Anda di halaman 1dari 3

MUHAMMAD ANAND PRATAMA ZABID

049032437

1. Sebagian orang berpendapat bahwa perbedaan antara ilmu demografi dan kependudukan,
terletak pada penekanan objek kajian. Apa yang dimaksud perbedaan pada penekanan objek
kajian tersebut! Berikan contoh kasus!
Jawaban:
Dalam beberapa diskusi masih terdapat perbedaan pandangan pendapat antara ilmu demografi
dengan ilmu kependudukan, yang dimana perbedaan tersebut terletak pada penekanan objek
kajian. Yaitu ilmu demografi lebih cenderung menekankan pada proses dan struktur demografi
sedangkan ilmu kependudukan lebih menekankan sebab dan akibat dari suatu perubahan proses
dan struktur demografi. Mengacu pada Shryock dan Siegel (1976) dalam buku nya yang berjudul
‘The Methods and Materials of Demography’. Demografi didefinisikan menjadi 2 yaitu secara
sempit dan luas. Secara sempit dapat diartikan ilmu demografi adalah ilmu yang mempelajari
jumlah, distribusi, struktur, dan perubahan penduduk. Sedangkan secara luas ilmu demografi
dapat diartikan ilmu yang membahas tentang karakteristik penduduk diluar variable demografi.
Sebagai contoh kasus suatu kota A mengalami perlonjakan angka kelahiran anak dikarenakan
para orang tua yang belum mengikuti program dari pemerintah yaitu Keluarga Berencana (KB).

2. Jelaskan tahapan Perkembangan Teori Kependudukan, dimulai dari pandangan Pre Malthusian,
Teori Malthus dan aliran sosialis. Jelaskan pula siapa tokoh-tokoh yang menjadi pelopor dari
setiap kelompok pandangan tersebut!
Jawaban:
Secara garis besar perkembangan teori kependudukan dapat dibagi 3, yaitu Teori Pre Malthusian,
Teori Malthus, dan Teori aliran sosial.
A. Teori Pre Malthusian
Pada teori Pre Malthusian ini lebih berfokus mengenai pemahanan kependudukan pada
zaman kuno. Menurut Weeks (2012) Pada zaman kuno hanya terdapat 1 pemahaman
tentang penduduk yaitu reproduksi menjadi salah satu usaha untuk menggantikan penduduk
yang sudah meninggal diakrenakan faktor kematian yang cukup tinggi. Pada zaman Yunani
kuno ditemukan sebuah pandangan yang ditulis oleh Plato bahwa untuk mencapai
kesempurnaan manusia perlu nya tingkat kestabilan dari penduduk tersebut. Berbeda di
India, pandangan menurut Kautalya adalah jumlah penduduk yang sedikit lebih jelek dari
jumlah penduduk yang lebih banyak. Pada zaman cina kuno para filosofnya memiliki
pandangan yang sedikit berbeda, yakni pertumbuhan penduduk yang signifikan dapat
menurunkan tingkat kehidupan masyarakat, menurunkan hasil dari tenaga kerja, dan juga
dapat menimbulkan suatu perselisihan. Namun pada zaman kekaisaran Romawi terdapat 2
paham yang cukup kontradiktif yaitu paham Pronatalis dan Paham Antinatalis. Pada zaman
kekaisaran Romawi yang dipimpin oleh kaisar Julius dan Augustus, kekaisaran menganut
paham pronatalis. Hal ini berlandaskan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan hal yang
cukup penting dalam menanggulangi masalah yang ditimbulkan pasca perang serta. Jatuh
nya kekaisaran Romawi, pandanangan beralih ke Antinatalis. Menurut Augustine (354-430)
keperawanan adalah bentuk eksistensi manusia yang paling tinggi, yang mengakitbatkan
orang akan menunda atau bahkan tidak sama sekali untuk melakukan perkawinan dan
berakibatkan fertilisas akan menurun. Pada abad ke 13 seorang filsuf bernama Thomas
Aquinas berpendapat bahwa perkawinan dan pembentukan keluarga tidak lebih buruk
dibandingkan masih membujang atau jomblo. Pada abad ke 17 muncul aliran yang bernama
physiocratic, dimana aliran ini berpendapat bahwa hal yang terpenting bagi kekayaan suatu
negara terletak pada tanah nya bukan dari kependudukannya. Tokoh-tokoh yang menganut
pandangan ini antara lain filsuf dari Skotlandia yaitu Adam Smith dan William Godwin yang
berasal dari Inggris.
B. Teori Malthus
Teori Malthus dikemukakan oleh seorang pakar demografi dari Inggris yang bernama Thomas
Robert Malthus dalam bukunya tahun 1803 yang berjudul “An Essay on the Principle of
Population; or a view its past and present effects on human happiness; with an inquiry into
our prospects respecting the future removal or mitigation of the evil which it occasions” (hasil
revisi judul pada buku semebulmnya tahun 1798). Teori Malthus sangat terkenal, menurut
Weeks (2023) dan Nam and Philiber (1984) yang membuat teori ini sangat terkenal adalah
Malthus merupakan orang pertama yang menggambarkan hubumgan antara akibat-akibat
pertumbuhan penduduk dan penyebabnya secara sistematis. Malthus mengungkapkan ada 2
cara yang dapat memperlambat pertumbuhan penduduk yaitu preventieve check dan
positive check. Preventive check merupakan usaha penundaan dari segi perkawinan
sedangkan positive check merupakan usaha yang dapat meningkatkan tingkat kematian
sebagai contoh wabah penyakit, kemiskinan, kelaparan, peperangan, dan lain-lain. Dalam
teori Malthus ditemukan beberapa kritik diantaranya Malthus terlalu sederhana memandang
peningkatan produksi pertanian dan tidak memperhatikan perkembangan teknologi yang
berkaitan dengan pertanian, dan Malthus tidak mengantisipasi adanya Tindakan pencegahan
kelahiran masal. Dari apa yang diungkapkan Malthus dalam buku nya tersebut bahwa dia
menganut aliran pesimis, filosofi ini sangat jelas bertentangan dengan 2 pendahulunya yaitu
William Goldwin dan Marquis de Condorcet.
C. Aliran Sosial
Teori ini muncul akibat tidak setuju dengan teori Malthus, yaitu 2 orang yang sangat terkenal
bernama Karl Marx dan Friederich Engels. Pendapat mereka yaitu bahwa tidak adanya
hukum kependudukan yang bersifat secara umum (general polulation law). Kondisi
penduduk sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi disuatu daerah. Mengacu Leridon
(2015) menurut Marx jumlah penduduk ditentukan oleh 2 yaitu ‘modes of production’ dan
‘distribution of wealth’. Ketidaksetujuan Marx dan Engels terhadap teori Malthus yaitu
tentang pertumbuhan bahan makanan, menurut mereka ide tersebut tidak benar selama
tidak adanya alasan untuk mencurigai sains dan teknologi mampu meningkatkan produksi
bahan makanan atau barang lainnya. Bagi kapitalis pertumbuhan penduduk berakibat
meningkatnya kemiskinan dan overpopulation, namun berbeda dengan sosialis
pertumbuhan penduduk tidak memiliki efek samping sama sekali karena pertumbuhan
penduduk akan diserap oleh sistem ekonominya. Terdapat 2 perbedaan yang cukup
fundamental dari pandangan Mathlus dengan Marx dan Engels. Pertama dari segi perspektif
ideologi mereka yang bertolak belakang, opini dari Mathlus cenderung konservatif yang
berdasarkan pada pemikiran individu dan keluarga yang harus self-reliant. Sedangkan opini
dari sisi Marx dan Engels berideologi borjuis (Bourgeois Ideologist) yang artinya adalah
melihat pemikiran pribadi sebagai sumber ketidakberesan massyarakat. Kedua, Mathlus
memulai pendapatnya dari segi efek pertumbuhan penduduk dengan tingkat subsistensi
karena penduduk merupakan variable yang bebas, sedangkan menurut Marx kelebihan
penduduk sangat tergantung pada keberadaan kaapitalisme yang dimana apabila system
kapitalisme tidak dianut maka akan terjadi kelebihan penduduk dengan segala dampaknya.
Dalam Pandangan aliran sosial masih ada beberapa pendapat yang sangat berpengaruh di
abad 19, salah satunya ialah John Stuart Mill seorang filosof yang berasal dari Inggris.
Menurut Mill bahwa standar hidup penduduk merupakan determinan utama bagi tangkat
fertilitas. Suatu negara yang ideal menurut Mill adalah negara yang Ketika seluruh
masyarakat merasa nyaman secara ekonomi. Selain itu ada tokoh lain yang bernama Ludwig
Brentano seorang ahli ekonom yang berasal dari Jerman, ia berpendapat bahwa kita tidak
bisa berharap lebih kepada orang miskin untuk menurunkan faktor kelahiran tanpa adanya
motivasi tertentu. Dan terakhir ada Emile Durkheim ahli sosiolog yang besar pada masanya
berpendapat The division of labor varies in direct ratio with the volume and density of
societies, and if it progresses in a continuous manner in the course of social development, it
is because societies become regularly denser and more voluminous (1933:262).

3. Apakah kesimpulan akhir dari kegiatan pembelajaran tentang “Transisi Demografi”?


Jawaban:
Pada tahun 1929 ahli sosiolog yang bernama Warren Thompson mengembangkan ide dari Teori
Transisi Demografi yaitu suatu teori yang berlandaskan data kuantitatif, yang lebih tepatnya
periode yang diteliti tahun 1908-1927. Berdasarkan data dari beberapa negara ia mengamati
pola pertumbuhan penduduk dan membagi 3 kelompok jenis pertumbuhan penduduk (Weeks,
2012). Kelompok A, negara yang mengalami perubahan pertumbuhan alami dari yang sangat
tinggi ke sangat rendah. Kelompok B, negara yang mengalami penurunan dari segi kematian dan
kematian. Sedangkan kelompok C, negara merupakan kondisi perubahan pertumbuhan masih
sangat tinggi atau bisa dibilang angka kematian dan kelahiran tidak ada perubahan sama sekali.
16 tahun setelah nya tepatnya pada tahun 1945, seorang ahli demografi asal Amerika yang
bernama Frank Notestein memberikan penjelasan dari ke 3 pola tersebut. Kelompok A diberi
nama incipient decline, kelompok B diberi nama transitional growth, dan kelompok C diberi
nama High growth potential. Pada saat inilah istilah dari ‘Transisi Demografi’ muncul. Pada
dasarnya transisi demografi adalah teori yang menghubungkan antara perubahan fertilitas dan
mortalitas dengan tingkat pembangunan ekonomi yang dihubungkan dengan urbanisasi dan
industrialisasi. Transisi demografi dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan penjelasan kelompok-
kelompok sebelumnya. Tipe pertama, adalah tipe dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang
relative tinggi. Tipe kedua, yakni mengenai masa transisi dari fertilitas dan moralitasi dari tinggi
ke rendah. Dan tipe ketiga, berbanding terbalik dengan tipe pertama yaitu tipe dengan tingkat
fertilias dan moralitas yang cukup rendah.

Referensi : Buku PWKL4101 / MODUL 1-9 / EDISI 3

Anda mungkin juga menyukai