Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN TEORI

2.1 Pembangunan Ekonomi yang Eksploitatif dan Mengembangkan Keuntungan Semata

Pembangunan besar-besaran tengah terjadi di Indonesia, mereka tidak memikirkan apa yang
akan terjadi jika pembangunan terus berlanjut tanpa diimbangi dengan pencegahannya, yang
dipikirkan hanyalah bagaiman cara agar bangsa Indonesia mendapatkan keuntungan semata.
Menurut Wardhana (2008) pembangunan yang terjadi menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan yang berasal dari faktor internal dan eksternal.

Kerusakan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari dalam bumi/alam itu
sendiri, prosesnya juga sulit dicegah karena merupakan proses alami pada bumi yang sedang
mencari keseimbangan dirinya. Adapun faktornya adalah letusan gunung berapi yang
merusak lingkungan dan sekitarnya, gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah,
kebakaran hutan karena prose salami pada musim kemarau panjang; disebabkan oleh embun
yang berfungsi sebagai lensa pangumpul api (pada titik fokusnya) pada saat embun belum
menguap, banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai.

Sedangkan, kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang di akibatkan oleh ulah
manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Kerusakan karena
faktor pada umumnya disebabkan oleh karena kegiatan industry (berupa limbah buangan
industri), pencemaran udara yang berasal dari cerobong pabrik, pencemaran air yang berasal
dari limbah buangan industri, penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari
perut bumi.

Pembangunan berkelanjutan ini tentunya tidak terlepas dari ekonomi pembangunan yang
dapat diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana usaha
manusia atau suatu bangsa meningkatkan taraf hidupnya melalui peningkatan pendapatan
Nasional perkapita, retribusi pendapatan serta menghapuskan kemiskinan. Sedangkan yang
dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha bagaimana manusia atau suatu
bangsa berusaha meningkatkan standar hidupnya ketaraf yang lebih baik dengan distribusi
pendapatan yang lebih merata tanpa kemiskinan dan kebodohan bagi bangsa tersebut.

Keberlanjutan pembangunan dapat didefinisikan dalam arti luas yaitu bahwa generasi yang
akan datang harus berada dalam posisi yang tidak lebih buruk daripada generasi sekarang.
Generasi sekarang boleh memiliki sumber daya alam serta melakukan berbagai pilihan dalam
penggunaannya namun harus tetap menjaga keberadaannya, sedangkan generasi yang akan
datang walaupun memiliki tingkat teknologi dan pengetahuan yang lebih baik serta
persediaan kapital buatan manusia yang lebih memadai. Jadi yang penting dalam konsep ini
adalah bahwa generasi sekarang maupun generasi akan datang tetap dalam keadaan terpenuhi
kebutuhan hidupnya. Dapat diambil suatu kesimpulan pembangunan berkelanjutan bila tidak
ada masalah ketidak merataan antar generasi (intergenerational inequality).

2.2 Dampak Pembangunan Ekonomi terhadap Lingkungan

Penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan terkurasnya sumber daya keanekaragaman
hayati merupakan ancaman bencana yang besar, yang tanpa kita sadari, disebabkan oleh umat
manusia dalam mengejar kebutuhan hidup yang berlebihan (Sugandhy, Hakim 2009). Dalam
usahanya untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui akal pikiran manusia menciptakan
peralatan baru yang berupa mesin-mesin dan alat-alat bantu lainnya yang berteknologi tinggi,
untuk dapat menghasilkan produk yang melimpah dalam waktu singkat. Kegiatan tersebut
hari demi hari terus meningkat padahal kenyataannya kualitas hidup yang hendak dicapai
masih sulit dijangkau. Memperhatikan keadaan yang demikian terdapat dampak industri dan
teknologi bagi masyarakat Indonesia sendiri, yaitu adanya dampak langsung dan tidak
langsung.

2.2.1 Dampak Tidak langsung

Dampak tidak langsung yang terjadi, yaitu:

1. Urbanisasi: perpindahan dari desa ke kota karena orang-orang di desa ingin mencari
pekerjaan padahal mereka tidak memiliki keahlian

2. Perilaku: pada saat tinggal didesa mereka hidup secara gotong royong, tolong menolong
tetapi setelah pindah ke kota kehidupannya berubah sikap mereka yang tadinya bersahabat
menjadi kasar, dan individualis.

3. Kriminalitas: orang desa yang pindah ke kota tidak memiliki keahlian dalam bidangnya
padahal persaingan sangat ketat. Sehingga, mereka yang tersingkirkan untuk memenuhi
kebutuhannya melakukan tindakan kriminal, pencurian, pemerkosaan, dll.

4. Sosial Budaya: kegiatan yang begitu banyak menimbulkan tingkat ketegangan yang tinggi
akibatnya mereka mencari tempat hiburan seperti bioskop, diskotek  bahkan tidak jarang
menjurus ke arah pornografi dan prostitusi.

2.2.2 Dampak Langsung

Kegiatan suatu industri dan teknologi akan berjalan baik jika antara unsur penunjang dan 
industry dan teknologi tersedia. Adapun unsur-unsur pokok yang dimaksud adalah

1. Sumberdaya alam, seperti bahan baku, air, energy, dll.

2. Sumberdaya manusia, meliputi tenaga kerja dan keahlian.

3. Sarana dan prasarana, seperti lahan dan peralatannya.

Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi sehingga kegiatan dapat berlangsung, tetapi di sisi
lain justru menimbulkan kerugian dan harus dicegah. Jika keseimbangan teknologi terganggu
maka kualitas lingkungan juga berubah.

2.3 Pembangunan Berkelanjutan dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,


dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan” (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987).
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development.
Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (Sugandhy,
Hakim 2009).

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas
daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB,
terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling
terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Skema
pembangunan berkelanjutan: pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal
Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001)1[1] lebih jauh menggali konsep pembangunan
berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “…keragaman budaya penting bagi manusia
sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”. Dengan demikian “pembangunan
tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk
mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam pandangan ini,
keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan
berkelanjutan. Berikut adalah skema pembangunan berkelanjutan:

Gambar 1.Skema Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana


pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan
ekonomi dan budaya. Pendukung pembangunan berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini
menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari
pembangunan hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi
pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat
berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.

Pelaksanaan program-program konvensi keanekaragaman hayati antara lain dengan gerakan


penanaman pohon secara in-situ dan ek-situ yaitu dengan pemilihan bibit lokal atau yang
akan ditanami disertai tindak lanjut yang nyata, guna menjamin kelangsungan hidup
keanekaragaman hayati setempat. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, pangan,
obat-obatan, masyarakat setempat harus menjadi bagian dari program-program pembangunan
daerah dalam rangka pembukaan kesempatan kerja, khususnya pada masyarakat setempat.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data


Berdasarkan sumber data yang diperoleh melalui studi pustaka (bahan bacaan dari buku dan
internet)

3.2 Analisis Data

Dalam menulis makalah Ekonomi Pembangunan yang berjudul “Pembangunan Berkelanjutan


Sebagai Alternatif Solusi Pembangunan Ekonomi ” menggunakan metode kualitatif.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembangunan Ekonomi

Menurut Siagian (1994)  pembangunan diartikan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Menurut Mellor (1987;81), pembangunan ekonomi didefinisikan
sebagai suatu proses yang dengannya perekonomian diubah dari apa yang sebagian besar
pedesaan dan pertanian menjadi sebagian besar perkotaan, industri, dan jasa–jasa. Jadi inti
dari pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, begitupula sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi sendiri merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (kuantitatif).
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.

Definisi pembangunan ekonomi secara konvensioanal  sendiri menekankan pada


peningkatan income per capita(pendapatan per kapita), yaitu menekankan pada kemampuan
suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk.
Definisi pembangunan konvensional ini sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah
struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Industrialisasi yang diiringi
dengan eksploitasi sumberdaya alam dinilai dapat meningkatkan income perkapita suatu
negara.

4.2 Implementasi Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Industrialisasi dijadikan cara utama untuk meningkatkan pendapatan perkapita suatu negara,
karena melalui industrialisasi dapat dihasilkan produk manufaktur dalam jumlah yang cepat,
hemat tenaga kerja, namun dengan hasil (output) yang besar. Industrialisasi pun diiringi
dengan ekploitasi sumber daya alam yang umumnya dijadikan bahan baku industri, seperti
kayu yang dipergunakan untuk industry pulp, industri furnitur, dan sebagainya.
Sejak pemerintahan Presiden Soeharto, pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan
eksploitasi suumber daya alam seperti minyak bumi, kayu, dan hasil alam lainnya terus
digalakkan. Hal ini didukung dengan penanaman modal asing dan bantuan dana pinjaman
internasional yang tinggi (Schwartz, 1994). Tahun 1994, pendapatan perkapita naik menjadi
650 dollar Amerika Serikat; hasil-hasil yang mengagumkan dicapai dibidang pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, dan Indonesia bersiap-siap untuk masuk kelompok “macan” Asia
Timur dalam abad 21 (World Bank, 1994 dalam Barber, 1997). Pembangunan ekonomi
semacam inilah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendapatan
perkapita yang mengagumkan. namun, hasil-hasil yang mengesankan ini dibayar dengan
biaya kerusakan lingkungan hidup yang tidak terkira.

4.3 Dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Lingkungan

Meningkatnya industrialisasi berdampak negativ terhadap lingkungan, antara lain


menimbulkan pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan.

Dampak Pencemaran Udara

Dampak yang ditimnulkan dari pencemaran udara sangat merugikan, pencemaran udara tidak
hanya berakibat langsung kepada kesehatan manusia saja tetapi juga dapat merusak
lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, gedung, dan lain sebagainya.

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1980, kematian yang
disebabkan oleh pencemaran udara mencapai 51.000 orang. angka tersebut cukup mengerikan
karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya seperti
jantung, kanker, AIDS dan lain sebagainya (Wardhana, 2008).

Dalam jangka panjang pencemaran udara akibat indutri dapat mengakibatkan kerusakan ozon
dan efek rumah kaca. lapisan ozon merupakan lapisan atmosfir bumi yang berfungsi sebagai
pelindung dari sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Jika lapisan ozon
rusak, maka sinar ultraviolet akan langsung diteruskan ke bumi dan merusak kulit manusia.
Selain dapat mengakibatkan kanker kulit, sinar ultraviolet juga dapat mengakibatkan suhu
bumi menjadi naik (Wardhana, 2008).

Pencemaran Air

Masih banyak sektor industri yang membuang limbahnya ke aliran air/ sungai, sehingga
limbah yang mengandung zat berbahaya seperti Kadmium, Kobalt, Air Raksa, dan lain
sebaginya dapat membahayakan tubuh manusia yang menggunakan air tercemar tersebut.

Air yang tercemar oleh limbah organik terutama limbah industri olahan makanan, merupakan
tempat yang subur untuk berkembangnya mikroorganisme, termasuk mikroba pathogen.
mikroba pathogen yang berkembangbiak dalam air tercemar dapat menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit yang dapat menular dengan mudah, seperti Hepatitis A, Polliomyelitis,
Cholera, Ascariasis, dan lain sebagainya (Wardhana, 2008).
Limbah industri produk electroplating, PVC, dan obat-obatan umumnya mengandung
Kadmium (Cd). Apabila Kadmium (Cd) tersebut diabsorbsi oleh tubuh manusia, ia akan
mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi
kemudian mengakibatkan gagal jantung. Ginjal pun dapat rusak dari keracunan Cd.

Industri plastik, sabun, dan kosmetika umumnya menghasilkan limbah yang mengandung air
raksa atau merkuri (Hg). Gejala keracunan merkuri ditandai denga sakit kepala, penglihatan
menjadi kabur, dan daya ingat menurun. kematian dapat terjadi karena kondisi tubuh yang
makin melemah.

Pencemaran Daratan

Pencemaran daratan umumnya berasal dari limbah berbentuk padat yang dibuang atau
dikumpulkan disuatu tempat penampungan. dampak nya dapat terlihat secara langsung yaitu
menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor, dan kumuh. Dampak secara tidak
langsung yang akibat pencemaran daratan yaitu, penyakit Pes, Kaki Gajah, Malaria, dan
Demam Berdarah.

4.4 Pembangunan Berkelanjutan Sebagai Sebuah Solusi

Pembangunan “Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang


mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya alam
yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai suatu
kesatuan” (Sugadhy, 2000)

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED


berjudul “Our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987.
Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Pembangunan berkelanjutan hadir sebagai sebuah solusi dari pembangunan konvensional


yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Pembangunan konvensional yang
selama ini dikejar melalui industrialisasi dan eksplotasi sumberdaya alam, tentunya hanya
mengedepankan keuntungan pembangunan sesaat tanpa mengedepankan kemampuan alam
dan lingkungan untuk tetap mendukung keberlangsungan proses pembangunan kedepan.

Pada intinya pembangunan berkelanjutan memiliki dua unsur pokok, yaitu kebutuhan yang
wajib dipenuhi terutama bagi kaum miskin, dan kedua adanya keterbatasan sumber daya dan
teknologi serta kemampuan organisasi sosial dalam memanfaatkan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Untuk itu, Komisi Brandtland
memberikan usulan penting dalam pembangunan berkelanjutan yaitu adanya keterpaduan
konsep politik untuk melakukan perubahan yang mencakup berbagai masalah baik sosial,
ekonomi maupun lingkungan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sendiri mencakup tiga dimensi yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dalam dimensi ekonomi terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan, serta mengubah
produksi dan konsumsi ke arah yang seimbang. Sedangkan dimensi sosial berhubungan
dengan pemecahan masalah kependudukan, perbaikan pelayanan masyarakat, peningkatan
kualitas pendidikan, dan lain-lain. Adapun dimensi lingkungan memiliki tujuan-tujuan antara
lain upaya pengurangan dan pencegahan terhadap polusi, pengelolaan limbah serta
konservasi/preservasi sumber daya alam. Dengan demikian tujuan pembangunan
berkelanjutan terfokus pada ketiga dimensi di atas yaitu keberlanjutan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan
merata (social progress) serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan
seimbang (ecological balance).

Menurut Brandtland langkah-langkah yang dapat diambil untuk mewujudkan pembangunan


berkelanjutan, yaitu:

Menata kembali pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitasnya

Memenuhi kembali kebutuhan pokok warga akan pekerjaan, makanan, energy, air, dan
sanitasi.

Menjada perkembangan penduduk agar tetap seimbang dengan daya dukung lingkungan
untuk menghasilkan produksi.

Melakukan konservasi dan menambah sumber daya yang tersedia.

Reorientasi penggunaan teknologi dan manajemen resiko, juga


mengintegrasikan kebijakan ekonomi dengan kebijakan lingkungan dalam pengambilan
keputusan.

Apabila langkah-langkah pembangunan berkelanjutan tersebut dilaksanakan dengan baik,


niscaya akan memberikan manfaat yang nyata bagi pemerintah, usaha swasta dan
masyarakat, yang ketiganya merupakan pilar utama dalam pemerintahan baru yang lebih baik
(Good Governance). Hal ini terjadi karena dapat menjaga kesinambungan pembangunan,
menjamin ketersediaan sumber daya, menjunjung tinggi harkat dan martabat warga serta
meningkatkan pemerintahan yang lebih baik. Pembangunan yang terkendali dengan baik
tidak akan merusak sumber daya alamnya. Penggunaan sumber daya alam harus dilakukan
dengan bijak dan penuh kehati-hatian agar persediaan sumber daya terjamin guna mendukung
pembangunan.

Sehingga pembangunan yang berlangsung saat ini tidak hanya upaya industrialisasi dan
eksplotasi sumberdaya alam untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Hal ini juga
merupakan pembangunan ekonomi yang tetap mempedulikan kelangsungan lingkungan agar
proses pembangunan yang ada dapat terus dilakukan hingga generasi yang akan datang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembangunan ekonomi selalu terlihat dari banyaknya pembangunan di sektor ekonomi yang
lebih ditujukan pada pembangunan sarana tanpa melihat dampaknya yang dipikirkan adalah
keuntungan semata yang mengeksploitasi sumberdaya alam besar-besaran padahal dampak
yang terjadi sangat merugikan mengakibatkan alam kita rusak sehingga terjadi pencemaran
dimana-mana. Semula yang terbayang hanya kesenangan tetapi yang dihasilkan sebaliknya.
Maka dari itu sebagai generasi penerus kita harus memperbaiki mulai dari sekarang, agar
menciptakan bangsa Indonesia yang tentram dan sejahtera.

5.2 Saran

Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari sekarang dan harus ditanamkan pada setiap
jiwa masyarakat Indonesia agar sumberdaya alam yang dimiliki tetap terjaga dan dapat
dilestarikan, serta pembangunan ekonomipun dapat berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Barber, dkk. 2005. Meluruskan Arah Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan
di Indonesia . Jakarta : Obor Indonesia.

Sugandhy,dkk.2000. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai