KAJIAN PUSTAKA
(dalam Mantra, 2000), demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran,
teritorial, komposisi penduduk dan perubahan serta sebab-sebabnya yang biasa timbul
karena kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas sosial. Demografi terbagi menjadi
sistem lain, salah satunya variabel ekonomi. Analisis kependudukan bertujuan untuk
dasar tersebut dan menganalisa segala konsekuensi yang mungkin terjadi di masa
Kependudukan dan Lingkungan Hidup adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahakan antara satu dengan yang lainnya .Hal ini dikarenakan manusia bersama
Di dalam ekosistem yang juga merupakan tempat hidup manusia adalah hal
yang tidak dapat dipisahkan dari hal lainnya . Hal itu karena kelangsungan hidup
manusia tergantung dari kelestarian ekosistemnya. Untuk itu penting bagi manusia
menjaga kelestarian ekosistem, selain itu juga manusia harus menjaga keserasian
bukunya yang berjudul “An Essay on The Principle of Population” (1798), bahwa
terbatas. Hal ini tentu membuat semakin tinggin pertumbuhan penduduk akan
hidup adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk akan membawa akibat terhadap
keadaan sumber daya alam dan lingkungan itu sendiri. Salah satu akibat terjadinya
tempat tinggal, bangunan, jalan, dan pengolahan tanah yang semena-mena, serta
yang lebih banyak pula. Dalam penyediaan fasilitas hidup, salah satu kegiatannya
pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam yang ada harus dengan bijak agar
adalah aset sekaligus beban didalam pembangunan. Sebagai aset, apabila dapat
nasional dan pada gilirannya akan meningkatkan pula pendapatannya. Akan tetapi
jumlah besar tersebut akan menjadi beban jika jumlah, struktur, persebaran, dan
mutunya sedemikian rupa sehingga menuntut pelayanan social dan tingkat produksi
yang tidak sepenuhnya bisa ditanggung oleh penduduk yang bekerja secara efektif.
Hauser dan Duddley Duncan (dalam Mantra, 2000), demografi adalah ilmu yang
mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, komposisi penduduk dan perubahan serta
sebab-sebabnya yang biasa timbul karena kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas
sosial. Petumbuhan penduduk terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga jumlah
output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek,
Indonesia telah dimulai pada jaman penjajahan belanda, khususnya di pulau jawa.
Laporan resmi dilakukan menjelang tahun 1930 dengan jumlah sebesar 30 juta jiwa.
Pada tahun 1940 an yaitu selama pendudukan Jepang dan revolusi tingkat
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cepat bahkan pada tahun 1944
dan 1945 terjadi pertumbuhan penduduk yang negative sebesar -1 persen sedangkan
pada tahun 1943 dan 1946-1947 sebesar nol persen(Hull dan Mantra, 1982)
jumlah penduduk semakin besar maka perlu diikuti dengan kualitas penduduk yang
bertambah penduduk yang melakukan kegiatan produksi dan konsumsi barang dan
penduduk yang bertambah menimbulkan masalah seperti perencanaan yang sulit dan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengurangi output per kapita. Jika ada
pertumbuhan penduduk tanpa adanya ke- naikan input yang lain seperti kapital dan
adanya hukum lambahan basil yang semakin menurun {deminishing return) akan
mengu rangi pertumbuhan output. Walaupun ada kenaikan input yang lain,
pertumbuhan penduduk yang cepat akan tetap menurunkan pertumbuhan output per
kapita.
konsumsi lebih banyak daripada kebutuhan untuk investasi. Sumberdaya yang ada
hanya dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi daripada
disum- bangkan untuk meningkatkan kapital kepada setiap tenaga kerja. Selanjutnya
ini akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang lambat di sektor-sektor yang
juga tinggi, yang akan mengurangi tingkat tabungan masyarakat. Akhirnya, jika
politik. ha! ini akan mengakibatkan pengurangan investasi asing dan mungkin juga
pelarian modal ke luar negeri {capital flight). Dengan demikian, kondisi ini akan
Ansley C. dan Edgar H. adalah salah satu dari beberapa ahli ekonomi dan
akan mempercepat pertumbuhan pendapatan per kapita. Ada dua alasan yang
mengurangi dependency ratio dan hal ini selanjutnya akan mengurangi tingkat
konsumsi dan menaikkan tabungan pada setiap tingkat pendapatan yang tertentu.
yang dialokasikan ke sektor publik yang digunakan ntuk menyediakan jasa-jasa sosial
dan oleh karena ilu dapat dialihkan untuk investasi sehingga bisa menaikkan
pendapatan. The world Bank sebagai lembaga. donor internasional yang mengurusi'
masalah- masalah pembangunan menemukan juga bahwa pertumbuhan penduduk
yang cepat akan mengurangi tabungan dan perluasan kapital {capital widening) yang
merupakan faktor utama peningkatan produktivitas dan pendapatan per kapita (Gills
dari Colin Cark. Ester Boserup dan Julian Simon menyimpulkan bahwa pertumbuhan
penduduk dapat menaikkan pendapatan per kapita melalui perubahan teknologi dan
skala ekonomi yang' efisien (economies, ofscale). Sementara itu Rati Ram dan
dengan turunnya tingkat kematian dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara-
manusia dan membuat tenaga kerja lebih produktif (Gill et.al, 1987: 165).
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
lain (Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Nomor 27 Tahun 2021).
Kebijakan umum tentang lingkungn hidup di Indonesia juga sebelumnya , telah
hidup. Terkait dengan masalah lingkungan hidup, terdapat pengertian sendiri menurut
semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
derita atau dinikmati perilaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain disebut
konsumen memiliki pengaruh yang tidak langsung dan eksternalitas yang timbul bisa
positif maupun negatif. Eksternalitas positif terjadi ketika kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang ataupun kelompok memberikan manfaat pada individu atau kelompok
lain (Sankar, 2008). Sedangkan eksternalitas negatif terjadi ketika proses pabrik di
suatu wilayah menimbulkan dampak negatif seperti membuang limbah disungai yang
berakibat pada pencemaran air atau menimbulkan polusi udara sehingga terjadi
dari kegiatan ekonomi tersebut berupa masalah kesehatan, kesulitan mengakses air
bersih, serta berkurangnya udara bersih. Polusi dalam air tidak hanya disebabkan oleh
limbah pabrik, akan tetapi juga disebabkan oleh penggunaan pestisida dan pupuk
berbahan kimia dalam proses produksi pertanian. Kemudian, polusi udara tidak hanya
ditimbulkan oleh kendaraan bermotor dan asap pabrik melainkan juga ditimbulkan
oleh pembakaran lumbung padi yang sampai saat ini masih sering dilakukan oleh
para petani.
Eksternalitas positif terjadi ketika manfaat sosial marginal lebih besar dari
biaya individu, oleh sebab itu output individu lebih kecil daripada output sosial.
Sementara, eksternalitas negatif terjadi saat biaya sosial marginal lenih besar dari
biaya individu marginal. Oleh sebab itu, tingkat output individu lebih besar dari
ketimpangan pendapatan dan GDP per kapita memilki bentuk kurva U-terbalik. Teori
Gambar 2.3
yang merupakan salah satu teori yang biasa digunakan dalam menganalisis dan
lingkungan.
meningkat pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula
kemudian hari. Pembangunan ekonomi yang hanya merujuk pada keuntungan semata
tidak hanya membawa negatif bagi alam melainkan akan dirasakan oleh manusia juga
(Nikensari et al., 2019). Pada umumnya, kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai
keadaan lingkungan yang bisa memberikan daya dukung yang optimal untuk
pengrusakan maka akan berpengaruh pada ekosistem alam dan lingkungan hidup.
berimplikasi pada masalah sosial dan ekonomi yang lebih kompleks. (Mantra, 2010).
tersebut dari beberapa sektor PDRB itu sendiri pun tidak terlepas pada kondisi
kualitas lingkungan hidup. Sektor sektor ini sebagai penunjang dalam kenaikan
halnya pertanian, kehutanan dan gas bumi serta hasil bumi lainnya. Pada 2016,
sektor migas dan batu bara menjadi penyumbang terbesar pada pemasukan negara
bukan pajak (PNBP) Sumber daya alam (ESDM.go.id). Maka dari itu dibutuhkan
keseimbangan pada antar peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan. Setiap usaha
sumber daya alam yang diolah untuk dikonsumsi ( Dr. Baskoro : 2021).
Sejak pertama kali muncul di majalah the Economist pada Tahun 1977, fenomena Dutch Disease,
adalah sintesis yang sangat populer untuk menggambarkan paradoks pertumbuhan yang lamban di
negara yang kaya dengan sumber daya alam. Sintesis ini kemudian diperkuat oleh tulisan Richard Auty
pada tahun 1993 tentang Sustaining Development in Mineral Economies: The Resource Curse Thesis.
Tesis Resource Curse mencoba menjelaskan fenomena mengapa negara dengan kekayaan sumber daya
alam yang melimpah tidak mampu memanfaatkan kekayaan tersebut untuk meningkatkan
kemakmuran ekonominya, sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari pada
Indonesia adalah negara yang barangkali bagi sebagian kalangan terkena fenomena Dutch Disease
dan Resource Curse tersebut. Dengan sumber daya alam dan kekayaan lingkungan yang begitu tinggi,
Indonesia masih belum juga mampu mengembangkan ekonominya sejajar dengan negara-negara maju
yang bahkan sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Lalu apakah benar
Indonesia terjebak dalam fenomena Dutch Disease dan Resource Curse? Ataukah ada faktor lain yang
lebih fundamental? Ada catatan menarik yang ditulis oleh Gavin Wright dan Jese Czelusta, ekonom
dari Stanford University, yaitu bahwa Dutch Disease dan Resource Curse adalah pendekatan black box
yang sering merancukan antara comparative advantage dengan resource abundance. Fenomena
resource curse dapat menjadi fenomena yang anomali. Sumber daya alam sendiri bukanlah sesuatu
yang harus di “blame” terhadap terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lamban. Yang penting justru
bagaimana para pengambil kebijakan dan pengelola sumber daya alam menentukan langkah kebijakan
yang tepat, yakni bukan saja kebijakan ekonomi terhadap sumber daya alam yang berkelanjutan,
namun juga bersikap bijak terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Degradasi lingkungan
bukan hanya akan berdampak pada perubahan kualitas lingkungan itu sendiri, namun juga akan
memberikan umpan balik yang negatif terhadap pembangunan ekonomi secara makro.
Berbagai pihak mengklaim bahwa secara kualitatif, ada kecenderungan yang meningkat
terhadap kerusakan alam yang terjadi di wilayah Indonesia. Kecenderungan ini dalam beberapa hal
dipicu oleh semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi dengan terus meningkatnya pertambahan
penduduk. Dengan demikian bukan saja pada jumlah sumber daya alam dan lingkungan yang semakin
banyak dikonsumsi namun juga intensitas yang semakin meningkat. Sifat sumber daya alam yang
merupakan barang publik kemudian menimbulkan eksternalitas yang berakibat pada over consumption
Seorang ekonom brilian bernama Nicolas Georgescu-Rogen pada tahun 1970, ketika itu Nicolas
mempublikasikan Magnum Opus nya berjudul The Entropy Law and the Economic Process. Ekonom
handal Paul Samelson bahkan menyebut Nicolas Georgescu-Rogen sebagai “an economist’s
economist” (ekonomnya ekonom) karena kebrilianannya dalam mengedepankan ide yang jauh
melebihi masanya pada waktu itu. Dalam pandangan Georgescu-Rogen, kegiatan ekonomi secara
fundamental merupakan order creation yang mengikuti hukum termodinamika, yakni hukum mengenai
entropi dan irreversibility. Dalam konteks ini Georgercu-Rogen melihat bahwa pendekatan ekonomi
neoklasik mengabaikan sama sekali peran entropi dalam ekonomi. Dengan melawan hukum entropi
inilah kemudian kegiatan ekonomi banyak menimbulkan eksternalitas dan degradasi lingkungan yang
sering missing dalam pendekatan neo klasikal. Belakangan para ekonom kemudian menyadari
kekeliruan mengabaikan kontribusi Georgescu-Rogen ini, dan gelombang perubahan pun dimulai
Jefry Sach dalam tulisannya mengenai the Rationing Cost of Nature, Sach menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi telah mendorong harga-harga sumber daya alam yang kemudian melonjak
secara tajam batas-batas fisik dan biologi dari sumber daya alam, seperti lahan, kayu, minyak, produk-
produk perikanan, serta suplai air bersih. Sach juga menekankan bahwa meskipun banyak penyebab
dari meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam sehingga meningkatkan harga, namun yang
paling dramatis adalah peningkatan konsumsi dunia terhadap produk-produk sumber daya alam.
yang satu sama lain berhubungan dan saling terkait. Kurang dan lebihnya dari satu
variabel dapat menimbulkan bagi variabel lainnya. Seperti telah disebutkan dan
Penduduk pun demikian, dalam menjalankan hidupnya manusia tidak dapat lepas dari
untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam mengelola perekonomian suatu negara
dibutuhkannya sumber daya alam atau dengan kata lain dibutuhkannya lingkungan
yang berkualitas. Kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu indikator penting
dimana dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup
manusia di suatu wilayah, maka dari itu pertumbuhan ekonomi dengan kualitas
Suatu negara dapat mengoptimalkan sumber daya alam sebaik mungkin untuk
di suatu negara harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin untuk menyokong
daya alam atau lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi (Purba et al., 2020).
Pada tulisan artikel yang dimuat oleh DLHK Provinsi Banten menuliskan
terkendali, bahkan destruktif. Hal ini juga didukung oleh dari hasil penelitian yang
ASEAN dimana pada hasil penelitian ini menunjukkan adanya hasil perubahan dan
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil beberasa sumber jurnal sebagai acuan dalam melakukan
penelitian
Nama
Judul Variabel Teknik analisis Hasil penelitian
pengarango
I Nyoman Dampak Pertumbuhan Variable Dependen : analisis deskriptif- Trens pertumbuhan penduduk Kabupaten
Wardi ; I.A. Alit Penduduk Terhadap Lingkungan dan kualitatif dan Tabanan dalam kurun waktu 10 tahun
Laksmiwati ; I Lingkungan Dan Budaya analisis kuantitatif terakhir (2002 s.d. 2012) mencapai = 26,10
Gusti Alit Gunadi Budaya Subak : dengan bantuan % atau 2,61 % per tahun. Pertumbuhan
; and Abd. Variable Independen tabel silang dan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan
Studi Kasus Di : Pertumbuhan
Rahman As- analisis citra satelit. Kediri 5,76 % . Pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Tabanan penduduk
syakur Kabupaten Tabanan, baik secara alami
Provinsi BALI
maupun karena pertumbuhan penduduk
Environmental akibat migrasi, secara tidak langsung
Research Center menimbulkan dampak penyusutan luasan
(PPLH) Udayana lahan subak (sawah) untuk perumahan.
University, Berdasarkan analisis data secara manual,
Denpasar dalam kurun waktu 10 tahun (2002 - 2012)
terjadi penyusutan luas sawah 672,89 ha
atau 2,95 % dari luas total sawah tahun
2002 (22.842,00 ha).
Alih fungsi lahan subak ke
nonpertanian di Kabupaten Tabanan, tidak
semata-mata disebabkan hanya oleh
pertumbuhan jumlah perduduk yang
cenderung meningkat, tetapi juga oleh
adanya kaum kapitalis (investor) yang
membeli dan menguasai lahan petani
(subak) dan kemudian membangun hotel,
villa, bungalow, restoran dan fasilitas
pariwisata lainya, atau lahan sawah masih
dibiarkan dalam kondisi kosong dan kering
(lahan tidur). Hasil studi menunjukkan,
jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada
Tahun 2012 mencapai 441.900 orang yang
terdiri atas 220. 002 orang berjenis kelamin
laki-laki dan 221.898 orang perempuan.
Mata pencaharian penduduk, sebagian
besar bekerja di sektor pertanian (110.449
orang) dan perkebunan (45.326 orang).
Berdasarkan analisis yang dilakukan,
terungkap bahwa dalam kurun waktu 10
tahun terakhir ( 2002 s.d. 2012)
pertumbuhan penduduk mencapai =26,10
% atau 2,61 % per tahun. Pertumbuhan
tertinggi terjadi di Kecamatan Kediri 5,76
%, kemudian disusul oleh Kecamatan
Baturiti 5,13 %, Kecamatan Marga 4,05 %,
dan Kecamatan Tabanan 3,69 %.
Pertumbuhan penduduk terendah terjadi
di Kecamatan Penebel 0,34 %,
kemudian disusul oleh Kecamatan
Kerambitan 0,56 %, dan Kecamatan
Selemadeg Timur 0,82%. Pertumbuhan
penduduk tersebut tampaknya lebih banyak
disebabkan oleh faktor migrasi (penduduk
datang) 62,24 % (1294 jiwa) (dari selisih
penduduk datang 3293 jiwa – dengan yang
keluar 1999 jiwa), jika dibadingkan dengan
pertumbuhan penduduk secara alami
yanghanya mencapai 37,76 % ( 785 jiwa).
Pertumbuhan penduduk tersebut secara
tidak langsung mempengaruhi terjadinya
perubahan pada lingkungan dan budaya
subak. Dalam kurun waktu 10 tahun terjadi
penyusutan lahan subak (sawah) 672,89
ha, atau 2,95 % dari luas total sawah
tahun 2002 (22.842,00 ha). Dampak
lingkungan lain, yaitu berkurangnya suplai
air dan putusnya beberapa saluran irigasi
petani, dampak pencemaran dan
tersumbatnya saluran irigasi oleh sampah
plastik dan terjadinya degradasi estetika
lingkungan. Dampak sosial budaya subak,
yaitu kecenderungan terjadinya konflik
sosial, gangguan pada ritual penyepian
carik (sawah) dan semakin ditinggalkannya
warisan budaya (pura subak) karena
terjadinya alih fungsi sawah menjadi
perumahan dan fasilitas pariwisata.
Selly Febriana , Hubungan variabel yang Model yang Hasil penelitian dengan metode analisis
Herman Cahyo Pembangunan digunakan dimana digunakan dalam Granger Causality menunjukkan bahwa
nilai Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
(ILKH) sebagai baku terdapat hubungan kausal atau hubungan
mutu yang dua sisi antara variabel tingkat
mencerminkan pertumbuhan sektor industri terhadap
kondisi lingkungan. Indeks Kualitas Hidup Lingkungan dengan
Diartho, Nanik penelitian ini adalah nilai sebesar 0,0470 tingkat signifikansi
Istiyani variabel ekonomi Vector Error 5%. Sektor transportasi memiliki
Ekonomi Terhadap seperti sektor Correction Models hubungan kausal dengan nilai sebesar
Fakultas Kualitas Lingkungan Industri, Pertanian (VECM) dan metode 0,0000 terhadap Indeks Kualitas Hidup
Ekonomi dan Hidup Di Provinsi dan Transportasi yang dipilih dalam Lingkungan pada taraf signifikan 5%.
Bisnis Jawa Timur merupakan hasil penelitian ini adalah Pertanian mempunyai hubungan kausal
Universitas
Produk Domestik Granger Causality dengan nilai sebesar 0,0000 terhadap
Negeri Jember
Regional Bruto indeks kualitas lingkungan hidup taraf
Menurut Lapangan nyata 5%. Sedangkan hipotesis
Usaha Atas Dasar Lingkungan Kuznet Curve terbukti di Jawa
Harga Berlaku Timur berbentuk U-inverse slope.
dengan pendekatan
produksi
2.4 Kerangka Konsep
Mengacu pada teori dan dasar teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penduduk
2.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori-teori serta kerangka konsep
lingkungan hidup.
3.
4. H3: Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap lingkungan
ekonomi.