlah
penduduk tersebut menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
lainnya dan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki 138,3
Juta (50,5%), sedangkan perempuan 135,5 juta (48,57%). Lalu, berdasarkan hasil sensus
penduduk pada September 2020 manyatakan bahwa kenaikan penduduk sekitar 32,56 juta
jiwa dan jika diperhitungkan kembali setiap tahun mengalami kenaikan 3,2 juta jiwa dan laju
1,25 persen pertahun. Penduduk dalam hal ini menjadi populasi yang menempati wilayah
Indonesia dengan adanya persetujuan oleh pihak bersangkutan yaitu Pemerintah dan harus
dapat menyelesaikan syarat yang ditentukan. Namun, dalam pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat, walaupun tidak spesifik akan dapat berpengaruh pada banyak hal. Proses
kenaikan pertumbuhan penduduk ini memang dipengaruhi oleh tiga hal yaitu Fertilitas,
Mortalitas dan Migrai.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi dan berpengaruh pada banyak akan memiliki
dampak kepada negara dan masyarakat. Pengaruh kenaikan penduduk akan lebih pada hal
ekonomi dan sosial, karena secara tidak langsung aspek tersebut menjadi tolak ukur
kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Dalam hal ini, Negara pun memang memiliki
kewajiban untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan akan tercukupi. Namun, dengan kenaikan pertumbuhan penduduk harus dapat
dikelola atau distabilkan oleh Pemerintah, karena dengan kenaikan yang tidak terkendali akan
menimbulkan permasalahan dan harus dilakukannya pencegahan (Malthus). Hal tersebut,
memang tidak langsung berpengaruh pada tahun kedepannya, tetapi akan berdampak pada 20
atau 30 tahun nanti.

Maka, dalam pertumbuhan penduduk disuatu negara harus memerhatikan angka


kelahiran, angka kematian dan migrasi yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk dapat
menseimbangkan tolak ukur agar tidak memberikan dampak negatif, sehingga akan
menghasilkan pertumbuhan yang positifi bagi kedepannya. Pertumbuhan penduduk juga
harus dapat mengembangkan kualitas dan kemampuan SDM yang akan menjadi pelaksana
tujuan negara dan akan dapat meningkatkan kemajuan negara.

4.2 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Ketahanan Pangan

Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap ketahanan pangan dalam suatu negara


dapat diliat dari tiga aspek yaitu, aspek ketersediaan, aspek stabilitas dan aspek
keterjangkauan. Dari ketiga aspek itu dapat menunjukkan pencapaian negara dalam
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang apakah terpenuhi, baik secara ekonomi
maupun sosial. Pertumbuhan penduduk juga menjadi indikator keberhasilan negara dapat
dikatakan sebagai negara berkembang atau maju berdasarkan pencapaian baik dalam negeri
atau luar negeri. Indonesia yang terus mengalami kenaikan jumlah penduduk dengan
berdasarkan sensus penduduk dengan jumlah 273,8 juta jiwa hingga saat ini menunjukkan
bahwa negara harus mampu memberikan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Lalu, pengaruh
tersebut yang dapat dilihat dari ketiga aspek akan menujukkan keberhasilan negara;

1. Aspek Ketersediaan, bahwa semakin jumlah penduduk meningkat akan juga


bertambah kebutuhan pangan yang harus dipenuhi, karena mencakup kebutuhan dasar
masyarakat. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, memang akan semakin berat usaha
yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan pada jangka waktu lama. Namun, untuk
menjaga kestabilan tersebut dapat dilakukannya penggunaan pangan lokal yang
berasal dari petani seperti sagu dan umbi-umbian.
2. Aspek Stabilitas, dalam menjaga stabilitas pangan memang harus adanya
penyeimbangan pemenuhan pangan masyarakat dengan masa panen, karena secara
tidak langsung kerawanan pangan akan terjadi jika tidak sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu, kebutuhan pangan yang selalu meningkat akan dapat membuat
ketidakstabilan penggunaan pangan oleh masyarakat dan perlu adanya pencegahan
atau kebijakan lainnya.
3. Aspek Keterjangkauan, dalam suatu negara akan terbagi tingkat ekonomi sesuai
dengan pendapatan yang dimiliki. Begitu juga dengan jumlah penduduk yang semakin
banyak akan berpengaruh pada siklus pemenuhan pangan yang meningkat, tetapi
dengan kondisi yang tetap sama. Oleh karena itu, pentignnya menjaga kestabilan dari
pangan untuk mejaga sumber pangan dan adanya pemerataan kebutuhan pangan.

Salah satu dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yaitu terjadi
di Sumatera Utara tentang kemiskinan. Pada tahun 2005-2009, jumlah penduduk di Sumatera
Utara terus mengalami peningkatan dengan jumlah 12 juta jiwa. Peningkatan jumlah ini scara
langsung berpengaruh pada tolak ukur kemiskinan yang terjadi di Sumatera Utara yang
mengalami peningkatan maupun penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya. Bahwasanya,
aspek pangan berpengaruh pada peristiwa tersebut, kerena menjadi indikator pemenuhan
pangan masayarat. Lalu, aspek pangan dalam peristiwa di Sumatera Utara memang terbagi
dalam tiga yatu Aspek Fisik, Aspek Sosial dan Aspek Ekonomi. Pertama, aspek fisik yang
dapat dilihat dari ketersediaan pangan pokok yang dimiliki wilayah tersebut. Kedua, aspek
sosial yaitu berkaitan dengan pendidikan masyarakat yang rendah dan berpengaruh pada
angka kemiskinan yang tidak mengalami perubahan, sehingga tidak dapat keterjangkauan
oleh masyarakat. Ketiga, aspek ekonomi yang dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat
dengan mengalami pertumbuhan ekonomi dan pendapatan.

4.3 Kebijakan Pemerintah Terhadap Pangan

Munculnya covid-119 di Indonesia sejak akhir tahun 2020 lalu membawa dampak besar
terhadap kondisi pangan. Pada skala nasional ketahanan pangan mengalami dampak buruk
dari adanya pandemic ini, diantaranya yaitu :

1. Produksi untuk pertanian mengalami ketergangguan karena adanya pembatasan


mobilitas tenaga kerja.
2. Daya beli masyarakat menjadi turun terhadap permintaan untuk produk pertanian
3. Petani memiliki kerentanan dalam terpapar covid-19.
4. Krisis pangan dapat berpotensi terjadi.
5. Adanya ancaman terkait ketersediaan stok pangan skala nasional yang mana stok ini
bersumber dari kegiatan impor. Adapun barang-barang yang bersumber dari impor
adalah ; daging sapi, bawang, gandum, kedelai, dan gula.

Dalam menghadapi Covid-19 kementerian pertanian Indonesia memiliki strateginya


sendiri. Dimana strategi ini mereka bagi menjadi tiga agenda yaitu : agenda SOS atau
emergency, agenda jangka menengah atau temporary, dan agenda jangka Panjang atau
permanen. Setiap agenda ini memiliki strateginya masing-masing.

Agenda emergency atau SOS ini memuat 6 strategi. Pertama adalah stabilisasi harga
pangan. Kedua membangun sistem buffer stok untuk pangan pada skala daerah. Ketiga,
melakukan padat karya pertanian. Keempat membiayai fasilitas untuk petani baik melalui
asuransi pertanian maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kelima, melakukan perluasan untuk
akses pasar yang dilakukan dengan cara pengembangan toko tani. Terakhir melaksanakan
social safety net.

Agenda jangka menengah ini memiliki 7 strategi, yaitu : melaksanakan padat karya
lanjutan setelah Covid-19, melakukan diversifikasi (Penganekaragaman) pangan lokal,
memberikan supporting kepada daerah yang deficit, mengantisipasi terjadinya kekeringan,
melaksanakan family farming (KRPL), melakukan pendorongan untuk kelancaran distribusi
pangan Indonesia, memberikan bantuan Saprodi dan Alsintan sebagai Langkah untuk
menjaga semangat kerja pertanian, dan penguatan pada sektor pertanian.

Pada agenda jangka Panjang memiliki setidaknya 9 agenda didalamnya yang meliputi :
melakukan peningkatan dalam produksi sebesar 7% per tahunnya, penurunan Losses sebesar
5%, melakukan ekstensifikasi (perluasan) untuk pangan dilahan rawa, melakukan
pengembangan untuk B30 serta kelapa sawit, melakukan pengembangan untuk koperasi
petani, menumbuhkan pengusaha petani geneasi milenial, meningkatkan ekspor pangan
sebesar 3 kali lipat, dan meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP).

Agar ketiga agenda ini berjalan secara optimal, Kementerian Pertanian menciptakan 4
program yang disebut sebagai cara berdintak. Program ini dibentuk untuk membantu
memudahkan dalam melaksanakan agenda-agenda yang ada, baik agenda SOS, agenda
jangka menengah, maupun agenda jangka Panjang. Keempat cara bertindak tersebut akan
dijelaskan secara rinci, dibawah ini :

1. Stabilisasi Harga Pangan

Harga untuk komoditas pangan mengalami kondisi yang fluktuatif saat masa awal
pandemic dimulai. Kelangkaan terhadap pasokan dan juga tingginya permintaan dari
masyarakat menyebabkan fluktuasi pada harga komoditas pangan yang nantinya akan
berdampak kepada perekonomian di wilayah tertentu. Pergerakan harga komoditas pangan ini
bisa dilihat melalui komoditas beras, bawang merah, dagung ayam ras, minyak goreng, telur
ayam, dan cabai.

Untuk komoditas beras pada bulan maret tahun 2020 terjadi sebuah peningkatan
terhadap laju pergerekan harga beras tertinggi. Bila dibandingkan dengan kondisi pada
periode yang sama ditahun 2019, menunjukkan terjadi adaya peningkatan sebanyak 6,5%.
Meningkatnya konsumsi masyarakat untuk pangan dengan sumber karbohidrat dan lebih
mengurangi pangan yang memiliki kualitas gizi tinggi dengan harga yang lebih mahal
ditambah panen raya untuk komuditas beras baru dapat dimulai pada bulan April hingga Mei
mendatang menyebabkan kenaikan harga yang cukup tinggi dan siginifikan pada awal
pandemic.

Komoditas bawang merah pada bulan Mei hingga Juni 2020 mengalmi peningkatan
harga menjadi Rp. 53.409 per kilogramnya, dimana jika melihat pada periode tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 15% pada periode 2020 ini justru melejit tinggi hingga
menyampai angka 40%. Kondisi ini disebabkan oleh kebijakan PSBB yang dilakukan oleh
pemerintah pusat yang mana menyebabkan gangguan terhadap distribusi dan terhambatna
pasokan untuk komoditas bawang merah dipasar dan berakibat pada kenaikan harga
komoditas tersebut.

Pergerakan harga untuk Daging ayam ras cenderung fluktuatif. Ditahun 2020
komoditas ini mengalami tren penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya, tepatnya pada
bulan Maret hingga April 2020 yang merupakan awal dari pandemi. Tren penurunan ini
disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat terhadap daging ayam ras yang
disebabkan oleh adanya Covid-19. Namun menjelang hari idul fitri permintaan untuk daging
ayam ras mengalami kenaikan signifikan, meski pada bulan selanjutnya mengalami
penurunan sampai pada bulan September tahun 2020.
Kondisi harga untuk komoditas minyak goreng cenderung bergerak secara fluktuatif
yang dikarenakan tren-nya mengikuti harga pasar internasional. Untuk minyak goreng
kemasan sendiri mengikuti HET atau Harga Eceran Tertinggi dari pemerintah yang
membuatnya menjadi lebih stabil. Pada awal pandemi komoditas ini mengalami peningkatan
harga sebanyak 6,5% kondisi ini berbeda dengan periode sebelumnya ditahun 2019 yang
justru menunjukkan penurunan. Kenaikan harga komoditas minyak goreng sendiri tidak bisa
terlepas dari harga minyak pasar internasional yang juga ikut berdampak karena adanya
Covid-19.

Pada bulan Mei tahun 2020 harga untuk komoditas telur ayam mengalami pergerakan
harga yang menurun. Kondisi ini juga disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat
terhadap komoditas telur ayam. Namun pada bulan selanjutnya yaitu Juni pergerakan harga
untuk pangan telur ayam menunjukkan tren positif. Meski peningkatan yang terjadi tidak
signifikan dan terlalu tinggi hanya tidak lebih dari 6%.

Komoditas cabai merah sendiri sempat mengalami kenaikan pada bulan Februari
tahun 2020 yang hampir mencapai 92%, meski begitu pada awal masa pandemi dimulai
komoditas ini mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh pangan cabai sudah memasuki
musim panen. Kondisi ini terus berlanjut hingga bulan September tahun 2020.

Gambar 1 : Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok Nasional untuk


Periode Mei hingga Desember 2020

Sumber : (Kebijakan Program Kementerian Pertanian Dalam Menjamin Ketahanan Pangan


Di Era New Normal Pandemi Covid-19)
Jika kita lihat dari gambar diatas ini, komoditas beras, cabai merah, bawang merah,
daging ayam ras, telur ayam, dan minyak goreng diperkirakan memiliki ketersediaan yang
cukup untuk dipenuhi oleh produksi lokal. Bahkan untuk pemenuhuhan kebutuhan dua bulan
kedepannya masih bisa tertutupi oleh kompensasi stok surplus bulan sebelumnya(Adang
Agustian, 2020).

Untuk menjamin stabilitas harga komoditas daging ayam dan telur ayam Kementerian
Pertanian mengeluarkan Surat Edaran Ditjen PKH No. 09246T/SE/PK/230/F/08/2020.
Didalam surat ini dijelaskan jika perusahaan pembibit memiliki kewajiban dalam melakukan
proses penyerapan ayam hidup, baik secara internal dan eksternal berdasarkan aturan yangs
udah dibuat. Maka dari itu pasokan untuk ayam hidup bisa lebih terjaga dan bisa Mendukung
untuk stabiliasasi harga komoditas tersebut. Disisi lain pemerintah juga melakukan program
khusus dengan strategi tanam off season, dimana dengan dilakukannya strategi ini
letersediaan untuk komoditas pangan bisa terus terjaga dari waktu kewaktu dan membuat
harga relative lebih stabil. Sedangkan untuk meningkatkan produksi pangan dapat juga
dilakukan dengan upaya pemberian bantuan benih, alsintan, pupuk, serta yang lainnya.
meningkatkan sarana serta prasarana dalam bidang pertanian.

2. Disverifikasi Pangan Lokal

Gambar 2 : Lokasi Pengembangan Disverifikasi Pangan

Sumber : (Kebijakan Program Kementerian Pertanian Dalam Menjamin Ketahanan Pangan


Di Era New Normal Pandemi Covid-19)
Dalam cara bertindak kedua ini lebih menitikberatkan kepada komoditas pangan
unggulan disetiap daerah (provinsi). Adapun strategi yang dilakukan adalah dengan rencana
Konsep Rumah Pangan Lestari atau sering disebut sebagai konsep KRPL. Rumah Pangan
Lestari merupakan rumah dari penduduk yang pemanfaatan pekarangannya digunakan untuk
berbagai sumber daya lokal untuk kesinambungan dalam penyediaan komoditas bahan
pangan skala rumah tangga yang memiliki kualitas dan beragam. Apabila konsep ini
dikembangkan secara luas skalanya, seperti berbasis kampung, desa, ataupun wilayah lainnya
maka dapat disebut sebagai Kawasan RPL.

Konsep Rumah Pangan Lestari ini memiliki prinsip yaitu untuk pemanfaatan berskala
pekarangan ramah lingkungan serta dibuat sebagai kemandirian dan ketahanan terhadap
pangan, penganekaragaman pangan lokal, konservasi pangan berbasiskan sumber daya
genetik, serta untuk menjaga lestarinya kebun bibit di desa. Penerima manfaat ini ditujukan
kepada karang taruna, santri tani, taruna tani, atau Lembaga atau tokoh lainnya. untuk
pemilihan lokasi memiliki prioritas terhadap lokasi stunting ataun rawan aspek pangan dan
ketahanan pangan(Ening Ariningsih, 2020).

3. Penguatan Cadangan dan Sistem Logistik Pangan

Dalam hal ini kementerian pertanian memiliki 4 strategi, yaitu peningkatan produksi
untuk wilayah yang mengalami defisit, memperbaiki sistem distribusi, Lembaga distribusi
pangan, dan melakukan peningkatan terhadap konsumsi pangan lokal.

Pada strategi pertama yaitu meningkatkan produksi untuk wilayah yang mengalami
deficit, memiliki upaya untuk mendekatkan produksi kepada konsumen. Strategi ini memiliki
tiga program yaitu : penambahan area atau wilayah tanam baru didaerah yang mengalami
deficit, kedua menyediakan benih, pupuk, dan lain-lain sebagai input untuk produksi, terakhir
adalah menyediakan sarana serta prasarana untuk produksi seperti sistem irigasi dan alsintan.

Strategi kedua yang dilakukan adalah memperbaiki sistem distribusi dengan


meningkatkan kelancaran pada distribusi pangan. Strategi ini mempunyai tiga program,
yaitu : menyederhanakan intervensi distribusi dan rantai pasok, kedua Mengembangkan food
hub baik dalam skala nasional maupun regional pada setiap provinsi, terakhir adalah
membangun e-commerce.

Strategi ketiga adalah melakukan pelembagaan distribusi pangan dengan koordinasi


dan sinergi diantara pelaku logistic. Strategi ini memiliki tiga program yaitu : penguatan
peran dari pelaku logistic atau pedagang dan jasa, kedua membentuk Lembaga untuk logistik
dalam bidang pangan baik pusat atau daerah, dan terakhir melakukan harmoniasasi pada
kebijakan pangan nasional baik pusat ataupun daerah.

Strategi keempat adalah peningkatan konsumsi terhadap pangan lokal dengan kata
lain bertujuan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap pangan lokal. Memiliki
dua program yaitu : Mengembangkan Kawasan industry pangan berskala lokal dan
menggalakkan gerakan serta kampanye terhadap konsumsi pangan lokal.

4. Pengembangan Pertanian Modern

Cara bertindak terakhir ini berkembang yang Namanya smart farming, pembangunan
rumah skrining, serta pengembangan untuk food estate sehingga peran dari perguruan tinggi
sangat penting dalam cara bertindak ke-4 ini.smart farming sendiri merupakan sebuah
gabungan aplikasi berbasis ICT kedalam sektor pertanian. Selain smart farming pemerintahan
juga melaksanakan rencana pembangunan food estate.

Food estate adalah sebuah konsep dimana pengembangan komoditas pangan


dilakukan dengan cara integrasi yang mencakup baik perkebunan, pertanian, maupun
peternakan disebuah Kawasan. Program ini menjadi salah satu respon dari pemerintah
terhadap peringatan yang dilontarkan oleh FAO(Gambut, 2020), dimana mereka menyatakan
jika adanya potensi untuk terjadinya krisis pangan dunia. Hal inidiakibatkan karena negara
menerapkan lockdown atau karantina wilayah atas Tindakan untuk menanggapi pandemi
Covid-19 dinegara mereka.

4.4 Ancaman Yang Dihasilkan Terhadap Ketahanan Nasional

Berangkat dari bagaimana konsep ketahanan pangan itu sendiri yang merupakan
kondisi dimana masyarakat atau individu dapat Memenuhi kebutuhan makanan, minum, dan
gizi yang mudah. Oleh karenanya kondisi dimana gizi buruk yang diakibatkan oleh
rendahnya ketahanan pangan disebuah daerah akan secara langsung mempengaruhi kondisi
pembangunan nasional yang ada dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya ketahanan
nasional yang rendah pula.

Kembali kepada konsep dari ketahanan nasional yang bukan hanya mencakup
terhadap territorial atau wilayah, namun lebih dari itu mencakup Segala hal yang ada disalam
sebuah negara seperti masyarakat, Budaya, agama, dan lain sebagainya. Dengan kata lain
aspek penting didalam ketahanan nasional adalah penduduk yang tinggal dan hidup di negara
tersebut. Ketika seseorang dalam kondisi yang lapar, maka mereka tidak akan bisa berpikir
dengan jernih dan akan mengarah kedalam Tindakan radikal. Serta Ketika seseorang
mengalami gizi yang buruk maka hal tersebut akan menyebabkan angka harapan hidup
menjadi rendah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam menanggapi pandemi Covid-19 di Indoendia dalam aspek ketahanan pangan,


Kementerian Pertanian mengeluarkan tiga agenda untuk mengatasi isu pangan yang muncul
pada masa pandemic. Yaitu :

1. Agenda SOS atau Emergency


2. Agenda Jangka Menengah
3. Agenda Jangka Panjang

Untuk mengoptimalkan ketiga agenda besar tersebut dibentuk juga sebuah cara bertindak
sebagai bentuk dari peningkatan ketersedian pangan saat pandemi. Kementerian pertanian
merumuskan empat cara berdintak yaitu :

1. Peningkatan kapasitas produksi.


2. Disverifikasi pangan lokal.
3. Penguatan cadangan dan sistem logistik pangan.
4. Pengembangan pertanian modern.
DAFTAR PUSTAKA

Adang Agustian, R. P. (2020). Strategi Stabilisasi Harga Pangan Pokok Pada Era Pandemi
Covid-19. IAARD e-journal, 395.

Ariani, H. P. (2002). Ketahanan Pangan : Konsep, Pengukuran, dan Strategi. FAE, Vol 20
No 1, 12.

Ening Ariningsih, E. S. (2020). Diversifikasi Pangan Sebagai Strategi Strategi Adaptasi


Rumah Tangga Menghadapi Pandemi Covid-19. IAARD e-journal, 773.

Foundation, P. (2020). Tantangan Pangan dan Energi Indonesia Dimasa Depan. Penabulu
Foundation.

Gambut, P. (2020). Food Estate Kalimantan Tengah, Kebijakan Instan Sarat Kontroversi.
Jakarta Selaan: Pantau Gambut.

Maharani, D. C. (2016). Mencapai Ketahanan Pangan Indonesia Berkelanjutan. Global &


Policy, Vol.4, No.2, 74.

Sucihatiningsih. (n.d.). Membangun Ketahanan Pangan di Era Pandemi. Retrieved Maret 28,
2022, from Universitas Negeri Semarang: https://unnes.ac.id/gagasan/membangun-
ketahanan-pangan-di-era-pandemi

Suratha, I. K. (2017). Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan.
Media Komunikasi Geografi, 15(2).

Suryana, A. (2014). Menuju ketahanan pangan indonesia berkelanjutan 2025: tantangan dan
penanganannya.

Hartanti, W., Lubis, S. N., & Butar-Butar, H. (2013). Dampak pertambahan penduduk, akses
pangan dan usaha pengentasan kemiskinan terhadap jumlah penduduk miskin di
Sumatera Utara. Journal of Agriculture and Agribusiness Socioeconomics, 2(5),
15063.

Hambarsari, D. P., & Inggit, K. (2016). Analisis Pengaruh pertumbuhan ekonomi,


pertumbuhan penduduk dan inflasi terhadap tingkat kemiskinan di jawa Timur Tahun
2004-2014. JEB17: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1(02).

Hardono, G. S., Saliem, H. P., & Suhartini, T. H. (2004). Liberalisasi Perdagangan: Sisi
Teori, Dampak Empiris dan Perspektif Ketahanan Pangan.
Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI

Anda mungkin juga menyukai