Anda di halaman 1dari 6

Secara umum, angka kematian kasar di nrgara berkembang turun dari 25 per 1.

000penduduk
sebelum tahun 1960 menjadi di bawah 10 per 1.000 penduduk pada tahun 1995-2000.

Terlihat ada hubungan antara kondisi perekonomian dan tingkat kelahiran dan tingkat
kematian. Negara-negara dengan CBR dab CDR tinggi, yang tercakup dalam kelompok IPM
rendah, cenderung mempunyai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita lebih rendah. Etiopia
merupakan salah satu negara dengan CBR dan CDR tertinggi terlihat mempunyati PDB perkapita
terendah. Sementara itu, Negara-negara dengan CBR dan CDR rendah, yang tercakup dalam
kelompok IPM tinggi, cenderung mempunyai PDB per kapita lebih tinggi. Jepang merupakan
salah satu Negara dengan CBR dan CDR yang rendah, yang mempunyai PDB per kapita kedua
paling ting tinggi. Hal ini sekali lagi menegaskan adanya keterkaitan antara kemajuan ekonomi
dan pertumbuhan penduduk di suatu Negara dalam proses transisi demografi.

 TEORI DAN PEMIKIRAN TENTANG PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN

Telah lama disadari ahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan berbagai
permasalahan, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial. Beberapa ahlidari berbagai disiplin
ilmu telah lama pula memikirkan hal tersebut. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan pemikiran
para ahli, seperti ahli ekonomi dan ahli sosiologi.

Sejak kapan masalah kependudukan mulai dibicarakan atau ditulis? Tidak ada jawaban
yang pasti untuk pertanyaan tersebut. Akan tetapi, teori-teori tentang hubungan antar manusia atau
penduduk dengan masalah-masalah lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli, seperti ahli
ekonomi, agama, sosial, politik, dan pertahanan. Sekitar 500 tahun sebelum masehi (SM),
Konfusius, seorang filosof Cina, membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat
kesejahteraan masyarkat. Menurutnya, jumlah penduduk yang terlampau besar akan menekan
standar hidup masyarakat, terutama kaau jumlah penduduk dikaitkan dengan uas tanah atau lahan
pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Konfusius menganggap ada suatu
proporsi yang ideal antara luas tanah dan jumlah peduduk. Sebagai pemechan masalah kelebihan
penduduk, ia menganjurkan agar pemerintah memindahkan penduduk ke daerah yang masih
kekurangan penduduk.
Pemikiran lainnya, Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir yunani yang hidup ditahun
300 SM, menganjurkan jemlah penduduk yang tepat dan ideal untuk sebuahkota. Apabila sebuah
kota tidak dapat menampung jumlah penduduk yang ada, maka diperlukan pembatasan kelahiran.
Sebaliknya, jika terjadi kekurangan penduduk, maka diperlukan intensif (pendorong) untuk
menambah kelahiran.

Pada tahun 1762, Süssmilch (dalam iskandar 1994 telah membicarakan masalah penduduk
berdasarkan “hukum tuhan.” Artinya, kelahiran dan kematian merupakan kehendak tuhan. Akan
tetapi, pemikiran seperti itu berubah setelah abad ke-18, yang dikenal di Eropa sebagai zaman
penalaran (the age of reasons), yakni zaman dimana suatu masalah dipertanyakan “mengapa” dan
“bagaimana pemecahannya.” Pada abad itu, kemiskinan erjadi dimana-mana, yang mengakibatkan
munculnya maslah-masalah sosial dan ekonomi. Para ahli dan ilmuwan berusaha membuat atau
mengembangkan studi mengenai bagaimana mengatasi masalah kemiskinan yang dialami oleh
penduduk. Banyak orang yang optimis dan percaya bahwa kemampuan atau potensi manusia yang
terus berkembang akan dapat memecahkan segala masalah yang timbul. Akan tetapi ada juga
kalangan masyarakat yang pesimis.

Golongan terakhir ini dicerminkan oleh pendapat Thomas Malthus, yang hidup antara
tahun 1766 sampai 1834. Salah satu argumentasinya yang paling penting adalah bahwa dorongan
alamiah manusia untuk berkembahng biak selalu dan akan selalu ada, dan dengan kecepatan yang
mengikuti deret ukur sehingga jumlah manusia akan menjadi dua kali lipat dalam waktu yang
cukup pendek (sekitar 25 tahun). Kecepatan berkembang biak manusia ini juh lebih cepat
dibandingkan kecepatan kenaikan bahan makanan yang dapat diproduksi dari tanah yang tersedia
(yang berkembang mengikuti deret hitung) dan pada gilirannya akan mengakibatkan kesengsaraan
dan kelaparan. Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas akan
menyebabkan berlakunya hukum hasil yang menurun (the law of dimishining return) di sector
pertanian dan akhirnya menjadi keadaan stagnan.

Menurut Malthus,ada beberapa hal yang bias menjadi penghambat laju pertumbuhan
penduduk. Ia membedakan antara kejadian yang berada diluar kekuasaan manusia (positive cheks)
dan hal yang bias diusahakan oleh manusia sendiri (preventive checks).

1. Positive checks: bencana alam, kelaparan, penyakit menular, perang, dan pembunuhan.
2. Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen
Malthus tidak menduga bahwa masalah pertumbuhan penduduk dan kesejahteraannya
dapat dipecahkan oleh revolusi industri. Tulisan Malthus yang pertama (1799) merupakan contoh
suatu pendapat yang bersifat sangat umum tanpa didukung oleh data statistik, namun pada buku
edisi selanjutnya, untuk mendukung argumentasinya ia melengkapi dengan data statistik.

Dengan munculnya tulisan Malthus, Essay on the Principle of population pada akhir abad
ke-18, masalah penduduk mempunyai angina baru dalam literatur-literatur ekonomi. Banyak ahli
ekonomi pembangunan mendasari teori-teorinya pada variabel-variabel penduduk, seperti
menyatukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pemilihan besarnya fertilitas. Teori ekonomi
fertilitas yang termasuk dalam teori neoklasik berbeda dengan model Malthus. Teori ini didasari
oleh teori baru rumah tangga (new home economics) yang berpendapat bahwa seseorang dalam
menentukan fertilitas akan melalui proses yang sama dengan apabila ia memutuskan suatu pilihan
untuk mendapatkan barang dan jasa bagi keperluan rumah tangganya. Pilihan fertilitas dibatasi
oleh informasi dan sumber-sumber yang ada, namun kepuasan mereka dalam memilih jumlah anak
tetap rasional, dalam arti harus dapat memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Teori ekonomi rumah tangga menganggap anak-anak sebagai harta jaminan hari tua dan
berkontribusi terhadap pendapatan keluarga dalam masyarakat tradisional. Pada saat pertumbuhan
ekonomi modern berlangsung, keinginan untuk mempunyai anak berangsur menurun. Partisipasi
angkatan kerja anak dan kesempatan kerja untuk anak-anak menurun. Meningkatnya pendapatan
dan system jaminan sosial yang semakin baik menyebabkan para orang tua tidak lagi
menggantungkan hari tuanya pada anak-anak mereka.

Dalam model rumah tangga ini anak diasumsikan sebagai barang normal (normal goods)
dan seharusnya dengan meningkatnya jumlah pendapatan rumah tangga akan mengakibatkan
keinginan mempunyai anak meningkat pula. Akan tetapi, ada faktor-faktor lain yang
menghilangkan keinginan tersebut sehingga yang terjadi adalah jumlah anak yang lebih sedikit.
Salah satu faktor adalah meningkatnya harga relatif (relative price) dari anak dibandingkan dengan
barang-barang lainnya. Hal yang lebih penting lagi adalah opportunity cost untuk melihat
memelihara anak meningkat sejalan dengan meningkatnya gaji dan upah. Selain itu koma
peningkatan pendidikan wanita telah mengakibatkan peningkatan upah dan partisipasi angkatan
kerja wanita. Akibatnya, opportunity cost untuk memelihara anak juga naik. Untuk wanita, price
effect dari naiknya upah lebih besar pengaruhnya daripada income effect, yang mengakibatkan
keinginan untuk mempunyai anak menurun. Sebaliknya, laki-laki lebih banyak waktunya untuk
bekerja dan kurang waktunya untuk memelihara anak sehingga ketika upah mereka nai, income
effect menyebabkan keinginan umempunyai anak meningkat.

Hal lainnya adalah menyangkut taste atau selera. Rumah tangga lebih mementingkan
kualitas daripada kuantitas anak. Akibatnya, orang tua lebih mementingkan pendidikan dan
kesehatan anak serta aspek kualitas anak lainnya. Perimbangan antara kualitas dan kuantitas ini
mengakibatkan menurunnya angka kelahiran.

Ahli ekonomi lainnya yang mengaitkan masalah penduduk dengan ekonomi adalah
Leibenstein (1954) di dalam bukunya A Theory of Economic-Demographic development; ia
mengemukakan konsep the low-level equilibrium trap yang menjelaskan perubahan demografi di
negara-negara yang sedang berkembang. suatu kenaikan sedikit dalam pendapatan akan
meningkatkan jumlah penduduk dan persediaan tenaga kerja, yang pada gilirannya akan
menghapuskan pertumbuhan modal, produktivitas, dan sumber-sumbeer pertumbuhan ekonomi
lainnya.

Para ahli demografi pada mulanya memproyeksikan bahwa pada abad ke-21, jumlah
penduduk sudah sedemikian besarnya sehingga tidak ada lagi ruang untuk bergerak. Mereka tidak
memperkirakan adanya pembangunan ekonomi modern. Asumsi-asumsi para penulis yang pesimis
tersebut adalah bahwa penduduk tidak bisa memilih secara rasional tentang fertilitas dan besarnya
keluarga. Mereka mengasumsikan penduduk seperti lalat yang dikembangkan dalam suatu tabung.
Lalat akan berkembang terus sedemikian rupa sehingga pada saat tertentu tabung tidak bisa
menampung lagi. Akhirnya lalat saling bunuh atau mati dengan sendirinya. Demikian pula yang
terjadi dengan manusia apabila dunia tidak jumlah manusia yang terus berkembang, maka
peperangan dapat terjadi serta angka pembunuhan dan malapetaka-malapetaka lainnya dapat
meningkat sehingga dengan sendirinya akan mengurangi jumlah penduduk.

Sejarah demografi menunjukkan bahwa manusia telah melakukan pilihan yang rasional
terhadap jumlah dan besarnya keluarga dengan semakin majunya pembangunan ekonomi. Sebagai
contoh, Indonesia telah mencapai pertumbuhan penduduknya sebesar 1,34% pada periode 1990-
2000. Hal ini menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 2,32% pada
periode 1971-1980 menjadi 1,97% pada periode 1980-1990.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2001. Penduduk Indonesia: Hasil sensus penduduk 2000
(angka semementara). Seri R.B.L.1.1. Jakarta.

Barclay, George W. 1970. Techniques of Population Analysisi. New York: John Wiley and
Sons, Inc.

Bogue, Donald J.1969. Principle of demography. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Boss, Eduard et al. 1994. World population projection 1994-1995, Estimates and
projections with Related Demographic Statistics. Baltimore and London: the World Bank and the
Jhons Hopkins University Press.

Bourgeois-Pichat, J. 1952. An analysis of infant mortality. Population Bulletin, 2:1-14

D’Souza, S. 1984. “Measures of preventable deaths in developing countries: some


methodological issues and approaches.” Paper presented in seminar on social and Biological
Correlates in Mortality. Tokyo, 24-27 November 1984.

Gelbard, Alene, Carl, Haub, dan Mary M. kent. 1999. World Population Beyond Six
Billion. Population Bulletin, Vol. 54, No.1.

Glass, David. 1953. Introduction to Malthus. New York: wiley.

Guillard, Achille. 1855. Elements de statistique humaine, ou demographie comparee


(Elements of human statistics or comparative demography)

Halley,Edmund. 1942. An estimate of the degrees of the mortality of maubind. Originally


dalam: philosophically transaction of the royal society, vol.17. American edition. Editor: Lowell
J. reed. Baltimore: John Hopkins Press.

Kompas. 2002. Hasil Alhir Sensus Penduduk 2000. Jumlah penduduk 206,264 juta orang.
4 Juni 2002.

Landry, Adolphe. 1945. Traithe de demographie. Paris. Payot.


Leinbenstein, Harvey. 1954. A theory of economics development. Princeton: Princeton
University press.

Petty, William. 1690. Political arithmetic. London.

Population Reference Bureau.1990. world population data sheet. Washington, D.C.:


population bureau

Preston, Samuel H., Patrick Heuviline, dan Michel Guillot 2001. Demography. Measuring
and Modelling Population Proses. UK, USA Blackwell Publisher.

Shryock, Henry S, Jacob S. Siegel dan Associates. 1976. The Methods and Materials of
Demography, Condensed Edition, New York: Academic Press Inc.

Spiegelman, Mortimer. 1969. Introduction to Demography., Harvard University Pres,


Cambridge. Massachuseets.

Thomas, Frejka. 1973. The Future of Population Growth, New York: John Wiley and Sons,
Inc.

Thomson, Ralph. 1965. Population Dinamics, cause and consequenses of world


demographyc change. New York: Random House

United Nations (UN) Population Division 2004. World population projection 2004
Revision.

Utomo, Budi dan Meiwita B. Iskandar. 1986. “Mortality and Health Issues. Mortality
Transitionin Indonesia 1950-1980,” Population Study Series, No. 74. Bangkok: Economics and
Social Commission for Asia and the Pasific.

Van de Kaa, Dirk J. 1987. Europe’s Second Demographic Transition. Population Bulletin,
Vol 42, No.1 Maret.

World Bank. 1990. World Development Report 1990. Washington DC.

Anda mungkin juga menyukai