Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Kependudukan

Pengertian Kependudukan Menurut Philip M. Hauser dan Duddley Duncan

(dalam Mantra, 2000), demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran,

teritorial, komposisi penduduk dan perubahan serta sebab-sebabnya yang biasa timbul

karena kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas sosial. Demografi terbagi menjadi

demografi murni dan ilmu kependudukan. Demografi murni hanya mendeskripsikan

atau menganalisis variabel-variabel demografi, sedangkan Ilmu kependudukan

mempelajari tentang hubunganhubungan antara variabel demografi dan variabel

sistem lain, salah satunya variabel ekonomi. Analisis kependudukan bertujuan untuk

menerangkan informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik, dan

perubahan-perubahannya. Serta menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor

dasar tersebut dan menganalisa segala konsekuensi yang mungkin terjadi di masa

depan sebagai hasil dari perubahan tersebut (R. Thomlinson, 1965).

Kependudukan dan Lingkungan Hidup adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahakan antara satu dengan yang lainnya .Hal ini dikarenakan manusia bersama

makhluk hidup lainnya merupakan komponen hidup yang senantiasa berinteraksi

dengan lingkungannya. Keseluruhan komponen hidup(biotik) bersama komponen


fisik (abiotic) membentuk ekosistem (BKKBN,1976:173). Ekosistem sendiri adalah

tatanan dari unsur-unsur ekologi(Soemitro, 1976:60)

Di dalam ekosistem yang juga merupakan tempat hidup manusia adalah hal

yang tidak dapat dipisahkan dari hal lainnya . Hal itu karena kelangsungan hidup

manusia tergantung dari kelestarian ekosistemnya. Untuk itu penting bagi manusia

menjaga kelestarian ekosistem, selain itu juga manusia harus menjaga keserasian

hubungan dengan lingkungan hidupnya. Menurut teori Thomas R. Malthus dalam

bukunya yang berjudul “An Essay on The Principle of Population” (1798), bahwa

pertumbuhan penduduk yang cenderung terus meningkat (menurut perhitungan deret

ukur)tidak dapat diimbangi dengan peningkatan produksi pangan ( menurut deret

hitung ) secara terus menerus karena kemampuan alam untuk memproduksinya

terbatas. Hal ini tentu membuat semakin tinggin pertumbuhan penduduk akan

memberikan dampak pada ekosistem lingkungan hidup.

Gejala yang mengkawatirkan dan mendukung ketidakseimbangan lingkungan

hidup adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk akan membawa akibat terhadap

keadaan sumber daya alam dan lingkungan itu sendiri. Salah satu akibat terjadinya

ledakan penduduk adalah semakin menyempitnya lahan pertanian karena dijadikan

tempat tinggal, bangunan, jalan, dan pengolahan tanah yang semena-mena, serta

makin sempitnya areal hutan.

Negara sedang berkembang termasuk Indonesia, yang sedang giat-giatnya

melaksanakan pembangunan, umumnya sedang menghadapi masalah kependudukan


dan masalah lingkungan hidup. Pertumbuhan penduduk yang cepat, kepadatan

penduduk, urbanisasi, erosi tanah, banjir, sampah menggunung adalah berbagai

masalah yang umumnya dihadapi Negara berkembang

Adanya pertumbuhan penduduk yang cepat, menuntut banyak fasilitas hidup

yang lebih banyak pula. Dalam penyediaan fasilitas hidup, salah satu kegiatannya

adalah memanfaatkan atau menggunakan sumber daya alam yang tersedia.

Pemanfaatan lingkungan berupa sumber daya alam yang berlebihan membuat

perubahan dan menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan. Untuk itu dalam

pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam yang ada harus dengan bijak agar

lingkungan hidup tetap seimbang dan selalu terjaga.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Para perencana pembangunan beranggapan bahwa jumlah penduduk yang

adalah aset sekaligus beban didalam pembangunan. Sebagai aset, apabila dapat

ditingkatkan baik kualitas maupun keahliannya, akan mampu meningkatkan produksi

nasional dan pada gilirannya akan meningkatkan pula pendapatannya. Akan tetapi

jumlah besar tersebut akan menjadi beban jika jumlah, struktur, persebaran, dan

mutunya sedemikian rupa sehingga menuntut pelayanan social dan tingkat produksi

yang tidak sepenuhnya bisa ditanggung oleh penduduk yang bekerja secara efektif.

Kependudukan terus meningkat dengan seiring berjalannya waktu dalam

kenyataannya kependudukan juga dibahas dalam ilmu demografi. Menurut Philip M.

Hauser dan Duddley Duncan (dalam Mantra, 2000), demografi adalah ilmu yang
mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, komposisi penduduk dan perubahan serta

sebab-sebabnya yang biasa timbul karena kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas

sosial. Petumbuhan penduduk terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga jumlah

penduduk terus meningkat yang akan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek,

yaitu : proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu proses, mencerminkan aspek dinamis dari perekonomian, yang

berkembang dari waktu ke waktu.

Pembangunan ekonomi di negara negara sedang berkembang yang mengalami

ledakang penduduk, termasuk Indonesia, akan selalu mengkaitkan antara

kependudukan dan pembangunan ekonomi. pada sejarahnya ledakan penduduk di

Indonesia telah dimulai pada jaman penjajahan belanda, khususnya di pulau jawa.

Laporan resmi dilakukan menjelang tahun 1930 dengan jumlah sebesar 30 juta jiwa.

Pada tahun 1940 an yaitu selama pendudukan Jepang dan revolusi tingkat

pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cepat bahkan pada tahun 1944

dan 1945 terjadi pertumbuhan penduduk yang negative sebesar -1 persen sedangkan

pada tahun 1943 dan 1946-1947 sebesar nol persen(Hull dan Mantra, 1982)

Kependudukan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah(Jhingan, 2000). Penduduk sebagai motoric

dalam roda perekonomian mengalami pertumbuhan yang cepat. Dinamika penduduk


seperti yang telah disebutkan pada paragraph-paragraf sebelumnya yang

mempengaruhi pembangunan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, ketika

jumlah penduduk semakin besar maka perlu diikuti dengan kualitas penduduk yang

memadai sehingga dapat menjadi modal bagi pertumbuhan ekonomi.

Menurut kaum optimis (Kuznet, 1974) berpendapat bahwa semakin

bertambah jumlah penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi karena semakin

bertambah penduduk yang melakukan kegiatan produksi dan konsumsi barang dan

jasa. Sebaliknya Malthusian berpendapat bahwa semakin bertambah jumlah

penduduk maka akan membuat pertumbuhan ekonomi menurun, karena jumlah

penduduk yang bertambah menimbulkan masalah seperti perencanaan yang sulit dan

pembelanjaan pemerintah yang meningkat untuk kependudukan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengurangi output per kapita. Jika ada

pertumbuhan penduduk tanpa adanya ke- naikan input yang lain seperti kapital dan

adanya hukum lambahan basil yang semakin menurun {deminishing return) akan

mengu rangi pertumbuhan output. Walaupun ada kenaikan input yang lain,

pertumbuhan penduduk yang cepat akan tetap menurunkan pertumbuhan output per

kapita.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga akan menyebabkan kebutuhan

konsumsi lebih banyak daripada kebutuhan untuk investasi. Sumberdaya yang ada

hanya dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi daripada
disum- bangkan untuk meningkatkan kapital kepada setiap tenaga kerja. Selanjutnya

ini akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang lambat di sektor-sektor yang

modem dan peningkatan pengangguran. Dampak berikutnya adalah pertumbuhan

penduduk yang tinggi akan menyebabkan rasio ketergantungan {dependency ratio)

juga tinggi, yang akan mengurangi tingkat tabungan masyarakat. Akhirnya, jika

pertumbuhan penduduk yang cepat ini menyebabkan ketidakstabilan sosial dan

politik. ha! ini akan mengakibatkan pengurangan investasi asing dan mungkin juga

pelarian modal ke luar negeri {capital flight). Dengan demikian, kondisi ini akan

mengurangi investasi asing dan tabungan dalam negeri.

Ansley C. dan Edgar H. adalah salah satu dari beberapa ahli ekonomi dan

demografi yang mencoba mengkaitkan antara pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan ekonomi. Melalui model ekonomi makro pertumbuhan penduduk yang

diaplikasikan di India menyimpulkan bahwa pengurangan tingkat keiahiran di India

akan mempercepat pertumbuhan pendapatan per kapita. Ada dua alasan yang

menghasilkan kesimpulan ini. Pertama, pertumbuhan penduduk yang rendah akan

mengurangi dependency ratio dan hal ini selanjutnya akan mengurangi tingkat

konsumsi dan menaikkan tabungan pada setiap tingkat pendapatan yang tertentu.

Kedua, pertumbuhan penduduk yang rendah juga mengurangi sumber-sumber daya

yang dialokasikan ke sektor publik yang digunakan ntuk menyediakan jasa-jasa sosial

dan oleh karena ilu dapat dialihkan untuk investasi sehingga bisa menaikkan

pendapatan. The world Bank sebagai lembaga. donor internasional yang mengurusi'
masalah- masalah pembangunan menemukan juga bahwa pertumbuhan penduduk

yang cepat akan mengurangi tabungan dan perluasan kapital {capital widening) yang

merupakan faktor utama peningkatan produktivitas dan pendapatan per kapita (Gills

et.al, 1987: 164- 65).

Di lain pihak, ada beberapa penelitian yang mendukung adanya hubungan

yang positif antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian

dari Colin Cark. Ester Boserup dan Julian Simon menyimpulkan bahwa pertumbuhan

penduduk dapat menaikkan pendapatan per kapita melalui perubahan teknologi dan

adanya kenaikan permintaan investasi yang selanjutnya mengakibatkan pengunaan

skala ekonomi yang' efisien (economies, ofscale). Sementara itu Rati Ram dan

Theodore W. Schultz menunjukkan, bahwa harapan hidup yang tinggi diimbangi

dengan turunnya tingkat kematian dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara-

negara sedang berkembang menyebabkan peningkatan investasi di sumber daya

manusia dan membuat tenaga kerja lebih produktif (Gill et.al, 1987: 165).

2.1.3 Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan

dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahlauk hidup

lain (Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Nomor 27 Tahun 2021).
Kebijakan umum tentang lingkungn hidup di Indonesia juga sebelumnya , telah

dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan ketentuan Undang-Undang paling

berkaitan terhadap semua bentuk peraturan mengenai masalah dibidang lingkungan

hidup. Terkait dengan masalah lingkungan hidup, terdapat pengertian sendiri menurut

UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Penelolaan dan Perlindungan

Lingkungan Hidup, menyatakan : “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta mahluk hidup lain.”

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa lingkungan

hiduplah yang mempengaruhi mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.

Manusia hendaknya menyadari kalau alamlah yang memberi kehidupan dan

penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.43.1 Eksternalitas Lingkungan

Kerusakan lingkungan dalam Ilmu Ekonomi disebabkan oleh kegiatan

manusia, secara spesifik disebut eksternalitas. Kerugian atau keuntungan yang di

derita atau dinikmati perilaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain disebut

eksternalitas. Eksternalitas timbul ketika beberapa kegiatan dari produsen dan

konsumen memiliki pengaruh yang tidak langsung dan eksternalitas yang timbul bisa

positif maupun negatif. Eksternalitas positif terjadi ketika kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang ataupun kelompok memberikan manfaat pada individu atau kelompok

lain (Sankar, 2008). Sedangkan eksternalitas negatif terjadi ketika proses pabrik di

suatu wilayah menimbulkan dampak negatif seperti membuang limbah disungai yang

berakibat pada pencemaran air atau menimbulkan polusi udara sehingga terjadi

pencemaran lingkungan. Penduduk disekitar pabrik akan menanggung biaya eksternal

dari kegiatan ekonomi tersebut berupa masalah kesehatan, kesulitan mengakses air

bersih, serta berkurangnya udara bersih. Polusi dalam air tidak hanya disebabkan oleh

limbah pabrik, akan tetapi juga disebabkan oleh penggunaan pestisida dan pupuk

berbahan kimia dalam proses produksi pertanian. Kemudian, polusi udara tidak hanya

ditimbulkan oleh kendaraan bermotor dan asap pabrik melainkan juga ditimbulkan

oleh pembakaran lumbung padi yang sampai saat ini masih sering dilakukan oleh

para petani.

Eksternalitas positif terjadi ketika manfaat sosial marginal lebih besar dari

biaya individu, oleh sebab itu output individu lebih kecil daripada output sosial.

Sementara, eksternalitas negatif terjadi saat biaya sosial marginal lenih besar dari

biaya individu marginal. Oleh sebab itu, tingkat output individu lebih besar dari

output sosial (Sankar, 2008).


Gambar 2.2

Kurva Eksternalitas Lingkungan

2.1.2.4 Teori Environmental Kuznets Curve (EKC)

2.1.3.2 Hubungan Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Berdasakan Teori

2.1.4.1 Environmental Kuznets Curve (EKC)

Kuznet berpendapat bahwa ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan

meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi setelah mencapai titik

maksimum ketimpangan tersebut mengalami penurunan seiring berjalannya

pembangunan ekonomi yang lebih baik. Sehingga hubungan antara

ketimpangan pendapatan dan GDP per kapita memilki bentuk kurva U-terbalik. Teori

EKC dikembangkan oleh (Grossman & Krueger, 1991) , mereka mengaplikasikan

hipotesis Kuznet untuk mengetahui hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kualitas


lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, teori EKC membentuk U-terbalik relevan

untuk berbagai polutan dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Gambar 2.3

Kurva Lingkungan Kuznet

Dalam penelitian ini menggunakan teori Environmental Kuznets Curve (EKC)

yang merupakan salah satu teori yang biasa digunakan dalam menganalisis dan

menguji keterkaitan anatara pertumbuhan ekonomi dengan degredasi kualitas

lingkungan.

Teori Environmental Kuznets Curve (EKC) menjelaskan bahwa hubungan

antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan hidup dimana semakin

meningkat pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula

terjadinya degradasi lingkungan, tetapi setelah tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu,

suatu masyarakat mulai memperbaiki hubungannya dengan lingkungan dan tingkat

degredasi lingkungan berkurang (Pettinger, 2015). Dalam penelitian ini menguji


pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pendudukdan, serta tingkat

kemiskinan terhadap Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).

Masalah penting dalam pembangunan ekonomi adalah bagaimana

menghadapi trade-off antara pembangunan dengan upaya pelestarian lingkungan

(Sukendar, 2013)(Sukendar, 2013). Pembangunan ekonomi yang tidak

mempertimbangkan kedua aspek tersebut akan menimbulkan masalah lingkungan di

kemudian hari. Pembangunan ekonomi yang hanya merujuk pada keuntungan semata

tanpa memerhatikan dan mempertimbangkan keberlangsungan alam dan lingkungan

tidak hanya membawa negatif bagi alam melainkan akan dirasakan oleh manusia juga

(Nikensari et al., 2019). Pada umumnya, kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai

keadaan lingkungan yang bisa memberikan daya dukung yang optimal untuk

keberlangsungan hidup manusia pada suatu daerah atau wilayah. Pembangunan di

Indonesia telah berhasil meningkatkan pendapatan nasional, namun dengan

meningkatnya pendapatan nasional ini akan memengaruhi kenaikan dan penurunan

nilai pada indeks kualitas lingkungan hidup (Pratama, 2014).

Kependudukan dan lingkungan hidup adalah ekosistem yang beinteraksi dan

bergantung satu sama lain. Keadaan kependudukan mempengaruhi lingkungan hidup

demikian begitu sebaliknya. Apabila dalam aktivitas kependudukan terjadi

pengrusakan maka akan berpengaruh pada ekosistem alam dan lingkungan hidup.

Persoalan kependudukan berkaitan perubahan indikator – indikator kependudukan


yang terjadi. Suatu daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi akan

berimplikasi pada masalah sosial dan ekonomi yang lebih kompleks. (Mantra, 2010).

2.1.5 4 Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup

Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tentunya adalah rencana jangka

panjang dalam membangun perekonomian yang kuat. Maka daripada itu

pertumbuhan ekonomi tentu menggunakan beberapa sektor dalam menunjang rencana

tersebut dari beberapa sektor PDRB itu sendiri pun tidak terlepas pada kondisi

kualitas lingkungan hidup. Sektor sektor ini sebagai penunjang dalam kenaikan

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan perekonomian atau kenaikan PDB. Seperti

halnya pertanian, kehutanan dan gas bumi serta hasil bumi lainnya. Pada 2016,

sektor migas dan batu bara menjadi penyumbang terbesar pada pemasukan negara

bukan pajak (PNBP) Sumber daya alam (ESDM.go.id). Maka dari itu dibutuhkan

keseimbangan pada antar peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan. Setiap usaha

manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dapat dipastikan peningkatan jumlah

sumber daya alam yang diolah untuk dikonsumsi ( Dr. Baskoro : 2021).

Sejak pertama kali muncul di majalah the Economist pada Tahun 1977, fenomena Dutch Disease,

adalah sintesis yang sangat populer untuk menggambarkan paradoks pertumbuhan yang lamban di

negara yang kaya dengan sumber daya alam. Sintesis ini kemudian diperkuat oleh tulisan Richard Auty

pada tahun 1993 tentang Sustaining Development in Mineral Economies: The Resource Curse Thesis.

Tesis Resource Curse mencoba menjelaskan fenomena mengapa negara dengan kekayaan sumber daya
alam yang melimpah tidak mampu memanfaatkan kekayaan tersebut untuk meningkatkan

kemakmuran ekonominya, sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari pada

negara-negara dengan sumber daya alam yang sedikit.

Indonesia adalah negara yang barangkali bagi sebagian kalangan terkena fenomena Dutch Disease

dan Resource Curse tersebut. Dengan sumber daya alam dan kekayaan lingkungan yang begitu tinggi,

Indonesia masih belum juga mampu mengembangkan ekonominya sejajar dengan negara-negara maju

yang bahkan sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Lalu apakah benar

Indonesia terjebak dalam fenomena Dutch Disease dan Resource Curse? Ataukah ada faktor lain yang

lebih fundamental? Ada catatan menarik yang ditulis oleh Gavin Wright dan Jese Czelusta, ekonom

dari Stanford University, yaitu bahwa Dutch Disease dan Resource Curse adalah pendekatan black box

yang sering merancukan antara comparative advantage dengan resource abundance. Fenomena

resource curse dapat menjadi fenomena yang anomali. Sumber daya alam sendiri bukanlah sesuatu

yang harus di “blame” terhadap terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lamban. Yang penting justru

bagaimana para pengambil kebijakan dan pengelola sumber daya alam menentukan langkah kebijakan

yang tepat, yakni bukan saja kebijakan ekonomi terhadap sumber daya alam yang berkelanjutan,

namun juga bersikap bijak terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Degradasi lingkungan

bukan hanya akan berdampak pada perubahan kualitas lingkungan itu sendiri, namun juga akan

memberikan umpan balik yang negatif terhadap pembangunan ekonomi secara makro.

Berbagai pihak mengklaim bahwa secara kualitatif, ada kecenderungan yang meningkat

terhadap kerusakan alam yang terjadi di wilayah Indonesia. Kecenderungan ini dalam beberapa hal

dipicu oleh semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi dengan terus meningkatnya pertambahan

penduduk. Dengan demikian bukan saja pada jumlah sumber daya alam dan lingkungan yang semakin

banyak dikonsumsi namun juga intensitas yang semakin meningkat. Sifat sumber daya alam yang
merupakan barang publik kemudian menimbulkan eksternalitas yang berakibat pada over consumption

dan over extraction terhadap sumber daya alam dan lingkungan.

Seorang ekonom brilian bernama Nicolas Georgescu-Rogen pada tahun 1970, ketika itu Nicolas

mempublikasikan Magnum Opus nya berjudul The Entropy Law and the Economic Process. Ekonom

handal Paul Samelson bahkan menyebut Nicolas Georgescu-Rogen sebagai “an economist’s

economist” (ekonomnya ekonom) karena kebrilianannya dalam mengedepankan ide yang jauh

melebihi masanya pada waktu itu. Dalam pandangan Georgescu-Rogen, kegiatan ekonomi secara

fundamental merupakan order creation yang mengikuti hukum termodinamika, yakni hukum mengenai

entropi dan irreversibility. Dalam konteks ini Georgercu-Rogen melihat bahwa pendekatan ekonomi

neoklasik mengabaikan sama sekali peran entropi dalam ekonomi. Dengan melawan hukum entropi

inilah kemudian kegiatan ekonomi banyak menimbulkan eksternalitas dan degradasi lingkungan yang

sering missing dalam pendekatan neo klasikal. Belakangan para ekonom kemudian menyadari

kekeliruan mengabaikan kontribusi Georgescu-Rogen ini, dan gelombang perubahan pun dimulai

dengan mengembalikan kembali prinsip ekonomi ke dalam prinsip entropi.

Jefry Sach dalam tulisannya mengenai the Rationing Cost of Nature, Sach menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi telah mendorong harga-harga sumber daya alam yang kemudian melonjak

secara tajam batas-batas fisik dan biologi dari sumber daya alam, seperti lahan, kayu, minyak, produk-

produk perikanan, serta suplai air bersih. Sach juga menekankan bahwa meskipun banyak penyebab

dari meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam sehingga meningkatkan harga, namun yang

paling dramatis adalah peningkatan konsumsi dunia terhadap produk-produk sumber daya alam.

2.2 Keterkaitan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lingkungan Hidup

Penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan lingkungan hidup adalah satu kesatuan

yang satu sama lain berhubungan dan saling terkait. Kurang dan lebihnya dari satu
variabel dapat menimbulkan bagi variabel lainnya. Seperti telah disebutkan dan

dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwasanya pertumbuhan ekonomi apalagi

dinegara berkembangan sangat tergantung dengan lingkungan begitupun sebaliknya.

Penduduk pun demikian, dalam menjalankan hidupnya manusia tidak dapat lepas dari

lingkungan dan begitupun sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan produktivitas suatu negara

untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam mengelola perekonomian suatu negara

dibutuhkannya sumber daya alam atau dengan kata lain dibutuhkannya lingkungan

yang berkualitas. Kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu indikator penting

dimana dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup

manusia di suatu wilayah, maka dari itu pertumbuhan ekonomi dengan kualitas

lingkungan merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan (Jazuli, 2015).

Suatu negara dapat mengoptimalkan sumber daya alam sebaik mungkin untuk

mendukung pembangunan ekonomi, sehingga penggunaan pada sumber daya alam

dapat diarahkan untuk melindungi lingkungan hidup dengan upaya menumbuhkan

perekonomian (Pongtuluran, 2015). Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam

di suatu negara harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin untuk menyokong

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan terjadinya keseimbangan antara sumber

daya alam atau lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi (Purba et al., 2020).

Pada tulisan artikel yang dimuat oleh DLHK Provinsi Banten menuliskan

bahwasanya sebagian besar penduduk negara berkembang, seperti Indonesia


khususnya, yang berada dekat dengan sumber daya alam, seperti di wilayah pesisir

merupakan penduduk yang sering dikategorikan miskin. Kemiskinan dan

ketidakpastian hidup menyebabkan pola pemanfaatan sumber daya alam tidak

terkendali, bahkan destruktif. Hal ini juga didukung oleh dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yunita Fasikha : 2018 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

yang meneliti analisis perubahan lingkungan terhadap pendapatan perkapita negara

ASEAN dimana pada hasil penelitian ini menunjukkan adanya hasil perubahan dan

pengaruh hasil proses industrialisasi gas CO 2 di lingkungan akibat proses teknologi

yang mengahasilkan nilai pertumbuhan ekonomi.


2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil beberasa sumber jurnal sebagai acuan dalam melakukan

penelitian

Nama
Judul Variabel Teknik analisis Hasil penelitian
pengarango

I Nyoman Dampak Pertumbuhan Variable Dependen : analisis deskriptif- Trens pertumbuhan penduduk Kabupaten
Wardi ; I.A. Alit Penduduk Terhadap Lingkungan dan kualitatif dan Tabanan dalam kurun waktu 10 tahun
Laksmiwati ; I Lingkungan Dan Budaya analisis kuantitatif terakhir (2002 s.d. 2012) mencapai = 26,10
Gusti Alit Gunadi Budaya Subak : dengan bantuan % atau 2,61 % per tahun. Pertumbuhan
; and Abd. Variable Independen tabel silang dan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan
Studi Kasus Di : Pertumbuhan
Rahman As- analisis citra satelit. Kediri 5,76 % . Pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Tabanan penduduk
syakur Kabupaten Tabanan, baik secara alami
Provinsi BALI
maupun karena pertumbuhan penduduk
Environmental akibat migrasi, secara tidak langsung
Research Center menimbulkan dampak penyusutan luasan
(PPLH) Udayana lahan subak (sawah) untuk perumahan.
University, Berdasarkan analisis data secara manual,
Denpasar dalam kurun waktu 10 tahun (2002 - 2012)
terjadi penyusutan luas sawah 672,89 ha
atau 2,95 % dari luas total sawah tahun
2002 (22.842,00 ha).
Alih fungsi lahan subak ke
nonpertanian di Kabupaten Tabanan, tidak
semata-mata disebabkan hanya oleh
pertumbuhan jumlah perduduk yang
cenderung meningkat, tetapi juga oleh
adanya kaum kapitalis (investor) yang
membeli dan menguasai lahan petani
(subak) dan kemudian membangun hotel,
villa, bungalow, restoran dan fasilitas
pariwisata lainya, atau lahan sawah masih
dibiarkan dalam kondisi kosong dan kering
(lahan tidur). Hasil studi menunjukkan,
jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada
Tahun 2012 mencapai 441.900 orang yang
terdiri atas 220. 002 orang berjenis kelamin
laki-laki dan 221.898 orang perempuan.
Mata pencaharian penduduk, sebagian
besar bekerja di sektor pertanian (110.449
orang) dan perkebunan (45.326 orang).
Berdasarkan analisis yang dilakukan,
terungkap bahwa dalam kurun waktu 10
tahun terakhir ( 2002 s.d. 2012)
pertumbuhan penduduk mencapai =26,10
% atau 2,61 % per tahun. Pertumbuhan
tertinggi terjadi di Kecamatan Kediri 5,76
%, kemudian disusul oleh Kecamatan
Baturiti 5,13 %, Kecamatan Marga 4,05 %,
dan Kecamatan Tabanan 3,69 %.
Pertumbuhan penduduk terendah terjadi
di Kecamatan Penebel 0,34 %,
kemudian disusul oleh Kecamatan
Kerambitan 0,56 %, dan Kecamatan
Selemadeg Timur 0,82%. Pertumbuhan
penduduk tersebut tampaknya lebih banyak
disebabkan oleh faktor migrasi (penduduk
datang) 62,24 % (1294 jiwa) (dari selisih
penduduk datang 3293 jiwa – dengan yang
keluar 1999 jiwa), jika dibadingkan dengan
pertumbuhan penduduk secara alami
yanghanya mencapai 37,76 % ( 785 jiwa).
Pertumbuhan penduduk tersebut secara
tidak langsung mempengaruhi terjadinya
perubahan pada lingkungan dan budaya
subak. Dalam kurun waktu 10 tahun terjadi
penyusutan lahan subak (sawah) 672,89
ha, atau 2,95 % dari luas total sawah
tahun 2002 (22.842,00 ha). Dampak
lingkungan lain, yaitu berkurangnya suplai
air dan putusnya beberapa saluran irigasi
petani, dampak pencemaran dan
tersumbatnya saluran irigasi oleh sampah
plastik dan terjadinya degradasi estetika
lingkungan. Dampak sosial budaya subak,
yaitu kecenderungan terjadinya konflik
sosial, gangguan pada ritual penyepian
carik (sawah) dan semakin ditinggalkannya
warisan budaya (pura subak) karena
terjadinya alih fungsi sawah menjadi
perumahan dan fasilitas pariwisata.

Variabel dependen Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi


yang digunakan pada CO2 berpengaruh positif dan signifikan
Yuniatul
Analisis Pengaruh penelitian ini ialah terhadap GDP per kapita di sembilan
Fasikha1 &
Perubahan GDP per kapita, negara anggota ASEAN periode 2005-
Imamudin
Lingkungan sedangkan variabel 2015.
Yuliadi
Terhadap independen yang Metode Estimasi
Pendapatan Per digunakan dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
Departement of Model Regresi
Kapita di Negara- penelitian ini ialah negara-negara ASEAN periode 2005-2015
Economics, PanelMetode
Negara Asean Emisi CO2, terindikasi hipotesis Environmental
Faculty of penelitian
Periode 2005- Penggunaan Energi Kuznets Curve (EKC) pada industrial
Economics and menggunakan model
2015PENGARUH (Energy Use) dan enonomics yang mana jumlah Emisi CO2
Business, regresi panel dan
PENDUDUK Foreign Direct dan GDP per kapita bersamaan terus
Universitas
TERHADAP Investment (FDI). mengalami peningkatan dan belum
Muhammadiyah
PERTUMBUHAN mencapai titik balik.
Yogyakarta,
Indonesia EKONOMI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan energi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap GDP per kapita di
sembilan negara anggota ASEAN periode
2005-2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Foreign Direct Investment (FDI)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap GDP per kapita di sembilan
negara anggota ASEAN periode 2005-
2015.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan, maka peneliti menarik sebuah
kesimpulan bahwa angka lamanya
bersekolah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Angka Partisipasi Sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.

Selly Febriana , Hubungan variabel yang Model yang Hasil penelitian dengan metode analisis
Herman Cahyo Pembangunan digunakan dimana digunakan dalam Granger Causality menunjukkan bahwa
nilai Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
(ILKH) sebagai baku terdapat hubungan kausal atau hubungan
mutu yang dua sisi antara variabel tingkat
mencerminkan pertumbuhan sektor industri terhadap
kondisi lingkungan. Indeks Kualitas Hidup Lingkungan dengan
Diartho, Nanik penelitian ini adalah nilai sebesar 0,0470 tingkat signifikansi
Istiyani variabel ekonomi Vector Error 5%. Sektor transportasi memiliki
Ekonomi Terhadap seperti sektor Correction Models hubungan kausal dengan nilai sebesar
Fakultas Kualitas Lingkungan Industri, Pertanian (VECM) dan metode 0,0000 terhadap Indeks Kualitas Hidup
Ekonomi dan Hidup Di Provinsi dan Transportasi yang dipilih dalam Lingkungan pada taraf signifikan 5%.
Bisnis Jawa Timur merupakan hasil penelitian ini adalah Pertanian mempunyai hubungan kausal
Universitas
Produk Domestik Granger Causality dengan nilai sebesar 0,0000 terhadap
Negeri Jember
Regional Bruto indeks kualitas lingkungan hidup taraf
Menurut Lapangan nyata 5%. Sedangkan hipotesis
Usaha Atas Dasar Lingkungan Kuznet Curve terbukti di Jawa
Harga Berlaku Timur berbentuk U-inverse slope.
dengan pendekatan
produksi
2.4 Kerangka Konsep

Mengacu pada teori dan dasar teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Penduduk

Pertumbuhan Ekonomi Lingkungan


HidupPertumbuhan

2.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori-teori serta kerangka konsep

yang telah diuraikan, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

1. H1: dengan demikian maka dapat dapat dihipotesiskan Penduduk memilki

pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.apabilabahwa semakin

tinggi tingkat pertumbuhan penduduk berpotensi menurunkan kualitas

lingkungan hidup.

2. H2: Penduduk memiliki pengaruh signifikan terhadap lingkungan hidupdengan

demikian maka dapat dapat dihipotesiskan bahwa semakin tinggi tingkat

pertumbuhan penduduk berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi..

3.
4. H3: Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap lingkungan

hidup. dengan demikian maka dapat dapat dihipotesiskan bahwa semakin

tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi berpotensi menurunkan kualitas pertumbuhan

ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai