Anda di halaman 1dari 21

PENGOLAHAN LIMBAH GAS

(Ditunjukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah dasar kesehatan lingkungan)

Disusun oleh :

Kelompok 7

Aditia Firdaus (1072181001)

Mellany Nur Fattiah (1072181020)

Annisa Aurelia (1072181038)

Sara Vita Rahmadani (1072181045)

Fakultas Kesehatan
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas MH. Thamrin
Salemba Tengah
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini berisi tentang “Pengolahan Limbah Gas”. Tema yang akan dibahas di
makalah ini sengaja dipilih oleh Dosen mata kuliah dasar kesehatan lingkungan dengan
tujuan supaya kami dapat mempelajari lebih dalam dan makalah ini juga disusun untuk
memenuhi tugas di mata kuliah dasar kesehatan lingkungan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Salemba, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi limbah dan limbah gas 3


B. Permasalahan akibat limbah gas 4
C. Proses pencemaran limbah gas 10
D. Penanganan limbah gas 11
E. Langkah pengolahan limbah gas 14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim atau industri, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan
dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Dikarenakan terdapat berbagai macam limbah, maka terdapat pula berbagai macam polutan
atau senyawa-senyawa pencemar yang dapat mencemarkan lingkungan sekitarnya. Salah satu
jenis pencemaran yang paling diperhatikan akhir-akhir ini adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas
manusia. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan
gas. Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi
gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti
gunung api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources)
seperti polutan dari kendaraan bermotor, aktivitas industri dan lain-lain. Apabila pencemaran
itu terus menerus terjadi, maka dikhawatirkan akan terjadi perubahan drastis di bumi seperti
global warming atau kabut tebal. Oleh karena itu perlu dilakukannya pengendalian
pencemaran udara.

Pengendalian pencemaran udara ini akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena
hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup
lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah,
dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu limbah dan limbah gas ?


2. Apa saja permasalahan akibat limbah gas ?
3. Bagaimana proses pencemaran limbah gas
4. Bagaimana penanganan limbah gas ?
5. Bagaimana langkah pengolahan limbah gas ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari limbah dan limbah gas


2. Untuk mengetahui permasalahan akibat limbah gas
3. Untuk mengetahui proses pencemaran limbah gas
4. Untuk mengetahui penanganan limbah gas
5. Untuk mengetahui langkah pengolahan limbah gas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Limbah dan Limbah Gas

Limbah adalah segala sesuatu yang merupakan sisa hasil buangan dari suatu
kegiatan/produksi yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah bisa juga diartikan sebagai benda
yang dibuang, baik berasal dari alam maupun dari hasil proses teknologi, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.

Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas. Pada umumnya, limbah gas ini
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi. Limbah
gas ini tentu saja berbentuk gas. Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini
biasanya mencemari udara.

Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara dibantu angin memberikan
jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain bercampur dengan udara
basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun. Secara
alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain.
Penambahan gas kedalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.
Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap
air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan
melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO 2,
NOX, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

3
B. Permasalahan Akibat Limbah Gas

1) Terhadap Lingkungan

a. Global Warming
Sebelum era teknologi dan industri modern, bumi yang kita huni memiliki kualitas udara
yang lebih sejuk dibandingkan sekarang. Sebab di zaman itu, kota-kota besar masih dipenuhi
pepohonan dan hutan pun masih hijau nan lebat. Namun dengan kemajuan teknologi dan
peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan di lapisan demografi (lapisan
kehidupan manusia) semakin meningkat, yang bahkan menyebabkan tergesernya kelestarian
alam yang menjadi sumber kehidupan kita.

Menurut WWF (World Wildlife Fund) yang merupakan organisasi peduli lingkungan dan
penggalangan dana pelestarian alam dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kawasan hutan terbesar kedua di dunia, yaitu di Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Hutan kita adalah paru-paru dunia. Namun semakin kesini, banyak sekali penebangan hutan
yang dilakukan secara legal maupun ilegal. Penebangan tersebut menyebabkan pasokan
oksigen dari hutan ke atmosfir semakin berkurang.

Selain kurangnya pasokan oksigen, kita sebagai penduduk bumi malah mengemisikan
polutan gas berbahaya ke atmosfir. Salah satu polutan yang paling sering kita jumpai di
kehidupan sehari-hari adalah Karbon Dioksida (CO 2). Gas karbon dioksida dihasilkan secara
alami dari proses pernapasan dan pembakaran sempurna dari berbagai macam senyawa
hidrokarbon.

Bahan bakar kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang mengalami pembakaran tak
sempurna menghasilkan CO2, asap dan jelaga. Gas CO2 apabila terhisap dalam konsentrasi
yang tinggi dapat menyebabkan pingsan, karena menggantikan fungsi oksigen di dalam darah
yang berikatan dengan hemoglobin. Hal ini dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, kendaraan bermotor dan industri yang


menggunakan bahan bakar akan menghasilkan CO2 dalam jumlah yang banyak. Sedangkan
kita tahu di Indonesia, populasi pepohonan semakin berkurang. Padahal pepohonan memiliki
fungsi sebagai pengikat CO2. Apabila ini terjadi terus menerus, keseimbangan CO2 di alam
menjadi terganggu.

4
Kadar CO2 yang berlebih akan membentuk lapisan CO2 di atmosfir. Lapisan ini dapat
meneruskan sinar ke Bumi namun ketika sinar matahari dipantulkan lagi oleh Bumi, sinar
tersebut akan dipantulkan kembali oleh lapisan CO2 ke Bumi. Keadaan inilah yang
menyebabkan suhu di permukaan meningkat secara menyeluruh, atau kita sebut dengan
pemanasan global. Jika lapisan tersebut semakin meningkat seolah-olah berfungsi seperti
lapisan kaca yang sukar melepas panas. Dampak ini dinamakan efek rumah kaca (green
house effect).

Efek rumah kaca ini sangat terasa sekali. Berdasarkan survei WWF, gunung es di Afrika
Selatan sudah mencair hingga setengahnya karena meningkatnya suhu bumi. Bila es mencair,
maka permukaan air laut semakin naik. Hal ini dikuatkan oleh penduduk di garis pantai
selatan pulau Jawa yang biasanya bisa berjalan di pasir pantai di kejauhan kini harus semakin
mundur ke utara, seperti di tempat wisata Pangandaran.

Selain naiknya permukaan air laut, beberapa kota di negara Paraguay harus terkena dampak
dari pemanasan global ini. Paraguay memiliki iklim yang sama seperti Indonesia, tapi ketika
siang hari suhunya bisa mencapai 490C. Bahkan dikabarkan bahwa penduduk disana sudah
bisa menggoreng makanan di atas aspal.

Di Indonesia, Jakarta yang di era 80-an masih dibilang sejuk. Namun semakin kesini, jumlah
penduduknya bertambah sehingga pepohonan dibabat habis. Apabila kita mengunjungi
Jakarta, udara yang kita hirup terasa kering dan panas. Hal itu disebabkan karena banyaknya
polutan gas di udara serta kurangnya pasokan oksigen dari pepohonan. Belum lagi karena
wilayahnya yang padat, maka emisi polutan gas ke atmosfir lebih besar dibandingkan kota
lainnya. Oleh karena itu Jakarta panas seperti kota di dalam rumah kaca.

b. Emisi Karbon
Jumlah kendaraan di Indonesia semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Dengan
meningkatnya jumlah kendaraan, maka meningkat pula polutan gas yang dikeluarkan knalpot
ke udara. Gas-gas hasil pembakaran tersebut adalah karbon dioksida dan karbon monoksida.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, senyawa karbon dioksida adalah hasil pembakaran
sempurna hidrokarbon. Meskipun senyawa ini masih dapat bisa diserap oleh pepohonan,
tetapi apabila masuk ke dalam tubuh dalam konsentrasi yang berlebih (10-20%) dapat
menyebabkan gangguan metabolisme dalam darah.

5
Berbeda dengan karbon monoksida. Senyawa ini adalah hasil pembakaran tidak sempurna
dari hidrokarbon. Senyawa ini memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat
beracun, serta tidak dapat diserap oleh tanaman. Senyawa ini dapat mengikat hemoglobin
dalam darah. Seseorang yang keracunan gas ini akan mati lemas karena kekurangan oksigen
dalam darah untuk melakukan proses metabolisme tubuh.

Hal ini merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Dengan semakin bertambahnya jumlah
kendaraan, maka emisi karbon monoksida semakin bertambah. Bila hal ini terus menerus
terjadi, maka manusia jadi kesulitan mendapatkan udara segar bebas polutan. Dengan
kesulitan tersebut dapat memungkinkan orang tersebut sakit dan mengeluarkan biaya
pengobatan.

Sebuah studi pada 2012 atas kerjasama Kementrian Lingkungan Hidup dan UNEP
memperkirakan besarnya biaya kesehatan penduduk Jakarta yang telah dikeluarkan pada
2010 terkait pencemaran udara Dengan asumsi biaya perawatan minimal hingga maksimal,
biaya tersebut berkisar Rp.697,9 milyar hingga Rp.38,5 triliun.

Biaya besar tersebut akibat penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara seperti asma,
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneunomia, broncopneumonia dan penyempitan
saluran pernapasan/paru kronis.

c. Hujan Asam
Hujan adalah bagian dari siklus hidrologi, dimana air laut menguap dan terbawa ke daratan
hingga turun hujan. Hujan secara alami memiliki nilai pH sedikit dibawah enam dan karbon
dioksida yang larut dalam air sehingga membentuk asam lemah. Asam ini sangat bermanfaat
untuk mineral dalam tanah karena dibutuhkan oleh tanaman dan hewan.

Namun di era ini, jumlah industri semakin banyak. Industri melepas gas-gas pencemar yang
memberikan polusi di udara. Gas-gas tersebut tertiup berkilo-kilometer dari tempat asalnya,
namun jatuh di tempat lain dalam bentuk hujan. Apabila hujan tersebut sangat asam, dapat
menyebabkan kerugian seperti gatal-gatal pada kulit, memudahkan proses perkaratan logam,
tidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman dan hewan dalam tanah, serta menyebabkan penyakit
paru-paru.

6
Hujan asam terdiri dari dua yaitu dekomposisi kering dan dekomposisi basah. Hujan kering
adalah pencemaran udara dalam bentuk kabut. Sedangkan hujan basah adalah turunnya air
hujan dimana air tersebut bersifat sangat asam dan sangat merusak. Kota-kota di Indonesia
yang terancam terkena hujan asam salah satunya Bandung. Tanpa kita sadari, ternyata asap
pabrik dari wilayah industri di Jakarta berkumpul di kota kembang dan mencemarkan udara
dalam bentuk partikel-partikel kering.

Hujan asam terjadi karena terjadinya reaksi beberapa senyawa polutan, antara lain:

a. Senyawa Belerang. Senyawa belerang merupakan gas pencemar udara dalam bentuk
oksida belerang (SO2, SO3, dan gas H2S). Oksida belerang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar kendaraan bermotor, asap pabrik dan pembakaran batu bara. Batas kadar SO2
pada udara bersih adalah 0,002 bpj. Dalam jumlah sedikit SO 2 dapat menyebabkan batuk-
batuk dan sesak napas, dan dalam jumlah yang besar SO 2 akan merusak sistem pernapasan
pada bronkus, tenggorokan dan paru-paru. SO2 dalam udara bebas berbentuk SO3 sebagai
oksida asam yang mudah bereaksi dengan air membentuk asam sulfat. Reaksi
pembentukan asam sulfat dapat terjadi di udara sehingga air hujan yang bereaksi bersifat
asam.

b. Senyawa Nitrogen. Senyawa Nitrogen merupakan gas pencemar misalnya oksida nitrogen
(NO, NO2) dan 2 Amoniak (NH3). Oksida nitrogen secara alami dapat terbentuk dari
reaksi gas nitrogen dan gas oksigen di udara dengan bantuan petir. Batas gas NO 2 adalah
0,001 bpj. Gangguan kesehatan akibat gas NO2 yaitu gangguan sistem saluran pernapasan,
mata terasa perih dan menyebabkan hujan asam.

2) Terhadap Manusia

Ada berbagai jenis polutan di udara yang Anda hirup setiap harinya. Mulai dari karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), senyawa organik volatil
(VOC), ozon (O3), hingga logam berat. Kesemua polutan tersebut memiliki komposisi kimia,
sifat reaksi, emisi, waktu pemecahan (disintegrasi), dan kecepatan yang berbeda untuk
menyebar dalam jarak tertentu.

7
a. Particulate Matter (PM)

Particulate matter atau PM adalah kumpulan partikel padat atau cair yang ditemukan di
udara. Komponen utama dari PM adalah sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon hitam,
mineral debu, dan air.

Keberadaan PM di udara terkait kuat dengan peningkatan angka kematian dan kasus penyakit
dari waktu ke waktu. Semakin kecil ukurannya, partikel bahaya ini semakin mudah terhirup
dan terserap ke dalam jaringan paru, hingga kemudian mengalir dalam darah. Partikel
berukuran 2,5 mikron atau kuranglah yang paling berisiko merusak kesehatan dan
menyebabkan berbagai penyakit. 

Bukan hanya itu. Paparan polutan dalam ruangan dari asap pembakaran kompor kayu atau
arang tradisional dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut, penyakit
jantung, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru-paru, hingga risiko kematian dini di
usia muda.

b. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida biasanya dihasilkan dari proses pembakaran seperti pembangkit listrik,
mesin kendaraan dan kapal laut. Jika udara memiliki kandungan nitrogen dioksida hingga
200 mikrogram per meter kubik dianggap sebagai gas beracun yang membahayakan.
Gas ini telah dibuktikan oleh studi dapat meningkatkan gejala bronkitis pada anak yang
memiliki asma. Selain itu, fungsi paru-paru juga akan melemah jika terlalu banyak
menghirup nitrogen dioksida.

c. Ozone (O3)

Ozone yang dimaksud di sini bukanlah yang menjadi bagian penyusun atmosfer bumi. Ozone
yang termasuk polutan berbahaya ada di permukaan tanah. Ozon yang ada di tanah adalah
kandungan utama penyusun kabut asap yang terbentuk dari reaksi sinar matahari dengan
polutan udara, seperti nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOC) dari
asap kendaraan, bahan kimia, dan limbah industri. Itu kenapa risiko dampak pencemaran
udara akibat kandungan ozone dalam tanah akan semakin meningkat selama musim panas.

8
Ozone yang berlebihan di udara dapat melemahkan fungsi paru-paru. Akibatnya akan
menyebabkan masalah pernapasan, memicu gejala asma kambuh, dan juga menyebabkan
penyakit paru-paru. Saat ini di Eropa, ozone di permukaan tanah dianggap sebagai salah satu
partikel pencemaran udara yang paling memprihatinkan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa
penelitian yang menyebutkan angka kematian harian naik sebesar 0,3%, dan penyakit jantung
sebesar 0,4%, setiap partikel ozone di udara meningkat 10 mikrogram per meter kubik,
dilansir dari Science Daily. 

d. Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida adalah gas tidak berwarna dengan bau khas yang tajam. Partikel penyebab
pencemaran udara ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Sumber sulfur dioksida
yang paling utama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak
yang digunakan untuk pemanasan domestik, pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor.

Selain itu, peleburan bijih mineral yang mengandung sulfur juga turut menyumbang partikel
sulfur dioksida beterbangan di udara. Sulfur dioksida dapat merusak dan memengaruhi
berbagai fungsi sistem di dalam tubuh. Mulai dari kerusakan sistem pernapasan, penurunan
fungsi paru-paru, hingga menyebabkan iritasi mata. Paparan berlebih dari senyawa kimia ini
juga dapat menyebabkan batuk-batuk, asma, bronkitis kronis, dan meningkatkan risiko kita
terhadap infeksi saluran pernapasan.

e. Karbon Monoksida (CO)

Adalah salah satu gas beracun penyebab pencemaran udara. Gas ini memang tidak berwarna,
tidak berbau, bahkan tidak mengiritasi kulit dan mata. Namun, menghirup karbon monoksida
dalam jumlah banyak sangatlah berbahaya sehingga berisiko buruk bagi kesehatan tubuh.

Pembakaran gas, minyak, petrol, serta bahan bakar padat atau kayu, merupakan beberapa
sumber penghasil gas karbon monoksida. Karbon monoksida dikatakan gas berbahaya karena
mencegah oksigen berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah.

Sebagai gantinya, karbon monoksidalah yang akan berikatan langsung dengan hemoglobin.
Akibatnya, pasokan oksigen ke jantung akan menurun sehingga mengakibatkan tubuh
kekurangan oksigen.

9
f. Dampak terhadap ibu hamil

Paparan polusi udara terlebih pada ibu hamil telah dikaitkan dengan potensi keguguran serta
gangguan spektrum autisme dan asma pada anak-anak. Selain itu, ibu hamil juga terancam
terkena peradangan di seluruh tubuh, termasuk uterus, yang meningkatkan risiko kelahiran
prematur.

g. Dampak terhadap anak-anak

Berdasarkan data terbaru World Health Organization (WHO) per Oktober 2018, anak-anak di
seluruh dunia yang berusia 5-18 tahun terkena asma yang terkait dengan polusi udara. Selain
itu, setiap tahun 543.000 anak yang berusia di bawah 5 tahun meninggal dunia karena
penyakit pernapasan yang terkait dengan polusi udara. Polusi udara juga bisa menghambat
perkembangan otak anak dan menyebabkan pneumonia.

Selain mengakibatkan sejumlah dampak buruk terhadap kesehatan, polutan yang


menyebabkan polusi udara juga memiliki dampak jangka panjang terhadap lingkungan.
Karena partikel-partikel ini dapat mendorong percepatan pemanasan global yang merupakan
ancaman serius terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.

C. Proses Pencemaran Limbah Gas


1. Melalui Aktivitas Industri

Selain limbah cair dan limbah padat, ada pula jenis limbah pabrik lainnya yakni limbah gas.
Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan padaumum nya memberikan
dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi. Limbah gas ini tentus
aja berbentuk gas. Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik yang berbentuk gas ini
biasanya mencemari udara.

Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah

a. Kebocoran gas yang dapatmenyebabkankebakaranpabrik


b. Asap pabrik sisa produksi

10
2. Melalui Aktivitas Manusia

Penyebab polusi udara yang kedua adalah factor manusia dengan segala aktivitasnya.
Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :

1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,


kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap,
debu, grit (pasirhalus), dan gas (CO dan NO).
2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,
aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, danbau.
5. Pembuangan limbah; baik limbah industry maupun limbah rumah tangga. Polutannya
adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uapdan gas.
7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan
debu radioaktif.

D. Pengendalian Limbah Gas


Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas.Dasar
pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi
dan pembersihan partikel. Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut :

1. Jenis bahan pencemar (polutan)


2. Komposisi
3. Konsentrasi
4. Kecepatan air polutan

11
5. Daya racun polutan
6. Berat jenis
7. Rekativitas
8. Kondisi lingkungan

Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat efisiensi
yang maksimum.Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran.Pilihan desain
yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain
baru.Kemampuan untuk mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini
merupakan masalah tersendiri pula.

Disamping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan.
Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada
harga pokok produksi.Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengendalian
menjadi beban konsumen.

Teknologi pengendalian harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan
dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan
perlindungan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi
pengendalian dan rancangan sistemnya adalah :

1. Watak gas buang atau efluen


2. Tingkat pengurangan limbah yang dibutuhkan
3. Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran
4. Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi

Industri-industri di Indonesia terutama industri milik negara telah menerapkan sistem


pengendalian pencemaran udara dan sistem ini terutama dikaitkan dengan proses produksi
seta penanggulangan pencemaran debu.

Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal
tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup
lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah,
dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah.

Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik
dari pencemar dan hal tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang

12
dibebaskan ke lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis
lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada
sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran,
bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda.Maka
dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan
dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut
prinsip kerjanya :

1. Pemisah Brown

Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel
menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron.
Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak anatar filamen yang
lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata pertikel.

2. Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan
penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu
higroskopik.

3. Pengendap Elektrostatik

Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan
rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya
debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel
yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum.

4. Tumbukan Orifice Plate

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini membentur
lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat
dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Ukuran partikel paling kecil yang dapat
sdiserap ialah 1 mikron.

13
5. Menara Dengan Packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan gas diantara
packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara co-current, counter-
current, ataupun cross-current.Ukuran debu yang dapat diserap ialah debu yang berdiameter
lebih dari 10 mikron.

6. Pencuci Dengan Pengintian

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat
ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01 mikron serta dikumpulkan pada
permukaan filamen.

7. Pembentur Turbulen

Pembentur turbulen pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara mengalirkan aliran
gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas karena
bertumbukkan dengan bola-bola tersebut.Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah
tahap yang digunakan.

E. Langkah Pengolahan Limbah Gas

Berikut ini beberapa langkah pengolahan limbah gas  agar dapat menangani terjadinya
pencemaran udara serta materi- materi partikulat yang terbawa limbah gas tersebut:

1. Pengurangan Gas Buang

Gas- gas berbahaya yang terkandung di dalam limbah gas perlu untuk dikontrol jumlahnya
supaya tidak mencemari udara yang ada di sekitar kita.ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengontrol jumlah gas berbahaya ini, antara lain:

a) Desulfurisasi. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter basah atau wet
scrubber. Desulfurisasi ini dapat menghilangkan gas sulfur oksida sebagai hasil
pembakaran bahan bakar. Selain sulfur oksida, cara ini juga dapat mengontrol jumlah
gas- gas buang lainnya seperti nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon.

14
b) Menurunkan suhu pembakaran. Cara ini dapat dilakukan dengan cara memasang
alat pengubah katalitik dengan tujuan menyempurnakan pembakaran. Gas – gas
buang yang dapat dikontrol dengan menggunakan alat ini antara lain adalah nitrogen
oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon.

c) Menggunakan bahan bakar alternatif. Penggunaan bahan bakar alternatif juga


dapat menjadi cara menangani pencemaran udara oleh adanya limbah gas. Pakailah
bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan tidak banyak mengandung bahan-
bahan kimia yang berbahaya.

2. Penggunaan Metode Fisik- Kimia

Metode fisik dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan agar lebih ramah
lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan berdasarkan perubahan fase atau penyerapan
pada suatu adsorban, yang dijelaskan sebagai berikut:

a) Metode Fase Gas


Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai dengan
memberikan bau- bauan yang enak.Pada dasarnya metode ini bukan untuk
menghilangkan gas, namun hanya untuk menyamarkan saja.

b) Metode fase cair


Metode ini adalah metode yang digunakan untuk penyerapan gas yang memiliki
tingkat kelarutan yang tinggi pada zat cair.Gas buangan dialirkan kemudian
dikontakkan dengan senyawa penyerap gas (adsorban) yang mana pada umumnya
menggunakan air.Kemudian adsorban akan dimurnikankembali jika memungkinkan,
dimanfaatkan untuk penggunaan lainnya, atau dibuang.

c) Metode fase padat


Metode ini digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa penyerap.Proses ini
dimulai dengan melarikan gas dan mengontakkannya dengan dengan adsorban padat.
Contoh salah satu adsorban yang sering digunakan adalah arang aktif.Arang aktif
dalam bentuk granular banyak digunakan sebagai penyerap bau dan juga warna.

15
Arang aktif dalam bentuk serat banyak digunakan untuk menyerap bau dan warna
pula.Arang aktif jenis serat ini mempunyai daya serap yang lebih tinggi daripada jenis
granular.Daya serap secara fisik dan kimia ini hanya berlangsung selama 2 hingga 3
hari saja sebelum mencapai titik jenuh.

d) Metode pembakaran
Metode ini dilakukan dengan cara membakar langsung gas senyawa organik pada
tingkat suhu yang cukup sehingga dapat menghasilkan karbondioksida dan air.
Namun metode ini mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang lumayan
besar, sehingga banyak orang menghindari metode ini.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Permasalahan
akibat limbah gas bisa berdampak kepada lingkungan maupun terhadap kesehatan, mulai dari
ibu hamil dan anak-anak. Proses pencemaran limbah gas bisa melalui aktivitas industri
maupun dari aktivitas manusia. Penanganan limbah gas terdiri dari pemulihan peralatan
dengan faktor yang mempengaruhi pemulihan teknologi pengendalian. Langkah – langkah
pengolahan limbah gas terdiri dari penggunaan gas buang dan penggunaan metode fisik-
kimia.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://fadilahramdlani.wordpress.com/2014/10/14/proses-pengolahan-limbah-gas/

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/sumber-penyebab-dan-pencemaran-udara-71

https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-gas

http://www.warmada.staff.ugm.ac.id/Articles/rodhie-zeolit.pdf

https://www.zonareferensi.com/pengertian-limbah/

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/dampak-pencemaran-udara-buat-kesehatan/

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4617378/7-dampak-buruk-polusi-udara-untuk-
kesehatan

18

Anda mungkin juga menyukai