Tanggal Penugasan :
Nama Mahasiswa/NPM :
Dosen Pengajar :
Bahan Bacaan : Pertumbuhan Penduduk dan Ketahanan Pangan
Nilai :
Pertanyaan
1. Setelah membaca artikel opini di bawah ini, sebagai calon sarjana pertanian, bagaimana
pendapat Saudara mengenai kesiapan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dari
sekian ratus juta penduduknya? Apakah kekhawatiran Malthus dapat terjadi di Indonesia?
2. Jelaskan pandangan Saudara tentang pendapat Marx jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia
saat ini!
I. LATAR BELAKANG
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan sebagai kumpulan manusia
yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu1[1]. Penduduk merupakan salah
faktor penting perkembangan sebuah negara karena tanpa penduduk negara tidak akan
terbentuk, sebab penduduk merupakan faktor penting lainnya selain dari wilayah.
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama
periode 2000-2010 lebih tinggi dibanding periode 1990-2000. Laju pertumbuhan
penduduk 2000-2010 mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi dibanding periode 1990-
2000 yang hanya mencapai 1,45 persen2[2], sesuai dengan hasil sensus tahun 2010
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,56 juta orang. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan pangan 237,56 juta orang dibutuhkan lahan produktif untuk tanaman padi
seluas 13 juta ha, namun saat ini lahan padi yang diolah seluas 7,7 ha 3[3], jika
pertambahan penduduk setiap tahunnya sebesar 1,49% atau bahkan melebihi, maka
dengan sendirinya akan mendatangkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan,
kelaparan, kekumuhan kota, berkurangnya daya dukung lahan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
1[1] Haryati, Sri dan Yani Ahmad., Geografi Politik, PT. Refika Aditama, Bandung, November 2007
Namun teori ini sangat tidak relevan apabila diterapkan pada negara-negara
berkembang dan terbelakang karena adanya perbedaan yang sangat mendasar dengan
kondisi negara-negara maju. Situasi politik yang tidak menentu, disparitas pembangunan
antara wilayah yang satu dengan yang lainnya dan tingginya pertumbuhan penduduk
dianggap sebagai penghambat pembangunan ekonomi, hal seperti ini juga terjadi di
Indonesia.
II. PEMBAHASAN
Dampak lingkungan yang akan dialami apabila terjadinya ledakan penduduk adalah
makin berkurangnya lahan produksi pertanian atau dengan kata lain terkonversinya
lahan pertanian yang ada menjadi permukiman penduduk sehingga menurunnya
produksi pangan. Selain itu, masalah lain yang dapat ditimbulkan adalah akan makin
banyaknya pemukiman kumuh (smelter) dikarenakan oleh berkurangnya daya dukung
lahan yang digunakan untuk pemukiman, hal ini juga akan menimbulkan masalah
kesehatan yang serius karena kurang layaknya lingkungan dan sanitasi yang ada. Efek
lain yang akan ditimbulkan yakni meningkatnya biaya pembangunan kesehatan yang
harus dikeluarkan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Hal ini semua dikarenakan makin banyaknya penduduk pada suatu wilayah maka
permintaan akan lahan akan semakin meningkat karena lahan atau ruang tidak
bertambah sedangkan yang bertambah adalah kegiatan penduduk yang
mendiaminya4[4]. Selain masalah tersebut, akan timbul juga masalah polusi udara
karena tingkat polusi bergerak seiring dengan pertambahan jumlah penduduk disuatu
wilayah. Polusi ditimbulkan oleh asap kendaraan yang jumlahnya semakin bertambah.
Dampak lainnya yang akan timbul adalah masalah sampah yang tidak dapat
terselesaikan juga merupakan sumber polusi bagi kesehatan masyarakat.
Dampak sosial yang akan dialami adalah keterbatasan ruang, saling dempet, himpit,
rebut, kesemerawutan adalah sebagai akibat kelebihan beban (overload), kelebihan
beban berbanding searah dengan tekanan (pressure) yang akan ditimbulkannya.
Semakin besar kelebihan beban, maka semakin tinggi tingkat tekanan. Tekanan
berhubungan langsung dengan ketahanan (defense). Keseimbangan antara tekanan dan
ketahanan dapat menimbulkan kekuatan (survival). Ini baik, sifatnya akselarasi dalam
pembangunan. Namun jika tekanan melampaui batas ambang toleransi, dapat
menimbulkan frustasi yang diwujudkan dalam bentuk berbagai macam kerawanan
sosial. Seperti mudahnya terjadi konflik, meningkatnya angka kriminalitas, tindakan
anarkis. Semua itu dikarenakan terbatasnya ketersediaan berbagai sumberdaya
(resources availability) yang berbanding terbalik dengan jumlah pengguna dan pemakai,
menimbulkan berbagai cara kompetisi untuk mendapatkannya5[5].
Untuk dapat bertahan hidup masyarakat akan melakukan berbagai macam cara, baik
itu yang berupa ekonomi subsisten maupun bukan, cara yang ditempuh ini sangat
mungkin akan menimbulkan potensi konflik karena adanya kerawanan sosial yang
disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara keterbatasan dan ketidakmampuan
untuk berkompetisi secara sehat. Kerawanan sosial ini akan menghambat pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah karena pemerintah kehabisan energi untuk
menyelesaikan masalah kerawanan sosial yang terjadi tersebut.
4 [4] Ahab, Peter., Penataan Ruang dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kupang Timur., Tesis., Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2009
5 [5] Anonim., Kajian Teori Malthus terhadap Populasi dan Pangan (Studi Kelembagaan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan), Makalah, 20 Juni 2010
Thomas R. Malthus dalam teorinya mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk
mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret
hitung. Untuk keadaan Indonesia dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan
ketersediaan lahan untuk tanaman padi seluas 7,7 ha, hal ini sangat tidak
menguntungkan jika kembali pada teori Malthus. Teori tersebut menghendaki produksi
pangan melebihi dari pertumbuhan penduduk, sehingga berdasarkan pada teori ini dapat
diprediksikan bahwa suatu saat lahan pertanian di Indonesia akan hilang. Disebabkan
karena adanya perkembangan yang pesat pada pembukaan dan penggunaan lahan untuk
pemukiman penduduk.
Namun tidak selamanya teori Malthus benar, karena ada beberapa hal yang menjadi
kelemahan dari teori ini, Malthus menekankan terbatasnya persediaan tanah, akan tetapi
dia tidak menyadari adanya keuntungan besar dari pertumbuhan penduduk yang tinggi
yaitu meningkatnya metode-metode teknologi pertanian sehingga dapat meningkatkan
hasil pertanian menurut deret ukur. Malthus juga tidak mempertimbangkan kontrol
fertilitas setelah perkawinan.
Marx juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi
jumlah produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu dilakukan pembatasan
penduduk. Karl Marx adalah orang menentang teori Malthus, prinsip yang terbangun
dalam pemikiran Marx adalah tidak ada aturan yang bersifat umum untuk kependudukan
(Population Laws). Menurut dia, kondisi penduduk sangat tergantung pada kondisi
sosial dan ekonomi suatu daerah. Perbedaan fertilitas dan mortalitas ditentukan oleh
variasi tingkat kehidupan, perbedaan ini akan hilang apabila kekayaan didistribusikan
secara merata kepada masyarakat. Ketidaksetujuannya terhadap teori Malthus adalah
tentang pertumbuhan bahan makanan, Marx mengatakan bahwa ide tersebut tidak benar
selama tidak ada alasan untuk curiga bahwa sains dan teknologi mampu meningkatkan
produksi bahan makanan atau barang-barang lainnya sama seperti pertumbuhan
penduduk.
Melihat kondisi dan keadaan yang terjadi pada saat ini, perlu menjadi perhatian
bersama bahwa kebijakan dan pengadaan pangan yang diberikan harus tepat sasaran,
hingga implementasinya memiliki nilai dalam mewujudkan pemenuhan pangan dan
6 [6] Subejo., Perangkap Malthus : Pertarungan Ledakan Penduduk dan Pangan, The University of Tokyo Departement of Agricultural and Resource
Economic, 17 Mei 2009.
keberlangsungan hidup bangsa. Selain itu, juga perlu dilaksanakannya kembali
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengendalian pertumbuhan penduduk
yang pada masa orde baru pernah dilakasanakan yaitu Program Keluarga Berencana.
Yang mana program ini sejak era reformasi mulai bergulir sudah hampir tidak
kedengaran lagi gaungnya meskipun lembaga yang diberikan tanggung jawab untuk
mengurus program ini masih tetap ada.
Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 237,56 juta orang menjadikan
Indonesia sebagai negara ke 4 dengan jumlah penduduk terbanyak. Jumlah penduduk
yang semakin besar ini membawa sejumlah tantangan bagi bangsa untuk bekerja lebih
keras dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat, menciptakan lapangan pekerjaan,
menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan kemiskinan, infrastruktur
dan memberikan pelayanan publik. Semua hal ini dapat dilaksanakan dengan baik
apabila adanya komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mengelola pertumbuhan
penduduk ini dengan secara baik sehingga apa yang telah dicita-citakan bersama yaitu
meningkatkan derajad hidup bangsa Indonesia dapat terwujud.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk, seprti menggalakkan kembali program Keluarga Berencana yang sempat
terhenti dan mulai dilaksanakan lagi pada tahun 2007, melaksanakan pembangunan
berkelanjutan pada semua aspek kehidupan bangsa baik itu pada bidang pendidikan,
kesehatan maupun infrastruktur dan pemberian pelayanan publik sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan perhatian
khusus pada bidang pertanian dengan meningkatkan produksi dalam negeri serta tidak
berorientasi ekspor sebelum kebutuhan dalam negeri terpenuhi, pemberdayaan petani
serta diversifikasi produk pangan dengan mengembangkan benih lokal dan pangan lokal.
Begitupun juga pada bidang energi, perlu dilakukannya pengamanan sumber energi
nasional serta pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan, menyediakan
lahan untuk permukiman penduduk dan juga mengendalikan dampak lingkungan yang
akan timbul.
Oleh karena itu, sangat beralasan kalau saat ini pemerintah harus mendukung konsep
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan pengembangan manajemen
pertanian secara lebih komprehensif. Secara eksplisit konsep ini terkait dengan program
kebijakan kependudukan bagi peningkatan kualitas, proses pengedalian pertumbuhan,
acuan untuk menyeimbangkan antara aspek kualitas-kuantitas kependudukan, mobilisasi
penduduk secara global dan jaminan ketersedian alam bagi peningkatan kesejahteraan,
termasuk juga akumulasi pembangunan pertanian-pangan untuk memacu hasil produksi
pangan secara berkelanjutan. Hal ini mengacu pada pemahaman bahwa mutualisme
interkasi antara kependudukan, proses kontuinitas pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi serta jaminan lingkungan harus bersandar pada filosofi bahwa manusia
merupakan faktor utama dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan dengan pembahasan yang telah dilakukan tersebut di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
3. Food Trap seperti yang diungkapkan oleh Malthus mungkin akan terjadi di
Indonesia apabila kebijakan pembangunan kependudukan yang dilaksanakan oleh
pemerintah tidak dibarengi dengan kebijakan ketahanan pangan yang baik;
4. Apabila kita merujuk pada teori yang diungkapkan oleh Marx bahwa pertumbuhan
penduduk tidak berhubungan langsung dengan ketahanan pangan akan tetapi secara
langsung berpengaruh pada penyediaan lapangan kerja, untuk keadaan Indonesia
sekarang teori dari Marx maupun Malthus tidak dapat disalahkan kedua-duanya
akan tetapi apa yang telah digambarkan oleh mereka sebenarnya dalam waktu yang
tidak terlalu lama akan terjadi di Indonesia.